Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERANCANGAN ALAT INSPEKSI OTOMASI MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA
DIGITAL PADA PRODUK WOODWORKING
(Studi Kasus : CV. Bahari Mitra Surya)
Kukuh Suryana, Yudha Prasetyawan,
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: suryana.ks@gmail,com ; [email protected]
Abstrak
Dalam kurun waktu tiga tahun antara tahun 2008-2010, sektor kehutanan telah menjadi modal untuk
pembangunan perekonomian nasional, dengan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan penyerapan
tenaga kerja dan mendorong pengembangan wilayah. Namun dengan begitu besar potensi dari sektor
woodworking, dengan produksi log kayu yang melimpah dan stabil tidak didukungnya dengan sistem produksi
yang terjadi pada perusahaan woodworking salah satunya adalah CV.Bahari Mitra Surya . Terdapat kekurangan
dalam proses inspeksi pada objek amatan, sebagian besar industri woodworking Indonesia menggunakan tenaga
manusia dan ini membuat sering lolosnya produk defect hingga mencapai konsumen. Dengan proses produksi
tersebut produksi pada CV.Bahari Mitra Surya mendapatkan cacat hingga sebesar 12% dari total produksi untuk
Valerie 9, yang menjadi objek amatan pada penelitian ini. Maka dari itu diperlukannya suatu proses inspeksi
yang membutuhkan keakuratan data dalam menginspeksi produk woodworking agar mengurangi cacat.Pada
penelitian ini dilakukan perancangan alat inspeksi otomatis berbasis digital image processing, dengan
menggunakan kamera dalam proses inspeksi agar lebih akurat. Perancangan alat inspeksi ini melibatkan
karyawan dan manager produksi pada CV.Bahari Mitra Surya untuk mendapatkan rancangan alat inspeksi
otomatis yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan proses inspeksi dilakukan sebelum proses assembly.
Alat inspeksi otomatis ini memerlukan biaya investasi sebesar Rp.11.118.450 untuk pembuatan alat inspeksi
otomatis. Penerapan alat inspeksi otomatis dapat mengurangi cacat produksi pada perusahaan hingga mencapai
6% dari total produksi. Perusahaan akan mengalami keuntungan sebesar sebesar Rp.9.125.040, selain itu juga
perusahaan akan mendapatkan keuntungan lainnya seperti kapasitas produksi meningkat dikarenakan dengan
penurunan cacat maka proses perbaikan pada Valerie 9 akan berkurang dan tentunya berdampak pula dengan
kenaikan profit.
.
Kata Kunci : Woodworking, Digital Image Processing, Alat Inspeksi Otomatis.
1. Latar Belakang
Dalam kurun waktu tiga tahun antara
tahun 2008-2010, sektor kehutanan telah menjadi
modal untuk pembangunan perekonomian nasional,
dengan memberikan dampak yang positif bagi
peningkatan penerimaan pemerintah, penyerapan
tenaga kerja dan mendorong pengembangan
wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Produk-produk
yang dihasilkan sektor kehutanan dapat
memberikan inputan bagi perusahaan lainnya,
seperti perusahaan kertas dan perusahaan
woodworking, salah satunya adalah perusahaan
furniture yang dijadikan objek penelitian ini, yaitu
CV. Bahari Mitra Surya.
Namun dengan begitu besar potensi dari
sektor woodworking, dengan produksi log kayu
yang melimpah dan stabil tidak didukungnya
dengan sistem produksi yang terjadi pada
perusahaan woodworking di Indonesia. Proses
inspeksi masih menggunakan tenaga manusia
(manual), sehingga defect yang terjadi cukup besar.
Pada CV. Bahari Mitra Surya tidak menggunakan
proses inspeksi, sehingga defect yang terjadi
mencapai 12 % dari total produksi CV. Bahari
Mitra Surya yang mencapai hingga 500 produk
dalam satu produksi. Dan apabila terdapat cacat
yang mencapai 12% tersebut nantinya dilakukan
proses perbaikan yang membutuhkan bbiaya
perbaikan yang termasuk dalam proses finishing,
biaya perbaikan ini mencapai Rp. 4000 setiap
barang Leenbaker yang salah satu produknya yaitu
Valerie 9. Sebenarnya diperlukan proses inspeksi
yang cukup ketat sebelum potongan kayu tersebut
masuk kedalam proses assembly, proses inspeksi
menggunakan tenaga manusia masih sering terjadi
human error. Maka dari itu diperlukannya sebuah
alat inspeksi yang mempunyai tingkat akurasi yang
tinggi dan proses inspeksi memakan waktu yang
sedikit.
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
merancang alat inspeksi otomatis berbasis digital
image processing yang dapat mengidentifikasi
defect yang terjadi pada CV. Bahari Mitra Surya
yang dilakukan pada pertengahan proses produksi
dengan harapan dapat mengurangi defect pada
2
akhir produksi. Dan mengidentifikasi cacat, agar
dapat dilakukan perbaikan sistem produksi.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian diawali studi pustaka dengan
refrensi terkait dan studi lapangan dengan
pengamatan di perusahaan untuk mendapatkan data
tentang kondisi eksisting perusahaan. Sehingga
dapat dilakukan perancangan model awal alat
inspeksi melihat data eksisting tersebut.
Selanjutnya dilakukan pembuatan
prototype apabila rancangan model awal disetejui
oleh perusahaan. Prototype yang telah selesai akan
diuji menggunakan sampel pada CV. Bahari Mitra
Surya yang berupa prototype. Data pengujian akan
diolah untuk mendapatkan analisa terkait proses
produksi perusahan sehingga dapat dilakukan
perbaikan dan analisa perbandingan biaya.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran
merujuk dari kedua analisa tersebut.
3. Perancangan Awal Alat Inspeksi Otomatis
Proses ini dilakukan dengan melihat
kondisi eksisting pada CV. Bahari Mitra Surya dan
melakukan wawancara serta diskusi dengan
manajer dan juga karyawan produksi untuk
menarik keinginan konsumen. Dikarenakan defect
yang terdapat pada CV. Bahari Mitra Surya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu, cacat kualitas dan
dimensi. Dengan melihat kondisi eksisting tersebut,
maka dapat dilakukan perancangan awal alat
inspeksi otomatis.
Gambar 1. Gambar Rancangan Awal Alat Inspeksi
Rancangan awal. ini selanjutnya akan
diajukan kepada perusahaan, agar mendapatkan
persetujuan, kritik maupun saran untuk perbaikan
alat inspeksi otomatis dan nantinya dapat dilakukan
pembuatan prototype.
4. Pemilihan Objek Amatan
Setelah rancangan awal telah disetejui
oleh perusahaan dengan beberapa saran agar
diperbaiki untuk komponen dan pengurangan
kamera, maka dapat dilakukan pemilihan objek
amatan pada perusahaan. Pemilihan objek amatan
sesuai dengan rekomendasi perusahaan.
Salah satu produk yang sering terjual
adalah Valerie sebuah lemari yang memadukan
kayu dengan koboo grey sebuah anyaman bambu,
terdapat variasi dari Valerie yaitu Valerie 3, Valerie
6 hingga Valerie 9 yang membedakan hanya
jumlah dari laci pada lemari tersebut. Dalam
penelitian ini menggunakan produk Valerie 9,
dikarenakan produksi triwulan pertama ini
mengalami kenaikan yang cukup pesat hingga
mencapai 800 produk per bulan.
Gambar 2. Valerie 9
Dalam penelitian ini proses inspeksi
dilakukan sebelum proses assembly, agar rangka
dari Valerie 9 tersebut nantinya menjadi lebih kuat,
dan meminimumkan biaya perbaikan dan juga
cacat produksi di akhir. Maka dari itu produk yang
akan diinspeksi adalah part-part dari Valerie 9. Dan
terdapat 4 komponen utama dalam pembentukan
Valerie 9, maka dari itu pada penelitian ini hanya
melakukan proses inspeksi pada 4 komponen utama
pada rangka Valerie 9. Dikarenakan pada penelitian
ini menggunakan prototype yang mempunyai skala
1:3, maka untuk kayu yang akan diinspeksi juga
mempunyai skala 1:3.
Gambar 3. Gambar Produk Amatan
5. Perancangan Alat Inspeksi Otomatis
Setelah didapatkan data dimensi dan cacat
pada objek amatan, maka selanjutnya dapat
dilakukan pembuatan alat inspeksi otomatis. Proses
pembuatan alat inspeksi otomatis. Pembuatan alat
inspeksi otomatis ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu perancangan hardware dan perancangan
software.
Untuk perancangan hardware dimulai
dengan pembuatan rangkaian driver motor,
sebelumnya dilakukan terlebih dahulu pembelian
motor yang sesuai dengan kebutuhan. Rangkaian
motor sebelumnya disetting dengan motor agar
dapat berjalan selaras. Selanjutnya dilakukan
pemilihan tempat untuk motor dalam konveyor.
Pembuatan rangkain sensor meliputi sensor Sensor
stopper (limit switch dan jugadapat difungsikan
sebagai pengukuran panjang benda) dan Sensor
photodiode. Dilakukan pembuatan konveyor yang
3
sesuai dengan ukuran objek amatan. Langkah
selanjutnya adalah pembuatan kaki konveyor agar
menjadi lebih kokoh. Langkah terakhir adalah
dilakukan pengecekan bagaimana jalannya
konveyor apakah sesuai dengan kebutuhan. Apabila
masih belum ,akan dilakukan perbaikan.
Perancangan software dilakukan mulai
dari pendeteksian kayu oleh kamera, selanjutnya
dilakukan pendeteksian cacat yang terjadi pada
kayu. Cacat yang terjadi adalah lubang pada
permukaan kayu, sehingga dilakukan pendektesian
lubang pada permukaan kayu. Dan yang terakhir
dilakukan setting perintah pada servo motor agar
membuka dan menutup sesuai klasifikasi yang
telah didapatkan.
Rancangan awal alat inspeksi otomatis adalah
menggunakan konveyor dengan mempunyai tiga
cabang sesuai klasifikasi cacat yang diberikan oleh
perusahaan. Pada saat proses pengerjaan alat
inspeksi otomatis dilakukan beberapa perubahan
dikarenakan penyesuaian dengan produk lainnya
yang digunakan dalam alat inspeksi otomatis ini.
Selain itu juga dikarenakan terdapat beberapa
ukuran kayu yang cukup besar dan panjang, sulit
untuk dipindahkan atau diklasifikasi cacat maka
dari itu konveyor yang mempunyai tiga cabang
sebelumnya diganti menjadi satu cabang
memanjang.
Mulai
Produk diletakkan
diatas konveyor
yang berjalan
secara manual
Konveyor berhenti
tepat di bagian
inspeksi
Kamera
mengambil
gambar dari tiga
sudut
Alat inspeksi akan
mendeteksi defect
pada produk
Apakah produk
mengalami cacat ?
Apakah Produk
Sesuai dengan
ukuran ?
Alat Inspeksi akan
memperintahkan
sekat 1 terbuka
Produk akan
memasuki
konveyor pada
sekat 1
Alat Inspeksi akan
memperintahkan
sekat 2 terbuka
Produk akan
memasuki
konveyor pada
sekat 2
Alat Inspeksi akan
memperintahkan
sekat 3 terbuka
Produk akan
memasuki
konveyor pada
sekat 3
Selesai
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Gambar 4. Gambar Alur Kerja Alat Inspeksi
Gambar 5. Gambar Alat Inspeksi Otomatis
6. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan mengambil
sampel dari total produksi perusahan pada tiap tipe
kayu. Pada penelitian ini digunakan kayu yang
berjumlah 120 dan mempunyai empat tipe kayu,
tiap tipe mempunyai 30 kayu. Dan pada 120 kayu
tersebut terdapat macam-macam cacat yang terjadi
seperti kesalahan dimensi pemotongan dan cacat
kualitas. Selanjutnya dilakukan pengambilan data
sebanyak enam kali (m) dan setiap pengambilan
data dilakukan pengambilan kayu sebanyak lima
kayu (n), pengambilan data ini dilakukan secara
berurutan dan sesuai dengan tipe kayu. Kayu a
akan diinspeksi terlebih dahulu hingga mencapai
target pengambilan data dan selanjutnya kayu b
hingga kayu c, sehingga nantinya terdapat empat
buah pengambilan data. Dan dilakukan juga
pengambilan data cacat kualitas dari tiap kayu,
sehingga tiap kayu mempunyai dua data. Untuk
cacat kualitas dengan melihat permukaan kayu
apakah terdapat lubang ataukah permukaan tidak
rata dikarenakan kesalahan pemotongan.
7. Pengolahan Data
Setelah data running alat inspeksi otomatis
didapatkan maka dapat dilakukan pengolahan data,
pengolahan data ini menjadikan data running
menjadi seven tools agar nantinya dapat dilakukan
analisa proses produksi hingga menjadi analisa
perbaikan proses perbaikan.
Pada pengolahan data ini, data running
sebelum diolah menjadi Xbar chart, Rbar chart, P
chart dan nilai Cp. Xbar chart disini digunakan
untuk mengukur proses produksi perusahaan
dengan menentukan control limit dengan melihat
sampel yang didapatkan pada bab sebelumnya.
Selain itu juga dikarenakan terdapat ukuran
panjang, lebar dan tinggi maka yang akan
digunakan adalah setiap panjang, lebar dan tinggi
pada kayu tersebut, sehingga terdapat tiga buah
Xbar Chart pada setiap jenis kayu. Begitu pulada
4
pada Rchart, namun pada Pbar chart hanya
digunakan satu chart dikarenakan terdapat
kesamaan pada setiap jenis kayu. Selanjutnya
dilakukan perhitungan untuk nilai Cp agar dapat
menganalisa proses produksi perusahaan,
kapabilitas perusahaan semakin baik apabila nilai
Cp > 1 dan kapabilitas semakin lemah apabila nilai
Cp < 1. Suatu kapabilitas proses sudah dapat
disebut baik jika Cp=1.
Selain itu juga dilakukan pengolahan data
untuk diagram pareto dan fishbone diagram agar
dapat dilakukan perbaikan proses pada perusahaan.
8. Analisa Rancangan Alat Inspeksi Otomatis
Namun meskipun terdapat perubahan dari
rancangan sebelumnya, prototype peneilitian ini
mempunyai beberapa kelebihan seperti dapat
mengidentifikasi kayu sesuai cacat pada CV.Bahari
Mitra Surya, selain itu kelebihan prototype
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengidentifikasi cacat yang terjadi
pada CV.Bahari Mitra Surya, seperti
kesalahan dimensi, kayu berlubang dan
keselahan pemotongan.
2. Tidak hanya melakukan proses inspeksi
namun dapat menghasilkan data-data hasil
dari inspeksi tersebut yang nantinya dapat
diolah untuk menganalisa proses produksi
perusahaan
3. Dapat digunakan dengan objek penelitian
lain (multi objek), tinggal mengubah
bentuk konveyor, dikarenakan konveyor
terbagi menjadi empat bagian sehingga
dapat diubah sesuai dengan objek amatan.
Selain itu juga sistem inspeksi yang
digunakan memudahkan untuk mengubah
ke objek lainnya.
Adapun kekurangan pada prototype penelitian
ini adalah :
1. Proses inspeksi yang cukup lambat apabila
dibandingkan dengan produksi perusahaan
yang cukup besar. Dikarenakan harus
terdapat jarak pada kayu, tidak dapat
langsung ditaruh beberapa kayu di
konveyor.
2. Software belum dapat secara langsung
menganalisa menggunakan seven tools.
Software hanya dapat memunculkan data-
data hasil inspeksi, diperlukan pengolahan
data untuk menjadikan seven tools dan
nantinya dapat dilakukan analisa sistem
produksi perusahaan. Diperlukan posisi
objek yang tepat pada saat proses
pengambilan gambar.
3. Belum rapinya bagian inspeksi yang
terdiri dari ruangan bersticker dan lampu
sehingga perlu dilakukan kalibrasi ulang
apabila dilakukan running ditempat yang
berbeda.
9. Analisa Software
Pada perancangan alat inspeksi otomatis ini
menggunakan software eclipse yang dapat
melakukan proses inspeksi secara otomatis pada
multi-produk. Selain itu juga software eclipse dapat
melakukan perekapan data secara otomatis sesuai
dengan perancangan awal alat inspeksi otomatis.
Setelah dilakukan proses running pada alat
inspeksi otomatis untuk menguji kemampuan
mendeteksi cacat yang terjadi pada CV. Bahari
Mitra Surya dengan berjumlah ≤120 , dapat
disimpulkan bahwa kemampuan software eclipse
berjalan dengan baik. Software eclipse ini dapat
mendeteksi cacat pada CV. Bahari Mitra Surya
yang mempunyai adalah tiga tipe cacat, yaitu cacat
dimensi, cacat berlubang dan cacat
pemotongan.Cacat dimensi adalah cacat yang
terjadi apabila terdapat kesalahan pemotongan kayu
dengan spesifikasi yang telah diberikan
sebelumnya oleh perusahaan, namun juga melihat
toleransi ±1 cm. dan untuk cacat berlubang dan
kesalahan pemotongan kayu dijadikan satu cacat,
yaitu cacat kualitas.
Dalam melakukan proses inspeksi tidak perlu
melakukan inspeksi satu per satu produk yang akan
diinspeksi (meng”klik” satu per satu untuk produk
yang akan diinspeksi), hanya menyalakan alat
inspeksi otomatis dan menaruh satu per satu produk
maka alat inspeksi otomatis akan dengan sendirinya
dapat menganalisa dan mengidentifikasi cacat
tersebut. Untuk proses menjalakan software eclipse
ini tergolong mudah, hanya menyalakan pada saat
proses inspeksi diinginkan dan dapat melihat
bagaimana kamera mendeteksi benda. Namun
dikarenakan proses inspeksi masih lambat perlu
adanya jarak antara satu produk dengan produk
lainnya agar dapat dilakukan proses inspeksi, jarak
antar produk adalah 2-3 produk agar proses
inspeksi berjalan dengan lancar. Selain itu juga
software eclipse ini dapat melakukan kualifikasi
pada cacat yang terjadi pada kayu, sehingga dapat
dibedakan cacat dimensi akan memasuki konveyor
mana dan cacat kualitas akan memasuki konveyor
yang berbeda, begitu pula dengan kayu yang
diidentifikasi tidak terdapat cacat atau kayu yang
baik.
Software eclipse yang digunakan pada
penelitian ini mempunyai error 0% pada saat
dilakukan running pada penelitian ini, semua cacat
teridentifikasi dengan baik oleh alat inspeksi
otomati sehingga cacat yang berkurang adalah 50%
dari cacat sebelumnya yang teridentifikasi di akhir.
Namun terdapat kekurangan dalam melakukan
pengolahan data untuk membuat seven tools
quality, hanya dapat melakukan rekapan data
inspeksi, selain itu juga proses inspeksi masih
lambat perlu jarak untuk produk yang akan
diinspeksi.
5
10. Analisa Pencahayaan pada Digital Image
Processing
Dikarenakan kelebihan yang mudah digunakan
dan proses inspeksi yang lebih akurat digital image
processing sring digunakan pada setiap proses yang
ada. Namun dengan kelebihan digital image
processing yaitu mudah digunakan dan hasil
inspeksi yang lebih akurat, terdapat kelemahan
yaitu diperlukan cahaya yang stabil agar proses
pengambilan gambar lebih baik dan akurat.
Kelemahan tersebut juga terjadi pada prototype
penelitian ini. Dikarenakan pencahayaan yang
didapatkan dari alat inspeksi otomatis dari berbagai
sudut, cahaya ruangan, cahaya pantulan objek
amatan dan cahaya lampu alat inspeksi otomatis.
Sehingga dikarenakan kelemahan tersebut
diperlukan proses setting dan kalibrasi yang cukup
lama agar alat inspeksi otomatis berjalan sesuai
dengan semestinya.
Untuk kelemahan tersebut telah diantisipasi
dengan menggunakan sekat pada saat proses
pengambilan gambar dan menggunakan cahaya
lampu agar mendapatkan gambar yang lebih baik
dan akurat. Namun hal tersebut belum dapat diatasi
melihat masih minimnya kemampuan dan jumlah
kamera yang digunakan. Oleh karena itu
kelemahan prototype ini adalah diperlukannya
kalibrasi ulang apabila dilakukan proses running
pada setiap tempat yang berbeda. Tentunya ini
membutuhkan waktu yang cukup lama apabila
menginginkan running di setiap yang berbeda.
Selain itu juga dikarenakan kelemahan tersebut
terdapat beberapa benda atau kayu tidak
teridentifikasi pada saat proses inspeksi
11. Analisa Biaya
Perbandingan biaya dilakukan untuk
menganalisa apabila perusahaan mengganti kondisi
eksisting dengan menerapkan alat inspeksi
otomatis. Perbandingan biaya dibandingkan dengan
kerugian yang ditanggung oleh CV. Bahari Mitra
Surya apabila dengan kondisi eksisting, biaya
perbaikan akan cukup besar. Dengan menggunakan
alat inspeksi otomatis maka defect akan berkurang
dan biaya perbaikan yang ditanggung oleh
perusahaan juga akan berkurang.
Untuk penetapan defender, membutuhkan
limakaryawan dalam proses perbaikan yang
membutuhkan gaji dan tunjangan sebesar Rp.
1.500.000 dalam sebulan. Biaya perbaikan adalah
4000 untuk tiap produk cacat, cacat yang terjadi
pada produk Valerie 9 adalah 12 % dari total
produksi yang berjumlah 500 buah dalam sebulan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan gaji dan
tunjangan lima karyawan dan dihitung ke Present
Worth (P) begitu pula pada biaya perbaikan. Pada
biaya perbaikan dilakukan perhitungan terlebih
dahulu cacat yang dapat terjadi setiap bulan dan
dapat dihitung biaya perbaikan dengan melihat
biaya perbaikan adalah Rp. 4000 per produk cacat
dan dihitung ke Present Worth (P). Dan nilai gaji
dan biaya perbaikan ditotal menjadi satu untuk
mendapatkan nilai defender sebesar, Rp.
126.428.256.
Untuk penetapan chalanger, dikarenakan
telah terdapat alat inspeksi otomatis maka terdapat
penurunan cacat menjadi 6% (dengan melihat error
yang terjadi pada alat inspeksi adalah 0%, semua
cacat teridentifikasi) cacat yang terjadi pada
CV.Bahari Mitra Surya. Sehingga terdapat
penurunan jumlah karyawan dalam proses
perbaikan menjadi dua karyawan, namun terdapat
penambahan satu karyawan untuk menjadi operator
alat inspeksi otomatis. Selain itu juga terdapat
penambahan investasi sebesar Rp. 22.237.008
untuk membeli dua alat inspeksi, agar dapat
melakukan inspeksi menjadi lebih cepat. Dan
terdapat biaya maintenance dan biaya operasional
sebesar Rp. 600.000 setiap bulannya, untuk setiap
alat inspeksi otomatis. Selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai gaji karyawan, biaya perbaikan
melihat dari penurunan cacat dan biaya
maintenance dan dihitung ke Present Worth (P).
Dan semua nilai tersebut ditotal dengan biaya
investasi menjadi satu untuk mendapatkan nilai
chalanger sebesar, Rp. 117.303.216
Apabila menggunakan tetap menggunakan
kondisi eksisting perusahaan akan membutuhkan
biaya untuk perbaikan sebesar Rp. 126.428.256
untuk tiga tahun ke depan dikarenakan defect yang
mencapai 12%. Dan apabila perusahaan
menggunakan alat inspeksi otomatis maka biaya
yang dikeluarkan untuk tiga tahun ke depan sebesar
Rp. 117.303.216.
Jadi dapat disimpulkan dari perhitungan
diatas bahwa apabila CV.Bahari Mitra Surya
menerapkan pembelian alat inspeksi otomatis untuk
memperbaiki proses produksi pada perusahaan
akan mengalami keuntungan sebesar Rp.9.125.040.
Selain itu dengan menggunakan alat inspeksi
otomatis ini dapat berdampak dengan proses
produksi yang lebih cepat sehingga dapat
menambah kapasitas produksi, dan tentunya akan
berdampak dalam peningkatan profit CV.Bahari
Mitra Surya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan alat inspeksi otomatis pada CV.Bahari
Mitra Surya akan lebih menguntungkan daripada
tanpa menggunakan alat inspeksi otomatis. Benda
tersebut tidak diidentiikasi oleh sensor yang ada
sehingga kayu tersebut diklasifikasikan menjadi
kayu baik, meskipun pada kayu tersebut terdapat
cacat.
12. Analisa Perbaikan
Analisa perbaikan ini meliputi perbaikan
untuk komponen pada alat inspeksi otomatis agar
dapat digunakan pada perusahaan dan perbaikan
untuk proses produksi CV. Bahari Mitra Surya.
Untuk alat inspeksi otomatis diperlukan
penggantian komponen seperti, kamera,
6
mikrokontroller, dan rangkaian komponen mekanik
agar dapat diaplikasikan pada CV. Bahari Mitra
Surya.
Analisa perbaikan untuk proses produksi
pada CV. Bahari Mitra Surya dengan melihat
diagram pareto dan fishbone diagram yang telah
didapatkan sebelumnya sebagai berikut,
1. Pengembangan karyawan, dikarenakan
pengalaman bekerja pada CV. Bahari
Mitra Surya kurang. Selain itu juga
mengurangi workload karyawan.
2. Mengganti mesin pemotong yang telah
berumur > 10 tahun.
3. Mempunyai proses penyimpanan raw
material dan barang setengah jadi yang
baik. Dikarenakan tempat penyimpanan
perusahaan masih menjadi satu tanpa
terdapat perbedaan setiap penyimpanan
dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
defect.
4. Diperlukan proses inspeksi otomatis pada
pertengahan proses untuk mengurangi
defect, dan penempatan SOP pada setiap
ruang produksi.
13. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah :
1. Masih banyak chart yang mempunyai pola
kenaikan ataupun penurunan yang cukup
drastis, maka diperlukan perbaikan proses
kedepannya. Ini dikarenakan beberapa
faktor seperti, man, measurement,
machine dan method. Faktor kurangnya
pengalaman bekerja pada karyawan dan
metode penyimpanan adalah faktor yang
paling mempengaruhi terjadinya cacat
pada CV.Bahari Mitra Surya.
2. Pada penelitian ini telah melakukan
perancangan alat inspeksi otomatis
berbasis digital image processing, dengan
biaya investasi Rp.11.118.450 untuk satu
alat inspeksi otomatis, Dengan
menggunakan alat inspeksi otomatis ini
dapat berdampak dengan proses produksi
yang mempunyai cacat yang lebih sedikit,
dikarenakan error yang terjadi pada alat
inspeksi otomatis 0 %. Selain itu juga
proses produksi menjadi lebih cepat
sehingga dapat menambah kapasitas
produksi, dan tentunya akan berdampak
dalam peningkatan profit CV.Bahari Mitra
Surya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada penelitian ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberi dukungan dan membantu kelancaran
terselesaikannya penelitian. Serta kepada CV.
Bahari Mitra, dosen pembimbing dan teman-teman
yang telah banyak membantu dalam proses
penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adluna, L. S. (2012). Perancangan Automated
Multi-View Visual Inspection And
Grading System Berbasis Digital Image
Processing. Surabaya: ITS.
Gonzalo A. Ruza, Dkk. (2009). Automated visual
inspection system for wood defect
classification using computational.
International Journal of Systems Science,
Vol. 40, No. 2, 163–172.
H. Zhenga, Dkk. (2002). Automatic inspection of
metallic surface defects. Journal of
Materials Processing Technology, 427-
433.
K. Hoang, W. Dkk. (1996). Achieving Automation
in Leather Surface Inspection. Computers
in Industry, 43-54.
Kauppinen, H. (1999). Development of a Color
Machine Vision Method for Wood Surface.
Linnama: Oulu.
Menteri, P. (2011). Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia, Nomor
: 90/M-IND/PER/11/2011. Jakarta:
Menteri Perindustrian Republik Indonesia.
Menteri, P. (2011). Peta Panduan Pengembangan
Klaster Industri Furniture. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.
Prasetyo, E. (2011). Pengolahan Citra Digital dan
Aplikasinya menggunakan Matlab. Gresik:
Andi.
Pujawan, N. (2009). Ekonomi Teknik Edisi Kedua.
Surabaya: Guna Widya.
R. D. Kusumanto, Dkk. (2011). Klasifikasi Warna
Menggunakan Pengolahan Model Warna
HSV. JURNAL ILMIAH ELITE
ELEKTRO, 83-87.
Statistika, B. (2011). Statistika Kehutanan
Indonesia 2007-2010. Jakarta: BPS.
Wilson, J. (2005). Sensor Technology. USA:
Elsevier Inc.