Upload
lamdung
View
246
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM KESEHATAN
MENTAL SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN
NURUL ASNA SALATIGA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
FAKHRUNI NUR KARIMAH
NIM 11111170
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. TentaraPelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721
Website:www.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM KESEHATAN MENTAL SANTRI
PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA SALATIGA TAHUN 2015
DISUSUN OLEH
FAKHRUNI NUR KARIMAH
NIM : 111 11 170
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 januari 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd __________________
Sekretaris Penguji : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd __________________
Penguji I : Rovi‟in, M.Ag __________________
Penguji II : Wahidin, S.PdI., M.Pd __________________
Salatiga, 27 Januari 2016
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP: 19670121 199903 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fakhruni Nur Karimah
NIM : 11111170
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 Januari 2016
Yang menyatakan,
Fakhruni Nur Karimah
NIM: 111 11 170
MOTTO
“ Gunakanlah waktu untuk berdoa dan bersujud kepada
Allah, karena itu adalah sumber kesehatan dan
ketenangan hidup”
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Kasran dan ibu Eny Sripurwati, yang
senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, mendidik dan membimbingku, dan
do‟a restunya yang tak pernah putus serta nasihat- nasihatnya yang selalu
kurindukan.
2. Keempat adikku tercinta Sabrina Hanifah, Ahmad Zikri Ikhsani, Al Mujahidatul
Adilah dan Jundi Izharul Azzam yang senantiasa selalu membuatku semangat
dalam belajar dan membuatku lebih bertanggungjawab dalam segala hal.
3. Suami dan anakku tercinta Bayu Fajar Haryanto, Ahmad Rizqi Baihaqi yang tak
henti-hentinya memberi semangat dan bimbingan kepadaku.
4. Kepada beliau Bapak Drs. Ahmad Shultoni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi
yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh
ketulusan dan kesabaran.
5. Dan untuk semua teman angkatan 2011 khususnya sahabatku Isnayni
Rachmawati, Ani Rochmani Galuh R dan Usriya Hidayati yang selalu ada saat
aku sedih maupun bahagia.
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK).
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta
pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Santri putri pondok pesantren Nurul Asna Salatiga yang telah memberikan
izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di pondok
tersebut.
8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku, serta keluarga besarku yang telah
mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis
dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang
dan kesabaran.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 12 Januari 2016
Penulis
FAKHRUNI NUR KARIMAH
NIM: 111 11 170
ABSTRAK
Nur Karimah, Fakhruni. 2016. Peranan Shalat Tahajud Dalam Kesehatan Mental
Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga Tahun 2015/2016.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen
Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni M.Pd.
Kata kunci: Peranan Shalat Tahajud dan Kesehatan Mental.
Fokus penelitian ini adalah: Shalat tahajud merupakan shalat sunnah
pelengkap bagi shalat fardhu, shalat tambahan yang berfungsi meningkatkan
pendekatan dan kedekatan kita kepada Allah. Memelihara shalat tahajud dapat
membuka pintu rizqi dan pertolongan dari Allah yang telah ditetapkan kepada
hambanya. Selain melaksanakan ibadah shalat wajib sebagian santri putri ada yang
melaksanakan shalat tahajud karena sudah diajarkan dari keluarga, para santri
menganggap shalat tahajud merupakan doa yang dikhususkan untuk meminta sesuatu
yang dibutuhkan dan jug sebagai sarana membangun komunikasi dengan Allah.
Bagaimana peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri di Pondok
Pesantren Nurul Asna Salatiga? Faktor-faktor apakah yang mendukung aktivitas
shalat tahajud yang berperan dalam kesehatan mental?.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, analisis data melalui reduksi data,
penyajian data, kesimpulan dan verifikasi, pengecekan keabsahan data ada tiga
amacam yaitu kepercayaan, ketergantungan, kepastian, tahap-tahap penelitian.
Hasil penelitian yang dapat diperoleh adalah: 1) Peranan shalat tahajud dalam
kesehatan mental santri putri, perasaan senang yang ada di dalam diri, adanya rasa
nyaman terhadap kehadiran seseorang, pengendalian pikiran dan tingkah laku,
perasaan dan emosi yang positif dan sehat, Ketenangan dan kedamaian pikiran. 2)
Faktor-faktor pendukung aktivitas shalat tahajud yang berperan dalam kesehatan
mental santri putri, gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri, adanya
keseimbangan antara mental dalam diri, mau menerima orang lain, mampu
melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal,
berminat dalam tugas, agama dan cita-cita yang paling utama, rasa tanggungjawab
bagi tingkah laku. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwa Kondisi
tubuh seseorang yang rajin bertahajud secara ikhlas dan rasa kecintaanya terhadap
Allah memiliki ketahanan tubuh yang kuat dan kemampuan individual untuk
menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
LEMBAR BERLOGO ………………………………………………………… ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING…………………………………………. iii
PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………….. v
MOTTO………………………………………………………………………… vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….... viii
ABSTRAK……………………………………………………………………... x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7
F. Metode Penelitian................................................................................. 12
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Tahajud
1. Pengertian Shalat Tahajut ..................................................................... 21
2. Waktu Pelaksanaan dan Bilangan Rakaat Shalat Tahajud ................... 21
3. Keutamaan Shalat Tahajud ................................................................... 22
4. Manfaat Shalat Tahajud ....................................................................... 25
5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Shalat Tahajud ................. 28
B. Kesehatan Mental
1. Pengertian kesehatan mental ................................................................ 33
2. Ciri-ciri Kesehatan Mental Secara Umum ........................................... 34
3. Tanda-Tanda Kesehatan Mental Menurut Islam .................................. 36
4. Faktor-faktor yang Berperan dalam Kesehatan Mental......................... 38
C. Hubungan Shalat Tahajud dengan Kesehatan Mental................................ 45
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna................. 48
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Asna................................... 49
3. Profil Pondok Pesantren Nurul Asna.................................................... 50
4. Keadaan Ustadz Ustadzah dan Santri................................................... 50
5. Struktur Organisasi Pengurus Pondok Pesantren Nurul Asna.............. 52
6. Program Pengajaran Pondok Pesantren Nurul Asna............................ 53
7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Asna.......................... 56
B. Penerapan Shalat Tahajud dan Peranannya dalam Kesehatan Mental
Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Asna
1. Makna Shalat Tahajud Menurut Para Santri Putri Pondok Pesantren
Nurul Asna........................................................................................... 57
2. Pelaksanaan Shalat Tahajud Santri Putri di Pondok Pesantren Nurul
Asna..................................................................................................... 58
3. Pengetahuan Santri Putri Mengenai Penjelasan dari Kesehatan Mental
yang Mereka Ketahui ............................................................................ 58
4. Peranan Shalat Tahajud dalam Kesehatan Mental Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Asna Salatiga ............................................................. 59
C. Faktor-faktor yang Mendukung Santri Putri Melaksanakan Shalat
Tahajud dan Terbentuknya Kesehatan Mental di Pondok Pesantren
Nurul Asna
1. Faktor Pendukung Santri Putri Melaksanakan Shalat Tahajud
di Pondok Pesantren Nurul Asna ........................................................ 60
2. Faktor Pendukung Terbentuknya Kesehatan Mental di Pondok
Pesantren Nurul Asna Salatiga ........................................................... 61
BAB IV ANALISIS DATA
A. Peranan Shalat Tahajud dalam Kesehatan Mental Santri Putri
Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga .............................................. . 63
B. Faktor-faktor Pendukung Aktivitas Shalat Tahajud yang Berperan
dalam Kesehatan Mental di Pondok Pesantren Nurul Asna............... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 73
B. Saran ................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.4 Keadaan Ustadz dan Ustadzah ......................................................... 50
Tabel 3.4 Keadaan Santri Putra ........................................................................ 51
Tabel 3.4 Kegiatan Santri Putri ........................................................................ 52
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Harian ..................................................................... 54
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Mingguan ............................................................... 54
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Bulanan .................................................................. 55
Tabel 3.7 Sarana dan Prasana........................................................................... 56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan mental adalah sehat kondisi atau keadaan terhindarnya
seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, seperti terhindarnya dari
rasa cemas, gelisah, malas, menggambarkan tingkah laku yang sehat. Dapat
memanfaatkan bakat dan potensi semaksimal mungkin serta mencapai ketenangan
jiwa dalam hidup (Daradjat, 1985:11-12).
Seseorang tidak akan bahagia apabila mentalnya terganggu dengan
banyaknya masalah yang datang silih berganti. Kesehatan umumnya dimengerti
sebagai hal yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan hal-hal yang bersifat
mental karena hal-hal fisik lebih mudah diamati karena tampak dalam realita
kehidupan sehingga lebih mudah disadari oleh individu dibanding hal yang
bersifat psikis.
Banyaknya persoalan kehidupan menyebabkan manusia merasa bimbang,
resah dan gelisah. Apabila berhadapan dengan persoalan yang harus dihadapi
mental seseorang harus dalam keadaan tenang, sehat dan kuat mentalnya.
Terkadang seseorang yang sehat belum tentu sehat mentalnya, karena orang yang
sehat mentalnya ialah orang yang dapat melewati segala faktor dalam hidupnya,
sehingga dapat menghindarkan tekanan perasaan atau hal-hal yang membuat stres
dan frustrasi. Kehidupan di dunia memang penuh dengan cobaan dan ujian itulah
kedewasaan dan kesabaran akan diuji oleh Allah, tetapi sebagai umat yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah tidak boleh mengeluh akan keadaan tersebut.
Bahagia atau tidak dalam diri ini sebenarnya berasal dari diri sendiri. Tidak
bahagianya seseorang karena belum bisa mengambil pelajaran dari suatu kejadian,
belum bisa menerima pahitnya kenyataan yang akibatnya mental sakit dan merasa
menderita meskipun masalah atau kejadiannya sudah berlalu. Banyak pengaruh
yang menimbulkan kesehatan mental terganggu dari pengaruh lingkungan,
pendidikan, keluarga bahkan dari masalah yang dihadapinya. Upaya untuk
menjaga kesehatan mental dapat dilakukan antara lain memenuhi kebutuhan
spiritual atau kerohanian (kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Mental
yang melahirkan kebahagiaan berawal dari menyerahkan diri dengan bersujud
terhadap Sang Maha Kuasa, menerima semua kenyataan dan apa yang telah
diberikan-Nya, serta yakin dan berusaha untuk terus memperbaiki diri.
Mengetahui seseorang sehat atau terganggu mentalnya tidak mudah diukur dan
diperiksa dengan alat-alat seperti halnya kesehatan badan.
Perasaan tidak menentu yang disertai ketakutan, cenderung membuat kita
berfikir dan berbuat hal yang menjauhkan kita dari perbuatan positif. Shalat adalah
salah satu cara yang dapat melawan rasa gelisah, takut, sedih dan lain sebagainya.
Shalat merupakan ibadah yang dapat menjadi obat dan solusi dari permasalahan
yang dialami pada kesehatan mental. Hal itu dengan menyerahkan segala
persoalan kepada Allah SWT dan melaksanakan shalat wajib maupun sunah yang
dapat mendatangkan ketenangan hati, jiwa dan pikiran dalam menghadapi segala
sesuatu. Menanamkan sebuah keyakinan bahwa Allah Yang Maha Segalanya,
seseorang bisa memahami dan membaca sesuatu hal dari persoalan yang
dihadapinya. Shalat menjadi sumber kedamaian hati setiap insan, menjadi perekat
agar selalu hidup dalam kedamaian. Shalat merupakan sarana penting untuk
mensucikan jiwa, menyelamatkan diri dan menciptakan rasa khusuk. Dalam
kondisi apapun dengan shalat akan membuat manusia tidak lupa diri,
menumbuhkan kepercayaan diri, memberikan harapan yang terus ada dan
mengikat tali hubungan langsung dengan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Al Baqarah ayat 45-46 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini,
bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya” (Qs. Al Baqarah: 45-46).
Dengan demikian, untuk merasakan lebih dekat kepada Allah dan sebagai
pencegah dari perbuatan dosa, Dia memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan
malam sebagai sarana untuk bermesraan dengan-Nya. Sesuai dengan firman Allah
dalam surat Al Isra‟ ayat 79 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji” (Qs. Al
Isra’: 79).
Dalam ayat di atas Allah menegaskan bahwa shalat tahajud sebagai sebuah
ibadah tambahan dengan janji akan mengangkat derajat si pengamal salat tahajud
ke derajat yang terpuji. Shalat tahajud memiliki manfaat praktis, baik dari sudut
pandang religius maupun kesehatan.
Fakta dalam sebuah penelitian dari sabda Rasulullah dapat dihubungkan
dengan alur logika dan pembuktian sains. Penelitian yang membuktikan bahwa
ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko
terkena penyakit jantung. Dengan demikian, secara teoritis para pengamal salat
tahajud pasti terjamin kesehatanya, baik secara fisik maupun mental (Sholeh,
2006:2).
Berikut adalah hakikat, manfaat, tujuan, atau makna anjuran Allah Swt
kepada kita agar mengerjakan shalat tahajud pada malam hari yang pertama shalat
sunnah (Tahajud) merupakan pelengkap bagi shalat fardhu. Kedua shalat sunnah
(Tahajud) merupakan cara, sarana, metode, atau jalan untuk memohon kepada
Allah Swt sesuai keperluan masing-masing. Ketiga shalat sunnah (Tahajud) juga
dimaksudkan untuk memuji kebesaran Allah Swt. keempat shalat sunnah
(Tahajud) merupakan shalat tambahan yang berfungsi meningkatkan pendekatan
dan kedekatan kita kepada Allah Swt (Muhyidin, 2007:52).
Selain itu, shalat tahajud dapat membuka pintu rezeki bagi kaum muslim
yang bertahajud. Berbagai macam pertolongan Allah yang telah ditetapkan kepada
hambanya yang senantiasa memelihara shalat tahajud dalam bentuk rezeki dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rezeki materi (seperti uang, jabatan, kesehatan
jasmani, dan lain sebagainya), rezeki spiritual (seperti ketenangan jiwa, kesabaran,
iman, ketakwaan, dan lain-lain), dan rezeki emosional (seperti kebahagiaan,
kecerdasan, kesehatan ruhani dan lain-lain) dan Allah akan mengangkat mereka
ketempat yang terpuji (Firdaus, 2013:165-165). Begitu pentingnya shalat malam
bagi kehidupan, walaupun manusia terkadang mempunyai sifat arogan yang
menyatakan bahwa dirinya dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan mudah
dan tanpa harus menjalankan shalat malam, tetapi apabila Allah belum
menghendaki kehidupan yang seperti itu maka kehidupan yang di pandang mudah
tidak akan terwujud.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat sekaligus bagian komunitas di dunia
yang menjunjung nilai-nilai moral keagamaan. Pondok pesantren Nurul Asna
berdiri pada tanggal 22 januari 1997 M dengan pendiri simbah KH. Asnawi dan
putra beliau yaitu Drs. H. Nasafi, M. Ag. Pondok pesantren ini didirikan untuk
menghidupkan dan melanggengkan agama islam, kegiatan dalam pondok ini
dibentuk dalam harian, mingguan, bulanan dan tahunan bahkan ada extra
kurikuler.
Selain itu pondok pesantren ini memberikan penanaman dalam diri mereka
untuk memperkuat kualitas iman dan takwa dalam kehidupan di sekolah, keluarga
dan masyarakat luas melalui berbagai macam program diantaranya pendidikan
pondok yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan ba‟da maghrib, ba‟da
„isyak dan ba‟da subuh. Kegiatan lainnya seperti pengajian, piket sesuai jadwal,
sorogan, pengajian kitab-kitab, tahlilan, kerja bakti, mempelajari kitab kuning,
shalawat nabi. Selain melaksanakan ibadah shalat wajib sebagian santri putri ada
yang rutin melaksanakan shalat tahajud karena sudah diajarkan dari keluarga dan
menjadi terbiasa saat santri puntri berada di Pondok Pesantren. Para santri
menganggap shalat tahajud merupakan doa yang dikhususkan untuk meminta
sesuatu yang dibutuhkan dan juga sarana membangun komunikasi dengan Allah
SWT.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memberanikan diri untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul, “PERANAN SHALAT
TAHAJUD DALAM KESEHATAN MENTAL SANTRI PUTRI DI PONDOK
PESANTREN NURUL ASNA SALATIGA TAHUN 2015‟‟.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri di
Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga?
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung aktivitas shalat tahajud yang berperan
dalam kesehatan mental?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat di tentukan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri
di pondok pesantren Nurul Asna.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung aktivitas sholat tahajud yang
berperan dalam kesehatan mental.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau pengaruh terhadap
peneliti dan yang hendak diteliti:
1. Kegunaan Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat ilmu dan pengetahuan
secara teoritik sekurang-kurangnya dapat menambah khasanah keilmuan dalam
pengaruh shalat tahajud dan kesehatan mental.
2. Kegunaan Praktik
Bagi pihak santri putri Nurul Asna Salatiga hasil penelitian dapat
memberikan gambaran keberhasilan beserta perbaikan dalam peranan
intensitas sholat tahajud dalam kesehatan mental santri putri di pondok
pesantren Nurul Asna Salatiga.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap penafsiran judul, maka
penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok dalam
penelitian ini.
1. Peranan Sholat Tahajud
a. Peranan
Pengertian peranan adalah bagian yang dimainkan seseorang atau
tindakan yang dilakukan oleh seseorang pada suatu peristiwa (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2007:854 ).
b. Sholat Tahajud
Secara bahasa, shalat Tahajud adalah bentuk mashdar dari tahajjada
yatahajjadu, yang berarti “tidak tidur”. Kata ini diambil dari akar kata
hajada yahjudu, yang artinya “tidur”. Tambahan dua huruf, yaitu ta dan jim
(tahajjada) berfungsi menafikan sesuatu, dari yang semula bermakna tidur
menjadi tidak tidur. Sedangkan menurut terminologi al-Qur‟an, Tahajud
adalah ibadah tambahan yang dilakukan pada malam hari baik di awal,
tengah atau akhir malam. Hukum shalat tahajud adalah sunnah mu‟akkad,
yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Oleh karena itu
Nabi Muhammad Saw sangat menganjurkan kepada umatnya untuk
senantiasa mengerjakan shalat tahajud (Hamidin, 2013:145).
2. Kesehatan Mental
a. Kesehatan mental
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan masyarakat di mana ia hidup.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri orang harus menerima
dirinya sebagaimana adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Menurut definisi ini, orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat
menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi
kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal
yang menimbulkan frustasi.
Kesehatan mental dapat diartikan suatu pengetahuan dan perbuatan
yang bertujuan untuk mengembanagkan dan memanfaatkan segala
kapasitas, kreativitas, energi dan dorongan yang ada semaksimal mungkin
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar
dari gangguan atau penyakit mental (Semiun, 2006:50).
b. Indikator kesehatan mental
Kesehatan mental yang baik memiliki indiktator yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Perasaan senang yang ada di dalam diri sendiri
Perasaan senang yang ada di dalam diri, diantaranya: perasaan
senang dapat terwujud pada sikap mental yang dimiliki oleh seseorang.
Seseorang dapat mengontrol rasa yang timbul dari dalam dirinya, seperti
rasa takut, emosi, sedih bahkan depresi. Merasa senang dan bahagia
membutuhkan latihan dan disiplin dengan cara pandai bersyukur, ikhlas
dan selalu merasa cukup. Perasaan senang terletak di dalam diri sendiri
untuk mengetahui dimana sumber kesenangan itu kita dapat melihat
dengan bantuan introspeksi yang dapat menggambarkan tentang
kehidupan dan kebahagiaan.
2) Adanya rasa nyaman terhadap kehadiran seseorang
Setiap manusia memiliki cinta dan kasih yang bisa dibagi kepada
orang lain. Rasa nyaman adalah rasa dimana seseorang merasakan
kebebasan dan tidak memiliki beban terhadap orang lain, rasa nyaman
lebih fokus terhadap dirinya disitu akan ada keterbukaan yang selama
ini menjadi beban akan tercurahkan baik dari sikap maupun perilakunya.
Kesehatan mental ini menunjukkan bahwa seseorang yang sehat
mentalnya dapat menerima sebuah perbedaan dalam masyarakat dan
menjadikannya sebagai suatu yang membuat keadaan lebih baik (Editor,
2014:1-2).
3) Pengendalian pikiran dan tingkah laku
Hal yang penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran
dan tingkah laku, suatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai
integrasi pribadi. Melaui otak manusia dapat dikontrol, diubah dan
dikendalikan cara berpikirnya, untuk dapat mengendalikan pikiran kita
harus menyadari bahwa kita dan pikiran kita adalah dua hal yang
berbeda. Dengan kata lain, kita menggunakan pikiran namun pikiran
bukanlah diri kita. Diri kita adalah sebuah kesadaran yang menggunakan
pikiran sebagai alat untuk menghasilkan buah pikir, kesadaran
merupakan langkah awal untuk mengendalikan pikiran.
Tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia
adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya.
4) Perasaan dan emosi yang positif dan sehat
Integrasi yang dibutuhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang
oleh perasaan-perasaan positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-
perasaan negatif dapat mengganggu atau bahkan merusak kestabilan
emosi. Perasaan dan emosi yang tidak aman adalah reaksi terhadap
seseorang atau kejadian yang ditunjukkan ketika merasa cemburu,
marah kepada seseorang, iri hati ataupun takut terhadap sesuatu itu akan
menyebabkan mental tidak sehat.
Seseorang yang dapat menjaga perasaan dan emosinya secara
sehat tidaklah mudah semua tergantung pada karakter masing-masing
pribadi, maka diperlukan metode tersendiri sehingga dapat membentuk
perasaan dan emosi yang positif dari situ akan tumbuh kesehatan mental
yang baik.
5) Ketenangan dan kedamaian pikiran
Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental
berorientasi kepada ketenangan pikiran atau mental, yang sering
disinggung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental. Adapun
cara yang dapat dilakukan agar ketenangan dan kedamaian pikiran
didalam diri kita yaitu jangan tergantung kepada orang lain, jangan
berburuk sangka, jangan selalu mengingat penyesalan di masa lalu,
membuang rasa dendam, kemarahan, iri hati dan kekhawatiran yang
berlebihan (Semiun, 2006:52-53).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian langsung karena peneliti pergi ke
lokasi tersebut, memahami dan mempelajari konteks lingkungan pada saat
mana tingkah laku tersebut berlangsung (Sudjana, 1989: 197). Meneliti
fenomena yang ada di lapangan dan memusatkan pada suatu kasus secara
terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
sifatnya deskriptif analitik yang mana data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari
dokumen, catatan lapangan, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan
statistik (Sudjana, 1989:197).
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan
data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan
sistem wawancara tidak berstruktur. Dengan pemahaman tentang kesehatan
mental yang dimiliki oleh peneliti, sehingga memungkinkan untuk
mengembangkan pertanyaan untuk wawancara secara mendalam.
Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek dengan menggunakan
bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami, sehingga terjalin
suasana yang baik antara peneliti dan responden. Peneliti mengumpulkan dan
mencatat data secara terperinci berkaitan dengan hal-hal yang bertalian dengan
permasalahan yang diteliti.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada santri putri pondok pesantren Nurul
Asna yang letaknya ada dipulutan kota Salatiga.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber secara
langsung, adapun data primer dalam penelitian ini adalah data wawancara dan
pengamatan terhadap santri putri pondok pesantren Nurul Asna Salatiga,
tentang peranan shalat tahajud terhadap kesehatan mental. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang telah tersedia, berupa data-data kepustakaan,
profil dan dokumen para santri.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan
yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan,
dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. Data primer dapat diperoleh
melalui:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011:104). Sutrisno Hadi
(1986) menyatakan dalam bukunya Dr. Sugiyono bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan, metode ini peneliti gunakan untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta kegiatan
langsung.
b. Wawancara
Esterberg (2002) menyatakan bahwa “wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk betukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”
(Sugiyono, 2006:260). Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah
wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono,
2006:263).
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan pada catatan
dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk elengkapi subuah data yang
diperlukan dalam penelitian. Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa foto
dan hasil wawancara yang didapat dari informan.
Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet,
catatan sipil, artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya.
6. Analisis Data
Data dalam penelitian kualitatif sangat beragam bentuknya, diantaranya
ada catatan wawancara, rekaman suara, gambar, foto, peta, dokumen, bahkan
rekaman pada shoting lapangan.
Menurut Bogdan dalam buku yang ditulis Sugiyono (2006:274)
menyaktakan bahwa, “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain”. Analisis ini sendiri akan dilakukan melaluai
beberapa tahap, yaitu:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh
karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya
bila diperlukan (Sugiyono, 2006:277-278).
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat
naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami (Sugiyono, 2006:280). Pada langkah ini peneliti berusaha
menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan
dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti
untuk mencapi tujuan penelitian.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara
sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian disimpulkan
sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk memperoleh kesimpulan yang
lebih mendalam, maka diperlukannya data baru sebagai penguji terhadap
kesimpulan awal. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data diambil
dari hasil reduksi dan panyajian data merupakan kesimpulan sementara.
Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti
kuat lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi
data dilakukan dengan cara peneliti terjun kembali di lapangan untuk
mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh bukti-
bukti kuat lain yang dapat merubah hasil kesimpulan sementara yang
diambil. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang
telah diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya
dimuat dalam laporan hasil penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), kepastian
(confirmability) (moleong, 2008:324).
Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara
lain sebagai berikut:
a. Kepercayaan (creadibility)
Kriteria creadibilitas ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data
secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun
teknik dalam penentuan kepercayaan ini adalah memperpanjang masa
observasi, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain
serta mengadakan member check (proses pengecekan data yang dilakukan
oleh peneliti kepada informan/ subjek).
b. Ketergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis melakukan kriteria ini dalam
pengecekan data dengan cara sesering mungkin melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing dan santri putri yang melaksanakan sholat
tahajud, diharapkandengan cara ini, penulis dapat mengetahui kesalahan-
kesalahan serta dapat memperbaikinya.
c. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian
yang didukung oleh data yang ada pada audit. Dengan cara peneliti
wawancara langsung kepada informan (santri putri yang melaksanakan
shalat tahajud) sehingga peneliti mendapatkan data yang pasti dan akurat.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk
penelitian dari ketua IAIN Salatiga selaku penanggung jawab, kemudian
menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan administratif
lainnya.
b. Kegiatan lapangan yang meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu pada
santri yang ada di pondok pesantren Nurul Asna.
2) Menemui para pengurus dan santri putri pondok pesantren Nurul Asna
yang akan dijadikan objek penelitian.
3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk
pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara
mendalam berkaitan dengan yang diteliti.
4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk
memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau
menyimpang.
6) Melakukan ferivikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskriptif temuan penelitian.
7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan dalam
penulisannya, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliatian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-
tahap penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian shalat tahajud,
manfaat shalat tahajud, pengertian kesehatan mental, ciri-ciri dan tanda
kesehatan mental, faktor-faktor yang berperan dalam kesehatan
mental, hubungan shalat tahajud dengan kesehatan mental.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berisi paparan data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang:
gambaran umum lokasi penelitian, gambaran informan terdiri dari:
sejarah singkat, kepengurusan, program pengajaran, dan deskripsi hasil
temuan penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA
Pembahasan memuat tentang shalat tahajud di pondok pesantren Nurul
Asna, penerapan shalat tahajud dan peranannya dalam kesehatan
mental santri putri Nurul Asna, faktor-faktor pendukung pelaksanakan
shalat tahajud dan pendukung terbentuknya kesehatan mental santri
putri di pondok pesantren Nurul Asna Salatiga.
BAB V PENUTUP
Penutup memuat tentang: kesimpulan dan saran.
Bagian Akhir
Pada bagian akhir, akan dilampirkan daftar pustaka, daftar
riwayat hidup dan lampiran-lampiran yang relevan dengan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Tahajud
1. Pengertian Shalat Tahajud
Tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud adalah shalat yang
dilakukan orang di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu
walaupun tidurnya hanya sebentar. Syafi‟i berkata: “Shalat malam dan shalat
witir baik sebelum maupun sesudah tidur di namai tahajud. Orang yang
melaksanakan shalat tahajud disebut muttahajid (Sholeh, 2007:109). Hukum
shalat tahajud adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan dan
ditekankan untuk dilaksanakan. Dahulu Allah pernah mewajibkan shalat
tahajud. Namun, ketika kewajiban tahajud ini dirasa memberatkan umat islam,
maka setahun kemudian Allah menghapus kewajiban itu dan menggantinya
dengan kewajiban shalat fardhu lima waktu yang merupakan buah dari
perjalanan Isra‟ dan Mi‟raj Nabi Muhammad saw. Dengan demikian shalat
tahajud menjadi sunnah, bukan wajib (Iskandar, 2010:29).
2. Waktu Pelaksanaan dan Bilangan Rakaat Shalat Tahajud
Waktu shalat tahajud adalah sepanjang malam, yaitu selepas isya‟
sampai menjelang subuh. Malam di hitung mulai isya‟ sampai subuh, kira-kira
selama 9 jam. Lalu para ulama membagi malam itu menjadi tiga bagian.
Pembagian malam ini dimaksudkan untuk mengetahui waktu afdhal (utama)
dalam melaksanakan shalat tahajud.
a. Waktu utama (1/3 malam pertama)
Waktu sepertiga malam pertama adalah waktu utama untuk
melaksanakan shalat tahajud. Jika diukur dengan jam, kira-kira waktu ini
dimulai dari pukul 19.00 WIB atau selepas isya‟, sampai dengan pukul
22.00 WIB.
b. Waktu lebih utama (1/3 malam yang tengah)
Sepertiga malam yang tengah adalah waktu yang lebih utama untuk
melaksanakan shalat tahajud dibandingkan sepertiga malam pertama.
Kira-kira berawal dari pukul 22.00 sampai dengan pukul 01.00 WIB.
c. Waktu paling utama (1/3 malam yang akhir)
Sepertiga malam yang akhir merupakan waktu yang paling utama
untuk melaksanakan shalat tahajud, kira-kira pukul 01.00 samapai dengan
pukul 04.00 WIB atau menjelang waktu subuh (Iskandar, 2010:30-31).
3. Keutamaan Shalat Tahajud
Jika melaksanakan shalat tahajud secara rutin, kita akan mendapat
banyak sekali keutamaan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengerjakan
shalat tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka
Allah akan memberikan sembilan macam kemuliaan: lima macam di dunia
dan empat macam di akhirat.”
Keutamaan yang bisa di dapatkan di dunia yaitu:
a. Allah akan menjauhkan kita dari segala macam bencana.
b. Wajah kita akan tampak bersinar.
c. Memperoleh kedekatan dengan Allah, karena pada hakikatnya semua
makhluk khususnya manusia ingin selalu dekat dengan Allah SWT.
d. Mencegah dari melakukan perbuatan dosa, karena melaksanakan shalat
tahajud menjadi suatu pelindung (menahan) untuk menuruti segala hawa
nafsu setan.
e. Mencegah iri hati, seseorang yang iri hati akan merasakan kegundahan,
perasaan hati yang tidak tenang karena dipenuhi rasa iri kepada orang lain.
Iri hati seringkali muncul karena teman atau saudara yang mempunyai
kelebihan baik materi, fisik, dan kemampuannya.
Selain keutamaan di dunia, Allah juga akan memberikan keutamaan di
akhirat. Empat keutamaan nya yaitu:
a. Wajah kita berseri ketika bangkit dari kubur di hari pembalasan nanti.
b. Kita akan mendapat keringanan ketika dihisab.
c. Ketika menyeberangi jembatan (shirat), kita bisa melakukannya dengan
sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
d. Kita akan menerima catatan amal dengan tangan kanan, yang berarti
keberuntungan (Iskandar, 2010:29-30).
Banyak ayat Al-Qur‟an dan hadis yang menjelaskan tentang
keutamaan waktu mahal. Manusia yang saleh sangat menginginkan agar
mereka bisa meraih keutamaan yang agung, pada waktu-waktu tersebut
merekapun bertobat, beribadah, memuji Allah, berdzikir, dan sujud
kepadanya. Di antara ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan keutamaan shalat
malam adalah sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua
malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran
malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak
dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada
di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan
orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada
Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di
sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Al-Muzzammil [73]: 20)
Selain dari ayat tersebut shalat tahajud memiliki keutamaan yang
besar. Keutamaan-keutamaan itu di antaranya:
a. Diangkat derajadnya oleh Allah
b. Sebaik-baik shalat setelah shalat fardu
c. Menjadikan sebab masuk surga
d. Menghapus kesalahan dan mencegah terjadinya dosa
4. Manfaat Shalat Tahajud
Kita sebagai umat islam, shalat sudah bukan sesuatu yang asing lagi
karena ibadah shalat adalah kewajiban. Shalat ternyata tidak hanya menjadi
amalan utama untuk akhirat, tetapi secara duniawi, shalat juga bermanfaat
bagi yang melakukannya. Di antaranya, gerakan-gerakan dalam shalat
berdampak positif bagi anatomi tubuh manusia yang mampu berdampak pada
keseimbangan kesehatan manusia (Muallifah, 2010:19).
Banyak manfaat yang diperoleh dari shalat tahajud bagi orang yang
terbiasa melaksanakannya. Manfaat ini hanya dapat dirasakan secara langsung
oleh mereka yang melaksanakannya. Diantaranya:
a. Mengusir penyakit dari tubuh
Shalat tahajud bukan hanya mampu menghapus dosa-dosa kita dan
mendekatkan diri kepada Allah, melainkan mampu menghilangkan
penyakit dari tubuh kita. Menurut prof. Sholeh shalat dan ibadah yang
dilaksanakan di tengah malam yang sunyi memang mampu mendatangkan
ketenangan. Sementara dalam dunia medis, ketenangan itu mampu
meningkatkan ketahanan tubuh imunologis, mengurangi risiko terkena
penyakit jantung, dan jauh dari kondisi stres (Muallifah, 2010:81).
b. Membeningkan dan mencerahkan jiwa
Kita sering sekali mendengar lagu Opick yang berjudul “Tombo Ati”,
sebenarnya lagu itu bukanlah sebuah syair baru, melainkan syair lama yang
pernah ditulis oleh para ulama zaman terdahulu, yakni obat hati ada lima
hal: membaca Al-Qur‟an dengan memahami maknanya, kondisi perut yang
lapar, qiyamul lail (shalat tahajud, berdzikir, dan lain-lain), berkumpul
dengan orang-orang saleh, tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Swt.
Dari syair telah disebutkan bahwa salah satu hal yang dapat
mengobatihati dan menjadikan jiwa lebih bersih dan bening adalah dengan
melakukan bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat tahajud
dan membaca dzikir kepada Allah Swt. Shalat tahajud mengandung banyak
dzikir dan melafalkan dzikir-dzikir, maka yang ada dalam pikiran dan
hatinya hanya terpusat kepada Allah bukan persoalan atau hal-hal lain
dengan manusia yang mampu menimbulkan sakit hati dan permusuhan.
Jadi, manusia bisa meninggalkan pikiran-pikiran lain yang mampu
meresahkan pikirannya sehingga dzikir-dzikir yang dilafalkan mampu
mencerahkan jiwanya jika dilakukan secara sungguh-sungguh dan
istiqamah (Muallifah, 2010:77-78).
c. Melatih kesabaran dan bersikap konsisiten
Banyak sekali penjelasan yang mengatakan bahwa shalat itu dekat
sekali dengan sifat kesabaran. Salah satu dalil yang dapat memperkuat
pernyataan tersebut adalah dalam ayat Al-Qur‟an telah disebutkan:
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu' (QS. Al Baqarah:45).
Mayoritas ulama berpendapat bahwa sabar adalah salah satu sarana
efektif dalam melakukan shalat secara ikhlas. Kita lihat secara historis, pada
zaman Rasulullah saw, ketika beliau mengalami berbagai kesulitan dalam
berdakwah, beliau selalu menghadapinya dengan sabar dan selalu berdoa
dalam setiap shalatnya. Shalat tahajud yang dilaksanakan malam hari pada
saat orang-orang istirahat. Seseorang yang melaksanakan shalat tahajud
bersedia bangun dari istirahatnya yang nyenyak di tengah malam. Dia harus
segera melepaskan rasa kantuk dan lelahnya dengan mengambil air wudhu
dan bergegas melaksanakan shalat tahajud (Muallifah, 2010:87-88).
Hal yang paling penting dalam kehidupan adalah kita harus bersabar
dalam menghadapi berbagai ujian, cobaan, dan tantangan hidup. Sebab, semua
itu hanya bisa dilalui dengan tenang, sabar, yakin bahwa Allah membantu
kita, dan tawakal untur mencari solusinya.
Jika kita melaksanakan shalat tahajud secara rutin, maka secara
otomatis dalam kepribadian kita juga akan terbentuk sikap konsisten.
Disebabkan ketika kita terbiasa setiap hari bangun malam untuk
melaksanakan shalat malam, maka perilaku, sikap, dan segala tindakan kita
akan terbiasa konsisten dengan segala ucapan kita. Shalat tahajud secara
medis menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok para pengamal salat
tahajud yang memiliki dampak kesehatan yang berbeda setelah melakukan
shalat tahajud, masing-masing: kelompok individu yang sehat dan kelompok
yang sakit. Fakta ini menunjukkan bahwa ada misteri yang perlu dikupas
tentang hubungan yang mengikat antara pelaksanaan shalat tahajud dan
mekanisme proses peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik (Sholeh,
2006:3).
5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Shalat Tahajud
a. Faktor-faktor pendukung untuk dapat melaksanakan shalat tahajud
diantaranya adalah:
1) Hati yang bersih dari penyakit, maksudnya adalah hati yang selamat dari
sifat dengki kepada sesama muslim, jauh dari perbuatan bid‟ah dan tidak
rakus.
2) Rasa takut kepada Allah, perasaan takut yang menyelimuti hati
mendorong seseorang untuk mengerjakan shalat malam (tahajud).
3) Mengetahui nilai dan hikmah shalat malam (tahajud) yang akan
menjumpai besarnya pahal yang akan didapatkan, mendapatkan manfaat
yang besar bagi diri dan hatinya (Bidayah, 2014:1-2).
4) Tidur pada sisi kanan, Nabi Muhammad telah memberikan ajaran
kepada umatnya agar tidur pada sisi kanan. Berbaring pada sisi kanan
rahasianya yaitu bahwa hati (jantung) berada disisi kiri apabila tidur
berada disisi kiri maka hatinya akan gelisah, tidurnya akan terasa berat.
Jika tidur pada sisi kanan maka tidurnya terasa tenang dan nyenyak.
5) Menjauhi banyak makan dan minum, karena mengkonsumsi banyak
makan dan minum merupakan kendala terbesar yang memalingkan
seseorang dari shalat tahajud.
6) Berusaha keras pada diri untuk menunaikan shalat tahajud, faktor ini
pembantu terbesar untuk dapat melaksanakan shalat tahajud karena jiwa
manusia tabiatnya adalah mengarah dan condong kepada keburukan dan
kemungkaran (Syafi‟i, 2010:1-14).
Allah menyuruh kita bangun di tengah malam untuk melaksanakan
shalat tahajud. Rahasia di balik perintah Allah tersebut yaitu orang yang
bertahajud di tengah malam akan diangkat Allah ke tempat yang terpuji.
Selain keterangan diatas faktor pendukung aktivitas shalat tahajud juga dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Dr. Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ah Qurquz mengatakan, shalat malam
dapat meningkatkan daya tahan (imunitas) tubuh terhadap berbagai
penyakit yang menyerang jantung, otak dan organ-organ tubuh yang lain.
Karena orang yang bangun tidur malam hari, berarti menghentikan
kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama yang merupakan salah satu
faktor pencetus terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Aktifitas shalat
malam untuk menghadap Allah Sang Pencipta, akan menenangkan hati dari
segala kegundahan dan kegelisahan hidup yang dialami.
2. Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta
terhindar dari penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu
penelitian medis terbukti bahwa orang-orang yang terbiasa shalat malam
relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang punggung dari pada
orang-orang yang tidak shalat malam.
3. Shalat tahajud memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang
cukup besar, dan memiliki pengaruh terhadap mental yang dapat digunakan
sebagai strategi penanggulangan adaptif pereda stres. Sebagaimana juga
dijelaskan Dr.M.Soleh bahwa stres punya pengaruh yang besar terhadap
ketahanan tubuh seseorang. Dan stres, baik fisik maupun psikis
menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan tubuh (hormon) cukup banyak
dan penguapan dari tubuh yang lebih cepat.
4. Dalam bidang bio-teknologi, shalat tahajud dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan respon ketahanan tubuh dan menghilangkan rasa nyeri
pasien yang terkena penyakit kanker. Dalam bidang ini pula shalat tahajud
dapat meningkatkan respons emosional positif yang efektif dalam
menegakkan anastesis pra bedah.
5. Shalat tahajud yang dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusuk, tepat,
ikhlas dan kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi
positif. Dan respons emosi positif (positive thinking) dapat menghindarkan
reaksi stres.
Aktivitas shalat tahajud di pondok pesantren Nurul Asna Salatiga
terbilang sangat individu, para santri putri melaksanakan shalat tahajud
dengan kemaun dan kepentingan dari diri sendiri. Pondok pesantren ini tidak
diwajibkan santri boleh melaksanakan atau tidak, sesama santri saling
mengingatkan dan mengajak untuk melaksanakan shalat tahajud. Selain
melaksanakan shalat tahajud para santri putri juga mempelajari makna dan
mengetahui manfaat yang terkandung di dalamnya, orang-orang yang
mendirikan shalat tahajud senantiasa menyujudkan wajahnya di tengah malam
dengan penuh ketundukan, penuh harap dan takut.
Dalam kehidupan manusia di dunia, ditemukan berbagai macam
masalah atau keadaan yang kurang menyenangkan. Ada para santri putri yang
patah semangat, merasa menyerah pada keadaan, kehilangan semangat untuk
mengatasi permasalahan. Bagi orang yang beriman dan taat kepada Allah para
santri yang paham akan kebesaran Allah mereka akan selalu mendekatkan diri
kepada-Nya salah satunya adalah dengan shalat tahajud. Shalat tahajud
merupakan faktor penting dalam membangkitkan semangat hidup, orang yang
dapat menghayati makna shalat pasti akan berpandangan bahwa segala
permasalahan yang dialami sudah diatur oleh Allah. Tertanam rasa optimis
dalam menghadapi kehidupan dan bisa menatap masa depan penuh keyakinan.
Faktor utama yang bisa memotivasi seseorang untuk shalat tahajud
adalah rasa cinta kepada Allah dan keyakinan kuat bahwa dirinya sedang
munajat kepada Allah. Munajat seperti ini bisa membuatnya kuat sehingga
mampu melakukan shalat tahajud cukup lama. Orang yang bertahajud akan
merasakan kenikmatan melebihi kenikmatan orang yang bersenang-senang.
Pada saat shalat tahajud orang-orang banyak sekali mengalami sentuhan-
sentuhan agung dan getaran-getaran halus dalam lubuk hati mereka yang
bersumber dari-Nya. Yakni kenyamanan dengan Allah serta kenikmatan
bermunajat dengan-Nya.
b. Faktor penghambat shalat tahajud
Semua orang muslim mempunyai kewajiban melaksanakan shalat
lima waktu, akan tetapi tidak semua orang mampu melaksanakan shalat
malam (tahajud). Disisi faktor pendukung ada faktor penghambat untuk
melaksanakan shalat tahajud diantaranya adalah:
1) Niat dan upaya yang dipersiapkan untuk shalat tahajud tidak benar-
benar maksimal.
2) Berprasangka buruk terhadap orang lain.
3) Setan menggoda manusia untuk tidak mendirikan shalat tahajud.
4) Malas dan enggan melaksanakan shalat tahajud, orang yang tidak
melaksanakan shalat malam berarti orang itu menyia-nyiakan
kesempatan yang sangat berharga dalam kehidupan. Ada kesempatan
untuk berdua (berkhalwa) dengan-Nya akan tetapi mengabaikannya
bahkan memilih tidur nyenyak.
B. Kesehatan Mental
1. Pengertian kesehatan mental
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala kapasitas, kreativitas,
energi dan dorongan yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa
kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan atau
penyakit mental (Semiun, 2006:50).
Zakiah daradjat mendefinisikan kesehatan mental antara lain:
a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia
hidup.
c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan
yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan
diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit
jiwa.
Dalam beberapa pengertian kesehatan mental diatas dapat disimpulkan
bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan-
gangguan dan gejala penyakit mental, dapat menyesuaikan diri, dapat
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan
membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa
dalam hidup.
2. Ciri-ciri Kesehatan Mental Secara Umum
Ciri-ciri kesehatan mental yang baik bisa dilihat dari karakteristik
tumbuh kembang seseorang. Adapun karakteristik kesehatan mental yang baik
terdiri dari beberapa poin:
a. Perasaan senang yang ada dalam diri sendiri
Perasaan ini dapat dijelaskan yang dimaksud dengan perasaan senang
yang ada dalam diri sendiri, diantaranya: perasaan senang dapat tercipta
karena seseorang dapat mengontrol rasa yang timbul dari dalam dirinya
seperti rasa takut, emosi, sedih bahkan depresi.
Perasaan senang dalam diri juga dapat berwujud pada sikap mental
yang dimiliki oleh seseorang, ketika menghadapi kekalahan atau
kekecewaan. Ketika mengalami kondisi seperti itu mereka masih mampu
bangkit dan kembali memandang hari esok akan lebih baik.
b. Adanya rasa nyaman terhadap kehadiran seseorang
Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki cinta dan
kasih yang bisa dibagi kepada orang lain, serta mampu menerima cinta
yang diberikan orang lain. Kesehatan mental ini menunjukkan bahwa
seseorang yang sehat mental dapat menerima sebuah perbedaan dalam
masyarakat dan menjadikannya sebagai sesuatu yang dapat membuat
keadaan lebih maju.
c. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Ciri-ciri kesehatan mental pada poin terakhir yakni kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, tanpa
harus bergantung dalam kehidupan orang lain (Editor, 2014:1).
Sangat sulit untuk menetapkan satu ukuran dalam menentukan dan
menafsirkan kesehatan mental. Alexander A. Schneiders dalam bukunya yang
berjudul Personality Dynamics and Mental Health, mengemukakan beberapa
kriteria yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menilai kesehatan
mental. Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengendalian dan Integrasi pikiran dan tingkah laku
Pengendalian yang efektif merupakan salah satu tanda yang sangat
pasti dari kepribadian yang sehat. Ini berlaku terutamabagi proses-proses
mental. Berkhayal secara berlebihan, misalnya: merusak kesehatan mental
karena melemahkan hubungan antara pikiran dan kenyataan. Hal yang
penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran dan tingkah laku,
suatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai integritas pribadi.
b. Perasaan-perasaan dan emosi yang positif dan sehat
Integrasi yang dibutuhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang
oleh perasaan-perasaan positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-
perasaan negatif dapat mengganggu atau bahkan merusak kestabilan emosi.
Perasaan-perasaan yang tidak aman, bersalah, rendah diri, benci, cemburu,
dan iri hati adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan
mental tidak sehat. Sebaliknya, perasaan-perasaan diterima, cinta, aman,
dan harga diri masing-masing memberi sumbangan pada kestabilan mental
dan dilihat sebagai tanda kesehatan mental.
c. Ketenangan atau kedamaian pikiran
Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi
kepada ketenangan pikiran/mental, yang sering disinggung dalam
pembicaraan mengenai kesehatan mental. Apabila ada keharmonisan
emosi, perasaan positif, pengendalian pikiran dan tingkah laku maka akan
muncul ketenangan mental (Semiun, 2006:52-53).
3. Tanda-Tanda Kesehatan Mental Menurut Islam
Kesehatan mental menurut Muhammad Mahmud, ada sembilan macam
tanda-tanda kesehatan mental, Pertama, kemapanan (al-sakinah), ketenangan
(al-tuma‟ninah), rileks (al-rahah) batin dalam menjalankan kewajiban baik
pada dirinya maupun terhadap Tuhan. Kata sakinah dalam semantik bahasa
arab diartikan sebagai kemapanan karena memiliki tempat tinggal sehingga
tidak berpindah-pindah. Kedua, memadahi (al-kifayah) dalam beraktifitas
seseorang yang mengenal potensi, keterampilan dan kedudukannya secara
baik maka ia akan bekerja secara baik pula dan hal ini merupakan tanda dari
kesehatan mentalnya. Ketiga, menerima keberadaan dirinya dan keberadaan
orang lain. Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang menerima
keberadaan diri sendiri, baik yang berkaitan dengan kondisi fisik, kedudukan
potensi maupun kemampuannya, karena keberadaan itu merupakan anugerah
(fadhal) dari Allah SWT, untuk menguji kualitas kerja manusia.
Keempat, adanya kemampuan untuk menjaga atau memelihara diri
artinya kesehatan mental ditandai oleh kemampuan diri memilah dan memilih
perbuatan yang akan dilakukan agar senantiasa sesuai dengan ajaran Allah
SWT. Kelima, kemampuan memikul tanggung jawab baik tanggung jawab
keluarga, sosial dan agama. Keenam, memiliki kemampuan berkorban dan
menebus kesalahan yang dilakukannya. Berkorban berarti kepedulian diri
seseorang untuk kepentingan bersama dengan memberikan sebagian kekayaan
dan kemampuannya. Sedangkan menebus kesalahan artinya kesadaran diri
atas kesalahan yang ia perbuat sehingga ia berani menanggung resiko dari
kesalahannya, kemudian ia berusaha memperbaiki diri agar tidak kembali
berbuat salah. Ketujuh, kemampuan individu untuk membina hubungan sosial
yang baik yang dilandasi sikap saling percaya saling menghargai. Sehingga
apabila ia ditimpa musibah maka orang lain akan membantunya, dan jika ia
diberi kelapangan rizki maka orang lain akan ikut merasa bahagia. Kedelapan,
memiliki keinginan yang realistik, sehingga dapat diraih secara baik.
Keinginan yang tidak masuk akal akan membawa seseorang ke jurang angan-
angan, kegilaan, lamunan dan kegagalan. Kesembilan, adanya rasa puas atas
segala nikmat yang telah diterimanya, Ia tidak terlalu memikirkan orang lain,
sehingga kebahagiannya tidak dibandingkan, karena dengan membandingkan
kebahagiaan akan menjadi tidak bermakna, karena biasanya pandangan
terhadap orang lain senantiasa disertai oleh rasa iri (Muhtar, 2011:1-6).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: (a) Faktor biologis, (b)
Faktor psikologis, (c) Faktor lingkungan sosial budaya.
a. Faktor Biologis
Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara
dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah
memberi kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu,
kesehatan mental tentunya tidak terlepas dari dimensi biologis ini.
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hubungan tersebut, khususnya
beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap
kesehatan mental, diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik dan sensori.
1) Otak
Otak sangat kompleks secara fisiologis, tetepi memiliki fungsi yang
sangat esensi bagi keseluruhan aktivitas manusia. Diferensiasi dan
keunikan yang ada pada manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi justru karena keunikan
otak manusia dalam mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya.
Jika didipadukan dengan pandangan-pandangan psikologi, jelas adanya
kesesuaian antara perkembangan fisiologis otak dengan perkembangan
mental. Funsi otak seperti motorik, intelektual, emosional dan afeksi
berhubungan dengan mentalitas manusia (Harun, 2012:7).
2) Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering
bekerja sama dengan sistem syaraf otonom. Sistem ini sama-sama
memberikan fungsi yang penting yaitu berhubungan dengan berbagai
bagian-bagian tubuh. Tetapi keduanya memiliki perbedaan diantaranya
sistem syaraf menggunakan pesan kimia dan elektrik sedangkan sistem
endokrin berhubungan dengan bahan kimia, yang disebut dengan
hormon. Tiap kelenjar endokrin mengeluarkan hormon tertentu secara
langsung ke dalam aliran darah, yang membawa bahan-bahan kimia
ini ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin berhubungan dengan
kesehatan mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin
berdampak buruk pada mentalitas manusia. Sebagai contoh
terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh terhadap kesehatan
mental, yakni terganggunya “mood” dan perasannya dan tidak dapat
melakukan coping stress.
3) Genetik
Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap
mentalitas manusia. Kecenderungan psikosis yaitu schizophrenia dan
manis-depresif merupakan sakit mental yang diwariskan secara genetis
dari orangtuanya. Gangguan lainnya yang diperkirakan sebagai faktor
genetik adalah ketergantungan alkohol, obat-obatan, Alzeimer syndrome,
phenylketunurine, dan huntington syndrome. Gangguan mental juga
terjadi karena tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom.
Jumlah kromosom yang berlebihan atau berkurang dapat menyebabkan
individu mengalami gangguan mental.
4) Sensori
Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan
alat yang menagkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk:
pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman.
Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya
fungsi kognisi dan emosi individu. Seseorang yang mengalami
gangguan pendenganran misalnya, maka akan berpengaruh terhadap
perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid,
yakni terganggunya afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang
berlebihan kepada orang lain yang sebenarnya kecurigaan itu adalah
salah.
b. Faktor Psikologis
Notosoedirjo dan latipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis
manusia merupakan satu kesatuan dengan dengan sistem biologis. Sebagai
subsistem dari eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi
dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak
dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia (Harun,
2012:7).
1) Pengalaman Awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman
yang terjadi pada individu terutama yang terjadi pada masa lalunya.
Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian penting bahkan sangat
menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
2) Proses Pembelajaran
Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses belajar, yaitu
hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak
pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan
sangat menentukan mentalitas individu.
3) Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental
seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang
yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap kemampuan, bakat,
keterampilannya sepenuhnya, akan mencapai pada tingkatan apa yang
disebut dengan tingkat pengalaman puncak (peack experience). Maslow
mengatakan bahwa ketidakmampuan dalam mengenali dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya adalah sebagai dasar dari gangguan mental
individu.
c. Faktor Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan
mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang bagi kuatnya kesehatan
mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif, tetapi pada
aspek lain kehidupan sosial itu dapat pulan menjadi stressor yang dapat
mengganggu kesehatan mental. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa
lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kesehatan mental adalah
sebagai berikut:
1) Stratifikasi sosial
Masyarakat kita terbagi dalam kelompok-kelompok tertentu.
Pengelompokan itu dapat dilakukan secara demografis diantaranya jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan dan status sosial. Stratifikasi sosial ini
dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, misalnya kaum
minoritas memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami
gangguan mental.
2) Interaksi sosial
Interaksi sosial banyak dikaji kaitannya dengan gangguan mental.
Ada dua pandangan hubungan interaksi sosial ini dengan gangguan
mental. Pertama teori psikodinamik mengemukakan bahwa orang yang
mengalami gangguan emosional dapat berakibat kepada pengurangan
interaksi sosial, hal ini dapat diketahui dari perilaku regresi sebagai
akibat dari adanya sakit mental. Kedua adalah bahwa rendahnya
interaksi sosial itulah yang menimbulkan adanya gangguan mental.
3) Keluarga
Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk
homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota
keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para
anggota keluarganya dari gangguan-gangguan mental dan
ketidakstabilan emosional para anggotanya.
4) Perubahan sosial
Sehubungan dengan perubahan sosial ini, terdapat dua
kemungkinan yang dapat terjadi yaitu, perubahan sosial dapat
menimbulkan kepuasan bagi masyarakat karena sesuai dengan yang
diharapkan dan dapat meningkatkan keutuhan masyarakat dan hal ini
sekaligus meningkatkan kesehatan mental mereka. Namun, di sisi lain
dapat pula berakibat pada masyarakat mengalami kegagalan dalam
penyesuaian terhadap perubahan itu, akibatnya mereka
memanifestasikan kegagalan penyesuaian itu dalam bentuk yang
patologis, misalnya tidak terpenuhinya tuntutan politik, suatu kelompok
masyarakat melakukan tindakan pengrusakan dan penjarahan.
5) Sosial Budaya
Sosial budaya memiliki makna yang sangat luas. Namun dalam
konteks ini budaya lebih dikhususkan pada aspek nilai, norma, dan
religiusitas dan segenap aspeknya. Dalam konteks ini, kebudayaan
yang ada di masyarakat selalu mengatur bagaimana orang seharusnya
melakukan sesuatu, termasuk didalamnya bagaimana seseorang
berperan sakit, kalsifikasi kesakitan, serta adanya sejumlah kesakitan
yang sangat spesifik ada pada budaya tertentu, termasuk pula adanya
gangguan mentalnya (Harun,2012:7)
Kebudayaan pada prinsipnya memberikan aturan terhadap anggota
masyarakatnya untuk bertindak yang seharusnya dilakukan dan
meninggalkan tindakan tertentu yang menurut budaya itu tidak
seharunya dilakukan. Tindakan yang bertentangan dengan sistem nilai
atau budayanya akan dipandang sebagi penyimpangan, dan bahkan
dapat menimbulkan gangguan mental. Hubungan kebudayaan dan
kesehatan mental meliputi tiga hal yaitu: (1) kebudayaan mendukung
dan menghambat kesehatan mental, (2) kebudayaan memberi peran
tertentu terhadap penderita gangguan mental, (3) berbagai bentuk
gangguan mental karena faktor kultural, (4) upaya peningkatan dan
pencegahan gangguan mental dalam telaah budaya.
C. Hubungan Shalat Tahajud dengan Kesehatan Mental
Shalat adalah suatu pelatihan yang menyeluruh untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas kejernihan hati dan cara berfikir seseorang. Hati
seringkali tertutup oleh berbagai belenggu yang menyebabkan orang buta hati.
Hal ini mangakibatkan seseorang tidak mampu lagi mendengar informasi-
informasi penting, yang berasal dari suara-suara hatinya sendiri di mana hal ini
mengakibatkan seseorang tidak mampu lagi membaca diri dan lingkungan
sekitarnya. Akibatnya ia sering terperosok ke dalam kegagalan karena tidak
mampu memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya ataupun lingkungannya.
Suatu pernyataan yang diulang-ulang baik hati, fikiran dan tindakan yang
bertujuan untuk mensucikan fitrah ketika melakukan salat akan memberikan
suatu peringatan dini dan kesadaran diri akan arti pentingnya kejernihan hati dan
fikiran. Kejernihan fikiran ini, akan menjadi landasan penting bagi pembangunan
emosi dan spiritual seseorang (Muhtar, 2011:1-6).
Telah dijelaskan diatas bahwa bagi orang Islam menyakini dengan sepenuh
hati bahwa kenyamanan dan ketentraman dalam hidup hanya bisa diraih jika ber-
Dzikrullah, mengingat Allah, salah satu dzikrullah yang dilakukan yaitu dengan
melakukan shalat, baik shalat wajib maupun sunnah (rawatib, tahajud, dhuha dan
lain-lain). shalat tahajud yang dilakukan dengan cara rutin (istiqomah) dan
dilakukan dengan penuh keikhlasan serta kekhusu‟an akan memberikan
ketentraman dan ketenangan pada jiwa.
Memulai hari dengan awal yang baik akan memberikan dampak yang baik
pula terhadap aktifitas-aktifitas selanjutnya dan rasa malas yang biasa hinggap
melilit perasaan kita dengan sendirinya menjadi pudar dan kita menjalani
aktifitasnya dengan penuh semangat. Dipilihnya shalat tahajud karena pada
shalat tahajud ini biasanya waktu pelaksanaanya dilakuakan pada malam hari
dimana susananya mendukung kita untuk bisa lebih khusyu, karena kesunyian
dan ketenangan yang terjadi pada malam itu, seperti yang telah dijelaskan oleh
Allah dalam Q.S Al Muzzamil. Ada tiga aspek terapi yang terdapat dalam shalat
tahajud, yang dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan mental
atau mengobati mental yang sakit adapun yang pertama, aspek olah raga.
Shalat adalah proses yang menuntut suatu aktifitas fisik kontraksi otot,
tekanan dan „massage‟ pada bagian otot-otot tertentu dalam pelaksanaan shalat
merupakan suatu proses relaksasi. Kedua, auto sugesti bacaan dalam
melaksanakan shalat adalah ucapan yang panjatkan kepada Allah. Disamping
berisi pujian pada Allah juga berisikan do‟a dan permohonan pada Allah agar
selamat di dunia dan akhirat. Ditinjau dari teori hipnotis pengucapan kata-kata itu
berisikan suatu proses auto sugesti mengatakan hal-hal yang baik terhadap diri
sendiri adalah mensugesti diri sendiri agar memiliki sifat yang baik tersebut.
Ketiga, aspek meditasi shalat adalah proses menuntut kosentrasi yang dalam dan
hal ini biasanya tidak bisa muncul pada shalat-shalat selain shalat tahajud, setiap
muslim dituntut untuk melakukan shalat dengan khusyu.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Moh Sholeh, terhadap shalat tahajud
untuk terapi kesehatan mengemukakan bahwasanya timbulnya penyakit fisik
karena dipengaruhi oleh penyakit mental atau kurang sehatnya mental dari
seseorang tersebut. Seseorang sering merasa cemas, sering setres akan dapat
menyebabkan rentanya terhadap infeksi, mempercepat perkembangan sel kanker
dan meningkatkan metastasis. Begitu juga sebaliaknya ketenangan akan
meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena serangan
jantung dan meningkatkan usia harapan. Dikaitkan dengan peserta didik untuk
menghadapai UN, maka akan sangat dibutuhkan rasa ketenangan yang harus
dimiliki oleh peserta didik agar bisa berhasil menghadapi UN, dan ketenangan itu
akan bisa diperoleh dengan melakukan shalat tahajud dengan rutin dan penuh
kekhusyuan (Setiawan, 2011:1-6).
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna
Pondok Pesantren Nurul Asna berdiri pada tanggal 22 januari 1997 M
dengan pendiri simbah KH. Asnawi dan putra beliau yaitu Drs. H. Nasafi, M.
Ag yang memiliki kapasitas kurang lebih 800m². Lahan ini terletak di desa
Pulutan, Sidoarjo, Salatiga sekitar 200 m dari jalan raya Salatiga-Banyu Biru.
Pondok pesantren ini diberi nama Nurul Asna dan yang memberi nama
adalah beliau KH. Asnawi, menurut Drs. H. Nasafi, M. Ag, beliau adalah
putra dari KH. Asnawi nama “Nurul-Asna” terdiri dari 2 kata yaitu “Nur” dan
“Asna”. Nurun artinya cahaya dan Asna berasal dari gabungan dua nama
yaitu Asnawi dan Nasafi. Nurul Asna sendiri mempunyai arti sebuah cahaya
yang berkilau yang memancarkan manfaat untuk semua lapisan masyarakat
yang terkena pancaran sinar tersebut. Pondok pesantren ini berdiri dari dana
pribadi keluarga kyai tersebut karena tidak ada campur tangan masalah dana
dari pemerintah, hal ini tidak menjadi masalah yang berarti dalam
pembangunan pondok pesantren yang mempunyai tujuan mencetak santri
yang militan. Pondok pesantren ini didirikan untuk menghidupkan dan
melanggengkan agama islam. Karena mayoritas penduduk desa adalah
beragama islam yang membutuhkan dakwah islam.
Telah berdirinya pondok pesantren ini dari waktu kewaktu sehingga
mampu menghadirkan beberapa jumlah santri dari berbagai tempat, baik dari
Kota Salatiga sendiri maupun luar Kota Salatiga seperti: Boyolali, Magelang,
Temanggung, Demak, dan yang dari luar jawa yaitu sumatra, dan pada tahun
1979 M pondok pesantren Nurul Asna membangun pondok pesantren khusus
putri yang berjarak ± 50m dari pondok pesantren putra dan sekarang jumlah
santri putra dan putri adalah 108 santri yang sebagian besar adalah mahasiswa
IAIN Salatiga.
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Asna
Pondok Pesantren Nurul Asna terletak di jalan KH. Asnawi, Pulutan,
Sidorejo, Salatiga. Pondok tersebut memiliki dua tempat untuk santrinya yaitu
putra dan putri yang keduanya berjarak ± 50 m. Letak geografis Pondok
Pesantren Nurul Asna putra adalah sebagai berikut:
a. Batas bagian barat : Masjid Penduduk Sidorejo
b. Batas bagian utara : Perumahan Penduduk
c. Batas bagian timur : Perkebunan Penduduk
d. Batas bagian selatan : Perumahan Penduduk
Sedangkan letak geografis Pondok Pesantren Nurul Asna putri adalah
sebagai berikut:
a. Batas bagian barat : Persawahan Penduduk
b. Batas bagian utara : Persawahan Penduduk
c. Batas bagian timur : Jalan Pulutan dan Perumahan Penduduk
d. Batas bagian selatan : Perumahan Penduduk
3. Profil Pondok Pesantren Nurul Asna
a. Nama : Pondok Pesantren Nurul Asna
b. Alamat : Jl. KH Asnawi Pulutan
Kecamatan : Sidorejo
Kota : Salatiga
Provinsi : Jawa Tengah
c. Status pondok : Milik Pribadi
d. Tahun Berdiri : 1977
4. Keadaan Ustadz Ustadzah dan Santri
a. Ustadz Ustadzah
Pondok Pesantren Nurul Asna diampu oleh 9 ustadz ustadzah baik itu
berasal dari pengasuh maupun pengurus yang diberi amanat untuk
mengajar dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.4 Keadaan Ustadz dan Ustadzah
No Nama Keterangan Asal
1. Drs. H. Nasafi, M.Ag Pengasuh PP
2. Hj. Asfiah Pengasuh PP
3. Ustadz Mad Rokhim, S.Pd.I Pengurus
4. Ustadz Mustofa, S.Pd.I Pengurus
5. Ustadz Nur Cholis Pengurus
6. Ustadz Taufiqur Rohman Pengurus
7. Ustadz Najmu Tsakib Pengurus
8. Ustadzah Laili safa‟ah Pengurus
9. Ustadzah Desi Nur Baiti Pengurus
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
b. Santri
Jumlah santri di Pondok Pesantren Nurul Asna tahun 2015/2016 ada
108 santri putra dan putri. Adapun jumlah santri putra 39 santri dan putri
69 santri, mereka menetap di pondok dan belajar didalamnya, dan sedikit
sekali peneliti peneliti menemukan santri kalong yang belajar di pondok
tersebut, dan mayoritas mereka adalah mahasiswa IAIN Salatiga.
Adapun keadaan santri Pondok Pesantren Nurul Asna tahun
2015/2016 adalah sebagai berikut:
1) Santri Putra
Tabel 3.4 Keadaan Santri Putra
No Jenis Kelamin Tahun Masuk Jumlah Santri
1. Laki-laki 2005 1
2. Laki-laki 2007 2
3. Laki-laki 2009 1
4. Laki-laki 2010 2
5. Laki-laki 2011 10
6. Laki-laki 2013 11
7. Laki-laki 2014 12
Jumlah 39
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
2) Santri Putri
Tabel 3.4 Keadaan Santri Putri
No Jenis Kelamin Tahun Masuk JumlahSantri
1. Perempuan 2010 8
2. Perempuan 2011 4
3. Perempuan 2012 11
4. Perempuan 2013 15
5. Perempuan 2014 17
6. Perempuan 2015 14
Jumlah 69
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
5. Struktur Organisasi Pengurus Pondok Pesantren Nurul Asna
Setiap lembaga pasti memiliki struktur organisasi, karena sangat
penting dan dibutuhkan agar keterlibatan dan kerapian organisasi dapat
terkoordinasi dengan baik.
Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Nurul Asna tahun
2015/2016 adalah sebagai nerikut:
a. Pengasuh : Drs. H. Nasafi, M.Ag
Pembina : Nur Kholis
Ketua : Laili Safa‟ah
Wakil Ketua : Desi Nur Baiti
Sekretaris : 1. Khikmatul Latifah
2. Desia Arumsari
Bendahara : 1. Ira Nurussofa
2. Setyaning surya utami
Sie. Keamanan : 1. Rizka Dewi
2. Umi Fathimah
Sie. Kebersihan : 1. Lailatul Asfufah
2. Vivi Wulandari
3. Ulfatun Nikmah
Sie. Humas : 1. Fitri Nur Chasanah
2. Asri Nariswari Hanjayani
Sie. Kesehatan : 1. Arifatul Azizah
2. Elia Widyawati
6. Program Pengajaran Pondok Pesantren Nurul Asna
Program pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Nurul Asna
adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan Pondok
Seperti halnya pondok pesantren yang lain, Pondok Pesantren Nurul
Asna melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari berbagai ilmu, akan
tetapi waktunya sangat terbatas sekali, kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan ba‟da maghrib, ba‟da isya‟ dan ba‟da subuh saja, karena
disiang hari kebanyakan dari santri melakukan kegiatan perkuliahan atau
sekolah karena mereka juga belajar didalamnya.
1) Kegiatan Santri
a. Harian
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Harian
No Waktu Kegiatan
1. Subuh Shalat Subuh
2. Ba‟da Subuh -Pengajian Tafsir Jalalain
-Pengajian Bulughul Marom
-Pengajian Jawahirul Bukhori
3. 06.00 WIB Piket Sesuai Jadwal
4. Siang-Asyar Kegiatan Luar
5. Maghrib Shalat Maghrib Berjama‟ah
6. Ba‟da Jama‟ah Maghrib Sorogan Al-Qur‟an
7. 20.00 WIB Pengajian Kitab-kitab
Bandongan
8. 21.30 WIB Istirahat
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
b) Mingguan
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Mingguan
No Waktu Kegiatan
1. Malam Jum‟at Ba‟da
Maghrib-20.30 WIB
- Kegiatan Tahlilan
- Kegiatan membaca
Sholawat Nabi (al-barjanji)
- Kegiatan Muhadoroh
Dialog dan Musyawarah
bersama.
2. Jum‟at Menguras MCK
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
c) Bulanan
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Bulanan
No Waktu Kegiatan
1. Hari Libur Ro‟an/ Kerja Bakti Bersama
(Kondisional)
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
d) Tahunan
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Tahunan
No Waktu Kegiatan
1. Ramadhan Pembelajaran kitab kuning
pada bulan ramadhan
(kilatan)
2. Sya‟ban Pengajian haflah
akhirussanah
3. Muharram Mujahadah akbar
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
e) ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang
dilaksanakan di luar jam yang diadakan oleh pondok pesantren dalam
rangka mengembangkan bakat, minat, dan potensi santri. Pondok
pesantren memasukkan ketrampilan hidup dan pengembangan diri
seperti olahraga, seni, da‟wah, wirausaha, pertanian, peternakan,
komputer, dan lain sebagainya.
7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Asna
Dalam upaya untuk menunjang pendidikan di pondok pesantren Nurul
Asna, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai serta pemanfaatan
secara optimal. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pondok
pesantren Nurul Asna antara lain:
Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana
No Nama Barang Banyaknya
1. Asrama Putra 10
2. Asrama Putri 20
3. Dapur 2
4. Kompor Gas 8
5. Komputer 2
6. Aula 1
7. Meja Santri 4
8. Meja Ustadz 2
9. Perpustakaan 1
10. Kamar Mandi Putra 3
11. Kamar Mandi Putri 7
12. Sound System 2
13. Printer 1
14. Papan Tulis 2
15. Televisi 2
Sumber: Pondok Pesantren Nurul Asna
B. Penerapan shalat tahajud dan peranannya dalam kesehatan mental santri
putri pondok pesantren Nurul Asna.
1. Makna shalat tahajud menurut para santri putri pondok pesantren Nurul Asna.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai shalat tahajud di pondok
pesantren dapat dilihat dari wawancara berikut:
“Shalat tahajud yaitu shalat yang dilaksanakan setelah tidur pada
malam hari. Bila dilaksanakan akan mendapat pahala dan shalat ini
dilakukan ketika mempunyai hajat” (wawancara dengan AA tanggal 01
oktober 2015 di kamar santri putri).
Sumber lain menyebutkan:
“Shalat tahajud adalah shalat yang dilakukan pada malam hari untuk
meminta pertolongan kepada Allah, agar kita lebih dekat lagi dengan
Allah dan dimudahkan segala urusan kita” (wawancara dengan NU
tanggal 01 oktober 2015 di halaman pondok pesantren).
“Shalat tahajud adalah shalat malam yang dilakukan karena
mempunyai sesuatu hajat, yang dilaksanakan pada malam hari
diutamakan 1/3 malam. Karena seseorang yang rutin melaksanakan
shalat tahajud pada jam tersebut Allah akan mengabulkan doa-doa
kita” (hasil wawancara dengan DT tanggal 01 oktober 2015 di depan
kamar santri putri).
Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui pentingnya shala
tahajud dan makna dari shalat tahajud itu sendiri yang sudah diketahui banyak
orang terutama dikalangan pondok pesantren.
2. Pelaksanaan shalat tahajud santri putri di pondok pesantren Nurul Asna.
Mengenai pelaksanaan shalat tahajud di pondok pesantren dapat dilihat
dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Tidak semua santri rutin melaksanakan shalat tahajud karena shalat
tahajud adalah sunah dan dilaksanakan ketika mempunyai hajat saja,
padahal hikmah dari shalat tahajud itu sangat luar biasa jika
dilaksanakan dengan ikhlas dan rutin” (hasil wawancara dengan santri
putri bernama DT tanggal 01 oktober 2015 di depan kamar santri putri).
“Shalat tahajud itu tidak wajib jadi tidak ada paksaan dan tekanan
supaya santri putri mau melaksanakan shalat sunah ini, karena dalam
program di pondok tidak mengharuskan. kebanyakan dari santri
melaksanakan shalat tahajud pada saat-saat tertentu” (wawancara
dengan santri putri yang menjadi pengurus di pondok putri LS tanggal
03 oktober 2015 di halaman pondok).
3. Pengetahuan santri putri mengenai penjelasan dari kesehatan mental yang
mereka ketahui.
Hasil wawancara mengenai pengertian kesehatan mental adalah sebagai
berikut:
“Kesehatan mental adalah sehat jiwa dan mentalnya, bisa membangun
bakat dan kemampuannya. Mampu menghadapi segala masalah dengan
sabar dan cara yang baik-baik” (hasil wawancara dengan santri putri
bernama AA tanggal 01 oktober 2015 di kamar santri putri).
“Kesehatan mental yaitu seseorang yang sehat secara rohani dan
jasmani, sehat akal pikiran, perbuatan maupun perkatannya. Seseorang
dikatakan sehat mentalnya apabila pikirannya sehat” (wawancara
dengan AM tanggal 01 oktober 2015 di kamar santri putri).
Sumber lain menyebutkan:
“Kesehatan mental adalah orang yang mampu menghadapi persoalan
dengan tenang berfikir secara rasional, tidak labil, bisa berinteraksi
dengan baik, berani melakukan hal-hal yang baru” (wawancara dengan
ANH tanggal 04 oktober 2015 di halaman pondok penatren).
Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa kesehatan mental
sangat berarti dan harus benar-benar diperhatikan. Para santri adalah mahasiswa
di IAIN salatiga yang sebagian besar sudah paham pengertian dari kesehatan
mental sehingga bisa menerapkan dan membentuk kesehatan mental yang baik.
4. Peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri pondok pesantren
Nurul Asna Salatiga.
Menurut hasil wawancara mengenai peranan shalat tahajud dalam
kesehatan mental adalah sebagai berikut:
“Pastinya jika kita rutin melaksanakan shalat tahajud hati akan terasa
tenang, menjalani apaun tidak tergesa-gesa. Secara kasat mata efeknya
berpengaruh pada kesehatan mental yang bisa menjadi kuat dan
mampumenghadapi kehidupan yang berlika liku” (wawancara dengan
AM tanggal 01 oktober 2015 di kamar santri putri).
“Peranan yang terjadi setelah melaksanakan shalat tahajud yang
berpengaruh pada kesehatan mental yaitu bisa berfikir lebih matang,
hati menjadi tenang, tertantang untuk selalu belajar. Melakukan apapun
tidak tergesa-gesa, lebih ikhlas dan sabar” (hasil wawancara dengan
AN tanggal 04 oktober 2015 di kamar santri putri).
Sumber lain menjelaskan:
“Peranannya sangat luar biasa terutama bagi yang rutin sholat tahajud,
dengan kita mendekatkan diri kepada Allah hati pasti terasa tenang,
damai, berfikir lebih mudah. Menyehatkan badan, jiwa, pikiran, dan
menguatkan perasaan yang lemah” (wawancara dengan santri bernama
ANH tanggal 04 oktober 2015di halaman pondok pesantren).
Dari wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa peranan shalat
tahajud terhadap kesehatan mental sangat berpengaruh besar. Shalat tahajud
dapat membuat perubahan besar di luar dan dalam tubuh seseorang apabila
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Sesorang yang mendekatkan
diri dengan shalat tahajud akan merasa terjaga kesehatan mentalnya sehingga
merasa mentalnya lebih kuat dan sabar menghadapi apapun.
C. Faktor-faktor yang Mendukung Santri Putri Melaksanakan Shalat Tahajud
dan Terbentuknya Kesehatan Mental di Pondok Pesantren Nurul Asna.
1. Faktor pendukung santri putri melaksanakan shalat tahajud di pondok pesantren
Nurul Asna.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor pendukung santri putri
melaksanakan shalat tahajud di pondok pesantren dapat dilihat dari wawancara
berikut:
“Faktor yang pertama adalah karena sudah terbiasa dari keluarga
sering shalat tahajud berjama’ah, kedua ingin dekat dengan Allah dan
apa yang jadi keingenan kita bisa dikabulkan oleh Allah, ketiga menjadi
anak yang sholehah dan bisa menjadi anak yang terbaik untuk kedua
orang tua” (hasil wawancara dengan santri putri bernama DT tanggal
01 oktober 2015 di depan kamar santri putri).
“Faktor yang mendorong untuk melaksanakan shalat tahajud yaitu
terbangun pada malam hari, agar Allah memudahkan segala urusan di
dunia dan akhirat, ketika merasa bingung, gelisah dan dalam keadaan
sulit, meminta kepada Allah agar selalu melindungi jiwa ini dari
bahaya” (wawancara dengan LA tanggal 03 oktober 2015 di kamar
santri putri).
Sumber lain menyebutkan:
“Faktor pendukung untuk melaksanakan shalat tahajud yaitu saya
percaya akan janji Allah kepada setiap hambanya, karena banyaknya
ujian-ujian yang datang, karena ada tugas banyak yang mana kita
hanya bisa menggantungkan diri kepada Allah saja” (wawancara
dengan AN tanggal 04 oktober 2015 di kamar santri putri).
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan faktor pendukung santri
putri melaksanakan shalat tahajud yaitu bersumber dari dalam diri masing-
masing seperti mempunyai keinginan besar yang ingin ia capai, ingin selalu
dilindungi oleh Allah, diberi keselamat dunia dan akhirat.
2. Faktor pendukung terbentuknya kesehatan mental di pondok pesantren Nurul
Asna Salatiga.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor pendukung terbentuknya
kesehatan mental dapat dilihat dari wawancara berikut:
“Cara membentuk kesehatan mental yang baik yaitu dengan
melaksanakan shalat tahajud, selalu khusnudzon kepada siapapun
terutama kepada Allah, selalu berbuat baik kepada sesama maka
pengaruhnya kita tidak mempunyai musuh sehingga tidak ada rasa
cemas dan kedengkian kepada siapapun” (hasil wawancara dengan AM
tanggal 01 oktober 2015 di kamar santri putri).
“Adapun cara untuk membentuk kesehatan mental yaitu dengan shalat
tahajud supaya lebih dekat dengan Allah, banyak berdzikir,
memperbanyak shalat-shalat sunah lainnya” (wawancara dengan AA
tanggal 01 0ktober 2015 di kamar pondok pesantren).
Sumber lain menjelaskan:
“Cara membentuk kesehatan mental yang pertama dengan cara lebih
mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak ibadah seperti puasa,
shalat dan berbuat baik kepada siapapun. Dengan menjalankan shalat
tahajud dapat membangun pemikiran yang positif, dapat membangun
jiwa dan mental yang kuat” (wawancara dengan LS tanggal 01 oktober
2015 di halaman pondok pesantren).
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan faktor atau cara membentuk
kesehatan mental santri putri dipondok pesantren yaitu dengan banyak
beribadah kepada Allah, menjalankan shalat-shalat sunah, berbuat dan
berprasangka baik terhadap siapapun dengan cara tersebut kesehatan mental
akan tumbuh baik dan selalu terjaga.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Peranan Shalat Tahajud dalam Kesehatan Mental Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Asna Salatiga.
Kesehatan mental adalah kemampuan seseorang untuk dapat
menyesuaikan diri sesuai tuntunan kenyataan di sekitarnya. Jika mental sehat
dicapai, maka individu memiliki penyesuaian dan identifikasi positif terhadap
orang lain. Dalam hal ini individu belajar menerima tanggungjawab menjadi
mandiri dan mencapai integrasi tingkah laku, maka dapat dipahami bahwa orang
yang sehat mentalnya yaitu terwujudnya keharmonisan dalam fungsi mental yang
ada ditubuh serta tercapainya kemampuan untuk menghadapi permasalahan
sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam dirinya.
Kesehatan mental yang baik memiliki indikator yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Perasaan senang yang ada di dalam diri sendiri
Seseorang bisa merasa senang bila di dalam dirinya terhindar dari
masalah dan gangguan mental, sesungguhnya perasaan senang tidak
tergantung dari faktor-faktor luar akan tetapi lebih tergantung kepada cara dan
sikap dalam menghadapi kenyataan hidup. Orang yang sehat mentalnya tidak
akan mudah merasa putus asa karena ia dapat menghadapi semua rintangan
atau kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar.
Perasaan senang menunjukkan bahwa mental di dalam dirinya sehat,
ketika mengalami rasa sedih, emosi, takut dan kekecewaan orang tersebut
dapat mengontrol dan kuat melewati kondisi seperti itu maka di dalam dirinya
akan tercipta rasa senang.
2. Adanya rasa nyaman terhadap kehadiran seseorang
Seseorang yang sehat mentalnya dapat menerima perbedaan dalam
kehidupannya, baik dimasyrakat maupun lingkungan dimana ia tinggal. Rasa
nyaman itu tidak hanya dinilai dari rasa suka dan cinta terhadap orang lain,
melainkan merasa dihargai, diterima dan mampu memberikan tempat untuk
berbagi dalam senang maupun susah.
Hadirnya seseorang yang bisa memberikan kenyamanan secara baik
akan mampu memotivasi dan menguatkan orang untuk menjadi lebih baik.
Dalam diri tumbuh rasa peduli dan simpatik terhadap sesama, disitulah
seseorang kan mampu berkomunikasi baik dan lebih terbuka.
3. Pengendalian pikiran dan tingkah laku
Berbagai permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan ini banyak
diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri.
Orang yang sehat mentalnya akan dapat menunda untuk pemuasan
kebutuhannya dan dapat mengendalikan diri dari keinginan-keinginan yang
menyebabkan hal-hal yang merugikan. Pengendalian pikiran dan tingkah laku
lebih menekankan pada pilihan tindakan yang kan memberikan manfaat dan
keuntungan yang lenih luas, tidak melakukan perbuatan yang merugikan
dirinya.
Perbuatan orang yang cepat tanggap dan bersungguh-sungguh dalam
mengendalikan tingkah laku dan pemikirannya, pengendalian itu perlu
dipelihara dan di arahkan ke arah yang positif, karena sikap mental manusia
sangat menentukan pemikiran dan tingkah laku yang baik atau tidaknya
seseorang. Pengendalian secara efektif sebagai suatu kecakapan membaca
situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan mengelola faktor pikiran dan
tingkah laku sesuai dengan situsai dan kondisi itu merupakan salah satu tanda
kepribadian yang sehat dan baik mentalnya.
4. Perasaan dan emosi yang positif dan sehat
Perasaan-perasaan diterima, merasa dicintai, aman dan berharga dapat
memberi sumbangan pada kestabilan mental dan tanda kesehatan mental yang
baik. Perasaan dan emosi yang positif akan menumbuhkan rasa kasih sayang
dan keikhlasan dalam diri maka semua tujuan yang ingin dicapai dapat
menjadi bagian yang menyatu dengan kehidupan kita secara otomatis. Kita
dianjurkan untuk selalu berperasaan positif atas segala sesuatu yang sedang
dan akan kita hadapi dalam hidup ini. Pikiran dan perasaan yang positif sangat
erat hubungannya, kekuatan atau kelemahan tubuh kita sebenarnya
dipengaruhi oleh perasaan yang dirasakan dan apa yang telah kita lakukan.
Perasaan dan emosi layaknya sebuah program yang Allah tanamkan
dalam otak dan hati kita untuk bisa merasakan segala macam dan bentuk
anugrah yang ada di alam semesta ini. Perasaan dan emosi bekerja untuk
menentukan jalan hidup masing-masing individu.
5. Ketenangan dan kedamaian pikiran
Pikiran seperti sebuah ruangan yang selalu penuh dengan segala macam
barang, tidak ada ruangan bebas dan ketika dikosongkan akan membuat
ketenangan pada pikiran. Kesehatan mental yang baik akan menunjukkan
ketenangan dan kedamaian pikiran, dengan berdoa dan melaksanakan ibadah
pikiran akan mendapatkan kemampuan untuk mengontrol seluruh kegiatan
yang dilakukan.
Cara menenangkan pikiran dapat dilakukan dengan melakukan hal-hal
yang disukai sendirian, curhat dengan orang yang dekat dengan kita, olahraga,
lakukan komunikasi dengan orang yang sekiranya bisa membantu menyelesaikan
masalah yang sedang dialami, rajin beribadah. kedamaian pikiran adalah cara
dimana kita tidak melekat pada masalah yang kita hadapi, sehingga kita akan
menemukan kejernihan didalam diri dengan mudah dapat melihat solusi dari
permasalahan yang dihadapi dengan hati yang tenang dan pikiran yang terbuka.
Kedamaian pikiran dimulai dengan berpikir apa yang telah dimiliki sekarang,
dengan rasa syukur akan membuat pikiran tenang dan damai.
Shalat tahajud merupakan shalat sunah yang dilaksanakan setelah tidur
pada malam hari, dilakukan dengan penuh keimanan dan keistiqomahan dengan
mengharap ridho dari Allah. Shalat ini sangat dianjurkan untuk dilaksanakan
maka shalat tahajud bisa membuat perubahan besar dan bermanfaat bagi
kesehatan jiwa dan mental seseorang.
Peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental, bagi orang Islam
menyakini dengan sepenuh hati bahwa kenyamanan dan ketentraman dalam
hidup hanya bisa diraih jika ber-Dzikrullah, mengingat Allah, salah satu
dzikrullah yang dilakukan yaitu dengan melakukan shalat, baik shalat wajib
maupun sunnah (rawatib, tahajud, dhuha dan lain-lain). shalat tahajud yang
dilakukan dengan cara rutin (istiqomah) dan dilakukan dengan penuh keikhlasan
serta kekhusu‟an akan memberikan ketentraman dan ketenangan pada mental.
Shalat tahajud yang dilakukan dengan tepat, dilakukan secara berkelanjutan,
khusyuk dan ikhlas dapat menumbuhkan semangat dan motifasi positif serta
dapat memperbaiki mekanisme tubuh yang berubah ketika menghadapi tekanan.
Kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajud secara ikhlas dan rasa
kecintaanya terhadap Allah memiliki ketahanan tubuh yang kuat dan kemampuan
individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil.
Shalat tahajud selain mengandung nilai ibadah ternyata sangat berpengaruh besar
pada keshatan mental maupun jiwa seseorang yang mana telah dibuktikan oleh
para medis dan psikolog yang mampu menyembuhkan dan mencegah terjadinya
gangguan pada mental.
B. Faktor-faktor Pendukung Aktivitas Shalat Tahajud yang Berperan dalam
Kesehatan Mental di Pondok Pesantren Nurul Asna.
1. Faktor pendukung aktivitas shalat tahajud santri putri pondok pesantren Nurul
Asna.
Sesungguhnya melakukan shalat Tahajjud dan mengekang dorongan
hawa nafsu dan syaitan, adalah sesuatu yang teramat berat dan sulit kecuali
bagi orang yang dimudahkan dan ditolong oleh Allah.
Ada beberapa faktor yang bisa membantu dan memotivasi seseorang untuk
melakukan shalat tahajud serta memudahkannya dengan izin Allah. Kita tidak
melakukan perbuatan dosa di siang hari dan di malam hari, karena hal itu bisa
membuat hati keras dan menghalangi seseorang dari curahan rahmat.
Shalat tahajud dilakukan pada malam hari dimana suasananya
mendukung kita untuk bisa lebih khusyuk dan tenang menghadap Allah,
sebelum aktivitas shalat tahajud diterapkan sebaiknya seseorang harus
memulai hari dengan awal yang baik karena disitu akan memberikan dampak
yang baik pula terhadap aktivitas selanjutnya, rasa malas yang biasa hinggap
meliliti perasaan kita dengan sendirinya menjadi pudar dan kita menjalani
shalat tahajudpun dengan penuh semangat. Aktivitas shalat tahajud bertujuan
untuk menghadap sang pencipta agar diberi ketenangan hati, menguatkan
mental seseorang, terhindar dari berbagai penyakit, penanggulangan stres,
meningkatkan respon ketahanan tubuh dan menumbuhkan persepsi dan
motivasi positif.
Membersihkan hati dari sifat dengki terhadap kaum muslimin, dari
perbuatan bid'ah dan dari keinginan duniawi yang berlebihan. Sebab orang
yang mencurahkan sepenuh pikirannya untuk urusan duniawi tidak akan
mudah melakukan shalat tahajud. Kalau pun ia melakukannya, dalam
shalatnya yang dipikirkan hanyalah urusan duniawi dan yang terbayang dalam
pikiranya hanyalah bisikan-bisikan dunia tersebut.
Faktor yang paling mulia yaitu mencintai Allah dan keyakinan yang
kuat, bahwa dalam shalat tahajud dia tidak mengucapkan satu huruf pun
melainkan ia tengah bermunajat kepada Rabb-nya dan menyaksikan-Nya,
disertai dengan kesaksiannya terhadap apa yang terlintas di hatinya. Bisikan
yang ada di dalam hatinya yang datang dari Allah itu adalah pembicaraannya
dengan-Nya. Bila ia telah mencintai Allah, pasti ia ingin berduaan bersama-
Nya dan menikmati munajat dengan-Nya, sehingga hal itu mendorongnya
untuk berlama-lama dalam shalat.
Sedangkan faktor pendukung yang diungkapkan oleh DT tentang
pelaksanakan shalat tahajud di pondok pesantren adalah sebagai berikut:
“Faktor yang pertama adalah karena sudah terbiasa dari keluarga
sering shalat tahajud berjama’ah, kedua ingin dekat dengan Allah dan
apa yang jadi keingenan kita bisa dikabulkan oleh Allah, ketiga
menjadi anak yang sholehah dan bisa menjadi anak yang terbaik untuk
kedua orang tua” (Wawancara 01 Oktober 2015 di depan kamar santri
putri).
Sedangkan faktor pendukung menurut pengurus santri putri LA
Pondok Pesantren Nurul Asna pelaksanakan shalat tahajud di Pondok
Pesantren adalah sebagai berikut:
“Sebenarnya faktor-faktor yang mendukung santri melaksanakan
shalat tahajud bermacam-macam, salah satunya yaitu ingin
menjalankan sunah yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad,
mencari ketenangan hati, kesehatan mental, dan lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT” (Wawancara 03 Oktober 2015 di kamar santri
putri).
Jadi dari setiap santri putri faktor yang mendukung pelaksanaan shalat
tahajud di pondok pesantren hampir sama yang telah disebutkan sebelumnya.
Mereka memiliki tujuan yang sama hanya pelaksanaannya tidak dilakukan
secara bersamaan, shalat tahajud boleh dilaksanakan berdasarkan keinginan
dan kemampuan santri.
2. Faktor pendukung kesehatan mental santri putri di pondok pesantren Nurul
Asna.
Kesehatan mental adalah pola-pola yang berisi pola negatif dan pola
positif. Pola positif adalah kesehatan mental dimana indvidu memiliki
kemampuan dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan lingkungan sosial
dan pola negatif adalah kesehatan mental yang dimiliki individu karena
terhindar dari neurosis dan psikosis. Adapun faktor yang mempengaruhi
kesehatan mental, yaitu faktor intern dan ekstern.
a. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
seperti keimanan, ketakwaan, sikap menghadapi problema hidup,
keseimbangan dalam berfikir, kondisi kejiwaan seseorang dan sebagainya.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang,
seperti keadaan ekonomi, kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga,
masyarakat, maupun lingkungan pendidikan dan sebagainya. Sebenarnya
faktor intern itu lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan faktor
ekstern. Bahwa sesungguhnya ketenangan hidup, kesehatan mental atau
kebahagiaan batin itu tergantung dari faktor ekonomi, adat kebiasaan dan
sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap menghadapi
faktor-faktor tersebut.
Faktor pendukung terbentuknya kesehatan mental menurut AM dapat
dilihat dari berikut:
“Cara membentuk kesehatan mental yang baik yaitu dengan
melaksanakan shalat tahajud, selalu khusnudzon kepada siapapun
terutama kepada Allah, selalu berbuat baik kepada sesama maka
pengaruhnya kita tidak mempunyai musuh sehingga tidak ada rasa
cemas dan kedengkian kepada siapapun” (Wawancara tanggal 01
oktober 2015 di kamar santri putri).
Sedangkan faktor pendukung terbentuknya kesehatan mental menurut
pengurus pondok santri putri LA di Pondok Pesantren Nurul Asna adalah
sebagai berikut:
“Cara membentuk kesehatan mental yang pertama dengan cara lebih
mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak ibadah seperti puasa,
shalat dan berbuat baik kepada siapapun. Dengan menjalankan shalat
tahajud dapat membangun pemikiran yang positif, dapat membangun
jiwa dan mental yang kuat” (Wawancara tanggal 01 oktober 2015 di
halaman pondok pesantren).
Sebagian besar faktor pendukung terbentuknya kesehatan mental
dalam pondok pesantren Nurul Asna yaitu dengan meyakini prinsip yang ada
didalam diri. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri, prinsip ini dapat
dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan pada diri
sendiri. Mewujudkan sesuatu dari hal yang positif akan mewarnai pola
hidup, sikap, cara pikir dan penghayatan yang positif pula.
2. Adanya keseimbangan antara kekuatan jiwa dan mental dalam diri,
kesatuan pandangan dalam hidup dan kesanggupan menghadapi stres.
3. Perwujudan diri (aktualisasi diri), inilah proses pematangan yang sehat
mentalnya yaitu mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan
potensi dimilikinya, serta memenuhi kebutuhannya dengan cara yang baik
dan memuaskan.
4. Mau menerima orang lain, mampu melakukan aktifitas sosial dan
menyesuaikan diri dengan linkungan tempat tinggal.
5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan, suka pada pekerjaan tertentu
walaupun berat maka akan mudah dilakukan.
6. Agama dan cita-cita yang paling utama untuk menggapai ketenangan dan
kebahagiaan dalam kehidupan.
7. Rasa tanggungjawab sangatlah penting bagi tingkah laku, dengan demikian
muncul rasa percaya diri dan bertanggungjawab penuh atas segala tindakan
yang nantinya menjadi bekal kesuksesan dimasa depan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental, bagi orang Islam menyakini
dengan sepenuh hati bahwa kenyamanan dan ketentraman dalam hidup hanya
bisa diraih jika ber-Dzikrullah, mengingat Allah. Kondisi tubuh seseorang
yang rajin bertahajud secara ikhlas dan rasa kecintaanya terhadap Allah
memiliki ketahanan tubuh dan kesehatan mental yang kuat dan kemampuan
individual untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi dengan
stabil. Kesehatan mental yang baik akan tercipta dari pengaruh shalat tahajud
adalah sebagai berikut:
a. Perasaan senang yang ada di dalam diri sendiri
b. Pengendalian pikiran dan tingkah laku
c. Perasaan dan emosi yang positif dan sehat
d. Ketenangan dan kedamaian pikiran
2. Beberapa faktor yang bisa membantu dan memotivasi seseorang untuk
melakukan shalat tahajud serta memudahkannya yaitu dengan kita tidak
melakukan perbuatan dosa di siang hari dan di malam hari, karena hal itu bisa
membuat hati keras dan menghalangi seseorang dari curahan rahmat. Shalat
tahajud dilakukan pada malam hari dimana suasananya mendukung kita untuk
bisa lebih khusyuk dan tenang menghadap Allah, sebelum aktivitas shalat
tahajud diterapkan sebaiknya seseorang harus memulai hari dengan awal yang
baik karena disitu akan memberikan dampak yang baik pula terhadap aktivitas
selanjutnya. Aktivitas shalat tahajud bertujuan untuk menghadap sang
pencipta agar diberi ketenangan hati, menguatkan mental seseorang. Faktor
yang paling mulia yaitu mencintai Allah dan keyakinan yang kuat, bahwa
dalam shalat tahajud dia tidak mengucapkan satu huruf pun melainkan ia
tengah bermunajat kepada Rabb-nya dan menyaksikan-Nya, disertai dengan
kesaksiannya terhadap apa yang terlintas di hatinya.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian,
sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan
saran kepada pengurus dan santri yang mengerti tentang shalat tahajud, serta para
ustadz dan ustadzah dalam menyikapi ataupun menilai pelaksanaan shalat tahajud
di pondok pesantren Nurul Asna, sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pengurus dan ustadz utadzah memberikan strategi atau
metode dalam kegiatan para santri putri maupun putra selain diwajibkan
melaksanakan jadwal yang sudah alangkah baiknya agar bisa juga menerapkan
shalat sunah berjamaah.
2. Bagi para santri putra dan putri harus senantiasa mencoba melaksanakan shalat
tahajud dan shalat sunah lainnya secara berjamaah, karena tujuan diadakannya
shalat sunah berjamaah memberikan arti yang besar baik diri sendiri dan
lingkungan sekitar pondok pesantren.
3. Para pengajar maupun pengurus selalu mengingatkan santri agar aktif dalam
mengikuti kegiatan pondok bukan hanya shalat wajib saja tetapi mengingatkan
untuk shalat sunah juga.
DAFTAR PUSTAKA
Al Firdaus, Iqra‟. 2013. Banjir Harta dengan Ajaibnya Shalat Hajat, Dhuha, dan
Tahajjud + Ajaibnya Bangun Pagi. Jogjakarta: SABIL.
Bidayah, Khoirul.2014. Faktor Pendukung dan Penghambat Shalat Tahajud.
(Online), (http://khoirulbidayah.co.id/2014/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html, diakses 03 januari 2016).
Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta:
Bulan Bintang.
______________. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
Depdiknas, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Editor. 2014. Kesehatan Mental Yang Baik. (Online), (http://buletinsehat.com/ciri-
ciri-kesehatan-mental-yang-baik, diakses 01 januari 2016).
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Harun, Muhammad. 2012. Kesehatan Mental. (Online),
(http://harun37.wordpress.com/2012/03/14/kesehatan-mental/?_e_
pi_=7%2CPAGE_ID10%2CA463032441, diakses 10 januari 2016).
Muallifah. 2010. Keajaiban Shalat Tahajud. Jogjakarta: STAR BOOKS.
Muhtar, Rohendi. 2011. Kesehatan Mental Dalam Islam. (Online),
(http://rohendimuhtar.blogspot.co/id/2011/01/v-behavioururldefaultvmlo.html,
diaskes 16 september 2015).
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Semiun, Yuatinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Setiawan, Dika. 2011. Shalat Tahajud. (Online),
(http://dika-setiawan.Blogspot.co.id/2011/06/normal-0-false-false-false-en-us-
xnone12.html, diakses 16 september 2015).
Sholeh, Moh. 2003. Tahajud Manfaat Praktis Ditinjau dari Ilmu Kedokteran.
Yogyakarta: Forum Studi HIMANDA.
___________. 2006. Terapi Salat Tahajud Menyembuhkan Berbagai Penyakit.
Jakarta Selatan: Hikmah (PT Mizan Publika).
Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Cetakan Pertama.
Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syafi‟i, Ahmad. 2010. Pendukung dan Penghambat Tahajud. (Online),
(http://Islamiqa.info/id/3749, diakses 03 januari 2016).
Lampiran-Lampiran