Upload
dinhdien
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
(Dengan Pendekatan Psikologi)
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan
Mata Kuliah Tugas Akhir dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan
Disusun oleh :
Hesti Keristiani
C0806014
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULUTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)
Oleh : Hesti Keristiani
C0806014
Telah disetujui pada Mata Kuliah Kolokium dan Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
Lu’lu Purwaningrum, S. Sn, MT NIP. 19770612 20012 2 003
Mengetahui
Ketua Jurusan Desain Interior
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)
Oleh : Hesti Keristiani
C0806014
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
Pada Hari Rabu, 27 Juli 2010
Tim Penguji :
1. Ketua Sidang : Drs. Ken Sunarko, M. Si 1. ( )
NIP. 19511128 198303 1 001
2. Sekretaris Sidang : Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.sk., MTarch 2. ( )
NIP. 19621125 199303 1 001
3. Penguji I : Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn 3. ( )
NIP. 19621221 199201 1 001
4. Penguji II : Lu’lu Purwaningrum, S. Sn, MT 4. ( )
NIP. 19770612 20012 2 003
Mengetahui
Ketua Jurusan Desain Interior
Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001
Drs. Sudarno, MA NIP. 19530314 198506 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Mengatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul
“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)” adalah
benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal
yang bukan karya saya dalam Tugas Akhir ini diberi citasi (kutipan) dan
ditunjukan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.
Surakarta, Agustus 2010
Yang membuat pernyataan
Hesti Keristiani
C0806014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah
teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,
dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
(1 Timotius 4 : 12)
Hidup yang berarti adalah hidup yang mempunyai visi yang jelas, dan melangkah
ke arah tujuan yang pasti.
(Visi Victory)
Kemenangan bukan tujuan hidup namun layak diperjuangkan karena di dalamnya
ada kepuasan, gairah dan banyak hal positif lainnya.
(Visi Victory)
Salah satu kunci sukses yang umum adalah membiasakan diri melakukan hal-hal
yang tidak disukai para pecundang.
(Visi Victory)
Yang perlu dilakukan ketika mengalami kegagalan adalah bangkit dan maju lagi.
(Visi Victory)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan pimpinan
Bapak dan Ibu di Surga
Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta
Kak Titus yang selalu memberi semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pimpinan yang diberikan
kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN
PSIKOLOGI”. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan
kurikulum guna menempuh ujian dalam rangka mencapai gelar kesarjanaan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, berhubungan dengan keterbatasan yang penulis miliki.
Walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar esensi dari
perancangan tersebut tercakup dalam Laporan Tugas Akhir ini dan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,
terutama kepada :
1. Drs. Sudarno, MA selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M. Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior,
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sekaligus sebagai Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan,
bimbingan dan petunjuk kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
3. Lu’lu’ Purwaningrum, S. Sn, MT selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
4. iik Endang Siti W, S. Sn, M. Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir yang
telah dengan sabar memberikan pengarahan dan semangat kepada kami
semua.
5. Civitas akademik dan semua pihak yang menjadi bagian dalam Universitas
yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung.
6. Bapak dan Ibu di Surga yang telah membesarkan dan mendidik penulis
hingga dapat mencapai level seperti sekaranng.
7. Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta yang telah memberikan dukungan
moril dan materiil dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
8. Kak Titus terkasih yang selalu memberikan semangat dan selalu
mendampingi penulis dalam menyusun Tugas Akhir.
9. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta yang telah
memberikan informasi kepada penulis.
10. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Surakarta Bp. Drs.
Mardianto dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan informasi
yang berguna untuk Tugas Akhir ini.
11. Para staf karyawan Prof. Dr. Soeharso di Surakarta yang telah mengijinkan
penulis melakukan survey dan wawancara untuk mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
12. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yang saling memberikan
semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
13. Sahabat-sahabatku Mila, Nino, Awang dan Uma yang selalu ada dalam
suka dan duka.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Surakarta, Agustus 2010
Hesti Keristiani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
Hesti Keristiani. C0806014. 2010. Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta merupakan judul dari proyek interior ini. Dengan latar belakang kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa yang membuat tuna daksa tidak dapat beraktivitas dengan mandiri.
Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta dibatasi dengan perancangan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa.
Tujuan perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa ini adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja.
Penelitian ini dilaksanakan pada sebuah yayasan yang menyediakan fasilitas pendidikan dan ketrampilan khusus untuk anak cacat, yaitu Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta dan YPAC di Surakarta serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso di Surakarta.
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu para tuna daksa untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis dan psikologis.
Fasilitas yang dirancang dalam Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa antara lain fasilitas pendidikan, ketrampilan dan terapi.
Tema perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaliguus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI Hal
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. iv
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
ABSTRAKSI …………………………………………………………………. x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv
DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
D. Tujuan Perancangan ............................................................................. 6
E. Manfaat Perancangan ........................................................................... 6
F. Metode Desain ..................................................................................... 7
G. Skema Langkah Desain ........................................................................ 9
H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 13
ASPEK RUANG , DIMENSI, MANUSIA……………….. 13 Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Bagi Tuna Daksa di Surakarta
a. Pengertian Judul .................................................................... 15
Tinjauan Umum Tuna Daksa
a. Pengertian Tuna Daksa ......................................................... 16
b. Faktor Penyebab Tuna Daksa................................................ 18
c. Klasifikasi Tuna Daksa ......................................................... 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
d. Karakteristik Tuna Daksa ...................................................... 23
e. Masalah Tuna Daksa ............................................................. 24
f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa ...................................... 25
Tinjauan Alat Bantu Gerak
a. Prosthetis & Orthotis ............................................................. 26
b. Alat bantu untuk tuna daksa .................................................. 27
Tinjauan Aksesibilitas
a. Prinsip Aksesibilitas .............................................................. 31
b. Asas Aksesibilitas ................................................................. 31
c. Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas ............................ 33
d. Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas .................. 34
Tinjauan Umum Psikologi
a. Pengertian Umum Psikologi ................................................. 37
b. Ruang Lingkup Psikologi ...................................................... 42
c. Sejarah Psikologi ................................................................... 42
d. Psikologi Perkembangan ....................................................... 43
6. Tinjauan Umum Modern
a. Pengertian Modern ................................................................ 52
b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern ....................................... 52
c. Ciri-ciri Modern .................................................................... 52
B. TINJUAN RUANG
a. Kantor/Sekretariat ................................................................. 53
b. Ruang Rehabilitasi Medis ..................................................... 54
c. Ruang Rehabilitasi Pendidikan ............................................. 55
d. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan ................................ 58
e. Bengkel Prothetis & Orthotis ................................................ 59
f. Pintu ...................................................................................... 60
g. Ramp ..................................................................................... 63
h. Toilet ..................................................................................... 65
i. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol ..................................... 69
C. Tinjauan Sistem Sirkulasi
a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
b. Unsur-unsur Sirkulasi ........................................................... 71
c. Sirkulasi Internal Bangunan .................................................. 74
D. Tinjauan Organisasi Ruang
a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 80
E. Komponen Pembentuk Ruang
a. Lantai .................................................................................... 84
b. Dinding .................................................................................. 86
c. Ceiling ................................................................................... 88
F. Interior Sistem
1. Pencahayaan .......................................................................... 91
2. Penghawaan .......................................................................... 94
3. Akustik .................................................................................. 94
4. Sound System ........................................................................ 96
5. Sistem Keamanan .................................................................. 96
G. Furniture
a. Furniture ................................................................................ 98
H. Pertimbangan Desain
1. Bentuk…………………………………………………….. 100
2. Warna …………………………………………………….. 102
3. Elemen Estetis………………………….. …………………104
4. Tema………………………………………………………. 104
BAB III STUDI LAPANGAN ……………………………………………… 105
1. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta…………….. 105 a. Diskripsi YPAC Jakarta
1. Latar Belakang………………………………………………. 105
2. Struktur Organisasi…………………………………………. 106
3. Fasilitas Pendidikan dan Ketrampilan……………………….. 106
4. Pelayanan Medis……………………………………………. 110
5. Pelayanan Sosial……………………………………………. 110
6. Aksesibilitas………………………………………………… 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
b. Tinjauan Sirkulasi
1. Operasional………………………………………………….. 111
2. Aktivitas ................................................................................ 111
c. Zoning dan Grouping ............................................................... 114
d. Elemen Pembentuk Ruang.
1. Lantai .................................................................................... 114
2. Dinding .................................................................................. 114
3. Ceilling .................................................................................. 114
e. Interior Sistem
1. Pencahayaan .......................................................................... 115
2. Penghawaan .......................................................................... 115
3. Akustik .................................................................................. 115
4. Sistem Keamanan .................................................................. 115
f. Furniture .................................................................................... 115
g. Pertimbangan Desain
1. Bentuk ................................................................................... 116
2. Warna ................................................................................... 116
3. Elemen Estetis ....................................................................... 116
4. Tema ...................................................................................... 116
2. BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta ........................ 106 a. Diskripsi Museum BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
1. Latar Belakang ...................................................................... 117
2. Struktur Organisasi ............................................................... 118
3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi ............................................... 120
4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut ............................. 127
5. Aksesibilitas .......................................................................... 128
b. Tinjauan Sirkulasi
1. Operasional ........................................................................... 129
2. Aktivitas ............................................................................. 129
c. Zoning dan Grouping ............................................................... 131
d. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai ................................................................................. 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
b. Dinding ............................................................................... 132
c. Ceilling ............................................................................... 132
e. Sistem Interior
a. Pencahayaan ....................................................................... 132
b. Penghawaan ....................................................................... 132
c. Akustik ............................................................................... 132
d. Sistem Keamanan ............................................................... 123
f. Furniture ................................................................................. 133
g. Pertimbangan Desain
a. Bentuk ................................................................................ 133
b. Warna ................................................................................ 133
c. Elemen Estetis .................................................................... 133
d. Tema ................................................................................... 133
3. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta ................. 134 a. Diskripsi Museum YPAC Surakarta
1. Latar Belakang ...................................................................... 134
2. Pelayanan Pendidikan ........................................................... 134
3. Pelayanan Pendidikan/Pravokasional ................................... 137
4. Pelayanan Medis ................................................................... 137
5. Pelayanan Rehabilitasi Sosial ............................................... 141
6. Pelayanan Psikologi .............................................................. 141
7. Aksesibilitas .......................................................................... 141
b. Tinjauan Sirkulasi
1. Operasional ........................................................................ 143
2. Aktivitas ............................................................................. 143
c. Zoning dan Grouping ............................................................ 146
d. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai ................................................................................. 146
b. Dinding ............................................................................... 146
c. Ceilling ............................................................................... 147
e. Sistem Interior
a. Pencahayaan ....................................................................... 147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
b. Penghawaan ....................................................................... 147
c. Akustik ............................................................................... 147
d. Sistem Keamanan ............................................................... 147
f. Furniture ................................................................................. 147
g. Pertimbangan Desain
a. Bentuk ................................................................................ 148
b. Warna ................................................................................ 148
c. Elemen Estetis .................................................................... 148
d. Tema ................................................................................... 148
BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA ................................. 149
A. Analisis Eksisting
1. Asumsi Lokasi .......................................................................... 149
2. Potensi Lingkungan ................................................................. 150
3. Denah Eksisting .............................................................................
152
B. Programing
1. Status Kelembagaan ................................................................ 152
2. Struktur Organisasi .................................................................. 153
3. Sistem Opersional .................................................................... 153
4. Program Kegiatan
a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Bagi Tuna Daksa di Surakarta .......................................... 154
b. Pola Kegiatan Manusia ...................................................... 155
5. Koleksi/Benda Inventaris ......................................................... 158
6. Fasilitas Ruang ......................................................................... 159
7. Besaran Ruang ......................................................................... 160
a. Kegiatan Pengelolaan ......................................................... 160
b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan ...................................... 161
c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis ............................... 163
d. Kegiatan Service ................................................................ 164
8. Sistem Organisasi Ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
a. Analisa Alternatif Organisasi Ruang ................................. 167
b. Program Ruang .................................................................. 169
9. Sistem Sirkulasi
a. Analisa Sirkulasi Secara Umum ........................................ 170
b. Analisa Penerapan Pola Sirkulasi ...................................... 170
10. Hubungan Antar Ruang
a. Hubungan Ruang Secara Makro ........................................ 171
b. Hubungan Ruang Secara Mikro ......................................... 171
11. Zoning dan Grouping ............................................................... 171
C. Konsep Perancangan ............................................................ 174
1. Ide Dasar .................................................................................. 174
2. Tema ......................................................................................... 175
3. Aspek Suasana dan Karakter Ruang
a. Karakter ............................................................................. 176
b. Suasana .............................................................................. 176
4. Aspek Penataan Ruang/ Layout
a. Pertimbangan ..................................................................... 177
5. Aspek Pembentuk Ruang
a. Lantai ................................................................................. 177
b. Dinding .............................................................................. 181
c. Ceiling ............................................................................... 183
6. Interior Sistem ......................................................................... 186
7. Desain Furniture
a. Analisa ............................................................................... 192
b. Dimensi .............................................................................. 193
8. Elemen Estetis .......................................................................... 195
9. Skema Bentuk, Bahan dan Warna
a. Bentuk ............................................................................... 195
b. Bahan ................................................................................ 196
c. Warna ................................................................................ 197
10. Sistem Keamanan ..................................................................... 197
11. Aksesbilitas .............................................................................. 198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan .......................................................................................... 199
2. Saran ..................................................................................................... 210
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Denah Asli
2. Denah Perubahan
3. Denah Eksisting
4. Layout
5. Floor Plan
6. Ceiling Plan
7. Tampak/Potongan
8. Aksonometri
9. Detail Konstruksi
10. Gambar Furniture
11. Sketsa Furniture
12. Sketsa Perspektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR GAMBAR
Gbr II.1 : Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kebutuhan gerak ......... 20
Gbr II.2 : Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kondisi tubuh ............... 21
Gbr II.3 : Ruang bebas pada pintu untuk runag gerak ....................................... 62
Gbr II.4 : Pintu dengan plat tendang dan pegangan pintu ................................... 62
Gbr II.5 : Pegangan pintu otomatis ..................................................................... 62
Gbr II.6 : Tipikal ramp ........................................................................................ 64
Gbr II.7 : Kemiringan ramp ............................................................................... 64
Gbr II.8 : Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp ......................................... 65
Gbr II.9 : Letak ramp untuk trotoar .................................................................... 65
Gbr II.10 : Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan
diagonal dan pendekatan samping ................................................... 67
Gbr II.11 : Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset ................................... 67
Gbr II.12 : Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir .............................. 68
Gbr II.13 : Kran wudhu dan potongan bilik pancuran ....................................... 68
Gbr II.14 : Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel ................................ 68
Gbr II.15 : Tipe washtafel dengan penutup bawah dan perletakan kran ............ 69
Gbr II.16 : Ruang bebas area washtafel ............................................................. 69
Gbr II.17 : Perletakan peralatan ......................................................................... 71
Gbr II.18 : Hubungan jalur-ruang melalui ruang-ruang ..................................... 77
Gbr II.19 : Hubungan jalur-ruang menembus ruang-ruang ............................... 77
Gbr II.20 : Hubungan jalur-ruang berakhir pada ruang-ruang ........................... 78
Gbr III.1 : SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta ............................................ 105
Gbr III.2 : Ruang kelas TK ................................................................................. 108
Gbr III.3 : Furniture untuk kelas TK ................................................................... 108
Gbr III.4 : Ruang kelas bahasa (kanan) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
menggambar (kiri) untuk SMP.......................................................... 108
Gbr III.5 : Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan ................................ 109
Gbr III.6 : Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang ................................ 109
Gbr III.7 : Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) ............. 109
Gbr III.8 : Tangga darurat dan ramp ................................................................... 111
Gbr III.9 : Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta ............. 115
Gbr III.10 : BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta ....................................... 118
Gbr III.11 : Kelas menjahit untuk putra .............................................................. 122
Gbr III.12 : Kelas menjahit untuk putri ............................................................... 123
Gbr III.13 : Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto .................... 123
Gbr III.14 : Kelas reparasi sepeda motor ............................................................ 124
Gbr III.15 : Kelas salon kecantikan..................................................................... 124
Gbr III.16 : Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan .................... 124
Gbr III.17 : Bengkel las dan bubut ...................................................................... 125
Gbr III.18 : Kelas pertukangan............................................................................ 125
Gbr III.19 : Ruang komputer ............................................................................... 126
Gbr III.20 : Bengkel pembuatan tangan &kaki tiruan (kanan)
dan display Prothese & Orthese (kiri) .............................................. 126
Gbr III.21 : Ramp yang terletak di luar bangunan serta
railing pegangan untuk tangan ........................................................ 128
Gbr III.22 : Ramp memakai bahan keramik yang licin dan
tidak aman untuk digunakan ........................................................... 129
Gbr III.23 : Ruang kelas untuk SD-D ................................................................. 135
Gbr III.24 : Ruang kelas SDLB-D1 .................................................................... 135
Gbr III.25 : Ruang kelas SMPLB-D ................................................................... 135
Gbr III.26 : Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak ........................ 136
Gbr III.27 : Ruang perpustakaan YPAC Surakarta ............................................. 136
Gbr III.28 : Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta ................................. 137
Gbr III.29 : Standing frame dan parallel bar ..................................................... 138
Gbr III.30 : Tripot, tempat duduk dan wall bar ................................................. 138
Gbr III.31 : Kolam untuk hydroterapi ................................................................ 139
Gbr III.32 : Ruang untuk terapi bicara ............................................................... 139
Gbr III.33 : Ruang okupasi dilengkapi dengan matras
sebagai alat bantu untuk terapi ........................................................ 140
Gbr III.34 : Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi ............................. 141
Gbr III.35 : Ramp yang menghubungkan level lantai
yang rendah dan tinggi .................................................................... 142
Gbr III.36 : Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 .............................................. 142
Gbr III.37 : Tangga darurat menuju lantai 2 ....................................................... 142
Gbr III.38 : Gedung serbaguna / gedung pertemuan ........................................... 143
Gbr IV.1 : Denah asumsi lokasi .......................................................................... 150
Gbr IV.2 : Peta kota Surakarta ............................................................................ 150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
DAFTAR TABEL Tabel II.1 : Ciri-ciri arsitektur modern ................................................................ 52
Tabel II.2 : Tipe Pencapaian Sirkulasi ................................................................ 73
Tabel II.3 : Tipe Pintu Masuk ............................................................................. 74
Tabel II.4 : Pemanfaatan natural light dan artificial light .................................. 94
Tabel II.5 : Karakter bentuk ................................................................................ 101
Tabel III.1a : Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta ............................................ 112
Tabel III.1b : Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta ................................................ 112
Tabel III.1c : Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta .......................................... 113
Tabel III.2a : Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta ................................... 129
Tabel III.2b : Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta ...................................... 130
Tabel III.2c : Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta ................................. 130
Tabel III.3a : Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta ....................................... 144
Tabel III.3b : Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta ............................................ 144
Tabel III.3c : Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta ...................................... 145
Tabel IV.1 : Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 158
Tabel IV.2 : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 159
Tabel IV.3a : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 160
Tabel IV.3b : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 162
Tabel IV.3c : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 163
Tabel IV.3d : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ...................................................... 163
Tabel IV.3e : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta ...................................................... 163
Tabel IV.4 : Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................... 168
Tabel IV.5 : Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang......................................... 168
Tabel IV.6 : Hasil Analisa Organisasi Ruang ..................................................... 169
Tabel IV.7 : Analisa tipe sirkulasi pengunjung
berdasar studi lapangan .................................................................. 170
Tabel IV.8a : Hubungan ruang secara makro...................................................... 170
Tabel IV.8b : Hubungan ruang secara mikro ...................................................... 171
Tabel IV.9 : Analisa zoning grouping ................................................................. 174
Tabel IV.10a : Analisa pemilihan bahan untuk lantai ......................................... 181
Tabel IV.10b : Analisa pemilihan bahan untuk dinding ..................................... 183
Tabel IV.10c : Analisa pemilihan bahan untuk ceiling ....................................... 186
Tabel IV.11 : Interior sistem ............................................................................... 192
Tabel IV.12a : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture .................................. 193
Tabel IV.12b : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture ................................. 193
Tabel IV.12c : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture .................................. 194
Tabel IV.13a : Analisa karakter bentuk ............................................................. 195
Tabel IV.13b : Analisa karakter bahan ............................................................. 195
Tabel IV.13c : Analisa karakter warna .............................................................. 196
Tabel IV.14a : Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia ........................... 198
Tabel IV.14b : Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran ............................ 198
Tabel V.1 : Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Bagi Tuna Daksa di Surakarta ........................................................ 201
Tabel V.2 : Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 202
Tabel V.3 : Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 202
Tabel V.4a : Unsur pembentuk ruang (lantai) ..................................................... 203
Tabel V.4b : Unsur pembentuk ruang (dinding) ................................................ 203
Tabel V.4c : Unsur pembentuk ruang (ceiling) ................................................... 203
Tabel V.5 : Interior Sistem .................................................................................. 205
Tabel V.6 : Sistem keamanan.............................................................................. 209
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram I.1 : Skema Langkah Desain ................................................................ 11
Diagram III.1 : Struktur organisasi SLB “D-D1
Tunadaksa” YPAC Jakarta .......................................................... 106
Diagram III.2 : Struktur organisasi
BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta .................................. 120
Diagram IV.1 : Struktur organisasi .................................................................... 152
Diagram IV.2 : Program kegiatan Kepala Yayasan ........................................... 155
Diagram IV.3 : Program kegiatan Bidang Tata Usaha ...................................... 155
Diagram IV.4 : Program kegiatan Bidang Program & Advokasi Sosial ............ 155
Diagram IV.5 : Program kegiatan Bidang Rehabilitasi Sosial ........................... 156
Diagram IV.6 : Program kegiatan Bidang Penyaluran
& Bimbingan Lanjut ................................................................. 156
Diagram IV.7 : Program kegiatan tenaga pendidik / guru .................................. 156
Diagram IV.8 : Program kegiatan siswa didik .................................................... 157
Diagram IV.9 : Program kegiatan penyandang cacat umum ............................. 157
Diagram IV.10 : Program kegiatan orang tua ..................................................... 157
Diagram IV.11 : Program kegiatan ahli fisioterapi ............................................ 157
Diagram IV.12 : Program kegiatan ahli hydroterapi ........................................... 158
Diagram IV.13 : Program kegiatan ahli terapi okupasi....................................... 153
Diagram IV.14 : Program kegiatan psikolog ...................................................... 153
Diagram IV.15 : Program kegiatan pasien penyandang cacat ............................ 153
Diagram IV.16 : Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak ........................ 154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan tuna daksa akan fasilitas umum yang aksesibel ternyata
belum memadai. Fasilitas umum berupa tempat pendidikan, tempat kesehatan
atau terapi, ataupun tempat-tempat umum lainnya belum dapat dimanfaatkan
secara optimal, karena terbatasnya aksesibilitas yang disediakan. Sehingga
perlu adanya tempat umum yang memiliki aksesibilitas yang tinggi untuk
membantu tuna daksa dalam beraktivitas secara mandiri.
Tuna daksa menurut Sutjihati Soemantri diartikan sebagai ”suatu
keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan
pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh
pembawaan lahir.” (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 :
121).
Dalam Resolusi PBB Tahun 1993 tentang Peraturan dan Standar
Persamaan Kesempatan Bagi Penyandang Cacat, Pemerintah Indonesia
bertujuan untuk menghilangkan rintangan bagi penyandang cacat di dalam
lingkungan fisik dengan mengembangkan standar dan pedoman serta
memberlakukan undang-undang. Hal ini untuk menjamin aksesibilitas pada
fasilitas publik sebagai pelayanan masyarakat.. Salah satu butir resolusi dari
UNESCAP, 1998 adalah pentingnya merumuskan implementasi pedoman
teknis dan peraturan perundang-undangan guna meningkatkan akses bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
penyandang cacat dalam fasilitas publik. Dikuatkan dengan adanya Biwako
Millenium (2003-2012), 10 tahun kedua setelah Dasawarsa 1992-2002 di Asia
Pasifik, Indonesia telah menandatangani kesepakatan untuk memfasilitasi
penyandang cacat di berbagai sektor. Adapun PBB membuat pedoman
penerapan dalam desain atau rancangan yang aksesibel terdiri atas:
1. Bangunan itu memungkinkan untuk dicapai.
2. Bangunan itu memungkinkan untuk dimasuki.
3. Bangunan itu memungkinkan untuk digunakan semua fasilitasnya.
4. Bangunan itu memungkinkan untuk dicapai, dimasuki dan digunakan
semua fasilitasnya secara mandiri, tanpa ada perasaan bahwa seseorang
akan menjadi objek belas kasihan dari orang lain.
Dalam workshop Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Cacat, Asosiasi
Pengusaha Indonesia berpendapat bahwa para tuna daksa masih mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan asalkan tetap memenuhi kualifikasi
yang dibutuhkan oleh perusahaan dan tidak dalam kategori cacat yang berat
sehingga tidak mengganggu produktivitas perusahaan dan mampu bersaing.
Pernyataan tersebut memberikan peluang bagi para tuna daksa untuk
berlomba-lomba meningkatkan kualitas pendidikan dan ketrampilan sehingga
dapat bersaing di dunia kerja.
Sejak berdirinya Rehabilitasi Centrum pada tahun 1950 kota Surakarta
dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi” karena merupakan kota perintis upaya
rehabilitasi penyandang cacat. Sehingga banyak lembaga yang terkait dengan
rehabilitasi penyandang cacat, seperti Yayasan Pembinaan Anak Cacat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Rumah Sakit Orthopedi, tempat pelatihan, hingga Badan Pembinaan Olahraga
Cacat, Yayasan Paraplegia dan Lembaga Pendamping Diffabel serta lembaga
yang terkait dengan diffabel. Selain itu di kota Surakarta juga terdapat
politeknik kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi dan orthotik prostetik.
Berdasarkan beberapa uraian diatas maka Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa ini perlu direalisasikan karena tempat ini sangat
membantu para tuna daksa dalam menjalani hidup layaknya orang normal
yang mendapat perlakuan dan perhatian yang sama. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa ini memberikan fasilitas berupa pendidikan,
fasilitas ketrampilan serta terapi bagi kesehatan tuna daksa.
B. Batasan Masalah
Ditinjau dari aspek kondisi dan potensi dalam perancangan pusat
pendidikan dan pelatihan ini, masalah terkait yang dihadapi antara lain :
1. Aspek aksesbilitas : penyediaan aksesbilitas yang memenuhi standar
ergonomi sehingga dapat membantu para penyandang cacat untuk
bermobilisasi dengan aman dan nyaman.
2. Aspek pengelolaan : dalam memenuhi kebutuhan operasional fasilitas
dalam obyek tersebut harus berjalan dengan baik.
3. Aspek masyarakat : membantu masyarakat (penyandang cacat) untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berguna untuk masa depan,
serta membantu penyandang cacat untuk meningkatkan rasa percaya diri
dan mampu berinteraksi dengan masyarakat luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Batasan masalah yang diambil dalam Desain Interior Pusat Pendidikan
dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini antara lain :
a. Batasan ruang
1) Bagian Pelayanan Administrasi Pusat
a) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah
b) Ruang Kantor Guru
2) Bagian Pelayanan Rehabilitasi
a) Seksi Medis / Terapi
b) Psikolog
3) Bagian Pendidikan & Ketrampilan
a) Seksi Pendidikan
b) Seksi Ketrampilan
4) R. Pengukuran Prothetis dan Orthotis
b. Sasaran
1) Sasaran pengunjung (segmentasi)
a) Para penyandang cacat
b) Masyarakat umum
c) Peneliti, pengajar, maupun pelajar dan mahasiswa yang ingin
melakukan penelitian
2) Sasaran perancangan bangunan
Sasaran Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi
Tuna Daksa yang ditujukan untuk memberikan suatu alternatif
rancangan interior dengan pendekatan psikologi dan
mengutamakan aksesbilitas yang ergonomis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sasaran Desain yang ingin dicapai secara keseluruhan membuat
bagian-bagian unsur perancangan interior ke dalam perencanaan Desain
Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa dengan
memperhatikan faktor-faktor kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya
dengan berpijak pada norma dan ketentuan desain yang ada.
C. Rumusan Masalah
Memfokuskan pada kebutuhan akan kenyamanan beraktivitas dalam
kegiatan belajar mengajar sekaligus perannya dalam meningkatkan kondisi
kejiwaan pengguna dengan bimbingan konseling yang diberikan, Desain
Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ditekankan pada:
1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa sebagai tempat pendidikan dan pelatihan
formal dengan fasilitas yang aksesibel serta ergonomis untuk para tuna
daksa?
2. Bagaimana merancang sistem pelayanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa sehingga dapat menciptakan suasana interior sebagai
pusat pendidikan formal yang nyaman sehingga berpengaruh pada
keadaan psikologis pengguna baik itu pengajar maupun kelayan yang
akan belajar di dalamnya?
3. Bagaimana memasukkan tema interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa yang dapat meningkatkan semangat belajar mengajar
sehingga tidak menimbulkan kebosanan baik bagi pengajar maupun
kelayan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
D. Tujuan Perancangan
1. Mewujudkan perancangan interior pusat pendidikan dan pelatihan untuk
penyandang cacat tubuh dengan mengutamakan aksesbilitas bagi para
penyandang cacat tubuh sehingga dapat bermobilisasi dengan aman dan
nyaman.
2. Mewujudkan perancangan furniture yang disesuaikan dengan kondisi
pengguna dan mengutamakan kenyamanannya sehingga tercipta suasana
yang kondusif dan membantu kegiatan belajar mengajar yang merupakan
kegiatan utama dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi
Tuna Daksa ini.
E. Manfaat Perancangan
Manfaat yang diperoleh dari perancangan ini adalah:
1. Manfaat Praktis
Data yang diperoleh akan menambah referensi bagi fakultas dan jurusan.
2. Manfaat Teoritis
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Fungsi Keluar
a. Tersedianya fasilitas bagi para penyandang cacat tubuh untuk
memperoleh pendidikan dan pelatihan yang mampu menjadi bekal
untuk masa depan.
b. Timbulnya rasa kesetaraan hak antara masyarakat umum dan para
penyandang cacat tubuh dalam memperoleh pendidikan dan
kesempatan kerja, masyarakat diharapkan mampu memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dorongan semangat sehingga para penyandang cacat tubuh tidak
merasa dikucilkan atau dikurangi haknya.
Ditinjau dari fungsi dan tujuannya, perencanaan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa ini secara umum meliputi penyediaan
aksesbilitas yang membantu penyandang cacat tubuh untuk bergerak dengan
leluasa dan aman serta adanya pendidikan dan pelatihan yang berguna bagi
penyandang cacat tubuh untuk terjun langsung ke dunia kerja sesuai dengan
bidang yang telah ditekuni. Suasana ruang yang diolah dengan warna yang
berpengaruh pada kejiwaan juga membantu meningkatkan tingkat percaya
diri pada penyandang cacat tubuh untuk mampu menyerap ilmu serta dapat
berkreasi untuk menemukan sesuatu yang baru.
F. Metode Desain
1. Permasalahan
Kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel bagi
tuna daksa menuntut adanya sebuah perancangan yang dapat
menyediakan fasilitas tersebut secara aksesibel dan ergonomis untuk
tuna daksa. Fasilitas tersebut diharapkan dapat membantu para tuna
daksa untuk mendapat pendidikan dan pelayan kesehatan dengan baik.
Untuk dapat merancang fasilitas yang aksesibel dan ergonomis
bagi tuna daksa perlu adanya studi pembanding baik dari studi literatur
maupun studi lapangan yang berkaitan dengan proyek yang dirancang.
Berdasarkan studi literatur dapat disimpulkan bahwa desain untuk tuna
daksa difokuskan pada kemudahan dalam pengoperasian berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
fasilitas seperti furniture dan peralatan yang lain. Serta pemilihan warna
yang memiliki intensitas sedang sehingga tidak mengganggu
penglihatan. Sedangkan dari studi lapangan yang dilakukan diperoleh
data dalam PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah 8
anak.
2. Bentuk Perancangan
Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan aspek-aspek yang dapat membantu dalam
perancangan ini. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan psikologi
yang menekankan pada keadaan lingkungan yang dapat membantu tuna
daksa dalam beraktivitas secara mandiri.
Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem
sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang
memudahkan tuna daksa untuk mengakses ruang yang ingin dituju.
Sedangkan sistem organisasi ruang yang diterapkan adalah sistem cluster
yang menempatkan ruang berdasarkan fungsi ruang itu sendiri.
Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar
Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan
tut muri handayani. Sedangkan tema yang dipakai adalah Form Follow
Functions yang membantu tuna daksa untuk beraktivitas secara mandiri.
Karakter modern dipilih dengan pertimbangan tidak rumit dan bersifat
terang dan terbuka sehingga tercipta suasana tenang, aman dan nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Bentuk yang digunakan adalah bentuk bulat yang aman, serta bangun
matematika yang digunakan sebagai ikon untuk mendesain furniture.
Warna yang dipakai adalah warna krem, kuning dan hijau dengan
intensitas warna sedang. Penggunaan ramp, railing, dan pintu dengan
plat tendang yang aksesibel membantu tuna daksa dalam bermobilisasi.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini, antara lain :
a. Informan
Informasi yang diperoleh berasal dari pengajar maupun staf
karyawan yang bekerja di bidang pendidikan dan pelatihan serta
tempat rehabilitasi penyandang cacat sebagai subyek yang
dianggap mengerti tentang informasi yang dibutuhkan dalam
perancangan ini.
b. Arsip dan Dokumen Visual
Arsip dan dokumen yang dijadikan literatur adalah buku-
buku yang memuat tentang klasifikasi penyandang cacat tubuh dan
buku-buku lain yang menunjang pengetahuan peneliti tentang cacat
tubuh. Buku yang dipakai antara lain Pengantar Pendidikan Anak
Tuna Daksa, Handbook Prof. Dr. Soeharso Surakarta, Panduan
Penyediaan Aksesbilitas pada Bangunan dan Lingkungan, dll.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa
dijadikan referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
berkaitan dengan proyek Desain Interior ini, terutama dalam
bidang interior, misalnya tentang desain furniture, aksesbilitas,
ergonomi, dsb. Observasi dilakukan dengan mempergunakan alat
bantu berupa kamera digital, alat tulis, dsb.
b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing )
Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open–ended
dan mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini
dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna
mendapatkan data yang rinci dan mendalam.
c. Content Analisis
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
G. Skema Langkah Desain
H. Sistematika Penulisan
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi
penyebab terjadinya kecacatan serta berbagai permasalahan yang
dialami oleh para penyandang cacat, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan sasaran, serta Metodologi yang meliputi metode
sistematika pembahasan.
2. BAB II KAJIAN PUSTAKA
Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior
Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, yang
meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di
Diagram I. 1 Skema Langkah Desain
Latar Belakang
Tujuan
Penentuan Tema
Faktor Perancangan
Sasaran Desain
Kebutuhan Ruang
Batasan Perancangan
Pemecahan Masalah
Unsur Desain
Interior Sistem & Sistem Keamanan
Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Surakarta
Ide Gagasan Data Lapangan
Data Literatur Rumusan
Analisa Analisa
Aspek Pelaku Aspek Objek
Kajian Materi Pusat
Rehabilitasi
Pengelola & Pengunjung
Sirkulasi Zoning & Grouping
Fungsi, karakter, suasana dan dimensi ruang
Norma Desain (bahan, efisiensi, teknik,estetis)
Aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi,
komponen pembentuk ruang, hubungan antar ruang, sistem interior,
sistem keamanan, sistem aksesbilititas yang berguna untuk para
penyandang cacat dalam bermobilisasi.
3. BAB III KAJIAN LAPANGAN
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar
acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan
pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep
Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta.
4. BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA
a. Analisis Eksisting
1) Analisa lingkungan (keluar) termasuk di dalamnya view, akses,
arah cahaya, dll.
2) Analisa Interior termasuk di dalamnya akses, sirkulasi dan
human dimension.
b. Programing
1) Status Kelembagaan Proyek
2) Struktur Organisasi
3) Sistem Operasional
4) Program Kegiatan (kegiatan obyek TA dan kegiatan manusia)
5) Fasilitas Pengisi Ruang
6) Fasilitas Ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
7) Besaran Ruang (studi ruang dan anthropometri)
8) Sistem Sirkulasi
9) Hubungan Antar Ruang
10) Zoning dan Grouping
c. Konsep Desain
1) Ide Dasar Desain
a) Paradigma, slogan, dll
b) Bentuk
c) Suasana
2) Tema
a) Sebagai pemecahan masalah
b) Sebagai dekorasi
3) Aspek Suasana dan Karakter Ruang
4) Aspek penataan ruang/lay out
a) Sistem sirkulasi dan organisai ruang
5) Aspek Pembentuk Ruang
6) Aspek Bentuk, Bahan dan Warna
7) Interior Sistem (pencahayaan, penghawaan, akustik)
8) Desain Furniture
9) Desain Elemen Estetis
10) Sistem Keamanan (kebakaran dan keamanan)
11) Aksesbilitas (fasilitas)
5. BAB V KEPUTUSAN DESAIN
a. Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Merupakan kesimpulan dari proses analisis yang sekaligus
merupakan konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta.
b. Daftar pustaka
c. Lampiran
Aspek
Sosial,
Politik Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. ASPEK RUANG DAN DIMENSI
1. Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta dengan Pendekatan Psikologi
a. Pengertian Judul
1) Pusat : Pokok atau inti dari sesuatu.
2) Pendidikan : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003)
3) Tuna daksa : Suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai
akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau
sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan lahir. Tuna daksa sering juga
diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan
individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang
atau otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu
untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. (T.
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121)
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Psikologi : Ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang
perbuatan dan tingkah laku manusia. (Zulkifli, L. Psikologi
Perkembangan, 1986 : 5)
5) Psikologi : Studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan individu
hubungannya dengan lingkungan. (Woodworth & Marquis,
1961)
Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa
dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas
rehabilitasi yang dapat membantu orang-orang diffable untuk hidup
layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari
orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang
dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara
tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang
dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan
berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis
dan psikologis.
2. Tinjauan Umum Tuna Daksa / Cacat Tubuh
a. Pengertian Tuna Daksa / Cacat Tubuh
Cacat adalah kekurangan yang menyebabkan nilai atau
mutunya kurang baik atau kurang sempurna (yang terdapat pada
badan, benda batin atau akhlak). (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1989 : 143)
Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu
sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan lahir. Tuna daksa sering juga
diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan
individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang atau
otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk
mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. (T. Sutjihati
Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121)
Tuna daksa adalah orang yang mengalami kelainan organ
gerak tubuh, terutama gangguan gerak. (Ahmad Toha Muslim &
M. Sugiarmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 6)
Menurut The American Public Health Association seseorang
dapat dianggap cacat (handicapped) bila ia dalam batas-batas
tertentu tidak dapat bermain, belajar, bekerja atau melakukan hal-
hal lain yang dapat dilakukan oleh orang-orang sebayanya
(seumur); bila ia terhalang dalam mencapai kemampuan
sepenuhnya, baik jasmani, mental maupun rohani. (dalam Erwin
Andriyanto, 2002)
Penyandang cacat tubuh adalah seseorang yang mempunyai
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas pada tataran aktivitas
manusia normal, sebagai akibat dari kerusakan pada sebagain atau
semua anggota tubuh tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Faktor Penyebab Tuna Daksa / Cacat Tubuh
Faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan pada tubuh
dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu :
1) Berdasarkan Penyebab Kecacatan
a) Bawaan Lahir
1. Karena faktor genetik (poliomilitis).
2. Karena konsumsi gizi yang kurang.
3. Karena kontaminasi bahan kimia / radiasi yang
menyebabkan kelainan bentuk atau tidak adanya anggota
tubuh.
b) Penyakit
1. Virus polio.
2. Penyakit kelamin/gonorhoe yang menyebabkan cacat sendi
atau tulang.
3. TBC pada balita.
4. Kurang darah pada otak sehingga otak kurang berfungsi
untuk megkoordinasi organ tubuh.
5. Rusaknya susunan saraf pada tungkai yang mengakibatkan
penderita layu pada kaki.
6. Diabetes.
c) Kecelakaan lalu lintas / kecelakaan kerja
d) Akibat perang atau bencana alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Berdasarkan Tingkat Kecacatan / Derajat Kecacatan Tubuh
a) Ringan yaitu cacat yang tidak terlalu banyak memerlukan
pertolongan karena dapat mengurus diri sendiri dalam
kehidupan.
Tanda-tanda gangguan ini antara lain :
1. Mampu ambulasi jalan tanpa bantuan
2. Mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa
bantuan
3. Mampu berkomunikasi baik dengan bahasa lisan
b) Sedang yaitu cacat yang memerlukan pertolongan khusus
agar dapat hidup berdampingan dengan masyarakat.
Tanda-tanda gangguan ini antara lain :
1. Adanya hambatan dalam mobilisasi dan memelihara
diri sendiri sehingga perlu bantuan
2. Hambatan berkomunikasi mulai terlihat
c) Berat yaitu penyandang cacat yang tidak bisa hidup tanpa
pertolongan orang lain dan tetap memerlukan perawatan
khusus walaupun pertolongan sudah diberikan.
Tanda-tanda gangguan ini antara lain :
1. Hambatan mobilisasi sehingga penderita hanya tinggal
di tempat tidur atau memakai kursi roda
2. Perlu bantuan penuh dalam melakuakan kegiatan
sehari-hari
3. Hambatan komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3) Berdasarkan Kebutuhan Alat Gerak
a) Non Ambulant Wheelchair yaitu penyandang cacat yang
tidak dapat berjalan dan membutuhkan bantuan kursi roda.
b) Semi Ambulant yaitu penyandang cacat yang dapat bergerak
dan membutuhkan bantuan alat gerak seperti krug, tongkat,
brace dan frame walk.
c) Ambulant yaitu penyandang cacat yang dapat bergerak
tanpa menggunakan alat bantu. (dalam Samuel Abdul Anis,
2008)
4) Berdasarkan Kondisi yang Dialami
a) Paraplegia yaitu cidera tulang belakang sehingga
mengalami kelumpuhan sebagian.
b) Diplegia yaitu cidera pada keempat anggota gerak.
c) Tetraplegia / quadriplegia yaitu cidera tulang belakang
sehingga terjadi kelumpuhan total.
d) Ampute yaitu cidera serius pada bagian tubuh sehingga
harus menghilangkan anggota gerak / badan tersebut.
(dalam Samuel Abdul Anis, 2008)
Gambar II.1 Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kebutuhan alat gerak Sumber : Anis, Samuel Abdul, 2008
Ambulant Semi Ambulant Non Ambulant Wheelchair
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Klasifikasi Tuna Daksa
Menurut Frances G. Koenig, tuna daksa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Kerusakan yang dibawa sejak lahir / keturunan, meliputi :
a) Club-foot (kaki seperti tongkat)
b) Club-hand (tangan seperti tongkat)
c) Polydactylism (jari yang lebih dari 5 pada masing-masing
tangan atau kaki)
d) Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu
sama lain)
e) Torticollis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai
ke muka)
f) Spina-bifida (sebagian dari sumsum tulang belakang tidak
tertutup)
g) Cretinism (kerdil/katai)
h) Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidak normal)
i) Hydrocephalus (kepala yang besar karena berisi cairan)
Gambar II.2 Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kondisi tubuh Sumber : Anis, Samuel Abdul, 2008
Paralegia Tetraplegia Ampute
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
j) Clefpalats (langit-langit mulut berlubang)
k) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut)
l) Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)
m) Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota
tubuh tertentu)
n) Frederish ataxia (kerusakan pada sumsum tulang belakang)
o) Coxa valga (gangguan pada sendi paha, terlalu besar)
p) Syphilis (kerusakan pada tulang dan sendi akibat penyakit
syphilis)
2) Kerusakan pada waktu kelahiran
a) Erb’s Palsy (kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan
atau tertarik waktu kelahiran)
b) Fragilitas Osium (tulang yang rapuh dan mudah patah)
3) Infeksi
a) Tuberkolosis tulang (menyerang sendi paha sehingga
menjadi kaku)
b) Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling sumsum
tulang belakang karena bakteri)
c) Poliomyelitits (infeksi virus yang mungkin menyebabkan
kelumpuhan)
d) Pott’s disease (tuberkolosis sumsum tulang belakang)
e) Still’s disease (radang pada tulang yang menyebabkan
kerusakan pada tulang)
f) Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Kondisi traumatik
a) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)
b) Kecelakaan akibat luka bakar
c) Patah tulang
5) Tumor
a) Oxostosis (tumor tulang)
b) Osteosis fibrosa cystica (kista atau kantung yang berisi
cairan dalam tulang)
6) Kondisi-kondisi lain
a) Flatfeet (telapak kaki yang rata, tidak berteluk)
b) Kyphosis (bagian belakang sumsum tulang belakang yang
cekung)
c) Lordosis (bagian muka sumsum tulang belakang yang
cekung)
d) Perthes’ disease (sendi paha yang rusak atau mengalami
kelianan)
e) Rickets (tulang yang lunak karena nutrisi, menyebabkan
kerusakan tulang dan sendi)
f) Scilosis (tulang belakang yang berputar, bahu dan paha
yang miring)
d. Karakteristik Tuna Daksa
Karakteristik penyandang cacat dapat diuraikan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a) Karakteristik Kisik
1. Kelumpuhan salah satu anggota gerak badan menyebabkan
penderita harus menggunakan alat bantu.
2. Anggota badan dalam keadaan tidak utuh atau tidak
sempurna yang menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas
dan kurang percaya diri, sehingga memerlukan anggota
badan tiruan.
3. Kesulitan berbicara dialami sebagian besar penyandang
cacat tubuh yang disertai dengan gangguan otak.
4. Pendengaran kurang sehat
5. Penglihatan kurang peka (dalam Samuel Abdul Anis, 2008)
b) Karakteristik Mental
Masalah kejiwaan sering menyertai penyandang cacat tubuh.
Keadaan fisik yang terganggu tersebut dapat menyebabkan
tekanan jiwa, yang selanjutnya dapat menghambat
perkembangan hidup penyandang cacat tubuh. Masalah
kejiwaan tersebut dapat berupa rasa rendah diri, putus asa,
pemarah dan apatis. (dalam Samuel Abdul Anis, 2008)
e. Masalah Tuna Daksa
Masalah-masalah yang dihadapi oleh tuna daksa meliputi :
1) Masalah Fisik
Masalah fisik dapat berupa kelumpuhan anggota gerak
atas, anggota gerak bawah atau pada otot-otot penegak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
punggung. Kelumpuhan ini dapat sebagian atau dapat
keseluruhan.
2) Masalah Gangguan Fungsi
a) Gangguan fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan
berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan yang
merupakan gangguan fungsi utama kaki. Sedangkan
gangguan fungsi tangan dapat berupa gangguan
mobilisasi meraih, memegang atau menggenggam.
b) Gangguan fungsi mental yaitu menghadapi masalah
penyesuaian pendidikan maupun penyesuaian sosial.
c) Gangguan kemampuan kegiatan fisik sehari-hari, dapat
berupa gangguan komunikasi, menolong diri sendiri
maupun mengikuti kegiatan hidupnya sehari-hari.
(dalam Samuel Abdul Anis, 2008)
f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa
Kebutuhan tuna daksa dapat berupa :
a. Kebutuhan komunikasi
b. Kebutuhan mobilisasi
c. Kebutuhan memelihara diri sendiri (activities of daily
living/ADL)
d. Kebutuhan sosial
e. Kebutuhan psikologis
f. Kebutuhan pendidikan
g. Kebutuhan kekaryaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Alat Bantu Gerak
Selain perlunya aksesibilitas tersebut diatas, tuna daksa juga
memerlukan alat bantu gerak berupa :
a. Prosthetis
Prosthetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh
yang hilang. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi
Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 168)
Fungsi prosthetis dari bagian tubuh yang hilang akan
diupayakan mendekati fungsi tubuh tersebut pada sisi yang normal
atau umumnya pada orang normal. Prosthetis terbuat dari bahan
plastik resin, kayu, dan besi. Desain prosthetis antara lain :
1) Soket
2) Sendi prothesa
3) Alat terminal
4) Tali-tali
b. Orthosis
Orthosis adalah alat yang melekat pada tubuh atau anggota
gerak tubuh. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi
Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 178)
Orthosis berfungsi untuk :
1) Menghilangkan rasa nyeri karena alat ini membatasi gerak dan
mengurangi tekanan yang berasal dari berat badan.
2) Mengistirahatkan anggota tubuh yang lemah.
3) Mengurangi tekanan ke arah panjang tulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4) Mencegah dan mengoreksi deformitas sendi.
5) Memperbaiki fungsi.
Bahan yang biasa digunakan adalah :
a) Logam untuk komponen bar atau lempengan logam sebagai batang
untuk posisi tegak. Bahan yang paling sering dipakai adalah
campuran besi dan alumunium (duralumunium). Bahan ini cukup
kuat untuk menahan berat badan tetapi ringan. Bahan ini adalah
bahan plastik yang kuat.
b) Bahan kulit untuk tali pengikat kuf pada paha (tighcuff) pengikat
sendi kaki dari samping kiri atau akanan dan dari muka dan
belakang (knee cuff), pengikat alat pada betis (calf cuff). Kulit
digunakan untuk menahan stabilitas pergelangan kaki berupa tali
khusus disebut T. strap karena berbentuk huruf T. tali pengikat
pinggan berupa sabuk dan dihubungkan dengan pangkal brace
sehingga saat jalan brace menjadi stabil. (Ahmad Toha Muslim &
M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa,
1996 : 180)
Alat bantu untuk tuna daksa adalah :
a) Alat bantu jalan (Gait Aid)
Alat bantu jalan adalah alat yang digunakan untuk menambah
kelancaran jalan atau ambulasi tuna daksa. Fungsi utama alat bantu
jalan adalah :
1. Menambah stabilisasi tubuh selama ambulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Memberikan tambahan informasi sensoris dari bagian tubuh ke
otak
3. Mengurangi beban pada sistem muskuloskeletal yang kurang
kuat menahan beban
4. Membantu kecepatan gerak selama ambulasi
Jenis alat bantu jalan antara lain :
a. Tongkat (Cane)
b. Kruk (Crutches)
c. Walker
b) Kursi roda (whellchair)
Kursi roda adalah alat alternatif untuk kegiatan mobilisasi
apabila tubuh sudah kurang kemampuannya, baik akibat kondisi
neuromuskuloskeletal atau fungsi jantung dan paru-paru yang
menurun. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam
Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 195-200)
4. Aksesibilitas
Menurut buku Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan
dan Lingkungan, penyandang cacat sama halnya penduduk Indonesia
lainnya memiliki hak yang sama di seluruh bidang kehidupan. Hal ini
memiliki arti tidak adanya segala bentuk perbedaan atau diskriminasi
atas kecacatan yang dimilliki. Kurangnya fasilitas pelayanan yang
mudah dijangkau (aksesibel) merupakan hambatan bagi penyandang
cacat untuk melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh sebab itu dalam
mewujudkan kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan hak kewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
serta peran serta penyandang cacat diperlukan sarana dan upaya yang
memadai, terpadu dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat
mencapai kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat. (Panduan
Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 2-3)
Menurut UU no. 4/1997 tentang Penyandang Cacat menerangkan
bahwa penyediaan aksesbilitas penyandang cacat diupayakan
berdasarkan kebutuhan penyandang cacat sesuai dengan jenis dan
derajad kecacatan serta sesuai dengan standart yang ditentukan. (Drs.
Mardianto, Kepala YPAC Surakarta, 2010)
Penanganan dan pelayanan masalah sosial penyandang cacat di
Indonesia dilaks
anakan melalui sistem panti dan rehabilitasi berbasis masyarakat
(RBM). Lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat pada
hakekatnya melaksanakan program pelayanan sosial bagi penyandang
cacat sesuai dengan fungsinya, yaitu :
a. Sebagai tempat pelayanan dan rehabilitasi sosial
b. Sebagai tempat pendidikan dan penelitian
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan (laboratorium untuk
pengembangan metode intervensi)
d. Sebagai tempat informasi dan rujukan
Fungsi-fungsi yang dimiliki lembaga pelayanan sosial bagi
penyandang cacat diharapkan mampu menumbuhkembangkan fungsi
sosial penyandang cacat, rasa percaya diri dan memiliki ketrampilan
vokasional yang dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha /
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
karya. Hal ini tentunya harus didukung dengan sarana dan fasilitas
lembaga bagi penyandang cacat yang memadai termasuk aksesbilitas
yang tersedia.
Sampai saat ini akesibilitas bagi penyandang cacat khususnya
pada lembaga pelayanan sosial yang memberikan pelayanan bagi
penyandang cacat belum dapat dikatakan memadai. Hal ini disebabkan
masih adanya pandangan bahwa penyediaan aksesibilitas merupakan
sesuatu yang memerlukan biaya tinggi, akhirya penyediaan aksesbilitas
menjadi kebutuhan lembaga yang tidak dijadikan prioritas sebagai
bagian dari proses pelayanan bagi penyandang cacat.
Aksesibilitas penyandang cacat bersifat fisik dan non fisik.
Kondisi tersebut menjadi pemikiran untuk berupaya menghilangkan
perbedaan yang ada dengan diterbitkannya Rencana Aksi Nasional
Penyandang Cacat Indonesia tahun 2004-2013. Dalam RAN tersebut
diuraikan Program Penyediaan Aksesibilitas pada lingkungan dan
transportasi umum sebagai wujud tanggung jawab bersama dalam
rangka mensejahterakan penyandang cacat. (Panduan Penyediaan
Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 5)
1) Prinsip-Prinsip Aksesibilitas
Menurut UNESCAP Publication “Promotion On The Non-
Handicapping Environment in Asia-Pacific Countries” prinsip-
prinsip aksesbilitas untuk penyandang cacat dapat dijelaskan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a) Setiap orang harus dapat mencapai ke suatu bangunan /
lingkungan umum dengan mudah dan aman.
b) Setelah mencapai tempat / lingkungan tersebut selanjutnya
harus dapat masuk ke bangunan / lingkungan tersebut.
c) Setelah masuk ke ruang / bangunan tersebut, penyandang cacat
harus dapat memakai fasilitas yang tersedia.
d) Penyediaan aksesbilitas adalah suatu kewajiban. (Panduan
Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005
: 5)
2) Asas-Asas Aksesibilias
a) Kemudahan
Kemudahan adalah setiap orang dapat mencapai semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dsalam suatu
lingkungan.
Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari
kemudahan pencapaian ruang yang berhubungan dengan
setting ruang pada site plan (organisasi ruang), sifat ruang, jalur
dan sirkulasi. (Peraturan Perundang-Undangan Penyandang
Cacat Nasional dan Internasional, 2001).
b) Kegunaan
Kegunaan yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan
semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari
penggunaan maksimal untuk aktivitas tertentu dan fasilitas
yang ada di dalam ruangan seperti tombol dan stop kontak.
Menurut standart dari Keputusan menteri Pekerjaan Umum RI
No. 468/KPS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas
Bangunan Umum dan Lingkungan, tombol dan stop kontak
dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan
mudah dijangkau oleh penyandang cacat. (Peraturan
Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan
Internasional, 2001)
c) Keselamatan
Keselamatan yaitu setiap bangunan dalam suatu
lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi
semua orang.
Asas aksesibilitas dilihat dari keselamatan dalam
memasuki ruang dan beraktivitas di dalam ruang dinilai dari
kecuramanan ramp dan tekstur lantai. (Peraturan Perundang-
Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001)
d) Kemandirian
Kemandirian yaitu setiap orang harus bisa mencapai,
masuk dan mempergunakan semua tempat dalam suatu
lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
(Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional
dan Internasional, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas
a) Sirkulasi
Jalur sirkulasi atau rute aksesibel adalah jalur lintasan
yang aksesibel, menghubungkan suatu elemen atau ruang,
dengan elemen atau ruang lainnya dari suatu bangunan. Rute
aksesibel interior termasuk koridor, lantai, ramp, dan lift. Rute
eksterior termasuk ruang akses parker, trotoar pada jalan
kendaraan dan ramp.standart ukuran lebar minimal untuk rute
aksesibel 1 jalur adalah 110 cm, sedanngkan yang 2 jalur
adalah 160 cm. Permukaan rute aksesibel harus bertekstur
sehingga tidak licin dan memerlukan pegangan rambat untuk
menjamin pengguna terutama pada belokan yang berbahaya
(Departemen Pekerjaan Umum, 1998).
Pemakai kursi roda membutuhkan 110 cm dan pemakai
ktuk membutuhkan 95 cm untuk bersirkulasi (Departemen
Pekerjaan Umum, 1998).
b) Visual
Menurut Panero. J (1979 : 287), “the visual field” adalah
bagian dari ruang yang terukur pada pandangan mata lurus
pada saat kepala dalam keadaan diam. Dari pengertian di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa visibilitas adalah jangkauan
pandang mata saat kepala dalam keadaan diam. (dalam M.
Sholahuddin, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Penciptaan suatu tempat yang diperuntukkan bagi
penyandang cacat harus memeprhatikan jarak pandang mata
dari pemakai kursi roda. Sebagai contoh adalah panel kaca
pada pintu yang sejajar dengan mata pemakai kursi roda. Hal
ini memudahkan pemakai kursi roda untuk dapat melihat ke
dalam suatu ruang sebelum mereka memasukinya. Penempatan
televisi, rak-rak penyimpanan serta alat-alat umum lainnya
harus memperhatikan jarak pandang dari pemakai kursi roda.
(dalam M. Sholahuddin, 2006)
4) Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas
a) Ukuran dan Bentuk
b) Perabot dan Penataannya
Perpustakaan
1. Rak baca
Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan
ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. (dalam M.
Sholahuddin, 2006)
2. Meja Petugas
Dr. Suma’mur menetapkan kriteria permukaan meja adalah
setinggi siku (orang normal). Bagi pemakai kursi roda
menurut Time Saver Standards, seorang pemakai kursi roda
membutuhkan ruang untuk kakinya sebesar 66 cm. (dalam
M. Sholahuddin, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Kursi Petugas
Kursi yang ideal bagi penyandang cacat menurut Robert
James Sorenson adalah yang mempunyai sandaran tangan
yang berfungsi untuk membantu penyandang cacat
(khususnya pemakai kursi roda dan pemakai kruk) untuk
bangkit dari atau akan duduk di kursi dan stabil untuk
dijadikan tumpuan berat badan saat bangkit atau akan
duduk di kursi. (dalam M. Sholahuddin, 2006)
4. Rak Berkas
Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan
ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. (dalam M.
Sholahuddin, 2006)
c) Warna
Warna dapat digunakan dalam dekorasi sebuah ruang,
yang disediakan sebagai pemndu bagi pengguna bangunan
terutama sekali berguna bagi orang-orang yang memiliki cacat
visual. “Brightness Differentials” menurut James Holmes-
Siedle (1996) ditentukan oleh perbedaan refleksi warna-warna
yang muncul pada permukaan. Jumlah “high-contrast”
maksimum dari kombinasi warna meliputi :
1. Putih dan hitam
2. Kuning dan hitam
3. Kuning dan biru
4. Putih dan biru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5. Merah dan putih
6. Abu-abu dan putih
Menurut Satrsowinoto (1985), ditinjau dari sudut
fisiologis ada beberapa warna yang mudah atau bisa diindera
mata yaitu yang memiliki panjang gelombang antara 380-750
milimikron. Warna krem masuk dalam golongan warna kuning
yang memiliki panjang gelombang kurang lebih 600
milimikron. Untuk meningkatkan fungsi fisiologi mata,
penggunaan warna dengan panjang gelombang tinggi antara
500-700 (antara warna hijau, merah ataui oranye) perlu untuk
beberapa ruang (misalnya toilet) serta beberapa elemen ruang-
ruang (misalnya saklar lampu, stop kontak, pegangan pintu dan
grendel). (dalam M. Sholahuddin, 2006)
d) Pencahayaan
Menurut Walter Kohler (1959), lubang cahaya optimal
adalah 20% dari luas lantai. (dalam M. Sholahuddin, 2006)
e) Penghawaan
Suhu nyaman “thermal comfort” adalah 24-270C
(Wignjosoebroto, 2003), 26-270C (Sastrowinoto, 2003), dan
27,60C (Suma’mur, 1989).
f) Suara
Menurut Mangunwijaya (1997), tingkat kualitas suara
ditentukan dari lamanya bunyi, intensitas dan frekuensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Menurut Walter Kohler (1959), intensitas suara dihitung
dengan rumus : (dalam M. Sholahuddin, 2006)
----------
5. Tinjauan Umum Psikologi
a. Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Psyche berarti
jiwa dan logos berarti ilmu, sehingga psikologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan
dan tingkah laku manusia. (Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan,
1986 : 5)
Psikologi dapat diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari
sifat-sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan
kepribadiannya, dengan penadangan bahwa setiap perilaku
manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya. (Mursidin,
Psikologi Umum, 2010 : 13)
Berikut adalah beberapa pengertian psikologi menurut
Wisnubrata Hendrojuwono :
1) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari adanya jiwa dan
kehidupan jiwa (Bigot, Kohnstamm, dan Palland, 1954)
2) Psikologi adalah suatu studi sisitematik tentang tingkah laku
(Garrett, 1961)
W I =
4µd2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Psikologi adalah studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan
individu hubungannya dengan lingkungan. (Woodworth &
Marquis, 1961)
4) Psikologi adalah suatu ilmu tentang tingkah laku organisme.
(Zimbardo, 1971)
5) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan
proses mental. (Hilgard, Atkinson, dan Atkinson, 1975)
6) Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang
meliputi penerapannya kepada manusia. (Morgan, King, dan
Robinson, 1979)
7) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari laku manusia.
(Singgih Dirgagunarsa)
8) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajai tentang
hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. (Plato dan
Aristoteles)
9) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari tingkah
laku lahiriah dengan menggunakan metode observasi yang
objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons). (John
Broadus Watson)
10) Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia,
seperti perasaan panca indra, pikiran, merasa (feeling), dan
kehendak. (Wilhelm Wundt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
11) Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas
individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia
dalam hubungannya dengan alam sekitar. (Woodworth dan
Marquis)
12) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis
tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan,
normal dan abnormal, individu dan sosial. (Knight and Knight)
13) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dan hewan. (Hilgerf dan Clifford T. Morgan)
14) Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia, oleh
karena itu berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya,
sebagaimana berhubungan dengan sosiologi dan biologi.
(Ruch)
15) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia.
(Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld)
16) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang
diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.
{(Garden Murphy) (Ahmad Fauzi, 1999:12)}
Dari definisi di atas dapat dikemukakan kategori-kategori
penting dari psikologi, yaitu :
a) Psikologi sebagai ilmu, artinya dalam psikologi terdapat ciri-
ciri penting salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari
disiplin ilmu-ilmu sosial. Psikologi merupakan akumulasi
pengetahuan yang sistematis dan observatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b) Manusia atau binatang, merupakan objek yang sama dalam
psikologi. Hanya saja, manuisa bergerak dengan perilaku yang
dinamis dan berubah-ubah, sedangkan binatang bergerak
mengikuti insting yang sifatnya kebiasaan yang mengikat
kepada instingnya.
c) Psikologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala
yang tampak dan dijadikan bahan kajian dalam melihat
keadaan kejiwaan manusia atau hewan yang sesungguhnya.
d) Lingkungan sebagai daya tarik atau dorong munculnya
perilaku, yang kemudian menghubungkan psikologi dengan
sosiologi. Pengaruh lingkungan terhadap terbentuknya perilaku
manusia sangat kuat. Dalam perspektif psikologi, lingkungan
menjadi latar belakang yang cukup menentukan terbentuknya
perilaku dan sifat-sifat kejiwaan manusia.
e) Respons manusia terhadap lingkungan di sekitarnya berakibat
pada pola kehidupan.
f) Aktivitas manusia secara psikis yang dapat bersifat
instrumental maupun yang radikal dari kesadaran maupun
ketidaksadaran manusia.
g) Hakikat perilaku manusia, artinya bukan semata-mata realitas
perilaku yang tampak mudah diketahui secara kasat mata,
melainkan latar belakang dan substansi yang muncul dan
terpolakannya perilaku, baik sebagai karakteristik kejiwaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
manusia maupun sebagai refleksi dari bentuk-bentuk perilaku
temporal manusia. (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 18)
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku sebenarnya
terdiri dari sejumlah ilmu pengetahuan yang tergabung dalam
psychological sciences. Sebagai kelompok science termuda,
pengetahuan psikologi berada di bawah pengaruh filsafat.
Pengetahuan psikologi terdiri dari :
1. Psikologi Umum
2. Psikologi Pendidikan
3. Psikolgi Belajar
4. Psikologi Dalam
5. Kesehatan Mental
6. Psikologi Perkembangan (psikologi anak, psikologi remaja dan
psikologi orang dewasa)
b. Ruang Lingkup Psikologi
Menurut Nigel C. Benson dan Simon Grove (2000 : 7),
bagian-bagian yang dikaji oleh psikologi terdiri atas delapan
bagian, yaitu:
1) Psikologi Perkembangan
2) Psikologi Sosial
3) Psikologi Perbandingan
4) Psikologi Individual
5) Psikologi Kognitif
6) Bio-Psikologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
7) Psikologi Kesehatan
8) Psikologi Organisasi (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 23)
c. Sejarah Psikologi
Perkembangan psikologi sebagai ilmu diawali oleh
pandangan-pandangan para filsuf tentang jiwa. Pada tahun 1879,
laboratorium psikologi pertama kali didirikan oleh Wilhelm Wundt
(1832-1920) di kota Leipzig, Jerman. Dengan demikian, sebelum
Wilhelm merintis psikologi sebagai ilmu, ada masa ketika jiwa
dipelajari dan dikaji dengan pendekatan filosofis dan fisiologis.
Para filsuf Yunani adalah perancang utama lahirnya psikologi,
yaitu pemahaman dan kajian perilaku manusia dalam perspektif
yang ilmiah yang didasarkan pada penelitian yang objektif dan
eksperimentalistik.
Para filsuf Yunani kuno yang merenungi secara komtemplatif
tentang jiwa adalah Plato, Aristoteles, dan Socrates. Pemahaman
filosofis tentang jiwa belum merupakan kajian psikologi, bahkan
sampai abad petengahan, jiwa masih menjadi bagian pengkajian
filsafat. Para tokoh falsafat adalah Rene Descartes dengan teori
kesadaran, Wilhelm dengan teori kesejahteraan psikofisik atau
Psychophysical Paralellism, dan John Locke dengan teori Tabula
Rasa. (Rosleny Marliany, Psikologi Umum, 2010:53)
d. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan dapat disebut dengan Psikologi
Anak atau Psikologi Genetik. Pokok bahasan dari psikologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
perkembangan adalah perkembangan rohani manusia yang dialami
dari lahir sampai dewasa. Dalam proses perkembangan ini terjadi
perubahan yang terus-menerus, tetapi perkembangan ini tetap
merupakan suatu kesatuan. Masa perkembangan tersebut di
antaranya masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak sekolah, masa
remaja (pubertas dan adolesen) serta masa dewasa. (Zulkifli, L.
Psikologi Perkembangan, 1986 : 5)
Selama hidup manusia tidak pernah statis, dari lahir sampai
meninggal manusia selalu mengalami perubahan. Sehubungan
dengan perubahan tersebut dikenal dua macam perubahan, yaitu :
1) Pertumbuhan yang diartikan sebagai perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya ukuran dan struktur.
2) Perkembangan yang diartikan sebagai perubahan kualitatif,
yaitu peubahan yang progresif, koheren, dan teratur.
Sensor motorik pada masa kanak-kanak belum sesempurna
orang dewasa. Sensor motorik adalah segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam
perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan ialah otot,
saraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing
peranannya secara “interaksi positif”, artinya unsur-unsur yang
satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan
unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih
sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot,
ternyata kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yang pertumbuhan otaknya terganggu tampak kurang terampil
dalam menggerakkan tubuhnya. (Zulkifli, L. Psikologi
Perkembangan, 1986 : 41)
Gerakan-gerakan motorik dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a) Motorik Statis
Gerakan tubuh untuk memperoleh keseimbangan, misalnya
keserasian gerakan tangan dan kaki pada waktu berjalan.
b) Motorik Ketangkasan
Gerakan untuk melaksanakan tindakan yang berwujud
ketangkasan dan ketrampilan, misalnya gerak melempar,
menangkap, dll.
c) Motorik Penguasaan
Gerakan utntuk mengendalikan otot-otot, roman muka, dll.
Pada anak yang terganggu motoriknya akan berdampak pada
kurangnya rasa percaya diri. Untuk mengatasi hal tersebut maka
perlu diberikan kesempatan untuk berlatih, bermain dan belajar
agar sensor motoriknya dapat berkembang dengan baik. (Zulkifli,
L. Psikologi Perkembangan, 1986 : 43)
Aspek-aspek perkembangan anak secara umum adalah
sebagai berikut :
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mempunyai pengaruh langsung
terhadap anak karena menentukan hal-hal yang dapat dilakukan
oleh anak dan secara tidak langsung baik terhadap dirinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
sendiri maupun terhadap orang lain. Perkembangan fisik yang
normal memungkinkan anak menyesuaikan diri pada situasi
yang ada dengan tuntutan sosial untuk usianya, sedangkan
perkembangan fisik yang menyimpang akan menghambat
penyesuaian anak tersebut.
Kerusakan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi
diri anak dengan keparahan kerusakan tersebut, masa terjadinya
kerusakan, gangguan terhadap kegiatannya, reaksi orang-orang
di sekitar, dan perbedaan anak tersebut dengan anak-anak
seusianya. Pengaruh psikologi kecelakaan yang dialami sering
lebih merusak dan bertahan pada gangguan fisiknya dengan
demikian akan mempengaruhi kepercayaan anak kepada
dirinya sendiri dan sering menimbulkan rasa malu yang
digeneralisasikan. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar
Biasa, 2005 : 4)
2. Perkembangan Kemampuan Kognitif
Piaget memandang intelegensi sebagai suatu proses
adaptif dan menekankan bahwa adaptasi melibatkan fungsi
intelektual. Piaget membahas proses adaptasi yang diartikan
sebagai keseimbangan antara organisme dan kegiatan
lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dipandang
sebagai suatu hal yang terus-menerus mendorong organisme
untuk menyesuaikan diri terhadap situasi realitas, demikian
pula secara timbal balik organisme secara konstan menghadapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
lingkungannya sebagai suatu struktur yang merupakan bagian
dari dirinya. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,
2005 : 5-22)
3. Perkembangan Emosi
Pentingnya peranan emosi dalam perkembanagn diri
seseorang akan terlihat melalui akibat yang muncul sebagai
akibat deprivasi emosi. Deprivasi emosi diartikan sebagai
keadaan saat seorang anak kurang memperoleh kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman emosional yang
menyenangkan, khusunya kasih sayang, kegembiraan,
kesenangan, dan rasa ingin tahu.
Deprivasi emosi berpengaruh terhadap anak, khususnya
pada tahun-tahun pertama perkembangan dalam bentuk
kelambatan perkembangan fisik, perkembangan motorik,
perkembangan bicara, perkembangan intelektual, terhambat
dalam pergaulan dengan anak-anak lain, dan anak-anak
tersebut biasanya mementingkan diri sendiri dan sangat
menuntut pada orang-orang di sekelilingnya. (T. Sutjihati
Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 22-34)
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial berarti dikuasainya kemampuan
untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan-tuntutan
masyarakat. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,
2005 : 22-34-40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Sedangkan aspek-aspek perkembangan anak tuna daksa
adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan Kognitif
Keadaan tuna daksa menyebabkan gangguan dan
hambatan dalam ketrampilan motorik seseorang dan hal ini
akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan motorik
yang lebih kompleks pada tahap berikutnya. Keterbatasan ini
sangat membatasi ruang gerak kehidupan orang itu. Menurut
Piaget, orang tersebut tidak mampu memperoleh skema baru
dalam beradaptasi dengan suatu laju perkembangan yang
normal. Keterlambatan perkembangan ini diawali dengan
hambatan dalam fungsi motorik sederhana yang akan
berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan seseorang
secara wajar yang akhirnya berpengaruh pada perkembangan
kognitif orang itu.
Menurut Piaget, semakin besar hambatan yang dialami
dalam berasimilasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya,
maka orang tersebut akan mengalami hambatan yang lebih
besar pula dalam perkembangan kognitifnya yang kemudian
berdampak pada masalah adaptasinya sendiri. Waktu terjadinya
ketunadaksaan juga berpengaruh pada kemapuan individu
tersebut. Jika ketunadaksan terjadi pada usia dini maka hal ini
akan menghambat usaha menguasai ketrampilan dan
menghambat fungsi normal secara keseluruhan. Jika terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pada usia yang sudah menginjak remaja / dewasa, setidak-
tidaknya orang tersebut sudah menguasai ketrampilan dan
fungsi-fungsi sudah berkembang sampai titik perkembangan
tertentu. Walaupun demikian hal ini berarti suatu kemunduran
bagi orang tersebut karena orang tersebut pernah mengalami
keadaan sebagai orang normal dan akan sulit untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan tuna daksa tersebut.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sampai batas usia
tertentu ketunadaksan akan mempengaruhi laju perkembangan
dan tipe perkembangan seseorang. Ketunadaksaan yang dialami
pada usia dewasa menunjukkan efek yang lebih kecil terhadap
laju perkembangan tetapi menimbulkan pengaruh psikologik
yang lebih besar. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar
Biasa, 1996 : 104)
b. Keadaan Intelegensi
Pada sebagian besar tuna daksa, keadaan atau kelainan
tubuh tidak langsung menimbulkan kesulitan belajar dan
perkembangan intelegensi. Lain halnya dengan penderita
Celebral Palsy, kelainan yang diderita secara langsung
menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan intelegensi.
Penderita Celebral Palsy banyak megalami kesulitan dalam
berkomunikasi, persepsi maupun kontrol gerak. (T. Sutjihati
Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 105)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c. Perkembangan Bahasa
Pada tuna daksa jenis polio, perkembangan bahasa tidak
begitu berbeda dengan orang normal, lain halnya dengan
penderita Celebral Palsy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gangguan bicara dapat ditemui pada hampir setiap penderita
Celebral Palsy. Terjadinya kelainan bicara pada penderita
Celebral Palsy disebabkan oleh ketidakmampuan dalam
koordinasi motorik organ bicaranya akibat kerusakan atau
kelainan sistem neuromotor. Gangguan bicara pada penderita
Celebral Palsy biasanya berupa kesulitan artikulasi, phonasi
dan sistem respirasi. Adanya gangguan bicara pada penderita
Celebral Palsy mengakibatkan masalah psikologik, karena
kesulitan dalam menyampaikan pikiran dan keinginan seperti
orang normal. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar
Biasa, 1996 : 106)
d. Perkembangan Emosi
Ketunadaksaan secara khusus tidak menimbulkan
gangguan pada kehidupan emosi tuna daksa sendiri. Masalah
yang sering muncul sehubungan dengan sikap dan perlakuan
orang-orang normal yang berinteraksi dengan tuna daksa. Usia
ketika ketunadaksaan mulai terjadi ikut mempengaruhi
perkembanngan emosi penderita. Seseorang yang mengalami
ketunadaksaan sejak kecil mengalami perkembangan emosi
secara bertahap. Sedangkan orang yang mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
ketunadaksaan pada saat dewasa mengalami perkembangan
emosi secara mendadak. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak
Luar Biasa, 1996 : 107)
e. Perkembangan Sosial
Keterbatasan kemampuan tuna daksa sering kali
menyebabkan tuna daksa menarik diri dari pergaulan
masyarakat yang mempunyai norma prestasi yang jauh di luar
jangkaunnya. Selain itu faktor usia juga merupakan hal penting
bagi perkembangan sosial tuna daksa tuna daksa sering kali
tidak dapat berpartisipasi penuh dalam kegiatan bermasyarakat
terutama dalam kelompok sosial yang bersifat resmi. (T.
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 107-108)
f. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian secara keseluruhan
dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain :
1) Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan, merupakan
suatu variabel penting dalam perkembangan meskipun hal
ini tidak dapat terlepas dari perlakuan orang normal
terhadap tuna daksa.
2) Usia ketika ketunadaksaan terjadi, sampai batas tertentu
berpengaruh terhadap laju perkembangan individu.
3) Nampak atau tidaknya kondisi tuna daksa menunjukkan
pengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu,
terutama mengenai gambar tubuhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap tuna daksa
memiliki pengaruh besar karena sikap keluarga dan
masyarakat tersebut memepengaruhi perkembangan
kepribadian orang tersebut.
Sikap masyarakat terhadap tuna daksa menunjukkan
pengaruh yang sangat menentukan terhadap perkembangan
kepribadian individu yang bersangkutan. (T. Sutjihati Somantri,
Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 109-110)
6. Tinjauan Umum Modern
a. Pengertian Modern
Modern atau arsitektur modern merupakan perkembangan
dari klasik Barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan
Revolusi Industri mulai awal abad XIX. Pada masa ini terjadi
perubahan pola hidup dan pola pikir secara besar-besaran.
b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern
Perubahan mendasar dalam sejarah arsitektur adalah saat
hadirnya arsitektur modern. Antara tahun 1880-1890 terjadi
semacam revolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisme dan
penggunaan mesin secara besar-besaran. Pada masa ini terjadi
“ledakan” jenis bangunan yang pada masa sebelumnya tidak ada.
Pada masa modernisme awal, teori-teori keindahan
khususnya dalam arsitektur oleh Pugin, Ruskin, Moris dll
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
berkembang secara radikal menentang klasikisme. Teori ini lebih
menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian.
c. Ciri-ciri Modern
IDEOLOGI
- Satu gaya internasional
- Berupa khayalan, idealis
- Fungsinoal
- Arsitek sebagai nabi, memegang peranan penting
dalam perancangan
- Elitis untuk setiap manusia
- Bersifat menyeluruh dan luas
STYLE
- Bersifat lurus ke depan
- Sederhana
- Bentuk abstrak
- Mempertahankan kemurnian
- Estetika mesin, logika, sirkulasi, teknologi, mekanikal
- Anti ornamen
- Anti historis
- Anti humor
- Anti simbol
IDE
DESAIN
- Pemisahan fungsi
- Volume bukan massa
- Transparan
B. TINJUAN RUANG
1. Kantor / Sekretariat
a. Pengertian
Area yang digunakan untuk bekerja, baik bekerja secara
pribadi (kantor pribadi) maupun secara bersama-sama (kantor
Tabel II. 1 Ciri-ciri arsitektur modern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
publik). Area ini menggambarkan kredibilitas perusahaan, instansi
maupun badan usaha serta perorangan yang bekerja di dalamnya.
Penyatuan kepentingan ekonomi dan faktor-faktor manusia dalam
proses perancangan akan membutuhkan kepekaan dan
kewaspadaan perancang yang lebih besar pada hubungan dimensi
manusia dan ruang interior.
b. Fungsi
1) Area untuk bekerja pihak pengelola atau yayasan. Merupakan
area beraktivitas yang berhubungan dengan program kegiatan
manusia, baik pengelola maupun pengunjung.
2) Area untuk memberikan informasi berkenaan dengan fasilitas
rehabilitasi yang diberikan.
c. Fasilitas
1) Tersedia meja informasi yang terletak di area lobi/resepsionis.
Serta kursi tunggu untuk para pengunjung.
2) Tersedia meja-meja kerja serta berbagai alat penunjang lainnya,
seperti lemari penyimpanan, rak buku, dll.
Ruang-ruang yang terdapat di kantor/sekretariat adalah :
a) Lobi
b) Ruang Kepala & Wakil Kepala Yayasan
c) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah
d) Ruang Guru
e) Ruang Advokasi
f) Ruang Assesment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Ruang yang digunakan untuk melakukan tes fisik bagi para
calon peserta didik untuk mengetahui kemampuan dalam
melaksanakan tugas pekerjaan yang akan diberikan. (Handbook
Prof. Dr. Soeharso Surakarta, 2009 : 15)
2. Ruang Rehabilitasi Medis
a. Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu, dengan
pendekatan medik, psikologi sosial-edukasional–vokasional untuk
mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin.
Ruang yang digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis,
psikososial, educational, dan vokasional untuk mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
b. Fungsi
1) Meningkatkan kemampuan fungsional pasien berdasarkan
kemampuan yang masih dimiliki.
2) Untuk mempertahankan/meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dengan cara mencegah, mengurangi
impairment/kelainan, disability/ketidakmampuan dan
handicap/ketunaan beserta dampaknya melalui peningkatan
fungsi semaksimal mungkin sehingga dapat melakukan
fungsinya di masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Fasilitas
1) Tersedianya fasilitas kesehatan, seperti tempat tidur atau
matras.
2) Tersedia area untuk berkonsultasi antara tenaga medis dan
pasien.
3) Tersedianya area loket pendaftaran serta ruang tunggu pasien
berupa kursi atau sofa tunggu.
Ruang-ruang pendukung dalam ruang rehabilitasi medis adalah :
a) Ruang Fisioterapi
Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi berupa
pemijatan maupun terapi yang dikhususkan untuk melatih anggota
gerak tubuh serta keseimbangan tubuh yang tergganggu akibat
pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sempurna. Adapun
fasilitas yang tersedia di ruang fisioterapi adalah :
1. Matras (2x3 m)
2. Crawler
3. Walker
4. Tripot
5. Wall Bar
6. Paralel Bar
7. Standing Frame
8. Alat untuk duduk
9. Lemari
b) Ruang Hydroterapi
Ruang yang digunakan untuk melakukan terapi yang
memakai media air, baik air dingin maupun air panas. Adapun
fasilitas yang tersedia di ruang hydroterapi adalah :
1. Kolam untuk menampung air yang digunakan untuk terapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Area untuk berganti pakaian.
c) Ruang Terapi Okupasi
Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi pengobatan
untuk gangguan fisik,mental dan sosial dengan melakukan aktivitas
yang bermakna untuk mencapai tingkat kemandirian yang optimal.
Adapun fasilitas yang tersedia di ruang terapi okupasi adalah :
1. Matras (2x3 m)
2. Bola keseimbangan
3. Mainan untuk anak-anak
d) Ruang Terapi Psikologi
Ruang yang dipakai untuk berkonsultasi dengan psikolog
mengenai masalah yang berhubungan dengan kepribadian,
pergaulan, etika, dan masalah sosial masyarakat.
e) Ruang Pengukuran Prothetis & Orthotis
f) Loket Pendaftaran Pasien
g) Ruang Tunggu
3. Ruang Rehabilitasi Pendidikan
a. Pengertian
1) Definisi awam
Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan
dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang
menjadi warga negara yang baik. Tujuannya untuk
mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi
seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2) Menurut kamus dan ensiklopedi
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
dan pembuatan mendidik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
“Education is a social science that encompasses teaching and
learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word
education is derived from the Latin educare meaning to raise, to
bring up, to train, to rear, via educationis, bringing up, raising.”
(Ensiklopedi Wikipedia)
3) Menurut Undang-Undang
a) UU SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang.
b) UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
4) Menurut bahasa (etimologi)
a) Bahasa Yunani: berasal dari kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos”
artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi
dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the
art and science of teaching children).
b) Bahasa Romawi: berasal dari kata
Educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan
merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan
di dunia.
5) Menurut para ahli
Pendidikan adalah berbagai upaya dan usaha yang
dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan
mengatur moral mereka. (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April
2007)
a) Langefeld : mendidik adalah membimbing anak dalam
mencapai kedewasaan.
b) Heageveld: mendidik adalah membantu anak dalam mencapai
kedewasaan.
c) Bojonegoro: mendidik adalah memberi tuntunan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan
perkembangannya sampai tercapai kedewasaan.
d) Ki Hajar Dewantara: mengartikan pendidikan sebagai daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
e) Rosseau: mendidik adalah memberikan pembekalan yang
tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa
dewasa.
6) Definisi psikologi
Pendidikan mencakup segala bentuk aktivitas yang akan
memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan
untuk mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai
konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam
kegiatan belajar.
Jadi yang dimaksud dengan ruang rehabilitasi pendidikan
adalah ruang yang digunakan untuk memberikan bimbingan,
pengajaran, dan latihan secara terstruktur guna
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
b. Fungsi
1) Sebagai sarana untuk berinteraksi antara tenaga pendidik dan
peserta didik.
2) Sarana untuk mendapatkan informasi tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan hal-hal yang berhubungan dengan
sosial masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c. Fasilitas
1) Tersedia prasarana yang menunjang pendidikan, seperti alat
peraga materi pendidikan.
2) Tersedia meja kursi untuk belajar, serta papan untuk menulis.
Ruang-ruang yang termasuk dalam ruang rahabilitasi pendidikan
adalah sebagai berikut :
1. Ruang Kelas
2. Ruang Pendidikan Orang Tua
3. Perpustakaan
4. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan
a. Pengertian
Ruang yang dipakai untuk melakukan berbagai aktivitas yang
berguna untuk kemampuan latih serta dapat menjadi bekal untuk
terjun ke masyarakat dan sekaligus menjadi metode terapi yang
dapat membantu melatih anggota gerak yang tergganggu.
b. Fungsi
1) Sebagai sarana untuk mengembangkan bakat dan kemampuan
latih seseorang.
2) Sebagai area yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan
kerja serta kemampuan motoriknya.
c. Fasilitas
1) Area kerja yang terdiri dari meja kursi untuk bekerja.
2) Ruang Ketrampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
5. Bengkel Prothetis & Orthotis
a. Pengertian
Prothetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh
yang hilang.
Orthotis adalah alat yang diterapkan atau melekat pada tubuh
atau anggota gerak tubuh.
Jadi yang dimaksud dengan bengkel Prothetis & Orthotis
adalah ruang yang dipakai untuk membuat berbagai alat bantu yang
berguna untuk membantu mobilisasi penyandang cacat atau untuk
mengurangi rasa nyeri atau sakit pada bagian tubuh yang
tergganggu. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi
Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 195-200)
b. Fungsi
1) Sebagai sarana untuk membantu penyandang cacat untuk
beraktivitas dengan lebih baik.
c. Fasilitas
1) Tersedia meja kerja untuk pembuatan alat-alat prothetis &
orthotis.
2) Mesin-mesin untuk mencetak bahan baku prothetis & orthotis.
6. Pintu
a. Pengertian
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang
merupakan tempat untuk masuk dan keluar, pada umumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dilengkapi dengan penutup (daun pintu). (dalam M.
Sholahuddin, 2006)
b. Fungsi
Menurut Wibisono, W. E. (1981), fungsi utama dari sebuah
pintu adalah :
1) Akses dari suatu ruangan kebagian ruangan lain
2) Sebagai pelindung privasi
3) Sebagai rintangan pengaman
4) Sebagai rintangan dari batas suatu lingkungan (Persyaratan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
c. Analisa Khusus
1) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan
ditutp oleh penyandang cacat.
2) Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar minimal 90 cm,
dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar
minimal 80 cm.
3) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari
adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai.
4) Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan adalah
pintu geser, pintu yang berat, dan sulit untuk
dibuka/ditutup, pintu dengan dua daun pintu yang
berukuran kecil, pintu yang terbuka ke dua arah (dorong
dan tarik) dan pintu dengan bentuk pegangan yang sulit
dioperasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
5) Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu.
6) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu
dapat menutup dengan sempurna, karena pintu yang
terbuka sebagian dapat membahayakan penyandang cacat.
7) Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu
diperlukan bagi pengguna kursi roda. (Persyaratan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 3 Ruang bebas pada pintu untuk penyandang cacat Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 4 Pintu dengan plat tendang dan pegangan pintu Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
7. Ramp
a. Pengertian
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan
kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak
dapat menggunakan tangga.
b. Analisa Khusus
1) Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh
melebihi 7 derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak
termasuk awalan atau akhiran ramp (crub ramps/landing).
Kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan
maksimum 6 derajat.
2) Panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringan 7
derajat) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp
dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
3) Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi
pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp
Gambar II. 5 Pegangan pintu otomatis Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan
pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara
seksama lebarnya, sehingga bisa dipakai untuk kedua
fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan
fungsi sendiri-sendiri.
4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu
ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan
sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dengan
ukuran minimal 160 cm.
5) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus
memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
6) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang
untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak teperosok
atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung
dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan harus
dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan
umum.
7) Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan
(handrail) yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian
yang sesuai. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar II. 6 Tipikal ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 7 Kemiringan ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 8 Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
8. Toilet
a. Pengertian
Toilet adalah fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang
(tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil)
pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.
b. Analisa Khusus
1) Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus
dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol dengan sistem
cetak timbul “penyandang cacat” pada bagian luarnya.
2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna kursi roda skitar 45-50 cm.
Gambar II. 9 Letak ramp untuk trotoar Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi den
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki
bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi roda.
5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan
pelengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah
digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan
bisa dijangkau pengguna kursi roda.
6) Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem
pengungkit dipasang pada washtafel, dll.
7) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
8) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda.
9) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga
bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
10) Pada tempat-tenpat yang mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol
bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-
waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. (Persyaratan
Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar II. 10 Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan diagonal dan pendekatan samping
Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 12 Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 11 Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar II. 13 Kran wudhu dan potongan bilik pancuran Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 14 Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 15 Tipe washtafel dengan penutup bawah dan perletakan kran Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
9. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol
a. Pengertian
Perlengkapan dan peralatan kontrol merupakan perlengkapan
dan peralatan pada bangunan yang bias mempermudah semua
orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, orang
sakit, balita dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan control
peralatan tertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak dan
pencahayaan.
b. Analisa Khusus
1) Sistem alarm/peringatan
a) Harus tersedia peralatan peringatan yang terdirir dari
sistem peringatan suarta (vocal alarms), sistem
peringatan bergetar (vibrating alarms) dan berbagai
Gambar II. 16 Ruang bebas area washtafel Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada
situasi darurat.
b) Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk
memeprmudah pengoperasian sistem alarm, termasuk
perlatan bergetar (vibrating alarms) di bawah bantal.
c) Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat
dioperasikan dengan satu tangan dan tidak memerlukan
pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan
memutar lengan.
2) Tombol dan stop kontak
Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi
dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang
cacat. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan)
Gambar II. 17 Perletakan peralatan Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
C. Tinjauan Sistem Sirkulasi
1. Pengertian Sirkulasi
Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak
yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan kesinambungan pada
pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan
tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji
Suptandar, 1999 : 4)
2. Unsur-Unsur Sirkulasi
a. Pencapaian Bangunan
Pendekatan ke sebuah bangunan dan jalan masuknya
mungkin berbeda-beda dalam waktu tempuh, dari beberapa
langkah menuju ruang-ruang singkat suatu jalur panjang dan
berbelok-belok.
Terdapat 3 tipe pencapaian ke dalam bangunan, yaitu :
Tipe Pencapaian Sirkulasi Gambar Langsung, suatu pendekatan yang
mengarah langsung ke suatu tempat
masuk, melalui sebuah jalan yang
segaris dengan alur sumbu bangunan.
Tujuan visual yang mengakhiri
pencapaian ini jelas, dapat merupakan
fasade muka seluruhnya dari sebuah
bangunan atau suatu perluasan tempat
masuk di dalam bidang.
Tersamar, pendekatan yang samar-
samar meningkatkan efek perspektif
pada fasade depan dan bentuk suatu
bangunan. Jalur dapat diubah arahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tipe Pencapaian Sirkulasi
satu atau beberapa kali untuk
menghambat dan memperpanjang
urutan pencapaian. Jika sebuah
bangunan didekati pada sudut yang
ekstrim, jalan masuk dapat
memproyeksikan apa yang ada di luar
fasade sehingga dapat terlihat lebih
jelas.
Gambar
Berputar, sebuah jalan berputar
memperpanjang urutan pencapaian dan
mempertegas bentuk tiga dimensi suatu
bangunan sewaktu bergerak
mengelilingi tipe bangunan. Jalan
masuk bangunan mungkin dapat dilihat
terputus-putus selama waktu
pendekatan untuk memperjelas
posisinya atau dapat tersembunyi
sampai di tempat kedatangan.
b. Jalan Masuk ke dalam Bangunan
Untuk memasuki bangunan, sebuah ruang dalam bangunan,
atau suatu daerah dari ruang eksterior, akan melibatkan kegiatan
menembus bidang verikal yang memisahkan sebuah ruang dari
lainnya. Pada situasi normal sebuah dinding dipergunakan untuk
menetapkan dan melingkupi sebuah atau sederetan ruang-ruang,
maka jalan masuk disediakan berupa sebuah bukaan pada bidang
Tabel II. 2 Tipe Pencapaian Sirkulasi Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 231
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dinding. Bentuk bukaan dapat berupa sebuah lubang sederhana
pada dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas dan rumit.
Tanpa mengabaikan bentuk ruang yang dimasuki atau bentuk
pelingkup ruangnya, jalan masuk ke dalam ruang paling baik
ditandai dengan mendirikan sebuah bidang nyata atau tersamar,
yang tegak lurus pada jalur pencapaian. Pintu masuk dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Gambar Tipe Pintu Masuk
Pintu masuk rata
mempertahankan
kontinuitas permukaan
dinding dan jika diinginkan
dapat juga dibuat tersamar.
Pintu masuk yang
menjorok ke luar
membentuk sebuah ruang
transisi, menunjukkan
fungsinya sebagai
pendekatan dan
memberikan perlindungan
di atasnya.
Pintu masuk yang
menjorok ke dalam
memberikan perlindungan
dan menerima sebagian
ruang eksterior menjadi
bagian dalam bangunan.
Gambar II. 3 Tipe Pintu Masuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 239
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pada masing-masing pintu masuk di atas, bentuk pintu masuk
dapat serupa dengan ruang yang sedang dimasuki dan berfungsi
sebagai ruang pengantar. Jalan masuk dapat juga berlawanan
dengan bentuk ruangnya untuk memperkuat batas-batas dan
menekankan karakternya sebagai suatu tempat.
Pintu masuk dapat diletakkan terpusat di dalam bidang depan
sebuah bangunan, atau dapat ditempatkan di luar pusat bangunan
dan menciptakan keadaan simetris di sekitar bukaan. Letak sebuah
pintu masuk yang relatif terhadap bentuk ruang yang dimasuki
akan menentukan konfigurasi alur dan pola aktivitas di dalam
ruang.
Pengertian suatu pintu masuk secara visual dapat diperkuat
dengan:
1) Membuat bukaan lebih rendah, lebih lebar, atau lebih sempit
daripada yang seharusnya.
2) Membuat pintu masuk sangat curam atau berliku-liku.
3) Membuat bukaan lebih artistik dengan ornament atau hiasan-
hiasan dekoratif.
c. Konfigurasi Jalur
1) Sirkulasi Linier
Sirkulasi ini memiliki garis-garis yang
berkesinambungan pada satu arah atau lebih.
Merupakan sirkkulasi yang lurus, namun dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain,
bercabang atau membentuk kisaran (loop).
2) Sirkulasi Grid
Memiliki karakter yang dapat memungkinkan
gerakan bebas dalam banyak arah yang
berbeda-beda. Terdiri dari dua set jalur yang
berpotongan.
3) Sirkuasi Radial
Sikulasi ini melibatkan konvergensi pada
suatu titik pusat yang fungsional dan
memudahkan pencapaian titik-titik tersebut
yang merupakan tujuan bagi penumpang.
4) Sirkulasi Organik
Sirkulasi ini paling peka terhadap kondisi
tapak, kadang-kadang mengorbankan fungsi
atau logik dari sistem tersebut dan penafsiran
yang mudah.
5) Sirkulasi Jaringan
Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari
beberapa jalan yang menghubungkan titik
tertentu dalam ruangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
d. Hubungan Jalan-Ruang
1) Melalui Ruang-ruang
a) Kesatuan dari setiap ruang dipertahankan.
b) Konfigurasi jalan yang fleksibel.
c) Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk
menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya.
2) Menembus Ruang-ruang
a) Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya,
miring atai sepanjang sisinya.
b) Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan
pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya.
Gambar II. 18 Hubungan jalur-ruang melalui ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264
Gambar II. 19 Hubungan jalur-ruang menembus ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3) Berakhir Dalam Ruang
a) Lokasi ruang menentukan jalan.
b) Hubungan jalan dan ruang digunakan untuk pendekatan dan
jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan
simbolis.
e. Bentuk Ruang Sirkulasi
Ruang-ruang pergerakan membentuk suatu kesatuan bagian
dari setiap organisasi bangunan dan memakan volume bangunan
yang cukup besar. Jika dilihat hanya sebagai alat penghubung
fungsional, maka jalur sirkulasi tidak akan ada akhirnya, seolah
ruang yang menyerupai koridor. Bentuk sebuah ruang sirkulasi
ditentukan oleh :
1) Batas-batas yang ditetapkan.
2) Bentuk yang berkaitan dengan bentuk ruang-ruang yang
dihubungkan.
3) Kualitas skala, proprsi, cahaya, dan pemandangan yang
dipertegas.
4) Terbukanya jalan masuk ke dalamnya.
Gambar II. 20 Hubungan jalur-ruang berakhir pada ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5) Perannya terhadap perubahan-perubahan ketinggian lantai
dengan tangga-tangga dan landaian.
Ruang sirkulasi dapat berbentuk :
6) Tertutup
Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan
dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu
mauk pada bidang dinding.
7) Terbuka pada salah satu sisinya
Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas
visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang
dihubungkan.
8) Terbuka pada kedua sisinya
Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi
sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.
3. Sirkulasi Internal Bangunan
1) Sirkulasi Vertikal
Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara
vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya
dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga ditekankan sebagai jalur
darurat bila suatu saat terjadi bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga,
eskalator dan lift.
2) Sirkulasi Horizontal
a) Sistem Memusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Yaitu hall berfungsi sebagai pusat entrance dari berbagai
ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang pamer.
Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada
diagram berikut :
b) Sistem Jalur Tunggal
Sistem dengan menggunakan koridor sebagai penghubung
antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor
tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang
pertemuan.
D. Tinjauan Organisasi Ruang
Penyusunan setiap ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan dan
fungsi-fungsi ruang tersebut secara relatif atau pesan simbolisnya di dalam
suatu bangunan.
Syarat-syarat organisasi ruang adalah :
1. Memiliki fungsi-fungsi khusus atau persyaratan bentuk khusus
2. Penggunaan yang fleksibel dan dapat dengan bebas dimanipulasi
3. Memiliki fungsi atau kepentingan tunggal dan unik terhadap suatu
organisasi bangunan
4. Membutuhkan bukaan ke ruang luar untuk mendapatkan cahaya,
ventilasi, view atau pencapaian ke luar bangunan
5. Harus dapat dipisahkan untuk kepentingan pribadi
6. Mudah dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Menurut Francis D.K. Ching ada lima bentuk organisasi ruang, yaitu:
a. Organisasi Terpusat
Pusat suatu ruang dominan, pengelompokan
sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi
terpusat bersifat stabil.
Organisasi ini merupakan komposisi terpusat yang dikelompokkan
mengelilingi sebuah ruang yang besar dan dominan.
Kelebihannya adalah :
1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan
efektivitas yang tinggi.
2) Menciptakan konfigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris
teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
Kelemahannya adalah :
Karena bentuknya yang teratur harus cukup ruang untuk
mengumpulkan sejumlah ruang sekunder disekitarnya.
b. Organisasi Linear
Organisasi linier terdiri dari serderetan ruang
yang berhubungan langsung satu dengan yang
lain atau dihubungkan melalui ruang linier
yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari
ruang-ruang yang berulang, baik dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi.
Kelebihannya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dapat berfungsi sebagai penunjuk arah sekaligus
menggambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena
karakternya yang memanjang.
Kelemahannya adalah :
Bentuk ruangnya kurang variatif tetapi dapat memaksimalkan
pencapaian ukuran luas.
c. Organisasi Radial
Organisasi ruang jenis ini memadukan unsur-
unsur organisasi terpusat dan linier. Organisasi
ini terdiri dari ruang pusat yang dominan, dan
sejumlah organisasi linier berkembang seperti
bentuk jari. Organisasi ini adalah sebuah bentuk ekstrovert yang
mengembang ke luar lingkupnya. Bentuk lengan-lengan linier ini dapat
meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau
benda-benda lain.
Kelebihannya adalah :
Mudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Kelemahannya adalah :
Membutuhkan banyak ruang.
d. Organisasi Cluster
Organisasi ini menggunakan pertimbangan
penempatan peletakan sebagai dasar untuk
menghubungkan suatu ruang terhadap ruang
lainnya. Seringkali penghubung terdiri dari sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sel ruang yang berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan
memiliki persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi.
Suatu organisasi cluster dapat juga menerima ruang-ruang yang
berlainan ukuran, bentuk dan fungsi tetapi masih berhubungan satu
dengan yang lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti
simetri atau menurut sumbu.
Kelebihannya adalah :
1) Organisasi ini dapat menerima ruang yang berlainan ukuran,
bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lain
berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau
menurut sumbu.
2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan
langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak
berasal dari konsep geometri yang kaku.
Kelemahannya adalah :
Tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam pola
organisasi cluster, signifikasi sebuah ruang ditegaskan pada ukuran,
bentuk atau orientasi di dalam polanya.
e. Organisasi Grid
Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan
ruang-ruang yang posisinya dalam ruang dan
hubungan antar ruang diatur oleh pola grid
tiga dimensi atau bidang. Suatu grid dibentuk
dengan menetapkan sebuah pola teratur dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
titik-titik yang menentukan pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar.
Suatu organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama meskipun
berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi.
Kelebihannya adalah :
1) Organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama meskipun
berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi.
2) Suatu grid juga dapat mengalami perubahan bentuk yang lain
dengan cara pengurangan, penambahan kepadatan atau dibuat
berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid dipertahankan oleh
kemampuan mengorganisir ruang.
Kelemahannya adalah :
Dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang semua diatur
oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga sifatnya tidak
fleksibel. (Francis, D.K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan,
2000:189)
E. Komponen Pembentuk Ruang
1. Lantai
Analisa Umum
a. Definisi
Lantai adalah bagian bangunan yang penting, yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun
beban hidup atau bergerak.
Lantai merupakan bidang ruang interior yang datar dan
memiliki dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
aktivitas interior dan perabot. Lantai harus berstruktur sehingga
mampu memikul beban, permukaannya harus kuat untuk menahan
penggunaan dan aus yang terus-menerus. (Francis. D. K. Ching,
Ilustrasi Desain Interior, 1996 : 162)
b. Fungsi
Sebagai dasar untuk beraktivitas dan sebagai alas dari suatu ruang.
c. Sifat
Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya.
d. Karakter
Pemilihan bahan, pola dan warna sesuai dengan suasana ruang
yang akan dicapai.
e. Persyaratan lantai
1) Kuat dan tahan terhadap aus
2) Untuk bagian lantai yang mudah basah, disarankan untuk
menghindari penggunaan material lantai yang keras dan licin.
3) Menyerap atau memantulkan suara.
4) Mudah dibersihkan.
f. Bahan penutup lantai
1) Batu : keramik, marmer, granit, dll.
2) Gelas : kaca
3) Kayu : parquet, papan kayu
4) Fiber karpet
Analisa Khusus
a) Permukaan lantai anti slip dan tidak menyilaukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
b) Tidak memiliki perbedaan ketinggian
c) Jika lantai harus miring, kemiringan lantai maksimal 2,5%
d) Untuk ramp memiliki lebar standart 63,5 cm
e) Tidak boleh menggunakan karpet karena menghambat gerak kursi
roda
f) Tidak memakai banyak pola lantai yang membingungkan (dalam
M. Sholahuddin, 2006)
2. Dinding
Analisa Umum
a. Definisi
Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk
ruang-ruang di dalam bangunan, sebagai unsur desain bidang
dinding menyatu dengan lantai dan ceiling.
Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap
bangunan. Dinding berfungsi sebagai struktur pemikul lantai di
atas permukaan tanah, langit-langit dan atap. Menjadi muka
bangunan dan memberi proteksi dan privasi pada ruang interior
yang dibentuk. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan
Tatanan, 1996 : 176)
b. Fungsi
Dinding berfungsi untuk membatasi ruang yang satu dengan
ruang lain sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Selain itu juga
sebagai penopang dinding diatasnya (bearing wall). (dalam Doni
Sudrajat, 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
c. Sifat
Dinding dapat menentukan suasana ruang, misalnya dinding
yang bersifat permanen dan non-permanen. (dalam Doni Sudrajat,
2008)
d. Karakter
Pemilihan warna, tekstur dan pola dinding juga dapat
menentukan karakter ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut.
(dalam Doni Sudrajat, 2008)
e. Persyaratan dinding
1) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang
2) Kuat, tahan getaran dan tidak mudah retak
3) Kedap suara
4) Mudah perawatannya
5) Tahan terhadap perubahan cuaca (panas, hujan) (dalam Doni
Sudrajat, 2008)
f. Bahan penutup dinding
1) Batu : marmer, andesit
2) Kayu : triplek, bambu
3) Gelas : kaca
4) Cat : cat tembok
5) Karpet
Analisa Khusus
a) Memakai bahan yang aman (ditutup dengan karpet) untuk
mengurangi resiko kecelakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
b) Dinding harus kontras dengan lantai dan ceiling (Panduan
Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan,
2005:73)
3. Ceiling
Analisa Umum
a. Definisi
Ceiling adalah sebuah bidang yang terletak diatas garis
pandang normal manusia. Ceiling memainkan peran visual penting
dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya.
Ceiling adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior
dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk
semua yang ada di bawahnya. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur
Bentuk Ruang dan Tatanan, 1996 : 192)
b. Fungsi
Berfungsi sebgai penutup uang, tempat elemen-elmen
elektrikal dan mekanikal seperti lampu, AC, plumbing, dll. (dalam
Doni Sudrajat, 2008)
c. Bahan penutup ceiling
1) Gypsumboard
2) Kaca
3) Internit
4) Papan kayu
5) Fiberglass
6) Akrilik
7) Metal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
d. Penentuan ketinggian
Penentuan ketinggian ceiling didasarkan pada fungsi ceiling
itu sendiri, ditekankan pada proporsi ruang (panjang, lebar, dan
tinggi). Ceiling yang tinggi cenderung menjadikan ruang terasa
terbuka, segar, dan luas. Sedangkan ceiling yang rendah
mempertegas kualitas naungannya dan cenderung menciptakan
suasana intim dan ramah. Mengubah ketinggian ceiling dalam
suatu ruang atau dari satu ruang ke ruang lain dapat membantu
membentuk batas-batas spasial dan membedakan daerah-daerah
yang bersebelahan. (dalam Doni Sudrajat, 2008)
e. Persyaratan ceiling
1) Tahan terhadap kelembaban
2) Mudah perawatannya
3) Konstruksi yang kuat
4) Memiliki nilai estetis
5) Dapat berfungsi sebagai alat akustik (meredam dan
menghantarkan suara) (dalam Doni Sudrajat, 2008)
Analisa Khusus
a) Ketinggian ceiling sekitar 4 m untuk menciptakan kesan lapang
dan terbuka.
b) Memakai permainan level untuk menciptakan suasana atraktif atau
penuh semangat dan menciptakan batas-batas fungsi ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
F. Interior Sistem
1. Pencahayaan
a. Analisa Sistem Pencahayaan
1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)
Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, bulan, api dan
sumber-sumber lain dari alam (fosfor, dsb). (Suptandar, J.
Pamudji, 1999:218-219)
Pemanfaatan pencahayaan alami, dengan cara :
a) Mengurangi penggunaan lampu pada siang hari
b) Memaksimalkan masuknya cahaya alami
2) Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)
Pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia.
Misalnya cahaya lilin, sinar lampu, dll. (Suptandar, J. Pamudji,
1999:224)
Fungsi:
a) Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau
pencahayaan siang hari.
b) Digunakan bersama dengan natural light untuk mereduksi
terang gelap sumber cahaya langit.
c) Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas
dan kebutuhan. (Kaufman,1981)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pencahayaan:
1. Kuat penerangan sumber cahaya
2. Distribusi cahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3. Refleksi dinding dan plafon
Kategori lampu listrik
a. Lampu pijar
b. Lampu pelepasan gas (discharge), terdiri dari:
1) Fluorescent
2) lampu natrium tekanan rendah (SOX)
3) lampu natrium tekanan tinggi (SON)
4) lampu merkuri tekanan tingg
5) lampu metal halide
c. Electroluminescent
Pengendalian sumber cahaya buatan
1) Penyala-matian baris lampu yang sejajar lubang cahaya
2) Peredupan (dimmer) lampu
b. Teknik Pencahayaan
1) Teknik pencahayaan pada dinding
a) Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel
dinding, berfungsi lebih kepada estetis.
2) Teknik pencahayaan pada plafond
a) Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana
proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu
dipantulkan ke arah plafond.
b) Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu di
dalam plafond untuk mengurangi udara panas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Perbandingan Natural Lighting & Artificial Lighting
Pembanding Natural Lighting Artificial Lighting
KEUNTUNGAN
Natural light is free Memberi kuat penerangan hingga tingkat pencahayaan paling tinggi
Memberikan kenyamanan psikologis bagi mata
Penerangan ruang hingga 24 jam sehari
Menghasilkan penampakan objek lebih tegas dan jelas
Memberikan fleksibilitas perencanaan ruang dalam (lorong, kedalaman ruang, ruang di tengah)
Memungkinkan penggunaan ruang secara multifungsi, misalnya: auditorium sekaligus ruang konser, pertunjukan, teater, dance
KERUGIAN
Pencahayaan alami Tidak ekonomis Terbatas pada waktu siang
penempatan sumber cahaya hari 8.00 - 16.00 yang keliru mengaburkan
tingkat iluminasi yang berbeda tergantung musim
Pandangan ruang dalam bayangan, detail, pantulan silau)
Warna cahaya lampu dapat
Membutuhkan perangkat mengaburkan warna asli obyek penghalang silau langit
2. Penghawaan
a. Analisa Sistem Penghawaan
1) Penghawaan Alami
Tabel II. 4 Pemanfaatan natural light dan artificial light Sumber : Materi mata kuliah Architectural Interior Sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Berasal dari alam, dapat diperoleh dengan menggunakan
bukaan-bukaan yang dapat menjadi jalan distribusi udara segar.
2) Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan juga disebut dengan Active Building
System. Menggunakan alat bantu (komponen teknologi) dalam
mengkondisikan udara yang dingin.
b. Penerapan Sistem Penghawaan
1) Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner
(AC) Window dan Split.
2) Penggunaan exhaust untuk menyerap udara dalam keluar
ruang.
3. Akustik
Sistem akustik adalah sistem yang digunakan untuk mengatur
tingkat kebisingan suatu ruang atau bangunan. Desain akustik ruang
dalam arsitektur merupakan perencanaan dan perancangan ruang
dengan memperhatikan sumber bunyi yang mengganggu ruangan.
a. Analisa Sistem Akustik
1) Sistem akustik dapat mengurangi atau menyerap bunyi yang
ditimbulkan baik dari dalam maupun luar ruangan sesuai
dengan fungsi ruang atau bangunan.
2) Sistem akustik dapat menghantarkan bunyi yang ingin
disampaikan.
b. Material Akustik
1) Mengatasi kebisingan (Noise Barrier)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
a) Kayu
b) Batu/bata/beton
c) Logam
d) Kaca
2) Memantulkan bunyi
a) Fiberglass
b) Stirofoam
c) Multipleks
d) Lembaran logam
e) Kayu
f) Bata plester
g) Lembaran logam yang dibuat berlubang
3) Menyerap bunyi
a) Material lunak berpori (spons)
b) Material berserat (rockwool atau glasswool)
c) Material berserat dilapisi membran tidak tembus (rockwool
berlapis membran impervious)
d) Material serat dilapis panel berpori (Christina E.
Mediastika, 2009 : 103-110)
4. Sound System
Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar musik ke
seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang
perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada
pihak pengunjung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa.
5. Keamanan
a. Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection System)
Bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata
sistem parameter gagal berfungsi, misalnya bila pelaku kriminal
telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam
gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Contohnya yang
paling sederhana dari jenis ini ialah kunci.
Interior protection system diantaranya adalah:
1) Saklar magnetic (magnetic contac switch).
2) Pita kertas logam (metal foil tape).
3) Sensor pemberitahuan/pencegah bila kaca pecah (glass breaking
sensor).
4) Kamera pemantau (photo electronic eyes).
5) Pendeteksi getaran (vibration detectors).
6) Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor).
7) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door
control).
8) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red) (dalam Aziz
Danang Satoto, 2006)
b. Pengamanan Terhadap Kebakaran.
Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana
(api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga
sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat
dinding dan pintu.
1) Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu:
a) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi
terhadap perubahan suhu. Alat ini akan bereakis pada
tempratur maksimum yang melampaui batas, misalnya 700
C.
b) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap
gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran. Detektor
ini dapat digunakan pada area yang tidak berisi material-
material yang mudah terbakar dan dapat menyebabkan
penyebaran asap yang cepat.
c) Pendeteksi api (flame detector), bereaksi pada nyala api.
2) Alat pendeteksi kebakaran harus memenuhi syarat sebagi
berikut :
a) Dipasang dengan tepat dengan jumlah yang cukup dan
disesuaikan dengan ilmu ukur ruang.
b) Dipilih dan diselaraskan pada kemungkinan bahaya
kebakaran.
c) Dirakit agar alarm sebaiknya bereaksi ketika ada tanda-
tanda kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3) Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih
dibawah ini:
a) Sistem penyemprotan (sprinkle system)
b) Sistem pemadaman dengan gas (gas system)
c) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher) (dalam
Aziz Danang Satoto, 2008)
G. Furniture
Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis
besar dibagi menjadi dua yaitu :
1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak
terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja.
2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu
berada (built-in). Contoh : rak, lemari yang menyatu dengan dinding,
tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.
Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam
kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti
dibawah ini :
a. Sifat Peletakan.
Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.
b. Ukuran.
Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran
ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.
c. Bentuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
d. Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar
kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal.
e. Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu
tema tertentu.
f. Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu
kepentingan.
Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan
pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini :
1) Penentuan daerah aktif dan pasif.
a) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan
frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas
(flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya.
b) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan
frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai
digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.
2) Bentuk Kegiatan.
Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan
furniture. (dalam Aziz Danang Satoto, 2006)
H. Pertimbangan Desain
1. Bentuk
Sifat-sifat bentuk :
a. Posisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya
atau lingkungan visual di mana bantik tersebut terlihat.
b. Orientasi
Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata
angi, bentuk-bentu benda lain, atau terhadap seseorang yang
melihatnya.
c. Inersa Visual
Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersa
visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasinya
relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandangan
manusia.
Sifat-sifat bentuk dipengaruhi oleh :
1) Perspektif yang berbeda memeprlihatkan wujud atau aspek-aspek
bentuk dalam pandangan mata mnusia.
2) Jarak terhadap bentuk menentukan ukuran yang tampak
3) Keadaan pencahayaan saat melihat bentuk akan mempengaruhi
kejelasan dan wujud serta strukturnya.
4) Lingkungan visual yang mengelilingi benda mempengaruhi
kemampuan dalam menterjemahkan dan megidentifikasikan bentuk
tersebut. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan
Tatanan, 1996 : 192)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Bentuk memiliki karakter sebagai berikut :
Bentuk Karakter Lingkaran Lingkaran adalah sesuatu yang berpusat,
memiliki arah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros.
Persegi atau bujur sangkar
Bujur sangkar atau persegi menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupaan bentuk yang statis dan netral serta memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar.
Segitiga
Segitiga menunjukkan stabilitas. Jika terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jtu ke salah satu sisinya.
2. Warna
Warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi
visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan
nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok yang membedakan
suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot
visual suatu bentuk.
Warna memiliki tiga dimensi, yaitu :
a. Hue : asal usul dimana kita mengenal dan membedakan warna.
b. Value : tingkat terang dan gelap terhadap hitam atau putih suatu
warna.
Tabel II. 5 Karakter bentuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000 : 39-41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
c. Intensitas : tingkat kemurnian dan kepekatan suatu warna jika
dibandingkan dengan warna yang kualitasnya sama. (Francis DK
Ching, Ilustrasi Desain Interior, 1996: 108).
Menurut Faber Birren, warna yang nyaman untuk dilihat adalah
“Visibility is one factor in color that may be readily measured. The
ability to see clearly may be determined by experiment and test and
requires neither feeling nor judgment. As has previously been
mentioned, the eye sees best in white, yellowish, or yellow-ish green
light and worst in blue light.” (Faber Birren, Color Psychology and
Color Therapy, 1961:243)
Tipe-tipe warna menurut Faber Birren dapat dijelaskan sebagai
berikut “it is logical to use cool colors such as green or blue where the
working condition exposes the employee to relatively high
temperatures. Consversly, warm tones of ivory, cream, or peach are
suitable to soften up a vaulty or chilly space and compensate for lack
of natural light.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy,
1961:249)
Warna-warna yang berfungsi sebagai penunjuk keamanan menurut Faber Birren adalah “yellow (or yellow and black bands) is standard to mark strike-against, stumbling, or failing hazards. It is paited on obstructions, low beams, dead ends, the edges of platforms and pits. Being the color of highest visibility in the spectrum, it is conspicuous under all lighting conditions ang well adapted to the above purpose.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253)
“Orange is standard for acute hazards likely to cut, crush, burn, or shock the worker. It is painted around the edges of cutting machines and rollers. On the inside areas of machine guards and electric switch boxes, it shouts loudly when such devices are removed or left open.
Green is standard to identify first aid equipment, cabinets for stretchers, gas masks, medicines, and the like.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Red is reserved entirely and exclusively for marking of fire protection devices. It is painted on walls behind extinguishers, on floors to prevent obstruction, on valves and fittings for hose connections.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253)
Spesifikasi warna menurut Faber Birren adalah sebagai berikut :
1) Hospitals
“…warm tones such as peach and rose are desirable for the maternity division where the patient may not be seriously ill and where a will to get well is the spirit to be encouraged. Cool tones of blues, greens, grays become appropriate for chronic patient who should be reconciled to a more prolonged stay.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:264)
2) Schools
“Elementary schoolrooms are best “color conditions” in warm tones of yellow, peach, pink. These color are stimulating to young minds and are favorable for “emotionally determined actions”, as Goldstein has noted. In secondary grades, tones of green, blue-green, blue, and gray are recommended to avoid emotional distraction and to aid mental concentration.” (Faber Birren, Color Ppsychology and Color Therapy, 1961:264)
3. Elemen Estetis
Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang
memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda
tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur
yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada
akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah
bukti jelas hunian.
Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa :
a. Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.
b. Incidental : Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
c. Dekoratif : benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching,
Ilustrasi Desain Interior, 1996: 272-275).
4. Tema
Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang
penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk
karakter ruangan tertentu.
Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan
bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan
dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang
sesungguhnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
A. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) JAKARTA
1. Latar Belakang
YPAC ini terletak di Jl. Hang Lekiu III / 19 Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan. Yayasan ini berdiri pada 5 November 1954 oleh (Alm)
Ibu Sumarno Sosroatmojo dan diprakarsai oleh (Alm) Prof. Dr.
Soeharso. Yayasan ini berbentuk Organisasi Sosial Nirlaba (Non
Profit), sehingga dana yang dibutuhkan untuk opeasional berasal dari
bantuan pemerintah, swasta, perorangan, maupun bantuan lain yang
tidak mengikat. Pada awal berdiri sekolah ini bernama Yayasan
Pemeliharaan Anak Tjajtat Pusat, kemudian berganti nama menjadi
Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat Nasional.
Gambar III. 1 SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
2. Struktur Organisasi YPAC Jakarta
3. Fasilitas Pendidikan & Ketrampilan
Pendidikan untuk siswa penyandang tunadaksa di YPAC Jakarta
adalah sebagai berikut:
a. Taman Kanak-kanak Khusus Tunadaksa
b. Pendidikan Dasar Khusus Tuna Daksa (9 tahun), terdiri dari SD 6
tahun dan SMP 3 tahun.
1) SD Khusus Tuna Daksa Ringan (D) untuk siswa berkecerdasan
rata-rata / di atas rata-rata
Kepala Sekolah Tim Ahli
Komite Sekolah Tata Usaha
Wakil Kepala Sekolah I
Wakil Kepala Sekolah II
TKLB
SDLB
SMPLB Khusus
SMPLB
SMALB
SMALB Karya
SISWA
Diagram III. 1 Struktur organisasi SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2) SD Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) untuk siswa
berkecerdasan di bawah rata-rata (cacat ganda)
3) SMP Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) merupakan jenjang
lanjutan SD Khusus Tunadaksa (D1)
c. Pendidikan Menengah, meliputi Sekolah Menengah Atas Khusus
Tuna Daksa Sedang (D1) yang merupakan lanjutan dari SMP
Khusus Tuna Daksa Sedang (D1)
d. Latihan Kerja Terlindung / Unit Karya (Sheltered Workshop).
Program ketrampilan yang diberikan adalah :
1) Menenun (membuat kain pel)
2) Kerajinan tangan
3) Merakit kepala korek api (bekerja sama dengan PT. Tokai)
4) Pertanian (tanaman hydroponic dan tanaman hias)
5) Membuat telur asin
6) Membuat sari minuman (nata de coco dan nata de radia)
7) Membuat sablon
e. Kegiatan pendukung
1) Pramuka
2) Olahraga
3) Terapi musik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Gambar III. 2 Ruang kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 3 Furniture untuk kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 4 Ruang kelas bahasa (kanan) dan menggambar (kiri) untuk SMP Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar III. 5 Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 6 Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang Sumber : dok pribadi, 2009
Gambar III. 7 Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
4. Layanan Medis
Pelayanan medis yang diberikan oleh YPAC Jakarta untuk para
penyandang cacat tubuh adalah sebagai berikut :
a. Poliklinik
b. Fisioterapi
c. Terapi wicara
d. Hydroteraphy (latihan renang)
e. Terapi Okupasi
f. Pengawasan kesehatan umum / gigi
g. Bengkel pembuatan alat bantu gerak (sepatu Orthopedia dan sepatu
penyangga / brace)
5. Layanan Sosial
a. Asrama untuk karyawan dan anak yatim piatu asuhan YPAC
Jakarta.
b. Pendidikan untuk oranng tua penderita (Parents Education).
c. Rekreasi untuk sosialisasi anak.
d. Mencari keluarga angkat bagi yang memerlukan.
e. Tempat penitipan anak untuk anak Celebral Palsy (CP) berumur 2-
12 tahun yang belum dapat bersekolah. Celebral Palsy adalah
kelainan pada otak yang mengakibatkan kerusakan pada fungsi
motorik (gerak).
Unit penyantunan untuk anak berumur 12 tahun ke atas yang hanya
mampu latih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
6. Aksesibilitas
Sekolah yang terdiri dari beberapa bangunan ini memiliki
berbagai fasilitas pendukung yang dapat membantu para penyandang
cacat untuk bermobilisasi dengan baik. Fasilitas tersebut antara lain
ramp, railing pegangan tangan, dll.
7. Sirkulasi dan Aktivitas
Waktu operasional
Senin-Jumat : 07.30-14.30 WIB
YPAC Jakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan
Minggu.
Aktivitas Pengunjung
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Peserta didik SLB
- Belajar formal dan
ketrampilan
Ruang kelas
penddidikan dan
ketrampilan
Gambar III. 8 Tangga darurat dan ramp Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
- Ke toilet Lavatory
Pasien rehabilitasi
- Mendaftar untuk periksa Loket
- Menunggu Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi
Aktivitas Pengelola
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Pengelola sekolah
- Menyambut tamu Ruang tamu atau
ruang tunggu
- Rapat Ruang rapat
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pengelola rehabilitasi
- Mengelola administrasi Ruang kantor dan
administrasi
- Rapat Ruang rapat
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Aktivitas Tenaga Medis
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Terapis
Memeriksa pasien Ruang fisioterapi,
ruang hydroterapi,
ruang okupasi
terapi, ruang
terapi wicara
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pemeriksaan kesehatan Ruang dokter gigi
Tabel III. 1a Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
Tabel III. 1b Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Dokter umum
umum/gigi
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Psikolog - Memberikan bimbingan
psikologis
Ruang bimbingan
psikologis
Tenaga prothetis &
orthetis
Membuat alat bantu
prothetis & orthotis
Bengkel kerja
prothetis & othotis
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
8. Zoning dan Grouping
a. Zoning
Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi
publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi
publik yang lebih dominan.
b. Grouping
Publik : Ruang terapi
Semi Publik : Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat : Kantor, asrama.
Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola
9. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Setiap ruang di YPAC Jakarta menggunakan lantai keramik
dengan jenis dan ukuran yang berbeda. Sedangkan untuk kamar
Tabel III. 1c Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
mandi menggunakan keramik bermotif yang tidak licin karena
memiliki tekstur garis-garis.
b. Dinding
Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa
dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya
menggunakan cat dinding warna putih dan krem.
c. Ceiling
Seluruh ruang di YPAC Jakarta menggunakan ceiling
berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih.
Sedangkan untuk selasar menggunakan internit berwarna putih
sebagai penutup ceilingnya.
10. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Jakarta memanfaatkan
pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela.
Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL dan
downlight.
b. Penghawaan
Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan
ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika
diperlukan.
c. Akustik
Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan
baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
d. Sistem Keamanan
Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.
Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
11. Furniture
Furniture pada YPAC Jakarta terbuat dari kayu dengan finishing
cat duco atau pelitur.
12. Pertimbangan Desain
a. Bentuk
Bentuk bangunan dan furniture pada YPAC Jakarta memakai
bentuk yang konvensional, yaitu kotak.
b. Warna
Warna yang menjadi dominan pada bangunan YPAC Jakarta
adalah warna putih. Sedangkan warna furniture lebih beragam,
yaitu merah, hijau dan coklat.
c. Elemen Estetis
Elemen estetis terlihat pada pemilihan warna pada furniture, yaitu
merah dan hijau.
Gambar III. 9 Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
d. Tema
Tema yang dipakai adalah warna yang dapat menarik perhatian
anak didik untuk belajar.
B. BBRSBD PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA
1. Latar Belakang
Awal berdirinya BBRSBD Prof. Dr. Soeharso dipicu oleh
banyaknya korban perang pada tahun 1945-1950. Sejak saat itu
dimulailah pembuatan tangan dan kaki tiruan (Prothese) di garasi
mobil Rumah Sakit Umum Surakarta yang dipelopori oleh (alm) Prof.
Dr. Soeharso dan (alm) R. Soeroto Reksopranoto. Karena usaha
tersebut mendapat perhatian dari Kementrian Kesehatan maka pada
tahun 1950 didirikan Rehabilitasi Centrum oleh Jend. Gatot Subroto,
kemudian pada tahun 1951 Jend. Gatot Subroto menyerahkan
bangunan itu kepada (alm) Prof. Dr. Soeharso. Pada tanggal 28
Agustus 1951 berdirilah Balai Pembangunan Penderita Cacat
(Rehabilitasi Centrum) pertama di Indonesia.
Balai Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) ini
bertugas untuk membuat tangan dan kaki tiruan (prothese) serta
memberikan pendidikan dan pelatihan untuk para penyandang cacat
yang menunggu prothese tersebut selesai dikerjakan. Kemudian Balai
Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) berubaha nama
menjadi Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (LRPC), dan pada
tahun 1982 berubah kembali menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Cacat Tubuh (PRPCT) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Pada tahun
1994 PRPCT “Prof. Dr. Soeharso” berubah menjadi Pusat Rehabilitasi
Sosial Bina Daksa (PRSBD) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Setelah
SK Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003 turun maka pada tanggal
23 Juli 2003 PRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta diubah menjadi
Balai Besar Sosial Bina Daksa (BBRSBD) “Prof. Dr. Soeharso”
Surakarta.
Selain melayani masyarakat umum yang menderita kecacatan,
BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta juga membantu para
penyandang cacat yang berasal dari ABRI.
2. Stuktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003
tanggal 23 Juli 2003, Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
(BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta dipimpin oleh seorang
Kepala Balai dengan dibantu oleh satu Kepala Bagian dan tiga Kepala
Bidang, Kelompok Jabatan Fungsionl, dan empat Kepala Instalasi,
meliputi :
Gambar III. 10 BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 3 Sub Bagian :
1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Kepegawaian
3) Sub Bagian Keuangan
b. Bidang Program dan Advokasi Sosial, tediri dari 3 Seksi :
1) Seksi Program
2) Seksi Advokasi
3) Seksi Evaluasi dan Laporan
4) Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri dari 3 Seksi :
5) Seksi Identifikasi
6) Seksi Bimbingan Sosial
7) Seksi Bimbingan Ketrampilan
c. Bidang Penyaluran dan Bibingan Lanjut, terdiri :
1) Seksi Penyaluran
2) Seksi Kerjasama
3) Seksi Bimbingan Lanjut
d. Instalasi, terdiri dari 4 Instalasi :
1) Instalasi Bengkel Prothese dan Orthosis
2) Instalasi Perawatan Revalidasi
3) Instalasi Penambahan Pengetahuan Lanjut
4) Instalasi Unit Produksi (Workshop)
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta
menurut SK Mensos RI No : 55/HUK/2003 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi
a. Pelayanan Rehabilitasi Medik
Pelayanan ini meliputi operasi bedah orthopedi, perawatan
kesehatan, fisioterapi, occupational therapy dan pemberian alat
bantu orthopedi.
b. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Psikologi
Kepala
Bagian Tata Usaha
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
UmumSub Bagian
Kepegawaian
Bidang Rehabilitasi
Sosial
Bidang Penyaluran &
Bimbingan Lanjut
Bidang Program &
Advokasi Sosial
Seksi Program
Seksi Advokasi
Seksi Evaluasi &
Laporan
Seksi Identifikasi
Seksi Bim. Sosial
Seksi Bim.
Ketrampilan
Seksi Penyaluran
Seksi Kerjasama
Seksi Bim. Lanjut
Kelompok Fungsional
Instalasi Bengkel Prothese &
Instalasi Perawatan Revalidasi
Instalasi Penambahan Pengetahuan
Instalasi Unit Produksi (workshop)
Diagram III. 2 Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Bimbingan mental psikologis, bimbingan sosial, terapi kelompok
dan konseling individu.
c. Pemberian Penambahan Pengetahuan
Usaha untuk meningkatkan pengetahuan pada tingkat pendidikan
tertentu untuk memenuhi persyaratan masuk salah satu jenis
ketrampilan.
d. Bimbingan Penyuluhan Pemilihan Pekerjaan (Vicational Guidance)
Bimbingan dan penyuluhan untuk memberikan bantuan kepada
kelayan agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
dalam keitannya dengan pekerjaan.
e. Vocational Assesment
Kegiatan pemeriksaan terhadap berbagai ciri khas kelayan yang
menyangkut kemampuannya dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
f. Case Conference
Dilakukan untuk merencanakan pelayanan rehabilitasi bagi
kelayan, termasuk pnentuan vak / ketrampilan kerja yang dilakukan
oleh Tim Rehabilitasi yang terdiri dari berbagai profesi antara lain :
1) Officer Rehabilitation
2) Assistance Rehabilitation
3) General Officer Manager
4) Medical Officer
5) Care Medical Officer
6) Technician of Prothetic & Orthotic
7) Pshychologist
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
8) Social Worker
9) Revalidation
10) Paedagoog
11) Vocational Guidance Officer
12) Spiritual Guidance Officer
13) Chief of Instructure
14) Head of Dormitories
15) Social Assistance
16) Placement Officer
g. Bimbingan Ketrampilan Kerja
Bimbingan kerja ini dilakukakn selama 8 bulan, meliputi berbagai
ketrampilan sebagai berikut :
1) Penjahitan putra
Gambar III. 11 Kelas menjahit untuk putra Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
2) Penjahitan putri
3) Fotografi
Gambar III. 12 Kelas menjahit untuk putri Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 13 Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
4) Reparasi sepeda motor
5) Salon kecantikan
6) Handycraft
Gambar III. 14 Kelas reparasi sepeda motor Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 15 Kelas salon kecantikan Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 16 Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
7) Percetakan
8) Pertukangan las dan bubut
9) Pertukangan kayu
10) Pelitur
11) Ukit kayu
12) Elektronika
13) Border
14) Komputer
Gambar III. 17 Bengkel las dan bubut Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 18 Kelas pertukangan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
15) Machine sewing
16) Bengkel prtothese dan orthese
h. Praktek Kerja Lapangan
Memberikan bekal kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan
kepada kelayan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.
Gambar III. 19 Ruang komputer Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 20 Bengkel pembuatan tangan & kaki tiruan (kanan) dan display Prothese & Orthese (kiri)
Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
i. Bimbingan Kewirausahaan
Mempersiapkan kelayan yang akan kembali ke masyarakat
sehingga mampu untuk mengahadapi persaingan bisnis yang
berkembang di masyarakat.
j. Praktek Belajar Kerja
Praktek ini dilaksanakan di perusahaan atau home industri selama 2
minggu sebelum kelayan megikuti ujian. Hal ini bertujuan untk
mendapat pengalaman beradaptasi dengan dunia kerja dan
membentuk kesiapan mental dan fisik kelayan.
k. Ujian Ketrampilan Kerja
Mengevaluasi kemampuan kelayan pada akhir bimbingan
ketrampilan yang telah dilaksanakan selama 8 bulan.
4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut
a. Tahap Penyaluran
Penempatan / penyaluran kerja bagi para kelayan berpedoman
pada:
1) Self Employment yaitu penyaluran kerja yang diarahkan untuk
dapat mandiri / berwiraswata.
2) Open Employment yaitu system penyaluran kerja secara
terbuka, dalam artian para kelayan dapat disalurkan ke
perusahaan yang membutuhkan.
3) Sheltered Employment yaitu system penyaluran kerja yang
dilakukan dalam bentuk terlindung, karena penyandang cacat
belum memungkinkan untuk bekerja secara mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Pelaksanaan penyaluran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a) Dikembalikan ke Kantor Dinas Sosial pengirim
b) Mendiri pribadi
c) Melalui perusahaan, home industri dan instansi
d) Melalui LBK, KUBE, Sheltered Workshop
b. Tahap Bimbingan Lanjut & Terminasi
Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi / kualitas
kemampuan fisik, mental, sosial dan vokasional eks kelayan
melalui bimbingan peningkatan hidup bermasyarakat,
pengembangan usaha kerja, bimbingan pemantapan / peningkatan
usaha kerja serta mengkaji kesiapan untuk terminasi.
5. Aksesibilitas
Penyediaan aksesbilitas sebagai fasilitas utama yang membantu
para penyandang cacat sangat perlu diperhatikan agar para pengguna
dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk dapat beraktivitas secara
leluasa.
Gambar III. 21 Ramp yang terletak di luar bangunan serta railing pegangan untuk tangan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
6. Sirkulasi dan Aktivitas
Waktu operasional
Senin-Jumat : 08.00-14.00 WIB
Prof. Dr. Soeharso Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari
Sabtu dan Minggu.
Aktivitas Pengunjung
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Peserta didik
(ketrampilan)
- Belajar formal dan
ketrampilan
Ruang kelas
penddidikan dan
ketrampilan
- Istirahat/tidur Kamar asrama
- Ke toilet Lavatory
Pasien rehabilitasi
- Mendaftar untuk periksa Loket
- Menunggu Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi
Gambar III. 22 Ramp memakai bahan keramik yang licin dan tidak aman untuk digunakan Sumber : dok pribadi, 2010
Tabel III. 2a Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Aktivitas Pengelola
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Pengelola rehabilitasi
- Menyambut tamu Ruang tamu atau
ruang tunggu
- Melakukan pekerjaan Kantor administrasi
- Rapat Ruang rapat
- Mengelola administrasi Ruang kantor dan
administrasi
- Seminar/lokakarya Gedung pertemuan
- Melakukan pengawasan
rehabilitasi
Ruang kepala
- Melakukan cek fisik Ruang assesment
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Aktivitas Tenaga Medis
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Terapis
Memeriksa pasien Ruang fisioterapi
dan ruang okupasi
terapi.
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Dokter umum
Pemeriksaan kesehatan
umum/gigi
Ruang dokter gigi
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Psikolog - Memberikan bimbingan
psikis
Ruang bimbingan
psikologi
Membuat alat bantu Bengkel kerja
Tabel III. 2b Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Tenaga prothetis &
orthetis
prothetis & orthotis prothetis & othotis
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
7. Zoning dan Grouping
a. Zoning
Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi
publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi
publik yang lebih dominan.
b. Grouping
Publik : Ruang terapi dan klinik
Semi Publik : Perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat : Kantor, asrama.
Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola
8. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Setiap ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan
lantai keramik dengan jenis dan ukuran yang berbeda.
b. Dinding
Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa
dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya
menggunakan cat dinding warna krem.
Tabel III. 2c Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
c. Ceiling
Seluruh ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan
ceiling berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih.
9. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang-ruang Prof. Dr. Soeharso Surakarta
memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk
melalui jendela. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan
lampu TL.
b. Penghawaan
Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan
ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika
diperlukan.
c. Akustik
Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan
baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
d. Sistem Keamanan
Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.
Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
10. Furniture
Furniture yang ada memakai bentuk-bentuk konvensional yang
tetap disesuaikan dengan kebutuhan penyandang cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
11. Pertimbangan Desain
a) Bentuk
Bentuk bangunan dan furniture pada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta memakai bentuk kotak.
b) Warna
Warna yang dipakai pada bangunan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso
Surakarta adalah warna krem dan coklat.
c) Elemen Estetis
Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis
yang dapat menjadi point of view dalam perancangan BBRSBD
Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
d) Tema
Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada
pemilihan warna coklat dan banyaknya tanaman yang ada di sekitar
lingkungan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
C. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA
1. Latar Belakang
Yayasan sosial ini terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 364
Surakarta, berdiri pada tanggal 5 Februari 1953 yang diprakarsai oleh
Prof Dr. Soeharso. Yayasan sosial nirlaba ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi anak cacat dan melatih kemandirian serta
memperjuangkan kesetaraan hak anak cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
2. Pelayanan Pendidikan
a. Unit SLB-D untuk penyandang cacat tubuh yang terdiri dari TK,
SD, dan SMP.
b. Unit SLB-D1 untuk penyandang cacat tubuh yang disertai cacat
mental. Unit ini terdiri dari TK, SD, SMPLB, dan SMALB.
Menurut PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah
8 anak. Hal ini menyebabkan besaran ruang kelas yang dibutuhkan
juga terbatas. Tujuan diadakannya peraturan ini adalah untuk
memudahkan dalam menanam konsep belajar pada anak, terutama
untuk anak yang memiliki kecerdasan dibawah normal. Pendidikan
untuk Sekolah Luar Biasa perlu menggunakan alat peraga untuk
mempermudah dalam proses belajar mengajar, sedangkan waktu satu
mata pelajaran yang diperlukan adalah 2x35 menit.
Gambar III. 23 Ruang kelas untuk SD-D Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Gambar III. 24 Ruang kelas SDLB-D1 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 26 Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 25 Ruang kelas SMPLB-D Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Fasilitas pendukung pendidikan yang dimiliki oleh YPAC
Surakarta adalah ruang perpustakan yang dapat digunakan oleh anak
didik, orang tua siswa maupun untuk umum.
Selain kegiatan pendidikan sekolah, yayasan ini juga
menyediakan kegiatan ekstrakulikuler yang terdiri dari :
1) Pramuka
2) Kesenian
3) Ketrampilan
4) Olah raga
5) Komputer
3. Pelayanan Ketrampilan / Pravokasional
Layanan ini diberikan kepada siswa lulusan SLB atau juga untuk
penyandang cacat yang berasal dari luar yayasan. Kegiatan
ketrampilan yang diberikan antara lain membuat kerajinan dari manik-
manik, membuat kain pel, dll. Kegiatan tersebut selain membantu para
penyandang cacat agar memiliki kemandirian dalam bekerja juga
Gambar III. 27 Ruang perpustakaan YPAC Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
sebagai terapi untuk membantu saraf motorik agar dapat bergerak
dengan lebih leluasa.
4. Layanan Medis
Pelayanan yang diberikan antara lain :
a. Fisioterapi
Terapi ini diberikan untuk penderita gangguan pertumbuhan atau
keseimbangan tubuh. Terapi dilakukan dengan memijat dan
menggerakan bagian tubuh tertentu agar tubuh tidak terasa kaku
dan dapat bergerak dengan lebih baik.
Gambar III. 28 Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta
Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 29 Standing frame dan parallel bar Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
b. Hydroterapi
Terapi ini juga diberikan untuk penderita gangguan
pertumbuhan dan keseimbangan tubuh. Media yang digunakan
Gambar III. 31 Kolam untuk hydroterapi Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 30 Tripot, tempat duduk dan wall bar Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
adalah air, biasanya penderita diterapi di dalam kolam renang
sehingga saraf motoriknya dapat terlatih dengan perlahan-lahan.
c. Terapi Wicara
Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu penderita untuk
dapat berkomunikasi dengan baik, karena pada dasarnya terapi ini
diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan bicara, bahasa
dan suara serta gangguan menelan dan sistem pernapasan.
Ruang ini dilengkapi dengan lapisan kedap suara agar suara
yang ditimbulkan tidak terdengar sampai keluar. Begitu pula
dengan suara yang berasal dari luar ruangan tidak dapat masuk ke
dalam, sehingga tidak mengganggu konsentrasi pasien yang sedang
diterapi.
d. Terapi Okupasi
Terapi ini untuk melatih pasien yang mengalami gangguan
fisik, mental dan sosial melalui aktivitas yang bermakna untuk
mencapai tingkat kemandirian optimal dalam fungsional harian.
Gambar III. 32 Ruang untuk terapi bicara Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
e. Pembuatan alat bantu gerak / jalan
Selain memberikan terapi medis, yayasan ini juga membantu
para penyandang cacat yang memerlukan alat bantu gerak, seperti
prothese, brace, kruk, walker, kursi roda, dll.
f. Terapi Prana
Teknik pengobatan ini betujuan untuk membantu
meregenerasi otak, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan
kecerdasan. Terapi ini bermanfaat untuk penderita gangguan
bicara, gangguan tingkah laku sosial, dll.
5. Layanan Rehabilitasi Sosial
Bagi para penyandang cacat yang berasal dari luar kota
disediakan asrama (putra-putri). Selain untuk tempat tinggal asrama ini
juga digunakan untuk tempat terapi.
Gambar III. 33 Ruang okupasi dilengkapi dengan matras sebagai alat bantu untuk terapi
Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
6. Layanan Psikologi
Pelayanan ini diberikan untuk membantu para penyandang cacat
untuk berkonsultasi tentang masalah serta kesulitan yang dihadapi agar
tidak menghambat dalam proses pengobatan maupun proses belajar.
7. Aksesibilitas
Selain untuk membantu para penyandang cacat dalam
beraktivitas, syarat bangunan yang berfungsi sebagai lembaga
pelayanan sosial bagi penyandang cacat, maka yayasan ini juga
dilengkapi dengan aksesbilitas sebagai berikut :
a. Ramp
Gambar III. 34 Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 35 Ramp yang menghubungkan level lantai yang rendah dan tinggi Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
b. Tangga
Gambar II. 36 Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 37 Tangga darurat menuju lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010
Gambar III. 38 Gedung serbaguna / gedung pertemuan Sumber : dok pribadi, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Selain berbagai ruang yang berfungsi untuk pelayanan
pendidikan dan rehabilitasi di atas, YPAC Surakarta juga memiliki
gedung serbaguna yang biasa digunakan untuk seminar maupun
pertemuan lain yang berhubungan dengan penyandang cacat.
8. Sirkulasi dan Aktivitas
Waktu operasional
Senin-Sabtu : 07.00-14.00 WIB
YPAC Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan
Minggu.
Aktivitas pengunjung
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Peserta didik SLB
(ketrampilan)
- Belajar formal dan
ketrampilan
Ruang kelas
penddidikan
Perpustakaan
- Istirahat/tidur Kamar asrama
- Ke toilet Lavatory
Peserta didik
(ketrampilan)
- Melakukan ketrampilan Ruang ketrampilan
Orang tua - Belajar Ruang pendidikan
orang tua
Perpustakaan
Pasien rehabilitasi
- Mendaftar untuk periksa Loket
- Menunggu Ruang tunggu
- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi
Tabel III. 3a Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Aktivitas Pengelola
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Pengelola rehabilitasi
- Menyambut tamu Ruang tamu atau
ruang tunggu
- Melakukan pekerjaan Kantor administrasi
- Rapat Ruang rapat
- Mengelola administrasi Ruang kantor dan
administrasi
- Seminar/lokakarya Gedung pertemuan
- Melakukan pengawasan
rehabilitasi
Ruang kepala
- Melakukan cek fisik Ruang assesment
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pengelola sekolah
- Bekerja Kantor (ruang
kepala sekolah dan
ruang guru)
Aktivitas Tenaga Medis
PELAKU AKTIVITAS FASILITAS
Terapis
Memeriksa pasien Ruang fisioterapi,
ruang hydroterapi,
ruang terapi
wicara dan ruang
okupasi terapi.
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Pemeriksaan kesehatan Ruang dokter gigi
Tabel III. 3b Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Dokter umum umum/gigi
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
Psikolog - Memberikan bimbingan
psikis
Ruang bimbingan
psikologi
Tenaga prothetis &
orthetis
Membuat alat bantu
prothetis & orthotis
Bengkel kerja
prothetis & othotis
- Ke toilet Lavatory
- Ibadah Mushola
9. Zoning dan Grouping
a. Zoning
Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi
publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi
publik yang lebih dominan.
b. Grouping
Publik : Ruang terapi
Semi Publik : Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan
Ruang Privat : Kantor, asrama.
Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola
10. Elemen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan lantai
keramik dengan jenis, ukuran dan warna yang berbeda. Sedangkan
pada ruang-ruang yang lain menggunakan tegel.
Tabel III. 3c Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
b. Dinding
Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa
dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya
menggunakan cat dinding warna krem, biru muda dan putih.
c. Ceiling
Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan ceiling
dari cor beton yang difinishing dengan cat warna putih dan krem.
Sedangkan beberapa ruang menggunakan ceiling berbahan internit
warna putih.
11. Interior Sistem
a. Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Solo memanfaatkan
pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela.
Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL.
b. Penghawaan
Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan
ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika
diperlukan.
c. Akustik
Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan
baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.
d. Sistem Keamanan
Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.
Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
12. Furniture
Furniture yang ada di YPAC Surakarta memakai bentuk yang
konvensional, yaitu kotak.
13. Pertimbangan Desain
a. Bentuk
Bentuk bangunan pada YPAC Surakarta memakai bentuk kotak
yang terdiri dari beberapa bangunan yang dihubungkan dengan
koridor.
b. Warna
Warna yang dipakai pada bangunan YPAC Surakarta adalah warna
krem, putih dan coklat.
c. Elemen Estetis
Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis
yang dapat menjadi point of view dalam perancangan YPAC
Surakarta.
d. Tema
Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada
pemilihan warna coklat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
BAB IV
DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
A. ANALISA EKSISTING
1. Asumsi Lokasi
Pemilihan lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat, perlu
diperhatikan kriteria – kriteria sebagai berikut :
a. Lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat harus strategis, yaitu
mudah dijangkau oleh umum.
b. Lokasi harus sehat, pengertiannya yaitu :
1. Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi
polusi udara maupun pencemaran lainnya.
2. Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah
rawa maupun tanah yang berpasir. Lokasi tidak berada di tanah
yang masih aktif (tanah gerak) yang dapat menyebabkan lantai
bangunan retak atau bergelombang.
3. Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional.
4. Tidak berada di daerah yang memiliki tingkat kebisingan yang
tinggi.
Berdasarkan pertimbangan kriteria di atas maka lokasi Pusat
Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta menurut kondisi
daerah setempat adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
a. Berada di pinggiran kota yang cukup strategis agar proses rehabilitasi
tidak terganggu dengan kebisingan dan mudah dijangkau.
b. Lokasi dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya.
2. Potensi Lingkungan
Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan
kepindahan ibukota Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala setelah
pemberontakan orang-orang Tionghoa yang dipimpin oleh Mas Garendi
Gambar IV.1 Denah asumsi lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Gambar IV.2 Peta kota Surakarta Sumber : www.google .com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II. Sebelum kepindahan Keraton
Mataram, Desa Sala merupakan desa perdikan yang memiliki Bandar
(pelabuhan besar) di kampung Mojo yang berada di pinggiran Bengawan
Sala. Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan
Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan
Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah keraton baru di Surakarta
pada tahun 1745, 20 km ke arah tenggara dari Kartasura di desa Sala di
tepi Bengawan Solo.
Pada perkembangannya sekarang, Kota Surakarta berkembang
menjadi kota perdagangan yang pesat. Berada di lintasan strategis jalur
selatan Jawa yang menghubungan Jakarta dan Surabaya. Kota Surakarta
sendiri dikelilingi oleh wilayah hinterland; Sukoharjo dan Wonogiri di
bagian selatan, Klaten di Barat Daya dan Boyolali di Utara, serta
Karanganyar di sebelah Timur, dan Sragen di bagian timur laut.
Merupakan pusat pertemuan perdagangan barang dan jasa yang strategis.
Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44 Km2 dengan jumlah
penduduk mencapai 561.509 jiwa penduduk tetap, dan fluktuasi hunian
sirkuler mencapai 1.200.000 jiwa pada siang hari, merupakan kota kecil
yang padat dan riuh dengan pelbagai kegiatan ekonomi.
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan.
Berdasarkan data Pemerintah Kota Surakarta jumlah penduduk kota
Surakarta adalah 561.509 jiwa. Mata pencaharian penduduk kota terdiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
dari buruh, pedagang, pegawai, dan sektor informal. (Surakarta Dalam
Angka, BPS Surakarta, 2006)
Kota Surakarta dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi”. Selain sebagai
daerah perintis upaya rehabilitasi penyandang cacat atau diffabel, di
Surakarta juga terdapat berbagai lembaga yang terkait dengan rehabilitasi
diffabel. Mulai dari yayasan pembinaan anak cacat, rumah sakit ortopedi,
tempat pelatihan, hingga badan pembinaan olahraga cacat, yayasan
paraplegia, dan lembaga pendamping diffabel, serta lembaga yang terkait
dengan diffabel. Bahkan di kota Surakarta juga terdapat politeknik
kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi, dan orthotik prosthetik.
3. Denah Eksisting
Berdasar asumsi lokasi dan lingkungan maka muncul beberapa alternatif
penerapan bangunan di lapangan :
a. View, Bangunan menghadap ke utara, menghindari arah sinar
matahari secara langsung terutama pada ME.
b. Noise, tanaman dipakai untuk mengurangi kebisingan sehingga tidak
mengganggu kegiatan pendidikan dan pelatihan.
B. PROGRAMING
1. Status Kelembagaan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini
merupakan lembaga pelayanan sosial untuk penyandang cacat yang
dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah
pusat dan daerah serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
2. Struktur Organisasi
3. Sistem Operasional
Setelah melakukan studi lapangan maka dasar pertimbangan
penyusunan waktu operasional yaitu :
a. Efisiensi kegiatan pengelola
b. Waktu operasional (kegiatan belajar) peserta didik (pendidikan formal
dan ketrampilan)
c. Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologi
Diagram IV.1 Struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
d. Faktor penunjang, jam istirahat, hari libur untuk pengelola dan
penyandang cacat
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka waktu operasional Pusat
Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta adalah :
1) Kegiatan Pengelola
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.30 WIB
2) Kegiatan Pendidikan dan Ketrampilan
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 12.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.00 WIB
3) Kegiatan Rehabilitasi Medis dan Psikologi
a. Hari Senin – Kamis : pukul 09.00 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 09.00 – 11.00 WIB
4) Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak
a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 14.00 WIB
b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.00 WIB
4. Program Kegiatan
a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta
1) Kegiatan pendidikan dan ketrampilan yang ditujukan untuk siswa
didik, orang tua siswa, maupun penyandang cacat secara umum.
2) Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologis untuk penyandang
cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
3) Kegiatan pembuatan dan perbaikan alat bantu gerak (brace, kruk,
prothese, kursi roda, dll) untuk para penyandang cacat.
b. Program Kegiatan Manusia
1. Kegiatan Pengelola
2. Kegiatan Pendidikan & Ketrampilan
a) Tenaga Pendidik / Guru
b) Peserta Didik (SLB)
Datang/Pulang ME/SE
Kantor / Administrasi
Lavatory
Rapat
Diagram IV.2 Program kegiatan Bidang Tata Usaha Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
Kelas
Lavatory
- SDLB (1-6) - SMPLB (1-3) - SMALB (1-3) - Perpustakaan
Diagram IV.4 Program kegiatan siswa didik Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
Kantor Guru
Lavatory
- SDLB (1-6) - SMPLB (1-3) - SMALB (1-3)
Diagram IV.3 Program kegiatan tenaga pendidik / guru Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
c) Penyandang Cacat (Umum)
3. Kegiatan Orang Tua
4. Kegiatan Tim Medis
a) Ahli Fisioterapi
Datang/Pulang ME/SE
Kelas
Lavatory
- R. Handycraft - R. Jahit - R. Komputer - R. Bordir
Diagram IV.5 Program kegiatan penyandang cacat umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
R. Tunggu
Lavatory
- R. Pendidikan Orang Tua
- Perpustakaan
Diagram IV.6 Program kegiatan orang tua Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Diagram IV.7 Program kegiatan ahli fisioterapi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
Lavatory
- R. Fisioterapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
b) Ahli Hydroterapi
c) Ahli Okupasi Terapi
5. Psikolog
6. Pasien Penyandang Cacat
Diagram IV.8 Program kegiatan ahli hydroterapi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Diagram IV.9 Program kegiatan ahli terapi okupasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Diagram IV.10 Program kegiatan psikolog Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Diagram IV.11 Program kegiatan pasien penyandang cacat Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
Loket Pendaftaran
Lavatory
- R. Tunggu
- R. Terapi
Datang/Pulang ME/SE
Lavatory
- R. Hydroterapi
Datang/Pulang ME/SE
Lavatory
- R. Terapi Okupasi
Datang/Pulang ME/SE
Lavatory
- R. Bimbingan Psikologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
7. Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak
5. Koleksi / Benda Inventaris
Nama Ruang Furniture Ruang Kepala Sekolah &
Wakil Kepala Sekolah
Meja, kursi kerja, lemari
penyimpanan
Ruang Guru Meja, kursi kerja, lemari
penyimpanan
Perpustakaan Rak buku, meja, kursi
Ruang Kelas Meja, kursi, kursi roda, lemari
untuk alat peraga, papan tulis
Ruang Pendidikan Orang Tua Meja, kursi kerja, lemari
penyimpanan
Ruang Ketrampilan Meja, kursi, lemari cabinet,
etalase
Ruang Fisioterapi Matras, wall bar, parallel bar,
alat untuk duduk, lemari kabinet
Ruang Hydroterapi & R. Ganti Kolam untuk air terapi, lemari
cabinet, tempat tidur
Ruang Okupasi Terapi Matras, lemari kabinet
Ruang Bimbingan Psikologi Meja, kursi
Loket Pendaftaran Pasien Meja, kursi kerja, lemari
penyimpanan
Ruang Tunggu Kursi tunggu
Diagram IV.12 Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Datang/Pulang ME/SE
R. Pengukuran Prothesis & Orthotis
Lavatory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
R. Pengukuran Prothesis &
Orthosis
Meja, kursi kerja, tempat tidur
Lavatory Kloset, tempat tissu, kran air
6. Fasilitas Ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Pengelola
- Pengelolaan - R. Kepala
Sekolah & Wakil
Privat
Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Semi
Publik
Rehabilitasi
- Pelayanan rehabilitasi
- Pendidikan formal
- Ketrampilan kerja
- Pendaftaran
- Menunggu
- Pengobatan medis
- Pembuatan alat bantu
gerak
- R. Kelas
- R. Pendidikan
Orang Tua
- Perpustakaan
- R.Ketrampilan
- Loket
- R. Tunggu
- R. Terapi
- R. Ganti
- R. Pengukuran
Prothesis &
Orthotis
Publik
Service Ke kamar kecil - Lavatory Service
Tabel IV. 2 Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 1 Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
7. Besaran Ruang
a. Kegiatan Pengelolaan
Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber R. Kepala Sekolah & Wakil
3 orang - R. Kepala Sekolah Luas furniture = (7,797 m²) + (7,797 m² x 15%) = 8,966 m² Sirkulasi = (3 x 1,1)+ (3 x 1,1 x 15%) = 3,33 m² Besaran ruang = 8,966 m² + 3,33 m² = 12,296 m² Toleransi = 12,296 m² x 25% = 3,074 m² - R. Wakil Kepala Sekolah Luas furniture = (12,881 m²) + (12,881 m² x 15%) = 13,159 m² Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 13,159 m² + 7,272 m² = 20,431 m² Toleransi = 20,431 m² x 25% = 0,204 m²
- R. Kepala Sekolah 12,296 m² + 3,074 m² = 15,37 m² - R. Wakil Kepala Sekolah 20,431 m² + 0,204 m² = 20,635 m²
DM Asumsi
Keb. Ruang
R. Guru 12 orang Luas furniture = (31,95 m²) + (31,95 m² x 15%) = 32,419 m² Sirkulasi = (12 x 1,1)+ (12 x 1,1 x 15%) = 15,18 m² Besaran ruang = 32,419 m² + 15,18 m² = 47,599 m² Toleransi = 47,599 m² x 25% = 11,899 m²
47,599 m² + 11,899 m² = 59,498 m²
Asumsi Keb.
Ruang
Total minimun ruang yang dibutuhkan 95,503 m²
Tabel IV. 3.a Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan
Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber R. Kelas 12 ruang @
6 orang Luas furniture = (15,847 m²) + (15,847 m² x 15%) = 18,224 m² Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 18,224 m²+ 7,272 m²= 25,496 m² Toleransi = 25,496 m² x 25% = 6,374 m²
25,496 m² + 6,374 m² = 31,87 m² (1 ruang kelas) 31,87 m² x 12 = 382,44 m² (12 ruang kelas)
Asumsi Keb.
Ruang
R.
Pendidikan
Orang Tua
10 orang Luas furniture = (26,225 m²) + (26,225 m² x 15%) = 26,637 m² Sirkulasi = (10 x 1)+ (10 x 1x 15%) = 11,5 m² Besaran ruang = 26,637 m² + 11,5 m² = 36,137 m² Toleransi = 36,137 m² x 25% = 9,534 m²
36,137 m² + 9,534 m² = 45,671 m²
Asumsi Keb.
Ruang
Perpustakaan 10 orang Luas furniture = (39,092 m²) + (39,092 m² x 15%) = 44,955m² Sirkulasi = (10 x 1,1)+ (10 x 1,1 x 15%) = 12,65 m² Besaran ruang = 44,955 m² + 12,65 m² = 57,605 m² Toleransi = 57,605 m² x 25% = 14,401 m²
57,605 m² + 14,401 m² = 72,006 m²
TSS Asumsi
Keb. Ruang
R.
Ketrampilan
4 ruang @ 5 orang
- R. Handycraft Luas furniture = (14,787 m²) + (14,787 m² x 15%) = 17,005 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 17,005 m² + 6,325 m² = 23,330
29,162 m² + 38,075 m² + 15,908 m² + 19,646 m² = 102,791 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
m² Toleransi = 23,33 m² x 25% = 5,832 m² Luas = 23,33 m² + 5,832 = 29,162 m²
- R. Jahit Luas furniture = (20,987 m²) + (20,987 m² x 15%) = 24,135 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 24,135 m² + 6,325 m² = 30,460 m² Toleransi = 30,460 m² x 25% = 7,615 m² Luas = 30,460 m² + 7,615 m² = 38,075 m² - R. Komputer Luas furniture = (5,567 m²) + (5,567 m² x 15%) = 6,402 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 6,402 m² + 6,325 m² = 12,727 m² Toleransi = 12,727 m² x 25% = 3,181 m² Luas = 12,727 m² + 3,181 m² = 15,908 m² - R. Bordir Luas furniture = (8,167 m²) + (8,167 m² x 15%) = 9,392 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 9,392
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
m² + 6,325 m² = 15,717 m² Toleransi = 15,717 m² x 25% = 3,929 m² Luas = 15,717 m² + 3,929 m² = 19,646 m²
Total minimun ruang yang dibutuhkan 543,41 m²
c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis
Ruang Kapasitas
Kalkulasi Ruang Luasan Sumber
Loket
4 orang
Luas furniture = (8,706 m²) + (8,706 m² x 15%) = 10,011 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 10,001 m² + 5,126 m² = 15,137 m² Toleransi = 15,126 m² x 25% = 3,784 m²
15,126 m² + 3,784 m² = 18,921 m²
NAD Asumsi
Keb. Ruang
R. Tunggu 2 orang Luas furniture = (1,74 m²) + (1,74 m² x 15%) = 2,001 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 2,001 m² + 2,563 m² = 4,564 m² Toleransi = 4,564 m² x 25% = 1,141 m²
4,564 m² + 1,141m²= 5,705 m²
NAD Asumsi
Keb. Ruang
R. Fisioterapi 4 orang Luas furniture = (26,488 m²) + (26,488 m² x 15%) = 30,461 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m²
35,587 m² + 8,896 m² = 44,483 m²
Asumsi Keb.
Ruang
Tabel IV. 3.b Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Besaran ruang = 30,461 m² + 5,126 m² = 35,587 m² Toleransi = 35,587 m² x 25% = 8,896 m²
R.
Hydroterapi
2 orang Luas furniture = (4 m²) + (4 m² x 15%) = 4,6 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 4,6 m² + 2,563 m² = 7,163 m² Toleransi = 7,163m² x 25% = 0,071 m²
7,163m² + 0,071 m² = 7,234 m²
Asumsi Keb.
Ruang
R. Ganti 2 orang Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m²
2,563 m² Asumsi Keb.
RuangR. Okupasi Terapi
4 orang Luas furniture = (18,756 m²) + (18,756 m² x 15%) = 21,569 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 21,569 m² + 5,126 m² = 26,695 m² Toleransi = 26,695 m² x 25% = 6,673 m²
26,695 m² + 6,673 m² = 33,368 m²
Asumsi Keb.
Ruang
R. Bimbingan Psikologi
2 orang Luas furniture = (5,657 m²) + (5,657 m² x 15%) = 6,415 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 6,415 m² + 2,563 m² = 30,195 m² Toleransi = 6,415 m² x 25% = 2,244 m²
6,415 m² + 2,244 m² = 11,222 m²
Asumsi Keb.
Ruang
R. Pengukuran
4 orang Luas furniture = (54,89 m²) + 54,89 m² x 15%) =
68,249 m² + 17,062 m² =
Asumsi Keb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Prothetis & Orthotis
63,123 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 63,123 m² + 5,126 m² = 68,249 m² Toleransi = 68,249 m² x 25% = 17,062 m²
85,311 m² Ruang
Total minimun ruang yang dibutuhkan 257,99 m²
d. Kegiatan Service
Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber Lavatory 8 ruang
Luas furniture = (0,603 m²) + (0,603 m² x 15%) = 0,693 m² Sirkulasi = (1 x 1,1)+ (1 x 1,1 x 15%) = 1,281 m² Besaran ruang = 0,693 m² + 1,281 m² = 1,884 m² Toleransi = 1,884 m² x 25% = 0,471 m²
1,884 m² + 0,471 m² = 2,35 m² (1 ruang) 2,35 m² x 8 = 18,845 m² (8 ruang)
PPA Asumsi
Keb. Ruang
Total minimun ruang yang dibutuhkan 150,76 m²
Luasan total minimum kebutuhan ruang :
No. Fasilitas Luas 1.
2.
3.
4.
Pengelolaan
Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi Medis & Psikis
Kegiatan Service
95,503 m²
543,41 m²
257,99 m²
150,76 m²
Luas Total 1047,663 m²
Tabel IV. 3.c Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 3.d Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 3. e Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Besaran ruang direncanakan disesuaikan menurut kebutuhan dan
standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari :
- NAD : Neufert Architect Data
- TSS : Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara
- DM : Dimensi Manusia & Ruang Interior
- PPA : Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan
Lingkungan
- Analisa kebutuhan ruang
8. Sistem Organisasi Ruang
Hasil analisa sistem organisasi ruang pada studi lapangan :
YPAC Jakarta memakai sistem organisasi cluster dengan
mengedepankan fungsi ruang dan bangunan. Bangunan utama seperti
rehabilitasi dan kantor sekretariat berada di area luar sehingga pengunjung
langsung dapat masuk ke kantor atau tempat rehabilitasi. Sedangkan
tempat pendidikan berada di bagian dalam untuk meminimalkan
kebisingan yang mengganggu kegaiatan belajar. Jalan masuk ke bangunan
dibuat jelas agar pengunjung yang pertama kali datang mengetahui akses
masuk-keluar bangunan. Sehingga dalam analisis ini secara umum
penerapan ruang pada YPAC Jakarta adalah pola clutser terbuka dan pola
sirkulasi langsung.
Prof. Dr. Soeharso Surakarta memakai sistem organisasi terpusat.
Aktivitas manusia terpusat pada inti area bangunan, sehingga dapat
menciptakan efektivitas kerja yang tinggi. Sehingga dalam analisis ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
secara umum penerapan ruang pada Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah
pola terpusat tertutup dan pola sirkulasi memutar.
YPAC Surakarta memakai sistem organisasi cluster tertutup. Sehingga
dalam analisis ini secara umum penerapan ruang pada YPAC Surakarta
adalah pola clutser tertutup dan pola sirkulasi memutar.
Dari analisa studi lapangan, sebagai pertimbangan dalam pemilihan
organisasi ruang yang selaras dengan fungsi dan sasaran desain Diffable
Centre di Surakarta, dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain
meliputi :
Ruang gerak yang cukup
Pengelompokan fungsi
ruang
Kebutuhan pencapaian
Tingkat efisiensi ruang
Tingkat efisiensi sirkulasi
Interior sistem
a) Analisa Alternatif Organisasi Ruang
Bentuk Organisasi Ruang Keterangan Organisasi Cluster
Menempatkan ruang-ruang
berdasarkan fungsinya, untuk
mempermudah pencapaian serta
efektivitas sirkulasi.
Kelebihan, dapat menyesuaikan
dengan keadaan sekitar.
Kekurangan, tidak memiliki
prioritas ruang.
Organisasi Terpusat Pengelompokan ruang terlihat
jelas dalam bentuk dan ukuran.
Kelebihan, memiliki tingkat
efiseinsi dan efektivitas yang
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
Kekurangan, memerlukan aea
yang luas untuk menempatkan
ruang-ruang sekunder.
Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang
Pertimbangan Penilaian Terpusat Cluster
Tingkat efisiensi ruang + + Pengelompokan fungsi ruang + + Aksesibilitas + - Arah pandang - +
Dari hasil analisa diatas, bentuk organisasi ruang yang digunakan
adalah organisasi cluster. Organisasi ini memudahkan dalam
pengelompokan ruang yang didasarkan pada fungsinya. Selain itu juga
memiliki sirkulasi yang cukup efektif sehingga memudahkan pencapaian
ke ruang yang lain.
b) Program ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Pengelola - Pengelola - R. Kepala Sekolah
& Wakil
Privat
Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Publik
- Pendidikan
- Ketrampilan
kerja
- Pendaftaran
- R. Psikolog
- R. Kelas
- R. Pendidikan
Orang Tua
Tabel IV. 5 Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 4 Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Rehabilitasi
- Menunggu
- Pengobatan
medis
- Pembuatan alat
bantu gerak
- Perpustakaan
- R. Ketrampilan
- Loket
- R. Tunggu
- R. Terapi
- R. Pengukuran
Prothesis &
Orthosis
Semi publik
Service - Ke kamar kecil - Lavatory Service
9. Sistem Sirkulasi
a. Analisa sirkulasi secara umum
Sistem sirkulasi ruang yang dianalisa dalam studi lapangan
merupakan paduan antara sirkulasi memutar (looping) dan langsung.
Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global, yaitu :
Sirkulasi Horizontal Gambar Memutar
Sirkulasi diarahkan ke seluruh bangunan
menurut pengelompokan fungsi ruang
yang ada. Pengunjung dapat
mengelilingi bangunan untuk mencapai
ruang yang diinginkan.
Langsung
Pengunjung dapat langsung menuju
ruang yang dikehendaki. Jalan masuk
bangunan tampak jelas, sehingga
sirkulasi tidak terlihat rumit.
Tabel IV. 6 Hasil Analisa Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Sirkulasi Vertikal Keterangan Ramp
Membantu mobilisasi pemakai kursi
roda untuk beraktivitas. Kemiringan
ramp sekitar 2,5 % dan lebar 63,5 cm.
10. Hubungan Antar Ruang
a. Hubungan Ruang Secara Makro
Tabel IV. 7 Analisa tipe sirkulasi pengunjung berdasar studi lapangan
Diagram IV. 8a Hubungan ruang secara makro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
b. Hubungan Ruang Secara Mikro
11. Zoning & Grouping
Dalam penentuan zoning dan grouping pada Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, terdapat beberapa pertimbangan-
pertimbangan yang harus diterapkan agar dalam perencanaannya dapat
mewujudkan suatu sistem yang baik, beberapa pertimbangan tersebut
antara lain :
a. Pertimbangan umum :
1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola dan pengunjung yang baik dan
terarah.
2) Menciptakan hubungan antar ruang saling terkait dan
aksesibilitasnya terarah.
Diagram IV. 8b Hubungan ruang secara mikro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
b. Pertimbangan khusus :
1) Kelompok kegiatan
Kelompok pengelola
Kelompok tuna daksa : penyandang cacat yang berasal dari
masyarakat luas yang ingin mendapat pelatihan vokasional serta
peserta didik SLB
Kelompok tenaga medis : para terapis dan psikolog
2) Jenis kegiatan
Rehabilitasi pendidikan formal & ketrampilan
Rehabilitasi medis dan psikis
Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat
kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam Pusat Pendidikan dan
Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta. Dengan dasar pertimbangan
tersebut, kriteria ruang dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta terbagi dalam beberapa zona sebagai berikut :
1) Zona Publik
Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan
kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan
dapat dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas
penunjang.
2) Zona Semi Publik
Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh
publik maupun oleh personalia. Zona ini sebagian besar ditempati oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
fasilitas personalia dan sebagian fasilitas pengunjung yang
memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia .
3) Zona Privat
Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh
staf dan karyawan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta dan tertutup untuk umum, yang termasuk di dalamnya adalah
fasilitas pengelola.
4) Zona Servis
Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang
menunjang segala kegiatan dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi
Tuna Daksa di Surakarta dan digunakan oleh pengunjung (umum)
maupun oleh personalia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Analisa Zoning Grouping
Analisa Keterangan
Kelebihan
Memiliki
pengelompokan
ruang berdasarkan
fungsi sehingga
memudahkan
pengunjung untuk
mencapai ruang-
ruang yang
diinginkan.
Kekurangan
Pada zona rehabilitasi
terdapat lorong
panjang.
C. KONSEP DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA
1. Ide Dasar Desain
Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna
Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar
Tabel IV. 9 Analisa zoning grouping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan
tut muri handayani. Ketiga semboyan tersebut berarti :
a) Ing ngarso sung tulodho berarti memberikan teladan.
b) Ing madya mangun karso berarti memberikan ide-ide pemikiran atau
gagasan.
c) Tut muri handayani berarti memberikan dorongan.
Dari ketiga semboyan tersebut dapat diambil kesimpulan untuk
menciptakan desain Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta yang dapat memberikan teladan, motivasi dan semangat bagi
manusia di dalamnya terutama untuk tuna daksa yang direhabilitasi.
Dorongan yang diberikan meliputi berbagai aspek, yaitu pendidikan,
rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis serta psikologi.
2. Tema Desain Interior
Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta ini dirancang atas dasar permasalahan pokok yang dihadapi oleh
tuna daksa, yaitu permasalahan fisik dan rehabilitasi baik rehabilitasi
pendidikan, karya, medis dan psikologis. Dari permasalahan-permasalahan
tersebut muncul istilah form follow functions yang digunakan sebagai
dasar untuk pemilihan tema. Form follow functions atau bentuk mengikuti
fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah
dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik
yang sekaligus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta ini menggunakan tema yang berasal dari esensi istilah Form
Follow Functions.
3. Atmosfer Desain Interior
Terkait dengan tema desain yang dijabarkan diatas maka suasana
yang akan ditampilkan pada interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi
Tuna Daksa di Surakarta ini adalah modern. Pertimbangannya adalah
sebagai tindak lanjut dari penjabaran tema dalam usaha pemecahan
masalah.
Penjabaran suasana modern, yaitu:
a. Karakter
Suasana modern dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1) Tidak memiliki bentuk yang rumit, memudahkan tuna daksa
untuk beraktivitas secara normal (meminimalkan bantuan dari
orang lain).
2) Membuat sifat ruang yang “ terang dan terbuka” juga sebagai
salah satu usaha lanjutan dari pemecahan masalah di atas, yaitu
untuk melatih kemandirian dan sosialisasi dengan orang lain.
Kesan modern ditekankan pada bentuk-bentuk yang minimalis
dan fungsional yang dapat disampaikan melalui pemilihan
bentuk dan desain.
b. Suasana
1) Tenang : nyaman untuk kepentingan rehabilitasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
2) Aman : aksesibilitas
3) Terang : berkesan jujur dan terbuka
Pencapaian suasana tersebut dapat dilakukan dengan :
Menggunakan bahan-bahan yang aman
Memakai banyak bukaan untuk menciptakan suasana jujur dan
terbuka
4. Desain Layout
a. Pertimbangan
Dasar pertimbangan untuk menentukan pengorganisasian ruang adalah
sebagai berikut :
1) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup.
2) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya.
3) Hirarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya.
5. Pembentuk Ruang
Komponen pembentuk ruang pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan
bagi Tuna Daksa di Surakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi
lapangan dan studi literatur, yaitu :
a) Lantai
Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan Keterangan
R. Kepala Sekolah & Wakil
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
suasana tema interior
R. Guru Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Perpustakaan Kuat menahan beban dan gesek Tahan terhadap kelembaban Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Kelas Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Nyaman dan aman Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Ketrampilan
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
pembersihan Mendukung suasana tema interior
R. Pendidikan Orang Tua
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Fisioterapi
Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Hydroterapi
Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Ganti Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Terapi Okupasi
Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek
Keramik tekstur Karpet
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
R. Psikolog
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Loket
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Tunggu
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
Lavatory Tidak licin dan anti slip
Keramik tekstur
Pola lantai sesuai dan mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Mudah dalam perawatan dan pembersihan
arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area
b) Dinding
Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan R. Kepala Sekolah & Wakil
Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Guru Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Perpustakaan Tahan terhadap kelembaban Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Kelas Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Tabel IV. 10a Analisa pemilihan bahan untuk lantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
R. Ketrampilan
Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Pendidikan Orang Tua
Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Fisioterapi Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik
Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Hydroterapi Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok
R. Ganti Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok
R. Terapi Okupasi Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik
Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Psikolog Berfungsi sebagai akustik Kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Loket
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Tunggu
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper
Lavatory Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah perawatan dan pembersihan
Keramik
c) Ceiling
Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan R. Kepala Sekolah & Wakil
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Guru Membantu sistem pencahayaan alami
Gypsumboard Panel kayu
Tabel IV. 10b Analisa pemilihan bahan untuk dinding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Akrilik
Perpustakaan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu
R. Kelas Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu
R. Ketrampilan
Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Pendidikan Orang Tua
Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu
R. Fisioterapi Multifungsi dengan akustik dan membantu
Gypsumboard Panel kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Akrilik
R. Hydroterapi Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan
Gypsumboard Akrilik
R. Ganti Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan
Gypsumboard
R. Terapi Okupasi Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Bimbingan Psikologi
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
R. Pengukuran Prothesis & Orthosis
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Loket
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
R. Tunggu
Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard Panel kayu Akrilik
Lavatory Mampu menahan kelembaban Tahan panas dan mudah dalam perawatan
Gypsumboard
6. Interior Sistem
Analisa Khusus
RUANG CAPAIAN KEBUTUHAN
ALTERNATIF SISTEM INTERIOR
R. K
epal
a Se
kola
h &
Wak
il
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. G
uru
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan :
Tabel IV. 10c Analisa pemilihan bahan untuk ceiling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Perp
usta
kaan
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. K
elas
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
tingkat kebisingan
R. K
etra
mpi
lan
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
endi
dika
n O
rang
Tua
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. F
isio
tera
pi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. H
ydro
tera
pi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard Dapat mengurangi kelembaban udara yang ditimbulkan oleh uap air
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding
Sistem buatan : Dengan menggunakan fan
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. G
anti
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
R. T
erap
i Oku
pasi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. B
imbi
ngan
Psi
kolo
gi
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
engu
kura
n Pr
othe
sis &
Orth
osis
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Loke
t
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. T
ungg
u
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Penghawaan : Nyaman/standard
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi
Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Lava
tory
Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas Dirancang otomatis tersambung dengan pintu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah
Penghawaan : Nyaman / standard
Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding
Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan
Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang
Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard dan kayu
7. Desain Furniture
a. Analisa
Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di
dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
secara umum adalah:
1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan
yang ada (form follow function)
2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi
manusia (ergonomic).
3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan
aktivitas di dalam Museum (compatible).
4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko
dalam ruang museum dan memberikan kenyamanan bagi
penggunannya (savety)
Tabel IV. 11 Interior sistem Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif
bagi museum dan memberikan efek psikologis bagi para
penggunanya (positive effect)
6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-
pindahkan sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala
kondisi ruang terkait, pengguna dan bahan museum (portable)
b. Dimensi
Diambil total ukuran rata–rata kebutuhan aktifitas.
1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan
PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Kepala & Wakil
Kepala Sekolah
- Rapat/ pertemuan
- Kerja
- Meja & kursi rapat
- Meja & kursi kerja
- Meja komputer
- Lemari kabinet
- Meja & kursi tamu
- Rak buku - Kursi roda
150 x 250 x 75
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
150 x 150 x 45
100 x 40 x 180
110 x 80 x 45
Tenaga
Pendidik/Guru
- -
2) Kelompok Tuna Daksa
PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Peserta Didik
(SLB)
Belajar - Meja & kursi
kerja
- Kursi roda
- Rak buku
- Lemari
kabinet
100 x 80 x 75
110 x 80 x 45
100 x 40 x 70
120 x 60 x 180
Penyandang
cacat umum
Orang tua
Tabel IV. 12a Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel IV. 12b Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
3) Kelompok Tenaga Medis
PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Fisioterapis Memijat
pasien
(terapi)
- Matras
- Wall bar
- Parallel bar
- Lemari kabinet
300 x 200 x 10
120 x 20 x 254
200 x 60 x 70
80 x 40 x 70
Hydroterapis Melakukan
terapi
- Kolam air
untuk terapi
- Lemari cabinet
- Tempat tidur
200 x 200 x 70
80 x 40 x 70
100 x 200 x 50
Okupasiterapis Melakukan
terapi
- Matras
- Lemari kabinet
300 x 200 x 10
80 x 40 x 70
Psikolog Melakukan
bimbingan
psikis
- Meja & kursi
kerja
- Lemari kabinet
100 x 80 x 75
80 x 40 x 180
Pembuat alat
bantu prothetis
& orthotis
Membuat
alat bantu
gerak
- Meja & kursi
kerja
- Lemari cabinet
- Tempat tidur
100 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 200 x 50
8. Elemen Estetis
Elemen estetis yang digunakan berdasarkan pada pemilihan bahan,
bentuk dan warna yang kemudian diolah sehingga dapat menciptakan
sesuatu yang baru, indah, dan fungsional. Untuk dapat menciptakan
sesuatu yang indah, harus berpedoman pada :
Keutuhan (unity)
Penonjolan (dominance)
Keseimbangan (balance)
Tabel IV. 12c Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
9. Skema Bentuk, Bahan & Warna
a. Bentuk
Bentuk Karakter Lingkaran
Stabil
Memiliki arah pandang ke dalam
Berfungsi sebagai pusat
Persegi atau bujur
sangkar
Murni dan rasional
Statis dan netral
Segitiga Stabil
Menunjukkan keseimbangan
b. Bahan
JENIS BAHAN KARAKTER Keramik Kuat, padat, sejuk, resmi atau memberikan
kesan santai pada suatu ruang.
Karpet Lembut, lentur, nyaman, aman dan hangat.
Dapat juga berfungsi sebagai akustik.
Cat tembok Sederhana
Kaca Membuat ruang terasa luas dan terbuka,
Tabel IV. 13a Analisa karakter bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
modern.
Gypsumboard Modern
Panel kayu Hangat, menyatu dengan alam, berfungsi
sebagai akustik (meredam atau mengurangi
kebisingan)
c. Warna
1. Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi
ruangan berkesan kecil dan objek berkesan besar.
2. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif,
menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan
membosankan bila terlalu banyak digunakan.
3. Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat
ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan monoton,
mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan terlalu
banyak.
Tabel IV. 13c Analisa karakter warna
Tabel IV. 13b Analisa karakter bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
10. Sistem Keamanan
a) Pengamanan Terhadap Kejahatan Manusia
b) T
c) P
e
n
g
a
d) Terhadap Bahaya Kebakaran
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
Seluruh Ruang
• Dapat bekerja secara otomatis.
• Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian.
Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.
CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan, rekaman ini dapat diputar kembali sebagai bukti dalam suatu kasus Heavy duty door contact Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam.
Shock sensor / vibrationsensor Dipasang pada setiap kaca, yang digunakan untuk menangkap getaran bila seseorang mencoba untuk membuka atau merusak kaca. Kedua alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
Seluruh
Ruang
• Dapat mendeteksi api dan
bekerja secara otomatis.
• Dapat memadamkan api
dalam pencapaian area yang
luas.
• Dapat dengan segera
• Pendeteksi panas
(thermal detector)
• Sprinkle
• Emergency
lighting and
fixture
Tabel IV. 14a Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
11. Aksesibilitas
Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di
Surakarta menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp
untuk penyandang cacat.
Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan
koridor.
Untuk ramp minimal lebar 25” (63,5 cm) sesuai standard Chairbound
People, Barrier free design,1977.
memadamkan api yang
besar.
• Dapat diletakkan di ruang
mana saja.
• Multipurpose dry
– chemical
extinguisher
Tabel IV. 14b Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna
Daksa Di Surakarta
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah
tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu orang-
orang diffabel untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya
perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu
permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam
interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah
kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang
diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi
medis dan psikologis.
2. Lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta
berada di Jl. Ki Hajar Dewantara, belakang UNS Surakarta. Daerah ini
sangat strategis dan mudah diakses dari berbagai arah serta jauh dari area
industri yang dapat berbahaya bagi kesehatan kelayan.
3. Sasaran dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta
ini adalah para tuna daksa baik yang berasal dari dalam kota maupun luar
kota yang ingin mendapatkan rehabilitasi pendidikan dan medis.
4. Misi yang diemban adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna
daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan
kesempatan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
5. Suasana dan karakter yang akan ditampilkan pada Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah modern tindak lanjut dari
penjabaran tema dalam usaha pemecahan masalah.
6. Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di
Surakarta dibatasi dengan objek perancangan rehabilitasi pendidikan dan
karya, rehabilitasi medis serta psikologi.
B. Konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa
Di Surakarta
Konsep Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta
adalah untuk memecahkan masalah melalui pendekatan psikologis yang
diterapkan ke dalam interior. Efisiensi, efektivitas dan fungsional memiliki
pengaruh penting dalam aspek psikologis pengunjung. Pertimbangan
perancangan ini adalah :
1. Program
a. Konsep perwujudan fisik Interior rehabilitasi pendidikan, medis, dan
karya yang mampu memenuhi efisiensi, efektivitas, ergonomi, psikologis
pengguna di setiap kegiatan yang ditampung.
b. Penganalisaan kegiatan yang diwadahi di setiap ruangya hingga pola
aktivitas pada setiap kegiatan tersebut senantiasa memperhatikan
komponen pembentuk ruang, system interior, system display materi
koleksi dan sistem keamanan serta aksesibilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
c. Penciptaan suasana Interior pada fasilitas dengan memperhatikan faktor
fungsional dan efek psikologis yang timbul pada pengunjung sehingga
menjadi sebuah kesatuan ruang yang fungsional.
2. Program Ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Pengelola - Pengelolaan - R. Kepala Sekolah & Wakil
Privat
Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Semi Publik
Rehabilitasi
- Pelayanan rehabilitasi
- Pendidikan formal
- Ketrampilan kerja
- Pendaftaran
- Menunggu
- Pengobatan medis
- Pembuatan alat bantu
gerak
- R. Kelas - R. Pendidikan
Orang Tua - Perpustakaan - R.Ketrampilan - Loket - R. Tunggu - R. Terapi - R. Ganti - R. Pengukuran
Prothesis & Orthotis
Publik
Service Ke kamar kecil - Lavatory Service
3. Organisasi Ruang
Bentuk organisasi ruang yang digunakan adalah organisasi cluster.
Organisasi ini memudahkan dalam pengelompokan ruang yang didasarkan
pada fungsinya. Selain itu juga memiliki sirkulasi yang cukup efektif
sehingga memudahkan pencapaian ke ruang yang lain.
Tabel V. 1 Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
Bentuk Organisasi Ruang Keterangan Organisasi Cluster
Menempatkan ruang-ruang
berdasarkan fungsinya, untuk
mempermudah pencapaian serta
efektivitas sirkulasi.
Kelebihan, dapat menyesuaikan
dengan keadaan sekitar.
Kekurangan, tidak memiliki
prioritas ruang.
4. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang
terlihat tidak rumit.
Sirkulasi Horizontal Gambar Langsung
Pengunjung dapat langsung menuju
ruang yang dikehendaki. Jalan masuk
bangunan tampak jelas, sehingga
sirkulasi tidak terlihat rumit.
5. Tema
Tema perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa
Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi
yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan
oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaligus
berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.
Tabel V. 2 Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
Tabel V. 3 Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
6. Komponen Pembentuk Ruang
a. Lantai
Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Keramik Rehabilitasi Pendidikan
Keramik Karpet
Rehabilitasi Medis Keramik Karpet
Service Keramik
b. Dinding
Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Kayu
Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Rehabilitasi Pendidikan
Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Rehabilitasi Medis Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
Service Keramik Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok
c. Ceiling
Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Gypsumboard
Panel kayu Rehabilitasi Pendidikan
Gypsumboard Panel kayu
Rehabilitasi Medis Gypsumboard Panel kayu
Service Gypsumboard Panel kayu
Tabel V. 4a Unsur pembentuk ruang (lantai)
Tabel V.4b Unsur pembentuk ruang (dinding)
Tabel V. 4c Unsur pembentuk ruang (ceiling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
7. Pemilihan Bentuk dan warna
a. Bentuk
Menggunakan bentuk bulat yang bersifat stabil dan terkesan aman,
karena tidak memiliki sudut-sudut tajam yang membahayakan. Bentuk
lain yang dipakai adalah kotak atau persegi yang bersifat murni dan
rasional serta netral yang melambangkan keterbukaan dan egaliter. Selain
itu menggunakaan bentuk bangun matematika sebagai ikon dalam
mendesain furniture.
b. Warna
Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi ruangan
berkesan kecil dan objek berkesan besar.
Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif,
menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan
membosankan bila terlalu banyak digunakan.
Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat
ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan monoton,
mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan terlalu
banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
8. Interior Sistem
RUANG ALTERNATIF SISTEM INTERIOR
. Psi
kolo
g
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor.
Sistem buatan : Pencahayaan umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent Lampu fluorescent jenis colour matching/nor light Lampu pijar dalam armature dengan filter warna
Sistem alami : Dengan kisi-kisi di dinding yang apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC jenis split untuk menetralisir panas Diterapkan melalui pemakaian material komponen pembentuk ruang.
R. K
elas
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
endi
dika
n O
rang
Tua
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
Perp
usta
kaan
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. K
etra
mpi
lan
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Loke
t R
. Tun
ggu
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. T
erap
i
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. P
engu
kura
n P
roth
esis
& O
rthos
is Sistem alami :
Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati ditutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
R. K
epal
a Se
kola
h &
Wak
il
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
R. G
uru
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche
Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi didinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan
Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu
Lava
tory
Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi
Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah
Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding
Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard
Tabel V. 5 Interior Sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
9. Sistem Keamanan
10. Furniture
Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di dalam
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta secara umum
adalah:
1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan yang
ada (form follow function)
2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia
(ergonomic).
3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas di
dalam (compatible).
4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam
ruang dan memberikan kenyamanan bagi penggunannya (savety)
5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi dan
memberikan efek psikologis bagi para penggunanya (positive effect)
6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-pindahkan
sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala kondisi ruang terkait,
pengguna dan bahan (portable)
11. Aksesiblitas
a. Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa
menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk
penyandang cacat.
b. Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.
Ruang Kejahatn Manusia Kebakaran
Seluruh Ruang
• Shock sensor / vibrationsensor
• CCTV (Close Circuit Television)
• Heavy duty door contact
• Pendeteksi panas (thermal detector)
• Sprinkle
Tabel V. 6 Sistem keamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
C. Saran
Sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ada di kalangan tuna
daksa dengan melakukan pendekatan psikologis yang dituangkan ke dalam
interior untuk memberikan taraf kehidupan yang lebih baik.
Unsur-unsur interior seperti furniture, sirkulasi, bentuk dan warna, dan
elemen estetis hendaknya dianalisis sesuai dengan fungsinya agar berkaitan
dengan tema yang diinginkan agar mendukung capaian perwujudan interior yang
diharapkan. Selain itu tema yang dikupas menjadi dasar pertimbangan unsur-
unsur interior sehingga mencapai hasil optimal dari ruang yang diinginkan