25
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2018 TENTANG ANGKUT TERUS ATAU ANGKUT LANJUT BARANG IMPOR ATAU EKSPOR DAN PENGANGKUTAN BARANG IMPOR KE TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA DI KAWASAN PABEAN LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pengeluaran barang impor atau barang ekspor dari kawasan pabean untuk diangkut terus atau diangkut lanjut dan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean untuk diangkut ke tempat penimbunan sementara di kawasan pabean lainnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor Atau Barang Ekspor Dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut Terus Atau Diangkut Lanjut Dan Pengeluaran Barang Impor Dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut Ke Tempat Penimbunan Sementara Di Kawasan Pabean Lainnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.04/2010; b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan dan pengawasan di bidang kepabeanan serta untuk melakukan pengamanan hak-hak negara, yang terkait dengan pengangkutan barang impor atau ekspor untuk diangkut

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PMK.04/2018

TENTANG

ANGKUT TERUS ATAU ANGKUT LANJUT BARANG IMPOR ATAU EKSPOR

DAN PENGANGKUTAN BARANG IMPOR KE TEMPAT PENIMBUNAN

SEMENTARA DI KAWASAN PABEAN LAINNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai pengeluaran barang impor

atau barang ekspor dari kawasan pabean untuk diangkut

terus atau diangkut lanjut dan pengeluaran barang impor

dari kawasan pabean untuk diangkut ke tempat

penimbunan sementara di kawasan pabean lainnya telah

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

90/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor

Atau Barang Ekspor Dari Kawasan Pabean Untuk

Diangkut Terus Atau Diangkut Lanjut Dan Pengeluaran

Barang Impor Dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut Ke

Tempat Penimbunan Sementara Di Kawasan Pabean

Lainnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.04/2010;

b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan dan pengawasan

di bidang kepabeanan serta untuk melakukan

pengamanan hak-hak negara, yang terkait dengan

pengangkutan barang impor atau ekspor untuk diangkut

Page 2: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 2 -

terus atau diangkut lanjut, perlu mengatur kembali

angkut terus atau angkut lanjut barang impor atau

ekspor dan pengangkutan barang impor ke Tempat

Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean lainnya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, serta dalam

rangka melaksanakan ketentuan Pasal 10A ayat (9) dan

Pasal 11A ayat (7) Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu

menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Angkut

Terus atau Angkut Lanjut Barang Impor atau Ekspor dan

pengangkutan barang impor ke Tempat Penimbunan

Sementara di Kawasan Pabean lainnya;

Mengingat : Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4661);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG ANGKUT

TERUS ATAU ANGKUT LANJUT BARANG IMPOR ATAU

EKSPOR DAN PENGANGKUTAN KE TEMPAT PENIMBUNAN

SEMENTARA DI KAWASAN PABEAN LAINNYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:

1. Undang-Undang Kepabeanan adalah Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana

Page 3: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 3 -

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2006.

2. Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang

meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di

atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi

Ekslusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku

Undang-Undang Kepabeanan.

3. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas

tertentu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat

lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang

sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai.

4. Tempat Penimbunan Sementara yang selanjutnya

disingkat TPS adalah bangunan dan/atau lapangan atau

tempat lain yang disamakan dengan itu di Kawasan

Pabean untuk menimbun barang, sementara menunggu

pemuatan atau pengeluarannya.

5. Tempat Penimbunan Sementara Pusat Distribusi yang

selanjutnya disingkat TPS Pusat Distribusi adalah

Tempat Penimbunan Sementara yang memiliki fungsi

utama untuk menimbun barang impor atau ekspor untuk

diangkut lanjut, sementara menunggu pemuatan atau

pengeluarannya.

6. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

7. Sarana Pengangkut adalah kendaraan/ angkutan melalui

laut, udara, atau darat yang dipakai untuk mengangkut

barang dan/ atau orang.

8. Pengangkut adalah Orang atau kuasanya yang :

a. bertanggung jawab atas pengoperasian Sarana

Pengangkut yang mengangkut barang dan/atau

orang; dan/atau

b. berwenang melaksanakan kontrak pengangkutan dan

menerbitkan dokumen pengangkutan barang sesuai

peraturan perundangan di bidang perhubungan.

9. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya

kewajiban pabean.

Page 4: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 4 -

10. Barang diangkut terus adalah barang yang diangkut

dengan Sarana Pengangkut melalui Kantor Pabean tanpa

dilakukan pembongkaran terlebih dahulu.

11. Barang diangkut lanjut adalah barang yang diangkut

dengan Sarana Pengangkut melalui Kantor Pabean

dengan dilakukan pembongkaran terlebih dahulu.

12. Pemindahan Lokasi Penimbunan yang selanjutnya

disingkat PLP adalah pemindahan lokasi penimbunan

barang impor dari TPS Asal ke TPS Tujuan.

13. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan

Cukai.

14. Pejabat Bea dan Cukai yang selanjutnya disebut Pejabat

adalah Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang

ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan

tugas tertentu berdasarkan Undang-undang Kepabeanan.

15. Manifes adalah daftar barang niaga yang diangkut oleh

Sarana Pengangkut melalui laut, udara dan darat.

16. Manifes Kedatangan Sarana Pengangkut yang

selanjutnya disebut Inward Manifest adalah daftar barang

niaga yang diangkut oleh Sarana Pengangkut melalui

laut, udara dan darat pada saat memasuki Kawasan

Pabean atau tempat lain setelah mendapat izin kepala

kantor yang mengawasi tempat tersebut.

17. Manifes Keberangkatan Sarana Pengangkut yang

selanjutnya disebut Outward Manifest adalah daftar

barang niaga yang diangkut oleh Sarana Pengangkut

melalui laut, udara, dan darat pada saat meninggalkan

Kawasan Pabean atau tempat lain setelah mendapat izin

kepala kantor yang mengawasi tempat tersebut.

18. Sistem Komputer Pelayanan yang selanjutnya disingkat

SKP adalah sistem komputer yang digunakan oleh Kantor

Pabean dalam rangka pengawasan dan pelayanan

kepabeanan.

19. Pertukaran Data Elektronik yang selanjutnya disingkat

PDE adalah alir informasi bisnis antar aplikasi dan

organisasi secara elektronik, yang terintegrasi dengan

menggunakan standar yang disepakati bersama,

Page 5: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 5 -

termasuk komunikasi atau penyampaian informasi

melalui media berbasis laman internet (web-based).

BAB II

PENGANGKUTAN BARANG IMPOR ATAU EKSPOR UNTUK

DIANGKUT TERUS ATAU DIANGKUT LANJUT

Bagian Kesatu

Pemasukan Barang Impor atau Ekspor ke Kawasan Pabean

Untuk Diangkut Terus Atau Diangkut Lanjut

Pasal 2

(1) Barang impor atau ekspor dapat dimasukkan ke

Kawasan Pabean untuk diangkut terus atau diangkut

lanjut.

(2) Pemasukan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ke Kawasan Pabean wajib diberitahukan dengan

Pemberitahuan Pabean berupa Inward Manifest.

(3) Pemberitahuan Pabean berupa Inward Manifest

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara rinci

dalam pos-pos serta dikelompokkan secara terpisah,

dengan pengelompokan sebagai berikut:

a. barang impor yang diangkut lanjut;

b. barang impor yang diangkut terus;

c. barang ekspor yang diangkut lanjut;

d. barang ekspor yang diangkut terus;

(4) Pos-pos sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat

berdasarkan Bill of Lading, Airway Bill, atau dokumen

pengangkutan barang lainnya.

(5) Tata cara penyerahan Pemberitahuan Pabean berupa

inward manifest sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur ketentuan mengenai manifes.

Bagian Kedua

Pengeluaran Barang Impor atau Ekspor Dari Kawasan Pabean

Untuk Diangkut Terus Atau Diangkut Lanjut

Page 6: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 6 -

Pasal 3

(1) Barang impor atau ekspor dapat dikeluarkan dari

Kawasan Pabean untuk diangkut terus atau diangkut

lanjut.

(2) Pengeluaran barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dari Kawasan Pabean wajib diberitahukan dengan

Pemberitahuan Pabean berupa Outward Manifest.

(3) Pemuatan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ke sarana Pengangkut dilaksanakan berdasarkan

Pemberitahuan Pabean berupa Inward Manifest yang

telah dikelompokkan secara terpisah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (3).

(4) Pemberitahuan Pabean berupa Outward Manifest

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara rinci

dalam pos-pos serta dikelompokkan secara terpisah,

dengan pengelompokan sebagai berikut:

a. barang impor yang diangkut lanjut;

b. barang impor yang diangkut terus;

c. barang ekspor yang diangkut lanjut;

d. barang ekspor yang diangkut terus;

(5) Pos-pos sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat

berdasarkan Bill of Lading, Airway Bill, atau dokumen

pengangkutan barang lainnya.

(6) Pos-pos sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus

memuat elemen data yang dapat memberikan informasi

pemasukan barang impor atau ekspor ke Kawasan

Pabean yang paling sedikit meliputi nomor dan tanggal

pendaftaran, nomor pos dan subpos Inward Manifest.

(7) Pengangkut bertanggung jawab atas bea masuk, cukai,

dan pajak dalam rangka impor atas pengangkutan

barang impor yang dikel uarkan dari Kawasan Pabean

untuk diangkut terus atau diangkut lanjut

(8) Tata cara penyerahan Pemberitahuan Pabean berupa

Outward Manifest sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur ketentuan mengenai manifes.

Page 7: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 7 -

Pasal 4

(1) Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud dalam

pasal 3 ayat (2) disampaikan ke Kantor Pabean sebelum

keberangkatan sarana pengangkut.

(2) Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud dalam

pasal 3 ayat (2) di Kantor Pabean asal merupakan

pemberitahuan RKSP di Kantor Pabean tujuan.

(3) Pengeluaran barang dari Kawasan Pabean untuk

Diangkut Lanjut wajib mendapat persetujuan Pejabat

dan/atau SKP.

(4) Dalam hal Angkut Lanjut ke pelabuhan tujuan melalui

darat, Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yang telah mendapat nomor dan tanggal

pendaftaran dari SKP atau Pejabat, berlaku sebagai

persetujuan pengeluaran barang.

(5) Dalam hal Angkut Lanjut ke pelabuhan tujuan

menggunakan sarana pengangkut laut atau udara,

Pejabat dan/atau SKP memberikan persetujuan

pengeluaran barang setelah dilakukan penelitian.

Bagian Ketiga

Pemuatan atau Pembongkaran Barang Impor atau Ekspor ke

dan dari Sarana Pengangkut Untuk Diangkut Lanjut

Pasal 5

(1) Pembongkaran atau pemuatan barang impor atau barang

ekspor untuk diangkut lanjut ke atau dari sarana

pengangkut wajib dilakukan di Kawasan Pabean.

(2) Pembongkaran dan pemuatan barang impor atau barang

ekspor untuk diangkut lanjut ke atau dari sarana

pengangkut dapat dilakukan di luar Kawasan Pabean

dalam hal:

a. barang impor atau ekspor diangkut lanjut ke atau

dari dalam daerah pabean dengan menggunakan

sarana pengangkut dengan trayek antar wilayah

dalam daerah pabean,

Page 8: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 8 -

b. alasan lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur ketentuan mengenai

pembongkaran.

(3) Kepala Kantor Pabean dapat memberikan persetujuan

pembongkaran atau pemuatan barang diangkut lanjut di

luar Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) setelah terdapat permohonan dari Pengangkut.

(4) Pengangkut dapat mengajukan permohonan persetujuan

pembongkaran atau pemuatan barang impor atau ekspor

untuk diangkut lanjut di luar Kawasan Pabean

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk data

elektronik atau secara tertulis.

(5) Pembongkaran atau pemuatan barang impor atau ekspor

untuk diangkut lanjut ke atau dari sarana pengangkut

dilakukan pengawasan secara selektif berdasarkan

manajemen risiko.

Bagian Keempat

Pengawasan Angkut Terus dan Angkut Lanjut Barang Impor

atau Barang Ekspor

Pasal 6

(1) Pejabat dan/atau SKP melakukan rekonsiliasi

pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang

ekspor untuk diangkut terus atau diangkut lanjut

berdasarkan penelitian tingkat kesesuaian antara uraian

elemen data rincian pos-pos pemberitahuan Outward

Manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (6)

dengan pos-pos pemberitahuan pabean Inward Manifest.

(2) Rekonsiliasi pemasukan dan pengeluaran barang impor

atau barang ekspor untuk diangkut terus atau diangkut

lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan penutupan pos-pos pemberitahuan pabean

Inward Manifest.

Page 9: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 9 -

Pasal 7

(1) Dalam hal barang impor untuk diangkut terus atau

diangkut lanjut dengan pelabuhan tujuan berikutnya di

dalam daerah pabean, Pejabat dan/atau SKP

menyampaikan informasi keberangkatan barang impor

untuk diangkut terus atau diangkut lanjut kepada

Kantor Pabean tujuan.

(2) Informasi keberangkatan barang impor untuk diangkut

terus atau diangkut lanjut sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) berupa rincian pos-pos Pemberitahuan Pabean

berupa Outward Manifest sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (1).

(3) Pengangkutan barang impor atau barang ekspor untuk

diangkut terus atau diangkut lanjut di dalam daerah

pabean, dilakukan di bawah pengawasan pabean.

Pasal 8

(1) Pejabat dan/atau SKP di Kantor Pabean tujuan

melakukan rekonsiliasi tindak lanjut pengangkutan

barang impor atau barang ekspor untuk diangkut lanjut

dan diangkut terus berdasarkan penelitian tingkat

kesesuaian antara informasi keberangkatan barang impor

atau barang ekspor berupa rincian pos-pos

pemberitahuan outward manifest sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (2) dengan rincian pos-pos

pemberitahuan inward manifest yang disampaikan oleh

Pengangkut berdasarkan uraian elemen data

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4).

(2) Rekonsiliasi tindak lanjut pengangkutan barang impor

atau barang ekspor untuk diangkut terus atau diangkut

lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan penutupan informasi keberangkatan barang

impor berupa rincian pos-pos pemberitahuan Outward

Manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

(3) Pejabat dan/atau SKP menyampaikan hasil rekonsiliasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kantor

Pabean asal.

Page 10: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 10 -

(4) Dalam hal rekonsiliasi tindak lanjut pengangkutan

barang impor atau barang ekspor untuk diangkut terus

atau diangkut lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) belum dapat dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga

puluh) hari sejak keberangkatan sarana pengangkut:

a. Kepala Kantor Pabean asal menyampaikan

pemberitahuan kepada Pengangkut, dan

b. dilakukan penelitian secara mendalam oleh Pejabat

pada Kantor Pabean asal.

Pasal 9

Di samping pengawasan pabean sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8, terhadap angkut terus

atau angkut lanjut barang ekspor dilaksanakan pengawasan

pabean sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

mengatur tatalaksana ekspor.

BAB III

PENGANGKUTAN BARANG IMPOR KE TEMPAT PENIMBUNAN

SEMENTARA LAINNYA

Bagian Kesatu

Pengeluaran Barang Impor Dari Kawasan Pabean Untuk

Diangkut Ke TPS di Kawasan Pabean di Kantor Pabean Lain

Pasal 10

(1) Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dari

suatu kantor pabean dengan tujuan untuk diangkut ke

TPS di kawasan pabean di Kantor Pabean lainnya, dapat

diberikan dalam hal:

a. barang impor memiliki sifat khusus sehingga tidak

dapat dilakukan penimbunan di Kawasan Pabean

dan TPS tempat dilakukan pembongkaran;

b. terdapat kongesti pada TPS;

c. tidak tersedia fasilitas penunjang untuk

penimbunan barang impor yang dinyatakan secara

tertulis oleh Pengusaha Tempat Penimbunan;

Page 11: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 11 -

d. tidak tersedia TPS di Kantor Pabean tempat

dilakukan pembongkaran; dan/atau

e. keadaan darurat, seperti bencana alam, kebakaran

atau dalam kondisi keadaan memaksa.

(2) Pengeluaran barang impor dari kawasan pabean dari

suatu kantor pabean dengan tujuan untuk diangkut ke

TPS di kawasan pabean di kantor pabean lainnya dengan

alasan kongesti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dapat diberikan dalam hal seluruh TPS lain di

wilayah kerja Kantor Pabean tempat dilakukan

pembongkaran terdapat kongesti dan tidak dapat

dilakukan PLP.

(3) Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean dari

suatu Kantor Pabean dengan tujuan untuk diangkut ke

TPS di Kawasan Pabean di Kantor Pabean lainnya

dilakukan oleh:

a. Pengusaha TPS di Kantor Pabean asal, untuk alasan

pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, huruf b, huruf c dan/atau huruf e; atau

b. Pengusaha TPS di Kantor Pabean tujuan, untuk

alasan pengeluaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d.

(4) Pengusaha TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

yang akan mengeluarkan barang impor, wajib

menyerahkan pemberitahuan pabean pada Kantor

Pabean yang mengawasi Kawasan Pabean asal.

(5) Pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) berupa pemberitahuan pengeluaran barang impor dari

Kawasan Pabean Untuk Diangkut ke Tempat

Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean Lainnya

(BC1.2).

(6) Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dikeluarkan setelah Pejabat dan/atau SKP di Kantor

Pabean yang mengawasi Kawasan Pabean asal

melakukan penelitian atas pemberitahuan pabean yang

disampaikan dan menandasahkan atau memberikan

persetujuan keluar.

Page 12: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 12 -

(7) Pengusaha TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

bertanggung jawab atas bea masuk, cukai, dan pajak

dalam rangka impor atas pengangkutan barang impor

yang dikeluarkan dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut

ke Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean

Lainnya.

(8) Pengajuan pemberitahuan pabean sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dan persetujuan keluar

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat disampaikan

dalam bentuk data elektronik atau tulisan di atas

formulir.

Bagian Kedua

Pengawasan Pengangkutan Barang Impor Dari Kawasan

Pabean Untuk Diangkut Ke TPS di Kawasan Pabean Lainnya

Pasal 11

(1) Pejabat dan/atau SKP pada Kantor Pabean asal

menyampaikan tembusan pemberitahuan pengeluaran

barang impor dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut ke

Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean

Lainnya (BC1.2) yang telah ditandasahkan atau diberikan

persetujuan keluar kepada Kantor Pabean tujuan.

(2) Pejabat dan/atau SKP pada Kantor Pabean Tujuan

melakukan rekonsiliasi tindak lanjut pengangkutan

berdasarkan pemberitahuan pengeluaran barang impor

dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut ke Tempat

Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean Lainnya

(BC1.2).

(3) Sistem Komputer Pelayanan atau Pejabat menyampaikan

hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

kepada Kantor Pabean asal.

(4) Dalam hal rekonsiliasi tindak lanjut pengangkutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum dapat

dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

keberangkatan sarana pengangkut:

Page 13: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 13 -

a. Kepala Kantor Pabean Asal menyampaikan

pemberitahuan kepada Pengangkut, dan

b. dilakukan penelitian lebih lanjut oleh Pejabat.

Pasal 12

(1) Pengeluaran barang impor dari Kawasan Pabean Untuk

Diangkut ke Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan

Pabean Lainnya dilakukan pengawasan pabean dengan

sistem pengamanan berbasis elektronik.

(2) Dalam hal sistem pengamanan berbasis elektronik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia atau

terdapat gangguan, berdasarkan persetujuan Kepala

Kantor Pabean, pengawasan dapat dilakukan dengan

pengamanan secara manual dan:

a. penyerahan jaminan oleh pengusaha TPS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 pada ayat

(3); dan/atau

b. pengawalan.

(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

dikembalikan setelah barang impor sampai dengan

lengkap di bawah pengawasan Kantor Pabean tujuan

dan/atau hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 ayat (2) telah disampaikan kepada Kantor

Pabean asal.

(4) Jenis jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga

Pemindahan Lokasi Penimbunan (PLP)

Pasal 13

(1) Barang impor atau ekspor yang ditimbun di TPS tempat

pembongkaran dan belum diselesaikan kewajiban

kepabeanannya dapat dilakukan PLP ke TPS lain yang

berada dalam satu wilayah pengawasan Kantor Pabean,

dalam hal:

Page 14: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 14 -

a. tingkat penggunaan lapangan penumpukan (yard

occupancy ratio) atau tingkat penggunaan gudang

(shed occupancy ratio) TPS sama dengan atau lebih

tinggi dari batas standar utilisasi fasilitas yang

ditetapkan oleh instansi teknis yang bertanggung

jawab di bidang pelabuhan atau Bandar Udara.

b. Tempat Penimbunan Sementara di pelabuhan atau

Bandar Udara tempat pembongkaran:

1. tidak tersedia tempat khusus yang digunakan

untuk menimbun barang-barang konsolidasi,

barang berbahaya, barang yang memiliki sifat

merusak atau mempengaruhi barang lain,

dan/atau barang yang memerlukan instalasi

atau penanganan khusus; atau

2. tersedia tempat khusus yang digunakan untuk

menimbun barang-barang sebagaimana

dimaksud pada angka 1, tetapi tingkat

penggunaan kapasitas sama dengan atau lebih

tinggi dari batas standar utilisasi fasilitas;

c. barang impor dalam 1 (satu) master airway bill yang

ditujukan kepada perusahaan jasa pengurusan

transportasi (freight forwarder) dan/atau

penyelenggara pos yang berkedudukan TPS lain;

d. barang impor yang karena karakteristiknya

memerlukan pelayanan segera (rush handling) yang

akan dikeluarkan melalui TPS lain yang khusus

disediakan untuk pelayanan segera;

e. barang impor dalam kantong pos yang akan

diselesaikan kewajiban pabeannya melalui TPS lain

yang khusus digunakan untuk layanan pos; atau

f. berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor Pabean

dimungkinkan terjadi stagnasi atau terjadi keadaan

darurat setelah mendapatkan masukan dari

Pengusaha TPS.

(2) Pemindahan Lokasi Penimbunan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan dalam hal barang impor yang

bersangkutan belum diajukan pemberitahuan pabean.

Page 15: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 15 -

(3) Pengusaha TPS mengajukan permohonan PLP

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala

Kantor Pabean atau Pejabat yang menangani

administrasi manifes dengan mencantumkan alasan

permohonan PLP.

(4) Permohonan PLP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diajukan dalam bentuk tulisan di atas formulir atau

dalam bentuk data elektronik.

Pasal 14

(1) Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk

melakukan penelitian terhadap permohonan PLP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3).

(2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang

ditunjuk memutuskan persetujuan atau penolakan

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak

permohonan diterima secara lengkap.

(3) Persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2):

a. dicatat pada lembar permohonan PLP, dalam hal

permohonan yang diajukan dalam bentuk tulisan di

atas formulir; atau

b. diterbitkan respon persetujuan PLP, dalam hal

permohonan yang diajukan dalam bentuk data

secara elektronik.

(4) Dalam rangka optimalisasi pelayanan dan/atau

pengawasan, Kepala Kantor Pabean dapat menolak

permohonan PLP atas barang impor dengan

pertimbangan tertentu seperti kategori risiko importir,

prasarana di TPS lain, dan risiko saat pemindahan

barang.

Pasal 15

(1) Pengusaha TPS dapat melakukan PLP terhadap barang

impor yang akan dilakukan pemeriksaan fisik barang

dalam rangka pemeriksaan pabean dan/atau

Page 16: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 16 -

pemeriksaan karantina ke TPS Lain dalam 1 (satu)

Kawasan Pabean tanpa persetujuan Kepala Kantor

Pabean dengan memberitahukan dalam bentuk data

elektronik melalui sistem komputer pelayanan TPS

Online.

(2) Untuk dapat melakukan PLP ke TPS Lain dalam 1 (satu)

Kawasan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, pintu masuk dan pintu keluar Kawasan Pabean

harus memenuhi persyaratan:

a. digunakan secara bersama oleh seluruh TPS dalam

Kawasan Pabean; dan

b. telah menerapkan sistem pintu otomatis yang

terintegrasi dengan sistem elektronik pengelolaan

penimbunan barang di seluruh TPS.

(3) Pengusaha TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus menyampaikan data pengeluaran dan pemasukan

barang secara real time ke sistem komputer pelayanan

pada Kantor Pabean.

(4) Selain PLP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PLP

dilakukan terhadap barang yang ditimbun di TPS yang

keputusan mengenai penetapan TPS telah berakhir atau

dicabut.

Pasal 16

(1) Pengusaha TPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13

ayat (3) dan Pasal 15 ayat (1) bertanggung jawab atas bea

masuk dan/atau cukai, sanksi administrasi berupa

denda, serta pajak dalam rangka impor, dalam hal

terdapat kewajiban pelunasan yang disebabkan barang

yang diangkut tidak sampai di TPS Tujuan.

(2) Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1)

dan Pasal 15 ayat (1) huruf a hanya dapat dilakukan 1

(satu) kali PLP, kecuali terhadap:

a. barang impor yang telah mendapat persetujuan

ekspor kembali; dan

b. barang yang dilakukan PLP dalam hal terjadi

keadaan darurat.

Page 17: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 17 -

BAB IV

TPS PUSAT DISTRIBUSI

Bagian Kesatu

Penunjukan TPS Pusat Distribusi

Pasal 17

(1) Penimbunan barang impor untuk diangkut lanjut keluar

Daerah Pabean dapat dilakukan di TPS Pusat Distribusi.

(2) Lokasi TPS Pusat Distribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus berada di dalam area Pelabuhan atau

Bandar Udara.

Pasal 18

(1) Bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang

disamakan dengan itu yang telah ditetapkan sebagai TPS

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang Kawasan Pabean dan TPS, dapat ditunjuk sebagai

TPS Pusat Distribusi oleh Kepala Kantor Pabean.

(2) Penunjukan sebagai TPS Pusat Distribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan atas seluruh

atau sebagian dari lokasi TPS yang telah ditetapkan.

(3) Untuk dapat ditunjuk sebagai TPS Pusat Distribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pengusaha TPS

mengajukan permohonan penunjukan TPS Pusat

Distribusi kepada Kepala Kantor Pabean.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling

sedikit memuat data:

a. identitas penanggung jawab;

b. badan usaha;

c. lokasi TPS yang akan ditunjuk sebagai TPS Pusat

Distribusi;

d. ukuran, luas dan/atau daya tampung (volume) serta

batas-batas TPS yang akan ditunjuk sebagai TPS

Page 18: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 18 -

Pusat Distribusi.

(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

dilampiri dengan:

a. keputusan penetapan sebagai TPS;

b. bukti penerapan aplikasi TPS Online, dalam hal

Kantor Pabean telah menerapkan aplikasi TPS

Online;

c. diagram alir yang memuat rencana sistem

pergerakan barang di dalam TPS Pusat Distribusi;

d. denah layout TPS Pusat Distribusi termasuk detail

pembagian ruangan di dalam TPS Pusat Distribusi;

e. surat keterangan atau dokumen semacam itu dari

pengelola Bandara Udara atau Pelabuhan Laut yang

menyatakan bahwa:

1. lokasi TPS berada pada area Pelabuhan Laut

atau Bandar Udara, dan;

2. area TPS ditujukan untuk penimbunan angkut

lanjut; dan

f. kontrak kerjasama atau dokumen semacam itu

antara Pengusaha TPS dengan Pengangkut dalam

hal Pengusaha TPS bertindak selaku kuasa

Pengangkut.

(6) Dalam hal Kantor Pabean belum menerapkan aplikasi

TPS Online, Permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilampiri dengan bukti penerapan sistem IT

Inventory untuk pemasukan, pengeluaran, dan

penimbunan barang di TPS Pusat Distribusi yang dapat

terhubung dengan Kantor Pabean.

Pasal 19

(1) Kepala Kantor Pabean melakukan penelitian terhadap

permohonan penunjukan TPS Pusat Distribusi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3).

(2) Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Kepala Kantor Pabean memutuskan

persetujuan atau penolakan dalam jangka waktu paling

Page 19: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 19 -

lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan diterima

secara lengkap.

(3) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (3) disetujui, Kepala Kantor Pabean

menerbitkan surat penunjukan sebagai TPS Pusat

Distribusi.

(4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 ayat (3) ditolak, Kepala Kantor Pabean

menerbitkan surat pemberitahuan dengan menyebutkan

alasan penolakan.

(5) Penunjukan sebagai TPS Pusat Distribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) berlaku dalam jangka waktu:

a. paling lama 5 (lima) tahun; atau

b. sampai dengan berakhirnya keputusan penetapan

TPS dalam hal keputusan penetapan TPS berlaku

kurang dari 5 (lima) tahun;

(6) Untuk dapat memperoleh perpanjangan penunjukan

sebagai TPS Pusat Distribusi, Pengusaha TPS harus

mengajukan permohonan perpanjangan penunjukan TPS

Pusat Distribusi sebelum jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) berakhir.

(7) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) dilampiri dengan bukti perpanjangan penetapan

sebagai TPS, dalam hal keputusan penetapan sebagai

TPS sebelumnya berakhir.

Bagian Kedua

Kegiatan TPS Pusat Distribusi

Pasal 20

(1) TPS Pusat Distribusi dapat diberikan kemudahan

pelayanan kegiatan kepabeanan dan cukai berupa:

a. pemberian label pengangkutan, dengan tidak

merubah Negara Asal barang;

b. konsolidasi barang angkut lanjut tujuan ekspor;

c. pembongkaran barang angkut lanjut langsung dari

sarana pengangkut yang datang dari luar daerah

Page 20: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 20 -

pabean ke sarana pengangkut darat tanpa dilakukan

penimbunan (trucklossing); dan

d. pemuatan barang angkut lanjut langsung dari

sarana pengangkut darat ke sarana pengangkut

yang akan keluar daerah pabean tanpa dilakukan

penimbunan (truckloading).

(2) Kegiatan menimbun barang di dalam TPS Pusat

Distribusi diberikan untuk jangka waktu paling lama

30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pemasukan

ke TPS Pusat Distribusi.

(3) Dalam hal penimbunan barang pada TPS Pusat

Distribusi melewati jangka waktu sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), barang ditetapkan sebagai

barang yang dinyatakan tidak dikuasai sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang

mengatur barang yang dinyatakan tidak dikuasai.

Bagian Ketiga

Evaluasi Penunjukan TPS Pusat Distribusi

Pasal 21

(1) Kepala Kantor Pabean melakukan evaluasi atas

penunjukan TPS Pusat Distribusi paling sedikit 1 (satu)

kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

evaluasi terhadap pemenuhan persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (5), dan

Pasal 18 ayat (6).

(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Direktur Jenderal paling lama

setiap tanggal 15 (lima belas) bulan Januari.

Bagian Keempat

Pencabutan Penunjukan TPS Pusat Distribusi

Pasal 22

Page 21: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 21 -

(1) Penunjukan TPS Pusat Distribusi dicabut dalam hal

pengusaha TPS:

a. tidak memenuhi persyaratan sebagai TPS Pusat

Distribusi berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana

dimaksud pada dalam Pasal 21 ayat (2); dan

b. tidak melaksanakan kewajiban sebagai pengusaha

TPS sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan mengenai Kawasan Pabean

dan TPS;

c. pengusaha TPS Pusat Distribusi mengajukan

permohonan untuk dilakukan pencabutan.

(2) Pencabutan penunjukan TPS Pusat Distribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh

Kepala Kantor Pabean.

(3) Pencabutan penunjukan TPS Pusat Distribusi

disampaikan kepada Pengusaha TPS yang

bersangkutan.

BAB VI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian Pertama

Pengangkutan Multimoda

Pasal 23

(1) Barang impor dan ekspor dengan tujuan untuk diangkut

terus atau diangkut lanjut dapat menggunakan lebih dari

1 (satu) jenis moda transportasi yang dibuktikan dengan

kontrak pengangkutan multimoda.

(2) Kontrak pengangkutan multimoda sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berupa Bill of Lading, Airway Bill,

atau dokumen pengangkutan barang lainnya.

(3) Kontrak pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) memuat rute perjalanan dan moda transportasi yang

digunakan, serta lokasi angkut terus atau angkut lanjut

apabila diketahui pada saat kontrak pengangkutan

dibuat.

Page 22: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 22 -

Bagian Pertama

Pengangkutan Melalui Jalan Raya

Pasal 24

(1) Pengangkutan barang impor untuk diangkut terus,

diangkut lanjut, atau diangkut ke TPS di Kawasan

Pabean lainnya dapat menggunakan moda transportasi

darat.

(2) Dalam hal pengangkutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) menggunakan sarana pengangkut jalan raya,

pengawasan pabean dilakukan dengan sistem

pengamanan berbasis elektronik.

(3) Dalam hal sistem pengamanan berbasis elektronik

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia atau

terdapat gangguan, berdasarkan persetujuan Kepala

Kantor Pabean, pengawasan dapat dilakukan dengan

pengamanan secara manual dan:

a. penyerahan jaminan; dan/atau

b. pengawalan.

(4) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a

dikembalikan setelah barang impor sampai dengan

lengkap di bawah pengawasan Kantor Pabean tujuan.

(5) Jenis jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Gangguan Sistem Komputer Pelayanan

Pasal 25

(1) Dalam hal sistem PDE dinyatakan tidak dapat beroperasi

oleh Direktur Jenderal atau Pejabat yang ditunjuk,

pelayanan angkut lanjut atau angkut terus dapat

dilakukan dengan media penyimpan data elektronik.

(2) Dalam hal sistem komputer pelayanan pada Kantor

Pabean belum tersedia atau tidak dapat beroperasi dalam

Page 23: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 23 -

jangka waktu paling singkat 1 (satu) jam, penyampaian

pemberitahuan Inward Manifest, Outward Manifest,

BC 1.2 dan penyampaian PLP dapat dilakukan dalam

bentuk tulisan di atas formulir.

BAB V

PENUTUP

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. tata cara pemasukan, pengeluaran dan rekonsiliasi

barang impor atau ekspor tujuan angkut terus atau

angkut lanjut dari dan ke Kawasan Pabean;

b. tatacara penunjukan dan pencabutan TPS Pusat

Distribusi; dan

c. tatacara pemasukan dan pengeluaran barang angkut

lanjut dari dan ke TPS Pusat Distribusi; dan

d. tatacara Pemindahan Lokasi Penimbunan,

diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.

Pasal 27

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.04/2007

tentang Pengeluaran Barang Impor Atau Barang Ekspor

Dari Kawasan Pabean Untuk Diangkut Terus Atau

Diangkut Lanjut Dan Pengeluaran Barang Impor Dari

Kawasan Pabean Untuk Diangkut Ke Tempat

Penimbunan Sementara Di Kawasan Pabean Lainnya

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 102/PMK.04/2010; dan

2. Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

23/PMK.04/2015 tentang Kawasan Pabean dan Tempat

Penimbunan Sementara sebagaimana telah diubah

Page 24: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 24 -

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

133/PMK.04/2017;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 28

Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA,

SRI MULYANI INDRAWATI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Page 25: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA …repository.beacukai.go.id/download/2018/05/3e68667db049ee3c7d44b... · pemasukan dan pengeluaran barang impor atau barang ... elemen

- 25 -

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR