Upload
ranu-stath
View
67
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Peraturan Baris Berbaris pada Diklat Prajabatan Golongan III
Citation preview
DISUSUN OLEH
A. RANUWIRAWAN RAHIM
NO. URUT : 34
BPS KABUPATEN BUTON UTARA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN IIIANGKATAN 68 BADAN PUSAT STATISTIK
2013
DISUSUN OLEH
Aulia Feriza
NO. URUT : 3
BPS PROVINSI ACEH
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan............................................................................................................ 4
1.4 Manfaat ......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5
2.1 Pengertian Baris-berbaris............................................................................. 5
2.2 Tujuan Peraturan Baris-Berbaris ............................................................... 6
2.3 Pengertian Sikap Secara Umum.................................................................. 6
BAB III PENUTUPAN........................................................................................19
1.1 Kesimpulan ...................................................................................................19
1.2 Saran ..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pegawai yang menjadi abdi Negara dan
mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas
pemerintah. Untuk itu, setiap PNS perlu memiliki sikap yang sesuai untuk menjadi pribadi
yang patuh, disiplin dan professional dalam bidangnya. Salah satu cara untuk menanamkan
sifat tersebut adalah dengan melakukan kegiatan latihan Kesegaran Jasmani, Baris-berbaris,
mengikuti Tata Upacara Sipil serta mengikuti Ceramah Kesehatan Mental perlu dilakukan
dalam pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan Golongan III.
Salah satu materi yang penting diberikan kepada peserta diklat prajabatan sebagai
dasar pembinaan disiplin adalah Peraturan Baris-berbaris (PBB). Baris berbaris ialah suatu
wujud latihan fisik, yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan
yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Adanya materi peraturan
baris-berbaris adalah dalam rangka pembinaan dan kerjasama antar peserta.
Peraturan Baris-berbaris bukanlah mengarahkan peserta menjadi TNI atau Militer
tetapi untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima.
Tujuan dari diberikannya pembelajaran PBB adalah untuk membentuk sikap, membentuk
disiplin, membina kebersamaan dan lainnya.
Pokok baris-berbaris diberikan peserta untuk mengikuti upacara serta digunakan
untuk pelaporan kesiapan belajar di kelas dengan gerakan-gerakan di tempat dan berjalan
yang tertib guna mendukung penegakan disiplin. Dalam peraturan baris berbaris dipelajari
tentang gerakan dasar yang salah satunya adalah sikap sempurna. Untuk itu disini akan
dibahas tentang bagaimana sikap sempurna dalam baris-berbaris.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah:
a. Apakah yang dimaksud dengan Peraturan Baris-berbaris (PBB)?
b. Bagaimanakah sikap sempurna dalam Peraturan Baris-berbaris (PBB)?
3. TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai yakni agar kita dapat mengetahui mengetahui
Peraturan Baris-berbaris dan agar kita dapat memahami dan menerapkan sikap sempurna
dalam baris-berbaris.
4. MANFAAT
Manfaat Khusus :
1) Peraturan baris-berbaris dimaksudkan untuk mengatur sekelompok orang dalam
barisan melakukan gerakan bersama-sama secara tertib dan serempak baik gerakan
ditempat maupun gerakan berjalan
2) Pengetahuan PBB sangat bermanfaat bagi peserta Diklat Prajabatan Golongan III baik
selama mengikuti Diklat maupun setelah Diklat, guna mendukung tugas pokok.
Pembinaan disiplin dan memupuk rasa kebersamaan antar peserta dilakukan melalui
PBB. Gerakan-gerakan enerjik dari kedisiplinan yang tinggi serta rasa karsa yang
dihasilkan dari latihan PBB sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas.
Manfaat Umum :
Menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca mengenai peraturan baris berbaris
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Peraturan Baris-Berbaris (PBB)
Pada materi pembelajaran diklat prajabatan, materi Peraturan Baris-berbaris
merupakan salah satu materi yang penting untuk dipelajari. Peraturan baris berbaris
perlu diterapkan secara tertib untuk mendukung penegakan disiplin dan kerjasama
antar peserta. Secara umum peraturan adalah sesuatu yang disepakati dan mengikat
sekelompok orang/ lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup
bersama (pedoman agar manusia dapat hidup secara tertib dan teratur). Baris berbaris
ialah suatu wujud latihan fisik, yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam
tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan
Baris Berbaris Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris
Angkatan Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan peraturan
yang terakhir adalah Skep Pangab nomor : Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985,
tetapi tahun 1992 ada perubahan pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan
langkah tegap dari 96 langkah tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit.
Di dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan
menggunakan senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris berbaris militer
tersebut diterapkan disemua kegiatan baris berbaris, sehingga dalam latihan
Paskibraka harus mengacu pada peraturan baris berbaris tanpa senjata yang berlaku
dan tidak boleh menerapkan aturan-aturan sendiri.
2. Tujuan Dari Peraturan Baris-Berbaris (PBB)
Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin
sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung
jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan
untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa
senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam
menjalankan tugas. Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan,
penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.
3. Pengertian Sikap
Pengertian Sikap Secara Umum
Menurut Purwanto (1998), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan yang diyakini orang tersebut.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu
tidak dapat terlihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Jadi sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak.
Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sikap positif dan sikap
negatif. Individu yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek akan cenderung
membantu, menyenangi, dan berbuat sesuatu yang menguntungkan objek tersebut.
Sebaliknya, bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan
cenderung menjauhi, menghindari, membenci, atau tidak menyukai objek tersebut
(Purwanto, 1998). Setiap orang dapat menentukan sikap yang akan dipilihnya, sikap
positif atau sikap negatif.
Sikap adalah tingkah laku seseorang dalam merespon sesuatu hal. Dalam PBB
sikap meliputi bagaimana dia memimpin anggota tubuh yang ada pada dirinya dan
menyadari bahwa dia adalah seorang pemimpin yang tidak dapat diintervensi oleh
orang lain. Apabila dia melakukan kesalahan langsung merespon tanpa diperintah
oleh orang lain. Respon disini berupa hukuman/ sanksi bagi anggota tubuh dia agar
dia ingat tidak melakukan kesalahan lagi.
Pengertian Sikap Dalam Peraturan Baris-Berbaris (PBB)
Baris-berbaris adalah suatu wujud latihan fisik yang diperlukan guna
menanamkan kebiasaaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada
terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Dengan demikian, sikap dalam peraturan
baris-berbaris adalah pandangan dan perilaku yang ditunjukkan sebagai respon
terhadap peraturan latihan fisik yang telah ditentukan. Pengetahuan yang sering
diaplikasikan dalam latihan PBB diharapkan akan membentuk sikap yang positif.
Peraturan Baris Berbaris (PBB)
Pokok-pokok peraturan dalam baris-berbaris dimaksudkan untuk membentuk
sikap dan melatih kedisiplinan. Untuk melaksanakan gerakan-gerakan dalam
peraturan baris-berbaris, maka diperlukan aba-aba yang diberikan oleh pelatih atau
pimpinan barisan. Aba-aba adalah suatu perintah yang di berikan oleh seorang
komandan kepada pasukannya untuk dilaksanakan secara serentak atau berturut-turut.
Dalam PBB terdapat 3 macam aba-aba yaitu sebagai berikut :
1) Aba-aba petunjuk : aba-aba yang digunakan bila perlu untuk menegaskan maksud
dari aba-aba peringatan / pelaksanaan.
2) Aba-aba peringatan : aba-aba inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan
tanpa ragu-ragu.
3) Aba-aba pelaksanaan : aba-aba ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-
aba petunjuk / peringatan dengan serentak atau berturut-turut. Aba-aba
pelaksanaan yang digunakan adalah :
- Gerak : Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki
atau anggota tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.
- Jalan : Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan
tempat. Catatan : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas
jaraknya, maka di dahului dengan aba-aba peringatan ” maju ”.
- Mulai : Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.
a) Sikap Sempurna
1. Aba –aba : ” Siap – Gerak ” (untuk posisi berdiri)
2. Pelaksanaan :
- Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki merupakan
sudut 450;
- Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.
- Perut ditarik sedikit, dada dibusungkan, pundak di tarik ke belakang dan
tidak dinaikan.
- Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari tangan
menggenggam tidak terpaksa, rapat di paha.
- Ibu jari segaris dengan jahitan celana.
- Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata lurus ke
depan, bernafas wajar.
3. Khusus untuk diruang kelas dalam rangka persiapan pelaporan belajar,
begitu mendengar aba-aba “ duduk siap… gerak” langsung sikap sempurna
di tempat duduk, pandangan lurus kedepan, kaki rapat, dagu ditarik, duduk
tegak (dada busung), tangan mengepal menempel di tangkai kursi atau paha,
tidak boleh lagi bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan serta bersuara
atau tersenyum.
b) Lencang Kanan
1. Aba-aba : ” Lencang kanan / kiri – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
- Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan kanan / kiri
menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
- Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri, kecuali penjuru
kana / kiri.
- Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada orang di sebelah
kanan / kiri-nya.
- Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan / kirinya.
Catatan :
Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru, setelah meluruskan ke
depan, ikut pula memalingkan muka ke samping dengan tidak mengangkat
tangan.
Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan setelah lurus
menurunkan tangan.
Pada aba-aba : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak menurunkan
lengan dan memalingkan muka kembali ke depan.
c) Istirahat
1. Aba-aba : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
- Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak kaki (± 30 cm).
- Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang, punggung
tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan kanan di kepalkan
dengan di lepaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan di
antara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengangan di lemaskan.
- Dapat bergerak.
d) Setengah Lencang Kanan / Kiri
1. Aba-aba : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
- Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan/kiri di pinggang
( bertolak pinggang ) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri
di sebelahnya.
- Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan empat jari
lainnya rapat satu sama lain di sebelah depan.
- Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang kanan.
e) Lencang Depan
1. Aba-aba : ” Lencang Depan - GERAK ”
2. Pelaksanaan :
- Penjuru tetap sikap sempurna.
- Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat
tangan ke depan.
- Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung tangan menghadap
ke atas, mengambil jarak atau satu lengan dan di tambah dua kepal.
- Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak menurunkan tangan
kembali ke sikap sempurna.
f) Berhitung
1. Aba-aba : ”Hitung - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
- Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan memalingkan
muka ke kanan.
- Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru menyebut
nomor, sambil memalingkan muka ke depan.
- Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
- Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan berturut-turut
ke belakang.
- Penyebutan nomor di ucapkan penuh.
- Perubahan Arah
g) Hadap kanan / kiri
1. Aba-aba : ” Hadap kanan / kiri - GERAK ”
2. Pelaksanaan :
- Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri, lekuk kaki
kanan / kiri berada di ujung kaki kanan / kiri, berat badan berpindah ke
kaki kanan / kiri.
- Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan 900.
- Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap sempurna.
h) Hadap serong kanan / kiri
1. Aba-aba : ” Hadap serong kanan / kiri - GERAK ”.
2. Pelaksanaan :
a. Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki kanan / kiri.
b. Berputar arah 450 ke kanan / kiri.
c. Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan / kiri.
i) Balik Kanan
1. Aba-aba : ” Balik kanan - GERAK ”
2. Pelaksanaan :
a. Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap kanan ) di
depan kaki kanan.
b. Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 1800.
c. Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.
j) Bubar
1. Aba-aba : ” Bubar jalan ”
2. Pelaksanaan :
a. Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat.
b. Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik kanan,menghitung
dua hitungan dalam hati, mengayuhkan kaki kiri ke depan dengan
hentakan bersamaan dengan itu lengan kanan di ayun setinggi pundak
kemudian bubar.
Catatan:
1. Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam barisan
a. Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari barisan
b. Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap sempurna.
c. Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.
2. Bila anggota yang akan minta izin/bertanya
a. Mengambil sikap sempurna dahulu
b. Mengangkat tangan kanannya ke atas ( tangan di buka jari-jari dirapatkan )
c. Menyampaikan maksudnya.
d. Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu anggota lainnya.
2.1 Peraturan dalam Tata Upacara Sipil (TUS)
Tata Upacara Sipil (TUS) adalah salah satu bagian dari pembinaan disiplin.
Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus selama mengikuti Diklat Prajabatan,
dengan semua kegiatan dilakukan serba tertib misalnya, tertib di kelas, tertib di lapangan,
tertib dalam penggunaan waktu dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan hidup yang serba
tertib maka akan melahirkan suatu disiplin yang prima. Upacara dilakukan secara tertib
dan teratur menurut urutan-urutan acara yang telah ditetapkan dengan gerakan-gerakan
dan langkah-langkah kaki yang seragam dan serentak sesuai dengan aturan dalam PBB.
Upacara sipil terbagi dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut :
a. Upacara umum adalah suatu kegiatan upacara secara umum di lapangan yang urutan-
urutan acaranya telah ditentukan di Instansi atau Perkantoran resmi pemerintah,
misalnya Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Instansi, Kemerdekaan Republik
Indonesia dan berbagai upacara lainnya.
b. Upacara khusus adalah suatu kegiatan upacara secara khusus yang tidak memerlukan
pejabat-pejabat upacara dan susunan acara upacara secara lengkap seperti upacara
umum, misalnya kegiatan apel yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini.
a. Kegiatan Apel
Pelaksanaan kegiatan apel sangat diperlukan baik di tempat pekerjaan maupun
di lingkungan Diklat. Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui
kehadiran dan kondisi personil dari suatu Instansi Perkantoran atau Lembaga
Pendidikan yang dilaksanakan secara rutin. Apel yang biasa dilakukan adalah apel
pagi dan apel siang yang pada umumnya dilaksanakan di lapangan.
1. Tata acara kegiatan apel
Barisan dipimpin dan disiapkan oleh seorang dari barisan itu. Setelah
diluruskan dan dirapikan, selanjutnya berdiri di samping kanan barisan.
Setelah penerima apel berdiri di tengah berhadapan dengan barisan apel dan
penerima apel mengucapkan “Apel pagi/siang… dimulai”, maka pemimpin
barisan langsung menyampaikan penghormatan umum dengan aba-aba “
kepada penerima apel (atau disebut jabatannya dan diucapkan oleh pemimpin
paling kanan), hormat… gerak”, dan selanjutnya pemimpin barisan bersama-
sama dengan seluruh peserta apel memberikan penghormatan.
Setelah penghormatan dibalas oleh penerima apel, pemimpin barisan
menyampaikan aba-aba “Tegak… gerak”, dan seluruh peserta apel secara
serentak menghentikan penghormatan bersama-sama dengan pemimpin
barisan.
Pemimpin barisan maju menghadap 2 atau 3 langkah di muka penerima apel
selanjutnya langsung melapor situasi apel dengan kata-kata “Lapor, apel
pagi/siang (disebutkan kelompoknya), jumlah …, kurang …, keterangan
kurang …, siap“ .
Setelah diterima laporan oleh penerima apel maka penerima apel
mengucapkan kata-kata “Kembali ke tempat” dan diulangi oleh pelapor,
selanjutnya langsung balik kanan kembali menuju ke tempat semula.
Selanjutnya kalau ada instruksi atau pengumuman yang akan disampaikan
oleh pembina apel maka penerima apel langsung mengistirahatkan barisan
dengan kata-kata “Istirahat di tempat … gerak, lalu menyampaikan instruksi
atau pengumuman, setelah selesai kembali disiapkan dengan aba-aba “Siap …
gerak”.
Terakhir penerima apel menyampaikan kata-kata “Apel pagi/siang selesai,
tanpa penghormatan barisan dapat dibubarkan, kerjakan”, langsung diulangi
oleh pemimpin barisan dengan kata “Kerjakan”, dan langsung pemimpin
barisan menyampaikan penghormatan perorangan selanjutnya penerima apel
otomatis balik kanan, sesudah itu pemimpin barisan membubarkan barisannya.
Bila pemimpin apel tidak mengatakan tanpa penghormatan, maka sampaikan
lagi penghormatan umum yang kegiatan dan aba-abanya seperti pada poin b.
2. Manfaat Apel
Dapat selalu mengikuti perkembangan situasi dan kondisi serta kesiapan
personil yang dipimpinnya.
Pada saat apel dapat disampaikan perhatian, instruksi dan pengumuman-
pengumuman.
Menjalin rasa persaudaraan senasib-sepenanggungan, senasib-seperjuangan
dan meningkatkan persatuan dan kesatuan di lingkungan pekerjaan atau
pendidikan.
Memupuk rasa kebersamaan dan kesetiakawanan.
Meningkatkan pembinaan disiplin.
b. Kegiatan Laporan Di Kelas
Kegiatan Pembelajaran di kelas memiliki aturan-aturan agar membentuk sikap
disiplin yang benar.
1. Laporan Kesiapan Mulai Belajar
Setelah Widyaiswara masuk kelas dan berdiri di depan, petugas piket yang
ditunjuk untuk memimpin kelas menyiapkan kelas dengan aba-aba “Duduk
siap … gerak”. Sikap yang dilakukan peserta sebagai berikut :
1. Langsung sikap sempurna di tempat duduk.
2. Pandangan lurus kedepan.
3. Kedua tumit rapat, kedua kaki membentuk sudut 450.
4. Dagu ditarik, duduk tegak (dada busung), tangan mengepal menempel
ditangkai kursi atau paha.
5. Tidak boleh lagi bergerak dan melirik ke kiri atau ke kanan, serta bersuara /
tersenyum.
Selanjutnya maju 2 atau 3 langkah menghadap Widyaiswara langsung
menyampaikan penghormatan, setelah dibalas kembali ke sikap sempurna dan
menyampaikan laporan dengan urutan-urutan sebagai berikut:
1. Lapor:
2. Peserta Diklat Prajabatan Golongan III (Departemen/ Instansi) angkatan …
3. Jumlah …
4. Kurang …
5. Hadir …
6. Keterangan kurang …
7. Siap mengikuti pembelajaran.
Sesudah itu Widyaiswara menyampaikan kata-kata “Istirahat” dan diulangi
oleh pelapor.
Tanpa penghormatan langsung balik kanan dan menghadap peserta dan
selanjutnya langsung memimpin doa dengan menyampaikan kata-kata “Untuk
mengawali pelajaran kita pagi/siang/sore/malam ini, marilah kita berdoa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa … mulai”.
Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik dan disudahi dengan
kata-kata “Selesai”.
Petugas piket mengistirahatkan kelasnya dengan aba-aba “Duduk istirahat …
gerak”. Sikap yang dilakukan peserta sebagai berikut :
6. Langsung sikap sempurna di tempat duduk.
7. Kedua tumit rapat, kedua kaki dilebarkan.
8. Dapat bergerak
3. Laporan Selesai Belajar
Setelah Widyaiswara mengatakan pembelajaran selesai maka petugas piket
atau petugas yang ditunjuk untuk memimpin kelas menyiapkan kelas dengan
aba-aba “Duduk siap … gerak”.
Selanjutnya maju 2 atau 3 langkah menghadap widyaiswara tanpa
penghormatan melaporkan dengan kata-kata “Telah menerima pelajaran,
laporan selesai”.
Sesudah itu Widyaiswara memerintahkan “Bubarkan” dan diulangi oleh
pelapor.
Petugas piket menyampaikan penghormatan kepada Widyaiswara setelah
dibalas kembali ke sikap sempurna dan langsung balik kanan dan menghadap
kepada peserta bergeser dua atau 3 langkah ke kanan atau ke kiri dan
selanjutnya langsung memimpin doa dengan kata-kata “Untuk mengakhiri,
marilah kita berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing,
berdoa … mulai”. Selanjutnya semua menundukkan kepala beberapa detik dan
disudahi dengan kata “Selesai”.
Petugas piket atau ketua kelas mengistirahatkan kelasnya dengan aba-aba
“Duduk istirahat … gerak”. Sikap yang dilakukan peserta sama seperti duduk
istirahat sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Baris berbaris adalah suatu wujud latihan fisik, yang diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada
terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
2. Sikap adalah perilaku seseorang dalam merespon sesuatu hal. Dalam latihan PBB
kita dituntut untuk menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan dapat menentukan
sikap untuk menghadapi setiap persoalan dengan cepat dan tepat, tanpa ada
intervensi.
3. Latihan PBB sangat berguna bagi kita dan dapat mencerminkan pribadi seseorang
di kehidupan nyata.
2. Saran
Pelaksanaan baris berbaris yang dilaksanakan sudah sangat baik, tanpa paksaan dan
bermakna. Cukup ditingkatkan dan ditambahkan kreativitas agar peserta dapat menikmati dan
memahami lebih mendalam mengenai pentingnya PBB bagi seorang aparatur Negara.