4
Peranan xerostomia sebagai pemicu terjadinya penyakit di rongga mulut Saliva memiliki peranaan penting untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut, dan mempunyai fungsi sebagai bahan pelarut, pembasahan, artikulasi, bahan peljumas, dan peluncur, pengatur buffer, pelindung elemen gigi, self cleansing, sifat bakteriostatik dan bakterisid, aktivitas anti jamur, retensi dan stabilisasi gigi tiruan, pengecapan, pelindung mukosa mulut membantu pencernaan makanan. Fungsi saliva yang berhubungan dengan terjadinya penyakit di rongga mulut adalah: 1. Sebagai pengatur buffer Buffer adalah pengatur keseimbangan asam dan basa (ph) saliva. Ph normal saliva adalah 6,4-6,9 namun dapat berubah karena pengaruh makanan dan minuman. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistembuffer untuk menjaga keseimbangan pH di rongga mulut. konsentrasi bikarbonat adalah sistem buffer yang terpenting di dalam saliva. Peningkatan konsentrasi asam bikarbonat menyebabkan ph saliva menjadi rendah (asam) sehingga mudah terjadi demineralisasi yang akan menyebabkan karies gigi. Sebaliknya penurunan konsentrasi asam bikarbonat menyebabkan peningkatan ph saliva (alkalis) yang dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan plak dan kalkulus pada gigi 2. Aksi self cleansing

Peranan Xerostomia Sebagai Pemicu Terjadinya Penyakit Di Rongga Mulut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xerostomia

Citation preview

Page 1: Peranan Xerostomia Sebagai Pemicu Terjadinya Penyakit Di Rongga Mulut

Peranan xerostomia sebagai pemicu terjadinya penyakit di rongga mulut

Saliva memiliki peranaan penting untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut, dan

mempunyai fungsi sebagai bahan pelarut, pembasahan, artikulasi, bahan peljumas, dan

peluncur, pengatur buffer, pelindung elemen gigi, self cleansing, sifat bakteriostatik dan

bakterisid, aktivitas anti jamur, retensi dan stabilisasi gigi tiruan, pengecapan, pelindung

mukosa mulut membantu pencernaan makanan. Fungsi saliva yang berhubungan dengan

terjadinya penyakit di rongga mulut adalah:

1. Sebagai pengatur buffer

Buffer adalah pengatur keseimbangan asam dan basa (ph) saliva. Ph normal saliva

adalah 6,4-6,9 namun dapat berubah karena pengaruh makanan dan minuman. Oleh

sebab itu diperlukan suatu sistembuffer untuk menjaga keseimbangan pH di rongga

mulut. konsentrasi bikarbonat adalah sistem buffer yang terpenting di dalam saliva.

Peningkatan konsentrasi asam bikarbonat menyebabkan ph saliva menjadi rendah

(asam) sehingga mudah terjadi demineralisasi yang akan menyebabkan karies gigi.

Sebaliknya penurunan konsentrasi asam bikarbonat menyebabkan peningkatan ph

saliva (alkalis) yang dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan plak dan kalkulus

pada gigi

2. Aksi self cleansing

Saliva memiliki kemampuan untuk membersihkan rongga mulut, karena mengandung

enzim amilase yang dapat membantu mencegah penumpukan sisa makanan dengan

cara menguraikan rantai glukosa panjang menjadi rantai atau potongan lebih kecil.

Bila makanan banyak menumpuk di gigi maka akan terjadi pembentukan plak pada

gigi, hal ini dapat menyebabkan bau mulut (halitosis). Selain itu dapat terjadi karies

gigi terutama bila banyak mengonsumsi makanan manis yang mengandung banyak

glukosa. Bila sekresi saliva menurun maka kadar enzim amilase akan berkurang

sehingga gigi menjadi rentan terhadap penumpukan plak yang dapat menyebabkan

terjadinya karies gigi akibat bakteri, terjadinya gingivitis yaitu peradangan pada gusi

akibat plak di subgingivalyang tidak dibersihkan serta timbul halitosis (bau mulut)

akibat produk bakteri.

3. Saliva bakterisid dan bakteriostatik

Page 2: Peranan Xerostomia Sebagai Pemicu Terjadinya Penyakit Di Rongga Mulut

Saliva mengandung laktoferin (memiliki aksi bakterisidal terhadap strain

streptococcus mutans), laktoperoksidase (mencegah metabolisme dan pertumbuhan

bakteri), immunoglobulin (mencegah kolonisasi bakteri), faktor agregasi (musin

bertindak membentuk lapisan lendir yang sukar ditembus dan dirusak oleh bakteri).

Dengan adanya kandungan protein immunoglobulin (IgA) dan nonimmunoglobulin

(laktoferin dan laktoperosidase) di saliva tersebut, maka saliva memiliki peranan

penting dalam membunuh bakteri (sifat bakterisid) dan menghambat pertumbuhan

bakteri (sifat bakteriostatik). Bila terjadi penurunan produksi kelenjar saliva maka

kemampuan saliva untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan membunuh bakteri

menjadi berkurang, sehingga mudah terjadi karies gigi, gingivitas yang dapat

meyebabkan terjadinya penyakit pada jaringan periodontal (periodontitis).

4. Pelindung elemen gigi

Saliva mengandung protein yang melekat ke permukaan gigi untuk pembentukan

pelikel dan melindungi gigi dari asam. Protein tersebut dapt mengurangi kecepatan

demineralisasi gigi dan mengandung ion Ca (Kalsium) dan F (fosfat) yang berguna

untuk proses remineralisasi gigi. Selain itu protein tersebut juga berfungsi sebagai

pelicin ungtuk mencegah gigi menjadi aus. Dengan berkurangnya sekresi saliva,

protein juga akan berkurang sehingga gigi menjadi mudah aus.

5. Pelindung mukosa mulut

Saliva mengandung musin yang berfungsi membuat ludah menjadi pekat sehingga

tidak mudah mengalir,sehingga dapat membasahi permukaan gigi dan mukosa serta

melindungi mukosa terhadap infeksi bakteri dengan pembentukan lapisan lendir yang

sukar ditembus dan dirusak oleh bakteri. Musin bertanggungjawab terhadap sebagian

besar aktivitas agregasi didalam saliva sehingga dapat membantu jumlah

mikroorganisme di dalam rongga mulut dan melindungi mukosa terhadap infeksi

jamur. Dengan berkurangnya sekresi saliva, musin juga berkurang sehingga pasien

menjadi rentan terhadap terjadinya ulser, infeksi bakteri gingivitis dan periodontitis,

dan infeksi jamur seperti kandidiasir dan angular cheilitis.

6. Pelumas dan peluncur makanan

Saliva berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan karena saliva membuat

bolus makanan menjadi licin dan berlendir sehingga mudah untuk ditelan. Bila aliran

saliva berkurang maka akan lebih sulit menelan makanan. Adanya kesulitan

mengkonsumsi makanan tersebut maka dapat menyebabkan terjadinya kekurangan

nutrisi dimana kebutuhan nutrisi tidak seimbang dengan kebutuhan yang diperlukan

Page 3: Peranan Xerostomia Sebagai Pemicu Terjadinya Penyakit Di Rongga Mulut

oleh tubuh untuk metabolisme maupun beraktivitas. Banyak manifestasi di rongga

mulut akibat kekurangan nutrisi seperti angular cheilitis, terjadi akibat kekurangan

vitamin B kompleks, peradangan pada gusi (gingivitis) dan bibir pacah-pecah akibat

kekurangan vitamin C, glossitis pada lidah akibat kekurangan folat,niacin, seng,

vitamin B6 dan votamin B12, lidah menjadi pucat karena terjadi atrofi papila

filiformis akibat kekurangan folat dan zat besi

(Loren,2007)

Loren, silvia. 2007. Xerostomia akibat Efek Samping Obat Amlodipine esylate

Sebagai Pemicu Terjadinya Penyakit Di Rongga Mulut Skripsi. MEDAN : USU.