Perancangan Sistem Radio (Frekuensi Bayangan)

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM RADIO

Pengukuran Penekanan Frekuensi Bayangan Radio VHF FM TranceiverTanggal Praktikum: 30 April 2012 No. Praktikum: 5

Disusun oleh: Danuar Trianur Rohman Fauziyyah Kelas: 3TCB1 (091331039) (091331045)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012

I.

Judul Praktikum Pengukuran Penekanan Frekuensi Bayangan Radio VHF FM Tranceiver

II.

Tujuan Dapat mencari dan menentukan frekuensi bayangan dari Radio VHF FM Transceiver untuk beberapa frekuensi carrier yang berbeda. Dapat menunjukan apakah frekuensi bayangan pada radio VHF FM Transceiver dapat direjection atau tidak. Dapat menentukan besarnya Image frequency Rejection Ratio (IFRR) yang baik pada frekuensi bayangan yang telah ditentukan

III.

Landasan Teori Pada spesifikasi radio penerima untuk menentukan apakah sebuah radio penerima termasuk dalam radio penerima yang baik, banyak faktor yang dapat digunakan. Spesifikasi radio penerima biasanya akan sangat berpengaruh pada penampilan dan unjuk kerja. Berikut ini spesifikasi radio penerima yang dapat digunakan dan diterapkan untuk produk rumah tangga ataupun radio penerima komunikasi.

1. Image Rejection Radio Merupakan perbandingan antara : Level input Image Frequency yang tidak diinginkan untuk menghasilkan daya keluaran penerima (Output Power Receiver) tertentu. Level Input dari frekuensi yang diinginkan daya keluaran penerima (Output Power Receiver) yang sama. Image Rejection ini biasanya dinyatakan dalam dB. Nilai standar untuk penolakan bayangan adalah sekitar -50 dB untuk penerima komunikasi. Nilai tersebut dapat berubah-ubah menurut penalaan.

Wi = Wc 2 WIF;

dengan WIF = 10.7 MHz

2. Penolakan Frekuensi antara (Intermediate Frequency Rejection) Perbandingan dalam dB dari frekuensi antara (IF) dengan frekuensi pembawa yang diinginkan yang menghasilkan keluaran yang sama dari pencampur merupakan perbandingan penolakan IF. Perbandingan ini juga berubah menurut penalaan penerima. Pada penerima AM, apabila IF ditala pada 555 kHz maka tidak akan dapat membedakan sinyal interferensi pada 455 kHz frekuensi IF demikian pula kalau ditala pada 1665 kHz. Dengan demikian, penalaan IF haruslah pada frekuensi fundamental dari IF yang digunakan. Pada penerima radio, tahap penguat IF biasanya dilengkapi dengan filter IF berupa LC jajar yang ditala pada IF fundamental pada impedansi tertingginya dan terkadang masih ditambah dengan filter keramik atau mekanik pada tahap akhir penguat IF. Penambahan filter pada tingkat penguat IF ini selain sebagai penolakan frekuensi antara (IF), juga dapat meningkatkan spesifikasi radio penerima pada sisi selektivitas

IV.

Alat dan Komponen 1) Radio VHF FM Transceiver IC 28 H 2) RF Signal Generator HP 8656B Hewlett-Packard 0,1 990 MHz 3) Distortion Analyzer HP 334A. 4) Power Supply 5) Speaker 6) Kabel penghubung koaksial BNC to BNC

V.

Langkah Percobaan 1. Buat rangkaian seperti setup berikut:

Radio VHF Tranceiver IC-28 H Speaker Power Supply Daiwa SS-202SS - 202

7 4 1 0

8 5 2 .

9 6 3

RF OUT

Signal Generator hp 8656 Bhewlett-Packard 0,1 990 MHz

Distortion Analyzer HP 334A

2. Set Signal Generator pada frekuensi 140 MHz, dengan modulasi 1 KHz pada 60% deviasi (3 KHz dari 5 KHz) dan level sinyal 1 mV atau 0 dBm. 3. Set Radio VHF FM Transceiver pada frekuensi yang sama dengan Signal Generator. 4. Ukur besarnya sensitivitas radio dengan cara kurangi level sinyal RF hingga memperoleh 12 dB SINAD pada Distortion Analyzer. 5. Menghitung besarnya frekuensi bayangan dengan menggunakan rumus :

6.

Set Signal Generator pada frekuensi image hasil perhitungan secara bergantian. Untuk maka : = 161.4 MHz = 118.6 MHz

7.

Naikan level sinyal sampai terdengar perubahan nada. Kemudian ukur pada 12 dB SINAD.

8.

Selisih level sensitivitas

dan frekuensi image

(

) merupakan image

frequency rejection ratio (IFRR). 9. Lakukan seperti pada langkah 3 8 untuk frekuensi yang berbeda.

VI.

Hasil Percobaan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatlah hasil sebagai berikut : Frequency (MHz) 140 Sensitivitas (dBm) -116 Image Frequency (MHz) 161.4 118.6 163.4 120.6 -120 165.4 122.6 167.4 146 -119 124.6 -119 126.6 169.4 148 >100 dB >100 dB >100 dB > 100 dB IFRR (dB)

142

-115

>100 dB

144

171.4 150 -117 128.6 173.4 152 -117 130.6 175.4 154 -114 132.6 177.4 134.6 -107 179.4 136.6 181.4 160 -104 138.6 -99 140.6 -98 185.4 164 142.6 187.4 166 -97 144.6 189.4 146.6 >100 dB >100 dB 183.4 162 >100 dB >100 dB >100 dB >100 dB >100 dB >100 dB

156

-111

>100 dB

158

168

-97

>100 dB

VII.

Analisa Dari tabel hasil pengukuran, sensitivitas yang terbaik berada pada frekuensi 144 MHz. Sedangkan, IFRR yang didapatkan >100 dB untuk semua frekuensi yang diukur, ini berarti radio VHF FM transceiver mampu menekan sinyal yang tidak dikehendaki. Pemilihan image frequency didasarkan pada letak frekuensi yang jauh dari band frekuensi Radio VHF FM Tranceiver (138 MHz 174 MHz).

VIII.

Kesimpulan Dari hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa radio VHF FM Tranceiver yang kita pakai memiliki Band Past Filter (BPF) yang baik hal ini dibuktikan dengan IFRR > 100 dB pada beberapa frekuensi.