Upload
grandizzz
View
4
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perancangan penjadwalan MESIN
Citation preview
1
PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA SISTEM GAS BUANG
BOILER DI PT. IPMOMI PAITON - PROBOLINGGO (Katherin Indriawati, ST. MT ; Dwi Tri Cahyono A S)
Program Studi S1 Teknik Fisika Jurusan Teknik Fisika
Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Keputih Sukolilo - Surabaya 60111
ABSTRAK
Permasalahan limbah gas buang industri termasuk gas buang boiler merupakan permasalahan klasik yang
ada di dunia industri. Dalam makalah ini komponen sistem gas buang boiler di PT. IPMOMI dianalisa
kehandalannya untuk menjamin komponen sistem bekerja dengan baik, sesuai dengan fungsinya, sehingga dapat
ditentukan perencanaan perawatan yang optimal. Metode yang digunakan adalah Reliability Centered
Maintenance (RCM). RCM merupakan suatu program perawatan yang mengkombinasikan pendekatan statistik
dan menerapkan berbagai macam strategi perawatan.
Berdasarkan hasil evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan RCM maka diperoleh
komponen yang mendapat perawatan scheduled on-condition task yaitu T/R Unit. Komponen yang tidak
memerlukan perawatan (no scheduled maintenance) yaitu ID Fan dan Aeration Fan. Sedangakan komponen yang
mendapat perawatan Scheduled discard task yaitu CE Rapping Motor dengan jadwal perawatan 40 hari , DE
Rapping Motor dengan jadwal perawatan 320 hari, Hopper Vibromotor dengan jadwal perawatan 280 hari, dan
Scrubber Water Pump Motor dengan jadwal perawatan 60 hari.
1. PENDAHULUAN
Dengan dioperasikannya dua unit pembangkit 7
dan 8 milik PT IPMOMI diharapkan membawa
dampak positif terhadap masyarakat dalam usaha
pemenuhan kebutuhan listrik. Di lain pihak tidak
dapat dipungkiri bahwa hal ini juga akan membawa
dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satunya
adalah mengenai masalah limbah gas buang. Hal ini
merupakan masalah klasik yang dimulai dari awal
lahirnya industri di dunia. Sampai saat ini masih kita
hadapi berbagai usaha telah dilakukan. Mulai dari
penetapan standart baku mutu limbah yang boleh
dilepaskan ke lingkungan sampai penetapan teknik-
teknik untuk menekan jumlah limbah industri. Salah
satu tekniknya adalah dengan menganalisa
kehandalan dari komponen sistem gas buang boiler.
Komponen sistem gas buang boiler yang telah
lama dioperasiakan perlu dianalisa kahandalannya,
dengan tujuan menentukan perencanaan perawatan
yang efektif. Hal ini agar pengoperasian selanjutnya
kemungkianan kegagalan sistem beroperasi dapat
lebih mudah untuk dihindari.
Salah satu program perawatan yang juga
diterapkan di PT IPMOMI adalah Reliability
Centered Maintenance. Keunggulan dari RCM ini
adalah dapat menjamin seluruh fasilitas fisik dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan desain dan
fungsinya[1]
. Di PT. IPMOMI analisa RCM pada
sistem gas buang boiler belum diterapkan. Dari
permasalahan itulah maka dalam makalah ini akan
diterapkan RCM pada sistem gas buang boiler di PT.
IPMOMI dalam rangka :
Mengetahui komponen yang kritis pada sistem gas buang boiler.
Meganalisa kehandalan pada komponen sistem gas buang di PT IPMOMI - Paiton berdasarkan
nilai kegagalan komponen.
Menentukan perawatan yang tepat dipandang dari aspek konsekuensi kegagalan yang
ditimbulkan, dan usaha-usaha pencegahan untuk
mengantisipasi terjadinya kegagalan.
Mengatur penjadwalan perawatan terhadap peralatan atau komponen yang kritis pada
komponen sistem gas buang.
.
2. TEORI DASAR
2.1 Reliability Centered Maintenance Reliability centered maintenance (RCM)
didefinisikan sebagai suatu proses yang digunakan
untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan
untuk menjamin setiap aset fisik atau suatu sistem
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi yang
diinginkan oleh penggunanya. Penelitian tentang
RCM pada dasarnya berusaha menjawab 7
2
pertanyaan utama tentang aset atau peralatan yang
diteliti. Ketujuh petanyaan mendasar tersebut antara
lain[1]
.
1. Apakah fungsi dan hubungan performansi standard dari aset dalam konteks operational
pada saat ini (system functions)?
2. Bagaimana aset tersebut rusak dalam menjalankan fungsinya (functional failure)?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi tersebut (failure modes)?
4. Apakah yang terjadi pada saat terjadi kerusakan (failure effect)?
5. Bagaimana masing-masing kerusakan tersebut terjadi (failure consequence)?
6. Apakah yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing-masing
kerusakan tersebut (proactive task and task
interval)?
7. Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak ditemukan
(default action)?
System function and fungtional failure System function bertujuan untuk membuat suatu
informasi yang dapat menyediakan atau
mendefisikan fungsi sistem. Analisa yang dilakukan
adalah berdasarkan fungsi dan bukan mengenai
peralatan yang ada pada sistem tersebut. Sedangkan
kegagalan fungsional (fungsional failure)
menjelaskan bagaimana sistem mengalami kegagalan
melaksanakan system function yang diharapkan.
Failure Mode and Effect Analysis Failure mode & effect analysis merupakan
suatu teknik management failure untuk
mengindentifikasikan penyebab kegagalan suatu aset
tidak mampu melaksanakan fungsi standard yang
diharapkan oleh user. Failure mode bertujuan untuk
menemukan akar permasalahan (root cause) dari
kegagalan yang timbul. Failure effect menjelaskan
dampak yang ditimbulkan apabila failure mode
tersebut terjadi. Proses identifikasi terhadap fungsi,
failure modes dan failure effect sangat penting untuk
perbaikan performansi dan mengeliminasi waste.
Failure Consequences Dalam reliability centered maintenane,
konsekuensi kegagalan diklasifikasikan dalam 4
bagian yaitu
1. Hidden failure consequences, dimana kegagalan tersebut tidak dapat dibuktikan secara langsung
sesaat setelah kegagalan berlangsung.
2. Safety and Environment Consequences Safety consequence terjadi apabila sebuah
kegagalan fungsi mempunyai konsekuensi
terhadap keselamatan pekerja/manusia lainnya.
Environment consequence terjadi apabila
kegagalan fungsi berdampak pada kelestarian
lingkungan.
3. Operational Consequences Suatu kegagalan dikatakan memiliki konsekuensi
operasional ketika berakibat pada produksi
atau operasional (output, kualitas produk,
pelayanan terhadap konsumen atau biaya
operasional untuk perbaikan komponen)
4. Non Operational Consequences Bukti kegagalan pada kateeori ini adalah yang
bukan tergolong dalan konsekuensi keselamatan
ataupun produksi, jadi kegagalan ini hanya
melibatkan biaya perbaikan komponen.
Proactive Task dan initial Interval Tindakan ini dilakukan sebelum terjadi
kegagalan dalam rangka untuk menghindarkan aset
dari kondisi yang dapat menyebabakan kegagalan.
Kegiatan ini biasa dikenal dengan prediktif dan
preventive maintenance. Dalam RCM predictive
maintenance dimasukkan dalam aktivitas scedulled
on condition task, sedangkan preventive
maintenance dimasukkan ke dalam scheduled
restoration task ataupun scheduled discard task.
1. Schedulled restoration task 2. Scheduled discard task 3. Scheduled on-condition task
Default Action Tindakan ini dilakukan ketika sudah berada
dalam failed scale, dan dipilih ketika tindakan
proactive task yang efektif tidak mungkin dapat
dilakukan.
Proposed Task & Initial Interval Proposed task berusaha mendiskripsikan
tindakan pencegahan sebagai tindakan nyata untuk
menterjemahkan hasil dari proactive task dan default
action. Initial interval merupakan jarak perawatan
yang optimal, terhadap proposed task yang
ditentukan. Can be done by diisi tentang siapa yang
diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan
proposed task tersebut. Meliputi pihak-pihak yang
berkaitan langsung dengan proses dari peralatan
tersebut.
2.2 Sistem Gas Buang Boiler
Gas hasil pembakaran dari boiler sebelum
dibuang ke lingkungan harus memenuhi ambang
batas ramah lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan
suatu penanganan limbah gas buang boiler. Gas
buang boiler terbagi menjadi dua bagian yaitu Fly
Ash dan Flue Gas. Fly Ash adalah berupa sisa-sisa
partikel batu bara yang tidak ikut terbakar.
Sedangkan Flue Gas adalah komponen udara murni
seperti COx, SOx, dan Nox. Untuk mereduksi Fly
Ash digunakan koponen Elektrostatik Precipitator,
3
sedangkan unuk mereduksi Flue Gas digunakan
komponen Flue Gas Desulfurization.
Hasil pembakaran dari boiler akan
menghasilkan gas buang yang akan dibuang ke
lingkungan. Gas ini sebelum dibuang ke lingkungan
digunakan untuk memanaskan udara yang digunakan
untuk proses pembakaran di secondary dan primary
Air Heater. Setelah itu udara gas buang tersebut
masuk ke Elektrostatik Precipitator untuk
dihilangkan kadar Fly Ash nya. Dari Elekrostatik
Precipitator udara ditarik oleh ID Fan sehingga
menuju ke Flue Gas Desulfurization. Di Flue Gas
Desulfrization inilah nantinya kadar Cox dan SOx
akan direduksi sebelum dibang ke lingkungan
melalui Stack. Secara umum proses peredusi limbah
gas buang boiler di PT. IPMOMI dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar1. Sistem pereduksi limbah gas buang boiler
3. PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE
Pada penerapan RCM dibagi menjadi dua
bagian besar yang pertama berupa evaluasi kualitatif
dan yang kedua berupa evaluasi kuantitatif. Pada
gambar 2 dapat dilihat proses evaluasi sistem
menggunakan RCM.
:
Gamabar 2. Diagram alir proses perhitungan dan
evaluasi
3.1 Evaluasi Kualitatif pada Sistem Gas Buang
Boiler
System Function dan Function Failure Fungsi sistem gas buang boiler yaitu untuk
mengatasi permasalahan residu padat (abu) dan juga
gas gas kimia berbahaya berupa sulfur (SOx) hasil dari pembakaran.
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Failure mode adalah komponen yang sering
mengalami kegagalan yang diperoleh dari history
data kegagalan dengan minimal tiga kegagalan dan
dengan priority 1 - 5 yang artinya harus segera
diperbaiki. System function, function failure dan
failure mode and effect analysis ditulis dalam
information worksheet seperti pada tabel 1.
ID FAN
Elektrostatik
Precipitator
(ESP)
Fly Ash dan
Flue Gas Air Heater
Proses
Pembakaran
di Boiler
Flue Gas
Desulfurization
(FDG) Stack
START
STOP
4
Tabel 1 Information worksheet
Failure Consequence
Kegagalan pada sistem gas buang boiler
temasuk konsekuansi kegagalan sistem yang tidak
berlebihan (non-redundant system). Bila ada satu
komponen saja yang tidak bekerja, mengakibatkan
sistem itu gagal menjalankan fungsinya.
Proactive Task and Default Action Pada tahap ini ditentukan apakah perawatan
masuk pada on condition task (predictive
maintenance), scheduled restoration task dan
scheduled discard task (preventive maintenance),
Failure consequence dan proactive task and default
action. Sehingga dapat diketahui langkah apa yang
harus diambil kemudian.
Tabel 2 Decision worksheet
3.2 Evaluasi Kuantitatif pada Sistem Gas Buang
Boiler
3.2.1 Evaluasi Distribusi Data TTF ID Fan A
Fungsi kehandalan untuk ID Fan A dapat
ditentukan dengan rumus 4.2 berikut :
)0024,0exp()( ttR (1)
Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada
gambar 3.
Gambar 3. Grafik kehandalan ID Fan A
3.2.2 Evaluasi Distribusi Data TTF T/R Unit A
Fungsi kehandalan untuk T/R Unit A adalah
sebagai berikut: 0269,1
0069,259exp)(
ttR (2)
Nilai kehandalan untuk berbagai nilai t (hari)
ditunjukkan dalam lampiran B. Evaluasi kehandalan
diplot dalam grafik seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Grafik kehandalan T/R Unit A
3.2.3 Evaluasi Distribusi Data TTF Collecting Electrode (CE) Rapping Motor A
Fungsi kehandalan untuk CE rapping motor A
adalah sebagai berikut: 5869,2
0195,726exp)(
ttR (3)
Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada
gambar 5
Gambar 5. Grafik kehandalan CE rapping motor A
3.2.4 Evaluasi Distribusi Data TTF Discharge Elektrode (DE) Rapping Motor A
Fungsi kehandalan untuk Discharge Elektrode
(DE) Rapping Motor A adalah sebagai berikut: 8102,15
7535,431
8102,15exp)(
ttR (4)
Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada
gambar 6.
5
Gambar 6. Grafik kehandalan DE rapping motor A
3.2.5 Evaluasi Distribusi Data TTF Hopper
Vibromotor A
Fungsi kehandalan untuk Hopper Vibromotor A
adalah sebagai berikut:
2637,2
1064,587exp)(
ttR (5)
Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti
pada gambar 7
Gambar 7 Grafik kehandalan Hopper Vibromotor A
3.2.6 Evaluasi Distribusi Data TTF Scrubber
Water Pump Motor A
Fungsi kehandalan untuk scrubber water pump
motor A adalah sebagai berikut:
).007,0exp()( ttR (6)
Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada
gambar 8
Gambar 8. Grafik kehandalan membran scrubber
water pump motor A
3.2.7 Evaluasi Distribusi Data TTF Aeration Fan A
Fungsi kehandalan untuk aeration fan A adalah
sebagai berikut:
)).021.0(exp()( ttR (7)
. Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti
pada gambar 9
Gambar 9. Grafik kehandalan aeration fan A
4. DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Evaluasi Kehandalan dengan Preventive Maintenance
4.1.1 Evaluasi Kehandalan ID Fan A dengan PM
ID Fan A mempunyai kehandalan 80% pada saat
t = 20 hari maka pada ID Fan A PM dengan T = 20
hari. Fungsi kehandalan bearing ID Fan A setelah
dilakukan PM adalah sebagai berikut:
)20.(.)20( ntRRtR nm (8)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam grafik
seperti pada gambar 10.
Gambar 10. Grafik PM ID Fan A
4.1.2 Evaluasi Kehandalan T/R Unit A dengan PM
T/R Unit A mempunyai kehandalan 80% pada
saat t=60 hari maka pada T/R Unit A dilakukan PM
6
dengan T=60 hari. Fungsi kehandalan T/R Unit A
setelah dilakukan PM adalah sebagai berikut:
)60.(.)60( ntRRtR nm (9)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam sebuah
grafik seperti pada gambar 11
Gambar 11. Grafik PM T/R Unit A
4.1.3 Evaluasi Kehandalan CE Rapping Motor A dengan PM
CE Rapping Motor A mempunyai kehandalan
80% pada saat t=50 hari maka pada CE Rapping
Motor A dilakukan PM dengan T=50 hari. Fungsi
kehandalan CE Rapping Motor A setelah dilakukan
PM adalah sebagai berikut:
)50.(.)50( ntRRtR nm (10)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam
sebuah grafik seperti pada gambar 12
Gambar 13 Grafik PM CE Rapping Motor A
4.3.4 Evaluasi Kehandalan DE rapping motor A
dengan PM
DE rapping motor A mempunyai kehandalan
80% pada saat t=330 hari maka pada DE rapping
motor A dilakukan PM dengan T=330 hari. Fungsi
kehandalan DE rapping motor A setelah dilakukan
PM adalah sebagai berikut:
)330.(.)330( ntRRtR nm (11)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam
sebuah grafik seperti pada gambar 13
Gambar 13 Grafik PM DE Rapping Motor A
4.3.5 Evaluasi Kehandalan Hopper Vibromotor A dengan PM
Hopper vibromotor A mempunyai kehandalan
80% pada saat t=300 hari maka pada Hopper
vibromotor A dilakukan PM dengan T=300 hari.
Fungsi kehandalan Hopper vibromotor A setelah
dilakukan PM adalah sebagai berikut:
)300.(.)300( ntRRtR nm (12)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam
sebuah grafik seperti pada gambar 14
Gambar 14. Grafik PM Hopper vibromotor A
4.3.6 Evaluasi Kehandalan Scrubber Water Pump
Motor A dengan PM
Scrubber Water Pump Motor A mempunyai
kehandalan 80% pada saat t=20 hari maka pada
membran dilakukan PM dengan T=20 hari. Fungsi
kehandalan Scrubber Water Pump Motor A setelah
dilakukan PM adalah sebagai berikut:
)20.(.)20( ntRRtR nm (13)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam
sebuah grafik seperti pada gambar 15.
7
Gambar 15. Grafik PM scrubber water pump motor
4.3.7 Evaluasi Kehandalan Aeration Fan A dengan PM
Aeration Fan A mempunyai kehandalan 80%
pada saat t=50 hari maka pada Aeration Fan A
dilakukan PM dengan T=50 hari. Fungsi kehandalan
Aeration Fan A setelah dilakukan PM adalah sebagai
berikut:
)20.(.)20( ntRRtR nm
(14)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam
sebuah grafik seperti pada gambar 4.39
Gambar 4.39 Grafik PM Aeration Fan A
4.4 Evaluasi Kehandalan Sistem Gas Buang
Boiler Evaluasi kehandalan sistem gas buang boiler
merupakan hasil perhitungan kehandalan sistem gas
buang boiler secara keseluruhan dimana :
Rsistem(t)=R1 (t) x R2(t) x R3(t) X R4(t) X R5(t) x R6(t)
x R7(t)
(4.40)
Dimana:
R1 =kehandalan ID fan.
R2 =kehandalan T/R Unit
R3 =kehandalan CE rapping motor
R4 =kehandalan DE rapping motor
R5 =kehandalan hopper vibromotor
R6 =kehandalan scrubber water pump motor
R7 =kehandalan aeration fan
Evaluasi perhitungan di plot dalam sebuah
grafik hubungan antara Rsistem(t) dengan waktu
operasional seperti pada gambar 4.40
Gambar 4.40 Kehandalan sistem gas buang boiler
4.5 Evaluasi Kehandalan Sistem Gas Buang Boiler
dengan PM
Sistem gas buang boiler mempunyai kehandalan
80% pada saat t=20 hari maka pada membran
dilakukan PM dengan T=10 hari. Fungsi kehandalan
sistem gas buang boiler setelah dilakukan PM adalah
sebagai berikut:
)10.(.)10( ntRRtR sistemn
sistemmsistem
(15)
Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam
sebuah grafik seperti pada gambar 4.41
Gambar 4.41 Grafik PM sistem gas buang boiler
4.5 Evaluasi Biaya Berdasarkan rumus 2.26 dapat dihitung biaya
perbaikan dan berdasarkan hasil kulitatif dengan
RCM, sistem gas buang boiler mempunyai
konsekuensi lingkungan dan operasional karena jika
terjadi kegagalan komponen maka berpengaruh pada
Reliability
Time
(day)
8
hasil produksi karena tersusun secara standby
redundant. Pada evaluasi biaya ini diasumsi
US$=Rp.10.000,-
Labor cost (CW)
Tabel 4.21 Biaya dengan preventive maintenance
4.6 Penjadwalan Maintenance Pelaralatan Interval perawatan terhadap komponen yang
sering mengalami kegagalan pada sistem gas nuang
boiler ditinjau dari kehandalan dan perawatan yang
optimal :
Tabel 4.22 Jenis dan jadwal perawatan komponen
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi secara kualitatif dan kuantitif
yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Scheduled on-condition task : T/R unit
No scheduled maintenance : ID Fan, Aeration
Fan
Scheduled discard task : CE Rapping Motor,
DE Rapping Motor, Hopper Vibromotor, dan
Scrubber Water Pump Motor
Interval perawatan terhadap komponen yang
optimal :
T/R unit : 50 hari
CE rapping motor : 40 hari
DE rapping motor : 320 hari
Hopper Vibromotor : 280 hari
Scrubber Water Pump Motor : 60 hari
5.2 Saran
Untuk pengembangkan penelitian ini maka
penelitian selanjutnya untuk perhitungan preventive
maintenance dapat melibatkan cost analysis. Dengan
mengambil perpotongan antara R(t) dengan cost
analysis sehingga dapat menentukan T yang paling
optimal dalam menentukan jadwal maintenance
DAFTAR PUSTAKA
Andrews J.D. dan TR Moss. 2002. Reliability and
Risk Assassment Second Edition. New
York.
Dwi Priyanta. 2000. Kehandalan Dan Perawatan.
(URL: www.Relibility.com)
Ebeling, Charles E. 1997. An Introduction To
Reliability And Maintainability
Engineering. Singapore: The Mc Graw-Hill
Companies.
Edward Kadek Widayana. 2004. Peningkatan
Keandalan Pada Sistem Pompa Produce
Water Disposal Dangan
Menggunakan Pendekatan Reliability
Centered Maintenance II Study Kasus di
VICO Indonesia. Surabaya : Teknik Industri
ITS. Irfan Sutyodi. 2006. Implementasi Reliability
Centered Maintenance(RCM) Pada Stone
Crusher Di PT. Trijaya Adymix
Mojokerto. Surabaya : Teknik Fisika ITS.
Moubray, John. 1997. Reliability Centered
Maintenance (RCM II) : Industrial Press
Ing.
9
Nouwen, Ing A. 1981. Pompa I. Jakarta : Bhratara
Karya Aksara.
PT IPMOMI Paiton. 1997. Diktat Kursus di PLTU
Paiton unit 7 dan 8.
Ramakumar R. 1993. Engineering Reliability
Fundamental and Aplications. New Jersey:
Prentice Hall International Inc.
BIODATA PENULIS
Nama : Dwi Tri Cahyono
TTL : Probolinggo, 23 Desember1986 Alamat Asal : Perum kertas Leces Indah BIII/9
Riwayat Pendidikan :
2005 Sekarang : Teknik Fisika FTI ITS 2002 2005 : SMA Taruna Dra Zulaeha 1999 2002 : SLTP Taruna Dra Zulaeha 1993 1999 : SDN Taruna Dra Zulaeha