Upload
phungnguyet
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERANCANGAN HARNESS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ASTRID NUGRAHANI WULANDARI I 0306023
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERANCANGAN HARNESS
DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ASTRID NUGRAHANI WULANDARI I 0306023
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi :
PERANCANGAN HARNESS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Ditulis oleh:
Astrid Nugrahani Wulamdari I 0306023
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Rahmaniyah Dwi A, ST, MT
NIP. 19760122 199903 2 001
Dosen Pembimbing II
Irwan Iftadi, ST, M.Eng
NIP. 19700404 199603 1 002
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik
Ir. Noegroho Djarwanti, MT
NIP. 19561112 198403 2 007
Ketua Jurusan
Teknik Industri UNS
Ir. Lobes Herdiman, MT
NIP. 19641007 199702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi :
PERANCANGAN HARNESS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA
Ditulis oleh:
Astrid Nugrahani Wulandari
I 0306023
Telah disidangkan pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2011
Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
dengan
Dosen Penguji
1. Fakhrina Fahma, STP. MT NIP 19741008 200003 2 001
2. Wakhid A. Jauhari, ST. MT NIP 19791005 200312 1 003
Dosen Pembimbing
1. Rahmaniyah Dwi A, ST, MT NIP 19760122 199903 2 001
2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP 19700404 199603 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Astrid Nugrahani Wulandari
NIM : I 0306023
Judul TA : Perancangan Harness Dengan Pendekatan Ergonomi
Di Marching Band Sebelas Maret Surakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir atau Skripsi yang saya susun
tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti
Tugas Akhir yang saya susun tersebut merupakan hasil plagiat dari karya orang
lain maka Tugas Akhir yang saya susun tersebut dinyatakan batal dan gelar
sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila di
kemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup menanggung
segala konsekuensinya.
Surakarta, Maret 2011
Astrid Nugrahani Wulandari
I 0306023
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Astrid Nugrahani Wulandari
NIM : I 0306023
Judul TA : Perancangan Harness Dengan Pendekatan Ergonomi
Di Marching Band Sebelas Maret Surakarta
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan
Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian
dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk
publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian
dari publikasi karya ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, Maret 2011
Astrid Nugrahani Wulandari
I 0306023
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan pada Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga Tugas Akhir dengan
judul “Perancangan Harness Dengan Pendekatan Ergonomi Di Marching Band
Sebelas Maret Surakarta“ dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan
tingkat sarjana di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat memberi masukan
secara umum bagi pengguna harness dan khususnya bagi pengguna harness di
Marching Band Sebelas Maret.
Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :
1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik UNS.
2. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT selaku pembimbing I, atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan,
arahan, motivasi, pengertian dan doa.
4. Ibu Fakhrina Fahma, STP. MT. selaku penguji, atas kesediaannya
memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Wakhid A. Jauhari, ST. MT selaku penguji, atas kesediannya dalam
membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal
perbaikan dalam tugas akhir ini.
6. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing akademis.
7. Bapak Tri Wibowo dan Ibu Sri Hastuti, bapak dan mama yang telah
mencurahkan doa, memberikan semangat, mendukung segala aktivitas yang
saya pilih, dan dengan sabar menunggu penyelesaian studi S1.
8. Mas Aji Prasetyo Wibowo dan Mbak Amy Rachmadani Widyastuti, kedua
kakakku yang selalu memberi dukungan dan motivasi.
9. Bude Nul dan Bude Nik, atas segala kesabaran dan doanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
10. Bapak Huma beserta karyawan di membantu dalam pengerjaan harness ini.
11. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima
kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di Teknik Industri ini.
12. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2006, yang selalu mendukung dan
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
13. Indah, Kiki, Heni, Ice, Jane, Asti ©. Sahabat setia selama lebih dari empat
tahun di Solo. Lebih dari seribu ucapan terima kasih untuk kalian.
14. Maria Puspita Sari, teman seperjuangan TA.
15. Keluarga besar Marching Band Sebelas Maret yang bukan hanya sekedar tim
tapi telah menjadi keluarga kedua saya di Solo. Keluarga yang telah
mengajarkan saya tentang perjuangan tanpa henti. Do The Best, Be The Best,
God Take The Rest.
16. Special to Battery Langgam, GPMB 2008, GPMB 2010, tempat saya
dibesarkan. Kalian semua menginspirasi saya dalam pengambilan tema Tugas
Akhir ini. You’re all special. I love u all..©
17. Bagus, Ari, dan Tata, thank you.. you raise me up to more than I can be.
Kalian sangat berarti, istimewa di hati.©
18. Dan semua pihak yang belum dapat disebutkan satu per satu namun sudah
bersedia memberikan waktunya untuk membantu mendukung dalam
penyelesaian laporan ini, terima kasih.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan
saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Astrid Nugrahani Wulandari, NIM : I0306023, PERANCANGAN HARNESS DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI MARCHING BAND SEBELAS MARET SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, February 2011.
Ketidaknyamanan yang dirasakan pengguna harness Marching Band Sebelas Maret perlu mendapat perhatian dan perlu diperbaiki, untuk memperlambat kelelahan dan mengurangi resiko lowback pain. Harness dirasa menekan bagian tubuh tertentu seperti bahu, dada, dan pinggul. Selain itu, bagian tulang belakang juga sering terasa nyeri kerena beban yang berat ditambah harness yang tidak nyaman. Kondisi yang demikian dialami pengguna harness setiap kali latihan yang berakibat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pengguna narness. Waktu latihan minimum, yaitu 3 hari dalam 1 minggu, dan 4 jam per harinya. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data keluhan dan harapan pengguna, yang kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan pengguna. Daftar kebutuhan yang diperoleh melalui wawancara dan analisis. Dari identifikasi kebutuhan kemudian dikembangkan menjadi sebuah ide rancangan, dan dilanjutkan ke pembuatan prototype. Langkah selanjutnya mengestimasi biaya, dan mengujicobakan harness rancangan baru kepada pengguna harness. Hasil penelitian ini berupa harness yang sesuai tubuh pemakainya dengan model T-style harness, berbahan alumunium, dengan ukuran lebar bahu 4 cm, dan ukuran lebar pinggul 35 cm. Harness dapat disesuaikan ukurannya dengan lebar antar bahu dan panjang tubuh pengguna. Harness dilengkapi dengan busa setebal 3 cm pada bahu dan pinggul. Hasil rancangan mampu mengurangi keluhan keluhan di bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna. Kata Kunci: perancangan, harness, ergonomi, marching band xvi + 68 halaman; 8 tabel; 30 gambar; 4 lampiran;
Daftar pustaka: 15 (1995-2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Astrid Nugrahani Wulandari, NIM : I0306023, THE DESIGN OF HARNESS WITH ERGONOMIC APPROACH IN SEBELAS MARET MARCHING BAND SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, March 2011.
The uncomfortable conditions that Marching Band Sebelas Maret harness users felt, should get more attention and should be repaired to decrease weariness and reduce low back pain risk. The use of harness can push down the certain part of the body, such as shoulder, chest, and low back. Beside, the backbone often felt painful because of the heavy load and uncomfortable harness. This unwell conditions felt by the users in every they had exercises, where the minimum time to have exercise is three days for a week and four hours for a day. The research instrument used to collect the data is by collecting users complaint and wishes data which translated into the user’s needs. The list of the user’s needs taken from an interview and an analysis. This identification developed into a blueprint then developed again into a prototype. The next step is accounting the price and try the new harness out to the user. The result of this research is a harness that fit with the user. It is T-style harness model. It made from aluminium, the width of it chest 4 cm and the low back 35 cm. Harness can be fitted with the body of the user. Harness is completed with lather ( 3cm ) in shoulder and low back. The design result can decrease the sickness in shoulder, chest, and low back of the user. Keyword : The design, harness, ergonomic, marching band xvi + 68 pages; 8 tables; 30 pictures; 4 appendices;
Bibliography: 15 (1995-2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
LEMBAR VALIDASI....................................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH..................
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.........................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
ABSTRAK........................................................................................................
ABSTRACT.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
ix
x
xiii
xiv
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian…………………………………….... I-1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………….. I-2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. I-3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………........................... I-3
1.5 Batasan Masalah…………………………………………........... I-3
1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………… I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Marching Band............................................................................ II-1
2.2 Marching Band Sebelas Maret………….……………………… II-4
2.3 Quint tom..................................................................................... II-5
2.4 Harness........................................................................................ II-6
2.5 Pengertian Ergonomi................................................................... II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2.6 Desain dan Ergonomi.................................................................... II-10
2.7 Nordic Body Map (NBM)........................................................... II-12
2.8 Anthropometri……….………………………………………... II-14
2.8.1 Pertimbangan Anthropometri Dalam Desain………….. II-19
2.8.2 Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan… II-20
2.8.3 Persentil……………………………………………… II-21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahap Identifikasi Masalah
3.1.1 Studi Lapangan.................................................................. III-2
3.1.2 Studi Lapangan.................................................................. III-4
3.1.3 Perumusan Masalah........................................................... III-4
3.1.4 Tujuan Penelitian................................................................ III-4
3.1.5 Manfaat Penelitian.............................................................. III-4
3.2 Tahap Pengumpulan Dan Pengolahan Data
3.2.1Pengumpulan Data Keluhan dan Harapan Pengguna
Harness………………………………………………….
III-5
3.2.2 Pengumpulan Data Anthropometri……………………... III-5
3.2.3 Perhitungan Persentil…..................................................... III-6
3.3 Tahap Perancangan Dan Pembuatan Harness
3.3.1 Identifikasi Kebutuhan Pengguna (Needs)...................... III-6
3.3.2 Penentuan Ide Rancangan.................................................. III-7
3.3.3 Detail Rancangan............................................................... III-7
3.3.4 Pembuatan Prototype.......................................................... III-7
3.3.5 Perhitungan Biaya.............................................................. III-7
3.4 Analisis Dan Intepretasi Hasil…………………..……………. III-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3.5 Tahap Kesimpulan Dan Saran………………..……………….. III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Tahap Pengumpulan Data
4.1.1 Pengumpulan Data Keluhan Dan Harapan Pengguna....... IV-1
4.1.2 Pengumpulan Data Anthropometri...................................
IV-3
4.1.3 Perhitungan Persentil........................................................
IV-3
4.2 Tahap Perancangan dan Pembuatan Harness
4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Pengguna Harness…………… IV-4
4.2.2 Penentuan Ide Desain Harness………………………... IV-4
4.2.3 Rancangan Harness Baru………………………….….. IV-7
4.2.4 Pembuatan Prototype …………………………………. IV-20
4.2.5 Perhitungan Biaya…………..………………………….. IV-21
4.2.6 Uji Coba…..………………… …………………………. IV-22 BAB V ANALISIS DAN INTEPRETASI DATA
5.1 Analisis Harness Awal............................................................
5.2 Analisis Hasil Penelitian.........................................................
5.2.1 Analisis Hasil Rancangan……………………………
5.2.2 Analisis Material Bahan…………..…………………
5.2.3 Analisis Biaya……………………………………….
V-1
V-1
V-1
V-5
V-5
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan…………………………..………………….
6.2 Saran…………………………………………………….
VI-1
VI-1
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel lama pemakaian responden………………………………
Tabel 4.2 Tabel keluhan responden……………………………………….
Tabel 4.3 Tabel bagian tubuh yang dikeluhkan responden………………..
Tabel 4.4 Tabel pengukuran bagian tubuh responden……………………..
Tabel 4.5 Tabel keluhan, harapan, dan ide desain harness………………..
Tabel 4.6 Referensi produk harness yang sudah ada di pasaran…………..
Tabel 4.7 Tabel perbandingan harness baru dan harness sebelumnya…….
Tabel 5.1 Perbandingan kenyamanan pengguna harness sebelum dan
sesudah menggunakan rancangan................................................
IV-1
IV-2
IV-2
IV-3
IV-4
IV-7
IV-19
V-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Trumpet……………………….……………………………...
Gambar 2.2 Mellophone……………………………………………………
Gambar 2.3 Tuba……………………………………..……………………
Gambar 2.4 Snare drum…………………………………………………….
Gambar 2.5 Bassdrum………………………………….…………………..
Gambar 2.6 Quint tom……………………………………………………..
Gambar 2.7 Logo Marching Band Sebelas Maret…………………………
Gambar 2.8 V-style harness……………………………………………...
Gambar 2.9 Contoh ergosistem…………………………………………….
Gambar 2.10 Nordic body map…………………………………………….
Gambar 2.11 Data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan
produk atau fasilitas kerja………………………………
Gambar 3.1 Metodologi penelitian………………………………………
Gambar 4.1Talon Drum Harness…………………………………………
Gambar 4.2 XL Snare Carrier.......................................................................
Gambar 4.3 Posisi snare saat digunakan…………………………………...
Gambar 4.4 Posisi quint tom saat digunakan………………………………
Gambar 4.5 Rancangan Harness Baru……………………………………
Gambar 4.6 (a) Rancangan baru 3 dimensi, (b) Rancangan baru tampak
belakang, (c) Rancangan baru tampak samping………….
Gambar 4.7 (a) Bagian A harness baru membujur dari pangkal dada ke
perut, (b) Detail bagian A………………………………….
Gambar 4.8 (a) Bagian B harness di dada, (b) Detail bagian B………….
Gambar 4.9 (a) Bagian C, bagian bahu harness, (b) Detail bagian C……..
Gambar 4.10 Bagian B dan bagian C terhubung dengan baut…..………...
Gambar 4.11 (a) Bagian D terletak pada bagian perut, (b) Detail bagian D
Gambar 4.12 (a) Bagian E adalah pengait yang menghubungkan harness
dengan konektor quint tom, (b) Detail bagian E…………
II-2
II-2
II-2
II-3
II-3
II-4
II-4
II-6
II-7
II-12
II-17
III-1
IV-7
IV-8
IV-9
IV-9
IV-10
IV-11
IV-12
IV-13
IV-14
IV-15
IV-15
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 4.13 Bagian F adalah bagian dalam harness, yang terdiri dari
harness dan sabuk.
Gambar 4.14 Harness hasil rancangan. (a) Tampak depan; (b)Tampak
belakang
Gambar 5.1 Perbandingan bahu harness; (a) bagian bahu pada harness
awal dan (b) bagian bahu pada harness hasil rancangan
Gambar 5.2 Perbandingan dada harness; (a) bagian dada pada harness
awal dan (b) bagian dada pada harness hasil rancangan
Gambar 5.3 Perbandingan tubuh harness; (a) bagian tubuh pada harness
awal dan (b) bagian tubuh pada harness hasil rancangan
Gambar 5.4 Perbandingan pinggul harness; (a) bagian pinggul pada
harness awal dan (b) bagian pinggul pada harness hasil
rancangan................................................................................
IV-18
IV-21
V-2
V-2
V-3
V-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Daftar Pertanyaan Wawancara………………………….
Kuesioner Nordic Body Map……………………………
Hasil Kuesioner Nordic Body Map………………………
Daftar Pertanyaan Hasil Uji Coba………………………
L-1
L-2
L-3
L-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai
batasan masalah, asumsi yang digunakan dalam permasalahan, dan sistematika
penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG
Marching Band Sebelas Maret (MB UNS) memiliki bagian musik yang
memainkan perkusi yang dibawa sambil berjalan yaitu battery. Alat musik yang
dimainkan oleh bagian battery yaitu snare drum, bass drum, dan quint tom.
Keseluruhan alat musik dimainkan secara berjalan dengan menggunakan alat
bantu yaitu harness. Cara memakai harness adalah dengan memasangkannya pada
tubuh pemain, kemudian menghubungkannya dengan konektor yang terpasang
langsung di masing-masing alat musik.
Dari pengamatan awal yang telah dilakukan, pemain tampak keberatan
membawa alat dan selalu membenarkan posisi harnessnya. Timbul dugaan, ada
rasa ketidaknyamanan yang dirasakan pemain terhadap harness yang digunakan.
Harness yang digunakan MB UNS dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Harness yang digunakan MB UNS
Alat musik battery yaitu snare drum, bassdrum, dan quintom memiliki
spesifikasi yang berbeda. Snare memiliki berat antara 6-8 kg. Bassdrum memiliki
berat antara 3-12 kg, tergantung ukurannya. Quint tom memiliki berat 17,5 kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-2
Ketiganya menggunakan harness yang sama, baik dari segi bentuk maupun
beratnya padahal berat alatnya bervariasi. Sehingga alat yang semula sudah berat,
menjadi semakin berat dan tidak nyaman saat dipakai.
Marching Band Sebelas Maret (MB UNS) memiliki jadwal latihan reguler
minimal 4 jam sehari, dengan intensitas 3 hari seminggu, atau jika dikonversi ke
dalam jam player menggunakan harness selama kurang lebih 48 jam sebulan.
Wawancara dilakukan untuk menguatkan dugaan kepada seluruh pengguna
harness yang berjumlah 12 orang, terdiri dari 4 orang pemain snare drum, 5 orang
pemain bassdrum, dan 3 orang pemain quint tom. Berdasarkan wawancara
didapatkan hasil bahwa pengguna harness mengalami nyeri pada beberapa bagian
tubuh yaitu leher bawah, bahu, punggung, pinggang, dan pinggul.
Keluhan terbesar ada pada bahu, dimana seluruh pengguna harness merasakan
ketidaknyamanan pada bagian tersebut. Kemudian keluhan terbesar kedua berada
di punggung dan pinggul. Beberapa pengguna juga mengeluhkan pada bagian
pinggang serta leher bawah. Keluhan terbanyak dirasakan oleh pemain quint tom
yang membawa beban alat terbesar dibandingkan dua alat lainnya. Rasa nyeri
tersebut mengindikasikan bahwa pada bagian-bagian tubuh ini mengalami tekanan
yang berlebih. Selain itu pemain juga mengeluhkan beban alat yang begitu berat,
sehingga memberi efek pada tulang belakang. Tulang belakang sering kali merasa
sakit karena untuk menyeimbangkan beban alat, pemain menarik tubuh ke
belakang sehingga tanpa disadari beban bertumpu pada tulang belakang.
Kebiasaan seperti ini dikhawatirkan bisa menimbulkan resiko terkena lowback
pain. Rutinitas MB UNS yang demikian, ditambah variasi beban alat yang begitu
besarnya dan harness yang tidak sesuai dengan proporsi tubuh, maka beban
kepada fisik pemain ketika melakukan latihan tentu semakin besar. Pemain akan
membawa beban alat ditambah beban harness, tentu akan mempercepat timbulnya
kelelahan dan menimbulkan nyeri di beberapa bagian tubuh.
Berat quint tom memang masih dalam batas aman pengangkatan manual,
namun dengan ditambah faktor alat ini diangkut dalam suatu periode tertentu
yaitu lebih dari 4 jam sehari dan diketahui pengguna harness mengeluhkan nyeri
pada tulang belakang, maka berdasarkan pertimbangan tersebut perlu dilakukan
perbaikan terhadap desain harness yang difokuskan pada quint tom sebagai alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-3
battery dengan beban paling besar. Hal ini juga sebagai upaya untuk mengurangi
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pemain sebagai pengguna harness.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana merancang harness
yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis sehingga alat tidak membuat bagian
bahu, dada, dan pinggul pengguna harness mengalami rasa nyeri.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan rancangan
harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis sehingga alat tidak
membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna harness mengalami rasa
nyeri.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil rancangan dapat
memperlambat kelelahan yang diakibatkan alat yang berat, dan mengurangi
kemungkinan timbulnya lowback pain.
1.5 BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini dapat terfokus pada masalah dan tujuan penelitian, maka
penelitian perlu dibatasi. Batasan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:
1. Perancangan alat bantu ini berdasarkan produk yang digunakan Marching
Band Sebelas Maret yaitu merk Pearl produksi Taiwan.
2. Perancangan berdasarkan pada alat battery dengan beban terbesar adalah quint
tom, dengan harapan apabila pengguna harness quint tom sudah merasa
nyaman dengan harness-nya, maka pengguna harness lain dengan beban
lebih ringan akan merasa nyaman juga.
3. Bagian tubuh pengguna harness yang diamati yaitu bahu, dada, dan pinggul.
Bagian perut tidak diamati.
4. Pengguna harness dibatasi untuk usia dewasa, diatas 17 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-4
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang
diangkat dalam perancangan harness yang sesuai tubuh pemakainya
dan ergonomis, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika yang digunakan
dalam perancangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memberi penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang
digunakan sebagai landasan pemecahan masalah serta memberikan
penjelasan secara garis besar metode yang digunakan sebagai kerangka
pemecahan masalah guna mendapatkan desain rancangan harness yang
sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN MASALAH
Bab ini berisikan gambaran terstruktur tahap-tahap proses pelaksanaan
penelitian dan tahapan pengerjaan pengolahan data yang digambarkan
dalam diagram alir (flow chart).
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan
dalam proses pengolahan data untuk menggali ide rancangan harness
yang sesuai tubuh pemakainya dan lebih ringan sehingga alat tidak
membebani bagian tubuh tertentu. Proses ini sesuai dengan langkah-
langkah pemecahan masalah yang dikembangkan pada bab sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I-5
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini menganalisis hasil pengolahan data dan menginterpretasikan
hasil dari penelitian.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan
masalah maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan
atas permasalahan yang dibahas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam
penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta
menganalisa permasalahan yang ada.
2.1 MARCHING BAND
Marching band adalah istilah dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada
sekelompok barisan orang yang memainkan satu atau beberapa lagu dengan
menggunakan sejumlah kombinasi alat musik (tiup, perkusi, dan sejumlah
instrumen pit) secara bersama-sama. Penampilan marching band merupakan
kombinasi dari permainan musik (tiup dan perkusi) serta aksi baris-berbaris dari
pemainnya. Umumnya penampilan marching band dipimpin oleh satu atau dua
orang komandan lapangan dan dilakukan baik di lapangan terbuka maupun
lapangan tertutup dalam barisan yang membentuk formasi dengan pola yang
senantiasa berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi atas lagu yang dimainkan,
dan diiringi pula dengan aksi tari yang dilakukan oleh sejumlah pemain bendera.
(wikipedia.com, 2010)
Dalam sebuah unit marching band terdapat tiga bagian yaitu brass, perkusi,
dan color guard. (trendmarching.or.id, 2010)
1. Brass line atau lebih dikenal dengan marching brass merupakan instrumen-
instrumen musik tiup logam yang telah didesain untuk dimainkan sambil
berjalan, umumnya instrumen musik tersebut digunakan dalam penampilan
marching band. Perbedaan utama dengan instrumen musik tiup logam lainnya
umumnya terdapat pada corong yang menghadap ke depan (bell-front),
menggunakan sistem katup (antara tiga hingga empat katup), dan artikulasi
yang dirancang untuk penampilan di lapangan terbuka (outdoor). Corong
yang menghadap ke muka berfungsi untuk membuat suara yang dihasilkan
dapat terproyeksi ke arah depan sesuai dengan posisi yang umumnya dipilih
oleh penonton dalam sebuah pertunjukan marching band. Brass terbagi lagi
dalam tiga bagian berdasarkan suara yang dihasilkan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
a. High brass, yaitu alat tiup logam yang menghasilkan nada-nada tiupan
tinggi. Alat-alat yang temasuk didalamnya antara lain trumpet dan flugel.
Contoh salah satu alat high brass yaitu trumpet, dapat dilihat pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Trumpet
Sumber: www.trendmarching.or.id
b. Middle brass, yaitu alat tiup logam yang menghasilkan nada-nada tiupan
sedang, tidak tinggi dan tidak rendah. Alat-alat yang temasuk didalamnya
antara lain mellophone dan french horn. Contoh salah satu alat middle
brass yaitu mellophone, dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Mellophone
Sumber: www.middlehornleader.com
c. Low brass, yaitu alat tiup logam yang menghasilkan nada-nada tiupan
rendah. Alat-alat yang temasuk didalamnya antara lain bariton,
euphonium, dan tuba. Contoh salah satu alat low brass yaitu tuba, dapat
dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Tuba
Sumber: www.trendmarching.or.id
2. Percussion line merupakan bagian yang menggunakan alat pukul (perkusi)
sebagai instrumennya. Bagian ini dibagi dalam dua bagian yaitu PIT dan
battery.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
a. PIT (percussion instrumental tones) adalah bagian dari perkusi yang
memiliki nada-nada dalam tiap pukulannya. Alatnya dimainkan ditempat,
tidak bergerak dan tidak dibawa oleh playernya. Alat-alat musik yang
digunakan adalah vibraphone, marimba, marching bells, dan aksesoris lain
seperti cymbal, chimes, gong, timpani, dan lain-lain.
b. Battery merupakan instrumen-instrumen musik perkusi yang didisain
untuk dimainkan sambil berjalan dengan meletakkan drum pada alat
pengait khusus (disebut dengan carrier) yang dikenakan oleh player.
Drum-drum tersebut didisain dan disetem dengan artikulasi maksimum
dan dilengkapi proyeksi suara karena aktivitas penggunaan yang umumnya
di lapangan terbuka ataupun ruang tertutup yang luas. Instrumen ini
biasanya digunakan oleh grup marching band. Ensembel marching
percussion sering pula disebut sebagai drumline atau battery. Tingkat
kemampuan sebuah drumline tidak hanya bermain dengan baik, namun
juga harus mampu untuk bermain dengan baik dalam tempo cepat ataupun
lambat. Bagian perkusi yang satu ini melakukan display. Di bawah ini
adalah alat-alat yang digunakan dalam battery, yaitu snare drum dapat
dilihat pada gambar 2.4, bassdrum dapat dilihat pada gambar 2.5, dan
quint tom dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.4 Snare drum
Sumber: www.trendmarching.or.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
Gambar 2.5 Bassdrum
Sumber: www.trendmarching.or.id
Gambar 2.6 Quint tom
Sumber: www.trendmarching.or.id
3. Color Guard (CG) merupakan bagian yang tidak memainkan musik,
melainkan mereka menari. Bagian ini adalah bagian yang akan mempermanis
penampilan suatu marching band. Umumnya mereka menari sambil
meggunakan bendera (flag). Selain flag mereka menggunakan berbagai
properti lain seperti riffle, sabre, tongkat, dan airblade.
Dalam suatu pementasan, ketiga bagian ini akan dipadukan sehingga
menghasilkan suatu pagelaran yang apik. Ketiga bagian ini digabungkan dengan
menggunakan satu komando yang dipegang oleh seorang field commander.
2.2 MARCHING BAND SEBELAS MARET
Marching Band Sebelas Maret (MB UNS) adalah sebuah unit marching
band yang bernaung di bawah Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan
beralamat di Graha UKM lantai 3 Jl. Ir.Sutami 36 A Kentingan Jebres Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
MB UNS didirikan pada tahun 1988 yang diprakarsai oleh rektor UNS saat itu.
Pada awalnya unit ini merupakan sebuah unit drum band. Pada era 1990-an,
seiring dengan tuntutan perkembangan format drum band dirasa tidak lagi
memadai, sehingga para anggota saat itu memutuskan untuk merubah format unit
ini menjadi format marching band. Logo MB UNS dapat dilihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Logo Marching Band Sebelas Maret
Latihan yang dilakukan oleh MB UNS terbagi dalam tiga jenis yaitu:
1. Latihan reguler. Latihan reguler merupakan latihan rutin yang dilakukan MB
UNS. Latihan ini berlangsung selama tiga hari dalam satu minggu mulai
pukul 15.30-20.30.
2. Latihan panjang. Laihan panjang diadakan di akhir pekan. Biasanya dua kali
dalam satu bulan, sesuai degan kebutuhan. Latihan berlangsung mulai pukul
08.00 sampai pukul 18.00.
3. Pemusatan latihan (TC). Pemusatan latihan (TC) merupakan latihan yang
ditujukan untuk pendalaman materi. Biasanya berlangsung selama minimal
tiga hari dan menginap, sehingga player akan lebih fokus dengan materi.
Latihan berlangsung dari pukul 07.30-22.00.
Jadwal latihan ini bisa berubah tergantung kebutuhan dan kesiapan materi yang
akan ditampilkan.
2.3 QUINT TOM
Marching band modern umumnya menggunakan multi-tenor, yang terdiri
atas beberapa tom-tom yang dimainkan oleh seorang player. Bagian bawah drum
biasanya terbuka dan dipotong menyiku untuk memproyeksikan suara ke arah
depan. Membran menggunakan double-ply PET film untuk meningkatkan kualitas
proyeksi suara. Alat ini umumnya dimainkan dengan menggunakan malet yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
terbuat dari kayu atau aluminimum dengan ujung berbentuk bundar terbuat dari
nilon. (trendmarching.or.id, 2010)
Teknik permainan tenor drum umumnya berbeda dengan teknik yang
digunakan untuk bermain snare drum, lebih mirip seperti bermain timpani karena
membran dipukul biasanya lebih dekat pada sisi-sisinya dibandingkan bagian di
tengah membran. Bentuk pukulan seperti ini menghasilkan suara yang lebih
nyaring.
Drum tenor umumnya terdiri dari tom-tom berukuran 10, 12, 13, dan 14 inci
yang diatur membentuk busur. Seringkali dengan tambahan satu atau dua buah
tom yang lebih kecil (berukuran 6 atau 8 inci) di sisi sebelah dalam.
2.4 HARNESS
Harness atau yang juga sering disebut carrier adalah alat yang digunakan
untuk membawa snare drum, bassdrum, ataupun quint tom. Harness digunakan
dengan memasangkan pada tubuh pemainnya. Material yang digunakan untuk
pembuatan harness bermacam-macam, antara lain besi, alumunium, fiber, ataupun
hanya terbuat dari tali. Harness bisa dibuat multifungsi baik untuk snare drum,
bassdrum, maupun quint tom tergantung posisi pengait-pengaitnya.
Harness memiliki bentuk ysng beraneka ragam. Ada yang bentuknya V-
style, ada yang berbentuk T-style, dan ada juga variasi lainnya. Gambar bentuk-
bentuk harness ditunjukkan oleh gambar 2.8 berikut:
(a)
(b)
Gambar 2.8 (a) V-style Harness dan (b) T-style Harness
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
2.5 PENGERTIAN ERGONOMI
Ergonomi berkaitan dengan desain dari sebuah sistem menyangkut
pekerjaan manusia. Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti
kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Menurut R.S. Bridger (2003),
ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan mesin dan
faktor yang mempengaruhi interaksi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
interaksi kinerja sistem dengan memperbaiki mesin manusia. Ini dapat dilakukan
dengan "merancang-dalam ' interface yang lebih baik atau dengan 'merancang-out'
faktor dalam lingkungan kerja, dalam tugas atau dalam organisasi kerja yang
mendegradasi kinerja manusia-mesin.
Seluruh sistem kerja terdiri atas komponen manusia dan komponen mesin
menyatu dalam satu lingkungan yang disebut ergosistem. Interaksi manusia dan
mesin dengan lingkungan apat divisualisasikan pada gambar 2.9 berikut.
ERGOSISTEM SEDERHANA
ERGOSISTEM KOMPLEKS
Keterangan:
H = Manusia ( Human)
M = Mesin (Machine)
Gambar 2.9 Contoh ergosistem. Sumber: Bridger, 2003
H
(A)
H
M M
M
M
(C)
H
H
H M
H
(D)
M H
(B)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
Pada gambar 2.9 menggambarkan bahwa didalam sistem kerja yang
sederhana terdiri atas satu manusia dan satu mesin dalam satu lingkungan.
Gambar A dan B adalah ergosistem sederhana. Gambar A menggambarkan
manusia sendiri didalam sebuah lingkungan. Pada gambar B ditambahkan sebuah
mesin. Pada C dan D adalah ergosistem kompleks. Pada gambar C, satu manusia
terhubung dengan beberapa mesin. Pada gambar D satu mesin terhubung dengan
beberapa manusia. Desain sistem dibuat saat manusia dan mesin bekerja bersama
untuk membuat sesuatu, karakteristik dari manusia didalamnya dan kemampuan
untuk diaplikasikan pengetahuan ini dalam desain perlu diketahui. Inilah yang
disebut dengan fungsi dasar ergonomi (Bridger, 2003).
Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
teknik, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah
suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu
sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif,
aman dan nyaman (Sutalaksana dkk, 1979). Secara umum tujuan dari penerapan
ergonomi (Tarwaka dkk, 2004), yaitu:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi
Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat
perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja
ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang
benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya
meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan
kepuasan dapat terpelihara. Terlihat disini bahwa ergonomi memiliki 2 aspek
sebagai contohnya yaitu efektivitas sistem manusia di dalamya dan sifat
memperlakukan manusia secara manusia. Mencapai tujuan-tujuan tersebut,
pendekatan ergonomi merupakan penerapan pengetahuan-pengetahuan terpilih
tentang manusia secara sistematis dalam perancangan sistem-sistem manusia
benda, manusia-fasilitas dan manusia lingkungan. Dengan lain perkataan
ergonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari manusia dalam berinterksi
dengan obyek-obyek fisik dalam berbagai kegiatan sehari-hari (Sutalaksana
dkk, 1979).
McCormick dan Sanders (1993) mendefinisikan ergonomi dengan
menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif. Pendekatan ini dilakukan
melalui tiga hal pokok yaitu; fokus, tujuan dan ilmu ergonomi. Fokus dari
ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas,
prosedur dan lingkungan pekerjaan serta kehidupan sehari-hari. Tujuan ergonomi
adalah meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, memperbaiki keamanan,
mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kenyamanan, penerimaan
pengguna yang lebih besar, meningkatkan kepuasan kerja dan memperbaiki
kualitas hidup. Pendekatan yang dilakukan dalam ergonomi adalah aplikasi yang
sistematis dari informasi yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan,
karateristik, perilaku dan motivasi manusia terhadap rancangan produk dan
prosedur yang digunakan untuk lingkungan tempat menggunakannya (Asih,
2009).
Dipandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat bekerja
bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu :
1. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
2. Elemen sistem yang saling berinteraksi secara terpadu dalam usaha menuju
tujuan bersama.
Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu
menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia
sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara
efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
2.6 DESAIN DAN ERGONOMI
Manusia dalam kehidupan sehari-harinya akan banyak menggunakan
berbagai macam produk, mesin maupun peralatan kerja untuk memenuhi
kebutuhannya. manusia merupakan komponen yang penting untuk setiap sistem
operasional (sistem manusia – mesin) yang berfungsi untuk menghasilkan sebuah
aktivitas kerja. Agar sistem tersebut bisa berfungsi baik, maka sub-sistem
(komponen-komponen) pendukungnya haruslah dirancang sesuai satu dengan
yang lain. Hal ini tidak saja menyangkut komponen (elemen) yang berada
didalam sub-sistem mesin, tetapi juga menyangkut manusia yang akan
berinteraksi dengan sub-sistem mesin tersebut untuk membentuk sebuah sistem
manusia-mesin (man-machine system). Oleh karena itu sangat mendasar sekali
kalau seorang perancang mesin (produk) akan selalu mempertimbangkan manusia
sebagai sub-sistem yang perlu diselaraskan dengan sub-sistem mesin (produk)
agar bisa layak dioperasikan nantinya. Berkaitan dengan hal tersebut sudah
semestinya seorang perancang mesin (produk) akan memperhatikan segala
kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal kepekaan inderawi (sensory),
kecepatan dan ketepatan didalam proses pengambilan keputusan, kemampuan
penggunaan sistem gerakan otot, dimensi ukuran tubuh (anthropometri), dan
sebagainya; untuk kemudian menggunakan semua informasi mengenai faktor
manusia (human factors) ini sebagai acuan didalam menghasilkan sebuah
rancangan mesin atau produk yang serasi, selaras dan seimbang dengan manusia
yang akan mengoperasikannya nanti (Wignjosoebroto, 2000).
Menurut Wignjosoebroto (2000), secara umum aplikasi konsep Human
Integrated Design (HID) dapat dijelaskan berdasarkan dua prinsip:
1. Seorang perancang produk harus menyadari benar bahwa faktor manusia
akan menjadi kunci penentu sukses didalam operasionalisasi sistem manusia-
mesin (produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual, mekanis
(semi-automatics) ataukah otomatis penuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
2. Seorang perancang produk harus juga menyadari bahwa setiap produk akan
memerlukan informasi-informasi detail dari semua faktor yang terkait dalam
setiap proses perancangan.
Seluruh aktivitas yang terjadi di alam semesta ini, seluruhnya selalu
berhubungan dengan kepentingan manusia. Manusia selalu dijadikan objek dalam
pengembangan design produk (Syafei, 2007). Jelas di sini bahwa untuk
pengembangan design produk harus menyeimbangkan fungsi objek di dalamnya
yang merupakan unsur mati dengan manusia sebagai pihak yang hidup.
Granjean (1982) memfokuskan perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan
mengarah ke upaya pencapaian sebuah rancangan produk yang memenuhi
persyaratan “fitting the task to the man”. Hal ini berarti setiap rancangan sistem
manusia-mesin (produk) yang akan dibuat haruslah selalu dipikirkan untuk
kepentingan (dalam arti keselamatan, keamanan, maupun kenyamanan) manusia.
Sebuah kajian ergonomis jelas akan merujuk pada kepentingan manusia, tidak
semata-mata mengarah pada aspek teknis-fungsional dari produk, mesin ataupun
fasilitas kerja yang dirancang. Bilamana tidak ada unsur manusia yang terlibat
dalam interaksi sistem manusia-mesin, seperti halnya dalam sistem mesin yang
bekerja secara otomatis penuh (full-automatics), maka secara tegas dapat
disimpulkan kajian ergonomis tidak lagi terlalu signifikan untuk dilakukan
(Wignjosoebroto, 2000).
2.7 NORDIC BODY MAP (NBM)
Adanya keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia
lebih disebabkan oleh tidak adanya kondisi keseimbangan struktur rangka di
dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya.
Misalnya tubuh yang tinggi rentan terhadap beban tekan dan tekukan, oleh sebab
itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal
(Wignjosoebroto, 2000). Melalui Nordic Body Map dapat diketahui bagian-bagian
otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit
sampai dengan sangat sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
Menurut Juniani (2010) kelelahan maupun ketidaknyamanan akibat
pekerjaan yang berulang-ulang sering terjadi di tempat kerja. Hal –hal yang
menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah
1. Static positions (posisi yang tetap)
2. Body movements (pergerakan tubuh)
3. Handling – lifting (pengangkatan dan penanganan benda)
4. Pushing/pulling and carrying loads (pekerjaan menarik, mendorong,
dan mengangkat beban)
5. Use of a localised force (penggunaan gaya setempat)
6. Repeated efforts (usaha yang berulang – ulang)
7. Energy expenditure (pengeluaran energi yang berlebihan)
Kuesioner Nordic Body Map terhadap segmen-segmen tubuh dapat dilihat
dalam gambar 2.10 berikut ini.
Gambar 2.10 Nordic Body Map Sumber : Corlett, 1992 dalam Tarwaka 2004
No Keluhan Bagian Tubuh No Keluhan Bagian Tubuh 0 Leher bagian atas 14 Pergelangan tangan kiri
1 Leher bagian bawah 15 Pergelangan tangan kanan
2 Bahu kiri 16 Telapak tangan bagian kiri
3 Bahu kanan 17 Telapak tangan bagian kanan
4 Lengan atas bagian kiri 18 Paha kiri
5 Punggung 19 Paha kanan
6 Lengan atas bagian kanan
20 Lutut kiri
7 Pinggang ke belakang 21 Lutut kanan
8 Pinggul ke belakang 22 Betis kiri
9 Daerah pantat 23 Betis kanan
10 Siku kiri 24 Pergelangan kaki kiri
11 Siku kanan 25 Pergelangan kaki kanan
12 Lengan bawah bagian kiri
26 Telapak kaki kiri
13 Lengan bawah bagian kanan
27 Telapak kaki kanan
Keterangan gambar 2.10:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
2.8 ANTHROPOMETRI
Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu anthropos
yang berarti manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran
(Wignjosoebroto, 2000). Anthropometri adalah ukuran tubuh manusia (Bridger,
2003). Menurut Pheasant (1988) dalam Bridger (2003), sebagai suatu ilmu yang
secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk
menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya. Data
anthropometri yang ada dibedakan menjadi tiga kategori, (Bridger, 2003), yaitu:
1 Dimensi struktural (statis),
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi
tetap dan statis. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala,
tinggi atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan
sebagainya.
2 Dimensi fungsional (dinamis),
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai
pergerakan bagian tubuh. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran
dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
berkaitan dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
3 Dimensi Newtonian,
Data ini digunakan pada analisis mekanik beban pada tubuh manusia.
Data newtonian dapat digunakan untuk membandingkan beban pada tulang
belakang dari teknik mengangkat yang berbeda.
Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,
(Wignjosoebroto, 1995), yaitu:
1. Perancangan areal kerja
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer, dan lain-lain
4. Perancangan lingkungan kerja fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
Menurut Nurmianto (2004) perbedaan antara satu populasi dengan populasi
yang lain atau disebut juga degan variabilitas adalah dikarenakan oleh faktor-
faktor, sebagai berikut:
1. Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun
masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam
masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok
anggota masyarakat jelas dapat diapromaksimasikan dengan menggunakan
distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil yang telah
diduga, jika mean (rata-rata) dan standar deviasinya telah diestimasi.
2. Jenis kelamin
Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk
kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara
mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih
panjang dimensi segmen badannya daripada wanita sehingga data
anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara
terpisah.
3. Suku bangsa
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu
negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke
Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial
workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.
4. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia, yaitu:
a. Balita
b. Anak-anak
c. Remaja
d. Dewasa
e. Lanjut usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat
sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi
badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh
berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan
berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
5. Jenis pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai
postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan
perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis
pekerjaan militer.
6. Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh
bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu
musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di
pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para
penerbang dan astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus.
7. Faktor kehamilan pada wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang
berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan
kerja.
8. Cacat tubuh secara fisik
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu
dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas
akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka
dapat ikut serta merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil
ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering
timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang
khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran,
kampus, hotel, restoran, supermarket dan lain-lain.
Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran
produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang
akan menggunakannya (Wignjosoebroto, 1995). Pengukuran dimensi struktur
tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat
dilihat pada gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2.11 Data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan produk
atau fasilitas kerja
Sumber: Wignjosoebroto, 1995
Keterangan gambar 2.11 di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.
27 : Tinggi dalam posisi berdiri dari ujung kaki hingga pantat bagian bawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
2.8.1 Pertimbangan Anthropometri Dalam Desain
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang
sangat kompleks harus berpedoman pada anthropometri pemakainya.
Anthropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh
lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang (Tarwaka
dkk, 2004). Pengaplikasian ergonomi dalam kaitannya dengan anthropometri
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Ergonomi berhadapan dengan manusia, mesin beserta sarana pendukung
lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi disini adalah untuk
menciptakan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan
mental manusia dapat terus dipelihara serta efisiensi, produktivitas dan
kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.
2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan
dengan konsumen atau pemakai produk. Dalam menentukan ukuran stasiun
kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data anthropometri manusia
memegang peranan penting. Dengan mengetahui ukuran anthropometri
manusia akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi
manusia yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan
kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja. Faktor manusia
harus selalu diperhitungkan dalam setip desain produk dan stasiun kerja. Hal
tersebut didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:
a. Manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia mempunyai
bentuk dan ukuran yang berbeda-beda seperti tinggi-pendek, tua-muda,
kurus-gemuk, normal-cacat, dsb. Tetapi kita sering hanya mendesain
stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya
orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat untuk
menggunakan.
b. Manusia mempunyai keterbatasan, baik keterbatasan fisik maupun mental.
c. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa
yang ada di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa
dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna
hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu ke bawah berarti lampu hidup,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
dsb. Kondisi tersebut menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa
kondisi tersebut juga berlaku di mana saja. Maka respon yang bersifat
harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap
desain alat dan stasiun kerja untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kebingungan pekerja atau pengguna produk.
2.8.2 Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan
Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga
prinsip dalam pemakaian data anthropometri agar produk yang dirancang dapat
mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk
tersebut, yaitu:
1. Perancangan berdasar individu ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila diharapkan fasilitas yang dirancang dapat
dipakai dengan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya.
Perancangan ini dapat dibagi dua yaitu yang pertama perancangan dengan
data nilai persentil tinggi (90%, 95%, atau 99%). Misalnya untuk merancang
tinggi pintu dipakai tinggi manusia dengan persentil 99% ditambah dengan
kelonggaran. Yang kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil
atau rendah (10%, 5%, atau 1%). Misalnya untuk menentukan tinggi tombol
lampu digunakan persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat
menjangkaunya.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (adjustable)
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai
dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam
prinsip ini biasanya dipakai data anthropometri dengan rentang persentil 5%
sampai 95%. Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi
kemudi mobil yang bisa dimaju-mundurkan dan diatur kemiringan
sandarannya.
3. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata
Pemakainya Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasar
harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita
menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
2.8.3 Persentil
Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi
yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu
data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari
populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari
populasi yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari
suatu pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data
tinggi badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi
merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi
tersebut.
Persentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai
yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil
dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut.
Persamaan P-50 ditunjukkan oleh persamaan 2.1.
P50 =-
x = .....................................................................(Persamaan 2.1)
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran dari
suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu data
adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50
mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering
digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan
asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok.
Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”.
2.9 MANUAL MATERIAL HANDLING
Pemindahan beban secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis
akan menimbulakan kecelakaan, yang disebut “Over exertion-lifting and
carrying” yaitu kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat
yang berlebih. Beberapa aktivitas yang dapat menimbulkan efek samping negative
(hazard) tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-21
· Mengangkat beban berat di kantor/perusahaan
· Mengangkat pasien di rumah sakit
· Menyebar benih tanaman di kebun
· Mengoperasikan peralatan dan fasilitas kerja di industry manufaktur
maupun jasa
Pada semua kasus di atas, masyarakat harus sadar bahwa pasien usia
menengah (yaitu diatas 40 tahun) merupakan usia yang berpeluang besar untuk
mendapatkan resiko ini. Namun demikian, kaum muda diharapkan juga berhati-
hati dalam mengangkat beban secara repetitif (berulang).
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah
sebagai berikut:
· Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat
operator.
· Jarak horizontal dari beban relative terhadap operator.
· Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relative lebih sulit dari pada
mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).
· Prediksi terhadap beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
· Berbagai macam rintangan yang menghalagi ataupun keterbatasan postur
tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.
· Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.
· Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan
membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada
vertebral disc (VD) dan intervertebral disc (ID) pada vertebral column di
daerah punggung.
Pendekatan terhadap batasan massa beban yang boleh diangkat meliputi
a. Batasan Legal (legal limitation)
Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.
Adapun variabelnya adalah sebagai berikut:
· Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg
· Pria usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat adalah 18 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-22
· Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat
· Wanita usia diantara 16 tahun dan 18 tahun, maksimum angkat 11 kg
· Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg
Batasan-batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri,
mgilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women).
Batasan angkat ini akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang
belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.
Beban maksimum yang boleh diangkat secara manual (tanpa alat) adalah
seberat 50 kg, dan pekerja atau operator tidak diijinkan mengangkat beban secara
berulang lebih dari 25 kg selama lebih dari 4 jam sehari.
Pada tabel 2.1 berikut menunjukkan tindakan yang harus dilakukan sesuai
dengan batas angkatnya.
Tabel 2.1 Tindakan Yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkatnya.
Batasan Angkat (Kg) Tindakan
Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu
dilakukan.
16-34
Prosedur administratif dibutuhkan
untuk mengidentifikasi
ketidakmampuan seseorang dalam
mengangkat beban tanpa menanggung
resiko yang berbahaya kecuali dengan
perantara alat bantu tertentu.
34-55
Sebaiknya operator terpilih dan terlatih.
Menggunakan system pemindahan
material secara terlatih. Harus dibawah
pengawasan supervisor (penyelia).
Di atas 55
Harus memakai peralatan mekanis.
Operator yang terlatih dan terpilih.
Pernah mengikuti pelatihan kesehatan
dan keselamatan kerja dalam industry.
Harus dibawah pengawasan ketat.
Sumber: Nurmianto, 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-23
b. Batasan Biomekanika (biomechanical limitation)
Nilai dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas
kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria
keselamatan adalah berdasarkan pada beban tekan (compression load) pada
intervertebral disk antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor saru (L5/S1)
c. Batasan Fisiologi (phsycological limitation )
Menurut Stevenson (1987), metode batasan fisiologi mempertimbangkan
rata-rata beban metabolism dari aktivitas angkat yang berulang, sebagaimana
dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-
benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat.
Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktivitas yang berulang-ulang akan
meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injuries). Aktivitas
angkat yang berulang-ulang dapat menyebabkan Cumulative Trauma Injuries
atau Repetitive Strain Injuries. (Nurmianto, 2004)
d. Batasan Psiko-fisik (psycho-physical limitations)
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk
mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang
berbeda-beda.
Kemudian aktivitas angkat yang riil diterapkan dengan melibatkan para
pekerja industry pada eksperimen tersebut. Ada tiga macam kategori posisi
angkat yang didapatkan, yaitu:
1. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan (knuckle height)
2. Dari ketinggian genggaman tangan (knuckle height) ke ketinggian bahu
(shoulder height)
3. Dari ketinggian bahu (shoulder height) ke maksimum jangkauan tangan
vertical (vertical arm reach).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang
dilakukan dalam perancangan harness quint tom. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian ditujukan pada gambar. 3.1 di bawah ini
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
Tahap Identifikasi Masalah
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tahap Perancangan dan Pembuatan
Harness
Mulai
Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah
Manfaat Penelitian
Studi Lapangan Studi Pustaka
Rancangan Harness Baru
Penentuan Ide Rancangan
Identifikasi Kebutuhan Pengguna (Needs)
Perancangan Harness
A
Pengumpulan Data Anthropometri
Pengumpulan Data Keluhan dan Harapan Pengguna
Harness
Perhitungan Persentil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
Gambar 3.1 Metodologi penelitian (Lanjutan)
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada gambar 3.1, diuraikan dalam
sub bab di bawah ini.
3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH
Tahap identifikasi masalah terdiri dari: studi pustaka, studi lapangan, latar
belakang, perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat penelitian. Masing-
masing akan dijelaskan berikut ini.
3.1.1 Studi Lapangan
Studi lapangan digunakan untuk menentukan masalah yang diangkat dalam
penelitian. Adapun metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
dan makna kejadian dilihat dari perspektif yang terlihat dalam kejadian yang
diamati tersebut. Keterangan:
1. Subyek observasi: Seluruh pemain battery Marching Band Sebelas
Maret (MB UNS), berjumlah 12 orang.
A
Pembuatan Prototype
Uji Coba
Perhitungan Biaya
Tahap Analisis dan Intepretasi Hasil
Tahap Kesimpulan dan Saran
Analisis dan Intepretasi Hasil
Kesimpulan dan Saran
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
2. Masa obervasi:
Masa observasi dilakukan selama bulan Maret - Juli 2010.
Dilakukan saat kegiatan latihan belangsung. Selama Maret – Juli 2010,
MB UNS juga terlibat dalam 2 pementasan yaitu Solo Batik Carnival
dan Pesta Rakyat Simpedes.
3. Lokasi observasi:
Lokasi observasi dipusatkan di tempat latihan yaitu halaman
porsima UNS dan stadion UNS. Selain itu, observasi juga dilakukan di
2 lokasi pementasan. Pertama dalam rangka Solo Batik Carnival, yaitu
parade sejauh 2,5 km sepanjang Jl. Slamet Riyadi, Solo. Pementasan
kedua dalam rangka Pesta Rakyat Simpedes, yaitu parade sejauh 1,5 km
yang dilaksanakan di Boyolali.
4. Objek observasi:
a. Observasi awal berkaitan dengan kegiatan marching band dan alat-
alat yang digunakan.
b. Observasi lanjutan dilakukan dengan mengamati kegiatan fisik
yang dilakukan pemain pengguna harness selama latihan dan saat
pementasan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar kerja
fisik yang dilakukan dan seberapa berpengaruh harness terhadap
kondisi fisik penggunanya. Kegiatan observasi juga mengamati
harness yang digunakan dalam kegiatan marching band. Observasi
ini dilakukan untuk mendapatkan data awal berupa material, berat,
dan ukuran harness.
2. Wawancara
Pada tahap ini dilakukan kepada seluruh pemain battery yang juga
merupakan subyek observasi. Wawancara dilakukan setelah observasi awal selesai
dilaksanakan. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apakah harness yang
selama ini digunakan untuk kegiatan mulai dari latihan sampai pementasan sudah
terasa nyaman dan tidak menimbulkan keluhan. Daftar pertanyaan dan kuesioner
Nordic Body Map (NBM) dalam wawancara, disajikan pada lampiran L-1 dan
L-2. Hasil dari wawancara disajikan pada lampiran L-3, menggambarkan
permasalahan awal yang dapat diangkat menjadi objek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
3.1.2 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendukung proses identifikasi perancangan
harness quint tom pada MB UNS. Studi pustaka dilakukan dengan mencari
informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam perancangan
ini, antara lain mengenai penelitian serupa sebelumnya, batasan aman pemindahan
material secara manual, desain-desain harness, dan materi mengenai bahan.
Pencarian informasi ini dilakukan dengan melalui internet, perpustakaan, sehingga
diperoleh referensi yang akurat untuk mendukung pembahasan perancangan ini.
3.1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun
sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan
sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan
masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam
membahas permasalahan yang dihadapi. Perumusan masalah dari penelitian ini
adalah bagaimana merancang harness yang sesuai tubuh pemakainya dan
ergonomis sehingga alat tidak membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna
harness mengalami rasa nyeri.
3.1.4 Tujuan Penelitian
Setelah perumusan masalah, langkah selanjutnya adalah penetapan tujuan dan
manfaat penelitian. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
menghasilkan rancangan harness yang sesuai tubuh pemakainya dan ergonomis
sehingga alat tidak membuat bagian bahu, dada, dan pinggul pengguna harness
mengalami rasa nyeri.
3.1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil rancangan dapat
memperlambat kelelahan yang diakibatkan alat yang berat, dan mengurangi
kemungkinan timbulnya lowback pain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
3.2 TAHAP PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tahap-tahap pengumpulan data diperlukan untuk mendukung penelitian
mengenai perancangan harness quint tom. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis dan interpretasi
hasil.
3.2.1 Pengumpulan Data Keluhan dan Harapan Pengguna Harness
Pada tahapan ini akan dilakukan pengumpulan data keluhan. Sumber
informasi merupakan pemain quint tom MB UNS. Pengumpulan data diperoleh
melalui wawancara terhadap seluruh pemain quint tom MB UNS sejumlah 5
orang. Alasan pemilihan pemain quint tom ini karena quint tom adalah alat yang
paling berat di battery dan paling banyak menimbulkan keluhan pada wawancara
pendahuluan, sehingga keluhan dan harapan yang diutarakan nantinya diharapkan
dapat mewakili suara keseluruhan pemain battery. Kriteria pemain yang dijadikan
sumber informasi adalah pemain atau pernah bermain quint tom minimal 1 tahun.
Asumsinya dengan lama pemakaian 1 tahun, pemain quint tom telah merasakan
pola latihan yang sama walaupun pada tahun yang berbeda.
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah seputar lama
pemakaian, kenyamanan, dan harapan. Pertanyaan mengenai lama pemakaian
diajukan agar dapat dipastikan bahwa pemain sudah melewati masa adaptasinya
dengan harness dan quint tom, sehingga jawaban-jawaban yang diberikan
bukanlah kesan pertama melainkan memang apa yang dirasakan selama selang
waktu pemakaian tersebut. Pertanyaan tentang kenyamanan bertujuan untuk
menggali keluhan-keluhan apa yang dirasakan oleh pemain sehingga muncul rasa
ketidaknyamanan, dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi
ketidaknyamanan itu. Pertanyaan terakhir adalah harapan, yaitu apa harapan
pemain terhadap rancangan harness yang baru. Dengan mengetahui harapan
pemain, akan lebih mudah untuk menentukan desain seperti apa yang cocok untuk
dikembangkan sebagai rancangan harness yang baru sesuai dengan kebutuhannya.
3.2.2 Pengumpulan Data Anthropometri
Pada perancangan ini diperlukan data anthropometri untuk menetapkan
ukuran rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan yang dihasilkan dapat
digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak mendekati karakteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil pengukuran anthropometri
para operator pengguna harness. Subyek pengambilan data merupakan seluruh
pemain quint tom MB UNS yang berjumlah 5 orang. Data yang diambil berjenis
kelamin pria dan wanita. Bagian-bagian tubuh yang berkaitan dengan
perancangan harness ini meliputi panjang tubuh, lebar bahu, lebar dada, dan lebar
pinggul. Dasar pengukuran bagian-bagian tubuh tersebut adalah:
1. Panjang tubuh untuk menentukan berapa panjang harness yang akan di buat,
agar tidak melebihi panjang tubuh pengguna.
2. Lebar bahu untuk menentukan berapa lebar bahu yang akan dibuat agar
pembagian beban alat tidak berlebihan, mengingat pada rancangan
sebelumnya sebagian besar beban bertumpu pada bagian bahu.
3. Lebar dada untuk menentukan berapa lebar dan berapa besar harness pada
bagian dada harus dibuat mengingat ukuran dada pria dan wanita berbeda.
4. Lebar pinggul untuk menentukan berapa lebar pinggul yang akan dibuat, agar
pada rancangan yang baru harness tidak lagi menekan bagian pinggul.
Alat yang digunakan dalam proses pengukuran ini yaitu meteran dan data
sheet.
3.2.3 Perhitungan Persentil
Perancangan harness dalam penelitian ini menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.
Persentil yang digunakan adalah persentil ke-50 atau ukuran rata-rata pengguna
harness, dengan pertimbangan agar harness yang dihasilkan dapat digunakan oleh
semua orang dengan ukuran tubuh yang bervariasi. Rumus untuk P-50 seperti
yang telah dijelaskan pada bab II persamaan 2.1.
P-50 = -
x =
3.3 TAHAP PERANCANGAN DAN PEMBUATAN HARNESS
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perancangan harness adalah:
3.3.1 Identifikasi Kebutuhan Pengguna (Needs)
Setelah memperoleh data mengenai keluhan yang dialami pengguna,
kemudian tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi harness seperti apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-7
yang dibutuhkan (needs). Identifikasi ini dijadikan dasar pembuatan ide rancangan
harness.
3.3.2 Penentuan Ide Rancangan
Setelah mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pengguna, tahap selanjutnya
adalah mencari ide rancangan harness. Ide rancangan berasal dari berbagai
referensi penelitian sebelumnya yang serupa atau berkaitan, penelusuran lewat
internet, dan membandingkan dengan harness yang digunakan unit lain. Ide yang
muncul berupa gambaran secara garis besar rancangan harness yang akan dibuat
untuk mengatasi keluhan dan memenuhi kebutuhan pemain.
3.3.3 Rancangan Harness Baru
Ide desain kemudian diaktualisasikan lewat rancangan harness baru.
Perancangan harness dibagi dalam dua bagian yaitu, rancangan secara umum dan
detail rancangan. Rancangan umum berisi gambaran harness secara keseluruhan
beserta referensi-referensi yang dijadikan acuan pembuatan. Detail rancangan
berisi rancangan yang digambarkan per bagian, lengkap dengan ukuran dan
material bahannya.
3.3.4 Pembuatan Prototype
Prototype merupakan gambaran nyata dari hasil analisis kebutuhan
pengguna harness. Setelah proses penentuan detail desain harness selesai
dilaksanakan, dilanjutkan pada pembuatan prototype harness quint tom.
Pembuatan prototype ini meliputi pemilihan bengkel produksi dan proses
produksi.
3.3.5 Perhitungan Biaya
Setelah prototype jadi, dapat dihitung biaya yang dihabiskan dalam
pembuatannya. Perhitungan biaya meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja.
3.3.6 Uji Coba
Tahap selanjutnya adalah mengujicobakan prototype ke pengguna harness.
Tujuan dari tahap uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah harness yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-8
dibuat sudah memenuhi harapan pengguna harness. Hasil dari tahap uji coba ini
kemudian dianalisis pada tahap selanjutnya.
3.4 ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
Analisis dilakukan dengan menilai apakah tujuan penelitian telah tercapai.
Analisis meliputi analisis harness awal, analisis hasil rancangan, analisis material
bahan, analisis biaya, dan analisis kenyamanan pengguna harness setelah
menggunakan rancangan
3.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN
Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data
dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian
memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data. Data yang
dikumpulkan meliputi data keluhan, harapan, anthopometri pengguna harness, dan
perhitungan persentil. Kemudian tahap pengolahan data meliputi penentuan kebutuhan
pengguna harness (needs), penentuan ide rancangan, detail rancangan, proses pembuatan
prototype, dan perhitungan biaya.
4.1 TAHAP PENGUMPULAN DATA
4.1.1 Pengumpulan Data Keluhan dan Harapan Pengguna Harness
Tahap awal penelitian dimulai dengan pengumpulan data keluhan pengguna harness.
Sumber informasi merupakan keseluruhan pemain quint tom sejumlah 5 orang. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mengenai keluhan apa yang pengguna rasakan dan pada
bagian mana keluhan tersebut dirasakan. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut
menggambarkan harapan dan kebutuhan pengguna, yang kemudian menjadi bahan acuan
dalam perancangan harness.
Berdasarkan wawancara, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Lama Pemakaian
Sesuai dengan kriteria responden yang telah ditetapkan bahwa responden telah melewati
masa adaptasi pemakaian harness, maka data lama pemakaian dikategorikan dalam tiga
bagian, yaitu satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun. Berdasarkan wawancara, diperoleh
persentase data seperti yang tercantum pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Tabel lama pemakaian responden
Lama Pemakaian Jumlah Presentase 1 tahun 2 40% 2 tahun 2 40% 3 tahun 1 20%
2. Kenyamanan
Ketika pernyataan ini diajukan, kelima responden menyatakan bahwa harness yang
selama ini pengguna gunakan kurang nyaman. Data penyebab keluhan dan jumlah
responden yang merasakan keluhan tersebut, terdapat dalam tabel 4.2 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
Tabel 4.2 Tabel keluhan responden
No Keluhan Jumlah Pengguna Yang Mengeluh (orang)
1.
2.
3.
Harness menekan bagian tubuh tertentu,
yaitu bahu, pinggul dan dada pada
beberapa pengguna terutama pengguna
perempuan.
Leher juga terasa pegal dan tegang akibat
menahan beban harness dan alat.
Tulang belakang bagian pinggang terasa
sakit, karena sering menarik badan ke
belakang untuk menyeimbangkan dan
mengurangi beban alat yang berat.
5
3
4
3. Harness menekan tubuh bagian tertentu
Pertanyaan ketiga mengenai bagian tubuh yang tertekan oleh harness. Responden
diberikan Nordic Body Map (NBM) dan kemudian diminta untuk menunjukkan pada
bagian tubuh mana yang merasa tertekan atau sakit.
Dari hasil wawancara dan penyebaran NBM, diketahui ada lima bagian tubuh yang
dikeluhkan yaitu leher, bahu, dada, tulang belakang, dan pinggul. Data masing-masing
bagian tubuh yang dikeluhkan ditunjukkan oleh tabel 4.3.
Tabel 4.3 Tabel bagian tubuh yang dikeluhkan responden
Bagian Tubuh Jumlah Pengguna Yang
Mengeluh (orang) Leher 3 Bahu 5 Dada 2 Tulang belakang 4 Pinggul 5
4. Harapan terhadap rancangan harness baru
Harapan terhadap rancangan harness baru agar harness tidak lagi menekan anggota
tubuh akibat desain yang tidak sesuai dengan anthropometri pengguna.. Harness dan alat
dibuat lebih ringan, agar tubuh lebih seimbang. Semakin ringan, semakin nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
4.1.2 Pengumpulan Data Anthropometri
Dari hasil keluhan diketahui salah satu penyebab ketidaknyamanan yang terjadi yaitu
alat menekan bagian tubuh tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan data anthropometri dari
kelima responden untuk merancang harness yang baru. Anthropometri bagian-bagian tubuh
yang diambil merupakan bagian tubuh yang berkaitan atau yang dikeluhkan.
Dari hasil pengukuran anthropometri, diperoleh data yang dituliskan pada tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4 Tabel pengukuran bagian tubuh responden
Orang ke- No Bagian yang di ukur
1 2 3 4 5 Rata-Rata
1 Panjang tubuh pt 54 54 56 58 60 56,4 2 lebar bahu lb 41 42 44 44 46 43,4 3 lebar pinggul lp 40 40 42 42 46 42,0 4 lebar dada ld 41 42 44 44 45 43,2
4.1.3 Perhitungan Persentil
Dalam penelitian ini, persentil yang digunakan adalah persentil ke-50 atau ukuran
rata-rata responden. Pertimbangan penggunaan P-50 ini agar harness yang dihasilkan dapat
digunakan oleh semua orang dengan berbagai variasi ukuran tubuh. Ukuran yang diperoleh
digunakan sebagai acuan penentuan ukuran. Angka ini dijadikan batas maksimal dengan
penambahan allowance sesuai kebutuhan.
P-50 = -
x =
Berikut hasil pengukuran persentil ke-50 terhadap 4 bagian yang diukur:
1. Panjang tubuh (pt)
2. Lebar bahu (lb)
3. Lebar pinggul (lp)
4. Lebar dada (ld)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
4.2 TAHAP PERANCANGAN DAN PEMBUATAN HARNESS
4.2.1 Identifikasi Kebutuhan Pengguna Harness
Identifikasi kebutuhan (needs) pengguna, didasari dari harapan. Berdasarkan
wawancara, harapan yang dikemukakan responden untuk mengurangi keluhan yaitu
1. Harness tidak lagi menyakiti pengguna karena desain yang tidak sesuai dengan
anthropometri prngguna.
2. Harness dan alat dibuat lebih ringan, agar tubuh lebih seimbang. Semakin ringan,
semakin nyaman.
Dari harapan tersebut dapat diketahui bahwa rancangan harness yang dibutuhkan
adalah harness yang nyaman karena sesuai dengan anthropometri dan ringan.
4.2.2 Penentuan Ide Desain Harness
Menentukan ide desain harness dilakukan dengan cara membandingkan keluhan
dengan harapan, kemudian dicari akar penyebab permasalahan dan dibuat solusi
alternatifnya. Penelitian ini berangkat dari keinginan akan fitur dan data anthropometri. Pada
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, keluhan dan harapan responden telah
diketahui. Secara garis besar ada dua hal yang dikeluhkan oleh responden pengguna harness,
dan harapan yang diutarakan oleh responden akan menjadi acuan perancangan desain harness
baru.
Tabel 4.5 berikut ini adalah ide yang muncul berdasarkan keluhan dan harapan yang
diutarakan responden.
Tabel 4.5 Tabel keluhan, harapan, dan ide desain harness
No Keluhan Harapan Ide Desain
1 Harness menekan bagian
tubuh tertentu, yaitu
bahu, pinggul dan dada
pada beberapa pengguna
terutama pengguna
perempuan.
Harness tidak lagi
menekan bagian
tubuh tertentu
sehingga
mengurangi rasa
nyeri karena desain
yang tidak sesuai
dengan
anthropometri
pengguna.
Meninjau ulang, kemudian
menyesuaikan ukuran
rancangan dengan
anthropometri pengguna.
Apabila ternyata
permasalahan bukan terletak
pada ukurannya, ada
kemungkinan rasa sakit
diakibatkan karena material
yang digunakan merupakan
material yang bersifat keras,
1. Bagian bahu dibuat
lebih kecil dari
ukuran
sebelumnya,
sehingga tidak
mengganggu
pergerakan bahu.
Lebar bahu
manusia berbeda-
beda, maka bagian
bahu dibuat bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
No Keluhan Harapan Ide Desain
dan dalam desainnya tidak
dilengkapi dengan bantalan
yang cukup lunak sehingga
masih menimbulkan rasa
sakit. Oleh karena itu perlu
dicari meterial yang lebih
lunak namun kuat, atau
dilakukan penambahan
bantalan pada rancangan
harness.
2. diatur lebarnya.
Kemudian
ditambahkan
bantalan dengan
tebal 3 cm, agar
lebih empuk dan
tidak membuat
nyeri.
3. Bagian dada dibuat
berbeda dari
sebelumnya. Jika
sebelumnya
berbentuk V-style,
sekarang
berbentuk T-style.
Sehingga bagian
dada baik pada
pemakai pria
maupun wanita
tidak tertekan
karena bagian atas
berada melintang
diatas dada, dan
bagian bawah
berada ditengah
dada.
Bagian pinggul
dibuat lebih kecil dari
sebelumnya,
sehingga ujung-
ujungnya tidak
mengenai pinggul
pengguna harness.
Bagian ini juga
Tabel 4.5 Tabel keluhan, harapan, dan ide desain harness (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
No Keluhan Harapan Ide Desain
ditambahkan
bantalan dengan tebal
3 cm, agar lebih
empuk dan nyaman.
2 Leher juga terasa pegal
dan tegang, serta tulang
belakang bagian
pinggang terasa sakit
karena sering menarik
badan ke belakang untuk
menyeimbangkan akibat
menahan beban harness
dan alat yang berat.
Harness dan alat
dibuat lebih ringan,
agar tubuh lebih
seimbang. Semakin
ringan, semakin
nyaman.
Harapan agar rancangan
harness dan alat dibuat lebih
ringan merupakan suatu
harapan yang sangat konkrit,
mengingat semakin berat alat
maka beban yang diterima
tubuh juga akan semakin
besar. Namun untuk
mengurangi berat ada
beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain
material, kekuatan, dan
kualitas yang dihasilkan
apabila material diubah.
Khusus untuk alat, dalam hal
ini quint tom, material drum
terbuat dari kayu padat
dengan ketebalan 1 cm.
Membran terbuat dari bahan
sejenis mika. Kelima drum
dihubungkan dengan logam
yang terbuat dari aluminium,
dan ditambahkan konektor
(penghubung antara alat
dengan harness) yang
terbuat dari besi.
Total berat dari quint tom ini
adalah 17,5 kg. Angka inilah
yang memberi kontribusi
Berat ringannya suatu
produk, salah satunya
dipengaruhi oleh
material yang
dipakai. Oleh karena
itu, material yang
dirasa tepat untuk
dipakai sebagai
bahan rangka harness
adalah plat
alumunium 5 mm.
Alasan pemilihan
karena alumunium
bersifat ringan,
namun kuat.
Untuk membantu
menyeimbangkan
tubuh, ditambahkan
sabuk yang
terhubung dari bagian
bahu, kemudian
terhubung sampai
bagian pinggul.
Tujuannya agar
beban terbagi ke
punggung juga,
bukan hanya di
bagian bahu.
Konsepnya kurang
lebih seperti
Tabel 4.5 Tabel keluhan, harapan, dan ide desain harness (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
No Keluhan Harapan Ide Desain
perancangan baru dalam
besar kepada beban yang
diterima tubuh. Namun
untuk melakukan upaya
mengurangi beratnya,
pemilihan meterial menjadi
kendala. Perubahan material
akan mempengaruhi kualitas
suara pukulan yang
dihasilkan karena faktor
pantulan bunyi terhadap
material, sedangkan
pengetahuan mengenai
kualitas suara pukulan yang
baik masih sangat terbatas.
Dibutuhkan waktu yang
lebih panjang untuk
mempelajarinya. Alasan
inilah yang membuat
penelitian difokuskan pada
perancangan harness saja.
gendongan bayi.
Tabel 4.5 Tabel keluhan, harapan, dan ide desain harness (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
4.2.3 Rancangan Harness Baru
· Rancangan Umum
Ide rancangan berasal dari beberapa referensi produk harness yang sudah tersedia di
pasaran sebelumnya. Referensi harness tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Referensi produk harness yang sudah ada di pasaran
NO SPESIFIKASI GAMBAR
1 Model: Talon Drum Harness
Produksi: Phoenix Percussion Ltd. (USA) Keunggulan:
Rancangan menggunakan tali yang
terhubung dari bahu, punggung, sampai ke
pinggang. Sehingga beban alat yang
digunakan tidak bertumpu pada bahu saja
melainkan terbagi pada punggung juga.
Tidak hanya itu, harness ini juga terbuat dari
bahan non logam, kecuali pada bagian perut,
sehingga tidak keras. Produk dapat dilihat
pada gambar 4.1.
Kekurangan:
Hanya dikhususkan untuk snare yang
umumnya memiliki berat 6-8 kg, atau lebih
ringan 5-7 kg daripada berat quint tom.
Selain itu posisi snare dan quint tom ketika
digunakan juga berbeda. Quint tom
digunakan lebih di bawah daripada snare,
seperti yang terlihat pada gambar 4.1 dan
gambar 4.2. Sehingga dari desain ini ada
yang harus disesuaikan juga apabila ingin
diterapkan sebagai harness quint tom.
Harga:
Reguler: $207.00 (fits 98lbs to 190lbs)
Besar: $213.00 (fits 191lbs to 290lbs)
Gambar 4.1 Talon drum harness
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
NO SPESIFIKASI GAMBAR
2 Model: XL Snare Carrier
Ptoduksi:
Keunggulan:
Rancangan menggunakan material logam.
Logam dikenal dengan sifatnya yang keras,
sehingga mampu menahan beban alat yang
cukup besar. Harness ini juga dapat diatur
panjang badan dan lebar bahunya dengan
pengaturan pada baut-bautnya. Produk dapat
dilihat pada gambar 4.2.
Kekurangan:
Tidak diketahui spesifikasi harness dari segi
dimensi, berat dan harganya sehingga tidak
bisa dibandingkan dengan harness lainnnya.
Selain itu, tidak ada gambar yang
menunjukkan harness ketika digunakan,
sehingga tidak dapat diketahui kesesuaian
harness dengan tubuh penggunanya.
Gambar 4.2 XL snare carrier
Tabel 4.6 Referensi produk harness yang sudah ada di pasaran (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
Posisi penggunaan harness quint tom dengan snare berbeda. Jika diamati posisi
quint tom akan lebih berada di bawah dibanddingkan posisi snare. Perbedaan posisi
digambarkan pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.3 Posisi snare saat digunakan
Gambar 4.4 Posisi quint tom saat digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
· Detail Rancangan
Dari referensi dan penyesuaian yang telah diperhitungkan, maka dihasilkan rancangan
harness baru. Rancangan harness baru merupakan kombinasi dari kedua referensi pada
gambar 4.1 dan gambar 4.2. Harapannya agar kelebihan dari kedua harness tersebut bisa
saling melengkapi dalam satu rancangan harness, yaitu harness baru ini. Rancangan harness
baru ditunjukkan oleh gambar 4.5 berikut:
Gambar 4.5 Rancangan harness baru
Keterangan:
A. Bagian dada
B. Bagian dada-perut
C. Bagian dalam, busa.
D. Bagian perut
E. Pengait, penghubung konektor quint tom dengan harness
F. Bagian bahu
A
B
D
C
E
F
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
Harness dibuat dalam dua bagian, yaitu luar dan dalam. Masing-masing
memiliki spesiikasi sebagai berikut:
1. Bagian luar
Bagian luar harness terbuat dari material berbahan plat alumunium 5 mm.
Alumunium sendiri bersifat ringan dan kuat, sehingga harness akhir yang
dihasilkan akan lebih ringan dibandingkan harness sebelumnya yang
menggunakan material fiber glass dan mampu menahan beban quint tom
sebesar 17,5 kg.
Gambar prespektif bagian luar harness ditunjukkan oleh gambar 4.6 (a),
(b), dan (c) berikut.
(a) (b) (c)
Gambar 4.6 (a) Rancangan baru 3 dimensi, (b) Rancangan baru tampak
belakang, (c) Rancangan baru tampak samping
Detail bagian luar, sebagai berikut:
a. Bagian A dan B
Harness berbentuk T-style, yang bisa terlihat dari bagian dada. Bagian A
dan B seperti pada gambar di bawah ini. Keduanya terbuat dari plat
alumunium 5 mm. Apabila bagian A dan bagian B dirakit akan membentuk
huruf T. Dimensi bagian A menggunakan perhitungan panjang tubuh yang
telah dilakukan sebelumnya, dengan allowance 10 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Dimensi bagian A menggunakan perhitungan panjang tubuh yang telah
dilakukan sebelumnya 54,4 cm, dengan allowance 10 cm menjadi 44 cm.
Gambar bagian A pada harness beserta dimensinya, dittunjukkan oleh gambar
4.7 (a) dan (b) di bawah ini.
(a)
(b)
Gambar 4.7 (a) Bagian A harness baru membujur dari pangkal dada ke perut,
(b) Detail bagian A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
Dimensi bagian B menggunakan perhitungan lebar dada yang telah
dilakukan sebelumnya sebagai ukuran maksimal. Ukuran yang digunakan
tidak sama dengan P-50 sebesar 43,2 cm, melainkan dengan allowance 17 cm.
karena pada P-50 lebar dada yang dihitung adalah lebar busur dada, sedangkan
yang digunakan adalah lebar dada lurus yaitu sebesar 26 cm. Gambar bagian B
pada harness beserta dimensinya, dittunjukkan oleh gambar 4.8 (a) dan (b) di
bawah ini.
(a)
(b)
Gambar 4.8 (a) Bagian B harness baru terletak di dada, (b) Detail bagian B
Bagian B yang membujur dari pangkal dada ke perut, memiliki 4 pilihan
lubang baut. Keempat lubang tersebut berfungsi sebagai pengatur ketinggian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
harness, sehingga pengguna harness bisa menyesuaikan ketinggian harness
sesuai ketinggian tubuhnya.
b. Bagian C
Bagian bahu dibuat lebih kecil, yang semula 5,5 cm sekarang menjadi 4
cm sehingga tidak mengenai tulang-tulang disekitar bahu tidak tertekan dan
mengurangi ketegangan pada leher. Bagian bahu digambarkan oleh bagian C.
Material yang dipilih sama dengan bagian A dan bagian B, yaitu plat
alumunium 5 mm.
Gambar bagian bahu atau bagian C pada harness beserta dimensinya,
dittunjukkan oleh gambar 4.9 (a) dan (b) di bawah ini.
(a)
(b)
Gambar 4.9 (a) Bagian C, bagian bahu harness, (b) Detail bagian C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
Bagian B kemudian dirangkai dengan bagian C menjadi satu kesatuan
dengan memasangkan baut pada sisi kanan dan kiri, ditunjukkan oleh gambar
4.10.
Gambar 4.10 Bagian B dan bagian C terhubung dengan baut
Bagian B terhubung dengan bagian C, dengan menggunakan baut
berdiameter 6 mm. Posisinya bisa diatur ke arah kiri ataupun kanan, sehingga
pengguna harness bisa mengatur sesuai lebar bahu agar tidak mengenai tulang
dan juga tidak mengganggu pergerakan sendi pada bahu saat pemain quint tom
melakukan pukulan swap, ataupun pergerakan pukulan lainnya. Lebar antar
bahu ini menggunakan acuan P-50 sebagai ukuran dimensi, namun karena
dibuat supaya bisa diatur kelebarannya, maka ukuran ini digunakan sebagai
ukuran minimum yaitu sebesar 43,2 cm.
c. Bagian D dan E
Bagian D merupakan bagian harness yang berada di bagian perut. Pada
bagian ini ukuran dibuat lebih kecil dari sebelumnya, sehingga tidak mengenai
tulang pinggul.. Terbuat dari plat alumunium 5 mm.
Dimensi bagian D menggunakan perhitungan lebar pinggul yang telah
dilakukan sebelumnya 42 cm, dengan allowance 14 cm menjadi 28,5 cm.
Gambar bagian perut atau bagian D pada harness beserta dimensinya,
dittunjukkan oleh gambar 4.11 (a) dan (b) di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
(a)
(b)
Gambar 4.11 (a) Bagian D terletak pada bagian perut, (b) Detail bagian D
Bagian D, terhubung dengan pengait yang nantinya menjadi tempat untuk
meletakkan quint tom. Pengait dibuat sama dengan harness lama, dengan
pertimbangan bahwa pengait ini menyesuaikan dengan bentuk konektor quint
tom. Pengait digambarkan oleh bagian E. Material yang dipilih adalah
stainless steel, karena sifatnya yang ringan, kuat, dan tidak mudah berkarat.
Gambar pengait atau bagian E pada harness beserta dimensinya,
dittunjukkan oleh gambar 4.12 (a) dan (b) di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
(a)
(b)
Gambar 4.12 (a) Bagian E adalah pengait yang menghubungkan harness
dengan konektor quint tom, (b) Detail bagian E
2. Bagian Dalam (Bagian F)
Bagian dalam bentuknya mengikuti bagian luar harness. Terbuat dari busa
dan sabuk, untuk meminimalisir keras alumunium yang akan diterima tubuh
dari harness bagian luar. Idenya adalah membuat lapisan harness yang bisa
melekat pada tubuh agar pembagian beban lebih tersebar merata, tidak hanya
pada bahu dan tulang belakang saja seperti pada harness sebelumnya.
Tujuannya untuk mengurangi resiko musculoskeletal pain. Bagian dalam ini
digambarkan oleh bagian F.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
Gambar bagian dalam atau bagian F pada harness beserta dimensinya,
dittunjukkan oleh gambar 4.13 (a) dan (b) di bawah ini.
Gambar 4.13 Bagian F adalah bagian dalam harness, yang terdiri dari
harness dan sabuk.
Busa dibuat lebih tebal dari harness sebelumnya, yaitu 3 cm. Kemudian di
bagian pinggang dan perut diberi sabuk, sehingga busa pada bahu terhubung
dengan sabuk sampai ke bagian pinggul.
Di bagian punggung ditambahkan bantalan tipis dengan ketebalan 1 cm,
dengan ukuran 12 x 16 cm dan terbuat dari busa yang dilapisi kain, sebagai
bagian yang akan menopang sebagian beban di bagian punggung. Bagian ini
terinspirasi dari gendongan bayi, dimana beban bayi terletak di depan namun
tumpuannya pada bahu dan punggung.
Sabuk yang berfungsi untuk mengecilkan atau mengurangi ukuran,
sehingga ketika dipakai harness bisa fit to the body, walaupun dengan ukuran
tubuh yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
Perbedaan desain harness sebelum dan harness rancangan baru bisa terlihat
dalam tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Tabel perbandingan harness rancangan baru dan harness sebelumnya
No Kategori Harness sebelum Harness baru
1
2
3
4
5
6
7
Model
Material
Lebar 1 bahu
Lebar antar bahu
Lebar pinggul
Bantalan/busa
Kesesuaian ukuran harness
V-style
Fiber glass
5,5 cm
32 cm
42 cm
Ada, ketebalan 1 cm
Tidak bisa diubah
T-style
Plat alumunium 5 mm
4 cm
26 cm
35 cm
Ada, ketebalan 3 cm
Bisa disesuaikan
4.2.4 Pembuatan Prototype
Pembuatan harness dikerjakan di dua tempat berbeda. Rangka harness dibuat di
bengkel las di Kerten, sedangkan untuk pembuatan harness bagian dalam di pembut tas dan
jok di Jebres. Pada pembuatan rangka harness bahan-bahan yang digunakan yaitu:
1. Plat alumunium 5 mm
Plat alumunium digunakan untuk membuat bagian-bagian dasar, seperti bagian bahu,
bagian dada, dan bagian perut. Dasar pemilihan bahan alumunim ini, karena aluminium
bersifat ringan namun tetap kuat.
2. Stainless
Stainless digunakan untuk membuat bagian pengait. Stainless dibeli dalam bentuk silinder
panjang, yang kemudian dipotong sesuai ukuran dan dibengkokkan. Dasar pemilihan
stainless ini karena stainless sifatnya lebih ringan daripada besi, pengait di harness
sebelumnya, dan anti karat. Faktor karat juga menjadi perhatian karena apabila pengait
mulai berkarat, pengait menjadi sulit unruk di atur ketinggiannya. Sehingga pada
pembuatan harness ini pemilihan bahan pengait jatuh pada stainless
3. Mur dan baut.
Mur dan baut digunakan untuk menyatukan dan mengencangkan bagian-bagian harness.
Mur dan baut yang digunakan semua seukuran yaitu 6 mm. Disediakan kunci L untuk
membuka dan menutup baut. Bagian yang menggunakan mur dan baut adalah bagian
dudukan pengait. Pada bagian-bagian bagian bahu dan bagian perut mur, dipasangkan
dengan kunci putar. Alasannya karena bagian bahu dan bagian perut adalah bagian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
akan sering di atur ukurannya tergantung ukuran pengguna harness. Sehingga dengan
kunci putar akan lebih mudah bagi pengguna untuk mengatur sendiri lebar bagu atau
ketinggian harnessnya, tanpa menggunakan kunci L.
Pada pembuatan rangka harness di bengkel kedua, bahan-bahan yang digunakan
yaitu:
1. Kain
Kain yang dipilih adalah kain tebal yang sering digunakan untuk membuat tas. Kain ini
digunakan untuk membalut busa, yang akan dipasangkan di bahu dan perut.
2. Busa
Busa yang dipilih adalah busa yang memiliki ketebalan 3 cm. Busa digunakan sebagai
bantalan di daerah bahu dan perut supaya empuk. Busa di bagian bahu dilapis 2 sehingga
ketebalannya menjadi 6 cm dan busa di bagian perut tetap 3 cm. Busa di bahu dibuat
lebih tebal karena saat nanti alat sudah tepasang ke harness, secara otomatis alat tersebut
akan menarik harness ke bawah, dan busa akan kempes. Jika busa yang digunakan hanya
3 cm, kemungkinan rangka harness mengenai tulang-tulang pada bahu akan lebih besar
dan akan membuat nyeri.
3. Pengait tas
Pengait tas digunakan untuk menghubungkan antara bagian pinggang dan punggung.
Gambar harness hasil rancangan ditunjukkan oleh gambar 4.14 berikut
(a)
(b)
Gambar 4.14 Harness hasil rancangan. (a) tampak depan; (b) tampak belakang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
4.2.5 Perhitungan Biaya
Perhitungan biaya digunakan untuk mengetahui biaya produksi keseluruhan dalam
pembuatan harness, meliputi biaya tebahan baku dan biaya tenaga kerja. Perhitungan biaya
dilakukan dengan menambahkan biaya produksi di bengkel 1 dengan biaya produksi di
bengkel 2. Bengkel 1 merupakan bengkel pembuatna rangka harness, sedangkan bengkel 2
adalah bengkel pembuatan bagian dalam harness. Adapun perhitungan biaya produksi
harness adalah sebagai berikut:
Rangka harness:
· Plat alumunium 5 mm (4,5 kg x Rp 70.000,00/kg) = Rp 300.000,00
· Stainlessteel/pengait (1 kg x Rp 80.000,00/kg) = Rp 75.000,00
· Mur baut (ø 6 mm) & kunci L = Rp 50.000,00
· Ongkos produksi = Rp 325.000,00
Biaya Produksi Rangka Harness = Rp 750.000,00
Bagian dalam harness:
· Kain 1 m x Rp 18.000, 00 = Rp 18.000,00
· Busa tebal 3 cm = Rp 18.750,00
· Pengait tas 2x@ Rp 1.500,00 = Rp 3.000,00
· Ongkos produksi = Rp 30.000,00
Biaya Produksi Bagian Dalam Harness = Rp 69.750,00
Total Biaya Produksi = Rp 819.750,00
4.2.6 Uji Coba
Pada tahap uji coba ini, pengguna harness diminta untuk menggunakan harness baru
dan memakai quint tom. Pengguna dikondisikan pada suasana latihan, dengan lama waktu
latihan 1 jam. Penentuan waktu uji coba ini, agar mendekati waktu latihan asli yaitu selama 4
jam sehari. Pemakaian selama 1 jam cukup untuk menimbulkan nyeri pada harness
sebelumnya, seehingga waktu ini dijadikan acuan apakah selama 1 jam pemakaian harness
hasil rancangan juga menimbulkan keluhan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam uji
coba ini terlampir pada lampiran L-4. Bagian tubuh yang diamati yaitu bahu, dada, dan
pinggul. Wawancara berdasarkan apa yang pengguna harness rasakan dibandingkan dengan
harness sebelumnya. Dari hasil wawancara pada bagian ketiga bagian tubuh yang diamati,
tidak ada keluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang
telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan intepretasi hasil
tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
5.1 ANALISIS HARNESS AWAL
Masalah pada harness yang digunakan oleh Marching Band Sebelas Maret
adalah pada desain, ukuran, dan ketebalan bantalan. Harness sebelumnya memiliki
desain dengan bentuk V-style, yang terbuat dari material serat fiber. Harness ini
menggunakan ukuran yang tidak sesuai dengan anthropometri tubuh pengguna.
Selain itu, tidak dilengkapi dengan bantalan yang cukup empuk untuk mengurangi
tekanan langsung harness kepada tubuh pengguna. Akibatnya, timbul keluhan pada
bagian bahu, dada, dan pinggul.
5.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis terhadap hasil penelitian terdiri dari analisis hasil rancangan, analisis
material bahan, dan analisis biaya. Analisis hasil penelitian secara rinci adalah
sebagai berikut:
5.2.1 Analisis Hasil Rancangan
Harness baru dirancang untuk menjawab keluhan-keluhan dari pengguna
harness. Dari sisi desain, dengan menggunakan referensi dari beberapa harness yang
sudah ada di pasaran, harness dibuat dengan T-style. Tujuan pemilihan desain
harness ini agar bagian dada tidak tertekan dan bagian bahu bisa disesuaikan dengan
lebar bahu pengguna. Dari sisi ukuran, harness baru dibuat dengan acuan ukuran
tubuh pengguna harness MB UNS. Perbandingan harness awal dan harness hasil
rancangan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-2
1. Bahu
(a)
(b)
Gambar 5.1 Perbandingan bahu harness; (a) bagian bahu pada harness awal dan (b)
bagian bahu pada harness hasil rancangan.
Dibandingkan V-style harness, desain T-style harness lebih aman digunakan
untuk harness yang posisi pada bagian bahunya bisa di ubah. Karena pada T-style
harness engsel antara bahu dan bagian dada terpisah, sehingga apabila ingin ada
penyesuaian pada bagian bahu tidak perlu mengurangi kenyamanan bagian tubuh
lainnya terutama dada. Selain itu, pada bagian bahu juga ditambahkan busa dengan
ketebalan 3 cm, sehingga lebih empuk dari sebelumnya.
2. Dada
(a)
(b)
Gambar 5.2 Perbandingan dada harness; (a) bagian dada pada harness awal dan (b)
bagian dada pada harness hasil rancangan.
T-style harness memungkinkan bagian dada tidak tertekan, karena posisi
bagian yang melintang berada diatas dada. Baik pada pengguna perempuan maupun
laki-laki tidak akan bermasalah di bagian dada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-3
3. Tubuh
(a)
(b)
Gambar 5.3 Perbandingan tubuh harness; (a) bagian tubuh pada harness awal dan
(b) bagian tubuh pada harness hasil rancangan.
Pada bagian tubuh dirancang supaya bisa diatur ketinggiannya sesuai ukuran
tubuh pengguna.
4. Pinggul
(a)
(b)
Gambar 5.4 Perbandingan pinggul harness; (a) bagian pinggul pada harness awal
dan (b) bagian pinggul pada harness hasil rancangan.
Ukuran pada bagian pinggul disesuaikan dengan tubuh pengguna. Dibuat
lebih kecil dari sebelumnya, dan tidak terlalu melengkung. Harness tidak mengenai
tulang pinggul dan juga ada bantalan busa dengan ketebalan 3 cm yang melindungi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-4
sehingga terasa empuk. Busa dibuat bisa dilepas karena dibalik busa ini terdapat baut-
baut yang dapat disesuaikan penggunaanya untuk mengatur ketinggian harness.
Analisis perbandingan kenyamanan pengguna harness awal dan harness
hasil rancangan diketahui dari hasil wawancara langsung. Dari hasil wawancara, pada
titik-titik keluhan yaitu bahu, dada, dan pinggul sudah tidak lagi menimbulkan nyeri.
Jumlah perbandingan pengguna yang mengeluhkan harness awal dan harness hasil
rancangan tersaji pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1 Jumlah Pengguna Yang Mengeluhkan Harness Awal Dan Harness Hasil
Rancangan
Bagian
Tubuh
Jumlah Pengguna Yang
Mengeluhkan
Harness Awal (orang)
Jumlah Pengguna Yang
Mengeluhkan
Harness Hasil Rancangan (orang)
Bahu 5 0
Dada 2 0
Pinggul 5 0
Pengguna harness menyatakan harness yang dirancang lebih nyaman
digunakan. Kenyamanan yang dirasakan pengguna harness dipegaruhi oleh faktor-
faktor desain yang tepat serta ukuran yang telah disesuaikan. Masalah dari sisi desain
dan ukuran diatasi dengan pemilihan T-style harness yang dapat disesuaikan lebar
bahu dan ketinggian harness-nya. Pemilihan T-style harness juga mengatasi masalah
harness yang menekan dada. Penambahan busa pada bahu dan pinggul juga menjadi
faktor penambah kenyamanan. Tersedianya busa ini membuat rasa nyeri akibat
harness bisa diatasi.
5.2.2 Analisis Material Bahan
Rangka harness terbuat dari bahan plat alumunium 5 mm. Pemilihan bahan
alumunium ini di dasarkan pada karakteristik bahannya yang kuat, dengan kekuatan
tarik sebesar 60 N/mm2, namun ringan. Alumunium dikaatakan ringan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user V-5
memiliki bobot sekitar 1/3 dari bobot besi dan baja, atau tembaga. Berat jenisnya
ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³). Alasan lainnya alumunium
juga mudah dibentuk, serta tahan terhadap korosi. Selain itu kelebihan lain dari
alumunium jika dibandingkan dengan serat fiber yang digunakan pada harness
sebelumnya adalah sifatnya yang tidak mudah pecah dan lebih mudah diperoleh di
pasaran. Sehingga memudahkan untuk proses produksi dalam penelitian ini.
5.2.3 Analisis Biaya
Biaya pembuatan harness terdiri dari biaya material dan biaya tenaga kerja.
Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan harness ini sebesar Rp 819.750,00 dengan
rincian yang tertera pada sub bab 4.2.5 halaman IV-22. Biaya tersebut tidak termasuk
biaya ide perancang. Jika dibandingkan dengan harness sebelumnya yang berkisar Rp
400.000,00 – Rp 500.000,00, biaya pembuatan harness ini cukup besar. Hal ini
disebabkan karena pemilihan material alumunium dan stainless. Selain itu karena
produk dibuat secara khusus sehingga membutuhkan biaya lebih dibandingkan
produk yang dibuat secara massal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang di dapat dalam penelitian ini yaitu
1. Dihasilkan harness yang sesuai tubuh pemakainya dengan model T-style
harness, berbahan alumunium, dengan ukuran lebar bahu 4 cm, dan ukuran
lebar pinggul 35 cm. Harness dapat disesuaikan ukurannya dengan lebar antar
bahu dan panjang tubuh pengguna. Harness dilengkapi dengan busa setebal 3
cm pada bahu dan pinggul.
2. Hasil implementasi harness dapat mengurangi keluhan di bagian bahu, dada,
dan pinggul pengguna, sejumlah 100% atau tidak lagi ada keluhan.
6.2 SARAN
Saran yang diberikan pada penelitian selanjutnya yaitu perlu adanya
pengembangan penelitian kearah pengurangan beban yang di angkut oleh harness,
dan juga penelitian terhadap postur tubuh pengguna harness ketika melakukan
latihan.