of 117 /117
PERANAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG BANTARGEBANG BEKASI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I) Oleh Siti Robi’atul Badriyah NIM:106051001756 JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2010

PERANAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH DALAM …

  • Author
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of PERANAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH DALAM …

PERANAN PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG BANTARGEBANG BEKASIDALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Oleh
DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG
BANTARGEBANG BEKASI
Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Oleh
Pembimbing,
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi" telah
diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam
(S.Kom.I) pada Program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarofah, MA. NIP : 19630515 199203 1 006 NIP : 19710816 199703 2 002
Anggota
Penguji I Penguji II Rini Laili Prihatini, M.Si. Dr. Elidar Husein, MA. NIP : 19580910 198703 2 001 NIP : 19451125 197106 2 001
Pembimbing
ABSTRAK
Peranan Pengajian Majelis Tak’lim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi
Majelis taklim dalam persoalan kehidupan masyarakat dan bangsa mempunyai fungsi yang sangat signifikan, terutama bagi Ukhuwah Wathaniyah. Adapun kedudukan majelis taklim secara sosiologis bukan hanya sekedar tempat berkumpulnya kaum bapak-bapak atau kaum ibu-ibu saja, melainkan mempunyai nilai teologis yang akan memberikan pengetahuan, penghayatan dan bimbingan perilaku untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Islam.
Penelitian ini diangkat atas dasar pemikiran yang menyatakan bahwa
adanya peranan Majelis Taklim Al-barkah, maka dapat mendorong membina pengamalan Ibadah pada pemulung dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada sisi inilah penulis mengkaji keberadaan peranan Majlis Taklim Al-Barkah di Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Majelis Taklim
Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung, faktor penunjang dan penghambat, serta hasil-hasil yang dicapai oleh Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi.
Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur, wawancara langsung, kemudian data-data yang terkumpul dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa peranan Majelis
Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah benar-benar mempunyai peranan yang sangat besar, karena kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah mampu merubah tatanan hidup bermasyarakat kepada kehidupan yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengajian oleh Majlis Taklim Al-barkah ini bahwa dengan adanya pengajian ini disambut positif oleh masyarakat, khususnya pemulung yang mengikuti pengajian, dan hasilnya bisa dilihat dari perilaku mereka sehari-hari yang mengalami evolusi.
KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum Wr.Wb
kehadirat Allah SWT. kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan
serta bertaubat, dan barangsiapa yang diberi petunjuk-Nya maka tidak akan ada
yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkannya maka tidak akan ada
yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah
atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu junjungan kita dan
sebagai suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabatnya,
dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung doa dan
harapan akhirnya penulis dapat menyelesaikan program S-1 di Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. Dengan melewati hari-hari bahagia
namun terkadang juga penuh duka, setidaknya inilah awal untuk menelusuri jalan
hidup ke arah yang lebih baik lagi.
Berkenaan dengan terselesaikannya pembuatan skripsi ini, maka
perkenakanlah penulis untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak membantu dan memberikan supportnya, sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini. Ucapan Terimakasih ini penulis haturkan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarief
Hidayatullah Jakarta, para Pembantu Rektor dan Staf Rektorat yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu akan tetapi dengan tidak mengurangi rasa
hormat penulis;
2. Bapak Dr. H. Murodi, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarief Hidayatullah Jakarta;
3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. sebagai Ketua Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam yang telah membantu, mengarahkan, dan memotivasi penulis
dalam pengerjaan skripsi ini;
4. Ibu Dra. Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam yang telah memberikan petunjuk, mengarahkan dan
memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini;
5. Drs. Harun Asfar, MA. pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
kontribusi, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulisan skripsi ini
berjalan, yang dengan ikhlas dan ketulusannya untuk dapat meluangkan waktu
dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi setiap tulisan-tulisan di
dalam skripsi ini;
6. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas
semua ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu tersebut dapat
bermanfaat dan berguna di dalam menjalani kehidupan penulis selanjutnya;
7. Bapak KH. Nasir Thabroni selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah
Bantargebang Bekasi, yang telah membantu memberikan informasi, baik
berupa buku-buku maupun data lainnya;
8. Segenap staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini;
9. Orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Nasir Thabroni.dan Ibunda Hj Maryam
Umroh yang selalu tidak henti-hentinya penulis mendoakan dan selalu
bergelimang air mataku ketika penulis dalam kuliah. Akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT menyayanginya dan
memberikaan kemudahan dalam menjalani seluruh aktivitasnya sehari-hari.
Amin.
Fitria Ramdhani, Richa Mut’mainnah, Adila, dan Abdurahman, Wawan, tak
lupa pula teman-teman KKS Cibatok 2, Ismail Marzuki, Ahmad Fauzi, Anne,
Nuri, Haikal, Rifqi, Ade, Agan, Rifa’i, Adit, Basit, Dimas, dan Fahdi yang
telah banyak membantu, membimbing dalam penulisan skripsi ini;
11. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa KPI
(Komunikasi Penyiaran Islam) angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Dan Aa-ku Sabarudin Bintang yang selalu menemani dan juga
telah banyak memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
buat penulis dan umumnya para pembaca, dan semoga Allah SWT membalas jasa
baik yang telah dberikan kepada penulis dari berbagai pihak dalam penyelesaian
skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan yang sempurna dan berlipat ganda
hendaknya, baik di dunia maupun di akhirat. Amin.
DAFTAR ISI
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7
D. Metodolgi Penelitian ............................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORITIS
B. Majelis Taklim ..................................................................... 16
2. Fungsi Majelis Taklim .................................................. 17
3. Tujuan Majelis Taklim .................................................. 18
4. Jenis Jenis Majelis Taklim ............................................ 19
5. Peranan Majelis Taklim ................................................ 21
6. Materi dan Metode Pengajaran Majelis Taklim ........... 22
C. Pengertian Dakwah .............................................................. 26
D. Unsur-unsur Dakwah ........................................................... 29
1. Subyek Dakwah ............................................................ 29
2. Objek Dakwah .............................................................. 31
3. Tujuan Dakwah ............................................................. 32
4. Metode Dakwah ............................................................ 34
5. Materi Dakwah ............................................................. 36
6. Media Dakwah .............................................................. 37
E. Pengamalan Ibadah .............................................................. 38
2. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah ............................. 40
BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ............................... 43
B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah ..................... 44
C. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah .................. 45
D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang ....... 49
E. Hambatan dan Upaya Mengatasinya ................................... 50
F. Profil Pemulung di Bantargebang Bekasi ............................ 50
BAB IV ANALISA DATA
dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung
di Bantargebang Bekasi ....................................................... 56
Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina
Pengamalan Ibadah Pemulung ............................................. 59
Pembinaan para Pemulung di Bantargebang Bekasi ........... 60
D. Harapan Pemulung tentang Kegiatan
Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Ibadah ........... 62
E. Kesesuaian antara Kegiatan Majelis Taklim
dengan Harapan Pemulung .................................................. 63
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua-sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 3 juni 2010
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-BARKAH
No. Statistik : 10.21.03.05.25
Sekretariat : Jl. Pangkalan 1B No. 3 RT.003 RW.005 Bantargebang Bekasi, 17151 – Jawa Barat Telp. (021) 8250932-82650777
SURAT KETERANGAN
Nama : KH. Nasir Thabroni
Menyatakan dengan sebenar-benarnya,
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama tersebut di atas benar telah mengadakan wawancara di Majelis Taklim
Al-Barkah untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam rangka penelitian
skripsi yang berjudul "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam
Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi".
Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Orang bijak mengatakan “Janganlah kau memandang ke atas dalam hal
kekayaan, tetapi pandanglah ke atas dalam hal ilmu”. Pepatah ini sangatlah
benar adanya. Seseorang wajib memandang keilmuan orang lain yang lebih
tinggi sehingga akan menjadikan motivasi untuk meningkatkan ilmu yang
dimilikinya, karena menuntut ilmu itu tak terbatas pada waktu maupun tempat.
Untuk memperoleh ilmu perlu ada usaha. Oleh karena itu Rasulullah pernah
meminta umat Islam agar menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina.
Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa berkarya, berprestasi dan
menyempurnakan ibadah. Bisa disaksikan orang, banyak orang yang dapat
menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu.
Meningkatkan ilmu yang dimiliki, tidak cepat puas dalam memperoleh
ilmu, itu adalah suatu keharusan. Ada pepatah mengatakan “Di atas langit
masih ada langit” yang berarti bahwa suatu ketika seseorang merupakan orang
yang paling pandai atau paling tinggi ilmunya, tetapi di masa yang akan
datang mungkin justru dia yang paling rendah ilmunya.
Umat Islam menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib
shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa,
zakat, haji, dan sebagainya, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai
dasar.
1
2
pendidikan formal dibagi kepada beberapa tingkatan dasar yang terdiri dari
SD/Ibtidaiyah dan SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah, dan perguruan tinggi yaitu
Akademi/Institut/Universitas.
mengenal batas usia :
) ( Artinya : "Tuntutlah Ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat.”
(Qoul Ulama)
Oleh karena itu, di samping pendidikan formal ada pula pendidikan
non formal, yaitu pendidikan yang bisa dilakukan di mana saja. Seperti di
perpustakaan, majlis taklim, melalui majalah, televisi, dan sebagainya.
Pendidikan non formal ini membantu sekali, salah satunya bagi kalangan ibu-
ibu sebagai seorang wanita yang telah memasuki rumah tangga. Tidak sedikit
di antara ibu-ibu yang merasa enggan untuk menuntut ilmu atau meningkatkan
ilmunya dengan aneka alasan. Seharusnya mereka sadar, justru pada masa-
masa itulah peningkatan ilmu sangat dibutuhkan, karena mereka akan
mendidik dan mengajari anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
Islam adalah agama yang mempunyai dua dimensi : yaitu keyakinan
atau aqidah dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan tersebut merupakan
perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu sendiri. Islam adalah agama
risalah untuk manusia. Umat Islam adalah pendukung amanah untuk
melaksanakan risalah selaku perseorangan maupun kolektif. Di tempat
2
3
firman Allah SWT :

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung”(QS.3:104)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dakwah dalam arti yang luas
adalah mengajak, baik diri sendiri maupun orang lain untuk berbuat baik
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan
Rasulnya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya.
Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak
bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup bermasyarakat. Ini adalah
kewajiban bagi pembawaan fitrah manusia sebagai social being (mahluk
sosial) dan kewajiban yang ditegakkan oleh risalah-risalah kitabullah dan
sunnah Rasul.2 Manusia pada dasarnya adalah mahkluk yang terbaik
dibanding makhluk lain.
Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikolgi Dakwah dijelaskan
bahwa arti bahasan dakwah itu ialah yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu
dakwah dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara
definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat
perbedaan dan kesamaan.
1 M. Natsir, Fiqhudh Dakwah, (Jakarta; Media Dakwah, 1983). Cet. Ke-4, h. 110. 2 DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta; DEPAG, 1971), h. 93.
3
4
Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta
memberikan kerangka dinamika dan perubahan Islam dalam proses
perwujudan masyarakat adil dan makmur.3
Melaksanakan tugas dakwah Islamiah merupakan aktifitas dakwah
yang tak terpisahkan dari pembinaan dan peningkatan bagi ibadah ibu-ibu. Di
tengah kesibukan ibu-ibu bekerja dan mengurus rumah tangga pasti ada waktu
luangnya. Di waktu luang ibu-ibu, para da’i haruslah bisa memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya, misalnya mengumpulkan ibu-ibu dalam suatu wadah,
lembaga atau tempat, misalnya majelis taklim, sehingga akan memudahkan
para juru dakwah (ustadz atau ustadzah) untuk mempelajari ilmu ibadah, baik
yang sudah tahu ajaran Islam maupun yang belum mengetahui dan memahami
agama Islam.
Suatu perkembangan yang sangat baik, karena pada saat ini telah
banyak bermunculan majelis-majelis taklim, mulai majelis taklim anak-anak
(TPA), remaja, dan juga bapak-bapak. Hal ini berkaitan dengan timbulnya
kesadaran beragama di kalangan masyarakat, sehingga dengan demikian
tertarik dan cenderung untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma
dan nilai agama.4 Majelis mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh
lapisan masyarakat pada umumnya dan bagi kaum ibu-ibu pada khususnya.
3 Amrullah Ahmad. (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta; PWP2M, 1985), h. 285. 4 KODI, Pola Pembinaan M.T. (Jakarta; KODI, 1982). Cet. Ke-2, h.2.
4
5
Secara bahasa (lughowi) majelis taklim berarti tempat belajar, akan
tetapi bagi masyarakat Bekasi lebih dari itu, majelis taklim di samping sebagai
tempat belajar agama non formal juga berarti penguyuban, orientasi dan
kehidupan wawasan agama dan kemasyarakatan, bahkan majelis taklim juga
termasuk lembaga orientasi, tradisi, pembentuk solidaritas dan rekreasi sehat
mengisi waktu luang. Barangkali kedudukannya sebagai lembaga pendidikan
non formal Islam itulah yang memungkinkan adanya peranan yang cukup
variasi.
agama dan meningkatkan keagamaan, membangun persaudaraan Islam,
perubahan mutu sosial dan sebagainya. Majelis taklim juga harus mampu
menciptakan bahwa dirinya bukan hanya sebagai himpunan orang dan arisan
tetapi sebagai gerakan penyebar rahmat Allah SWT.
Seperti halnya di Majelis Taklim Al-Barkah yaitu sebagai lembaga
dakwah, yang mengemban tugas memberikan pendidikan ilmu agama non
formal. Tampaknya pengajian tidak hanya berpusat di masjid saja, tetapi juga
bagi mereka yang melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Berhubungan dengan
itu penulis berusaha mengungkap permasalahan dengan judul “Peranan
Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan
Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi”
5
6
ibadah pemulung di masyarakat pada umumnya;
2. Setiap kaum muslimin (pemulung) mempunyai kewajiban untuk
meningkatkan pengamalan ibadah;
3. Majlis Taklim Al-Barkah mempunyai potensi yang besar dalam membina
pengamalan ibadah bagi pemulung;
4. Di samping belum adanya penelitian yang membahas dengan judul di atas
yang mengambil lokasi di Majlis Taklim Al-Barkah Kelurahan
Bantargebang Bekasi tempat tinggal penulis, sehingga dapat menghemat
waktu, tenaga maupun biaya.
Oleh karena permasalahan menyangkut majelis taklim pemulung
sangat luas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam
"Peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah
Pemulung" pada kegiatan majelis taklim dengan pengamalan ibadah para
pemulung .
rumusan sebagai berikut :
pengamalan ibadah bagi Pemulung?
Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah?
6
7
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan agama para
pemulung di Bantargebang Bekasi?
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis mempunyai
beberapa tujuan di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengajian Majlis Taklim Al-
Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung;
2. Untuk mengetahui bagaimana harapan pemulung tentang kegiatan
pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam pengamalan ibadah
pemulung;
3. Untuk mengetahui apakah ada kesesuain antara kegiatan pengajian Majelis
Al-Barkah dengan harapan pemulung.
penelitian ini diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Segi akademis
khasanah ilmiah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Segi praktis
wawasan pengetahuan tentang peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam
membina pengamalan ibadah.
oleh penulis yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
pengembangan ilmu dakwah Islam dibumi nusantara ini;
2. Menambah wawasan bagi para pembaca, tokoh dan praktisi dakwah dalam
mengembangkan ilmu dakwah;
dalam meningkatkan kualitas keagamaan bagi masyarakat pada umumnya
dan pemulung khususnya di Bantargebang Bekasi.
D. Metodolgi Penelitian
dengan pendekatan deskriptif analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim
Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang
Bekasi. Penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari
berbagai literatur, wawancara langsung kemudian data-data yang terkumpul
dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.
1. Subjek dan objek penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mereka yang bertugas di
Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang, yang terdiri dari 1 orang ketua
sekaligus ustadz di Majelis Taklim Al-Barkah dan 10 orang jamaah
pemulung pengajian Majelis Taklim Al-Barkah.
8
9
yang terletak di Jalan Pangkalan 1B RT.03 RW.05 Kelurahan
Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi, Kode Pos 17151.
2. Waktu penelitian
3 bulan yang terhitung dari bulan Febuari-Mei 2010. Penelitian ini
dilakukan pada saat acara rutinitas pengajian. Hal ini dipilih oleh peneliti
karena dianggap lebih memfokuskan peneliti dalam melakukan penelitian
dan pengumpulan data sehingga peneliti diharapkan dapat seefisien
mungkin dalam penggarapan peneliti
3. Teknik pengumpulan data
langsung atau tidak langsung dengan mengunakan wawancara, yakni
penulis melakukan wawancara dengan informan, ketua sekaligus ustadz
dan 10 ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Al-Barkah.
4. Sumber data
Adapun Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil
penemuan penelitian survey serta hasil wawancara dengan ketua
sekaligus ustadz MajelisTaklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi
b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literature
lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
9
10
non statistik, yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan-
penyerdehanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di
interpretasikan.dalam penelitian ini penulis menggunakan kesimpulan
yang benar melalui proses pengumpulan,penyusunan,penyajian dan
penganalisaan data hasil penelitian dengan berwujud kata-kata.data
dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Penulis menganalisa
data dengan menggunakan kata-kata .data dikumpulkan dengan cara
observasi dan wawancara.Penulis menganalisa data dengan menggunakan
kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.
E. Tinjauan Pustaka
Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung
Bantargebang Bekasi "
tetapi peneliti tidak menemui skripsi yang membahas tentang skripsi yang
peneliti tidak menemui skripsi yang peneliti tulis.
Skripsi itu antara lain "Peranan Majelis Taklim Darul Muttaqien dalam
Meningkatkan Pengamalan Ibadah Jama'ah Kaum Ibu di Kelurahan Pondok
Kacang Timur Tangerang" oleh Suhari (2006), "Peranan Majelis Taklim
Ma'hadul Fittyah dalam Pembinaan Keagamaan Remaja" oleh Firmansyah
10
11
Pengamalan Keagamaan Ibu-Ibu di Cinangka Sawangan Depok" oleh Sri
Lestari (2004)
Oleh karena itu, peneliti berusaha membandingkan karya tulis
terdahulu dengan skripsi yang peneliti kerjakan ini, dalam hal ini tentang
peranan majelis taklim.
F. Sistematika Penulisan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teoritis. Dalam bab ini membahas tentang sekitar
majelis taklim, yaitu berisi pengertian peranan majelis taklim,
tujuan majelis taklim, peranan majelis taklim, materi dan
metode pengajaran majelis taklim, dan pengertian pengamalan
ibadah.
tentang gambaran umum Majelis Taklim Al-Barkah, sejarah
berdirinya , tujuan majelis taklim dan struktur organisasi, dan
program jangka panjang dan pendek, profil pemulung
Bantargebang Bekasi.
yang berisi tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim
Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung
11
12
12
pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina
pengamalan ibadah, dan kesesuaian antara kegiatan pengajian
Majelis Taklim Al-Barkah dengan harapan pemulung di
Bantargebang Bekasi.
13
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi
kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau
memiliki peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam
masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu dengan
statusnya.
peristiwa.2
dikutip oleh Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-
harapan yang di kenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial
tertentu. Harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan
imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peran
itu di tentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1998), h.667
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1991),h.751
13
14
didalam pekerjaan lainnya3
gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-
kewajiban dan keharusan keharusan yang di lakukan. Seseorang karena
kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau
lingkungan dimana ia berada.
berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu4, dalam teorinya Biddle dan
Thomas membagi peristilahan dalam teori peristilahan dalam teori peran
dalam empat golongan yaitu istilah-istilah yang menyangkut :
a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut;
b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;
c. Kedudukan orang-orang dalam prilaku;
d. Kaitan antara orang dan prilaku.5
Masih menurut Biddle dan Thomas, ada lima istilah tentang prilaku
dalam kaitannya dengan peran yakni :
a. Expectation (harapan);
b. Norm (norma);
c. Performance (wujud perilaku);
3 N. Grass, W.S. Massan and A.W.Mc. Eachern, Exploration Role Analisis, dalam David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet .Ke-1,h.99-100
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social (Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada 2003), Cet ke -8 h.214
5 Ibid, h.215
Di atas telah disinggung bahwa ada hubungan yang erat sekali
antara peranan dengan kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam
lingkungan sosial dikarenakan dengan ia mempunyai status akan
kedudukan dalam lingkungan sosial (masyarakat).
Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah makhluk
sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk
atau manusia lainnya. Maka pada posisi semacam inilah peranan sangat
menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan
masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan
peranannya, yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia tinggal.
Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan oleh David Berry
terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat
terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh
pemegang peranan terhadap masyarakat.7
masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan
sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan
tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh
6 Ibid,h216. 7 N.Grass, W.S.Massan and A.W.Mc.Eachern, Op.Cit.,h,99
15
16
masyarakat kepadanya, dalam hal ini, peranan dapat sebagai bagian dari
struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga,
kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.
Demikian pula halnya pada majelis taklim yang memiliki tugas
untuk dapat memberikan kontribusinya yang berupa kegiatan-kegiatan
kepada masyarakat, khususnya jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah,
di situ ada suatu harapan besar masyarakat khususnya jamaah ibu-ibu
Majelis Taklim Al-Barkah, dengan berbagai macam kegiatan tersebut
yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah, Bisa dipahami dan terealisasikan
dalam pola kehidupan. Sehingga dapat meningkatkan pengamalan ibadah
jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al Barkah.
B. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya
Dalam Kamus Munjid yang dikutip oleh Luis Ma’luf bahwa kata
Majelis berasal dari bahasa arab yang berarti ( ) tempat duduk, dari
kata ( - - ) jadi kata Majelisun merupakan Isim Makan
(kata keterangan tempat) dari kata Jalasa yang berarti tempat duduk yang
di dalamnya berkumpul orang-orang. Zukairini mengomentari bahwa
majelis yaitu tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan
kegiatan, Tempat dapat berupa mesjid, rumah atau juga tempat khusus
yang dibangun untuk suatu kegiatan. Sehingga dikenal sebagai Majelis
Syuro atau Majelis Taklim dan sebagainya.
16
17
taklim. Ada beberapa arti kata majelis ini yaitu sebagai berikut :
a. Dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa Majelis adalah suatu
tempat yang didalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk
melakukan aktivitas atau perbuatan;10
b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majelis adalah pertemuan dan
perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.
Dan kata () berasal dari kata ( - - ) yang berarti
mengajarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Taklim
adalah melatih manusia. Jadi dari beberapa pendapat tentang definisi
taklim, maka ditarik garis besarnya bahwa taklim adalah suatu bentuk aktif
yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan memberikan atau
mengajarkan ilmu kepada orang lain. Bila kata Majelis dan Taklim
dirangkaikan menjadi satu, maka dapat diartikan dengan “Tempat
Pengajaran atau tempat memberikan dan mengajarkan ilmu agama”.
2. Fungsi Majelis Taklim
Fungsi majelis taklim menurut Prof. H. M. Arifin, M.Ed, majelis
taklim berfungsi sebagai pengokoh landasan hidup manusia Indonesia,
khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka
meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathiniyah,
duniawi dan ukhrowi, secara simultan (bersamaan), sesuai tuntunan agama
10 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (ed) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve ,1994 ), h.121
17
18
Islam yaitu iman dan taqwa yang melandaskan kehidupan duniawi dalam
segala bidang kegiatannya.
pendidikan non formal adalah :
kegiatan hidup manusia dan alam semesta;
b. Memberikan inspirasi, motivasi, dan stimulasi agar potensi jamaah
dapat dikembangkan dan diaktifan secara maksimal dan optimal,
dengan pembinaan pribadi, kerja produktif, untuk kesejahteraan
bersama;
kesatuan yang padat dan selaras.
3. Tujuan Majelis Taklim
tujuan Majelis Taklim dari segi fungsi, yaitu : pertama, berfungsi sebagai
tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan
keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman agama. kedua,
berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah
silaturahmi. Ketiga, berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya
adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan
lingkungan jamaahnya.13
13 Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan,1997), Cet.ke-1 h.78
18
19
a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan
masyarakat, khususnya bagi jamaah;
d. Membina kader di kalangan umat Islam.14
Senada dengan pendapat di atas, Manfred zimek mengatakan
bahwa tujuan dari majelis taklim adalah “Menyampaikan pengetahuan
nilai-nilai agama, maupun gambaran akhlak serta membentuk kepribadian
dan memantapkan akhlak".15 Merupakan wadah organisasi masyarakat
yang berbasis politik. Namun majelis taklim mempunyai peranan yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat.
4. Jenis Jenis Majelis Taklim
Jenis-jenis majelis taklim dapat dibedakan atas beberapa kriteria,
di antaranya dari segi kelompok sosial dan dasar pengikat peserta.
Ditinjau dari kelompok sosial peserta atau jamaahnya majelis
taklim terdiri atas :
14 Dewan Redaksi Enksiklpedia Islaam (e) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Haeve, 1994), h.122.
15 Manfred Zimek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1986) Cet. Ke-1. H.157
19
20
c. Majelis taklim remaja, pesertanya khusus para remaja baik pria
maupun wanita;
dan pria wanita.
tertentu. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang berada disekitar
masjid atau mushola tersebut. Dengan demikian dasar pengikatnya
adalah masjid atau mushala.
b. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau
Rukun Tetangga (RT) tertentu. Dengan demikian dasar pengikatnya
adalah persamaan administrative.
c. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh kantor atau instansi tertentu
dengan peserta yang terdiri dari para pegawai atau karyawan beserta
keluarganya dasar pengikatnya adalah persamaan kantor atau instansi
yang bekerja
perkumpulan tertentu dengan peserta yang terdiri dari pada anggota
atau simpatisan dari organisasi atau perkumpulan tersebut. Jadi dasar
pengikatnya adalah keanggotaan atau rasa simpati peserta terhadap
organisasi atau perkumpulan tertentu.
majelis taklim bukan lembaga pendidikan formal seperti Madrasah,
sekolah atau perguruan tinggi majelis taklim bukanlah merupakan wadah
organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis taklim
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat
Peranan majelis taklim antara lain :
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan
beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa
kepada Allah;
umat Islam.
peningkatan pada kualitas pada hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran
Islam. Di samping itu guna menyadarkan umat Islam.Disamping itu guna
menyadarkan umat Islam dalam rangka mengahayati dan mengamalkan
ajaran agamanya yang konteksual kepada lingkungan hidup sosial budaya
dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai
Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.
16 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, op.cit., h.120
21
22
landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental
spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya
secara integral, lahiriyah dan bathaniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah
secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama islam yaitu iman dan
takwa yang melandasi kehidupan duniawi, dalam segala bidang
kegiatannya. Fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional
kita. 17
a. Materi
digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya didunia dan
untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan
demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi seluruh
aspek kehidupan.
taklim, yaitu kelompok pengetahuan agama dan kelompok
pengetahuan umum.
17 H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 1995) Cet. Ke-1, h.120
22
23
menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya
kepadanya;
b) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan
akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong
menolong, sabar dan sebagainya. Akhlak tercela meliputi
sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud.
c) Fiqih. Adapun isi materi fiqih meliputi tentang shalat, puasa,
zakat, dan sebagainya. Di samping itu juga dibahas hal-hal
yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi
pengertian wajib, sunah, halal, haram, makruh dan mubah.
Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut jamaah
akan patuh dengan semua hukum yang diatur oleh ajaran Islam;
d) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur'an
berikut penjelasannya, makna dan hikmahnya;
e) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan
persetujuan Nabi Muhammad yang dijadikan ketetapan atau
hukum dalam agama Islam.
2) Kelompok Pengetahuan Umum
23
24
hendaknya jangan dilupakan dalil-dalil agama, baik berupa ayat-
ayat Al-Qur’an atau hadist-hadist maupun contoh dari kehidupan
Rasullah SAW.18
diklasifikasikan menjadi lima bagian :
sebagai tempat berkumpul, membaca shalawat, berjamaah dan
sebulan sekali pengurus majelis taklim mengundang seorang
guru untuk berceramah, itulah isi majelis taklim.
b) Majelis taklim mengajarkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan dasar ajaran agama seperti belajar mengaji Al-
Qur’an atau penerangan fiqih.
c) Majelis taklim mengajarkan tentang fiqih, tauhid, atau akhlak
yang diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang kadang-
kadang dilengkapi dengan tanya-jawab.
pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.
e) Majelis taklim dengan atau ceramah dengan pelajaran pokok
yang diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan
dengan situasi hangat berdasarkan ajaran Islam.19
Penambah dan pengembangan materi dapat dilakukan di Majelis
Taklim seiring dengan semakin majunya zaman dan semakin
18 Nurul Huda, op.cit., h.29-33
24
25
program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu
sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar Majelis Taklim
tidak terkesan kolot dan terbelakang.
b. Metode
Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta
artinya melalui dan Hodos artinya jalan, maka pengertian metode
adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.20
Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahan
pengajaran dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih, makin efektif pencapaian
tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun bagi
majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode
mengajar dikelas yang tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada
metode mengajar dikelas yang tidak dapat dipakai dalam majelis
taklim Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi
sekolah dengan majelis taklim.21
Metode ini dilakukan ini dilaksanakan dengan dua cara : pertama,
ceramah umum, dimana pengajar atau ustadz bertindak aktif
dengan memberi pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif,
20 H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), Cet. Ke- 2,h.10
21 Nurul Huda, Op Cit., h.10
25
26
Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan
untuk bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun
peserta atau jamaah sama-sama aktif.
2) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode halaqoh.
Dalam hal ini pengajar atau ustadz memberikan pelajaran biasanya
dengan memegang suatu kitab tertentu.
3) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah
metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau
diskusi mengenai suatu masalah pendapat atau diskusi mengenai
masalah yang disepakatyang suatu masalah yang disepakati untuk
dibahas.
artinya majelis taklim menyelanggarakan kegiatan pendidikan atau
pengajian tidak dengan satu macam metode saja , melainkan
dengan berbagai metode secara berselang-seling. 22.
C. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah,
merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari),
berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat
dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Dikatakan, orang yang
adzan (mu’adzin) telah memanggil dan menyeru manusia untuk melaksanakan
26
27
shalat. Seorang nabi, disebut da’i, orang yang mengajak manusia untuk
beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya (tauhid).23
Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminology, mengandung
beberapa arti yang beraneka ragam yang merupakan pendapat dari banyak ahli
ilmu dakwah, mereka memberikan pengertian yang berbeda-beda seseuai
dengan sudut pandang masing-masing di dalam memberikan pengertian
kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi yang satu dengan yang lainnya
senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan, yaitu sebagai berikut :
HSM. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah: "Setiap usaha aktivitas
dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil
manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan garis-
garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah".24
Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah, "Mengajak dan
menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk
amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat."
"Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia
dan di akhirat".25
Dari definisi di atas, ada beberapa prinsip yang menjadi substansi,
sebagai berikut :
23 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2006) Cet, ke-1. h,144
24 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta, Prenada Media, 2004). Cet,ke-1.h.5 25 Ibid . h.6
27
28
yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa :
a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau
memeluk agama Islam;
c. Nahi munkar.
Allah SWT.
berdakwah itu secara konsekwen.26
bahwa pengertian dakwah ialah mengajak mad’u untuk melakukan kebaikan
dan menjauhi larangan sesuai dengan ajaran Islam.
26 K.H.M. Isa Anshari. Mujahid Dakwah (Bandung: CV, Di ponegoro,1995), Cet, ke-V. hal.17
28
29
subjek dakwah dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan
satu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan dari sudut prosesnya.
Namun penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang subjek
dakwah. Subjek dakwah dinamakan da’i, juru penerang, mubaligh, dan
lain sebagainya. Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses
dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi
salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.
Adapun pengertian da’i adalah ”orang yang menyeru, memanggil,
mengundang, atau mengajak”.27 Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke
jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (Mujahid) yang
mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat
manusia.28 Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa tidak, harus
memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat
menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan tidak bisa tidak,
harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat
menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar, ia
juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang
menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan
27 A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan. (Surabaya: Usaha Nasional , 1983). Cet, ke-1. h. 33
28 A. Ilyas Ismail. Paradigma. H. 311
29
30
mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi
tantangan yang berat.29
Menyeru ke jalan Allah tersebut merupakan tugas dan kewajiban
setiap muslim di manapun mereka berada menurut kadar kemampuannya.
Jadi, setiap muslim adalah da’i sebagaimana Allah berfirman :


Artinya : ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki atau perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”. (QS. AT Taubah 9:71)
Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani
manusia bukan hanya satu bidang, maka perlu pembagian tugas dan
kewajiban sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam
rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai
syarat-syarat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian
kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai
syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil
yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang
perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasullulah
29 Ibid
umatnya, maka tentunya hal ini pun berlaku dalam dakwah Islam.30
Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus di
miliki da’i yaitu :
g. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih;
h. Kemampuan pengetahuan di bidang hadist;
i. Kemamampuan di bidang agama secara umum31.
Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da’i sehingga
dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat sasaran.
2. Objek Dakwah
Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi
usia, psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang
mad’u yang sangat mempengaruhi dalam menangkap isi pesan yang
disampaikan oleh da’i tersebut. Maka hendaklah seorang da’i harus
mampu menguasai siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi
30 H. Nawawie Rambe. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta : Widjaya, 1985). Cet, ke-3. h.10
31 Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-Prinsip Metodelogi Dakwah (Surabaya : Usaha Nasional, 1994) Cet. ke-1, h. 69-77
31
32
pribadi, makhluk sebagai makhluk lainnya.
”Sesungguhnya seorang da’i membutuhkan pemahaman yang
benar terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikannya dan
sungguh-sungguh dalam mentarbiyah para pengikutnya. Kegagalan salah
satu dari ketiga hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi amal
Islami secara keseluruhan”. Oleh karena itu, seorang da’i harus mendekati
mad’u benar-benar dimulai dari titik taraf pemahaman mad’u, bukan dari
titik pemahaman sang da’i.
Kita melihat dewasa ini ada sebagian dari saudara kita yang
muklisin, tetapi sering kali kurang memperhatikan prinsip ini, seluruh
perhatiannya dicurahkan untuk meluruskan aqidah umat dengan cara yang
membuat kebanyakan manusia lari dari padanya. Mereka berbicara kepada
seseorang tanpa membedakan antara orang yang berpendidikan dengan
orang yang tidak sekolah dan lain sebagainya.
3. Tujuan Dakwah
kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) bagi umat manusia baik dalam
kehidupan mereka didunia maupun di akhirat kelak.
Suatu kegiatan tidak akan bermakna apabila tidak ada arah tujuan
yang jelas. Maka tujuan dari dakwah adalah mengubah pandangan hidup
seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pola pikir
dan pola sikap, Allah SWT berfirman :

32
33
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari
Allah dan seruan dari Rosul, apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. (Q.S.Al Anfal : 24)
Adapun yang dimaksud dengan tujuan dakwah adalah
sebagaimana yang dirumuskan oleh Abu A’la Maududi bahwa yang ingin
dicapai melalui dakwah Islam adalah, "menghidupkan manusia baik daya
observasinya, daya rasa, dan daya cipta, serta menghidupkan dhamir hati
nurani dan basyirah".
M. Syafa’at Habib merinci tujuan dakwah Islamiyah itu sebagai
usaha untuk :
b. Mengadakan koreksi terhadap situasi atau tindakan yang menyimpang
dari ajaran agama;
masyarakat yang diridhai Allah;
kebekuan pikiran.32
dalam berbagai bentuknya tidaklah lain dari suatu usaha yang dilakukan
menciptakan pribadi muslim yang mampu serta bertanggung jawab
melaksanakan ajaran islam. Baik pribadi muslim itu telah mampu
32Abu A’la Maududi, Petunjuk Untuk Juru Dakwah (Terj), Media Dakwah, (Jakarta 1982), h.4
33
34
dan batin serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demikian tujuan dakwah Islam yang pada intinya adalah merubah
sikap dan prilaku seseorang atau kelompok supaya kembali pada pola
dasarnya, bahwa manusia pada dasarnya hidup di dunia ini agar mengabdi
kepada Allah SWT.
4. Metode Dakwah
”meta”(melalui) dan ”hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat
artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain mengatakan bahwa metode
berasal dari bahasa Jerman methodika artinya ajaran tentang metode. Arti
secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu maksud.
Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.33
para da’i antara lain : Al-Qur’an, As-Sunnah, Sirah (sejarah),
Salafusshaleh dari kalangan sahabat, tabi’in dan ahli ilmu serta iman.
33 Said Bin Ali Al-Qohthani. Dakwah Islam Dakwah Bijak ( Jakarta : Gema Insani Press, 1994). Cet ke-1.h 101
34
35
berikut :
a. Memeriksa dan mendiagnosis pasien (kalau da’i diumpamakan dokter)
Seorang dokter ahli berpengalaman sebelum mengobati ia
akan melakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakitnya terlebih
dahulu. Setelah itu, melakukan pengobatannya berdasarkan penyakit
tersebut. Seorang da’i adalah dokter rohani. Penyakit rohani antara
lain kufur dan maksiat. Dalam hal ini, seorang dai harus memberikan
obat yang sesuai dengan penyakit yang di derita pasien. Obat kufur
adalah iman kepada Allah dan ajaran yang di bawa Rasullulah SAW,
sedangkan obat maksiat adalah bertaubat kepada Allah dan
memperbanyak taat. Bagi Allah setiap penyakit ada obatnya.
b. Menghilangkan syubhat
diragukan lagi bahwa syubhat bisa melahirkan keraguan (syak) pada
kejujuran seorang da’i dan hakikat ajakannya.
c. Memberikan semangat kepada audiens agar selalu menggunakan
”obat” dan menerima yang hak.
d. Membimbing audiens dengan al qu’ran, as sunnah, dan sirah kaum
salafus shaleh
e. Menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak. Yakni melalui nasihat
dan diskusi yang baik atau (kalau memang di perlukan) dengan
35
36
menentang Islam dan zhalim.34
tepat, cara-cara ini dirumuskan dalam surat An- Nahl ayat 125 :

Artinya : "Serulah (ajaklah) manusia kepada jalan Allah dengan cara bijaksa dan nasehat yang baik, dan bertukar pikiranlah, (bantahlah) dengan cara yang lebih baik”.
(Q.S. An-Nahl :125)
Dari ayat di atas dapat kita ringkas bahwa menurut ayat di atas
metode dakwah itu meliputi tiga bagian yaitu :
a. Hikmah (bijaksana);
5. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah hal-hal yang akan disampaikan kepada
obyek dakwah Materi dakwah secara prinsipil berpangkat pada al qur’an
dan Sunah Rasul. 35Kedua materi itu dinamakan materi primer. Sedangkan
materi sekundernya adalah sebagaimana diungkapkan oleh A. H.
Hasanudin sebagai berikut: ”materi dakwah kalau dianggap perlu bisa
ditambah dengan hasil ijtihad para ulama, atau sarjana muslim yang
34 Ibid h.101-102 35 Ibid.h. 13
36
37
terpercaya dan kuat”. 36Selain itu materi dakwah primer dan sekunder juga
bisa diambil dari berbagai sumber lain seperti, buku-buku agama atau
umum, media informasi, pengalaman dan sebagainya.
Materi dakwah menurut Muhammad Natsir dalam bukunya
"Fiqhud Dakwah" dibagi dalam tiga pokok, yaitu :
a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliqnya;
b. Menyempurnakan hubungan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya;
c. Mengadakan keseimbangan antara keduanya dan mengaktifkan kedua-
duanya sejalan dan berjalin.
diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:
a. Masalah keimanan (aqidah);
c. Masalah budi pekerti (akhlaquk karimah)36.
6. Media Dakwah
Istilah Media dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin,
yaitu”median”yang berarti perantara. Kata media merupakan jamak dari
kata median itu sendiri. Dari arti semantiknya media berarti segala sesuatu
yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.37.
Dengan Demikian Media dakwah dapat di artikan dengan sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang
36 M..Natsir, Fiqhud Dakwah, ( Jakarta: Yayasan Cipta Selecta,2000) cet ke- 11, h. 36
36 Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam 37 Ibid, h.163
37
38
kondisi tertentu dan sebagainya.
yang sangat penting, karena media menjadi urat nadi kegiatan dakwah.
Selain itu, media juga dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Media lisan;
b. Media tulisan;
c. Media elektronik.
E. Pengamalan Ibadah
baik. Kata "amal" itu sendiri mendapatkan awalan “Peng” dan akhiran
“an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil, atau proses kerja
mengamalkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara,
perbuatan, mengamalkan, melaksanakan dan pelaksanaan, penerapan.38
Sedangkan Ibadah secara bahasa (terminology) berarti
merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut Istilah (terminology),
38 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), edisi 111 h.34
38
39
puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala
bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap mukmin
muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Selain definisi di atas, Ibadah juga mempunyai beberapa definisi
antara lain :
melalui lisan para rasul-Nya;
b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi;
c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza Wa Jalla, baik berupa ucapan atau pun perbuatan,
yang dzahir maupun yang bathin.39
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah
adalah proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan
yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah
SWT, yang disadari dengan mengerjakan perintahnya dan menjauhi
larangannya.
39 H. Baihaqi A.K. Fiqih Ibadah ( Bandung : Mas Bandung, 1996),cet-ke1,h.31
39
40
Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia sebagaimana yang di syariatkan dalam Islam. Itulah yang kita
amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an dan Sunnah Allah SWT, menginginkan segala yang kita
lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita
mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita, pergaulan kita,
percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun
kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah.
Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran,
perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan
dan hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita
kepada Allah SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek
kehidupan kita baik yang lahir maupun batin.
Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya "Fiqih Ibadah",
ditinjau dari segi bentuknya, Ibadah di bagi menjadi dua macam yaitu :40
a. Ibadah "khashshah" adalah ibadah yang ketentuan dan cara
pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan
Hadist, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Ibadah "Ammah" adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat
baik dan semata-mata karena Allah SWT. seperti makan dan minum,
40 A. Rahman Ritonga, M.A, Fiqh Ibadah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama: 2002), Cet ke2, h.62
40
41
amar ma’ruf-nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad Baqir, ibadah
menurut bentuk dan pengamalannya terdiri dari :41
c. Ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah seperti berdzikir,
bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya;
d. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatan, seperti shalat, zakat,
puasa dan haji;
orang lain, berjihad membela diri, mendirikan madrasah atau yayasan,
mesjid, rumah sakit dan sebagainya;
f. Ibadah yang bentuk pelaksanaanya menahan diri seperti puasa, ihram
dan I’tikaf;
seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutang,
memaafkan kesalahan dan sebagainya.
Allah SWT, bentuk peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya,
pelaksanaannya, dan tata caranya. Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut
adalah shalat, zakat, puasa dan haji.
Sebagaimana muslim pada umumnya, pemulung juga mempunyai
kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut, tidak ada
perbedaannya dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu
41 Al Habsy dan Muhammad Baqir, Fiqh Praktis Menurut Al-Qur’an, As sunnah dan Pendapat Ulama (Bandung: Mizan, 1999), Cet, ke 4, h.27
41
42
42
pengamalan ibadah dan aktifitas dakwah lainnya yang dilakukan oleh
Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi.
43
A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya
Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk yang
bernyawa maupun mahkluk yang tidak bernyawa, pasti mempunyai latar
belakang atau sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya
Majelis Taklim Al-Barkah ini yang mempunyai sejarah yang tidak kalah
menarik dengan sejarah kelahiran yang lain.
Majelis Taklim Al-Barkah tidak didirikan di atas keserba-adaan dan
bukan bertahta di atas singgasana serba berkecukupan, melainkan ia lahir dan
berkembang berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta adanya bimbingan
dan dukungan sepenuhnya dari para dermawan yang tulus dan ikhlas
mengorbankan sebagian hartanya dan menyumbangkan pikiran serta
tenagannya dengan niat ibadah.
suatu kisah tentang masyarakat Bantargebang Bekasi, di mana masyarakat ini
tingkat keagamaannya masih sangat rendah sekali. Mereka belum mengetahui
bagaimana caranya shalat, bagaimana rukun-rukunnya puasa, bagaimana cara
membaca Al-Qur’an dan lain-lain, khususnya kaum ibu rumah tangga, di
mana hari-harinya banyak disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga,
mengurus anak dan suami, sehingga hampir tidak ada waktu untuk belajar
agama dan seluk beluknya.
sangat bagus dari seorang KH. Nasir Thabroni, untuk mendirikan suatu
lembaga pendidikan keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim
dengan nama Majelis Taklim Al-Barkah. Majelis Taklim Al-Barkah ini berdiri
pada tahun 1982-1985 dengan pendirinya Almarhum H. Thabroni1. Modal
awalnya uang pribadi yang dibantu swadaya masyarakat Bantargebang dan
sekitarnya. Majelis Taklim ini oleh warga Bantargebang Bekasi digunakan
untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu dan tempat ini pula oleh para
pemulung warga Bantargebang digunakan untuk menimba ilmu agama.2
B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah
Majelis Taklim Al Barkah didirikan dengan tujuan berbuat sesuatu
demi orang lain yaitu :
2. Masyarakat menjadi tahu tentang perkembangan agama Islam;
3. Terciptanya kerukunan antar warga3;
4. Masyarakat dapat mencari ilmu pengetahuan di Majelis Taklim Al-
Barkah;
1 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.
2 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.
3 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.
44
45
hidup mereka menjadi serasi dan seimbang;
6. Mempererat silatuhrahmi.
Al-Barkah berharap di dalam Perjalanannya (memberi pengajaran-pengajaran
agama kepada masyarakat) menjadi yakin, mantap dan terarah.
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya :
"Barangsiapa yang menghendaki dunia maka ia harus menguasai ilmunya, dan
barangsiapa yang menghendaki akhirat maka ia harus menguasai ilmunya dan
barangsiapa yang menghendaki keduanya, maka harus pula menguasai ilmu-
ilmunya.”
Suatu Organisasi seperti Majelis Taklim Al-Barkah tidak akan berjalan
dengan baik, tanpa adanya orang-orang yang mengurusi ataupun bertanggung
jawab di majelis taklim tersebut, maka harus dibuat suatu struktur
kepengurusan atau struktur organisasi.
kerangka yang menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan
organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut serta wewenang dan
45
46
kerja tersebut.”4
Berangkat dari tulisan di atas, maka dapat dipahami bahwa struktur
organisasi dapat dilakukan sebagai kerangka kerjasama di mana orang-orang
akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas serta menyusun
bagian-bagian sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga
dalam sistem organisasi terwujud apa yang dicita-citakan.
Yang dimaksud dengan kerangka yaitu ruang lingkup, jalur
koordinasi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh masing-masing
bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Untuk
mencapai misi yang diemban oleh pengurus Majelis Taklim Al-Barkah,
seperti yang dituturkan oleh ketua pengajian yaitu Bapak KH. Nasir Thabroni,
maka disusunlah sebuah struktur organisasi sebagai berikut :
1. Ketua Majelis Taklim
tugas seorang ketua atau pemimpin sama halnya Majelis Taklim Al-
Barkah adalah mengusahakan agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan
tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerjasama yang produktif.
Seorang Ketua Majelis Taklim harus bisa mengintegrasikan pandangan-
pandangan anggota kelompok majelis taklim, baik mengenai situasi di
dalam maupun di luar kelompok yang bersangkutan. Selain itu, harus bisa
mengawasi tingkah laku anggotanya berdasarkan rumusan bersama yang
4 Soetmina, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Yogyakarta : Kanisius, 1992), Cet. Ke-I, h. 57.
46
47
telah ia rumuskan itu dan harus menyadari dan merasakan kebutuhan-
kebutuhan, keinginan-keinginan dan cita-cita anggota serta mewakilinya
ke dalam maupun ke luar anggotanya.
2. Wakil Ketua
Jabatan Wakil Ketua ini dipegang oleh Ibu Hj. Maryam Umroh.
Tugas seorang wakil ketua adalah bertanggung jawab membantu apa yang
menjadi tugas dari ketua majelis taklim. Jabatan ini sama beratnya dengan
jabatan ketua majlis taklim, karena di sini juga diperlukan tenaga ekstra
dalam membantu apa yang diperintahkan oleh seorang ketua serta menjadi
penyalur aspirasi dari anggota kepada ketuanya.
3. Sekretaris
bertugas mencatat siapa saja yang menabung, mencatat siapa saja yang
menyumbang untuk anak yatim dan sebagainya. Jabatan ini diperlukan
suatu ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam pembukuannya dan
catatannya.
Jabatan Bendahara ini dipegang oleh Ibu Hj. Aswasih. Ia bertugas
memegang keuangan yang ada di Majelis Taklim A-Barkah. Sifat yang
sangat jujur diperlukan dalam tugas ini, karena banyak orang yang terjerat
dosa karena korupsi dengan ekonomi. Di sinilah saatnya ia berusaha keras
untuk mengamalkan apa yang diajarkan oleh ustadz tentang amanah dan
kejujuran.
47
48
oleh seksi-seksi di antaranya sebagai berikut :
1. Seksi Dakwah
Jabatan Seksi Dakwah ini dipegang oleh Ibu Neneng Asti bertugas
memimpin wiridan dan pembacaan Surah Yasin dan mencari guru
pengajar atau ustadz/ustadzah dari luar. Maka dia juga harus membagi
waktu antara ustadz/ustdzah yang akan mengajar agar tidak bentrok.
Seorang Seksi Dakwah juga siap mengaji atau memimpin jalannya
pengajian apabila sang Ustadz/Ustadzah tidak hadir.
2. Seksi Perlengkapan
Thamrin. Dalam hal ini ia bertugas melayani atau melengkapi segala
kebutuhan di majelis taklim. Adapun hal-hal yang dilakukannya selama ini
adalah membeli Al-Qur’an untuk majelis taklim, menyediakan minum
untuk ibu-ibu pengajian dan masih banyak lagi.
3. Seksi Informasi
informasi ini bertugas memberi informasi apapun tentang kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan majelis taklim dan menyampaikan informasi
dari luar, misalnya mengumumkan tentang adanya perayaan hari besar
agama Islam, memberi informasi tentang undangan pengajian dari luar
untuk para ibu-ibu pengajian dan lain-lain.5
5 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 8 Maret 2010.
48
49
merupakan anugerah, akan tetapi jabatan tersebut merupakan beban
tanggung jawab yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Mengenai
tugas-tugasnya memang terasa berat, namun demi kelancaran jalannya
majelis taklim dalam mengemban amanah amar ma’ruf nahi munkar,
mereka harus tetap istiqomah dalam memegang amanah.
D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang
Program adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk
melaksanakan rencana kegiatan atau kebijakan (policies) dalam mencapai
tujuan (objective). Suatu program menentukan kegiatan-kegiatan secara
bertahap atau suatu rentetan kegiatan, yang menjadi tuntunan dalam
pelaksanaan suatu kebijakan.
Taklim Al-Barkah yaitu :
2. Mengadakan tabungan;
6. Mengadakan shalat sunnah tasbih;
7. Meningkatkan sarana dan prasarana;
8. Membuat taman bermain sederhana untuk para jama’ah yang membawa
anak kecil.
Mulus, lancar dan sukses merupakan sesuatu yang sangat diharapkan
setiap kali kita melakukan suatu kegiatan. Tetapi hambatan-hambatan dalam
menggerakkan sesuatu itu tidak bisa dipungkiri. Artinya, setiap kegiatan yang
dilakukan tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan, seperti
peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah
pemulung di Bantargebang Bekasi.
1. Adanya modernisasi dan perkembangan teknologi.
Menonton televisi, mendengarkan radio ataupun pergi ke mall
walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja, itu lebih menarik bagi sebagian
pemulung daripada menghadiri pengajian di majelis taklim yang menurut
mereka membosankan, mengantuk atau tidak asyik. Mereka lebih memilih
sinetron-sinetron, kuis-kuis, acara musik ataupun gosip-gosip tentang artis
daripada mendengarkan ceramah seorang ustadz ataupun berdzikir.
2. Adanya image bahwa pengajian itu kuno
Selain modernisasi dan perkembangan teknologi sebagai salah satu
hambatan dalam perkembangan Majelis Taklim Al-Barkah, ada pula
hambatan lain yaitu adanya pendapat atau kesan bagi sebagian masyarakat
bahwa menghadiri pengajian itu adalah aktivitas jaman dahulu alias kuno.
Menurut mereka, Pengajian sudah tidak pantas lagi berada pada jaman
modern ini. Mereka merasa enggan atau malu jika harus menghadiri
pengajian, memakai kerudung, memakai pakaian tertutup atau harus
50
51
berkumpul dalam satu wadah dengan ibu-ibu yang usianya jauh lebih tua
dari mereka atau lazim disebut nenek-nenek.
3. Kurangnya dukungan dari suami
Ada sebagian suami yang tidak atau kurang mendukung istri
mereka untuk mengikuti pengajian, karena mereka mengganggap istri
ditakdirkan hanya untuk menjaga atau mengurus rumah dan anak-anak.
Mereka tidak mengijinkan istrinya untuk beraktivitas di luar rumah karena
tidak dapat lagi mengurus rumah dan anak-anak.
4. Perbedaan pendapat karena perbedaan usia.
Seringkali dalam satu perencanaan kegiatan terdapat perbedaan
pendapat atau keinginan dikarenakan perbedaan usia. Dalam
merencanakan suatu kegiatan, para ibu muda biasanya memiliki
pembaharuan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Mereka ingin
melaksanakan kegiatan dengan menambah unsur modernisasi tanpa
meninggalkan tradisi, sementara ibu-ibu yang usianya jauh lebih tua tidak
mau mencampur modernisasi, mereka tetap berpegang pada tradisi saja.
5. Faktor mencari nafkah
dengan jam kerja sebagian pemulung yang terpaksa bekerja mencari
nafkah untuk membantu suami ataupun karena sudah tidak memiliki
suami sehingga pagi hari mereka harus berangkat bekerja dan tidak bisa
menghadiri pengajian. Ada pula beberapa ibu yang memang berkarir
sesuai profesinya masing-masing sesuai keinginan sendiri.
Adapun upaya untuk mengatasinya yaitu :
51
52
tradisional yang mengubah image bahwa pengajian membuat mengantuk,
membosankan dan tidak menarik;
memulai pengajian tidak terlalu pagi dan berakhir tidak terlalu siang,
sehingga cukup waktu bagi ibu-ibu untuk mengurus dan merapihkan
rumah tangga mereka;
menyeimbangkan kehidupan duniawi dengan ukhrowi dan tidak lebih
mementingkan kepentingan duniawi daripada kepentingan ukhrowi.
F. Profil Pemulung Di Bantargebang Bekasi
Kota Bekasi terkenal dengan kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan
yang terjadi setiap hari, juga padatnya lahan perumahan dan pertokoan.
Bantargebang yang bermasalah sebagai TPA Sampah warga DKI Jakarta,
padahal Bantargebang bisa dibilang menjadi urat nadi perekonomian kota.
Kota Bekasi menjadi kota yang supersibuk, karena selain harus melayani
warga dari daerah sendiri, juga dari wilayah-wilayah yang mengelilinginya
seperti DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi.
Luas wilayah Kecamatan Bantargebang Bekasi adalah adalah
4.478.803 Ha yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.640.899
Ha, lahan sawah seluas 1.206.036 Ha, pertanian darat 1.336.735 Ha, dan
penggunaan lain-lain seluas 295.131 Ha. Dari delapan desa yang ada di tiga
52
53
Berdasarkan fungsinya, Desa Bantargebang diperuntukkan untuk jalur
industri ringan, Desa Padurenan, Desa Mustikajaya dan Desa Mustikasari
diperuntukkan sebagai jalur perumahan dan Desa Sumurbatu untuk area
holtikurtura. Penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Bantargebang adalah
lahan pemukiman mencapai 52,60%, sebanyak 30% lahan pertanian darat dan
11,60% lahan sawah telah dijadikan lahan perumahan untuk menampung para
pendatang, karena Kota Bekasi merupakan daerah penyangga bagi Provinsi
DKI Jakarta.
Kecamatan Bantargebang merupakan salah satu kecamatan yang
berada di wilayah Kota Bekasi. Kecamatan ini berdiri pada tahun 1981 dan
merupakan pemekaran dari Kecamatan Setu. Kecamatan Bantargebang secara
geografis terletak antara 107021'-107010 Bujur Timur dan 6017'-6027 Lintang
Selatan dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan daerah Tambun;
2. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor;
3. Sebelah timur berbatasan dengan daerah Setu;
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Daerah Bantargebang dan sekitarnya dilalui oleh jalur utama Jalan
Raya Bekasi-Bogor dan sekaligus daerah industri, permukiman, dan pertanian.
Setiap harinya ada sekitar 700 truk yang membuang sampah sekitar 5.000 ton
sampah DKI Jakarta dalam lima zona seluas 110 hektar di TPA yang sekarang
berganti nama menjadi TPST. Ada sekitar lima ribu pemulung setiap hari dan
53
54
sekitar 80 pengepul di sekitar TPA. Bila kita ingin masuk ke dalam kawasan
TPA dari Jalan Raya Bekasi, sepanjang jalan yang kita temukan rumah-rumah
pengepul sampah saja dan tanah kosong yang tidak dipergunakan atau
terbengkalai. Tetapi kalau kita melihat dari atas tumpukan sampah yang
berada persis di depan pemberhentian truk-truk sampah yang akan ditimbang,
maka kita dapat melihat ada sebuah pemukiman yang berada sangat dekat
dengan TPA Bantargebang. Menurut pengelola TPA, itu adalah pemukiman
para pemulung yang bermatapencaharian di tempat pengelolaan sampah
tersebut. Kebanyakan mereka adalah warga pendatang yang mengadu nasib
atau peruntungannya di dalam mencari nafkah untuk biaya hidup. Usia
merekapun bervariasi dari mulai anak remaja sampai yang sudah lanjut Usia
kebanyakan dari mereka berusia antara 30-40 tahun sebagaimana yang
tercantum tabel berikut :
Laki-laki
41-60 tahun 9 15-20 tahun 14 21-30 tahun 19 31-40 tahun 28
Perempuan
Latar belakang pendidikan merekapun bermacam-macam sebagian
kecil yang duduk di bangku sekolah itu juga hanya sampai SLTP saja.
Disamping itu juga ada dari mereka yang memang mengajarkan ilmu agama
melalui Pengajian-pengajian walaupun Cuma sebagaian kecil padahal minat
54
55
55
anak-anak untuk belajar sangat tinggi. Tetapi karena perekonomin yang sulit
para orang tua mereka pun tidak mampu menyekolahkan ini menjadi salah
satu faktor penyebab latarbelakang pendidikan pemulung sangatlah rendah,
karena penghasilan mereka hanya 15 ribu- 20 ribu perhari, kebanyakan dari
mereka hidupnya terbelakang tapi ada sebagaian kecil pemulung yang bisa
sukses seperti contohnya menjadi bos rongsokan dan omset jutaan
perbulannya
Letak pengelolaan sendiri memang kalau dilihat dari arah Jalan Raya
Bekasi agak jauh dari pemukiman warga, akan tetapi kalau kita lihat dari
dalam pengelolaannya sendiri masih banyak rumah-rumah penduduk yang
bermukim di daerah sekitar pengelolaan sampah terpadu Bantargebang. Hal
itu disebabkan semakin banyaknya kebutuhan akan lahan untuk pembuangan
sampah dari wilayah Jakarta khususnya. Pada saat ini hanya ada sebuah
fasilitas pengolahan kompos di TPA Bantargebang, namun nantinya, akan
dibangun empat buah fasilitas lain yang akan melengkapi fasilitas yang
terdapat di TPA Bantargebang Bekasi yaitu tempat pemilahan sampah, daur
ulang, pengolahan sampah organik, dan pembangkit listrik tenaga sampah.
Investasi seluruhnya sekitar 700 miliar dan ditargetkan dua tahun
pelaksanaannya akan selesai bila tidak terjadi halangan ataupun masalah yang
dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut.
56
Pengamalan Ibadah Pemulung di Bantargebang Bekasi
Dari hasil observasi dan wawancara, penulis menemukan data-data
sebagai berikut tentang kegiatan yang ada di Majelis Taklim. Kegiatan
tersebut dilakukan setiap seminggu sekali yaitu setiap hari minggu pukul
06.00-08.00. Kegiatan ini berdurasi dua jam pertemuan. Pelaksanaan kegiatan
ini bertempat di dalam dan di luar ruangan atau majelis taklim. Kegiatan ini
yang dilaksanakan di dalam yaitu berupa bimbingan shalat, ceramah agama,
peringatan hari-hari besar Islam dan sholat sunnat tasbih berjamaah.
Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan di luar ruangan yaitu manasik haji.
Menurut KH. Nasir Thabroni, semua kegiatan sudah diprogramkan di
Majelis Taklim Al Barkah ini, kecuali bimbingan latihan manasik haji, karena
kegiatan ini termasuk kegiatan yang masih baru di kalangan jama’ah Majelis
Taklim Al-Barkah. Dan menurut beliau juga, bahwasanya yang mengikuti
kegiatan-kegiatan tersebut ialah para jama’ah Majelis Taklim Al-Barkah
kecuali kegiatan perayaan hari-hari besar Islam.1
1. Bimbingan Shalat
kegiatan bimbingan shalat di majelis taklim lainnya, yang pada intinya
1 KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi, Bekasi, Senin 4 April 2010.
56
57
membimbing pemulung dalam melaksanakan tuntunan shalat yang lebih
baik lagi dalam bentuk teori atau praktek. Kegiatan ini dilaksanakan di
dalam Majelis Taklim Al-Barkah, dengan diikuti oleh semua jamaah.
Kegiatan bimbingan shalat ini dipimpin dan dibimbing langsung oleh
KH. Nasir Thabroni.
gerakan shalat, kemudian menunjuk salah satu jamaah untuk maju ke
depan dan mempraktekkan bacaan dan gerakan yang tadi telah di
contohkan oleh Pak Kyai. karena keterbatasan waktu dan jumlah jamaah
yang banyak, maka dalam satu kali pertemuan hanya beberapa jamaah saja
yang maju ke depan. Kegiatan bimbingan shalat ini juga mempraktekkan
tata cara ibadah shalat sunnah yang lain beserta bacaannya.
2. Ceramah Agama
Kegiatan ini di dalam majelis taklim dengan diikuti oleh semua
jamaah pemulung. Pelaksanaannya ketika pengajian berlangsung, dan
yang memberikan ceramah agama ini biasanya KH. Nasir Thabroni dan
sesekali waktu mengundang penceramah dari luar untuk mengisi ceramah
agama ini. Materi yang disajikan bermacam-macam tergantung dari
penceramah itu sendiri. Biasanya materi yang sering dibawakan berupa
Tafsir, Aqidah atau Fiqh. Ceramah agama ini bersifat satu arah, yaitu
jamaah hanya menjadi mustami’ atau pendengar saja, tanpa ada tanya-
jawab. Padahal, bentuk komunikasi yang paling baik yang terdapat pada
ceramah agama yaitu bersifat dua arah, yaitu ada tanya jawabnya. Jadi ada
57
58
feed back-nya atau umpan balik yang diberikan oleh ustadz dan ditanggapi
oleh jamaah. Sehingga tidak terkesan monoton dan membosankan.
3. Shalat Tasbih Berjamaah
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jamaah. Waktu pelaksanaannya
hanya sebulan sekali, dan bertempat di dalam majelis taklim. Kegiatan ini
juga diisi dengan dzikir dan doa bersama oleh KH. Nasir Thabroni
sebagaimana shalat berjamaah lainnya. Hanya perbedaannya terdapat
dalam jumlah raka’at dan bacaan- bacaan shalatnya.
4. Peringatan Hari- Hari Besar Islam
Kegiatan ini dilakukan selain ajang silatuhrahmi, juga sebagai
manifestasi umat kepada Islam itu sendiri. Hari-hari besar Islam itu terjadi
dan berputar pada tiap tahun. Adapun hari-hari besar Islam yang pernah
diperingati oleh para jamaah di Majelis Taklim Al Barkah diantaranya :
Peringatan Hari Raya Idul Fitri, Peringatan Hari Raya yang jatuh pada
tanggal 1 syawal, Peringatan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 12
Robiul Awal, Peringatan Isra Mi’raj yang jatuh pada tanggal 27 Rajab,
Peringatan Hari Qurban yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah, Peringatan
Hari Raya Anak Yatim (Idul Aitam) yang jatuh pada tanggal 10
Muharram.
Kegiatan ini merupakan kegiatan baru yang menjadi program dari
kegiatan–kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah yang sudah ada. Bentuk
kegiatan ini pun hampir sama dengan kegiatan manasik haji yang sudah
ada di Taman Kanak-Kanak (TK), hanya saja dalam kegiatan yang
58
59
Diantaranya yaitu, semua peserta manasik haji ini diikuti oleh jamaah
Majelis Taklim Al-Barkah. Sedangkan di TK, pesertanya adalah murid TK
itu sendiri yang pastinya masih anak-.anak. Dalam pelaksanaannya,
kegiatan manasik haji ini sangat banyak peminatnya. Hal ini dikarenakan
selain kegiatan ini masih terbilang baru, juga banyak yang berharap
kegiatan ini merupakan doa juga bagi yang belum menunaikannya dengan
berharap semoga bisa dipanggil ke tanah suci. Tujuan lainnya ialah
sebagai latihan bagi para jamaah (baik dari dalam maupun dari luar)
sebelum berangkat ke tanah suci. Kegiatan manasik haji ini dibimbing
oleh ustadz yang berasal dari luar daerah.
B. Peranan Ibu-ibu Pengajian tentang Kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah
dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung
Peranan ini begitu memberikan dampak positif dalam peningkatan
pemahaman dan pengamalan ibadah para pemulung. Ibu-ibu pengajian adalah
orang yang paling dekat interaksinya dengan para pemulung. Hal ini membuat
semangat dan minat para pemulung semakin kuat untuk mempelajari ilmu
agama, merasa nyaman dan tidak dianggap sebelah mata dalam berinteraksi
dengan kaum ibu, karena status sosial menjadi sama, dan tidak dibeda-
bedakan. Tali silatuhrahmi di antara merekapun menjadi kuat.
Kaum ibu juga memiliki peranan penting dalam hal membantu
menyediakan alat-alat media pendukung yang belum ada bagi para pemulung
59
60
kitab-kitab, konsumsi, memberikan santunan dan sebagainya.
Bagi para ibu pengajian yang memang lebih memahami dan
menguasai ilmu agama, mereka dengan sukarela membagi ilmunya dengan
para pemulung tanpa mengharapkan imbalan apapun kecuali ridho Allah
SWT. Seperti halnya melatih para pemulung dalam berpidato secara baik dan
berisi, membantu para pemulung dalam melakukan tata cara sholat yang baik
dan benar.
Kaum ibu pun selalu memberikan kesempatan bagi para pemulung
untuk bisa mengeluarkan kemampuan mereka dalam hal berpidato dengan
dijadikannya MC dalam suatu acara peringatan hari besar Islam. Ada juga
yang menjadi qori atau qoriah bagi pemulung yang memang memiliki bakat
tersebut. Peranan ibu-ibu pengajian dalam membina pengamalan dan
memperluas pengetahuan para pemulung intinya mencakup dua faktor yaitu
faktor keilmuan dan faktor sosial (interaksi dan meningkatkan minat
pendukung).
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan para Pemulung di
Bantargebang Bekasi.
menemukan faktor, baik pendukung maupun penghambat seperti diutarakan
sebagai berikut :
mendalami ilmu agama;
b. Keseriusan sebagian besar pemulung dalam mengamalkan ilmu yang
mereka dapat dari pengajian. Dalam kehidupan sehari-hari, ini terlihat
dari cara tutur sapa dan cara berpakaian yang lebih sopan dari
sebelumnya.
a. Kitab taklim yang dibagikan kepada setiap jamaah (pemulung) dalam
pengajian;
ataupun berjamaah;
d. Adanya papan tulis dan sekali-kali menggunakan video untuk
memperjelas suatu materi agar lebih mudah dipahami.
3. Faktor sosial
Ini terjadi karena beberapa hal :
a. Interaksi antara para pemulung dan kaum ibu jamaah pengajian yang
menguatkan tali silatuhrahmi;
mereka yang belum begitu memahami antara para pemulung dengan
ibu-ibu jamaah yang lebih memahami;
c. Tidak adanya diskriminasi antara pemulung dengan ibu-ibu jamaah
pengajian dalam hal status sosial.
61
62
Membina Ibadah
Al-Barkah tentu harus memiliki makna dan harapan-harapan pemulung sesuai
dengan program-program yang telah dibuat oleh Majelis Taklim Al-Barkah itu
sendiri, karena hal itu merupakan salah satu tanda di dalam majelis taklim
yang mana merupakan adanya sebuah demokrasi dan musyawarah yang
sangat baik di dalamnya. Sepertinya halnya kegiatan Muhasabah, yang
berisikan pemberian tausyiah, shalat tahajud berjamaah dan melakukan dzikir
serta muhasabah bersama-sama. Harapan yang ingin dicapai dari kegiatan ini
adalah untuk mendekatkan diri lagi kepada Allah SWT.2 Kemudian
bimbingan shalat yang dilakukan di Majelis Taklim Al-Barkah dibimbing
oleh KH. Nasir Thabroni, merupakan kegiatan yang sangat banyak
memberikan harapan bagi para pemulung untuk meningkatkan pengamalan
ibadahnya, terutama yang paling penting adalah shalat. Kegiatan bimbingan
ini pun mendapat respon yang sangat baik dari pemulung, karena sangat
penting dalam membantu pemulung yang belum mengerti dan memahami
bagaimana pelaksanaan shalat yang baik.
Berdasarkan hasil lapangan, didapatkan tigapuluh persen harapan
pemulung adalah untuk mendapatkan pahala dan keridhoan dari Allah SWT.,
dimana mereka sudah tentu bergaya hidup sebagai seorang pemulung dengan
etika dan nilai-nilai Islam yang akan mendorong kepada keluarga tersebut
2 Ibu Maya, Atem, Abdul (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
62
63
untuk perbaikan beribadah dan duapuluh persen lagi untuk pemahaman dan
pendalaman ilmu pengetahuan agama4.
akan mendorong muslimat tersebut lebih semangat dan lebih baik dalam
beribadah5, mengamalkan perintah Allah dengan sungguh-sungguh, sehingga
menjadikan muslimat bertaqwa dan mendapat ridha Allah SWT.
Tabel 1 Harapan Responden Mengikuti Pengajian
Harapan Responden
Meningkatkan Ketaqwaan
E. Kesesuaian antara Kegiatan Majelis Taklim dengan Harapan Pemulung
Kesesuaian suatu kegiatan majelis taklim sangat tergantung bagaimana
korelasi antara program yang ditawarkan atau dikelola dengan pelaksanaannya
jika terjadi kesesuaian antara dua faktor tersebut barulah terjadi bagaimana
3 Ibu Fitria, Bedah, Wahyuni, (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
4 Ibu Sukaesih, Kiki (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
5 Ibu Camhay, Titi (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
63
64
lapangan 70% kegiatan majelis taklim sesuai dengan harapan pemulung, 30%
menyatakan belum sepenuhnya sesuai7, dan 0% yang menyatakan tidak
sesuai.
Materi dan Kegiatan Majelis Taklim sesuai dengan Keinginan Responden Sesuai Belum Sepenuhnya sesuai Tidak Sesuai
∑ % ∑ % ∑ % N= 10
Kesesuaian antara kegiatan dan harapan pemulung dicerminkan juga
dari bagaimana keberhasilan majelis taklim menarik jamaahnya. Kegiatan
majelis taklim dapat dikatakan sesuai harapan juga dapat dilihat dari sisi
jumlah jamaah yang mengikuti pengajian. Sementara di sisi lain kesesuaian
juga dapat dilihat bagaimana pemulung mau menjalankan hasil bimbingan
majelis taklim dalam pengamalan hidup sehari-hari dalam menjalankan
ibadahnya.
Bantargebang Bekasi.
6 Ibu Ade, Midah, dkk (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
7 Ibu Euis, Neng (Jamaah Majelis Taklim Al-Barkah), Wawancara Pribadi, Bekasi, 4 April 2010
64
65
Tabel 3 Tingkat Keberhasilan Majelis Taklim dalam rangka Membina Ibadah
Pemulung
∑ % ∑ % ∑ % N= 10
Barkah ini sudah berperan dalam membina pengamalan pemulung. Hal in