9
PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR 01/PB/MA/II/2015 03 TAHUN 2015 1 TAHUN 2015 B.66/K.BNPT /2/2015 PER-01/ 1.02/PPATK/02/ 15 -_ TENTANG PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN KORPORASI DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS DAN PEMBLOKIRAN SECARA SERTA MERTA ATAS DANA MILIK ORANG ATAU KORPORASI YANG TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASf TERORIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN, Menimbang a. bahwa upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi ancaman tindak pidana terorisme dan aktivitas yang mendukung terjadinya aksi terorisme:

PERATURAN BERSAMA KEPALA PUSATPELAPORAN ... - …jdih.ppatk.go.id/wp-content/uploads/2017/12/Peraturan-Bersama-ttg... · peraturan bersama ketua mahkamah agung republik indonesia,

  • Upload
    ngoliem

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERATURAN BERSAMA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

NOMOR

01/PB/MA/II/2015

03 TAHUN 2015

1 TAHUN 2015

B.66/K.BNPT /2/2015

PER-01/ 1.02/PPATK/02/ 15 -_TENTANG

PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN KORPORASI DALAM

DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN ORGANISASI TERORIS

DAN

PEMBLOKIRAN SECARA SERTA MERTA ATAS DANA MILIK ORANG ATAU

KORPORASI YANG TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN

ORGANISASf TERORIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME, DAN

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

Menimbang a. bahwa upaya pencegahan merupakan hal yang sangat

penting dalam menghadapi ancaman tindak pidana

terorisme dan aktivitas yang mendukung terjadinya aksi

terorisme:

b. bahwa salah satu bentuk upaya peneegahan tindak

pidana pendanaan terorisme yang diatur dalam Undang­

Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Peneegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

dilakukan melalui peneantuman identitas orang dan

korporasi dalam daftar terduga teroris dan orgamsasi

teroris, dan pemblokiran seeara serta merta atas dana

milik orang atau korporasi yang tereantum dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris;

e. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang

Peneegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pendanaan Terorisme belum mengatur seeara nne!

mengenai tata eara peneantuman identitas orang dan

korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi

teroris, dan pemblokiran seeara serta merta atas dana

milik orang atau korporasi yang tereantum dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris;

d. bahwa sumber peneantuman identitas orang atau

korporasi ke dalam daftar terduga teroris dan organisasi

teroris berasal dari Pemerintah Republik Indonesia dan

Perserikatan Bangsa-Bangsa;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf e, dan huruf d,

perlu menetapkan Peraturan Bersama Ketua Mahkamah

Agung Republik Indonesia, Menteri Luar Negeri Republik

Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

tentang Peneantuman Identitas Orang dan Korporasi

Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris, dan

Pemblokiran Seeara Serta Merta Atas Dana Milik Orang

atau Korporasi yang Tereantum Dalam Daftar Terduga

Teroris dan Organisasi Teroris;

2

Mengingat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5406);

Menetapkan

MEMUTUSKAN:

PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA, MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK

INDONESIA, KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA, KEPALA BADAN NASIONAL

PENANGGULANGAN TERORISME, DAN KEPALA PUSAT

PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

TENTANG PENCANTUMAN IDENTITAS ORANG DAN

KORPORASI DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN

ORGANISASI TERORIS, DAN PEMBLOKIRANSECARA SERTA

MERTA ATAS DANAMILIK ORANG ATAU KORPORASI YANG

TERCANTUM DALAM DAFTAR TERDUGA TERORIS DAN

ORGANISASI TERORIS.

Pasal 1

Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan:

1. Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam rangka

menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana,

baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud untuk digunakan

dan/ atau yang diketahui akan digunakan untuk melakukan kegiatan

terorisme, organisasi teroris, atau teroris.

2. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.

3. Korporasi adalah kumpulan orang dan/ atau kekayaan yang terorganisasi,

baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

3

4. Dana adalah semua aset atau benda bergerak atau tidak bergerak, baik

yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang diperoleh dengan cara

apa pun dan dalam bentuk apa pun, termasuk dalam format digital atau

elektronik, alat bukti kepemilikan, atau keterkaitan dengan semua aset

atau benda tersebut, termasuk tetapi tidak terbatas pada kredit bank, cek

perjalanan, cek yang dikeluarkan oleh bank, perintah pengiriman uang,

saham, sekuritas, obligasi, bank draf, dan surat pengakuan utang.

5. Pemblokiran adalah tindakan mencegah pentransferan, pengubahan

bentuk, penukaran, penempatan, pembagian, perpindahan, atau

pergerakan Dana untuk jangka waktu tertentu.

6. Penyedia Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat PJK adalah Setiap

Orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau jasa lainnya yang

terkait dengan keuangan, baik secara formal maupun nonformal.

7. Lembaga Pengawas dan Pengatur adalah lembaga yang memiliki

kewenangan pengawasan, pengaturan, dan / atau pengenaan sanksi

terhadap PJK.

Pasal2

Peraturan Bersama ini bertujuan untuk:

a. mewujudkan koordinasi dan kerja sarna yang optimal antar instansi terkait

dalam pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga

teroris dan organisasi teroris, dan Pemblokiran secara serta merta atas

Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga

teroris dan organisasi teroris;

b. meningkatkan efisiensi waktu penetapan pencantuman identitas orang dan

Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan

efektivitas Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau

Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi

teroris; dan

c. memberikan petunjuk teknis bagi instansi terkait dalam pelaksanaan

pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris

dan organisasi teroris, dan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik

orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan

organisasi teroris.

4

Pasal3

(1)Ruang lingkup Peraturan Bersama ini meliputi:

a. pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan

Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;

b. perpanjangan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris; dan

c. penghapusan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris.

(2)Identitas orang dan Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

a, huruf b, dan huruf c bersumber dari Pemerintah Republik Indonesia dan

Perserikatan Bangsa -Bangsa.

Pasal4

(1)Pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi

dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) disertai dengan Pemblokiran secara serta merta atas

Dana milik orang atau Korporasi yang tercantum dalam daftar terduga

teroris dan organisasi teroris.

(2)Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang

tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap semua Dana yang dimiliki atau

dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh orang atau

Korporasi berdasarkan daftar terduga teroris dan organisasi teroris.

(3)Dana yang dimiliki atau dikuasai, baik secara langsung maupun tidak

langsung, sebagaimana dimaksud pada ayat (2)meliputi Dana yang secara

nyata dikendalikan oleh orang atau Korporasi yang ada dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris atau dikendalikan oleh orang lain atas

nama orang atau Korporasi yang ada dalam daftar terduga teroris dan

organisasi teroris.

5

Pasal5

(1)Setiap instansi terkait harus melakukan monitoring terhadap pelaksanaan

Pemblokiran secara serta merta oleh PJK atau instansi berwenang.

(2)Dalam hal instansi terkait yang berwenang menemukan adanya

pelanggaran terhadap pelaksanaan Pemblokiran secara serta merta,

instansi terkait mengenakan sanksi sesuai dengan kewenangan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pasal6

Permohonan pengecualian Pemblokiran atas Dana untuk pengeluaran dasar

dan luar biasa yang diajukan oleh orang atau Korporasi yang namanya

tercantum dalam daftar Perserikatan Bangsa-Bangsa, diajukan dan

mendapatkan pertimbangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal7

(1)Setiap instansi terkait harus mempedomani petunjuk teknis mengenai tata

cara pengajuan pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas

orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris,

dan Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi

yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bersama ini.

(2)Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:

a. Pengadilan NegeriJakarta Pusat;

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. Kementerian Luar NegeriRepublik Indonesia;

d. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;

e. Badan Intelijen Negara;

f. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan; dan

g. Lembaga Pengawas dan Pengatur.

(3)Pengajuan pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang

dan Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris, dan

Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi yang

tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana

dimaksud pada ayat (1),meliputi:

a. pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan

Korporasi dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;6

b. Pemblokiran secara serta merta atas Dana milik orang atau Korporasi

yang tercantum dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris;

c. perpanjangan pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris; dan

d. penghapusan pencantuman identitas orang atau Korporasi dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris.

(4)Pencantuman atau pembaruan pencantuman identitas orang dan Korporasi

dalam daftar terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf a bersumber dari:

a. Pemerintah Republik Indonesia; dan

b. Perserikatan Bangsa-Bangsa.

(5)Pencantuman atau pembaruan pencantuman yang bersumber dari

Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf

a, dapat berasal dari laporan hasil penyelidikan yang memberikan alasan

yang cukup untuk pencantuman.

(6)Penghapusan pencantuman identitas orang atau Korporasi dalam daftar

terduga teroris dan organisasi teroris sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf d dilakukan atas dasar:

a. telah melampaui jangka waktu pencantuman identitas orang atau

Korporasi;

b. keberatan yang diajukan oleh Setiap Orang;

c. permintaan Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

d. alasan demi hukum.

(7)Ketentuan mengenai petunjuk teknis pencantuman atau pembaruan

pencantuman, perpanjangan, penghapusan, dan Pemblokiran secara serta

merta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bersama ini.

Pasa18

(1)Setiap instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)

bertanggung jawab atas tugas dan fungsi masing-masing sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Bersama ini.

(2)Setiap instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) harus

melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pencantuman atau pembaruan

pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris

dan organisasi teroris.7

(3)Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan baik secara

elektronis maupun nonelektronis.

(4)Koordinasi secara elektronis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilakukan melalui media komunikasi berupa surat elektronik yang

terenkripsi.

Pasa19

(1)Pelaksanaan koordinasi dalam rangka pencantuman atau pembaruan

pencantuman identitas orang dan Korporasi dalam daftar terduga teroris

dan organisasi teroris dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh

pimpinan masing-masing instansi terkait.

(2)Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Bersama ini.

Pasal 10

Pelaksanaan Peraturan Bersama In! dapat dievaluasi berdasarkan

kesepakatan bersama.

Pasal 11

Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Bersama ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 11 Februari 2015

8

MENTERI LUAR NEGERI

REPUBLIK INDONESIA,

A.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA

LIK INDONESIA~=~......POLISIAN NEGARA

KEPALA BADAN NASIONAL

GULANGAN TERORISME,

KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN

Diundangkan di Jakarta,

pada tanggal 11 Februari 2015

ASASI MANUSIA

ONNA H. LAOLY

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR .?31

9