10
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASER, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah adalah merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting guna membiayai pelaksanaan pembangunan dan pemerintahan daerah yang berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah; b. bahwa dengan disahkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga perlu penyesuaian jenis retribusi daerah di Kabupaten Paser; c. bahwa berdasarkan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049), bahwa Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum adalah merupakan jenis retribusi daerah yang termasuk jenis retribusi jasa umum; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Tentang Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tetang Penetapan Undang- Undang Nomor 3 Darurat Tahun 1953 tetang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Penajam Paser Utara di Provinsi Kalimantan Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4182); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186);

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER TENTANG …ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPaser-2011-12.pdf · Tempat Parkir adalah tempat yang berada ditepi jalan umum tertentu

  • Upload
    buicong

  • View
    230

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASERNOMOR 12 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASER,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah adalah merupakan salah satu sumberpendapatan yang penting guna membiayai pelaksanaan pembangunandan pemerintahan daerah yang berdasarkan prinsip demokrasi,pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitasdengan memperhatikan potensi daerah;

b. bahwa dengan disahkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5049) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sehingga perlupenyesuaian jenis retribusi daerah di Kabupaten Paser;

c. bahwa berdasarkan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5049), bahwa Retribusi PelayananParkir Di Tepi Jalan Umum adalah merupakan jenis retribusi daerahyang termasuk jenis retribusi jasa umum;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurufa, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah TentangRetribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tetang Penetapan Undang-Undang Nomor 3 Darurat Tahun 1953 tetang Pembentukan DaerahTingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1953 Nomor 9) sebagai Undang-undang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2002 tentang PembentukanKabupaten Penajam Paser Utara di Provinsi Kalimantan Timur(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4182);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186);

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tetang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia4437);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas danAngkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5025);

9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MajelisPermusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PimpinanDaerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5043);

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Repuiblik Indonesia Tahun 2009Nomor 130, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 5049);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana danLalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3529);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2007 tentang Perubahan NamaKabupaten Pasir Menjadi Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 111,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4760);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata CaraPemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5161);

14. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005 tentang Penyidik PegawaiNegeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Pasir (LembaranDaerah Kabupaten Pasir Tahun 2005 Nomor 3).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASER

dan

BUPATI PASER,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPIJALAN UMUM.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Paser;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsurPenyelenggaraan Pemerintah Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Paser;

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di Bidang Retribusi Daerah sesuaidengan Peraturan Perundang-undangan Daerah yang berlaku;

5. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanikberupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel;

6. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenagamanusia dan/atau hewan;

7. Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah, dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tigatanpa rumah-rumah;

8. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat danditinggalkan pengemudinya;

9. Insentif Pemungutan Pajak dan Retribusi yang selanjutnya disebut insentif adalahtambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan atas kinerja tertentu dalammelaksanakan pemungutan pajak dan retribusi;

10. Tempat Parkir adalah tempat yang berada ditepi jalan umum tertentu dan telahditetapkan oleh Kepala Daerah sebagai tempat parkir kendaraan;

11. Tingkat Kepadatan Parkir rendah adalah angka yang menunjukan perbandingan antarajumlah rata-rata kendaraan yang parkir dengan kapasitas parkir di tepi jalan umumkurang dari 60%;

12. Tingkat Kepadatan Parkir Sedang adalah angka yang menunjukan perbandingan antarajumlah rata-rata kendaraan yang parkir dengan kapasitas parkir di tepi jalan umumantara 60% - 80%;

13. Tingkat Kepadatan Parkir Tinggi adalah angka yang menunjukan perbandingan antarajumlah rata-rata kendaraan yang parkir dengan kapasitas parkir di tepi jalan umumlebih dari 80%;

14. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan olehPemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapatdinikmati oleh orang pribadi atau badan;

15. Retribusi Parkir di tepi jalan umum yang selanjutnya disebut retribusi adalahpembayaran atas penggunaan tempat parkir di tepi jalan umum yang ditetapkan olehBupati;

16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah SuratKeputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

17. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah Serangkaian tindakan yangdilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik,untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terangTindak Pidana dibidang Retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya;

BAB IINAMA, OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagaipembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir di tepi jalan umum.

Pasal 3

Obyek Retribusi adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan olehPemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah Orang pribadi atau Badan yang menggunakan tempat parkir di tepijalan umum.

Pasal 5

Wajib Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau Badan yangmenggunakan/menikmati pelayanan parkir di tepi jalan umum.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 6

Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan tingkat kepadatan, jenis kendaraan danfrekwensi pemanfaatan tempat parkir.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPANSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 8

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkanpada biaya penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum, kemampuan masyarakat,aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut;

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya biaya operasi danpemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 9

(1) Struktur Tarif digolongkan berdasarkan Tingkat Kepadatan Parkir di Tepi Jalan Umum;

(2) Tingkat Kepadatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan jumlahrata-rata kendaraan yang parkir dibandingkan dengan kapasitas tempat parkir ditepijalan umum.

(3) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :

Rendah - Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up dan sejenis Rp. 2.000,- / sekali parkir

- Rp. 3.000,- / sekali parkir

- Sepeda Motor Rp. 1.000,- / sekali parkir

- Kendaraan tidak bermotor Rp. 500,- / sekali parkir

Sedang - Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up dan sejenis Rp. 2.000,- / sekali parkir

- Rp. 3.000,- / sekali parkir

- Sepeda Motor Rp. 1.000,- / sekali parkir

- Kendaraan tidak bermotor Rp. 500,- / sekali parkir

Tinggi - Sedan, Jeep, Mini Bus, Pick Up dan sejenis Rp. 2.000,- / sekali parkir

- Rp. 3.000,- / sekali parkir

- Sepeda Motor Rp. 1.000,- / sekali parkir- Kendaraan tidak bermotor Rp. 500,- / sekali parkir

Bus Standar, Truk, Alat Besar dan yang

sejenis

Bus Standar, Truk, Alat Besar dan yang

sejenis

Tingkat Kepadatan

ParkirJenis Kendaraan T a r i f

Bus Standar, Truk, Alat Besar dan yang

sejenis

BAB VII

PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 10

(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali;

(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganmemperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian;

(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan denganPeraturan Bupati.

BAB VIII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 11

Retribusi yang terutang dipungut dikawasan Daerah tempat pelayanan penyediaan parkir.

BAB IX

SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 12

Saat Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yangdipersamakan.

BAB X

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 13

(1) Pemungutan Retribusi dapat diborongkan;

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupakarcis, kupon dan kartu langganan;

(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 14

Dalam hal ini Wajib Retribusi membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dariRetribusi yang terutang, yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakanSTRD.

BAB XII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 15

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejakditerbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;

(3) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatas disetorkan keKas Daerah;

(4) Tata Cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur denganPeraturan Bupati.

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(3) Tata Cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIV

PELAKSANAAN PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 17

(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakanpelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuhtempo pembayaran;

(2) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yangsejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang;

(3) Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XV

KADALUWARSA PENAGIHAN DAN PENGHAPUSANPIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUWARSA

Pasal 18

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retrubusi menjadi kadaluwarsa setelah melampauiwaktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali jika WajibRetribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), tertangguh jika :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidaklangsung

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,Kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufb, adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utangRetribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b, dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaanpembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 19

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukanpenagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kadaluwarsasebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kadaluwarsa diatur denganPeraturan Bupati.

BAB XVI

PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 20

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi yang diberi insentif atas dasarpencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaiaman dimaksud pada ayat (1)diatur sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB XVII

P E N Y I DI K A N

Pasal 21

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberiwewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidangRetribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipiltertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenangsesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan ataulaporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi ataubadan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindakpidana dibidang retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungandengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaandengan tindak pidana dibidang retribusi daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahanbukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindakpidana dibidang retribusi daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atautempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orangdan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusidaerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangkaatau sanksi;

j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikandan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidikPejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalamUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 22

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuanganDaerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda palingbanyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.

BAB XIX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Tingkat II PasirNomor 15 Tahun 1999 tentang Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum (Lembaran DaerahKabupaten Daerah Tingkat II Pasir Tahun 1999 Nomor 03 Seri B) dicabut dan dinyatakantidak berlaku.

Pasal 24

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah inidengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Paser.

Ditetapkan di Tanah Grogotpada tanggal 1 April 2011

BUPATI PASER,

ttd

H.M. RIDWAN SUWIDI

Diundangkan di Tanah Grogotpada tanggal 1 April 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PASER,

ttd

H.HELMY LATHYF

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASER TAHUN 2011 NOMOR 12

Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Bagian Hukum

Setda Kabupaten Paser,

H. Suwardi, SH, M. SiPembina

Nip. 19620424 199303 1 011

No. Nama Jabatan Paraf1. H.Andi Azis Kasubbag.Produk Hukum Daerah2. H.Suwardi Kepala Bagian Hukum3. H.Heriansyah Idris Asisten Tata Pemerintahan4. H.Helmy Lathyf Sekretaris Daerah