Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
SISTEM DISKLESS PADA LABORATORIUM
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
252 JAKARTA
LATIFAH
(100091020230)
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
i
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
SISTEM DISKLESS PADA LABORATORIUM
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
252 JAKARTA
Oleh :
LATIFAH
100091020230
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juli 2011
Latifah
100091020230
iv
ABSTRAK
LATIFAH (100091020230) Perancangan dan Implementasi Sistem Diskless pada
Laboratorium Sekolah Menengah Pertama Negeri 252 Jakarta (Di bawah
bimbingan HERLINO NANANG dan HARI SATRIA).
Perkembangan kebutuhan pelajar SMPN 252 Jakarta terhadap informasi
menuntut mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi yang
menyertainya. Pada sistem jaringan komputer sekolah, diskless masih menjadi
alternatif terbaik bila dibandingkan jaringan Lokal Area Network (LAN) biasa
yang cenderung memakan biaya jauh lebih besar. Dengan diskless maka
dimungkinkan membangun suatu jaringan dengan mengurangi ketergantungan
terhadap storage lokal dan juga menekan biaya pengadaan suatu jaringan
besar.Dalam tugas akhir ini akan dirancang sebuah sistem jaringan yang
menggunakan sistem diskless dengan sistem operasi Windows di jaringan
komputer Laboratorium Komputer SMPN 252 Jakarta. Di dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian yang secara umum dimiliki oleh empat paradigma
dalam Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), yaitu tahap definisi, perancangan, dan
verifikasi. Dalam implementasi sistem diskless ini akan diterapkan teknologi citrix
metaframe dan thinstation. Setelah implementasi sistem diskless pada
Laboratorium Komputer SMPN 252 ini didapatkan hasil suatu jaringan komputer
dengan terminal-terminal tanpa media storage berhubungan satu sama lain dan
dengan kecepatan yang seolah-olah seragam. Hasil dari verifikasi menunjukkan
bahwa implementasi jaringan komputer berbasis diskless dengan menggunakan
teknologi citrix metaframe dan thinstation di Laboratorium Komputer SMPN 252
Jakarta dapat berjalan dengan baik dan menghemat pengeluaran untuk upgrade
PC. Selain itu dengan adanya penerapan sistem diskless ini diharapkan akan
memacu adanya penelitian - penelitian lebih lanjut tentang penerapan sistem
diskless ini.
Kata kunci : diskless, thinstation, citrix metaframe, RPL
v
KATA PENGANTAR
Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini merupakan salah satu tugas wajib mahasiswa sebagai persyaratan
untuk mengambil gelar Strata 1 (S1) pada program studi Teknik Informatika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini saya mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. Yusuf Durrachman, MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Sains dan Teknologi
3. Herlino Nanang, MT dan Hari Satria, S.Si, CCNA, CCAI, selaku
pembimbing I dan pembimbing II skripsi, yang memberikan nasihat dan
saran-saran berharga secara bijak membantu membimbing penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
vi
4. Ayah, Ibu, kakak-kakak, serta suami tercinta yang senantiasa memberikan
kasih sayang, doa serta dukungannya baik moril maupun materil yang
tidak terkira kepada penulis.
Saya menyadari banyak kekurangan dalam skripsi saya ini, karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penulisan
yang lebih baik. Akhir kata saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua yang membacanya. Amin..
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Juli 2011
Latifah
100091020230
vii
DAFTAR ISI
Lembar Judul ………………………………………………………………. ...i
Lembar Persetujuan Pembimbing ………………………………………...... ii
Lembar Pengesahan Ujian ………………………………………................... iii
Lembar Pernyataan ………………………………………………………...... iv
Abstrak ……………………………………………………………………….. v
Kata Pengantar ……………………………………………………………..... vi
Daftar Isi …………………………………………………………………….... viii
Daftar Tabel ………………………………………………………………….. xii
Daftar Gambar ……………………………………………………………….. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………... 2
1.3 Batasan Masalah ……………………………………………..... 3
1.4 Tujuan & Manafaat Penelitian…………………………………. 3
1.5 Metodologi Penelitian …………………………………………. 4
1.6 Sistematika Penulisan …………………………………………. 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Jaringan ......................................................................... 7
2.2. Jenis-Jenis Jaringan ..................................................................... 8
2.3. Lokal Area Network (LAN) ........................................................8
viii
2.3.1 Komponen Hardware (Perangkat Keras)......................... 8
2.3.2 Komponen Software (Perangkat Lunak) ........................ 14
2.3.3 Topologi Fisik Jaringan ................................................. 17
2.4. Tipe Jaringan ............................................................................ .. 19
2.4.1 Peer To Peer .................................................................... 20
2.4.2 Client-Server ................................................................... 20
2.5. Model Referensi OSI ………………………………………….. 21
2.6. TCP/IP ………………………………………………………... 23
2.6.1. Arsitektur TCP/IP ……………………………………... 24
2.7. Transmission Control Protocol (TCP) ………………………… 25
2.8. User Datagram Protocol (UDP ………………………………... 28
2.9. IP Address ……………………………………………………... 29
2.10. Subnetting ………………………………………………………35
2.11. DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) ……………..... 37
2.12. Trivial File Transfer Protokol (TFTP)………………………..... 40
2.13. User Account dan Groups ……………………………………... 41
2.14. Terminal Services ……………………………………………... 41
2.15. Remote Desktop ……………………………………………….. 42
2.16. Pengenalan Diskless ....................................................................42
2.16.1. Diskless dan Perbedaannya dengan Thin Client……….. 42
2.16.2. Keunggulan Diskless ...................................................... 43
2.16.3. Kelemahan Diskless …………………………………… 45
2.17. Pengenalan Citrix Metaframe ………………………………..... 45
ix ix
2.17.1. Prinsip Kerja Citrix Metaframe ……………………….. 46
2.17.2. Komponen-Komponen Citrix Metaframe ……………... 48
2.17.3. Keunggulan Citrix Metaframe Server dibandingkan
Windows Terminal Server …………………………….. 49
2.18. Thin Station ................................................................................. 50
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 52
3.2 Objek Penelitian ....................................................................... .. 52
3.3 Alat Penelitian .......................................................................... .. 53
3.3.1. Lingkungan Perangkat Keras ....................................... .. 53
3.3.2. Lingkungan Perangkat Lunak ...................................... .. 54
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... .. 54
3.4.1. Studi Pustaka ................................................................ .. 55
3.4.2. Observasi ........................................................................ 55
3.4.3. Wawancara ................................................................... .. 55
3.5 Metode Penelitian ....................................................................... 56
3.5.1 Tahap Definisi .............................................................. .. 56
3.5.2 Tahap Perancangan ......................................................... 57
3.5.3 Tahap Verifikasi ............................................................. 59
3.6 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 60
BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
4.1 Profil SMPN 252 Jakarta ............................................................ 62
x
4.2 Tahap Definisi .......................................................................... .. 63
4.2.1. Keadaan Sistem Saat Ini ................................................. 63
4.2.2. Masalah Yang Dihadapi ............................................... .. 64
4.2.3. Kebutuhan Sistem ........................................................... 65
4.3 Tahap Perancangan ..................................................................... 67
4.3.1. Pembuatan Skema Jaringan ............................................ 67
4.3.2. Pembangunan Sistem Jaringan ....................................... 70
4.4 Tahap Verifikasi ..........................................................................104
4.4.1 Testing Sistem Jaringan .................................................. 104
4.4.2 Perawatan Jaringan ......................................................... 105
4.4.3 Pelatihan .......................................................................... 106
4.4.4 Implementasi Sistem Baru .............................................. 106
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kesimpulan …………………………………………………..... 107
5.2. Saran ……………………………………………………………108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 109
LAMPIRAN ……………………………………………………………….......110
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Contoh IP Address……………………………………………......... 30
Tabel 2.2. Kelas IP Address…………………………………………………… 32
Tabel 2.3. Privat Address…………………………………………………….... 32
Tabel 2.4. Subnet Mask Default……………………………………………….. 35
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Network Interface Card……………………………………......... 9
Gambar 2.2. HUB…………………………………………………………...... 10
Gambar 2.3. Kabel UTP………………………………….………………....... 11
Gambar 2.4. Metode Straight………………...………….………………........ 12
Gambar 2.5. Metode Crossover………………...………..……………............ 13
Gambar 2.6. Konektor RJ45………………...……….......………………........ 14
Gambar 2.7. Topologi Bus………………...……….......………...………....... 18
Gambar 2.8. Topologi Ring………………...……….......………...…...…....... 19
Gambar 2.9. Topologi Star………………...……….......………...…...…........ 20
Gambar 2.10. Format Alamat IP……………….….......………...…...…......... 30
Gambar 2.11. Network ID dan Host ID……………….….......………............ 33
Gambar 2.12. Interaksi antara DHCP Client dan DHCP Server…................... 38
Gambar 2.13. Hierarki DNS……………….…........................………............. 40
Gambar 2.14. Proses Forward Lookup Query………………....……............... 41
Gambar 2.15 Konsep Kerja antara Server dan Client dengan Citrix
Metaframe……………….….............................………............. 47
Gambar 2.16. Komponen-komponen Citrix Metaframe Server...…................. 49
xiii
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian……………….….........……….............. 61
Gambar 4.1. Rancangan Jaringan Komputer Menggunakan Sistem
Diskless Berbasis Citrix Metaframe XP.…......………............... 69
Gambar 4.2. Tampilan Network and Dial-Up Connection…………................ 71
Gambar 4.3. Setting IP pada Windows 2000 Server………..………............... 72
Gambar 4.4. Setting IP Address dan DNS Server pada Windows
2000 Server………..…………………………………............... 72
Gambar 4.5. Tampilan Awal Intalasi Terminal Service………….................... 73
Gambar 4.6. Kotak Dialog Windows Component……………..…................... 74
Gambar 4.7. Mode Menjalankan Terminal Servis……………..…................... 74
Gambar 4.8. Izin Untuk Kompatibilitas Aplikasi……………..….................... 75
Gambar 4.9. Proses Instalasi Terminal Service……………..…....................... 75
Gambar 4.10. Konfigurasi DNS Server……………...............…...................... 77
Gambar 4.11. Kotak Dialog Root Server………..…...............…..................... 77
Gambar 4.12. Kotak Dialog Forward Lookup Zone………..…....................... 78
Gambar 4.13. Zone Type………..…................................................................ 78
Gambar 4.14. Zone File………..….................................................................. 79
Gambar 4.15. Membuat Reverse Lookup Zone……...……..…...................... 80
xiv
Gambar 4.16. Reverse Lookup Zone…….....................……..…..................... 80
Gambar 4.17. Reverse Lookup Zone…….....................……..…..................... 81
Gambar 4.18. Kotak Dialog DNS……...........................……..….................... 81
Gambar 4.19. Instalasi DHCP……................................……..…..................... 82
Gambar 4.20. Kotak Dialog Networking Services…...……..…....................... 83
Gambar 4.21. Konfigurasi DHCP…..............................……..…...................... 83
Gambar 4.22. Mengaktifkan New Scope…...................……..…...................... 84
Gambar 4.23. Membuat Scope Name…........................……..…...................... 84
Gambar 4.24. Membuat IP Address Range…..................…..…........................85
Gambar 4.25. Kotak Dialog DHCP…............................……..…..................... 86
Gambar 4.26. Scope Option (Router) ….......................……..…...................... 86
Gambar 4.27. Scope Option (DNS Server) …...............……..…..................... 87
Gambar 4.28. Scope Option (DNS Domain Name) …..................................... 87
Gambar 4.29. Scope Option (Boot Server Host Name) …............................... 88
Gambar 4.30. Scope Option (Bootfile Name) ….............................................. 89
Gambar 4.31. Remote Installation Service….................................................... 90
xv
Gambar 4.32. Kotak Dialog Service….............................................................. 90
Gambar 4.33. Trivial FTP Daemon Properties….............................................. 91
Gambar 4.34. Thinstation.conf.network (1) ….................................................. 92
Gambar 4.35. Thinstation.conf.network (2) ….................................................. 93
Gambar 4.36. Thinstation.conf.network (3) ….................................................. 93
Gambar 4.37. Thinstation.conf.network (4) ….................................................. 94
Gambar 4.38. License Agreement….................................................................. 95
Gambar 4.39. Product Family Selection….........................................................95
Gambar 4.40. Product Type Licensed…............................................................ 96
Gambar 4.41. Create a New Farm….................................................................. 96
Gambar 4.42. Create a Server Farm…................................................................ 97
Gambar 4.43. Assign Farm Administrator Credentials…................................... 97
Gambar 4.44. Configure Shadowing…................................................................98
Gambar 4.45. Configure Citrix XML Service Port…..........................................98
Gambar 4.46. Install From CD-ROM…...............................................................99
Gambar 4.47. Installation Type…........................................................................99
xvi
Gambar 4.48. Proses Instalasi…........................................................................ 100
Gambar 4.49. Log-On to Citrix Metaframe XP Server Farm…........................ 101
Gambar 4.50. New Farm Name…..................................................................... 101
Gambar 4.51. Memasukkan Lisence Number….............................................. 102
Gambar 4.52. Menambahkan Lisensi…............................................................ 102
Gambar 4.53. Tampilan Lisensi yang Telah Aktif…........................................ 103
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kebutuhan pelajar terhadap informasi menuntut
mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi yang
menyertainya. Namun sayangnya, tidak semua instasi pendidikan
menyediakan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan teknologi informasi
para pelajar. Keterbatasan dana ataupun anggaran pendidikan, menjadi salah
satu kendala bagi instansi-instasi pendidikan dalam menyediakan fasilitas
tersebut. Fasilitas yang dimaksud oleh penulis disini adalah seperangkat
jaringan komputer yang cukup memadai bagi para pelajar untuk bisa
mengikuti perkembangan teknologi informasi.
Diskless (jaringan tanpa disk) yang merupakan bagian dari teknologi
thin client adalah salah satu solusi bagi instansi pendidikan yang ingin
mengembangkan jaringan komputer di sekolah. Dengan diskless maka
dimungkinkan membangun suatu jaringan dengan mengurangi
ketergantungan terhadap storage lokal dan juga menekan biaya pengadaan
suatu jaringan besar. Apalagi jika pada diskless tersebut diterapkan Citrix
Metaframe, maka sangat dimungkinkan untuk mengembangkan suatu
jaringan dengan terminal-terminal tanpa media storage berhubungan satu
sama lain dan dengan kecepatan yang seolah-olah seragam. Cara ini juga
memungkinkan penghematan biaya "software upgrade", juga biaya
1
administrasi sistem seperti back-up, recovery, yang terpusat di satu
komputer utama (server). Dengan demikian sistem ini dapat
mengoptimalkan kinerja processor, memory, harddisk, dan sebagainya di
kedua sisi, baik client ataupun server.
SMPN (Sekolah Menengah Pertama Negeri) 252 Jakarta adalah salah
satu sekolah unggulan di tingkat provinsi DKI Jakarta yang berencana
mengembangkan jaringan komputer yang berada di laboratorium
komputernya dengan menambahkan beberapa jumlah komputer client,
namun tetap memanfaatkan komputer lama. Untuk itulah penulis
menerapkan sistem diskless, yang dianggap penulis dapat menjadi solusi
yang terbaik dalam pengembangan jaringan yang berada di laboratorium
komputer tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan didasari oleh latar belakang diatas, maka dibutuhkan analisa
yang fokus terhadap SMPN 252 ini. Adapun masalah yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara meningkatkan performance PC client sehingga setara
dengan PC server?.
2. Bagaimana pemanfaatan hardware yang ada untuk proses instalasi?.
3. Bagaimana proses instalasi Windows 2000 Server, Citrix Metaframe XP
dan thinstation pada komputer yang menggunakan Microsoft sebagai
Operating System?.
2
1.3. Batasan Masalah
Pada penulisan skripsi ini penulis hanya membatasi pada
perancangan dan implementasi diskless pada SMPN 252 (yang telah
memiliki LAN) dengan menggunakan :
1. Citrix Metaframe XP dan thinstation pada jaringan laboratorium
komputer SMPN 252.
2. Menggunakan Windows 2000 Server sebagai sistem operasi server.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan
Pada skripsi ini, penulis bertujuan melakukan perancangan
dan implementasi diskless pada SMPN 252 (yang telah memiliki
local area network) dengan menggunakan Citrix Metaframe XP dan
thinstation.
1.4.2. Manfaat
A. Bagi Penulis
a. Penulis bisa menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah
tentang jaringan.
b. Penulis dapat memahami tentang perancangan dan
implementasi diskless pada SMPN 252 dengan menggunakan
Citrix Metaframe XP dan thinstation.
3
c. Untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar S-1
pada jurusan Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
B. Bagi Universitas
Memperkaya literatur jaringan, khususnya yang berkaitan
dengan diskless, Citrix Metaframe dan thinstation.
C. Bagi SMPN 252 Jakarta.
Memiliki jaringan yang memadai dalam memenuhi
kebutuhan proses belajar mengajar di SMPN 252 dengan
memanfaatkan perangkat jaringan yang telah tersedia.
1.5. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah ilmu tentang metode penelitian
(Sukidin dan Mundir, 2005:13). Sedangkan metode penelitian merupakan
keseluruhan langkah-langkah ilmiah dalam menyelesaikan atau
memecahkan suatu masalah penelitian (Sukidin dan Mundir, 2005:167).
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini
mencakup tiga tahap, yang secara umum dimiliki oleh empat paradigma
dalam rekayasa perangkat lunak, yaitu 1) Tahap Definisi, 2) Tahap
Perancangan, dan 3) Tahap Verifikasi. (Pressman, 1992).
Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan
oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
4
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan melalui dokumen, buku-buku, majalah,
Internet atau bahan tertulis lainnya, untuk memperoleh data yang dapat
menunjang proses penelitian.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data primer dari
lapangan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat, membaca,
mencatat dan merekam segala hal yang berkaitan dengan penelitian.
3. Wawancara (Interview).
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab langsung kepada orang-orang yang dianggap
dapat memberikan data ataupun penjelasan secara langsung.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang dibuat untuk menyusun laporan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan, manfaat, metodologi penelitian yang digunakan
dan sistematika penulisan dari laporan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan mengenalkan tentang jaringan, jenis-jenisnya,
protokol dan topologi jaringan. Serta menjelaskan teori-teori
5
yang diperlukan dalam perancangan dan implementasi diskless
dengan menggunakan Citrix Metaframe XP dan thinstation.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan secara rinci tentang metodologi dan
tahapan-tahapan yang digunakan oleh penulis dalam rangka
mengimplementasikan diskless pada SMPN 252.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai tinjauan SMPN 252, dan
menguraikan tahap demi tahap dari perancangan dan
implementasi diskless pada SMPN 252.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil implementasi
diskless yang dilakukan oeh penulis dan beberapa saran untuk
pengguna.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.19. Definisi Jaringan
Menurut Tannenbaum (1981), jaringan komputer adalah an
interconnected of autonomous komputers (suatu kumpulan interkoneksi dari
komputer-komputer yang otonom). Jadi jaringan komputer adalah
sekelompok komputer otonom yang saling dihubungkan satu dengan lainnya
menggunakan protokol komunikasi melalui media transmisi, baik melalui
media kabel maupun tanpa kabel (nirkabel), sehingga dapat saling berbagi
menggunakan sumber daya yang ada dan berkomunikasi.
2.20. Jenis-Jenis Jaringan
Jenis jaringan ada tiga , yaitu antara lain :
1. Local Area Network (LAN) yang menghubungkan beberapa komputer
dalam satu area atau lokasi tertentu, misalnya satu ruangan, satu gedung ,
atau antar gedung.
2. Metropolitan Area Network (MAN) yang menghubungkan beberapa
jaringan LAN dalam satu area yang lebih luas, misal dalam satu kota.
3. Wide Area Network (WAN), yaitu jaringan komputer yang area
jangkauannya lebih luas dari MAN, yakni bisa antar kota, antar pulau,
bahkan yang lebih luas lagi, antar negara.
7
2.21. Lokal Area Network (LAN)
LAN adalah sejumlah komputer yang saling dihubungkan bersama di
dalam satu areal tertentu yang tidak begitu luas, seperti di dalam satu ruang,
kantor atau gedung. LAN tersusun dari beberapa elemen dasar yang meliputi
komponen hardware dan software, yaitu :
1. Komponen fisik, yaitu : Personal Computer (PC), Network Interface
Card (NIC), hub, dan media transmisi (kabel atau radio).
2. Komponen software (perangkat lunak), yaitu : sistem operasi jaringan,
network adapter driver, dan protokol jaringan.
3. Topologi fisik jaringan
2.3.1 Komponen Hardware (Perangkat Keras)
1. Personal Computer (PC) Server atau Host
PC server atau host adalah komputer induk yang
berfungsi sebagai penyedia layanan untuk seluruh pemakai dan
bertugas menyimpan informasi dan membaginya secara cepat,
serta mengontrol komunikasi dan informasi diantara node
komponen dalam suatu jaringan.
2. PC Workstation
Keseluruhan komputer yang terhubung ke server atau
host dalam jaringan disebut workstation atau client. Dimana
setiap client dapat menggunakan aplikasi yang terdapat pada
server.
8
3. Network Interface Card (NIC)
NIC atau sering disebut juga LAN card adalah sebuah
computer circuit board atau kartu yang terpasang pada sebuah
komputer, baik server maupun client. Komponen ini harus
dipasang pada motherboard dan juga harus disesuaikan dengan
tipe dan jenis konektornya.
Gambar 2.1. Network Interface Card
4. Hub
Hub adalah sebuah perangkat yang menyatukan kabel-
kabel network dari tiap-tiap workstation, server atau perangkat
lain. Hub berfungsi sebagai repeater yang akan menerima data
dari semua port yang terhubung dan secara otomatis mentransmit
data ke seluruh port lainnya. Jika akan dilakukan pengembangan
hub juga bisa dihubungkan ke hub berikutnya secara up-link,
sehingga untuk menambah jaringan diperlukan hub tambahan.
Perlu diketahui bahwa hub hanya memungkinkan pengguna atau
user untuk berbagi (share) jalur yang sama.
9
Gambar 2.2. HUB
5. Media Transmisi atau Komunikasi Jaringan
Media Transmisi merupakan perangkat yang digunakan
untuk menghubungkan antara suatu komputer dengan komputer
atau peripheral lainnya. Media ini juga berfungsi sebagai
infrastruktur transmisi data dari client menuju ke server atau
sebagai media distribusi informasi. Data itu sendiri
ditransmisikan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan
media transmisinya. Pada LAN berbasis kabel, sudah tentu
menggunakan kabel sebagai media transmisinya. LAN berkabel
bisa dibangun dengan menggunakan beberapa tipe pengkabelan
tergantung topologinya.
Pada laporan tugas akhir ini penulis hanya menjelaskan
tipe pengkabelan twisted pair yang umum digunakan untuk
membangun LAN berkabel. Kabel twisted pair yang digunakan
pada jaringan saat ini berisi 8 buah kabel kecil yang berlainan
warna dan dililit berpasangan. Tujuan pelilitan tersebut adalah
untuk mengurangi pelemahan kabel tersebut terhadap noise
elektris. Kabel twisted pair ini terbagi menjadi dua jenis yaitu :
10
a) Shielded Twisted Pair (STP) :
STP memiliki selubung pembungkus berupa
alumunium foil dan impedansi 150 Ohm. Karena itu selain
noise-nya dapat diperkecil, interferensi elektriknya juga lebih
rendah dari tipe twisted pair lainya, yaitu UTP. Kabel ini
mempunyai panjang 100 m dengan kecepatan transmisi
antara 16-155 Mbps. STP menggunakan konektor RJ-11.
STP memiliki kekurangan dalam mengatasi penyadapan dan
mahal harganya, sehingga kabel STP jarang ditemukan dalam
jaringan.
b) Unshielded Twisted Pair (UTP)
UTP tidak mempunyai selubung pembungkus seperti
STP. Kabel ini mempunyai impedansi 100 Ohm dan panjang
100 m, serta kecepatan transmisinya antara 4-100 Mbps. UTP
menggunakan konektor RJ-45. Kabel UTP lebih banyak
ditemukan dalam jaringan. Karena selain cukup reliable dan
memiliki kompatiblitas tinggi, harganya pun lebih murah
dibanding STP.
Gambar 2.3. Kabel UTP
11
Ada dua cara untuk memasang kabel UTP ke konektor RJ
45, yaitu :
a.) Metode Straight-Trough.
Metode ini digunakan untuk menghubungkan komputer ke
hub atau switch. Pada pemasangan metode ini hanya
digunakan 4 kabel saja, yaitu kabel urutan 1 dan 2 untuk
transmit atau kirim (putih oranye, oranye) dan urutan 3 dan 6
untuk Receive (putih hijau, hijau). Walaupun demikian, kabel
lainnya tetap ikut terpasang ke konektor RJ.45
Gambar 2.4. Metode Straight
b.) Metode Crossed-Over
Metode ini digunakan untuk menghubungkan dua buah
komputer. Cara pemasangannya kita rentangkan kabel UTP
Keterangan Gambar :
O/ = putih oranye O = oranye ; H/ = putih hijau ; B = biru
B/= putih biru ; H = hijau ; C/ = putih coklat ; C = coklat
12
dengan posisi kiri dan kanan (lihat gambar di bawah). Untuk
kabel pada posisi kiri urutan kabelnya dari kiri ke kanan;
putih oranye, oranye, putih hijau, biru, putih biru, hijau, putih
coklat, coklat. Sedangkan pada ujung kabel lainnya (kabel
UTP posisi kanan), dari kiri ke kanan: putih hijau, hijau,
putih oranye, biru, putih biru, oranye, putih coklat, coklat.
Gambar 2.5. Metode Crossover
Agar kabel dapat berfungsi sebagai media transmisi
jaringan, kabel tersebut harus dihubungkan dengan NIC atau
LAN card. Untuk menghubungkan kabel dengan NIC digunakan
peripheral yang disebut dengan konektor. Dimana setiap
konektor harus disesuaikan dengan tipe kabel. Berikut ini hanya
akan dijelaskan tipe konektor RJ.45 yang digunakan untuk tipe
kabel twisted pair.
Keterangan Gambar :
O/ = putih oranye O = oranye ; H/ = putih hijau ; B = biru
B/= putih biru ; H = hijau ; C/ = putih coklat ; C = coklat
13
Konektor RJ45 adalah konektor yang digunakan untuk
memasang kabel UTP dan memiliki 8 buah pin sebagai media
transmisi. Dalam pemasangannya harus disusun dahulu delapan
warna yang ada pada kabel tersebut, disesuaikan dengan
keperluan, yaitu straight atau crossover. Dan diperlukan tang
khusus yang disebut tang crimping.
Gambar 2.6. Konektor RJ45
2.3.2. Komponen Software (Perangkat Lunak)
1. Sistem Operasi Jaringan
Sistem operasi jaringan (network operating system)
adalah sebuah jenis sistem operasi yang ditujukan untuk
menangani jaringan. Umumnya, sistem operasi ini terdiri atas
banyak layanan atau service yang ditujukan untuk melayani
pengguna, seperti layanan berbagi berkas, layanan berbagi alat
pencetak (printer), DNS Service, HTTP Service, dan lain
14
sebagainya. Beberapa sistem operasi jaringan yang umum
dijumpai adalah sebagai berikut:
Novell NetWare
Microsoft Windows NT Server
GNU/Linux
Beberapa varian UNIX, seperti SCO Open Server, Novell
UnixWare, atau Solaris
A. Windows 2000 Server
Pada Windows 2000 Server (Codename: NT 5),
semua modifikasi yang dibutuhkan pada level kernel untuk
mengizinkan operasi multi-user pada Windows 2000 Server
telah diintegrasikan ke dalam kernel dari awal. Selain itu,
layanan Windows yang bersangkutan dan juga device driver
juga telah mendukung sistem ini, mengingat semua Windows
2000 dibuat berbasiskan kode yang sama. Tidak seperti
pendahulunya, Windows NT 4.0, Windows 2000 Server tidak
mengharuskan para penggunanya untuk membeli sistem
operasi terpisah hanya untuk memperoleh fitur multi-user,
karena Windows 2000 Server telah memilikinya, meski
dimatikan pada saat instalasi. Pengguna hanya diharuskan
untuk mengaktifkan komponen tersebut secara manual.
Dibandingkan dengan Windows NT 4.0 Server
Terminal Server Edition, layanan Terminal Services dalam
15
Windows 2000 mencakup fitur penggunaan printer dan juga
clipboard milik client, yang disebut dengn printer redirection
dan clipboard redirection. Selain itu, Terminal Service dalam
Windows 2000 juga dapat memantau sesi koneksi client,
yaitu satu pengguna dapat melihat sesi pengguna lainnya dan
dengan beberapa konfigurasi permisi, pengguna tersebut
dapat berinteraksi dengannya.
Untuk meningkatkan integrasi client dengan server
berbasis Windows 2000 Server, Remote Desktop Protocol
(RDP) yang digunakannya telah dioptimalkan, dan
diperkenalkan fitur-fitur baru, seperti bitmap-caching, dan
akses terhadap perangkat yang terhubung dalam komputer
client.
2. Network Adapter Driver
Network card driver adalah program yang berfungsi
untuk mengaktifkan dan mengkonfigurasi network adapter,
disesuaikan dengan lingkungan dimana network card tersebut
dipasang agar dapat digunakan untuk melakukan komunikasi
data.
3. Protokol Jaringan
Protokol jaringan adalah software yang digunakan untuk
menghubungkan komputer dalam jaringan supaya dapat
berkomunikasi. Di samping itu protokol juga merupakan
16
sekumpulan aturan untuk memecahkan masalah-masalah khusus
yang terjadi antar alat-alat komunikasi agar transmisi data dapat
berjalan dengan baik.
2.3.3. Topologi Fisik Jaringan
Topologi fisik jaringan adalah konfigurasi yang digunakan
untuk membentuk jaringan secara fisik. Pada LAN dikenal banyak
model topologi fisik. Namun, disini penulis hanya akan menjelaskan
tiga model saja yang umum digunakan dalam jaringan lokal. Model
topologi fisik jaringan tersebut adalah :
A. Topologi Bus
Topologi ini umumya digunakan untuk jaringan komputer
yang terhubung secara sederhana sehingga komputer-komputer
yang terlibat di dalamnya bisa berkomunikasi satu sama lainnya.
Media transmisi fisiknya berupa kabel coaxial RG-58,
konektornya BNC. Kelebihan topologi ini adalah selain mudah
diinstalasi pada komputer atau perangkat lain ke sebuah kabel
utama, jenis topologi ini tidak terlalu banyak menggunakan kabel
dibandingkan dengan topologi star. Namun, topologi ini memiliki
sejumlah kekurangan, diantaranya sangat sulit mengidentifikasi
permasalahan jika jaringan sedang mati. Sehingga, jika terjadi
kesalahan pada salah satu komputer, semua komputer lainnya
juga ikut terganggu dalam mengirim atau menerima data.
17
Gambar 2.7. Topologi Bus
B. Topologi Ring
Untuk membentuk topologi ring, setiap node harus
dihubungkan secara seri satu dengan yang lainnya hingga
membentuk loop tertutup. Dan setiap node harus dirancang agar
dapat berinteraksi dengan node yang berdekatan maupun
berjauhan. Pada topologi ring, salah satu komputer pada jaringan
ini berfungsi sebagai penghasil token, yang bertugas membawa
data melalui jalur transmisi hingga menemukan tujuannya. Pada
umumnya topologi ini memanfaatkan fiber optic atau twisted pair
sebagai sarana komunikasinya. Kelebihan topologi ini adalah
dapat menghantarkan data yang padat dengan lebih cepat. Dan
kemudahan dalam komunikasi antara terminal, tanpa adanya
pelanggaran (collision) data. Sedangkan, kelemahannya adalah
adanya kesulitan untuk mengecek puncak kerusakan. Dan jika
kabel utama bermasalah, maka rangkaian tidak dapat berfungsi.
File Server
18
Gambar 2.8. Topologi Ring
C. Topologi Star
Topologi jaringan ini mempunyai skema mirip dengan
bintang. Setiap node (workstation, server, dan perangkat lainnya)
terkoneksi ke jaringan melalui sebuah hub atau konsentrator.
Kelebihan pada topologi ini, yakni jaringan lebih luas dan
fleksibel karena setiap satu panjang kabel digunakan untuk satu
workstation serta kemudahan untuk mendeteksi kerusakan
jaringan yang ada membuat topologi ini banyak digunakan di
berbagai tempat. Selain itu, permasalahan panjang kabel yang
harus sesuai (matching) juga tidak menjadi suatu yang penting
lagi. Yang penting asal ada hub (yang masih berfungsi tentunya)
maka bisa terhubunglah beberapa komputer dan sumber daya
jaringan secara mudah. Metode operasinya mirip dengan metode
operasi topologi bus. Pada bagian pusat dari topologi ini terdapat
sebuah hub atau switch. Dimana semua data akan ditransfer
melalui hub atau switch tersebut.
19
Gambar 2.9. Topologi Star
2.22. Tipe Jaringan
Berdasarkan pada pengoperasian suatu jaringan, terdapat dua tipe
jaringan, yaitu :
2.4.1 Peer To Peer
Jaringan lokal dengan konektivitas peer to peer ini dibentuk
dengan cara menghubungkan setiap terminal agar dapat berbagi
data, aplikasi dan peripheral lainnya. Pada konektivitas ini setiap
terminal memiliki peran dan derajat yang sama, yakni dapat
bertindak sebagai workstation atau server. Namun, dikarenakan data
dan file aplikasi tersebar disemua komputer, model arsitektur ini
memiliki kelemahan, yaitu proses pemeliharaan dan penggunaan
data serta file aplikasi menjadi sulit dan rumit. Data dan file-pun
sangat rentan dari ancaman virus atau orang-orang yang tidak
berhak.
2.4.2 Client-Server
Model ini merupakan pengembangan dari model file server,
karena pada model ini terdapat terminal khusus yang dapat melayani
20
sampai pelayanan komputasi. Server dapat membagikan data,
aplikasi dan peripheral seperti harddisk, printer, modem dan lain-
lain. Pada model arsitektur ini, komputer client tidak dapat berfungsi
sebagai server. Sistem ini menggunakan protokol utama TCP/IP
(Transmission Control Protoco/Internet Protocol)..
2.23. Model Referensi OSI
Model referensi jaringan terbuka OSI atau OSI Reference Model for
Open Networking adalah sebuah model arsitektural jaringan yang
dikembangkan oleh badan International Standardization for Organization
(ISO) di Eropa pada tahun 1977. OSI Reference Model dilihat sebagai
sebuah model ideal dari koneksi logis yang harus terjadi agar komunikasi
data dalam jaringan dapat berlangsung. Beberapa protokol yang digunakan
dalam dunia nyata, semacam TCP/IP, DECnet dan IBM Systems Network
Architecture (SNA) memetakan tumpukan protokol (protocol stack) mereka
ke OSI Reference Model. OSI Reference Model pun digunakan sebagai titik
awal untuk mempelajari bagaimana beberapa protokol jaringan di dalam
sebuah kumpulan protokol dapat berfungsi dan berinteraksi. OSI Reference
Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut :
Lapisan Aplikasi
Berfungsi sebagai antarmuka antara aplikasi dengan fungsionalitas
jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan
kemudian membuat pesan-pesan kesalahan.
21
Lapisan Presentasi
Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh
aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan.
(VNC) atau Remote Desktop Protocol (RDP)).
Lapisan Sesi
Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat,
dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga dilakukan
resolusi nama.
Lapisan Transport
Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta
memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun
kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu, pada level ini juga
membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses
(acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadap paket-paket
yang hilang di tengah jalan.
Lapisan Jaringan
Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header
untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui
internetworking dengan menggunakan router dan switch layer-3.
Lapisan Data-Link
Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokkan
menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini
terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras
22
(seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address)), dan
menetukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge,
repeater, dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi
level ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control
(LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).
Lapisan Fisik
Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, metode
pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet
atau Token Ring), topologi jaringan dan pengabelan. Selain itu, level ini
juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat
berinteraksi dengan media kabel atau radio.
2.24. TCP/IP
TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol) adalah
standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam
proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam
jaringan internet. TCP/IP menghubungkan berbagai struktur dan arsitektur
jaringan berbeda-beda dari bermacam vendor, untuk dapat saling
berhubungan dalam suatu jaringan yang luas.
Keunggulan TCP/IP adalah ;
Open protocol standar, yaitu tersedia bebas dan dikembangkan
independent terhadap perangkat keras komputer atau sistem operasi.
23
Independent dari perangkat keras jaringan fisik (physical network
hardware), menyebabkan TCP/IP mengintegrasikan bermacam jaringan,
baik melalui ethernet, token, dan media transmisi fisik lainnya.
Skema pengalamatan yang umum, menyebabkan device yang
menggunakan TCP/IP dapat menghubungi device- device lain diseluruh
network bahkan internet sekalipun.
High Level Protocol Standar, yang dapat melayani user secara luas.
2.24.1. Arsitektur TCP/IP
TCP/IP mengimplementasikan arsitektur berlapis yang terdiri
atas empat lapis. Setiap lapisan yang dimiliki oleh kumpulan
protokol (protocol suite) TCP/IP diasosiasikan dengan protokolnya
masing-masing. Protokol utama dalam protokol TCP/IP adalah
sebagai berikut :
Protokol lapisan aplikasi: bertanggung jawab untuk menyediakan
akses kepada aplikasi terhadap layanan jaringan TCP/IP.
Protokol ini mencakup protokol Dynamic Host Configuration
Protocol (DHCP), Domain Name System (DNS), File Transfer
Protocol (FTP), dan masih banyak protokol lainnya.
Protokol lapisan antar-host: berguna untuk membuat komunikasi
menggunakan sesi koneksi yang bersifat connection-oriented
atau broadcast yang bersifat connectionless. Protokol dalam
lapisan ini adalah TCP dan UDP (User Datagram Protocol).
24
Protokol lapisan internetwork : bertanggung jawab untuk
melakukan pemetaan (routing) dan enkapsulasi paket-paket data
jaringan menjadi paket-paket IP (Internet Protocol). IP adalah
salah satu protokol yang bekerja dalam lapisan ini.
Protokol lapisan antarmuka jaringan : bertanggung jawab untuk
meletakkan frame jaringan di atas media jaringan yang
digunakan. TCP/IP dapat bekerja dengan banyak teknologi
transport, seperti teknologi transport dalam LAN (seperti halnya
ethernet dan token ring).
2.25. Transmission Control Protocol (TCP)
Transmission Control Protocol (TCP) adalah suatu protokol yang
berada di lapisan transport yang berorientasi sambungan (connection-
oriented) dan dapat diandalkan (reliable). TCP umumnya digunakan ketika
protokol lapisan aplikasi membutuhkan layanan transfer data yang bersifat
andal, yang layanan tersebut tidak dimiliki oleh protokol lapisan aplikasi
tersebut. Contoh dari protokol yang menggunakan TCP adalah HTTP
(Hyper Text Transfer Protocol) dan FTP. TCP memiliki karakteristik
sebagai berikut :
Berorientasi sambungan (connection-oriented): Sebelum data dapat
ditransmisikan antara dua host, dua proses yang berjalan pada lapisan
aplikasi harus melakukan negosiasi untuk membuat sesi koneksi terlebih
25
dahulu. Koneksi TCP ditutup dengan menggunakan proses terminasi
koneksi TCP (TCP connection termination).
Full-duplex: Untuk setiap host TCP, koneksi yang terjadi antara dua host
terdiri atas dua buah jalur, yakni jalur keluar dan jalur masuk. Dengan
menggunakan teknologi lapisan yang lebih rendah yang mendukung
full-duplex, maka data pun dapat secara simultan diterima dan dikirim.
Header TCP berisi nomor urut (TCP sequence number) dari data yang
ditransmisikan dan sebuah acknowledgment dari data yang masuk.
Dapat diandalkan (reliable): Data yang dikirimkan ke sebuah koneksi
TCP akan diurutkan dengan sebuah nomor urut paket dan akan
mengharapkan paket positive acknowledgment dari penerima. Jika tidak
ada paket acknowledgment dari penerima, maka segmen TCP (protokol
data unit dalam protokol TCP) akan ditransmisikan ulang. Pada pihak
penerima, segmen-segmen duplikat akan diabaikan dan segmen-segmen
yang datang tidak sesuai dengan urutannya akan diletakkan di belakang
untuk mengurutkan segmen-segmen TCP. Untuk menjamin integritas
setiap segmen TCP, TCP mengimplementasikan penghitungan TCP
checksum.
Byte stream: TCP melihat data yang dikirimkan dan diterima melalui dua
jalur masuk dan jalur keluar TCP sebagai sebuah byte stream yang
berdekatan (kontigu). Nomor urut TCP dan nomor acknowlegment dalam
setiap header TCP didefinisikan juga dalam bentuk byte. Meski
demikian, TCP tidak mengetahui batasan pesan-pesan di dalam byte
26
stream TCP tersebut. Untuk melakukannya, hal ini diserahkan kepada
protokol lapisan aplikasi, yang harus menerjemahkan byte stream TCP
ke dalam "bahasa" yang ia pahami.
Memiliki layanan flow control: Untuk mencegah data terlalu banyak
dikirimkan pada satu waktu, yang akhirnya membuat "macet" jaringan
internetwork IP, TCP mengimplementasikan layanan flow control yang
dimiliki oleh pihak pengirim yang secara terus menerus memantau dan
membatasi jumlah data yang dikirimkan pada satu waktu. Untuk
mencegah pihak penerima untuk memperoleh data yang tidak dapat
disangganya (buffer), TCP juga mengimplementasikan flow control
dalam pihak penerima, yang mengindikasikan jumlah buffer yang masih
tersedia dalam pihak penerima.
Melakukan segmentasi terhadap data yang datang dari lapisan aplikasi.
Mengirimkan paket secara "one-to-one": hal ini karena memang TCP
harus membuat sebuah sirkuit logis antara dua buah protokol lapisan
aplikasi agar saling dapat berkomunikasi. TCP tidak menyediakan
layanan pengiriman data secara one-to-many.
2.26. User Datagram Protocol (UDP)
UDP adalah salah satu protokol lapisan transport TCP/IP yang
mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), dan tanpa koneksi
(connectionless) antara host ke host dalam jaringan yang menggunakan
TCP/IP. UDP memiliki karakteristik-karakteristik berikut :
27
Connectionless (tanpa koneksi) : Pesan-pesan UDP akan dikirimkan
tanpa harus dilakukan proses negosiasi koneksi antara dua host yang
hendak bertukar informasi.
Unreliable (tidak andal): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan sebagai
datagram tanpa adanya nomor urut atau pesan acknowledgment. Protokol
lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus melakukan pemulihan
terhadap pesan-pesan yang hilang selama transmisi. Umumnya, protokol
lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP mengimplementasikan
layanan keandalan mereka masing-masing, atau mengirim pesan secara
periodik atau dengan menggunakan waktu yang telah didefinisikan.
UDP menyediakan mekanisme untuk mengirim pesan-pesan ke sebuah
protokol lapisan aplikasi atau proses tertentu di dalam sebuah host dalam
jaringan yang menggunakan TCP/IP. Header UDP berisi field Source
Process Identification dan Destination Process Identification.
UDP menyediakan penghitungan checksum berukuran 16-bit terhadap
keseluruhan pesan UDP.
UDP sering digunakan dalam beberapa tugas berikut:
Sebagai protokol aplikasi yang "ringan" (lightweight) yang dapat
melakukan fungsi-fungsi spesifik dengan saling bertukar pesan, sehingga
dapat menghemat sumber daya memori dan prosesor. Contoh dari
protokol yang ringan adalah fungsi query nama dalam protokol lapisan
aplikasi Domain Name System.
28
Sebagai protokol lapisan aplikasi yang mengimplementasikan layanan
keandalan. Contoh dari protokol seperti ini adalah Trivial File Transfer
Protocol (TFTP) dan Network File Sistem (NFS)
Sebagai protokol yang tidak membutuhkan keandalan. Contoh protokol
ini adalah Routing Information Protocol (RIP).
Sebagai transmisi broadcast : Karena UDP merupakan protokol yang
tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host
tertentu, maka transmisi broadcast pun dimungkinkan. Sehingga sebuah
protokol lapisan aplikasi dapat mengirimkan paket data ke beberapa
tujuan dengan menggunakan alamat multicast atau broadcast. Hal ini
kontras dengan protokol TCP yang hanya dapat mengirimkan transmisi
one-to-one.
2.27. IP Address
IP address atau alamat IP adalah deretan angka biner antar 32-bit
sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer
host dalam jaringan internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk
IPv4 atau IP versi 4), dan 128-bit (untuk IPv6 atau IP versi 6) yang
menunjukkan alamat dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis
TCP/IP. IP address terdiri dari dua bagian yaitu network ID (IDentifier) dan
host ID. Dimana network ID menentukan alamat jaringan komputer
sedangkan host ID menentukan alamat host (komputer, switch, dsb). Oleh
sebab itu IP address memberikan alamat lengkap suatu host beserta alamat
jaringan dimana host itu berada.
29
Tabel 2.1. Contoh IP Address
Network ID Host ID
192 168 0 1
Untuk dapat memahami alamat IP, kita harus paham mengenai
format alamat IP dan bisa melakukan konversi antara desimal dan binary.
Sebagai contoh, format alamat IP adalah W.X.Y.Z, dimana masing-masing
huruf terdiri atas 8 bit, sehingga nilai yang mungkin untuk setiap huruf
adalah antara 0 sampai 255. Maka, jika diketahui sebuah alamat IP
131.107.16.200. Alamat IP tersebut jika ditulis dalam bentuk binary adalah
10000011.01101011.00010000.11001000.
Gambar 2.10. Format Alamat IP
Dalam pembuatan alamat IP banyak hal-hal yang harus diperhatikan
dan dipahami dengan benar, hal-hal tersebut antara lain:
32 Bits
W . X . Y . Z
130 . 23 . 58 . 1
30
1. Kelas-Kelas IP Addres
IP Address yang umumnya digunakan ada tiga kelas, yaitu :
IP address Kelas A, diberikan untuk jaringan dalam jumlah host
yang sangat besar. Range IP 1.XXX.XXX.XXX. –
126.XXX.XXX.XXX, terdapat 16.777.214 (16 juta) IP address pada
tiap kelas A. Pada IP address kelas A network ID adalah 8 bit
pertama, sedangkan host ID adalah 24 bit berikutnya.
IP address Kelas B, biasanya dialokasikan untuk jaringan berukuran
sedang dan besar. Pada IP address kelas B, network ID adalah 16 bit
pertama sedangkan host ID adalah 16 bit berikutnya. network dengan
IP kelas B dapat menampung sekitar 65.000 host dan range IP
128.0.XXX.XXX. – 191.555.XXX.XXX.
IP address Kelas C, awalnya digunakan untuk jaringan berukuran
kecil (LAN). Pada IP address kelas C, network ID adalah 24 bit
pertama sedangkan host ID adalah 8 bit terakhir. Dengan konfigurasi
ini bisa dibentuk sekitar 2 juta network dan masing-masing network
memiliki 256 IP address. Range IP.192.0.0.XXX. –
223.255.255.XXX.
Sedangkan dua kelas lagi, yakni kelas D hanya digunakan untuk alamat
multicast, sedangkan kelas E digunakan untuk percobaan.
31
Tabel 2.2. Kelas IP Address
Class Range Network
ID
Host
ID
Number of
Networks
Number of
Host per
Networks
A 1-127 W x.y.z 127 16.777.214
B 128-191 w.x y.z 16.384 65.534
C 192-223 w.x.y z 2.097.152 254
D 224-239 Reversed N/A N/A N/A
E 240-254 Reversed N/A N/A N/A
2. Network ID dan Host ID
Dalam mendesain network dengan IP, maka dibutuhkan
pemahaman tentang mana network ID dan mana host ID. Sebab,
komputer di jaringan hanya bisa saling berhubungan jika mempunyai
network ID yang sama dengan host ID yang berbeda. Pemilihan network
ID dan host ID mana yang akan digunakan, sangat bergantung pada
berapa banyak jaringan atau komputer yang dibutuhkan. Pengalokasian
IP address pada dasarnya adalah proses memilih network ID dan host ID
yang tepat untuk sebuah jaringan Tepat atau tidaknya konfigurasi ini
tergantung dari tujuan yang hendak dicapai yaitu mengalokasikan IP
address seefisien mungkin.
32
Gambar 2.11. Network ID dan Host ID
3. Network dan Broadcast
Dalam menggunakan alamat IP juga tidak di perbolehkan
penggunaan semua nilai 0 atau 1 dalam bentuk binary, baik untuk
network ID maupun untuk Host ID. Misal, untuk alamat IP 130.23.58.1,
karena berada pada kelas B, maka diketahui bahwa alamat IP tersebut
memiliki network ID 130.23 (w.x) dan Host ID 58.1 (y.z). Dan itu
berarti dalam jaringan 130.23 tidak diperbolehkan adanya komputer
dengan alamat IP 130.23.0.0 (Host ID dalam binary angka 0 semua) dan
130.23.255.255 (Host ID dalam binary angka 1 semua). Sebab, angka 0
semua dalam binary seperti ditunjukkan dalam 130.23.0.0 digunakan
untuk menunjukkan network, sehingga 130.23.0.0 bisa dikatakan untuk
menunjukkan network 130.23. Sedangkan angka 1 semua dalam binary
digunakan untuk broadcast atau semua host dalam network. Jadi,
penulisan 130.23.255.255 artinya semua komputer yang termasuk dalam
Network ID Host ID
32 Bits
W . X . Y . Z
130 . 23 . 58 . 1
33
jaringan 130.23, yaitu komputer dengan alamat IP 130.23.0.1 sampai
dengan 130.23.255.254.
4. Privat Address
Privat address, yaitu address yang digunakan pada jaringan
yang tidak berhubungan dengan internet. Privat address hanya bisa
digunakan untuk lalu lintas komunikasi pada intranet, tidak bisa pada
internet. Penggunaan IP address ini tidak memerlukan izin dari interNIC
(Internet Network Information Center).
Tabel 2.3. Privat Address
Kelas Range of IP Address
A 10.0.0.1 sampai dengan 10.255.255.254
B 172.16.0.1 sampai dengan 172.31.255.254
C 192.168.0.1 sampai dengan 192.168.255.254
5. Subnet Mask
Subnet mask adalah nomor yang dikombinasikan dengan address
untuk menunjukkan identitas jaringan dimana komputer anda berada,
apakah berada di jaringan lokal atau di jaringan global. Subnet mask juga
digunakan untuk membedakan network ID dan host ID. Subnet mask
terdiri dari 32 bit bilangan biner yang penulisannya terdiri dari 4
kelompok, dimana setiap kelompok dipisahkan oleh tanda titik (.).
nomor yang digunakan dimulai dari 0 sampai dengan 255. Pemakaian
34
subnet mask dibagi menjadi tiga kelas, yaitu A, B, dan C seperti pada
tabel berikut.
Tabel 2.4. Subnet Mask Default
Kls Network ID Host ID Default Subnet
Mask
A XXX.0.0.1 XXX.255.255.254 255.0.0.0
B XXX.XXX.0.1 XXX.XXX.255.254 255.255.0.0
C XXX.XXX.XXX.1 XXX.XXX.XXX.254 255.255.255.0
2.28. Subnetting
Subnetting adalah sebuah teknik yang mengizinkan para
administrator jaringan untuk memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia
dengan lebih efisien. Teknik Subnetting membuat skala jaringan lebih luas
dan tidak dibatasi oleh kelas-kelas IP A, B, dan C yang sudah diatur. Dengan
subnetting, kita bisa membuat network dengan batasan host yang lebih tepat
sesuai kebutuhan. Subnetting menyediakan cara yang lebih fleksibel untuk
menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP adddress yang mewakili
network ID dan bagian mana yang mewakili host ID. Dengan kelas-kelas IP
address standar, hanya 3 kemungkinan network ID yang tersedia; 8 bit untuk
kelas A, 16 bit untuk kelas B, dan 24 bit untuk kelas C. Subnetting
mengizinkan anda memilih angka bit acak (arbitrary number) untuk
digunakan sebagai network ID. Dua alasan utama melakukan subnetting:
35
1. Mengalokasikan IP address yang terbatas supaya lebih efisien. Jika
internet terbatas oleh alamat-alamat di kelas A, B, dan C, tiap network
akan memliki 254, 65.000, atau 16 juta IP address untuk host devicenya.
Walaupun terdapat banyak network dengan jumlah host lebih dari 254,
namun hanya sedikit network (kalau tidak mau dibilang ada) yang
memiliki host sebanyak 65.000 atau 16 juta. Dan network yang memiliki
lebih dari 254 device akan membutuhkan alokasi kelas B dan mungkin
akan menghamburkan percuma sekitar 10 ribuan IP address.
2. Alasan kedua adalah, walaupun sebuah organisasi memiliki ribuan host
device, mengoperasikan semua device tersebut di dalam network ID yang
sama akan memperlambat network. Cara TCP/IP bekerja mengatur agar
semua komputer dengan network ID yang sama harus berada di physical
network yang sama juga. Physical network memiliki domain broadcast
yang sama, yang berarti sebuah medium network harus membawa semua
traffic untuk network. Karena alasan kinerja, network biasanya
disegmentasikan ke dalam domain broadcast yang lebih kecil – bahkan
lebih kecil – dari Class C address. Subnets adalah network yang berada
di dalam sebuah network lain (kelas A, B, dan C). Subnets dibuat
menggunakan satu atau lebih bit-bit di dalam host kelas A, B, atau C
untuk memperlebar network ID.
36
2.29. DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
DHCP adalah protokol yang dipakai untuk memudahkan
pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang
tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua
komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka
semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP
server DHCP.
A. Cara Kerja DHCP
Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan
arsitektur client-server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang
terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client. DHCP server umumnya
memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan
kepada client, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap client kemudian
akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang
ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu
penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, client akan meminta
kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau
memperpanjangnya.
DHCP melakukan transaksi dengan melihat pada jenis pesan
yang dikirimkan. Pesan-pesan tersebut antara lain :
DHCPDISCOVER : broadcast oleh client untuk menemukan server.
DHCPOFFER : respon dari server karena menerima.
DHCPDISCOVER dan menawarkan IP address kepada client.
37
DHCPREQUEST : pesan dari client untuk mendapatkan informasi
jaringan.
DHCPACK : acknowledge dari server.
DHCPNACK : negative acknowledge dari server yang menyatakan
waktu sewa dari client sudah kadaluarsa.
DHCPDECLINE : pesan dari client yang menyatakan bahwa dia
sedang menggunakan informasi dari server.
DHCPRELEASE : pesan dari client bahwa client sudah tidak
menggunakan lagi informasi dari server.
DHCPINFORM : pesan dari client bahwa dia sudah menggunakan
informasi jaringan secara manual.
Berikut ini adalah bagan interaksi antara client dan server,
dimana client tidak mengetahui alamat IP-nya. Dan diasumsikan DHCP
server memiliki 1 blok alamat jaringan yang dapat digunakan pada
jaringan tersebut :
1. Client melakukan broadcast DHCPDISCOVER pada jaringan lokal.
2. Server merespon dengan pesan DHCPOFFER, dimana informasi ini
juga memberikan informasi tentang IP address.
3. DHCP client menerima 1 atau lebih pesan DHCPOFFER dari 1 atau
lebih DHCP server. Client memilih salah satu informasi itu dan
mengirimkan pesan DHCPREQUEST dan informasi jaringan mana
yang dipilih.
38
4. Server menerima pesan DHCPREQUEST tersebut dan membalas
dengan mengirimkan pesan DHCPACK dengan mengirimkan
informasi lengkap.
5. Client menerima DHCPACK dan melakukan konfigurasi terhadap
interface jaringannya.
6. Apabila client sudah tidak menginginkan lagi alamat IP tersebut,
client akan mengirimkan pesan DHCPRELEASE.
1
2
Server
3
4
Verify
5
6 Relinguish Lease (DHCPRELEASE) Address
Released
DHCP
Client
DHCP
Server
Broadcast and Ask for IP
Address
(DHCPDISCOVER
) Offering an IP
Address
(DHCPOFFER
) Receive Offers
Select Process
Ask Selected IP Address
(DHCPREQUEST)
Ok? No? Use Previous
Configuration
Ack and Additional Configuration
Information
Verify (arp) (DHCPACK)
Ok?
Decline an Offer
No
(DHCPDECLINE)
Yes
Client
Configured Initiate the Entire Process Again
39
Gambar 2.12. Interaksi antara DHCP Client dan DHCP Server
Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada client, DHCP
Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada client,
sehingga alamat client akan tetap dari waktu ke waktu. Namun, DHCP
pada server harus memiliki alamat IP yang statis.
2.30. Trivial File Transfer Protokol (TFTP)
TFTP (Trivial File Tranfer Protokol) adalah sebuah protokol yang
mirip dengan FTP (File Tranfer Protokol), tetapi TFTP lebih kecil dan lebih
sederhana dari FTP sehingga TFTP ikut masuk ke dalam ROM (Random
Access Memory). Perbedaan antara kedua protokol tersebut adalah TFTP
menggunakan User Data Program (UDP) yang bekerja blok per blok tanpa
autentikasi, sedangkan FTP menggunakan Transmission Control Protokol
(TCP) yang bekerja secara stream serta lebih rumit. . TFTP client melakukan
inisialisasi dengan mengirim permintaan untuk read and write, kemudian
server dan client melakukan negosiasi tentang port yang akan digunakan
untuk melakukan transfer file. Transfer TFTP adalah transfer file antar disk
(disk-to-disk).
40
2.31. User Account dan Groups
User account adalah daftar nama pemakai yang bertugas untuk
mengatur dan mengelola komputer pada jaringan maupun pada komputer
lokal. Dengan adanya daftar nama pemakai pada server, client dapat
mengakses sumber daya yang ada pada komputer server yang telah diatur
oleh administrator.
Sedangkan groups adalah kumpulan dari kelompok para pemakai
(user account) yang mempunyai izin khusus untuk mengelola komputer,
sesuai dengan keanggotaan user tersebut pada sebuah group. Jika dua user
atau lebih menjadi anggota group yang sama, maka para user tersebut
mempunyai izin yang sama.
2.32. Terminal Services
Terminal services merupakan sebuah layanan yang dapat digunakan
untuk mengakses aplikasi atau data yang disimpan dalam komputer jarak
jauh melalui sebuah koneksi jaringan. Dengan menggunakan terminal
service, client yang memiliki hardware terbatas, dapat menampilkan desktop
server dan menggunakan fasilitasnya. Terminal services terdiri atas tiga
komponen utama, yaitu :
1. Terminal Services Server (terminal server), yaitu komputer yang
menjalankan terminal services pada mode application server dan
menyediakan akses aplikasi berbasis Windows yang dijalankan
sepenuhnya di server serta mendukung layanan beberapa sesi user yang
dijalankan pada saat bersamaan di server.
41
2. Terminal Service Client, untuk dapat mengakses sebuah server yang
menjalankan terminal services
3. Remote desktop protocol (RDP), yaitu protokol utama yang
memungkinkan terminal service client (komputer clent) dapat
berhubungan dengan terminal server.
2.33. Remote Dekstop
Remote Desktop adalah salah satu fitur yang terdapat di dalam
sistem operasi Microsoft Windows XP, Windows Server 2003, Windows
Vista, dan Windows Server 2008, yang mengizinkan penggunanya untuk
terkoneksi ke sebuah mesin jarak jauh seolah-olah mereka duduk di depan
mesin yang bersangkutan. Remote desktop menggunakan protokol Remote
Desktop Protocol (RDP).
2.34. Pengenalan Diskless
2.34.1. Diskless dan Perbedaannya dengan Thin Client
Diskless atau jaringan tanpa disk merupakan teknologi thin
client yang memampukan client untuk menjalankan sistem operasi
tanpa dilengkapi media penyimpan seperti harddisk, disket atau CD-
ROM. Namun perbedaannya, pada teknologi thin client, di sisi client
kita masih mempunyai sistem operasi yang berdiri sendiri atau stand
alone, disertai aplikasi yang akan digunakan di sisi client. Barulah
selanjutnya dilakukan akses pada aplikasi yang ada di server.
Sebagai contoh, pada teknologi terminal service yang dimiliki oleh
42
Windows, diperlukan sistem operasi minimal yang sudah di instalasi
di sisi komputer client untuk dapat mengakses fasilitas terminal
service yang ada di sisi server. Contoh berbagai solusi thin client
misalnya Windows Terminal Server, Citrix Metaframe, NX dan
LTSP.
Teknologi diskless mempunyai konsep yang sama dengan PC
clonning system. Yaitu, menerapkan suatu sistem pada jaringan, yang
dapat digunakan untuk mentransfer kemampuan hardware server ke
seluruh client yang terkoneksi, sehingga seluruh proses kerja dalam
jaringan ditangani sepenuhnya oleh server. Sedangkan client hanya
berperan sebagai dumb terminal yang menjadi media bagi pengguna
dalam menjalankan server. Jadi sistem jaringan yang dibangun bukan
merupakan sistem jaringan murni, dimana server melayani sejumlah
client yang terkoneksi, akan tetapi pengguna dapat mengoperasikan
server secara optimal melalui komputer client.
2.34.2. Keunggulan Diskless
Ada banyak kelebihan dari jaringan berbasis diskless jika
dibandingkan dengan desktop konvensional :
Investasi hardware jauh lebih murah : Dimana biasanya untuk
setiap penambahan siswa baru kita perlu membelikan sebuah
komputer Pentium IV dengan memory minimal 256 MB, dengan
thin client maka kita cukup membelikan komputer bekas Pentium
43
II dengan memory 32 MB — namun performanya tetap dapat
menyamai Pentium IV
Maintenance : Jauh lebih mudah, tidak mengganggu user, dan
tidak memakan waktu. Dimana biasanya jika ada komputer rusak
maka kita perlu waktu minimal satu hari (backup data user,
install ulang komputer, restore data user). Maka, dengan thin
client kita cukup mengganti komputer user dengan komputer
Pentium II lainnya; dan user dapat kembali bekerja dalam waktu
hitungan menit.
Manajemen desktop : juga menjadi jauh lebih mudah - contoh:
jika ada 100 desktop, maka kita perlu melakukan 100 kali
instalasi seluruh softtware yang ada. Namun dengan solusi thin
client, maka kita hanya perlu instalasi satu kali, dan 100 desktop
otomatis akan mendapatkannya juga. Kita juga bisa mudah
―mengunci‖ desktop client, sehingga mereka tidak bisa
memasang softtware-softtware tanpa sepengetahuan kita -
dimana ini adalah salah satu penyebab utama masuknya virus,
spyware, atau trojan, dengan dampak susulan yang bisa sangat
fatal bagi perusahaan.
Upgrade mudah & murah : untuk meningkatkan kinerja seluruh
desktop, seringkali dapat dilakukan cukup dengan upgrade
memory di server dan atau upgrade switch. Dibandingkan dengan
desktop biasa, dimana jika ada 100 desktop maka total biaya
44
upgrade dikalikan dengan 100 buah komputer, sangat mahal &
tidak efisien.
Keamanan data : karena semua data tersimpan di server, maka
bisa lebih mudah kita amankan dari oknum user (corporate
espionage, internal hacker, dsb). Desktop thin client juga bisa
kita ―kunci‖ sehingga semua fasilitas akses datanya (disket, USB,
dll) tidak berfungsi .
2.16.3 Kelemahan Diskless
Membutuhkan resource komputer yang cukup handal,
dikarenakan semua proses dilakukan oleh server.
Pemakaian dalam jangka waktu lama dapat memperpendek usia
hardware server, apalagi jika jumlah client yang terkoneksi
berjumlah relatif banyak.
Kinerja client akan menurun jika ada penambahan komputer
client.
2.35. Pengenalan Citrix Metaframe
Karena pada diskless tidak dimiliki media penyimpan pada sisi
client, dibutuhkan suatu utilitas atau software yang berfungsi mengatur
penggunaan sumber daya komputer, sehingga client dapat menggunakan
aplikasi server secara optimal. Citrix Metaframe adalah software ciptaan
Citrix Sistem Inc yang memiliki kemampuan tersebut. Citrix Metaframe
software merupakan produk tambahan (add-on product) yang memanfaatkan
45
Windows Terminal Server dalam mode aplikasi (application mode) dan
menjadi dasar dari semua produk server-based computing yang diciptakan
oleh perusahaan Citrix. Pada awalnya Citrix dinamakan Citrix Winframe,
kemudian berubah menjadi Citrix Metaframe. Dan dengan diperkenalkannya
sistem operasi Windows 2000 Server, disusul Windows Server 2003, Citrix
memperkenalkan Citrix Metaframe XP yang dikembangkan dengan
memanfaatkan terminal server baru yang terdapat pada sistem operasi server
tersebut.
2.35.1. Prinsip Kerja Citrix Metaframe
Apabila suatu Windows Server hanya memiliki satu dekstop
lewat keyboard, mouse dan monitor, maka terminal server untuk
Windows memungkinkan sejumlah pemakai untuk masing-masing
memiliki Windows dekstop-nya sendiri pada Windows Server yang
diakses dari komputer masing-masing pemakai. Konsep ini dikenal
sebagai metode remote control, dimana suatu workstation
mendapatkan akses ke dekstop suatu server. Setiap pemakai yang
mengadakan koneksi ke terminal server diberikan ‖session ID‖ yang
diatur oleh ‖session manager‖. Session ini memungkinkan terminal
server mengatur agar setiap pemakai memiliki proses dan memory
yang terpisah. Untuk memungkinkan komputer pemakai
mengadakan koneksi ke terminal server digunakan RDP.
Pada prinsipnya, cara kerja Citrix Metaframe sama dengan
Windows Terminal Services. Metaframe menggunakan komponen-
46
komonen utama terminal server untuk dapat berfungsi. Metaframe
memiliki fasilitas untuk membantu pemakai menemukan dan
mengadakan koneksi ke server dengan menggunakan protokol
miliknya sendiri tanpa menggunakan protokol RDP. Berikut ini
adalah skema konsep kerja antara server dan client pada sistem
diskless yang menggunakan Citrix Metaframe.
Gambar 2.15 Konsep Kerja antara Server dan Client dengan
Citrix Metaframe
1. User mencoba untuk terhubung ke aplikasi yang telah disiapkan
oleh Metaframe Server.
2. Pusat penyimpanan database client mendeteksi untuk
menyesuaikan permintaan client dengan data yang ada pada pusat
database.
Client Devices
Citrix
Metaframe XP
Serever
1
2
3
Central Client
Update
Database
Citrix Server Farm
47
3. Jika data ada yang sesuai, maka data akan dikirimkan oleh pusat
database di server dan diterima oleh client dan disimpan pada
database yang ada pada client tersebut.
2.35.2. Komponen-Komponen Citrix Metaframe
Pada dasarnya, Citrix Metaframe menyediakan dua fungsi
utama, yaitu :
1. Menyediakan sarana supaya pemakai dapat menemukan dan
berhubungan ke Metaframe Server.
2. Dan menyediakan protokol agar pemakai dapat menjalankan
remote sessions.
Karena itu, terdapat komponen-komponen yang membentuk
Citrix Metaframe Server, antara lain :
ICA (Independent Computing Architecture) Protokol, yaitu
protokol yang dipakai untuk menjalankan remote application
sessions antara pemakai dan Citrix Metaframe Server.
IMA (Independent Management Architecture) Service, yaitu
layanan yang mengatur semua fungsi-fungsi Citrix Metaframe
Server, tracking user, sessions, application, dan license.
XML service, yaitu layanan yang berkomunikasi dengan dunia
luar yang ingin mendapatkan informasi mengenai layanan dan
aplikasi yang tersedia.
Connection Listener, yaitu komponen yang memungkinkan
pemakai mengakses Metaframe Server.
48
Gambar 2.16. Komponen-komponen Citrix Metaframe Server
2.35.3. Keunggulan Citrix Metaframe Server dibandingkan Windows
Terminal Server
Walaupun pada sistem operasi Windows Server telah terdapat
Windows Terminal Server, namun jauh lebih baik jika digunakan
Citrix Metaframe, hal ini disebabkan Citrix Metaframe memiliki
sejumlah keunggulan dibanding Windows Terminal Server, yaitu
antara lain :
Windows Terminal Server hanya mendukung sistem berbasis
Windows dan koneksi berbasis protokol IP, sedangkan Citrix
Metaframe mendukung sistem operasi, baik berbasis Windows
maupun tidak, seperti DOS, LINUX, OS/2, Apple Mac, dan Java.
Connection Listener
XML service
ICA Client
IMA
Data Store
IMA Service
Komunikasi dengan
Protokol ICA
Metaframe Server
Lainnya
Ter
min
al S
erv
er
Citrix Management
Console
Komunikasi
ke Dunia Luar
49
Citrix Metaframe menyediakan fasilitas untuk mempublikasikan
aplikasi (publish application) yang tidak tersedia pada Windows
Terminal Server.
Protokol ICA yang dipakai Citrix lebih cepat dan lebih efisien
dibanding RDP yang digunakan Windows Terminal Server.
Citrix Metaframe menyediakan management tool yang
mempermudah administrasi aplikasi software dan pemakai.
Citrix Metaframe mendukung akses lewat web browser yang
tidak didukung oleh Terminal Service.
Citrix Metaframe menyediakan fasilitas ‖load balancing‖ yang
memperbaiki kinerja Metaframe Server ganda.
Citrix Metaframe mudah untuk memperbanyak pengguna dan
Metaframe Server untuk mempermudah pengembangan jaringan
(scalability).
2.36. Thin Station
Thinstation adalah open source ―thin client‖ operating system dan
beberapa program yang memungkinkan komputer client terhubung ke server
melalui jaringan. Thinstation dibuat berdasarkan Linux, tapi user mungkin
tidak akan melihat Linux sama sekali jika dihubungkan secara langsung
dengan Microsoft Windows Server, Citrix Server atau Unix Server. User
akan merasa terhubung langsung dengan server. Thinstation juga
mendukung Microsoft Windows-only enviroment dan tidak membutuhkan
pengetahuan Unix atau Linux. Thinstation tidak memerlukan memory
50
internal ( harddisk dan CD-ROM, floppy drive hanya dibutuhkan saat
booting, tapi dapat digantikan dengan ROM yang terdapat pada kartu
jaringan), karena semua yang dibutuhkan (boot image) akan di ambil dari
jaringan dan disimpan di RAM.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian dari bulan November 2007 sampai
dengan bulan Maret 2008 pada jaringan di Laboratorium Komputer SMPN
252 yang terletak di Jl. Haji Naman Pondok Kelapa Jakarta Timur.
3.2. Objek Penelitian
Objek penelitian dari tugas akhir ini adalah merancang dan
mengimplementasikan sistem diskless pada jaringan Laboratorium
Komputer (Laboratorium komputer) SMPN 252 Jakarta. Dimana saat ini
model jaringan yang digunakan adalah model LAN berkabel dengan dekstop
konvensional. Namun, dikarenakan sering banyaknya keluhan dalam
menggunakan sistem dekstop konvensional tersebut, baik dalam hal
keamanan dan kenyamanan serta dibutuhkannya penambahan jumlah
komputer, maka penulis ingin mengimplementasikan sistem diskless yang
menawarkan banyak keuntungan bagi pengguna maupun administrator
jaringan pada jaringan Laboratorium komputer ini.
Sistem diskless yang akan diimplementasikan pada Laboratorium
komputer SMPN 252 ini berbasis Windows dengan menggunakan Windows
2000 Server sebagai sistem operasi jaringan dan software Citrix Metaframe
XP serta thinstation. Pada jaringan ini, server telah terkoneksi dengan
52
internet. Karena itu penulis juga melakukan konfigurasi Domain Name
System (DNS) pada jaringan Laboratorium komputer SMPN 252 tersebut.
3.3. Alat Peneltian
Alat penelitian yang digunakan penulis sebagai sarana penelitian
terdiri atas dua bagian, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software). Perangkat keras yang digunakan adalah komputer dan
perangkat jaringan untuk membuat jaringan terkoneksi. Sedangkan
perangkat lunak adalah kebutuhan sebuah sistem operasi yang mendukung
jaringan, dan software-software yang mendukung aplikasi jaringan.
Untuk dapat membuat sebuah sistem yang benar-benar dapat
berfungsi secara baik dan menyeluruh diperlukan adanya lingkungan
perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut :
3.3.1. Lingkungan perangkat keras
Perangkat keras yang yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi dari komputer server, komputer client dan perangkat
jaringan lainnya sebagaimana berikut :
A. Komputer server dengan merk IBM yang mempunyai spesifikasi
prosessor Intel Pentium ® D 2,8GHz 64 Bit, Harddsik 80 GB,
RAM DDR2 2048MB, VGA 32 MB, DVD-RW, kartu Jaringan
onboard support bootrom dan monitor Flat Merk SPC 15 inchi.
B. Komputer Client dengan merk Compaq yang mempunyai
spesifikasi prosessor Intel 486, 1 kartu Jaringan bootrom type
53
3com 3C905CX-TX-M , dan monitor CRT Merk New Vision 15
inchi.
C. Perangkat jaringan komputer lainnya, seperti 1 buah hub-switch
merk D-Link dengan 24 port, kabel UTP, konektor RJ.45,
modem dan perangkat pendukung jaringan lainnya, seperti kabel
listrik dan lain sebagainya.
3.3.2. Lingkungan Perangkat Lunak
Karena jaringan ini menggunakan teknologi diskless, maka
semua software yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini
hanya di instal pada komputer server, software tersebut antara lain :
Sistem Operasi Windows 2000 Server
Citrix Metaframe XP Feature Release 3
Thinstation-2.1.1-prebuilt-NetBoot.zip.
Software aplikasi berbasis java, seperti dotnet dan software untuk
mengekstrak file, seperti 7zip, serta aplikasi-aplikasi lainnya
untuk testing jaringan, seperti MS.OFFICE 2000.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk
memperoleh data dan informasi sebagai bahan dasar penelitian, perancangan
dan implementasi, adalah sebagai berikut :
54
3.4.1. Studi Pustaka
Cara ini dilakukan guna mengumpulkan data dan informasi
tentang sistem diskless serta masalah merancang dan
mengimplementasikannya pada suatu jaringan. Dimana data dan
informasi tersebut diperoleh dari berbagai literature, seperti buku,
jurnal penelitian, majalah, sumber bacaan elektronik, dan internet.
3.4.2. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati sistem jaringan
Laboratorium komputer SMPN 252 yang telah ada secara langsung,
agar diperoleh data dan informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan untuk perancangan dan implementasi sistem diskless pada
jaringan tersebut.
3.4.3. Wawancara
Ini adalah salah satu metode riset yang dilakukan oleh penulis
untuk memperoleh data dan informasi tentang kebutuhan sistem yang
akan dirancang dan diimplementasikan pada jaringan Laboratorium
Komputer SMPN 252, dengan cara bertanya secara langsung kepada
pihak-pihak yang berkaitan dengan jaringan Laboratorium komputer
SMPN 252, seperti guru komputer, administrator jaringan, dan wakil
kepala sekolah (WAKASEK) bidang sarana dan prasarana.
55
3.5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini
mencakup tiga tahap, yang secara umum dimiliki oleh empat paradigma
dalam rekayasa perangkat lunak, yaitu 1) Tahap Definisi, 2) Tahap
Perancangan, dan 3) Tahap Verifikasi. (Pressman, 1992).
3.5.1. Tahap Definisi
Pada tahap ini, dapat di identifikasi tiga hal yang menjadi
dasar dalam perancangan sistem, yaitu :
A. Keadaan Sistem Saat Ini
Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan secara
langsung ke tempat objek penelitian untuk mengetahui sistem
jaringan yang digunakan di Laboratorium komputer SMPN 252
saat ini, yang mencakup infrastruktur jaringan, skema jaringan,
dan protokol jaringan yang dipakai saat ini.
B. Masalah yang Dihadapi
Pada tahap ini dijelaskan tentang masalah yang dihadapi
oleh jaringan komputer yang berada di Laboratorium komputer
SMPN 252 Jakarta terutama pada sistem jaringan yang
digunakan saat ini, dimana jaringan di Laboratorium komputer
tersebut sudah terdapat LAN tipe client-server berbasis windows
dengan sistem dekstop konvensional. Namun, karena banyaknya
keluhan dalam hal maintenance yang seringkali menghabiskan
banyak waktu, tenaga dan biaya. Serta adanya perancanaan untuk
56
menambah jumlah komputer client. Maka, penulis ingin
melakukan transisi sistem dari sistem dekstop konvensional
beralih pada sistem diskless yang dapat menjadi solusi dari
masalah yang ada.
C. Kebutuhan Sistem
Tahap ini akan menjelaskan tentang kebutuhan sistem
baik hardware maupun software yang dipakai oleh server
maupun client.
3.5.2. Tahap Perancangan
Pada tahap ini didefinisikan mengenai implementasi
infrastruktur dan penerapannya yang akan kelompokkan sebagai
berikut :
A. Pembuatan Skema Jaringan
Tahap ini adalah pembuatan skema jaringan sistem
diskless berbasis Windows dengan menggunakan software Citrix
Metaframe XP yang akan di implementasikan di jaringan
Laboratorium komputer SMPN 252 Jakarta. Dimana penerapan
sistem diskless pada jaringan di Laboratorium komputer ini akan
tetap memanfaatkan sumber daya yang telah ada di Laboratorium
komputer.
57
B. Pembangunan Sistem jaringan
Setelah dilakukan perancangan sistem dan diketahui
komponen-komponen pendukung yang diperlukan untuk
membangun sistem diskless dengan menggunakan Citrix
Metaframe XP di Laboratorium komputer SMPN 252, maka
tahap selanjutnya adalah pembangunan sistem. Secara umum
langkah-langkah yang dilakukan dalam pembangunan sistem
diskless ini adalah :
a. Setting BIOS untuk booting dengan menggunakan CD
b. Instalasi Windows 2000 Server
c. Instalasi driver
d. Konfigurasi TCP/IP
e. Instalasi dan Konfigurasi DNS Server
f. Instalasi dan Konfigurasi Terminal Service
g. Instalasi dan Konfigurasi DHCP Server
h. Instalasi dan Konfigurasi TFTP Server
i. Konfigurasi User Account
j. Instalasi software aplikasi 7zip
k. Instalasi File Thinstation-2.1.1-prebuilt-NetBoot.zip
l. Konfigurasi Thinstation.con.network
m. Instalasi software aplikasi berbasis java, yakni dotnet
n. Instalasi Citrix Metaframe XP Feature Release 3
o. Mengaktifkan Lisensi Citrix Metaframe XP Feature
Release 3
p. Instalasi software-software aplikasi untuk testing jaringan
3.5.3. Tahap Verifikasi
1. Testing Sistem Jaringan
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap penggunaan Citrix
Metaframe XP dan thinstation yang diimplementasikan pada
jaringan di Laboratorium komputer SMPN 252, dengan
pengujian sebagai berikut :
A. Apakah dengan menggunakan Citrix Metaframe XP aplikasi-
aplikasi dapat berjalan baik ?
B. Apakah komputer client dapat berkomunikasi dengan
komputer server dan mengakses aplikasi yang berada di
komputer server?
2. Perawatan
Tahap ini untuk pemeliharaan jaringan komputer guna
memastikan sitem diskless yang diimplementasikan dapat
berjalan dengan baik.
3. Pelatihan
Tahap ini untuk mensosialisasikan tentang system diskless
berbasis Citrix Metaframe XP kepada pengelola jaringan agar
58
bisa memahami penggunaannya, serta bisa mengatasi secara
mandiri jika ingin dilakukan pengembangan.
4. Implementasi
Apabila telah diketahui bahwa penggunaan Citrix Metaframe XP
dalam system jaringan diskless dapat berjalan dengan baik, maka
langkah selanjutnya adalah penerapan system diskless berbasis
Citrix Metaframe XP ini ke dalam jaringan Laboratorium
komputer tersebut.
3.6. Diagram Alir Penelitian
Tahapan kerja penelitian secara garis besar dijelaskan dalam diagram
alir penelitian yang terdapat pada gambar 3.1
59
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
Identifikasi Kebutuhan
Pembuatan Skema
Jaringan
Instalasi Jaringan
(Hardware dan Software)
Testing
Identifikasi
Masalah
Pengumpulan
Data
Failed
Selesai
Mulai
Sukses
60
BAB IV
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
4.1 Profil SMPN 252 Jakarta
SMPN 252 Jakarta adalah salah satu SMPN unggulan tingkat
provinsi DKI Jakarta yang terletak di Jl. Haji Naman Pondok kelapa
kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Sekolah yang didirikan pada tahun
1985 ini memiliki visi ”Menjadi SMP Negeri Sesuai Standar Nasional
Pendidikan Yang Dapat Memenuhi Tuntutan Kehidupan Lokal, Nasional
Maupun Global”. SMPN 252 pertama kali memperoleh prestasi gemilang,
yakni peringkat pertama untuk SMPN se-Jakarta-Timur, ketika dijalankan
program BINNA oleh Bapak Kepala Sekolah Edi pada tahun 1996. Sejak
saat itu sekolah ini mulai banyak memperoleh prestasi lainnya, bahkan juga
dengan para siswa-siswanya, salah satunya adalah Diptarama yang menjadi
Absolute The Winners IJSO pada tahun 2004.
Adapun misi yang diusung oleh SMPN 252 Jakarta ini adalah
sebagai berikut :
Mewujudkan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Mewujudkan kegiatan belajar mengajar bermakna dan kompetitif
melalui berbagai metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
61
Mewujudkan pendidikan keagamaan sesuai ajaran agama masing-masing
dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, serta akhlaq mulia.
Mewujudkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri
siswa.
Mewujudkan program BINNA dan 7K sebagai kultur budaya SMP
Negeri 252 Jakarta.
Mewujudkan berbagai kegiatan pembinaan dan pemberdayaan tenaga
pendidik dan kependidikan yang kompetitif.
Mewujudkan berbagai sarana prasarana refresentatif yang mendukung
pencapaian mutu pendidikan.
Untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut diatas, SMPN 252
melakukan berbagai upaya, antara lain yaitu dengan mengadakan program
ekstrakurikuler yang mencapai dua puluh macam untuk pengembangan diri
siswa-siswanya, melengkapi fasilitas belajar dan mengajar seperti
laboratotorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Terpadu, ruang audio visual,
laboratorium komputer yang sedang dalam penelitian penulis, dan lain
sebagainya.
4.2 Tahap Definisi
4.2.1. Keadaan Sistem Jaringan Saat Ini
Jaringan komputer yang berada di Laboratorium komputer
SMPN 252 Jakarta ini adalah jaringan LAN tipe client-server yang
masih menggunakan dekstop konvensional. Jaringan pada
62
laboratorium komputer terdiri atas sebuah server dan 20 client.
Dalam implementasinya jaringan komputer yang berada di
Laboratorium komputer ini menggunakan segment workgroup yang
memungkinkan komputer satu dengan yang lain dapat
berkomunikasi satu sama lain. Karena pada jaringan ini telah
terkoneksi dengan internet, SMPN 252 mempunyai domain sendiri,
yakni www.smpn252.or.id.
4.2.2. Masalah yang Dihadapi
Saat ini jaringan yang berada di laboratorium komputer
SMPN 252 masih menggunakan dekstop konvensional. Namun,
dikarenakan sekolah ingin mengembangkan jaringan di
Laboratorium komputer tersebut dengan menambah jumlah
komputer client. Maka penulis ingin mengimplementasikan sistem
diskless pada jaringan di Laboratorium komputer tersebut. Sehingga
dengan sistem diskless tersebut, komputer client yang sudah cukup
tua masih dapat digunakan tanpa mengurangi performanya. Sebab
pada sistem diskless tidak dibutuhkan komputer client dengan
spesifikasi yang tinggi. Bahkan, pada komputer client tidak perlu
disertai harddisk lagi, sehingga dapat lebih menghemat anggaran
baik dalam penyediaannya maupun dalam perawatannya kedepan.
Sistem diskless yang akan dirancang oleh penulis pada
jaringan di Laboratorium komputer ini direncanakan menjadi sistem
63
yang akan digunakan seterusnya oleh sistem jaringan di
Laboratorium komputer SMPN 252.
4.2.3. Kebutuhan Sistem
Dalam melakukan penelitian tugas akhir ini, penulis
memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam Laboratorium
komputer SMPN 252 Jakarta, yang didalamnya sudah terdapat 20
buah komputer client dengan sebuah server, yang sudah di rangkai
menjadi sebuah LAN berbasis client-server.
Penulis mengkategorikan kebutuhan sistem dalam
implementasi tugas akhir ini menjadi dua bagian, yaitu hardware dan
software. Untuk komponen hardware penulis menggunakan sumber
daya yang berada di dalam Laboratorium komputer, bahkan
mengurangi sebagaian hardware yang tidak dibutuhkan dalam
perancangan sistem diskless ini. Sedangkan untuk software penulis
melakukan instalasi baru untuk komputer server dan client.
Berdasarkan masalah yang disebutkan di subbab sebelumnya.
Penulis mengidentifikasi sistem baik hardware maupun software
yang dibutuhkan dalam merancang jaringan diskless untuk LAN di
Laboratorium komputer SMPN 252 ini sebagai berikut :
A. Hardware
Dalam kategori penggunaan komponen perangkat keras
ini penulis membagi lagi menjadi sub kategori perangkat keras,
yaitu sebagai berikut :
64
1) Perangkat keras server
Perangkat keras yang digunakan oleh komputer server ini
bermerk IBM dengan spesifikasi sebagai berikut : Processor
Intel Pentium (R) D 2,8 GHz 64 Bit support, Harddisk 80
GB, DDR2 2048MB, DVD RW, Kartu Jaringan onboard
support bootrom, dan Monitor Flat 15 Inchi.
2) Perangkat keras Client
Komputer client yang terdapat pada LAN di Laboratorium
komputer berjumlah 20 buah dengan spesifikasi masing-
masing komputer sebagai berikut : processor Intel 486,
sebuah kartu jaringan support bootrom tipe 3com 3C905CX-
TX-M, Monitor CRT 15 Inchi, dan tanpa harddisk ataupun
media storage lainnya.
3) Perangkat Keras Jaringan
Perangkat keras jaringan ini adalah hardware yang
menghubungkan komputer satu dengan yang lainnya hingga
menjadi sebuah jaringan yang dapat berkomunikasi.
Perangkat keras ini terdiri dari : kabel UTP yang telah di
konfigurasi untuk menghubungkan jaringan, 1 buah switch
untuk menghubungkan komputer satu dengan lainnya. Dan
sebuah modem yang menghubungkan jaringan intranet
SMPN 252 dengan internet.
65
B. Software
Dalam kategori penggunaan komponen perangkat lunak
ini penulis membagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut :
1) Perangkat Lunak Server
Perangkat lunak yang akan digunakan oleh komputer server
adalah sebagai berikut : sistem operasi Windows 2000
Server, dan software untuk sistem diskless, antara lain : Citrix
Metaframe XP Feature Release 3 dan Thinstation-2.1.1-
prebuilt-NetBoot.zip. Serta software pendukung aplikasi
berbasis java seperti dotnet, dan 7zip untuk mengekstrak file
Thinstation.
2) Perangkat Lunak Client
Karena jaringan ini menggunakan sistem diskless, tidak ada
software yang diinstalasikan pada komputer client. Sebab
semua aplikasi yang digunakan oleh komputer client
diperoleh dari komputer server.
4.3 Tahap Perancangan
4.3.1. Pembuatan Skema Jaringan
Skema jaringan yang akan digunakan untuk membangun
sistem diskless berbasis Citrix Metaframe ini tidak banyak
mengalami perubahan dibandingkan dengan penggunaan dekstop
konvensional sebelumnya. Perubahan dari sisi hardware hanya
66
meniadakan harddisk dari komputer client dan mengganti LAN card
dengan LAN card support bootrom tipe 3com 3C905CX-TX-M yang
mendukung sistem diskless ini. Sedangkan dari sisi software masih
menggunakan sistem operasi yang sama, yaitu Windows 2000 Server
namun dengan tambahan software Citrix Metaframe XP Feature
Release 3 dan Thinstation-2.1.1-prebuilt-NetBoot.zip yang
memampukan komputer client untuk menggunakan aplikasi-aplikasi
yang terdapat pada server, dan meningkatkan resolusi warna pada
layar.
67
Berikut ini adalah skema jaringan yang dirancang untuk
laboratorium komputer SMPN 252 Jakarta dengan menerapkan
sistem diskless.
Gambar 4.1. Rancangan Jaringan Komputer Menggunakan
Sistem Diskless Berbasis Citrix Metaframe XP
PC-01
PC-02
PC-03
PC-04 PC-05
PC-19
PC Server dengan
Citix Metaframe XP
PC-18
PC-17
PC-16
PC-20
PC-10
PC-11
PC-09
PC-12
PC-08
PC-13
PC-07
PC-06
PC-14
PC-15
Switch
D-Link
Modem
Internet
68
Komputer server yang memiliki sebuah kartu jaringan akan
memiliki sebuah alamat IP yang digunakan untuk berkomunikasi ke
jaringan lokal. Berikut ini adalah alamat IP pada komputer server
dan komputer client :
A. Komputer Server
IP address : 10.10.10.1 (IP Statik)
Subnet Mask : 255.0.0.1
B. Komputer Client
Komputer client yang berjumlah 20 buah masing-masing
akan memakai IP address mulai dari 10.10.10.5 sampai dengan
10.10.10.50 dimana alamat IP tersebut dikonfigurasi secara
dinamik.
4.3.2. Pembangunan Sistem Jaringan
Setelah dilakukan perancangan sistem dan diketahui
komponen-komponen pendukung yang diperlukan untuk
membangun sistem diskless dengan menggunakan Citrix Metaframe
XP di Laboratorium komputer SMPN 252, maka tahap selanjutnya
adalah pembangunan sistem. Secara umum langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembangunan sistem diskless ini adalah sebagai
berikut :
A. Instalasi Server:
Karena penulis menggunakan Microsoft Windows 2000
Server dan booting dengan kartu jaringan. Maka langkah-langkah
69
instalasi yang dilakukan adalah Instal windows 2000 terlebih
dahulu. Setelah windows 2000 Server beserta driver terinstal
langkah selanjutnya adalah instalasi IP Address untuk server,
kemudian mengaktifkan Terminal Service, DNS, DHCP Server
dan TFTP Server (Remote Instalation Service).
a) Konfigurasi TCP/IP
Langkah-langkah Konfigurasi TCP/IP secara manual
1. Masuk kemenu Start _ Setting _ Network and Dial-up
Connections. Hingga muncul kotak dialog berikut ini,
pilih local area connection.
Gambar 4.2. Tampilan Network and Dial-Up Connection
3. Pada kotak dialog Local Area Connection Properties,
centang semua connection yang terdapat pada kotak
dialog tersebut. Beri tanda centang pada semua kotak
yang tersedia. Kemudian pilih Internet Protokol
70
(TCP/IP)_properties_Ok. Tunggu hingga muncul kotak
dialog Internet Protokol (TCP/IP) Properties.
Gambar 4.3. Setting IP pada Windows 2000 Server
4. Pada kotak dialog Internet Protokol (TCP/IP) Properties
di bawah ini, karena konfigurasi dilakukan secara manual
pilih ―use the following IP Adress, kemudian isi IP
Address serta DNS Server Address yang akan digunakan
oleh server. Lalu klik tombol Ok.
Gambar 4.4. Setting IP Address dan DNS Server pada
Windows 2000 Server
71
b) Terminal Service
Terminal services adalah komponen windows yang dapat
digunakan pemakai komputer yang terhubung dalam jaringan
agar dapat menggunakan program windows beserta
aplikasinya dari komputer remote.
Langkah-langkah mengaktifkan Terminal Service pada
Windows 2000.
1. Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _
Configure Your Server. Kemudian pilih Aplication Server
di menu sebelah kiri dan klik Terminal Service. Untuk
memulai instalasi, klik Start yang ada di bawah menu
sebelah kanan.
Gambar 4.5. Tampilan Awal Intalasi Terminal Service
72
2. Pada kotak dialog berikut ini, pilih Terminal Service,
kemudian klik tombol Next.
Gambar 4.6. Kotak Dialog Windows Component
3. Ketika tampil kotak dialog berikut, pilih ―Application
server mode‖ untuk mengaktifkan fitur Appliction Server
pada Windows 2000, kemudian klik tombol Next.
Gambar 4.7. Mode Menjalankan Terminal Servis
73
4. Untuk kotak diolag ini, bisa disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing jaringan, secara default pilih
―Permission Compatibel with Windows 200 Users‖,
kemudian klik tombol Next.
Gambar 4.8. Izin Untuk Kompatibilitas Aplikasi
5. Setelah semua konfigurasi diselesaikan, instalasi dimulai
seperti yang terlihat dibawah ini.
Gambar 4.9. Proses Instalasi Terminal Service
74
e) Instalasi dan Konfigurasi DNS Server
DNS (Domain Name System) adalah suatu system yang yang
dapat menerjemahkan IP Address menjadi nama suatu host.
Setelah DNS terinstall, langkah selanjutnya adalah membuat
konfigurasi DNS server sebagai berikut :
1. Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _
Configure Your Server. Kemudian pilih Networking
dimenu sebelah kiri dan klik DNS. Pada menu sebelah
kanan akan muncul Start, klik pada Start DNS. Tunggu
kotak dialog berikutnya.
2. Pada kotak dialog Windows Component, pilih Network
Service, kemudian klik tombol Details. Setelah muncul
kotak dialog Networking Service pilih Domain Name
System (DNS), kemudian klik tombol OK untuk kembali
ke dialog sebelumnya. Klik tombol Next untuk
melanjutkan ke langkah berikutnya
3. Setelah langkah 2 di atas, akan dilakukan proses copy file
ke server. Langkah selanjutnya adalah mengkonfigurasi
DNS server, pilih Start _ Program _ Administrative Tools
_Networking_Set_up DNS. Tunggu hingga muncul kotak
dialog DNS.
75
Gambar 4.10. Konfigurasi DNS Server
1. Pada kotak dialog DNS, klik svr pada menu sebelah kiri
untuk mengkonfigurasi DNS server_klik tombol next.
Ketika muncul kotak dialog root server berikut, pilih
―This is firt DNS server on this network‖, yang berarti
kita menjadikan server ini sebagai root server. Kemudian
klik tombol next hingga muncul kotak dialog DNS.
Gambar 4.11. Kotak Dialog Root Server
76
2. Langkah selanjutnya adalah membuat forward lookup
zone dengan cara klik kanan pada menu ―forward lookup
zone‖ dan memilih ―new zone‖ hingga muncul kotak
dialog berikut, pilih ―Yes, create a forward lookup zone.
Kemudian klik tombol next.
Gambar 4.12. Kotak Dialog Forward Lookup Zone
3. Pada kotak dialog berikut, pilih ―standard primary‖, yang
memfasilitasi pertukaran data DNS dengan DNS server
server lainnya yang menggunakan metode penyimpanan
text-based. Kemudian klik tombol next
Gambar 4.13. Zone Type
77
4. Karena penulis ingin membuat zone baru untuk domain
smpn252.local, maka pada bagian zone name penulis isi
dengan smpn.252.com, lalu next hingga muncul kotak
dialog zone file. Pada kotak dialog zone file tersebut pilih
―Create a new file with this file name‖. Maka secara
otomatis nama domain yang di isi pada name zone
disimpan dalam file. Lalu klik next hingga muncul kotak
dialog ―complete the new zone wizard‖.
Gambar 4.14. Zone File
5. Selanjutnya adalah membuat reverse lookup zone dengan
cara klik kanan pada menu ―reverse lookup zone‖ dan
memilih ―new zone‖ hingga muncul kotak dialog berikut,
pilih ―Yes, create a reverse lookup zone‖. Kemudian klik
tombol next.
78
Gambar 4.15. Membuat Reverse Lookup Zone
6. Pada kotak dialog berikut, pilih ―Network ID‖, kemudian
isi dengan Network Address server, lalu klik tombol next.
Gambar 4.16. Reverse Lookup Zone
7. Pada kotak dialog berikut, maka secara otomatis akan
terisi gabungan alamat IP yang sudah dibalik dan domain
barunya in-addr.arpa. Klik next, hingga muncul kotak
dialog yang menyatakan bahwa konfigurasi DNS telah
lengkap, lalu klik tombol finish
79
Gambar 4.17. Reverse Lookup Zone
8. Jika konfigurasi DNS telah selesai, maka akan muncul
kotak dialog DNS berikut yang sudah lengkap terisi.
Gambar 4.18. Kotak Dialog DNS
80
d) Instalasi dan Konfigurasi DHCP/BOOTP Server
DHCP Server adalah proses yang memberikan IP address dan
boot-image file name ke komputer client. Langkah-langkah
instalasi DHCP Server yang ada pada MS Windows 2000.
1. Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _
Configure Your Server. Kemudian pilih Networking
dimenu sebelah kiri dan klik DHCP. Pada menu sebelah
kanan akan muncul Start, klik pada Start dan lanjut ke
menu selanjutnya.
Gambar 4.19. Instalasi DHCP
2. Setelah tampil kotak dialog konfigurasi di bawah ini, pilih
Network Service, kemudian klik tombol Detail. Setelah
muncul dialog dibawah ini, pilih Dynamic Host
Configuration Protocol (DHCP), kemudian klik tombol
OK untuk kembali ke dialog sebelumnya. Klik tombol
Next untuk melanjutkan ke langkah berikutnya.
81
Gambar 4.20. Kotak Dialog Networking Services
4. Setelah langkah 2 di atas, akan dilakukan proses copy file
ke server. Dibawah ini adalah untuk mengkonfigurasi
DHCP Server. Sebelum masuk ke DHCP Manager
pastikan Service untuk DHCP Server dalam keadaan
―Start‖, lihat pada Start _ Program _ Administrative Tools
_ Service. Masuklah ke DHCP Manager, pilih Start _
Program _ Administrative Tools _Networking_Manage
DHCP.
Gambar 4.21. Konfigurasi DHCP
82
5. Konfigurasi yang diperlukan untuk pertama kali adalah
mengalokasikan sejumlah IP address yang akan dipakai
oleh Thin Client. Caranya adalah klik nama Server pada
menu sebelah kiri, kemudian klik kanan. Klik pada ―New
Scope‖ untuk mengalokasikan IP address. Tunggu hingga
ketika muncul kotak dialog new scope wizard, klik next.
Gambar 4.22. Mengaktifkan New Scope
6. Pada kotak dialog wizard, isi scope name pada kotak
‗name‘.
Gambar 4.23. Membuat Scope Name
83
7. Kemudian masukkan rentang IP address yang akan
digunakan oleh Thin Client. Kemudian, tentukan Subnet
mask sesuai dengan jaringan yang digunakan, lihat contoh
dibawah. Setelah kotak dialog dibawah ini masih ada
banyak kotak dialog selanjutnya tetapi konfigurasi
tersebut tidak terlalu penting, klik tombol Next untuk
melanjutkan sampai dialog ―New Scope Wizard‖ selesai
Gambar 4.24. Membuat IP Address Range
5. Setelah Scope baru diaktifkan, akan muncul kotak dialog
seperti di bawah ini. Pada Scope yang baru akan muncul
sub tree ―Address Pool‖, ―Address Leases‖,
―Reservations‖, dan ―Scope Options‖. Pilih ―Scope
Options‖, kemudian klik kanan, dan pilih bagian paling
atas, yaitu ―Configurasi Options‖.
84
Gambar 4.25. Kotak Dialog DHCP
6. Dibawah ini adalah dialog untuk ―Configurasi Options‖
pada sebuah Scope. Ada dua option yang perlu di
konfigurasi pada dialog ini :
Option No 003 Router. Isi bagian ―IP Address‖
dengan nomor IP dari router pada jaringan.
Gambar 4.26. Scope Option (Router)
85
Option No 006 DNS Server. Isi bagian ―IP Address‖
dengan nomor IP dari server pada jaringan.
Gambar 4.27. Scope Option (DNS Server)
Option No 015 DNS Domain Name. Isi ―String
Value‖ dengan nama domain, yaitu ―smpn252.local.
Gambar 4.28. Scope Option (DNS Domain Name)
86
Option No 066 Boot Server Host Name. Isi ―String
Value‖ dengan IP Address server ―10.10.10.1‖. (bisa
juga di isi dengan Hostname dari TFTP Server ).
Gambar 4.29. Scope Option
(Boot Server Host Name)
Option No 067 Bootfile Name. Isi option ini dengan
nama Thin Client boot image dari Thinstation
―Thinstation.nbi.zpxe‖ (.zpxe karena kita akan
booting melalui kartu jaringan PXE).
87
Gambar 4.30. Scope Option (Bootfile Name)
e) Instalasi TFTP Server
TFTP Server adalah proses yang mengirimkan file
Thinstation ke komputer client. Pada Windows 2000 ada
dalam ―Remote Installation Services‖. TFTP root directory
adalah direktory awal yang dikenal oleh TFTP Server, berikut
langkah-langkah instalasi TFTP Server pada Windows 2000.
1. Masuk kemenu Start _ Program _ Administrative Tools _
Configure Your Server. Pilih Advanced di menu sebelah
kiri dan klik Optional Components. Pada menu sebelah
kanan akan muncul Start klik pada ―Start‖ dan lanjutkan
ke menu selanjutnya.
88
2. Pilih option ―Remote Installation Services‖ dan klik
tombol Next untuk memulai proses instalasi. Ikuti
petunjuk selanjutnya sampai dengan instalasi selesai.
Gambar 4.31. Remote Installation Service
3. Pastikan Service untuk TFTP Server dalam keadaan
―Start‖, lihat pada Start _Program _ Administrative Tools
_ Service. Klik kanan Trivial FTP Daemon_klik
Properties.
Gambar 4.32. Kotak Dialog Service
89
4. Kemudian pada TFTP Daemon Properties ubah startup
type TFTP Daemon menjadi automatic.
Gambar 4.33. Trivial FTP Daemon Properties
f) Install Software untuk Mengekstrak File
Sebelum kita menjalankan file Thinstation, maka terlebih
dahulu kita harus menginstall software yang berfungsi untuk
mengekstrak sebuah file. Software tersebut banyak
macamnya, namun disini penulis menggunakan software 7zip
4.58 beta.
g) Instalasi dan Konfigurasi Thinstation
Untuk mengkonfigurasi Thinstation, masuk ke direktori
C:\TFtpdRoot\ Jalankan ‗Thinstation.nbi (autoextract).exe‘,
baca ―Licence Agreement‖ dan click ―I Agree‖ untuk
mengekstract ‗Thinstation.nbi‘ file, ini adalah thin-client
boot-image yang dibutuhkan. Ini adalah distribusi linux-mini
90
yang dibutuhkan untuk mensetting client. Edit file
Thinstation.conf.network dan sesuaikan dengan konfigurasi
jaringan kita. Bagian terpenting adalah mengganti IP address
di file tersebut dengan IP address server Windows, misalnya
10.10.10.1. Selain itu juga menyesuaikan resolusi monitor,
disarankan kita menggunakan 800 x 600. Perhatikan gambar
konfigurasi berikut:
Gambar 4.34. Thinstation.conf.network (1)
91
Gambar 4.35. Thinstation.conf.network (2)
Gambar 4.36. Thinstation.conf.network (3)
92
Gambar 4.37. Thinstation.conf.network (4)
h) Install Software Pendukung Aplikasi Berbasis Java
Sebelum kita menginstall citric metaframe xp feature release
3, maka terlebih dahulu kita harus menginstall software yang
mendukung aplikasi berbasis java. Software tersebut banyak
macamnya, namun disini penulis menggunakan software
dotnet versi 5.
i) Instalasi Citrix Metaframe XP Feature Release 3.
Setelah semua komponen telah dikonfigurasi serta diaktifkan
dan software-software pendukung telah di install, kita bisa
langsung menginstall Citrix. Disini penulis menggunakan
Citrix Metaframe XP Feature Release 3.
93
Dan berikut ini adalah langkah-langkah instalasi Citrix
Metaframe XP Feature Release 3 :
1. Masukkan CD 1 Citrix Metaframe XP Feature Release 3,
klik installasi hingga muncul kotak dialog perjanjian
berikut, jika kita sepakat pilih ―I Accept the license
agreement‖ lalu klik next.
Gambar 4.38. License Agreement
2. Pilih ―Metaframe XPe‖ pada kotak dialog berikut,
kemudian klik next.
Gambar 4.39. Product Family Selection
94
3. Pilih ― retail ‖ pada kotak dialog berikut, kemudian klik
next, terus hingga muncul kotak dialog server farm
Gambar 4.40. Product Type Licensed
4. Pada kotak dialog server farm pilih ―create a new farm‖,
kemudian next.
Gambar 4.41. Create a New Farm
95
5. Biarkan terisi secara default, kemudian next.
Gambar 4.42. Create a Server Farm
6. Isi kotak user name server, misal administrator. Dan
kotak domain, misal eva. Kemudian next.
Gambar 4.43. Assign Farm Administrator Credentials
7. Pilih ―Allow shadowing of ICA sessions on this server‖,
kemudian centang semua kotak dibawahnya dan klik
next.
96
Gambar 4.44. Configure Shadowing
8. Biarkan terisi secara default, tekan next hingga ketika
muncul rangkuman instalasi Citrix yang telah dilakukan
klik finish. Kemudian tunggu kotak dialog yang
menunjukkan bahwa instalasi telah berhasil.
Gambar 4.45. Configure Citrix XML Service Port
97
9. Selanjutnya, kita masukkan CD 3 dari Citrix Metaframe
XP Feature Release 3, lalu klik next hingga ketika muncul
kotak dialog berikut, pilih ―install from CD-ROM‖, lalu
klik next
Gambar 4.46. Install From CD-ROM
10. Pada kotak dialog berikut pilih ―typical‖, lalu klik next
Gambar 4.47. Installation Type
98
11. Pada kotak dialog berikut menunjukkan instalasi sedang
berjalan, klik next
Gambar 4.48. Proses Instalasi
i. Mengaktifkan Lisensi
Setelah instalasi Citrix Metaframe XP Feature Release 3
selesai, maka langkah selanjutnya mengaktifkan Lisensi
yang mengizinkan software ini berfungsi. Dan mengingat
biaya lisensi dari distributor ini cukup terbilang mahal,
maka penulis melakukan uji coba dengan menggunakan
cracking yang diperoleh dari sebuah website dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Klik Start_Program_Citrix_Managemen Console
2. Masukkan nama dari sebuah server yang ingin
dikoneksikan. Masukkan juga user name, password dan
domain. Lalu klik Ok.
99
Gambar 4.49. Log-On to Citrix Metaframe XP
Server Farm
3. Pada kotak dialog berikut, pilih ―licenses‖ pada menu di
sebelah kiri.
Gambar 4.50. New Farm Name
100
4. Pada kotak dialog berikut, klik ―license number‖ pada
menu di sebelah kanan hingga muncul kotak dialog
berikut.
Gambar 4.51. Memasukkan Lisence Number
5. Kemudian klik kanan dikolom kosong lisence number,
dan pilih ―add lisence‖
Gambar 4.52. Menambahkan Lisensi
101
6. Jalankan program keygen pada CD, kemudian
masukkan serial-serial berikut dan generate kode
aktivasinya secara berurutan :
Metaframe XP 1.0, for Windows Feature Release 3
Metaframe XP 1.0, Feature Release 3 Connection Pack
Metaframe XPe 1.0, for Windows
Citrix User License Pack
7. Jika serial-serial diatas telah berhasil dimasukkan, maka
akan muncul kotak dialog berikut, yang menunujukkan
licensi telah diaktifkan.
Gambar 4.53. Tampilan Lisensi yang Telah Aktif
j) Konfigurasi User Account
Setelah semua software selesai dikonfigurasi, maka langkah
selanjutnya adalah membuat user account, yakni daftar nama
pemakai pada server agar seorang pemakai computer client
102
dapat mengakses sumber daya yang ada pada komputer
server, tentunya dengan batas-batas yang sudah diatur oleh
administrator.
B. Setting Client
Salah satu kelebihan system diskless yang
diimplementasikan oleh penulis ini, selain murah dari sisi biaya
juga mudah dalam penerapannya. Apalagi dengan digunakannya
kartu jaringan type 3com 3C905CX-TX-M dan file Thinstation.
Sehingga sudah tidak diperlukan lagi setting pada sisi clientnya.
Ketika Client dinyalakan, client akan langsung booting secara
otomatis. Setelah keluar tampilan login, isilah username sesuai
dengan nama yang dimasukkan dalam user account pada server.
Maka user bisa langsung menggunakan komputer client yang
memiliki spesifikasi rendah namun dengan performance
komputer server.
4.4 Tahap Verifikasi
4.4.1. Testing Sistem Jaringan
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap penggunaan Citrix
Metaframe XP yang diimplementasikan pada jaringan di
Laboratorium komputer SMPN 252 Jakarta, dengan pengujian
sebagai berikut :
103
C. Apakah aplikasi-aplikasi dapat berjalan dengan baik
menggunakan Citrix Metaframe XP ?
D. Apakah komputer client dapat berkomunikasi dengan komputer
server dan mengakses aplikasi yang berada di komputer server?
Sebelum melakukan pengujian, penulis memastikan semua
DHCP Service dan TFTP Server dalam keadaan ―Started‖.
Menyiapkan komputer client, dan setting BIOS nya untuk booting
dari LAN card. Terlihat proses pencarian IP address dan download
file Thinstation.nbi. Setelah itu, dialog login Windows 2000 Server
tampil di computer client.
Pada pengujian tersebut didapatkan bahwa :
1. Seluruh aplikasi dapat berjalan baik, bahkan dengan diinstallya
Citrix Metaframe XP dapat mendukung aplikasi-aplikasi grafis
yang kurang didukung oleh MS.2000 server.
2. Seluruh aplikasi yang di install pada server juga bisa dijalankan
dengan baik di client. Disini penulis mencobanya dengan
menggunakan aplikasi MS.Office 2000.
4.4.2. Perawatan Jaringan
Setelah perancangan sistem diskless pada jaringan telah
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan-
pearwatan terhadap jaringan baik itu terhadap software maupun
hardwarenya. Perawatan tersebut bisa dengan melakukan proteksi
terhadap komputer server terutama dengan adanya username dan
104
password untuk mengakses komputer server, instalasi antivirus, dan
perawatan terhadap perangkat jaringan seperti kabel, switch dan lain
sebagainya.
4.4.3. Pelatihan
Setelah sistem diskless dapat berjalan baik dalam jaringan
komputer ini, maka perlu dilakukan pelatihan terhadap administrator
jaringan. Pelatihan ini bisa berupa cara penambahan komputer client,
cara mengintalasi active directory dan cara memaintenance jaringan
secara menyeluruh.
4.4.4. Implementasi Sistem Baru
Setelah perancangan selesai dilakukan dan telah dilakukan
testing bahwa system diskless ini telah berjalan dengan baik, maka
tahap selanjutnya adalah implementasi sistem diskless berbasis Citrix
Metaframe XP ini pada jaringan komputer yang berada di
Laboratorium Komputer SMPN 252 Jakarta.
105
BAB V
PEMBAHASAN
Bab ini berisi kesimpulan tugas akhir beserta saran untuk penelitian dan
pengembangan lebih lanjut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan dari penulisan tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Dengan diterapkan sistem diskless, kini PC Client pada laboratorim
komputer SMPN 252 memiliki performance yang setara dengan PC
server. PC Client dapat menggunakan semua aplikasi yang di install di
server, seklaipun PC Client memiliki spesifikasi yang rendah.
2. Dengan diterapkannya sistem diskless. Laboratorium SMPN 252 dapat
dikembangkan dengan memanfaatkan hardware yang tersedia, tanpa
harus ada penambahan media storage lagi. .
3. Proses intalasi Windows 2000 Server, File Thinstation dan Citrix
Metaframe XP pada computer yang menggunakan Microsoft sebagai
operating System juga sangat mudah. Apalagi, dengan adanya
thinstation sebagai opensource yang bisa diterapkan di windows
environment.
106
4. Banyaknya jumlah PC Client yang bergantung pada PC Server pada
jaringan komputer di SMPN 252 ini,membuat kinerja PC menjadi agak
lambat ketika semua komputer dinyalakan dalam waktu yang bersamaan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menyarankan ada
pengembangan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Menimbang jumlah host yang terdapat dalam jaringan SMPN 252
Jakarta, penulisan menyarankan agar dalam pengembangan
implementasi sistem diskless ini selanjutnya diharapkan menggunakan
kelas IP Addres yang sesuai dengan kebutuhan dan jumlah host yang
terdapat pada jaringan agar kinerja jaringan menjadi lebih baik dan tidak
terjadi pemborosan.
2. Dalam pengembangan implementasi sistem diskless ini selanjutnya,
diharapkan tidak hanya diimplementasikan di laboratorium komputer
saja, tapi juga menyeluruh di jaringan komputer yang berada di SMPN
252 Jakarta.
3. Adanya penelitian tentang implementasi sistem diskless yang lebih
menekan biaya dan menggunakan sistem operasi yang lebih handal,
seperti LINUX.
107
DAFTAR PUSTAKA
Febrian, Jack, 2004. Pengetahuan Komputer dan Teknologi Informasi, Bandung:
Informatika.
Mansfield, Niall, 2004. Practical TCP/IP: Mendesain, Menggunakan, dan
Trobleshooting Jaringan TCP/IP di Linux dan Windows (Jilid 1), Yogyakarta:
Andi
Mansfield, Niall, 2004. Practical TCP/IP: Mendesain, Menggunakan, dan
Trobleshooting Jaringan TCP/IP di Linux dan Windows (Jilid 2), Yogyakarta:
Andi
Noble, Stephen, 1999. Thin Client: User Guide, Bigfoot.com: Stephen7
Salvan, Paolo (Ed.) 2005. Creating a Thin Clien for The Windows Environment
Using Thinstation, Italy: Xvision.
S, Pressman, Roger, 2002. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi,
Yogyakarta: Andi.
Subyantara, Didik, 2004. Instalasi dan Konfigurasi Jaringan Microsoft Windows,
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sukidin & Mundir, 2005. Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam
Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia.
Sulhan, Mohammad, 2003. Membangun Jaringan Murah Menggunakan Citrix
Metaframe XP, Yogyakarta: Andi.
Wahana Komputer, 2005. Pintar Menjadi Administrator Jaringan, Yogyakarta:
Andi.
108