Upload
lyquynh
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
WALIKOTA MAGELANG
PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG
NOMOR: 4 TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
(RPJP) DAERAH KOTA MAGELANG
TAHUN 2005 – 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MAGELANG,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah ;
b. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
tersebut akan digunakan untuk memberikan arah
dan pedoman terhadap pelaksanaan pembangunan di
Kota Magelang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk
Peraturan Daerah Kota Magelang tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Magelang Tahun 2005–2025;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kota Kecil dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa
Barat;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4287);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4700);
10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4664);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 4817);
15. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2004-2009;
16. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan
Peraturan Perundang-udangan;
17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun
2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Jawa Tengah;
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun
2003 tentang Rencana Strategis Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2003-2008 (Lembaran Daerah Propinsi Jawa
Tengah Tahun 2003 Nomor 109);
19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri
E Nomor 3);
20. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah
Daerah Kota Magelang (Lembaran Daerah Kota Magelang
Tahun 2008 Nomor 2);
21. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008
tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok
Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kota
Magelang Tahun 2008 Nomor 3);
22. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008
tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok
Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kota
Magelang Tahun 2008 Nomor 4);
23. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008
tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok
Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja
(Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor
5);
24. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008
tentang Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok
Organisasi Kecamatan dan Kelurahan (Lembaran Daerah
Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 6);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MAGELANG
dan
WALIKOTA MAGELANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
(RPJP) DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2005 -
2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Magelang.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta Perangkat Daerah sebagai
unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Magelang.
4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
yang selanjutnya disebut RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan
pembangunan nasional untuk Periode 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah Provinsi Jawa
Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan Daerah Provinsi
Jawa Tengah untuk Periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun
2005 sampai dengan tahun 2025.
6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Magelang Tahun
2005-2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah adalah dokumen
perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun
terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.
7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya
disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan
daerah untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program walikota dengan berpedoman pada RPJM
Nasional dan RPJM Daerah Provinsi Jawa Tengah.
8. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2
(1) Program Pembangunan Daerah Tahun 2005 – 2025 dilaksanakan sesuai
dengan RPJP Daerah.
(2) Rincian dari Program PRJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
pembangunan 20 (dua puluh) tahun ke depan terhitung sejak tahun 2005
sampai tahun 2025 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan.
Pasal 4
RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Daerah Provinsi Jawa
Tengah.
Pasal 5
(1) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 menjadi pedoman
penyusunan RPJM Daerah yang memuat visi, misi dan program walikota.
(2) RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
dijabarkan dalam RKPD.
(3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai pedoman
untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
RPJP Daerah.
(2) Tata Cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Magelang.
Ditetapkan di Magelang
pada tanggal 23 Pebruari 2009
WALIKOTA MAGELANG
H. FAHRIYANTO
Diundangkan di Magelang
Pada tanggal 23 Pebruari 2009
SEKRETARIS DAERAH KOTA MAGELANG
S. BUDI PRASETYO
LEMBARAN DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN 2009 NOMOR 3
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG
NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH
KOTA MAGELANG TAHUN 2005 – 2025
I. UMUM
Pembangunan Nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut
memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan
menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi demi generasi.
Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan nasional, yang disusun dalam jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek, oleh karena itu untuk
memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
daerah sesuai dengan visi, misi dan arah kebijakan daerah, maka perlu
disusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah kurun waktu 20
(dua puluh) tahun mendatang.
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung setiap periode lima tahunan
juga menjadi pertimbangan utama pentingnya penyusunan rencana
pembangunan daerah yang berkesinambungan. Mengingat akan pentingnya
rencana pembangunan dalam dimensi jangka panjang, serta memenuhi
ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025, maka Pemerintah Kota Magelang menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah untuk kurun waktu
20 (dua puluh) Tahun 2005-2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang
adalah dokumen perencanaan pembangunan Kota Magelang yang
merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota
Magelang dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan daerah untuk
masa 20 tahun ke depan yang mencakup kurun waktu mulai dari Tahun
2005 hingga Tahun 2025. Pelaksanaan RPJP Daerah 2005-2025 terbagi
dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi
perencanaan pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan.
RPJP Daerah Kota Magelang digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun RPJM Daerah Kota Magelang pada masing-masing tahapan dan
periode RPJM Daerah Kota Magelang sesuai dengan visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Daerah
tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, yang
memuat prioritas pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal, serta program dan kegiatan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Magelang.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah
tentang RPJP Daerah Tahun 2005-2025 adalah untuk (a) mendukung
koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan daerah, (b)
menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun Pusat dan Daerah,
(c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 1
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR : 4 Tahun 2009 TANGGAL : 23 Pebruari 2009
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH
KOTA MAGELANG TAHUN 2005-2025
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Berdasarkan sejarah, hari jadi Kota Magelang ditentukan atas
dasar nama yang terkait dengan kata “Magelang”. Pemakaian nama
Magelang ini dapat ditelusuri melalui pemakaian nama tempat yang
terkenal pada zaman dahulu, dan zaman sekarang tempat ini masih
dikenal oleh penduduk setempat.
Berdasarkan hasil penelitian dan dengan memperhatikan beberapa
faktor dan kriteria yang telah disepakati bersama disimpulkan bahwa
Hari Jadi Kota Magelang adalah tanggal 11 April 907 Masehi dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1989 bahwa Hari
Jadi Kota Magelang secara resmi pada tanggal 11 April.
Secara geografis Kota Magelang terletak pada posisi 7°26´18˝-
7°30´9˝ Lintang Selatan dan 110°12´30˝-110°12´52˝ Bujur Timur.
Posisi ini terletak persis di tengah-tengah Pulau Jawa. Apabila dilihat dari
posisi ini maka jarak ke kota-kota jawa lainnya relatif888888888 sama
dan mudah jalur transportasinya, sehingga akan memudahkan siapapun
yang akan menuju kota-kota lainnya di Pulau Jawa.
Sebagai kota terkecil di Jawa Tengah, Kota Magelang hanya
mempunyai luas wilayah 0,06% dari keseluruhan luas wilayah Provinsi
Jawa Tengah atau 18,12 Km². Dari luasan wilayah tersebut, secara
administratif terbagi menjadi 3 (tiga) Kecamatan dan 17 Kelurahan
dengan jumlah penduduk 118.646 jiwa (tahun 2006) dengan tingkat
kepadatan 6.548 jiwa/km².
Semenjak terbentuknya hingga saat ini penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Magelang beserta segenap komponen masyarakat Kota Magelang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 2
telah mengupayakan untuk peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat. Selama ini telah dikenal beberapa rencana pembangunan
yang disusun untuk memberikan arah pembangunan daerah. Rencana
pembangunan ada yang berdimensi waktu jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek. Semua rencana pembangunan tersebut
telah disusun dan diaplikasikan hingga memberikan hasil yang cukup
signifikan bagi perkembangan dan kemajuan daerah.
Pemilihan Walikota secara langsung setiap periode lima tahunan
menjadi pertimbangan utama pentingnya penyusunan rencana
pembangunan daerah yang berkesinambungan. Mengingat pentingnya
rencana pembangunan dalam dimensi jangka panjang, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Pemerintah Kota
Magelang menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah untuk kurun waktu tahun 2005-2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Magelang merupakan dokumen perencanaan pembangunan Kota
Magelang yang substansinya memuat visi, misi dan arah pembangunan
daerah sebagai satu kesatuan kerangka makro perencanaan
pembangunan dalam format Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. RPJP Daerah disusun dengan maksud menyediakan dokumen
perencanaan yang komprehensif dalam kurun waktu 20 (dua puluh)
tahun dari 2005 sampai dengan 2025 yang digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah untuk setiap jangka waktu lima tahunan.
Acuan utama penyusunan RPJP Daerah adalah rumusan visi, misi,
dan arah pembangunan jangka panjang daerah dengan mendasarkan
kepada: (1) data yang berkaitan dengan indikator kesejahteraan
masyarakat; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan di bidang sosial
budaya; (3) statistik bidang pemerintahan umum; (4) data bidang fisik
prasarana; (5) kondisi ekonomi makro daerah.
Karena RPJP Daerah berfungsi sebagai dokumen publik yang
merangkum arah pembangunan dua puluh tahunan di bidang pelayanan
umum pemerintahan dan pembangunan, maka proses penyusunannya
dilakukan melalui serangkaian forum musyawarah perencanaan
partisipatif, dengan melibatkan berbagai unsur pelaku pembangunan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 3
(stake holders), eksekutif, legislatif dan yudikatif, serta para pakar
akademisi yang berkompeten dengan memperhatikan kebijakan dan
program Pemerintah Provinsi dan Nasional.
B. PENGERTIAN
RPJP Daerah Kota Magelang adalah dokumen perencanaan yang
mempunyai masa berlaku 20 tahun. Penyusunannya mengacu kepada
RPJP Nasional dan RPJP Daerah Propinsi Jawa Tengah serta
memperhatikan RPJM Nasional dan RPJM Daerah Propinsi Jawa Tengah
yang disesuaikan dengan potensi dan karakteristik daerah. RPJP Daerah
akan menjadi acuan dalam setiap penyusunan Dokumen Lima Tahunan
RPJM Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-SKPD), Dokumen Satu Tahunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (Renja-RKPD) untuk skala Daerah, dan Rencana Kerja SKPD
untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah. Adanya keterkaitan antar
dokumen perencanaan pembangunan diharapkan dapat mewujudkan
sinkronisasi dan sinergisitas pelaksanaan pembangunan serta sharing
pembiayaan pembangunan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 disusun dengan
maksud memberikan arah dan acuan bagi seluruh unsur pemerintah
daerah, masyarakat dan pihak swasta di dalam mewujudkan cita-cita dan
tujuan daerah sesuai visi, misi dan arah pembangunan. Sedangkan
tujuannya adalah :
1. Menyediakan satu pedoman berwawasan 20 tahun ke depan untuk
menentukan arah pembangunan daerah, dengan mendasarkan diri
pada kondisi riil dan proyeksi ke depan.
2. Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah dan
DPRD untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan program
serta kegiatan lima tahunan daerah.
3. Menjaga kesinambungan pelaksanaan pembangunan Kota Magelang
apabila terjadi pergantian Kepala Daerah.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 4
4. Menjamin terciptanya sistem pembangunan yang sinergis di daerah
dan atau antar daerah dan wilayah pada skala regional, provinsi,
serta nasional.
5. Mendorong partisipasi antar pelaku pembangunan untuk dapat
berperan serta secara nyata dalam pembangunan Kota Magelang.
D. LANDASAN HUKUM
Dalam penyusunan RPJP Daerah Kota Magelang, sejumlah
peraturan yang digunakan sebagai landasan hukum adalah :
1. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah dan Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 5
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
10.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
11.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
12.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
13.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4741);
14.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4817);
15.Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;
16.Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan,
Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-udangan;
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 6
17.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah;
18.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003
tentang Rencana Strategis Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008
(Lembaran Daerah Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 Nomor 109);
19.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Propinsi Jawa Tengah Tahun
2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008
Nomor 3 Seri E Nomor 3);
20.Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Magelang
(Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 2);
21.Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat Daerah
dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah
Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 3);
22.Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas Daerah
(Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 4);
23.Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga Teknis
Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi
Pamong Praja (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008
Nomor 5);
24.Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan dan
Kelurahan (Lembaran Daerah Kota Magelang Tahun 2008 Nomor 6);
E. HUBUNGAN RPJP DAERAH DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN
LAINNYA
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 yang merupakan
perencanaan pembangunan dalam kurun waktu 20 tahunan, digunakan
untuk menjaga kesinambungan pembangunan. RPJP Daerah harus
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 7
menjadi acuan dalam menyusun perencanaan lima tahunan atau
perencanaan pembangunan jangka menengah. Dalam RPJP Daerah telah
digariskan mengenai apa yang menjadi prioritas pembangunan lima
tahun pertama hingga lima tahun ke empat. Berkaitan dengan hal ini,
maka visi, misi kepala daerah yang sekaligus akan menjadi visi, misi dan
program kerja di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah maka
penjabaran kebijakan pembangunan ke dalam RPJM Daerah harus
mengacu kepada kebijakan RPJP Daerah. Pada masa transisi sebelum
diundangkannya RPJP Daerah, Kota Magelang pada akhir bulan Agustus
Tahun 2005 baru mempunyai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
hasil pemilihan langsung. Pada waktu yang bersamaan proses
penyusunan RPJP Daerah sedang dilaksanakan, sehingga pada
penyusunan RPJM Daerah lima tahun pertama belum bisa mengacu
kepada RPJP Daerah. Namun demikian untuk menjaga kesinambungan
kebijakan daerah substansi RPJM Daerah pada lima tahun pertama
tersebut akan dimasukkan dan disesuaikan di RPJP Daerah, hal ini telah
diatur oleh Undang-Undang. Selanjutnya RPJM Daerah akan dijabarkan
ke dalam Rencana Strategis di Satuan Kerja Perangkat Daerah,
disamping itu akan dijabarkan pula di dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RPKD) yang merupakan perencanaan tahunan daerah. Dari
Rencana Kerja Pemerintah Daerah itulah Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan masyarakat bisa mengacu sebagai pedoman dalam menyusun
kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran setiap tahun.
Proses akhir dalam perencanaan disusunlah Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai pedoman bagi eksekutif dan
legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan.
F. TATA URUT
Tata urutan penulisan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:
Bab I
Pendahuluan, berisi tentang pengantar penyusunan RPJP
Daerah, pengertian RPJP Daerah, maksud dan tujuan,
landasan normatif penyusunan serta tata urutan
penyusunan RPJP Daerah.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB I - 8
Bab II Kondisi umum, menguraikan kondisi daerah pada saat ini,
tantangan yang dihadapi dan modal dasar yang dimiliki
untuk didayagunakan dalam pembangunan daerah.
Bab III Visi dan misi pembangunan Kota Magelang Tahun 2005-
2025 menguraikan Visi dan Misi Pembangunan Kota
Magelang dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
Bab IV Arah, tahapan, dan prioritas pembangunan jangka panjang
tahun 2005-2025 dijabarkan ke dalam 4 (empat) tahapan
pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahunan, dimana
masing-masing tahap memuat skala prioritas dalam
kerangka mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka
panjang.
Bab V
Bab VI
Kaidah Pelaksanaan
Penutup.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 1
BAB II
KONDISI UMUM
Dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang 20 tahun ke
depan akan dimulai dengan mengupas situasi dan kondisi pada saat ini yang
menguraikan tentang identifikasi masalah dan tantangan terhadap berbagai
bidang kehidupan masyarakat dengan cakupan meliputi bidang sosial dan
kehidupan beragama; ekonomi; ilmu pengetahuan dan teknologi; sarana
dan prasarana; politik; keamanan dan ketertiban; hukum dan aparatur;
wilayah dan tata ruang; dan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dari
penjabaran komponen-komponen itu selanjutnya akan dirumuskan langkah-
langkah pembangunan yang perlu ditempuh pada masing-masing tahapan
dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.
A. KONDISI SAAT INI
1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a) Kehidupan Beragama
Bidang sosial budaya dan kehidupan beragama merupakan
aspek yang fundamental dan berperan sangat penting dalam
pelaksanaan pembangunan manusia yang diejawantahkan dalam
wujud peningkatan kesejahteraan dan kualitas taraf hidup
masyarakat. Pada titik ini, nilai-nilai budaya bangsa yang mengacu
kepada Pancasila dan UUD 1945 perlu direvitalisasi ke dalam suatu
pranata-pranata yang aplikatif sehingga secara substansial mampu
menaungi sekaligus menjadi pijakan dasar dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah. Dalam praksisnya selama ini, ternyata nilai-
nilai ideologis bangsa ini masih belum terimplementasikan secara
utuh dan nyata. Lebih dari itu, sejalan dengan penyelenggaraan
pembangunan yang mengacu kepada karakteristik dan spesifikasi
daerah, serta dalam kerangka memperkuat kohesi dan ketahanan
sosial yang menyangkut interaksi antar individu atau kelompok
masyarakat dapat dirasakan adanya kecenderungan terabaikannya
budaya daerah yang memuat nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan
(custom), tradisi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk kearifan lokal
lainnya. Penyertaan dan pengembangan budaya daerah, misalnya
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 2
petuah jangan melanggar mo-li-mo (5M), yaitu tidak boleh
madat/mabuk, maling (mencuri), madon (berzina), main (judi),
dan mateni (membunuh) ke dalam proses penyelenggaraan
pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan akan
memperkuat kepribadian dan jati diri serta dapat menepis dari
godaan untuk berperilaku yang tidak terpuji.
Pembangunan di bidang sosial dan budaya ditandai dengan
terwujudnya karakter kota yang ramah lingkungan, bermartabat,
memiliki kesetiakawanan sosial dan toleransi yang tinggi antar
umat beragama serta menjunjung tinggi keadilan dan kesetaraan
gender. Kepedulian masyarakat didasari rasa saling percaya antar
umat beragama dan pembangunan dilaksanakan secara terpadu,
komprehensif, serta berkelanjutan sehingga benar-benar tepat
sasaran dan bermanfaat bagi kemaslahatan umum.
Terciptanya kerukunan hidup umat beragama yang penuh
toleransi, tenggang rasa, dan keharmonisan dalam kehidupan
kemasyarakatan menjadi prakondisi yang sangat dibutuhkan
untuk kelancaran akselerasi peningkatan kesejahteraan dan
kualitas pelayanan publik. Pembangunan kehidupan beragama
merupakan salah satu agenda yang secara implementatif
diwujudkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantiítas
sarana dan prasarana peribadatan yang disertai pula dengan
upaya-upaya peningkatan pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran
agama yang dipeluknya. Usaha menjaga kerukunan antar umat
beragama telah difasilitasi pemerintah melalui berbagai wadah
aspirasi masyarakat dalam bentuk organisasi sosial keagamaan,
yayasan, dan paguyuban lintas agama; pembentukan Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB); kegiatan-kegiatan kepedulian
sosial terhadap masyarakat yang kekurangan atau yang sedang
dilanda bencana; serta kegiatan sosial keagamaan lainnya. Selain
itu transformasi nilai-nilai agama juga diselenggarakan melalui
lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal, disamping
juga dilaksanakan proses pembelajaran keagamaan secara
informal melalui keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Walaupun demikian, dalam realitasnya harus diakui bahwa
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 3
seringkali nilai-nilai ajaran agama tersebut terasa “menjauh” dan
secara esensial masih belum membumi bagi sebagian kalangan
tertentu dalam praktik kehidupan seharí-harinya.
b) Kependudukan
Secara parsial, konteks pembangunan sosial budaya sebagai
manifestasi untuk mewujudkan peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat dapat dicerminkan melalui pencapaian-pencapaian
kinerja pada aspek pendidikan, kesehatan, serta kemampuan
mengakses kebutuhan agar dapat hidup layak. Aspek lain yang
termasuk di dalamnya adalah masalah kependudukan,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak, kesejahteraan sosial dan kemiskinan, dan
pemuda dan olahraga.
Berkaitan erat dengan aspek-aspek tersebut itu adalah
perlunya diambil langkah-langkah yang strategis dalam
mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2006
jumlah penduduk Kota Magelang tercatat sebanyak 119.904 jiwa
dengan komposisi yang terdiri dari 48,15 persen laki-laki dan
51,85 persen perempuan. Laju pertumbuhan penduduk per
tahunnya rata-rata sebesar 0,77 %. Tingkat kepadatan penduduk
sebesar 6.548 jiwa/km2, dengan kepadatan tertinggi di Kelurahan
Cacaban 14,514 jiwa dan terendah di Kelurahan Jurangombo
2.576 jiwa. Dari jumlah penduduk Kabupaten/Kota se eks
Karesidenan Kedu, Kota Magelang menempati porsi jumlah
penduduk yang terkecil yakni 2,48 %. Sedangkan partisipasi
penduduk dalam Keluarga Berencana ditunjukkan dengan adanya
13.667 akseptor aktif dari Pasangan Usia Subur (PUS). Fasilitas
suntik menjadi pilihan yang dominan yaitu sebanyak 5.695
akseptor yang disusul dengan penggunaan IUD dan PIL, masing-
masing sejumlah 2.399 dan 2.333 akseptor.
Pada sisi lain, adanya perkembangan jumlah penduduk
memberi konsekuensi pada peningkatan kualitas pelayanan
administrasi kependudukan sesuai dengan Undang–Undang Nomor
23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Pelayanan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 4
publik mencakup beberapa aspek yaitu Sistem Administrasi
Kependudukan, Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana Prasarana
yang memadai.Di sisi lain penyediaan layanan administrasi
kependudukan, seperti KTP, KK, Akta Kelahiran, dan sebagainya.
c) Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan kualitas kehidupan masyarakat dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan
menempatkannya sebagai subyek sekaligus obyek pembangunan.
Dalam kurun satu dekade ini, kualitas sumber daya manusia di
Kota Magelang semakin meningkat sebagaimana ditandai dengan
perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
cenderung meningkat sejak tahun 1999 – 2006. Angka IPM pada
tahun 2004 sebesar 73,35 menempati peringkat ke 4 dari
Kota/Kabupaten se Provinsi Jawa Tengah dan meningkat menjadi
peringkat ke 3 pada tahun 2005 dengan skor sebesar 74,70.
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2006 adalah 75,50 atau
meningkat 0,57 point dari nilai yang diperkirakan pada tahun 2006
sebesar 74,93. Angka tersebut merupakan komposit dari:
(1) Angka harapan hidup saat lahir sebesar 69,70 sehingga
Indeks Harapan hidup (IHH) menjadi 74,49
(2) Persentase Melek huruf usia 15 tahun ke atas sebesar 97,10
% yang didukung dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM) mulai dari pendidikan tingkat
dasar, menegah, dan atas yang selalu diatas 100 %.
(3) Indeks Hidup Layak yang menggunakan indikator pendapatan
perkapita yang disesuaikan sebagai cerminan kemampuan
daya beli.
d) Kesehatan
Sebagai salah satu penentu indeks pembangunan manusia,
kualitas kesehatan antara lain ditentukan oleh derajat kesehatan,
perilaku sehat, kesehatan lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 5
Derajat kesehatan ibu dan anak selalu mendapat perhatian karena
masih adanya kasus-kasus seperti:
(1) Kematian bayi, kematian ibu melahirkan dan kematian balita.
(2) Berat bayi yang lahir dengan berat badan rendah.
(3) Penderita kurang energi protein (KEP) dan status balita dengan
gizi buruk.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat antara lain dilaksanakan
melalui RSU, Puskesmas, Poliklinik, RS Bersalin, Posyandu, dan
fasilitas prasarana kesehatan lainnya. Selain itu secara berkala
juga dilakukan pemeriksanaan kualitas lingkungan di permukiman,
penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pelayanan
Asuransi Kesehatan (Askes) termasuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin melalui Askeskin, dan sebagainya.
e) Pendidikan
Sementara itu, kebijakan pengelolaan pendidikan mengalami
pergeseran dari kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi serta penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dengan
mengacu kepada Standar Pendidikan Nasional (sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005). Dalam
implementasinya diharapkan siswa akan memiliki kemampuan
kompetensi tertentu dan sekolah akan dikelola secara profesional.
Apabila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Tengah,
pembangunan pendidikan di Kota Magelang dapat dikatakan lebih
berhasil karena persentase melek hurufnya pada tahun 1999-2006
selalu meningkat berkisar antara 93-97 %. Di akhir tahun 2006,
pemberantasan buta huruf di Kota Magelang dinyatakan tuntas.
Nilai APK Kota Magelang yang melebihi 100% disamping karena
kesadaran belajar dari masyarakat Kota Magelang sudah tinggi
juga karena banyaknya siswa sekolah yang berasal dari luar Kota
Magelang.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 6
f) Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat, kebijakan pemberdayaan masyarakat
diarahkan untuk menciptakan iklim kehidupan yang layak dan
kondusif melalui pembangunan ketahanan masyarakat dan
penanggulangan degradasi moral masyarakat dalam upaya
meningkatkan partisipasinya di bidang ekonomi dan sosial dari
tingkat kota sampai kelurahan termasuk memperjuangkan
terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender di berbagai
kehidupan. Pola pemberdayaan yang ditempuh selama ini
mencakup antara lain: (a) Meningkatkan mutu sumber daya
manusia (SDM) baik aparat pemerintah maupun masyarakat untuk
melaksanakan: perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pemberdayaan masyarakat secara lebih optimal, dan (b)
Meningkatkan fungsi lembaga–lembaga kemasyarakatan (LPM,
LKK, termasuk RT/RW) di tingkat kelurahan sebagai wadah
partisipasi masyarakat dalam pembangunan dengan mengurangi
berbagai bentuk pengaturan yang menghambat masyarakat untuk
berperan aktif dalam proses pembangunan. Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan diantaranya, (1) Bulan Bhakti Gotong Royong
Masyarakat, yang diharapkan dapat menggerakkan dan
memperkuat ikatan kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam
kehidupan bermasyarakat melalui kegiatan fisik dan non fisik,
serta menstimulasi tumbuh kembangnya swadaya masyarakat; (2)
Pemberian Modal melalui Lembaga Keuangan Kelurahan (LKK); (3)
P2MBG, merupakan upaya affirmative action untuk mempercepat
proses pengarusutamaan gender di berbagai bidang pembangunan
sebagaimana diamanatkan oleh Instruksi Presiden Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender; (4) Pemasyarakatan dan Pemanfaatan Tehnologi Tepat
Guna (TTG) diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan
dan ketrampilan masyarakat sekaligus dapat dijadikan wahana
untuk memperoleh peluang usaha; dan (5) TNI Manunggal Masuk
Desa, diharapkan hasil pembangunan fisik dan non fisiknya dapat
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 7
menunjang serta melengkapi fasilitas infrastuktur sarana
prasarana penduduk.
Pemberdayaan perempuan dan anak dilaksanakan dengan maksud
untuk menciptakan kemandirian sehingga mau dan mampu
berperan serta dalam pembangunan. Secara legal formal, salah
satu langkah yang telah ditempuh adalah dengan menerbitkan
Keputusan Walikota Magelang Nomor 411.1/14/ 112 Tanggal 12
Mei 2006 tentang Pembentukan Pembentukan Komisi Perlindungan
Perempuan dan Anak. Komisi ini memfasilitasi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan
program/kegiatan pembangunan melalui strategi pengarus
utamaan gender dalam rangka mewujudkan kebijakan dan
program pembangunan yang responsif gender. Ditambah lagi
organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti Gabungan
Organisasi Wanita (GOW), Dharma Wanita, Persit, Lembaga
Swadaya Masyarakat - Women Crisis Center (LSM - WCC) ”Cahaya
Melati”, termasuk PKK, dan ormas/LSM lainnya yang
memfokuskan kepada kemajuan perempuan sangat mendukung
lewat partisipasi aktifnya dalam memperjuangkan kaum
perempuan serta upaya perlindungan anak.
g) Kesejahteraan Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) masih
cukup tinggi, yaitu 11,99% dari keseluruhan jumlah penduduk
Kota Magelang. Secara lintas sektor, kesejahteraan sosial para
PMKS telah tertangani dengan berbagai upaya pemberdayaan,
pelayanan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial, namun dukungan
dan peran stake holder masih sangat diperlukan untuk
menanganinya secara profesional dan berkesinambungan.
Di sisi lain, laju kemiskinan di Kota Magelang cenderung
meningkat, data tahun 2006 menunjukkan jumlah penduduk
miskin mencapai 8.982 KK (31.607 jiwa) atau 27,96 persen,
mengalami peningkatan sebesar 5,94 persen dibanding tahun
2005 yang berjumlah 7.120 KK (26.260 jiwa) atau 22,02 persen
dari total penduduk Kota Magelang. Eskalasi itu dimulai sejak
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 8
terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, yang menjurus pada krisis
multidimensional, hingga adanya dampak kenaikan BBM, Oktober
2005 yang mengakibatkan daya beli masyarakat merosot, banyak
usaha sektor riil mengalami kemunduran atau tidak berjalan
normal, sehingga daya serap kerjanya mengalami penurunan. Ini
semua mengakibatkan tingkat kesejahteraan dan kualitas taraf
hidup masyarakat menurun.
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, disamping sudah
dilaksanakan berbagai program pemberantasan kemiskinan oleh
SKPD terkait, juga telah dibentuk Komite Penangulangan
Kemiskinan (KPK) atau yang sekarang menjadi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) sebagai lembaga yang
mengelola pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota
Magelang secara terarah, terencana, terpadu, komprehensif, dan
berkelanjutan dengan menggunakan data base yang sama dalam
menentukan sasaran penerima manfaat. Namun demikian, secara
umum, dalam implementasi di lapangan masih ditemui beberapa
kendala antara lain: (1) masih lemahnya koordinasi dalam hal:
pendataan, pendanaan, dan kelembagaan; (2) masih lemahnya
koordinasi antar program penanggulangan kemiskinan antara
pemerintah pusat dan daerah, lemahnya integrasi program pada
tahap perencanaan, lemahnya sinkronisasi program pada tahap
pelaksanaan, lemahnya sinergi antar pelaku (pemerintah, dunia
usaha, masyarakat madani) dalam penyelenggaraan keseluruhan
upaya penanggulangan kemiskinan; dan (3) masih belum
optimalnya kelembagaan di pemerintah, dunia usaha, LSM dan
masyarakat madani dalam bermitra dan bekerjasama dalam
penanggulangan kemiskinan serta penciptaan lapangan kerja.
h) Pemuda dan Olah Raga
Pada ranah pembangunan sosial budaya juga tidak dapat
dikesampingkan perlunya peningkatan peran serta pemuda melalui
penyelenggaraan pembangunan bidang pemuda dan olahraga
secara lebih terpadu dan sinergis. Pemberian fasilitasi terhadap
organisasi kepemudaan dan juga peningkatan kapasitas dan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 9
kualitas, pembinaan, serta penyediaan sarana dan prasarana di
bidang kewirausahaan, pengembangan ketrampilan dan bakat,
seni dan budaya, termasuk pembinaan olahraga selama ini telah
terselenggara sesuai dengan jalur tugas pokok dan fungsi dari
masing-masing SKPD atau lembaga yang mengampu bidang ini
(seperti KONI beserta pengurus cabangnya). Meskipun selama ini
sudah berjalan cukup baik, namun dalam proyeksi ke depannya
masih perlu dioptimalkan lagi terutama dalam pengembangan dan
tindak lanjut terhadap berbagai program penguatan dan
pembinaan kepemudaan dan olahraga. Peningkatan kapasitas,
etos kerja, dan profesionalisme pemuda telah difasilitasi
pemerintah melalui pembentukan organisasi-organisasi
kepemudaan, Ormas, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang diharapkan dapat sinergis untuk dipromosikan sebagai
partner pemerintah dalam memajukan kesejahteraan umum.
Selain itu, melalui beberapa pelatihan ketrampilan dan
kewirausahaan; pembinaan; dan pemberian modal usaha bagi
pengembangan serta peningkatan kualitas sumber daya manusia
pemuda selama ini telah dijalankan oleh pemerintah lewat
program-program pemberdayaan masyarakat dengan sasaran
kelompok usia kerja, khususnya terhadap para pemuda. Terkait
dengan pembinaan kepemudaan, pengembangan olahraga baik
olahraga prestasi maupun rekreasi perlu semakin digalakkan
melalui pembinaan sedini mungkin yang dilaksanakan secara
berjenjang, dan berkelanjutan. Prestasi olahraga yang berhasil
dicapai atlet-atlet daerah baik di tingkat regional, nasional maupun
internasional sudah pasti akan memberi dampak positif bagi
terangkatnya nama baik dan prestise daerah. Oleh karena itu, ke
depannya, porsi pembinaan pemuda dan olahraga harus semakin
ditingkatkan sejak dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
monitoring dan evaluasi dalam suatu wahana yang lebih
komprehensif dan integral dengan pelibatan peran aktif dari
seluruh pemangku kepentingan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 10
2. Ekonomi
a) Kondisi Makro Ekonomi
Perkembangan ekonomi makro Kota Magelang dalam kurun
waktu 2001-2005 telah menunjukkan kinerja yang membaik,
antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi dari sebesar 3,44 % pada tahun 2001 menjadi 4,33 %
pada tahun 2005 atau lebih tinggi 0,89%. Membaiknya
perekonomian Kota Magelang tahun 2005 juga ditunjukkan
dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas dasar harga konstan mencapai Rp. 878.158.350.000,-
sedangkan tahun 2001 baru mencapai Rp. 759.474.480.000,-
yang berarti terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Struktur
PDRB tahun 2005 didominasi oleh sektor jasa (38,2%), sektor
pengangkutan dan komunikasi (19,19%) serta sektor bangunan
(15,33%). Lima sektor lainnya hanya berperan dibawah 30%
dengan rata-rata sekitar 6% yaitu sektor keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan (10,93%), sektor perdagangan, hotel dan
rumah makan (7,11%), sektor industri pengolahan (3,37%),sektor
pertanian (3,17%), sektor listrik dan air (2,70%). Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya peran kelima sektor tersebut secara
total pada tahun 2005 lebih tinggi.
Sementara itu tingkat inflasi tahun 2005 lebih tinggi
beberapa digit dari tahun sebelumnya yaitu dari 5,28% di tahun
2004 menjadi 14,84%. Namun tingkat inflasi ini secara umum
masih cukup rendah dibandingkan dengan kondisi inflasi regional
(15,97%) maupun nasional (16,16%). Kondisi Perekonomian Kota
Magelang tidak terlepas dari pengaruh kondisi perekonomian
tingkat atasnya dan global.
b) Kondisi Mikro Ekonomi
Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) memiliki potensi yang besar dan strategis dalam
meningkatkan aktivitas ekonomi daerah, termasuk dalam
penyerapan tenaga kerja daerah. Jumlah koperasi di Kota
Magelang sampai dengan tahun 2005 berjumlah 191 buah yang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 11
berarti ada peningkatan sebesar 10 buah dari tahun 2002 yang
berjumlah 181 buah, dengan anggota 27.819 orang dan tenaga
kerja 402 orang. Besar modal dan volume usaha koperasi
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002 modal koperasi
Rp. 29.792.989.000,- meningkat menjadi Rp. 45.275.506.000,- di
tahun 2005 dan volume usaha di tahun 2002 sebesar
Rp.39.648.961.000,- di tahun 2005 menjadi Rp.78.579.207.000,-.
Jumlah perusahaan industri kecil mengalami kenaikan 23
buah ditahun 2005, industri sedang naik 1 buah sedangkan
industri besar tetap. Banyaknya surat ijin usaha perdagangan
yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan ada
kenaikan dari 330 di tahun 2004 menjadi 362 ditahun 2005
sehingga ada kenaikan 32 SIUP. Kinerja ekspor dan impor ada
kecenderungan semakin meningkat. Hal ini tercermin dari nilai
ekspor impor yang meningkat dari US$ 3.788.113,51 di tahun
2004 menjadi US$ 4.205.135,05 di tahun 2005.
Jumlah sentra perusahaan industri kecil meningkat cukup
baik dari 305 buah di tahun 2002 menjadi 329 di tahun 2005
dengan jumlah sentra 10 yang terdiri dari sentra parut besi/
kompor, sentra sepatu/sandal, sentra konveksi, sentra mainan
anak, sentra tahu di kelurahan Tidar dan Kelurahan Magersari,
sentra tempe, sentra krupuk iris, sentra roti/kue dan sentra getuk.
Tenaga kerja yang dapat diserap dari usaha ini juga meningkat
dari 1.114 orang di tahun 2002 menjadi 1.181 orang di tahun
2005 dan jumlah investasi di tahun 2005 sebesar
Rp.3.091.819.000,-
Pengembangan potensi Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menengah tersebut masih menghadapi berbagai permasalahan
dan kendala, diantaranya adalah (1) panjangnya proses perijinan;
(2) praktik usaha dan persaingan usaha yang tidak sehat; (3)
lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan Koperasi
dan UMKM; (4) masih lemahnya kelembagaan UMKM.
Permasalahan pokok lainnya yakni masih rendahnya produktivitas
yang berakibat terjadinya kesenjangan antar pelaku Koperasi dan
UMKM. Hal ini berkaitan dengan masih rendahnya kualitas SDM
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 12
UMKM khususnya dalam bidang manajemen, organisasi,
penguasaan teknologi, pemasaran, serta rendahnya kompetensi
kewirausahaan UMKM. Kondisi yang demikian melemahkan
kesiapan bersaing dan daya adaptasi dalam menghadapi
persaingan di kancah perdagangan bebas dan global. Koperasi dan
UMKM juga masih menghadapi masalah keterbatasan akses ke
modal, sehingga menyulitkan dalam usahanya untuk
meningkatkan kapasitas usaha ataupun pengembangan produk-
produk yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi.
c) Ketenagakerjaan
Tingkat pengangguran relatif masih tinggi dengan jumlah
pencari kerja meningkat cukup signifikan dari tahun 2003
berjumlah 1.929 orang menjadi 2.456 orang di tahun 2005
sementara yang ditempatkan di tahun 2003 berjumlah 521 orang
dan tahun 2005 baru ditempatkan 550 orang.
Penyerapan tenaga kerja di sektor industri didominasi oleh
industri kecil, dimana mampu menyerap tenaga kerja berjumlah
5.684 sedangkan industri sedang menggunakan 1.057 tenaga
kerja dan industri besar hanya 760 tenaga kerja. Masih relatif
tingginya tingkat pengangguran terbuka berpotensi menimbulkan
berbagai kerawanan sosial. Meskipun berbagai indikator ekonomi
telah menunjukkan perbaikan dalam beberapa tahun terakhir ini,
namun demikian dalam realitanya belum mampu menyerap
tambahan angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar kerja. Ini
antara lain disebabkan pergerakan sektor riil sebagai katup
pengaman dalam memenuhi kebutuhan lapangan kerja belum
optimal dan tidak seimbang dengan tingkat kebutuhan permintaan
lapangan kerja. Selain itu, tingkat pengetahuan, kapasitas, dan
ketrampilan dari para pencari kerja masih sangat perlu
ditingkatkan untuk disesuaikan dengan kualifikasi yang
dipersyaratkan dalam memasuki dunia usaha.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 13
d) Investasi
Sektor industri bukan sektor dominan dalam memberikan
kontribusi terhadap PDRB di Kota Magelang, namun sektor
tersebut paling sensitif dalam merespon pertumbuhan investasi.
Potensi sektor kegiatan industri di Kota Magelang masih
didominasi oleh sektor industri kecil. Dari data perkembangan
industri diperoleh informasi bahwa jumlah unit usaha tahun 2003
bertambah 10 usaha, tahun 2004 bertambah 17 usaha dan tahun
2005 bertambah 23 usaha. Sedangkan pada industri sedang ada
penambahan usaha di tahun 2004 bertambah 5 usaha, dan
industri besar bertambah 5 usaha di tahun 2004.
Selanjutnya di bidang investasi daerah, masih dijumpai
permasalahan yang berkaitan dengan upaya penciptaan iklim
penanaman modal yang sehat. Beberapa diantaranya adalah: (1)
Kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Magelang yang belum
bisa menjadi magnet kalangan investor untuk menanamkan
modalnya di Kota Magelang; (2) Masih dijumpainya tumpang
tindih koordinasi antar instansi terkait penanganan kegiatan
investasi; (3) Masih belum memadainya kapasitas dan kualitas
infrastruktur dalam mendukung investasi daerah.
e) Stabilitas Perekonomian
Keberhasilan pembangunan bidang ekonomi, antara lain
ditandai dengan semakin mantapnya stabilitas perekonomian Kota
Magelang dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir. Selama
periode 2000-2006 perekonomian Kota Magelang terus
menunjukkan trend peningkatan, meskipun pada tahun 2003
berdasarkan harga konstan sedikit mengalami penurunan hingga
mencapai angka 2,7% atau turun 1,21% dari tahun sebelumnya,
yang disebabkan oleh melemahnya laju pertumbuhan beberapa
lapangan usaha, namun kondisi ekonomi tahun 2004 hingga akhir
tahun 2005 menunjukkan kecenderungan makin membaik dan
terkendali. Ini ditunjukkan oleh trend membaiknya berbagai
indikator ekonomi, seperti tingkat inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dollar, suku bunga SBI.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 14
Perbandingan pertumbuhan masing-masing sektor antara
tahun 2004 dengan 2005 adalah sebagai berikut: sektor pertanian
semula 5,30% turun menjadi 4,87%; industri pengolahan sebesar
-4,52% mengalami kenaikan hingga kisaran 3,12%; Selanjutnya
sektor listrik dan air semula sebesar 3,65% mengalami kenaikan
menjadi 8,17%; perdagangan, hotel dan rumah makan yang telah
tumbuh sebesar 7,89% mengalami penurunan menjadi hanya
7,50%; pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,92% naik
menjadi 5,19%. Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan mengalami kenaikan dari 4,48% menjadi 6,64%,
begitupun jasa-jasa yang semula tumbuh sebesar 3,20% juga naik
menjadi 5,19%. Di sisi lain sektor bangunan mengalami
penurunan hingga mencapai -2,0% dibanding tahun sebelumnya
4,02%.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a) Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan bagian penting
dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selama ini
sudah dilaksanakan berbagai macam penelitian dan
pengembangan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah,
perguruan tinggi, masyarakat maupun institusi lainnya. Namun
demikian berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan
tersebut belum terintegrasikan ke dalam suatu jaringan penelitian
dan pengembangan yang efektif sehingga masih terjadi duplikasi
kegiatan penelitian yang serupa. Disamping itu penelitian belum
sepenuhnya menjawab kebutuhan riil masyarakat dan belum
mendukung penyelenggaraan pemerintahan. Hasil karya ilmiah
dan temuan di bidang teknologi selama ini terhenti pada tataran
konsep atau prototipe yang terbatas, sehingga kurang bermanfaat
bagi kepentingan masyarakat.
Pemerintah Kota Magelang mempunyai komitmen kuat
bagi peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini
berangkat dari kesadaran bahwa sebagian besar masyarakat
belum memiliki budaya iptek yang tinggi. Upaya membudayakan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 15
iptek terus dilakukan, mulai dari sosialisasi, seminar, penjaringan
sampai dengan pameran hasil temuan kreativitas dan inovasi
masyarakat. Berdasarkan inventarisasi melalui kegiatan
Penyelengaraan dan Penjaringan Kreativitas dan Inovasi
Masyarakat (Krenova) yang dilaksanakan Pemerintah Kota
Magelang, jumlah temuan kreativitas dan inovasi masyarakat
menunjukkan trend peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah temuan
yang mengikuti penjaringan kreativitas dan inovasi masyarakat
(krenova) sebanyak 13 temuan, meningkat dibandingkan tahun
2004 sebanyak 9 temuan. Pada penyelenggaraan kreativitas dan
inovasi masyarakat (Krenova) tingkat Provinsi Jawa Tengah,
temuan masyarakat Kota Magelang berhasil menduduki peringkat
10 (sepuluh) besar di Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan
mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Tengah selama 3
tahun berturut-turut, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.
b) Teknologi Informasi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami
perkembangan yang sangat pesat, termasuk diantaranya di
bidang informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi memberi
kontribusi signifikan terhadap terjadinya perubahan dan kemajuan
di dunia modern. Dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi begitu cepat berkembang dan menyebar nyaris
tanpa batas. Ilmu pengetahuan dan teknologi cepat menyebar,
ditirukan dan dimanfaatkan di seluruh penjuru dunia, suatu
langkah menuju efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
Keluasan dan ketinggian keilmuan ditunjukkan dengan
daya respons yang cepat dan kemampuan dalam menyerap
informasi dan melakukan komunikasi timbal balik dari apa yang
tidak diketahui menjadi diketahui. Berbekal itu selanjutnya
dikembangkanlah berbagai bentuk dan macam penerapan, uji
coba (kreasi) dan inovasi, hingga menemukan sesuatu yang baru.
Hasil temuan itu selanjutnya akan berguna apabila ada proses
difusi, penyebaran informasi dan pemanfaatan yang lebih luas.
Dalam realitasnya kesadaran akan proses tersebut, baru dimiliki
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 16
sebagian kecil masyarakat Kota Magelang. Terlihat dari kemauan
dan kemampuan mengakses internet, mempergunakan e-mail, TV
Edukasi dan lain sebagainya untuk keperluan yang lebih maju dan
efisien. Yang terjadi saat ini sistem manual dan tradisional masih
menjadi tradisi, tumpukan berkas dokumen menghabiskan ruang
dan biaya.
Media informasi dan komunikasi yang dimiliki pemerintah,
dari bentuk majalah ”Dinamika” hingga website ”Pemerintah Kota
Magelang”, ”Desa Buku” dan lain-lainnya dirasa masih belum
cukup memenuhi kebutuhan akan informasi dan komunikasi
sebagian masyarakat Kota Magelang. Di sisi lain, sebaliknya,
masyarakat pada umumnya belum begitu akrab, melihat,
mengetahui dan memanfaatkan kemajuan fasilitas hasil rekayasa
teknologi tersebut, yang salah satunya disebabkan oleh
kurangnya sosialisasi dan diseminasi, serta kampanye akan arti
pentingnya budaya iptek maupun pemanfaatan teknologi
informasi.
4. Sarana dan Prasarana
Pembangunan sarana dan prasarana perkotaan di Kota
Magelang direncanakan untuk mendukung terwujudnya visi kota,
yang pada dasarnya menjadikan Kota Magelang sebagai kota jasa,
dengan penekanan pada jasa perekonomian, pendidikan, dan
kesehatan. Sarana prasarana perkotaan pada dasarnya merupakan
elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu kota,
karena masyarakat yang tinggal di suatu kota membutuhkan
kehadiran sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan.
Sarana prasarana perkotaan merupakan aspek yang sangat
penting dalam mengelola kawasan perkotaan. Ketersediaan sarana
dan prasarana perkotaan sangat menentukan dalam pengembangan
suatu kota. Sarana perkotaan meliputi sarana pendidikan, kesehatan,
permukiman, perdagangan, sarana perhubungan darat, serta sarana
rekreasi dan olah raga. Prasarana perkotaan meliputi prasarana
permukiman; prasarana perhubungan; prasarana jaringan, yang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 17
terdiri dari jaringan drainase perkotaan, jaringan irigasi, serta
jaringan utilitas lainnya; serta prasarana persampahan
Dilihat dari segi aksesibilias, kualitas maupun cakupan
pelayanannya, kondisi sarana dan prasarana perkotaan di Kota
Magelang saat ini sudah cukup baik dan tersebar secara merata di
wilayah Kota Magelang. Sarana dan Prasarana dimaksud adalah :
a) Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan yang telah tersedia di Kota
Magelang mulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak hingga jenjang
Pendidikan Tinggi baik negeri maupun swasta adalah sebagai
berikut:
NO JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH
1 Taman Kanak-Kanak 70
2 Sekolah Dasar 76
3 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 21
4 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 31
5 Sekolah Menengah Kejuruan 19
6 Sekolah Luar Biasa 2
7 Pendidikan Tinggi (Universitas dan Akademi)
6
Setiap jenjang pendidikan telah pula menyediakan prasarana
yang cukup berkualitas dengan kuantitas yang memadai guna
memperlancar proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas
keilmuan peserta didik. Prasarana tersebut mencakup peralatan
laboratorium, alat peraga, sarana prasarana Olah Raga dan
Kesenian, termasuk pula peralatan audio visual yang dapat
menciptakan suasana belajar lebih menyenangkan dengan
harapan bahwa kaidah ilmu yang dipelajari akan lebih mudah
dipahami.
Sarana pendidikan yang tersedia tersebut bahkan mampu
menjadi tujuan masyarakat wilayah sekitar Kota Magelang untuk
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 18
memperoleh pendidikan. Hal inilah yang mendorong nilai Angka
Partisipasi Kasar (APK) Kota Magelang melebihi 100%.
b) Kesehatan
Sebagaimana sarana prasarana pendidikan, sarana
kesehatan juga telah tersebar merata di seluruh wilayah Kota
Magelang dan juga Meskipun hanya PUSKESMAS Pembantu,
sarana kesehatan tersebut telah mampu membantu masyarakat
untuk memperoleh pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Secara keseluruhan, jumlah sarana kesehatan baik milik
pemerintah, swasta, maupun perorangan di Kota Magelang adalah
sebagai berikut:
NO. JENIS JUMLAH
1 Rumah Sakit Umum 5
2 Rumah Sakit Jiwa 2
3 Rumah Sakit Paru-Paru 1
4 Rumah Sakit Bersalin 2
5 PUSKESMAS 5
6 PUSKESMAS Pembantu 11
7 Dokter 140
8 Bidan dan Perawat 918
9 Unit Transfusi Darah - PMI 1
Sarana kesehatan di Kota Magelang telah mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat sekitar bahkan telah menjadi
Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Kedu. Sarana yang tersedia
didukung dengan prasarana yang memadai dan berkualitas seperti
fasilitas EKG dan Hemodialisa yang didukung pula dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusianya.
c) Permukiman
Dari pemanfaatan lahan di Kota Magelang, sebagian besar
lahan yang tersedia, yaitu diatas 72% dari keseluruhan wilayah
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 19
Kota merupakan areal terbangun yang sebagian besar diantaranya
mewadahi kegiatan permukiman penduduk. Kondisi tersebut
menuntut penyediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung kelangsungan kegiatan permukiman.
Sarana permukiman dimaksudkan sebagai berbagai fasilitas
yang ada dan dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya
kegiatan permukiman. Dibandingkan dengan jumlah penduduk
Kota Magelang tahun 2006, maka ketersediaan sarana
permukiman sudah memenuhi. Permasalahan yang muncul adalah
perlunya pemeliharaan terhadap sarana permukiman yang ada
sehingga memperpanjang usia pakai sarana tersebut.
Untuk prasarana permukiman perkotaan, kondisi saat ini
yang dijumpai adalah masih perlunya peningkatan kualitas
prasarana dasar permukiman perkotaan, yang meliputi prasarana
jalan lingkungan, prasarana drainase lingkungan, prasarana air
bersih lingkungan, serta prasarana sanitasi lingkungan. Dalam
penyediaannya, tidak terlepas dari karakteristik kawasan
permukiman yang ada, yaitu kawasan permukiman padat di pusat-
pusat perekonomian kota, kawasan permukiman di perbatasan
dan kawasan permukiman baru.
Prasarana jaringan drainase kota terutama dirancang untuk
mengatasi genangan pada saat musim hujan. Namun demikian
kondisi saat ini masih terdapat genangan di beberapa lokasi di
Kota Magelang. Permasalahan yang harus segera diantisipasi
adalah dengan menyusun master plan drainase kota, yang akan
dijadikan sebagai rencana induk bagi penanganan drainase kota.
Kondisi topografi Kota Magelang yang berkontur merupakan
kondisi fisik alam yang memudahkan pengatasan drainase kota.
Hal itu harus dimanfaatkan sebaik mungkin dalam mengatasi
genangan, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan
tidak terdapat lagi genangan di beberapa lokasi.
Prasarana jaringan lain, yaitu air bersih, jaringan listrik dan
telepon, persebarannya sudah menjangkau seluruh kelurahan
yang ada, meskipun masih memerlukan peningkatan kualitas
pelayanan dalam rangka mencapai kepuasan masyarakat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 20
d) Perdagangan
Sarana perdagangan merupakan sarana perekonomian yang
sangat mempengaruhi kehidupan kota dan tingkat ekonomi
masyarakatnya. Posisi strategis Kota menjadi tujuan masyarakat
wilayah sekitar untuk mendistribusikan hasil bumi dan potensi
lainnya serta menjadi tujuan untuk memperoleh kebutuhan baik
primer, sekunder, maupun tersiernya. Peluang demikian ditangkap
dengan penyediaan sarana prasarana perdagangan baik tradisional
maupun modern.
Pasar Tradisional sebagai sarana perdagangan terdiri dari
Pasar Rejowinangun, Pasar Gotong Royong, Pasar Kebonpolo, dan
Pasar Cacaban. Dari keempat pasar tersebut yang paling dominan
adalah keberadaan Pasar Rejowinangun, karena merupakan pasar
skala regional yang memfasilitasi kegiatan transaksi antara
pedagang dan pembeli yang juga berasal dari wilayah sekitar.
Sarana perdagangan modern saat ini sudah berdiri beberapa
supermarket dan mini market, yaitu Matahari Department Store,
Gardena Pasar Raya dan Swalayan, Trio Plaza dan Hero.
Sedangkan keberadaan minimarket telah tersebar dan cenderung
meningkat pada beberapa lokasi yang mudah dijangkau oleh
penduduk.
e) Perhubungan
Prasarana perhubungan darat yang ada di Kota Magelang
menempati posisi yang sangat strategis dalam mendukung
skenario pengembangan kota, yaitu penyebaran keramaian di
seluruh sudut kota. Pada saat ini persebaran prasarana
perhubungan darat masih terkonsentrasi pada kawasan pusat kota
dan pusat pertumbuhan ekonomi kota. Sedangkan upaya
peningkatan prasarana perhubungan darat pada kawasan
perbatasan sudah mulai dirintis sejak tahun 2001, yang telah
berdampak pada tercapainya keseimbangan pertumbuhan
ekonomi pada kawasan perbatasan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 21
Kondisi aspek sarana perhubungan pada saat ini dapat
dicerminkan dari keberadaan sarana transportasi yang terdiri dari
terminal dan sarana angkutan publik. Untuk sarana terminal
keberadaan terminal Tidar yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta
merupakan sarana tempat perpindahan moda angkutan dari luar
kota ke angkutan dalam kota atau dari luar kota ke angkutan
perdesaan. Pelayanan yang diberikan dari terminal tersebut adalah
untuk angkutan publik antar kota dengan tujuan utama adalah
Kota Semarang, Jogjakarta, Purwokerto, sedangkan kota-kota lain
yang menjadi tujuan adalah Purworejo, Salaman, Salatiga,
Wonosobo, Temanggung, Parakan. Kota-kota diluar Provinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi tujuan
adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Denpasar, serta
beberapa kota di Pulau Sumatra. Jangkauan pelayanannya selain
mencakup warga Kota Magelang juga warga dari Wilayah sekitar.
Selain terminal Tidar yang merupakan terminal induk Kota
Magelang, sarana perhubungan darat yang lain adalah sub
terminal. Saat ini terdapat 2 (dua) sub terminal yaitu sub terminal
Kebonpolo dan sub terminal Rejomulyo. Meski demikian, selain
kedua sub terminal tersebut, juga terdapat beberapa tempat yang
dimanfaatkan sebagai pergantian moda angkutan, baik antar jalur
dalam kota, maupun antara angkutan perdesaan dan angkutan
perkotaan. Tempat-tempat itu adalah di kawasan Canguk,
Shopping Center, Jalan Alibasah Sentotprawirodirjo, Jalan
Sudirman, dan Sambung.
Keberadaan “sub terminal” di luar dua sub terminal tersebut
memunculkan permasalahan tentang kepentingan perencanaan
ulang sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam
manajemen / pengelolaan transportasi perkotaan. Pada kurun
waktu 20 tahun yang akan datang sub terminal yang harus
dibangun adalah sub terminal di lokasi Jalan Alibasah
Sentotprawirodirjo dan di lokasi Kawasan Canguk. Kedua sub
terminal tersebut direncanakan memfasilitasi perpindahan moda
angkutan umum dari daerah Bandongan dan Tegalrejo. Sedangkan
perpindahan moda angkutan di lokasi Shopping Center dapat
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 22
dirancang bersamaan dengan peningkatan fasilitas perdagangan di
lokasi tersebut. Untuk sub terminal Kebonpolo dapat direncanakan
secara terpadu apabila di kawasan itu dibangun fasilitas
perdagangan modern.
f) Rekreasi dan Olah Raga
Pada aspek sarana rekreasi dan olah raga kota, kondisi saat
ini yang mendesak untuk segera ditangani adalah persebaran
sarana rekreasi publik, yaitu taman-taman kota yang bersifat
taman rekreasi publik, dimana keberadaan sarana rekreasi publik
masih terpusat pada Taman Badaan dan Ruang Terbuka di Alun-
Alun Kota Magelang. Sisi utara dan selatan kota harus dilengkapi
dengan sarana rekreasi publik, sehingga masyarakat Kota
Magelang dapat menikmati waktu luang di taman tersebut. Di sisi
utara lokasi pembuatan sarana rekreasi publik yang masih
memungkinkan adalah pada Kawasan GOR Samapta dan Kawasan
Sidotopo. Sedangkan untuk sarana olah raga bagi cabang olah
raga bulu tangkis, masyarakat Kota Magelang pada umumnya
menggunakan gedung balai kelurahan dan balai kecamatan,
sehingga persebarannya sudah merata. Untuk tenis lapangan
persebarannya sudah cukup merata. Sarana olah raga yang perlu
mendapatkan pemikiran adalah bola volley dan sepak bola, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan lahan terbuka yang masih tersisa di
Kota Magelang.
Pada tahun 2006 telah dicanangkan pengembangan Kawasan
GOR Samapta sebagai kawasan olah raga dan rekreasi dengan
fasilitas olah raga yang akan dibangun meliputi kolam renang dan
stadion madya. Selanjutnya, di tahun 2007 disusun Master Plan
Kawasan yang ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Teknis
Pembangunan Kolam Renang dan Stadion Madya. Penyusunan
rencana teknis tersebut sebagai persiapan untuk pembangunan
fisik kawasan yang direncanakan akan dimulai tahun 2008.
Dengan dibangunnnya beberapa sarana olah raga pada kawasan
tersebut diharapkan akan menambah sarana olah raga di Kota
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 23
Magelang dan juga akan mendukung terciptanya peran dan fungsi
sebagai kota jasa.
5. Politik
a) Kehidupan Berpolitik
Pemilihan umum Legislatif 2004 dan Pemilihan Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah secara langsung tahun 2005 yang
berjalan dengan demokratis, aman, dan adil telah berhasil
membentuk lembaga suprastruktur politik daerah yang legitimate
(DPRD dan Walikota/Wakil Walikota). Capaian politik ini
merupakan modal penting sebagai pijakan dalam menopang dan
memperkuat proses konsolidasi demokrasi di Kota Magelang.
Terpeliharanya suasana yang sejuk dan kondusif selama ini
memberi kontribusi bagi kesuksesan penyelenggaraan pesta
demokrasi itu. Peran dan fungsi aparat keamanan, jajaran
pemerintah, serta penyelenggara pemilu yang didukung oleh
masyarakat luas telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Terjaganya netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) jajaran
Pemerintah Kota Magelang terhadap politik sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
menjadi catatan tersendiri yang bermuatan positif bagi upaya
peningkatan profesionalisme aparatur dalam bingkai
pembangunan politik di daerah.
Dalam realitasnya, pergerakan arus demokrasi yang ada
dalam perspektif teori politik masih berproses sekadar memenuhi
persyaratan demokrasi prosedural dan belum mengarah kepada
terciptanya demokrasi substansial. Proses politik (formulasi dan
pengambilan kebijakan publik) pada sistem politik yang telah
terbangun masih cenderung berlangsung sebatas formalitas dan
belum secara mendasar serta komprehensif mengikutsertakan
peran serta para pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga
banyak kebijakan publik yang tidak atau kurang sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Efeknya adalah muncul
berbagai tuntutan eskalatif rakyat terhadap praktik
penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik dan bersih di
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 24
tingkat daerah. Penerapan mekanisme checks and balances yang
adil serta kebebasan dalam melaksanakan hak-hak sipil dan politik
warga menjadi isu politik yang hangat sejalan dengan semakin
bergulirnya arus demokratisasi. Perkembangan visi dan misi partai
politik ternyata belum sepenuhnya sejalan dengan perkembangan
kesadaran dan dinamika kehidupan sosial politik masyarakat dan
tuntutan demokratisasi. Orientasi yang lebih dominan kepada
kepentingan diri, kelompok atau ideologi masing-masing dari para
elite/aktor politik daripada kepentingan rakyat banyak sangat
mewarnai atmosfer perpolitikan lokal yang tengah berlangsung.
Apalagi ditambah perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang masih marak dalam praksis penyelenggaraan pemerintahan
membawa dampak kepada teralienasi dan terdegradasinya derajat
keterwakilan politik (representative) para wakil rakyat di mata
konstituen/publik. Dalam perspektif etika politik, penyelewengan
kekuasaaan yang terjadi merefleksikan masih rendahnya
kesadaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, rasa
nasionalisme, dan cinta tanah air dari para pelakunya.
Dalam konteks hubungan pusat-daerah, format desentralisasi
dan otonomi daerah yang sudah dibangun berdasarkan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
semakin mendorong kemandirian daerah untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya masih mengalami berbagai permasalahan, antara
lain disebabkan kurangnya koordinasi pusat-daerah dan masih
belum konsistennya sejumlah peraturan perundangan yang ada.
Peran dan fungsi pemerintah daerah (sistem politik daerah pada
umumnya) dalam upaya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
rakyat, sebagai esensi dan filosofi dasar dari tujuan otonomi
daerah, belum termanifestasi secara riil dalam praktik
penyelenggaraan pemerintah daerah. Pemenuhan kebutuhan hak-
hak sosial, ekonomi dan budaya masyarakat belum berjalan secara
optimal. Dimensi ”minta dilayani” masih kental menyelimuti pola
pikir (mindset) para elite lokal yang mestinya pada dirinya
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 25
teremban amanat rakyat untuk mewujudkan harkat dan martabat
kedaulatan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
tingkat lokal. Memudarnya makna hakekat demokrasi tersebut
dalam perkembangannya tidak dapat dipungkiri akan cenderung
menggerus dan memperpuruk legitimasi dan kredibilitas
pemerintah di mata publik, sehingga muncul sikap
ketidakpercayaan kepada pemerintah. Implikasinya, segala
kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah sering tidak
berjalan efektif di lapangan. Dalam proporsi tertentu muncul
ketidakpatuhan dan ketidaktaatan sosial yang menjurus kepada
suasana anomali yang barangkali bisa menjadi cikal bakal
tumbuhnya anarkisme dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Secara psiko-sosial, kondisi itu juga memungkinkan tumbuhnya
sikap apatis, pesimis, skeptis, ketidakpedulian, atau bahkan
ketidakberdayaan (disempowerment) masyarakat terhadap segala
keluaran (out put) dan capaian kinerja dari proses
penyelenggaraan sistem pemerintahan.
b) Partisipasi Politik
Tingginya angka partisipasi politik masyarakat Kota Magelang
(tercatat pada Pemilu Legilslatif sebesar 75,49 persen, Pilpres
putaran I 79,42 persen, Pilpres putaran II tahun 2004 81,03
persen, dan Pilkadasung 2005 sebesar 77,45 persen, atau rata-
rata sebesar 78,35 persen) memberi andil yang besar, tidak saja
terhadap suksesnya Pemilu dan Pilkadasung melainkan juga dalam
memperkuat legitimasi figur-figur terpilih untuk mengemban
amanat rakyat. Fenomena politik ini mencerminkan bahwa proses
pendidikan dan pembelajaran politik telah cukup berjalan dalam
menumbuhkembangkan partisipasi politik warga. Namun
demikian, secara substansial, partisipasi politik warga belum
tampak otonom, yang tampak ke permukaan lebih terlihat sebagai
mobilisasi massa oleh aktor atau kelompok politik tertentu yang
cenderung hanya diorientasikan kepada keuntungan dan
kepentingan mereka sendiri. Ini mengisyaratkan bahwa fungsi
partai politik ataupun kelompok kepentingan lainnya dalam
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 26
internalisasi nilai, rekrutmen politik, artikulasi dan agregasi
politik, serta komunikasi politik belum berjalan sebagaimana
mestinya. Budaya politik demokrasi belum berkembang sesuai
nilai-nilai yang ada sehingga kualitas pemahamannya belum
mampu diwujudkan dalam kehidupan politik sehari-hari. Tingkat
rasionalitas politik warga belum berkembang sebagaimana
mestinya sehingga seringkali yang muncul ke permukaan adalah
emosi politik dan terabaikannya etika berdemokrasi.
Kemajuan demokrasi terlihat pula dengan telah
berkembangnya kesadaran terhadap hak-hak rakyat dalam
kehidupan politik, yang dalam jangka panjang diharapkan mampu
menstimulasi masyarakat untuk lebih jauh kian aktif berpartisipasi
dalam mengambil inisiatif bagi pengelolaan urusan-urusan publik.
Kemajuan itu tidak terlepas dari berkembangnya peran partai
politik, organisasi non-pemerintah dan organisasi-organisasi
masyarakat sipil lainnya, serta adanya kebebasan pers dan media
yang antara lain ditandai dengan peran aktifnya dalam
menyuarakan aspirasi masyarakat dan melakukan pengawasan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
6. Keamanan dan Ketertiban
a) Stabilitas keamanan dan ketertiban
Terpeliharanya stabilitas keamanan dan ketertiban daerah
merupakan keberhasilan seluruh elemen baik dari jajaran
pemerintah maupun masyarakat, utamanya aparat/perangkat
keamanan dan ketertiban. Situasi keamanan dan ketertiban yang
sejuk dan kondusif selama ini telah menjadi modal dan kekuatan
bagi Kota Magelang dalam melangsungkan praktik
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan. Keberlangsungan dan kelancaran segala
kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang telah dicanangkan
Pemerintah Kota Magelang beserta jajarannya sudah tentu
memerlukan dukungan suasana yang kondusif dan nyaman dari
lingkungan yang melingkupinya. Harmonisasi antar warga dalam
interaksi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 27
telah berjalan serasi selama ini sangat mendukung terhadap
berbagai upaya yang dilakukan guna menciptakan dan
mengembangkan tenggangrasa, toleransi, hormat menghormati,
dan kesetiakawanan sosial antar berbagai unsur yang ada. Hal
yang membanggakan bagi Kota Magelang adalah meskipun tingkat
pluralistik masyarakatnya cukup tinggi, namun terjadinya gejolak
ataupun konflik baik yang bersifat vertikal maupun horizontal
hingga kini dapat ditekan serendah mungkin. Kondisi yang
favourable ini merupakan prestasi dan prestise yang layak untuk
selalu dijaga dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat
Kota Magelang.
b) Antisipatif dan preventif
Secara empirik, gangguan keamanan dan ketertiban yang
selama ini muncul dan berpotensi berkembang di Kota Magelang
adalah apabila terjadi konflik antara buruh dan majikan dalam
pengelolaan manajemen perusahaan; perilaku tidak tertib
kalangan sektor informal kaki lima dan gepeng; unjuk rasa;
perkelahian/perselisihan antar kelompok dan tawuran;
pelanggaran norma sosial; serta berbagi bentuk pelanggaran dan
ketidakdisiplinan lainnya. Adanya kerawanan dan masalah sosial
tersebut akan berdampak negatif dan berpotensi melahirkan
berbagai penyakit masyarakat seperti kriminalitas,
penyalahgunaan narkoba, minuman keras, perjudian, pelacuran,
premanisme, dan perilaku sosial yang menyimpang lainnya. Lebih
dari itu, tidak boleh dilupakan juga terhadap ancaman bahaya
yang lebih besar yakni terorisme, konflik yang bersifat SARA, dan
gerakan radikalisme yang acapkali bersifat laten serta memiliki
spektrum jaringan dan daya destruktif yang lebih luas.
Potensi terjadinya riak-riak kecil gesekan sosial tetap ada
dan harus senantiasa kita waspadai bersama. Upaya antisipatif
dan preventif dalam memperkuat jalinan kohesi sosial adalah
dengan memupuk dan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
dan kegotongroyongan yang telah menjadi karakter bangsa
Indonesia. Penguatan wawasan kebangsaan dan semangat
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 28
persatuan kesatuan akan menyuburkan rasa memiliki (sense of
belonging) bagi setiap individu dan warga masyarakat terhadap
lingkungan huniannya sendiri maupun cakupan yang lebih luas
dalam wilayah Kota Magelang, meski antara satu dengan lainnya
terdapat perbedaan baik sosial, ekonomi, budaya, agama maupun
orientasi politiknya. Permasalahannya, dalam perkembangan
kehidupan yang makin kompleks ini sangat dirasakan adanya
kecenderungan memudarnya nilai-nilai wawasan kebangsaan dari
berbagai lapisan masyarakat. Lunturnya nilai-nilai wawasan
kebangsaan pada gilirannya dapat memunculkan sikap dan
tindakan yang hanya bersemangatkan solidaritas sempit, ikatan
primordial, dan sektarian dari satu kelompok masyarakat tertentu
yang bisa mengakibatkan retaknya keharmonisan, keserasian, dan
integrasi antar warga dalam jalinan interaksi sosial. Di sisi lain,
maraknya perilaku KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang
menggerogoti kekayaan negara mencerminkan pula terjadinya
erosi dan menipisnya rasa cinta air dari para pelakunya.
c) Peran Aparat dan Partisipasi Masyarakat
Terjadinya pelanggaran dan ketidaknyamanan lingkungan
akibat gangguan keamanan pada satu sisi disebabkan oleh
lemahnya kesiap-siagaan dan kewaspadaan aparat keamanan, dan
juga karena kurangnya dukungan masyarakat dalam menjaga
kondusifitas lingkungan sekitar melalui sistem keamanan
lingkungan yang berbasiskan rakyat semesta. Karenanya
diperlukan aparat keamanan yang terlatih dan terbina secara
berkelanjutan, sekaligus penyiapan komponen-komponen
masyarakat dalam konteks cegah dan deteksi dini terhadap semua
gejala yang diindikasikan mempunyai kecenderungan membuat
suasana tidak aman dan tidak tertib. Penanaman nilai serta
sosialisasi beserta keteladanan para pemimpin mengenai arti
penting penerapan pola hidup yang tertib dan patuh aturan
hendaknya bisa dikembangkan secara intensif dan operasional
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dengan begitu lambat laun
akan terkristalisasi suatu pranata atau nilai-nilai disiplin, patuh
dan taat aturan, serta penegakan supremasi hukum kepada siapa
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 29
saja tanpa pandang bulu dalam format tata nilai sosial. Secara
evolutif diharapkan nilai-nilai kebiasaan (custom) tersebut menjadi
pegangan dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk suatu
budaya masyarakat yang senantiasa mengedepankan spirit disiplin
dan etos kerja yang tinggi. Termasuk di dalam ranah ini adalah
partisipasi masyarakat melalui peningkatan kesiapsiagaan dan
kewaspadaan dalam menghadapi bencana yang juga ikut
menyumbang bagi terciptanya kenyamanan lingkungan dalam
kehidupan bersama.
Patut pula dicatat bahwa pada tataran masyarakat sipil,
melalui fasilitasi Pemerintah Kota Magelang, telah terbentuk Forum
Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) dan Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB) di Kota Magelang yang diharapkan dapat
menjadi pilar dalam memperkuat dan menggalang solidaritas,
toleransi, kerukunan, dan tenggang rasa antar umat yang memiliki
perbedaan baik suku bangsa/etnis maupun agama yang
dipeluknya. Intensitas komunikasi, kerjasama, dan koordinasi
antar warga dengan latar belakang beda suku dan agama ini
sangat diperlukan untuk mempererat dan memperkokoh semangat
persaudaraan dan kebersamaan sebagai sesama anak bangsa
dalam wadah NKRI. Pengembangan dan pemupukan wawasan
serta semangat kebangsaan ini harus dilaksanakan secara
berkelanjutan dan berkesinambungan, disampaikan secara
berulang-ulang (repetitif), dan disertai keteladanan yang nyata
dari para pemimpinnya guna kian menumbuhkembangkan rasa
nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air pada semua lapisan
masyarakat, terutama dari kalangan generasi muda. Disamping
itu, juga dibutuhkan semangat kebersamaan, kebesaran hati, dan
kegotongroyongan dalam memperkokoh rasa saling menghormati
dan menghargai intern umat beragama, intra umat beragama, dan
antara umat beragama dengan pemerintah dalam suasana
”kekitaan” untuk mengerti, memahami, menyadari, dan menerima
adanya perbedaan yang ada. Secara preventif, dampak yang
diharapkan dari upaya-upaya tersebut adalah agar dapat
mencegah terjadinya perpecahan antar umat atau menghindari
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 30
munculnya tindakan kekerasan yang acapkali hadir dalam gejolak
atau konflik antar umat beragama maupun antar etnis.
7. Hukum dan Aparatur
a) Pemerintahan Umum
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945, Pasal 18, Pemerintah telah menetapkan undang-
undang yang mengatur tentang Pemerintahan di Daerah yang
digunakan sebagai dasar pijakan dalam penyelenggaraan
Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
merupakan wujud pelaksanaan reformasi di bidang pemerintahan
daerah. Perubahan yang sangat signifikan di dalamnya adalah
diterapkannya sistem pelaksanaan pemerintahan daerah yang
semula bersifat sentralisasi menjadi desentralisasi. Pada era ini
Pemerintah Daerah benar-benar diberi keleluasaan sepenuhnya
dalam menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan batas
kewenangannya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah Kabupaten/Kota diberi keleluasaan dalam
mengimplementasikan prinsip-prinsip desentralisasi dengan
mendorong upaya-upaya pemberdayaan masyarakat,
menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran
serta masyarakat, serta mengembangkan peran dan fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
menempatkan Otonomi Daerah secara riil dan seluas-luasnya
kepada daerah. Kabupaten dan Kota dalam kedudukannya sebagai
Daerah Otonom yang mempunyai kewenangan dan keleluasaan
untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa
dan aspirasi masyarakat. Hampir semua kewenangan dapat
dilaksanakan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta
kewenangan lainnya. Maksud kewenangan bidang lainnya itu
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 31
meliputi: kebijakan tentang perencanaan nasional dan
pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana
perimbangan keuangan, sistem administrasi negara, pembinaan
dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan
sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi
dan standarisasi nasional. Lebih dari itu, dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 juga telah ditegaskan bahwa antara
pemerintah Kabupaten dan atau Kota tidak ada lagi hubungan
hierarkhis dengan Pemerintah Provinsi, meski Provinsi tetap
berkedudukan sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat.
Sejalan dengan berlangsungnya reformasi, pelaksanaan
otonomi terus berjalan sesuai dengan perkembangan jaman,
namun dalam rangka menyelaraskan antara undang-undang yang
satu dengan undang-undang lainnya dalam perkembangannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Hasilnya secara relatif
telah terjadi keselarasan antara Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 dengan undang-undang lainnya seperti: Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Atas
Pengelolaan Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Meskipun undang-undang tentang pemerintahan daerah telah
diganti, tetapi pada dasarnya tidak merubah pelaksanaan asas
desentralisasi, sehingga Pemerintah Kabupaten/Kota tetap diberi
kewenangan penuh sesuai dengan pelaksanaan otonomi daerah
yang mengacu pada undang-undang sebelumnya.
Permasalahan yang muncul adalah bagaimana Pemerintah
Kota Magelang 20 tahun ke depan dapat menjalankan roda
pemerintahan sesuai dengan kewenangan-kewenangan yang telah
diberikan. Dalam kerangka itulah, maka Program Pembangunan
Jangka Panjang Kota Magelang harus mampu dipersiapkan dengan
format perencanaan pembangunan bidang pemerintahan umum,
hukum, dan aparatur sesuai dengan perkembangan situasi dan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 32
kondisi, serta mengakomodasikan berbagai kepentingan yang
selaras dengan aspirasi masyarakat.
b) Hukum
Salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan tugas
pemerintahan dan pelayanan masyarakat adalah penegakan
supremasi hukum yang merupakan salah satu pilar dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih. Hukum
dapat diterapkan sebagaimana mestinya sebagai tempat pijakan
bagi seluruh kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat.
Upaya-upaya konkret dalam penegakan supremasi hukum
sebagai manifestasi pemulihan kepercayaan masyarakat di Kota
Magelang telah ditempuh melalui penyusunan dan penerbitan
produk-produk hukum daerah yang aspiratif sesuai kebutuhan
daerah serta mengedepankan nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM).
Upaya tersebut ditunjang pula dengan peningkatan kapasitas dan
kualitas kelembagaan serta aparatur hukum dan penyediaan
sarana prasarana hukum yang memadai.
Pembinaan hukum tahun 2000 sampai tahun 2004
berpedoman pada kebijakan umum bidang hukum sebagaimana
tercantum dalam pokok-pokok reformasi pembangunan Kota
Magelang Tahun 1999 serta kebijakan bidang hukum yang
tercantum dalam Propeda Kota Magelang Tahun 2002-2005 dan
RENSTRA Kota Magelang Tahun 2002-2005.
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pembinaan
hukum di Kota Magelang dalam kurun waktu Tahun 2000-2004
adalah :
(1) Produk Hukum berupa Peraturan Daerah, Tahun 2000
sebanyak 18 buah, Tahun 2001 sebanyak 22 buah, tahun 2002
sebanyak 17 buah, tahun 2003 sebanyak 21 buah dan tahun
2004 sebanyak 4 buah.
(2) Sedangkan dalam rangka peningkatan SDM di bidang
teknis perancangan perundang-undangan, tahun 2002 dan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 33
2003 Bagian Hukum telah mengadakan kerja sama dengan
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
melaksanakan bimbingan teknis perancangan perundang-
undangan kepada pejabat/staf dilingkungan Pemerintah Kota
Magelang dan para Ketua Komisi serta Anggota Komisi A DPRD
Kota Magelang.
(3) Penyuluhan hukum sebagai upaya meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat terhadap hukum (Peraturan
Daerah) sehingga terwujud peningkatan rasa memiliki dari
masyarakat terhadap produk hukum yang telah ada. Kegiatan
penyuluhan hukum berupa sosialisasi Perda, dan peraturan
hukum lainnya serta pembinaan Jaringan Dokumentasi dan
Informasi (JDI) Hukum telah dilaksanakan sejak tahun 2003
sampai tahun 2004.
(4) Pemberdayaan lembaga hukum sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pengetahuan dan wawasan hukum bagi
semua penegak hukum yang ada di Kota Magelang melalui
koordinasi antar lembaga/instansi daerah, khususnya lembaga
penegak hukum serta komunikasi aktif antara legislatif,
eksekutif dan yudikatif di daerah melalui jalur-jalur yang efektif
serta mengacu kepada tugas dan fungsinya masing-masing.
(5) Koordinasi aparat penegak hukum sebagai upaya
menyamakan presepsi dalam rangka menyelesaikan
kasus/permasalahan hukum yang ada di Pemerintah Kota
Magelang. Bagian Hukum telah mengadakan pertemuan rutin
setiap 3 ( tiga ) bulan sekali dengan aparat penegak hukum
yang terdiri dari aparat kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan,
Satpol PP, Ikadin dan IPHI serta Kesbanglinmas.
c) Kelembagaan dan Aparatur
Salah satu hal yang tidak kalah penting dalam mengelola
kewenangan-kewenangan yang dimiliki Pemerintah Kota Magelang
adalah masalah kelembagaan, yang merupakan struktur dan
wadah dalam mengimplementasikan tugas pokok dan fungsi
sesuai kewenangan yang dimilikinya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 34
Pemerintah Kota Magelang memiliki 46 lembaga daerah atau yang
biasa dikenal dengan istilah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang terdiri dari:
- Sekretariat Daerah
- Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
- Dinas Pekerjaan Umum
- Dinas Kesehatan
- Dinas Pendidikan
- Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
- Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
- Dinas Tenaga Kerja,Transmigrasi dan Sosial
- Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
- Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
- Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
- Dinas Kebersihan Pertamanan dan Tata Kota
- Dinas Pemuda Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
- Dinas Pengelolaan Pasar
- Inspektorat
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
- Badan Kepegawaian Daerah
- Badan Pelayanan Kesehatan RSUD Tidar
- Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB
- Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
- Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
- Kantor Penanaman Modal
- Kantor Lingkungan Hidup
- Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
- Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik
- Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi
- Kecamatan Magelang Utara
- Kecamatan Magelang Tengah
- Kecamatan Magelang Selatan
- Kelurahan Jurangombo Utara
- Kelurahan Jurangombo Selatan
- Kelurahan Rejowinangun Selatan
- Kelurahan Magersari
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 35
- Kelurahan Tidar Utara
- Kelurahan Tidar Selatan
- Kelurahan Wates
- Kelurahan Potrobangsan
- Kelurahan Kedungsari
- Kelurahan Kramat Utara
- Kelurahan Kramat Selatan
- Kelurahan Kemirirejo
- Kelurahan Cacaban
- Kelurahan Rejowinangun Utara
- Kelurahan Magelang
- Kelurahan Panjang
- Kelurahan Gelangan
Lembaga-lembaga tersebut dibentuk berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Hasil-hasil penataan kelembagaan Kota Magelang telah dituangkan
dalam Peraturan Daerah sebagai berikut :
(1) Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Sekretariat
Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Magelang.
(2) Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Dinas
Daerah.
(3) Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Lembaga
Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Satuan
Polisi Pamong Praja.
(4) Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Organisasi Kecamatan
dan Kelurahan.
Perkembangan fenomena sosial politik pada saat ini
menunjukkan bahwa secara umum semangat reformasi telah
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 36
membawa bangsa Indonesia pada suasana kehidupan yang sarat
dengan harapan. Pada tataran awal, tuntutan reformasi tertuju
pada aparatur pemerintah. Rakyat mengharapkan terwujudnya
good governance dengan dukungan aparatur pemerintah yang
profesional, responsif, dan bersih dari KKN. Mereka cukup paham
bahwa pemerintahan yang baik itu antara lain dapat terwujud
melalui kebijakan desentralisasi, yang intinya mengarahkan
kepada pemberdayaan dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku
kepentingan untuk berperan serta dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan demi terciptanya peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pada realitasnya, berbagai tuntutan itu tidaklah mungkin serta
merta dapat terwujud. Banyak langkah yang mesti direncanakan,
dilakukan, dan dinilai secara sistimatis dan konsisten. Dalam
konteks ini, penataan sumber daya aparatur menjadi hal yang
sangat penting dilakukan, terlebih lagi di era yang sarat akan
tuntutan keterbukaan (transparansi) dan akuntabel seperti saat
ini.
Penataan sumber daya aparatur yang profesional dalam
manajemen otonomi daerah merupakan sesuatu yang harus
dilaksanakan. Reformasi di bidang administrasi pemerintahan
mengharapkan hadirnya pemerintahan yang lebih berkualitas dan
mampu mengemban fungsi-fungsi pelayanan publik,
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan sosial
ekonomi.
Apabila dikaji secara lebih cermat, manajemen otonomi
daerah yang luas dan utuh tidak saja bermakna sebagai peluang,
tetapi juga tantangan bagi pemerintah daerah dan masyarakatnya.
Otonomi daerah memang memberi kesempatan yang besar
kepada pemerintah daerah dan masyarakatnya untuk mengatur,
melayani, dan memenuhi kebutuhan mereka dalam rangka hidup
bermasyarakat dan berpemerintahan. Namun demikian, sejumlah
kewenangan yang diberikan oleh pemerintah tidak bisa begitu saja
dapat dialihkan kepada masyarakat daerah.
Untuk dapat bermakna positif bagi kehidupan masyarakat,
otonomi daerah mensyaratkan terbentuknya sejumlah kondisi
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 37
kelembagaan yang responsif dalam mengelola kewenangan-
kewenangan daerah yang dimiliki. Selain itu juga didukung oleh
aparatur yang terampil serta masyarakat yang siap serta kreatif
dalam memanfatkan peluang-peluang yang terbuka. Itulah
sebabnya, maka penyerahan kewenangan ke daerah tetap
berprinsip kepada koridor-koridor yang ada dan disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan, kemampuan, dan kemanfaatannya.
Dalam konteks ini, faktor kunci yang utama adalah
profesionalisme aparatur.
Keberhasilan manajemen otonomi daerah menuntut perlunya
peningkatan kapasitas dan etos kerja yang tinggi dari para
pelaksananya. Dengan itu maka sudah seharusnya pemerintah
daerah mengupayakan tersedia dan terciptanya aparatur yang
profesional, baik dalam arti kapabilitas maupun dalam arti
integritas, moralitas dan etika yang tinggi dalam praktik sehari-
harinya.
Aparatur pemerintah daerah merupakan salah satu aset
daerah yang setiap saat selalu harus diberdayakan serta
ditingkatkan baik dari segi kemampuan, moralitas, etika, maupun
budaya kerjanya. Tujuannya adalah agar dapat merealisasikan
pelaksanaan otonomi daerah sehingga pada gilirannya akan
mampu mengemban tujuan negara pada umumnya dan tujuan
daerah pada khususnya, yakni peningkatan kesejahteraan dan
kualitas taraf hidup masyarakat sesuai dengan cita-cita yang
tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pemerintah Kota Magelang, yang merupakan Kota terkecil di
Indonesia, pada tahun 2006 tercatat memiliki 4.046 personil PNS
yang terdistribusi di sejumlah 29 SKPD. Sejumlah 4.046 personil
PNS ini merupakan salah satu aset pemerintah daerah yang
kesehariannya mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan
roda pemerintahan daerah, pembangunan dan melayani
masyarakat sesuai dengan bidang dan kompetensinya masing-
masing.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan profesionalisme SDM
aparatur pemerintah, telah dilaksanakan berbagai pelatihan baik
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 38
yang bersifat struktural, fungsional maupun teknis yang
penyelenggaraannya dilakukan secara mandiri atau melalui
pengiriman peserta pada tingkat provinsi / pusat.
Dalam aplikasi selanjutnya, terhadap SDM aparatur yang telah
dibekali dengan berbagai ketrampilan tersebut selanjutnya
disamping diadakan langkah-langkah pengendalian juga perlu
dilkukan peningkatan pengawasan yang efektif dalam praktek
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Hal ini guna
mendukung terciptanya aparatur yang bersih. Adapun langkah-
langkah yang telah dilaksanakan dalam rangka pengawasan
aparatur selama ini adalah pembinaan pegawai/peningkatan
disiplin pegawai dengan mengedepankan etika, moral dan etos
kerja yang tinggi terhadap setiap individu aparatur.
Untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif dan dalam
rangka menunjang peningkatan kualitas aparatur, juga telah
dibarengi dengan penyediaan sarana dan prasarana kerja sesuai
dengan kebutuhan dan tentunya sebatas kemampuan keuangan
daerah.
Dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan
dan pembangunan diperlukan adanya kelembagaan yang kokoh
dan optimal terhadap fungsi-fungsi dan hubungan antar instansi
pemerintah.
Pemerintah Kota Magelang melalui program tahunannya
secara berkelanjutan dan insidentil telah melaksanakan kegiatan
koordinasi mulai dari tingkat pimpinan daerah hingga tingkat
jajaran dibawahnya. Dengan mendasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan
Instansi Vertikal di Daerah, telah diselenggarakan rapat koordinasi
MUSPIDA (plus) Kota Magelang yang anggotanya terdiri dari
Walikota Magelang, Kapolresta Magelang, Komandan Kodim 0705
Magelang, Kepala Kejaksaan Negeri Kota Magelang, Ketua
Pengadilan Negeri Kota Magelang, dan Ketua DPRD Kota
Magelang. Rakor MUSPIDA (plus) merupakan forum kerjasama
dan konsolidasi untuk saling tukar menukar informasi mengenai
berbagai masalah yang membutuhkan penanganan secara
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 39
koordinatif, materi yang dibahas antara lain meliputi masalah
stabilitas politik di Kota Magelang, keamanan, ketertiban dan
ketentraman, sosial kemasyarakatan dan berbagai masalah aktual
lainnya.
Ditingkat Legislatif terdapat wadah koordinasi yaitu Forum
Komunikasi Legislatif Daerah (FORKOMLEGEDA) yang berfungsi
membina hubungan, menyamakan persepsi dan menyerasikan
kebijakan serta sebagai forum untuk memecahkan berbagai
masalah yang muncul dalam pelaksanaan pemerintahan daerah.
Forum ini diadakan secara insidentil guna menyikapi berbagai
masalah strategis yang membutuhkan langkah pemecahan secara
koordinatif, untuk tingkat nasional koordinasi antar DPRD se
Indonesia diwadahi dalam forum Asosiasi DPRD Kabupaten/Kota
Seluruh Indonesia (ADEKSI).
Dalam tingkat hubungan antar pemerintah daerah,
Pemerintah Kota Magelang sudah tercatat sebagai anggota
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI). Organisasi
ini merupakan wahana koordinasi antar pemerintah kota di seluruh
Indonesia dengan orientasi utama untuk menyamakan presepsi
tentang pelaksanaan otonomi daerah dan sekaligus sebagai media
koordinasi dengan Pemerintah Pusat.
Disamping berbagai bentuk koordinasi tersebut di atas,
Pemerintah Kota Magelang secara rutin juga telah melaksanakan
langkah-langkah koordinasi yang meliputi koordinasi perencanaan
pembangunan, koordinasi laporan pembangunan serta koordinasi
pengawasan pembangunan, hal tersebut sebagai upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan sehingga hasilnya dapat tercapai secara optimal.
8. Wilayah dan Tata Ruang
a) Tata Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang disusun untuk
mengantisipasi kecenderungan perkembangan kota dengan
memberikan arah dan pedoman bagi pengembangan kota. Dengan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 40
demikian tujuan penataan ruang Kota Magelang adalah agar
supaya kegiatan-kegiatan masyarakat perkotaan dapat tertata
sesuai peruntukannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Penyusunan rencana tata ruang kota didasarkan pada
kondisi yang akan dicapai bagi Kota Magelang, yaitu pada
dasarnya menjadikan Magelang untuk mampu mengemban peran
dan fungsi sebagai kota jasa, dengan penekanan pada jasa
pendidikan, jasa kesehatan dan jasa perekonomian. Peran rencana
tata ruang dengan demikian sangat terkait dengan pengembangan
suatu wilayah. Wilayah-wilayah yang akan dikembangkan disusun
dalam skenario pengembangan wilayah dan diakomodasi didalam
rencana tata ruang wilayah.
Saat ini penataan ruang dan pengembangan wilayah di Kota
Magelang didasarkan pada rencana tata ruang Kota Magelang
yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat
II Magelang. Rencana tata ruang tersebut mengatur arah
pengembangan Kota Magelang dalam 4 wilayah pengembangan
yaitu 4 Bagian Wilayah Kota (BWK). Masing-masing BWK
mengemban arah pengembangan kegiatan, yaitu BWK I atau
Pusat Kota adalah sebagai kawasan yang diarahkan untuk
mewadahi kegiatan jasa, perdagangan; BWK II untuk mewadahi
kegiatan pendidikan, rekreasi dan olah raga; BWK III sebagai
pusat pengembangan kegiatan pariwisata kota sedangkan BWK IV
lebih diarahkan untuk mewadahi pengembangan kegiatan
perdagangan, perhubungan dan jasa.
Penetapan BWK yang masing-masing mewadahi kegiatan
tertentu tersebut ditujukan untuk mengarahkan pengembangan
Kota Magelang, di mana pada dasarnya adalah mengembangkan
dan meratakan keramaian kota kesemua sudut kota. Itu dilakukan
untuk mengantisipasi konsentrasi pengembangan kegiatan pada
pusat-pusat kegiatan ekonomi kota yang selama ini masih terpusat
pada kawasan pusat kota saja. Apabila kondisi ini dibiarkan terus-
menerus diperkirakan kelak akan terjadi ketidakseimbangan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 41
pertumbuhan kegiatan dan ketidakmerataan distribusi sarana dan
prasarana kota.
Untuk menyebarkan keramaian kota maka sejak tahun 2001
telah disusun skenario pengembangan kota dengan menciptakan
pusat-pusat pertumbuhan baru perekonomian kota, yang meliputi
pengembangan: Kawasan Sidotopo, Kawasan GOR Samapta,
Kawasan Kebonpolo, Kawasan Soekarno-Hatta, Kawasan Taman
Kyai Langgeng, Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar.
Kawasan-kawasan tersebut dikembangkan berdasarkan arah
pengembangan dalam rencana tata ruang.
Tahap pengembangan kawasan-kawasan itu pada umumnya
masih dalam tahap awal pengembangan melalui pembangunan
beberapa jaringan infrastruktur yang dipadukan dengan upaya-
upaya untuk menarik penanam modal. Dalam pengembangan
kawasan ini diperkirakan yang kurang diminati penanam modal
adalah Kawasan GOR Samapta. Oleh karena itu dalam
mengembangkan kawasan itu harus dipacu dengan pengalokasian
anggaran yang memadai dari daerah.
Pada aspek penataan ruang, Peraturan Daerah Nomor 4
tahun 1999 akan berakhir pada tahun 2008, dan saat ini sedang
dilakukan revisi penyusunan rencana tata ruang yang mendasari
penyusunan peraturan daerah baru yang akan mengganti
peraturan daerah tentang penataan ruang yang tengah berlaku
saat ini. Revisi rencana tata ruang dilakukan selain disebabkan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 akan berakhir pada tahun
2008, juga dikarenakan telah diundangkannya Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Maka dari itu bagi
Kabupaten dan Kota harus segera menyusun revisi rencana tata
ruang agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan pokok yang
diamanatkan dalam undang-undang penataan ruang.
Perencanaan tata ruang suatu daerah tidak bisa terlepas dari
perencanaan tata ruang daerah disekitarnya, serta perencanaan
tata ruang yang disusun oleh pemerintah daerah tingkat atasnya.
Dalam membahas rencana tata ruang Kota Magelang, selain
mengacu pada rencana tata ruang yang disusun oleh Pemerintah
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 42
Provinsi Jawa Tengah, juga memperhitungkan kecenderungan
yang terjadi dan diprediksi akan terjadi pada wilayah-wilayah
sekitar Kota Magelang.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah,
Kota Magelang diidentifikasikan sebagai suatu kawasan cepat
tumbuh. Hal itu berarti Kota Magelang dipandang mampu
memberikan pelayanan bagi wilayah-wilayah disekitarnya.
Pelayanan yang mampu diberikan oleh Kota Magelang adalah
didukung dengan kelengkapan fasilitas pelayanan dasar, yang
terutama meliputi pelayanan bidang pendidikan, kesehatan dan
perdagangan. Disamping itu, dan seiring dengan pengembangan
bidang kepariwisataan, pelayanan jasa akomodasi pariwisata telah
cukup berkembang dan mampu memberikan pelayanan yang
memadai. Dengan peran dan fungsi yang mampu diemban oleh
Kota Magelang sebagai pusat pelayanan bagi kawasan
disekitarnya, maka pertumbuhan Kota Magelang akan lebih cepat
dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Selain itu, Kota Magelang juga termasuk dalam Kawasan
Kerjasama Strategis dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yang
secara khusus termasuk dalam Kawasan Purwomanggung, yaitu
suatu kawasan yang mewadahi kerja sama antara wilayah
Kabupaten Purworejo, Wonosobo, Magelang, Temanggung dan
Kota Magelang. Hal ini memberikan peluang kepada Kota
Magelang untuk meningkatkan peran dan fungsinya dalam
melayani kawasan sekitarnya, yang akan memberikan dampak
positip bagi pertumbuhan ekonomi Kota Magelang. Dengan
demikian pengembangan kawasan-kawasan strategis di Kota
Magelang harus disiapkan dan diarahkan agar mampu
memberikan kontribusi yang positip bagi pertumbuhan ekonomi
kota.
b) Wilayah
Dengan memperhatikan rencana tata ruang wilayah Provinsi
Jawa Tengah, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang disusun
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 43
untuk mengarahkan dan memfasilitasi pemanfaatan ruang kota
yang diperhitungkan terhadap:
(1) Prediksi kebutuhan penduduk pada akhir tahun perencanaan;
(2) Sumber daya yang dimiliki untuk dapat dioptimalkan
pemanfaatannya;
(3) Ancaman yang harus diatasi dan peluang yang harus
dimanfaatkan;
(4) Kebijakan pengembangan kota.
Guna mengoptimalkan pengembangan kawasan perkotaan;
memudahkan pengelolaan kawasan perkotaan; meningkatkan
fungsi pelayanan, serta untuk menentukan kawasan-kawasan
yang akan dilakukan perencanaan secara lebih rinci, maka
kawasan perkotaan di Kota Magelang dilakukan pembagian
wilayah kota kedalam unit-unit lingkungan atau kedalam kawasan
fungsional yang lebih kecil. Unit lingkungan perkotaan yang lebih
kecil tersebut dikenal sebagai Bagian Wilayah Kota (BWK).
Bagian Wilayah Kota merupakan sub wilayah pembangunan
di Kota Magelang dan mewadahi kegiatan dominan yang
direncanakan. Dalam rencana tata ruang kota Magelang terdapat 5
(lima) Bagian Wilayah Kota (BWK), dimana masing-masing BWK
mewadahi kegiatan tertentu sesuai dengan arahan perkembangan
kota yang telah disusun. Masing-masing BWK kemudian dibuat
Sub BWK (SBWK) yang merupakan Blok Peruntukan Kawasan.
Kelima BWK tersebut diarahkan untuk mewadahi kegiatan-
kegiatan:
(1) BWK I atau Bagian Wilayah Pusat Kota, seluas + 260,2
hektare terdiri dari 8 SBWK, dan berfungsi sebagai kawasan
yang mewadahi kegiatan perkotaan, dengan karekateristik
kegiatan sebagai pusat pelayanan sosial-ekonomi skala kota,
rekreasi/wisata perkotaan, dan permukiman dengan
kepadatan tinggi. Karakteristik BWK Pusat Kota adalah lokasi
di tengah wilayah kota dan mempunyai daya jangkau yang
relatif merata dari semua sudut kota. Fasilitas pelayanan
dasar, khususnya fasilitas ekonomi dan sosial kota, tersedia
dan tersebar cukup merata di BWK I. Kepadatan penduduk
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 44
dan kepadatan bangunan sangat tinggi, sehingga dimasa yang
akan datang harus diantisipasi dalam pola pemanfaatan lahan
secara vertikal. Areal BWK I meliputi seluruh wilayah
Kelurahan Panjang dan Rejowinangun Selatan; sebagian
wilayah Kelurahan Rejowinangun Utara; Magersari;
Kemirirejo; Cacaban; Magelang dan Gelangan.
(2) BWK II, seluas + 464,7 hektare terdiri dari 8 SBWK dengan
konsentrasi kegiatan permukiman, pendidikan tinggi, dan
militer. Pada beberapa simpul lokasi di BWK II, terutama
kawasan-kawasan yang bersinggungan langsung dengan
kawasan pusat kota harus diantisipasi perkembangan fasilias
perdagangan dengan skala pelayanan lokal dan regional. Areal
BWK II meliputi seluruh wilayah Kelurahan Potrobangsan;
sebagian wilayah Kelurahan Wates; Gelangan; Cacaban dan
Magelang.
(3) BWK III, seluas + 386,6 hektare mempunyai 6 SBWK,
dengan pengembangan dan pemanfaatan ruang sebagai
kawasan rekreasi kota/wisata alam skala regional, pelestarian
alam, pendidikan militer dan permukiman dengan kepadatan
rendah. Kawasan perkotaan pada BWK III harus
dipertahankan rasio antara ruang terbangun dan ruang
terbuka hijau. Prediksi pemanfaatan lahan dimasa depan tidak
begitu banyak bergeser dari alokasi lahan saat ini. Sedangkan
pengembangan bidang kepariwisataan sangat potensial untuk
diarahkan di kawasan BWK III tersebut. Gunung Tidar yang
merupakan hutan lindung kota berlokasi di BWK III. Kekuatan
pasar akan mendesak penggunaan lahan Gunung Tidar atau
sebagian lahan gunung tersebut untuk kegiatan ekonomi.
Dengan demikian dibutuhkan suatu aturan hukum yang kuat
untuk menjaga kelestarian alam di kawasan tersebut. Areal
BWK III meliputi seluruh wilayah Kelurahan Jurangombo Utara
dan Jurangombo Selatan; sebagian wilayah Kelurahan
Magersari dan Kemirirejo.
(4) BWK IV, seluas + 334,9 hektare direncanakan terdiri dari 5
SBWK, sebagai kawasan pusat pemerintahan, industri kecil
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 45
dan menengah, simpul pergerakan barang, jasa dan orang,
serta permukiman kepadatan rendah. Pada BWK IV terdapat
kawasan Soekarno-Hatta, yang sangat potensial untuk
mewadahi kegiatan perdagangan skala menengah dan besar.
Hal itu didukung oleh keberadaan Terminal Tidar di kawasan
tersebut. Peningkatan kegiatan perdagangan di BWK IV
dimasa yang akan datang akan menjadi dominan, terutama
dengan berkembangnya Kawasan Soekarno-Hatta; Kawasan
Canguk, serta berkembangnya Kawasan Mertoyudan, yang
berada di wilayah Kabupaten Magelang sebagai kawasan
perkotaan dengan dominasi kegiatan perdagangan dan
perkantoran. Pada BWK IV ini terdapat simpul-simpul kawasan
yang merupakan gerbang pintu masuk kota dari arah selatan
dan timur. Sehingga penataan ruang pada kawasan tersebut
memerlukan prioritas yang harus dilaksanakan dalam rangka
menjaga kualitas ruang kota. Areal BWK IV meliputi seluruh
wilayah Kelurahan Tidar Utara; Tidar Selatan serta sebagian
wilayah Kelurahan Magersari; Rejowinangun Utara dan Wates.
(5) BWK V, seluas + 365,6 hektare dan terdiri dari 7 SBWK,
sebagai kawasan olah raga dan rekreasi skala kota, pusat
pelayanan sosial-ekonomi skala lingkungan dan permukiman
kepadatan menengah. Kawasan Sidotopo yang berlokasi di
BWK V, akan berkembang sebagai salah satu kawasan yang
mengampu kegiatan ekonomi kota. Sedangkan Kawasan GOR
Samapta berkembang sebagai pusat kegiatan olah raga dan
rekreasi kota. Areal BWK V meliputi seluruh wilayah
Kelurahan Kramat Utara; Kramat Selatan dan Kedungsari.
(6) Pembagian kawasan perencanaan dalam BWK merupakan
skenario yang bersifat makro, sedangkan pola pemanfaatan
lahan perkotaan sudah merujuk pada pewadahan kegiatan
yang direncanakan sampai tahun 2026.
Kinerja penataan ruang di suatu daerah ditunjukkan dengan
ketersediaan dokumen rencana tata ruang, sumber daya manusia
yang memahami rencana tata ruang, serta penyelenggaraan
penataan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang meliputi aspek
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 46
pembinaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan. Saat ini di
Kota Magelang telah terbentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) yang merupakan sebuah lembaga yang bersifat
koordinatif dan melibatkan berbagai dinas/instansi yang terkait
dengan penataan ruang. Kinerja lembaga tersebut sangat
ditentukan oleh kinerja sekretariat dan kelompok kerja yang ada
didalamnya. Dalam lembaga tersebut terdapat 2 kelompok kerja
(pokja) yaitu Pokja Perencanaan Tata Ruang dan Pokja
Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang.
Dalam hal ketersediaan dokumen rencana tata ruang saat ini
di Kota Magelang sudah tersusun Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Magelang dan beberapa rencana dengan kedalaman rencana
teknis yang meliputi: Rencana Teknis Pengembangan Kawasan
Soekarno-Hatta; Rencana Teknis Bangunan dan Lingkungan
Kawasan Pecinan; Studi Kelayakan Kawasan GOR Samapta dan
Kawasan Sidotopo. Dokumen-dokumen tersebut sangat membantu
dalam memberikan acuan bagi pengembangan kawasan yang
direncanakan.
c) Pertanahan
Laju penggunaan lahan terbangun di Kota Magelang
mempunyai kecenderungan meningkat khususnya untuk jenis
guna lahan perumahan permukiman, dari total lahan terbangun
seluas 1.485,92 ha lebih dari 50% merupakan lahan perumahan
permukiman dan untuk jasa, perusahaan atau industri sekitar 23%
lainnya merupakan prasarana perkotaan. Pola sebaran
penggunaan lahan baru untuk permukiman lebih banyak
mengikuti pola sebaran permukiman lama, sedang untuk jasa,
perusahaan atau industri lebih cenderung mengikuti pola jaringan
jalan utama pada lapis pertama.
Dengan keterbatasan sumber daya tanah yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Magelang, dihadapkan pada kendala dalam
pemanfaatan lahan oleh masyarakat maka perlu dilakukan
pembatasan dan pengaturan dalam tata guna lahan, sehingga
penggunaan lahan akan sesuai dengan peruntukannya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 47
Dari luas lahan Kota Magelang sekitar 1.812 Ha kurang lebih
1.504 ha atau 80% dari luas wilayah telah bersertifikat
(HGB/HP/HM) dan sekitar 70 % dari lahan tersebut digunakan
untuk perumahan permukiman. Kepemilikan lahan oleh
masyarakat diperkotaan yang didasarkan pada luasan dan lokasi
yang strategis masih didominasi oleh kepemilikan modal yang
kuat, sehingga masyakat yang hanya mempunyai modal terbatas
makin tersingkir kepinggiran yang berakibat munculnya
permukiman yang kumuh (slum area) di wilayah-wilayah padat
Kota Magelang.
9. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Sumber daya alam dan lingkungan hidup mempunyai peran
ganda yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource base
economy) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life
support system). Sumber daya alam dibedakan menjadi sumber daya
alam hayati (biotik) dan sumber daya alam non hayati (abiotik).
Sedangkan berdasarkan ketersediaannya, sumber daya alam
dibedakan menjadi sumber daya terbaharukan dan sumber daya alam
tidak terbaharukan. Kota Magelang dengan luas wilayah yang
terbatas yaitu hanya 18,12 km2 atau 1.812 Ha, dengan demikian
dapat dikatakan potensi sumber daya alam yang dimiliki relatif sangat
kecil.
a) Hutan.
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam biotik
mempunyai multifungsi yaitu sebagai pencegah banjir, menyerap
CO2, mengatur tata air dan sebagai penahan erosi. Luas hutan
yang dimiliki Kota Magelang belum memenuhi ketentuan seperti
yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan yaitu sebesar 30% dari
luas wilayah. Saat ini, luas hutan di Kota Magelang adalah 99,56
Ha atau 5,49% dari luas wilayah. Mengingat keterbatasan lahan
yang dimiliki Pemerintah Kota Magelang, maka untuk memenuhi
luas hutan sebesar 30% dari luas wilayah tentu akan dijumpai
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 48
banyak permasalahan yang akan dihadapi. Hutan yang ada di Kota
Magelang berupa taman wisata dan hutan lindung. Taman Kyai
Langgeng sebagai taman wisata dengan luas 25,82 Ha memiliki
kekayaan tanaman langka, sedangkan hutan lindung berada di
Gunung Tidar dengan luas 73,74 Ha yang juga berperan sebagai
paru-paru kota dan penahan erosi. Disamping itu masih terdapat
ruang terbuka hijau berupa areal sempadan aliran Sungai Elo dan
Sungai Progo dengan luas 115,7 Ha, lapangan, dan taman-taman
kota.
b) Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Potensi
sumber daya air yang dimiliki Kota Magelang terdiri dari air hujan,
air permukaan dan air tanah. Untuk memenuhi kebutuhan air
bersih penduduk Kota Magelang sebagian besar dipasok dari
sumber mata air yang berada di wilayah Kabupaten Magelang.
Pada saat ini Pemerintah Kota Magelang berupaya mengurangi
ketergantungan dengan mengelola dan memanfaatkan sumber air
yang berasal dari wilayah Kota Magelang sendiri yaitu mata air Tuk
Pecah yang terletak di tepi Sungai Elo dengan perkiraan debit
aliran air mencapai ± 224 liter/ detik.
c) Lingkungan Hidup.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Dengan
demikian lingkungan hidup merupakan bagian integral dari
ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Setiap
aktifitas kehidupan berpengaruh terhadap keadaan lingkungan
hidup termasuk diantaranya adalah timbulnya dampak
pencemaran baik udara, air maupun tanah. Lingkungan hidup saat
ini merupakan salah satu isu yang sangat krusial karena salah satu
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 49
tujuan pembangunan abad milenium atau Millennium Development
Goals (MDGs) 2015 adalah perbaikan lingkungan.
Secara umum kualitas udara di Kota Magelang berdasarkan
hasil pengujian dan pemantauan kualitas udara ambient pada
tahun 2004, umumnya masih di bawah mutu udara ambient,
tetapi untuk parameter debu dan kebisingan hampir mendekati
baku mutu ambient. Sedangkan untuk kualitas air sungai
berdasarkan hasil pengujian laboratorium menunjukkan hampir
semua parameter melebihi baku mutu yang ditetapkan. Sumber-
sumber pencemaran di Kota Magelang berasal dari industri,
aktifitas rumah tangga (sumber domestik), fasilitas umum,
pembakaran sampah, sumber yang bergerak seperti transportasi
serta dari pertanian dalam arti yang luas.
d) Pengelolaan Sampah
Pengelolaan persampahan di Kota Magelang belum
dilaksanakan secara efektif baik di hulu maupun di hilir, utamanya
dalam proses pengangkutan.
Masyarakat sebagai produsen sampah belum berpartisipasi
dalam pengelolaan persampahan. Proses pengangkutan sampah
belum optimal, demikian pula dengan penimbunan sampah di TPA
masih menggunakan metode Open Dumping. Besarnya timbulan
volume sampah yang dihasilkan penduduk Kota Magelang adalah
354 m3/hari, sebagian besar dibuang ke TPA Banyuurip yang
terletak di wilayah Kabupaten Magelang dengan luas 6,8 Ha.
B. TANTANGAN
1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a) Kehidupan beragama
Untuk bidang keagamaan, meskipun secara umum
permasalahan agama lebih menyangkut masalah pribadi (private)
tetapi dalam konteks penegakan etika publik yang berkaitan
dengan peningkatan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 50
agama dalam kehidupan masyarakat (termasuk dalam hal ini
penyelenggaraan pemerintahan) tidak dapat dipungkiri bahwa
tantangan terberatnya adalah menyelaraskan dan menyerasikan
antara nilai-nilai ajaran agama dengan praktik riil atau amalan
dalam kehidupan seharí-hari. Karena agama merupakan pondasi
kehidupan serta alat kontrol nurani yang esensial dalam proses
pengambilan kebijakan, maka dalam upaya mengaktualisasikan
nilai-nilai tekstual menjadi sesuatu yang kontekstual sangat
diperlukan keteladanan dari para pemimpin pada semua lini.
Pemimpin adalah panutan dan pamong bagi rakyatnya. Pemimpin
yang baik sudah pasti tidak akan memanfaatkan kekuasaannya
hanya demi kepentingan dirinya sendiri, tetapi senantiasa akan
mengutamakan kepentingan dan kemaslahatan rakyat.
Tantangan lainnya dalam pembangunan kehidupan beragama
adalah memperkuat jaringan kerja sama dan koordinasi antar
umat beragama terutama ketika dihadapkan dengan
permasalahan-permasalahan sensitif sebagai pengaruh negatif
dari globalisasi ataupun isu-isu yang mendiskreditkan salah satu
agama yang dapat mengakibatkan terganggunya kerukunan
antar umat beragama. Keterbatasan kewenangan pemerintah
daerah dalam urusan pembangunan bidang agama menjadi
tantangan tersendiri untuk memperkokoh jalinan kerjasama dan
koordinasi dengan para pemangku kepentingan, khususnya para
tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi keagamaan, ormas,
dan pemimpin informal lainnya dalam suasana interaksi yang
dialogis dan saling menghargai adanya perbedaan antar satu
agama dengan yang lain.
b) Kependudukan
Pada aspek kependudukan, dalam kurun waktu 20 tahun
yang akan datang diperkirakan Kota Magelang akan menghadapi
tantangan laju pertumbuhan penduduk yang cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut bukan saja
disebabkan oleh peningkatan angka kelahiran tetapi juga
peningkatan jumlah penduduk yang disebabkan oleh migrasi
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 51
yang tidak dapat dihindari dalam bentuk arus urbanisasi sebagai
dampak dari interaksi desa-kota. Kondisi ini membawa
konsekuensi bagi pemerintah untuk memberikan perhatian lebih
terhadap pembangunan di semua bidang baik fisik maupun non
fisik termasuk peningkatan kualitas SDM agar mandiri dan
berdaya saing sebagai langkah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Selain tantangan laju perkembangan
penduduk, pada konteks administrasi kependudukan masih
dihadapkan dengan tantangan yang berupa: masih rendahnya
kesadaran penduduk terhadap kepentingan kepemilikan identitas
diri dan keluarga, dan belum optimalnya kualitas pelayanan
kependudukan.
c) Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan yang berkelanjutan dalam era globalisasi akan
meningkatkan kecerdasan dan taraf hidup sehingga diharapkan
akan merangsang tumbuhkembangnya kemandirian masyarakat
untuk berkiprah dalam proses penyelenggaran pembangunan.
Kiprah itu dapat berbentuk partisipasi aktif, sumbang saran,
tuntutan transparan dalam pelaksanaan pembangunan, dan
sebagainya. Untuk merespons dinamika kehidupan masyarakat
tersebut diperlukan kesigapan dan daya tanggap dari aparatur
pemerintah melalui mekanisme kelembagaan yang mampu
menyerap aspirasi dan aksi budaya serta kreatifitas dan inovasi
sosial budaya yang mengemuka. Dukungan aparat yang mantap,
bersih, dan berwibawa serta pemanfaatan sarana prasarana dan
teknologi tanpa mengesampingkan kearifan budaya lokal
diperlukan guna mewujudkan karakteristik warga kota yang
berjati diri dengan sistem yang berakar modern dan unggul
namun tetap mempertahankan pentingnya budaya gotong-
royong. Namun demikian, permasalahan kesejahteraan sosial
yang semakin kompleks dan berkembang sebagai akibat dari
dampak beratnya beban hidup dan kebutuhan ekonomi yang
harus ditanggung, utamanya lapisan masyarakat menengah ke
bawah, memunculkan berbagai tantangan dalam pembangunan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 52
bidang sosial budaya. Tantangan-tantangan itu dapat disebutkan
antara lain:
(1) Derasnya arus informasi di era globalisasi sebagai akibat
kemajuan teknologi informasi tidak jarang justru membentuk
kisi-kisi negatif pada psikologi sosial yang menstimulasi
munculnya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme. Sikap
dan perilaku ini seringkali cenderung mengabaikan atau
bahkan “meruntuhkan” sendi-sendi nilai kebersamaan dan
kegotongroyongan yang selama ini telah terbangun dalam
mekanisme kehidupan bermasyarakat. Di sisi lain, jejasan
tuntutan kebutuhan dan keinginan yang tinggi tanpa dibekali
dengan kesadaran akan kemampuan yang dimilikinya pada
perkembangannya menyebabkan disorientasi secara
kejiwaan yang dampak negatifnya berakibat kepada
munculnya gejala stres dan dipresi dalam kehidupan
masyarakat.
(2) Kecenderungan memudarnya sistem nilai sosial budaya
sebagai pranata utama pembentukan sikap dan perilaku
masyarakat, serta penerapan nilai-nilai kebebasan yang
berlebihan bersamaan dengan bergulirnya era reformasi
membawa implikasi kepada timbulnya kekurangpatuhan
masyarakat terhadap ketentuan yang berlaku. Ini
mengakibatkan adanya kecenderungan kekurangteraturan
dalam kehidupan masyarakat (social disorder). Disamping
itu, kecenderungan terjadinya disharmoni sosial yang
mengarah kepada disintegrasi sosial akibat mengentalnya
perbedaan kepentingan dan perbedaan afiliasi politik, pada
titik tertentu dapat meniadakan kepedulian dan peran aktif
masyarakat dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat. Akibatnya partisipasi masyarakat dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan sosial dalam kehidupan
bersama tidak terpupuk dengan baik. Lebih dari itu, peran
kalangan swasta juga belum tumbuh dengan subur melalui
kegiatan-kegiatan filantropi (kedermawanan sosial) dalam
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 53
mekanisme tanggung jawab sosial dunia usaha (corporate
social responsibility).
(3) Rendahnya kapasitas dan ketrampilan masyarakat dalam
mendayagunakan sumber daya secara mandiri dan
berkelanjutan berimbas kepada kurang kuatnya tekad dan
semangat untuk memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan prasarana dan sarana yang sudah tersedia.
Mentalitas dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) serta
etos kerja yang belum terbangkitkan dan terbina dalam
wujud struktur kerangka berpikir manajerial yang
berorientasi kepada capaian peningkatan produktivitas kerja
yang tinggi berimbas pada rendahnya daya juang untuk
mandiri, sehingga sikap mental menggantungkan diri pada
yang lain baik yang bersifat individu maupun kelembagaan
masih sulit untuk dihilangkan.
(4) Belum optimal dan terfokusnya kepedulian serta perhatian
pemerintah terhadap upaya-upaya mempertahankan
kelestarian berbagai bentuk pelayanan kesejahteraan sosial
berbasis masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan
dalam tradisi kemasyarakatan, seperti: arisan, pengumpulan
beras perelak/jimpitan, pembuatan lumbung pangan, usaha
simpan pinjam sampai mekanisme rotasi kerja secara gotong
royong, sambatan, gugur gunung, dan sebagainya. Berbagai
bentuk itu merupakan mekanisme pertahanan hidup secara
informal dan tradisional, yang dilaksanakan oleh warga
masyarakat sebagai wujud kepedulian terhadap sesama
warga. Pendekatan yang menggunakan mekanisme tradisi
lokal tersebut, ternyata telah dipakai sebagai cara yang
cukup handal oleh kelompok-kelompok miskin dan marginal
sehingga membuktikan bahwa mereka mempunyai
kemampuan dasar untuk membangun dan mempertahanakan
dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa pelayanan
kesejahteraan sosial tidak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab masyarakat
secara keseluruhan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 54
(5) Dengan potensi dan daya dukung yang ada tidaklah
berlebihan apabila ke depannya Kota Magelang dapat
menjadi pusat pilihan layanan jasa pendidikan tingkat
regional dan memperkuat branchmark Kota Magelang
sebagai kota jasa pendidikan yang mampu menjadi daya
tarik utama bagi warga di wilayah hinterlandnya.
d) Kesehatan
Di bidang kesehatan, secara umum tantangan yang dihadapi
adalah lebih mengefektifkan dan mengefisiensikan sistem
kesehatan daerah yang merupakan tatanan yang menghimpun
berbagai upaya pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta di
daerah yang secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya kesehatan yang setinggi-tingginya.
Adapun cakupannya meliputi: upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, sediaan obat dan
perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan
manajemen kesehatan. Sedangkan spesifikasi tantangan yang
dihadapi antara lain:
(1) Belum semua unsur derajat kesehatan menunjukkan
kemajuan dari tahun ke tahun dengan kasus-kasus yang
selalu terjadi pada masing-masing unsur tersebut.
(2) Meningkatkan fokus sasarannya melalui penyediaan layanan
kesehatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau
serta kemudahan akses bagi semua lapisan masyarakat,
termasuk perhatian yang intensif terhadap warga miskin.
(3) Peningkatan derajat kinerja urusan kesehatan dengan
ditandai oleh semakin memadainya sarana dan prasarana,
makin profesionalnya tenaga kesehatan, mekanisme dan
prosedur layanan yang semakin mudah, serta kian luasnya
jangkauan layanan yang diberikannya.
(4) Peningkatan perlengkapan sarana dan prasarana kesehatan
yang semakin modern dan canggih untuk mengantisipasi dan
melayani perkembangan jenis penyakit baik yang menular
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 55
maupun tidak menular bagi penduduk Kota Magelang dan
juga warga daerah sekitar, sehingga nantinya Kota Magelang
dapat benar-benar menjadi pusat pelayanan kesehatan yang
lengkap dan murah di tingkat regional.
(5) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola
hidup bersih dan sehat serta partisipasi dalam pembangunan
kesehatan.
e) Pendidikan
Bidang pendidikan menghadapi tantangan untuk selalu
meningkatkan kualitas pelayanannya. Peningkatan sarana dan
prasarana pendidikan baik hardware maupun software di semua
jenjang pendidikan, serta peningkatan kualitas proses belajar
mengajarnya. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM aparat,
pelaku, pendidik, dan tenaga kependidikan melalui penyediaan
akses-akses untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan
dirinya. Kapasitas dan profesionalisme yang memadai, utamanya
bagi pendidik dan tenaga kependidikan, dituntut untuk secara
terus-menerus dikembangkan dan dipromosikan agar bisa
memenuhi kualifikasi yang diperlukan sesuai dengan tuntutan
aturan yang berlaku. Semakin lengkap dan berkualitasnya sarana
dan prasarana pendidikan yang dibarengi dengan mutu tenaga
pendidikan yang mumpuni diharapkan nantinya output
pendidikan, yakni siswa yang telah lulus sekolah, dapat
berkompetisi dan unggul tatkala hendak melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi ataupun ketika memasuki lapangan
kerja. Kesemuanya itu harus didukung oleh manajemen
pendidikan yang good governance dengan melibatkan unsur civil
society sebagai pemangku kepentingan dalam mekanisme kerja
yang akuntabel.
Satu hal yang tidak boleh terlepas dari perhatian adalah
tingginya nilai APK dan APM jangan menjadi sumber kelengahan
sehingga warga Kota Magelang yang berusia sekolah tetap harus
menjadi prioritas. Masalah daya tampung dan kasus Drop out
(DO) jangan sampai terjadi dengan alasan ekonomi. Kesempatan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 56
belajar yang seluas-luasnya mutlak diperlukan bagi seluruh
lapisan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan baik
formal maupun non formal. Dengan begitu tantangan lainnya
adalah memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dan
murah. Bahkan jika memungkinkan sekolah gratis dalam koridor-
koridor yang rasional.
f) Pemberdayaan Masyarakat
Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tantangan ke
depannya adalah lebih memfokuskan dan menitikberatkan
pemberdayaannya kepada upaya-upaya untuk memelihara,
meningkatkan, memantapkan, mengembangkan, dan
mendayagunakan modal sosial yang mencakup iklim kerja yang
mendukung ketahanan sosial masyarakat dan penjaring
kerja/kemitraan dalam mendukung berjalan dan berfungsinya
sistem kesejahteraan sosial. Dengan demikian diharapkan akan
tumbuh dan berkembang keberdayaan serta kemandirian
masyarakat dengan mengedepankan paradigma yang lebih
bertumpu kepada hak asasi manusia, demokratisasi dan
peningkatan peran masyarakat sipil.
Selain itu juga perlu dibangun wadah bagi keluarga di
daerah, terutama keluarga yang kondisi sosial ekonominya
lemah, untuk diajak bergabung dalam suatu proses
pemberdayaan bersama dalam Pos Pemberdayaan Keluarga
(Posdaya). Penyelenggaraannya melalui proses pendampingan
perorangan yang peduli, atau petugas pemerintah dan organisasi
masyarakat, keluarga yang lebih mampu bergotong royong
membantu keluarga yang lemah dengan cara memberikan
tambahan wawasan, pengetahuan serta kemampuan dalam
melaksanakan fungsi keluarga sehingga keluarga yang
terbelakang mampu memberdayakan keluarganya. Tujuannya
adalah (1) Disegarkannya kembali modal sosial berupa kehidupan
gotong royong dalam masyarakat untuk peduli dan saling
membantu dalam proses pemberdayaan atau bersama-sama
memecahkan masalah kehidupan sehingga keluarga yang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 57
tertinggal dapat memenuhi kebutuhan dan membangun keluarga
sejahtera secara mandiri; (2) Tumbuh dan berkembangnya
lembaga dalam masyarakat dengan terorganisasinya infrastruktur
sosial yang sudah ada, yaitu keluarga, yang memiliki kegiatan
atau usaha bersama yang akan menjadi perekat atau kohesi
sosial, sehingga tercipta suatu kehidupan yang rukun dan dinamis
untuk mencapai kesejahteraan bersama; dan (3) Terbentuknya
wadah organisasi atau wahana partisipasi sosial, di mana setiap
keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan yang bisa
membantu proses pemantapan fungsi-fungsi keluarga sehingga
mampu membangun kehidupan keluarga dengan mulus dan
sejuk.
Kualitas hidup dan peran perempuan serta perlindungan anak
dipengaruhi oleh terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan
anak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Namun
demikian, aktifitas lembaga/organisasi yang mengelola
pemberdayaan perempuan dan anak masih belum secara optimal
berpartisipasi aktif, kritis, dan kontrol sehingga memerlukan
inovasi-inovasi baru yang lebih responsif dan relevan terhadap
kebutuhan-kebutuhan nyata sesuai perkembangan situasi dan
kondisi. Diperlukan pula upaya advokatif dan perubahan pola
pikir masyarakat dan lembaga dalam menyikapi kasus-kasus
yang terjadi seperti tindak kekerasan, eksploitasi, dan
diskriminasi. Karena itu dalam usaha mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dalam
kehidupan berbangsa, bermasyarakat, bebangsa dan bernegara
tantangan yang dihadapi antara lain: (a) meningkatkan kualitas
hidup perempuan; (b) memajukan tingkat keterlibatan
perempuan dalam proses politik dan jabatan politik; (c)
menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan; (d)
meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak; (e)
meningkatkan pelaksanaan dan memperkuat kelembagaan
pengarusutamaan gender; dan (f) meningkatkan partisipasi
masyarakat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 58
g) Kesejahteraan Sosial
Untuk meningkatkan derajat hidup layak, tantangan yang
dihadapi adalah penurunan angka kemiskinan yang harus
diupayakan melalui peningkatan pendapatan per kapita dengan
didukung oleh berbagai program penanggulangan kemiskinan
yang tepat sehingga mengurangi beban keluarga miskin dalam
memenuhi kebutuhan minimalnya. Ketepatan sasaran program
menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan upaya penanggulangan
kemiskinan. Disamping itu juga secara terus-menerus
mengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan seperti:
(1) peningkatan pendapatan melalui peningkatan produktifitas
masyarakat miskin, (2) pengurangan pengeluaran beban biaya
gakin untuk memenuhi kebutuhan dasar, (3) peningkatan
kesempatan kerja dan berusaha, (4) pemberdayaan masyarakat,
(5) peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan
kelembagaan, serta (6) perlindungan sosial dan kesempatan
memperoleh jaminan sosial.
Pada sisi lain, menyimak beberapa kendala yang terjadi
dalam penanganan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial) selama ini, dalam wacana ke depannya dipandang perlu
memformulasikan kembali pendekatan dalam upaya menangani
PMKS secara lebih komprehensif dan terfokus. Tantangan yang
dihadapinya adalah mereaktualisasi dan merevitalisasi substansi
pemberdayaan PMKS yang berorientasi kepada peningkatan
kemampuan masyarakat (capacity building) dan peningkaan
kelembagaan (institusional building) dalam wadah pendekatan
komunitas (community development approach) dengan
menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan kemandiriannya.
Pendekatan-pendekatan yang responsif dan aspiratif yang perlu
dilakukan mencakup:
(1) Strategi untuk mengatasi masalah PMKS hendaknya
diarahkan untuk mengikis budaya negatif seperti apatis,
apolitis, fatalistis, ketidakberdayaan dan lain-lain. Bila
budaya ini tidak dihilangkan, masalah PMKS sulit
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 59
ditanggulangi. Selain itu hambatan-hambatan yang sifatnya
struktural dan politis juga harus dihilangkan.
(2) Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong
produktivitas, kalangan PMKS harus dibekali kemampuan
dasar untuk meningkatkan pendapatan melalui perbaikan
kesehatan, pendidikan, ketrampilan usaha, teknologi dan
jaringan usaha.
(3) Melibatkan komunitas PMKS dalam seluruh proses
penanganan PMKS. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, evaluasi hingga pengambilan keputusan.
(4) PMKS adalah kelompok yang mampu membangun dirinya
sendiri jika pemerintah mau memberi kebebasan untuk
mengatur dirinya. Tidak dapat dilupakan pula bahwa upaya
memperbaiki kesejahteraan sosial masyarakat secara
preventif pun harus dilakukan dari komponen terkecil yakni
keluarga, melalui pembinaan keluarga kecil dan sejahtera.
(5) Dalam era otonomi daerah yang tengah berlangsung saat ini,
peran, wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah
semakin besar, sehingga perencanaan dan perumusan
kebijakan, strategi dan program pemberdayaan PMKS
merupakan konskuensi dari pemerintah daerah yang apabila
dipandang perlu selanjutnya dituangkan dalam bentuk
peraturan daerah yang ditetapkan bersama-sama dengan
DPRD. Dengan dukungan DPRD, maka program
pemberdayaan PMKS akan memperoleh dukungan dana yang
cukup dari APBD serta kebijakan yang diambil selalu berpihak
dan langsung menyentuh kelompok PMKS.
h) Pemuda dan Olah Raga
Di bidang pemuda dan olahraga, selayaknyalah apabila para
pemuda ditempatkan dalam posisi yang strategis. Ini mengingat
pemuda sebagai generasi penerus yang diharapkan nantinya
dapat mewarisi kepemimpinan di daerah harus dibina dan
dipersiapkan baik yang menyangkut kapasitas materiil maupun
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 60
spirituilnya. Tantangan yang dihadapi dalam rentang 20 tahun ke
depan meliputi: (a) Mewujudkan kebijakan kepemudaan yang
serasi di berbagai bidang pembangunan; (b) Meningkatkan
pendidikan dan ketrampilan bagi pemuda; (c) Meningkatkan
kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan bagi pemuda;
(d) Melindungi segenap generasi muda dari masalah
penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, penyebaran penyakit
HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual di kalangan pemuda;
(e) Mewujudkan kebijakan dan manajemen olahraga dalam upaya
mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan
olahraga secara terpadu dan berkelanjutan termasuk landasan
hukum yang mendukung; (f) Meningkatkan budaya dan prestasi
olahraga secara berjenjang termasuk pemanduan bakat,
pembibitan dan pengembangan bakat; (g) Memberdayakan dan
mengembangkan iptek dalam pembangunan olahraga; (h)
Meningkatkan pemberdayaan organisasi olahraga; dan (i)
Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat
termasuk dunia usaha dalam mendukung pembangunan
olahraga.
2. Ekonomi
a) Kondisi Makro Ekonomi
Implementasi Otonomi Daerah tidak hanya berarti
penyerahan hak dan kewajiban yang seluas-luasnya kepada
daerah untuk mengelola rumah tangganya sendiri, melainkan
juga berkonsekuensi bahwa daerah dituntut untuk mampu secara
mandiri mengelola pembangunan daerah secara efisien dan
efektif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi daerah dan
sumber daya yang ada. Hal ini tentunya disadari atau tidak akan
membawa dampak dengan semakin sengitnya persaingan antar
daerah dalam pembangunan daerah termasuk dalam pengelolaan
sumber-sumber perekonomian daerah.
Disamping itu daerah juga dituntut untuk mampu
menghadapi perkembangan dunia global yang ditandai dengan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 61
tingkat persaingan perdagangan dunia yang semakin tajam,
dimana produk-produk suatu negara/ daerah bisa masuk dalam
area perdagangan yang bebas tanpa batas. Hal ini tentunya
menjadi ancaman bagi produk-produk daerah jika tidak
diantisasipasi dengan sungguh-sungguh dengan upaya
peningkatan nilai tambah produk-produk unggulan daerah.
b) Kondisi Mikro Ekonomi
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai
lembaga ekonomi diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat sekitarnya. Selain itu
pelaku ekonomi lokal mampu melihat peluang yang ada. Hal ini
dapat mengurangi kemungkinan masuknya pelaku ekonomi dari
wilayah lain yang memanfaatkan Kota Magelang sebagai pasarnya
yang pada akhirnya akan menambah berat persaingan.
Koperasi dan UMKM diharapkan dapat menempatkan
masyarakat lokal sebagai produsen dan mendatangkan orang luar
sebagai konsumen. Untuk itu pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan harus ditingkatkan secara kreatif dan inovatif
melakukan rancang bangun teknologi tepat guna, meningkatkan
kapasitas dan kualitas produksi, meningkatkan nilai tambah
sehingga mampu menambah daya saing produk unggulan daerah.
c) Ketenagakerjaan
Angkatan kerja pada tahun 2005 tercatat 19.35% tidak/
belum sekolah, 25.56% SD, 19.75% SMP, 28.46% SMA dan
6.87% PT. Angka tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
penduduk Kota Magelang berpendidikan SLTA. Hal ini merupakan
modal yang cukup mendukung pengisian formasi kesempatan
kerja yang ada. Namun tingginya angka pengangguran perlu
disikapi dengan senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan dan
ketrampilan penduduk Kota Magelang yang merupakan modal
dasar pembangunan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 62
Selain itu industri besar/ menengah/ kecil perlu ditumbuhkan
agar mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Sentra industri
yang ada merupakan potensi yang dimiliki Kota Magelang untuk
menarik minat investor guna menanamkan modalnya. Dengan
meningkatnya investor diharapkan akan meningkatkan lapangan
kerja/ usaha sehingga pertumbuhan angkatan kerja dapat
diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja.
d) Investasi
Perkembangan perekonomian Kota Magelang akan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, jika sumber pertumbuhan
ekonomi makin kokoh dengan ditopang oleh faktor investasi dan
ekspor, menggantikan faktor konsumsi. Peningkatan investasi dan
kegiatan perdagangan daerah sangat tergantung pada adanya
kebijakan daerah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif di
daerah, disamping keberanian daerah dalam memberikan insentif
kepada investor berupa kemudahan-kemudahan dalam
berinvestasi di Kota Magelang serta peningkatan fasilitasi
kerjasama strategis antar Kabupaten/Kota, serta perbaikan
produk-produk hukum yang berkaitan dengan pengembangan
investasi daerah. Layanan perijinan yang kurang responsif
terhadap kemudahan berinvestasi merupakan kendala besar bagi
perekonomian daerah. Oleh karena itu, berbagai kendala dan
tantangan tersebut harus dieliminir untuk direkayasa dan dikelola
menjadi peluang dan kesempatan yang terbuka bagi kemajuan
ekonomi daerah. Investasi daerah akan lebih didominasi oleh
investasi baru dari pada perluasan investasi yang sudah ada.
e) Stabilitas Perekonomian
Stabilitas ekonomi Kota Magelang dapat terus membaik jika
kita dapat menjaga secara hati-hati dan waspada karena
lingkungan perekonomian global terus berubah secara cepat dan
cenderung tidak ramah. Dengan pengelolaan yang makin baik
berbagai faktor ekonomi makro tersebut maka basis pertumbuhan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 63
ekonomi Kota Magelang tidak terganggu dan momentum stabilitas
ekonomi dapat tetap terjaga.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a) Penelitian dan Pengembangan
Fenomena alam yang terjadi dalam kurun dasa warsa ini
antara lain terjadinya bencana alam, perubahan iklim, pemanasan
global dan lain-lain adalah multiplier effect dari perubahan-
perubahan perilaku manusia. Perubahan-perubahan juga sangat
terasa terjadi pada tataran ekonomi, politik, hukum dan sosial
budaya. Secara keseluruhan perubahan-perubahan tersebut saling
kait mengkait satu sama lain hingga kepada perubahan tatanan,
paradigma dan cara berfikir manusia. Dengan iptek seharusnya
manusia bisa melihat, menyikapi dan mengantisipasi perubahan
ini agar tetap bisa eksis dalam kehidupan dan pemenuhan
kebutuhannya. Salah satu upaya penting yang diperlukan adalah
teknologi tepat guna sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan semakin pesatnya kemajuan iptek global, maka inovasi-
inovasi yang unggul harus terus bermunculan untuk dapat
memenangkan persaingan.
Sebagai kota kecil yang memiliki keterbatasan sumber
daya alam, Kota Magelang menyadari pentingnya kualitas sumber
daya manusia guna kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Sarana prasarana infrastruktur yang berkaitan dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu terus dibenahi.
Untuk menumbuhkan penguasaan, pemanfaatan dan kemajuan
Ilmu pengetahuan dan Teknologi (Iptek) diperlukan perubahan
paradigma menuju wawasan dan budaya Iptek yang mempunyai
penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri. Pola pikir
masyarakat perlu diubah menjadi lebih suka mencipta daripada
sekedar memakai, lebih suka belajar dan berkreasi dari sekedar
menggunakan teknologi yang ada.
Kebutuhan akan iptek harus disadari semua pihak, iptek
harus dipelajari, ditemukan, dikembangkan dan diterapkan. Hasil
karya ilmiah dan hasil penelitian dibidang teknologi perlu
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 64
mendapat perlindungan hukum dan dihargai sebagaimana
sumbangsihnya terhadap kesejahteraan. Perlindungan hukum
terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dimulai dari upaya
pemberian pemahaman tentang HKI kepada masyarakat dan
penemu maupun fasilitasi dalam pengurusannya. Hal ini ditujukan
untuk lebih memacu motivasi masyarakat dalam berkarya.
Pembangunan iptek membutuhkan kerjasama yang
sinergis antara pemerintah, swasta, dunia pendidikan, para
ilmuwan dan masyarakat pada umumnya. Untuk itu diperlukan
suatu sistem terpadu dalam pengembangan iptek, seperti
Konsorsium ataupun Jaringan Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Iptek. Permasalahan capacity building menjadi
tantangan yang harus dikerjakan dan direkomendasikan pada
pihak-pihak yang kompeten.
b) Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
sangat pesat di satu sisi mendatangkan banyak keuntungan
seperti kemudahan dalam mengakses informasi dan pengetahuan,
tetapi di sisi lain menimbulkan dampak yang merugikan. Hal ini
disebabkan tidak semua informasi yang ada adalah benar,
sehingga menimbulkan distorsi informasi. Disamping itu banyak
informasi dari situs-situs yang tidak mendidik, bahkan
menyesatkan yang menjadi lawan pembentukan moral bangsa
yang beriman dan bertaqwa. Untuk mengantisipasi hal itu
diperlukan tindakan-tindakan preventif agar jangan sampai
generasi muda menjadi korban perkembangan dan kemajuan
iptek global, tetapi justru sebaliknya harus mengambil manfaat
seoptimal mungkin untuk digunakan dalam pengembangan
budaya dan peradaban yang berguna bagi kemaslahatan umum.
Dalam kerangka makro, sarana prasarana informasi dan
komunikasi secara fisik (hardware), modul/ program (software),
hingga ke operator (brainware) harus dipenuhi oleh pemerintah
dalam rangka pelayanan publik, sehingga akan semakin
memudahkan dan mempercepat akses masyarakat penggunanya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 65
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemberlakukan
mekanisme kerja yang berbasis ICT (Information and
Communication Technology) selayaknya diaplikasikan dalam
jaringan on-line antar Satuan Kerja Perangkat Daerah. Disamping
itu perlu dibuka akses yang luas bagi masyarakat untuk
pengembangan informasi, ilmu pengetahuan, media usaha
(promosi), kolaborasi, dan integrasi di tingkat lokal, regional,
nasional, maupun internasional melalui fasilitas internet.
4. Sarana dan Prasarana
Tantangan yang dihadapi dalam penyediaan sarana prasarana
Kota Magelang adalah bagaimana pada waktu 20 tahun yang akan
datang menjadikan Magelang sebagai kota yang layak huni.
Bertambahnya penduduk Kota Magelang pada 20 tahun yang akan
datang dan juga diprediksikan bahwa pada saat itu lebih dari 50%
penduduk Indonesia akan menempati kawasan perkotaan akan
menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks bagi pengelolaan
kawasan perkotaan (urban management) di Kota Magelang. Apabila
kedua hal tersebut tidak diantisipasi sejak dini maka Kota Magelang
akan menjadi kota yang tidak layak huni. Untuk itu maka sarana dan
prasarana perkotaan dalam waktu 20 tahun mendatang harus sudah
direncanakan agar mampu melayani penduduk secara menyeluruh,
yang meliputi aspek persebaran sarana prasarana serta peningkatan
kualitas dan kuantitasnya.
a) Pendidikan
Pertumbuhan dan perkembangan kota yang diiringi dengan
semakin pesatnya pembangunan menuju era globalisasi
memberikan tantangan masa depan dunia pendidikan dalam
peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya
saing secara nasional bahkan internasional pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Terlebih bahwa Pendidikan
adalah hak setiap warga negara dan program wajib belajar telah
ditetapkan untuk dilaksanakan dalam jenjang Pendidikan Dasar 9
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 66
(sembilan) tahun. Hal ini berarti bahwa pemerintah Kota Magelang
memerlukan kesiapan untuk :
(1) Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan
(2) Peningkatan kualitas proses belajar mengajar
(3) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana
pendidikan
Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
pendidikan secara bertahap sangat perlu dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Bab VIII pasal 42 tentang Standar Sarana Prasarana,
diamanatkan bahwa :
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Standar sarana prasarana lebih lanjut diuraikan dalam pasal 43,
44, 45, 46, 47, dan pasal 48.
Tantangan dunia pendidikan yang menuntut daya saing
peserta didik menuntut pula realisasi penyelenggaraan pendidikan
yang bertaraf internasional, sehingga standart sarana prasarana
yang disediakan harus diupayakan untuk selalu ditingkatkan
dengan mengacu kepada standar pendidikan salah satu negara
maju yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 67
b) Kesehatan
Pembangunan kesehatan pada waktu yang akan datang
secara terus menerus menghadapi tantangan antara lain :
(1) Peningkatan derajat kesehatan yang terus menerus.
(2) Peningkatan tuntutan pelayanan yang semakin berkualitas,
yang dipengaruhi oleh jangkauan pelayanan kesehatan Kota
Magelang yang telah mencapai wilayah sekitar.
Tantangan tersebut harus diupayakan antara lain dengan
memelihara dan meningkatkan sarana prasarana pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau. Merata berarti
tersebar di seluruh wilayah kota, dan terjangkau berarti mampu
dengan mudah diakses oleh masyarakat baik biaya pengobatan
maupun transportasinya.
Sarana prasarana dimaksud mencakup gedung yang
memenuhi persyaratan standar pelayanan, serta peralatan
kesehatannya sesuai jenis pelayanan medis yang dibutuhkan
dengan kualitas yang prima sehingga masyarakat tidak perlu ke
luar daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pemenuhan
sarana prasarana yang telah ada harus diikuti dengan kesadaran
sumber daya kesehatan dan masyarakatnya untuk turut serta
memelihara sehingga sarana prasarana tersebut akan dapat
mempunyai umur efektif yang lebih panjang.
c) Permukiman
Tantangan yang paling berat adalah penyediaan dan
peningkatan sarana dan prasarana permukiman. Dalam aspek
penyediaan sarana permukiman yaitu unit hunian, tantangan yang
dihadapi adalah mencukupi kebutuhan unit-unit hunian baru bagi
penduduk Kota Magelang di atas lahan yang sangat terbatas.
Keseluruhan lahan yang ada tidak mungkin dibangun sebagai
kawasan permukiman, dengan demikian maka Pemerintah Kota
Magelang harus melakukan pembatasan kawasan untuk
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 68
pembangunan perumahan, dan melakukan optimalisasi
pemanfaatan lahan dengan pola pembangunan vertikal terutama
pada kawasan-kawasan permukiman yang padat.
Dalam menghadapi tantangan dalam peningkatan prasarana
dasar permukiman khususnya untuk kawasan permukiman padat
maka harus ditempuh upaya pemberdayaan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas lingkungan permukimannya. Masyarakat
harus sudah ditingkatkan kesadarannya untuk mampu memelihara
prasarana dasar permukiman yang ada di lingkungannya, dengan
demikian sumber daya manusia di tingkat pemerintah kelurahan
harus secara bertahap ditingkatkan kemampuannya agar tidak
hanya berkonsentrasi mengurusi masalah administrasi
pemerintahan tetapi juga harus mampu memberdayakan
masyarakat.
Penambahan jumlah penduduk juga menimbulkan tantangan
dalam penyediaan utilitas kota yang meliputi jaringan air bersih,
listrik dan telepon. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih sampai
20 tahun mendatang selain memanfaatkan penambahan debit dari
Sumber Tuk Pecah juga harus direncanakan untuk menambah
pasokan air melalui eksplorasi sumber-sumber air baru terutama
yang berada di dalam wilayah Kota Magelang. Sedangkan untuk
penambahan jaringan listrik dan telepon akan disesuaikan dengan
skenario pengembangan kota dimana kedua jaringan tersebut
harus mengikuti arah pengembangan yang direncanakan.
d) Perdagangan
Posisi strategis menjadikan tantangan bagi Kota Magelang
untuk meningkatkan sarana prasarana perdagangan. Jaringan
jalan untuk aksesibilitas perlu peningkatan dan pemeliharaan agar
masyarakat terutama dari wilayah sekitar akan semakin mudah
menjangkau fasilitas yang tersedia, distribusi barang menjadi
lancar yang didukung dengan sarana transportasi yang tersedia.
Peningkatan aksesibilitas masyarakat juga dapat diciptakan
melalui pembangunan pusat-pusat perdagangan baru yang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 69
dampak positifnya akan membuka pusat keramaian baru melalui
persebaran pusat perdagangan yang semakin merata.
e) Perhubungan
Tantangan yang dihadapi dalam sarana dan prasarana
perhubungan darat adalah bagaimana memfasilitasi kebutuhan
angkutan publik melalui penyebaran jalur-jalur angkutan dan
peningkatan serta pembangunan prasarana jalan. Jika
memungkinkan, perlu membangun jalan-jalan layang (fly over) di
kawasan-kawasan tertentu dengan design yang canggih dan
modern guna mengakomodasikan dan menyesuaikan dengan
tingkat kebutuhan pengguna jalan yang semakin meningkat.
Dalam aspek sarana perhubungan darat, keberadaan
terminal induk harus direncanakan untuk mewadahi penambahan
sarana angkutan darat antar kota yaitu bus-bus antar kota.
Sedangkan untuk sub-sub terminal khususnya keberadaan sub
terminal bayangan harus sudah direncanakan untuk pembangunan
secara permanen sehingga perpindahan moda angkutan dari luar
kota ke kota dapat terwadahi dengan baik.
Meningkatnya jumlah penduduk kota akan disertai dengan
penambahan jumlah sarana angkutan darat baik angkutan publik
yaitu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, serta
angkutan umum, menuntut ketersediaan prasarana perhubungan
jalan yang memadai untuk pengangkutan barang dan jasa baik
dalam kota maupun ke luar kota. Pembangunan jalan baru harus
dilakukan, dan salah satu pendekatan yang memungkinkan adalah
dengan meningkatkan secara bertahap jalur inspeksi saluran
irigasi Kali Bening yang membujur utara-selatan pada sisi barat
kota. Peningkatan jalur tersebut akan membantu persebaran
prasarana jalan kesisi barat kota sehingga dapat mengurangi
beban jalan di kawasan pusat kota. Selain itu beberapa ruas jalan
di kawasan pusat kota harus dilebarkan. Jalan-jalan yang perlu
untuk dilebarkan pada kurun 20 tahun mendatang adalah Jalan
Pemuda, Jalan Daha, Jalan Pajang, Jalan Sriwijaya, Jalan Tentara
Pelajar serta Jalan Kalingga.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 70
Kondisi jalur arteri primer seperti Jalan Urip Sumoharjo pada
20 tahun mendatang harus sudah menjadi 4 lajur. Untuk itu maka
secara bertahap harus direncanakan penataan dengan dimulai dari
penataan Kawasan Canguk dan Kawasan Kebonpolo. Kawasan
Canguk merupakan salah satu kawasan strategis dan bercirikan
kawasan perbatasan sehingga sangat potensial untuk dijadikan
sebagai kawasan perdagangan. Sedangkan pembenahan Kawasan
Kebonpolo dapat dimulai dengan mengoptimalkan kawasan eks
stasiun Kebonpolo yang juga berpotensi sebagai kawasan
perdagangan skala lokal dan regional.
f) Rekreasi dan Olah Raga
Tantangan sarana prasarana Rekreasi dan Olah Raga harus
ditindak lanjuti dengan maksud untuk meningkatkan daya tarik
Kota Magelang sebagai Kota Jasa yang maju mandiri dan sejahtera
sehingga mampu menjadi tujuan masyarakat lokal, regional,
bahkan nasional untuk berekreasi.
Sebagai kota yang layak huni harus dikaitkan dengan
keindahan kota yang tercipta dari pengelolaan taman-taman kota
serta penataan vegetasi kota. Aspek ini juga terkait erat dengan
penyediaan ruang terbuka hijau kota. Tantangan yang dihadapi
adalah bagaimana mempertahankan keberadaan taman-taman
kota serta bagaimana meningkatkan upaya pemeliharaan taman-
taman kota agar memenuhi kriteria keindahan. Dengan hadirnya
aspek keindahan kota maka akan membantu upaya agar Kota
Magelang tetap menjadi suatu kota yang layak huni.
Kota Magelang telah memiliki fasilitas rekreasi yang berskala
regional nasional yaitu Taman Kyai Langgeng, sedangkan yang
berskala kota telah mampu menjadi tujuan wisata masyarakat
lokal yaitu Taman Bada’an dan Kawasan Aloon-Aloon.
Kenyamanan fasilitas rekreasi sangat diperlukan, karena dengan
rekreasi akan menyegarkan pikiran masyarakat yang dapat
diharapkan akan berdampak positif bagi kesehatan masyarakat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 71
(1) Taman Badaan dan Kawasan Aloon-Aloon
Sebagai fasilitas rekreasi yang mudah dan murah sangat
memerlukan penataan dalam hal :
(a) “Garden Furniture” antara lain seperti kursi-kursi taman,
pot-pot bunga, termasuk fasilitas bermain anak-anak yang
keberadaannya harus diperhitungkan dengan luasan “open
space” tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing,
seperti patung badak di taman Badaan serta Patung Kuda
dengan Pangeran Diponegoro di Aloon-Aloon.
(b) Prasarana jaringan air limbah terutama yang berasal dari
para pedagang yang harus ditata sedemikian rupa agar air
limbah yang dihasilkan tidak mengalir ke areal taman
(c) Penataan Pedagang kaki Lima agar keberadaannya dapat
menjadi fasilitas pendukung namun kebersihan dan
keindahan taman tetap terjaga.
Khusus untuk kawasan Aloon-Aloon, bahwa penataan yang
harus dilaksanakan sangat perlu memperhatikan fungsi yang
bukan saja sebagai tempat rekreasi keluarga namun juga
menjadi ruang bagi pelaksanaan event-event publik dan
pemerintah dengan skala lokal maupun regional.
(2) Taman Kyai Langgeng
Beberapa hal yang perlu dilaksanakan untuk menghadapi
tantangan terkait sarana prasarana di Taman Kyai Langgeng
adalah :
(a) Pemeliharaan peningkatan jaringan jalan di dalam areal
taman
(b) Penambahan, peningkatan, dan pemeliharaan fasilitas-
fasilitas pelayanan
(c) Penambahan, peningkatan, dan pemeliharaan fasilitas
pelayanan Khas Taman Kyai Langeng seperti tanaman-
tanaman dan hewan-hewan langka, serta fasilitas pelayanan
Desa Buku
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 72
Dalam aspek Olah Raga, tantangan yang dihadapi adalah
kebutuhan fasilitas Olah Raga Skala Regional-Nasional. Hal
tersebut mendorong percepatan realisasi rencana
Pembangunan dan Pengembangan kawasan GOR Samapta
sebagaimana studi kelayakan yang telah dilaksanakan pada
tahun 2002.
5. Politik
a) Kehidupan Berpolitik
Tantangan terberat dalam kurun waktu 20 tahun mendatang
dalam pembangunan politik di Kota Magelang adalah menjaga
proses konsolidasi demokrasi secara berkelanjutan. Dalam
menjaga momentum demokrasi tersebut, tantangan yang akan
dihadapi adalah mengefektifkan struktur politik, menyempurnakan
proses politik, dan mengembangkan budaya politik yang lebih
demokratis agar demokrasi berjalan bersamaan dan berkelanjutan
sehingga sasaran tercapainya demokrasi yang bersifat prosedural
dan substansial dapat tercapai. Dalam meningkatkan kesadaran
politik masyarakat maka internalisasi dan diseminasi nilai-nilai
demokrasi ditransmisikan sesuai dengan koridor-koridor yang
mengacu kepada etika dan moral politik melalui afirmasi dan
advokasi terhadap hak-hak dan kewajibannya. Partisipasi politik
yang bersifat otonom akan tumbuh apabila masyarakat diberi
kebebasan dan tidak diiming-imingi uang/materi atau dimobilisasi
ketika harus menentukan pilihannya. Peran strategis ini difasilitasi
oleh pemerintah dan dilaksanakan bersama-sama dengan
lembaga-lembaga demokrasi lainnya.
Dalam proses mewujudkan demokrasi di daerah tidak dapat
dilupakan adanya tantangan terhadap perlunya pengembangan
dan pemantapan budaya politik demokrasi berdasarkan nilai-nilai
etika dan moral Pancasila dan UUD 1945 yang menggunakan tolok
ukur sebagai berikut:
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 73
(1) Meningkatnya orientasi kebangsaan pelaku-pelaku politik dan
konstituen yang terbangun dalam paradigma ideologi
Pancasila dan NKRI sebagai titik tolak kejuangan politik;
(2) Terwujudnya konsensus etika politik pada kultur kebangsaan;
(3) Tumbuhnya kesadaran kritis kalangan pelaku-pelaku politik
dan pejabat publik bahwa keteladanan dalam sikap moralitas
dan budi pekerti luhur sebagai kebutuhan;
(4) Tumbuhnya kebiasaan etika menyampaikan sikap/gagasan;
dan
(5) Meningkatnya orientasi dan wawasan nusantara di kalangan
pelaku-pelaku politik, sehingga daya kapasitasnya dapat
diperbaiki.
Tantangan demokrasi lainnya adalah masih belum kuatnya
masyarakat madani (civil society), baik dari segi ekonomi maupun
pendidikan. Oleh karena itu, dalam kurun waktu dua puluh tahun
ke depan, pendidikan politik akan merupakan alat transformasi
sosial menuju demokrasi. Masyarakat madani yang kuat sangat
tergantung kepada kapasitas masyarakat dalam merespons dan
memahami dinamika pasar serta saling berinteraksi antara
pemerintah daerah, masyarakat sipil, dan pasar untuk
mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal. Kemandirian asosiasi-
asosiasi sosial kemasyarakatan dan kelompok kepentingan untuk
berperan baik sebagai counterpart pemerintah ataupun mediator
dan advokator masyarakat diperlukan untuk mendorong akselerasi
proses konsolidasi demokrasi sesuai dengan mekanisme fungsi
kontrol dalam hubungan kekuasaan yang seimbang.
Bersamaan dengan itu, tantangan dalam menjaga proses
konsolidasi demokrasi juga muncul dalam hal mendorong
terbangunnya partai politik yang mandiri dan memiliki kapasitas
untuk melaksanakan pendidikan politik rakyat, mengagregasi dan
menyalurkan aspirasi politik rakyat, serta menyeleksi pimpinan
politik yang akan mengelola penyelenggaraan pemerintahan
secara profesional. Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap
judicial review atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa ”dalam
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 74
perekrutan kepemimpinan di daerah dibuka peluang calon
independen di luar partai politik”, menjadi tantangan tersendiri
bagi upaya perwujudan demokratisasi di tingkat daerah.
Konsolidasi demokrasi akan dihadapkan pula pada tantangan
bagaimana menempatkan peranan pers sebagai salah satu pilar
dari perkembangan demokrasi di tingkat daerah. Adanya
kebebasan pers/media massa akan memudahkan akses
masyarakat terhadap informasi yang bebas dan terbuka, dalam
banyak hal, akan lebih memudahkan kontrol atas pemenuhan
kepentingan publik. Peran media massa yang bebas sangat
menentukan dalam proses menemukan, mencegah,
mempublikasikan berbagai bentuk penyelewengan kekuasaan dan
korupsi.
b) Partisipasi Politik
Konsolidasi demokrasi memerlukan dukungan seluruh
masyarakat karenanya harus diteguhkan kembali makna
pentingnya persatuan nasional dengan memperhatikan berbagai
keanekaragaman latar belakang dan kondisi. Implementasi
desentralisasi dan otonomi daerah difokuskan kepada upaya
peningkatan kesejahteraan dan perwujudan keadilan bagi
masyarakat dengan memadukan antara semangat dalam upaya
memperkuat ikatan NKRI dengan kepentingan untuk tetap
menjaga berkembangnya iklim demokrasi di tingkat lokal. Melalui
keleluasaan dalam menggerakkan dan mengolah segenap sumber
daya yang dimilikinya, Kota Magelang mempunyai kesempatan,
peluang, dan tantangan untuk saling bersaing dan atau
berkolaborasi dengan kabupaten/kota lainnya baik dalam skala
regional, nasional maupun internasional. Ini semua memerlukan
kebijakan pemerintah yang reformis dan visioner dengan
dukungan aparat birokrasi (lembaga eksekutif) yang memenuhi
syarat profesionalisme, efektivitas, dan mandiri serta
mengedepankan prinsip-prinsip good governance and clean
government serta bebas KKN dalam praksis sehari-harinya.
Peningkatan kualitas kinerja aparat pemerintah sebagai pelayan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 75
publik (public servicer) sekaligus fasilitator dan mediator bagi
lembaga-lembaga demokrasi dibutuhkan guna mendukung proses
konsolidasi demokrasi yang tengah berlangsung.
Disamping itu, terciptanya efektivitas sistem politik daerah
tak pelak menjadi tantangan utama dalam mewujudkan demokrasi
yang substansial. Sistem politik akan efektif apabila mampu
mengoptimalkan penyelenggaraan fungsi-fungsi politik seperti
pendidikan politik, mempertemukan kepentingan yang aneka
ragam dan nyata-nyata hidup dalam masyarakat, agregasi
kepentingan, seleksi kepemimpinan, dan komunikasi politik secara
signifikan. Selain itu mampu pula mengimplementasikan
kapabilitas ekstratif, distributif, regulatif, simbolik, dan responsif
yang dimilikinya dengan muara akhir kepada peningkatan keadilan
dan kesejahteran masyarakat. Dalam kaitan ini harus diwujudkan
komitmen politik yang tegas terhadap pentingnya kebebasan
media masa, keleluasaan berserikat, berkumpul, dan menyatakan
pendapat setiap warganegara berdasarkan aspirasi politiknya
masing-masing. Peran pemangku kepentingan (stakeholders)
dilibatkan secara partisipatoris dan emansipatoris dalam proses
pengambilan kebijakan publik. Tantangan lainnya adalah
meningkatkan peran dan fungsi lembaga legislatif yang meliputi
legislasi, budgeting, dan pengawasan secara berkelanjutan melalui
peningkatan kapasitas kelembagaannya (institution capacity
building) sesuai dengan lingkungan strategis yang melingkupinya.
Dengan begitu daya respons dan daya tanggap terhadap tuntutan,
kebutuhan dan kepentingan masyarakat menjadi meningkat
sehingga tingkat keterwakilan/representasi politik dan
kredibilitasnya akan semakin tinggi pula. Sebagai bentuk
akuntabilitas publik maka kontrak-kontrak politik dengan
konstituen yang telah terbangun benar-benar diakomodasikan,
diartikulasikan, dan diimplementasikan melalui inisiatif dan
diskresi yang dimilikinya untuk diformulasikan dalam suatu
kebijakan publik yang memihak rakyat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 76
6. Keamanan dan Ketertiban
a) Stabilitas keamanan dan ketertiban
Tantangan utama keamanan dan ketertiban di Kota Magelang
dalam kurun waktu 20 tahun ke depan adalah mempertahankan
stabilitas daerah yang telah tercipta selama ini dengan disesuaikan
dengan perkembangan tingkat kecanggihan metode dan alat
teknologi yang diperkirakan akan makin meningkat pada masa
mendatang. Potensi dan ancaman tersebut adalah terorisme,
kejahatan perbankan, kejahatan narkoba yang hingga kini masih
seperti fenomena gunung es, konflik dan kerawanan sosial yang
menjurus kepada kekerasan dan anarkisme, serta berkembangnya
variasi tindak kriminalitas konvensional. Tantangan lain dalam
pembangunan keamanan dan ketertiban adalah meningkatkan
profesionalisme aparat keamanan agar mampu melindungi dan
mengayomi masyarakat, mencegah tindak kejahatan, dan
menuntaskan tindak kriminalitas. Selain itu, juga perlu
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontraintelijen
tingkat daerah dalam kerangka penciptaan keamanan nasional.
b) Antisipatif dan preventif
Sementara itu, tantangan yang harus dihadapi dalam upaya
peningkatan keamanaan dan kenyamanan lingkungan, termasuk
pemberantasan penyakit masyarakat (pekat) adalah dengan
melakukan intensifikasi upaya pemeliharaan kamtrantibmas dan
pencegahan tindak kriminal yang didukung oleh pemberdayaan
masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Dalam
konteks ini, diperlukan langkah guna meningkatkan
profesionalisme serta menyatupadukan komitmen untuk
membangun pola pikir, pola sikap, dan pola tindak kesiap-siagaan
dan kewaspadaan dari SDM aparat kamtibmas, satlinmas, dan
aparat pendukung lainnya dengan disertai peningkatan
kelengkapan dan kualitas peralatan kerja yang diperlukan sesuai
dengan tuntutan perkembangan situasi dan kondisi yang ada.
Tantangan lainnya adalah melakukan perkuatan dan revitalisasi
sistem keamanan lingkungan (Siskamling) dengan pola bottom-up,
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 77
sebagai salah satu upaya untuk memperkokoh operasionalisasi
sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, dalam kaitan ini
termasuk di dalamnya adalah penyiapan dan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana.
Dalam kerangka menciptakan kepastian dan tertib hukum
(Law Order), upaya preventif melalui antisipasi dini dan cegah
tangkal menjadi tantangan tersendiri yang harus diposisikan
sebagai prioritas utama disamping penindakan melalui jalur hukum
bagi kasus-kasus kriminalitas dan gangguan keamanan yang
mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Terhadap
masalah-masalah yang bersifat pelanggaran ketertiban dan
ketidakdisiplinan harus diambil tindakan penegakan hukum dan
operasi yustisi (penertiban) secara rutin dan periodik yang disertai
dengan langkah-langkah alternatif pemecahan masalah lewat
pembinaan dan pemberdayaan secara konstruktif dengan
melibatkan berbagai unsur dan lembaga terkait. Pada praksisnya,
semua tindakan yang diambil baik yang bersifat preventif, represif,
dan kuratif itu tetap harus mengacu serta berpedoman kepada
prinsip bahwa semua orang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dalam perlakuannya di depan hukum. Ini semua perlu
ditempuh sebagai salah satu langkah dalam upaya menegakkan
supremasi hukum di Kota Magelang.
c) Peran Aparat dan Partisipasi Masyarakat
Pada sisi yang lain, terjadinya kemerosotan dan banalisasi
pemahaman wawasan kebangsaan menjadi tantangan yang serius
dalam waktu 20 tahun mendatang. Hal ini karena akan
menghambat berkembangnya kesadaran terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dekadensi dan krisis terhadap nilai-nilai
nasionalisme dan spirit kebangsaan harus dieliminasi atau
setidaknya direduksi melalui perkuatan persatuan dan kesatuan
bangsa serta penanaman nilai-nilai luhur bangsa yang bersendikan
ideologi Pancasila dan UUD 1945 secara substansial. Metode yang
dilakukan haruslah dikemas dalam suasana dialogis, edukatif,
atraktif, derivatif, dan variatif sehingga dimungkinkan munculnya
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 78
diskresi, pencerdasan, dan pencerahan dalam memahami nilai-
nilai ideologi bangsa sehingga tidak terkesan monoton dan bersifat
indoktrinasi.
Tantangan lainnya adalah perlunya penyelenggaraan
pendidikan multikultural dalam semua jalur pendidikan yang
disertai dengan perkuatan dan internalisasi nilai-nilai wawasan
kebangsaan secara berkelanjutan (sustainable) sekaligus didukung
adanya fasilitasi dan mediasi berbagai wacana dialog bagi
peningkatan kesadaran mengenai pentingnya memelihara
persatuan bangsa. Pada kerangka makro, upaya-upaya itu sebagai
bagian dalam pembangunan dan pembentukan watak dan jati diri
bangsa (nation and character building) yang utamanya ditujukan
kepada kalangan generasi muda, sebagai penerus estafet
kepemimpinan bangsa, tanpa mengesampingkan lapisan
masyarakat lainnya.
Dalam perspektif yang lebih luas, tantangan dalam
pembangunan keamanan dan ketertiban adalah mengurangi
kesenjangan (gap) sosial ekonomi dalam masyarakat yang
acapkali menjadi sumber perselisihan dan konflik sosial yang
bersifat horizontal. Disamping itu juga mengurangi angka
kemiskinan dan pengangguran yang dari waktu ke waktu
cenderung meningkat. Pada praktiknya upaya ini sudah pasti
harus melibatkan banyak unsur dari berbagai sektor terkait dalam
rangkaian kebijakan yang lebih kompleks. Berkaitan dengan hal
tersebut, tidak bisa dilepaskan adanya suatu upaya yang
berkesinambungan dalam menumbuhkembangkan kesadaran
budaya penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti
kekerasan, kompetisi yang sehat dan fair, kebebasan yang
bertanggungjawab, serta nilai-nilai toleransi melalui berbagai
wacana dan media. Perlu pula dilakukan langkah penggalian dan
revitalisasi budaya kearifan lokal sebagai nilai-nilai instrumental
yang bisa dijadikan motor penggerak bermasyarakat dan
berbangsa, seperti kejujuran, kerukunan, gotong royong,
produktif, dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan dapat
tumbuh dan berkembang budaya warga yang bermoral, sopan,
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 79
taat hukum, serta bisa membangkitkan dan menggerakkan potensi
kekuatan spiritual dan etos kerja bangsa (budaya unggul bangsa)
yang merupakan energi positif bangsa dan berkontribusi besar
bagi terwujudnya ketahanan bangsa.
7. Hukum dan Aparatur
a) Pemerintahan Umum
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah ditegaskan bahwa kedudukan
daerah otonom merupakan bagian integral dari negara kesatuan
Indonesia. Walaupun daerah otonom merupakan badan hukum
yang memiliki hak dan kewajiban mandiri sebagaimana negara
sebagai badan hukum, akan tetapi kedudukan (pemerintahan)
daerah otonom adalah melaksanakan berbagai kewenangan
pemerintahan yang telah didesentralisasikan oleh Pemerintah
Pusat, dan kepemilikan kewenangan tersebut tetap berada di
tangan Pemerintah Pusat. Sehingga secara teoritis yuridis,
pemerintahan daerah merupakan sub sistem dari sistem
pemerintahan negara secara keseluruhan. Oleh karena itu, UU
32/2004 merupakan undang-undang yang mengatur bagaimana
suatu organisasi pemerintahan negara dijalankan berdasarkan
prinsip lokalitas dan kekhasan di daerah masing-masing.
b) Hukum
Proses formulasi peraturan daerah, yang merupakan
kebijakan publik di tingkat lokal, dalam penyelenggaraannya
masih menghadapi tantangan-tantangan antara lain:
(1) Hak inisiatif lembaga legislatif yang pada hakekatnya
merupakan representasi rakyat belum secara optimal benar-
benar berkembang, tersalurkan, dan termanifestasikan secara
nyata dalam praktik legislasinya.
(2) Perlunya upaya peningkatan kualitas baik dari sisi formil dan
materiil produk kebijakan publik di daerah melalui kemasan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 80
proses perumusan yang sistematis dan komprehensif dengan
melakukan analisis mendalam untuk dituangkan ke dalam draft
akademik yang menyangkut latar belakang (setting),
pendekatan dan paradigma, teori dan konsep yang relevan,
dampak dan faktor eksternalitas, beserta kajian lapangan yang
mendetail. Termasuk dalam hal ini adalah dengar pendapat
dengan publik atau pakar yang berkompeten (public hearing).
(3) Uji publik terhadap raperda guna mencaritemukan daftar
inventaris masalah belum terselenggara secara optimal.
Keterlibataan masyarakat madani dalam proses penyusunan
kebijakan publik yang menyangkut kepentingan rakyat banyak
terkadang masih berjalan sekadar formalitas atau hanya
semata-mata sebagai ajang mencari legitimasi informal. Secara
substansial, aspirasi masyarakat belum secara nyata
terejawantahkan dalam produk-produk hukum daerah,
khususnya yang menyangkut pengaturan masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan publik.
(4) Perlu adanya peningkatan kemudahan akses dan perluasan
daya jangkau diseminasi kebijakan publik bagi masyarakat
terhadap keluaran Peraturan Daerah disamping wahana
sosialisasi yang telah dilaksanakan selama ini.
(5) Penetapan skala prioritas pembahasan selain mengacu kepada
agenda pemerintah, semestinya juga mengakomodasikan
masalah-masalah publik yang urgen dan menyangkut hajat
kepentingan masyarakat luas serta merupakan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial yang membutuhkan payung
hukum dalam pelaksanaannya di lapangan.
Pada sisi yang lain, karena suatu sistem hukum yang
berfungsi dengan baik seharusnya dapat menyokong secara luas
pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan politik, yaitu dengan
melindungi hak serta keamanan individu, dapat dilaksanakannya
suatu perjanjian, menjamin amannya hak-hak atas kepemilikan
dan dapat dialihkannya hak-hak tersebut, serta menjamin bahwa
proses penetapan kebijakan publik sebisa mungkin dilakukan
secara transparan, maka peningkatan kualitas dan profesionalisme
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 81
para penegak hukum yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran,
etika, dan moral yang tinggi; lembaga peradilan yang berwibawa
dan bebas dari mafia pengadilan; perlakuan yang sama bagi
semua orang di depan hukum; konsistensi perlindungan HAM bagi
mereka yang berperkara; serta tingginya kesadaran hukum
masyarakat menjadi tantangan yang harus dihadapi dalam waktu
20 tahun ke depan.
Tantangan utama yang harus dihadapi dalam 20 tahun ke
depan adalah belum optimalnya upaya penegakan hukum dan
terjaminnya kepastian hukum. Namun demikian, dalam konteks
penegakan supremasi hukum positif yang berlaku secara nasional
(di luar Peraturan Daerah) dalam praktiknya sangat ditentukan
oleh adanya koordinasi, kerjasama, dan pelibatan aparat penegak
hukum yang note bene merupakan instansi vertikal di daerah
seperti, Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan, sedangkan
koordinasi dengan Kodim lebih menyangkut hal-hal yang bersifat
pertahanan dan keamanan wilayah, di mana pengaturan
kewenanganan dan kelembagaannya merupakan wewenang dari
Pemerintah Pusat. Oleh karena itu, pada tataran pimpinan Muspida
(plus) ini tantangan yang harus dihadapi adalah meningkatkan
intensitas dan ekstensitas pelaksanaan koordinasi, sekaligus
meningkatkan efektivitas dan efisiensinya dalam penyelesaian
permasalahan-permasalahan yang menyangkut pelanggaran
hukum dan ancaman atau gangguan terhadap integrasi dan
stabilitas daerah.
c) Kelembagaan dan Aparatur
Pembangunan aparatur, sebagaimana yang tengah
berlangsung pada tataran nasional saat ini reformasi birokrasi di
lingkup jajaran Pemerintah Kota Magelang juga sedang berproses,
yang mencakup antara lain upaya pemberantasan KKN,
pemantapan otonomi daerah, desentralisasi, dan netralitas
pegawai. Walaupun pelaksanaanya sudah ada kemajuan, dalam
rentang 20 tahun ke depan masih terdapat tantangan di bidang
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 82
pendayagunaan aparatur pemerintah yang tidak saja harus
dihadapi, tapi juga diselesaikan, yaitu:
(1) Kelembagaan pemerintah masih belum sepenuhnya
berdasarkan prinsip organisasi yang efisien dan rasional,
sehingga struktur organisai kurang proporsional.
(2) Sistem manajemen kepegawaian belum mampu mendorong
peningkatkatan profesionalitas, kompetensi, dan remunerasi
yang adil dan layak sesuai dengan tanggungjawab dan beban
kerja, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
(3) Sistem dan prosedur kerja di lingkungan aparatur pemerintah
belum efisien, efektif, dan berperilaku hemat.
(4) Dalam proporsi tertentu praktik KKN belum sepenuhnya
teratasi.
(5) Pelayanan publik belum sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat.
(6) Terabaikannya nilai-nilai etika dan budaya kerja dalam
birokrasi sehingga melemahkan disiplin kerja, etos kerja, dan
produktivitas kerja.
Reformasi birokrasi memerlukan proses, tahapan waktu,
kesinambungan dan keterlibatan semua komponen yang harus
saling terkait dan berinteraksi. Reformasi birokrasi dilakukan
melalui penyelarasan kegiatan penataan kelembagaan dan sumber
daya manusia aparatur (SDM aparatur), penataan ketatalaksanaan
secara dinamis, pemantapan sistem pengawasan dan
akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik, serta
membangun kultur birokrasi baru. Oleh karena itu, pelaksanaan
reformasi birokrasi merupakan kebutuhan dan harus sejalan
dengan perubahan tatanan kehidupan politik, dinamika sosial, dan
dunia usaha. Langkah dan upaya yang perlu dilakukan meliputi:
(1) Penataan kelembagaan, guna menjamin terbangunnya
organisasi pemerintah yang proporsional dan solid yang
mampu memperlancar tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 83
(2) Penataan kepegawaian (SDM aparatur), guna
mengembangkan dan melaksanakan sistem manajemen
kepegawaian yang berbasis kinerja atau berorientasi kepada
sistem merit, yang didukung oleh perencanaan kepegawaian
yang terintegrasi dan berkelanjutan, tersedianya sistem
remunerasi yang adil dan layak, pembinaan karier, penilaian
berdasarkan prestasi kerja, diklat berbasis kompetensi, tata
nilai, moral, etika dan etos kerja yang baik, dan perlindungan
hukum untuk memacu pegawai negeri sipil agar dapat
berprestasi tinggi (profesional).
(3) Efisiensi ketatalaksanaan, sebagai upaya menyempurnakan
sistem tatalaksana penyelenggaraan manajemen administrasi
pemerintah guna terciptanya efisiensi dan efektivitas tata
hubungan kerja dan kewenangan dalam penyelenggaraan
pemerintahan melalui: penyederhanaan sistem dan prosedur
kerja, penyempurnaan administrasi umum pemerintahan dan
penyempurnaan sistem pengelolaan sarana kerja aparatur,
serta korporatisasi unit pelayanan, penataan dan
pengembangan sistem kearsipan.
(4) Peningkatan akuntabilitas aparatur, guna mendorong
perangkat daerah dalam mempertanggungjawabkan kinerja
pelaksanaan sumber daya organisasi pemerintah dan
pelaksanaaan otonomi daerah. Kriteria penilaian akuntabilitas
aparatur pemerintah dan sistem akuntabilitas yang sudah
disusun perlu dilaksanakan dan dikembangkan secara lebih
konkret dan substansial. Membuka peluang bagi masyarakat
untuk memberikan masukan dan umpan balik tentang kinerja
aparatur pemerintah. Kinerja aparatur pemerintah harus
dipantau bersama-sama instansi terkait juga perlu dievaluasi
dan dinilai.
(5) Peningkatan kualitas pelayanan publik, sebagai upaya
mewujudkan manajemen pelayanan prima, dalam pengertian
produk pelayanan yang cepat, tepat, pasti, efisien,
transparan, akuntabel, menjamin rasa aman, nyaman, dan
tertib bagi masyarakat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 84
(6) Peningkatan sistem pengawasan, melalui upaya
mengoptimalkan pelaksanan pengawasan penanggulangan
dan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme di instansi
pemerintah harus dilakukan dengan langkah bersama dan
tindakan nyata, secara sistematik dan menyeluruh.
(7) Optimalisasi koordinasi program pendayagunaan aparatur
pemerintah.
8. Wilayah dan Tata Ruang
a) Tata Ruang
Tantangan yang dihadapi dalam aspek pengembangan
wilayah dan penataan ruang adalah bagaimana mengembangkan
Kota Magelang agar mampu mengemban peran dan fungsi sebagai
kota jasa pada wilayah yang sangat terbatas yaitu hanya + 18,12
kilometer persegi. Disisi lain, pada waktu 20 tahun yang akan
datang akan terjadi penambahan jumlah penduduk dan
peningkatan jumlah orang yang bekerja di Kota Magelang dalam
berbagai sektor. Bertolak dari kondisi tersebut maka
permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana mengalokasikan
lahan perkotaan secara serasi dan seimbang untuk mewadahi
kegiatan perkotaan. Sedangkan disisi lain kebutuhan alokasi lahan
terbuka hijau pada kawasan perkotaan harus diakomodasi dalam
penataan ruang kota.
Pada bulan April tahun 2007 telah diterbitkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Salah
satu aspek yang merupakan tantangan dalam penataan ruang
adalah keharusan bagi kawasan perkotaan untuk mengalokasikan
minimal 30% dari luas wilayahnya untuk ruang terbuka hijau,
yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang
terbuka hijau privat. Selain itu sekurang-kurangnya 30% dari
daerah aliran sungai (DAS) harus berupa hutan.
Bagi Kota Magelang amanat yang harus dilaksanakan dari
undang-undang tersebut merupakan tantangan yang terasa berat,
mengingat bahwa luas wilayah administrasi Kota Magelang sangat
terbatas, sedangkan disisi lain tuntutan pemanfaatan lahan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 85
perkotaan untuk kegiatan komersial akan semakin meningkat
seiring dengan peningkatan peran dan fungsi Kota Magelang
sebagai wilayah yang cukup strategis bagi kawasan-kawasan
disekitarnya.
Kondisi tersebut akan menimbulkan konflik kepentingan,
yaitu antara kepentingan ekonomis dan kepentingan ekologis.
Disatu sisi, dibutuhkan lahan untuk investasi dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota, sedangkan disisi lain
kepentingan pelestarian ekologi lingkungan perkotaan menuntut
adanya konservasi dan preservasi lingkungan yang antara lain
berupa mempertahankan keberadaan ruang terbuka hijau
perkotaan.
Salah satu contoh lokasi strategis yang diprediksikan akan
rawan menimbulkan konflik kepentingan adalah sepenggal lahan
dikaki Gunung Tidar, yaitu yang berbatasan dengan Jalan
Sudirman. Dari sudut pandang investasi, Jalan Sudirman
merupakan lokasi yang banyak diincar para penanam modal yang
berkepentingan menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan
komersial. Konflik akan muncul apabila pada sisi barat Jalan
Sudirman juga dialih fungsikan sebagai area komersial, hal itu
terjadi karena pada sisi tersebut akan bersinggungan dengan kaki
Gunung Tidar.
Sementara dari sudut pandang perancangan kawasan
perkotaan, sepenggal lahan di sisi timur Gunung Tidar merupakan
sepenggal lahan yang dapat dipandang sebagai suatu
“unreplaceable sight”, karena nilai estetika lahan tersebut yang
tidak mungkin tergantikan. Bertolak dari sudut pandang tersebut
maka Kawasan Gunung Tidar merupakan kawasan ruang terbuka
hijau dan direncanakan untuk tidak dialihfungsikan ke peruntukan
lain.
Tantangan yang dihadapi dalam mencapai luasan 30% ruang
terbuka hijau adalah bagaimana mempertahankan keberadaan
ruang terbuka hijau yang ada serta apabila saat ini belum tercapai
luasan tersebut adalah bagaimana mencapai luasan yang
diamanatkan. Untuk mengantisipasi tantangan tersebut, maka
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 86
diperlukan ketegasan sikap dari Pemerintah Kota Magelang bahwa
setiap kebijakan pemanfaatan ruang harus konsisten dengan
rencana tata ruang yang ada. Rencana tata ruang yang ada telah
mengakomodasi kebutuhan ruang terbuka hijau dan disertai
dengan upaya untuk mencapainya yang tertuang dalam indikasi
program.
Aspek penataan ruang meliputi perencanaan, pemanfaatan
dan pengendalian. Untuk membantu kinerja Pemerintah Kota
Magelang dalam pengendalian pemanfaatan ruang maka telah
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang
salah satu tugasnya adalah menjaga pemanfaatan ruang kota agar
benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.
Undang-undang penataan ruang juga mengamanatkan
bahwa pemerintah daerah wajib menyelenggarakan penataan
ruang didaerahnya. Untuk mampu dalam menyelenggarakan
penataan ruang maka salah satu tantangan yang dihadapi adalah
bagaimana menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang
memahami aspek penataan ruang. Menjawab tantangan tersebut
maka Pemerintah Kota Magelang harus memikirkan langkah-
langkah dalam rangka meningkatkan SDM bidang penataan ruang
melalui pendidikan dan pelatihan dan menambah jumlah sarjana
yang berbasis pendidikan perencanaan kota.
b) Wilayah
Dalam aspek pengembangan wilayah tantangan yang dihadapi
adalah bagaimana mengantisipasi kecenderungan perubahan
peruntukan lahan dihadapkan pada keterbatasan luas lahan.
Berdasarkan pada kecenderungan yang selama ini terjadi, sampai
dengan 20 tahun yang akan datang perubahan peruntukan lahan
perkotaan yang paling dominan adalah untuk permukiman,
perdagangan, dan jasa. Tahun 2015 diprediksikan lebih dari 50%
penduduk Indonesia akan tinggal di kawasan perkotaan. Tekanan
arus urbanisasi tersebut akan mengakibatkan munculnya
permasalahan dalam penyediaan sarana prasarana permukiman agar
tetap memenuhi standar layak huni. Selain itu penambahan sarana
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 87
sosial, sarana ekonomi dan sarana rekreasi olah raga akan menuntut
penyediaan lahan.
Perubahan pola pemanfaatan lahan tersebut akan berdampak
pada pergeseran bagian wilayah kota, terutama kawasan pusat kota
akan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada kawasan
pusat kota juga akan terjadi optimalisasi pemanfaatan lahan,
sehingga kecenderungan yang akan terjadi adalah pola pembangunan
secara vertikal. Fenomena tersebut perlu diantisipasi dengan
penerapan aturan yang ketat tentang jumlah lantai minimal pada
suatu kawasan. Selain itu ketentuan mengenai Koefisien Lantai Dasar
(KLD) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) harus disosialisasikan dan
diterapkan secara konsekuen.
Pada kurun 20 tahun yang akan datang, peran sub wilayah
pembangunan, yang diwujudkan dalam BWK dan SBWK akan
mengalami pergeseran. Areal yang meliputi Bagian Wilayah Pusat
Kota akan mengalami peningkatan, yang terutama disebabkan oleh
meluasnya kegiatan yang bercirikan kegiatan perkotaan, yaitu
perdagangan, sosial dan jasa. Kawasan Kebonpolo, tepatnya lokasi
yang saat ini dimanfaatkan sebagai sub terminal dan pertokoan,
diprediksikan akan berkembang menjadi pusat perdagangan kota,
yang dirancang dengan memadukan antara kegiatan perdagangan
dan sub terminal. Berkembangnya Kawasan Kebonpolo akan menjadi
faktor penarik bagi bergesernya kawasan pusat kota lebih ke arah
utara.
Sedangkan Kawasan Sidotopo yang saat ini menempati BWK V,
diprediksikan akan menjadi salah satu kawasan strategis yang
mengampu kegiatan perdagangan, akomodasi pariwisata dan
rekreasi, dengan skala pelayanan regional dan lokal. Pengembangan
Kawasan Sidotopo akan berdampak pula pada pengembangan
kawasan desa Jambewangi, yang berada diwilayah Kabupaten
Magelang. Lahan-lahan pertanian yang sekarang ada di Jambewangi
diprediksi akan beralih menjadi lahan-lahan bukan pertanian. Kondisi
tersebut akan menguntungkan bagi pengelolaan kawasan perkotaan
di Kota Magelang, karena tidak mengurangi alih fungsi lahan di
wilayah Kota Magelang.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 88
Berkembangnya Kawasan Sidotopo akan menjadi faktor
penyeimbang bagi pertumbuhan kota. Keramaian Kota Magelang yang
selama ini masih cenderung terkonsentrasi pada sisi kota bagian
tengah dan selatan, pada masa mendatang akan terimbangi dengan
perkembangan sisi kota bagian utara.
Mengantisipasi terhadap kecenderungan pertumbuhan kota, dan
disisi lain wilayah Kota Magelang kemungkinan tidak akan bertambah,
maka keberadaan taman-taman kota dan ruang-ruang terbuka hijau
kota harus mulai direncanakan. Kawasan-kawasan perkotaan disisi
utara kota, atau yang saat ini berada pada BWK V, masih
memberikan peluang bagi pembangunan taman-taman rekreasi kota.
Apabila pendekatan tersebut tidak dirancang sejak saat ini maka pada
masa yang akan datang Kota Magelang akan tumbuh menjadi kota
yang tidak layak huni, yang disebabkan oleh kurangnya ruang
terbuka hijau di kota.
c) Pertanahan
Perkembangan penggunaan lahan oleh masyarakat yang
didukung dengan mekanisme pasar lahan yang kurang terarah dan
tidak terkendali , akan mengakibatkan pembangunan yang tidak
merata. Oleh karena itu konsolidasi tanah merupakan salah satu
instrumen penting untuk mengendalikan mekanisme pasar dalam
kaitannya dengan upaya pemanfaatan tanah secara optimal,
seimbang dan lestari dengan meningkatkan efisiensi pemanfaatan
tanah di wilayah perkotaan. Konsolidasi tanah dapat didefinisikan
sebagai suatu model penataan lingkungan yang dari tidak teratur
menjadi teratur.
Dalam penerapannya terdapat dua aspek penting yang menjadi
sasaran utama konsolidasi tanah yaitu (1) penataan fisik atas
penggunan serta (2) pemanfaatan tanah dan penataan terhadap
penguasaan dan pemilikan tanah. Dengan demikian diharapkan
kawasan kumuh dan penguasaan lahan luas oleh sebagian
masyarakat akan terkendalikan. Keterbatasan lahan Kota Magelang
akan bukan menjadi permasalahan dengan tertatanya penggunaan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 89
lahan oleh masyarakat sehingga pembangunan kota akan lebih
merata.
Intervensi permerintah dalam penggunaan lahan oleh masyakat
perlu dilakukan demikian juga sebaliknya pemerintah juga perlu
memberikan insentif atas penggunaan tanah secara berkelanjutan
oleh masyarakat dengan memberikan pengakuan hukum atas
kepemilikan dan mempermudah birokasi kepengurusannya.
Diharapkan sebelum kurun waktu 20 tahun kedepan berakhir
pensertifikatan atas kepemilikan lahan dapat terealisasi keseluruhan.
9. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Tantangan yang dihadapi dalam kurun waktu 20 tahun
mendatang di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah
mewujudkan pembangunan berlandaskan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan
suatu daya upaya untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang
dengan tanpa mengorbankan generasi yang akan datang.
Pembangunan berwawasan lingkungan mengandung makna
bahwa pelaksanaan pembangunan harus memperhatikan kondisi
lingkungan agar tetap terjaga demi kelangsungan hidup saat ini dan
masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan menekankan pada keseimbangan antara
kepentingan-kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan
pelestarian lingkungan. Seluruh kegiatan pembangunan harus
dilandasi dengan tiga pilar pembangunan yaitu menguntungkan
secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (social
acceptable) dan ramah lingkungan (enviromentally sound).
a) Hutan
Perkembangan Kota Magelang yang sangat dinamis
dihadapkan pada keterbatasan luas lahan yang dimiliki Kota
Magelang berpotensi menyebabkan muncul berbagai konflik
kepentingan dalam pemanfaatan lahan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 90
Konversi lahan pertanian dan ruang terbuka hijau menjadi lahan
permukiman dan perekonomian tidak dapat dihindari. Kondisi ini
dapat menyebabkan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau
yang berfungsi sebagai paru-paru kota sehingga menyebabkan
degradasi kualitas lingkungan.
Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang terpadu untuk
mempertahankan dan mengembangkan ruang terbuka hijau,
diantaranya dengan: efisiensi pemanfaatan ruang, menciptakan
keseimbangan pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan
budi daya, mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung,
pengelolaan hutan kota secara lestari, serta penghijauan pada
area-area yang masih memungkinkan seperti sempadan sungai,
sepanjang jalan, taman-taman dan pemukiman penduduk.
b) Sumber Daya Air
Semakin bertambahnya jumlah penduduk Kota Magelang
dengan berbagai aktivitasnya menyebabkan semakin meningkat
pula kebutuhan akan air bersih. Di sisi lain kebutuhan air bersih
penduduk Kota Magelang selama ini sebagian besar dipenuhi dari
wilayah Kabupaten Magelang.
Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya efisiensi pemanfaatan
air bersih dan optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya air
yang berada di wilayah Kota Magelang. Pengelolaan sumber daya
alam tidak mengenal batas administratif dan wilayah.
Sungai-sungai yang mengalir di Kota Magelang mempunyai hulu
dan hilir di luar wilayah Kota Magelang yaitu di wilayah Kabupaten
Magelang dan Daerah Istimewa Yogyakarta, demikian pula dengan
sumber mata air Tuk Pecah daerah resapan air serta tangkapan air
hujan (recharge area) berada di luar wilayah Kota Magelang.
Dengan demikian tantangan ke depan dalam pengelolaan sumber
daya alam adalah pengelolaan secara terpadu antara Pemerintah
Kota Magelang dengan Pemerintah Daerah lainnya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 91
c) Lingkungan Hidup
Letak geografis Kota Magelang yang sangat strategis karena
berada di jalur transportasi utama di Provinsi Jawa Tengah
disamping menguntungkan dari sisi perkembangan kota dan
ekonomi, di sisi lain juga berpotensi menyebabkan semakin
meningkat pula resiko pencemaran lingkungan, baik pencemaran
udara, tanah, suara maupun air yang berakibat pada degradasi
kualitas lingkungan.
Selain itu semakin meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya
hidup masyarakat perkotaan, akan berdampak pula pada
peningkatan pencemaran lingkungan akibat limbah padat, cair dan
gas secara signifikan. Kondisi ini diperparah dengan terjadinya
peningkatan pemanasan global (global warming) ditandai dengan
semakin meningkatnya suhu udara, perubahan iklim dan
banyaknya bencana alam.
Oleh karena itu tantangan yang dihadapi ke depan adalah
bagaimana mengurangi pencemaran sampai pada ambang yang
masih diijinkan serta mengurangi peningkatan pemanasan global
melalui berbagai upaya dan kerjasama serta komunikasi antara
Pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha secara terus-
menerus agar tercipta kesadaran dan dukungan bagi
terpeliharanya kualitas lingkungan di Kota Magelang.
Dalam upaya mengadapi fenomena perubahan iklim sebagai akibat
pemanasan global diperlukan adaptasi terhadap perubahan iklim
khususnya terkait dengan strategi pembangunan sektor kesehatan,
pertanian, permukiman dan tata ruang.
Kondisi topografi Kota Magelang yang menyerupai punggung
kerbau dengan karakteristik datar pada bagian tengah sedangkan
pada sisi Timur dan Barat mempunyai kelerengan yang curam
menyebabkan resiko ancaman terhadap bencana alam khususnya
tanah longsor. Oleh karena itu diperlukan mitigasi dan adaptasi
bencana alam diantaranya dengan pemetaan kawasan rawan
bencana, penyusunan rencana tata ruang dengan
memperhitungkan kawasan rawan bencana, serta pola
pembangunan kota disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 92
d) Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan salah satu permasalahan krusial yang
dihadapi kota-kota di Indonesia tak terkecuali Kota Magelang. TPA
( Tempat Pembuangan Akhir Sampah ) Banyu Urip, apabila tidak
dikelola secara baik akan berpotensi menimbulkan konflik karena
letaknya berada di luar wilayah Kota Magelang yaitu di Kabupaten
Magelang.
Meningkatnya jumlah dan aktifitas penduduk menyebabkan
semakin meningkat pula penambahan timbulan sampah yang
dihasilkan. Mengingat terbatasnya kapasitas daya tampung dari
TPA, diperkirakan TPA tidak akan mampu lagi menampung
sampah atau dapat dikatakan TPA habis umur pemakaiannya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sampah perlu dikelola
secara terpadu baik dari aspek teknik operasional, kelembagaan,
keuangan, pengaturan maupun partisipasi masyarakat.
Pengelolaan sampah perlu ditekankan melalui upaya 3R ( Reduce,
Reuse, Recycle ).
Pada bagian hulu, besarnya volume timbulan sampah perlu
direduksi seminimal mungkin bahkan sampai pada tingkatan tidak
ada buangan sampah ( zero waste ) dengan cara melibatkan
partisipasi masyarakat dalam pemilahan maupun pengolahan
sampah. Proses pengangkutan sampah perlu dioptimalkan agar
tidak terjadi penumpukan sampah di kota akibat keterlambatan
pengangkutan sampah.
Di bagian hilir, TPA perlu dikelola secara optimal baik dalam
pemanfaatan dan pengolahan sampah maupun dalam pengelolaan
kualitas lingkungan TPA agar umur TPA dapat diperpanjang serta
tidak menimbulkan potensi konflik dengan warga sekitar TPA.
Metode Open Dumping yang dilaksanakan selama ini perlu diganti
menjadi Sanitary Landfill.
Untuk mengantisipasi kesinambungan umur serta ketersediaan
lahan TPA, perlu dikaji kemungkinan pembuatan TPA regional
terpadu antara Pemerintah Kota Magelang dengan Pemerintah
Daerah lainnya khususnya dengan Pemerintah Kabupaten
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 93
Magelang. Selain itu, paradigma selama ini yang menganggap
sampah hanyalah sebagai residu yang tidak berguna perlu diubah
menjadi suatu peluang investasi yang dapat mendatangkan
keuntungan dengan pengelolaan sampah secara benar dan
profesional.
C. MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan Kota Magelang adalah seluruh sumber
kekuatan baik yang efektif maupun potensial, bisa diperbarui (tangabel)
atau tidak bisa diperbarui (intangabel), yang dimiliki dan didayagunakan
oleh Pemerintah Kota Magelang dalam melaksanakan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan. Modal dasar tersebut dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Posisi yang strategis, Kota Magelang berada pada persimpangan jalur
perhubungan dengan kota-kota di sekitarnya yaitu jalur transportasi
antar Semarang - Yogyakarta, Semarang – Purworejo, Wonosobo –
Salatiga dan kota-kota disekitarnya. Posisi tersebut merupakan salah
satu modal potensial yang menjadikan Kota Magelang dapat
dikategorikan sebagai kota kecil dengan nilai strategis yang memiliki
faktor daya tarik (pull factor), pengaruh, daerah tujuan, dan menjadi
barometer bagi daerah-daerah di sekitarnya seperti Kabupaten
Magelang, Temanggung, Wonosobo, dan Purworejo.
2. Luas wilayah Kota Magelang yang sangat terbatas hanya +18,12 Km2
menjadi potensi yang memudahkan daya jangkau perluasan
pembangunan hingga ke sudut-sudut kota, sehingga pemerataan
hasil pembangunan secara relatif akan dapat dirasakan langsung oleh
sebagian besar penduduknya. Selain itu pendeknya jarak yang harus
ditempuh juga akan memudahkan koordinasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
3. Keberadaan Gunung Tidar merupakan kekhasan (landmark) Kota
Magelang yang tidak dimiliki oleh banyak daerah lainnya. Selain
sebagai kawasan hutan lindung, lokasi ini juga dapat dimanfaatkan
sebagai arena rekreasi alam dan wisata spiritual. Nuansa spiritual
sebenarnya secara tradisional pada hari-hari tertentu sudah berjalan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 94
selama ini. Karena itu perlu diadakan penggalian terhadap kandungan
keluhuran nilai spiritualnya yang merupakan warisan nenek moyang
(local wisdom), untuk kemudian diaktualisasikan dan direlevansikan
dengan konteks kondisi yang tengah berjalan. Apabila dikemas
dengan baik serta dilengkapi fasilitas infrastruktur yang memadai
dapat diproyeksikan ke depannya akan menjadi obyek wisata yang
bernilai yang akan memperkuat daya tarik Kota Magelang disamping
fasilitas wisata yang telah ada saat ini, seperti cagar alam, cagar
budaya, mainan anak-anak di Taman Kyai Langgeng; museum;
bangunan bersejarah; seni dan budaya tradisional; taman-taman
kota; wisata belanja (shoping tourism) di sepanjang pecinan
(chinatown); wisata kuliner; dan bentuk wisata kontemporer lainnya.
4. Walaupun sumber daya alam di Kota Magelang sangat terbatas,
namun dengan kualitas penduduk yang cukup memadai dengan rata-
rata tingkat pendidikan yang lebih baik dibandingkan daerah
sekitarnya memberi pengaruh positif terhadap peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan daerah, sejak dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta
pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Karena penduduk merupakan
sumber daya potensial dan produktif bagi pembangunan, maka
proporsi jumlah penduduk usia produktif di Kota Magelang yang besar
(44,52 persen dari sejumlah 119.904 jiwa pada tahun 2006) akan
menjadi potensi yang luar biasa dalam menggerakkan roda
pembangunan apabila diberi peran, peluang, dan kesempatan yang
memadai sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan
yang dimilikinya.
5. Tersedianya sarana dan prasarana perkotaan yang mendukung Kota
Magelang sebagai Kota Jasa. Fasilitas sarana dan prasarana
pendidikan dan kesehatan sudah lengkap dan tersebar secara merata
di Kota Magelang. Jangkauan pelayanannya mencakup wilayah
hinterland, sehingga berpotensi menjadi pusat layanan pendidikan
dan kesehatan di tingkat regional. Sedangkan sarana perekonomian
juga cukup lengkap yang didukung dengan keberadaan sarana untuk
jasa perdagangan baik tradisional maupun moderen, serta jasa
keuangan dan perbankan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 95
6. Terpelihara dan terjaganya stabilitas keamanan wilayah, dengan
dukungan satuan-satuan Polri dan TNI-AD yang bermarkas di wilayah
Kota Magelang, menjadi modal yang sangat berharga dalam
menciptakan kondusifitas penyelenggaraan aktivitas pemerintah dan
masyarakat sehari-harinya. Begitu pula interaksi sosial yang harmonis
dan kerukunan hubungan antar umat beragama yang telah tercipta
selama ini memberi atmosfer kedamaian, aman dan nyaman bagi
para penduduknya. Iklim sejuk ini, apabila didukung dengan aparatur
pemerintah yang bersih serta dengan menerapkan prosedur yang
mudah dan murah akan menjadi penarik investor untuk menanamkan
modalnya di Kota Magelang.
7. Tingkat kesadaran politik masyarakat telah cukup baik sebagaimana
dicerminkan oleh tingginya partisipasi politik masyarakat dalam
Pemilu Legislatif, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004,
dan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tahun 2005
sehingga dihasilkan figur-figur pimpinan yang dapat mengemban
amanat rakyat secara berkesinambungan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di Kota Magelang.
8. Peran masyarakat madani (civil society) dari waktu ke waktu
menunjukkan peningkatan baik sebagai penyeimbang, pengontrol,
maupun partner pemerintah dalam proses pembangunan. Fenomena
ini akan memberi kontribusi yang besar bagi terciptanya penadbiran
(good governance) dalam praktik penyelenggaran pemerintahan.
Pemerintahan yang baik dan bersih secara signifikan akan
memposisikan kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat
sebagai orientasi utamanya.
9. Budaya yang merupakan cerminan dari hasil cipta, rasa dan karsa
warga Kota Magelang sangat dipengaruhi oleh kualitas manusianya
dari aspek pendidikan, kesehatan dan hidup layak sebagaimana telah
dikompositkan ke dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kota
Magelang yang beberapa tahun terakhir memiliki angka IPM yang
tinggi dan diatas rata-rata sebagian besar Kabupaten/Kota di Jawa
Tengah bisa menjadi modal yang cukup besar untuk mencapai visi
pembangunan jangka panjang yang telah dicanangkan.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB II - 96
10.Kualitas SDM aparatur pemerintah cukup baik dibandingkan daerah
sekitarnya. Ini ditunjukkan dengan banyaknya PNS yang telah
mengenyam pendidikan tinggi, hingga S-2 dan S-3. Selain itu,
menyadari pentingnya kualitas sumber daya manusia guna kemajuan
dan kesejahteraan masyarakatnya, Kota Magelang secara nyata
melakukan segala upaya untuk memacu masyarakat agar mempunyai
daya saing dan nilai tambah terhadap berbagai produk unggulan yang
dihasilkannya. Pengembangan iptek melalui program krenova dengan
memberi penghargaan baik secara individu maupun lembaga yang
berhasil menemukan inovasi baru di bidang sosial maupun ilmu alam
yang bisa memberi manfaat bagi kehidupan manusia menjadi modal
berharga terhadap kemajuan iptek yang berbasis local genuine.
Disamping itu pengembangan ICT (information and communication
technology) di instansi pemerintah, swasta, dan sekolah-sekolah
merupakan potensi yang harus dikembangkan dalam memperkuat
daya saing dan kolaborasi Kota Magelang dengan daerah-daerah
lainnya baik dalam skala regional, nasional maupun internasional
sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi di era globalisasi.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB III - 1
BAB III
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
KOTA MAGELANG TAHUN 2005-2025
A. Visi
Berdasarkan kondisi Kota Magelang saat ini, tantangan yang
dihadapi dalam kurun waktu dua puluh tahun mendatang, serta dengan
memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka ditetapkan Visi Kota
Magelang Tahun 2005-2025 :
“Magelang Sebagai Kota Jasa Yang Berbudaya, Maju Dan Berdaya
Saing Dalam Masyarakat Madani”
Visi pembangunan daerah tahun 2005-2025 itu mengarah pada
pencapaian cita-cita dan harapan masyarakat Kota Magelang. Adapun
makna visi tersebut adalah:
1. Magelang, Magelang diartikan sebagai suatu daerah otonom. Daerah
otonom (selanjutnya disebut daerah) adalah suatu kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Daerah menunjukkan suatu kesatuan pemerintahan dan
kemasyarakatan beserta semua potensi yang dimiliki.
2. Kota Jasa, artinya pembangunan Kota Magelang diarahkan untuk
memperkuat sektor jasa yang didominasi oleh jasa pemerintahan
umum dan jasa swasta sebagai potensi kota, dengan menitikberatkan
pada sektor perekonomian, sektor kesehatan dan sektor pendidikan.
3. Berbudaya, artinya masyarakat Kota Magelang diarahkan untuk
memperkuat jati diri yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
patuh pada aturan hukum, dapat memelihara kerukunan internal dan
antar umat beragama, melaksanakan interaksi antar budaya dan
menerapkan nilai-nilai luhur yang sudah ada.
4. Maju, artinya bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasa
dilandasi dengan keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan
yang lebih baik secara fisik maupun non fisik didukung oleh sumber
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB III - 2
daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi, berperadaban
tinggi, profesional serta berwawasan kedepan yang luas. Maju juga
diarahkan pada terbentuknya daerah yang mampu mengelola
segenap potensinya dengan tetap mengedepankan pentingnya
kerjasama dan sinergisitas.
5. Berdaya Saing, artinya Kota Magelang diarahkan sebagai kota yang
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif melalui
pengembangan seluruh kekuatan perekonomian daerah sebagai
pemacu tumbuh dan berkembangnya perekonomian rakyat yang
berdaya saing tinggi, didukung oleh sumber daya manusia berkualitas
dan berdaya saing.
6. Madani, artinya Masyarakat Kota Magelang diarahkan untuk hidup
agamis dengan damai dan demokratis, menjunjung tinggi dan
menegakkan hukum dengan penuh kesadaran (adil), menghargai hak
asasi manusia dan maju kehidupan lahir batinnya (makmur).
B. MISI :
Berdasarkan Visi tersebut ditetapkan Misi Pembangunan Kota Magelang
Tahun 2005-2025 sebagai berikut :
1. Mewujudkan Kota Magelang sebagai pusat pelayanan jasa yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan fasilitas
yang memadai.
2. Mewujudkan masyarakat Kota Magelang yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab.
3. Meningkatkan daya saing daerah melalui pengelolaan pembangunan
Kota Magelang yang efisien, efektif, profesional dan berwawasan
lingkungan serta mengembangkan potensi daerah secara kreatif dan
inovatif didukung oleh penguasaan iptek dan sumber daya manusia
yang berkualitas.
4. Mengembangkan perekonomian Kota Magelang yang bertumpu pada
penguatan ekonomi kerakyatan, penciptaan iklim usaha yang
kondusif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang ditandai
dengan penurunan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan
masyarakat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB III - 3
5. Mewujudkan good governance dan clean goverment dengan
melibatkan dunia usaha, masyarakat madani (civil society), dan
media massa untuk menuju kehidupan masyarakat Kota Magelang
yang damai, demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
dan kebenaran.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 1
BAB IV
ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah
mewujudkan Kota Jasa yang berbudaya, maju dan berdaya saing dalam
masyarakat madani.
Sebagai tolok ukur tercapainya kota Magelang sebagai kota jasa
yang berbudaya, maju dan berdaya saing menuju masyarakat madani,
pembangunan daerah dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada
pencapaian sasaran–sasaran pokok sebagai berikut :
1. Terwujudnya Kota Magelang sebagai pusat pelayanan jasa yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan fasilitas yang
memadai, ditandai oleh hal-hal berikut :
a. Terwujudnya Kota Magelang sebagai pusat pelayanan jasa untuk
wilayah Jawa Tengah Bagian Tengah.
b. Terpenuhinya kualitas sumber daya manusia untuk kebutuhan jasa
perekonomian, jasa kesehatan dan jasa pendidikan di kota Magelang.
c. Terlengkapinya sarana dan prasarana fisik sebagai pendukung
penyelenggaraan jasa perekonomian, jasa kesehatan dan jasa
pendidikan sebagai fasilitas pendukung kota jasa.
2. Terwujudnya masyarakat Kota Magelang yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab, ditandai oleh hal-hal
berikut :
a. Terwujudnya karakter masyarakat yang berakhlak mulia dan
bermoral yang berdasarkan falsafah Pancasila. Dicirikan dengan
watak, perilaku masyarakat yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi iptek dan sumber daya
manusia yang berkualitas.
b. Perilaku masyarakat yang berbudaya, ditandai dengan meningkatnya
peradaban, harkat, martabat, menguatnya jati diri, kepribadian,
menguatnya ketahanan dan modal sosial masyarakat.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 2
3. Terwujudnya daya saing daerah melalui pengelolaan pembangunan Kota
Magelang yang efisien, efektif, profesional, berwawasan lingkungan,
mengembangkan potensi daerah secara kreatif, inovatif didukung oleh
penguasaan iptek dan sumber daya manusia yang berkualitas, ditandai
oleh hal-hal berikut:
a. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif, didukung oleh peran sektor jasa dengan
kualitas pelayanan yang lebih bermutu dan berdaya saing.
b. Tingkat pembangunan yang semakin merata keseluruh wilayah
diwujudkan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat.
c. Terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat, didukung oleh
sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan,
efisien, dan efektif untuk mewujudkan hunian kota tanpa permukiman
kumuh.
d. Terwujudnya lingkungan perkotaan yang sesuai dengan kehidupan
layak dan berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat dalam mendukung kualitas kehidupan sosial, ekonomi
secara serasi, seimbang dan lestari.
e. Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang memadai dan
terintegrasi dengan wilayah sekitar, serta terselenggaranya pelayanan
pos dan telematika yang efisien dan modern guna terciptanya
masyarakat informasi.
4. Terwujudnya perekonomian Kota Magelang yang bertumpu pada
penguatan ekonomi kerakyatan, penciptaan iklim usaha yang kondusif
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dengan ditandai penurunan
angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan masyarakat.
a. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkesinambungan sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025
mencapai 5 (lima) besar tingkat kesejahteraan di wilayah Jawa
Tengah.
b. Tercapainya keberdayaan masyarakat dengan terfasilitasinya
kebutuhan dasar, menguatnya etos kerja dan produktivitas, serta
adanya jaminan perlindungan sosial.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 3
c. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran
perempuan dalam pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat diukur dari meningkatnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Sedangkan kemajuan peran perempuan diukur
dengan peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau Angka
GDI (Gender-related Devolepment Index) yang mengukur kualitas
hidup perempuan dengan meramu komponen pendidikan, kesehatan
dan ekonomi, serta peningkatan Angka GEM (Gender Empowerment
Measurement) yang menitikberatkan pada partisipasi perempuan di
bidang ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan.
5. Terwujudnya good governance dan clean government dengan melibatkan
dunia usaha, masyarakat madani (civil society), dan media massa
sehingga kehidupan masyarakat Kota Magelang agamis, damai,
demokratis, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebenaran,
ditandai dengan hal-hal berikut :
a. Meningkatnya profesionalisme aparatur pemerintah daerah untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung
pembangunan kota Magelang.
b. Terciptanya supremasi hukum dan penegakan hak azasi manusia
yang bersumber pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
tanpa memandang kedudukan, pangkat dan jabatan seseorang.
c. Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek kehidupan
politik yang dapat diukur dengan adanya penyelenggaraan
pemerintah yang berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,
birokrat yang profesional dan netral, masyarakat politik dan
masyarakat ekonomi yang mandiri.
d. Terwujudnya peningkatan peran dunia usaha dalam ikut serta
menggerakkan roda pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan
dan taraf hidup masyarakat melalui tanggung jawab sosial
perusahaan (coorporate social responsibility).
e. Tercapainya peningkatan partisipasi masyarakat madani (civil society)
dan media massa yang berperan sebagai partner, rekanan, serta
pengontrol dan penyeimbang (check and balance) jalannya
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 4
dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.
Untuk mencapai tingkat perkembangan MAGELANG SEBAGAI KOTA
JASA YANG BERBUDAYA, MAJU DAN BERDAYA SAING DALAM
MASYARAKAT MADANI yang diinginkan Pemerintah Kota Magelang, arah
pembangunan jangka panjang daerah selama kurun waktu 20 tahun
mendatang adalah sebagai berikut :
A. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG 2005-2025
1. Mewujudkan Kota Magelang sebagai pusat pelayanan jasa yang
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan fasilitas
yang memadai, diarahkan melalui :
a. Peningkatan pembangunan dan pengembangan fasilitas sarana
dan prasarana perkotaan.
b. Peningkatan aksesibilitas untuk mendapatkan pelayanan publik.
c. Peningkatan kemampuan dan ketrampilan Sumber Daya
Manusia.
2. Mewujudkan masyarakat Kota Magelang yang berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab diarahkan melalui :
a. Pembentukan karakter masyarakat yang berakhlak mulia dan
bermoral berdasarkan falsafah Pancasila. Dicirikan dengan
watak, perilaku masyarakat yang beriman, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong
royong dan berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
iptek dan sumber daya manusia yang berkualitas.
b. Peningkatan pemahaman dan pengamalan agama serta nilai-nilai
luhur budaya dalam kehidupan dan penghidupan sehari-hari
masyarakat Kota Magelang.
c. Pemantapan budaya dan kearifan lokal masyarakat kota
Magelang yang memiliki jati diri untuk mendukung harkat dan
martabatnya, serta memperkuat ketahanan dan modal sosial
masyarakat dalam suasana kebersamaan, kegotong-royongan,
saling peduli dan saling membantu dalam membangun keluarga
sejahtera secara mandiri.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 5
3. Mewujudkan daya saing daerah melalui pengelolaan pembangunan
Kota Magelang yang efisien, efektif, profesional, berwawasan
lingkungan, mengembangkan potensi daerah secara kreatif, inovatif,
didukung oleh penguasaan iptek dan sumber daya manusia yang
berkualitas, diarahkan melalui:
a. Peningkatan kualitas pelayanan beserta sumber daya
manusianya di berbagai aspek sehingga mempunyai daya saing
yang dapat diandalkan dalam mendukung pertumbuhan
perekonomian.
b. Peningkatan profesionalitas dalam pengelolaan pembangunan
kota yang disertai peningkatan kualitas sarana dan prasarana
pendukungnya sehingga mampu menjadi penyangga wilayah
sekitar.
c. Pengelolaan lingkungan hidup kawasan perkotaan dengan
meningkatkan kualitas ruang-ruang terbuka hijau dan taman-
taman kota serta menjaga kualitas air, udara serta sumber daya
alam lainnya dalam rangka pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan.
d. Penciptaan iklim yang kondusif sebagai pendukung kreativitas
masyarakat untuk menciptakan inovasi dalam mengembangkan
potensi kota.
e. Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi sesuai
perkembangannya sebagai pendukung profesionalitas dan kinerja
masyarakat dalam partisipasinya melaksanakan pembangunan.
4. Mewujudkan perekonomian Kota Magelang yang bertumpu pada
penguatan ekonomi kerakyatan, penciptaan iklim usaha yang
kondusif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang ditandai
dengan penurunan angka kemiskinan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, diarahkan melalui :
a. Penguatan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan daya saing
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi;
b. Penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk pendukung
pengembangan sektor industri kecil, perdagangan dan jasa-jasa
lainnya;
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 6
c. Penyediaan sumber daya manusia berkualitas yang mampu
mendukung pengembangan-pengembangan usaha di Kota
Magelang;
d. Penumbuhkembangan lembaga keuangan sebagai pendukung
pengembangan ekonomi daerah;
e. Peningkatan kerjasama ekonomi antar daerah/wilayah;
f. Peningkatan peran pemerintah dalam memfasilitasi peningkatan
permodalan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan
Koperasi;
g. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penciptaan lapangan
kerja melalui usaha ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat;
h. Peningkatan sistem kelembagaan dan infrastruktur
perekonomian yang maju;
i. Peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat melalui
perluasan kesempatan kerja;
j. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui
peningkatan investasi dan ekspor.
k. Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar, penguatan produktivitas, dan
perlindungan sosial.
5. Mewujudkan good governance dan clean goverment dengan
melibatkan dunia usaha, masyarakat madani (civil society), dan
media massa untuk menuju kehidupan masyarakat Kota Magelang
agamis, damai, demokratis, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan
dan kebenaran, diarahkan melalui :
a. Peningkatan kualitas pelayanan umum yang didukung oleh SDM
aparatur pemerintah yang profesional;
b. Penciptaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta
bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme;
c. Penciptaan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kota Magelang;
d. Penegakan Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mencerminkan
keadilan dan kebenaran;
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 7
e. Pemberian peran dan fungsi yang proporsional terhadap dunia
usaha, masyarakat madani, dan media massa untuk berkiprah
dalam proses pelaksanaan pembangunan daerah.
B. TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS
Untuk mencapai tujuan MAGELANG SEBAGAI KOTA JASA
YANG BERBUDAYA, MAJU DAN BERDAYA SAING DALAM
MASYARAKAT MADANI, akan ditempuh tahap-tahap pelaksanaannya
melalui:
1. RPJM Daerah Ke-1 (2005-2010), Berlandaskan pelaksanaan dan
pencapaian pembangunan tahap sebelumnya, RPJM Daerah ke-1
diprioritaskan untuk meletakkan sendi-sendi pokok sebagai kota
jasa yaitu dengan mengupayakan:
a. Melengkapi sarana dan prasarana fisik sebagai pendukung
penyelenggaraan jasa perekonomian, jasa kesehatan dan jasa
pendidikan;
b. Penyempurnaan sarana dan prasarana pelayanan dasar;
tanpa mengabaikan pembangunan dibidang lain sebagai upaya
menuju masyarakat yang lebih sejahtera.
2. RPJM Daerah Ke-2 (2011-2015), Berlandaskan pelaksanaan,
pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah Ke-1, RPJM
Daerah Ke-2 diprioritaskan untuk:
a. Mewujudkan Kota Magelang yang berbudaya, maju dan
berdaya saing melalui upaya-upaya peningkatan kualitas SDM;
b. Memantapkan peran dan fungsi lembaga pemerintah, swasta,
masyarakat madani, dan media massa sebagai pendukung
pelayanan jasa perekonomian, jasa kesehatan dan jasa
pendidikan;
c. Memberi pelayanan masyarakat yang lebih baik dibandingkan
dengan daerah-daerah lain;
tanpa mengabaikan pembangunan dibidang lainnya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB IV - 8
3. RPJM Daerah Ke-3 (2016-2020), Berlandaskan pelaksanaan,
pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah Ke-2, RPJM
Daerah Ke-3 diprioritaskan untuk:
a. Meningkatkan dan memantapkan upaya menyejahterakan
masyarakat melalui optimalisasi peran dan fungsi lembaga
pemerintah, swasta, masyarakat madani, dan media massa
khususnya dalam pelayanan jasa perekonomian, jasa
kesehatan dan jasa pendidikan;
b. Menciptakan peluang kerja dalam bidang pelayanan jasa
perekonomian, jasa kesehatan dan jasa pendidikan;
tanpa mengabaikan pembangunan dibidang lain sebagai upaya
menuju masyarakat yang berdaya dan mandiri.
4. RPJM Daerah Ke-4 (2021-2025), Berlandaskan pelaksanaan,
pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM Daerah Ke-3, RPJM
Daerah Ke-4 diprioritaskan untuk:
a. memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang;
b. mewujudkan tercapainya perekonomian daerah yang berdaya
saing tinggi, berlandaskan budaya yang unggul, sumber daya
manusia yang berkualitas dan mandiri;
c. mewujudkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
masyarakat madani.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB V - 1
BAB V
KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang
Tahun 2005 – 2025 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 – 2025 dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2025 yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah
Kota Magelang tahun 2005 – 2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang
Tahun 2005 – 2025 selanjutnya akan menjadi acuan dan pedoman bagi
Pemerintah Kota Magelang dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Magelang untuk tahun 2011-2015,
tahun 2016-2020, dan tahun 2021-2025.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan kaidah – kaidah
pelaksanaan sebagai berikut:
1. Agar terjadi kesinambungan dalam penyusunan kebijakan daerah, maka
calon Walikota harus memperhatikan RPJP Daerah Kota Magelang Tahun
2005 – 2025 dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menyusun visi
dan misi daerah yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kota Magelang untuk tahun 2011-2015, tahun 2016-2020, dan tahun
2021-2025.
2. Lembaga eksekutif dan lembaga legislatif Kota Magelang dengan
didukung oleh Instansi Vertikal yang ada di wilayah Kota Magelang dan
masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan
program–program dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Kota Magelang Tahun 2005 – 2025.
3. Walikota dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan
daerah berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang Tahun
2005–2025 dengan menggerakkan secara optimal semua potensi dan
kekuatan daerah.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Magelang
berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB V - 2
sesuai dengan tugas dan fungsinya yang disusun dengan berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Magelang Tahun 2005 – 2025 yang akan menjadi pedoman dalam
menyusun Rencana Kerja Perangkat Daerah Kota Magelang serta
menjamin konsistensinya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB V - 1
BAB V
KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang
Tahun 2005 – 2025 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 – 2025 dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005 – 2025 yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah
Kota Magelang tahun 2005 – 2025.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang
Tahun 2005 – 2025 selanjutnya akan menjadi acuan dan pedoman bagi
Pemerintah Kota Magelang dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Magelang untuk tahun 2011-2015,
tahun 2016-2020, dan tahun 2021-2025.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ditetapkan kaidah – kaidah
pelaksanaan sebagai berikut:
1. Agar terjadi kesinambungan dalam penyusunan kebijakan daerah, maka
calon Walikota harus memperhatikan RPJP Daerah Kota Magelang Tahun
2005 – 2025 dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menyusun visi
dan misi daerah yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kota Magelang untuk tahun 2011-2015, tahun 2016-2020, dan tahun
2021-2025.
2. Lembaga eksekutif dan lembaga legislatif Kota Magelang dengan
didukung oleh Instansi Vertikal yang ada di wilayah Kota Magelang dan
masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan
program–program dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Daerah Kota Magelang Tahun 2005 – 2025.
3. Walikota dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan
daerah berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang Tahun
2005–2025 dengan menggerakkan secara optimal semua potensi dan
kekuatan daerah.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Magelang
berkewajiban untuk menyusun rencana strategis yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB V - 2
sesuai dengan tugas dan fungsinya yang disusun dengan berpedoman
pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota
Magelang Tahun 2005 – 2025 yang akan menjadi pedoman dalam
menyusun Rencana Kerja Perangkat Daerah Kota Magelang serta
menjamin konsistensinya.
RPJP Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025 BAB VI - 1
BAB VI
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang
Tahun 2005–2025 yang berisi visi, misi, dan arah pembagunan Kota
Magelang, merupakan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat di dalam
penyelenggaraan pembangunan jangka panjang daerah 20 (dua puluh)
tahun ke depan. RPJP Daerah juga menjadi arah dan pedoman di dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, dan
penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya
selama periode tersebut di atas. Selain itu juga sebagai koridor dalam
penyusunan visi, misi dan program calon Walikota dalam kurun waktu 5
(lima) tahunan.
Proses penyusunan RPJP Daerah Kota Magelang telah melibatkan para
pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan dalam
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sehingga hasilnya benar–benar
merupakan kesepakatan yang dapat diterima oleh berbagai pihak.
Langkah-langkah untuk mewujudkan RPJP Daerah Kota Magelang
Tahun 2005–2025 dibagi dalam 4 (empat) tahap. Tahap pertama RPJM Kota
Magelang Tahun 2005–2010 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2005 sudah merupakan dalam tahapan RPJP Daerah Kota
Magelang Tahun 2005–2025.
Untuk mewujudkan visi “Magelang Sebagai Kota Jasa Yang
Berbudaya, Maju dan Berdaya Saing Dalam Masyarakat Madani“ perlu
didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan daerah yang berakhlak
mulia, kapabel, berkualitas dan demokratis (2) Good Governance dan Clean
Government (3) konsistensi kebijakan pemerintah daerah (4) keberpihakan
kepada rakyat (5) partisipasi aktif dari masyarakat, media massa, dan pihak
swasta (6) mekanisme kontrol dan pengawasan serta akuntabilitas publik
yang baik.
WALIKOTA MAGELANG
H. FAHRIYANTO