of 79 /79
PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RADIT DAN JANI KARYA RIO RINALDO SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Simplisius Dioni Resianto NIM: 034114042 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RADIT … · perasaan indrawi, perasaan psikis, perasaan vital/suasana hati, dan perasaan ... I. Latar Belakang . Di dalam kehidupan nyata

  • Author
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL RADIT … · perasaan indrawi, perasaan psikis,...

  • PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA

    DALAM NOVEL RADIT DAN JANI KARYA RIO RINALDO

    SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

    Program Studi Sastra Indonesia

    Oleh

    Simplisius Dioni Resianto

    NIM: 034114042

    PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

    JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2010 

  • ii  

  • iii  

  • MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    ….Bila kau menginginkan pelangi,

    Engkau harus rela tersiram rintik-rintik hujan….

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    Kedua orang tuaku tercinta (Antonius Santoso dan Lucia Supraptini)

    Adikku tersayang (Pauline Dianingtyas)

    Semua orang yang peduli dan sangat menyayangiku

    …Love u all…

    iv  

  • v  

  • ABSTRAK

    Resianto, Simplisius Dioni. 2010. Perasaan Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Radit dan Jani Karya Rio Rinaldo: Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi S1. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

    Penelitian ini mengkaji gejala kejiwaan manusia, yakni perasaan. Gejala kejiwaan tersebut difokuskan pada perasaan kepribadian tokoh Radit dan tokoh Jani dalam novel Radit dan Jani. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hasil analisis struktural tokoh dan penokohan Radit dan Jani, dan mendeskripsikan perasaan kepribadian tokoh Radit dan tokoh Jani.

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah objektif dan metode yang dipakai yakni metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada dalam novel Radit dan Jani. Langkah-langkah yang ditempuh mendeskripsikan tokoh dan penokohan Radit dan Jani, kemudian menganalisis perasaan kepribadian yang dialami oleh tokoh utama.

    Kajian tokoh dan penokohan menghasilkan deskripsi tokoh utama yaitu Radit dan Jani, tokoh tambahan: Bapak Santoso, Mama dari tokoh Jani, Abi, Adi, Kemal, Dino, Pak Jamal, Inge, Pak Narto, Wati, Tike, Bonang, Kribo dan Bantet. Sementara penokohan tokoh utama digambarkan secara fisik dan psikis, dan metode yang digunakan adalah analitik dan dramatik

    Ada empat macam tingkatan perasaan. Perasaan-perasaan itu meliputi perasaan indrawi, perasaan psikis, perasaan vital/suasana hati, dan perasaan kepribadian. Perasaan indrawi, digambarkan pada saat Radit tertarik kepada Jani karena mendengar tawanya yang polos; sedangkan digambarkan pada Jani, ia harus menahan lapar karena tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Perasaan vital/suasana hati, digambarkan pada saat Radit cemburu melihat Jani dengan orang lain; sedangkan digambarkan pada Jani, ia sangat merindukan orang tuanya. Perasaan psikis, digambarkan bila ada masalah Radit selalu mencari jalan keluar dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang; sedangkan Jani digambarkan sangat bahagia bisa mengenal Radit. Perasaan kepribadian, digambarkan Radit memiliki harga diri yang tinggi; sedangkan pada Jani digambarkan, ia sangat kecewa dengan Radit. Dari tingkatan perasaan tersebut, perasaan kepribadian merupakan perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan perasaan, sehingga mendominasi perasaan tokoh utama.

    vi  

  • ABSTRACT

    Resianto, Simplisius Dioni. Main Characters’ Personality Feeling as seen in Radit dan Jani by Rio Rinaldo: a Literary Psychological Approach. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letter. Sanata Dharma University

    This study was carried out to analyze human psychological symptoms, which is feeling. It focuses on the personality feeling of Radit and Jani as seen in the novel Radit dan Jani. The aim of this study is to describe the result of character and characterization structural analysis of Radit and Jani, and to describe the main characters’ personality feeling.

    This study uses the objective and psychological approach and descriptive analysis method. The descriptive analysis method was done by describing the facts in the novel Radit dan Jani. The steps were done by describing Radit and Jani’s character and characterization, then by analyzing the main characters’ feelings.

    The analysis on the character and characterization resulted in the description of the main characters, Radit and Jani, the additional characters: Mr. Santoso, Jani’s mother, Abi, Adi, Kemal, Dino, Mr. Jamal, Inge, Mr. Narto, Wati, Tike, Bonang, Kribo, and Bantet. Meanwhile, the main characters were characterized physically and psychologically, by using analytic and dramatic methods.

    There are four levels of feelings, namely sensory feeling, psychological feeling, vital feeling/mood, and personality feeling. The sensory feeling was described when Radit was interested in Jani when he heard Jani laughing innocently; it was also described when Jani had to endure hunger because she did not have any money to buy food. The vital feeling was described when Radit was jealous as he saw Jani going out with someone else; it was also described when Jani missed her parents so much. The psychological feeling was described when Radit always looked for the way out from drugs, while in Jani, it was described when she was very happy to know Radit. The personality feeling was described in Radit that he had high self-esteem. On the other hand, it was described in Jani that she was disappointed with Radit. From those levels of feelings, the personality feeling was the feeling connected with the whole feelings. Therefore, it dominated the main characters’ feelings.

    vii  

  • viii  

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas berkat

    rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyusun

    skripsi ini dalam rangka menyelasaikan Program Strata Satu (S1) pada Program Studi

    Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta.

    Dalam menyusun skripsi ini penulis telah banyak memperoleh bimbingan,

    pengarahan, saran, serta dorongan yang bermanfaat dan dukungan penyelesaian

    skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu S.E. Peni Adji, S.S selaku pembimbing 1 yang telah memberikan

    pengarahan dan membimbing dengan sabar sehingga penulis akhirnya dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    2. Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum. selakui pembimbing II yang secara tidak

    langsung telah memberikan motivasi kepada penulis untuk tetap semangat

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    3. Para dosen yang telah mengajar dan membagi ilmunya pada penulis selama

    penulis menyelesaikan studi di USD. Pak Rahmanto, Pak Yapi, Pak Ari, Pak

    Praptomo, Pak Santosa, Pak Heri Antono, dan semua dosen-dosen Sastra

    Indonesia yang belum disebutkan, terima kasih atas bimbingannya selama ini.

    4. Segenap keluarga besar Program Studi Sastra Indonesia. Terima kasih untuk

    persahabatannya.

    5. Bapak, Ibu, dan Adik ku tercinta. Terima kasih atas doa, kasabaran, semangat,

    cinta dan kepercayaannya yang diberikan kepada penulis untuk segara

    menyelesaikan skripsi.

    ix  

  • 6. Kawan sekaligus saudara bagi ku di Sastra Indonesia 2003. Gayung ‘Icha”, Aji,

    Jati, Riawan, Anton, Rinto, Agus, Aik “Emak”, Doan, Eci, Az3, Anink, Firla,

    Bekti, vonny “nex”. Matursuwun untuk semua cerita dan waktu yang indah saat

    bersama. “Kita tak pernah tiba pada suatu batas, karena kita harus berpisah di

    tengah perjalanan…”

    7. Saudara-saudara ku tercinta: Ruri, Eko, Nining, Andang, Sinta, Sari, Galih,

    Lantang dan Lintang.

    8. Cah-cah Stanis: Disa, Vivin, Marda, Nia, Gading, Berna, Yudha, dan semua

    teman-teman. Matursuwun untuk semangat dan kebersamaannya..yeahhh!

    9. ‘Kierana ku’ untuk sebuah cinta dan kesalahan yang indah.

    10. Anak-anak Onthel 26: Bima, Harry, Agus, Sisco, Joe. Semoga persahabatan kita

    tetap terjaga. (Tunggu aku di kota itu sobat!)

    11. Teman2 ‘perjamuan’: Haris “beruk’, bondhead, Ella (Kapan kita bersulang lagi

    kawan?)

    12. Untuk ‘Dilla B 6267 UL’ I need u…

    13. “Kandang” ku tercinta, tempat aku merebahkan raga, bercinta, dan mengumpat.

    14. Terima kasih untuk semua rekan-rekanku yang tidak bisa aku sebutkan satu

    persatu yang telah membantu dan mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

    Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai

    beberapa kekurangan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis.

    Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

    kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikan skripsi ini.

    Penulis

    x  

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ……………………………………………… i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………… ii

    HALAMAN PENGESAHAN.... ....................................................... iii

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................. iv

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... v

    ABSTRAK ......................................................................................... vi

    ABSTRACT ........................................................................................ vii

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................................................... viii

    KATA PENGANTAR....................................................................... ix

    DAFTAR ISI ……………………………………………………… xi

    BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..…. 1

    1.1 Latar Belakang..........................……………………........... 1

    1.2 Rumusan Masalah…………………………………………. 4

    1.3 Tujuan Penelitian..……………………………………....... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………... 5

    1.5 Tinjauan Pustaka................................................................... 6

    xi  

  • 1.6 Landasan Teori………………………....................................... 6

    1.6.1 Teori struktural…………………………….………. 6

    1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan....…..……………... 7

    1.6.1.1.1 Tokoh...........…………………………… 7

    1.6.1.1.2 Penokohan............................................... 8

    1.6.2 Teori Psikologi Sastra................................................. 9

    1.6.3 Teori Perasaan.......................................................... 10

    1.7 Metode Penelitian................................................................. 12

    1.7.1 Pendekatan................................................................ 12

    1.7.2 Metode....................................................................... 12

    1.7.3 Teknik Pengumpulan Data......................................... 13

    1.7.4 Sumber Data............................................................... 13

    1.8 Sistematika Penyajian …………….………………………. 14

    BAB II ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL

    RADIT DAN JANI KARYA RIO RINALDO…………… 15

    2.1 Tokoh..........................…………………………………… 16

    2.2 Penokohan.......................................................................... 17

    2.2.1 Radit………………………………………………. 17

    2.2.2 Jani…………………………………………………. 27

    xii  

  • BAB III PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

    RADIT DAN JANI KARYA RIO RINALDO ………………   35 

    3.1 Radit……………………………………………………… 35

    3.1.1 Perasaan Indrawi…………………………………….. 35

    3.1.2 Perasaan Suasana Hati…………………………….. 37

    3.1.3 Perasaan Psikis………………………………………. 40

    3.1.4 Perasaan kepribadian………………………………… 42

    3.2 Jani…………………………………………………………. 46

    3.2.1 Perasaan Indrawi…………………………………….. 46

    3.2.2 Perasaan Suasana Hati………………………………… 46

    3.2.3 Perasaan Psikis……………………………………….. 47

    3.2.4 Perasaan Kepribadian…………………………………. 50

    BAB IV PENUTUP............................................................................. 57

    4.1 Kesimpulan Hasil Analisis Novel Radit dan Jani .................. 57

    4.1.1 Tokoh dan Penokohan dalam Novel Radit dan Jani..... 57

    4.1.1.1 Radit................................................................... 57

    4.1.1.2 Jani...................................................................... 59

    4.1.2 Perasaan Kepribadian Radit dan Jani dalam Novel

    Radit dan Jani............................................................... 60

    xiii  

  • xiv  

    4.1.2.1 Radit................................................................... 61

    4.1.2.2 Jani...................................................................... 62

    4.2 Saran....................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….... 64

    BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………… 65

     

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I. Latar Belakang

    Di dalam kehidupan nyata atau cerita, setiap pelaku dan tokoh memiliki

    perasaan yang berbeda-beda, yang muncul karena dihadapkan pada permasalahan

    sebagai suatu bentuk reaksi-reaksi rasa dari berbagai bentuk rangsangan. Perasaan

    adalah suatu keadaan rohani atau peristiwa kejiwaan yang dialami oleh seseorang

    dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa pengenalan

    yang bersifat subjektif (Ahmadi, 1992:101). Shalahuddin menambahkan perasaan

    merupakan salah satu fungsi psikis yang dapat dirumuskan sebagai warna atau

    suasana psikis seseorang yang mengiringi, menyertai suatu kegiatan dalam situasi

    khusus serta berhubungan dengan adanya kesan setelah kegiatan, dengan perkataan

    lain, perasaan dapat disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat adanya

    peristiwa-peristiwa yang pada umumnya menimbulkan kegoncangan-kegoncangan

    pada individu yang bersangkutan (1990: 114).

    Sesuatu perasaan dapat dialami oleh individu sebagai sesuatu yang masih

    dalam pengharapan, tetapi ada pula perasaan yang dialami individu karena peristiwa

    atau keadaan itu telah nyata terjadi atau telah release (Woodworth dan Marquis via

    Walgito, 1994: 142).

    Sebagai dunia dalam kata, karya sastra memasukkan aspek kehidupan ke

    dalamnya, khususnya manusia. Pada umumnya aspek-aspek kemanusiaan inilah yang

    1

  • merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia

    itulah, sebagian tokoh-tokoh aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan

    (Ratna, 2004: 343). Rio Rinaldo, seorang penulis lepas dan novelis, menggambarkan

    aspek-aspek kejiwaan secara detail dan lengkap dalam novelnya yang berjudul Radit

    dan Jani. Penceritaannya yang tidak berlebihan dan ringan membuat pembaca turut

    merasakan apa yang dirasakan tiap tokoh-tokohnya, khususnya tokoh Radit dan tokoh

    Jani. Dalam novel Radit dan Jani karya Rio Rinaldo, digambarkan tokoh-tokoh di

    dalamnya memiliki perasaan yang sangat mendalam. Dalam novel ini Rio Rinaldo

    menceritakan bagaimana sepasang kekasih yaitu, Radit dan Jani yang nekat menikah

    muda meskipun pernikahannya tidak direstui oleh orang tua Jani. Selain itu,

    diceritakan pula bagaimana mereka berdua harus mencukupi kehidupan sehari-hari

    tanpa bantuan dari orang tua, dan bagaimana Radit harus berurusan dengan obat-

    obatan terlarang dan minuman keras.

    Yang dimaksud tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

    berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Tokoh pada

    umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang

    diinsankan. Semua unsur cerita rekaan, termasuk tokohnya, bersifat rekaan semata-

    mata. Bagaimanakah tokoh dapat diterima oleh pembaca? Hal ini dikarenakan tokoh

    memiliki kemiripan dengan individu tertentu dalam hidup ini; artinya, tokoh memiliki

    sifat (-sifat) yang dikenal, tidak asing, bahkan ada pada diri pembaca. Semua cerita

    rekaan ada kemiripan dengan sesuatu dalam hidup ini karena bahannya diambil dari

    2

  • pengalaman hidup (Sudjiman, 1988: 12). Hal tersebutlah yang membuat tokoh dapat

    diterima oleh pembaca.

    Pemilihan judul Perasaan Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Radit dan

    Jani karya Rio Rinaldo dalam penelitian ini mengacu pada kuatnya perasaan tokoh

    dalam novel tersebut seperti tokoh Radit dan tokoh Jani. Rio Rinaldo mengungkap

    bagaimana perasaan kepribadian dalam novel tersebut.

    Peneliti menggunakan analisis tokoh dan penokohan sebagai unsur-unsur

    intrinsik struktural. Tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

    naratif yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

    tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan. Penokohan adalah

    pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

    cerita (Nurgiyantoro, 2005: 165). Selain tokoh dan penokohan, pendekatan yang

    dipakai penulis adalah pendekatan psikologi sastra, karena menyangkut peristiwa

    kejiwaan.

    Pendekatan psikologi sastra merupakan penelaahan sastra yang menekankan

    pada segi-segi psikologi yang terdapat dalam suatu karya sastra. Karena psikologi

    mempelajari proses-proses kejiwaan, maka psikologi dapat diikutsertakan dalam studi

    sastra (Sukada, 1987: 105).

    Perasaan tiap tokoh yang dikisahkan di dalam novel ini memiliki kekuatan

    yang memunculkan simpati pembaca melalui permasalahan yang diungkapkan.

    Peneliti memandang bahwa novel ini dapat memberikan manfaat yang cukup besar

    untuk mengembangkan pribadi seseorang, menanggapi bagaimana perasaan

    3

  • seseorang dan menjadikannya sebagai bahan refleksi diri. Hal inilah yang menjadikan

    alasan bagi peneliti memilih novel Radit dan Jani sebagai bahan penelitiannya.

    Novel Radit dan Jani merupakan adaptasi dari film Radit dan Jani. Di dalam

    novel maupun film Radit dan Jani penceritaannya tidak jauh berbeda, hanya saja di

    dalam novel penceritaannya lebih jelas dan detail dibandingkan dalam film, karena

    dalam film terdapat bagian-bagian yang di sensor atau dipotong karena dianggap

    terlalu vulgar sehingga penceritaannya kurang jelas. Untuk itu, peneliti memilih novel

    sebagai bahan penelitiannya.

    Menganalisis perasaan tokoh dalam novel Radit dan Jani sangat berkaitan erat

    dengan unsur-unsur pembangun struktur yaitu tokoh dan penokohan. Tokoh-tokoh

    perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sifat batinnya agar wataknya juga

    dikenal oleh pembaca. Watak merupakan kualitas tokoh, kualitas nalar, dan jiwanya

    yang membedakan dengan tokoh lain, sehingga terciptalah penokohan (Sudjiman,

    1988: 23). Dua hal ini (tokoh dan penokohan) secara kongkret membentuk cerita, dan

    mendukung analisis novel Radit dan Jani tentang perasaan tokoh utama.

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    2.1 Bagaimanakah tokoh dan penokohan tokoh utama dalam novel Radit

    dan Jani karya Rio Rinaldo?

    4

  • 2.2 Bagaimanakah perasaan kepribadian tokoh utama dalam novel Radit

    dan Jani karya Rio Rinaldo?

    3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah adalah:

    3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan tokoh utama dalam novel

    Radit dan Jani karya Rio Rinaldo.

    3.2 Mendeskripsikan perasaan kepribadian tokoh utama dalam novel Radit

    dan Jani karya Rio Rinaldo.

    4. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka manfaat

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    4.1 Mengapresiasi karya sastra, khususnya perasaan tokoh-tokoh utama

    dalam novel Radit dan Jani karya Rio Rinaldo

    4.2 Memberikan sumbangan pada kajian sastra dengan tinjauan psikologi

    sastra.

    4.3 Hasil penelitian ini diharapkan membantu pembaca dan sastrawan

    untuk lebih peka dalam mengenali aspek-aspek kejiwaan dalam

    memahami dan menulis karya sastra.

    5

  • 5. Tinjauan Pustaka

    Novel Radit dan Jani merupakan adaptasi dari film Radit dan Jani karya Upi

    Avianto. Sejauh pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, belum ada tulisan

    yang membahas novel Radit dan Jani sebagai bahan tulisan ilmiah. Peneliti hanya

    menemukan beberapa tulisan berbentuk sinopsis cerita novel Radit dan Jani,

    sehingga dapat dikatakan novel Radit dan Jani belum pernah digunakan sebagai

    bahan tulisan ilmiah.

    6. Landasan Teori

    Penelitian ini menggunakan dua teori sebagai dasar analisis. Dua teori tersebut

    yakni, teori strukural dan teori psikologi sastra. Teori struktural diambil untuk

    menganalisis unsur intrinsik yakni tokoh dan penokohan, sedangkan teori psikologi

    sastra digunakan untuk mengkaji masalah perasaan tokoh-tokohnya.

    6.1 Teori Struktural

    Di dalam penelitian sebuah karya sastra terdapat beberapa model pendekatan

    yang dapat diterapkan. Salah satunya adalah pendekatan struktural. Pendekatan

    struktural menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang

    bersangkutan. Analisis strukural karya yang bersifat fiksi dapat dilakukan dengan

    mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur

    intrinsik fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005: 37). Struktur karya sastra

    dipaparkan dengan tujuan agar sebuah karya sastra lebih mudah dipahami. Unsur

    6

  • struktural antara lain meliputi tokoh dan penokohan. Dalam penelitian ini hanya akan

    membahas unsur tersebut. Hal ini dikarenakan fokus penelitian ini adalah perasaan

    tokoh-tokoh utama sehingga untuk menganalisis perasaan perlu terlebih dahulu

    dianalisis tokoh dan penokohannya.

    6.1.1 Tokoh dan Penokohan

    6.1.1.1 Tokoh

    Definisi tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

    berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988:16). Istilah

    “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawab terhadap

    pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?”, atau “Ada beberapa orang jumlah

    pelaku novel itu?”, atau “siapakah tokoh protagonist dan antagonis dalam novel itu?”,

    dan sebagainya. Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para

    tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi

    seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2005: 165).

    Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,

    ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa

    mendominasi sebagian besar cerita, dan sebaliknya, ada tokoh(-tokoh) yang

    dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi

    penceritaan yang relatif pendek. Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama

    cerita (central character, main character), sedang yang kedua adalah tokoh tambahan

    (peripheral character) (Nurgiantoro, 2005: 176).

    7

  • Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan

    tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia

    selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik, penting yang

    mempengaruhi perkembangan plot. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh tambahan

    dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya

    jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung

    (Nurgiantoro, 2005: 177). Supaya tokoh dapat diterima pembaca, ia hendaklah

    memiliki sifat(-sifat) yang dikenal oleh pembaca, yang tidak asing baginya, bahkan

    yang mungkin ada pada diri pembaca itu sendiri. Dengan kata lain, harus ada

    relevansi tokoh itu dengan pembaca (Sudjiman, 1988: 17).

    6.1.1.2 Penokohan

    Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

    ditampilkan dalam sebuah cerita. (Nurgiantoro, 2005: 165). Tokoh-tokoh perlu

    digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar wataknya juga dikenal

    oleh pembaca. Yang dimaksud dengan watak ialah kualitas tokoh, kualitas nalar dan

    jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain (Sudjiman, 1986: 80). Penokohan

    memberikan ciri lahir (fisik) maupun batin (watak) tokoh (Sudjiman, 1988: 25).

    Penokohan diperlukan untuk membantu memahami ciri fisik, perilaku dan

    sikap tokoh dalam menghadapi lingkungan sekitarnya. Selain itu, penokohan satu

    tokoh dapat membantu menjelaskan tokoh lain sehingga karakter tokoh-tokoh dapat

    diketahui dengan lebih rinci di dalam sebuah karya sastra.

    8

  • Ada beberapa metode penyajian watak tokoh yaitu dramatik, analitik, dan

    kontekstual. Metode analitik yaitu pengarang dapat memaparkan watak tokohnya dan

    dapat juga menambahkan komentar tentang watak tersebut (Sudjiman, 1988:24).

    Metode dramatik watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, dan

    lakuan tokoh yang disajikan pengarang, bahkan juga dari penampilan fisiknya serta

    dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Cakapan atau lakuan tokoh demikian

    pula pikiran tokoh yang dipaparkan oleh pengarang dapat menyiratkan sifat wataknya

    Metode kontekstual, dengan metode ini watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa

    yang digunakan pengarang dalam mengacu kepada tokoh (Sudjiman, 1988: 26).

    Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode dramatik dan metode analitik untuk

    menyajikan watak tokohnya.

    6.2 Teori Psikologi Sastra

    Sebagai dunia dalam kata, karya sastra memasukkan aspek kehidupan ke

    dalamnya, khususnya manusia. Pada umumnya aspek-aspek kemanusiaan inilah yang

    merupakan objek utama psikologi sastra, sebab semata-mata dalam diri manusia

    itulah, sebagian tokoh-tokoh aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan

    (Ratna, 2004: 343). Jadi, psikologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati

    sastra dengan sudut pandang psikologi. Perhatiannya diarahkan kepada pengarang

    dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau teks itu sendiri. Pendekatan

    psikologi terhadap teks itu sendiri dapat dilangsungkan secara deskriptif belaka,

    9

  • namun sering mendekati suatu penafsiran sastra ( Hartoko dan Rahmanto, 1986: 126-

    127).

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra karena

    ada hubungan yang erat antara psikologi dan sastra. Sastra memberikan gambaran

    aspek kejiwaan individu-individu. Dengan menggunakan teori psikologi sastra,

    penulis berharap dapat menganalisis dan menemukan fakta-fakta aspek kejiwaan

    yang berkaitan dengan penggambaran perasaan Radit dan Jani dalam novel Radit dan

    Jani.

    6.3 Teori Perasaan

    Tiap aktivitas dan pengalaman kita diliputi oleh sesuatu perasaan. Reaksi dari

    masing-masing orang terhadap keadaan itu tidak sama benar satu dengan yang lain.

    Max Scheler (dalam Shalahuddin, 1994: 119-120) berpendapat bahwa ada 4 macam

    tingkatan perasaan, yaitu:

    1) Perasaan indrawi; adalah perasaan yang timbul sebagai akibat adanya

    perangsang-perangsang jasmaniah (fisik): seperti rangsangan sakit, panas,

    dingin, berat, harum dan lain sebagainya. Perasaan ini dapat dilokalisir atau

    dibatasi, disamping juga dapat ditimbulkan dengan sengaja.

    2) Perasaan vital / suasana hati; adalah merupakan perasaan yang berhubungan

    dengan suasana hati yang meliputi rasa segar, rasa nyaman, rasa lesu, rasa

    lelah, dan lain sebagainya.

    10

  • 3) Perasaan psikis, yaitu jenis perasaan yang berada pada tingkatan rohani.

    Dalam mana individu mengalami perasaan yang tidak berhubungan lagi

    dengan sesuatu yang bersifat jasmaniah, tetapi berada pada tingkatan

    kejiwaan. Misalnya gembira karena mengalami kemenangan dan rasa duka

    oleh karena mengalami kegagalan atau kekalahan dan lain sebagainya.

    4) Perasaan kepribadian, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keseluruhan

    pribadi, misalnya perasaan harga diri, perasaan putus asa, perasaan puas,

    perasaan terabaikan, kecewa dan lain sebagainya. Perasaan jenis ini,

    munculnya kadang-kadang tidak mempunyai alasan yang jelas. Menurut Max

    Scheler antara perasaan vital dan perasaan pribadi, keduanya merupakan

    perasaan yang dalam. Hanya, sifatnya bagi individu adalah relatif. Hal ini

    tergantung pada pemberian arti dari individu terhadap objek yang

    dirasakannya. Misalnya: perasaan keagamaan, bagi individu tertentu

    merupakan perasaan yang dalam, tetapi bagi individu lainnya, barangkali

    merupakan perasaan yang dangkal, oleh karena nilai agama tidak mempunyai

    arti apa-apa.

    Berdasarkan empat macam tingkatan perasaan yang ada, penulis akan

    mencoba mengkaitkan teori-teori tersebut khususnya perasaan kepribadian dengan

    perasaan tokoh utama yang ada di dalam novel Radit dan Jani karya Rio Rinaldo.

    .

    11

  • 7. Metode Penelitian

    7.1 Pendekatan

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis

    sastra. Pendekatan ini mempertimbangkan aspek-aspek kejiwaan individu-individu.

    Penelitian ini memakai pendekatan psikologi yang mengarah pada teks sastra (novel)

    itu sendiri (Hartoko-Rahmanto, 1986: 126). Novel terlebih dahulu dianalisis

    strukturnya, kemudian analisis struktur tersebut dipakai untuk memahami perasaan

    tokoh-tokoh.

    7.2 Metode

    Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

    analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara

    mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004:

    53).

    Penelitian ini bersifat penelitian pustaka karena berobjek pada sebuah teks

    sastra yakni novel. Peneliti akan menggali data-data mengenai perasaan tokok-tokoh

    utama yang terdapat dalam novel Radit dan Jani. Selain itu peneliti akan

    mengumpulkan data-data dari kepustakaan lain yang terkait dengan topik penelitian.

    Data-data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan kriteria rumusan masalah hingga

    menemukan jawaban permasalahan. Tahap akhir adalah penyajian hasil analisis data.

    12

  • 7.3 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka.

    Dalam teknik ini, peneliti akan menggunakan data yang terdapat dalam novel Radit

    dan Jani, maupun sumber pustaka lain yang berupa buku-buku, karya tulis, atau

    sumber dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian.

    7.4 Sumber Data

    Data merupakan bahan penelitian. Dari bahan itulah diharapkan objek

    penelitian dapat dijelaskan karena di dalam bahan terdapat objek penelitian yang

    dimaksud. Sumber data adalah tempat data diambil atau diperoleh yang berupa karya

    sastra dan buku-buku, yang berkaitan dengan objek penelitian. Karya sastra yang

    menjadi objek dalam penelitian ini adalah novel dengan identitas sebagai berikut:

    Judul Novel : Radit dan Jani

    Pengarang : Rio Rinaldo

    Penerbit : Gagas Media

    Tahun terbit : 2008

    Tebal buku : 167 hlm.

    Cetakan : Pertama

    13

  • 8. Sistematika Penyajian

    Penelitian ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I berupa Pendahuluan

    yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

    tinjauan pustaka, landasan teori, meteologi penelitian, sistematika penelitian, jadwal

    penelitian, dan anggaran penelitian. Bab II berupa pembahasan struktural yakni tokoh

    dan penokohan. Bab III berupa pembahasan perasaan tokoh-tokoh utama dalam novel

    karya Rio Rinaldo. Bab IV berupa kesimpulan hasil analisis data, serta diakhiri

    dengan pemaparan daftar pustaka.

    14

  • BAB II

    ANALISIS TOKOH DAN PENOKOHAN

    DALAM NOVEL RADIT DAN JANI

    KARYA RIO RINALDO

    Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan

    ketertarikan antar unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah

    kemenyeluruhan. Analisis struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar mendata,

    namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan antar unsur itu,

    dan sumbangan apa yang diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan

    yang ingin dicapai. Hal itu perlu dilakukan mengingat bahwa karya sastra merupakan

    sebuah struktur yang kompleks dan unik (Nurgiantoro, 2005: 37).

    Dalam bab II ini akan dianalisis tokoh dan penokohan yang terdapat dalam

    novel Radit dan Jani karya Rio Rinaldo. Penulis memang mengesampingkan unsur

    intrinsik yang lain untuk mengefektifkan objek penelitian yang berhubungan dengan

    perasaan tokoh. Analisis tokoh dan penokohan dalam novel Radit dan Jani akan

    dilakukan berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah

    cerita, yaitu tokoh utama. Dengan menganalisis tokoh dan penokohan penulis mampu

    mengetahui gambaran karakter para tokoh. Dalam novel Radit dan Jani ini penulis

    hanya menganalisis tentang tokoh utama saja karena penulis menganggap tokoh-

    tokoh utama mampu menggambarkan secara jelas aspek kejiwaan yang berupa

    perasaan-perasaan yang dialami oleh Radit dan Jani.

    15

  • 2.1 Tokoh

    Cerita berkisah tentang seseorang atau tentang beberapa orang. Jika

    menghadapi sebuah cerita, orang selalu bertanya, “Ini cerita (tentang) siapa?” “ Siapa

    pelaku cerita ini?”. Pelaku ini yang biasa disebut tokoh cerita. Yang dimaksud dengan

    tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dengan

    berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16).

    Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita,

    tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama

    adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan

    (Nurgiyantoro, 2005: 177). Tokoh-tokoh utama dalam novel Radit dan Jani adalah

    tokoh Radit dan tokoh Jani/Anjani. Tokoh tambahan adalah tokoh yang

    kemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika

    ada keterkaitannya dengan tokoh utama. Tokoh-tokoh tambahan dalam novel Radi

    dant Jani adalah Bapak Santoso (Papanya Jani), Mama dari tokoh Jani, Abi (adiknya

    Jani), Adi, Kemal, Dino, Pak Jamal, Inge, Pak Narto, Wati, Tike, Bonang, Kribo,

    Bantet, dan Kirana.

    Dari beberapa tokoh utama dan toko tambahan di atas, penulis akan

    membatasi penelitian tokoh hanya pada tokoh utama saja, yaitu Radit dan Jani.

    Kedua tokoh tersebut dipilih karena dianggap mendominasi penceritaan dalam novel

    Radit dan Jani.

    16

  • 2.2 Penokohan

    Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

    ditampilkan dalam sebuah cerita. (Nurgiantoro, 2005: 165). Penokohan tidak hanya

    menyebutkan siapa nama tokoh, tetapi juga memperkenalkan pembaca kepada watak

    tokoh. Yang dimaksud dengan watak ialah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya

    yang membedakannya dengan tokoh lain (Sudjiman, 1986: 80). Jadi, penokohan

    dapat membantu mengetahui dengan jelas perilaku, sifat, dan ciri fisik para tokoh.

    Dalam analisis ini penulis hanya menganalisis penokohan dari tokoh utama,

    yaitu Radit dan Jani. Kedua tokoh tersebut dipilih karena dianggap memiliki perasaan

    yang mendominasi penceritaannya dalam novel Radit dan Jani.

    2.2.1 Radit

    Radit merupakan salah satu tokoh utama, karena intensitas keterlibatannya

    dalam setiap kejadian dalam novel mempengaruhi jalan cerita. Ciri fisik Radit

    digambarkan pengarang dengan bentuk fisik yang kurus dengan tulang pipi cekung

    dengan mata tajam dan memiliki senyum yang sinis. Selain itu Radit juga memiliki

    tatto di tubuhnya sebagai ekspresi kebebasan yang dimilikinya.

    (1) Sekujur tubuhnya penuh tatto. Sekolahnya tak tamat SMA. Hidupnya sebatang kara. (Rinaldo, 2008:4).

    (2) Ia seperti diselidiki oleh tatapan tajam penyanyi band pengisi acara musik kampusnya yang namanya pun ia tidak tahu. Cowok kurus yang tulang pipinya cekung dengan mata tajam dan senyuman yang sinis (Rinaldo, 2008:2).

    17

  • Pada kutipan (1) digambarkan bagaimana sekujur tubuh Radit dipenuhi oleh

    tatto, yang menggambarkan bagaimana bentuk kebebasan Radit. Pada kutipan (2) di

    atas juga digambarkan bagaimana bentuk tubuh Radit yang kurus sehingga terlihat

    tulang pipinya yang cekung dengan memiliki tatapan mata yang tajam dan senyuman

    sinis. Hal tersebut disampaikan pengarag secara analitis.

    Segala perilaku dan sikap Radit digambarkan pengarang dalam kutipan-

    kutipan berikut ini: Radit adalah seorang pemain band yang memiliki cita-cita yang

    tinggi dalam bermusik, dalam setiap pertunjukannya ia hanya mau memainkan lagu-

    lagu ciptaannya sendiri, ia sangat benci membawakan lagu-lagu dari band-band lain

    selain bandnya sendiri.

    (3) Band kita harus membawakan lagu kita sendiri, dengan gaya kita sendiri, Radit selalu menekankan hal itu kepada kawan-kawannya. Mending gue mati kelaparan daripada dapat duit dari nyanyiin lagu-lagunya Kings atau MissU Band, dengan sengit, Radit mendebat teman-temannya (Rinaldo, 2008: 26).

    Pada kutipan (3) di atas terlihat bagaimana sikap Radit yang ingin

    membuktikan bahwa dirinya bisa berkarya dalam dunia musik, terutama melalui lagu-

    lagu yang diciptakannya sendiri. Radit rela mati kelaparan daripada harus

    membawakan lagu-lagu milik orang lain. Hal tersebut disampaikan secara analitik.

    Kehidupan Radit yang bebas sebagai anak band tidak lepas dari obat-obatan

    dan minuman keras. Radit menjadi sosok yang sering mengkonsumsi obat-obatan dan

    minuman keras. Ia sangat menikmati segala obat-obatan yang masuk ke dalam

    dirinya. Bagi Radit obat-obatan merupakan surga baginya karena ia dapat merasakan

    kenikmatan yang belum pernah ia rasakan.

    18

  • (4) “Kamu harus coba semuanya supaya bisa tahu mana yang cocok buat kamu”. Dan ia menuruti Radit. Ia coba semua narkotika yang ada. Namun, Jani tetap tidak menyukai keluarga heroin dan semua keturunannya seperti Radit (Rinaldo, 2008:7).

    (5) Bagi Radit, dua hal yang membuatnya berada di surga. Jani dan jarum. Setelah bercinta hebat dengan Jani seperti ini, ia ingin memperpanjang nikmatnya surga dengan jarum. Dan ketika cairan opiat mulai menggenangi aliran darahnya, ia tidak lagi menjejak bumi (Rinaldo, 2008:22).

    Pada kutipan (4) di atas bagaimana Radit mempengaruhi Jani untuk mencicipi

    semua jenis narkotika seperti dirinya agar bisa tahu bagaimana rasanya. Selama ini

    Jani hanya bisa melarang Radit untuk berhenti menggunakan narkotika, sedangkan

    Radit paling tidak suka bila ada orang yang melarang-larang untuk berhenti

    menggunakan narkotika tetapi orang itu belum tahu bagaimana rasanya. Pada kutipan

    (5) bagi Radit, ia hanya menginginkan Jani dan jarum untuk bisa menikmati surganya

    dunia. Karena hanya itulah yang membuat Radit bisa merasakan bagaimana

    nikmatnya berada pada dimensi yang berbeda. Hal tersebut disampaikan secara

    dramatik dan analitik.

    Kebiasaan Radit mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras membuatnya

    mudah naik darah, sehingga Radit mudah sekali terpancing emosinya. Seperti ketika

    Jani mendesak Radit membelikan kado untuk ibunya Jani yang sedang berulang

    tahun. Ia merasa Jani menuntutnya memenuhi keinginan yang tidak masuk akal. Bagi

    Radit mengumpulkan uang untuk makan saja sulit, apalagi Jani mendesaknya untuk

    membelikan kado. Saat teman-teman band Radit mendapat tawaran main di sebuah

    cafe dan mereka harus membawakan lagu-lagu milik orang lain, Radit menjadi

    terpancing emosinya. Hal ini disebabkan Radit paling tidak senang membawakan

    19

  • lagu-lagu milik orang lain dan Radit ingin sekali lagu-lagunya didengar oleh banyak

    orang.

    (6) “Lo yang mikir! Kalo gue ada uang gue udah beliin apa pun yang lo mau, tau!” “Makannya jangan suka cari gara-gara! Coba kalo gue masih kerja, gue masih bisa punya uang buat beli kado nyokap, tau!” “Anjing! Jangan ungkit-ungkit yang udah lewat! Arrghhhhhhhh....” Radit berteriak penuh kegeraman dan keluar dari rumah mereka sambil membanting pintu (Rinaldo, 2008: 18-19).

    (7) “Kita dapat tawaran main di D-Cafe, dan kita semua tahu lo pasti bakal nolak karena kita bakal mainin lagu-lagu yang populer.” Radit menatap teman-temannya nanar. “Anjing lo semua.” Radit tidak dapat menahan kegeramannya. “ Cuma gara-gara duit lo mau ngejual harga diri lo! Dan...dan lo tega ngianatin temen lo sendiri!” (Rinaldo, 2008:28).

    (8) “Mending lo ambil gitar lo dan pergi dari sini. Gue males ngeladenin omongan orang mabok!” “Apa lo bilang? Babi lo!” Radit hendak menyerang Adi, tapi Kemal dan Dino lebih cepat mendorongnya mundur (Rinaldo, 2008:28).

    Kutipan di atas terlihat bagaimana Radit mudah sekali terpancing emosinya.

    Pada kutipan (6) Radit bertengkar dengan Jani. Radit paling tidak suka bila yang

    terjadi di masa lalu diunngkit-ungkit kembali oleh Jani, ia sadar penyebab Jani

    berhenti dari pekerjaannya disebabkan olehnya. Kutipan (7) dan (8) menggambarkan

    bagaimana kekecewaan Radit terhadap teman-temannya yang karena untuk

    mendapatkan uang teman-temannya harus menjual harga dirinya dengan memainkan

    lagu-lagu milik orang lain dan meninggalkan Radit. Hal tersebut disampaikan secara

    dramatik.

    Selain Radit gemar mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras. Radit

    merupakan tipe orang yang posesif dan pencemburu. Sifat cemburu yang dimiliki

    20

  • Radit ditunjukkannnya bila ada laki-laki lain yang mendekati atau berani

    mengganggu istrinya (Jani). Radit tidak segan-segan menghajar tiap laki-laki yang

    berani mendekati Jani. Radit tidak suka bila Jani bergaul dengan laki-laki lain yang

    belum ia kenal, sekalipun laki-laki yang mendekatinya adalah bos di tempat istrinya

    bekerja,

    (9) Radit memecahkan kaca mobil teman kuliah Jani yang berani memeluknya sambil berdansa di sebuah lounge. Atau, ketika dua minggu lalu Jani terpaksa keluar dari kafe tempatnya bekerja karena Radit melabrak dan mendorong bosnya hingga membentur rak di belakang bar membuat botol-botol vodka berjatuhan. (Rinaldo, 2008: 8).

    (10) “Bos kamu genit! Aku gak suka caranya ngeliatin kamu.” Cuma itu alasan Radit (Rinaldo, 2008: 8).

    Dalam kutipan (9) di atas terlihat bagaimana Radit melampiaskan rasa

    cemburunya dengan melakukan hal-hal anarkis terhadap teman laki-laki Jani karena

    berani mendekati Jani. Sikap anarkis Radit ditunjukkannya dengan memecahkan kaca

    mobil teman kuliah Jani. Kebencian Radit terhadap bos Jani juga ditunjukkan Radit

    dengan cara melabrak dan mendorong bos Jani. Pada kutipan (10) terlihat bagaimana

    alasan Radit ketika ditanya oleh Jani kenapa ia memukuli bosnya. Radit tidak suka

    ada laki-laki yang berani menggoda meskipun bosnya Jani sekalipun. Bagi Radit,

    bosnya Jani bersikap keterlaluan kepada Jani. Hal tersebut digambarkan secara

    analitik dan dramatik.

    Radit begitu menginginkan Jani untuk selalu berada di sampingnya. Bagi

    Radit, Jani adalah segalanya dan ia rela mengorbankan apa pun demi istrinya yang

    sangat dicintainya. Tidak ada yang dapat menggantikannya, ia lebih baik memilih

    21

  • untuk mati bila Jani tidak ada bersamanya. Terlihat bagaimana begitu berartinya Jani

    buat Radit.

    (11) ketika Radit membelai rambutnya dengan tatapan penuh puja sambil memeluk tubuh yang berpeluh setelah bercinta semalaman sambil membisikkan, “kamu milikku, Jani, dan aku akan bersumpah tak akan membagimu dengan siapapun” (Rinaldo, 2008: 8).

    (12) Bunuh saja aku, Jani. Kalau kamu pergi dengan laki-laki lain, hidup dan mati tidak ada bedanya. Kamu udara, air, dan tanah yang membuatku ada. Aku butuh kamu buat hidup (Rinaldo, 2008:89).

    (13) “Kamu itu milikku dan aku enggak suka ada cowok lain yang berani macam-macam sama kamu!” Radit semakin tidak bisa mengendalikan emosinya (Rinaldo, 2008: 55).

    Kutipan (11), (12), dan (13) di atas melihatkan bagaimana Radit begitu sangat

    mencintai Jani. Jani adalah segala-galanya bagi Radit. Ia tidak ingin ada laki-laki lain

    yang mendekati Jani selain dirinya, hanya ia yang boleh membahagiakan Jani, tidak

    orang lain. Apa pun yang dilakukan Radit tidaklah ada artinya tanpa Jani di sisimya.

    Ia pun rela mati, karena hanya Janilah yang bisa membuatnya berarti. Hal tersebut

    disampaikan pengarang secara analitik.

    Semakin hari Radit menyadari bahwa ia harus menyiapkan diri untuk menjadi

    seorang ayah karena Jani telah hamil. Tidak hanya mempersiapkan mental menjadi

    seorang ayah, ia juga menyadari harus mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan

    kelahiran anaknya kelak, sedangkan sampai saat ini pun ia belum memiliki pekerjaan

    yang pasti. Radit pun berusaha mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya dan

    Radit pun mencoba pekerjaan dari menjadi valet parkir di sebuah mall, buruh di toko

    material sampai bekerja sebagai tukang pukul di sebuah klub malam. Semua

    22

  • dicobanya demi mengumpulkan uang untuk mempersiapkan kelahiran anaknya kelak

    dan memenuhi kehidupan sehari-harinya bersama Jani.

    (14) Radit beruntung karena ketika ia datang ke mal tersebut mencari kerja, salah seorang valet parkirnya mengalami kecelakaan sehingga ia dapat menggantikan pekerjaannya, setidaknya untuk sementara. Ketika ditawarkan pekerjaan tersebut, Radit tidak berpikir dua kali dan langsung menerimanya (Rinaldo, 2008:63).

    (15) “Aku tadi dapat pekerjaan,” kata Radit sambil menggerogoti ayam gulai hingga tulang-tulangnya gundul tak berdaging.

    “Wah, senangnya. Dimana, Yang?” “Di toko material. Jadi kuli (Rinaldo, 2008: 103). (16) Dan seperti malam itu, ketika ia menyeret seorang pengunjung yang

    mabuk keluar dari klab, orang itu menawarkannnya uang jika Radit tetap membiarkannya berada di dalam. Radit tidak mempedulikannya dan tetap melempar orang itu keluar klub (Rinaldo, 2008: 138).

    Dalam kutipan (14) di atas terlihat bagaimana keberuntungan sedang berpihak

    pada Radit, karena saat sedang mencari pekerjaan Radit langsung mendapatkannya

    walaupun sebagai valet parkir di sebuah mall untuk sementara karena menggantikan

    valet parkir sebelumnya yang terkena kecelakaan. Namun, pekerjaan Radit sebagai

    valet parkir tidak berjalan lama. Pada kutipan (15) digambarkan pekerjaan Radit yang

    baru. Radit mengabarkan kepada Jani bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan lagi,

    sebagai kuli di toko material. Kutipan (16) digambarkan bagaimana Radit sangat

    menikmati pekerjaan barunya sebagai tukang pukul pada sebuah klub malam. Pada

    kutipan (14) dan (16) tersebut disampaikan pengarang secara analitik, sedangkan

    kutipan (15) disampaikan pengarang secara dramatik.

    Apa yang Radit takuti pun terjadi. Radit sangat takut bila sakauw-nya datang.

    Ia tidak ingin Jani menyaksikan penderitaannya karena Radit tahu apa yang

    23

  • dilakukannya terjadi di luar kesadarannya bila ia sakauw. Radit tidak ingin terjadi

    sesuatu terhadap Jani bila sakauw-nya sedang menghampirinya.

    (17) Menjelang tengah malam, Radit terbangun. Tubuhnya menggigil, hidungnya terus mengeluarkan air. Ia tahu candu yang menyebabkan tubuhnya begini dan hanya candu pula yang dapat menenangkannya. Tapi ia bertahan sekuat ia bisa (Rinaldo, 2008: 132).

    (18) “Kalau kamu sayang, kamu harus buka pintunya, Jani. Aku sudah tidak tahan lagi.” Malam berjalan semakin lambat. Sakauw Radit bukannya berkurang malah semakin bertambah. Kulitnya terasa gatal dan semakin panas. Ia menggigil hebat dan untuk menguranginya ia berulangkali membentur badannya ke pintu (Rinaldo, 2008: 133).

    Pada kutipan (17) dan (18) di atas melihatkan bagaimana Radit harus berjuang

    melawan sakauw yang begitu menyiksanya. Radit mencoba bertahan semampunya

    walaupun tubuhnya terus menggigil dan untuk mengurangi rasa sakitnya Radit

    berulang kali membenturkan badannya ke pintu. Hal tersebut disampaikan pengarang

    secara analitik.

    Belum sempat Radit merasakan rasanya menjadi seorang ayah. Radit harus

    mengembalikan istrinya ke orangtuanya. Ia tidak mampu lagi menjaga Jani untuk

    selalu ada di sampingnya. Radit tidak ingin Jani selalu menderita, terlebih bila

    sakauwnya datang. Ia merelakan Jani kembali ke keluarganya. Radit tidak dapat

    memenuhi janjinya untuk selalu ada di samping Jani. Diam-diam Radit datang

    menemui keluarga Jani, untuk menyerahkan kembali Jani, yang pada saat itu

    kondisinya sedang mengandung buah cintanya. Ia tidak ingin anak dalam

    kandungannya mengalami sesuatu, karena Radit menyadari bila sakauwnya datang ia

    24

  • bisa berubah menjadi sesuatu yang tidak diinginkan, sedangkan Radit sangat

    menyayangi Jani.

    (19) “Radit sudah mengembalikan kamu ke keluarga, Jani. Ia sudah menyerahkan amanatnya kembali kepada papa.” (Rinaldo, 2008: 151).

    Pada kutipan (19) di atas menggambarkan bagaimana Radit sudah menyerah.

    Radit sudah tidak sanggup lagi menemani Jani. Radit tidak ingin melihat Jani

    menderita karena terus bersamanya. Akhirnya, Radit menyadari bahwa ia lebih

    memilih obat-obatan dan minuman keras sebagai pendamping hidupnya daripada Jani

    yang sangat ia cintai. Hal tersebut disampaikan pegarang secara dramatik.

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat diperoleh kesimpulan bagaimana

    penokohan Radit yang mendominasi dalam penceritaan. Radit digambarkan memiliki

    bentuk fisik kurus dengan tulang pipi cekung, tatapan mata tajam dan sekujur

    badannya penuh tatto. Radit merupakan seorang pemain band yang begitu idealis, ia

    sangat tidak senang membawakan lagu-lagu milik orang lain. Radit juga

    mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras. Radit paling benci dilarang untuk

    berhenti mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras, terlebih bila orang yang

    melarang belum pernah mencobanya, seperti Jani. Bagi Radit, Jani dan jarum adalah

    surganya. Radit mudah sekali terpancing emosinya. Ia selalu marah bila Jani

    mengungkit-ungkit masa lalu atau ketika saat teman-teman bandnya mengajak untuk

    membawakan lagu-lagu orang lain, sedangkan tidak banyak cafe yang mau

    menampilkan band yang belum terkenal untuk membawakan lagu-lagu ciptaan

    sendiri. Selain Radit orang yang emosional, ia juga seorang yang pencemburu. Radit

    25

  • paling tidak suka ada laki-laki yang mendekati Jani. Ia tidak segan-segan

    menggunakan kekerasan bila ada laki-laki yang mendekati Jani. Semua tingkah laku

    yang Radit dilakukan karena Radit sangat mencintai Jani. Ia tidak ingin ada laki-laki

    lain yang bisa membuat Jani bahagia, selain dirinya. Radit tidak bisa hidup tanpa

    Jani. Ia lebih baik mati dari pada hidup tanpa Jani ada di sampingnya. Sejak kecil

    Radit sudah kehilangan kedua orang tuanya dan dia diasuh oleh omnya. Karena suatu

    masalah Radit pun bertengkar dengan omnya, dan tidak ada satu pun saudaranya yang

    membelanya. Sampai akhirnya ia pun kabur dan bertemu dengan teman-teman

    bandnya dan Jani. Dalam perjalanannya, Radit menyadari bahwa ia harus

    menyiapkan diri untuk menjadi seorang ayah, karena Jani telah hamil. Ia pun

    berusaha mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dari menjadi

    valet parkir di sebuah mall, buruh di toko material sampai bekerja sebagai tukang

    pukul disebuah klub malam. Itu semua ia jalani untuk mempersiapkan kelahiran

    anaknya. Namun, pada akhirnya Radit harus menyerah pada obat-obatan dan

    minuman keras. Ia tidak dapat memenuhi janjinya untuk selalu bersama Jani dan

    membesarkan anaknya kelak bersama-sama. Radit lebih memilih obat-obatan

    daripada Jani untuk berada di sampingnya. Radit pun diam-diam tanpa sepengetahuan

    Jani menyerahkan kembali Jani kepada keluarganya, meskipun sebenarnya Radit

    masih sangat mencintai Jani dan menginginkan untuk berada bersamanya.

    26

  • 2.2.2 Jani

    Jani merupakan salah satu tokoh utama. Jani digambarkan pengarang dengan

    bentuk fisik seorang gadis cantik, dengan tubuh tinggi dan kurus, rambutnya panjang

    dengan mata yang lebar. Jani merupakan gadis yang polos. Disampaikan pengarang

    secara analitik. Terlihat dalam kutipan di bawah ini.

    (20) Gadis itu cantik, walaupun bukan gadis tercantik yang pernah dikenalnya. Tinggi dan kurus. Berambut panjang dengan mata sebelok ikan mas koki (Rinaldo, 2008: 1).

    Kehidupan Jani berubah sejak bertemu dengan Radit. Ia menemukan kekuatan

    untuk menjadi dirinya sendiri. Selama ini ia sudah bosan dan muak menjadi orang

    lain, menjadi anak manis yang selalu menyembunyikan segala hal yang disukainya

    hanya karena semua bertentangan dengan selera dan keinginan orang tuanya dan

    sejuta larangan mereka. Jani sangat ingin membuat tatto di tempat yang bisa dilihat

    orang seperti di betis, tanpa harus takut memikirkan makian orang tuanya. Ia ingin

    merdeka menjadi diri sendiri sehingga bebas melakukan segala sesuatu yang

    diinginkannya. Ayahnya selalu melarangnya untuk bergaul dengan Radit, karena

    sejak bergaul dengan Radit, Jani menjadi orang yang sulit diatur.

    (21) “ Apa-apaan ini?” bentak ayahnya sambil menunjuk ke tatto di betis Jani.

    Jani hanya mengangkat bahu dan terus berjalan ke arah pintu depan. “J ani, mau kemana kamu?” suara ayahnya semakin meninggi. “ Mau pergi.” “ Papa tahu kamu mau pergi. Tapi kemana dan dengan sapa?” “ Nonton band-nya Radit manggung.”

    “ Papa kan sudah larang kamu bergaul sama dia!” bentak ayahnya. “lihat hasilnya! Kamu jadi nggak bener! Ikut-ikutan pake tatto! Kayak preman pasar!”

    “ Papa salah! Aku sudah punya tatto sebelum kenal Radit! Lihat!”

    27

  • Jani balas membentak ayahnya sambil menurunkan rok mininya dan memperlihatkan sebuah tatto sekuntum bunga mawar tepat dibawah pusarnya (Rinaldo, 2008: 4-5).

    Pada kutipan (21) di atas menggambarkan bagaimana Jani tidak lagi takut

    kepada Ayahnya. Selama ini Jani selalu menuruti apa yang dikatakan Ayahnya, tetapi

    sejak Jani berhubungan dengan Radit semua berubah. Jani menemukan suatu

    kebebasan yang tidak di dapatnya di rumah. Hal tersebut disampaikan pengarang

    secara dramatik.

    Bagi Jani, Radit merupakan aliran sungai yang membawanya ke lautan lepas.

    Kebersamaannya dengan Radit memberi Jani kekuatan untuk menyampaikan

    keinginannya secara bebas, seperti keinginan Jani yang meminta Ayahnya

    menikahkan Jani dengan Radit. Apa pun ia lakukan untuk selalu bersama Radit,

    walaupun keluarganya tidak menyetujui hubungan mereka.

    (22) keinginan untuk selalu bersama Radit, dicintai dan dipujanya, memberi Jani kekuatan untuk meminta ayahnya menikahkan mereka. Ketika ayah, ibu bahkan adiknya tak memberikan restu, Jani memilih lari dari rumah dan tinggal di rumah kontrakan Radit.hingga akhirnya ayahnya menyerah dan mau menikahkan mereka (Rinaldo, 2008: 6).

    Kutipan di atas menunjukkan bagaimana cinta Jani kepada Radit. Jani

    memberanikan diri untuk meminta restu kepada orang tuanya agar dapat menikahkan

    mereka. Orang tua Jani tidak menyetujui hubungan mereka, sehingga Jani

    memutuskan untuk menikah dengan Radit meskipun tanpa restu dari orang tua Jani.

    Hal tersebut disampaikan pengarang secara analitik.

    Jani menyadari sejak kebersamaannya dengan Radit, ia harus menerima

    segala yang akan terjadi padanya. Jani masih ingat saat pertama kali ia ditawari oleh

    28

  • Radit untuk mencicipi obat-obatan terlarang, dan saat itu Radit telah menjadi seorang

    pecandu. Jani mudah sekali terbujuk dengan ajakan Radit untuk mencicipi obat-

    obatan terlarang. Awalnya Jani tidak mengenal semua jenis obat-obatan terlarang,

    tetapi karena bujukan Radit yang secara tidak langsung mengajak untuk mrncobanya,

    akhirnya Jani pun terbujuk untuk ikut mencobanya.

    (23) “Kamu harus coba semuanya supaya bisa tahu mana yang cocok buat kamu.” Dan ia menuruti Radit. Ia mencoba semua narkotika yang ada. Radit dengan putauw, Jani cukup dengan ganja dan alkohol (Rinaldo, 2008: 7).

    Kutipan (23) di atas melihatkan bagaimana Jani menuruti Radit untuk

    mencoba semua obat-obatan terlarang. Walaupun pada awalnya Jani tidak mau

    mencicipi barang tersebut. Karena Radit selalu mendesaknya, akhirnya Jani pun

    luluh. Ia mencicipi semua jenis narkotika yang Radit tawarkan kepadanya. Pada

    awalnya, Jani hanya mencicipi yang Radit tawarkan kepadanya. Hal tersebut

    disampaikan secara dramatik.

    Walaupun Jani tidak tinggal bersama orang tuanya, Jani selalu ingat hari

    ulang tahun tiap anggota keluarganya. Sewaktu masih tinggal bersama keluarganya

    Jani selalu merayakan setiap ulang tahun bersama-sama. Namun, untuk kali ini tidak,

    setelah pernikahannya dengan Radit hubungan Jani dengan keluarganya menjadi

    tidak baik, terlebih ayahnya yang sangat tidak suka dengan Radit, Jani tidak lagi

    merayakan ulang tahun bersama keluarganya. Terakhir Jani hanya mengirimkan SMS

    kepada Adiknya sebelum telepon genggamnya dijual. Jani masih selalu ingat hari-hari

    29

  • penting dalam keluarganya seperti saat hari ulang tahun Ibunya tiba. Terlihat dalam

    kutipan (24) di bawah ini.

    (24) Hari ini Mama Jani ulang tahun. Jani selalu ingat hari ulang tahun setiap anggota keluarganya dan biasanya jadi orang pertama yang mengucapkan selamat. Tapi sudah lama rasanya ia tidak melakukan itu. Ia hanya mengirimkan sms waktu Abi, adiknya, terakhir ulang tahun, sebelum telepon genggamnya berpindah tangan ke penadah barang langganan mereka (Rinaldo, 2008: 14).

    (25) Ia menegarkan dirinya dan melangkahkan kaki menuju pintu pagar, namun kedua kakinya seperti diganduli bola besi yang berat. Selamat ulang tahun, Ma. Jani berbisik dalam hati. Aku ingin masuk dan memelukmu, tapi, masih terlalu berat bertemu dengan anggota keluarganya. Setelah beberapa saat terpaku di depan pagar, Jani akhirnya pulang (Rinaldo, 2008:16)

    Pada kutipan (25) di atas walaupun Jani tahu hari ini adalah ulang tahun

    Ibunya, Jani berusaha memberanikan diri untuk datang ke rumahnya untuk

    mengucapkan selamat ulang tahun kepada Ibunya. Namun, Jani tidak berani, ia hanya

    berdiri di depan rumahnya. Jani menyadari bahwa hubungannya dengan keluarganya

    kurang baik, karena keputusannya untuk menikahi Radit tidak disetujui oleh orang

    tuanya. Hal tersebut disampaikan pengarang secara analitik.

    Jani masih ingat bagaimana Ayahnya menghina dan merendahkan Radit, yang

    ketika itu sedang berkunjung ke rumahnya untuk meminjam uang kepada orang

    tuanya untuk membayar sewa kontrakan rumah. Radit pada saat itu belum memiliki

    pekerjaan tetap, sehingga tidak memiliki uang untuk membayar sewa kontrakan

    rumah. Itulah sebabnya mengapa Jani tidak ingin bertemu dengan keluarganya,

    terutama Ayahnya.

    (26) “ Sapa suruh kawin sama pengamen!”

    30

  • “ Papa!” Jani melompat dari duduk dan berdiri sambil menatap ayahnya, meradang. “ Jani datang ke sini bukan buat dihina. Jani datang mau pinjam uang. Papa tinggal bilang, ya atau enggak. Selesai! Simpan saja khotbah Papa untuk Papa sendiri.” (Rinaldo, 2008: 46-47).

    Pada kutipan di atas Jani sangat kecewa dengan ucapan Ayahnya kepada

    Radit yang menurut Jani tidak sepantasnya Ayahnya berkata seperti itu. Jani tidak

    terima suaminya dihina oleh Ayahnya. Ia pun berdiri dan membela suaminya. Hal

    tersebut disampaikan pengarang secara dramatik.

    Cinta Jani kepada Radit begitu besar. Dibuktikan oleh Jani dengan selalu ada

    menemani Radit, seperti saat grup bandnya Radit manggung. Jani selalu menonton

    pertunjukan musik Radit bersama teman-temannya. Jani selalu mendukung apa pun

    pekerjaan yang dilakukan Radit. Terlihat pada kutipan di bawah ini.

    (27) Jani selalu menonton setiap kali ia dan band-nya manggung di mana pun. Jani yang selalu ada di sampingnya saat susah senang (Rinaldo, 2008: 20).

    Kadang Jani tidak mampu menahan emosinya terhadap Radit. Ia sangat kesal

    terhadap sikap dan tingkah laku yang diperbuat Radit. Jani sangat kesal ketika Radit

    memperdebatkan masalah ketika teman lamanya mencium pipi dan berbincang-

    bincang akrab dengan Jani. Menurut Jani mencium pipi dan berbincang-bincang

    akrab merupakan hal yang wajar bila bertemu dengan teman lama. Hal terseut

    disampaikan pengarang secara dramatik. Terlihat pada kutipan (28) di bawah ini.

    (28) “ Apa kamu bilang? Ganjen? Dasar kampungan! Teman lama cium pipi dan ngobrol akrab itu biasa aja, tahu.” Jani tidak bisa menahan kejengkelannya dan membentak Radit (Rinaldo, 2008: 55).

    31

  • Walau banyak sikap yang membuat Jani kesal akibat tingkah laku Radit, Jani

    selalu memaafkannya. Ia menyadari tiap kata-kata maaf yang diucapkan oleh Radit

    akan meluluhlantakkan pertahanan egonya. Ia selalu menerima apa pun yang

    dilakukan Radit, baik senang maupun susah. Meskipun Jani harus mengeluarkan air

    mata.

    (29) Ia membaringkan tubuh dan merapatkannya ke tubuh Jani. Jemarinya membelai lengan Jani yang telanjang, ia menciumi tengkuk Jani sambil berbisik, “Maafkan aku, Sayang. Aku enggak seharusnyua marah sama kamu.” Mendengar itu, Jani sadar bahwa pertahanannya akan runtuh. Tak lama, ia tak akan sanggup untuk terus memunggungi Radit. Tak lama, Radit akan meluluhlantakkan pertahanan egonya. Dan memang tak lama, Radit telah berada di dalam tubuhnya hingga Jani tidak lagi dapat merasakan tubuhnya sendiri (Rinaldo, 2008: 22).

    (30) “ Tega banget kamu.” Jani meringkukkan tubuhnya di tempat tidur dan hanya dapat terisak dan meratapi ketidakadilan yang diterimanya. “Selama ini aku selalu berusaha ada di samping kamu, susah, senang. Aku gak peduli apa kata orang tentang kamu. Buatku, kamu yang terbaik. Aku terima kamu apa adanya. Tapi...” (Rinaldo, 2008: 90).

    Pada kutipan (29) dan (30) di atas memperlihatkan bagaimana Jani tidak bisa

    marah kepada Radit. Egonya akan luluh setiap Radit mengucapkan kata maaf

    kepadanya. Jani tahu hanya Raditlah yang akan ia ikuti langkahnya sampai kemana

    pun. Sehingga apa pun yang dilakukan oleh Radit walaupun sampai harus

    mengeluarkan air mata, bagi Jani Raditlah yang terbaik. Hal tersebut disampaikan

    pengarang secara analitik.

    Jani dikembalikan kepada keluarganya oleh Radit tanpa sepengetahuan Jani

    sebab Radit sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup Jani dan calon anaknya

    kelak. Radit tahu Jani tidak ingin berpisah dengannya dan Jani sangat mencintainya.

    Sampai akhirnya, Jani pun merawat sendiri Kirana, buah cintanya dengan Radit

    32

  • dengan penuh kasih sayang meski tanpa Radit di sisinya. Sebenarnnya Jani tidak

    ingin berpisah dengan Radit, karena Jani sangat mencintai Radit tetapi karena

    keadaan mereka pun harus berpisah. Meskipun Jani telah bersuami, Jani tidak pernah

    melupakan ayah kandung Kirana, yaitu Radit. Jani tidak ingin anaknya melupakan

    siapa ayah kandungnya. Untuk itu, ia berjanji pada dirinya untuk menceritakan

    semuanya kelak kepada Kirana siapa ayah kandungnya. Hal tersebut disampaikan

    pengarang secara analitik. Terlihat pada kutipan (31) di bawah ini.

    (31) kelak, Nak, Jani berjanji kepada dirinya sendiri, aku akan bercerita tentang ayahmu. Ayah kandungmu (Rinaldo, 2008: 157).

    Berdasarkan penjelasan di atas dapat diperoleh kesimpulan bagaimana

    penokohan Jani yang juga mendominasi dalam penceritaan. Jani merupakan seorang

    gadis yang polos, ia juga seorang gadis yang cantik. Berambut panjang dengan mata

    selebar ikan mas koki. Pertemuannya dengan Radit pada sebuah acara di kampusnya

    membawa Jani pada dunia baru yang ia tidak sangka bahkan tidak dibayangkan

    sebelumnya. Jani berubah, ia seperti mendapatkan kekuatan untuk menjadi dirinya

    sendiri. Ia menyembunyikan segala hal yang disukainya hanya karena semua

    bertentangan dengan selera dan keinginan orang tuanya. Beberapa hal yang

    disembunyikan Jani dari orang tuanya adalah keinginannya untuk membuat tatto dan

    keinginannya untuk selalu bersama Radit. Meskipun keluarganya melarang Jani

    untuk berhubungan dengan Radit yang memiliki masa depan tidak jelas. Begitu besar

    cinta Jani kepada Radit, segala cara dilakukannya untuk mendapatkan Radit, seperti

    Jani memutuskan untuk meninggalkan rumah dan menginap di rumah kontrakan

    33

  • Radit. Akhirnya Ayahnya menyerah dan menikahkan Jani dengan Radit. Jani

    menyadari, ia hidup dengan seorang pecandu obat-obatan. Jani pun masih ingat

    bagaimana pertama kali ia mencicipi obat-obatan terlarang yang diperkenalkan oleh

    Radit. Jani pun tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa ia juga ikut

    terjerumus mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Walaupun Jani tidak lagi tinggal

    dengan keluarganya, ia tidak melupakan keluarganya. Jani masih ingat hari ulang

    tahun tiap anggota keluarganya. Ia pun tak pernah lupa untuk mengucapkannya. Ia

    tahu bagaimana orang tuanya sangat membenci Radit, khususnya Ayahnya. Jani

    selalu membela Radit setiap Ayahnya menghina dan merendahkannya, karena begitu

    cintanya Jani kepada Radit. Tidak jarang segala tingkah laku Radit membuat Jani

    naik darah, tapi Jani selalu memaafkannya. Jani menyadari mengapa Radit

    mengembalikannya kepada orang tuanya. Sebenarnya Jani tidak ingin kembali

    kepada keluarganya karena Jani ingin membesarkan anaknya bersama dengan Radit.

    Jani bersedia melakukan apa pun, tapi keinginannya tidak terwujud Radit telah pergi

    dan telah mengembalikannya kepada keluarganya. Sampai akhirnya Jani

    dikembalikan kepada keluarganya, Jani masih sangat mencintai Radit.

    34

  • BAB III

    PERASAAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA

    DALAM NOVEL RADIT DAN JANI

    KARYA RIO RINALDO

    Karya sastra adalah curahan perasaan. Meskipun demikian, supaya dimengerti

    oleh orang lain, maka karya sastra harus diungkapkan dengan bahasa yang logis

    (Ratna, 2007: 162). Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang,

    hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan lebih erat hubungannya dengan

    pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh

    sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan

    anggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama (Ahmadi, 1991:101).

    Max Scheler dalam Shalahuddin berpendapat ada empat tingkatan perasaan.

    Empat tingkatan perasaan itu antara lain perasaan indrawi, perasaan vital/suasana

    hati, perasaan psikis, dan perasaan kepribadian (1994: 119). Pada bab ini empat

    tingkatan perasaan tersebut akan dibahas lebih lanjut oleh peneliti.

    3.1. Radit 3.1.1 Perasaan Indrawi Saat bandnya Radit manggung mengisi acara di sebuah kampus. Radit tidak

    pernah mengira akan bertemu dan berkenalan dengan seorang gadis yang menurut

    Radit berbeda dengan gadis-gadis biasanya. Gadis itu bernama Anjani dan biasa

    disebut Jani. Di mata Radit, Jani berbeda dengan gadis biasanya. Jani merupakan

    gadis yang polos dan tidak munafik, Radit melihat dari caranya tertawa yang begitu

    lepas saat sebelum bandnya Radit memulai menyanyikan lagu-lagu bandnya. Tawa

    Janilah yang membuat Radit tertarik dan ingin berkenalan dengannya.

    35

  • (32) “ Dan enggak usah juga merasa aneh kalo gue tadi menyanyi khusus buat lo. Inget gak waktu gue memperkenalkan band gue sebelum nyanyi, gue ngasih joke, dan lo adalah orang yang tertawa paling keras. Gue jadi penasaran dan waktu gue lihat lo. Jujur, gue…” Radit terdiam sejenak mencari kata yang tepat. “Gue suka sama lo.” (Rinaldo, 2008:3).

    Pada kutipan (32) di atas, terlihat perasaan indrawi yang timbul sebagai akibat

    adanya perangsang-perangsang jasmaniah. Saat Radit memberikan joke kepada

    penonton sebelum grup bandnya memulai menyanyikan lagu-lagunya. Radit

    mendengar tawa yang begitu lepas dari kerumunan penonton, yang membuat Radit

    mencari siapa pemilik tawa tersebut. Radit pun mencari dan melihat siapa pemilik

    tawa tersebut, setelah ia menyanyikan semua lagu-lagunya, Radit pun langsung

    bergegas menghampiri dan berusaha berkenalan dengan pemilik tawa yang mencuri

    perhatiannya. Gadis itu bernama Jani.

    Saat Radit bertemu Abi (adik Jani) ia tahu sesuatu akan terjadi padanya. Abi

    sudah merencanakan pertemuannya dengan Radit tanpa sepengetahuan Radit. Radit

    mendengarkan apa yang dikatakan Abi kepadanya. Seperti yang sudah diduga oleh

    Radit bahwa Abi menemuinya hanya untuk meminta mengembalikan Jani untuk

    dirawat oleh keluarganya. Karena bagi Abi dan orang tuanya sejak Jani menikah

    dengan Radit, Jani terlihat sangat tidak terurus. Radit pun sangat emosi mendengar

    penjelasan yang diucapkan Abi kepadanya, karena Radit sangat mencintai Jani dan

    tidak ingin ada orang lain memisahkannya. Radit sadar ia sedang berbicara dengan

    Adik dari istrinya, karena bila tidak Radit sudah menghajar sampai babak belur orang

    yang sudah berkata seperti itu. Radit hanya bisa menahan emosinya agar tidak terjadi

    keributan.

    36

  • (33) Radit menggigit bibirnya kuat-kuat menahan amarahnya yang mendidih hingga taringnya menggigit bibirnya terlalu keras dan sobek. Rasa asin darah menyentakkan Radit. Ia menyeka bibirnya dengan punggung tangannya (Rinaldo, 2008:113).

    Pada kutipan di atas terlihat bagaimana perasaan indrawi Radit setelah

    mendengar perkataan Abi. Radit hanya bisa menahan emosinya setelah mendengar

    penjelasan Abi. Radit tidak kuasa menghajar Adik dari istrinya, ia hanya mampu

    menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan emosinya. Hingga rasa asin darah

    menyadarkannya bahwa bibirnya telah sobek akibat gigitannya sendiri.

    3.1.2 Perasaan Suasana Hati

    Tidak pernah terbayangkan oleh Radit gadis yang dulu berkenalan pada

    sebuah acara musik di sebuah kampus dan memiliki tawa yang lepas kini menjadi

    istrinya. Entah apa yang membuat Radit begitu sangat mencintai Jani sehingga ia pun

    tidak bisa lepas dari Jani. Radit sangat mencintai dan menyayangi Jani, ia tidak ingin

    ada orang lain menggoda atau pun mendekati Jani. Rasa curiga dan cemburu Radit

    selalu muncul bila ada orang yang mendekati Jani. Seperti ketika Radit melihat Jani

    yang bekerja di sebuah kafe didekati bosnya, tiba-tiba Radit melabrak dan mendorong

    bosnya hingga membentur rak di belakang bar membuat botol-botol vodka

    berjatuhan. Yang membuat Jani pun di pecat dari pekerjaannya.

    (34) “ Bos kamu genit! Aku gak suka caranya ngeliatin kamu.” Cuma itu alasan Radit (Rinaldo, 2008:8).

    Kutipan (34) di atas, melihatkan bagaimana perasaan suasana hati Radit.

    Bagaimana Radit merasa tidak nyaman atau tidak suka melihat Jani didekati oleh

    37

  • laki-laki lain, walaupun yang mendekatinya adalah bos tempat Jani bekerja. Radit

    tidak pernah memikirkan akibat yang akan terjadi sesudahnya, ia hanya tahu bahwa

    Jani adalah miliknya dan tidak ada orang yang boleh mendekatinya.

    Pada suatu ketika Radit dan Jani datang ke rumah orang tuanya Jani. Mereka

    disambut oleh orang tua Jani, meskipun Radit tahu kedatangannya sangat tidak

    diinginkan oleh Ayahnya Jani karena ayahnya Jani tidak menyukainya. Saat Radit

    dan Jani disuguhi minuman tiba-tiba Jani meninggalkan Radit dengan kedua orang

    tuanya.

    (35) Radit mengambil cangkirnya pelan-pelan, sambil merutuk Jani yang meningalkannya hanya dengan mertuanya. Ayah Jani hanya duduk diam sambil menatap Radit, yang semakin membuatnya salah tingkah. Ia hanya bisa tersenyum setiap kali mata mereka berserobok (Rinaldo, 2008: 42).

    Pada kutipan (35) di atas digambarkan bagaimana perasaan suasana hati Radit

    yang merasa tidak nyaman karena ditinggal Jani sendirian dan harus berhadapan

    dengan orang tua Jani. Tatapan Ayahnya Jani yang memperhatikannya semakin

    membuat Radit merasa tidak nyaman. Radit hanya berharap agar Jani kembali

    menemaninya.

    Sebagai seorang pecandu, Radit tahu tempat mana yang dapat membuatnya

    tenang. Kebiasaannya mengkonsumsi putauw belum bisa Radit tinggalkan. Walaupun

    ia telah berjanji kepada Jani untuk berhenti mengkonsumsinya, tetapi Radit selalu

    sembunyi-sembunyi jika mengkonsumsinya, Radit tidak ingin Jani tahu bahwa ia

    masih belum bisa mengalahkan sakauw-nya. Radit hanya ingin menyenangkan Jani

    38

  • dengan berjanji untuk tidak mengkonsumsi putaw lagi. Radit tidak ingin melihat Jani

    bersedih.

    (36) Sementara, badannya mulai menagih. Tubuhnya menggigil dan hidungnya mulai berair, ia tahu ia harus menyuntik dirinya. Selama ini ia selalu sembunyi-sembunyi pergi menemui duo kribo dan bantet. Ia tidak ingin Jani tahu bahwa ia masih belum bisa mengalahkan sakauw-nya (Rinaldo, 2008:118).

    Kutipan (36) di atas melihatkan perasaan Radit yang tidak nyaman saat

    tubuhnya menggigil dan hidungnya mulai berair akibat sakauw-nya. Radit akan

    melakukan apa saja untuk menyembuhkan sakauw-nya, meskipun ia harus sembunyi-

    sembunyi dari Jani untuk mendapatkannya. Radit pun tidak menghiraukan janjinya

    kepada Jani, yang Radit ingin hanyalah menemui Kribo dan Bantet untuk

    mendapatkan barang yang ia inginkan sehingga ia terlepas dari penderitaannya karena

    sakauw-nya.

    Bagi Radit, malam begitu lambat berjalan ketika rasa sakit yang dirasa begitu

    membuatnya menderita. Yang ia tahu candu yang membuat tubuhnya begini dan

    hanya candu pula yang dapat menenangkannya. Namun ia bertahan sekuat tenaga.

    Radit tidak mempedulikan apa yang ada di sekitarnya. Radit hanya ingin mengahkiri

    rasa sakit di tubuhnya yang semakin menggila.

    (37) Malam berjalan lambat bagi Radit. Setiap detik memberikannya penderitaan baru. Tubuhnya bertambah menggigil, keringat bercucuran membasahi tubuhnya dan perutnya kram. Ia memukuli dinding kamar untuk menyalurkan rasa sakit yang dideritanya (Rinaldo, 2008:132).

    Kutipan (37) terlihat bagaimana perasaan suasana hati Radit saat tubuhnya

    sedang sakauw. Radit mencoba menahan rasa sakit dengan memukul-mukuli dinding

    39

  • dan membenturkan badannya berharap dapat mengurangi rasa sakitnya. Radit

    mencoba bertahan menahan segala penderitaan yang menderanya.

    3.1.3 Perasaan Psikis Radit tidak pernah membayangkan bertemu dengan teman-teman yang

    memiliki cita-cita yang sama dalam bermusik dan mereka membentuk sebuah grup

    band bersama. Saat bandnya Radit sedang tampil di sebuah kampus, Radit tidak

    menyangka akan berkenalan dengan Jani, seorang wanita yang kelak menjadi

    istrinya.

    (38) Radit hidup menggelandang, mengais kehidupan dengan mengamen. Hingga ia bertemu dengan teman-teman bandnya. Orang-orang yang memiliki impian yang sama, idealisme musik yang sama. Apalagi sejak ia bertemu Jani. Tidak pernah terlintas dalam mimpinya, perempuan secantik dan semenarik Jani, kaya pula, akan mau meliriknya saat ia belum mencapai cita-citanya (Rinaldo, 2008:20).

    Pada kutipan (38) terlihat bagaimana perasaan psikis Radit yang begitu

    gembira karena dapat memiliki teman-teman yang mempunyai mimpi yang sama dan

    seorang wanita yang sangat ia sayangi. Tidak pernah terlintas oleh Radit ada seorang

    wanita yang mencintainya sebelum cita-citanya tercapai yaitu menjadi seorang

    vokalis band terkenal dan lagu-lagunya selalu dinyanyikan semua orang.

    Radit bekerja sebagai valet parkir. Namun, saat Radit memarkirkan mobil, ia

    selalu mencari-cari barang-barang apa saja yang ada di dalam mobil yang dapat ia

    jual kembali. Keberuntungan pun sedang berpihak padanya. Ia menemukan kamera

    digital di dalam dashboard mobil dan segera mengambilnya. Setelah beberapa hari

    40

  • pemilik mobil melaporkan bahwa kamera digitalnya hilang. Setelah mengetahui

    Raditlah yang mencuri, ia pun kabur. Dalam perjalanannya Radit mampir menemui

    Kribo dan Bantet untuk mencari ketenangan.

    (39) Kribo dan Bantet satu-satunya tempat yang bisa membantu ia melupakan semua ini. Ia meraba kantongnya dan teringat bahwa ia masih menyimpan uang sisa penjualan kamera digital kemarin. Bagus, sekarang ia bisa lupa. Ia bisa melupakan semua (Rinaldo, 2008:69).

    Pada kutipan (39) di atas digambarkan bagaimana perasaan psikis Radit.

    Untuk menyelesaikan masalah ia selalu datang kepada Kribo dan Bantet. Mereka

    adalah penjual putaw, tempat biasa Radit membeli putaw bila sedang sakauw ataupun

    ingin menenangkan pikiran dari masalah-masalah yang sedang dihadapinya.

    Kebiasaan Radit mencuri akhirnya ketahuan juga. Ia pun dikeluarkan dari

    pekerjaannya. Namun, Radit tidak putus asa, ia terus mencari pekerjaan. Setelah ia

    mengetahui bahwa Jani telah hamil. Radit lebih bersemangat untuk mencari

    pekerjaan. Apa pun ia lakukan demi mendapatkan pekerjaan. Sampai akhirnya Radit

    mendapatkan pekerjaan sebagai kuli di toko material.

    (40) “ Di toko material. Jadi kuli. Kamu malu enggak punya suami kuli, Bodoh?” Jani memeluk Radit dan mencium wajahnya. “Bagaimana mungkin aku malu punya suami yang mau bekerja apa saja demi menghidupi istrinya? Aku malah bangga sayang.” Radit tersenyum mendengar dukungan Jani yang sangat ia butuhkan (Rinaldo, 2008:103).

    Kutipan (40) di atas merupakan perasaan psikis Radit. Radit membutuhkan

    dukungan karena ia merasa pekerjaannya sebagai kuli di toko material hanya akan

    menjadi bahan tertawaan Jani. Tetapi sebaliknya, Jani sangat mendukung apa yang

    dilakukan Radit, sekalipun menjadi kuli di toko material.

    41

  • Apa saja yang dikerjakan Radit selalu saja salah dan tidak karu-karuan. Untuk

    menghitung batu bata yang akan dikirim Radit selalu salah menghitung, belum lagi

    beberapa sak semen yang ia jatuhkan karena keteledorannya, padahal hari itu adalah

    hari pertamanya menerima gaji. Namun, apa yang terjadi, uang gajiannya dipotong

    untuk mengganti semua barang yang rusak akibat ulah Radit. Radit pun tidak terima

    atas tindakan bosnya, ia hampir saja membunuh bosnya.

    (41) “ Enggak, dia enggak mati,” lanjut Radit. “Teman-temanku datang dan memisahkan kami. Aku stress, Bodoh, makannya aku butuh mabuk. Aku ingin ngelupain semua itu.” (Rinaldo, 2008:127).

    Pada kutipan (41) di atas menggambarkan bagaimana perasaan psikis Radit.

    Dalam kutipan tersebut terlihat bagaimana Radit jika menghadapi masalah. Ia lebih

    senang lari kepada obat-obatan atau minuman keras untuk melupakan masalah-

    masalahnya. Bagi Radit dengan mengkonsumsi obat-obatan maupun minuman keras

    membuat semua masalahnya cepat teratasi.

    3.1.4 Perasaan Kepribadian Sebagai seorang pemain band, Radit adalah orang yang memiliki idealisme

    yang kuat dalam bermusik. Radit ingin dalam setiap penampilan bandnya

    menyanyikan lagu-lagu ciptaan sendiri. Radit tidak ingin bandnya menyanyikan lagu-

    lagu orang lain. Bagi Radit membawakan lagu-lagu milik orang lain sama saja tidak

    memiliki harga diri.

    (42) Band kita membawakan lagu kita sendiri, dengan gaya kita sendiri, Radit selalu menekankan hal itu kepada kawan-kawannya. Mending gue mati kelaparan daripada dapat duit dari nyanyiin lagu-lagunya Kings atau

    42

  • MissU Band, dengan sengit Radit mendebat teman-temannya (Rinaldo, 2008:26).

    Apa yang terlihat dalam kutipan (42) melihatkan perasaan Radit yang

    memiliki idealisme yang besar dalam bermusik. Radit sangat tidak ingin bandnya

    membawakan lagu-lagu dari orang lain. Radit pun sangat kecewa ketika teman-

    temannya memilih untuk menyanyikan lagu-lagu dari orang lain, semata-mata hanya

    untuk suatu alasan tertentu yaitu mencari uang. Teman-temannya pun tega

    meninggalkan Radit dan mencari pengganti Radit sebagai vokalis. Kekecewaan Radit

    dapat terlihat dalam kutipan (43) di bawah ini.

    (43) “Anjing lo semua!” Radit tidak dapat menahan kegeramannya. “Cuma gara-gara duit lo mau ngejual harga diri lo! Dan… dan lo tega ngianatin teman lo sendiri!” (Rinaldo, 2008:28).

    (44) “Apa!” Radit tak mempercayai apa yang ia dengar. “Lo mau mecat gue dari band? Lo mau cari orang lain buat ngebawain lagu-lagu kita yang hampir semuanya gue yang tulis?” (Rinaldo, 2008: 27)

    Dalam kutipan (43) dan (44) di atas terlihat bagaimana perasaan Radit yang

    sangat kecewa karena dikhianati oleh teman-teman bandnya. Radit tidak mengira

    teman-temannya akan mengeluarkannya dari band yang telah lama dibentuk. Teman-

    temannya rela menghianati Radit hanya demi uang tanpa memikirkan tujuan awal

    bandnya terbentuk. Radit sudah menganggap teman-teman bandnya sebagai saudara

    sendiri. Ia tidak pernah mengira akan ditinggalkan teman-temannya dengan cara

    seperti ini, dikhianati. Teman-teman yang dulu menjadi saudaranya dalam bermusik

    dan tidak akan mudah menyerah ketika penolakan demi penolakan harus mereka telan

    setiap kali CD demo lagu mereka ditolak. Kini mereka telah meninggalkan Radit dan

    menyerah.

    43

  • Radit kini harus berjuang sendiri mewujudkan cita-citanya untuk menjadi

    seorang musisi tanpa ada teman-temannya. Radit masih ingat saat masih bersama

    teman-temanya ia sempat mengirimkan CD demo lagu-laguya ke kantor studio. Ia

    pun segera menanyakan untuk memperoleh kejelasan tentang demo lagunya.

    (45) ”Sudah, sudah diterima Pak Willy. Tapi saya enggak yakin beliau suah mendengarnya.”

    “Kenapa, Mbak?” “Karena masih ada ratusan CD atau kaset lain yang belum dia dengar.”

    Radit hanya dapat tersenyum miris mendengar jawaban itu. Ia pn berterima kasih kepada sekretaris itu dan pergi meninggalkan kantor studio tersebut (Rinaldo, 2008: 69).

    Pada kutipan (45) di atas terlihat bagaimana Radit sangat kecewa mendengar

    keterangan dari sekretaris di kantor studio tempat Radit pernah mengirimkan CD

    demo lagunya.

    Setelah Radit dipecat dari bandnya, ia berusaha mencari pekerjaan untuk

    memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena Radit sudah tidak lagi memiliki uang untuk

    membayar kontrakan, dan makan sehari-hari bersama Jani. Akhirnya mau tidak mau,

    Radit bersama Jani datang ke rumah orang tua Jani untuk meminjam uang. Radit

    mengetahui bahwa orang tua Jani tidak suka padanya. Apa yang Radit bayangkan

    terjadi. Di rumah orang tuanya Jani, Radit dipermalukan.

    (46) “Kamu…laki-laki macam kamu, suami seperti apa kamu, menelantarkan istri, hah? Kontrakan saja enggak bisa bayar! Kalau kamu sudah enggak sanggup mengurus Jani, tinggal bilang!” “ Saya masih sanggup, Pak.” Radit berusaha mengendalikan amarahnya yang memuncak karena dihina seperti itu. “Dan Bapak tidak berhak menilai saya seperti itu.” (Rinaldo, 2008:47).

    44

  • Kutipan (46) di atas menggambarkan perasaan kepribadian Radit yang sangat

    kecewa karena perkataan Ayah Jani begitu menghinanya. Bagi Radit tidak

    sepantasnya Ayah Jani memojokkannya dan berkata seperti itu. Radit pun merasa

    harga dirinya di injak-injak. Ia berusaha menahan amarah karena ia tidak ingin Ayah

    Jani semakin membencinya. Radit tahu kedatangannya bukan untuk mencari

    keributan, tetapi meminjam uang untuk membayar kontrakan.

    Ketika Radit sedang menunggu kendaraan di pinggir jalan, sambil menunggu

    Jani yang sedang membeli rokok di seberang jalan. Radit melihat ada laki-laki yang

    datang menghampiri Jani sambil menempelkan pipi dan berbincang sangat akrab.

    Radit tidak bisa menahan emosinya melihat Jani berbincang dengan laki-laki lain

    dengan sangat akrab tanpa ia tahu laki-laki itu. Laki-laki itu adalah teman sekolah

    Jani waktu itu.

    (47) ”Kamu itu milikku dan aku gak suka ada cowok lain yang berani macam-macam sama kamu.” Radit semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Ia menggenggam jam tangan itu kuat-kuat untuk menyalurkan rasa marahnya yang semakin naik. Nafasnya semakin tidak teratur dan ia benci mendengar Jani malah membela dirinya dan cowok itu (Rinaldo, 2008: 55).

    Pada kutipan (47) di atas digambarkan bagaimana perasaan Radit yang begitu

    kecewa kepada Jani. Radit tidak bisa menahan emosinya karena melihat Jani

    berbincang akrab dengan laki-laki lain. Radit memang sangat mencintai Jani dan

    tidak ingin berpisah dengan Jani. Oleh karena itu, Radit tidak suka bila ada laki-lai

    yang mendekati Jani.

    45

  • 3.2 Jani 3.2.1 Perasaan Indrawi

    Sejak Jani memutuskan untuk menikah dengan Radit, Jani menyadari

    kehidupannya akan berubah. Jani tahu ia harus berusaha sendiri tanpa bantuan dari

    keluarganya, ia menyadari keluarganya tidak menyetujui hubungannya dengan Radit

    yang dianggap tidak memiliki masa depan. Tidak hanya itu, Jani juga tahu bahwa

    Radit seorang pecandu, dan Jani sudah mengtahui konsekuensinya hidup dengan

    seorang pecandu. Bagi mereka hidup itu hari ini, bukan besok atau pun lusa. Untuk

    memenuhi kehidupan sehari-h