Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN TOKUYOU (PANTI JOMPO KHUSUS) TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA DI JEPANG
DALAM DRAMA NINKYOU HELPER KARYA SUTRADARA HIROSHI NISHITANI
SKRIPSI
Oleh: Isna Haniatunnajah
125110200111061
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
i
PERANAN TOKUYOU (PANTI JOMPO KHUSUS) TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA DI JEPANG
DALAM DRAMA NINKYOU HELPER KARYA SUTRADARA HIROSHI NISHITANI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Brawijaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
OLEH: ISNA HANIATUNNAJAH
NIM 125110200111061
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas karunia yang dicurahkan-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Tokuyou Terhadap Kesejahteraan Lansia di Jepang dalam Drama Ninkyou Helper Karya Sutradara Hiroshi Nishitani. Shalawat serta salam semoga tercurahkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk mememuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Skripsi ini penulis dedikasikan untuk keluarga penulis terutama ibunda dan ayahanda yang selalu memberikan doa, cinta dan dukungan baik secara moril maupun materiil untuk kelancaran penulisan skripsi penulis. Terima kasih juga untuk adik penulis yang tak ada hentinya menyemangati dan memotivasi penulis untuk tidak menyerah dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Ibu Eka Marthianty Indah Lestari, M.Si selaku Dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan masukan, saran dan dorongan dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis tunjukkan kepada yang terhormat Ibu Nadya Inda Syartanti, M.Si selaku Dosen penguji yang memberikan masukan, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu yang berharga kepada penulis.
Terima kasih sekali lagi untuk teman-teman seperjuangan yang terus mendorong untuk menyelesaikan penulis ini Bella, Dian, Zahra, Choriq, Dela, Ulfa, Masyitoh, Windy, Bagus, Mba Onya, Endah, Yunita, dan masih banyak lagi yang belum penulis sebutkan. terima kasih kepada yang selalu menemani penulis di hari-hari penulisan skripsi ini. Malang, 19 Juni 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Haniatunnajah, Isna. 2017. Peranan Tokuyou Terhadap Kesejahteraan Lansia di Jepang dalam Drama Ninkyou Helper Karya Sutradara Hiroshi Nishitani, Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.
Pembimbing : Eka Marthanty Indah Lestari
Kata Kunci : Drama, Kesejahteraan Lansia, Ninkyou Helper, Sosiologi Sastra, Tokuyou
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana peranan tokuyou terhadap kesejahteraan lansia dalam drama Ninkyou Helper, karena banyaknya populasi lansia di Jepang yang memerlukan sebuah fasilitas yang dapat menunjang kehidupan lansia. Tokuyou sendiri merupakan salah satu bentuk solusi yang dihadirkan pemerintah untuk membantu para lansia terutama lansia yang menderita demensia.
Penelitian ini menggunakan teori sosiologi satra dari Ian Watt, yaitu sastra sebagai cerminan dari masyarakat sebagai teori utama dalam penulisan skripsi ini. Selain teori sosiologi, penulis juga menggunakan teori pendukung berupa konsep lansia, konsep tokuyou. Sebagai mise en sceen, serta teknik pengambilan gambar.
Hasil penelitian dari episode 1 sampai 11 menunjukkan peran-peran tokuyou yang dapat memberikan kesejahteraan bagi Lansia di Jepang. Peran-peran tokuyou yang tercermin dalam dalam drama Ninkyou Helper yaitu: tokuyou sebagai alternatif tempat tinggal bagi lansia, tokuyou sebagai penyedia fasilitas bagi keberlangsungan hidup lansia, tokuyou sebagai sarana sosialisasi lansia, tokuyou sebagai penyedia jasa bagi lansia.
Dengan adanya penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peran tokuyou penting bagi kesejahteraan lansia di Jepang. Apabila lansia tidak mendapatkan perawatan yang layak di keluarganya, lansia bisa mendapatkan perawatan di tokuyou. Untuk penelitian berikutnya, penulis menyarankan untuk meneliti tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi tokuyou di Jepang.
vii
Ian Watt
mise en scene
viii
DAFTAR TRANSLITERASI
( ) a ( ) i ( ) u ( ) e ( ) o ( ) ka ( ) ki ( ) ku ( ) ke ( ) ko ( ) sa ( ) shi ( ) su ( ) se ( ) so ( ) ta ( ) chi ( ) tsu ( ) te ( ) to ( ) na ( ) ni ( ) nu ( ) ne ( ) no ( ) ha ( ) hi ( ) fu ( ) he ( ) ho ( ) ya ( ) yu ( ) yo ( ) ra ( ) ri ( ) ru ( ) re ( ) ro ( ) wa ( ) wo ( ) ga ( ) gi ( ) gu ( ) ge ( ) go ( ) za ( ) ji ( ) zu ( ) ze ( ) zo ( ) da ( ) ji ( ) dzu ( ) de ( ) do ( ) ba ( ) bi ( ) bu ( ) be ( ) bo ( ) pa ( ) pi ( ) pu ( ) pe ( ) po
( ) kya ( ) kyu ( ) kyo ( ) sha ( ) shu ( ) sho ( ) cha ( ) chu ( ) cho ( ) nya ( ) nyu ( ) nyo ( ) hya ( ) hyu ( ) hyo ( ) mya ( ) myu ( ) myo ( ) rya ( ) ryu ( ) ryo ( ) gya ( ) gyu ( ) gyo ( ) ja ( ) ju ( ) jo ( ) ja ( ) ju ( ) jo ( ) bya ( ) byu ( ) byo ( ) pya ( ) pyu ( ) pyo
( ) n ( ) menggandakan konsonan berikutnya. wa sebagai partikel dalam kalimat dibaca wa he sebagai partikel dalam kalimat dibaca e wo sebagai partikel dalam kalimat dibaca o
u penanda bunyi panjang u. Contoh: (kyou) penanda bunyi panjang pada tulisan asing dengan huruf katakana
Contoh: (herupaa)
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv KATA PENGANTAR ............................................................................ v ABSTRAK .............................................................................................. vi
........................................................................................................... vii DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 8 1.5 Definisi Istilah Kunci ............................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi Sastra ...................................................................... 10 2.2 Konsep Lansia ........................................................................ 12
2.2.1 Definisi Lansia ............................................................. 12 2.3.2 Permasalahan Yang Dialami oleh Para Lansia di Jepang 14
2.4 Konsep Tokuyou ( ) ........................................................ 20 2.4 Mise en Scene ......................................................................... 27 2.6 Teknik Pengambilan Gambar ................................................. 29 2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ................................................................... 32 3.2 Sumber Data ............................................................................ 33 3.3 Teknik Penelitian .................................................................... 34
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................ 34 3.3.2 Teknik Analisis Data .................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sinopsis Ninkyou Helper .......................................................... 37 4.2 Peranan Tokuyou ..................................................................... 38
4.2.1 Tokuyou Sebagai Tempat Tinggal Yang Layak Bagi Lansia ..................................................................................... 39
x
4.2.2 Tokuyou Sebagai Penyedia Fasilitas bagi Keberlangsungan Hidup Lansia ................................... 46
4.2.3 Tokuyou Sebagai Sarana Sosialisasi Lansia ................. 54 4.2.4 Tokuyou Sebagai Penyedia Jasa Bagi Lansia .............. 59
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 65 4.2 Saran ....................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 67 LAMPIRAN ............................................................................................ 71
xi
DAFTAR TABEL
2.1 Estimasi Populasi Penduduk Jepang ......................................................... 16
2.3 Level Perawatan Untuk Lansia .................................................................. 21
xii
DAFTAR GAMBAR 1.1 Piramida Populasi Jepang .............................................................. 1 2.1 Kondisi Dapur yang Ditinggalkan Jenazah ................................... 17 2.2 Bak Mandi Khusus Untuk Lansia Tokuyou no Ofuro ( ) 23 2.3 Toilet Khusus Untuk Lansia ........................................................... 23 2.4 Ruang Makan atau Shokudo ( ) ............................................... 23 2.5 Kamar Tidur Bersamaatau Tayuka Sitsu ( ) ......................... 24 2.6 Kamar Pribadi atau koshitsu ( ) ............................................... 24 2.7 Ruang Pelatihan Fungsionalatau kinou kunren ( ) ........... 24 2.8 Ruang Laundry ............................................................................... 25 2.9 Ruang Konseling ............................................................................ 25 4.1 Mika Tidak Suka Taeko ada di Rumah .......................................... 40 4.2. Mika Tidak Suka Taeko ada di Rumah .......................................... 40 4.3 Mika Tidak Suka Taeko ada di Rumah ........................................... 40 4.4 Mika Tidak Suka Taeko ada di Rumah .......................................... 40 4.5 Lansia Sering Menanyakan Istrinya ............................................... 42 4.6 Lansia Sering Menanyakan Istrinya ............................................... 42 4.7 Natsuo Meninggal Dunia ............................................................... 44 4.8 Natsuo Meninggal Dunia ............................................................... 44 4.9 Natsuo Meninggal Dunia ............................................................... 44 4.10 Toyohara Tidak Mau Dimandikan ................................................. 47 4.11 Toyohara Tidak Mau Dimandikan .................................................. 47 4.12 Toyohara Tidak Mau Dimandikan ................................................. 47 4.13 Motohashi Menemani Kegiatan Rehabilitasi Kanazawa ............... 50 4.14 Motohashi Menemani Kegiatan Rehabilitasi Kanazawa ............... 50 4.15 Motohashi Menemani Kegiatan Rehabilitasi Kanazawa ............... 50 4.16 Hikoichi Membantu Ozawa ke Toilet ............................................. 52 4.17 Hikoichi Membantu Ozawa ke Toilet ............................................. 52 4.18 Hikoichi Membantu Ozawa ke Toilet ............................................. 52 4.19 Washizu Berteman Dengan Natsuo ................................................ 55 4.20 Washizu Berteman Dengan Natsuo ................................................ 55 4.21 Washizu Berteman Dengan Natsuo ................................................ 55 4.22 Lansia Bermain Bersama Anak-anak ............................................. 57 4.23 Lansia Bermain Bersama Anak-anak ............................................. 57 4.24 Lansia Bermain Bersama Anak-anak ............................................. 57 4.25 Lansia Bermain Bersama Anak-anak .............................................. 57 4.26 Yamaura Ingin Natsuo Mendapatkan Perawatan Mitori Care ........ 59 4.27 Yamaura Ingin Natsuo Mendapatkan Perawatan Mitori Care ........ 59 4.28 Yamaura Ingin Natsuo Mendapatkan Perawatan Mitori Care ........ 60 4.29 Lansia Jalan-jalan Dengan Helper .................................................. 62 4.30 Lansia Jalan-jalan Dengan Helper .................................................. 62
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Curriculum Vitae .................................................................................
2. Berita Acara Bimbingan Skripsi ..........................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jepang adalah negara yang mengalami dua kali periode baby boom. Periode
baby boom pertama terjadi pada tahun 1947-1949. Bayi yang lahir pada periode
pertama baby boom berusia 67-69 tahun pada tahun 2016. Pada tahun 1947-1949,
jumlah kelahiran kira-kira 2.6 juta penduduk per tahun, namun pada tahun 1957
jumlah kelahiran menurun menjadi 1.6 juta penduduk pertahun. Periode baby
boom selanjutnya terjadi pada tahun 1971-1974 di mana bayi yang lahir pada
periode baby boom kedua ini disebut dengan
(Clark et al., 2013:867).
Gambar 1.1 Piramida Populasi Jepang (Sumber : Badan Statitik Jepang, 2016:8)
2
Periode baby boom pertama menyebabkan penduduk Jepang yang berusia
65 tahun lebih banyak dibandingkan penduduk yang berusia kurang dari 65 tahun
karena pertumbuhan penduduk yang semakin berkurang setiap tahunnya. Seperti
yang dinyatakan oleh Badan Statistik Kementerian Hubungan Internasional dan
Komunikasi Jepang (2016), berdasarkan sensus penduduk tahun 2010-2015, dari
keseluruhan penduduk Jepang, 27 persennya adalah lanjut usia (lansia) yang
berusia 65 sampai 74 tahun. Pada tahun 2015, jumlah populasi lansia yang
berumur di atas 65 sampai 74 tahun adalah 34.343 ribu jiwa dan jumlah tersebut
diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya. Sementara itu, populasi anak
hanya 12.6 persen dari total penduduk Jepang.
Seperti yang diketahui bahwa seseorang yang memasuki usia lanjut akan
mengalami penurunan kondisi fisik dan psikologis serta mengalami permasalahan
dalam hubungan sosial. Penurunan kondisi ini, menyebabkan lansia seringkali
mengalami depresi, ketelantaran, dan ketidakberdayaan. Ditambah lagi dengan
penurunan kondisi fisik mengakibatkan lansia tidak bisa beraktivitas seperti
sediakala. Oleh karena itu, lansia membutuhkan orang lain untuk membantu
dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain
penurunan kondisi fisik, lansia juga memiliki masalah hubungan sosial seperti
putus hubungan dengan keluarga, merasa sudah tidak diperhatikan di masyarakat,
dan lain sebagainya yang menyebabkan homeless. Merdekawati (2008:13)
menjelaskan mengenai kondisi lansia yang mengalami penurunan fungsi tubuh,
sebagai berikut:
Berkurangnya berbagai fungsi tubuh pada lansia yang tidak jarang mengakibatkan keterasingan. Hal ini sebaiknya dicegah dengan selalu
3
mengajak lansia melakukan aktivitas yang sanggup dilakukannya. Karena jika keterasingan terjadi, maka lansia akan cenderung semakin menolak untuk berkomunikasi dengan yang lain dan menjauh dari kehidupan bermasyarakat.
Begitu juga dengan kondisi lansia di Jepang yang mengalami permasalahan
seperti yang telah dipaparkan di atas. Terdapat beberapa kasus pada lansia Jepang
yang ditinggal oleh sanak saudaranya, sehingga pada akhirnya lansia tersebut
mengalami depresi karena kesepian dan merasa tidak berguna. Selain itu,
banyaknya populasi lansia Jepang juga menimbulkan masalah lain, seperti
penurunan nilai-nilai produktivitas masyarakat secara keseluruhan karena dengan
bertambahnya lansia, jumlah penduduk yang tidak lagi produktif pun semakin
bertambah.
Populasi lansia yang semakin meningkat serta kondisi yang dialami lansia
tentunya menimbulkan permasalahan bagi pemerintah Jepang karena pemerintah
harus memastikan kesejahteraan para lansia tersebut. Pemerintah bertanggung
jawab untuk memberikan kehidupan yang layak untuk rakyatnya secara
menyeluruh hingga mendapatkan kesejahteraan umum bagi rakyatnya tanpa
terkecuali. Achir (2001:185) menyatakan mengenai tanggung jawab pemerintah
dalam pemenuhan kesejahteraan dan kehidupan lansia, sebagai berikut:
Lansia perlu mendapatkan pelayanan khusus dalam hal kesejahteraan sosial, dan kehidupan lansia sebagian besar adalah tanggung jawab pemerintah, termasuk berbagai kemudahan yang patut diterima lansia seperti pertolongan biaya perjalanan, aksebilitas umum, perlindungan hari tua, potongan biaya pengobatan dan lain-lain.
Begitu juga dengan pemerintah Jepang yang memiliki kewajiban untuk
menunjang kehidupan lansia, seperti yang dinyatakan oleh Suzuki (2016)
menyebutkan bahwa pemerintah di Jepang bertugas untuk menunjang kehidupan
4
lansia. Untuk itu, pemerintah telah mendirikan asuransi kesehatan serta perawatan
umum.
Pelayanan khusus dalam hal kesejahteraan sosial untuk para lansia juga
diupayakan oleh pemerintah Jepang karena pemerintah sadar, dengan populasi
lansia yang semakin meningkat akan menimbulkan masalah jika tidak ditangani
dengan baik. Nakagaki (dikutip dari Slay, 2013:1) mengungkapkan bahwa Kami
(Kantor Pelayanan Kesehatan Jepang) ingin meningkatkan kesejahteraan sosial di
Jepang, karena itu akan memperbaharui semua yang bisa dilakukan agar sesuai
dengan situasi kondisi saat ini dan masa mendatang di mana lansia jauh semakin
banyak dari pada generasi muda di Jepang,". Terkait dengan hal tersebut,
pemerintah Jepang membuat berbagai program dan kebijakan sebagai solusi untuk
kesejahteraan lansia. Program yang dijalankan pemerintah Jepang di antaranya
memberikan tunjangan kesejahteraan bagi lansia, mendirikan panti jompo,
mendatangkan perawat asing, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pemaparan tersebut, disebutkan bahwa salah satu dari program
yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia adalah
dengan mendirikan panti jompo. Di Jepang, terdapat beberapa panti jompo yang
menawarkan perawatan yang berbeda berdasarkan kondisi lansia. Salah satu dari
panti jompo tersebut adalah panti jompo khusus lansia sering disebut dengan
tokuyou. Tokuyou merupakan sebuah lembaga yang menawarkan jasa perawatan
untuk para lansia yang tidak bisa beraktifitas secara normal, yang diatur oleh
Lembaga Kesejahteraan Masyarakat (Kementrian Kesehatan, Ketenagakerjaan
dan Kesejahteraan Jepang, 2010:1). Dengan didirikannya tokuyou, pemerintah
5
berharap dapat menaikkan taraf hidup lansia dengan memberikan fasilitas dan
perawatan yang sesuai dengan kondisi lansia. Tokuyou ( ) sebenarnya adalah
singkatan dari Tokubetsu Yougo Roujin homu ( ) yang berarti
Special Nursing Home For Aged atau panti jompo khusus untuk lansia.
Peranan tokuyou sangatlah penting dalam meningkatkan taraf hidup lansia
agar kesejahteraan para lansia terpenuhi. Lansia seharusnya mendapatkan
perawatan khusus dan teman untuk bersosialisasi. Lansia yang terlantar juga
seharusnya mendapatkan tempat yang layak untuk tinggal. Kehadiran tokuyou dan
fasilitas-fasilitas yang ditawarkan bertujuan untuk memberi kemudahan kepada
lansia untuk menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga tokuyou dapat membantu
mewujudkan kesejahteraan lansia di Jepang. Keberadaan tokuyou juga dapat
mengatasi para lansia yang terlantar karena tokuyou juga menyediakan tempat
tinggal bagi lansia. Selain itu, di tokuyou para lansia dapat meningkatkan
hubungan sosial antar sesama lansia. Para lansia dapat bertemu dengan teman
sebayanya, saling bertukar cerita, dan bercengkrama (Kementerian Kesehatan,
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jepang, 2013:23).
Berbeda dengan panti jompo biasa, tokuyou menyediakan beberapa
fasilitas khusus yang menyesuaikan dengan kondisi lansia serta menawarkan
perawatan jangka panjang dan juga kunjungan. Lansia pun bisa memilih kamar
yang ingin digunakan agar tetap merasa nyaman. Selain itu, biaya perawatan di
tokuyou lebih murah dibandingkan dengan biaya panti jompo yang menerapkan
sistem kunjungan ke rumah. Ditambah lagi, beberapa panti jompo juga tidak
6
memberikan pelayanan terhadap demensia (relax kaigo). Hal tersebut merupakan
alasan kenapa penulis tertarik membahas tokuyou sebagai bahan penelitian ini.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti peranan
tokuyou terhadap kesejahteraan lansia di Jepang yang terdapat dalam drama
Ninkyou Helper. Ninkyou Helper merupakan drama karya sutradara Hiroshi
Nishitani pada tahun 2009. Drama ini terdiri dari 11 episode yang tayang dari 9
Juli-17 September 2009 di Fuji TV dan memiliki rating 25.0 persen.
Drama Ninkyou Helper menceritakan tentang seorang bawahan Yakuza
bernama Tsubasa Hikoichi yang mengelola pinjaman uang di Roppongi. Suatu
hari Hikoichi bersama enam temannya diberikan tes untuk posisi yang lebih tinggi.
Hikoichi dan teman-temannya harus pura-pura bekerja sebagai helper di sebuah
Tokuyou bernama Taiyo. Akan tetapi, menjadi seorang helper (herupaa) bukanlah
hal yang mudah bagi orang biasa terlebih bagi yakuza, karena banyak di antara
lansia yang dirawat di sana mengalami demensia. Demensia adalah suatu penyakit
yang seringkali tejadi pada lansia. Menurut Merdekawati (2008:14) demensia
adalah keadaan di mana seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya
pikir.
Penelitian ini, akan menggunakan sosiologi sastra sebagai teori utama.
Sosiologi sastra sendiri sebenarnya merupakan dua bidang keilmuan yang berbeda,
yaitu sosiologi dan sastra. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari keseluruhan
jaringan antar manusia dalam masyarakat, sedangkan sastra adalah kumpulan alat
untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Yang mana
maknanya lebih spesifik setelah menjadi kesusastraan yaitu kumpulan hasil karya
7
yang baik (Ratna, 2011:1). Ian Watt (dalam Kurniawan 2012:9),
mengklasifikasikan sosiologi sastra menjadi tiga, salah satunya adalah sosiologi
sastra sebagai cermin masyarakat, yaitu sejauh mana sastra mencerminkan
keadaan masyarakat. Hal ini menandai bahwa sastra selalu menggambarkan dunia
yang sebenarnya. Sastra menampilkan keadaan yang terjadi dalam masyarakat.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan
Tokuyou Terhadap Kesejahteraan Lansia di Jepang dalam Drama Ninkyou
Helper sebagai judul skripsi yang akan
penulis teliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah yang penulis temukan dalam penelitian ini
Tokuyou terhadap kesejahteraan lansia di Jepang dalam drama Ninkyou Helper
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan peranan Tokuyou terhadap kesejahteraan lansia di Jepang dalam
drama Ninkyou Helper karya sutradara Hiroshi Nishitani.
8
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat Teoritis, penelitian diharapkan dapat berguna bagi khazanah
kepustakaan tentang Peranan Tokuyou Terhadap Kesejahteraan Lansia di
Jepang.
2. Manfaat Praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk
lebih memberikan pandangan yang obyektif dan faktual terhadap Tokuyou,
sehingga dapat menghasilkan berbagai masukan yang berharga bagi
pembelajar budaya Jepang.
1.5 Definisi Istilah Kunci
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang akan sering digunakan
yaitu:
a. Lansia: Lanjut Usia atau lansia yaitu seorang yang sudah mencapai masa
lansia mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik, yaitu semakin rentan terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
b. Ninkyou Helper: Drama Karya Sutradara Hiroshi Nishitani yang tayang
pada tahun 2009 di Fuji TV.
c. Sosiologi Sastra: Sosiologi sastra adalah ktivitas pemahaman dalam
rangka mengungkapkan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung
dalam karya sastra (Ratna, 2011:28).
9
d. Tokuyou: Panti jompo khusus untuk lansia yang tidak bisa beraktifitas
secata normal, yang diatur oleh Lembaga Kesejahteraan Masyarakat
(Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang).
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sosiologi Sastra
Sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu socius
logos
Faruk (2013:3) menyatakan bahwa ilmu sosiologi adalah ilmu yang berusaha
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan,
bagaimana cara kerjanya, dan bagaimana masyarakat bertahan hidup. Dengan
adanya ilmu sosiologi, fenomena-fenomena yang ada di masyarakat dapat
diketahui dan diatasi.
Ilmu sosiologi yang mempelajari tentang kehidupan sosial masyarakat
berkaitan erat dengan karya sastra. Karya sastra tercipta akibat adanya proses
sosial yang terjadi di masyarakat. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah
karya seni dan ekspresi dari kehidupan manusia yang tidak terlepas dari akar
masyarakatnya (Wellek, Rene et al, 1977). Sastra dan masyarakat memiliki
hubungan yang erat karena karya sastra dapat menampilkan unsur-unsur sosial
yang ada dalam masyarakat.
Meskipun sosiologi dan sastra adalah dua bidang keilmuan yang berbeda,
keduanya memiliki kesamaan yaitu menggunakan masyarakat sebagai objeknya.
Sosiologi dan sastra dapat bekerjasama dan saling melengkapi satu sama lain.
Seperti yang dinyatakan oleh Endraswara (2011:78) bahwa sastra memiliki
11
keterkaitan timbal balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya, dan
sosiologi berusaha mencari pertautan antara sastra dengan kenyataan masyarakat
dalam berbagai dimensi.
Sosiologi sastra merupakan aktivitas pemahaman dalam rangka
mengungkapkan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung dalam karya sastra
(Ratna, 2011:28). Sosiologi sastra dapat digunakan untuk meneliti sebuah karya
sastra sebagai refleksi dan cerminan dari proses sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
Menurut Ian Watt (Darmono 1978:3), karya sastra diklarifikasikan
berdasarkan tiga hal, yaitu:
1. Konteks sosial pengarang, yaitu karya sastra yang dipengaruhi oleh keadaan
sosial. Hal ini berkaitan dengan cara pandang pengarang mendapatkan
profesional dalam mengarang, masyarakat yang dituju oleh pengarang.
2. Karya sastra sebagai cerminan masyarakat dengan kehidupan sosialnya,
keadaan sosial masyarakat beserta permasalahannya tercermin dalam suatu
karya sastra yang dibuat oleh pengarang.
3. Fungsi sastra ada tiga, yaitu: (1) sebagai pembaharu dan pemberontak, (2)
sebagai pengajar sesuatu dengan cara menghibur, dan (3) sebagai alat
penghibur bagi pembaca.
Penelitian ini, akan menggunakan klasifikasi kedua, yaitu fungsi sosial
sastra sebagai cermin masyarakat. Karya sastra menyajikan kehidupan-kehidupan
sosial masyarakat yang sebagian besar diangkat dari kenyataan sosial yang ada.
12
Fungsi sosial sastra sebagai cerminan masyarakat akan digunakan dengan tujuan
untuk mengungkapkan kondisi dan peran tokuyou di Jepang bagi para lansia.
2.2 Konsep Lansia
Konsep lansia yang dijabarkan dalam penelitian ini mencakup definisi lansia
dan permasalahan yang dialami oleh para lansia di Jepang.
2.2.1 Definisi Lansia
Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari siklus perkembangan
manusia. Secara biologis, seorang yang sudah mencapai masa lansia mengalami
proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik, yaitu semakin rentan terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Semakin bertambahnya umur seseorang, maka
kemampuannya dalam menjalani aktivitas sehari-hari akan semakin berkurang.
WHO (World Health Organization) menetapkan pembagian umur mengenai
lansia, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
3. Tua (old) : 75-90 tahun
4. Sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
Seseorang yang sudah mencapai masa lansia akan mengalami berbagai
penurunan kondisi tubuh yang mengakibatkan lansia kesulitan untuk menjalani
kehidupan sehari-hari. Santrock (dalam Merdekawati, 2008:12) menyebutkan
beberapa penurunan dan perubahan kondisi lansia, yaitu :
1. Penurunan Kondisi Fisik
13
Penurunan kondisi fisik lansia lebih disebabkan oleh berkurangnya fungsi
alat indera dan sistem saraf. Lansia akan mengalami perubahan fisik yang
nyata yang dapat mengakibatkan lansia merasa minder dan kurang percaya
diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, lansia akan
mengalami kesusahan dalam mengatur kehidupannya.
2. Penurunan Fungsi Kognitif dan Psikomotorik
Penurunan fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian, dan lain sebagainya. Sementara fungsi psikomotorik,
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan dorongan, kehendak, seperti
tindakan, dan gerakan. Penurunan kondisi ini menyebabkan lansia kurang
cekatan.
3. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Terdapat dua faktor yang menyebabkan penurunan fungsi dan potensi
seksual. Faktor yang pertama berhubungan dengan kondisi fisik, seperti
gangguan metabolisme dan gangguan jantung. Faktor yang kedua adalah
faktor psikologis seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan
kehidupan seksual, pasangan telah meninggal, dan lain sebagainya.
4. Perubahan Aspek Kepribadian
Terdapat lima tipe kepribadian lansia, yaitu yang pertama adalah tipe
kepribadian konstruktif yang berarti dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap perubahan dan pola kehidupan. Tipe kepribadian yang ke dua
adalah tipe kepribadian mandiri yaitu tipe yang tidak ingin menyusahkan
orang lain. Tipe ke tiga adalah kepribadian bergantung, tipe berupa perilaku
14
yang pasif dan tidak bisa berinisiatif untuk menghadapi suatu hal. Tipe ke
empat yaitu tipe kepribadian bermusuhan, pada tipe ini lansia tetap merasa
tidak puas dengan kehidupan, perilaku lansia cenderung sewenang-wenang
galak, dan semaunya sendiri. Tipe kepribadian terakhir adalah tipe
kepribadian kritik diri, tipe kepribadian ini menjadikan lansia cenderung
tidak puas dengan apa yang ada pada diri sendiri.
5. Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat
Perubahan fungsi tubuh lansia tidak jarang menyebabkan keterasingan.
Lansia yang mengalami keterasingan cenderung menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
6. Dementia
Dementia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
kemampuan daya ingat dan daya pikir. Penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Permasalahan yang Dialami oleh Para Lansia di Jepang
Jepang merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah lansia.
Ditambah lagi jumlah penduduk yang berusia 65 tahun semakin meningkat setiap
tahunnya. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2015 dari Badan Statistik
Kementerian Hubungan Internasional dan Komunikasi Jepang pada 25 Oktober
2016, penduduk yang berusia 65- 69 tahun adalah 10.17 juta penduduk dari total
keseluruhan penduduk Jepang, yaitu 126.940 juta penduduk. (Badan Statistik
Kementerian Hubungan Internasional dan Komunikasi Jepang, 2016).
15
Tabel 2.1 Estimasi Populasi Penduduk Jepang
(Sumber : Badan Statitik Kementerian Hubungan Internasional dan Komunikasi Jepang, 2016)
Tabel 2.1 menunjukkan estimasi populasi penduduk Jepang pada tahun
2016. Pada tahun 2016 estimasi total populasi lansia adalah 10,127 ribu jiwa yang
terdiri dari 4,865 lansia laki-laki dan 5,211 lansia perempuan.
16
Peningkatan populasi lansia di Jepang mengakibatkan munculnya berbagai
macam fenomena sosial yang berhubungan dengan lansia. Fenomena tersebut
seperti kodokushi ( ) atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai mati
dalam kesendirian , muenshakai ( )
dan koureika shakai ( ) atau
Contoh penduduk Jepang yang ditemukan meninggal dalam keadaan
kodokushi yang diliput dalam artikel Dailymail, adalah seorang lansia (85) yang
tidak disebutkan identitasnya. Pada Maret 2015 jenazah lansia ditemukan di lantai
apartemennya di pusat kota Tokyo dalam kerumunan serangga. Lansia tersebut
telah meninggal selama satu bulan. Tidak ada satupun tetangga yang mengetahui
bahwa lansia tersebut telah meninggal. Selain itu, tidak ada keluarga yang
mengunjungi, satu-satunya alasan ditemukannya jenazah tersebut adalah adanya
bau tidak sedap yang tercium oleh penghuni apartemen di kamar bawah. Pada saat
petugas kebersihan membersihkan apartemen tersebut ditemukan jam tangan dan
surat yang ditinggalkan selama satu bulan. Sebagian besar isi rumah penuh
dengan piring kotor bekas makan malam, surat yang belum dibuka, dan kalender
dari tahun lalu, (Hall, 2015).
17
Gambar 2.1 Kondisi Dapur yang Ditinggalkan Jenazah
(Sumber : daylimail, 2016)
Kasus serupa terjadi kepada Yamada (70). Berawal dari seorang penduduk
yang mencium bau tak sedap selama beberapa hari di suatu apartemen di kawasan
jalan kecil di Chiba. Setelah melaporkan ke petugas sosial, akhirnya pintu
apartemen Yamada didobrak. Jenazah Yamada yang ditemukan di kamarnya
langsung dibawa ke kamar jenazah, sementara petugas merobek tatami dan segala
sesuatu yang sudah terkontaminasi oleh bau yang ditimbulkan oleh jenazah.
(Zofia Reych, 2016 Aseantoday).
Lansia yang hidup sendiri dan tidak memiliki teman cenderung terisolasi
dari masyarakat sekitar. Kondisi tersebut dapat menyebabkan lansia mengalami
depresi dan mengalami gangguan kesehatan yang lain. Lansia akan merasa
kesepian karena tidak memiliki teman hidup untuk berbagi cerita. Selain
mengalami kesepian, lansia juga akan mengalami kesulitan untuk menjalani
aktivitas sehari-hari, seperti makan, berjalan, ekresi, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, lansia seharusnya tidak hidup sendiri. Lansia memerlukan teman dan
juga orang yang dapat membantu lansia untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
18
Selain kodokushi dan muenshakai, demensia juga merupakan masalah sosial
yang cukup serius di Jepang. Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan Jepang memperkirakan pada tahun 2020, satu dari delapan lansia
yang berusia 65 tahun akan mengalami dementia. Berdasarkan enam perusahaan
yang bergerak di bidang jalan tol, sejak tahun 2011 sampai 2014 terdapat 739
kasus pengemudi yang salah arah. 70 persen penduduk yang terlibat dalam kasus
ini adalah penduduk yang berusia 65 tahun atau lebih dan sekitar sepersepuluh
persen pengemudi diduga mengalami demensia. Lansia yang mengalami
demensia sulit untuk diidentifikasi terlebih penduduk yang bisa mengemudi
(Japantimes, 2016).
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah Jepang telah mengatur undang-
undang mengenai kesejahteraan lansia. Hal ini terdapat dalam undang-undang
Kesejahteraan Lansia atau Roujin Fukushi Hou ( ) 1968 bab I pasal 1
dan 2 yang isinya sebagai berikut:
sfukushi o hakaru koto o mokuteki to suru
keiai sa reruto tomoni, ikigai o moteru kenzende yasurakana seikatsu o
19
Pasal 1 UU ini bertujuan, menjelaskan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kesejahteraan lansia, untuk orang tua, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk stabilitas kehidupan dan retensi kesehatan pikiran dan fisik, serta meningkatkan kesejahteraan lansia.
Pasal 2 Lansia adalah orang yang telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan masyarakat selama beberapa tahun, dan, dihormati sebagai orang yang memiliki kekayaan pengetahuan dan pengalaman, harus dijamin kesehatan dan ketenangan hidupnya.
Berdasarkan kedua pasal tersebut, pemerintah Jepang sangat memperhatikan
kesejahteraan lansia di Jepang. Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah
Jepang untuk memajukan kesejahteraan lansia adalah dengan memberikan
dukungan atau bantuan untuk lansia itu sendiri. Dukungan atau bantuan yang
dibutuhkan lansia bisa didapatkan dari bermacam-macam sumber, seperti keluarga,
teman, dokter atau profesional, dan organisasi kemasyarakatan (Sarafino,
1998:99). Wujud dari dukungan tersebut juga bermacam-macam, bisa dengan
bantuan materi, bantuan tenaga, dan lain sebagainya agar lansia bisa mendapatkan
perasaan nyaman secara fisik dan psikologis. Suzuki (2016) menyatakan bahwa
lansia di Jepang (umumnya berumur 65 tahun ke atas) sangat rentan terkena
penyakit. Pada kenyataannya banyak yang menderita berbagai macam penyakit.
Lansia di Jepang memiliki kecemasan yang besar terhadap kesehatan dan
menurunnya kondisi fisik. Para lansia tersebut memerlukan dukungan medis dan
perawatan yang tepat agar bisa hidup sehat. Oleh karena itu, pemerintah Jepang
mendirikan tokuyou (panti jompo) sebagai salah satu bentuk bantuan untuk lansia
supaya para lansia tetap bisa mendapatkan kesejahteraannya. Dengan didirikannya
tokuyou, pemerintah dapat meminimalisir masalah-masalah yang dapat
ditimbulkan karena jumlah lansia yang semakin meningkat.
20
2.3 Konsep Tokuyou ( )
P (
) atau rumah untuk lansia. Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan
Kesejahteraan Jepang (2002) menyebutkan bahwa roujin hoomu merupakan
fasilitas yang dimanfaatkan untuk menampung para lansia dengan memfasilitasi
seluruh kebutuhan lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Terdapat
beberapa jenis panti jompo seperti Yougo Roujin Hoomu ( ) atau
panti jompo umum, Keihi Roujin Hoomu ( ) atau panti jompo
yang tidak memungut biaya, Yuuryou Roujin Hoomu ( ) atau
panti jompo yang dikelola pihak swasta, dan Tokuyou ( ) atau panti jompo
khusus untuk lansia. Namun penelitian ini memfokuskan untuk meneliti Tokuyou
saja.
Tokuyou ( ) atau Tokubetsu Yougoroujin Hoomu (
) adalah sebuah fasilitas yang diperuntukkan lansia yang tidak bisa
mendapatkan perawatan di rumah, khususnya lansia yang mengalami demensia,
dan lansia yang membutuhkan perawatan dengan kondisi terbaring. Perawatan
yang dilakukan yaitu, pemeliharaan kesehatan, penanganan medis, membantu
pelaksanaan kegiatan sehari-hari seperti makan, ekresi, dan mandi. Selain itu,
tokuyou juga memberikan pelatihan fungsional untuk lansia (Kementerian
Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan, 2016).
Pada umumnya, perawatan untuk lansia di Jepang memiliki 5 level yang
menyesuaikan dengan kondisi lansia, level 5 merupakan level untuk lansia yang
kondisinya paling buruk. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel level
perawatan untuk lansia di Jepang yang disebutkan oleh lembaga perawatan lansia
Sanwa Care Service:
21
Tabel 2.2 Level Perawatan untuk Lansia (Sumber : sanwacare)
Level Keterangan Level I Perawatan ringan untuk lansia yang masih bisa hidup normal.
Level II Perawatan untuk lansia yang membutuhkan pendamping untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, ekresi, jalan dan lain-lain.
Level III Perawatan untuk lansia yang tidak bisa melakukan aktivitas jika tidak mendapatkan perawatan secara penuh.
Level IV Perawatan untuk lansia yang mengalami kesulitan berkomunikasi sehingga memerlukan perawatan secara penuh.
Level V
Perawatan untuk lansia yang tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain. Level ini memerlukan seorang herupaa (helper) yang selalu memperhatikan kondisi lansia.
Tabel 2.2 merupakan tabel tingkatan perawatan untuk lansia. Tokuyou
sendiri memberikan perawatan bagi lansia yang memerlukan perawatan level 3 ke
atas. Usia 65 tahun atau lebih merupakan kondisi dimana lansia akan mengalami
kesulitan jika dirawat di rumah. Lansia sering terbaring di tempat tidur dan
mengalami demenisia (Rijobu Kaigo, 2016).
Dalam pelaksanaannya, tokuyou memiliki serangkaian petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis yang berlaku. Meskipun begitu, bagi masyarakat yang penting
adalah adanya suatu standar akses sosial yang menjabarkan pada masyarakat
mengenai pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa mendapatkanya, apa
persyaratannya dan juga bagaimana bentuk pelayanannya. Untuk mewujudkan
keinginan masyarakat tersebut, diperlukan kebijakan-kebijakan yang menjadikan
tokuyou sebagai sarana publik yang efektif.
Sebagai sarana publik, tokuyou menjamin kesejahteraan lansia dengan
fasilitas-fasilitas yang telah disediakan di dalamnya. Oleh karena itu, tokuyou
memiliki prinsip profesinalisme yang diterapkan. Prinsip profesionalisme tersebut
22
berupa pelayanan dan fasilitas yang disediakan, biaya yang harus dikeluarkan,
siapa saja yang boleh dirawat di tokuyou, serta faktor apa saja yang menentukan
lansia berhak mendapatkan perawatan di tokuyou.
1. Fasilitas yang disediakan Tokuyou
Berdasarkan undang-undang perlindungan lansia pasal 17 (1990:9), fasilitas
dan pengelolaan sebuah panti jompo harus sesuai dengan standar yang telah
ditentukan oleh Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan
Jepang. Fasilitas yang disediakan harus dipastikan dapat menjamin keselamatan
lansia.
Beberapa fasilitas yang pada umumnya disediakan tokuyou antara lain
adalah bak mandi, toilet, ruang makan, kamar tidur (kamar bersama dan kamar
pribadi), ruang laundry, ruang pengelolaan limbah, ruang pelatihan fungsional dan
ruang pengelolaan kesehatan serta konseling.
Untuk bak mandi, disediakan bak mandi khusus untuk lansia. Bak mandi
khusus ini berguna untuk membantu herupaa ketika memandikan lansia. Selain
bak mandi, Toilet khusus juga harus disediakan di setiap kamar untuk
memudahkan lansia untuk menggunakannya.
23
Gambar 2.2 Bak Mandi Khusus Untuk Lansia atau Tokuyou no Ofuro (
)) (Sumber: kaigo-library.jp)
Gambar 2.3 Toilet Khusus Untuk lansia
(Sumber: kugayama-en.org )
Gambar 2.4 Ruang Makan atau Shokudo ( )
(Sumber: shunkoufukushikai.or.jp )
24
Gambar 2.5 Kamar Tidur Bersama atau Tayuka Sitsu ( )
(Sumber: nisshin-fukushi.jp)
Gambar 2.6 Kamar Pribadi atau koshitsu ( )
(Sumber: shimaen.or.jp)
Gamber 2.7 Ruang Pelatihan Fungsionalatau kinou kunren ( )) (Sumber: shimaen.or.jp )
25
Gamber 2.8 Ruang Laundry
(Sumber: oyoen.com )
Gambar 2.9 Ruang Konseling (Sumber:karubenosato.com )
2. Pelayanan di Tokuyou
Salah satu lembaga pengelolaan tokuyou yaitu Bennese Style Care
menyebutkan beberapa pelayanan yang ditawarkan tokuyou secara umum,
pelayanan tersebut adalah:
a. Layanan perawatan jangka panjang, yaitu perawatan yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari lansia seperti makan, minum, ekskresi,
mandi, dan rekreasi. Selain itu, tokuyou juga membantu proses
rehabilitasi lansia serta melakukan kunjungan ke rumah sakit.
26
b. Layanan pengelola kesehatan, yaitu layanan yang berhubungan dengan
kesehatan lansia seperti penyuluhan kesehatan, kontrol obat-obatan yang
dikonsumsi lansia, tokuyou juga bekerja sama dengan lembaga medis
daerah setempat.
c. Layanan pendukung seperti membantu membersihkan ruangan, laundry,
dan juga belanja.
d. Penyediaan aktivitas untuk lansia, seperti pelaksanaan event tertentu,
senam, jalan-jalan, dan lain sebagainya.
Selain layanan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat layanan lain
yang disediakan beberapa tokuyou, layanan tersebut dinamakan Mitori Care (
) atau Perawatan Akhir Hayat. Layanan ini berupa perawatan yang
dilakukan di tokuyou sampai lansia tersebut meninggal. Lansia yang mendapatkan
perawatan ini biasanya sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, lansia juga
hanya bisa terbaring ditempat tidur. Biasanya keluarga dari lansia yang
menginginkan perawatan ini (Kementerian Kesejahteraan, Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan Jepang, 2014:01).
Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan mengatur
beberapa hal yang harus diperhatikan lansia jika ingin mendapatkan perawatan di
tokuyou, beberapa hal tersebut ada untuk mengetahui seperti apa kondisi lansia
dan perawatan seperti apa yang diperlukan.
Namun, pada kenyataannya tidak semua lansia bisa mendapatkan perawatan
di tokuyou, karena terbatasnya ruang yang disediakan. Oleh karena itu, ada dua
faktor yang menentukan lansia berhak mendapatkan perawatan di tokuyou.
27
Berikut adalah faktor yang menentukan berdasarkan Badan Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial Kota Yokohama:
1. Lansia yang memerlukan perawatan level 3.
2. Lansia yang memerlukan perawatan level 1 atau 2, namun memiliki kesulitan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena terdapat suatu kondisi yang
tidak diinginkan. (Lansia dengan kondisi seperti ini memiliki persyaratan
khusus agar bisa di rawat di tokuyou).
Persyaratan khusus yang dimaksudkan Badan Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Kota Yokohama yaitu sebagai berikut:
1. Lansia penderita demensia yang membutuhkan perawatan dan pemantauan
sepanjang hari.
2. Lansia mengalami cacat mental atau gangguan mental sehingga sulit untuk
menjalani kehidupan normal.
3. Lansia yang tidak mendapatkan support dari keluarga, dan tidak menerima
bantuan dari masyarakat sekitar.
4. Lansia mengalami perlakuan kasar dari anggota keluarga, karena itu harus
ada yang memastikan keselamatan fisik dan psikologis lansia.
2.4 Mise en Scene
Setiap film memerlukan alat bantu yang mendukung jalan cerita agar makna
dari film tersebut dapat dimengerti oleh penonton. Alat bantu tersebut adalah mise
en scene.
28
Menurut Corrigan (2007:48) mise en scene merupakan istilah dari bahasa
Prancis yang berarti meletakkan dalan scene. Mise en scene yaitu segala hal yang
tampak dari sebuah film yang diambil gambarnya. Mise en scene memiliki empat
aspek, yaitu:
1. Latar (setting)
Latar merupakan salah satu unsur utama mise en scene, karena merupakan
tempat terjadinya cerita. Menentukan sebuah latar cerita tidaklah mudah karena
latar harus diciptakan berdasarkan pertimbangan seperti kepaduan dan keselarasan
yang saling terkait, misalnya keselarasan warna atau suasana tertentu. Konsistensi
pemakaian warna atau suasana yang dipakai sebelumnya berhubungan dengan
kelanjutan cerita tersebut. Fungsi utama latar adalah sebagai petunjuk ruang dan
waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita yang
dapat membangun mood sesuai tujuan cerita.
2. Kostum dan Tata Rias (Make up)
Menurut Corrigan (2007:52), kostum biasa dipakai oleh penulis untuk
dijadikan kunci karakter suatu tokoh. Kostum dan make up selalu dekat dengan
setting. Setting yang menyediakan latar belakang yang natural dan sesuai dengan
cerita, sementara kostum dan tata rias yang bertugas membangun identitas dan
karakter tokoh dalam sebuah film. Aktor yang berperan sebagai tokoh yang ceria
dan aktor yang berperan menjadi tokoh yang pemurung tentu memiliki
penampilan yang berbeda, tergantung dari konteks yang diinginkan sutradara.
Fungsi dari kostum adalah sebagai penunjuk ruang dan waktu, penunjuk status
29
sosial, penunjuk kepribadian dan pelaku cerita, warna kostum sebagai simbol,
motif penggerak cerita, dan penunjuk image cerita.
3. Pencahayaan (Lighting)
Lighting merupakan suatu hal yang sangat penting untuk membangun kesan
dan mood dari sebuah cerita, lighting dapat memanipulasi ruang dan bisa menjadi
penguat suatu hal. Permaian lighting bisa menjadi suatu hal yang kreatif, karena
lighting memberikan kesan yang berbeda pada setiap benda yang terkena
pantulannya.
4. Para Pemain dan Pergerakannya (acting)
Eksperi wajah dan pergerakan tubuh berkaitan dengan acting. Tokoh utama
dalam pembuatan film tidak selalu benda hidup. Pada beberapa film, sebuah
benda dapat menjadi tokoh utama dalam cerita, seperti mobil, boneka, dan rumah.
Pengarahan acting dan ekspresi wajah dan pergerakan tubuh semuanya diarahkan
oleh sang sutradara.
2.5 Teknik Pengambilan Gambar
Dalam pembuatan sebuah film atau video teknik pengambilan gambar
merupakan salah satu aspek yang penting karena bagaimana shot itu dibuat dan
bagaimana kesan yang timbul di dalamnya tergantung bagaimana pengambilan
gambarnya. M. Hajar A. K (2015) menyatakan bahwa secara umum ada beberapa
teknik pengambilan gambar yaitu :
30
1. Extra Long Shot atau Very Long Shot
Yaitu teknik pengambilan gambar yang mencakup area sangat luas dengan
maksud untuk mengikut-sertakan objek dan kondisi disekitar subjek utama ke
dalam frame.
2. Long Shot
Pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga kaki memperlihatkan objek
secara keseluruhan.
3. Medium Long Shot
Teknik ini memiliki tujuan yang sama dengan teknik long shot. Hanya saja
pada teknik ini batas pengambilan gambar dimulai dari bawah lutut kaki
sampai atas kepala. Ruang yang diambil tentunya lebih sempit dari teknik long
shot.
4. Medium Shot
Pengambilan gambar mulai dari batas pinggang sampai atas kepala. Teknik ini
bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang.
5. Close Up
Pengambilan gambar dimulai dari batas kepala sampai bahu.
6. Big Close Up
Batas pengambilan gambar dengan teknik ini yaitu batas area sekikit di bawah
dagu sampai atas dahi (batas kepala). Teknik ini menekankan detail ekspresi
dan mimik wajah seseorang.
31
7. Extreme Close Up
Teknik pengambilan gambar ini hanya mengekspose bagian tertentu pada
wajah. Memperlihatkan detail suatu objek secara jelas.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai referensi dan pedoman
dalam penulisan penelitian ini adalah skripsi dari Fitriani Noer Vadja (2015) dari
Herupaa dalam Merawat Lansia Pada
Drama Ninkyou Herupaa
pembahasan terhadap bagaimana interaksi antara herupaa dan lansia dan
bagaimana peran para herupaa dalam merawat lansia.
Hal yang membedakan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini adalah
objek penelitian yang digunakan. Penelitian terdahulu menjadikan peran herupaa
sebagai objek penelitian, sedangkan objek yang penulis gunakan sebagai
penelitian adalah peran tokuyou. Teori yang digunakan pun berbeda, penelitian
terdahulu menggunakan semiotik, sedangkan penulis menggunakan teori sosiologi
sastra. Selain itu, hasil penelitian yang didapatkan juga berbeda. Hasil yang
didapatkan oleh Vadja adalah interaksi antara herupaa dengan lansia, seperti
hambatan yang terjadi dan usaha herupaa menghadapi hambatan tersebut.
Berbeda dengan Vadja, hasil yang didapatkan penulis adalah tokuyou sebagai
tempat tinggal yang layak bagi lansia, tokuyou sebagai penyedia fasilitas bagi
keberlangsungan hidup lansia, tokuyou sebagi sarana sosialisasi lansia, serta
tokuyou sebagai penyedia jasa bagi lansia.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode berasal dari bahasa Latin, methodos. Metha yang berarti menuju,
melalui atau melewati dan kata hodos yang berarti jalan atau cara. Metode adalah
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dan strategi
untuk memahami realita, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan
rangkaian sebab akibat berikutnya (Ratna, 2012:34).
Metode penilitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam
memperoleh dan mengumpulkan data (Arikunto, 2002:136). Pengertian lain dari
metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali
pemecahan terhadap suatu permasalahan (Subagyo, 2006:2).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis untuk
pengkajian data, yaitu dengan membahas masalah dengan menata dan
mengklarifikasikannya serta memberikan keterangan. Metode deskriptif analitis
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis (Ratna, 2012:53). Dengan kata lain, deskriptif analisis
memusatkan perhatian kepada data-data yang ditemukan, yang kemudian
dianalisis untuk mendapatkan kesimpulannya. Sehingga kesimpulan yang telah
diperoleh dapat dipaparkan secara objektif. Menurut Whitney (Nazir, 1999:63),
metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian
deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang
berlaku dalam masyarakat dalam situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
33
hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.
Oleh karena itu, melalui metode penelitian deskriptif analitis ini, penulis
bermaksud mendeskripsikan peranan-peranan yang terdapat dalam drama Ninkyou
Helper karya sutradara Hiroshi Nishitani. Metode ini digunakan untuk
memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data, menyusun,
mengklarifikasikan, kemudian menginterpretasikannya.
3.2 Sumber Data
Dalam memulai sebuah penelitian, diperlukan sumber data yang digunakan.
Sumber data menurut Arikunto (2006:129) adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Penulis
menggunakan Drama Ninkyou Helper karya sutradara Hiroshi Nishitani sebagai
data primer. Selain data primer, penulis juga menggunakan data sekunder atau
data tidak langsung. Tidak langsung disini berarti data primer yang sudah diolah
lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain. Sugiono (2010:193) menyatakan bahwa
data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memeberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data sekunder dapat
diperoleh dengan cara membaca, memepelajari dan memahami melalui media lain.
Data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitianini adalah artikel, jurnal,
dan data yang menyangkut tokuyou dan Lansia di Jepang. Data-data tersebut
penulis temukan dari berbagai sumber seperti dari Kementerian Kesehatan,
34
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jepang dan dari beberapa tokuyou di Jepang
untuk membantu penelitian.
3.3 Teknik Penelitian
Teknik penelitian terdiri dari dua bagian yaitu teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data.
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam sebuah
penelitian. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu
dengan menggunakan metode observasi. Metode observasi menurut
Nawawi & Martini (1991) adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak atau gejala-gejala dalam
objek penelitain. Melalui metode observasi, penulis akan mencatat dan
mengamati berbagai peristiwa yang yang ada dalam berbagai adegan di
drama Ninkyou Helper guna untuk mendapatkan informasi pasti sebagai
data penelitian peran tokuyou dalam drama tersebut.
Penelitian melakukan observasi pada drama Ninkyou Helper karya
hiroshi Nishitani yang seseuai dengan tujuan penelitian. Aktivitas yang
dilakukan penulis dengan menonton drama Ninkyou Helper, kemudian
mengamati adegan-adegan dalam drama yang menurut penulis cocok
dengan penelitian. Nasution (2003:58) menyatakan bahwa setiap
pengamatan harus selalu di kaitkan dengan dua hal, yaitu informasi
mengenai apa saja yang dialami lansia dan konteks yang merupakan
35
hal-hal apa yang dilakukan lansia dalam drama Ninkyo Helper. Proses
observasi dimulai dari menonton drama Ninkyou Helper dan
merumuskan masalah yaitu peranan Tokuyou terhadap kesejahteraan
lansia. Selanjutnya, mencatat serta mengidentifikasi jenis panti jompo
yang ada dalam drama untuk menemukan gambaran umum penelitian.
Apakah Taiyo merupakan Tokuyou atau panti jompo jenis lain. Setelah
menemukan gambaran umum, penulis mengidentifikasi kehidupan
lansia yang tinggal di tokuyou dan di rumah. Kemudian penulis
mengidentifikasi lansia yang akan diobservasi, apa yang dilakukan
lansia tersebut dan bagaimana kondisi lansia berdasarkan drama
Ninkyou Helper. Selanjutnya, mengumpulkan data penunjang penelitian
melaliu studi pustaka dari buku, jurnal, dan artikel-artikel yang relevan
tentang lansia, tokuyou, serta kondisi lansia di Jepang. Data yang sudah
terkumpul selanjutnya dibandingkan dengan peran tokuyou dari drama
Ninkyou Helper. Setelah data yang terkumpul diklarifikasi, selanjutnya
data diklasifikasikan berdasarkan peranan-peranan tokuyou yang
terdapat dalam drama Ninkyou Helper tersebut.
3.3.2 Teknik Analisis Data
Berikut adalah langkah-langkah yang penulis gunakan untuk
menganalisis data yang ada:
1. Menganalisis data yang tekumpul dengan menggunakan teori
sosiologi sastra dan peranan tokuyou.
36
2. Membuat hasil analisis dalam bentuk deskripsi dengan mise en scene
sebagai teori pendukung..
3. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sinopsis Drama Ninkyou Helper
Tsubasa Hikoichi adalah seorang bawahan Yakuza yang mengelola usaha
rentenir di Roppongi. Hikoichi tidak pandang bulu saat bekerja, Hikoichi tidak
memiliki penyesalan dalam mencurangi orang-orang yang miskin dan lemah.
Ketika bos Hikoichi meninggal, penggantinya yaitu Takayama Gensuke ingin
para yakuza bawahannya untuk mempersiapkan diri mereka untk mendapatkan
posisi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Genzuke mengirim para yakuza ini ke
sebuah tokuyou bernama Taiyo sebagai helper.
Di Tokuyou Taiyo ini, Hikoichi dikenalkan dengan Sonozaki Yasuhiro,
yaitu kepala tokuyou yang mengurus Taiyo. Selain Sonozaki, ada beberapa helper
yang bekerja di sana yaitu Izumi Renji, Misora Haruna, Matsubara Hiromi dan
masih banyak lagi.
Kehidupan Hikoichi dan teman-tema Hikoichi sebagai helper diawali
dengan keramaian yang terjadi yang disebabkan oleh salah satu lansia yang
bernama Toyohara. Toyora memberontak karena tidak ingin dimandiakan oleh
helper. Hikoichi dan teman-teman Hikoichi kaget dengan kondisi Taiyo yang
dipenuhi dengan lansia.
Pada awalnya Hikoichi tidak mau membantu para helper untuk mengurus
lansia yang ada di sana. Namun pada suatu hari di Taiyo, Hikoichi bertemu
dengan Chiyo. Chiyo adalah salah satu lansia penderita demensia yang dirawat di
Taiyo. Chiyo menganggap bahwa Hioichi adalah anaknya yang bernama Toshiuki.
38
Hal tersebut dianggap Hikoichi sebagai kesempatan untuk mendapatkan uang dari
Chiyo.
Seirng berjalannya waktu, Hikoichi dan teman-temannya mulai terbiasa
dengan rutinas sebagai helper. Hikoichi dan teman-teman Hikoichi tidak lagi
mengeluh seperti saat awal masuk Taiyo. Sampai suatu hari, Hikoichi dan
teman-teman dipertemukan dengan Washizu, Washizu adalah ketua Yakuza dari
grup Washizu Kanji yang merupakan musus dari grup Hayabusha, kelompok
yakuza Hikoichi dan teman-teman Hikoichi.
Selain bertemu dengan Washizu, Hikoichi juga bertemu dengan ibunya
yang telah meninggalkan Hikoichi 20 tahun lalu. Hikoichi sebagai seorang helper
harus mengesampingkan amarahnya agar bisa merawat suami dari ibu Hikoichi.
Setelah berhari-hari menjadi helper di Taiyo, akhirnya Hikoichi sadar
menjadi helper adalah panggilan hatinya. Dia ingin tetap menjadi helper untuk
para lansia yang membutuhkan. Meskipun Hikoichi sudah mendapat tawaran dari
ketuanya untuk menempati posisi yang lebih tinggi sebagai yakuza, namun
Hikoichi menolak tawaran tersebut karena masih ingin menjadi helper yang
berguna bagi para lansia.
4.2 Peranan Tokuyou dalam Drama Ninkyou Helper
Tokuyou merupakan salah satu jenis panti jompo yang ada di Jepang.
Tokuyou memiliki berbagai fasilitas yang diperuntukkan lansia yang tidak bisa
mendapatkan perawatan di rumah, khususnya lansia penderita demensia.
39
Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang dan kajian pustaka,
analisis serta pembahasan akan meliputi fasilitas-fasilitas tokuyou, kondisi
tokuyou, peranan tokuyou, dan lain-lain berikut analisis dari beberapa adegan yang
ada dalam drama Ninkyou Helper yang mencerminkan peran tokuyou adapun
nalisis yang akan di jelaskan berdasarkan beberapa temuan yang telah didapatkan,
yaitu:
1. Tokuyou sebagai tempat tinggal yang layak bagi lansia
2. Tokuyou sebagai penyedia fasilitas bagi keberlangsungan hidup lansia
3. Tokuyou sebagai sarana sosialisasi lansia
4. Tokuyou sebagai penyedia jasa bagi lansia
4.2.1 Tokuyou Sebagai Tempat Tinggal yang Layak Bagi Lansia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan Jepang yang dimuat dalam koran online Japan Times, demensia
merupakan salah satu masalah sosial yang cukup serius di Jepang. Di Jepang
sering terjadi kecelakaan yang disebabkan oleh penderita demensia. Dikarenakan
penderita demensia daya ingat dan berpikirnya berkurang, tidak seharusnya
penderita demensia dibiarkan lepas dari pengawasan seseorang. Penderita
demensia sebaiknya dirawat di tokuyou karena sebenarnya tokuyou sendiri adalah
sebuah fasilitas yang diperuntukkan lansia yang tidak bisa mendapatkan
perawatan di rumah, khususnya lansia yang mengalami demensia dan lansia yang
membutuhkan perawatan dengan kondisi terbaring (Kementerian Kesehatan,
Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang, 2016). Dengan tinggal di tokuyou
lansia yang menderita demensia, dan lansia yang membutuhkan perawatan dengan
40
kondisi terbaring bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak sehingga lansia
bisa tinggal dengan nyaman.
Dari episode 6 dan episode 9 ditemukan data yang menjelaskan mengenai
peran tokuyou sebagai tempat tinggal yang layak bagi lansia. Data tersebut adalah
sebagai berikut:
Data 1 Episode 6 menit ke 00:05:03-00:05:17
Gambar 4.1 Gambar 4.2
Gambar 4.3 Gambar 4.4
Mika tidak suka Taeko ada di rumah
Dialog
.....
Yuri : Nani wo shiteru no okaasan? Taeko : Ojiichan no ne, gohan junbi.
41
Yuri : Ojiisan wa, 2 nen mae ni shinda deshou? Taeko Mika : Urusai yo-, mou! Yuri : mika ! tetsudatte yo! Mika : Ashita kara shisetsu dayo ne. Yatto ie ni tomodachi yoberu. Yuri : Apa yang kau lakukan bu? Taeko : Mau menyiapkan nasi untuk ayah. Yuri : Ayah sudah meninggal 2 tahun lalu kan? Taeko Mika : Berisik ! Yuri : Mika! Tolong ! Mika : Mulai besok dia ke panti ya. Akhirnya bisa mengundang teman.
Adegan pada data 4 menceritakan tentang Yuri, seorang ibu rumah tangga
yang tinggal bersama ibu dan anaknya. Ibu Yuri, yaitu Taeko adalah lansia yang
menderita demensia. Taeko selalu merasa kalau suaminya masih hidup dan
menunggunya di luar rumah, karena itu Taeko sering ke luar rumah untuk
menemui suaminya. Yuri sering mencegah Taeko untuk keluar rumah karena jika
Taeko keluar rumah, akan ada banyak tetangga yang melihat Taeko. Tokoh Taeko
merupakan seorang lansia yang mengalami demensia. Selain sering keluar rumah,
Taeko juga sering merias wajahnya untuk menyambut kedatangan suami. Anak
Yuri yang bernama Mika merupakan orang yang paling tidak suka jika ada Taeko
di rumah. Meskipun tinggal dalam satu rumah, Mika sering tidak menganggap
keberadaan Taeko. Mika merasa malu karena mempunyai nenek yang menderita
demensia. Mika tidak bisa mengundang temannya untuk datang ke rumah Karena
ada Taeko di rumah.
Pengambilan adegan pada gambar 4.1 menggunakan Teknik long shot yang
memperlihatkan Yuri yang sedang berbicara dengan Taeko beserta beberapa
barang yang yang menunjang adegan tersebut selanjutnya adegan pada gambar 4.2
42
diambil menggunakan teknik close up untuk memperlihatkan ekspresi wajah
Taeko yang kaget dan bingung saat diingatkan Yuri kalau suaminya sudah
meninggal. Cuplikan adegan pada gambar 4.3 diambil menggunakan teknik extra
long shot disusul gambar 4.4 yang diambil menggunakan teknik medium shot
yang menggambarkan sosok Mika dari belakang. Pengambilan gambar punggung
Mika menunjukkan bahwa Mika tidak peduli dengan apa yang terjadi saat itu.
Meskipun Taeko memiliki rumah untuk tinggal, namun keberadaannya tidak
diinginkan oleh pihak keluarga. Taeko tidak mendapatkan kasih sayang yang
seharusnya didapatkan dari anak dan cucu Taeko. Keluarga Taeko tidak bisa
merawat Taeko yang mengalami demensia. Di rumah, Taeko selalu mendapatkan
larangan untuk melakukan berbagai hal yang diinginkannya. Taeko tidak
diperlakukan selayaknya anggota keluarga di rumah Taeko sendiri. Dari
pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa rumah Taeko tidak bisa
memberikan kenyamanan untuk Taeko. Taeko memerlukan tempat tinggal yang di
dalamnya terdapat orang-orang yang dapat memberikan kenyamanan dan dapat
mengerti kondisi Taeko.
Data 2 Episode 6 menit ke 00:00:56-00:01:49
Gambar 4.5 Gambar 4.6
Lansia sering menanyakan istrinya
43
Dialog
?
Roujin : Noriko wa mada konda no? Haruna : mada desu ne. Kyou wa oishogashiindesu ne. Roujin : souka? Lansia : Noriko masih belum datang ya? Haruna : Iya, masih belum datang. Sepertinya hari ini masih sibuk. Lansia : Begitu ya.
Gambar 4.5 dan 4,6 ditampilkan dengan teknik medium long shot dengan
hasil gambar yang menunjukkan lansia dan dua helper beserta situasi di kamar
lansia. Untuk gambar selanjutnya diambil dengan teknik close up dengan hasil
berupa gambaran foto wajah istri dari lansia tersebut. Foto yang ditampilkan
berupa foto hitam putih yang menandakan bahwa pengambilan foto tersebut sudah
lama dilakukan.
Pada dialog tersebut, dapat diketahui bahwa lansia yang berbicara dengan
Haruna menderita demensia. Lansia tersebut selalu menanyakan hal yang sama
setiap hari, yaitu apakah Noriko (istrinya) sudah datang atau belum? Padahal pada
kenyataannya, istrinya sudah meninggal sejak lama, namun lansia tersebut selalu
menanyakan istrinya tersebut. Meskipun lansia tersebut selalu menanyakan hal
yang sama, Haruna sebagai helper selalu menjawabnya dengan ramah. Haruna
tidak memberitahu lansia tersebut kenyataan yang sebenarnya bahwa istrinya
sudah meninggal.
Dari data 1 dan 2 dapat disimpulkan bahwa lansia mendapatkan perlakuan
berbeda meskipun sama-sama menderita demensia. Taeko, penderita lansia yang
44
dirawat di rumah pada data 1 mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan,
bahkan keberadaannya tidak diinginkan oleh cucunya sendiri. Selain itu, saat
Taeko berbicara mengenai suaminya, Yuri akan langsung mengatakan bahwa
suaminya sudah meninggal. Hal tersebut akan membuat Taeko merasa kaget dan
kebingungan sehingga Taeko akan langsung berlari ke luar rumah. Berbeda
dengan kondisi Taeko lansia pada data 2 mengalami penanganan yang lebih baik
dari helper. Selain itu, pria lansia tersebut juga dihormati oleh Haruna sebagai
helpernya. Dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lansia atau Roujin Fukushi
Hou ( ) pasal 2 juga disebutkan bahwa lansia harus dijamin kesehatan
dan ketenangan hidupnya.
Data 3 Episode 9 menit ke 00:27:20-2939
Gambar 4.7 Gambar 4.8
Gambar 4.9
Natsuo Meninggal Dunia
45
Sonozaki : Minasan, koe wo kakete agemashou. Ryouta : Ojiichan... Roujin 1 : Natsuo-san ! Ryouta : Ojiisan ! Herupa : Natsuo-san ! Roujin 2 : Mata ne Natsuo-san. Roujin 3 : Watashi mou sugu iku kara ne.
Sonozaki : Semuanya mari ucapkan selamat tinggal. Ryota : Kakek... Lansia 1 : Natsuo ! Ryota : Kakek ! Helper : Natsuo ! Lansia 2 : Sampai jumpa, Natsuo. Lansia 3 : Aku juga akan menyusulmu secepatnya.
Cuplikan adegan dari data 3 merupakan adegan pada saat Natsuo meninggal
dunia. Tidak ada satu pun keluarga Natsuo yang hadir saat Natsuo menjemput
ajalnya. Hanya para helper, lansia, dan dokter yang ada di sampingnya. Para
helper dan lansia yang ada di sana dalam kondisi bersedih dan
memanggil-manggil nama Natsuo seakan-akan Natsuo adalah keluarganya
sendiri.
Latar tempat dari potongan adegan pada data 3 berlokasi di kamar bersama
yang isi oleh Natsuo dan teman-temannya dan untuk teknik pengambilan
gambarnya menggunakan teknik close up. Ekspresi Sonozaki yang merupakan
Kepala Taiyo menunjukkan raut muka yang bersedih karena kepergian Natsuo.
Sonozaki mengajak semua orang yang ada dalam ruangan untuk mengucapkan
46
salam perpisahan kepada Natsuo. Adegan berikutnya (gambar 4.8) diambil
menggunakan teknik extra long shot yang menampilkan keseluruhan isi ruangan
untuk memperlihatkan kondisi pada saat itu. Terlihat para lansia yang duduk
mengelilingi Natsuo yang terbaring kaku di ranjang. Di belakang para lansia, ada
para helper yang juga ikut berbelasungkawa atas kematian Natsuo. Cuplikan
ketiga adegan tersebut diambil menggunakan teknik close up. Cuplikan adegan ke
tiga (gambar 4.9) memperlihatkan ekspresi tiga lansia yang menunjukkan raut
wajah menangis atas kematian Natsuo. Salah satu dari lansia tersebut bahkan
mengatakan akan segera mnyusul Natsuo secepatnya. Hal tersebut menandakan
bahwa terdapat orang-orang yang menyayangi Natsuo di tokuyou.
Dari kronologi adegan pada gambar 4.7 sampai 4.9, dapat disimpulkan
bahwa Natsuo mendapatkan pengganti keluarga yang ada di sisinya sampai akhir
hayatnya. Dengan berada di tokuyou, Natsuo bisa meninggal dengan keadaan
yang layak meskipun keluarganya tidak ada saat Natsuo menghembuskan nafas
untuk terkhir kalinya. Natsuo juga terhindar dari kejadian kodokushi ( ),
atau mati dalam kesendirian, seperti kasus yang terjadi pada Yamada, lansia yang
mengalami kadokushi (Zofia Reych, 2016 Aseantoday). Hal tersebut dapat dapat
dilihat dari banyaknya lansia dan helper yang ada di sampingnya saat Natsuo
meninggal dunia.
4.2.2 Tokuyou Sebagai Penyedia Fasilitas Bagi Lansia
Lansia merupakan merupakan tahap akhir dari siklus perkembangan
manusia. Semakin bertambahnya umur seseorang, maka kemampuannya dalam
47
menjalani aktivitas sehari-hari juga ikut berkurang. Lansia tidak bisa beraktivitas
layaknya orang yang masih muda karena mengalami beberapa penurunan kondisi
tubuh yang mengakibatkan lansia kesulitan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, lansia memerlukan beberapa fasilitas khusus yang menyesuaikan
dengan kondisi lansia tersebut. Fasilitas-fasilitas khusus tersebut bertujuan untuk
memudahkan lansia dalam beraktivitas. Tokuyou adalah salah satu sarana yang
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh lansia.
Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa data yang dapat menjelaskan
peran tokuyou sebagai penyedia fasilitas bagi keberlangsungan hidup lansia.
Data-data tersebut terdapat dalam episode 1, episode 5, dan episode 6.
Data 4 Episode 1 00:13:22-00:13:48
Gambar 4.10 Gambar 4.11
Gambar 4.12
Toyohara Tidak Mau Dimandikan
48
! !
Haruna : Abunai desu kara! Toyohara san ! Izumi : Chuuishite kudasai ! Haruna : Tsugu sumimasen! Yoyohara : Kyou wa ireta kunai! Haruna : Tuan Toyohara ! berbahaya! Izumi : Tolong hati-hati! Haruna : Ini tidak akan lama Toyohara : Aku tidak mau mandi hari ini! Cuplikan adegan dari data 4 ini menceritakan mengenai para helper yang
sedang berusaha untuk memandikan Toyohara di kamar mandi khusus untuk
lansia, namun Toyohara memberontak tidak ingin mandi pada hari itu. Toyohara
yang bersikeras tidak ingin mandi, selalu berusaha kabur dari pengawasan para
helper yang bertugas pada saat itu. Hal tersebut membuat helper harus bekerja
sama untuk memandikan Toyohara.
Gambar 4.10 sampai 4.12 disajikan dengan teknik pengambilan gambar
extra long shot yang menghasilkan gambar terang dengan menampilkan frame
yang berisi para lansia dan Toyohara dan beberapa objek disekitarnya. Lokasi
adegan ini berada di kamar mandi khusus untuk lansia, terlihat dari bak mandi dan
kursi yang disediakan. Gambar selanjutnya diambil menggunakan teknik medium
long shot karena menampilkan ruangan yang lebih sempit dari gambar
sebelumnya. Ekspresi dan pergerakan Haruna memperlihatkan keadaannya yang
mengalami kesulitan karena memegang tangan Toyohara yang sedang berusaha
keluar dari kamar mandi dengan cara memberontak.
49
Data 4 dapat dianalisa bahwa lansia mengalami perubahan aspek
kepribadian akibat penurunan dan perubahan kondisi lansia. Santrock (dalam
Merdekawati, 2008:12) menyebutkan beberapa aspek kepribadian tersebut salah
satunya yang termasuk kondisi lansia data 4 adalah tipe kepribadian bergantung.
Bergantung di sini berarti bergantung terhadap orang lain. Dari yang tercermin
dari adegan dalam data 4, Toyohara mengalami perubahan aspek kepribadian tipe
bergantung. Kepribadian Toyohara seperti anak kecil yang tidak bisa mandi
sendiri, Toyohara juga harus dipaksa untuk mandi dan Toyohara selalu
memberontak saat dimandikan.
UU perlindungan lansia pasal 17 (1990:9) menyatakan fasilitas dan
pengelolaan sebuah panti jompo harus sesuai dengan standar yang telah
ditentukan oleh Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan
Jepang. Fasilitas yang disediakan harus dipastikan dapat menjamin keselamatan
lansia. Salah satu fasilitas yang disediakan tokuyou adalah kamar mandi khusus
untuk lansia. Kamar mandi khusus lansia sebagai bentuk fasilitas yang disediakan
tokuyou tercermin pada tempat di mana Toyohara akan dimandikan para helper.
Kamar mandi khusus lansia ini ini dirancang sebegitu rupa agar memudahkan
kegiatan mandi lansia. Selain itu, terdapat pagar pengaman untuk pengangan saat
lansia mau masuk dan keluar bak mandi. Dalam gambar 4.10 juga terdapat kursi
yang diperuntukkan lansia yang sudah tidak bisa berdiri.
50
Data 5 Episode 6 menit ke 00:23:16-00:23:41
Gambar 4.13 Gambar 4.14
Gambar 4.15
Motohashi Menemami Kegiatan Rehabilitas Kanazawa
: : :
Kanazama : Nanda, yamechaunoka? Motohashi : Kanazama san no tetsudai ga owaru made wa, imasu yo. Kanazama : Souka. Maa anta ga kimeta koto da. Gambare yo. Kanazama : Kenapa, kamu mau berhenti? Motohashi : Saya masih di sini sampai tugas saya membantu Kanazawa selesai. Kanazawa : Begitu ya...hmm kamu sudah memutuskannya. Semangat.
Cuplikan adegan pada data 5 di atas adalah adegan ketika Kanazama
melakukan rehabilitas untuk kedua kakinya. Kanazawa tidak ingin terlihat lemah
di depan orang yang disukai, sehingga Kanazama melakukan rehabilitasi agar bisa
tidak selalu menggunakan kursi roda. Saat rehabilitasi, Kanazawa ditemani
51
Motohashi, seorang helper yang paling dekat dengan Kanazawa. Kanazama
menanyakan terkait keputusan Motohashi untuk menjadi helper. Meskipun
Motohashi berencana berhenti, Motohashi akan berhenti ketika tugasnya
menemani Kanazawa selesai.
Latar tempat adegan pada gambar 4.13 sampai 4.15 berlokasi di ruang
rehabilitasi Taiyo. Pergerakan yang dilakukan Kanazawa menandakan bahwa
Kanazawa sedang berusaha berjalan dengan bantuan alat rehabilitas yang
disediakan. Teknik pengambilan gambar yang digunakan adalah teknik medium
long shot, yaitu pengambilan dari bawah lutut sampai kepala.
Dari uraian penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tokuyou memiliki
tempat rehabilitas yang digunakan untuk memajukan kesejahteraan lansia.
Kanazawa menggunakan alat fisioterapi berupa paralel bar. Fasilitas ini dapat
ditemukan di beberapa tokuyou seperti di Tokuyou Shimaen. Selain disediakan
alat rehabilitas, Kanazawa juga bersama seorang helper yang menemaninya
sehingga Kanazawa merasakan perasaan nyaman saat proses rehabilitasi.
Berdasarkan apa yang dinyatakan Safarino (1998:99), hal tersebut merupakan
bentuk dukungan yang dibutuhkan lansia untuk mendapatkan kesejahteraannya.
52
Data 6 Episode 5 00:37:45 00:39:40
Gambar 4.16 Gambar 4.17
Gambar 4.18
Hikoichi Membantu Ozawa ke Toilet
:
:
:
: ..
:
: ...
:
: ...
:
:
Ozawa : Sakura wa? Hikoichi : Daijoubu da. Ozawa : Souka. Hikoichi : Nandayo.. Ozawa : Rippa ni sodarete...nani yori desu. Hikoichi : ...
53
Ozawa : Okasan wo ubatta koto wo moshiwakenai to, omotte orimasu. Hikoichi : ... Ozawa : Kore kara Sakura wo, Hikoichi : Arigatou gozaimasu. Ofukuro wo sasete kurete Arigatou gozaimasu.
Kore kara mo yoroshiku onegaishimasu. Ozawa : Sakura bagaimana? Hikoichi : Dia tidak apa-apa. Ozawa : Begitu ya. Hikoichi : Ada apa.. Ozawa : Dari semuanya, terimakasih sudah tumbuh menjadi anak yang baik. Hikoichi : ... Ozawa : Maaf karena sudah mengambil ibumu. Hikoichi : ... Ozawa : Mulai sekarang Sakura, Hikoichi : Terima kasih...karena sudah mendukung ibuku. Tolong kali ini juga
berikan dia dukungan. Latar tempat yang digunakan Ozawa dan Hikoichi dalam cuplikan adegan
pada gambar 4.16 sampai 4.18 adalah kamar pribadi dan toilet khusus untuk lansia.
Dari pergerakannya, Ozawa terlihat mengalami kesulitan untuk berdiri dan
Hikoichi membantunya berjalan menuju toilet. Pada cuplikan adegan tersebut,
gambar diambil menggunakan teknik long shot, yaitu mengambil gambar dari
kepala hingga kaki dengan mengikut sertakan objek secara keseluruhan.
Adegan ini bermula ketika Hikoichi mengecek keadaan Ozawa di kamarnya,
saat itu Ozawa sedang ingin ke toilet. Saat di toilet Ozawa berbicara kepada
Hikoichi mengenai penyesalannya karena sudah membawa ibunya pergi dari
sisinya. Hikoichi awalnya terdiam mendengar penyesalan Ozawa. Ozawa ingin
Hikoichi merawat ibunya, namun Hikoichi lebih suka kalau ibunya bersama
Ozawa. Hikoichi berterima kasih kepada Ozawa karena selama ini sudah
mendukung keputusan yang diambil ibu Hikoichi.
54
Melihat dari adegan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ozawa mengalami
penurunan kondisi fisik, dimana Ozawa mengalami kesulitan dalam mengatur
kehidupannya. Seperti yang telah dijelaskan Santrock (dalam Merdekawati,
2008:12). Seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya Ozawa
meminta Hikoichi untuk mengantarkannya ke toilet khusus untuk lansia karena
kondisi tubuhnya yang tidak bisa berdiri. Hikoichi sebagai helper membantunya
berjalan sampai ke toilet. Toilet yang digunakan Ozawa merupakan toilet khusus
untuk lansia. Toilet tersebut berfungsi untuk memudahkan lansia untuk
melakukan aktivitas buang air seperti toilet khusus lansia yang ada di Tokubetsu
Yougoroujin Homu Kugayama.
4.2.3 Tokuyou Sebagai Sarana Sosialisasi Lansia
Dalam subbab ini akan di analisis mengenai peran tokuyou sebagai sarana
sosialisasi lansia. Dengan bersosialisasi, lansia bisa terhindar dari berbagai
kemungkinan masalah sosial seperti merasa dikucilkan. Untuk bersosialisasi,
lansia perlu mendapatkan teman, dan teman tersebut bisa di dapatkan di tokuyou.
Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jepang (2013:23)
menyatakan bahwa di tokuyou para lansia dapat bertemu dengan teman sebaya,
saling bertukar cerita, dan bercengkrama.
Data yang penulis temukan untuk menjelaskan peran tokuyou sebagai sarana
sosialisasi lansia terdapat dalam episode 5 dan episode 7. Data tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
55
Data 7 Episode 7 menit ke 00:23:19-00:24:17
Gambar 4.19 Gambar 4.20
Gambar 4.21
Washizu Berteman Dengan Natsuo
Washizu : 6 Washizu : Sorede yo, teki rokunin da.
Dosu motte okkakete kigatte yo. Ore hitori da yo. Oi, kii teru ka? Yosh!
Washizu : Jadi, ada 6 musuh. Mereka mengikutiku dengan membawa pedang. Aku hanya sendirian. Hei, dengar kan? Bagus!
Washizu membawa papan Sougi (catur Jepang) ke tempat tidur Natsuo. Mereka
bermain sougi bersama.
56
Washizu :
Washizu : Nanda yo hisha tori janai ka yo. Kore oute janai ka! Ore wa koko ni iru kara...kore wa mou, oute ja nai. Na?
Washizu : Hisha ku kau ambil ya. Ini skakmat! punyaku kuletakkan di sini...lalu ini jadi skakmat kan?
Setelah bermain catur bersama Washizu dan Natsuo duduk berdampingan
mendengarkan lagu bersama.
Adegan di atas menceritakan tentang Natsuo yang memiliki teman baru di
Tokuyou. Natsuo melakukan berbagai kegiatan dengan temannya, Washizu.
Meskipun tubuh Natsuo tidak bisa digerakkan, Natsuo tetap bisa mendengar cerita
Washizu. Washizu sering menceritakan kisah masa lalunya kepada Natsuo. Selain
bercerita, Washizu juga mengajak Natsuo bermain shougi dan mendengarkan
musik. Dengan keberadaan Washizu di kamar bersama, Natsuo tidak merasa
kesepian karena bisa mendapatkan teman sebaya yang selalu menghiburnya.
Berdasarkan potongan adegan di atas, setting tempat terletak di kamar
bersama yang diisi oleh Washizu dan Natsuo. Terlihat dari beberapa ranjang yang
berjajar dan berhadapan serta gorden sebagai penutupnya. Ekspresi wajah
Washizu saat bercerita terlihat bersemangat. Pada potongan adegan berikutnya
terlihat ekspresi bahagia dari Washizu dan Natsuo. Hal tersebut menunjukkan
bahwa lansia membutuhkan teman untuk berkomunikasi agar terhindar dari
keterasingan. Dengan memiliki teman, lansia bisa melakukan berbagai kegiatan
bersama, lansia tidak akan merasa sendiri dan terisolasi.
Pengambilan gambar pada adegan pada gambar 4.19 sampai 4.21
menggunakan teknik medium shot untuk menunjukkan sosok Washizu yang
sedang bercerita dengan berbaring di ranjang terlihat jelas. Pada sceen ke dua,
57
gambar diambil menggunakan teknik extra long shot yaitu menampilkan Washizu
dan Natsuo yang seang bermain shougi di kamar bersama. Dengan teknik
pengambilan gambar ini, terlihat bagaimana keadaan seluruh ruangan yang juga
terlihat Haruka yang sedang membawa bunga untuk Natsuo. Scene selanjutnya
yaitu gambar 4.21 kembali diambil menggunkan teknik medium shoot yang
menampilkan Natsuo dan Washizu yang sengan duduk berdampingan
mendengarkan musik bersama.
Data 8 Episode 5 menit ke 00:40:05-00:41-42
Gambar 4.22 Gambar 4.23
Gambar 4.24 Gambar 4.25
Lansia bermain Bersama Anak-anak
Mise en sceen yang digunakan dalam cuplikan adegan pada gambar 4.22
sampai 4.25 membantu menjelaskan cerita dari adegan tersebut. Setting latar yang
digunakan adalah di Taiyou saat mengadakan acara pertemuan antara lansia dan
anak-anak. Dari ekspresi para lansia menjelaskan bahwa mereka sedag bahagia.
58
Ditambah lagi dengan pergerakan para lansia yang sedang duduk bertepuk tagan
melihat anak-anak bemain dan bernyanyi. Baik lansia, anak-anak dan helper
tampak menikmati acara tersebut. Teknik pengambilan gambar 4.22 dan gambar
4.23 menggunakan teknik extra long shot yang menghasilkan gambar yang sangat
luas dengan memperlihatkan para lansia dan objek-objek disekitarnya seperti
hiasan-siasan yang ditempel di kaca dan hiasan yang digantung. Gambar 4.24 dan
gambar 4.25 diambil menggunakan teknik long shot yang menghasilkan gambar
objek secara keseluruhan.
Adegan pada data 8 menceritakan tentang kegiatan tahuan yang diadakan
Taiyo, yaitu mengadakan pertemuan dengan anak-anak. Dapat dilihat dari
cuplikan adegan tersebut seluruh peserta yang ada sedang bersuka cita bermain
dan bernyanyi bersama. Para anak-anak sedang bermain dengan menyanyikan
sajak Momotaro yang diikuti para lansia dan helper. Selain bermain dan
menyanyikan Momotaro, lansia dan anak-anak juga diberikan kesempatan
bermain bersama di halaman Taiyo. Berbagai macam hal yang para lansia lakukan
salah satunya memancing ikan bersama.
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa acara tersebut dapat
menghilangkan stres yang dialami lansia. Lansia mendapatkan kesempatan untuk
bertemu dan bersosialisasi dengan banyak orang. Selain berinteraksi dan
bersosialisasi dengan banyak orang, acara tersebut juga dapat melatih fungsi
psikomotorik lansia dengan melakukan gerakan-gerakan kecil seperti tepuk
tangan, menari-nari kecil, memancing dan lain sebagainya. Dengan begitu,
stabilitas kehidupan dan retensi kesehatan pikiran lansia bisa meningkat. Hal
59
tersebut merupakan salah satu tujuan dari Undang-Undang Kesejahteraan Lansia
pasal 1.
4.2.4 Tokuyou Sebagai Penyedia Jasa Bagi Lansia
Agar kesejahteraan lansia terpenuhi, lansia seharusnya mendapatkan
perawatan yang tepat dan dari orang yang tepat juga. Pengertian Tokuyou sendiri
menurut Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Jepang
(2010:1) adalah sebuah Lebaga yang menawarkan jasa dan perawatan untuk para
lansia yang tidak bisa beraktivitas secara normal, yang diatur oleh Lembaga
Kesejahteraan Masyarakat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
tokuyou merupakan tempat yang tepat bagi para lansia yang membutuhkan
perawatan dan jasa agar lansia dapat mendapatkan kesejahteraan dalam hidup.
Ada beberapa jasa yang ditawarkan tokuyou. Namun, hanya akan
dijelaskan dua jasa saja dari data yang ditemukan dalam drama Ninkyou Helper.
Data tersebut terdapat dalam episode 4 dan episode 9 yang penjelasannya sebagai
berikut:
Data 9 Episode 00:09:41-00:11:40
Gambar 4.26 Gambar 4.27
60
Gambar 4.28
Yamaura Ingin Natsuo Mendapatkan Perawatan Mitori Care
:
: Sonozaki : Mitori kaigo wa, gokibou ya joukyou ni yotte houhou wa iroiro to
arimasu. Kantan na tenteki ya sanso touyou nado, iryou shochi wa okonaimasuga, enmei chiiryou wa okonawanai koto ga, kihon to narimasu. Shizen ni mi wo makasemasu no de, touzen, karada no kinou wa, yukkuri to ochite ikimasu. Saigo no toki made, tada soba de osewa wo suru. Sore itori kaigo desu. Mochiron, teikiteki ni joukyou wa otsutae shimasu.
Gokibou deshitara, otousama to isshoni sugoseru youni, Oheya mo tehai shimasu ga.
Yamaura : ...Tsuma mo watashi mo, shigoto ga arimasushi, musume wa jukensei deshite..
Sonozaki : Untuk Mitori care, ada berbagai pilihan tergantung kondisi ayah
Anda dan juga permintaan Anda. Kami akan membiarkannya hidup secara alami, dan tentu saja fungsi tubuhnya akan berangsur-angsur
61
berhenti.Merawatnya sampai nafas terakhir. Inilah yang dinamakan mitori care.
Tentu saja kami akan secara rutin memberi tahu kondisinya kepada Anda.
Jika Anda mau, kami bisa menyiapkan kamar untuk Anda agar Anda bisa menghabiskan waktu bersama Ayah Anda.
Yamaura : Saya dan istri sama-sama bekerja, anak saya juga sedang menyiapkan ujian...
Pengambilan gambar cuplikan adegan pada gambar 4.26 sampai 4.28
menggunakan teknik close up untuk memperjelas wajah Natsuo yang
mendapatkan perawatan di tokuyou Taiyo. Cuplikan adegan ke dua diambil
menggunakan teknik medium shot yang menunjukkan sosok Yamaura yang
sedang berbicara dengan Sonozaki. Dalam cuplikan adegan ini Sonozaki
diperlihatkan punggunya saja agar perhatian fokus ke Yamaura. Cuplikan adegan
selanjutya diambil menggunakan teknik extreme close up yang menampilkan
detail tanda tangan Yamaura.
Lokasi pengambilan adegan ini berada di kantor Sonozaki. Dalam adegan
ini terlihat Sonozaki dan Yamaura sedang membicarakan masalah Natsuo.
Terlihat dari anak Natsuo yang duduk dengan raut wajah bersedih. Adegan ini
bermula saat Anak Natsuo yang ingin mendaftarkan Natsuo untuk mendapatkan
perawatan mitori care. Mitori care sendiri merupakan perawatan yang dilakukan
sampai lansia meninggal dunia (Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan dan
Kesejahteraan Jepang, 2014:01). Sonozaki yang mendengar keinginan Yamaura,
menjelaskan mengenai apa itu mitori care, serta menawarkan apakah anak Natsuo
mau disiapkan kamar khusus agar dapat selalu mengecek kondisi ayahnya.
Namun, Yamaura menolak untuk tinggal bersama ayahnya di tokuyou
62
dikarenakan kondisinya yang tidak memungkinkan. Yamaura dan istrinya
sama-sama bekerja, sedangkan anaknya sedang persiapan ujian. Keluarga
Yamaura tidak punya waktu untuk mengurus ayahnya. Setelah itu, Sonozaki
memberikan surat persetujuan dari anggota keluarga untuk perawatan mitori care.
Dilihat dari adegan tersebut, dapat disimpulkan bahwa di tokuyou, lansia
akan selalu mendapatkan perawatan meskipun lansia tersebut sudah tinggal
menunggu ajalnya saja. Kalau Natsuo di rumah, kemungkinan tidak ada orang
yang sempat merawatnya karena seluruh keluarganya sibuk. Anak Natsuo juga
tidak perlu khawatir akan kebutuhan Natsuo, karena ada helper yang selalu siaga
kalau terjadi apa-apa. Untuk mendapatkan perawatan mitori care harus
mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga. Dari adegan pada data 9 dapat
dilihat bahwa Yamaura menyetujui Natsuo dirawat dengan mitori care dengan
menandatangi surat persetujuan yang sudah disediakan oleh tokuyou Taiyo.
Data 10 Episode 4 00:09:39-00:10:00:05
Gambar 4.29 Gambar 4.30
Lansia Jalan-jalan dengan Helper
: 30
63
Haruna : Ima kara 30 bun no jiyuu jikan desu.
Nissha wo shitakunai no de, chan to boushi wo kabutte kudasai. Sore de wa kaisan. doko ikimasu kyou wa?
Lansia : Ike no Hyougai. Haruna : Ike no Hyougai. Haruna : Mulai sekarang Anda sekalian akan diberikan waktu bebas 30 menit.
Agar tidak terkena sengatan matahari, pastikan pakai topi Anda. Sekarang, bubar. Hari ini kita mau kemana?
Lansia : Ke dekat kolam. Haruna : Ke dekat kolam.
Cuplikan adegan di atas menceritakan tentang Haruna dan helper lainnya
yang sedang mengajak para lansia jalan-jalan di di luar tokuyou. Latar tempat
pada potongan adegan di atas memperlihatkan beberapa lansia dan juga helper
yang sedang berada di taman. Haruna sedang memberikan instruksi kepada para
lansia untuk tetap memakai topi saat jalan-jalan agar tidak terkena sengatan
matahari.
Melihat dari lokasi dan kostum yang para lansia kenakan, menandakan
bahwa para lansia sedang berada di luar lingkungan taiyou. Ditambah dengan
pengambilan gambar adegan ini yang menggunakan teknik extra long shot yang
memperlihatkan area di sekitar para lansia.
Dari uraian penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tokuyou
memberikan kesempatan bagi para lansia untuk melihat kehidupan di luar tokuyou.
Lansia dapat berjalan-jalan dengan helper sebagai pendampingnya. Lansia bisa
melihat-lihat lingkungan sekitar dengan bercakap-cakap dengan helpernya
masing-masing. Untuk itu, lansia tidak perlu khawatir jika terjadi sesuatu yang
64
tidak diinginkan. Dengan kegiatan outdoor tersebut, bertujuan untuk
menghilangkan kepenatan yang dialami lansia agar lansia tidak mengalami stres
saat di tokuyou.
Dari data yang telah ditemukan dapat disimpulkan bahwa tokuyou di Jepang
dan tokuyou yang ada di drama Ninkyou Helper memiliki keterkaitan. Tokuyou
yang ada di drama Ninkyou Helper mencerminkan kondisi tokuyou yang ada di
Jepang yang memberikan pelayanan yang maksimal kepada lansia sehingga lansia
bisa mendapatkan kemudahan untuk menjalani kehidupan dan mendapatkan
kesejahteraan.
65
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang terkumpul dan analisis yang telah dilakukan pada
bab sebelumnya. Penulis menyimpulkan bahwa peran tokuyou sangat penting bagi
keberlangsungan hidup lansia di Jepang. Beberapa peran tokuyou yang ada dalam
drama Ninkyou Helper adalah tokuyou sebagai berikut:
Pertama, tokuyou sebagai tempat tinggal yang layak bagi lansia. Beberapa
lansia tidak bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak karena pengaruh dari
keluarga. Keluarga tidak mengerti bagaimana menyikapi lansia yang menderita
penyakit seperti demensia. Selain itu, terdapat juga keluarga yang tidak bisa
merawat keluarganya. Dengan tinggal di tokuyou, lansia bisa mendapatkan
perawatan yang memadai, lansia juga diperhatikan oleh helper yang bekerja di
tokuyou.
Kedua, tokuyou sebagai penyedia fasilitas bagi keberlangsungan hidup
lansia. Di Tokuyou Taiyo menyediakan fasitlitas-fasilitas yang dapat digunakan
para lansia. Hal ini disebabkan kondisi lansia yang menurun tidak dapat
beraktifitas secara normal. Lansia memerlukan fasilitas khusus yang
menyesuaikan dengan kondisi lansia tersebut.
Ketiga, tokuyou berperan sebagai sarana sosialisasi lansia. Di usia yang
tidak muda, lansia memerlukan teman sebaya untuk bersosialisasi. Dengan
66
bersosialisasi lansia akan merasa dirangkul sehingga lansia tidak merasa
diasingkan.
Keempat, tokuyou sebagai penyedia jasa bagi lansia. Di tokuyou lansia akan
mendapatkan pelayanan guna mendukung keberlangsungan hidup lansia.
Pelayanan dapat berupa motori care atau bisa juga berupa pelayanan pendukung
aktivitas lansia.
Dari keempat peran tersebut, kesejahteraan lansia di Jepang dapat terpenuhi
karena semua kebutuhan lansia sudah terjamin. Keberadaan tokuyou di Jepang
sangat dibutuhkan oleh lansia dan keluarga dikarenakan kondisi masyarakat
Jepang yang cenderung sibuk dan tidak sempat mengurus lansia.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya
meneliti tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi Tokuyou di Jepang.
Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah lansia di Jepang tidak sebanding dengan
Jumlah helper dan tokuyou yang ada di Jepang. Sama halnya dengan penelitian ini,
penelitian selanjutnya juga dapat dikaji menggunakan Konsep Lansia dan Konsep
Tokuyou.
67
DAFTAR PUSTAKA
Film
Nishitani, Hiroshi. (2009). Ninkyou Helper. Tokyo: Fuji TV
Buku, Jurnal dan Situs Internet
Achir, Yaumul C, Agoes. (2001). Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi-Lanjut Usia. Jakarta: UI Press.
Anonim. (2016). Diakses pada tanggal 11 Oktober 2016 dari http://www.japantimes.co.jp/opinion/2016/04/22/commentary/japan-commentary/japans-dementia-time-bomb/#.WCeK2yRCbUs
Arikuntoro, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badan Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kota Yokohama. (tanpa tahun). Tokubetsu Kaigou Roujin Home wo Riyoushiteiru Kata atau Ruyoushitai Kata. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2016 dari http://www.city.yokohama.lg.jp/kenko/kourei/riyousya/shiteru/tokuyou.html
Badan Statistik Kementerian Hubungan Internasional dan Komunikasi Jepang. (2016). Japan Stastical Yearbook 2016. Tokyo: Statistics Bureau Ministry of Internal Affair and Communication Japan. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 dari http://www.stat.go.jp/zenbun/en65/top.html
Bennese Style Care. (tanpa tahun). Tokubetsu Yougo Roujin Ho-mu (Tokuyou) no Tokuchou. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 dari https://kaigo.benesse-style-care.co.jp/nursinghome/hokenshisetsu/tokuyou/
Corrigan, Timothy J. (2007). Films Term and Topics for Analysis. United States: Longman.
Darmono, Sarpadi Djoko. (1978). Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud.
Faruk. (2012). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gunma Care House. (tanpa tahun). Ofuro no Shoukai. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2016 dari http://www.nagomi-gunma.jp/article/13705678.html
Hajar, M. AK. (2015). Mengenal Macam-Macam Teknik Pengambilan Gambar (Type of Shot). Diakses pada 2 April 2016 dari http://www.kelasfotografi.com/2015/02/mengenal-macam-macam-teknik-pengambilan.html
68
Hall, John. (2015). The Saddest Job In The World: Japan's Lonely Death Squads Who Specialise In Emptying The Homes Of Elderly People Who Die Alone And Go Unnoticed By Their Families For Weeks Or Months. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016 dari http://www.dailymail.co.uk/news/article-3021223/The-saddest-job-world-Japan-s-Lonely-Death-squads-specialise-emptying-homes-elderly-people-die-unnoticed-families-weeks-months.html
Kaigo Library. (tanpa tahun). Tokubetsu Yougo Roujin Ho-mu Najisakuraen Day Service Center. Diakses pada tanggal 14 Maret 2017 dari http://kaigo-library.jp/nishinomiya/dayservice/ni_najiosakuraen_dayservicecenter/
Karubenosato. (tanpa tahun). Shitei Kaigo Roujin Fukushi Shisetsu. Diakses pada tanggal 14 Maret 2017 dari http://www.karubenosato.com/facilities/sazanka/
Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang. (2002). 2. The Long-term Care Insurance System. Diakses pada tanggal 16 Juni 2017 dari http://mhlw.go.jp/english/topics/elderly/care/2.html
Kementrian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang. (2010). Tokubetsu Yougo Roujin Ho-mu ni Okeru Kango Shokuin to Kaigo Shokuin no Renkei ni yoru Kea no Arigata ni Kansuru Torimatome. Diakses pada tanggal 8 April 2016 dari http://www.mhlw.go.jp/shingi/2010/03/dl/s0331-14a.pdf
Kementrian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang. (Tanpa tahun). Tokuyou ni Nyuusho Dekiru no ha gensoku toshite You Kaigo 3 Ijou no Kata Tonarimasu. Diakses pada tanggal 8 April 2016 dari http://www.mhlw.go.jp/file/06-Seisakujouhou-12300000-Roukenkyoku/tokuyou.pdf
Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Jepang. (2014). Tokubetsu Yougo Roujin Hoomu ni Okeru Suishin to Iryou Renkei no Origata Chousa Kenkyuu Jigyou. Diakses pada tanggal 4 November 2015 dari http://www.mhlw.go.jp/file/06-Seisakujouhou-12300000-Roukenkyoku/0000140277.pdf
Kugayama Tokubetsu Yougoroujin Homu. (tanpa tahun). Kugayama En Kaishuu Kouji Dai 3 Koutei Kanryou. Diakses pada tanggal 14 Maret 2017 dari http://kugayama-en.org/news/001998.html
Kurnawan, Heru. (2012). Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Merdekawati, Pricilia. (2008). Gambaran Umum Kondisi Lansia. Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana.
69
Nasution. (2003). Metode Research. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nazir, Moh. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nawawi dan Martini Hadari. (1991). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nisshin Fukushikai. (tanpa tahun). Tokubetsu Yougo Roujin Ho-mu Nisshin Ho-mu . Diakses pada tanggal 30 April 2017 dari http://nisshin-fukushi.jp/nisshin-home/service/tokuyou/
Ratna, Nyoman Kutha. (2012). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada
Ratna, Nyoman Kutha. (2002). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada.
Reych, Zofia. (2016). . Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016 dari https://www.aseantoday.com/2016/10/japans-elderly-die-alone/
Rijobu Kaigo. (2016). Tokubetsu Yougo Roujin Ho-mu to Yuuryou Roujin Ho-mu no Chigaitte Nani?. Diakses pada tanggal 7 Maret 2017 dari https://relax-job.com/contents_list/21493
Sanwa Care Service. (tanpa tahun). Kaigo Sa-bisu wo Ukeru Mae ni Shitte Okitai (Yokaigo Reberu) to (Ninchishou Reberu). Dsiakses pada tanggal 3 November 2016 dari http://www.sanwa-care.com/about/level.html
Sarafino, E.P.(1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions. Third Edition. United States of American: John Wiley & Sonc, Inc.
Seftiani, Sari. (2015). Fasilitas Kesejahteraan Bagi Penduduk Lansia: Sebuah Catatan Perjalanan di Sendai Jepang. Diakses pada tanggal 1 Juni 2016 dari http://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/50-keluarga-perkawinan-dan-seksualitas/287-fasilitas-kesejahteraan-bagi-penduduk-lansia-sebuah-catatan-perjalanan-di-sendai-jepang
Shunkou Fukushikai. (tanpa tahun). Tokubetsu Yougo Roujin Ho-mu Roi ya Resani- Kara no Oshirase. Diakses pada tanggal 30 April 2017 dari http://shunkoufukushikai.or.jp/service/royalsunny/
Slay, Widyabuana.(2013). Lansia Makin Banyak, Pemerintah Jepang Makin Agresif Lakukan Ini. Diakses pada tanggal 1 Juni 2016 dari http://www.tribunnews.com/internasional/2013/03/24/lansia-makin-banyak-pemerintah-jepang-makin-agresif-lakukan-ini?page=1
Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfaben.
Subagyo, Joko P. (2006). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
70
Suzuki, Itoko. (2016). Diakses pada tanggal 5 Mei 2017 dari http://patimes.org/japans-government-medical-care-support-elderly/
Tokubetsu Kaigou Roujin Ho-mu Shimaen. (tanpa tahun). Itoshima no Shizen ni Megumareta Yasuragi no Tamaki. Diakses pada tanggal 30 April 2017 dari http://www.shimaen.or.jp/nursinghome.html
Tokubetsu Kaigou Roujin Ouyou En. (2016). Sentaku no Yama. Diakses pada tanggal 30 April 2017 dari http://www.oyoen.com/6168.html
Wellek, Rene dan Austin Werren. (1995). Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.