Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS HANDRUB SOFTA-MAN® DAN FORMULA HANDRUB MOEWARDI TERHADAP ANGKA KUMAN
DI RSUD Dr. MOEWARDI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
H. JEFFREY F. L.
G.0009095
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul: Perbandingan Efektivitas Handrub Softa-Man® dan
Formula Handrub Moewardi terhadap Angka Kuman
di RSUD Dr. Moewardi
H. Jeffrey F.L., NIM: G.0009095, Tahun: 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 3 Januari 2013
Pembimbing Utama
Nama : Leli Saptawati, dr., Sp. MK NIP : 19761227 200501 2 001 (...................................)
Pembimbing Pendamping
Nama : Marwoto, dr., M.Sc., Sp. MK NIP : 19590203 198601 1 004 (...................................) Penguji Utama
Nama : Afiono Agung Prasetyo, dr., Ph.D NIP : 19770907 200212 1 002 (...................................) Anggota Penguji
Nama : Purwoko, dr., Sp. An., KAKV NIP : 19631018 199003 1 004 (...................................)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., SpPD-KR-FINASIM
NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 3 Januari 2013
H. Jeffrey F. L. NIM. G.0009095
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
H. Jeffrey F.L., G.0009095, 2012. Perbandingan Efektivitas Handrub Softa-man® dan Formula Handrub Moewardi terhadap Angka Kuman di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Hand hygiene merupakan salah satu upaya dalam mengatasi infeksi nosokomial karena tangan merupakan media transmisi patogen tersering di rumah sakit. Salah satu cara melaksanankan hand hygiene adalah mencuci tangan dengan handrub. Handrub buatan pabrik yang sering digunakan adalah handrub Softa-man®, namun dilihat dari sisi biaya, Softa-man® ini relatif mahal. Dengan demikian Bagian Farmasi RSUD Dr. Moewardi membuat handrub baru berbasis alkohol yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Akan tetapi efektivitas dibandingkan dengan handrub pabrik belum diketahui. Maka pada penelitian ini akan dibandingkan dua macam produk hand higiene berbasis alkohol, yaitu hand-rub Softa-man® dan formula handrub Moewardi, untuk dapat dilihat efektivitas-nya dalam menurunkan angka kuman pada tenaga kesehatan.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental. Pengambilan sampel dilakukan di Bangsal Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling. Terdapat dua kelompok dalam penelitian ini, yaitu kelompok yang menggunakan handrub Softa-man® dan yang menggunakan formula handrub Moewardi. Hal yang diamati adalah selisih angka kuman sebelum cuci tangan dan sesudah cuci tangan. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dan dilanjutkan dengan uji Wilcoxon.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok handrub berhasil menurunkan angka kuman pada telapak tangan tenaga kesehatan. Uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan angka kuman sebelum dan sesudah cuci tangan dimana angka kuman sesudah cuci tangan lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum cuci tangan. Hasil analisis beda mean menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara statistik rata-rata penurunan angka kuman antara kedua kelompok handrub.
Simpulan Penelitian: Tidak ada perbedaan rata-rata penurunan angka kuman sebelum dan sesudah cuci tangan yang signifikan antara kelompok handrub Softa-man dan formula handrub Moewardi. Kata Kunci: Alcohol-based handrub, Softa-man®, formula Moewardi, angka
kuman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
H. Jeffrey F.L., G.0009095, 2012. Comparison of Effect of Handrub Softa-man and Moewardi’s Handrub Formula towards Number of Bacteria in RSUD Dr. Moewardi. Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Background: Hand hygiene was used to overcome nosocomial infection because hand was one of the most common source of pathogen transmission. One of the way to hand hygiene was to wash the hand with handrub. Softa-man® was a manufactured handrub, but in terms of economic, it was rather costly. Thus RSUD Dr. Moewardi Hospital’s Pharmacy created a new alcohol-based handrub which was relatively cheaper. However, the effectiveness of this handrub was still unknown. Then this study will compare two kinds of hand hygiene alcohol-based products, handrub Softa-man and Moewardi’s handrub formula to see the effectiveness of both handrub in reducing the number of bacteria in healthcare workers. Methods: This study was a quasi-experimental study. Samples were taken at hospital wards in Dr. Moewardi Hospital. Respondents were taken by consecutive sampling. There were two groups in this study, the group that received handrub Softa-man® and the group that received Moewardi’s handrub formula. Each group was observed for the effectiveness in reducing the number of bacteria. The data that have been collected then will be analyzed using the Mann-Whitney test and followed by Wilcoxon test. Results: The results of this study showed that both groups managed to reduce the number of bacteria. Wilcoxon test result showed a difference in the number of bacteria before and after hand washing where the number of bacteria after hand washing was fewer than before hand washing. The result of Mann-Whitney test showed that there was no statistical difference in the decreased number of bacteria when both handrub were compared. Conclusions: There was no significant difference in the decreased number of bacteria between the Softa-man handrub and Moewardi’s handrub formula usage. Keywords: Handrub’s effectiveness, Alcohol-based handrub, Softa-man®,
Moewardi’s formula, Number of bacteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Efektivitas Handrub Softa-man® dan Formula Handrub Moewardi terhadap Angka Kuman di RSUD Dr. Moewardi”.
Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Mbak Enny dan Mas Nardi sebagai Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta.
3. Leli Saptawati, dr., Sp.MK., selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar telah memberikan arahan, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Marwoto, dr., M.Sc., Sp.MK., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan semangat, bimbingan, dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Afiono Agung Prasetyo, dr., Ph.D., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Purwoko, dr., Sp.An., KAKV., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh anggota tim PPI RSDM dan Laboratorium Mikrobiologi FK UNS yang telah memberikan bimbingan selama pengambilan dan pengerjaan sampel..
8. “Mamah”, “papah”, dan “cece” yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan segalanya untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh sahabat dan rekan di Keluarga Mahasiswa Katolik FK UNS atas segala semangat dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Seluruh sahabat dan rekan sejawat pendidikan dokter 2009 FK UNS atas segala kebersamaan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu atas bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 26 Desember 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Aktivitas Antiseptik .................................................. 14
Tabel 2.2 Tabel Streptococcus yang Berperan Penting dalam Dunia
Medis ................................................................................... 18
Tabel 4.1 Deskripsi Responden menurut Jenis Pekerjaan ................... 34
Tabel 4.2 Deskripsi Sebaran Responden menurut Lama Bekerja
Sebagai Profesi .................................................................... 35
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Perbandingan Angka Kuman (/9 cm2) Ke-
lompok Handrub Softa-Man® dan Formula Handrub
Moewardi ............................................................................. 35
Tabel 4.4 Hasil Uji Mann-Whitney ..................................................... 37
Tabel 4.5 Nilai Signifikansi Uji Wilcoxon untuk Jumlah Kuman
Sebelum dan Sesudah Cuci Tangan dengan Menggunakan
Handrub Softa-Man® dan Formula Handrub Moewardi.... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Langkah Mencuci Tangan dengan Menggunakan
Handrub yang Baik dan Benar .......................................... 9
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran .............................................. 24
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ............................................ 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Sampel Kelompok Handrub Softa-Man®
Lampiran 2 . Data Sampel Kelompok Formula Handrub Moewardi
Lampiran 3. Tabel Profil Kuman Sebelum dan Sesudah Cuci Tangan
dengan Handrub Softa-Man®
Lampiran 4. Tabel Profil Kuman Sebelum dan Sesudah Cuci Tangan
dengan Formula Handrub Moewardi
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6. Informed Consent
Lampiran 7. Dokumentasi Hasil Penelitian
Lampiran 8. Hasil Analisis SPSS 17.0 for Windows
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI PRAKATA ............................................................................................................. vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4
1. Infeksi Nosokomial .................................................................. 4 2. Disinfektan, Antiseptik, dan Hand Hygiene ............................ 7
a. Alkohol............................................................................... 11 b. Klorheksidin ....................................................................... 11 c. Halogen .............................................................................. 12 d. Senyawa Amonium Kuartener ........................................... 13
3. Bakteri yang Sering Ditemukan pada Kulit Telapak Tangan .. 15 a. Staphylococcus ................................................................... 15
1) Staphylococcus aureus ................................................. 15 2) Staphylococcus epidermidis ......................................... 16
b. Streptococcus ..................................................................... 17 c. Bacillus............................................................................... 19 d. Enterobacteriaceae ............................................................ 19
1) Shigella......................................................................... 19 2) Eschericia coli.............................................................. 20 3) Salmonella sp ............................................................... 21
4. Handrub Softa-man® ............................................................... 23 B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 24 C. Hipotesis......................................................................................... 25
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................... 26 B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 26 C. Subjek Penelitian............................................................................ 26 D. Metode Sampling ........................................................................... 26 E. Besar Sampel.................................................................................. 27 F. Desain Penelitian............................................................................ 28 G. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................... 29 H. Definisi Operasional Variabel ........................................................ 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
I. Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 31 J. Cara Kerja ...................................................................................... 31 K. Teknik Analisis Data Statistik........................................................ 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN.......................................................................... 34 BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................. 39 BAB VI. PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 45 B. Saran............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 47 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka
kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial merupakan masalah yang sangat penting. Hal ini
terbukti dari banyaknya laporan tentang kejadian infeksi nosokomial di rumah
sakit baik di luar maupun dalam negeri. Infeksi nosokomial menyebabkan
terjadinya peningkatan angka morbiditas dan mortalitas (Collins, 2008).
Weinstein RA (1998) menyatakan bahwa selain meningkatkan angka
kesakitan dan kematian, infeksi nosokomial juga akan meningkatkan biaya
perawatan. Hasil penelitian yang dilakukan Centers of Disease Control and
Prevention (CDC) tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat 1,7 juta kasus
infeksi nosokomial dengan angka kematian mencapai 99.000 kasus dan
memerlukan biaya perawatan sekitar 4,5 juta dollar Amerika per tahunnya. Pada
beberapa penyakit yang berat, infeksi nosokomial dapat meningkatkan angka
kematian menjadi dua kali lipat (CDC, 2007).
Di Indonesia, masalah infeksi nosokomial juga merupakan masalah yang
cukup serius. Hasil surveilans yang dilakukan Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD Dr. Moewardi Surakarta (RSDM) semester 2
tahun 2012, angka kejadian infeksi nosokomial Infeksi Saluran Kemih (ISK)
mencapai 9,13‰, Infeksi Daerah Operasi (IDO) 2,02‰ Infeksi Aliran Darah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Primer (IADP) sebesar 27,67‰ dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
sebesar 9‰ (Komite PPI RSDM, 2012).
Dalam mengatasi kejadian infeksi nosokomial, telah dilakukan berbagai
upaya, salah satunya adalah dengan hand hygiene. Ditetapkannya hand hygiene
sebagai salah satu upaya dalam mengatasi infeksi nosokomial adalah karena
tangan merupakan media transmisi patogen tersering di rumah sakit, termasuk
tangan tenaga medis dan paramedis (Tietjen et al., 2004). Oleh karena itu dengan
kebersihan tangan yang baik dan benar diharapkan dapat menurunkan insiden
infeksi nosokomial (Boyce dan Pittet, 2002). Kegagalan dalam menjaga
kebersihan tangan dapat menyebabkan multi resisten dan wabah (Komite PPI
RSDM, 2011).
RSDM merupakan rumah sakit kelas A di Jawa Tengah dan sekaligus
sebagai rumah sakit rujukan nasional sejak tanggal 6 september 2007 melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1011/MENKES/SK/IX/2007
(Kepmenkes, 2007). Dalam pelaksanaan program hand hygiene, RSDM saat ini
menggunakan handrub buatan pabrik, salah satu di antaranya adalah Softa-man®.
Apabila dilihat dari sisi biaya, Softa-man® ini relatif mahal. Oleh karena itu, saat
ini di RSDM belum dapat menyediakan handrub di setiap bangsal secara
maksimal. Dengan demikian perlu dicari suatu solusi alternatif handrub yang lain
dengan harga lebih murah namun memiliki efektivitas yang baik. Salah satu
langkah dalam mengatasi masalah biaya, bagian farmasi RSDM Surakarta mem-
buat handrub baru berbasis alkohol yang memiliki nilai ekonomis yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
tinggi. Akan tetapi efektivitas dibandingkan dengan handrub pabrik belum
diketahui.
Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti efektivitas
handrub Softa-man® dan formula handrub Moewardi. Efektivitas yang di-
maksud di sini adalah kemampuan handrub dalam menurunkan angka kuman
pada telapak tangan tenaga kesehatan di RSDM.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan rata-rata penurunan angka kuman antara handrub
Softa-man® dan formula handrub Moewardi?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan penurunan rata-rata angka kuman handrub
Softa-man® dan formula handrub Moewardi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memperoleh data mengenai efektivitas penggunaan handrub
Softa-man® dan formula handrub Moewardi dalam mengurangi angka
kuman pada telapak tangan.
2. Manfaat Aplikatif
Dapat membantu pihak RSDM dalam memilih metode mencuci
tangan yang efektif dan hemat biaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Infeksi Nosokomial
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang
artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti
tempat untuk merawat/rumah sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat
diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit
(Darmadi, 2008).
Infeksi nosokomial atau “Hospital Acquired Infection” merupakan
suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit pada pasien yang dirawat bukan
karena infeksi tersebut. Pengertian lainnya adalah sebuah infeksi yang
diderita pasien di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya dimana
infeksi tersebut sebelumnya tidak ada atau sedang mengalami masa
inkubasi pada saat masuk rumah sakit. Infeksi yang muncul setelah pasien
keluar dari rumah sakit, dan infeksi dari staf atau tenaga medis juga
dianggap sebagai infeksi nosokomial (WHO, 2002).
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Infeksi disebut infeksi nosokomial apabila memenuhi batasan/
kriteria sebagai berikut:
a. Apabila pada waktu dirawat di rumah sakit, tidak dijumpai tanda-tanda
klinik infeksi tersebut.
b. Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari
infeksi tersebut.
c. Tanda-tanda infeksi tersebut baru muncul sekurang-kurangnya 3x24
jam sejak mulai dirawat.
d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi
sebelumnya.
e. Bila pada saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda
infeksi, tetapi terbukti bahwa infeksi didapat penderita pada waktu
perawatan sebelumnya dan belum pernah di-laporkan sebagai infeksi
nosokomial.
(Parhusip, 2005).
Dari batasan infeksi nosokomial tersebut, terdapat catatan khusus
yang perlu diketahui, yaitu:
a. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit
dan kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan
produk bakteri, tidak termasuk infeksi nosokomial.
b. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian
timbul tanda-tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi noso-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
komial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari rumah
sakit.
c. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta
keluarga/pengunjung, tidak termasuk infeksi nosokomial.
(Darmadi, 2008).
Menurut Parhusip (2005), secara umum faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi nosokomial terdiri atas dua bagian besar, yaitu faktor
endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen, yaitu faktor yang berasal
dari pasien itu sendiri, meliputi umur, jenis kelamin, penyakit penyerta,
daya tahan tubuh dan kondisi-kondisi lokal. Sedangkan faktor eksogen,
yaitu faktor yang berasal bukan dari pasien itu sendiri, meliputi lama
penderita dirawat, kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkungan
(Parhusip, 2005).
Secara keseluruhan, menurut CDC (2012), infeksi nosokomial
diklasifikasikan menjadi: a) Infeksi saluran kemih baik yang simtomatik
maupun asimtomatik; b) infeksi luka bedah; c) pneumonia; d) bakterimia
primer; e) infeksi tulang dan sendi; f) infeksi susunan saraf pusat;
g) infeksi sistem kardiovaskular; h) infeksi sistem gastrointestinal;
i) infeksi mata, telinga, hidung, tenggorokan dan mulut; j) infeksi saluran
pernapasan bawah, selain pneumonia; k) infeksi saluran reproduksi;
l) infeksi kulit dan jaringan; dan m) infeksi sistemik (CDC, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Disinfektan, Antiseptik dan Hand Hygiene
Disinfektan adalah agen kimiawi yang dapat menghambat atau
membunuh mikroorganisme. Sedangkan antiseptik adalah agen disinfektan
bertoksisitas rendah terhadap spora pejamu sehingga dapat langung
digunakan pada kulit, membran mukosa, atau luka (Katzung, 2010).
Disinfeksi mencegah infeksi dengan menurunkan jumlah
organisme yang berpotensi infektif melalui eradikasi, pemindahan atau
pengenceran organisme tersebut. Disinfeksi dapat dicapai dengan
memberikan agen kimiawi atau menggunakan agen fisik seperti radiasi
pengion, pemanasan kering atau lembab, atau uap yang sangat panas
(autoklaf 120˚C) untuk membunuh mikroorganisme (Katzung, 2010).
Antiseptik digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme yang menempel pada tangan tenaga
kesehatan, transmisi mikroba dari satu orang ke orang yang lain,
mempersiapkan kulit pasien untuk prosedur-prosedur invasif, dan untuk
mencapai kebersihan tangan dalam proses pembedahan (Weber et al.,
2007).
Hand hygiene merupakan istilah umum yang mengarah kepada
semua kegiatan untuk membersihkan tangan. Cuci tangan merupakan cara
dalam menjaga hand hygiene dan cara terpenting untuk mencegah
penularan agen infeksius antarmanusia atau dari daerah yang memiliki
kandungan mikroba tinggi, misalnya mulut, hidung, atau usus, ke tempat
yang berpotensi terinfeksi (WHO, 2006). Hand hygiene dapat dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dengan melakukan cuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik
pada lima momentum, yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan prosedur aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh yang
beresiko, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien (WHO, 2009). Cara mencuci tangan dengan meng-
gunakan handrub yang baik dan benar menurut CDC terlihat pada gambar
di bawah ini.
Gambar 2.1. Langkah Mencuci Tangan dengan Menggunakan Handrub yang
Baik dan Benar (WHO, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sebagai antiseptik dituntut memiliki persyaratan sebagai berikut,
antara lain:
a. Memiliki spektrum luas, artinya efektif untuk membunuh bakteri, virus,
jamur, dan sebagainya.
b. Tidak merusak kulit maupun mukosa.
c. Toksisitas atau daya absorpsi melalui kulit dan mukosa rendah.
d. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama.
e. Efektivitasnya tidak terpengaruh oleh adanya darah atau pus.
(Darmadi, 2008).
Pengguna antiseptik dan disinfektan perlu mempertimbangkan
toksisitas jangka pendek serta jangka panjang agen tersebut karena
keduanya mungkin memiliki aktivitas biosidal umum dan dapat ter-
akumulasi di lingkungan, tubuh pasien, atau petugas kesehatan yang
menggunakan agen tersebut (Katzung, 2010).
Menurut Darmadi (2008), karena memiliki sifat toksik bagi sel,
beberapa antiseptik tidak tepat untuk digunakan pada luka terbuka,
misalnya, alkohol dan iodine. Oleh karena itu, antiseptik sering digunakan
hanya untuk kulit yang utuh, misalnya disinfeksi prabedah kulit (povidon
iodin, klorheksidin, dan alkohol) dan sebagai prevensi terhadap furunkel
(Darmadi, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Antiseptik dan disinfektan sebagai zat kimia dapat berpengaruh
pada mikroorganisme, yaitu melalui unsur protein yang membentuk
struktur seluler mikroorganisme dengan akibat sebagai berikut:
a. Rusaknya dinding sel
Adanya bahan kimia pada permukaan sel akan me-nimbulkan
lisis yang berakhir pada kematian sel.
b. Adanya gangguan sistem enzim
Terjadinya perubahan struktur kimia enzim dapat berakibat
pada gangguan metabolisme sel.
c. Terjadinya denaturasi protein
Rusaknya ikatan protein berakibat kepada perubahan struktur
sel, sehingga sifat-sifat khasnya hilang.
d. Rusaknya asam nukleat
Terjadi gangguan pada kemampuan sel melakukan replikasi
maupun sintesis enzim.
(Darmadi, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berikut beberapa golongan antiseptik yang sering digunakan,
antara lain:
a. Alkohol
Mayoritas antiseptik berbasis alkohol mengandung
isopropanol dan ethanol (Webber et al., 2007). Keduanya dapat
bereaksi cepat sekitar 15-20 detik (WHO, 2006), dapat membunuh
sebagian besar bakteri, termasuk Multidrug-Resistant Organism
(MDRO) seperti Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA) dan Vancomycin-Resistant Enterococcus (VRE),
Mycobacterium tuberculosis, dan beberapa jamur, serta
menginaktivasi beberapa jenis virus misalnya virus golongan herpes
(Katzung, 2010; WHO, 2006).
Konsentrasi optimum alkohol sebagai antiseptik adalah 70%
(Darmadi, 2008). Alkohol bekerja dengan mendenaturasi protein
dinding sel bakteri (Katzung, 2010). Penggunaan usap tangan berbasis
alkohol telah terbukti mampu menurunkan penularan bakteri patogen
nosokomial dan direkomendasikan CDC sebagai metode
dekontaminasi tangan yang dianjurkan (Katzung, 2010; WHO, 2006).
b. Klorheksidin
Klorheksidin adalah senyawa biguanid kationik dengan
kelarutan dalam air yang sangat rendah. Agen ini aktif terhadap
bakteri gram-positif namun kurang efektif terhadap miko-bakteria dan
terhadap jamur serta virus (WHO, 2006). Klorheksidin bekerja dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
melekat pada membran bakteri, menyebabkan kebocoran molekul
kecil dan presipitasi protein sitoplasmik (Katzung, 2010).
Aktivitas langsung klorheksidin sebagai antimikroba lebih
lambat jika dibandingkan dengan alkohol, tetapi karena daya tahannya,
klorheksidin memiliki aktivitas residual jika digunakan berulang kali,
sehingga menghasilkan efek bakterisidal yang setara dengan alkohol
(Katzung, 2010; WHO, 2006).
c. Halogen
1) Iodin
Iodin dalam larutan 1:20.000 bersifat bakterisidal dalam
waktu 1 menit dan dapat membunuh spora dalam waktu 15 menit.
Iodin merupakan antiseptik yang paling aktif pada kulit utuh.
Namun jarang digunakan karena dapat menimbulkan reaksi
hipersensitivitas (Katzung, 2010).
Kerja iodin adalah dengan menembus dinding sel
mikroorganisme dan menginaktivasi sel dengan mem-bentuk ikatan
dengan asam amino dan asam lemak tidak jenuh sehingga
menyebabkan ketidakcocokan dalam sintesis protein dan perubahan
membran sel (WHO, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Iodofor
Iodofor merupakan kompleks iodin dengan agen yang aktif
di permukaan, seperti polivinil pirolidon (PVP; povidon iodin) dan
tetap memiliki aktivitas seperti iodin (Katzung, 2010). Yang
membedakan antara iodin dengan iodofor adalah iodofor lebih
tidak iritatif dan lebih kecil kemungkinannya untuk menyebabkan
reaksi hiper-sensitivitas kulit (Katzung, 2010; WHO, 2006).
d. Senyawa Amonium Kuartener
Senyawa amonium kuartener adalah detergen kationik yang
aktif di permukaan protein. Kation tersebut memiliki setidaknya satu
rantai hidrokarbon panjang tidak tahan air, menyebabkan molekul ini
terkumpul sebagai suatu lapisan teratur pada permukaan larutan dan
partikel koloidal atau tersuspensi (Katzung, 2010).
Efek bakterisidal senyawa kuartener menyebabkan inaktivasi
enzim penghasil energi, denaturasi protein, dan disrupsi membran sel.
Senyawa amonium kuartener berikatan dengan permukaan protein
koloidal di darah, serum, dan susu serta pada serabut dalam kapas,
sapu, baju, dan handuk kertas yang digunakan untuk mengaplikasikan
senyawa ini, dimana ikatan ini dapat menyebabkan inaktivasi agen
dengan cara memisahkannya dari larutan (Katzung, 2010; WHO,
2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli bedah ICU,
menemukan bahwa membersihkan tangan dengan usapan antimikroba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang mengandung senyawa amonium kuartener sama efektifnya
dengan mencuci tangan menggunakan air, namun secara signifikan
tidak seefektif apabila mencuci tangan dengan menggunakan handrub
berbasis alkohol (Hayes et al., 2001).
Aktivitas senyawa antiseptik terhadap mikroorganisme sangat
bervariasi satu sama lain. Data mengenai aktivitas senyawa tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Aktivitas Antiseptik
Keterangan:
SR, sangat rentan; R, rentan; RS, rentan sedang; Res, resisten; V, bervariasi; -, tidak ada
data; *, pada konsentrasi tinggi (Katzung, 2010).
Alkohol (ethanol,
isopropanol)
Khlorhexidin glukonat Povidon-iodin
Natrium hipokhlorit,
Khlorin dioxid Bakteri Gram positif SR SR SR SR Gram negative SR RS SR SR Tahan asam R Res R RS Spora Res Res R* R (pH 7,6) Virus Lipofilik R V R R Hidrofilik V Res Res R* Lain-lain Jamur - - R RS Kista amebik - - R R Prion Res Res Res RS*
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Bakteri yang sering ditemukan pada kulit telapak tangan
Karena pajanan yang berulang dan adanya kontak dengan
lingkungan, kulit, terutama kulit tangan, sangat mudah mengandung
mikroorganisme transien. Namun demikian, terdapat pula flora residen
yang konstan dan jelas pada kulit. Berikut merupakan beberapa jenis
bakteri flora normal dan bakteri patogen yang sering ditemukan di kulit,
antara lain:
1. Staphylococcus
1) Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah flora normal manusia yang
dapat bersifat patogen dan memiliki kemampuan untuk me-
nyebabkan infeksi pada kondisi pasien yang immunocompromised
maupun pada orang sehat yang immunocompetent (Moreillon et al.,
2010; Wertheim et al., 2005). Staphylococcus aureus berbeda
dengan jenis Staphylococcus koagulase-negatif dan cenderung lebih
virulen walaupun memiliki filogeni yang sama (Harris et al., 2002).
Peptidoglikan merupakan bahan penyusun utama dinding selnya.
Selain peptidoglikan terdapat polymer yang tersusun atas phosphate
yang juga menjadi salah satu bahan penyusun dinding sel yang
disebut dengan asam teichoat. Lebih dari 90% strain Staphylococcus
aureus klinis diketahui memiliki polisakarida kapsuler. Adanya pem-
bentukan kapsuler ini sebagai salah satu cara untuk mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
fagositosis In vitro dan meningkatkan virulensi (Harris et al., 2002;
Harvey et al 2007).
Manusia merupakan reservoir alami untuk Staphylococcus
aureus dan kolonisasi asimtomatik jauh lebih umum dari pada kasus
infeksi (Chambers, 2001). Staphylococcus aureus dapat
menyebabkab berbagai penyakit seperti Staphylococcal Soft Tissue
Infection (SSTI), pneumonia, endokarditis, bakteremia, dan penyakit
yang disebabkan oleh toksin (Otsuka, 2011).
2) Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidemidis merupakan flora normal di kulit
manusia tetapi dapat memasuki aliran darah manusia dan
menyebabkan bakteremia (Levinson, 2010). Bakteri yang bersifat
koagulase-negatif sering me-nyebabkan infeksi berkaitan dengan
implantasi alat-alat, terutama pada pasien yang immunocompromised
(Jawetz et al., 2007). Secara filogeni, Staphylococcus epidermidis
sama dengan Staphylococcus aureus. Staphylococcus epidermidis
tidak menghasilkan pigmen keratin staphylo-xantin seperti pada
Staphylococcus aureus sehingga koloni-nya berwarna abu-abu
hingga putih (Levinson, 2010).
Staphylococcus epidermidis sering dihubungkan dengan
infeksi dari pemasangan/penanaman peralatan medis, seperti katup
jantung (Heilmann et al., 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2. Streptococcus
Streptococcus adalah bakteri sferis gram-positif, non-motil
dan pada tes katalase menunjukkan hasil negatif. Bakteri ini
memiliki bentuk yang khasnya yaitu lonjong hingga bulat
berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya.
Kebanyakan dari bakteri ini hidup secara fakultatif anaerob, tetapi
tetap dapat tumbuh secara fermentatif walaupun pada lingkungan
beroksigen. Organisme ini banyak terdapat di alam. Beberapa
kelompoknya merupakan flora normal manusia, kelompok lainnya
berhubungan dengan penyakit-penyakit penting yang sebagian
disebabkan infeksi bakteri ini dan sebagian lagi karena proses
sensitisasi (Harvey et al., 2007; Jawetz et al., 2007).
Morfologi dari bakteri ini adalah kokus tunggal berbentuk
batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai dimana panjang rantai
bervariasi dan dipengaruhi faktor lingkungan (Jawetz et al., 2007).
Satu hal yang merupakan karakteristik khas dari streptococcus
adalah tipe hemolisisnya, yaitu:
1) Hemolisis α, nantinya akan membentuk zona hijau di sekitar
koloninya yang merupakan hasil dari tidak sempurnanya proses
pelisisan sel darah merah dalam media agar darah.
2) Hemolisis β, nantinya akan membentuk zona jernih di sekitar
koloninya yang merupakan hasil dari proses pelisisan sel darah
merah yang sempurna. Hemolisis β ini dapat terjadi karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
adanya enzim hemolisin yang disebut streptolisin O dan Strepto-
lisin S.
3) Hemolisis γ, atau dapat dikatakan tidak melisiskan sel darah
merah dalam media agar darah.
(Levinson, 2010).
Beberapa jenis streptococcus yang berperan dalam dunia
kedokteran dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Streptococcus yang Berperan Penting dalam Dunia Medis
Spesies Pembagian Grup
Berdasarkan Lancefield
Tipe Hemolisis
Streptococcus pyogenes A Beta Streptococcus agalactiae B Beta Enr. faecalis D Alpha atau Beta atau tidak ada Streptococcus bovis D Alpha atau tidak ada Streptococcus pneumoniae
- Alpha
Grup viridans* - Alpha Keterangan: -, tidak tergolongkan; *, Streptococcus sanguis, Streptococcus mutans, Streptococcus mitis, Streptococcus gordoni, Streptococcus salivarius, Streptococcus anginosus, Streptococcus milleri, dan Streptococcus intermedius
(Levinson, 2010).
Streptococcus dapat menyebabkan berbagai macam infeksi.
Contohnya Streptococcus pyogenes merupakan bakteri penyebab
terjadinya pharingitis dan selulitis. Penting juga diketahui bahwa
Streptococcus pyogenes juga merupakan bakteri penyebab impetigo
dan Streptococcal Toxic Shock Syndrome. Sedangkan Streptococcus
agalactiae merupakan bakteri penyebab sepsis neonatal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
meningitis. Enterococcus faecalis merupakan penyebab dari infeksi
saluran kemih di rumah sakit dan endokarditis. Streptococcus
viridans dan Streptococcus bovis dapat juga menyebabkan
endokarditis (Levinson, 2010).
3. Bacillus
Genus Bacillus mencakup batang gram-positf, aerob besar
yang berbentuk rantai dan juga menghasilkan spora. Sebagian besar
anggota genus ini merupakan organisme saprofit yang lazim terdapat
dalam tanah, air, dan udara serta tumbuh-tumbuhan (Jawetz et al.,
2007).
Terdapat dua spesies bacillus yang berperan dalam dunia
medis, yaitu Bacillus anthracis dan Bacillus cereus. Bacillus
anthracis dapat menyebabkan penyakit anthrax, sedangkan Bacillus
cereus dapat tumbuh dalam makanan dan menghasilkan enterotoksin
atau toksin emetik yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
Organisme tersebut kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dengan daya imun lemah, misalnya, meningitis,
endokarditis, endoftalmitis, konjungtivitis, atau gastroenteritis akut
(Jawetz et al., 2007).
4. Enterobacteriaceae
1) Shigella
Shigella adalah bakteri batang gram-negatif yang ramping,
bentuk kokobasil ditemukan pada biakan yang muda. Shigella
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bersifat fakultatif anaerob tetapi tumbuh paling baik secara aerob.
Koloninya berbentuk konveks, bulat, transparan dengan tepi utuh
dengan diameter sekitar 2 mm dalam 24 jam (Jawetz et al., 2007).
Shigella tidak menghasilkan gas H2S, nonmotil dan
memfermentasikan glukosa, kecuali Shigella sonnei.
Ketidakmampuan Shigella sonnei dalam menfermentasikan
laktosa membedakannya dengan spesies shigella yang lain pada
medium deferensial (Jawetz et al., 2007; Levinson, 2010).
Infeksi Shigella hampir selalu terjadi di saluran
pencernaan dan jarang terjadi invasi ke aliran darah. Manifestasi
dari infeksi bakteri ini sering disebut sebagai disentri atau diare
dengan darah (Jawetz et al., 2007; Levinson, 2010).
2) Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bagian dari flora normal usus
manusia dan terkadang dapat menimbulkan penyakit infeksi.
Escherichia coli merupakan bakteri batang gram-negatif pendek,
tumbuh secara fakultatif anaerob, membentuk koloni yang
sirkular, konveks, dan halus dengan tepi yang tegas (Jawetz et al.,
2007). Bakteri ini memiliki tiga macam antigen, yaitu antigen O
atau sering disebut antigen dinding sel, antigen H atau sering
disebut antigen flagel, dan antigen K atau sering disebut antigen
kapsul (Levinson, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi virulensi
dari Escherichia coli, yaitu antigen permukaan, enterotoksin, dan
hemolisin. Pada Escherichia coli minimal terdapat dua tipe
fimbriae sebagai antigen permukaan, yaitu fimbriae tipe manosa
sensitif (pili) dan tipe manosa resisten (CFA’s I dan II). Kedua
tipe fimbriae ini penting sebagai colonization factor, yaitu untuk
perlekatan sel kuman pada sel atau jaringan tuan rumah.
Kemudian terdapat dua macam enterotoksin yang berhasil
diisolasi dari Escherichia coli, yaitu toksin LT (termolabil) dan
toksin ST (termostabil). Kedua enterotoksin ini, produksinya
diatur oleh plasmid yang mampu bepindah dari satu sel kuman ke
sel kuman yang lainnya. Selanjutnya peranan hemolisin pada
infeksi Escherichia coli masih tidak jelas, tetapi strain hemolitik
Escherichia coli ternyata lebih patogen daripada strain yang
nonhemolitik (Karsinah et al., 2010).
Manifestasi klinis infeksi yang disebabkan oleh
Escherichia coli tergantung pada tempat infeksi. Infeksi
Escherichia coli dapat menyebabkan diare, ISK, sepsis, dan
meningitis (CDC, 2012; Jawetz et al., 2007).
3) Salmonella sp.
Salmonella pertama ditemukan (diamati) pada penderita
demam tifoid pada tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh
Robert Koch dalam budidaya bakteri pada tahun 1881 (Todar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2008). Panjang salmonella bervariasi dan mempunyai flagel
peritrika. Salmonella mudah tumbuh pada media sederhana, tetapi
hampir tidak mem-fermentasikan laktosa atau sukrosa. Organisme
ini membentuk asam dan gas dari glukosa dan manosa, juga
menghasilkan H2S (Jawetz et al., 2007).
Klasifikasi salmonella sangat rumit. Klasifikasi atau
penggunaan tata nama yang sering dipakai pada salmonella ialah
berdasarkan epidemiologi, jangkauan penjamu, reaksi biokimia,
dan struktur antigen O, H, dan Vi, misalnya Salmonella typhi atau
Salmonella typhimurium (Jawetz et al., 2007).
Terdapat lebih dari 2500 serotipe Salmonellae, empat di
antaranya sering menyebabkan demam enterik. Serotipe-serotipe
tersebut adalah Salmonella Paratyphi A (serogrup A), Salmonella
Paratyphi B (serogrup B), Salmonella Cholerasuis (serogrup C1),
dan Salmonella Typhi (serogrup D). Lebih dari 1400 salmonellae
lain yang diisolasi di laboratrium klinik digolongkan menjadi
beberapa serogrup berdasarkan antigen O sebagai A, B, C1, C2, D,
dan E (Jawetz et al., 2007).
Salmonella dapat menyebabkan tiga macam penyakit
utama pada manusia, tetapi sering juga ditemukan dalam bentuk
campuran, yaitu: demam tifoid (demam enterik), bakteremia
dengan lesi fokal, dan enterokolitis (Jawetz et al., 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4. Handrub Softa-man®
Handrub Softa-man® merupakan salah satu produk antiseptik cuci
tangan yang digunakan oleh beberapa instansi kesehatan untuk mencapai
hand hygiene. Antiseptik ini memiliki bahan dasar alkohol, yaitu 45 g
ethanol (100%) dan 18 g propan-1-olper tiap 100 ml-nya.
Hasil penelitian Marchetti el al.(2003), menyatakan bahwa
efektivitas langsung handrub Softa-man® terhadap bakteri Escherichia
coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Enterococcus
hirae terbukti tidak memiliki beda signifikan dibandingkan dengan alkohol
n-propanol 60% sebagai kontrol (Marchetti el al., 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran
Penderita lain, Keluarga/Peng-
unjung
Makanan dan
Minuman
Beberapa macam bakteri: 1. Staphylococcus (S. aureus
dan S. epidermidis) 2. Streptococcus 3. Bacillus 4. Enterobacteriaceae
(Shigella sp., Escherichia coli, Salmonella sp. )
Telapak Tangan
Peralatan dan Material
Medis
Lingkungan Petugas Kesehatan
Infeksi Nosokomial
Handrub: § Alkohol-based
Menghancurkan integritas dari kapsid protein
Mengurangi angka kuman sehingga mencegah infeksi nosokomial
Variabel luar terkendali: a. Jenis dan kandungan
handrub. b. Teknik cuci tangan.
Variabel luar tidak terkendali: 1) Jumlah dan jenis bakteri. 2) Pola resistensi
mikoroorganisme. 3) Kualitas antiseptik.
Keterangan: : ditransmisikan : mempengaruhi : terdapat di : bekerja dengan : sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Hipotesis
Ada perbedaan rata-rata penurunan angka kuman antara handrub
Softa-man® dan formula handrub Moewardi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang bersifat kuasi-
eksperimental dengan pretest-posttest design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Inap RSDM dan Laboratorium
Mikrobiologi FK UNS.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah tenaga kesehatan di Ruang Rawat Inap RSDM,
yaitu tenaga kesehatan di ruang Anggrek 1, Anggrek 2, Mawar 2, Aster 5, dan
ICU.
D. Metode Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, di
mana semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria imklusi
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sampel diambil sebelum dan sesudah cuci tangan dengan kriteria
responden sebagai berikut;
1. Kriteria Inklusi:
a. Dokter, residen spesialis, perawat, co ass, mahasiswa keperawatan, dan
lain-lain (bidan, apoteker, fisioterapis), baik pria maupun wanita yang
bertugas jaga Pada Ruang Rawat Inap RSDM.
b. Dokter, residen spesialis, perawat, co ass, mahasiswa keperawatan dan
lain-lain (bidan, apoteker, fisioterapis), yang berhubungan atau
menangani langsung pasien.
c. Tangan bersih dari noda, misalnya noda darah.
2. Kritetia Eksklusi:
a. Responden yang berasal dari tenaga kesehatan yang bekerja di bagian
administrasi.
b. Responden telah melakukan tindakan cuci tangan kurang lebih 1 jam
sebelumnya dan belum menangani pasien kembali.
c. Hasil kultur kuman yang terkontaminasi.
E. Besar Sampel
Jumlah sampel untuk penghitungan statistik berdasarkan teori “rule of
thumb” menggunakan ukuran sampel sebesar minimal 30 subjek penelitian
(Murti, 2010). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang memenuhi kriteria pada
kelompok handrub Softa-man® sebanyak 33 subjek dan pada kelompok handrub
Moewardi sebanyak 31 subjek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
F. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian
Tenaga Kesehatan Ruang Rawat Inap RSDM
Consecutive Sampling
Kelompok Softa-man®
Kelompok Formula Handrub Moewardi
Hand swab seluas 3x3 cm dengan kapas lidi
Sebelum cuci tangan Sesudah cuci tangan
Nutrient agar plate
Hitung koloni Identifikasi Kuman (dipilih 2 koloni terbanyak)
Hitung selisih jumlah koloni kuman
Analisis Data
Inkubasi 37oC, 24 jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Kandungan antiseptik pada handrub Softa-
man® dan formula handrub Moewardi.
2. Variabel terikat : Nilai angka kuman
3. Variabel luar
a. Terkendali : Jenis dan kandungan handrub Softa-man®
dan formula handrub Moewardi serta teknik
mencuci tangan.
b. Tidak terkendali : Jumlah dan jenis bakteri sebelum cuci tangan,
pola resistensi mikroorganisme yang ada di
tangan dan kualitas antiseptik yang digunakan.
H. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas
a. Handrub Softa-man®
Handrub Softa-man® yang digunakan adalah produk yang
dikeluarkan oleh B-Braun Melsungen AG yang mengandung 45 g ethanol
(100%) dan 18 g propan-1-olper tiap 100 ml-nya. Teknik cuci tangan
yang digunakan berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP)
RSDM. Jumlah handrub Softa-man® yang digunakan untuk cuci tangan
adalah 5 ml. Data disajikan dengan skala nominal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Formula Handrub Moewardi
Formula handrub ini dibuat di Bagian Farmasi RSDM. Formula
ini mengandung ethanol (75%) sebanyak 417 ml, H2O2 3% sebanyak 20,9
ml, dan gliserin sebanyak 7,25 ml. Jumlah formula yang akan digunakan
untuk cuci tangan adalah 5 ml. Data disajikan dengan skala nominal.
2. Variabel terikat
Angka kuman adalah jumlah kuman yang diperoleh pada sampel
yang diambil dari telapak tangan tenaga kesehatan dalam ruang rawat inap
pada sebelum dan sesudah cuci tangan. Kuman yang dihitung adalah yang
didapat dari swab telapak tangan dengan daerah usap berukuran 3x3 cm.
Satuan angka kuman yang dipakai yaitu kuman/9 cm2. Skala pengukuran
adalah rasio.
3. Variabel luar
a. Jenis dan kandungan handrub Softa-man® dan formula handrub
Moewardi serta teknik mencuci tangan merupakan variabel yang dapat
dikendalikan. Jenis dan kandungan dapat dicari sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Sedangkan teknik mencuci tangan dapat mengikuti SOP yang
telah disediakan oleh pihak rumah sakit.
b. Jumlah dan jenis bakteri sebelum cuci tangan, pola resistensi
mikroorganisme yang ada di tangan, dan kualitas antiseptik merupakan
variabel yang tidak dapat dikendalikan. Variabel tersebut dapat
mempengaruhi perhitungan jumlah mikroorganisme sebelum dan sesudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menggunakan antiseptik dan kemungkinan didapatkan hasil yang tidak
sesuai.
I. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1) oshe
jarum; 2) oshe kolong; 3) spiritus; 4) kapas lidi steril; 5) inkubator; 6) cawan
petri; 7) tabung reaksi; 8) object glass; 9) rak tabung; 10) zat warna gram; 11)
media nutrient agar; 12) media identifikasi (SIM, KIA, simon citrat, MSA,
katalase, urea); 13) aquadest steril; 14) handrub Softa-man®; dan 15) formula
handrub Moewardi.
J. Cara Kerja
1. Pengambilan sampel
Sampel diambil dari telapak tangan tenaga kesehatan di Ruang Rawat
Inap RSDM Surakarta dengan syarat seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya dengan menggunakan kapas lidi steril dimasukkan ke dalam
cairan aquadest. Swab dilakukan pada telapak tangan kanan dengan luas area
pengambilan 3x3 cm kemudian dimasukkan ke dalam media nutrient agar
plate untuk selanjutnya dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK UNS
untuk diinkubasi dengan suhu 37˚C selama 24 jam. Pengambilan sampel
dilakukan sebelum dan sesudah cuci tangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Hitung angka kuman
Setelah diinkubasi, koloni kuman yang tumbuh dihitung. Untuk setiap
metode cuci tangan (handrub Softa-man® dan formula handrub Moewardi)
dilakukan penghitungan rata-rata selisih angka kuman sebelum dan sesudah
cuci tangan. Setelah mendapatkan nilai tersebut, selanjutnya dilakukan
perbandingan nilai rata-rata antara handrub Softa-man® dan formula handrub
Moewardi.
3. Identifikasi kuman
Tahap selanjutnya dilakukan identifikasi dengan cat gram untuk
mengetahui kuman tersebut gram positif atau gram negatif. Identifikasi
kuman negatif Gram dilakukan dengan uji biokimia menggunakan KIA, SIM,
urea dan Simon Citrat. Untuk kuman positif Gram, dilakukan uji katalase dan
uji pada media MSA.
K. Teknik Analisis Data Statistik
Data dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis statistik,
yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney adalah uji hipotesis
yang digunakan untuk menganalisis data dengan variabel bebas nominal dengan
variabel terikat berskala numerik dengan data yang memiliki distribusi tidak
normal (Sastroamoro dan Ismael, 2001). Pengaruh pemakaian handrub Softa-
man® dan formula handrub Moewardi pada cuci tangan diketahui dengan
membandingkan jumlah kuman sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Kemudian analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua kelompok sampel yang
berpasangan. Pada penelitian ini variabel bebas diklasifikasikan dengan dua cara,
yaitu handrub Softa-man® dan formula handrub Moewardi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Penelitian telah dilaksanakan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi
yaitu ruang Anggrek 1, Anggrek 2, Mawar 2, Aster 5, dan bangsal ICU. Peneliti
melibatkan 33 responden untuk kelompok handrub Softa-man® dan 31
responden untuk formula handrub Moewardi sehingga total responden yang ikut
dalam penelitian adalah 64 orang. Data hasil penelitian dilampirkan dalam
lampiran 1 dan lampiran 2.
Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Softa-man® Formula Moewardi Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Perawat 25 75,75% 25 80,64% Akper dan Akbid 5 15,15% 5 16,13% Co Ass 0 0% 0 0% Residen 0 0% 0 0% Dokter 0 0% 0 0% Lain-lain 3 9,1% 1 3,23%
Total 33 100% 31 100&
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa sebaran responden pada kelompok handrub
Softa-man® terdiri dari 25 orang perawat, 5 orang mahasiswa akademi
keperawatan dan kebidanan, dan 3 orang berprofesi lain (bidan, fisioterapis, dan
apoteker). Pada responden untuk kelompok handrub Moewardi terdiri dari 25
orang perawat, 5 orang mahasiswa keperawatan dan kebidanan, dan 1 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bidan. Dalam penelitian ini tidak didapatkan responden yang berprofesi sebagai
co ass, residen dan dokter.
Dalam penelitian ini juga didapatkan data sebaran responden berdasarkan
lama bekerja sebagai profesi. Data sebaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Deskripsi Sebaran Responden Menurut Lama Bekerja Sebagai Profesi
Lama Bekerja Sebagai Profesi
Softa-man® Formula Moewardi Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
0-5 tahun 12 36,37% 8 25,80% 6-10 tahun 8 24,24% 10 32,26%
11-15 tahun 4 12,12% 2 6,45% 16-20 tahun 8 24,24% 8 25,80% >20 tahun 1 3,03% 3 9,69% Jumlah 33 100% 31 100%
B. Hasil Hitung Kuman
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Perbandingan Angka Kuman (/9cm2) Kelompok Handrub
Softa-man® dan Formula Handrub Moewardi
Handrub Sebelum Cuci Tangan
Sesudah Cuci Tangan
Selisih Angka Kuman Sebelum dan
Sesudah
Softa-man®
(Mean ± SD) 205,51 ± 230,97 20,27 ± 37,34 185,30 ± 223,16
Formula Moewardi (Mean ± SD)
222,00 ± 171,54 87,13 ± 110,43 135,22 ± 154,38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan tabel 4.3 dapat terlihat hasil hitung kuman kelompok
handrub Softa-man® pada fase sebelum cuci tangan adalah 205,51 ± 230,97;
setelah cuci tangan 20,27 ± 37,34; dan selisih angka kuman sebelum dan sesudah
cuci tangan adalah 185,30 ± 223,16.
Pada penghitungan angka kuman kelompok formula handrub Moewardi
pada fase sebelum cuci tangan adalah 222,00 ± 171,54; setelah cuci tangan 87,13
± 110,43; dan selisih angka kuman sebelum dan sesudah cuci tangan adalah
135,22 ± 154,38.
Sebelum dilakukan analisis statistik dilakukan uji normalitas data terlebih
dahulu menggunakan uji Shapiro-Wilk. Berdasarkan uji tersebut, didapatkan
hasil p = 0,000 pada kelompok handrub Softa-man® dan formula handrub
Moewardi dihitung dari selisih angka kuman sebelum dan sesudah cuci tangan.
Karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut
tidak normal sehingga perlu dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil uji
Mann-Whitney ditampilkan pada tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 4.4 Hasil Uji Mann-Whitney
Handrub N Median
(minimum-maksimum) P
Softa-man® 33 64,0 (0,0-712,0) 0,840
Formula Moewardi 31 86,0 (4,0-590,0)
Keterangan: p<0,05 menunjukkan perbedaan bermakna pada taraf kepercayaan 95%
Hasil uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada
jumlah kuman sebelum dan sesudah cuci tangan untuk kelompok handrub Softa-
man® dan kelompok formula handrub Moewardi. Nilai signifikansi uji statistik
Wilcoxon dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Nilai Signifikansi Uji Wilcoxon untuk Jumlah Kuman Sebelum dan
Sesudah Cuci Tangan dengan Menggunakan Handrub Softa-man® dan
Formula Handrub Moewardi
Kelompok Perlakuan N Negatif Ranks P
Handrub Softa-man® 29 0,00
Formula Handrub Moewardi 31 0,00
Keterangan: p < 0,05 menunjukkan perbedaan bermakna pada taraf kepercayaan 95%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
C. Hasil Identifikasi Jenis Kuman
Pada penelitian ini selain dilakukan hitung angka kuman juga dilakukan
identifikasi jenis kuman pada sebelum dan sesudah cuci tangan. Pada kelompok
handrub Softa-man® didapatkan hasil identifikasi bakteri sebelum cuci tangan
sebagai berikut, yaitu 11 koloni Staphylococcus aureus (18,64%), 19 koloni
Staphylococcus epidermidis (35,84%), 29 koloni Bacillus sp. (45,52%). Setelah
dilakukannya cuci tangan dengan menggunakan handrub ini didapatkan hasil
identifikasi kuman sebagai berikut, yaitu 8 koloni Staphylococcus aureus
(18,18%), 12 koloni Staphylococcus epidermidis (27,27%), dan 24 koloni
Bacillus sp. (54,55%).
Pada kelompok formula handrub Moewardi didapatkan hasil identifikasi
bakteri sebelum cuci tangan sebagai berikut, yaitu 18 koloni Staphylococcus
aureus (29,03%), 12 koloni Staphylococcus epidermidis (19,35%), 32 koloni
Bacillus sp. (51,62%). Setelah dilakukan cuci tangan didapatkan hasil identifikasi
kuman sebagai berikut, yaitu 11 koloni Staphylococcus aureus (17,74%), 13
koloni Staphylococcus epidermidis (20,96%), 36 koloni Bacillus sp. (58,06%), 1
koloni Shigella sp. (1,62%), dan 1 koloni Klebsiella sp. (1,62%). Tabel hasil
identifikasi kuman dilampirkan dalam lampiran 3 dan lampiran 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan data penelitian diketahui bahwa jumlah responden yang ikut dalam
penelitian adalah sebanyak 33 responden untuk kelompok handrub Softa-man® dan
31 responden untuk kelompok formula handrub Moewardi. Jumlah sampel 30
merupakan ukuran sampel minimal untuk subjek penelitian, sehingga jumlah sampel
dalam penelitian ini telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis statistik (Murti,
2010).
Mayoritas responden berprofesi sebagai perawat yaitu sebanyak 78,12%
(50/64), mahasiswa/i akademi keperawatan dan kebidanan sebanyak 15,62% (10/64)
dan sisanya berprofesi sebagai bidan, fisioterapis, dan apoteker sebanyak 6,26%
(4/64). Bila dihubungkan dengan hasil audit tim PPI RSDM mengenai kepatuhan
dalam menjaga hand hygiene, perawat dan mahasiswa/i mempunyai kepatuhan dalam
hal mencuci tangan lebih tinggi jika dibandingkan dengan profesi lainya seperti co
ass, dokter dan residen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Creedon
et al. (2008) di mana perawat dan mahasiswa/i keperawatan dan kebidanan memiliki
kepatuhan dan kesadaran dalam melakukan hand hygiene yang lebih tinggi
dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter dan mahasiswa kedokteran (Creedon
et al., 2008).
Dilihat dari distribusi responden menurut lama bekerja sebagai profesinya,
mayoritas responden adalah tenaga kesehatan yang telah bekerja di bidangnya selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kurang dari 10 tahun. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan lebih banyaknya tenaga
kesehatan baru yang menangani pasien daripada tenaga kesehatan yang sudah senior.
Apabila dihubungkan dengan hasil penelitian, lama bekerja tidak menunjukkan
adanya pengaruh. Akan tetapi hal ini masih belum dapat dipastikan karena dalam
penelitian ini penulis tidak menganalisis hubungan lama bekerja sebagai profesi
dengan kepatuhan cuci tangan. Namun menurut penelitian yang dilakukan Wiwik dan
Supratman (2008), tidak didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara masa
kerja dan perilaku kepatuhan dalam pencegahan (Wiwik dan Supratman, 2008).
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata selisih penurunan angka kuman pada
kelompok handrub Softa-man® adalah 185 koloni dan pada kelompok formula
handrub Moewardi adalah 135 koloni. Menurut analisis uji Mann-Whitney, tidak
terdapat perbedaan secara statistik selisih penurunan rata-rata angka kuman antara
kelompok handrub Softa-man® dan kelompok formula handrub Moewardi (p > 0,05).
Hasil uji lanjutan Wilcoxon menunjukkan terdapat penurunan rata-rata angka
kuman sesudah cuci tangan lebih rendah daripada sebelum cuci tangan pada kedua
kelompok handrub sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pemberian handrub
Softa-man® dan formula handrub Moewardi dapat menurunkan angka kuman pada
telapak tangan tenaga kesehatan.
Efektivitas suatu handrub tidak dapat dinilai hanya dengan menghitung selisih
penurunan angka kuman sebab walaupun terjadi penurunan angka kuman, dapat pula
kuman yang dihambat pertumbuhannya adalah flora normal kulit dan yang tersisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
adalah kuman yang memiliki risiko tinggi sebagai agen infeksius. Oleh karena itu
perlu dilakukan identifikasi bakteri pada fase sebelum dan sesudah cuci tangan.
Pola kuman pada telapak tangan tenaga kesehatan sebelum cuci tangan pada
kedua kelompok percobaan ditemukan koloni terbanyak adalah Bacillus sp.. Adanya
Bacillus dalam jumlah besar pada telapak tangan dimungkinkan karena ter-
distribusinya spora dorman Bacillus di udara dan kulit manusia. Koloni
Staphylococcus epidermidis dan koloni Staphylococcus aureus juga ditemukan pada
kultur bakteri telapak tangan sebelum cuci tangan karena kedua bakteri ini merupakan
flora normal pada kulit dan saluran pernapasan manusia. Ditemukannya kedua bakteri
ini juga harus diwaspadai karena kedua bakteri Staphylococcus ini merupakan bakteri
oportunis yang dapat menyebabkan infeksi apabila terdapat kesempatan misalnya saat
sistem imun turun atau adanya luka luar yang tidak ditangani.
Ditemukannya bakteri gram negatif, Shigella sp. dan Klebsiella sp., setelah
dilakukannya cuci tangan menggunakan formula handrub Moewardi mungkin dapat
terjadi karena bakteri tersebut sudah terdapat pada telapak tangan tenaga kesehatan
sebelum cuci tangan namun dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak teridentifikasi
dan bakteri tersebut tidak menghilang atau mati setelah dilakukannya cuci tangan
sehingga muncul kembali pada identifikasi kuman setelah cuci tangan. Hal ini perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan formula handrub Moewardi
dalam menghambat atau membunuh bakteri gram negatif.
Handrub Softa-man® dan formula handrub Moewardi menyebabkan
penurunan angka kuman di telapak tangan tenaga kesehatan setelah cuci tangan. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ini diakibatkan kedua antiseptik ini mengandung alkohol yang bekerja dengan cara
mendenaturasi protein dinding sel bakteri dan melarutkan lipid sel mikroba, sehingga
menyebabkan keluarnya komponen-komponen penting dalam sel. Kerusakan pada
salah satu komponen tersebut dapat mengawali perubahan-perubahan yang menuju
kematian sel (Darmadi, 2008).
Pada formula handrub Moewardi selain didapatkan alkohol sebagai salah satu
komponen antiseptiknya, terdapat pula hidrogen peroksida (H2O2). Larutan hidrogen
peroksida 3% lebih sering digunakan sebagai disinfektan pada pertolongan pertama
luka ringan sedangkan larutan 6% biasa digunakan sebagai disinfektan pada luka-luka
kronis. Hidrogen peroksida merupakan disinfektan golongan peroksigen yang bekerja
melalui oksidasi komponen sel mikroorganisme (Radji, 2011).
Dilihat dari segi harga, formula handrub Moewardi memiliki nilai ekonomis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan handrub Softa-man®. Harga satu botol
handrub Softa-man® ukuran 500ml adalah Rp 67.000,00 sedangkan harga bahan dan
proses pembuatan untuk satu botol formula handrub Moewardi ukuran 500ml adalah
Rp 32.600,00. Jadi rasio harga handrub Softa-man® dan formula handrub Moewardi
sebesar 2 : 1. Dalam satu bulannya, tiap bangsal di RSDM menggunakan kurang
lebih sebanyak 25 botol ukuran 500ml atau sekitar 12,5 liter handrub, sehingga dalam
satu bulan dengan menggunakan formula handrub Moewardi dapat menghemat
kurang lebih Rp 860.000,00 per bulan per bangsalnya.
Pada penelitian ini masih didapatkan beberapa kelemahan, yaitu
1) penghitungan angka kuman dilakukan secara manual sehingga memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
adanya kesalahan dalam menghitung, 2) identifikasi pada penelitian ini hanya
dilakukan melalui media nutrient agar sehingga kuman yang tumbuh tidak spesifik
dan hanya diambil dua koloni terbanyak sehingga kurang representatif di mana
seharusnya dilakukan identifikasi pada semua koloni kuman yang tumbuh 3) karena
terbentur oleh terbatasnya dana dan waktu, jumlah sampel yang digunakan tidak
dapat optimal dimana seharusnya digunakan rumus sebagai berikut:
ሠ颇挠实纵ሠ囊挠十ሠ挠挠邹2 实0,4624十0,27042 实0,37
柜实2徽挠纵广囊能崎挠十广囊能脐邹挠纵幌囊石幌挠邹挠 实2时0,37挠纵1,96十1,282邹挠纵1,06石0,83邹挠 实54,3
(Murti, 2010)
S = simpangan baku pada kedua kelompok, pada penelitian ini digunakan
simpangan baku untuk handrub Softa-man 0,68 dan formula Moewardi
0,52 (Marchetti et al., 2003)
d = tingkat ketetapan absolut dari beda nilai rerata
Zα = tingkat kemaknaan, pada penelitian ini tingkat kemaknaan sebesar
95%. α berarti 0,05, berarti Zα = 1.96
dari perhitungan di atas didapatkan hasil 54,3 sehingga masing-masing kelompok
minimal akan digunakan sampel sebanyak 54 responden. Jadi total seluruh responden
pada penelitian ini seharusnya minimal sebanyak adalah 108 orang. 4) dalam
penelitian ini tidak dapat menilai efektivitas handrub dalam jangka panjang, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kemampuan handrub untuk dapat mempertahankan fungsinya sebagai desinfekstan
dalam jangka waktu tertentu karena pada penelitian ini hanya dilakukan pengukuran
satu waktu, 5) belum didapatkan data uji pre-klinik untuk mengetahui efektivitas
formula handrub Moewardi pada bakteri standar di rumah sakit, serta 6) belum
dilakukan uji sterilitas terhadap handrub yang digunakan untuk memastikan apakah
ada kontaminasi pada handrub yang akan digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Handrub Softa-man® dan formula handrub Moewardi dalam penelitian ini
dapat menurunkan jumlah kuman pada telapak tangan Tenaga Kesehatan
di RSUD Dr. Moewardi.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara angka kuman sebelum dan
sesudah cuci tangan untuk kelompok handrub Softa-man® dan kelompok
formula handrub Moewardi.
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata selisih penurunan angka
kuman antara kelompok handrub Softa-man® dan kelompok formula
handrub Moewardi.
B. Saran
1. Sebelum dapat digunakan dalam praktek pelayanan kesehatan, perlu
dilakukan uji pre-klinik untuk mengetahui efektivitas formula handrub
Moewardi pada bakteri standar di rumah sakit.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan identifikasi kuman dengan metode
pengenceran dan mengidentifikasi semua koloni kuman yang ada.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar agar didapatkan data yang lebih lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk melihat efektivitas jangka panjang
dari kedua kelompok handrub dan menilai expired date dari produk
formula handrub Moewardi.
5. Perlu dilakukan uji sterilitas pada kedua kelompok handrub sebelum dan
sesudah pemakaian untuk melihat apakah ada kontaminasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user