Upload
indah-nisita-putri
View
96
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
propolis
Citation preview
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HASANUDDIN
TerjemahanJurnal
PerananPropolisdalamInflamasidan Rasa SakitOrofasial :
SebuahTinjauan
(The Role of Propolis in Inflammation and Orofacial Pain: A Review)
Nama : Indah NisitaPutri
Stambuk : J 111 09 009
Pembimbing : Prof.Dr.drg. SherlyHorax, MS
Hari/Tanggal : Rabu, 18 Desember 2013
Sumber : Annual Research & Review in Biology 4(4):
651-664, 2013
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAANBAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
1
Peranan Propolis dalam Inflamasi dan Rasa Sakit Orofasial: Sebuah
Tinjauan
Abstrak
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan produk alami dan obat
holistik atau alternatif telah mendapatkan popularitas dalam masyarakat akibat
efek samping dan masalah keamanan dari penggunaan senyawa alofatik
konvensional.Produk alami telah digunakan sejak zaman dahulu dalam bentuk
obat tradisional dalam pengobatan tradisional di dunia timur dan barat.Di antara
produk alami tersbeut, produk getah lebah yang dinamakan propolis telah
mendapatkan popularitas.Propolis telah dilaporkan memiliki karakteristik anti-
inflamasi, anti-bakteri, anti-fungi, anti-virus, anti-oksidan, dan anti-kanker.Oleh
karena itu, terdapat peningkatan ketertarikan dalam penggunaan propolis lebah
dalam kedokteran kontemporer. Dalam bidang kedokteran gigi, propolis telah
digunakan dalam tiap bidang seperti dalam perawatan kanker rongga mulut, ulser
rekuren, infeksi fungi, dalam kedokteran gigi restoratif sebagai agen kariostatik,
desentisisasi, dan agen pulp capping, di bidang endodontik sebagai medikamen
intra-kanal, irigasi intra-kanal, dalam trauma gigi sebagai media penyimpanan
untuk gigi avulsi, dalam bidang bedah mulut untuk perawatan dry socket setelah
ekstraksi gigi, dalam bidang prostodonsi untuk perawatan denture stomatitis,
dalam bidang periodontologi untuk perawatan gingivitis, periodontitis, dan untuk
mengendalikan resorpsi tulang. Walaupun memiliki sejumlah keuntungan dan
variasi penggunaan, peranan propolis dalam rasa sakit orofasial masih kurang
2
dipahami.Oleh karena itu, tinjauan ini membahas mengenai karakteristik anti-
inflamasi dan mekanisme reduksi rasa sakit orofasial dari propolis dalam
tingkatan molekuler.
Kata kunci: propolis, anti-inflamasi, rasa sakit orofasial, efek analgesik.
Pendahuluan
Rasa sakit orofasial (OFP) didefinisikan sebagai kondisi rasa sakit umum
yang berhubungan dengan jaringan keras dan lunak wajah dan ronga mulut.1 Rasa
sakit orofasial merupakan sebuah kelompok gangguan heterogen yang
menyebabkan rasa sakit di regio kepala dan wajah. Walaupun terdapat sejumlah
klasifikasi yang telah dibuat, terdapat sebuah sistem yang membagi rasa sakit
tersebut ke menjadi rasa sakit muskuloskeletal, neuropatik, dan neurovaskular.2
Rasa sakit orofasial, secara umum, berhubungan dengan gangguan
temporomandibula (TMD), tetapi juga dapat berasal dari sumber lain seperti gigi
atau neuralgia trigeminal.1 OFP seperti rasa sakit di bagian tubuh lain dari
manusia biasanya merupakan akibat kerusakan jaringan dan inflamasi, serta
aktivasi nosiseptor yang menyebabkan transmisi stimulus berbahaya ke otak.2
OFP sebagai sebuah gejala dapat disebabkan oleh rasa sakit muskuloskeletal
sistem mastikasi, rasa sakit neurovaskular, penyakit rematik atau abnormalitas
psikologis, dan lain-lain.3 Gangguan rasa sakit tersebut terdiri dari inflamasi
jaringan orofasial dan diklasifikasikan dari pulpitis akut (sakit gigi) sampai
dengan kondisi artritis kronis yang terjadi di sendi temporomandibula (TMJ).4OFP
3
mempengaruhi fungsi motoris dan sensoris sistem nervus trigeminus dan struktur
yang menginervasinya,3 dan tidak semua OFP memberikan respon terhadap
perawatan dan medikasi.5 Oleh karena itu, mekanisme OFP dan jalur nosiseptif
harus dipahami dengan baik untuk penanganan OFP dan rasa sakit inflamasi.
Nosiseptif dapat didefinisikan sebagai stimulus dengan intensitas
signifikan untuk menstimulasi kerusakan jaringan yang menyebabkan aktivasi
nervus tertentu. Nosiseptif menghasilkan stimulus rasa sakit yang terletak di
ganglia root dorsal dekat spina dan dendrit di bagian perifer.6 Stimulus sakit
memicu proses biologis yang memperluas atau menginhibisi sinyal rasa sakit.
Nervus kranial kelima (V) atau nervus trigeminus merupakan inervasi sensoris
utama di regio rongga mulut dan wajah. Sejumlah fiber atau neuron aferen primer
trigeminus dikarakterisasi oleh akson berdiameter kecil dan kondisi yang lambat
(A delta dan C-fiber) yang terdapat di jaringan orofasial sebagai ujung nervus
bebas.5 Stimulus berbahaya dapat bersifat mekanis atau kimiawi, termasuk insisi
pembedahan pada mukosa rongga mulut, inflamasi otot rahang, dan toksin bakteri
pada pulpa gigi yang terbuka. Gambar 1 menunjukkan jalur transmisi sinyal
nosiseptif dari regio orofasial.Ujung nosiseptif yang teraktivasi dapat
menstimulasi fiber aferen primer dari ganglion trigeminus. Aferen tersebut
menghasilkan impuls nervus ke dalam sistem nervus sentral yang menstimulasi
otak dengan informasi sensoris mengenai letak, durasi, dan intensitas stimulus.4
4
Gambar 1.Transmisi nosiseptif yang berhubungan dengan nervus trigeminus (V).
Rasa sakit dan mekanisme rasa sakit (Gambar 1)
Rasa sakit merupakan gejala penyakit utama yang dilaporkan pasien dan
harus didiagnosis dan dirawat.Rasa sakit bersifat subjektif dalam konteks
intensitas dan gejala yang seringkali disalahartikan.7 Rasa sakit berhubungan
dengan kondisi fisik, biologis, dan psikologis.Oleh karena itu, rasa sakit
merupakan sebuah pengalaman kurang menyenangkan yang disertai dengan
kerusakan jaringan potensial atau sebenarnya. Terdapat lima klasifikasi utama dari
mekanisme rasa sakit dalam Tabel 1.
Akibat kerusakan jaringan, nosiseptor perifer menjadi sensitif terhadap
stimulus berbahaya akibat peningkatan kadar mediator inflamasi. Sejumlah
mediator kimiawi seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin berhubungan
5
dengan stimulasi ujung nervus nosiseptif. Pelepasan mediator tersebut
menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan yagn diinervasi oleh ujung nervus
nosiseptif.4 Selain itu, interaksi kompleks di antara imun dan neural terjadi dalam
ujung aferen perifer di jaringan orofasial dan badan sel di ganglion trigeminus,
dan dapat diinisiasi atau diperparah oleh inflamasi.4,5
Tabel 1. Kelima klasifikasi utama dari mekanisme rasa sakit
Klasifikasi mekanisme rasa sakit Definisi dan karakteristikNosiseptif sentral Sebuah peningkatan fungsi neuron dan
sirkuit dalam jalur nosiseptif yang disebabkan oleh peningkatan eksitabilitas membran dan efisiensi sinaptik. Kondisi tersebut menjadi indikator sistem somatosensoris memberikan respon terhadap cedera dan inflamasi neural.8
Sensitisasi perifer Rasa sakit yang berasal dari disfungsi sistem nervus perifer. Kerusakan jaringan somatik dekat struktur nervus melepaskan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi jaringan neural secara kimiawi.7,8
Nosiseptif perifer Seluruh jaringan yang diinervasi, selain nervus perifer, mengaktivasi mekanisme ini. Rasa sakit yang berasal dari jaringan somatik dan visceral ditransmisikan oleh fiber aferen berdiameter kecil.7
Rasa sakit simpatik Rasa sakit konstan dan alodinia biasanya disebabkan oleh maladaptif sensitisasi neuron dalam tanduk dorsal korda spinalis yang menyebabkan pelepasan katekolamin dan tidak disebabkan oleh peningkatan tonus simpatik.7,8
Kognitif-afektif (psikososial) Memainkan peranan vital selama perubahan dari rasa sakit akut menuju kronis, khususnya dalam aspek kausatif, kognitif, dan karakteristik rasa sakit kronis.7
6
Inflamasi dan mekanisme inflamasi molekuler (Gambar 2)
Inflamasi merupakan sebuah respon biologis kompleks jaringan vaskular
dan sel imun terhadap stimulius membahayakan seperti iritan, sel yang rusak, dan
patogen yang dapat menyebabkan rasa sakit yang parah.Inflamasi dapat
direpresentasikan oleh emigrasi fagosit, akumulasi neutrofil, monosit, makrofag,
dan kehilangan fungsi jaringan.9 Selama proses inflamasi, pelepasan sitokin pro-
inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6), interleukin 1 (IL-1), dan tumour necrosis
factor-α (TNF-α) teraktivasi oleh makrofag. Makrofag tersebut menstimulasi
translokasi nuclear factor kappaB (NF-kB)10,11 yang memiliki sebuah peranan
signifikan dalam induksi jaringan mediator inflamasi dan sitokin.12 Protein NF-kB
berada dalam kondisi non-stimulasi oleh subunit protein inhibisi yang dinamakan
sebagai IKBα. Aktivasi NF-kB menstimulasi produksi enzim seperti nitric oxide
synthase (NOS) yang menghasilkan nitrit oksida (NO).13 Oleh karena itu, agen
yang dapat mengendalikan NF-kB cenderung dapat digunakan untuk melakukan
proses perawatan.14 Selain itu, aktivasi stimulus platelet menyebabkan pelepasan
asam arakidonat (AA) selama proses inflamasi.15 Enzim lipoksigenase (LOX)
mengubah AA menjadi leukotriene A4 dan menghasilkan cysteinylleukotriene dan
leukotriene B4. Kondisi tersebut menyebabkan inflamasi dan alergi.
Siklooksigenase-1 (COX-1) dan sikloorksigenase-2 (COX-2) mengubah AA
menjadi prostaglandin H2 dan menghasilkan thromboxane, prostaglandin, dan
prostasilin yang menghasilkan inflamasi dan rasa sakit.9,10,15
7
Gambar 2.Mediator inflamasi yang terlibat dalam perubahan sensitivitas nosieptor perifer dalam neuron sensoris.
Propolis dan karakteristik propolis
Propolis merupakan senyawa balsamik bergetak yang telah digunakan di
seluruh dunia selama bertahun-tahun untuk mengobati luka.Pendeta di zaman
Mesir kuno seringkali menggunakan propolis sebagai sebuah obat dan sebagai
krim pembalseman mayat. Selain itu, propolis digunakan oleh bangsa Yunani,
tempat asal nama “propolis.” Pro berarti “sebelum” dan polis berarti “kota” atau
penjaga kota. Propolis merupakan senyawa berwarna hijau-cokelat, cokelat atau
hitam dengan rasa pahit yang tajam dan aroma yang manis dan harum. Warna
8
Tissue injury and
inflammation
propolis bergantung asal tumbuhan dan usianya.16,17 Propolis diklasifikasikan ke
dalam 12 jenis berdasarkan karakteristik psikokimiawi dan letak geografis, namun
demikian, hanya tiga tipe yang diidentifikasi berhubungan dengan asal
tumbuhan.18 Propolis merupakan sebuah produk lebah yang secara umum terdiri
dari getah tumbuhan dan beeswax, sehingga komposisi propolis bervariasi akibat
asal geografis dan tumbuhan dari senyawa getah tersebut, dan juga spesies lebah.19
Sejumlah peneliti telah menyelidiki komposisi propolis dan mengamati
komposisinya sangat rumit.20-25 Propolis biasanya dikonsumsi sebagai sebuah
ekstrak, sehingga jenis pelarut dan prosedur ekstraktif yang digunakan dapat
mempengaruhi komposisi propolis. Propolis mengandung sekitar: 50-55% getah
dan balsam (fenol, asam fenol, ester, flavonon [quercetin, galangin, pinocembrin],
dihidroflavonon, flavon, flavonol, chalkone, phenolic glyceride, cinnamic acid,
coumaric acid, senyawa prenilasi, dan artepilin C), 25-30% merupakan wax, 10%
volatile oil, 5% serbuk sari, dan 5% asam organik dan senyawa mineral.
Komponen tersebut kaya akan vitamin B1, B2, B6, C, dan E, dan elemen mineral
seperti, Mg, Ca, I, K, Na, Cu, Zn, Mn, dan Fe. Propolis juga memiliki kandungan
asam lemak dan enzim seperti succinic dehydrogenase, glukosa-6-fosfatae,
adenosine trifosfat, dan asam fosfatise.26
9
Peranan propolis dalam inflamasi (Tabel 2)
Penelitian telah menunjukkan propolis menekan enzim LOX dan COX
selama inflamasi.10 COX-2 diinhibisi oleh flavonoid yang menekan prostaglandin
endoperoxide synthase dalam konsentrasi tinggi yang bergantung pada sifat
hidrofilik dan struktur, sedangkan LOX diinhibis oleh komponen quercetin
propolis.10,27 Flavonoid diamati dapat menginhibisi akumulasi sel mast.28
Komponen utama propolis adalah caffeic acid (3,4-dihydrocinnamic acid)
phenethyl ester (CAPE) yang merupakan senyawa biologis aktif. CAPE memiliki
karakteristik anti-inflamasi dan anti-oksidan.27 Akibat adanya karakteristik
lipofilik, CAPE mudah masuk ke sel. CAPE menginhibisi enzim LOX dan COX
yang terlibat dalam jalur metabolisme AA (Gambar 3). Oleh karena itu,
metabolisme terhenti dan tidak terjadi pelepasan prostaglandin dan leukotriene
yang bertanggung jawab untuk inflamasi dan rasa sakit.10 Sebagai tambahan,
penelitian menunjukkan CAPE menginhibisi pelepasan sitokin inflamasi dan
meningkatkan poduksi sitokin anti-inflamasi secara simultan seperti IL-10 dan IL-
4.29 Dalam penelitian yang sama, CAPE diperlihatkan dapat mengurangi infiltrasi
sel inflamasi seperti neutrofil dan monosit.
10
Inmmationnd pain
Gambar 3.Enzim dan produk siklus asam arakidonat yang terlibat dalam inflamasi.
Berdasarkan literatur, CAPE diketahui sebagai inhibitor spesifik untuk
aktivasi NF-kB.12,13,30 CAPE memblokade pelepasan IL-1β yang distimulasi oleh
promoter NF-kB dan menginhibisi aktivitas NF-kB secara simultan.12,30 Penelitian
menggunakan tikus melaporkan CAPE memberikan perlindungan terhadap
lipopolisakarida (LPS) dan memiliki karakteristik perusak radikal bebas yang
menurunkan sitokin pro-inflamasi.20 CAPE memiliki efek preventif terhadap
infiltrasi mediator inflamasi secara seluler yang menyebabkan penurunan PGE2,
11
Inflammationand allergy
Inflammationand pain
ROS, dan NO.13,30,33 Flavonoid dan CAPE, komponen alami propolis yang paling
potensial, telah dibandingkan dengan indometachin (IM) yang merupakan
inhibitor COX dan nordihydroguaiaretic acid (NDGA), inhibitor LOX, dan
mengamati efek yang sama seperti IM dan NDGA.11
Peranan propolis dalam rasa sakit dan penyembuhan (Tabel 2)
Penyembuhan luka melibatkan sejumlah populasi sel, sitokin, growth
factor, dan mediator kimawi, serta matriks ekstraseluler (ECM). Mekanisme
penyembuhan merupakan sebuah proses dinamis dan berkelanjutan dan terjadi
ketika hemostasis dan proses inflamasi terhenti.34 Fase proliferatif dan
angiogenesis terjadi yang berlanjut pada regenerasi jaringan ikat oleh kolagen dan
fibroblas, dan diakhiri oleh proses remodeling kulit dengan pembentukan jaringan
parut.35 Penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh infeksi dan gangguan
metabolisme. Faktor tersebut menyebabkan proses penyembuhan dan perbaikan
menjadi terhenti. Proses inflamasi, invasi sel, migrasi fibroblas, dan deposisi
kolagen dan ECM mengalami hambatan dalam kondisi ini.34,35 Oleh karena itu,
luka akut akan menjadi luka kronis yang dikondisikan sebagai asosiasi infiltrasi
sejumlah neutrofil, enzim destruktif, dan ROS.34
Penelitian telah menunjukkan propolis mempercepat penyembuhan luka
dalam kondisi rasa sakit orofasial. Propolis mengendalikan infiltrasi neutrofil dan
propolis bereaksi melalui jalur anti-inflamasi.28,35-43 Selain itu, penelitian telah
membuktikan obat kumur yang mengandung propolis dalam larutan alkohol dapat
menyembuhan luka pembedahan intrabukal. Oleh karena itu, penggunaan propolis
12
meningkatkan perbaikan epitel setelah ekstraksi gigi dan memberikan efek
penghilang rasa sakit disertai efek anti-inflamasi pada OFP.29,35 Secrara umum,
proses penyembuhan luka secara normal bergantung pada keseimbangan di antara
agen oksidatif dan anti-oksidatif. ROS dan tekanan oksidatif yang lebih tinggi
menyebabkan gangguan penyembuhan luka. CAPE dalam propolis berperan
sebagai kontrol antioksidan dalam proses tersebut, sehingga percepatan
penyembuhan dapat terjadi.26-28 Penelitian juga telah menunjukkan penggunaan
EEP (ethanol extract propolis) sebagai medikamen intrakanal dan agen pulp
capping dalam perawatan endodontik dapat meningkatkan penyembuhan luka,
regenerasi tulang, dan pembentukan dentine bridge.44-46
Reaksi alergi terhadap propolis
Reaksi terhadap propolis atau produk yang mengandung propolis banyak
dilaporkan dalam literatur kesehatan dari berbagai daerah di dunia.47,48 Reaksi
tersebut dapat berupa dermatitis, stomatitis, pembengkakan bibir, eksema perioral,
dan dispnea.49 Alergen mayor dalam propolis adalah ester caffeate yang
bertanggung jawba untuk alergi terhadap produk tersebut. Sejumlah reaksi alergi
dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) dan melibatkan kulit, traktus
gastrointenstinal, dan sistem respirasi. Prevalensi reaksi sistemik pada pemelihara
lebahh tergolong rendah (6,5%): hanya 2% yang mengalami reaksi anafilaktik.
Namun demikian, resiko perkembangan reaksi tersebut meningkat ketika seorang
individu memiliki penyakit atopik yang berasal dari predisposisi sistem imun yang
diwariskan sampai dengan reaksi hipersensitivitas yang dimediasi IgE.50 Namun
13
demikian, berdasarkan data yang dikumpulkan, propolis dikategorikan sebagai
senyawa yang aman ketika digunakan secara tepat. Penelitian ilmiah telah
menunjukkan senyawa bergetah ini mempertahankan karakteristik
farmakologinya tanpa bergantung asal tumbuhan walaupun sulit dalam melakukan
standardisasi rumus kimianya.Propolis merupakan sebuah sensitizer yang mampu
memicu reaksi alergi pada pengguna berat, sehingga tidak dapat digunakan pada
pasien dengan predisposisi alergi atau memiliki riwayat alergi.Ketika telah
dilakukan pencegahan yang memadai, propolis merupakan senyawa menjanjikan
dari sudut pandang farmakologis.Propolis merupakan senyawa serba guna dan
tidak menyebabkan efek samping merugikan pada sejumlah besar
individu.Penting untuk memberitahukan kebutuhan untuk penetapan indikasi
farmasi produk alami dan batasan terapi, serta reaksi merugikan pada profesional
kesehatan dan populasi umum, sehingga produk tersebut dapat digunakan secara
aman dan efektif.
Tabel 2. Propolis dan peranan propolis dalam inflamasi (tingkatan molekuler), rasa sakit dan penyembuhanPenulis dan tahun
Tujuan penelitian
Jenis penelitian
Jenis sampel
Jenis propolis
Hasil/Manfaat
Borelli et al27
Senyawa fitokimiawi dalam efek anto-inflamasi
Model hewan
Tikus Wistar jantan
Ethanol extract propolis (EEP) Italia
1. CAPE menghasilkan sebuah inhibisi migrasi leukosit secara signifikan
2. CAPE mengurangi artritis yang menghambat reaksi hipersensitivitas yang dimediasi limfosit T
14
Paulino et al13
Efek analgesik, anti-inflamasi, dan kontraksi otot halus jalur napas secara in vitro
Model hewan
Tikus Belanda dan tikus Swiss jantan
Propolis Bukgaria
1. Propolis menginhibisi konstriksi abdominal
2. Propolis menunjukkan efek analgesik potensial selama fase neurogenic
Blonska et al33
Induksi ekspresi gen makrofag J744A1
Sel kultur
Cell line makrofag tikus J774A1
Ethanol extract propolis Polandia
1. EEP mempengaruhi sintesis IL-1β dan mRNA iNOS
Marquez et al12
Inhibisi aktivasi sel T oleh NF-kB dan sel NFAT
Kultur sel
Sel Jurkat
Propolis Jerman
1. CAPE menginhibisi proliferasi sel T spesifik antigen dan progresi siklus sel
2. CAPE mengihnbisi aktivitas transkripsi NF-kB
3. CAPE menginhibisi defosforilatin nuclear factor of activated T-cell (NFAT)
Han et al38
Penyembuhan luka bakar pada tikus
Model hewan
60 tikus Wistar albino
Propolis Turki
1. Propolis menunjukkan karakteristik penyembuhan, regeneratif, dan reparatif yang lebih baik dibandingkan perak sulfadizine dan meningkatkan re-epitelialisasi dengan cepat
2. Menunjukkan karakteristik anti-inflamasi signifikan melalui inhibisi pelepasan prostaglandin dan leukotriene
15
Hu et al39
Inflamasi akut Model hewan
60 ICR dan tikus Wistar
Ethanol extract propolis (EEP) Cina dan water extract propolis (WEP)
1. WEP dan EEP menginhibisi pembengkakan, kebocoran, dan peningkatan WBC
2. Menginhibisi peningkatan PGE2
dan NO pada eksudasi pleurisy yang diinduksi carrageenan
3. WEP dan EEP mengurangi efek induksi sitokin
Samet et al40
Recurrent aphthous stomatitis (RAS)
Manusia
19 pasien yang mengalami RAS minor
Propolis dari Amerika Serikat
1. Mengurangi jumlah ulser aphthous
Pagliarone et al41
Produksi sitokin pro-inflamasi dan ekspresi toll like receptor 2 (TLR-2) dan toll like receptor 4 (TLR-4)
Model hewan
Tikus BALB/C jantan yang diberikan stress
Propolis Brazil
1. Menekan IL-1β dan IL-6
2. Propolis menunjukkan peningkatan produksi kortikosteroid secara signifikan
3. Menginhibisi ekspresi mRNA TLR-2 dan TLR-4
deMoura et al42
Angiogenesis inflamasi
Model hewan
Tikus Swiss betina
Propolis hijau Brazil
1. Mengurangi akumulasi leukosit dan produksi sitokin
2. Mengurangi produksi TNF-α dan TGF-β1
Korish et al31
Respon inflamasi sistemik dan perlindungan hepar dan sel neuron dalam syok septik akut
Model hewan
50 tikus Wistar dewasa jantan
Propolis Arab Saudi
1. Peningkatan sitokin anti-inflamasi secara signifikan
16
Kamburoglu et al43
Efek analgesik Model hewan
Tikus Swiss-Webster albino dewasa jantan
WEP (water extract propolis),EEP dan acetone extract propolis (AEP) Propolis Anatolian
1. WEP efek analgesik signifikan
Ozorio et al45
Standardisasi ekstrak propolis sebagai agen pulpotomi pada gigi sulung babi
Model hewan
9 babi jantan berusia 4 bulan
Tidak dispesifikkan
1. Pembentukan pelindung jaringan termineralisasi parsial setelah 21 hari
2. Calcified bridge sempurna setelah 42 hari
3. Menstimulasi imunitas sel dan kapasitas reparatif dan menyebabkan iritasi jaringan yang lebih sedikit
Parolia et al46
Respon inflamasi dan pembentukan dentin bridge
Manusia
36 gigi premolar manusia
Tidak dispesifikkan
1. Propolis mengurangi inflamasi dan menstimulasi pembentukan dentin bridge
17
Simpulan
Propolis merupakan salah satu dari sejumlah produk alami yang telah
mempertahankan popularitasnya selama periode waktu yang panjang akibat
karakteristik spektrum luas yang dimilikinya.Berdasarkan fakta penelitian yang
dilakukan pada propolis dan komponennya, propolis dapat disimpulkan memiliki
karakteristik anti-inflamasi yang sangat baik, sehingga dapat efektif digunakan
untuk merawat rasa sakit orofasial dan meningkatkan penyembuhan luka.
Penelitian lebih lanjut mengenai eksplorasi efek analgesik propolis akan sangat
menjanjikan.
18
19