Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAYAAN HARI LAHIR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh GelarSarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ahwal SyakhshiyahFakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :Yusuf Maulana
NIM : 105260014315
FAKULTAS AGAMA ISLAMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
ii
FAKULTAS AGAMA ISLAMUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 GedungIqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
PERNYATAN KEASLIAN
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yusuf Maulana
Nim : 105260014315
Fakultas : Agama Islam
Program studi : Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyah)
Judul : Perayaan Hari Lahir Dalam Perspektif Hukum Islam
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwaskripsi ini benar adalah karya penulis sendiri. Jika kemudian hari terbuktibahwa skripsi ini merupakan duplikat,tiruan, plagiat, dibuat seluruh atausebagiannya oleh orang lain, maka skripsi dan gelar kesarjanaan yangdiperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 15 Februari 2020
Penyusun
Yusuf MaulanaNIM: 105260014315
ii
أصالة البحث
:املوقع أدناه
يوسف موالنا: اإلسم
١٠٥٢٦٠٠١٢٧١٥: رقم القيد
: الدراسات اإلسالميةالكلية
: األحوال الشخصيةالقسم
هذا البحث من بذل جهده يف كتابته، و إن عرف يف يوم من األيام أن يبني أن هذا البحث ليس من كتابته، أو كان من السرقة العلمية كله أو نصفه، يبطل عندئذ
صحة البحث و اللقب التخرجي.
ه١٤٤١مجادى األخرة٢١،مكسر
م ٢٠٢٠فرياير١٥
الباحث
يوسف موالنا
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Subhanahu
wata’ala. Atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan alam Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam.
juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita
sekalian yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera
kehidupan ini hingga akhir.
Skripsi ini berjudul “Perayaan Hari Lahir Dalam Perspektif Hukum
Islam” yang di jadikan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi bahasa, isi maupun sistimatika penulisan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis
senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini.
Sejak penyusunan skripsi ini penulis menemui banyak hambatan.
Namun akhirnya dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
v
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim SE,MM, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makasar Sulawesi Selatan.
2. Syaikh Dr.(HC) Muhammad Muhammad Thayyib Khoory Donatur
AMCF beserta jajarannya yang berada di Jakarta.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. H. Lukman Abd Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc, MA., Ketua Prodi Ahwal Syakhsiyah
Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus sebagai pembimbing I
6. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc., MA. dan Dr. H. Fatkhul Ulum, Lc., MA
selaku pembimbing pertama dan kedua yang senantiasa sabar dalam
mendampingi dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Para dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
segala bimbingan dan ilmu yang diajarkan kepada penulis selama di
bangku perkuliahan, semoga menjadi amal jariyah yang diterima Allah
Subhanahu wata’ala SWT.
8. Kepada seluruh teman-teman di Mahad Al-Birr khususnya di jurusan
Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam terkhusus teman-teman
angkatan 2015 dan segenap pengurus Himaprodi Ahwal Syakhshiyah
v
periode 2017-2018 yang telah bersama-sama menjalani perkuliahan
dengan suka dan duka.
9. Teman-teman sepermainan dan seperjuangan yang sesama perantau
terutama para rekan remaja masjid Al Ikhlas Griya Fajar Mas yang
telah banyak membantu serta menghibur di kala susah maupun
senang, semoga Allah Subhanahu wata’ala memberkahi mereka.
10.Segenap keluarga yang telah membantu baik dalam doa maupun
materi dalam menuntut Ilmu dan penyelesaian skripsi ini, dan lebih
terlebih khusus kepada istri tercinta Mahmudah binti Saifudin yang
telah bersedia mendampingi perjuangan kami sejak Setahun
pernikahan kami yang telah mengandung, menyusui dan merawat
putri pertama kami Shofia Ainun Mardhiyah dengan penuh kesabaran
semoga membalasnya dengan pahala yang berlipat atas kehadiranmu
menemaniku dan menjadi penyemangat jiwaku.
Teristimewa penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-
sebesarnya kepada ibundaku tercinta Siti Khodijah berkat doamu yang selalu
kau panjatkan dalam sujud-sujudmu di sepertiga malam terakhir serta
kesabaranmu menahan Rindu dalam rangka merelakan Anak yang di
cintainya untuk menuntut Ilmu di perantauan dalam waktu yang tidak
sebentar semoga Allah Subhanahu wata’ala menjaga dan memberikan umur
yang berkah serta kemuliaan dunia dan akhirat. Amin dan ayahanda kami
v
M.Thoha Nurdin Rohimahullah yang telah mendahului penulis menemui sang
Pencipta, Penulis belajar banyak tentang banyak hal semasa hidup beliau
dari sosok ayah yang penuh rasa tanggung jawab memimpin keluarga
bahagia kami semoga menjadi amal jariyah pemberat timbangan kebaikan
baginya di alam akhirat. Amin.serta saudara-saudara dan seluruh anggota
keluarga besar atas segala kesabaran dan ketabahan dalam mendidik, serta
memotivasi, iringan doa dan pengorbanannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
adanya baik terhadap penulis, para pembaca, Agama, Bangsa dan Negara.
Makassar, 1 Dzuhijjah 1440 H2 Agustus 2019 H
Penulis
Yusuf Maulana
vi
ABSTRAK
Yusuf Maulana. NIM : 105260014315. Perayaan hari Lahir dalamPerspektif Hukum Islam (Di bimbing oleh M. Ilham Muchtar dan FatkhulUlum)
Penelitian ini membahas tentang bagaimana hukum perayaan harilahir dalam Islam, adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah : 1)Bentuk perayaan hari lahir pada masyarakat. 2) Hukum perayaan harilahir dalam Islam.
Adapun Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode penelitian pustaka yaitu penelitian dengan cara mengkaji danmenelaah data yang di peroleh dari sumber kepustakaan seperti buku-buku, makalah-makalah, artikel, dan lain sebagainya yang menyangkuttentang hukum perayaan hari lahir dari pendapat ulama, sehingga akanmendapatkan data yang tepat dan jelas yang kemudian data-data tersebutdisalin dan disusun dalam penyusunan skripsi setelah melalui penelitiansecara saksama.
Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa; 1) Bentuk-bentukperayaan hari lahir pada masyarakat terbagi menjadi 3 macam, yaitumengadakan pesta dan tiup lilin kemudian mengadakan Tasyakuran danmakan bersama 2) ulama berbeda pendapat dalam hukum perayaan harilahir. Diantara mereka ada yang mengharamkan secara mutlaq dan adayang membolehkan dengan beberapa persyaratan. Ulama berbedapendapat pada hukum perayaan hari lahir yang dibolehkan dan yangdiharamkan, kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari keduapendapat tersebut adalah Boleh merayakan hari lahir dengan dengansyarat dan tidak berlebih-lebihan dalam rangka mensyukuri ni’mat danrizki Kemudian implikasi dari hasil penelitian ini adalah di harapkanmasyarakat memahami bagaimana hukum perayaan hari lahir dalamislam, sehingga masyarakat akan lebih berhati-hati dalam mengerjakansuatu kegiatan atau amalan serta mengedukasi kepada anggota keluargamasyarakat agar masyarakat paham dan mengetahui hukum perayaanhari kelahiran bukan hanya sekedar ikut budaya.
Kata kunci : Perayaan, Hari Lahir, Hukum, Islam.
vi
تجريد البحث
االحتقال بعيد امليالد يف الفقه ١٠٥٢٦٠٠١٤٣١٥. رقم القيد : يوسف موالنا)فتح العلوميشرف عليه حممد إهلام خمتار (االسالمي
، أما لب االحتقال بعيد امليالد يف االسالمهذا البحث يتحدث عن حكم االحتقال بعيد ) آراء العلماء يف ١املوضوع الذي سريكز فيه الباحث يف هذا البحث:
.يالداالحتقال بعيد امل) حكم ٢، امليالد
ي طريقة تعلم وحتليلأاملكتبية هي الدراسةريقة يف كتابة هذا البحث أما الطاالحتقال كمحبتعلق يمماية كالكتب، املقاالت، وغريها املوجودة من مصادر املكتباملواد
جتمع مث عتربة واملعتمدةلماء حىت حتصل على املواد املعند العبعيد امليالد يف االسالم هذا البحث.يفتكتب وترتبو
؛ االحتقال بعيد امليالديف حكم العلماءاختلف)١هي:وخالصة هذا البحث) العلماء ٢فمنهم من ذهب إىل حترميه مطلقا، واجلمهور إىل جوازه مقيدا بالشروط.
، منها ما جيوز، ومنها ما ال جيوز شرعا. االحتقال بعيد امليالدخيتلفون أيضا يف حكم لألسالني اجلائزة هم: الشيخ الدكتور قيس مبارك والعلماء من النهضة العلماء قالوا
هو اشيخ العثيمن والشيخ فمن ذهب إىل حترميه مطلقا، االحتقال بعيد امليالدباجازة ، تحرميه مطلقاباصاحل بن عبد العزيز ال شيخ والشيخ عبد احملسن اعباد البدر قالو
.املباح دون االسرافوالراجح القول
يف الفقه االسالمي، بعيد امليالد، االحتقالالكلمة األساسية :
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……………………….i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN…………………………..…………...ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………..……..iii
LEMBAR BERITA ACARA MUNAQASYAH…………………………...…..iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..v
ABSTRAK……………………………………………………………………...vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………….………………1
B. Rumusan Masalah………………....................................................….....5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………….....5
D. Definisi Operasional………………………………………………………...6
E. Tinjuan Pustaka………………………………………………………..…....7
F. Sistematika Penulisan……….…….....………………………………….....8
BAB II : TINJAUAN UMUM PERAYAAN HARI LAHIR
A. Pengertian Hari Lahir.....…………………………………………………...10
C. Sejarah Hari Lahir …………………………...…………………………….13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………………………….17
B. Pendekatan Penelitian …………………………………………………….18
vii
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………... 19
D. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ………………………………...20
BAB IV : PERAYAAN HARI LAHIR DALAM PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM
A. Bagaimana Perayaan Hari Lahir Pada Masyarakat ?
1. Mengadakan Pesta dan Tiup Lilin……………………..………………....23
2. Mengadakan Tasyakkuran dan Potong Tumpeng dan makan
bersama.....................................................................................................24
3. Berdo’a Tanpa Mengadakan Kegiatan Apapun…………………………24
B. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap Perayakan hari lahir
dalam perspektif hukum Islam ?
a. Polemik perayaan hari lahir………...……………………………………...25
1. Ulama Yang Membolehkan Perayaan hari lahir ………………...….......26
2. Ulama Yang Mengharamkan Perayaan hari lahir …………...……........32
3. Pandangan Penulis Terkait Perayaan hari lahir ………………………..58
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………….......……………….64
B. Saran-saran……………………………………………………….........…..65
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................66
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Islam adalah agama yang sempurna dan diridhai Allah Subhanahu
wata’ala. Keberadaannya menjadi rahmat bagi seluruh alam dan
kebahagiaan bagi para penganutnya. Sebagaimana firman Allah
Subhanahu wata’ala berfirman :
.
Terjemahnya : Sesungguhnya agama disisi Allah ialah islam. Tidaklahberselisih orang-orang yang diberi kitab kecuali setelah merekamemperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapayang ingkar terhadap ayat-ayat Allah. Maka sungguh, Allah sangat cepatperhitungan-Nya”.1
Maka sudah sepatutnya setiap muslim untuk mengetahui
bahwasanya Islam adalah agama yang agung. Allah menurunkannya
kedunia ini agar menjadi rahmat bagi seluruh alam serta menjadi rahmat
bagi seluruh kaum muslimin dan seluruh makhuk Allah, Dan tidaklah islam
diturunkan kemuka bumi ini hanya untuk mengatur masalah ibadah atau
hanya mengingatkan tentang perkara akhirat saja akan tetapi di
turunkanya Islam adalah dalam rangka mengatur segala aspek kehidupan
1 . QS Ali Imran ayat 19
2
manusia baik perkara dunia dan akhirat, sebuah kesalahan besar apabila
ada sekelompok orang yang menganggap bahwa Islam diturunkan hanya
untuk mengatur perkara ibadah saja, tanpa mengatur perkara dunia,
Justru syariat Islam meliputi segala aspek kehidupan manusia meliputi
perkara ibadah, muamalah, pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya.
Dan apabila ditadabburi tentang pembahasan hukum dan syariat
Islam maka akan didapatkan faidah-faidah, hukum-hukum serta manfaat
yang banyak dari pensyari’atannya yang tidak ada di agama-agama lain.
Allah telah sempurnakan Islam dengan izin-Nya menjadi agama
yang sempurna serta di ridhai Allah Subhanahu wata’ala. Sebagaimana
Allah berfirman :
Terjemahnya : Pada hari ini telah aku sempurnkan agamamu untukmudan telah aku cukupkan nikmat-ku bagimu, dan telah aku ridhai Islamsebagai Agamamu.2
Maka sungguh Allah telah menyempurnakan agama Islam ini syari’at-
syari’at meliputi perintah-perintah, larangan-larangan dan ibadah-ibadah
dan semua aspek kehidupan ummat islam, Masyarakat tidak
membutuhkan amalan-amalan baru buatan sekelompok manusia yang
tidak bisa di pertanggung jawabkan kesahihannya, karena itu akan
tertolak.
2 QS Al-Maidah ayat 3
3
Dari ‘Aisyah RA berkata, yang terjemahnya : Bahwasannya
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam SAW bersabda, Barang siapa
melakukan suatu amalan bukan dari kami maka ia tertolak.3
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa merayakan hari lahir setiap
tahunnya sudah menjadi budaya meluas ditengah masyarakat baik
kalangan muslim maupun non muslim baik hanya sekedar ikut-ikutan
maupun tradisi yang sudah turun temurun.
Penulis memandang dengan melihat sejarah, hari lahir (ultah) menjadi
hal yang lumrah untuk dikenang, diperingati dan dirayakan. Dalam
pelaksanaannya, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda.
Sebagian orang merayakannya dengan berpuasa, tasyakkuran, tahlil dan
pengajian. Sebagian orang merayakannya dengan cara pesta,
mengundang kerabat-kerabatnya, tiup lilin, makan-makan dan lain-lain.
Sebagian orang tidak merayakannya, cukup hanya berdo’a dan
mengevaluasi diri sendiri.
Seiring berkembangnya zaman di era informasi digital ini perayaan
hari lahir ini semakin ramai di rayakan baik dengan mengucapkan
selamat, memberikan hadiah atau kado, mendoakan baik secara langsung
maupun melalui pesan di media sosial.
Kemudahan layanan di era digital ini mulai membawa perubahan baik
pada bentuk seremonial acara perayaan hari lahir maupun pada pengaruh
terhadap prilaku generasi muda saat ini. Dibeberapa kasus terjadi pada
3 Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab Al Aqdhiyah Bab Batalnya Hukum-hukum yang batilldan menolak perkara-perkara baru Hal 46 Hadits ke-18 Tahun 1343-1344 H
4
perayaan hari lahir pada pelajar mahasiswa bahkan masyarakat secara
umum yang mulai mencoba hal unik yang baru pada hari lahir temannya
dengan memberikan kejutan secara beramai-ramai yaitu mengikat korban
di tiang listrik kemudian menyiramya dengan air di sertai lemparan telur
sambil mengucapkan selamat hari lahir dan masih banyak lagi kasus
lain,yang menjadi masalah perbuatan ini mengakibatkan cedera fisik,
kejiwaan terganggu bahkan berujung pada kematian.
Tidak dipungkiri tradisi merayakan hari lahir dengan contoh-contoh
tersebut diatas tentunya membawa pengaruh kebaikan maupun
keburukan baik bagi yang bersangkutan maupun lingkungan sekitar.
Selanjutnya apakah perayaan hari lahir ini adalah ajaran Islam yang
dicontohkan oleh Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya
RA?. Bagaimana hukum Islam memandang masalah ini ?
Berdasarkan fakta dan pengalaman tersebut diatas penulis merasa
penting memilih judul ini untuk dapat di kaji secara ilmiah, sehingga
menghasilkan sebuah skripsi yang bermanfaat dan dapat di jadikan
rujukan bagi kaum muslimin yang membacanya Dan sudah sepatutnya
setiap muslim untuk senantiasa mentadabburi dan mengkaji pembahasan
ini dalam rangka menjalankan kehidupan berislam yang lebih baik.
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk perayaan hari lahir dalam kehidupan
masyarakat?
2. Bagaimana Hukum Merayakan hari lahir dalam perspektif Islam ?
Inilah beberapa rumusan masalah yang akan menjadi inti
pembahasan, Penulis akan memfokuskan pembahasan dengan
pembahasan yang mendalam agar menjadi pembelajaran yang jelas serta
bermanfaat untuk siapa saja yang membaca tulisan ini dan supaya tidak
melebar maka penulis akan membatasi pembahasan sebagaimana yang
tercantum dalam rumusan masalah.
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
Tujuan
a. Dalam rangka menjelaskan makna perayaan hari lahir dalam
perspektif hukum islam kepada masyarakat kaum muslimin
b. Untuk menjelaskan hukum merayakan hari lahir dalam perspektif
islam
c. Untuk menjelaskan pandangan-pandangan ulama tentang
perayaan hari lahir dalam perspektif Islam
d. Untuk menjelaskan hukum menghadiri perayaan hari lahir dalam
perspektif Islam
6
kegunaan
a. Pembaca dapat mengetahui posisi Ulama dalam menyikapi
perayaan hari lahir
b. Penulis mengedepankan rujukan dan refrensi bagi para pembaca
yang ingin menelaah tentang judul ini
c. Menambah wawasan serta informasi terutama untuk penulis dan
pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan perayaan hari
lahir.
d. Membentengi masyarakat islam dari perbuatan bid’ah.
e. Menjadi Rujukan dalam menjelaskan hukum perayaan hari lahir
dalam perspektif hukum Islam.
D. Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini perlu dipaparkan makna dari konsep
penelitian untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca
terhadap variabel penelitian sehingga dapat dijadikan acuan dalam
menelusuri variabel penelitian.
Adapun definisi operasional ini adalah sebagai berikut :
Perayaan : Pesta (keramaian dan sebagainya) untuk merayakan
suatu peristiwa4.
Hari Lahir : Ulang tahun, Milad (Hari ketika dilahirkan ke dunia)5.
4. Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kemendikbud RI. KBBI Edisi V5. Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kemendikbud RI. KBBI Edisi V
7
Hari lahir atau biasa disebut milad secara bahasa berasal dari kata walada
yang berarti memperlahirkan ataupun memperanakan yang dimaksud
ialah kelahiran yang dimana ini merupakan awal pertama seseorang lahir
kemuka bumi.6
Perpektif : Pandangan, Sudut pandang.7
Hukum Islam : Pendapat-pendapat dan daya upaya para fuqaha
dalam menerapkan syariat Islam sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.8
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menganggap bahwa karya tulis ini bukanlah yang pertama
kalinya yang ditulis dengan judul perayaan hari lahir dalam perayaan hari
lahir dalam perspektif Hukum Islam.
Berikut beberapa karya tulis ilmiah yang penulis dapatkan dengan
pembahasan yang serupa dengan judul penulis, diantaranya :
a. Hukum merayakan hari ulang tahun dan bantahan terhadap yang
membolehkannya karya Syaik Muhammad bin ibrahim al syaikh
Rahimahullah tahun 1383 H
b. Hukum merayakan hari lahir (ulang tahun) seseorang karya syaikh
Muhammad sholih Al-Munajid tahun 1434 H/2013 M
6 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir, surabaya, cetakan 14, h.1580, 19977. Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kemendikbud RI. KBBI Edisi V8. TM. Hasbi Ash-Shiddiqi, Falsafah Hukum Islam, h.44
8
c. Hukum Perayaan hari kelahiran-kelahiran karya Syaik Dr. ‘Ilmi
Syarif Rahimahullah tahun 1994 M
Adapun perbedaan antara karya tulis kami dan karya tulis diatas
tentang perayaan hari lahir dalam perspektif hukum islam adalah kami
menggunakan ungkapan dan istilah-istilah yang mudah dimengerti oleh
para pembaca guna mendapat faidah yang lebih banyak yang sebaliknya
karya tulis diatas di tulis dalam bahasa arab yang tidak semua pembaca
dapat membaca dan memahaminya dengan baik.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari 5 Bab dan setiap bab terdapat pasal-pasal Untuk
mendapatkan sebuah hasil yang utuh dan sistematis, pembahasan materi
dalam skripsi ini dibagi dengan rincian sebagai berikut:
Bab pertama akan menjelaskan Pendahuluan dengan beberapa pasal
berikut
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Tujuan dan kegunaan penulisan
D. Deskripsi Operasional
E. Tinjauan Pustaka
F. Sistematika penulisan
Bab kedua akan memaparkan pembahasan Tinjauan umum perayaan
Hari Lahir dengan beberapa pasal sebagai berikut :
9
A. Pengertian Hari Lahir
B. Sejarah Hari Lahir
Bab Ketiga akan menjelaskan Metodologi penelitian dengan beberapa
pasal sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Metode Pengumpulan Data
D. Metode Pengolahan Dan Analisis Data
Bab Keempat akan menjelaskan inti pembahasan skripsi yang
tercantum dalam rumusan masalah sebagai berikut :
A. Bagaimana bentuk-bentuk perayaan hari lahir dalam kehidupan
masyarakat ?
B. Bagaimana hukum perayaan hari lahir dalam perspektif Islam?
Sementara bab kelima penulis akan menyimpulkan dari seluruh
pembahasan dan masalah yang terdapat dalam skripsi ini dan saran-
saran, disertai dengan daftar pustaka yang menjadi sumber referensi.
10
BAB II
TINJAUAN UMUM PERAYAAN HARI LAHIR
A. Pengertian Hari Lahir
Hari lahir atau biasa disebut milad secara bahasa berasal dari kata
walada yang berarti memperlahirkan ataupun memperanakan yang
dimaksud ialah kelahiran yang dimana ini merupakan awal pertama
seseorang lahir kemuka bumi.9
Pengertian hari lahir secara istilah adalah merupakan sebuah
peristiwa penting terjadi dan merupakan peringatan hari lahir seseorang
serta berdirinya suatu perkumpulan atau kelompok. 10 Sama halnya
dengan Maulid Nabi yang mana kata ini berasal dari kata yang sama yakni
walada. secara etimologi Maulid Nabi bermakna hari tempat atau waktu
kelahiran nabi yakni peringatan hari kelahiran nabi Muhammad SAW.
Hari lahir adalah yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari
yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia
dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat
masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang,
manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali
tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Allah Subhanahu wata’ala
9 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir, surabaya, cetakan 14, h.1580, 199710 departemen pendidikan nasional, kbbi, gramedia pustaka utama, jakarta, 2012, h, 1521
11
Berfirman yang terjemahnya :“Perhatikan masa lampaumu untuk hari
esokmu” 11
Dengan merayakan hari lahir dapat kita mengevaluasi apa-apa saja
yang telah kita kerjakan sampai hari ini dan berbuat lebih baik untuk
kemudian hari. Peringatan hari kelahiran biasanya diisi dengan syukuran
atau makan bersama mengundang tetangga, teman atau rekan kerja
untuk meneguhkan tali silaturrahim dan menebarkan salam diantara
sesama saudara muslim.12
Pengertian Hari lahir dalam pandangan budaya dan agama
Hari lahir adalah hari kelahiran seseorang, manandai hari
dimulainya kehidupan diluar rahim. Dalam beberapa kebudayaan
merayakan hari lahir seseorang biasanya dengan keluarga atau teman.
Hadiah sering diberikan pada orang yang merayakan hari lahir yang
merupakan kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa
pada hari lahirnya.
Hari lahir dalam budaya romawi kuno, bangsa romawi merayakan
hari lahir secara penuh antusias dengan pesta yang hedonsitik dan hadiah
yang berlimpah. 13 Adapun hari lahir dalam agama yahudi masih
diperdebatkan oleh berbagai rabbi.14 Dalam Al kitab ibrani satu-satunya isi
11 QS al Hasyr ayat 1812 Makna hari ulang tahun menurut ajaran Islam kemenag NTB 201813 Souhail Karam (2008-08-31). "Birthday parties against Islam says top Saudi cleric".Reuters. Diakses tanggal 2011-07-06.14 Mona H. Faragallah, Walter R. Schumm and Farrell J. Webb (1997). "Acculturation of Arab-American Immigrants: An Exploratory Study". Journal of Comparative Family Studies. 28 (3):182.
12
yang menyebutkan perayaan untuk memperingati hari kelahiran
seseorang adalah mengenai hari lahir Fir’aun di Mesir yang terekam
dalam kejadian 40:20.15 Rabbi Moshe Feinstein adalah salah satu Rabbi
yang memahami ada nilai positif dari perayaan hari lahir ini. 16 Rabbi
Lubavitcher Rebbe mendorong banyak orang untuk merayakan hari lahir
mereka dengan berkumpul bersama kerabat membuat nilai positif dan
melalui berbagai kegiatan keagamaan. 17 Sedangkan menurut Rabbi
Yissocher Farnd hari lahir seseorang merupakan hari khusus karena doa
seseorang pada hari itu dapat terkabulkan.
Adapun hari lahir menurut agama Kristen pada abad pertama
origen berpendapat bahwa umat kristiani tidak hanya harus menahan diri
dari merayakan hari lahir mereka tetapi harus memandangnya dengan
jijik.18 Kemudian pada abad pertengahan masyarakat umum merayakan
hari santo mereka, tetapi para bangsawan merayakan hari lahir mereka,
dan yang terakhir pada abad modern bahwa beberapa kelompok
menjauhkan diri dari perayaan hari lahir. Mereka percaya bahwa perayaan
hari lahir digambarkan dalam cahaya yang negatif yang memiliki
hubungan sejarah dengan sihir, takhayul, dan paganisme.
Perayaan hari lahir dalam agama islam, terbagi menjadi dua
pendapat sebagian ulama mengaggap merayakan hari lahir adalah
15 Imam Jalaluddin al-Suyuti (radi Allahu anhu) Celebrating Eid-e-Milad-un-Nabi. (PDF).Nooremadinah.net. Retrieved on 2013-01-01.16 Salman Mohammed (2011-02-06) Milad un Nabi or Prophet Birthday: Celebrate or Not?.Systemoflife.com Article. Retrieved on 2013-01-01.17 Sarah J. Horton (2007) Living Buddhist statues in early medieval and modern Japan,Palgrave Macmillan ISBN 1403964203 p. 2418 Ju Seongha (2011-12-30)北김정은시대北 12월 17일 사라진다. news.donga.com
13
perbuatan dosa karena dianggap sebagai suatu inovasi dalam beragama,
sedangkan sebagian ulama yang lain membolehkan perayaan tersebut.
Perayaan hari lahir dalam agama hindu dirayakan setiap tahun ketika hari
yang sesuai dengan bulan lunar atau bulan matahari (sistem tanda
matahari)
Perayaan hari lahir dalam agama buddha biasanya dalam bentuk ritual
yang sangat formal.
B. Sejarah Hari Lahir
Sejarah hari lahir dalam Islam identik dengan perayaan maulid Nabi
Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam, Karena perayaan maulid
hakikatnya adalah sebuah peringatan atau perayaan, ini merupakan
ekspresi kegembiraan dan penghormatan kita kepada baginda nabi
Muhammad SAW dengan cara bersahalawat, mengenang kehidupan
beliau, dan memuliakan serta mengikuti perilaku-perilaku terpuji dari
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam.19
Sebagai seorang muslim, mencintai Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wasallam adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal ini
merupakan konsekuensi dari kesaksian kita akan kerasulan
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. melalui beliau manusia terbebas dari
segudang warisan jahiliyah yang telah mengakar begitu lama. karena
hidayah Allah subhanahu wata’ala, kemudian karena pengorbanan beliau
19 Hizbut Tahrir Indonesia, Peringatan Maulid Nabi SAW, Agar Tidak Menjadi Tradisi danSeremoni Belaka, Bulletin al-islam, hlm 1, Edisi 348/Tahun XIV, tahun 2007.
14
dalam mendakwahkan Islam, niscaya sampai hari ini kita masih terjerat
dalam belenggu syirik dan jahiliyah.
Tujuan yang paling urgen sebenarnya dari perayaan ini adalah
bagaimana kehidupan pribadi Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam kita
dapat meneladani dan mengikutinya secara istiqomah bukan hanya
sebatas kegiatan seremonial belaka.
Akan tetapi seluruh ulama sepakat bahwa maulid nabi tidak pernah
diperingati pada masa Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam. Ketika
beliau masih hidup baik di Makkah maupun di Madinah, dan tidak juga di
peringati pada masa khulafaurrasyidin. Al-Maqrizi (seorang ahli sejarah
Islam), dalam bukunya al’Khuttath menjelaskan bahwa peringatan hari
kelahiran Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam, mulai diperingati pada abad IV
Hiriyah oleh dinasti Fatimiyun di Mesir, dinasti Fatimiyun mulai menguasai
Mesir pada tahun 362 H. Dengan raja pertamanya Al-Muiz Lidinillah, di
awal tahun menaklukkan Mesir dia membuat Enam perayaan hari lahir
sekaligus; hari lahir (maulid) Nabi, hari lahir Ali bin Abi Thalib, hari lahir
Fatimah, hari lahir Hasan, Hari lahir Husein dan hari lahir raja yang
berkuasa.
Kemudian pada tahun 480 H. Pada masa pemerintahan Al-Afdal
peringatan hari lahir tersebut dihapuskan dan tidak diperingati, Raja ini
meninggal pada tahun 515 H. Pada tahun tersebut dilantik raja yang baru
bergelar Al-Amir liahkamillah, dia menghidupkan kembali peringatan
Enam Maulid tersebut, begitulah seterusnya peringan maulid Nabi
15
Shallahu ‘alaihi wasallam. Yang jatuh pada bulan Rabiul Awal diperingati
dari tahun ke tahun hingga zaman sekarang dan meluas hampir keseluruh
dunia.20 Dari uraian diatas sangat jelas sejarah bagaiamana peringatan
maulid Nabi dirayakan atau dengan bahasa sekarang perayaan hari lahir.
Sedangkan perayaan hari lahir pertama kali diadakan di Eropa, dimulai
dengan ketakukan dengan adanya roh jahat yang akan datang pada saat
seseorang berulang tahun, untuk menjaga hal-hal yang jahat teman-
teman dan keluarga diundang datang saat seseorang berhari lahir untuk
memberikan doa serta pengharapan yang baik bagi yang berhari lahir.
Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira bagi
orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat
tersebut.21
Perayaaan hari lahir merupakan sejarah lama. Orang orang zaman
dahulu tidak mengetahui dengan pasti hari kelahiran mereka. Karena
waktu itu mereka menggunakan tanda waktu dari pergantian bulan dan
musim. Sejalan dengan peradaban manusia. Diciptakan kalender-
kalender memudahakan manusia untuk mengingat dan merayakan hal hal
penting setiap tahunnya.dan hari lahir merupakan salah satunya.
Perayaan hari lahir pertama kalinya diadakan karena orang menduga
akan adanya roh jahat yang mengganggu mereka. Jadi mereka
mengundang teman dan kerabat untuk menghadiri perayaan hari lahir
20 Nasir Moh. Al Hanin, Sejarah Peringatan Maulid Nabi SAW. ( Maktabah Dakwah danBimbingan Jaliyat Rabuwah, Islam House.Com) Edisi 1428-2017 h. 121 Fathurrahman, jurnal Perayaan Ulang tahun Dalam Perspektif Islam, Universitas negeri Malang,hal. 30
16
mereka sehingga roh-roh jahat tidak jadi mengganggu yang merayakan
hari lahir. Dalam perayaan selanjutnya banyak dari keluarga dan teman
yang membawa kado atau bunga untuk yang berhari lahir. Saat ini
kebanyakan perayaan hari lahir diadakan untuk bersenang senang. Jika
orang yang di undang tidak bisa menghadiri perayan hari lahir. Biasanya
mereka akan mengirimkan kartu ucapan selamat ulang tahun. Tradisi
mengirimkan kartu ucapan dimulai di inggris sekitar seratus tahun yang
lalu pada awal mulanya hanya raja saja yang dirayakan hari lahirnya
mungkin disini perayaan hari lahir bermula. Seiring waktu berlalu anak
anak diikut sertakan dalam perayaan hari lahir. perayaan hari lahir untuk
anak pertama kali terjadi di jerman dan dinamakan “ kinderfeste” tetapi
saat ini perayaan hari lahir bisa diadakan oleh siapa saja terutama yang
punya uang.22
22 Banny Adam Wibowo, jurnal Acamedia perayaan ulang tahun MC Donald’s sebagaiperilaku konsumtif orang tua, (malang, Universitas Brawijaya), h.3
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dari segi tempat atau lokasi penelitian yaitu di Pusat Bahasa Arab
dan studi Islam Universitas Negeri Makassar, Perpustakaan Umum dan
Ahwal Syakshiyah Unismuh Makassar. Maka jenis penelitian ini yang
dilakukan di perpustakaan (library research). Yaitu penelitian yang
dilakukan melalui riset berbagai buku atau literatur yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Literatur yang diteliti meliputi buku yang berkaitan
dengan Masail Fiqhiyah, Fatwa lajnah daimah ulama timur tengah, Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dari literatur tersebut dapat ditemukan
berbagai pendapat yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab
permasalahan penelitian.
Berdasarkan jenis data, penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Karakteristik penelitian kualitatif antara lain:
Pertama, lebih bersifat deskriktif.
Kedua, data yang terkumpul membentuk kata kata atau gambar, sehingga
tidak menekankan pada angka.
Ketiga, penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada
produk atau outcome.
18
Keempat, lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).23
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dimaksud adalah sebuah cara atau metode yang
menjelaskan presfektif yang digunakan dalam membahas obyek penelitian
atau pengumpulan pola pikir yang digunakan untuk membahas obyek
penelitian.24
Penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Pertama, penelitian kualitatif dalam paradigma kuantitatif (positivisme).
Penelitian kualitatif jenis pertama ini menggunakan paradigma positivisme.
Kriteria kebenaran menggunakan ukuran frekuensi tinggi. Data yang
terkumpul bersifat kuantitatif kemudian dibuat kategorisasi baik dalam
bentuk tabel, diagram maupun grafik. Hasil kategorisasi tersebut
kemudian dideskripsikan, ditafsirkan berbagai aspek, baik dari segi latar
belakang, karakteristik dan sebagainya. Dengan kata lain data yang
bersifat kuantitatif ditafsirkan dan dimaknai lebih lanjut secara kualitatif.
Beberapa peneliti menyebut dengan istilah penelitian deskrptif kualitatif.
Kedua, penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. (dan sastra)
menggunakan paradigma post positipisme. Penelitian kualitatif jenis kedua
ini berusaha mencari makna, baik makna di balik kata, kalimat maupun
karya sastra. Dalam penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan
23 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 15. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta:Kencana, 2008), h. 65-70.24 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah:Skripsi, Tesis dan Desertasi (Makassar: UIN Alauddin 2008), h. 11-12.
19
rasionalistik. Pendekatan rasionalistik adalah pendekatan yang
menekankan pemaknaan empirik, pemahaman intelektual dan
kemampuan berargumentasi secara logik.25
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini terpokus pada penelitian perpustakaan (library reserch)
yang berarti semua sumber datanya berasal dari bahan-bahan tertulis
berupa ide, pikiran dan gagasan yang dalam istilah penelitian adalah data
kualitatif berkaitan dengan topik yang dibahas, masalah-masalah yang
dibahas oleh penulis dalam hal ini :
a. Kutipan langsung, yaitu penulisan langsung mengutip dari
sumber dengan tidak mengalami perubahan.
b. Kutipan tidak langsung, yaitu kutipan dari hasil bacaan yang
diuraikan dalam bentuk ikhtiar dari konsep aslinya, namun tidak
mengurangi makna dan tujuannya.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah:
dokumentasi dan wawancara , yaitu mencari data-data mengenai hal-hal
yang berupa catatan atau arsip-arsip sebagai sumber data kemudian
wawancara kepada dokter ahli atau pasien yang mengalami hal tersebut
dan sebagainya yang berhubungan dengan objek penelitian.26
25 Neong Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1992), h.8326 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 134
20
Kitab suci Al-Qur’an merupakan sumber data pokok, sedangkan
kitab-kitab klasik baik yang beraliran assyafiiyyah, hanafiyyah dan yang
lainnya, dapat dijadikan data instrumen, juga data yang bersumber dari
kitab-kitab kebahasaan dan teori-teori pengetahuan lainnya.
Kemudian dalam hadits atau As-sunnah yang terdapat di
dalamnya,berupa hadits yang shohih sesuai dengan ijma’ para ulama.
D. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Mengingat karena penelitian ini bercorak kepustakaan, tata kerja
ilmiah bercorak deskripsi dan bersifat kualitatif, 27 serta dengan
menggunakan teknik analisis isi (content analysis), yaitu teknik yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan, dan dilakukan secara obyektif dan sistematis.28
Tahapan pengumpulan data sebagai langkah awal dari pengelolahan
dan analisis data, selanjutnya metode pengelolahan data yang digunakan
dalam penulisan ini adalah metode kualitatif, data-data yang dikumpulkan
melalui studi kepustakaan (library research) diolah dan dianalisis secara
kualitatif dan disimpulkan secara kualitatif pula dengan menggunakan
analisis isi (content analysis) karena metode ini menghendaki teknik-teknik
analisis data, dipilihlah metode analisis dengan tahapan tahapan berikut:
27 Koenijaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Cet. XI; Jakarta: PT,Gremedia Pustaka Utama, 1991), h.328 Lexx J.Koleong, Metodologi Penelitian Kualitatif(Cet. XIII; Bandung: PT.Renajayakarya, 2000), h. 163.
21
a) Data yang telah terkumpul diedit dan diseleksi sesuai dengan
ragam pengumpulan data, ragam sumber, dan pendekatan yang
digunakan maka terjadi reduksi data sehingga diperoleh data
halus/pilihan.
b) Berdasarkan hasil kerja tahap 1, dilakukan melalui klasifikasi
data, kelas data, dan sub kelas data. Hal ini untuk merujuk
kepada pertanyaan penelitian dan unsur-unsur yang terkandung
dalam fokus penelitian.
c) Data yang telah diklasifikasi dan disusun, lalu dihubungkan.
Hubungan antar data tersebut divisualisasikan dalam bentuk
deskripsi hasil penelitian.
d) Melakukan penafsiran data berdasarkan metode pendekatan
terpakai.
Berdasarkan hasil kerja pada tahapan ke 4 dapat diperoleh jawaban
atas pertanyaan penelitian, sehingga dapat ditarik kesimpulan internal,
yang didalamnya terkandung data baru atau temuan penelitian, lalu
dilakukan konfirmasi dengan sumber data dan sumber lainnya.
22
BAB IV
PERAYAAN HARI LAHIR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Bagaimana bentuk-bentuk Perayaan hari lahir pada Masyarakat?
Pesta atau perayaan tentang hari lahir erat hubungannya dengan
anak-anak. Suatu perayaan yang biasanya dilakukan oleh orang tua untuk
merayakan hari lahir anak mereka. Menjelang hari hari lahir merupakan
hari yang ditunggu-tunggu oleh anak. Seperti halnya pernak-pernik pesta
hari lahir, kue tar lengkap dengan lilinnya, balon-balon, serta hiasan-
hiasan kecil yang meriah. Menurut Seto Muliadi, pakar psikologi anak
dalam artikelnya “ Arti hari lahir” sejak usia tiga tahun, anak mulai mengerti
arti hari lahir. Anak-anak mulai memahami bahwa perayaan hari lahir
adalah sesuatu yang istimewa, dan sesuatu yang khusus diperuntukkan
bagi dirinya. Diumur tiga tahun, anak mulai mengembangkan konsep
bahwa mereka mempunyai identitas. Pada usia ini anak juga harus
mengembangkan konsep Initetative, dengan ide-ide baru, dan
pertanyaan-pertanyaan yang menuju ke diri anak itu sendiri. Setiap anak
harus mengembangkan identitas dirinya, mulai dari siapa namanya, siapa
orang tuanya, alamat rumahnya, tanggal lahirnya dan jenis kelaminnya
dan lain sebagainya.29
29 Seto Mulyadi, Artikel Peringatan dan Perayaan Ulang Tahun,thesis.binus.ac.id/doc/Bab1/2012-2-01620-DS%20Bab1001.pdf. diakses hari senin 1 mei2017.
23
Kegiatan Perayaan hari lahir tujuannya membuat gembira dan
senang seorang anak hal ini merupakan tindakan yang harus ada dalam
jiwa setiap manusia,maka wajar saja untuk mewujudkan hal itu banyak
orang tua yang rela melakukan apa saja. Perayaan hari lahir merupakan
salah satu sumber yang bisa membuat seorang anak merasa bahagia,
meskipun orang tua harus mengeluarkan pengeluaran yang sangat besar
untuk mewujudkan hal itu, dikatakan dalam Hadis Nabi Shallahu ‘alaihi
wasallam yang menyatakan tentang membuat bahagia orang itu pahala
yakni:
Terjemahnya : “Amal yang paling dicintai Allah yaitu rasa senangyang engkau masukkan ke dalam hati seorang muslim, atau engkauhilangkan rasa laparnya, atau engkau lunaskan hutang-hutangnya, atauengkau hilangkan kesulitannya. Sungguh, aku menemani saudaraku untukmemenuhi kebutuhannya lebih aku sukai dari pada i’tikaf di masjid nabawiselama sebulan.” (HR. at-Thabrani).30
1. Mengadakan Pesta dan Tiup Lilin
Merayakan hari lahir dengan mengadakan pesta perayaan hari lahir
dengan mengundang keluarga, tetangga, sahabat dan kolega serta
masyarakat umum. Pada umumnya perayaan ini dilangsungkan dengan
meriah lengkap dengan kue hari lahir dengan lilin, topi kerucut serta
terompet dan tamu undangan yang hadir menyanyikan secara bersama-
bersama lagu selamat ulang tahun, kemudian shohibul hajah memotong
kue pesta tersebut dan memberikannya kepada orang yang paling
disayangi dan menyampaikan harapan dan cita-cita untuk tahun
30 Abul Qoshim Sulaiman bin Ahmad Al-Lakhmiy At-Thabrani,Mu’jam Al-kabir,(Jakarta,Pustaka Azzam,2010), Juz 1, h.196.
24
berikutnya dan orang tua, keluarga dan semua tamu undangan
memberikan kado hadiah hari lahir kepada shohibul hajah.
2. Mengadakan Tasyakuran dan makan bersama
Merayakan hari lahir dengan mengadakan syukuran atau selamatan
berupa acara makan bersama dengan memotong tumpeng (dalam adat
jawa) dan seremonial serupa dalam adat daerah lain atas hari lahir
seseorang dengan mengundang keluarga, tetangga, sahabat, rekan kerja
dan berdoa bersama untuk kesehatan, kesuksesan pendidikan, karir dan
bisnis.
Merayakan hari lahir dengan acara sederhana bersama keluarga dan
orang terdekat dan memohon doa untuk kesehatan, kesuksesan
pendidikan, karir dan bisnis dan pada sebagian masyarakat memberikan
kejutan dan hadiah unik tanpa di minta yang sedang berhari lahir.
3. Berdo’a Tanpa Mengadakan Kegiatan Apapun
Tidak merayakan hari lahir, karena meyakini bahwa hari lahir bukan
dari ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa ketika hari lahir tiba waktunya
maka itu adalah tanda bahwa sisa umur berkurang satu tahun begitu
seterusnya setiap tahun, sehungga bagi mereka cukup hanya berdo’a dan
mengevaluasi diri sendiri atas bagaimana dan apa saja amalan ibadah
apa saja yang telah dilakukan sebagai bekal untuk kematian.
25
Seiring berkembangnya zaman di era informasi digital ini perayaan
hari lahir ini semakin ramai di rayakan baik dengan mengucapkan
selamat, memberikan hadiah atau kado, mendoakan baik secara langsung
maupun melalui pesan di media sosial.
Kemudahan layanan di era digital ini mulai membawa perubahan baik
pada bentuk seremonial acara perayaan hari lahir maupun pada pengaruh
terhadap prilaku generasi muda saat ini. Dibeberapa kasus terjadi pada
perayaan hari lahir pada pelajar mahasiswa bahkan masyarakat secara
umum yang mulai mencoba hal unik yang baru pada hari lahir temannya
dengan memberikan kejutan secara beramai-ramai yaitu mengikat korban
di tiang listrik kemudian menyiramya dengan air di sertai lemparan telur
sambil mengucapkan selamat hari lahir dan masih banyak lagi kasus
lain,yang menjadi masalah perbuatan ini mengakibatkan cedera fisik,
kejiwaan terganggu bahkan berujung pada kematian.
Tidak dipungkiri tradisi merayakan hari lahir dengan contoh-contoh
tersebut diatas tentunya membawa pengaruh kebaikan maupun
keburukan baik bagi yang bersangkutan maupun lingkungan sekitar.
B. Bagaimana Hukum perayaan Hari Lahir dalam Islam ?
1. Polemik perayaan hari lahir
Perayaan hari lahir tentunya tidak pernah diperintahkan oleh Nabi
Shallahu ‘alaihi wasallam., tidak pula disinggung secara langsung dalam
dalil-dalil syar‘i dan tidak ada pula ayat-ayat al-qur’an atau hadits nabawi
26
yang memerintahkan kita untuk merayakan ulang tahun. Sebaliknya, tidak
ada pula larangan yang bersifat langsung untuk melarang perayaan ulang
tahun tersebut.31
a) Ulama yang membolehkan perayaan hari lahir
Melihat sejarah, hari lahir menjadi hal yang lumrah untuk dikenang,
diperingati dan dirayakan. Dalam pelaksanaannya, setiap orang memiliki
cara yang berbeda-beda. Sebagian orang merayakannya dengan
berpuasa, tasyakkuran, tahlil dan pengajian. Sebagian orang
merayakannya dengan cara pesta, mengundang kerabat-kerabatnya, tiup
lilin, makan-makan dan lain-lain. Sebagian orang tidak merayakannya,
cukup hanya berdo’a dan mengevaluasi diri sendiri.Hal ini tidak lepas dari
teks yang dipahami tentang ulang tahun tersebut dan keharusan untuk
menghujjahinya, sehingga berimplikasi pada pembudayaan secara masif
dari generasi kegenerasi.
Perayaan hari lahir melahirkan perbedaan pendapat dikalangan para
ulama. Sebagian ulama ada yang memperbolehkannya dan sebagian pula
ada yang melarangnya. Adapun ulama yang memperbolehkannya adalah
Ulama Senior Kerajaan Saudi Arabia yang bernama Syaikh Dr. Qais al-
Mubarak mengeluarkan fatwa bahwa tidak ada masalah bagi umat Islam
untuk mengadakan perkumpulan memperingati suatu peristiwa yang
dipandang boleh di dalam agama dengan syarat bahwa kegiatan itu tidak
31 Fathurrahman, jurnal Repository Perayaan Ulang tahun Dalam Perspektif Islam,
Universitas negeri Malang, hal. 5
27
diyakini sebagai bagian dari syiar Islam. Al-Mubarak mengatakan bahwa
selama ini masyarakat selalu mengadakan acara terkait dengan peristiwa
kesuksesan seseorang atau keberhasilan salah seorang anak meraih
gelar sarjana (menyelesaikan pendidikan), atau berkaitan dengan ulang
tahun atau peristiwa lainnya, Patokan yang digunakan bahwa
perkumpulan seperti itu dibolehkan adalah tidak meyakini bahwa
keterkaitan itu adalah bagian dari sunnah yang dianjurkan atau termasuk
ke dalam syiar Islam. Selaras dengan beberapa alasan lain yakni
pendapatnya Fakhruddin Nur Syam, Pertama Dalam Islam hanya ada dua
hari raya, Idul Adha dan Idul Fitri. Jika ada yang merayakan hari lain
berarti telah membuat bid’ah. Kedua : Perayaan hari lahir tradisi orang
kafir, sedangkan menyerupai orang kafir itu hukumnya haram. Ketiga :
Pemborosan yang tidak ada manfaatnya sedangkan Islam melarang
pemborosan yang tidak ada manfaatnya32, hal ini berdasarkan argumen-
argumen yang menguatkannya. Perayaan hari lahir dibolehkan karena
tidak adanya nash yang secara langsung melarangnya. Selama dalam
perayaan tersebut tidak ada perilaku yang bertentangan dengan aturan
Islam, maka hal ini diperbolehkan sebagai tanda syukur kita atas nikmat
Allah SWT.33
32 Fakhuddin Nur Syam, Hukum Mengucapkan Selamat Ulang Tahun, (MajalahHadila,Diakses hari Senin Tanggal 16 Juli 2012), Yayasan Solo Peduli Umat.33 Gayanti,http://Bahan/Ultah/makalah/agama/tentang/perayaan/ulang/tahun.htm,diakses padahari Rabu tanggal 10 Agustus 2012.
28
Ada beberapa ulama maupun pakar ilmuan yang cenderung
membolehkan merayakan hari lahir dengan landasan yang kuat.
Diantaranya :
Perayaan hari lahir bukanlah ibadah ritual sehingga selama tidak
ada larangannya yang secara langsung disebutkan di dalam nash al-
Qur`an atau sunnah, maka hukum asalnya adalah boleh. Ini sesuai
dengan kaidah ushul fiqih “ الصل في المعاملة االباحة حتى یدل الدلیل على تحریمھاا ”
Hukum asal dalam sebuah bentuk muammalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkan. 34 Kemudian ulama Ahulussunnah
berpendapat bahwasannya boleh menampakan kegembiraan dan
membagi-bagikan makanan dalam rangka merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW.35
i. Hadis yang membolehkan perayaan hari lahir36
Ahlussunnah Wal Jama’ah (NU) hukum merayakan hari Lahir
adalah mubah, bahkan sebagian ulama mengatakan hukumnya sunnah.
Ini tentu dengan tidak ada perbuatan mungkar seperti menyalakan lilin,
memasang gambar atau foto patung (walaupun berukuran kecil) ditengah
kue yang dihidangkan atau alat permainan musik yang diharamkan.
34 Abu Abdillah Ahmad bin Amr bin Musa’id Al-Khadzimi, Syrah Li Al-Qawaidi Al-Ushul wa
Ma’aqid Al-fushul, juz 1, Bab Anasir Al-Dars, h.1435 Lembaga Kajia Islam Ahulussunnah Wal jama’ah,Hujjah Ahlussunnah Wal Jama’ahAtas Penyimpangan Kaum Wahabiyah Pengikut Ibn Taimiyah dan Muhammad Ibn AbdulWahab, (Tangsel,pustaka Asyari,2011),h.436 https://www.webislami.com/2018/09/hukum-merayakan-ulang-tahun.html
29
Karena hal yang demikian itu termasuk syiar kaum kafir ini berdasarkan
keterangan berikut :37
ْهِنَئِة بِاْلِعْيِد َوْاَألْعَواِم َوْاَألْشُهِر َكَما يـَْفَعُلُه قَاَل اْلَقُمْوِلْي: َلْم َأَر َألَحٍد ِمْن َأْصَحابَِنا َكَالًما ِفي التـََّلِكْن نـََقَل اْلَحاِفُظ اْلُمْنِذِريُّ َعِن اْلَحاِفِظ اْلُمَقدَِّسيِّ َأنَُّه َأَجاَب َعْن َذِلَك بَِأنَّ النَّاَس َلْم النَّاُس،
ٍر بـَْعَد ُن َحجَ يـََزاُلْوا ُمْخَتِلِفْيَن ِفْيِه َوالَِّذْي َأرَاُه َأنَُّه ُمَباٌح َال ُسنٌَّة ِفْيِه َوَال ِبْدَعٌة َوَأَجاَب الشَِّهاُب ابْ َهِقيَّ َعقََّد ِلَذِلَك بَابًا فـََقاَل: بَابُ َما ُرِوَي اطَِّالِعِه َعَلى َذِلَك بِأَنـََّها َمْشُرْوَعٌة َواْحَتجَّ َلُه بَِأنَّ اْلبَـيـْ
ْن َأْخَباٍر َوآثَاٍر ِفْي قـَْوِل النَّاِس بـَْعِضِهْم لِبَـْعٍض ِفي اْلِعْيِد تـََقبََّل اُهللا ِمنَّا َوِمْنَك، َوَساَق َما ذُِكَر مِ َفٍة َلِكْن َمْجُمْوُعَها ُيْحَتجُّ بِِه ِفْي ِمْثِل َذِلَك ثُمَّ قَاَل َوُيْحَتجُّ ِلُعُمْوِم التـَّْهِنَئِة ِبَما َيحْ ُدُث ِمْن َضِعيـْ
ا ِفي الصَِّحْيَحْيِن َعْن َكْعِب ْبِن نِْعَمٍة َأْو يـَْنَدِفُع ِمْن نِْقَمٍة ِبَمْشُرْوِعيَِّة ُسُجْوِد الشُّْكِر َوالتـَّْعزِيَِة َوِبمَ ِإَلى النَِّبيِّ َماِلٍك ِفْي ِقصَِّة تـَْوبَِتِه َلمَّا َتَخلََّف َعْن َغْزَوِة تـَبـُْوَك َأنَُّه َلمَّا ُبشُِّر ِبَقبـُْوِل تـَْوبَِتِه َوَمَضى
.فـََهنََّأهُ َصلَّى اهللاُ َعَلْيِه َوَسلََّم فـََقاَم ِإلَْيِه طَْلَحُة ْبُن ُعبَـْيِد اهللاِ Terjemahnya :Berkata Imam Qommuli : kami belum pernah mengatahuipembicaraan dari salah seorang ulama kita terkait ucapan selamat hariraya, ucapan selamat hari lahir teretntu atau bulan tertentu, sebagaimanayang sudah dilakukan oleh banyak orang akan tetapi berkata al-hafidz al-Mundziri dengan memberi jawaban tentang masalah yang demikian itu,memang selama ini para ulama berselisih pendapat seputar hukummerayakan hari lahir, menurut pendapat kami tahni’ah itu mubah, tidaksunnah dan bukanlah perbuatan bid’ah, Imam Ibu Hajar setelah menelaahmasalah itu mengatakan bahwa tahni’ah itu di syariatkan dalilnya adalahbahwa Imam Baihaqi membuat satu bab khusus untuk hal itu dan diaberkata : “Maa ruwiya fii qaulin nas” dan seterusnya, kemudianmeriwayatkan beberapa hadits Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam SAWdan atsar yang dha’if-dha’if. Namun secara kolektif, riwayat yang demikianitu bisa digunakan sebagai sebuah dalil hukum Islam tentang tahni’ah.Dalam Islam secara umum, dalil tahni’ah bisa diambil dari anjuran sujudsyukur dan kata ucapan yang isinya menghibur sehubungan dengankedatangan suatu nikmat atau terhindar dari suatu marabahaya dan jugahadits riwayat Bukhari dan Muslim bahwa sahabat Ka’ab Bin Maliksewaktu ketinggalan atau tidak mengikuti perang tabuk, dia bertaubat,
37 Syaikh syamsuddin Muhammad bin ahmad assyarbini al khotib, kitab al-iqna’ juz 1 hal 1.
30
ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya diterimah, diamenghadap kepada nabi Muhammad SAW. Maka sahabat Tholhah BinUbaidillah berdiri untuk mengucapkan ucapan selamat kepadanya”.
Dalam hukum merayakan hari lahir itu ulama yang berpendapat
bahwa pesta hari lahir itu haram dan termasuk salah satu sikap orang kafir
yang suka berpesta, maka selayaknya sebagai ummat Islam tidak boleh
meneladani sikap para kaum kafir ini. Sedangkan ulama yang
membolehkan perayaan hari lahir berpendapat bahwa itu merupakan
salah satu wujud syukur terhadap Allah Subhanahu wata’ala atas nikmat
karunianya berupa anak dan kenikmatan sehat serta panjang umur yang
dirasakan sampai saat ini. Merayakan hari lahir boleh saja, asalkan jangan
terlalu berlebihan dan niatkan untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu
wata’ala.
Islam tidak mengajarkan Ummatnya untuk berfoya-foya dengan
melakukan pesta hari lahir yang berlebihan. Jika ingin memang
merayakan hari lahir , sebaiknya rayakan dengan sederhana dan tidak
berlebihan. Hal yang terpenting dalam merayakan hari lahir adalah
mengucapkan doa hari lahir. Berdoa memohon ampunan Allah
Subhanahu wata’ala dan bersyukur atas nikmat Allah yang selama ini
diberikan adalah cara terbaik untuk merayakan hari lahir . Islam
mengajarkan untuk selalu berdoa baik dalam keadaan suka maupun duka,
dengan berdo’a hati akan menjadi tenang dan sesuatu yang diinginkan
bisa terlaksana.
31
Kesimpulan terkait merayakan hari lahir dalam islam menurut Ulama
Ahlussunnah wal Jamaah itu boleh.
Hadist lain yang serupa menjelaskan kebolehan merayakan hari
lahir sebagai berikut yang terjemahnya :
Dari Abu Qotadah al-Anshory r.a bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihiwasallam saw. pernahditanya mengenai puasa hari ’Arafah, lalu beliaumenjawab: "Ia menghapus dosa-dosa tahun lalu dan yang akan datang."Beliau juga ditanya tentang puasa hari ’Asyura, lalu beliau menjawab: "Iamenghapus dosa-dosa tahun yang lalu." Dan ketika ditanya tentang puasahari Senin, beliau menjawab: "Ia adalah hari kelahiranku, hari aku diutusdan hari diturunkan al-Qur'an padaku." (HR.Muslim).38
Hadis diatas merupakan salah satu rujukan bagi orang untuk
melaksanakan ibadah puasa, dimana hal tersebut juga dianggap bagian
dari pelegalan atas kegiatan hari lahir.
ii. Ucapan doa “ Barakallah fii umrik”
Barakallah fii umrik artinya mendapat berkah dari Allah dalam
usiamu, Ucapan ini biasanya digunakan ketika mendapati seseorang
sedang berada pada hari lahirnya, dan berbeda dengan arti barakallahu
fiikum yang artinya "Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu" .
Ketika umur seseorang bertambah, Islam tidak mengajarkan
Ummatnya untuk bersenang-senang bahkan mengadakan pesta Akan
tetapi Islam menganjurkan Ummatnya untuk bermuhasabah. Pada
38 Imam Abi Dzakariya bin Yahya, Shahih Muslim, Bab Puasa h, 520.
32
hakikatnya, umur tidaklah bertambah saat hari lahir tiba, melainkan jatah
usia hidup semakin berkurang.
Ketika ada anggota keluarga, saudara, teman, sahabat, rekan kerja
yang sedang millad, ucapan selamat hari lahir untuk anak sebaiknya
ucapkan doa ‘Barakallah fii umrik’ bukan sekadar ucapan selamat.
Sepatutnya mendoakannya dengan doa ‘semoga mendapat keberkahan
dari Allah’ atau ‘Semoga diberkahi Allah’. Dan doa untuk hari lahir.
Adapun Maksud dari Ucapan ‘Barakallah fii umrik’ yang artinya
“semoga mendapatkan berkah dari Allah dalam usiamu” atau “semoga
diberkahi Allah di usiamu saat ini” pada orang yang sedang berhari lahir.
39
b. Ulama yang mengharamkan perayaan hari lahir
Dibeberapa tulisan masih ada perbedaan diantara para ulama sendiri,
salah satunya adalah alasan mengapa kegiatan tersebut dilarang, acara
perayaan hari lahir merupakan kebiasaan orang barat yang suka berfoya-
foya tentunya yang bukan beragama Islam. Orang muslim dilarang untuk
mengikutinya karena dapat mengurangi kadar keimanannya Kiranya para
ulama itu memandang bahwa perayaan hari lahir itu identik dengan
perilaku orang-orang kafir. Sehingga mereka mengharamkan umat Islam
untuk merayakannya secara ikut-ikutan. Selain itu, oleh sebagian ulama,
seringkali acara hari lahir disertai dengan banyak kemaksiatan. Seperti
39 https://www.wajibbaca.com/2018/05/ucapan-ultah-islami.html?m=1
33
minuman keras, pesta musik, joget, dansa, campur baur laki-laki dan
wanita. Bahkan banyak yang sampai meninggalkan shalat dan kewajiban
lainnya. Seringkali juga pesta-pesta itu sampai melupakan niat utama,
tergantikan dengan semangat ingin pamer dan menonjolkan kekayaan.
Sehingga menimbulkan sifat riya’ dan sum’ah pada penyelenggaranya.40
Sebagaimana dalam Hadis Rasullah shallahu ‘alaihi wasallam :
Terjemahnya: "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, berarti ia
termasuk dari golongan mereka."(HR. ahmad dan Abu Daud)41
Cukup banyak ulama tidak menyetujui perayaan hari lahir yang
diadakan tiap tahun. Tentu mereka datang dengan dalil dan hujjah yang
kuat. Di antara alasan penolakan mereka terhadap perayaan hari lahir
adalah itu diimpor begitu saja dari barat yang nota bene bukan beragama
Islam sebagai bentuk adaptasi terhadap pengaruh westernisasi 42 .
Mengadakan pesta hari lahir dengan cara sebagaimana dilakukan oleh
orang non mulim seperti menyalakan lilin, musik, dan lain-lain semua itu
tidak ada dalam ajaran islam.
Hal tersebut dikuatkan oleh dalil yang melarang umat Islam meniru-
niru perbuatan orang-orang kafir.Nabi shallallahu alaihi wasallam telah
bersabda dalam hadits Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma:
40 Thifal Izzah Ramdhani, Ulang Tahun Asalnya Adalah Pengganggu Terhadap DewiArtemi,http://almanhaj.or.id/content/1584/slash/0 html. Diakses pada hari selasa tanggal 9 Juli2011.41 Al-hafidz Abi Daud Sulaiman astajistani, Sunan Abu Daun, (Libanon: Dar al-Fikr, 2003 M/1424H), juz 2, hal. 261. Dan Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibnu Hambal. (bayrut:al-Maktabah al-Islami, 1978 M/1398 H, juz 2, hal.5042 Proses dimana masyarakat berada dibawah atas pengadopsin budaya barat
34
ُهمْ فـَُهوَ بَِقْومٍ َتَشبَّهَ َمنْ سلموعليهاهللاصلىاهللارسولقالقالعمرابنعن ِمنـْ
Terjemahnya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka diatermasuk dari mereka”.43
Demikian juga dengan pujian dari Ibnu Katsir dalam kitabnya, sama
sekali tidak bisa dijadikan landasan perintah untuk melakukan seremonial
khusus dihari itu. Sebab ibnu katsir hanya memuji malam hari dimana nabi
Muhammad SAW lahir, namun tidak sampai memerintahkan
penyelenggaraan seremonial. Demikian juga dengan alasan bahwa
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam berpuasa dihari senin, karena hal itu
merupakan hari kelahirannya. Hujjah ini tidak bisa dipakai, karena yang
saat dilakukan bukan berpuasa, tapi melakukan berbagai macam aktifitas
setahun sekali.44
Jika hari lahir dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa
acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka
dibagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam
rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur,
atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau
bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi
43 Al-hafidz Abi Daud Sulaiman astajistani, Sunan Abu Daun, (Libanon: Dar al-Fikr, 2003
M/1424 H), juz 2, hal. 261. Dan Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibnu
Hambal. (bayrut: al-Maktabah al-Islami, 1978 M/1398 H, juz 2, hal.5044 Hammad Abu Muawiyah as-Shalafi, Studi Kritis Perayaan maulid Nabi, al-Maktabah al-Atsariyah Ma’had Tanwir as-Sunnah, PKG Goa-Sulawesi Selatan, 2007, hal. 201
35
kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan
keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika
demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah.
Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-
bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya
karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga
kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama,
karena Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam SAW bersabda
َمْن َعِمَل َعَمالً لَْيَس َعَلْيِه َأْمُرنَا فـَُهَو َردٌّ
Terjemahnya : Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukanberasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah
baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa,
karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
ُت ألُنَاِوَلُهُم اْخُتِلُجوا ُدونِى َأنَا فـََرُطُكْم َعَلى اْلَحْوِض ، لَيـُْرفـََعنَّ ِإَلىَّ رَِجاٌل ِمْنُكْم َحتَّى ِإَذا َأْهَويْ فََأُقوُل َأْى َربِّ َأْصَحاِبى . يـَُقوُل الَ َتْدِرى َما َأْحَدثُوا بـَْعَدكَ
Terjemahnya: Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga).Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika akuakan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, merekadijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yangmereka buat sesudahmu.’45
45 HR. Bukhari no. 7049
36
“Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak
dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau
mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui
bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied,
misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam
Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-
masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaumMuslimin)” 46
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat.
Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk
dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita
rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam SAW bersabda,
Terjemahnya : Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagiandari kaum tersebut” 47
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum
Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini
tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari
46 [HR. Bukhari-Muslim]47 HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban
37
statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman
pada dirinya. Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah Subhanahu
wata’ala yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,
والذين ال يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
Terjemahnya : “Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bilamelewatinya ia berjalan dengan wibawa” 48
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atasadalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkanAz Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masaJahiliyah.
Seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan
yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan
kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci
adalah kebiasaan dan tradisi kaum musyrikin, ini tercakup dalam ayat,
َال َتِجُد قـَْوًما يـُْؤِمُنوَن بِاللَِّه َواْليَـْوِم اْآلِخِر يـَُوادُّوَن َمْن َحادَّ اللََّه َوَرُسوَلهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allahdan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yangmenentang Allah dan Rasul-Nya” 49
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –
rahimahullah– menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu
berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah
dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya
48 QS. Al Furqan: 7249 QS. Al Mujadalah: 22
38
dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia
yang panjang umurnya dan buruk amalannya.
Sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur
panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan :
“Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan
“Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa.
Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan,
karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -
semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan
baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” 50
Sikap yang Islami dalam menghadapi hari lahir adalah: tidak
mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam
menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa
kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap
saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau
acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang
tersembunyi di dalam dada, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang
perlu ditingkatkan dari diri masing-masing selayaknya menjadi renungan
harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
50 [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id].
39
a. Perayaan hari lahir merujuk kepada perayaan Maulid sebagai cinta
kepada Nabi Muhammad SAW.51
Sebagai seorang muslim mencintai Rasulullah Shallahu ‘alaihi
wasallam SAW adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar. Hal
ini merupakan konsekuensi dari kesaksian akan kerasulan beliau SAW.
melalui beliau manusia terbebas dari segudang warisan jahiliyah yang
telah mengakar begitu lama. Kalau tidak karena hidayah Allah, kemudian
karena pengorbanan beliau dalam mendakwahkan Islam, niscaya
manusia sampai hari ini masih terjerat dalam belenggu syirik dan jahiliyah.
Cinta Rasul kebanyakan hanyalah slogan yang sulit dicari
wujudnya di lapangan. Cinta Rasul sering kali diidentikkan dengan
shalawatan, perayaan maulid, isra’ mi’raj, dan yang sejenisnya.
Orang yang dianggap cinta Rasul ialah mereka yang
mengagungkan beliau dengan bertawassul kepadanya dalam do’a. Atau
mereka yang mengirimkan Al FatIhah kepada beliau, atau mereka yang
menggelari beliau dengan gelar yang bermacam-macam: seperti
Sayyidina, Habibina, dan lain-lain.
Sebagian kelompok meyakini bahwa yang dilakukan adalah fadilah
yang namanya sunnah. Cinta Rasul kini telah berubah menjadi klaim yang
51 Ustadz Sufyan bin Fuad Baswedan, Lc. (Mahasiswa Pasca Sarjana, Fakultas Hadits &Dirosah Islamiyyah, Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia)Artikel www.muslim.or.id
40
diperebutkan setiap golongan. Cinta Rasul yang dahulu diwujudkan
dengan ittiba’ kepadanya, kini semakin luas maknanya hingga mencakup
bid’ah segala. Menurut mereka, perayaan maulid, isra’ mi’raj, shalawatan
bid’ah, dan yang sejenisnya merupakan perwujudan nyata akan kecintaan
seseorang kepada Nabinya. Sehingga otomatis bila ada orang yang
mengingkari hal-hal semacam itu, serta merta dituduh sebagai orang yang
tidak cinta Rasul, atau wahhabi, dan lain sebagainya.
Mereka berusaha meyakinkan bahwa apa yang mereka lakukan
selama ini tidaklah bertentangan dengan sunnah Nabi Shallahu ‘alaihi
wasallam.
Pada sebagian kelompok meyakini bahwa perwujudan cinta Rasul
bukan pada perayaan seremonial acara peringatan seperti maulid Nabi,
Isra mi’raj dan sebagainya akan tetapi lebih kepada implementasi dari
Sunnah-sunnah yang diamalkan dan diajarkan oleh Nabi dalam Hadits-
haditsnya dan menganggap bahwa mengadakan perayaan hari lahir yang
merujuk pada peringatan atau perayaan maulid Nabi adalah sesuatu hal
yang baru dilaksanakan jauh setelah Nabi dan para sahabat wafat,
sebagaimana tertulis dalam sejarah bahwa Nabi dan para Sahabat tidak
pernah merayakan hari lahir mereka kecuali dalam sebuah riwayat nabi
hanya berpuasa pada hari lahirnya dan tidak pernah mengadakan
perayaan apapun.
41
Pendapat kelompok ini adalah bentuk kehati-hatian dan menjaga
diri dan keluarga dari pegamalan yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi
dan para sahabat serta Tabi’uttabi’in yang meraka telah mendapat
jaminan dari Rasul dalam haditsnya sebagai sebaik-baik manusia yaitu
pada zaman Nabi, Khulafaurrosyidin dan yang mengikutinya.
b. Hukum Mengistimewakan Hari Lahir dengan Perayaan hari lahir
Sebagai umat Nabi Shallahu 'alaihi wasallam, hendaklah
menjadikan petunjuk beliau sebagai sebaik-baik petunjuk yang berusaha
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan perayaan hari
lahir perayaan tersebut tidak terlepas dari dua kemungkinan berikut ini,
yang apa pun bentuknya, sama-sama terlarang bagi kita untuk
melakukannya.
Kondisi pertama: Menganggap perayaan hari lahir sebagai bentuk
ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu
wata’ala.
kemungkinan pertama adalah merayakan hari lahir dengan
melakukan ibadah secara khusus, misalnya dengan bersedekah
mengundang anak yatim, mentraktir makan, berdoa secara khusus di
hari hari lahir dengan mengundang orang yang dianggap shalih,
berdzikir, memohon ampun (istighfar), atau bentuk-bentuk ibadah lainnya
42
yang secara khusus lebih semangat dikerjakan di hari hari lahir,
dibandingkan hari-hari biasa lainnya.
Jika demikian kondisinya, perayaan semacam ini termasuk dalam
kategori bid’ah, karena berarti mengada-adakan ibadah yang tidak
pernah diajarkan oleh Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Shallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya tidak pernah mengajarkan dan
mencontohkan untuk mengkhusukan ibadah apa pun dalam rangka
memuliakan, memperingati dan mengagungkan hari lahir.
Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh berkata: 52
Sesungguhnya hal itu (perayaan hari lahir, tahun baru, dan sebagainya)
adalah bid’ah yang tidak disyariatkan. Perayaan-perayaan itu hanyalah
dibuat oleh manusia menurut hawa nafsu mereka. Berbagai macam
perayaan (‘id) dan apa yang terdapat di dalamnya berupa rasa senang
dan gembira, termasuk dalam bab ibadah. Maka tidak boleh mengada-
adakan sesuatu apa pun di dalam ibadah, tidak (boleh) pula menetapkan
dan meridhainya (tanpa ada dalil dari syariat, pen.). 53 ” Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wasallam SAW bersabda :
َعَلْيِه َأْمُرنَا فـَُهَو َردٌّ َمْن َعِمَل َعَمًال لَْيَس
52 https://muslim.or.id/40915-hukum-mengistimewakan-hari-lahir-dengan-perayaan-ulang-tahun.html53 Al-Minzhaar, hal. 19
43
Terjemahnya : Barangsiapa yang melakukan amal (ibadah) yang bukanberasal dari (ajaran) kami, maka amal tersebut tertolak.” 54
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam SAW
bersabda :
َأْمرِنَا َهَذا َما لَْيَس ِمْنُه فـَُهَو َردٌّ َمْن َأْحَدَث ِفى Terjemahnya : “Barangsiapa yang mengada-adakan suatu perkara barudalam urusan (agama) kami, yang tidak ada asal usulnya, maka perkaratersebut tertolak.” 55
Berbuat kebid’ahan bukanlah perkara yang remeh dan ringan,
karena Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam :
ــاُب اللَّــِه، ِديِث ِكَت َدَق اْلَحــ اِدَي لَــُه، ِإنَّ َأْصــ ِلْلُه فَــَال َهــ لَّ لَــُه، َوَمــْن ُيْضــ ِدِه اللَّــُه فَــَال ُمِضــ َمــْن يـَْهـــٍة ِبْدَعـٌة وَُكـلُّ ِبْدَعـٍة َضـَالَلٌة، َوَأْحَسَن اْلَهْدِي َهْدُي ُمَحمٍَّد، َوَشرُّ اْألُُموِر ُمْحَدثَاتـَُها، وَُكلُّ ُمْحَدَث
وَُكلُّ َضَالَلٍة ِفي النَّارِ
Terjemahnya : “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak adayang bisa menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan olehAllah, tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya. Sesungguhnyasebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjukadalah petunjuk Muhammad SAW. Sedangkan sejelek-jelek perkaraadalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama)yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dansetiap kesesatan tempatnya di neraka.” 56
Syariat Islam telah menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari ‘id,
yaitu hari ‘Arafah (9 Dzulhijjah), hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah), hari
tasyrik (11, 12 dan 13 Dzulhijjah), hari raya ‘Idul Fithri (1 Syawwal), dan
54 HR. Muslim no. 171855 HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)56 (HR. An-Nasa’i no. 1578, shahih)
44
hari Jum’at (untuk setiap pekan). Hari ‘id adalah hari tertentu yang
dirayakan secara berulang dengan menampakkan kegembiraan dan
sejenisnya.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu,, Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
ْسَالِم، َوِهَي َأيَّاُم َأْكٍل َوُشْربٍ ِإنَّ يـَْوَم َعَرَفَة َويـَْوَم النَّْحِر َوَأيَّاَم التَّْشرِيِق ِعيُدنَا َأْهَل اْإلِ
Terjemahnya : Sesungguhnya hari ‘Arafah, hari Nahr (hari raya IdulAdha, 10 Dzulhijjah), dan hari tasyriq adalah hari ‘id kita, umat Islam,yaitu hari makan dan minum.” 57
Dalam hadits yang lain, Nabi Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada
Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu,
يَا َأبَا َبْكٍر، ِإنَّ ِلُكلِّ قـَْوٍم ِعيًدا َوَهَذا ِعيُدنَاTerjemahnya : “Wahai Abu Bakr, sesungguhnya setiap kaum memilikihari ‘id, dan inilah ‘id kita (yaitu umat Islam, pen.).” 58
Berkaitan dengan hadits di atas, Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu
Syaikh berkata yang Terjemahnya :
“Disandarkannya ‘id (dengan Islam) adalah dalil tentang dikhususkannya
‘id sebagai bagian dari agama (Islam).” 59Artinya, perayaan selainnya
yang tidak ditetapkan oleh syariat Islam, tidak termasuk dari Islam.
57 HR. Abu Dawud no. 2419, Tirmidzi no. 773 dan An-Nasa’i no. 3004, hadits shahih58 HR. Bukhari no. 952 dan Muslim no. 89259 Shalih bin Abdul Aziz bi Muhammad alu syaikh dalam penejelasan kesalahan-kesalahan yang meluas Al-Minzhaar,Darul ‘ashimah hal. 19
45
Mengkhususkan hari lahir sebagai ‘id (perayaan yang berulang
setiap tahunnya) jelas-jelas bukan termasuk dalam bagian agama Islam,
alias bid’ah dalam bentuk semacam ini.
Kondisi kedua: Menganggap perayaan hari lahir sebagai bentuk
adat kebiasaan semata, hanya sebagai sarana untuk senang-senang
dan tidak dalam rangka ibadah
Bentuk (kemungkinan) ke dua, yaitu menjadikan perayaan hari
lahir hanya sebagai bentuk senang-senang semata, dan tidak
menyandarkannya sebagai bagian dari agama atau tidak menjadikannya
sebagai ibadah.
Sebagian orang menyangka bahwa jika perayaan hari lahir itu
tidak dimaksudkan untuk ibadah, maka diperbolehkan. Ini adalah
anggapan yang salah dan keliru. Karena meskipun perayaan hari lahir
tidak dimaksudkan untuk ibadah, perayaan tersebut tetap terlarang. Hal
ini berdasarkan riwayat dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
beliau mengatakan,
ا َقِدَم النَِّبيُّ َصلَّى اللَُّه َعَلْيِه وَ َسلََّم ِألَْهِل اْلَجاِهِليَِّة يـَْوَماِن ِفي ُكلِّ َسَنٍة يـَْلَعُبوَن ِفيِهَما فـََلمَّ
ُهَما يـَْوَم اْلِفْطِر اْلَمِديَنَة َقاَل َكاَن ًرا ِمنـْ َلُكْم يـَْوَماِن تـَْلَعُبوَن ِفيِهَما َوَقْد َأْبَدَلُكْم اللَُّه ِبِهَما َخيـْ
َويـَْوَم اْألَْضَحى
46
Terjemahnya : “Dahulu orang-orang Jahiliyyah memiliki dua hari di setiaptahun, dimana mereka biasa bersenang-senang ketika itu. KetikaNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, beliaubersabda, “Dahulu kalian memiliki dua hari di mana kalian bersenang-senang ketika itu. Sekarang, Allah telah menggantikan untuk kaliandengan dua hari besar yang lebih baik, yaitu ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha.”60
Berdasarkan hadits di atas, Nabi Shallahu ‘alaihi
wasallam melarang penduduk Madinah untuk menjadikan dua hari
khusus setiap tahunnya untuk sekedar bergembira dan bersenang-
senang. Para ulama menjelaskan bahwa sebab adanya larangan untuk
menjadikan hari tertentu sebagai ‘id adalah,
قصد تعظيم زمن معين
Terjemahnya : “Bermaksud untuk mengagungkan (memuliakan danmengistimewakan) suatu hari tertentu.”
TIdak boleh mengistimewakan, mengagungkan dan memuliakan
hari tertentu, baik dengan menampakkan kegembiraan (senang-senang)
atau melakukan ritual ibadah khusus, kecuali ada dalil penetapannya dari
syariat.
Ketika menjelaskan kesalahan sebagian orang yang
mengkhususkan hari tertentu untuk beribadah padahal tidak ada asal-
usulnya sama sekali dari syariat, semacam hari Kamis pertama setiap
bulan Rajab, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu Ta’ala berkata
60 (HR. Abu Dawud no. 1134 dan An-Nasa’i no. 1556)
47
بالصوم، وعن ي عليه المحققون من أهل العلم: النهي عن إفراد هذا اليوم والصواب الذ
هذه الصالة المحدثة، وعن كل ما فيه تعظيم لهذا اليوم ن صنعة األطعمة، وإظهار الزينة،
ونحو ذلك حتى يكون هذا اليوم بمنزلة غيره من األيام، وحتى ال يكون له مزية أصًال
Terjemahnya : “Pendapat yang benar sebagaimana yang dipegang olehpara ulama peneliti, adanya larangan mengkhususkan hari tersebutdengan berpuasa, dengan shalat yang diada-adakan (yaitu shalat yangdisebut dengan shalat raghaib), dan segala bentuk pengagunganterhadap hari tersebut, baik berupa membuat makanan, menampakkanperhiasan (pakaian istimewa yang tidak biasa dipakai di hari lainnya),dan semacamnya, sampai hari tersebut memiliki kedudukan yang samadengan hari-hari lainnya, dan sampai hari tersebut tidak memilikikeistimewaan tertentu bagi dirinya sama sekali.” 61
Alasan lain terlarangnya perayaan hari lahir adalah terdapat unsur
menyerupai orang-orang kafir dalam hal yang menjadi ciri khas mereka,
yaitu membuat-buat berbagai macam ‘id yang tidak pernah disyariatkan.
Sedangkan syariat kita yang mulia, telah melarang untuk menyerupai
(tasyabbuh) dengan orang kafir.
Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam SAW bersabda
ُهمْ َمْن َتَشبََّه ِبَقْوٍم فـَُهَو ِمنـْ
Terjemahnya : ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka diatermasuk bagian dari mereka. 62
61 Syaikul islam ahmad bin abdul halim bin abdul salam bin taimiyah Al-Iqtidha’, 2:121-12262 HR. Abu Dawud no. 1134 dan An-Nasa’i no. 1556
48
Syaikh Shalih bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh berkata, Terjemahnya :
“Sesungguhnya perayaan tersebut (hari lahir, tahun baru, dan
semacamnya) adalah bentuk tasyabbuh dengan orang-orang kafir, yaitu
dari kalangan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) dan selainnya yang gemar
membuat-buat berbagai macam perayaan (‘id) yang tidak disyariatkan.
Dan tidak diragukan lagi, bahwa kaum muslimin diperintahkan untuk
meninggalkan tasyabbuh terhadap orang kafir dan memutus berbagai
bentukkaitan tasyabbuh dengan mereka.” 63
Perayaan hari lahir adalah tradisi orang-orang kafir, dan bukan
bagian dari perayaan kaum muslimin sebagaimana hadits-hadits yang
telah disebutkan di atas.
Di antara bukti bahwa perbuatan membuat-buat perayaan (‘id)
adalah karakter khas orang Yahudi adalah sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Thariq bin Shihab, beliau berkata, “Seorang Yahudi
berkata kepada ‘Umar
َنا نـََزَلْت، َمْعَشَر اْليَـُهوِد، َالتََّخْذنَا َذِلَك يَا َأِميَر اْلُمْؤِمِنيَن آيٌَة ِفي ِكَتاِبُكْم تـَْقَرُءونـََها، َلْو َعَليـْ
اْليَـْوَم ِعيًدا
Terjemahnya : ‘Wahai amirul mukminin! Kalian membaca suatu ayatdalam kitab kalian, yang seandainya ayat tersebut turun kepada kami,
63 Shalih bin Abdul Aziz bi Muhammad alu syaikh dalam penejelasan kesalahan-kesalahan yang meluas Al-Minzhaar,Darul ‘ashimah hal. 19
49
orang-orang Yahudi, maka kami akan jadikan hari turunnya ayat tersebutsebagai ‘id.’”
Umar berkata, “Ayat apakah itu?” Orang Yahudi tersebut mengatakan,
ْسَالَم ِديًنااْليَـْوَم َأْكَمْلُت َلُكْم ِديَنُكْم َوَأْتَمْمُت َعَلْيُكْم نِْعَمِتي َوَرِضيُت َلُكُم اْإلِ
Terjemahnya : “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu,dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islamsebagai agama bagimu.” 64
Kemudian ‘Umar berkata,
نِّي َألَْعَلُم اْليَـْوَم الَِّذي نـََزَلْت ِفيِه، َواْلَمَكاَن الَِّذي نـََزَلْت ِفيِه، نـََزَلْت