Microsoft Word -
herlina_br_purba-skripsi-fakultas_kesehatan_masyarakat-naskah_ringkas-2014.docxUniversitas
Indonesia
Perancangan Integrasi Primary Care BPJS Kesehatan dan Simpus di
Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor Tahun 2014
Herlina Purba1, Kemal N. Siregar2
1. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI, Depok 16424,
Indonesia 2. Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKM UI,
Depok 16424, Indonesia
[email protected]
Abstrak SIMPUS merupakan aplikasi untuk manajemen pelayanan dan
pelaporan di puskesmas yang sejak lama dipergunakan di Puskesmas.
Aplikasi Primary Care BPJS Kesehatan diterapkan sejak berlakunya
Jaminan Kesehatan Nasional Januari 2014. Adanya beberapa sistem
informasi yang tidak terintegrasi di puskesmas mengakibatkan
terjadinya double entrysehingga menambah beban petugas dalam hal
pelayanan dan pelaporan maupun kualitas serta informasi yang
dihasilkan, karena masing-masing sistem berdiri sendiri sesuai
kebutuhan program/unit masing-masing. Perancangan integrasi P-Care
BPJS Kesehatan dan Simpus mampu mengatasi masalah yang dihadapi
puskesmas. Aplikasi Penghubung yang dibangun menjadi jembatan
antara kedua sistem yang memungkinkan petugas melakukan satu kali
entry dalam pelayanan pasien maupun dalam proses pencatatan dan
pelaporan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode RAD (Rapid Application Development). Hasil
perancangan integrasi sistem informasi ini sangat berguna bagi
puskesmas di era BPJS dan Simpus saat ini, oleh sebab itu kerjasama
dan dukungan antara institusi dalam lembaga Kementerian Kesehatan
ini sangat diharapkan untuk maksimalnya penggunaan sistem aplikasi
ini. Kata kunci : pencatatan dan pelaporan, primary care, simpus,
double entry,RAD, integrasi data. aplikasi penghubung.
ABSTRACT
SIMPUS is an application for service management and reporting that
have long been usedat primary health care. Primary Care’s BPJS
applied since the enactment of National Health Coverage in January
2014.The existence of several information systems that are not
integrated in Primary Health Care resulted in the occurrence of
double entry so that adds to the burden on officers in terms of
service and reporting as well as the quality of the resulting data
and information because each system stand alone as needed program
each unit. The design of the integration of the P-Simpus and Health
Care and the BPJS were able to overcome the problems faced by the
East Bogor Primary Health Care.Connecting applications built a
bridge between the two systems that allow enough officers doing a
one time entry in the service of patients as well as in the process
of recording and reporting. Research methods used in this research
is RAD(Rapid Application Development). The design of system
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
2
Universitas Indonesia
integration of information is very useful to East Bogor Primary
Health Care in the era of bpjs and simpus currently, therefore, the
cooperation and support between institutions within the Ministry of
health is expected to maximum system use this application. Key
words :recording and reporting, primary care, simpus, double entry,
RAD, data integration, bridging application.
I. Pendahuluan
Data dan informasi kesehatan merupakan salah satu faktor yang
handal dalam
pengambilan keputusan, untuk penentuan kebijakan dan perencanaan
program bidang
kesehatan. Oleh sebab kebutuhan akan data dan informasi yang akurat
merupakan suatu
keharusan dalam pelaksanaan pelayanan bidang kesehatan. Informasi
adalah data yang telah
dikumpulkan, diolah, dianalisis dan dikemas, sehingga dapat
menghilangkan keragu-raguan
dalam pengambilan keputusan (Hartono, 2007).
Dalam memenuhi kebutuhan akan informasi ini, pengembangan Sistem
Informasi
Kesehatan, harus dibangun dengan komitmen setiap unit infrastruktur
pelayanan kesehatan
agar setiap Sistem Informasi kesehatan berjalan dengan baik Sistem
berbasis komputer, telah
lama dikenal diaplikasikan di bidang kesehatan, bahkan di level
puskesmas telah mengenal
beberapa aplikasi komputer yang dipergunakan untuk pengolahan data
program kesehatan
seperti Simpus (sistem informasi puskesmas) SP3 (sistem pencatatan
dan pelaporan
puskesmas), dan Primary care BPJS Kesehatan.
SIMPUS adalah program sistem informasi kesehatan yang
memberikan
informasitentang keadaan kesehatan masyarakat di tingkat PUSKESMAS
mulai dari datadiri
orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan
masyarakat.SIMPUS
memiliki kelebihan dikarenakan sistem ini dirancang terintegrasi
antar unit pelayanan mulai
dari pendaftaran pasien, poliklinik sampai penerimaan obat.Petugas
akan lebih mudah dalam
pencarian data pasien,sehingga menghemat waktu dan tenaga dalam
proses pendaftaran
maupun pelayanan pasien, di bagian poliklinik juga para tenaga
medis khususnya dokter bisa
melihat riwayat pasien sebelumnya sehingga mendukung penegakan
diagnosa, selain itu
dokter juga bisa langsung menuliskan resep pasien secara
terkomputerisasi yang langsung
terhubung ke bagian apotik, sehingga petugas apotik memberikan
resep sesuai yang tertera di
aplikasi tersebut. Bila sewaktu waktu dibutuhkan data tersebut bisa
diakses dengan mudah
dan cepat. Bahan masukan (input) untuk aplikasi ini adalah data
diri pasien, status
kepesertaan, hasil pemeriksaan, tindakan, serta obat-obatan.
Berdasarkan masukan yang ada
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
3
sistem ini menghasilkan output dalam bentuk laporan LB1, Laporan
Jumlah Kunjungan,
Laporan Pemakaian Obat,dan Laporan Sepuluh penyakit terbesar dan
lain sebagainya.
Untuk kebutuhan intern puskesmas, di Puskesmas Bogor Timur,
berdasarkan
wawancara dan observasi awal, terdapat juga aplikasi pendaftaran.
Adapun fungsi aplikasi ini
adalah sebagai basis data pasien, sehingga mempermudah petugas
dalam proses registrasi
dan pencarian data pasien. Bahan masukan dari aplikasi ini adalah
data / identitas pasien
berupa : nama, alamat, jenis kelamin, tanggal lahir, status
pembayaran (jaminan kesehatan/
Umum/jamkesda), poliklinik tujuan. Jadi, seluruh pasien (umum,
BPJS, Jamkesda) yang
berkunjung ke puskesmas harus terekam ke dalam aplikasi tersebut.
Output dari aplikasi ini
adalah no rekam medis (KK) bagi pasien baru, jumlah kunjungan
pasien per poliklinik, dan
per status pembayaran.
Sejak Januari 2014 pemerintah telah memberlakukan program jaminan
Kesehatan
Nasional yang dikelola oleh badan berupa BPJS (Badan Pengelola
Jaminan Sosial). Dalam
perkembangannnya, untuk memudahkan verifikasi kepesertaan, serta
kebutuhan akan
berjalannya sistem rujukan ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi,
BPJS meluncurkan
aplikasi Primary Care atau dikenal dengan istilah P-Care. Seluruh
Puskesmas dan pelayanan
kesehatan dasar lainnya yang bekerjasama dengan BPJS diharuskan
untuk menggunakan
aplikasi ini. Primary Care BPJS Kesehatan ini diaplikasikan di
bagian registrasi pasien,
memiliki bahan masukan, antara lain identitas pasien (nama, alamat,
jenis kelamin, tanggal
lahir) nomor kepesertaan, poliklinik tujuan, anamnese, pemeriksaan
fisik, diagnosa,
pemeriksaan penunjang sampai pemberian obat-obatan. Adapun output
dari aplikasi ini masih
sebatas daftar nama pasien yang berkunjung, status pasien
(dirujuk/tidak), hasil
diagnosa.Artinya masih berupa data mentah yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut
untuk menghasilkan output yang dibutuhkan.Kelebihan sistem ini
adalah memberikan
kemudahan dalam verifikasi keanggotaan pasien BPJS serta memberi
kemudahan dalam
proses rujukan ke pelayanan kesehatan lanjutan.
Dari uraian diatas diketahui bahwa terdapat beberapa sistem
informasi di Puskesmas
Bogor Timur yang memiliki bahan masukan sama namun masih berdiri
sendiri (desintegrasi).
Hal ini menyebabkan terbentuknya pulau data yang tidak saling
terhubung. Desintegrasi
informasi seperti ini akan mengakibatkan sumbangan sistem informasi
terhadap proses bisnis
di puskesmas tidak maksimal, dimana desintegrasi tersebut
meningkatkanhuman error,
menambah beban kerja bagi pegawai sementara jumlah SDM terbatas,
serta berdampak pada
validasi data yang dihasilkan. Dengan kondisi tersebut, rumusan
masalah yang ditetapkan
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
4
memenuhi kebutuhan pelaporan di Puskesmas Bogor Timur.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Sistem Informasi
pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi. Menurut
Indrajit (2001:3),
sisteminformasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen
dalam perusahaan
atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan
pengaliran informasi. Ada
enam komponen yang merupakan satu kesatuan dalam sistem informasi
yaitu : input, model,
output, teknologi, basis data, kontrol atau pengendalian
(Jogiyanto, 2003).
Pengolahan data menjadi informasi dan pemakaian informasi untuk
pengambilan
keputusan sehingga tindakan dari hasil pengambilan keputusan dapat
menghasilkan data
(Kadir, 2003). Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Siklus
Informasi
2.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas merupakan sistem informasi
kesehatan
integrasi tingkat puskesmas kecamatan atau kelurahan.Simpus dapat
diartikan sebagai sistem
pengolahan informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dalam
menyajikan informasi
bagi manajemen untuk pengambilan keputusan baik di puskesmas maupun
bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota.
puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui
pemanfaatan secara optimal
data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. Sedangkan tujuan
khusus dari pelaksanaan
Simpus adalah sebagai dasar penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas, dasar pemantauan
dan evaluasi program kegiatan pokok puskesmas serta untuk mengatasi
berbagai hambatan
daam pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas.
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
5
Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi, Simpus menjadi
solusi yang tepat
untuk menggantikan sistem pencatatan dan pelaporan yang
manual.Dengan diaplikasikannya
SIMPUS maka data akan terintegrasi antar unit pelayanan di
puskesmas. Dimana di tiap
simpulnya akan menghasilkan data yang akan dipergunakan sebagai
input di unit lainnya,
sehingga terintegrasinya data tersebut akan mengurangi duplikasi
data dalam proses
pencatatan dan pelaporan puskesmas. Adapun lingkup sistem yang
tercakup di dalam
SIMPUS secara umum adalah:
b. pemeriksaan pasien digunakan dokter puskesmas untuk mengenali
riwayat penyakit dan
obat yang pernah diberikan. Dengan modul ini dokter mendapatkan
bahan untuk
mendiagnosa penyakit pasien, daftar tindakan dan diagnosa yang
dicantumkan, stok obat
terhubung dengan modul pemeriksaan sehingga ketika dokter
memberikan obat tertentu
kepada pasien, maka stok obat otomatis berkurang. Hal ini
memberikan kemudahan
kepada Puskesmas untuk membuat laporan stok obat harian.
c. Administrasi memberikan keleluasaan puskesmas untuk mengatur
pembagian dokter,
penambahan-pengurangan user, pembuatan stok awal obat, penambahan
jenis obat dan
lain-lain, fitur pembuatan laporan bulanan dalam format Microsoft
Excel atau format lain
yang sesuai.
BPJS Kesehatan merupakan suatu Badan Pengelola Jaminan Sosial
bidang Kesehatan
yang berbadan hukum publik (UU No. 24 Th 2011, Pasal 7, Ayat (1);
berkoordinasi langsung
di bawah presiden ( UU No. 24 tahun 2011, pasal 7, ayat (2)), serta
mengelola Jaminan
Kesehatan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Jaminan
Kesehatan Nasional ini secara resmi telah diberlakukan sejak
tanggal Januari
2014.Diharapkan sampai dengan tahun 2019 seluruh masyarakat
Indonesia secara bertahap
telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan. Adapun yang menjadi
peserta Jaminan
Kesehatan ini adalah peserta yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayarkan oleh
pemerintah sesuai dengan ketentuan dalam Udang-undang BPJS No. 24
tahun 2011.
Primary Care atau P-Care adalahSistem informasi pelayanan pasien
yang ditujukan
umtuk pasien BPJS Kesehatan berbasis internet. P-care
dipublikasikan untuk Pelayanan
primer untuk puskesmas dan mencakup pelayanan dasar seperti entry
data Pasien dan
pengolahan data ,mencakup: pendaftaran pasien dan pelayanan pasien:
yang mencakup
pemeriksaan pasien, penegakan diagnosa, pemberian terapi /obat,
pemeriksaan laboratorium,
sampai
6
tahap pemberian rujukan. Konsep yang mendasari adanya P-Care
diharapkan semua data
kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan pelayanan pasien
bersifat real time,
terintegrasi dari setiap bagian di suatu institusi pelayanan
kesehatan sampai ke Institusi
Pelayanan Kesehatan Rujukan. Terlampir disertakan buku panduan
aplikasi P-Care BPJS
Kesehatan yang dikelaurkan oleh Tim Pembangunan Aplikasi P-Care
BPJS
Kesehatan(lampiran 6).
aktifitas pelayanan. Bagi Puskesmas yang belum memiliki Sistem
Informasi berbasis
komputer, adanya P-Care ini meningkatkan profesionalitas dalam
pemberian pelayanan
kepada pasien. Namun bagi Puskesmas yang Telah memiliki Sistem
Informasi berbasis
komputer seperti SIMPUS, SI Rekam Medis, Aplikasi ini akan
menimbulkan beban kerja
tambahan bagi Petugas puskesmas. Double entry tak bisa
dihindarkan.
2.4 Integrasi Data
yang berasal dari sumber yangberbeda dan mendukung pengguna
untukmelihat kesatuan data
(maurizio lenzerini,2002). Interoperabilitas data adalah kemampuan
2 atau lebihsistem untuk
saling tukar menukar data atauinformasi dan saling dapat
mempergunakan dataatau informasi
yang dipertukarkan tersebut.Arsitektur integrasi biasanya dibangun
secra sistematis dalam
beberapa lapisan. Ide dibalik ini adalah untuk memecah problem
menjadi beberapa problem
yang lebih kecil dan memecah setiap sub problem setahap demi
setahap. Karena itu integrasi
dapat dipandang dalam beberapa lapisan.Biasanya dimulai dengan
membangun arsitektur
integrasi pada lapisan terendah, baru kemudian menaik secara
gradual.Menurut Juric, 2007.
Ada beberapa jenis arsitektur integrasi, salah satunya adalah
integrasi level
data.Integrasi level data berpusat pada perpindahan data antar
aplikasi yang bertujuan untuk
membagi data yang sama ke beberapa aplikasi yang berbeda. Integrasi
ini merupakan titik
awal integrasi.
Sumber: (Juric, 2007)
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Integrasi
Level Data
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
7
Universitas Indonesia
Dari sudut pandang teknis, integrasi level data ini secara relatif
lebih sederhana dan
sering digunakan oleh pengembang karena relatif lebih mudah dalam
sharing data tidak
memerlukan perubahan aplikasi. Masalah integrasi ini terletak pada
kompleksitas basis data
dan jumlah data.
Menurut (NIH, 2006), sebuah Application Program Interface (API)
adalah
seperangkat konvensi pemanggilan yang mendefinisikan bagaimana
layanan dipanggil
melalui perangkat lunak.API memungkinkan program klien yang
ditambahkan oleh pengguna
atau pihak ketiga untuk berkomunikasi dengan server aplikasi
melalui antarmuka yang
didefinisikan. API memiliki beberapa karakteristik kunci:
1. Data dipertukarkan melalui layanan (kode prosedural).
2. Sebagian besar operasi melibatkan obyek bisnis lengkap, yang
mungkin rumit.
3. Extensible Markup Language (XML) digunakan untuk mengkodekan
data dalam
banyak kasus.
Interface - Antarmuka adalah "kontrak" mendefinisikan semantik yang
harus digunakan oleh
klien untuk mengakses server dan format hasil yang akan
dikembalikan.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode RAD (Rapid
Application
Development).RADadalah sebuah metodologi yang memiliki tujuan
kecepatan tanggap untuk
kebutuhan pengguna sebagaimana prototyping tetapi RAD lebih luas
cakupannya. Istilah ini
mengacu pada suatu pengembangan siklus hidup yang dimaksudkan untuk
memproduksi
sistem dengan cepat tanpa mengorbankan mutunya (Raymond,
2001).James O’Bryan
mengatakan RAD kadang-kadang disebut juga sebagai pengerjaan bentuk
dasar
(prototyping).Pengerjaan bentuk dasar ini membuat proses
pengembangan semakin cepat dan
lebih mudah untuk pemakai karena RAD menyederhanakan dan
menyelaraskan rancangan
sistem.Menurut Hoffer, dkk, RAD adalah sebuah pendekatan untuk
mengembangkan sistem
informasi yang menjanjikan sistem yang lebih baik dan lebih murah
serta penyebaran lebih
cepat dengan pengembang sistem dan pengguna akhir bekerja sama
bersama-sama secara real
time untuk pengembangan sistem.
Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan
timpengembangan
menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang
sangat pendek (kira-
kira 60-90 hari).
8
Sumber: (Hoffer and fiends, 1998)
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Sistem
Pengembangan RAD
dibandingkan SDLC
menurut (NCDENR, 2014)meliputi:
Aliran informasi diantara fungsi-fungsi bisnis dimodelkan dengan
suatu cara untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Informasi apa yang
mengendalikan proses bisnis ?
Kemana informasi itu pergi? Siapa yang memprosesnya ?
Pada tahap ini peneliti melakukan serangkaian observasi yang
berubungan dengan alur
bisnis di puskesmas Bogor Timur,antara lain sistem informasi yang
telah tersedia, bila ada
sistem informasi apa saja, menghasilkan informasi seperti apa, dan
kemana informasi
tersebut mengalir.
Langkah-langkah yang dilakukan pada pemodelan data meliputi: a.
mendefinisikan aliran informasi
sebagai bagian dari fase business modeling yang disaring ke dalam
serangkaian objek data yang
dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut; b. pemodelan bisnis
didefinisikan ke dalam sekumpulan
objek data; c. mengidentifikasi karakteristik (atribut)
masing-masing objek; dan d. mengidentifikasi
hubungan antara objek-objek tersebut.
Pada tahap ini penulis melakukan identifikasi terhadap sistem
pencatatan dan
pelaporan SP2TP khususnya LB1, LB2 dan Laporan Kunjungan pasien
serta mengidentifikasi
ruang lingkup sistem dan sasaran dari sistem yang akan
dibangun.
c. Pemodelan proses (Process Modelling)
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
9
pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus atau
mendapatkan
kembali sebuah objek data.
Secara umum, tahapan pada pembuatan aplikasi meliputi perancangan
user interface,
perancangan alur sistem, perancangan basis data, perancangan
jaringan, dan pembuatan code
dengan pemakaian bahasa pemograman sebagai alat bantu
otomatis.
Pada tahap ini peneliti melakukan serangkaian analisis sistem yang
swdang berjalan,
dan sistem yang sesuai dengan kebutuhan user. Pada tahap ini ini
merrupakan perancangan /
desain logis sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram arus data
(data flow diagram).
e. Pengujian dan pergantian (Testing and turnover) Tahap ini
merupakan penyelesaian dari
tahap pembuatan aplikasi yang meliputi hal berikut: indentifikasi
semua prosedur dan
pembuatan petunjuk penggunaan, pembuatan materi untuk pelatihan,
menguji sistem dengan
dukungan sumber daya sistem yang tersedia.
4. Hasil Penelitian
Berdasarkan keseluruhan hasil wawancara dan observasi, peneliti
melakukan
identifikasi masalah yang terjadi saat ini dan sistem yang
dibutuhkan oleh user pada sistem
pencatatan dan pelaporan Puskesmas. Identifikasi ini didasarkan
atas hasil wawancara dengan
Penanggung Jawab Laporan SP2TP yang juga Kepala Bagian Tata Usaha,
Pengelola Program
SP2TP khusus laporan LB1, Penanggung Jawab Apotik, Petugas
Pendaftaran, dan
berdasarkan hasil observasi pada sistem yang berjalan saat ini
.
Tabel 4.1Ringkasan Hasil Wawancara Mendalam
NO KOMPONEN HASIL WAWANCARA KEBUTUHAN
PENGGUNAN
sudah menggunakan komputer ada yang
masih berbasis register
tetap harus dihitung secara manual
dikarenakan sistem tdk menghasilkan
jumlah total secara otomatis
10
dalam P-Care setelah jam pelayanan
selesai berdasarkan catatan di buku
register poliklinik
Puskesmas
dengan mencatat di buku register, setelah
direkapitulasi, jumlahnya dimasukkan ke
dimasukkan ke dalam aplikasi SP3
- Adanya perbedaan bahasa bahasa
dalam penamaan penyakit untuk
Dibutuhkan sistem yang
pendaftaran dan di aplikasi P-Care
- Tingkat kesalahan memasukkan data
berulang
Dibutuhkan sistem yang
Pada tahapan ini, Penulis melakukan identifikasi peluang
pengembangan sistem, analisis
kelayakan pengembangan sistem, dan keterbatasan penelitian. Ada 3
(tiga) rancangan sistem
yang akan dibangun pada penelitian ini untuk lebih menjelaskan
bagaimana proses integrasi
sistem berjalan. Tiga rancangan tersebut yang akan dibangun adalah
aplikasi Simpus, aplikasi
P-care dan Aplikasi Penghubung. Perancangan sistem meliputi
penjelasan gambaran
sistem,diagram konteks, alur data sistem, dan DFD.
Aplikasi Penghubung yang berperan sebagai interface pemrograman dan
data model
untuk mengakses data, dan merubah data ke format yang mudah
dipahami di Puskesmas dari
Aplikasi P-Care ke Aplikasi SIMPUS. Bank data lokal berupa
penyimpanan data local di PC
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
11
integrasi sistem di Puskesmas Bogor Timur diilustrasikan pada
Gambar 6.1.
Data Data
Aplikasi SIMPUS Aplikasi P-Care BPJS
Aplikasi Lainnya yang ada di PuskesmasAplikasi Lainnya yang ada di
Puskesmas
Aplikasi Jembatan
Gambar 5.3Master Plan Integrasi SIMPUS dan P-Care
Perancangan integrasi P-Care dan Simpus ini terdiri dari rancangan
model yang
digambarkan dengan diagram konteks, algoritma, diagram alir data
sehingga aliran ata dari
dan ke seluruh sistem mudah dipahami; rancangan input dan output,
serta rancangan basis
data. Gambar 5.2 di bawah ini merupakan ilustrasi algoritma (aliran
data) secara umum pada
integrasi sistem di puskesmas Bogor Timur.
Gambar 5.4Algoritma Integrasi Sistem di Puskesmas Bogor Timur
Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 5.2, proses integrasi sistem
P-Care dan SIMPUS di
Puskesmas Bogor Timur diuraikan dengan menggunakan flowchart pada
Gambar 5.3. Proses Integrasi Sistem P-Care dan SIMPUS
Aplikasi SIMPUSAplikasi “Jembatan”Aplikasi P-Care
Mulai
Data Obat
simpan data
ambil data
Data Obat
Pelayanan, Data Obat
Pelaporan LB-1, LPLPO,
10 Penyakit Terbanyak
Gambar 5.5Bagan Alir Sistem Integrasi P-Care dan SIMPUS
Data pasien, data pelayanan, dan data obat pasien BPJS di Aplikasi
P-Care akan
masuk ke Bank Data lokal di aplikasi penghubung melalui proses yang
telah disebutkan di
atas. Dari aplikasi penghubung data akan dikirim ke aplikasi
simpus. Di aplikasi simpus, data
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
12
2.0 Pelayanan
Pasien BPJS
Data Kunjungan Pasien BPJS
Pasien BPJS
Sistem Informasi
Aplikasi SIMPUS
Ambil Data Pelayanan Pasien BPJS
Kirim Data Pelayanan Pasien BPJS
pasien BPJS tersebut akan diolah untuk menghasilkan laporan LB1,
LPLPO, 10 penyakit
terbesar baik bagi pasien BPJS atau seluruh kategori pasien (BPJS
dan Non BPJS).
Data Flow Diagram (DFD) digunakan sebagai alat pembuatan model
untuk
menggambarkan sistem P-Care, sistem Jembatan, dan SIMPUS; sebagai
suatu jaringan
proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data
pelayanan pasien.
DFD pada penelitian ini dibagi menjadi tiga sistem besar, yaitu
P-Care, Jembatan, dan
SIMPUS.
13
Hasil Data Pasien Data Penyakit Data Pengobatan
Data Kunjungan Pasien Non-BPJS
Kepala Puskesmas
Berdasarkan Diagram konteks dan DFD masing-masing aplikasi di atas
terlihat
gambaran entitas dan rangkaian proses yang terjadi pada sistem.
Dari gambaran tersebut juga
terlihat bahwa banyak data masukan dari kedua sistem yang sebagian
besar sama.
Struktur menu pada Aplikasi P-Care, Aplikasi Penghubung, dan
Aplikasi SIMPUS
digambarkan pada Gambar 5. 7 di bawah ini
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
14
HALAMAN INDEXHALAMAN INDEX
Aplikasi P-Care, Aplikasi penghubung, dan SIMPUS Rancangan antar
muka pengguna meliputi Aplikasi P-Care, SIMPUS, dan Aplikasi
Penghubung dikelompokkan berdasarkan I-P-O (Input, Proses, dan
Output).
A. Input
Aplikasi P-Care BPJS merupakan input dari integrasi sistem. Berikut
adalah rancangan antar
muka Aplikasi P-Care BPJS, yang meliputi form pendaftaran dan form
pelayanan untuk entri
data pelayanan pasien BPJS.
B. Proses
data antara Aplikasi P-Care BPJS dengan Aplikasi SIMPUS.
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
15
C. Output
Aplikasi SIMPUS merupakan output dari integrasi sistem. Berikut
adalah antar muka Aplikasi
SIMPUS, meliputi form input data pendaftaran, form input pelayanan
pasien, dan pelaporan
yang dibutuhkan di Puskesmas Bogor Timur.
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
16
int(11) varchar(13) varchar(25) varchar(13) int(11) varchar(3)
varchar(5) varchar(10) date varchar(100) varchar(255) varchar(10)
int(1)
<pk> <pk,fk3> <pk,fk3> <fk1> <fk2>
<fk4> <fk5> <fk6>
PASIEN_PUSKESMAS
int(11) varchar(10) varchar(25) varchar(13) varchar(100) date
varchar(1) date varchar(50) varchar(255) varchar(10)
<pk>
varchar(10) varchar(10) int(10) int(10) int(10) int(10) int(10)
int(10) int(10) int(10) int(10) int(10) int(10) varchar(255)
date
<pk> <fk>
<pk>
Gambar 5.10Mock Up Halaman Laporan 10 Penyakit Terbanyak, Laporan
LB1, LB 2, dan Laporan Kunjungan
pasien
Pada tahapan ini Penulis melakukan perancangan fisik dari hasil
perancangan secara
konseptual dari bab sebelumnya. Perancangan fisik meliputi
perancangan basis data, kamus
data, antar muka, rancangan struktural, dan teknologi yang akan
digunakan. Perancangan fisik
dilakukan untuk konstruksi integrasi sistem sehingga diap di
implementasikan dan diujicoba
Gambar 5.10Basis Data Fisik Aplikasi SIMPUS
NAMA TABEL KETERANGAN
KAB_KOTA Tabel ini digunakan untuk menyimpan data kode kota Bogor
berdasarkan pengkodean standar.
KEC Tabel ini digunakan untuk menyimpan data kode kecamatan dan
nama kecamatan yang ada di Kota Bogor.
PUSKESMAS Tabel ini digunakan untuk menyimpan data kode Puskesmas
berdasarkan pengkodean standar dan nama Puskesmas yang ada di Kota
Bogor.
PELAYANAN
Tabel ini digunakan untuk menyimpan data pelayanan pasien yang
berkunjung ke Puskesmas, yang meliputi data no rekam medis pasien,
poli yang dikunjungi, tenaga medis yang memeriksa, tanggal
kunjungan, jenis layanan, keluhan pasien, no register, dan status
pasien.
PASIEN_PUSKESMAS Tabel ini digunakan untuk menyimpan data identitas
pasien Puskesmas yang
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
17
Universitas Indonesia
meliputi no pasien sesuai pengkodean standar, no kartu bpjs, no
kartu rekam medis, nama pasien, tanggal lahir, jenis kelamin,
tanggal melakukan registrasi, pendidikan, alamat, dan status pasien
sebagai pasien berbayar atau menggunakan bpjs.
POLI_PUSK Tabel ini digunakan untuk menyimpan data jenis poli yang
tersedia di Puskesmas Bogor Timur. Pengkodean dan nama poli
menggunakan pengkodean yang digunakan Aplikasi P-Care.
TENAGA_MEDIS Tabel ini berisi data kode dan nama tenaga medis yang
bertugas di Puskesmas Bogor Timur.
PEMAKAIAN_OBAT Tabel ini berisi data pemakaian obat di Puskesmas
Bogor Timur, yang meliputi data stok awal, pemakaian, penerimaan,
permintaan, dan pemberian dari pihak lain.
JENIS_OBAT Tabel ini berisi data kode dan nama obat yang digunakan
di Puskesmas Bogor Timur.
DIAGNOSA_PASIEN Tabel ini berisi data kode penyakit yang standar
dan nama diagnosa penyakit. Pengkodean dan penamaan mengikuti
standar ICD pada Aplikasi P-Care.
Pengiriman Data
Jenis integrasi menurut (Juric, 2007) adalah integrasi level data,
integrasi aplikasi, integrasi
proses bisnis, integrasi presentasi, dan integrasi B2B. Integrasi
level data tidak memerlukan
perubahan aplikasi dan memusatkan pada perpindahan data antar
aplikasi yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan integrasi level data, sehingga
memerlukan identifikasi
pengiriman data dari rancangan basis data fisik.
DB SIMPUS DB P-Care
file format csv
file format csv
file format csv
5.3 Cutover
Kegiatan yang masuk dalam tahapan ini adalah implementasi dan
pemeliharaan
sistem.
Dampak yang terjadi setelah pengujian sistem meliputi, dampak
terhadap bisnis proses,
terhadap komponen pengolahan data, dan komponen output berikut
ini.
sistem.
18
Gambar 5.13Dampak Integrasi Sistem Terhadap Bisnis Proses
B. Komponen Pengolahan Data
Penerapan integrasi sistem di Puskesmas Bogor Timur memberikan
perbaikan pengolahan
data dalam hal mengurangi data yang redundan, sehingga satu sumber
data pelayanan pasien
BPJS dapat digunakan untuk dua atau beberapa aplikasi.
Aplikasi-aplikasi di Puskesmas
Bogor Timur dapat berbagi sumber daya data pelayanan pasien BPJS
secara efisien.
C. Komponen Output
Penerapan integrasi sistem di Puskesmas Bogor Timur memberikan
perbaikan output dalam
hal kelengkapan data pelayanan pasien BPJS dan non-BPJS.
Peluang Penerapan Integrasi Simpus dan P-Care
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, aplikasi yang dibangun masih
berlaku satu
arah, dimana aplikasi penghubung (bridging) mengambil data dari
Primary Care BPJS
Kesehatan untuk dikirim ke aplikasi simpus untuk menghasilkan
laporan yang dibutuhkan
Puskesmas dan belum berlaku sebaliknya Salah satu alasan
perancangan sistem dengan
model satu arah tersebut sudah dijelaskan sebelumnya yakni, karena
aplikasi P-Care tidak
menghasilkan data analisis yang mengakibatkan bertambahnya beban
puskesmas dalam
pelayanan dan pembuatan laporan. Alasan lainnya adalah, aplikasi
P-Care merupakan aplikasi
milik BPJS kesehatan, dimana belum ada kesepakatan atau kerjasama
sharing data antara
BPJS dan Puskesmas dalam hal penggunaan bersama data peserta BPJS
Kesehatan.
Secara global, di berbagai Puskesmas di Indonesia diketahui bahwa
Simpus telah
terlebih dahulu familiardipergunakan di Puskesmas. Aplikasi Simpus
ini telah terbukti
membantu puskesmas dalam pelayanan dan pelaporan. Apabila munculnya
aplikasi Primary
Care akhirnya menambah beban bagi puskesmas, muncul pemikiran
kemungkinan
terintegrasinya data antara Simpus dan P-Care dari arah sebaliknya
yaitu data Simpus diambil
oleh aplikasi penghubung dan dikirim ke aplikasi Primary Care untuk
menghasilkan laporan
sesuai kebutuhan.
19
Pengambilan data Simpus oleh Aplikasi penghubung untuk dikirim ke
aplikasi P-Care
berdasarkan analisis kebutuhan data kedua sistem memungkinkan untuk
dilakukan dengan
alasan :
1. Bahan masukan (input) kedua sistem secara umum sma.
2. Aplikasi Simpus menghasilkan no rekam medis pasien, tidak
demikian dengan P-Care
3. Pencarian data pasien di Aplikasi Simpus bisa dilakukan by name
maupun by nomor
kartu peserta sementara di P-Care hanya berdasarkan nomor peserta.
Sehingga
pencarian data pasien di Aplikasi Simpus relatif lebih cepat karena
pencarian data
berdasarkan nama.
4. Modul di Aplikasi Simpus lebih lengkap dibandingkan dengan di
Aplikasi P-Care,
sehingga lebih maksimal dilakukan penyesuaian struktur menu / data
di aplikasi P-
Care berdasarkan struktur menu Simpus.
Apabilaaplikasi Simpus terintegrasi dengan P-Care dalam arti,
Aplikasi P-Care
mengambil data dari Simpus untuk kebutuhan pelayanan dan pelaporan
akan menguntungkan
bagi puskesmas. Namun ada kendala utama yang menyebabkan kondisi
ini sulit untuk
diterapkan yaitu tidak adanya otoritas bagi institusi kesehatan
untuk menggunakan secara
langsung data peserta BPJS Kesehatan. Keadaan ini terjadi
dikarenakan belum adanya
komitmen antara kedua institusi terkait pentingnya integrasi data
antar institusi. Seperti
diketahui BPJS memiliki target bahwa semua masyarakat sudah
terdaftar sebagai peserta
BPJS pada tahun 2019. Ini akan mempersulit institusi pelayanan
kesehatan bila BPJS tidak
melakukan sharing data peserta dengan Institusi pelayanan
kesehatan.
6. Kesimpulan dan Saran
1. Interface Aplikasi Penghubung mampu menjembatani sistem aplikasi
P-care dan
Simpus di Puskesmas Bogor Timur
2. Data yang beririsan antar sistem menjadi input utama bagi sistem
yang terintegrasi
untuk menghasilkan output sesuai kebutuhan.
3. Sistem yang terintegrasi mampu menghasilkan output sesuai
kebutuhan puskesmas,
antara lain, Laporan SP2TP, dan laporan kunjungan pasien BPJS
Kesehatan tanpa
melakukan double entry.
7. Saran
Pertukaran data masih satu arah sehingga diharapkan Peneliti lain
yang akan mengembangkan
penelitian ini sehingga memungkinkan untuk diterapkan pertukaran
data dua arah pada
aplikasi-aplikasi lain yang ada di Puskesmas selain P-Care dan
Simpus.
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
20
8. Daftar Referensi
Davis, G. B. (1984). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: CV.
Teruna Grafica.
Departemen Kesehatan RI. (1997). Pedoman Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (Buku
I). Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Republik Indonesia.
Fathansyah. (1999). Basis Data. Bandung: Penerbit
Informatika.
Gaol, J. L. (2008). Sistem Informasi Manajemen: Pemahaman dan
Aplikasi. Jakarta :
Grasindo.
Kadir, A. (1999). Konsep dan Tuntunan Praktis Basis Data.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kemenkes RI. (2014). Undang – Undang RI no 40 Tahun 2004. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2014). Undang – Undang RI no. 24 Tahun 2011. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kroenke, M. D. (1998). Database Processing. US: Prentice Hall
International Inc.
Martin, J. (1991). Rapid Application Development. US: Macmillan
Coll Div.
McLeod, G. P. (2008). Management Information System. Jakarta:
Salemba Empat.
N. C. Departement of Environment and Natural Resources. (2014).
Section 6 – Rapid
Application Development Method. Retrieved Mei 9, 2014, from
NCDENR:
http://test.enr.state.nc.us/its/pdf/Section6-rad.pdf
NIH. (2006, May 24). Application Program Interface (API). Retrieved
July 11, 2014, from
National Institutes of Health Enterprise Architecture:
https://enterprisearchitecture.nih.gov/Pages/ApplicationProgramInterfacePattern.aspx
Novelia, E. (2014). Bahan Paparan. Pertemuan Pembinaan dan
Kemitraan Faskes Tingkat I.
Jakarta.
Pendekatan metode penelitian. (2013, Desember 24). Retrieved Juni
24, 2014, from e-prints
UNDIP:
http://eprints.undip.ac.id/34006/6/1886_CHAPTER_III.pdf
Penerapan Aplikasi SIMPUS. (2013, Oktober). Retrieved Mei 15, 2014,
from Audit
Teknologi:
http://www.media-auditek.info/2013/10/implementasi-aplikasi-simpus-kota.html
Pembayaran Fasilitas Kesehatan dalam Asuransi Kesehatan.
Yogyakarta: ASKES.
Soekamto, A. (2013, Desember 24). SDLC (System Development Life
Cycle). Retrieved Juli
2014, 1, from
http://www.gangsir.com/download/Minggu2-SDLC.pdf
no. 4.
Yoseph, R., & Rika. (2009). Analisa dan perancangan Sistem
Informasi laboratorium RS
Kanker Dharmais menggunakan Total Architecture Syntesis. Jakarta:
RS Kanker Dharmais.
Perancangan integrasi…, Herlina Purba, FKM UI, 2014
21