9
1 PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA SISTEM GAS BUANG BOILER DI PT. IPMOMI PAITON - PROBOLINGGO (Katherin Indriawati, ST. MT ; Dwi Tri Cahyono A S) Program Studi S1 Teknik Fisika Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih Sukolilo - Surabaya 60111 ABSTRAK Permasalahan limbah gas buang industri termasuk gas buang boiler merupakan permasalahan klasik yang ada di dunia industri. Dalam makalah ini komponen sistem gas buang boiler di PT. IPMOMI dianalisa kehandalannya untuk menjamin komponen sistem bekerja dengan baik, sesuai dengan fungsinya, sehingga dapat ditentukan perencanaan perawatan yang optimal. Metode yang digunakan adalah Reliability Centered Maintenance (RCM). RCM merupakan suatu program perawatan yang mengkombinasikan pendekatan statistik dan menerapkan berbagai macam strategi perawatan. Berdasarkan hasil evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan RCM maka diperoleh komponen yang mendapat perawatan scheduled on-condition task yaitu T/R Unit. Komponen yang tidak memerlukan perawatan (no scheduled maintenance) yaitu ID Fan dan Aeration Fan. Sedangakan komponen yang mendapat perawatan Scheduled discard task yaitu CE Rapping Motor dengan jadwal perawatan 40 hari , DE Rapping Motor dengan jadwal perawatan 320 hari, Hopper Vibromotor dengan jadwal perawatan 280 hari, dan Scrubber Water Pump Motor dengan jadwal perawatan 60 hari. 1. PENDAHULUAN Dengan dioperasikannya dua unit pembangkit 7 dan 8 milik PT IPMOMI diharapkan membawa dampak positif terhadap masyarakat dalam usaha pemenuhan kebutuhan listrik. Di lain pihak tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini juga akan membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satunya adalah mengenai masalah limbah gas buang. Hal ini merupakan masalah klasik yang dimulai dari awal lahirnya industri di dunia. Sampai saat ini masih kita hadapi berbagai usaha telah dilakukan. Mulai dari penetapan standart baku mutu limbah yang boleh dilepaskan ke lingkungan sampai penetapan teknik- teknik untuk menekan jumlah limbah industri. Salah satu tekniknya adalah dengan menganalisa kehandalan dari komponen sistem gas buang boiler. Komponen sistem gas buang boiler yang telah lama dioperasiakan perlu dianalisa kahandalannya, dengan tujuan menentukan perencanaan perawatan yang efektif. Hal ini agar pengoperasian selanjutnya kemungkianan kegagalan sistem beroperasi dapat lebih mudah untuk dihindari. Salah satu program perawatan yang juga diterapkan di PT IPMOMI adalah Reliability Centered Maintenance. Keunggulan dari RCM ini adalah dapat menjamin seluruh fasilitas fisik dapat berjalan dengan baik sesuai dengan desain dan fungsinya [1] . Di PT. IPMOMI analisa RCM pada sistem gas buang boiler belum diterapkan. Dari permasalahan itulah maka dalam makalah ini akan diterapkan RCM pada sistem gas buang boiler di PT. IPMOMI dalam rangka : Mengetahui komponen yang kritis pada sistem gas buang boiler. Meganalisa kehandalan pada komponen sistem gas buang di PT IPMOMI - Paiton berdasarkan nilai kegagalan komponen. Menentukan perawatan yang tepat dipandang dari aspek konsekuensi kegagalan yang ditimbulkan, dan usaha-usaha pencegahan untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan. Mengatur penjadwalan perawatan terhadap peralatan atau komponen yang kritis pada komponen sistem gas buang. . 2. TEORI DASAR 2.1 Reliability Centered Maintenance Reliability centered maintenance (RCM) didefinisikan sebagai suatu proses yang digunakan untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menjamin setiap aset fisik atau suatu sistem dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi yang diinginkan oleh penggunanya. Penelitian tentang RCM pada dasarnya berusaha menjawab 7

Perancangan penjadwalan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perancangan penjadwalan MESIN

Citation preview

  • 1

    PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE PADA SISTEM GAS BUANG

    BOILER DI PT. IPMOMI PAITON - PROBOLINGGO (Katherin Indriawati, ST. MT ; Dwi Tri Cahyono A S)

    Program Studi S1 Teknik Fisika Jurusan Teknik Fisika

    Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Kampus ITS Keputih Sukolilo - Surabaya 60111

    ABSTRAK

    Permasalahan limbah gas buang industri termasuk gas buang boiler merupakan permasalahan klasik yang

    ada di dunia industri. Dalam makalah ini komponen sistem gas buang boiler di PT. IPMOMI dianalisa

    kehandalannya untuk menjamin komponen sistem bekerja dengan baik, sesuai dengan fungsinya, sehingga dapat

    ditentukan perencanaan perawatan yang optimal. Metode yang digunakan adalah Reliability Centered

    Maintenance (RCM). RCM merupakan suatu program perawatan yang mengkombinasikan pendekatan statistik

    dan menerapkan berbagai macam strategi perawatan.

    Berdasarkan hasil evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan RCM maka diperoleh

    komponen yang mendapat perawatan scheduled on-condition task yaitu T/R Unit. Komponen yang tidak

    memerlukan perawatan (no scheduled maintenance) yaitu ID Fan dan Aeration Fan. Sedangakan komponen yang

    mendapat perawatan Scheduled discard task yaitu CE Rapping Motor dengan jadwal perawatan 40 hari , DE

    Rapping Motor dengan jadwal perawatan 320 hari, Hopper Vibromotor dengan jadwal perawatan 280 hari, dan

    Scrubber Water Pump Motor dengan jadwal perawatan 60 hari.

    1. PENDAHULUAN

    Dengan dioperasikannya dua unit pembangkit 7

    dan 8 milik PT IPMOMI diharapkan membawa

    dampak positif terhadap masyarakat dalam usaha

    pemenuhan kebutuhan listrik. Di lain pihak tidak

    dapat dipungkiri bahwa hal ini juga akan membawa

    dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satunya

    adalah mengenai masalah limbah gas buang. Hal ini

    merupakan masalah klasik yang dimulai dari awal

    lahirnya industri di dunia. Sampai saat ini masih kita

    hadapi berbagai usaha telah dilakukan. Mulai dari

    penetapan standart baku mutu limbah yang boleh

    dilepaskan ke lingkungan sampai penetapan teknik-

    teknik untuk menekan jumlah limbah industri. Salah

    satu tekniknya adalah dengan menganalisa

    kehandalan dari komponen sistem gas buang boiler.

    Komponen sistem gas buang boiler yang telah

    lama dioperasiakan perlu dianalisa kahandalannya,

    dengan tujuan menentukan perencanaan perawatan

    yang efektif. Hal ini agar pengoperasian selanjutnya

    kemungkianan kegagalan sistem beroperasi dapat

    lebih mudah untuk dihindari.

    Salah satu program perawatan yang juga

    diterapkan di PT IPMOMI adalah Reliability

    Centered Maintenance. Keunggulan dari RCM ini

    adalah dapat menjamin seluruh fasilitas fisik dapat

    berjalan dengan baik sesuai dengan desain dan

    fungsinya[1]

    . Di PT. IPMOMI analisa RCM pada

    sistem gas buang boiler belum diterapkan. Dari

    permasalahan itulah maka dalam makalah ini akan

    diterapkan RCM pada sistem gas buang boiler di PT.

    IPMOMI dalam rangka :

    Mengetahui komponen yang kritis pada sistem gas buang boiler.

    Meganalisa kehandalan pada komponen sistem gas buang di PT IPMOMI - Paiton berdasarkan

    nilai kegagalan komponen.

    Menentukan perawatan yang tepat dipandang dari aspek konsekuensi kegagalan yang

    ditimbulkan, dan usaha-usaha pencegahan untuk

    mengantisipasi terjadinya kegagalan.

    Mengatur penjadwalan perawatan terhadap peralatan atau komponen yang kritis pada

    komponen sistem gas buang.

    .

    2. TEORI DASAR

    2.1 Reliability Centered Maintenance Reliability centered maintenance (RCM)

    didefinisikan sebagai suatu proses yang digunakan

    untuk menentukan apa yang seharusnya dilakukan

    untuk menjamin setiap aset fisik atau suatu sistem

    dapat berjalan dengan baik sesuai dengan fungsi yang

    diinginkan oleh penggunanya. Penelitian tentang

    RCM pada dasarnya berusaha menjawab 7

  • 2

    pertanyaan utama tentang aset atau peralatan yang

    diteliti. Ketujuh petanyaan mendasar tersebut antara

    lain[1]

    .

    1. Apakah fungsi dan hubungan performansi standard dari aset dalam konteks operational

    pada saat ini (system functions)?

    2. Bagaimana aset tersebut rusak dalam menjalankan fungsinya (functional failure)?

    3. Apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan fungsi tersebut (failure modes)?

    4. Apakah yang terjadi pada saat terjadi kerusakan (failure effect)?

    5. Bagaimana masing-masing kerusakan tersebut terjadi (failure consequence)?

    6. Apakah yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing-masing

    kerusakan tersebut (proactive task and task

    interval)?

    7. Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak ditemukan

    (default action)?

    System function and fungtional failure System function bertujuan untuk membuat suatu

    informasi yang dapat menyediakan atau

    mendefisikan fungsi sistem. Analisa yang dilakukan

    adalah berdasarkan fungsi dan bukan mengenai

    peralatan yang ada pada sistem tersebut. Sedangkan

    kegagalan fungsional (fungsional failure)

    menjelaskan bagaimana sistem mengalami kegagalan

    melaksanakan system function yang diharapkan.

    Failure Mode and Effect Analysis Failure mode & effect analysis merupakan

    suatu teknik management failure untuk

    mengindentifikasikan penyebab kegagalan suatu aset

    tidak mampu melaksanakan fungsi standard yang

    diharapkan oleh user. Failure mode bertujuan untuk

    menemukan akar permasalahan (root cause) dari

    kegagalan yang timbul. Failure effect menjelaskan

    dampak yang ditimbulkan apabila failure mode

    tersebut terjadi. Proses identifikasi terhadap fungsi,

    failure modes dan failure effect sangat penting untuk

    perbaikan performansi dan mengeliminasi waste.

    Failure Consequences Dalam reliability centered maintenane,

    konsekuensi kegagalan diklasifikasikan dalam 4

    bagian yaitu

    1. Hidden failure consequences, dimana kegagalan tersebut tidak dapat dibuktikan secara langsung

    sesaat setelah kegagalan berlangsung.

    2. Safety and Environment Consequences Safety consequence terjadi apabila sebuah

    kegagalan fungsi mempunyai konsekuensi

    terhadap keselamatan pekerja/manusia lainnya.

    Environment consequence terjadi apabila

    kegagalan fungsi berdampak pada kelestarian

    lingkungan.

    3. Operational Consequences Suatu kegagalan dikatakan memiliki konsekuensi

    operasional ketika berakibat pada produksi

    atau operasional (output, kualitas produk,

    pelayanan terhadap konsumen atau biaya

    operasional untuk perbaikan komponen)

    4. Non Operational Consequences Bukti kegagalan pada kateeori ini adalah yang

    bukan tergolong dalan konsekuensi keselamatan

    ataupun produksi, jadi kegagalan ini hanya

    melibatkan biaya perbaikan komponen.

    Proactive Task dan initial Interval Tindakan ini dilakukan sebelum terjadi

    kegagalan dalam rangka untuk menghindarkan aset

    dari kondisi yang dapat menyebabakan kegagalan.

    Kegiatan ini biasa dikenal dengan prediktif dan

    preventive maintenance. Dalam RCM predictive

    maintenance dimasukkan dalam aktivitas scedulled

    on condition task, sedangkan preventive

    maintenance dimasukkan ke dalam scheduled

    restoration task ataupun scheduled discard task.

    1. Schedulled restoration task 2. Scheduled discard task 3. Scheduled on-condition task

    Default Action Tindakan ini dilakukan ketika sudah berada

    dalam failed scale, dan dipilih ketika tindakan

    proactive task yang efektif tidak mungkin dapat

    dilakukan.

    Proposed Task & Initial Interval Proposed task berusaha mendiskripsikan

    tindakan pencegahan sebagai tindakan nyata untuk

    menterjemahkan hasil dari proactive task dan default

    action. Initial interval merupakan jarak perawatan

    yang optimal, terhadap proposed task yang

    ditentukan. Can be done by diisi tentang siapa yang

    diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan

    proposed task tersebut. Meliputi pihak-pihak yang

    berkaitan langsung dengan proses dari peralatan

    tersebut.

    2.2 Sistem Gas Buang Boiler

    Gas hasil pembakaran dari boiler sebelum

    dibuang ke lingkungan harus memenuhi ambang

    batas ramah lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan

    suatu penanganan limbah gas buang boiler. Gas

    buang boiler terbagi menjadi dua bagian yaitu Fly

    Ash dan Flue Gas. Fly Ash adalah berupa sisa-sisa

    partikel batu bara yang tidak ikut terbakar.

    Sedangkan Flue Gas adalah komponen udara murni

    seperti COx, SOx, dan Nox. Untuk mereduksi Fly

    Ash digunakan koponen Elektrostatik Precipitator,

  • 3

    sedangkan unuk mereduksi Flue Gas digunakan

    komponen Flue Gas Desulfurization.

    Hasil pembakaran dari boiler akan

    menghasilkan gas buang yang akan dibuang ke

    lingkungan. Gas ini sebelum dibuang ke lingkungan

    digunakan untuk memanaskan udara yang digunakan

    untuk proses pembakaran di secondary dan primary

    Air Heater. Setelah itu udara gas buang tersebut

    masuk ke Elektrostatik Precipitator untuk

    dihilangkan kadar Fly Ash nya. Dari Elekrostatik

    Precipitator udara ditarik oleh ID Fan sehingga

    menuju ke Flue Gas Desulfurization. Di Flue Gas

    Desulfrization inilah nantinya kadar Cox dan SOx

    akan direduksi sebelum dibang ke lingkungan

    melalui Stack. Secara umum proses peredusi limbah

    gas buang boiler di PT. IPMOMI dapat dilihat pada

    gambar 1.

    Gambar1. Sistem pereduksi limbah gas buang boiler

    3. PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE

    Pada penerapan RCM dibagi menjadi dua

    bagian besar yang pertama berupa evaluasi kualitatif

    dan yang kedua berupa evaluasi kuantitatif. Pada

    gambar 2 dapat dilihat proses evaluasi sistem

    menggunakan RCM.

    :

    Gamabar 2. Diagram alir proses perhitungan dan

    evaluasi

    3.1 Evaluasi Kualitatif pada Sistem Gas Buang

    Boiler

    System Function dan Function Failure Fungsi sistem gas buang boiler yaitu untuk

    mengatasi permasalahan residu padat (abu) dan juga

    gas gas kimia berbahaya berupa sulfur (SOx) hasil dari pembakaran.

    FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Failure mode adalah komponen yang sering

    mengalami kegagalan yang diperoleh dari history

    data kegagalan dengan minimal tiga kegagalan dan

    dengan priority 1 - 5 yang artinya harus segera

    diperbaiki. System function, function failure dan

    failure mode and effect analysis ditulis dalam

    information worksheet seperti pada tabel 1.

    ID FAN

    Elektrostatik

    Precipitator

    (ESP)

    Fly Ash dan

    Flue Gas Air Heater

    Proses

    Pembakaran

    di Boiler

    Flue Gas

    Desulfurization

    (FDG) Stack

    START

    STOP

  • 4

    Tabel 1 Information worksheet

    Failure Consequence

    Kegagalan pada sistem gas buang boiler

    temasuk konsekuansi kegagalan sistem yang tidak

    berlebihan (non-redundant system). Bila ada satu

    komponen saja yang tidak bekerja, mengakibatkan

    sistem itu gagal menjalankan fungsinya.

    Proactive Task and Default Action Pada tahap ini ditentukan apakah perawatan

    masuk pada on condition task (predictive

    maintenance), scheduled restoration task dan

    scheduled discard task (preventive maintenance),

    Failure consequence dan proactive task and default

    action. Sehingga dapat diketahui langkah apa yang

    harus diambil kemudian.

    Tabel 2 Decision worksheet

    3.2 Evaluasi Kuantitatif pada Sistem Gas Buang

    Boiler

    3.2.1 Evaluasi Distribusi Data TTF ID Fan A

    Fungsi kehandalan untuk ID Fan A dapat

    ditentukan dengan rumus 4.2 berikut :

    )0024,0exp()( ttR (1)

    Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada

    gambar 3.

    Gambar 3. Grafik kehandalan ID Fan A

    3.2.2 Evaluasi Distribusi Data TTF T/R Unit A

    Fungsi kehandalan untuk T/R Unit A adalah

    sebagai berikut: 0269,1

    0069,259exp)(

    ttR (2)

    Nilai kehandalan untuk berbagai nilai t (hari)

    ditunjukkan dalam lampiran B. Evaluasi kehandalan

    diplot dalam grafik seperti pada gambar 4.

    Gambar 4. Grafik kehandalan T/R Unit A

    3.2.3 Evaluasi Distribusi Data TTF Collecting Electrode (CE) Rapping Motor A

    Fungsi kehandalan untuk CE rapping motor A

    adalah sebagai berikut: 5869,2

    0195,726exp)(

    ttR (3)

    Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada

    gambar 5

    Gambar 5. Grafik kehandalan CE rapping motor A

    3.2.4 Evaluasi Distribusi Data TTF Discharge Elektrode (DE) Rapping Motor A

    Fungsi kehandalan untuk Discharge Elektrode

    (DE) Rapping Motor A adalah sebagai berikut: 8102,15

    7535,431

    8102,15exp)(

    ttR (4)

    Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada

    gambar 6.

  • 5

    Gambar 6. Grafik kehandalan DE rapping motor A

    3.2.5 Evaluasi Distribusi Data TTF Hopper

    Vibromotor A

    Fungsi kehandalan untuk Hopper Vibromotor A

    adalah sebagai berikut:

    2637,2

    1064,587exp)(

    ttR (5)

    Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti

    pada gambar 7

    Gambar 7 Grafik kehandalan Hopper Vibromotor A

    3.2.6 Evaluasi Distribusi Data TTF Scrubber

    Water Pump Motor A

    Fungsi kehandalan untuk scrubber water pump

    motor A adalah sebagai berikut:

    ).007,0exp()( ttR (6)

    Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti pada

    gambar 8

    Gambar 8. Grafik kehandalan membran scrubber

    water pump motor A

    3.2.7 Evaluasi Distribusi Data TTF Aeration Fan A

    Fungsi kehandalan untuk aeration fan A adalah

    sebagai berikut:

    )).021.0(exp()( ttR (7)

    . Evaluasi kehandalan diplot dalam grafik seperti

    pada gambar 9

    Gambar 9. Grafik kehandalan aeration fan A

    4. DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Evaluasi Kehandalan dengan Preventive Maintenance

    4.1.1 Evaluasi Kehandalan ID Fan A dengan PM

    ID Fan A mempunyai kehandalan 80% pada saat

    t = 20 hari maka pada ID Fan A PM dengan T = 20

    hari. Fungsi kehandalan bearing ID Fan A setelah

    dilakukan PM adalah sebagai berikut:

    )20.(.)20( ntRRtR nm (8)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam grafik

    seperti pada gambar 10.

    Gambar 10. Grafik PM ID Fan A

    4.1.2 Evaluasi Kehandalan T/R Unit A dengan PM

    T/R Unit A mempunyai kehandalan 80% pada

    saat t=60 hari maka pada T/R Unit A dilakukan PM

  • 6

    dengan T=60 hari. Fungsi kehandalan T/R Unit A

    setelah dilakukan PM adalah sebagai berikut:

    )60.(.)60( ntRRtR nm (9)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam sebuah

    grafik seperti pada gambar 11

    Gambar 11. Grafik PM T/R Unit A

    4.1.3 Evaluasi Kehandalan CE Rapping Motor A dengan PM

    CE Rapping Motor A mempunyai kehandalan

    80% pada saat t=50 hari maka pada CE Rapping

    Motor A dilakukan PM dengan T=50 hari. Fungsi

    kehandalan CE Rapping Motor A setelah dilakukan

    PM adalah sebagai berikut:

    )50.(.)50( ntRRtR nm (10)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam

    sebuah grafik seperti pada gambar 12

    Gambar 13 Grafik PM CE Rapping Motor A

    4.3.4 Evaluasi Kehandalan DE rapping motor A

    dengan PM

    DE rapping motor A mempunyai kehandalan

    80% pada saat t=330 hari maka pada DE rapping

    motor A dilakukan PM dengan T=330 hari. Fungsi

    kehandalan DE rapping motor A setelah dilakukan

    PM adalah sebagai berikut:

    )330.(.)330( ntRRtR nm (11)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam

    sebuah grafik seperti pada gambar 13

    Gambar 13 Grafik PM DE Rapping Motor A

    4.3.5 Evaluasi Kehandalan Hopper Vibromotor A dengan PM

    Hopper vibromotor A mempunyai kehandalan

    80% pada saat t=300 hari maka pada Hopper

    vibromotor A dilakukan PM dengan T=300 hari.

    Fungsi kehandalan Hopper vibromotor A setelah

    dilakukan PM adalah sebagai berikut:

    )300.(.)300( ntRRtR nm (12)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam

    sebuah grafik seperti pada gambar 14

    Gambar 14. Grafik PM Hopper vibromotor A

    4.3.6 Evaluasi Kehandalan Scrubber Water Pump

    Motor A dengan PM

    Scrubber Water Pump Motor A mempunyai

    kehandalan 80% pada saat t=20 hari maka pada

    membran dilakukan PM dengan T=20 hari. Fungsi

    kehandalan Scrubber Water Pump Motor A setelah

    dilakukan PM adalah sebagai berikut:

    )20.(.)20( ntRRtR nm (13)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam

    sebuah grafik seperti pada gambar 15.

  • 7

    Gambar 15. Grafik PM scrubber water pump motor

    4.3.7 Evaluasi Kehandalan Aeration Fan A dengan PM

    Aeration Fan A mempunyai kehandalan 80%

    pada saat t=50 hari maka pada Aeration Fan A

    dilakukan PM dengan T=50 hari. Fungsi kehandalan

    Aeration Fan A setelah dilakukan PM adalah sebagai

    berikut:

    )20.(.)20( ntRRtR nm

    (14)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam

    sebuah grafik seperti pada gambar 4.39

    Gambar 4.39 Grafik PM Aeration Fan A

    4.4 Evaluasi Kehandalan Sistem Gas Buang

    Boiler Evaluasi kehandalan sistem gas buang boiler

    merupakan hasil perhitungan kehandalan sistem gas

    buang boiler secara keseluruhan dimana :

    Rsistem(t)=R1 (t) x R2(t) x R3(t) X R4(t) X R5(t) x R6(t)

    x R7(t)

    (4.40)

    Dimana:

    R1 =kehandalan ID fan.

    R2 =kehandalan T/R Unit

    R3 =kehandalan CE rapping motor

    R4 =kehandalan DE rapping motor

    R5 =kehandalan hopper vibromotor

    R6 =kehandalan scrubber water pump motor

    R7 =kehandalan aeration fan

    Evaluasi perhitungan di plot dalam sebuah

    grafik hubungan antara Rsistem(t) dengan waktu

    operasional seperti pada gambar 4.40

    Gambar 4.40 Kehandalan sistem gas buang boiler

    4.5 Evaluasi Kehandalan Sistem Gas Buang Boiler

    dengan PM

    Sistem gas buang boiler mempunyai kehandalan

    80% pada saat t=20 hari maka pada membran

    dilakukan PM dengan T=10 hari. Fungsi kehandalan

    sistem gas buang boiler setelah dilakukan PM adalah

    sebagai berikut:

    )10.(.)10( ntRRtR sistemn

    sistemmsistem

    (15)

    Evaluasi kehandalan dengan PM diplot dalam

    sebuah grafik seperti pada gambar 4.41

    Gambar 4.41 Grafik PM sistem gas buang boiler

    4.5 Evaluasi Biaya Berdasarkan rumus 2.26 dapat dihitung biaya

    perbaikan dan berdasarkan hasil kulitatif dengan

    RCM, sistem gas buang boiler mempunyai

    konsekuensi lingkungan dan operasional karena jika

    terjadi kegagalan komponen maka berpengaruh pada

    Reliability

    Time

    (day)

  • 8

    hasil produksi karena tersusun secara standby

    redundant. Pada evaluasi biaya ini diasumsi

    US$=Rp.10.000,-

    Labor cost (CW)

    Tabel 4.21 Biaya dengan preventive maintenance

    4.6 Penjadwalan Maintenance Pelaralatan Interval perawatan terhadap komponen yang

    sering mengalami kegagalan pada sistem gas nuang

    boiler ditinjau dari kehandalan dan perawatan yang

    optimal :

    Tabel 4.22 Jenis dan jadwal perawatan komponen

    5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil evaluasi secara kualitatif dan kuantitif

    yang telah dilakukan maka dapat diperoleh

    kesimpulan sebagai berikut:

    Scheduled on-condition task : T/R unit

    No scheduled maintenance : ID Fan, Aeration

    Fan

    Scheduled discard task : CE Rapping Motor,

    DE Rapping Motor, Hopper Vibromotor, dan

    Scrubber Water Pump Motor

    Interval perawatan terhadap komponen yang

    optimal :

    T/R unit : 50 hari

    CE rapping motor : 40 hari

    DE rapping motor : 320 hari

    Hopper Vibromotor : 280 hari

    Scrubber Water Pump Motor : 60 hari

    5.2 Saran

    Untuk pengembangkan penelitian ini maka

    penelitian selanjutnya untuk perhitungan preventive

    maintenance dapat melibatkan cost analysis. Dengan

    mengambil perpotongan antara R(t) dengan cost

    analysis sehingga dapat menentukan T yang paling

    optimal dalam menentukan jadwal maintenance

    DAFTAR PUSTAKA

    Andrews J.D. dan TR Moss. 2002. Reliability and

    Risk Assassment Second Edition. New

    York.

    Dwi Priyanta. 2000. Kehandalan Dan Perawatan.

    (URL: www.Relibility.com)

    Ebeling, Charles E. 1997. An Introduction To

    Reliability And Maintainability

    Engineering. Singapore: The Mc Graw-Hill

    Companies.

    Edward Kadek Widayana. 2004. Peningkatan

    Keandalan Pada Sistem Pompa Produce

    Water Disposal Dangan

    Menggunakan Pendekatan Reliability

    Centered Maintenance II Study Kasus di

    VICO Indonesia. Surabaya : Teknik Industri

    ITS. Irfan Sutyodi. 2006. Implementasi Reliability

    Centered Maintenance(RCM) Pada Stone

    Crusher Di PT. Trijaya Adymix

    Mojokerto. Surabaya : Teknik Fisika ITS.

    Moubray, John. 1997. Reliability Centered

    Maintenance (RCM II) : Industrial Press

    Ing.

  • 9

    Nouwen, Ing A. 1981. Pompa I. Jakarta : Bhratara

    Karya Aksara.

    PT IPMOMI Paiton. 1997. Diktat Kursus di PLTU

    Paiton unit 7 dan 8.

    Ramakumar R. 1993. Engineering Reliability

    Fundamental and Aplications. New Jersey:

    Prentice Hall International Inc.

    BIODATA PENULIS

    Nama : Dwi Tri Cahyono

    TTL : Probolinggo, 23 Desember1986 Alamat Asal : Perum kertas Leces Indah BIII/9

    Riwayat Pendidikan :

    2005 Sekarang : Teknik Fisika FTI ITS 2002 2005 : SMA Taruna Dra Zulaeha 1999 2002 : SLTP Taruna Dra Zulaeha 1993 1999 : SDN Taruna Dra Zulaeha