Upload
atika-permatasari
View
111
Download
29
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perbandingan gempa SNI 2002 dengan 2012
Citation preview
TUGAS TEKNIK GEMPA
PERBANDINGAN PERHITUNGAN RESPON SPEECTRUM
SNI 2002 DENGAN SNI 2012
Disusun Oleh :
ATIKA PERMATASARI (3336120904)
EVIANI UTAMI (3336120950)
JENNI FAJRI (3336120861)
FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2015
PERBANDINGAN SPEKTRA DESAIN BEBERAPA KOTA DAN KABUPATEN
DI PROVINSI BANTEN INDONESIA
DALAM SNI GEMPA 2012 DAN SNI GEMPA 2002
Atika Permatasari
1, Eviani Utami
2 dan Jenni Fajri
3
1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Jendral Sudirman Km 3 Cilegon
Email : [email protected] 2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Jendral Sudirman Km 3 Cilegon
Email : [email protected] 3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Jendral Sudirman Km 3 Cilegon
Email : [email protected]
ABSTRAK
Perencanaan struktur bangunan gedung dan non gedung tahan gempa mempunyai persyaratan
tersendiri, diantaranya adalah peraturan Standarisasi Nasional Indonesia. Pada tanggal 21 Januari 2011 di
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Pekerjaan Umum di Bandung menetapkan peraturan terbaru mengenai Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung yaitu SNI 1726:2012. Standar ini merupakan
revisi dari SNI 03-1726-2002 sekaligus membatalkan dan menggantikan SNI 03-1726-2002. Dengan
diterbitkannya SNI 1726:2012 salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian adalah berkenaan dengan
keamanan gedung yang dibangun berdasarkan peraturan gempa sebelumnya. Dalam tulisan ini spektra
desain yang ada dalam SNI 1726:2012 dibandingkan dengan spektra desain dalam SNI 1726-2002, untuk 5
daerah yang berada di Provinsi Banten yaitu: Kota Cilegon (Jl. Sudirman), Kota Serang (Jl. Sertim),
Kabupaten Serang (Jl. Raya Anyer), Kota Tangerang (Jl. MT Hartono), dan Kabupaten Tangerang (Pos
Cisoka). Bedasarkan hasil pengamatan dapat diketahui beberapa Kota dan Kabupaten Provinsi Banten
setelah melakukan perbandingan antara SNI 2002 dengan SNI 2012 mengalami beberapa penurunan dan
peningkatan. Peningkatan terjadi pada nilai Tc untuk jenis tanah lunak dan pada nilai T0 untuk semua jenis
tanah. Penurunan terjadi pada nilai SDS untuk semua jenis tanah, SD1 untuk semua jenis tanah, Sa untuk
semua jenis tanah dan nilai TS untuk jenis tanah keras dan sedang.
1. PENDAHULUAN
Mengingat pada beberapa tahun terakhir telah banyak gempa besar yang terjadi di Indonesia. Sebagai
contoh, gempa Aceh pada tahun 2004, gempa Jogja pada tahun 2006, gempa Padang dan Bengkulu pada
tahun 2007. Dari gempa tersebut menyebabkan banyak terjadi kerusakan pada struktur bangunan. Setelah
dilakukan kajian yang mendalam tentang hal ini, bahwa gempa besar yang terjadi ternyata percepatan
batuan dasar lebih besar daripada percepatan batuan dasar yang telah ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-
1726-2002. Berdasarkan penemuan tersebut menyebabkan peta gempa SNI 03-1726-2002 dinilai sudah
tidak sesuai lagi diaplikasikan sebagai pedoman perencanaan struktur tahan gempa (Meilano, 2010). Pada
landasan fenomena tersebut dan adanya daya seismotektonik yang baru dan adanya perkembangan
peraturan gempa terkini di dunia seperti ASCE 7-10 dan IBC 2009, dan adanya keinginan untuk mendorong
kemajuan pedoman perencanaan ketahanan gempa di Indonesia, maka pedoman ketahanan gempa SNI 03-
1726-2002 direvisi menjadi SNI 1726:2012.
Dengan diberlakukannya SNI Gempa 2012 maka semua gedung saat ini harus direncanakan dengan
peraturan yang baru, dan bangunan yang sudah ada harus dievaluasi keamanannya terhadap peraturan yang
baru ini. Beberapa skema penanganan terhadap bangunan yang sudah ada sebagai akibat adanya peraturan
yang baru ini juga tentunya harus dibuat untuk mengetahui dan meningkatkan keamanannya. Untuk
mengetahui sejauh mana perbedaan antara nilai spektra percepatan desain berdasarkan SNI Gempa 2002
dan SNI Gempa 2012 ditinjau pada uraian selanjutnya.
2. SPEKTRUM RESPONS DESAIN
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 pasal 4.7.4, respons spektra ditentukan oleh parameter berikut ini:
1. Faktor jenis tanah
2. Faktor wilayah gempa untuk masing-masing daerah.
Respons spektra untuk tiap-tiap wilayah dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1 Respon Spektra Berdasarkan SNI 03-1726-2002
Sedangkan berdasarkan SNI 03-1726-2012, respons spektra desain harus ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan data berikut ini:
1. Parameter percepatan batuan dasar pada periode 0,2 detik dan 1 detik.
2. Parameter kelas situs ( SA, SB, SC, SD, SE, dan SF)
3. Koefisien-koefisien dan parameter-parameter respons spektra percepatan gempa maksimum yang
dipertimbangkan resiko tertarget (MCER)
Parameter respons spektrum percepatan periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan
dengan pengaruh klasifikasi situs harus ditentukan dengan persamaan berikut:
SMS = Fa SS (1.1)
SM1 = Fv S1 (1.2)
Parameter percepatan spektra desain. Percepatan spektra desain baik untuk periode pendek (SDS) maupun
periode 1 detik (SD1) harus ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
SDS = SMS (1.3)
SD1 = SM1 (1.4)
TS = SD1 / SDS (1.5)
T0 = 0,2 (SD1 / SDS) (1.6)
di mana :
SDS = parameter spektrum respon desain pada periode pendek
SD1 = parameter spektrum respon desain pada periode 1 detik
SS = parameter respons spektra percepatan gempa MCER untuk periode pendek
S1 = parameter respons spektra percepatan gempa MCER untuk periode 1 detik.
Nilai Fa dan Fv diambil berturut-turut sesuai dengan Tabel 1 dan Tabel 2
Tabel 1. Koefisien situs perioda pendek Fa
Tabel 2. Koefisien Situs Perioda Panjang Fv
Spektrum respons desain (Sa) dalam SNI Gempa 2012 diambil seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Spektrum respons tersebut merupakan modifikasi dari spektrum respons desain ASCE 7-10, di mana
transisi perioda panjang TL yang ada pada ASCE 7-10 tidak didefinisikan dalam SNI Gempa 2012.
Gambar 2. Respons spektra percepatan pada SNI Gempa 2012
3. PERBANDINGAN SPEKTRA DESAIN SNI GEMPA 2002 DAN SNI GEMPA 2012
Dalam tulisan ini spektra desain SNI Gempa 2012 diambil berdasarkan perangkat lunak Desain
Spektra Indonesia (2013), yang dapat dilihat pada situs
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2015/. Dalam SNI Gempa 2002, walaupun
notasi SDS dan SD1 tidak dikenal, diambil padanan: (a) bagian datar nilai C pada SNI Gempa 2002 sebagai
SDS, dan (b) angka pada bagian lengkung di T = 1 detik pada SNI Gempa 2002 sebagai nilai SD1. Dengan
pendekatan padanan ini maka khusus untuk tanah lunak dalam SNI 2002 nilai SDS akan sama dengan SD1.
Perbandingan spektra desain dilakukan untuk beberapa kota dan kabupaten provinsi Banten di Indonesia,
yaitu: Kota Cilegon (Jl. Sudirman), Kota Serang (Jl. Sertim), Kabupaten Serang (Jl. Raya Anyer), Kota
Tangerang (Jl. MT Hartono), dan Kabupaten Tangerang (Pos Cisoka). Nilai spectra desain, SDS, SD1, SA,
T0 dan Ts untuk 5 daerah tersebut untuk kondisi klas situs SC (tanah keras), SD (tanah sedang) dan SE
(tanah lunak) dibandingkan dalam suatu grafik untuk melihat perubahannya.
a. SDS
Gambar 3. Perbandingan spektra desain pada perioda pendek untuk setiap jenis tanah
Dari grafik diatas dapat diketahui yaitu pada perioda pendek untuk semua kota dan kabupaten
Provinsi Banten mengalami penurunan dari SNI 2002 ke SNI 2012. Untuk semua jenis tanah yang
mengalami penurunan secara signifikan adalah Kota Tangerang dengan penurunan pada tanah keras
15% dari SNI 2012, tanah sedang 21% dari nilai SNI 2012 dan tanah lunak 40% dari SNI 2012.
b. Nilai SD1
Gambar 4. Perbandingan spektra desain pada perioda 1 detik untuk setiap jenis tanah
Dari grafik diatas dapat diketahui yaitu pada perioda 1 detik untuk semua kota dan kabupaten
Provinsi Banten mengalami penurunan dari SNI 2002 ke SNI 2012. Untuk semua jenis tanah yang
mengalami penurunan secara signifikan adalah Kota Tangerang dengan penurunan pada tanah keras
2% dari SNI 2012, tanah sedang 15% dari nilai SNI 2012 dan tanah lunak 50% dari SNI 2012.
c. Sa
Gambar 5. Perbandingan nilai Sa untuk setiap jenis tanah
Dari grafik diatas dapat diketahui yaitu pada nilai Sa untuk semua kota dan kabupaten Provinsi
Banten mengalami penurunan dari SNI 2002 ke SNI 2012. Untuk semua jenis tanah yang mengalami
penurunan secara signifikan adalah Kota Tangerang dengan penurunan pada tanah keras 14,9% dari
SNI 2012, tanah sedang 21,1% dari nilai SNI 2012 dan tanah lunak 40,1% dari SNI 2012.
d. T0
Gambar 5. Perbandingan nilai T0 untuk setiap jenis tanah
Dari grafik diatas dapat diketahui yaitu pada nilai T0 untuk semua kota dan kabupaten Provinsi
Banten mengalami peningkatan dari SNI 2002 ke SNI 2012. Untuk semua jenis tanah yang mengalami
peningkatan secara signifikan adalah Kabupaten Serang dengan peningkatan pada tanah keras 67,4%
dari SNI 2012, tanah sedang 70,3% dari nilai SNI 2012 dan tanah lunak 67,3% dari SNI 2012.
e. TS
Gambar 6. Perbandingan nilai Ts untuk setiap jenis tanah
Dari grafik diatas dapat diketahui yaitu pada nilai Ts untuk semua kota dan kabupaten Provinsi
Banten mengalami peningkatan dan penurunan dari SNI 2002 ke SNI 2012. Untuk jenis tanah yang
mengalami peningkatan secara signifikan adalah tanah lunak dengan peningkatan rata-rata sebesar 65%
dari SNI 2012,sedangkan yang mengalami penurunan adalah jenis tanah keras dan sedang , dengan
rata-rata sebesar 64% dari nilai SNI 2012 dan 19% dari SNI 2012.
4. KESIMPULAN
Bedasarkan hasil pengamatan dapat diketahui beberapa Kota dan Kabupaten Provinsi Banten setelah
melakukan perbandingan antara SNI 2002 dengan SNI 2012 mengalami beberapa penurunan dan
peningkatan.
a. Peningkatan terjadi pada nilai TC untuk jenis tanah lunak dan pada nilai T0 untuk semua jenis tanah.
b. Penurunan terjadi pada nilai SDS untuk semua jenis tanah, SD1 untuk semua jenis tanah, Sa untuk semua
jenis tanah dan nilai TS untuk jenis tanah keras dan sedang.
c. Perbandingan SNI 2002 dengan SNI 2012 adalah :
Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Data
Nilai Jenis Tanah SNI 2002 SNI 2012 Persentase
(%)
SDS
SC 0.62 0.566 0.593
SD 0.72 0.621 0.671
SE 0.86 0.607 0.734
SD1
SC 0.31 0.330 0.319
SD 0.44 0.390 0.411
SE 0.86 0.590 0.727
Sa
SC 0.24 0.226 0.237
SD 0.28 0.248 0.268
SE 0.34 0.242 0.293
T0
SC 0.20 0.566 0.383
SD 0.20 0.621 0.411
SE 0.20 0.606 0.403
Ts
SC 0.20 0.566 0.383
SD 0.50 0.621 0.561
SE 1,00 0.607 0.804
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional, 2002, SNI 03-1726-2002: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional, 2012, SNI 1726:2012: Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung. Jakarta. Desain Spektra Indonesia, diakses 21 Maret 2015
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/. Arfiadi Yoyong, 2013, Perbandingan Spektra Desain Beberapa Kota Besar Di Indonesia Dalam SNI
Gempa 2012 dan 2002, Yogyakarta
Satyarno Iman, 2013, Perbandingan Spektra Desain Beberapa Kota Besar Di Indonesia Dalam SNI
Gempa 2012 dan 2002, Yogyakarta Azmi, 2013, Perbandingan Perilaku Struktur Terhadap Beban Gempa Bedasarkan SNI 03-1726-2002 dan
RSNI 03-1726-201x, Aceh
LAMPIRAN
LANGKAH PERHITUNGAN
SNI 2012
1. Mengambil data analisis yang akan dibandingkan dengan antara SNI 2012 dengan SNI 2002, dengan
membuka situs www.puskim.pu.go.id
2. Data yang digunakan adalah nilai SS ( misalkan 0.786) dan S1 (misalkan 0.332) untuk setiap jenis tanah
3. Mencari nilai Fa, dengan menggunakan tabel 4 koefisien situs Fa (SNI 2012),untuk mengetahui nilai Fa
berdasarkan nilai Ss= 0.786 dengan jeni tanah jeras (SC) dilakukan interpolasi data.
4. Mencari nilai Fv, dengan menggunakan tabel 5 koefisien situs Fv (SNI 2012),untuk mengetahui nilai Fa
berdasarkan nilai S1= 0.332dengan jenis tanah keras (SC) dilakukan interpolasi data.
5. Setelah perhitungan Fa dan Fv selesai dilanjutkan dengan perhitungan SDS dan SD1
6. Selanjutnya membuat perhitungan respon spectrum
7. Membuat grafik hasil perhitungan respon spectrum
SNI 2002
1. Menentukan wilayah rencana termasuk kedalam wilayah gempa nomer berapa, misalkan kota
cilegon termasuk kedalam wilayah gempa 4
2. Mencari nilai SDS, terlebih dahulu mencari nilai A0 setelah itu baru dimasukan kedalam rumus
SDS = Am = 2.5 A0
Sehingga nilai Am =2.5 x 0.24 = 0.6 (karena c=Am maka SDS = 0.6)
3. Mencari nilai SD1, terlebih dahulu mencari nilai Ar sesuai dengan wilayah gempa yang telah
ditentukan, dengan nilai T = 1
Untuk T> Tc
C = Ar/T dengan Ar = Am x c sehingga c= 0.3/1 = 0.3
Sehingga nilai SD1 = 0.3
Contoh perbandingan tanah keras kota cilegon berdasarkan SNI 2002 dengan SNI 2012