18
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT Written by Admin Tuesday, 12 January 2010 09:15 Oleh: Yun Yun Yunadi Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan hasil akhir sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu sendiri. Islam dan Barat memiliki pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Paham rasionalisme yang berkembang di Barat dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep pendidikan Barat. Ini jauh berbeda dengan Islam yang memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-masing peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang ‘dihasilkan’ pun saling memiliki ciri. Pendahuluan Pendidikan memiliki ragam dalam definisinya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik). Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1),

Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM DAN BARAT

Written by Admin

Tuesday, 12 January 2010 09:15

 Oleh: Yun Yun Yunadi

Salah satu unsur pembangun peradaban bangsa adalah melalui pendidikan. Sedangkan hasil akhir

sebuah pendidikan tergantung pada tujuan awal pendidikan itu sendiri. Islam dan Barat memiliki

pandangan berbeda mengenai hal tersebut. Paham rasionalisme yang berkembang di Barat

dijadikan dasar pijakan bagi konsep-konsep pendidikan Barat. Ini jauh berbeda dengan Islam yang

memiliki al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad para ulama sebagai konsep pendidikannya. Hal inilah yang

membedakan ciri pendidikan yang ada di Barat dengan pendidikan Islam. Masing-masing

peradaban ini memiliki karakter yang berbeda sehingga produk yang ‘dihasilkan’ pun saling

memiliki ciri.

Pendahuluan

Pendidikan memiliki ragam dalam definisinya. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989),

pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan

cara mendidik). Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1),

pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 

Seorang tokoh pendidikan Barat, John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah proses

pembentukan kecakapan fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah alam sesama

Page 2: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

manusia. Dari pendidikanlah seseorang mengalami proses pengembangan kemampuan, sikap,

dan tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat mereka hidup. Proses sosial yang terjadi ini

dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari

sekolah) sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan

individual yang optimal. Pendidikan juga dipengaruhi oleh lingkungan individu untuk menghasilkan

perubahan-perubahan yang sifatnya permanen dalam tingkah laku, pikiran dan sikapnya.

Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi; pertama, dari sudut pandangan masyarakat, dan kedua,

dari segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan

kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap berlanjutan.

Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari

generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara. Sedangkan dari sudut

pandang individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan

tersembunyi. Hal ini selaras dengan pendapat Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara,

yang sudah sejak lama menyatakan bahwa pendidikan umumnya untuk memajukan budi pekerti

(kekuatan batin, pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan

masyarakatnya. 

Definisi-definisi yang dikemukakan oleh para tokoh di atas memiliki kesamaan pandangan dan

mengarah pada satu tujuan tertentu, yaitu pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa

merupakan suatu proses dalam mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan

dan memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efesien. Maka, berdasarkan pemahaman tersebut,

ciri-ciri pendidikan adalah pendidikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang

sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup. Kemudian,untuk mencapai tujuan tersebut,

pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik

penilaian yang sesuai. Sedangkan kegiatan pendidikan dapat dilakukan dalam lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal dan non formal). 

Oleh karena itu, pendidikan mengandung pokok-pokok penting, sebagai berikut :

1. Pendidikan adalah proses pembelajaran

2. Pendidikan adalah proses sosial

3. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia

4. Pendidikan berusaha mengubah atau mengembangkan kemampuan, sikap dan perilaku positif

5. Pendidikan merupakan perbuatan atau kegiatan sadar

Page 3: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

6. Pendidikan memiliki dampak pada lingkungan 

7. Pendidikan berkaitan dengan cara mendidik

8. Pendidikan tidak berfokus pada pendidikan formal.

Jadi, Pendidikan merupakan sebuah proses, bukan hanya sekedar mengembangkan aspek

intelektual semata atau hanya sebagai transfer pengetahuan dari satu orang ke orang lain saja,

tapi juga sebagai proses transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala aspeknya.

Dengan kata lain, pendidikan juga ikut berperan dalam membangun peradaban dan membangun

masa depan bangsa.

Pengertian Pendidikan Islam 

Para tokoh pendidikan muslim memiliki pengertian masing-masing tentang pendidikan Islam. Salah

satunya adalah pandangan modern seorang ilmuwan muslim Bangladesh, DR. Muhammad S.A

Ibrahimy, mengungkapkan pengertian pendidikan Islam yang berjangkauan luas, sebagai berikut :

Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a man to lead

his life according to the Islamic ideology, so that he maay easly mould his life in accordancewith

tenets of Islam. And thus peace and prosperety may prevail in his own life as well as in the whole

world. This Islamic scheme of education is, of necessity an all embracing system, for Islam

encompasses the entire gamut of a muslems life. It can justly be said that all brances of learnng

which are not Islamic are included in the Islamic education. The scope of Islamic education has

been changing at different times. In aview of the demands of the age and the development of

science and technologi, its scope has also wideded

Menurutnya, napas keislaman dalam pribadi seorang muslim merupakan elan vitale yang

menggerakan perilaku yang diperkokoh dengan ilmu pengetahuan yang luas. Sehingga ia mampu

memberikan jawaban yang tepat guna terhadap tantangan perkembangan ilmu dan teknologi.

Sedangkan DR. Yusuf Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan

manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya.

Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk

menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Menurut

DR. Mohammad Natsir, maksud ‘didikan’ di sini ialah satu pimpinan jasmani dan ruhani yang

menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan sesungguhnya. 

Selain itu, Prof. DR. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai proses penyiapan

Page 4: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang

diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Oleh

karenanya, proses tersebut berupa bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik

terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain sebagainya) dan raga

objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah

terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. 

Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung implikasi kependidikan yang

bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di dalamnya terkandung suatu potensi yang mengacu

kepada dua fenomena perkembangan , yaitu:

1. Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi

yang berkualitas bijak dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.

2. Potensi perkembangan kehidupan manusia sebagai ‘khalifah’ di muka bumi yang dinamis dan

kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya, baik yang alamiah maupun yang ijtima'iyah

dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.

Dari pendapat-pendapat para tokoh Islam di atas terlihat perbedaan yang mendasar antara

pendidikan pada umumnya dengan pendidikan Islam. Perbedaan yang menonjol adalah bahwa

pendidikan Islam, bukan hanya mementingakan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia,

tetapi juga untuk kebahagiaan di akhirat. Lebih dari itu, pendidikan Islam berusaha membentuk

pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam, sehingga pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak

terlepas dari nilai-nilai agama. Hal ini mendorong perlunya mengetahui tujuan-tujuan pendidikan

Islam secara jelas.

Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan pada tiga bidang

asasi, yaitu :

a. Tujuan-tujuan individual yang berkaitan dengan individu-individu, pelajaran (learning) dengan

kepribadian-kepribadian mereka dan apa yang berkaitan dengan individu-individu tersebut, seperti

perubahan yang diinginkan pada tingkah laku, aktivitas dan pencapainnya, dan pada pertumbuhan

yang diinginkan pada pribadi mereka, serta pada persiapan yang dimestikan kepada mereka pada

kehidupan dunia dan akhirat.

b. Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan keseluruhan tingkah laku

masyarakat umumnya, serta tentang perubahan yang diinginkan terkait dengan kehidupan dan

pertumbuhan memperkaya pengalaman dan kemajuan yang diinginkan.

Page 5: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

c. Tujuan-tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu,

sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai suatu aktifitas di antara aktifitas-aktifitas masyarakat.

Meski demikian tujuan akhir pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup seseorang Muslim.

Pendidikan Islam itu sendiri hanyalah suatu sarana untuk mencapai tujuan hidup Muslim, bukan

tujuan akhir (QS. Al-Dzariat: 56). Tujuan hidup Muslim ini pula yang menjadi tujuan pendidikan di

dunia Islam sepanjang sejarahnya, semenjak jaman Nabi Muhammad saw hingga sekarang. Dan

di dalam World Conference on Muslim Education yang pertama di Mekkah, 31 Maret-8 April 1977

lebih dipertegas lagi dan diberi definisi sebagai berikut:

Education should aim at balanced growth of the total personality of man through the training of

man's spirit, intellect, the rational self, feeling and bodily senses. Education should therefore cater

for the growth of man in all its aspects, spiritual, intelectual, imaginative, physical, scinentific,

linguistic, both individually and collectively and motivate all these aspects toward goodness and

attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim education lies in the realization of complete

submission to Allah on the level of idividual, the community and humanity at large 

Tujuan pendidikan Islam yang ingin dicapai tentunya harus berangkat dari dasar-dasar pokok

pendidikan dalam ajaran Islam, yaitu keutuhan (syumuliah), keterpaduan, kesinambungan,

keaslian, bersifat praktikal, kesetiakawanan dan keterbukaan. Dan yang paling penting adalah

tujuan pendidikan tersebut dapat diterjemahkan secara operasional ke dalam silabus dan mata

pelajaran yang diajarkan di berbagai tingkat pendidikan, rendah, menengah dan perguruan tinggi,

malah juga pada lembaga-lembag pendidikan non formal.

Karakteristik Pendidikan Islam

Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, ada beberapa karakteristik pendidikan Islam, yaitu pertama,

Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi

setiap Muslim dan muslimat. Setiap Rasul yang diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu

pengetahuan, dan mereka diperintahkan untuk mengembangkan llmu pengetahuan itu. Hal ini

sesuai hadits Rasulullah saw ,

??? ????? ????? ??? ?? ???? ??????

Kedua, Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan

dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang yang memiliki

ilmu pengethauan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan kepada orang lain (HR. Ibn al-

Page 6: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

Jauzy) .

???? ????? ????? ?? ??? ??? ????? ?? ????? ?????? ?? ??????

Ketiga, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan ilmu

penetahuan. Ilmu pengetahuan yang didapat dari pendidikan Islam terikat oleh nilai-nilai akhlak .

???? ???? ????? ????? ???????

Keempat, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk pengabdian kepada

Allah dan kemaslahatan umum, seperti pada hadits riwayat Abu al-Hasan Bin Khazem bin Anas ,

?????? ?? ????? ?? ???? ?? ?????? ????? ????? ??? ??????

Kelima, penyesuaian terhadap perkembangan anak. Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan

Islam diberikan kepada anak sesuai umur, kemampuan, perkembangan jiwa, dan bakat anak.

Setiap usaha dan proses pendidikan haruslah memperhatikan faktor pertumbuhan anak. Ali bin Abi

Thalib sebagaimana dikutif Fazhur Rahman berkata :

Heart of people have desires and aptitudes; sometimes they are ready to listen and others time are

not. Enter to people's hearts through their aptitudes. Talk to them when they ready to listen. For the

condition of heart is such that you force to do something, then it becomes blind (and refuses to

accept it).

Keenam, pengembangan kepribadian. Bakat alami dan keampuan pribadi tiap-tiap anak didik

diberikan kesempatan berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Setiap

murid dipandang sebagai amanah Tuhan, dan seluruh kemampuan fisik & mental adalah anugerah

Tuhan. Perkembangan kepribadian itu berkaitan dengan seluruh nilai sistem Islam, sehingga setiap

anak dapat diarahan untuk mencapai tujuan Islam. 

Ketujuh, penekaanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak didik diberi semangat dan

dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga benar-benar bermanfaat bagi diri,

keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Amal shaleh dan tanggung jawab itulah yang

menghantarkannya kelak kepada kebahagiaan di hari kemudian kelak (HR. Muslim).

??? ??? ??????? ????? ???? ??? ?? ???? : ???? ????? ?? ??? ????? ?? ???? ???? ??????

Dengan karakteristik-karakteristik pendidikan tersebut tampak jelas keunggulan pendidikan Islam

dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena, pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan

langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.

Page 7: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

Pengertian Pendidikan Barat 

Seperti yang ditulis sebelumnya bahwa tujuan pendidikan itu tidak bisa lepas dari tujuan hidup

manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara

kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Dengan begitu

tujuan pendidikan harus berpangkal pada tujuan hidup.

Di Barat, pendidikan menjadi ajang pertarungan ideologis dimana apa yang menjadi tujuan

pendidikan – secara tidak langsung merupakan tujuan hidup – berbenturan dengan kepentingan-

kepentingan lain . Di sinilah perbedaan pendapat para filosof Barat dalam menetapkan tujuan

hidup. Orang-orang Sparta salah satu kerajaan Yunani lama dahulu berpendapat bahwa tujuan

hidup adalah untuk berbakti kepada negara, untuk memperkuat negara. Dan pengertian kuat

menurut orang-orang Sparta adalah kekuatan fisik. Oleh sebab itu tujuan pendidikan Sparta adalah

sejajar dengan tujuan hidup mereka, yaitu memperkuat, memperindah dan mempertegus jasmani.

Oleh sebab itu orang-orang yang kuat jasmaninya, bisa berkelahi dengan harimau dan singa

disanjung-sanjung, dianggap pahlawan di masyarakat Sparta.

Sebaliknya orang Athena, juga salah satu kerajaan Yunani lama, berpendapat bahwa tujuan hidup

adalah mencari kebenaran (truth), dan kalau bisa menyirnakan diri pada kebenaran itu. Tetapi

apakah kebenaran itu? Plato lebih dulu mengandaikan bahwa benda, konsep-konsep dan lainnya

bukanlah benda sebenarnya. Dia sekedar bayangan dari benda hakiki yang wujud di alam utopia.

Manusia terdiri dari roh dan jasad. Roh itulah hakikat manusia, maka segala usaha untuk

membersihkan, memelihara, menjaga dan lain-lain roh itu disebut pendidikan.

Madzhab-madzhab pendidikan eropa Barat dan Amerika sesuah Decartes (1596-1650) mengambil

dari kedua madzhab Yunani lama tersebut, dan semua madzhab beranggapan bahwa dunia inilah

tujuan hidup sehingga ada yang mengingkari sama sekali wujud Tuhan dan hari akhir. Ada

madzhab rasionalisme yang berpangkal pada Plato, Aristoteles, Descartes, Kant, dan lainnya; ada

madzhab impirisme yang dipelopori oleh John Locke yang terkenal dengan kerta putih (tabu rasa);

ada madzhab progressivisme yang dipelopori oleh John Dewey yang berpendapat bahwa tujuan

pendidikan adalah lebih banyak pendidikan; ada madzhab yang berasal dari sosiolog, yaitu

sosiologi pengetahuan yang menitik beratkan budaya; selanjutnya ada madzhab fenomenologi

atau eksistensialisme yang beranggapan bahwa pendidikan seharusnya bersifat personal, oleh

sebab itu sekolah tidak ada gunannya dan harus dibubarkan. Hal ini tercermin dalam firman Allah

SWT yang menggambarkan orang-orang Dahriyyun (Naturalist), “Mereka berkata tidak ada hidup

Page 8: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

kecuali hidup kita di dunia ini. Kita mati kita hidup, tidak ada yang membinasakan kita kecuali

masa. Sedangkan mereka dalam hal ini tidak tahu apa-apa. Mereka hanyalah menyangka-

nyangka” (QS.45:23).

Tokoh pendidikan Barat, John Dewey berpendapat tentang tujuan pendidikan berdasarkan pada

pandangan hidup,

"Since there is nothing to which growth is relative save more growth, there is nothing to which

education is subordinate save more education. The education process has no end beyond itself – it

is its own end" 

Madzhab yang dibawa oleh Dewey ini terkenal dengan nama Pragmatisme dalam falsafah,

sedangkan dalam pendidikan disebut Progressivisme yang terlalu menitik beratkan kepada

kegunaan (utilitarian).

Hegemoni peradaban Barat boleh dikata hampir lengkap terutama sekali dalam bidang pendidikan.

Volume penyelidikan dalam berbagai aspek pendidikan sangat mengagumkan. Disamping itu

kemajuan yang telah dicapainya memberi pengaruh pada masyarakat dunia umumnya – hal yang

membanggakan kalangan elit yang memerintah dan masyarakat Barat. Pada abad ke-21 ini,

orientasi tujuan pendidikan Barat mulai beralih pada usaha mencari keuntungan dengan jalan apa

pun, yang bermakna eksploitasi, kekuasaan, pertarungan, teror dan pembunuhan. 

Melalui pendidikan, kaum pemodal (kapitalis) dan pedagang menyebarkan paham rasionalisme

dan liberalisme untuk melawan tatanan feodal (kerajaan) yang ada dan menghalangi

perkembangan kapital untuk mencari keuntungan. Dalam masyarakat kapitalistik dewasa ini, begitu

mudahnya suatu kelas sosial mendapatkan apa saja yang menjadi kebutuhannya dan kehendak

bebasnya (free will), dan hampir dengan cara apa pun.

Paul Johnson, seorang ahli sejarah Inggris mengakui dilema moral yang dihadapi oleh kapitalisme,

namun menurutnya kapitalisme adalah sebuah kekuatan natural bukan ideologi yang dibuat-buat.

Ia berasal dari naluri yang masuk ke dalam sifat manusia dan selalu merubah diri, serta akan

menggantikan sesuatu yang berbeda secara fundamental. Namun, usaha Johnson untuk mencari

solusi terhadap dilema moral dari kapitalisme tidak pernah jauh dari akar warisan peradaban Barat.

Menurutnya, “kita berada pada sistem etika Yahudi-Kristen yang mengharuskan kita memiliki idea-

ide yang subur dalam pertempuran pemikiran di masa datang.

Di tengah-tengah pesta pora kemenangan kapitalisme dan semua subsistemnya, muncul

kesadaran yang mendalam dan jujur tentang kegagalan yang dihadapi Barat, terutama dalam

Page 9: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

bidang fisafat pendidikan dan lembaga pendidikan. Dalam buku The Cultural Contradisional of

Capitalism, Daniel Bell (1976) menulis sebagai berikut,

Dalam budaya, sebagaimana juga dalam politik, liberalisme sekarang ini menghadapi rintangan

berat ... Tatanan sosial yang tidak memiliki ciri, baik budaya yang merupakan pernyataan simbolik

terhadap vitalitas manapun, atau pendorong yang bersifat motivasi atau kekuatan pemersatu. 

Analis Bell tentang penyakit kapitalisme berkisar pada apa yang disebut disjuction of realm, yaitu

ketegangan antara hal-hal yang bersifat ekonomi, budaya dan politik. Tokoh Barat lainnya, Alam

Bloom meringkaskan sistem pendidikan Amerika, yaitu filsafat, asas-asas dan kurikulum dalam

bukunya berjudul Closing of America Mind. Menurutnya, relativisme dan pragmatisme menguasai

pentas budaya dan pendidikan Barat. Seperti dinyatakan oleh Bloom bahwa hampir setiap pelajar

di Barat (AS) percaya kebenaran itu relatif dengan latar belakang para pelajar – Sebagian agamis,

sebagian atheis, sebagian condong ke kiri, yang lain ke kanan, sebagian miskin, sedangkan yang

lain kaya. Mereka hanya bersatu dalam relativisme dan kesetiaan pada persamaan. 

Karakteristik Pendidikan Barat 

Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai

sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas dari

nilai-nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan. Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat

tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya

yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang

memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika

dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang

yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular. 

Masih menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat, pertama,

menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas terhadap

realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan

hidup sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan

tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan . Kelima faktor

ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat sehingga membentuk pola pendidikan

yang ada di Barat.

Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka

Page 10: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan

rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René

Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan rasio sebagai kriteria satu-

satunya dalam mengukur kebenaran. Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel

Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio

dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan

pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan

lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains, sosiologi,

psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya .

Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam dan Barat

Menurut Pervez Hoodbhoy , perbedaan pendidikan Islam dan Barat bukan pada istilah pendidikan

keagamaan tradisional dan pendidikan sekular modern, karena kedua jenis pendidikan tersebut

menyandarkan diri pada dua filsafat pendidikan yang sama sekali berbeda dan mempunyai dua

perangkat tujuan dan metode yang juga berbeda. 

Berikut ini akan ditujukan perbedaan antara versi pendidikan religius tradisional, yang murni dan

karenanya teoritis, dan versi pendidikan modern yang dijadikan pembanding.

Pendidikan Religius Tradisional Pendidikan Sekuler Moder

1 Orientasi keakhiratan 1 Orientasi kesekuleran

2 Berupaya mencapai sosialisasi ke dalam Islam 2 Berupaya mencapai perkembangan individu

3 Kurikulum tidak berubah sejak abad pertengahan 3 Kurikulum merespon perubahan-perubahan

berkenaan dengan bidang studi

4 Pengetahuan berdasarkan pada wahyu dan tidak dipersoalkan 4 Pengetahuan diperoleh melalui

pengalaman dan deduksi

5 Pengetahuan dicari dan diperoleh berdasarkan pada perintah Tuhan 5 Pengetahuan diperlukan

sebagai alat untuk menyelesaikan masalah

6 Mendiskusikan moralitas dan asumsi-asumsi tidak dikehendaki 6 Mendiskusikan moralitas dan

asumsi-asumsi disambut baik

7 Metode dan teknik mengajar pada dasarnya otoriter 7 Metode dan teknik mengajar student-

center

Page 11: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

8 Penghapalan dianggap sangat menentukan 8 Pencerapan konsep-konsep kunci dianggap

menentukan

9 Mental mahasiswa dianggap pasif-reseptif 9 Mental mahasisswa dianggap aktif-produktif

10 Pendidikan secara umum tidak dispesialisasikan 10 Pendidikan dispesialisasikan

Penutup

Penjelasan tentang pendidikan Islam dan Barat di atas memperlihatkan adanya kesenjangan pola

berfikir yang digunakan para ilmuwan mereka sehingga menghasilkan karakter yang berbeda. Jika

sumber dan metodologi ilmu di Barat bergantung sepenuhnya kepada kaedah empiris, rasional dan

cenderung materialistik serta mengabaikan dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui

wahyu dan kitab suci, maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab suci

al-Qur’an yang diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw, serta ijtihad para ulama. Jika

Westernisasi ilmu hanya menghasilkan ilmu-ilmu sekular yang cenderung menjauhkan manusia

dengan agamanya sehingga terjadi kekalutan di dalamnya, maka Islamisasi ilmu justru mampu

membangunkan pemikiran dan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani pribadi muslim

yang akan menambahkan lagi keimanannya kepada Allah SWT. Islam mempunyai sifat eksklusif

sekaligus inklusif. Ketika berhadapan dengan masalah teologi, hakikat sifat-sifatNya, seorang

muslim tidak boleh berkompromi dengan persepsi agama lain, kecuali yang berhubungan dengan

masalah rubbûbiyyah. Sebaliknya ketika membicarakan masalah nilai-nilai moral dan etika, maka

pintu komunikasi, dialog dan kerjasama dapat dibuka seluas-luasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Sayyid al-Hasyimi Bek, Mukhtar al-Hadîts Nabawiyyah, Kairo: Maktabah al-Hijazi,1948.

Al-Sayuthi, Imam Jamaluddin Abdurahman bin Abi Bakr, al-Jamî' al-Shaghr fî al-Hadîts al-Basyir al-

Nâzhir, Kairo: Dâr al-Katib al-‘Arabi, 1967.

Al-Syaibany, Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan

Bintang, 1979.

Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-pokok Pikiran tentang Islam, Jakarta: Usaha Interprise, 1976.

Page 12: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

Arifin, Prof. H.M. M.Ed. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Armas, Adnin, MA, Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Majalah ISLAMIA, Thn. I, No.6, Juli-

September 2005. 

Azra, Prof. Dr. Azyumardi, MA. "Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: PT.

LOGOS Wacana Ilmu, 1999.

Dewantara, Ki Hajar, Masalah Kebudayaan: Kenang-Kenangan Promosi Doctor Honoris Causa,

Yogyakarta, 1967.

Dewey, J., Democracy and Education, London: Mac. Milan, 1916.

Hoodbhoy, Pervez, Islam dan Sains Pertarungan Menegakkan Rasionalitas, Bandung: Penerbit

Pustaka, 1997. 

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)

Khursid, Ahmad, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, terj. M. Hashem Bandung, 1958.

Langggulung, Prof. Dr. Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: al-

Ma'arif, 1980.

______________, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Al-Husana Zikra, 2000.

______________, Manusia dan Pendidikan, suatu analisa Psikologis, falsafat dan pendidikan,

Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004.

______________, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan sains Sosial, Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2002.

Nandika, Dodi, Pendidikan di Tengah Gelombang Perubahan, Jakarta: Pustaka LP3ES, 2007.

Natsir, Drs. M. Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta, Kalam Mulia, 1992.

Natsir, Mohammad, Capita Selecta, Bandung: Granvenhage, 1954.

Qardhawi, Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, (terj. Bustani A. Gani dan

Zainal Abidin Ahmad), Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Rahman, Fazlur, Islam, Ideologi and The Way of Life, Singapore: Pustaka Nasional, 1980.

Rochaety, Eti, Pontjorini, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,

2006.

Sihombing, Umberta, Menuju Pendidikan Bermakna Melalui Pendidikan Berbasis Masyarakat:

Konsep, Strategi dan Pelaksanaan, Jakarta: Multiguna, 2002.

Soyomukti, Nurani, Pendidikan Berperspektif Globalisasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media group, 2008.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Page 13: Perbandingan Karakteristik Pendidikan Islam Dan Barat

Bandung: Fokus Media, 2003.