94
PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN KETUHANAN SAPTA DARMA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Moch. Agus Khoerul Ikhsan NIM: 1112032100031 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2017 M.

PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN

DENGAN KETUHANAN SAPTA DARMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Moch. Agus Khoerul Ikhsan

NIM: 1112032100031

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2017 M.

Page 2: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

i

Page 3: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

ii

Page 4: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

iii

Page 5: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

iv

ABSTRAK

Moch. Agus Khoerul Ikhsan

Perbandingan Konsep Ketuhanan Kristen dengan Ketuhanan Sapta

Darma

Sejak dulu hingga kini keingintahuan manusia tentang Tuhan tidak

pernah berhenti. Tuhan masih merupakan misteri terbesar dalam kehidupan

manusia yang belum pernah terpecahkan, sehingga konsep Ketuhanan

merupakan bagian paling penting dalam setiap agama, termasuk Sapta Darma

dan Kristen yang penulis angkat menjadi skripsi ini.

Sapta darma dipilih karena merupakan salah satu bahasan yang sangat

menarik dan sapta darma juga salah satu dari warisan budaya nenek moyang

bangsa Indonesia yang sangat berharga dan sudah seharusnya kita lestarikan.

Adapun Kristen dipilih sebagai perbandingan karena merupakan salah satu

agama terbesar di dunia dan memiliki konsep ketuhanan yang cukup kompleks.

Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

ketuhanan Kristen dan Sapta Darma. Selain itu, untuk melengkapi penelitian,

penulis juga mengkaji buku-buku perihal materi pendukung lainnya, serta

dilakukan juga wawancara dengan tokoh dan penganut Sapta Darma.

Penulis menggunakan jenis penelitian studi pustaka dengan pendekatan

teologis, serta metode wawancara langsung terhadap objek penelitian, yang

dalam hal ini Sapta Darma, bahkan penulis juga turut serta mengikuti

peribadatan mereka guna memperkaya pengetahuan dasar serta menghayatinya.

Selanjutnya, digunakan analisis data kualitatif komparatif dengan teknik

pelaporan yang bersifat deskriptif.

Setelah melakukan penelitian dan wawancara, akhirnya diketahuilah

bahwa dari masing-masing konsep ketuhanan yang ada pada Sapta Darma, ada

juga di konsep ketuhanan Kristen. Namun, tentu lebih banyak perbedaannya.

Maka, konsep ketuhanan setiap agama tidak bisa digeneralisir. Karena

menyederhanakan (menyamaratakan) padangan mereka berarti menghapuskan

identitas dan keragaman pandangan dari masing-masing agama.

Page 6: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang senantiasa

melimpahkan rahmat serta karunianya dalam segala hal, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Sekripsi ini dengan judul “Perbandingan Konsep Ketuhanan

Kristen dengan Ketuhanan Sapta Darma”. Sholawat serta selam selalu

terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya,

para Sahabatnya, serta kepada umatnya hingga akhir zaman. Amin ya rabbal

alamin.

Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu pada Program Studi Agama-agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat

banyak kesan dan pelajaran dalam setiap proses yang amat panjang dalam

menyelesaikannya. Selesainya skripsi ini bukanlah semata-mata hasil kerja keras

penulis sendiri. Penulis menyadari, skripsi ini tidak akan selesai jika tidak ada

dukungan dari berbagai pihak.

Maka dari itu sudah selayaknya penulis ingin memberikan ucapan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam

setiap proses untuk menyelesaikan skripsi ini. Baik berupa dukungan, bantuan,

serta ucapan semangat yang tiada henti hentinya kepada penulis. Oleh karena itu

setelah rampungnya penulisan skripsi ini, penulis ingin menyebutkan beberapa

nama yang teramat berkesan dihati penulis, yaitu:

1. Dr. Hamid Nasuhi, MA selaku dosen pembimbing yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak pernah bosan

memberikan saran dan motivasi, bimbingan, do’a, dan kepercayaan yang

sangat berarti bagi penulis.

2. Dr. Media Zainul Bahri, MA, dan Dra. Halimah Mahmudy, MA, selaku ketua

dan sekretaris jurusan Setudi Agama-agama, yang telah membantu dan

memberikan masukan serta saran yang bermanfaat bagi penulis.

Page 7: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

vi

3. Prof. Dr. Masri Mansoer, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Segenap jajaran dosen dan guru besar Setudi Agama-agama, Dr. Hamid

Nasuhi, MA, Ismatu Ropi, Ph.D, Dr. Ahmad Ridho, DESA, Pros. Dr. Kautsar

Azhari Noer, Prof. Dr. Ridwan Lubis, MA, Dra. Hermawati, MA, Drs. M.

Nuh Hasan, MA, Dr. Amin Nurdin, MA, Dr. Abdul Muthalib dan Dra. Siti

Nadroh, MA, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi

penulis.

5. Staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Utama Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional, yang telah membantu

menyediakan referensi yang dibutuhkan penulis.

6. Persatuan Warga Sapto Darmo (PERSADA) Kabupaten Pemalang terkhusus

untuk Bapak Rahmat Purwantoro selaku Ketua PERSADA Jawa Tengah, dan

juga kepada Bapak Sarnoto Selaku Ketua PERSADA Kabupaten Pemalang,

serta kepada Saudara Anindita Purwira Nugraha, dan Bapak Susilo, yang

telah memberikan banyak kontribusinya kepada penulis untuk menyelesaikan

tugas akhir.

7. Keluarga Besarku, Ayahanda tercinta Moch Idris Musthofa, Almarhum

Ibunda tercinta Siti Khotimah yang menjadikan pacuan penulis untuk tidak

patah semangat. Kakak-kakaku Siti Muzaroah, Moch. Subhan, Siti Nurhayati,

Siti Adawiyah, Siti Nikmatun Hasanah, Moch. Agus Syukron Musthofa, Siti

Naela Nathofa Nitof, dan Moch. Agus Hamid Musthofa yang selalu

membantu dan memberi dukungan baik doa maupun materi.

8. Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Keluarga besar Hajah

Tsamrotul Fuaddiyah dan Almarhum Bapak H. Solehudin, serta kepada M.

Sultoni, Nur Etikah, Nur Afidah, Nur hikmawati, dan Nur Azizah Selaku

Keluarga Kedua penulis yang selalu memberikan dukungan baik motifasi,

saran dan Doa.

9. Serta tidak terlewatkan ucapan banyak terima kasih kepada kekasih tercinta

Qurotul Aeni yang sudah 8 Tahun menemani penulis dalam suka maupun

Page 8: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

vii

duka. Dan untuk semua Sahabat-sahabatku Ardiansyah, Haris, Eki, Adel,

Heri yang banyak berkontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini, dan

keluarga besar Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang - Jakarta (IMPP-J)

Wildan Dzil Afkar, Nofal Ulinuha, Sinatria Abdul Jabar, Aslakhul Fathi,

Ulya Azmi, dan para senior IMPP-J Zaenun Numan, Agus Syukur, Tamam

Al Khadik, dan Zuhdan Ali yang tiada bosan memberikan semangat dan

menemani hari-hari penulis penuh dengan keceriaan.

10. Teman-teman Setudi Agama-agama angkatan 2012, yang telah memberikan

semngat, kritikan, saran dan motifasi kepada penulis selama menimba ilmu di

Fakultas Ushuluddin.

11. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) Simpati yang telah memberikan

arti pengalaman kerja sama tim di desa kecil Leuweung Kolot Kabupaten

Bogor

Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membacanya, Kritik dan saran akan penulis terima dengan lapang dada.

Jakarta, 2 Mei 2017

Moch. Agus Khoerul Ikhsan

Page 9: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 12

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12

F. Metode Penelitian .................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 14

BAB II: KONSEP KETUHANAN KERISTEN

A. Sejarah Kristen .......................................................................... 15

B. Konsep Ketuhanan Kristen ....................................................... 22

BAB III: KONSEP KETUHANAN SAPTA DARMA

A. Sejarah Sapta Darma ................................................................. 51

B. Ajaran Pokok Sapta Darma ....................................................... 58

C. Konsep Ketuhanan Sapta Darma .............................................. 65

Page 10: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

ix

BAB IV: ANALISIS PERBANDINGAN

A. Analisis Persamaan Konsep Ketuhanan Keristen Dan

Sapta Darma. ............................................................................ 72

B. Analisis Perbedaan Konsep Ketuhanan Keristen Dan

Sapta Darma.. ............................................................................ 79

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 87

B. Saran ........................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 90

Page 11: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam dunia ini ada banyak hal yang dapat kita kenal dan ketahui,

dan hal ini sejalan dengan banyaknya hal yang ingin kita kenal dan ketahui

juga. Ini dibuktikan dengan adanya banyak fakultas dan akademi pada

perguruan tinggi, di mana orang dapat berkecimpung memuaskan hatinya

mengadakan penyelidikan pada bidang yang ia gemari.

Sekarang ini manusia tengah mencurahkan perhatiannya kepada ilmu

pengetahuan modern, dunia dan segala rahasianya. Usaha mengetahui hal-hal

tersebut hanya mungkin dapat dilakukan dengan cara mengerahkan segenap

tenaga dan pikiran. Tanpa itu tidak mungkin kita dapat mendapatkan

pengetahuan-pengetahuan tersebut.1

Begitu pula adanya dengan keinginan manusia untuk mengetahui

Tuhan sebagai bagian dari misteri terbesar dalam kehidupan manusia yang

tidak dan belum terpecahkan dari dulu hingga sampai saat ini. Hampir semua

umat manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam raya ini.

Orang-orang Yunani kuno menganut paham politeisme (keyakinan akan

banyak Tuhan), bintang adalah Tuhan (Dewa), Venus adalah Tuhan (Dewa

Kecantikan), Mars adalah Dewa Peperangan, Minerva adalah Dewa

Kekayaan, sedangkan Tuhan tertinggi adalah Apollo atau Dewa Matahari.2

1Harun Hadiwijono, Firman Hidup: Seri 6 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), h. 12.

2Iwan Taunuzi, Monoteisme Kriten dalam Perdebatan: Mengurai Doktrin Ketuhanan

menurut Jamaat Allah Global Indonesia (JAGI) Semarang (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama,2009), h. 2-3.

Page 12: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

2

Konsep ketuhanan yang penulis anggap paling kompleks dalam

agama-agama besar adalah konsep ketuhanan Kristen. Bagaimana tidak,

sepanjang sejarahnya dalam internal Kristen sendiri terjadi banyak perdebatan

mengenai tuhan yang bahkan sampai saat ini masih belum dianggap selesai

sepenuhnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya aliran-aliran atau sekte-sekte

Kristen yang sangat banyak jika dibandingkan dengan agama lainnya,

misalnya Islam. Dan terutama penulis ketahui bahwa perdebatan mereka

bukanlah dalam masalah yang bersifat cabang, melainkan dalam hal-hal yang

bersifat fundamental, yaitu tuhan. lain halnya dengan Islam yang kebanyakan

perdebatannya hanya di sekitar cabang, bukan fundamental ketuhanan.

Dalam Kristen kita kenal ada yang disebut dengan Trinitas atau

Tritunggal. Ini juga termasuk ajaran gereja Roma Katolik sebagaimana yang

tercantum dalam Kredo Iman Rasuli, yaitu Tritunggal yang terdiri dari Allah

Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus. Ketiga-tiganya adalah pribadi Allah dan

ketiga-tiga pribadi tersebut adalah Allah.3 Semuanya Maha kudus, Maha

sempurna, Maha tahu, Maha kuasa dan kekal. Oleh karena itu ketiga-tiganya

disembah dengan cara yang sama. Sekalipun terdiri dari tiga pribadi, namun

hanya satu Allah, yang masing-masing memiliki suatu pengetahuan Illahi,

satu kehidupan Illahi, sehingga disebut dengan Tritunggal yang Maha kudus.

Untuk dapat mengetahui rahasia ajaran Tritunggal tersebut manusia

memerlukan akal-illahi yang justru tidak dimiliki oleh manusia. Maka,

manusia dapat mengetahui bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi itu adalah

3Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa ketiganya memiliki pribadi masing-masing,

bukan satu pribadi yang sama.

Page 13: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

3

karena Yesus Kristus mewahyukan rahasia tersebut kepada manusia. Umat

Kristen pada umumnya bersyukur kepada Allah Tritunggal karena Allah Bapa

adalah Pencipta segala sesuatu, Allah Putera adalah Sang Penebus dosa

manusia dan Roh Kudus adalah Yang menyucikan manusia.4

Di dalam Alkitab ada beberapa ayat yang mengungkapkan

ketritunggalan itu secara langsung. Kita mendengar perintah Tuhan Yesus

untuk membaptiskan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.

28:19); Rasul Paulus mengucapkan berkatnya sebagai “Kasih karunia Tuhan

Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus” (2 Kor. 13:13),

yang secara lebih luas lagi disebutkan dalam 1 Kor. 12:4-6; Ep.4:4-6; 1 Ptr.

1:1-2; Yud. 20,21.

Secara tidak langsung ada banyak juga ayat di dalam Perjanjian Baru

yang menunjuk kepada ketritunggalan itu. Di dalam berita tentang kelahiran

Tuhan Yesus kita telah mendengar perkataan malaikat, bahwa anak Maria itu

disebut Anak Allah Yang Maha tinggi, serta bahwa Roh Kudus akan turun

atas Maria, serta kuasa Allah Yang Maha tinggi akan menaunginya (Luk.

1:32,35). Pada waktu Tuhan Yesus dibaptis, kita membaca bahwa Roh Allah

turun ke atas-Nya seperti burung merpati, dan bahwa Tuhan Allah berfirman:

“Inilah Anak yang Kukasihi” (Mat. 3:16,17; Mrk. 1:10,11; Luk. 3:22).

Selain daripada itu, Tuhan Yesus sendiri mengaku di hadapan

Sanhedrin bahwa Ia adalah Anak Allah (Mat. 27:43; Mrk. 14:61). Di hadapan

orang Yahudi Ia menyebut Tuhan Allah Bapanya (Yoh. 5:19, 23-26; 10-30),

4Djam’annuri, “Agama Kristen” dalam Mukti Ali (Ed), Agama-agama di Dunia

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988), h. 362.

Page 14: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

4

sedang orang lain menyebut Dia Anak Allah (Mat. 4:3,6 oleh Iblis; Mrk.

3:11; 5:7; oleh Petrus di Mat. 16:16,17). Mengenai Roh Kudus disebutkan

bahwa Allah Yesus akan mengutus Roh-Nya dari pada Bapa (Yoh. 15:26;

14:16,17) dan sebagainya.5

Menurut Origenes (meninggal pada tahun 254 M), Tuhan Allah

menjadi sebab segala sesuatu yang ada. Dengan perantara Logos atau Firman,

Tuhan Allah, yang Roh adanya, berhubungan dengan dunia benda. Logos ini

berdiri sendiri sebagai suatu zat yang memiliki kesadaran illahi dan asas-asas

duniawi. Ia adalah gambaran Allah yang sempurna. sejak kekal ia dilahirkan

dari Allah. Karena kekuasaan kehendak Illahi ia terus menerus dilahirkan dari

Zat Illahi. Ia memiliki tabiat yang sama dengan Allah. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa Ia satu dengan Allah. Akan tetapi, sebagai yang keluar dari

Allah Bapa, ia lebih rendah daripada Allah Bapa. Ia adalah pangkat pertama

dari perpindahan dari “Yang Esa” kepada “Yang Banyak”, atau pangkat

kedua di dalam Zat Allah.

Aktivitas Logos atau Anak ini juga lebih rendah dibanding dengan

aktivitas Bapa. Ia adalah pelaksana kehendak Allah Bapa, yang melaksanakan

intruksi Allah Bapa.

Roh Kudus dianggapnya juga sebagai Zat yang ada pada Allah, yaitu

pangkat ketiga di dalam Zat Allah itu. Roh Kudus ini adanya karena Anak.

Hubungannya dengan Anak sama dengan hubungan Anak dengan Bapa.

Bidang kerja-Nya juga lebih sempit dibanding dengan bidang kerja Anak.

5Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), h. 103.

Page 15: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

5

Bapa adalah asas beradanya segala sesuatu, sedang Roh Kudus adalah asas

penyucian segala sesuatu.

Jadi, ketritunggalan Allah dipandang sebagai berpangkat-pangkat.

Oleh karena itu, ajaran ini disebut Subbordinasianisme. Di sini perdebatan di

antara Bapa, Anak dan Roh Kudus dipertahankan, dan keesaan atau

kesatuannya ditiadakan.6

Di samping itu ada pula ayat yang justru memperkuat paham Allah

Esa: “Inilah hidup yang kekal itu, bahwa mereka mengenal Engkau satu-

satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau

utus.” (Yohanes 17:3).

Ayat di atas adalah bagian dari doa Yesus untuk murid-muridnya

menjelang penyalibannya di Golgota. Dalam doa terakhir itu Yesus hendak

menyimpulkan semua pengajarannya yang telah diberikan kepada murid

selama misinya di dunia. Salah satunya tentang dasar iman Kekristenan yang

mengakui bahwa Tuhan itu Esa, “Engkau satu-satunya Allah “dan “Yesus

Kristus yang Engkau utus.”7

Di sepanjang sejarah Gereja tampaklah pergumulan Gereja yang

masih muda itu untuk merumuskan kepercayaannya mengenai Tuhan Allah.

Di dalam pergumulannya tadi kita menyaksikan bagaimana Gereja di satu

pihak berusaha untuk menghindarkan diri dari hanya mempertahankan

keesaan Allah dengan melepaskan ketritunggalannya. Artinya bahwa orang

sedemikian menekankan kepada ajaran bahwa Allah adalah esa, sehingga

6Harun Hadiwijono, Iman Kristen, h.107.

7Iwan Taunuzi, Monoteisme Kriten dalam Perdebatan: Mengurai Doktrin Ketuhanan

menurut Jamaat Allah Global Indonesia (JAGI) Semarang, h. 52.

Page 16: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

6

sebutan Bapa, Anak dan Roh Kudus seolah-olah hanya dipandang sebagai

sifat-sifat Allah saja. Di lain pihak kita menyaksikan bagaimana Gereja

bergumul untuk menghindarkan diri dari bahaya mempertahankan

ketritunggalan Allah dengan melepaskan keesaannya. Artinya bahwa orang

sedemikian menekankan kepada perbedaan di antara Bapa, Anak dan Roh

Kudus, hingga ketiganya itu seolah-olah berdiri sendiri-sendiri tanpa ada

kesatuan.8

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan hanya milik

agama-agama besar, namun juga merupakan warisan budaya spiritual Bangsa

Indonesia. Kepercayaan ini telah lama dihayati oleh nenek moyang kita dan

menjadi ciri utama dari kebudayaan bangsa jauh sebelum agama-agama yang

ada dan berkembang sekarang ini di Indonesia.

Aliran kebatinan atau kepercayaan masyarkat sudah diakui

keberadaaannya di Indonesia dan dicantumkan dalam GBHN tahun 1978

yang diwadahi dalam sayap kata “Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha

Esa.”9

Tidak dapat disangkal bahwa semenjak proklamasi kemerdekaan

Negera Republik Indonesia, bermunculanlah bermacam-macam aliran

kebatinan. Rahmat Subagyo di dalam bukunya, “Kepercayaan, Kebatinan,

kerohanian, Kejiwaan dan Agama memuat suatu daftar dengan 285 aliran

Kebatinan. Sekalipun disebutkan bahwa di antara aliran-aliran itu ada yang

8Harun Hadiwijono, Iman Kristen, h. 104.

9Abas Sambas, Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2011), h. 1.

Page 17: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

7

terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Biak dan Lombok,

namun sebagian besar dari aliran-aliran itu terdapat di Jawa.10

Kebatinan merupakan hasil pemikiran dari angan-angan manusia yang

menimbulkan suatu aliran kepercayaan bagi penganutnya dengan melakukan

ritual-ritual tertentu. Mereka berusaha untuk mencapai derajat tertinggi,

dimana ketenangan batin dan kesempurnaan hidup akan tercapai. Dalam

kebatinan, manusia adalah ciptaan Tuhan. Jika manusia berusaha dengan

sungguh-sungguh, maka manusia bisa mengadakan kontak dengan Tuhan. Ini

berarti bahwa setiap manusia bisa menerima wahyu. Wahyu dalam kebatinan

itu sendiri pada dasarnya adalah untuk menunjukkan jalan bagaimana

manusia bisa bersatu dengan Tuhan.Sehingga manusia dapat memperoleh

kebahagiaan sejati.11

Oleh karena itu, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa

tuhan merupakan bagian yang paling penting dalam sebuah agama atau

kepercayaan.

Dalam penulisan skripsi ini, di samping memfokuskan

pembahasannya pada ketuhanan Kristen, penulis juga membuat analisis

perbandingan dengan konsep ketuhanan Sapta Darma. Penulis pilih Sapta

Darma, karena penulis anggap paling dapat mewakili ajaran kebatinan.

Sapta Darma adalah salah satu aliran terbesar yang ada di Indonesia

dan aliran termuda, yang didirikan di Pare oleh Hardjosapoero yang mendapat

10

Harun Hadiwijono, Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa (Jakarta: Sinar

Harapan, 1983), h. 102. 11

Abas Sambas, Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2011), h. 1-3.

Page 18: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

8

gelar Panutan Agung Sri Gutama, yang dianugerahkan langsung oleh Hyang

Maha Kuasa.

Nama Sapta Darma diambil dari bahasa Jawa; “Sapto” artinya tujuh

dan “Darmo” artinya kewajiban suci. Jadi, Sapta Darma artinya tujuh

kewajiban suci. Ajaran Sapta Darma diwahyukan kepada pendirinya pada

tanggal 27 Desember 1952 pukul satu malam. Pada waktu itu dengan

sekonyaong-konyong Hardjosapoero digerakkan seluruh tubuhnya dengan

gerak yang sekarang dijadikan pedoman bagi persujudan Sapta Darma sambil

mengucapkan segala kalimat yang sekarang juga dipergunakan pada upacara

persujudan itu.12

Menurut Sri Pawenang S.H., yaitu pemimpin yang sekarang dari

aliran Sapta Darma, segala istilah yang dipergunakan Sapta Darma adalah asli

(original), karena didapatkan dari wahyu, bukan pengambilan dari sumber

lain.

Pada tanggal 27 Desember 1955 Hardjosapoero yang sementara itu

sudah dapat gelar resi Brahmono dijejerkan (ditahbiskan) menjadi Sri

Gutomo dengan disertai adanya hujan lebat semalam suntuk. Pada tanggal 19

Agustus 1956, gelar itu diperluas oleh Illahi dengan sebutan Panutan Agung,

sehingga sebutan lengkapnya adalah Panutan Agung Sri Gutomo. Ada suatu

keajaiban pada waktu jenazah Sri Gutomo dimandikan, matahari dilingkari

oleh pelangi di atas jenazahnya.

12

Rolly Rahman, Konsepsi Sujud Dalam Ajaran Sapta Darma (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2013), h. 4-5.

Page 19: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

9

Intisari ajaran Sapta Darma seperti yang dijelaskan oleh Sri Pawenang

di dalam buku kecil “Wewerah Agama Sapta Darma”13

adalah hendak

menghayu-hayu bahagianya buwana, yang artinya akan membimbing

manusia untuk mencapai suatu kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.14

Dalam Sapta Darma ada cara ibadah wajib satu kali dalam 24 jam

yang dilakukan dengan sujud. Sujud dasar Sapta Darma ini terdiri dari tiga

kali sujud.15

Hasil dari sujud Sapta Darma diantaranya adalah dapat bersatu

dengan Tuhan.16

Manusia dapat bersatu dengan Tuhan karena Manusia

dipandang sebagai suatu kombinasi dari roh dan benda. Roh, yaitu jiwa

manusia, berasal daripada Allah. Roh itu adalah sinar cahaya Allah yang

dipandang sebagai sama dengan hawa murni yang ada di sekitar dan di dalam

manusia, yang memberikan hidup kepada manusia. Roh ini juga disebut Yang

Maha Suci dan Roh Suci, yang dapat berhubungan dengan Allah yang Maha

Kuasa.17

Kita beribadah kepadah Tuhan karena menurut ajaran Sapta Darma

bahwa manusia hidup karena diberi hidup oleh Hyang Maha Kuasa berupa

sinar cahaya Hyang Maha Kuasa yang menjadi getaran-getaran yang meliputi

pribadi manusia. Segala sesuatu yang hidup diberi sinar ini dan tidak

memakai perantara siapa pun. Panuntun Agung Sri Gutama hanyalah sebuah

13

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), h. 28-29. 14

Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan Jawa

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 233. 15

Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan.(Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), h. 75. 16

Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan, h. 77. 17

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 31.

Page 20: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

10

petunjuk jalan saja. Dalam ajaran Sapta Darma diyakini bahwa Tuhan adalah

Zat yang mutlak pangkal segala sesuatu, serta pencipta segala yang ada.18

Tiap makhluk yang hidup diberi hidup oleh Allah. tetapi ada

perbedaan antara manusia dan makhluk lainnya. Manusia diberi hidup yang

sempurna sedemikian rupa hingga manusia memiliki nafsu, budi dan pikiran.

Maka manusia adalah makhluk yang tertinggi dan ia berkewajiban bersujud

kepada Allah Yang Maha Kuasa. Makhluk yang lebih rendah daripada

manusia adalah binatang, yang diberi hidup yang kurang sempurna. Hal ini

berarti bahwa binatang hanya diberi nafsu dan budi. Makhluk yang paling

rendah dari semuanya adalah tumbuh-tumbuhan, karena hanya diberi hidup

yang tidak sempurna.19

Sapta Darma termasuk aliran kebatinan yang sederhana. Oleh

karenanya, maka ajarannya tentang Allah juga singkat sekali. Dalam

pembicaraan tentang Allah, Sri Pawenang berkata: “Tuhan yang juga kami

sebut Yang Maha Kuasa atau Allah atau Sang Hyang Widi ialah Zat mutlak

yang Tritunggal, pangkal segala sesuatu, serta pencipta segala yang terjadi

serta mempunyai 5 sifat keagungan mutlak, ialah: Maha Agung, Maha

Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa (Maha Kuasa) dan Maha Langgeng

(Maha Kekal).”

Di sini disebutkan bahwa Allah adalah Zat yang Mutlak, pangkal

segala sesuatu, serta pencipta segala yang terjadi. Jika kita mengingat akan

sebutan: Zat yang Mutlak, pangkal segala sesuatu, kita mendapat kesan

18

Rolly Rahman, Konsepsi Sujud Dalam Ajaran Sapta Darma, h. 27. 19

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 32.

Page 21: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

11

bahwa Tuhan adalah Yang Mutlak dalam arti falsafah, artinya bahwa Ia

adalah Zat yang bebas dari pada segala hubungan, nisbah serta sebab-sebab.

Tetapi jika mengingat akan tambahan: pencipta segala yang terjadi, kita

mendapat kesan bahwa Tuhan itu berpribadi, artinya jika “Pendipta” itu

diartikan sebagai yang menjadikan segala sesuatu tanpa bahan, bukan

emanasi, pengaliran dari Tuhan.

Tambahan selanjutnya, yang menyebutkan sifat Tuhan sebagai Yang

Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wawesa dan Maha

Langgeng, agaknya menjuruskan pemikiran kita ke arah pandangan tentang

Tuhan seperti yang ada pada orang Islam dan Kristen.

Sifat Tuhan yang Maha Agung diterangkan sebagai sifat Allah yang

melebihi segala makhluk. Tidak ada yang menyemai Tuhan dalam kelurusan

hati-Nya. Maha Rokhim berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam

belas kasih-Nya. Maha Adil berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya

dalam keadilan-Nya. Maha Wawesa dan Langgeng berarti bahwa Tuhan

adalah kekal dalam arti mutlak, tidak ada yang menyamai-Nya (tidak ada

yang setara dengan-Nya).20

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka skripsi ini akan membatasi

permasalahan tentang bagaimana perbandingan konsep ketuhanan Kristen

dengan Sapta Darma?

20

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 28.

Page 22: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

12

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui konsep ketuhanan Kristen dan konsep ketuhanan Sapta

Darma, serta memahami dan membuktikan bahwa memang ada persamaan

antara konsep ketuhanan dalam Sapta Darma dengan Kristen.

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai, diantaranya yaitu manfaat

skripsi ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan pembaca pada

umumnya, khususnya memberikan dan membuka wawasan baru bagi para

pelaku dan peneliti yang berkecimpung baik di bidang agama Kristen, Sapta

Darma, aliran kepercayaan, kebudayaan, dan lain sebagainya. Serta

khususnya lagi untuk menambah kepustakaan Ushuluddin.

Selain itu manfaat lain yang ingin dicapai adalah skripsi ini dapat

dijadikan rujukan bagi masyarakat pada umumnya dan pemerintahan

khususnya, agar dapat lebih menghargai Sapta Darma dan beberapa aliran

kepercayaan lainnya sebagai sebuah agama layaknya Kristen.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa kajian terdahulu yang membahas mengenai topik yang

penulis ambil ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Diantaranya

ada sebuah skripsi yang ditulis oleh dua mahasiswa program studi

Perbandingan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

yaitu Abas Sambas, yang berjudul “Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta

Darma” dan Rolly Rahman, yang berjudul “Konsepsi Sujud dalam Ajaran

Sapta Darma.”

Page 23: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

13

Dari skripsi tersebut, penulis dapat mengambil beberapa hasil dari

penelitian yang mereka lakukan mengenai Sapta Darma dan mengolahnya

kembali, serta lebih memfokuskan pembahasan kepada konsep ketuhanannya

dan membandingkannya dengan kosep ketuhanan Kristen.

F. Metode Penelitian

Dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis diharapkan

dapat menemukan beberapa data informasi dan menuliskannya dengan

menggunakan metode deskriptif dan analitis. Deskriptif digunakan agar

mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai

permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini serta dapat menyusun skripsi

ini dalam bentuk yang sistematis. Sedangkan analitis digunakan agar dapat

memberikan pendapat-pendapat yang argumentatif perihal data-data yang

penulis temukan.

Selain itu, penulis juga menggunakan beberapa metode lainnya, yaitu

studi kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian atas buku-buku

bacaan, diktat-diktat, jurnal, majalah, artikel, surat kabar dan bahan-bahan

informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Dengan

menyatukan metode-metode tersebut, maka akan ditemukan penjelasan yang

membuahkan pencerahan bagi para pembaca, dan dapat memberikan

kesimpulan yang benar.

Page 24: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

14

G. Sistematika Penulisan

Dalam Penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan buku Pedoman

Akademik Program Strata 1 tahun 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Tepatnya pada Bab Pedoman Penulisan Skripsi.

Page 25: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

15

BAB II

KONSEP KETUHANAN KRISTEN

A. Sejarah Kristen

Sesuai dengan petunjuk sejarah, Yesus Kristus adalah pembawa

agama Kristen. Ia lahir kurang lebih pada tahun ke-4 SM, tetapi sebagian ada

yang berpendapat antara tahun 7-5 SM. Yesus Kristus berasal dari Nazaret.

Ketika berumur kurang lebih 27 tahun, ia mulai mengajar di Galilea dan

kemudian meluas di kalangan penduduk Palestina. Ia dipercayai membawa

kabar gembira tentang penebusan dosa di samping memperbuat banyak

mukjizat. Untuk kelanjutan ajaran yang dibawanya ia mengangkat 12 orang

rasul. Satu tahun kemudian ia meninggal dunia di kayu salib pada 7 April 30

M. Ketika ia berusia kurang lebih 30-31 tahun, Yesus telah membentuk gereja

di Yerussalem, yaitu ketika ia menunjuk Petrus, salah seorang muridnya yang

dua belas, sebagai tempat ia mendirikan gereja. Dalam Injil Matius (16-18)

disebutkan: “Dan aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di

atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak

akan menguasainya.” Bahkan, Yesus mengangkat Petrus sebagai kepala

Gereja yang tertinggi, sebagaimana diisyaratkan dalam Injil Yahya (21-17).

Akan tetapi, sebenarnya “kelahiran Gereja” secara resmi diakui berdiri

baru pada hari Pentakosta, yaitu pada hari kelimapuluh setelah kebangkitan

Yesus Kristus dari kuburnya atau pada hari keempat puluh setelah kenaikan

Yesus, yang kemudian duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Pada hari

Page 26: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

16

Pentakosta itu, Roh Kudus diyakini turun kepada para Rasul untuk

memberikan semangat kepada mereka untuk menyampaikan kabar gembira

tentang Yesus Kristus. Sebagaimana yang telah disinggung di atas, Pertuslah

yang menjadi juru bicaranya. Berkat usaha para rasul tersebut, banyak orang

Yahudi yang dipermandikan.

Pada awal mulanya, jemaat Kristen terdiri dari orang-orang Yahudi.

Merekalah yang disebut dengan jemaat Purba atau jemaat Yerussalem, atau

ada pula yang menyebut mereka dengan jemaat Nazaret. Pada tahun 42 M,

Petrus pindah ke Roma dan menjadi paus pertama. Petrus menjabat sebagai

paus selama 25 tahun dan meninggal dunia pada tahun 67 M. Petrus adalah

orang pertama dalam Gereja dan dianggap sebagai pemimpin jemaat induk di

Yerussalem.1

Pada tahun 54-57 M diperkirakan agama Kristen sudah terorganisasi

dengan baik di Roma, di mana Paulus dibawa sebagai tawanan pada tahun 60

M. Paulus adalah seorang rasul yang mempunyai peranan besar dalam

penyiaran agama Kristen. Ia berasal dari Tartus di Sisilia, tetapi juga orang

Yahudi, sebagaimana halnya Petrus. Pada mulanya ia menjadi penentang

agama Kristen. Pada tahun 36 M, ia pergi ke Damaskus untuk mencari orang-

orang Kristen yang hendak ia siksa. Tetapi di depan pintu gerbang kota

tersebut, konon Yesus menampakkan diri kepadanya sehingga ia jatuh

pingsan. Dalam sejarah hidupnya, disebutkan bahwa ia menyiarkan agama

1Mukti Ali (Ed). Agama–agama di Dunia. (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988),

h.342-343.

Page 27: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

17

Kristen karena mendapat wahyu dari Tuhan, sekalipun ia bukan murid Yesus

dan belum pernah berjumpa dengannya.

Paulus menyebarkan Kristen sampai ke Yunani dan Eropa. Ia

membentuk jemaat gereja. Dia menempuh kebijaksanaan yakni pada setiap

daerah yang ada kelompok Kristennya dia mengangkat seorang pemuka

sebagai pemimpinnya, sementara dia sendiri sebagai koordinator atau kuasa

uskup. Ketika berada di Korintus, Paulus mengirim surat ke Roma, dan ada

petunjuk bahwa gereja-gereja di Yerussalem mengadakan kontak yang

intensif dengan gereja Roma.2

Sementara itu, kelahiran Protestan banyak dipengaruhi oleh latar

belakang perkembangan masyarakat Eropa Barat pada abad-abad menjelang

kelahirannya, yaitu abad ke-16. Secara fundamental dan radikal terjadi

pembaharuan masyarakat sesudah zaman pertengahan; dan mulailah zaman

renaisans selama abad 15 sampai abad 16. Pertumbuhan individualisme dan

humanisme merupakan faktor yang sangat penting, karena di satu pihak

menimbulkan pertumbuhan-pertumbuhan kebudayaan bangsa Eropa, akan

tetapi di lain pihak gereja yang mapan terkena akibatnya. Kemerosotan moral

pada lapisan pimpinan mulai dari paus sampai raja-raja. Perpecahan pada

tingkat kepausan terjadi, sebaliknya raja-raja mempunyai pengaruh yang lebih

kuat, sehingga wibawa Paus menjadi merosot di benua Eropa.

Rohaniawan telah kehilangan monopoli mereka dalam kehidupan

masyarakat sehingga kehidupan gereja mendapatkan kritik-kritik yang

2Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h.343-345.

Page 28: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

18

mendasar di tengah-tengah nasyarakat luas. Pada puncaknya, ketika

penyalahgunaan wewenang gereja merajalela tanpa memedulikan tanggung

jawab mereka, yaitu dengan adanya penjualan surat indulgensia. Hal ini

menimbulkan pertentangan, protes dan kejengkelan dari para anggota jemaat

gereja di berbagai negara.

Kondisi demikian dirasakan oleh Martin Luther sebagai titik tolak

untuk memulai pembaharuan gereja. Luther adalah anggota ordo Agustin,

suatu ordo yang sangat ketat dan keras di bawah pimpinan Johan Van

Staupitz. Luther adalah seorang doktor teologia dari Universitas Wittenberg.

Tugasnya sampai tahun 1517 adalah menafsirkan Alkitab meliputi Mazmur,

Surat-surat Paulus kepada Jemaat Roma dan Galatia, dan surat kepada orang-

orang Ibrani. Melalui studinya terhadap Alkitab, ia merasakan

penghayatannya terhadap Tuhan secara baru, sehingga corak keadaan yang

dihadapi dalam kehidupan gereja tidak bisa tidak harus diubahnya.

Luther menjadikan peristiwa penjualan surat-surat penghapusan dosa

(indulgensia) sebagai pokok pembicaraan antara sarjana-sarjana teologi.

Untuk itu ia merumuskan 95 dalil mengenai penghapusan siksa. Pada tahun

1517, dalil-dalil tersebut diperkenalkan dan ditempelkan pada dinding pintu

gereja di Wittenberg. Sejak itu, gereja Roma Katolik menuduh Luther sebagai

penyesat ajaran gereja.3

Dengan berbagai cara dan siasat, gereja Roma Katolik berusaha

memadamkan gerakan dan ajaran Luther. Akan tetapi, ajaran-ajarannya

3Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 383-385.

Page 29: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

19

mendapatkan sambutan di mana-mana, sementara usaha memadamkan dan

menghancurkannya tidak berhasil. Cara dan siasat gereja Roma Katolik

tersebut antara lain berbentuk ancaman pengucilan. Akhirnya, pada tahun

1529, diadakan “Reichstag” (Rapat Negara) di Speyer, yang dihadiri oleh

raja-raja yang terpengaruh oleh ajaran Luther. Sidang tersebut mengambil

keputusan untuk mengapuskan Edicta Warms tahun 1926, dan mengeluarkan

dektrit pelanggaran gerakan reformasi disertai pemberian kebebasan membuat

misa kudus bagi gereja Katolik di daerah gereja Reformasi. Raja-raja yang

pro Luther (Injili) membuat protes keras secara resmi. Dari tindakan protes

itulah, lahir nama agama Protestan. Gerakan mereka juga melahirkan

pembaharuan di Swiss yang dipelopori oleh Ulrich Zwingli, seorang pastor

dari Einsedeln. Gerakan Protestan ini sebagai bagian dari reformasi gereja,

kemudian lebih disempurnakan oleh Calvin di Prancis yang kemudian

mengembangkan ajarannya di Swiss hingga meninggal pada tahun 1564.4

Di Indonesia, agama Kristen juga dimasukkan oleh kolonialisme

Barat. Pengaruhnya masih dapat dilihat, misalnya Portugis yang berpengaruh

kuat dalam perkembangan agama Katolik Romawi, dan Belanda (VOC) yang

berpengaruh terhadap perkembangan agama Kristen Protestan.

Perkembangan agama Kristen Protestan di Indonesia dapat dilihat

dalam dua periode besar, yaitu periode VOC (1595-1799) dan periode

sesudah VOC (1800 hingga sekarang). Pada tahun 1596 Belanda datang ke

Indonesia, dan pada tahun 1602 didirikan VOC. Ambon adalah daerah

4Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 385.

Page 30: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

20

pertama yang diduduki oleh VOC, menyusul kemudian Minahasa dan Sangir.

Daerah-daerah ini adalah bekas jajahan Portugis. Di daerah-daerah baru

tersebut gereja Protestan mengalami kemajuan atas dukungan VOC. Semua

pemeluk Katolik dipaksa untuk memeluk Protestan. Sekalipun demikian,

jumlah pemeluk Protestan pada periode ini masih sedikit karena kebijakan

VOC lebih ditekankan pada kepentingan perdagangan daripada kepentingan

gereja.

Pada tahun 1800 pemerintah Hindia Belanda mengambil alih

kekuasaan VOC seraya tetap melanjutkan kebijaksanaan VOC di bidang

gereja, sehingga gereja menjadi gereja negara. Langkah-langkah yang diambil

pemerintah Hindia Belanda antara lain memelihara jemaat gereja Protestan

Indonesia. Pendeta ditambah terus menerus. DI kota-kota besar diangkat

pendeta-pendeta dari Eropa, dan guru-guru jemaat digaji oleh pemerintah.

Pada abad ke-20, setelah organisasi gereja Protestan mengalami

pembaharuan, yakni berupa dilepaskannya gereja dari negara, maka

terbentuklah gereja-gereja lokal, milsanya gereja Kristen Maluku (1935),

Gereja Kristen Indonesia Barat (1945), dan lainnya. Akibatnya, gereja

menjadi berpuluh-puluh, yang tersebar di seluruh Indonesia. Maka, pada

tahun 1950 didirikan organisasi Dewan Gereja Indonesia (DGI), yang

kemudian pada tahun 1980-an diubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja

Indonesia (PGI).5

5Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 402-403.

Page 31: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

21

Organisasi ini tampaknya merupakan bagian dari upaya gereja se-

Dunia dalam rangka memulihkan kesatuan yang telah dilaksanakan oleh

Dewan Gereja-gereja se-Dunia sejak abad ke-19. Peristiwa pertama untuk

melahirkan kesatuan gereja-gereja (disebut “oikumene”) terjadi dalam

Konferensi Pekabaran Injil se-Dunia di Edinburg (1910). Konferensi ini

merupakan titik tolak yang penting untuk gerekan oikumenis pada masa ini

hingga lahirnya Dewan Gereja-gereja se-Dunia pada tahun 1948. Hingga

dewasa ini, gerakan oikumenis telah mampu menyatukan 200 gereja lebih,

yang meliputi gereja-gereja Protestan dan gereja-gereja Ortodoks Timur,

termasuk juga Gereja Rusia Ortodoks. Gereja Katolik Romawi menolak

gerekan ini, karena baginya “oikumene” adalah semata-mata takhluk pada

Paus di Vatikan, bukan yang lain.

Problema yang dihadapi gereja-gereja di Indonesia antara lain adalah:

1) Tentang keesaan gereja

Di Indonesia banyak sekali organisasi gereja, baik yang besar maupun

yang kecil, yang kaya maupun yang miskin, dengan perbedaan ajaran dan

organisasi, sehingga dirasakan sebagai suatu persoalan yang perlu

diwujudkan dengan keesaan gereja.

2) Banyaknya anggota yang dibaptis tanpa persiapan yang wajar.

3) Hubungan antara agama Kristen dan kebudayaan serta masyarakat

Indonesia yang kurang erat.6

6Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 403.

Page 32: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

22

B. Konsep Ketuhanan Kristen

1. Permasalahan Konsep Trinitas

Ajaran ketuhanan dalam agama Kristen termasuk gereja Roma Katolik

adalah sebagaimana tercantum dalam Kredo Iman Rasuli, yaitu

Trinitas/Tritunggal, yang terdiri dari Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus.

Ketiga-tiganya adalah pribadi Allah dan ketiga-tiganya adalah Allah.

Semuanya mahakudus, Mahasempurna, Mahatahu, Mahakuasa dan kekal.

Oleh karena itu, ketiga-tiganya disembah dengan cara yang sama. Sekalipun

terdiri dari tiga pribadi, namun hanya satu Allah, yang masing-masing

memiliki suatu pengetahuan ilahi, satu kehendak ilahi, satu kehidupan ilahi,

sehingga disebut dengan Tritunggal yang Mahakudus.

Untuk dapat mengetahui rahasia ajaran Tritunggal tersebut, manusia

memerlukan akal-ilahi yang justru tidak dimiliki oleh manusia. Manusia

dapat mengetahui bahwa Allah terdiri dari tiga pribadi karena Yesus Kristus

mewahyukan rahasia tersebut kepada manusia. Umat Kristen pada umumnya

bersyukur kepada Allah Tritunggal karena Allah Putra telah menebus dosa

manusia, dan karena Roh Kudus telah mensucikan manusia.7

Namun, sebagaimana yang telah kita singgung di dalam latar belakang

skripsi ini, bahwa pemahaman konsep ketuhanan dalam Kristen tidak hanya

Trinitas, tetapi ada juga umat Kristiani yang memercayai bahwa Tuhan

mereka adalah satu, bukan tiga.8 Maksudnya ialah, ada beberapa sekte Kristen

yang tidak mempercayai, bahwa Yesus bukan bagian dari trinitas. Di mana,

7Ali (Ed). Agama–agama di Dunia, h. 362.

8Iwan Taunuzi, Monoteisme Kriten dalam Perdebatan: Mengurai Doktrin Ketuhanan

menurut Jamaat Allah Global Indonesia (JAGI) Semarang, h. 52.

Page 33: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

23

Yesus hanyalah seorang Nabi dan Rasul, yang di utus oleh Allah untuk

bangsa Israel. Kodrat Yesus terpisah dari kodrat Allah, hal ini yang

dipercayai oleh Saksi Yehuwa.

Pertama-tama, penting untuk dicatat bahwa ajaran tentang Trinitas

tidak berasal dari sumber-sumber non-Kristen sebagaimana disangkakan

orang pada masa lampau.9 Dalam hal ini masih terjadi perdebatan, antara

Kristen yang pro terhadap trinitas dan Kristen yang kontra terhadap trinitas.

Bagi yang pro, mereka mengklaim bahwa trinitas berdasarkan Alkitab,

sedangkan yang kontra, berpendapat bahwa landasan trinitas tidak ada dalam

Alkitab.

Perhatian utamanya adalah untuk memlihara monoteisme dalam

Kekristenan. Kaum Monarkis berpendapat bahwa masalah itu dapat

diselesaikan dengan memahami keilahian Anak sebagai yang sekedar

dijabarkan, atau dengan melihat dalam Anak hanya sebagai sekedar mode

atau cara penampilan Bapa.

Selain itu, ada juga sistem gnostik yang berkembang di abad ke-2 M,

yang juga mempengaruhi pembentukan ajaran gereja menganai Trinitas.

Adalah benar kalau dikatakan bahwa kaum gnostik10

tidak

memperkembangkan ajaran mereka sendiri mengenai Trinitas. Yang mereka

lakukan adalah mencakupkan Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus di

9Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1963),

h. 46. 10

Gnostik adalah sebuah aliran (agama) yang meyakini gnosis (pengetahuan) sebagai satu-

satunya jalan keselamatan. Untuk memahami ketuhanan, kaum gnostik mempelajarinya sendiri

tanpa bantuan atau perantara rabbi, pendeta, uskup, imam atau pemimpin agama yang lain.

(https://deuteronomi.wordpress.com/tentang-gnostik/)

Page 34: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

24

antara aeon-aeon mereka yang banyak. Menurut sistem gnostik, Kristus

hanyalah mempunyai satu tubuh maya dalam dunia ini, yang Ia tinggalkan

lagi sebelum penyaliban-Nya. Karena itu bukan Kristus, Anak Allah itu yang

mati, tetapi hanya seorang manusia Yesus.

Menjelang akhir abad ke-2 M, suatu penjelasan yang lebih besar

diperkenalkan ke dalam ajaran tentang Allah. Diantara tokoh-tokohnya adalah

sebagai berikut:

a) Irenaeus

Ireneus adalah Uskup Lyons. Dalam pembicaraannya mengenai

Allah ada dua segi dasar yang menonjol. 1) ia berkata-kata tentang

keberadaan Allah yang bersifat batiniah, dan 2) tentang penyingkapan

Allah yang besifat progresif dalam sejarah keselamatan (Heilsgshichte).

Ireneus menekankan begitu kuat tentang keesaan Allah. Anak dan Roh itu

hanya sekedar penampilan-penampilan dari satu Allah. Dengan cara ini

Irenaeus berharap untuk menghindari setiap ungkapan yang bersifat

pluralisits dengan pengacuan terhadap Allah. Irenaeus memiliki pendapat

yang sama dengan kaum apologis dari gereja purba, khususnya Theofilus

dari Antiokhia, ketika ia mengajarkan bahwa Allah sejak dari kekal telah

bersama-sama dengan Firman dan Hikmat-Nya. Inilah yang disebut

hypostasis. Ia melahirkan Firman dan Hikmat-Nya sebelum segala sesuatu

dijadikan. Anak dildahirkan sebelum adanya waktu. Iranaeus menolak

Page 35: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

25

setiap spekulasi yang mencoba untuk menembus misteri mengenai

kelahiran Anak ini.11

b) Tertullianus

Tertullianus hidup di Kartago dan seorang teolog gereja yang

pertama menulis dalam bahasa Latin. Ia mengungkapkan hal serupa

dengan Irenaeus mengenai ajaran tentang Allah.Ia berkata bahwa tiga

pribadi ada dalam satu substansi, namun tetaplah hanya ada satu Allah.

Tetapi bagi sejarah keselamatan, terdapatlah perbedaan yang bersisi tiga

dari kesatuan itu. Dalam suatu pernyataan yang diformulasikan dengan

ketepatan yang akurat Tertullianus berkata bahwa pribadi-pribadi itu

dibedakan bukan dalam kondisi, tetapi dalam derajat; bukan dalam

substansi, tetapi dalam bentuk; bukan dalam kuasa, tetapi dalam aspek.

c) Origenes (w. 254 M)

Ajaran Origenes mengenai Trinitas sama seperti Irenaeus dan

Tertullianus, ia memberikan tekanan besar pada keesaan Allah. Origenes

berpendapat, oleh karena Allah Bapa itu adalah sempurna dalam kebaikan

dan kuasa-Nya, maka Ia mestinya senantiasa telah mempunyai sasaran-

sasaran bagaimana melaksanakan kebaikan dan kuasa. Atas dasar

praanggapan ini Origines mengajarkan ajaran yang meingatkan kita pada

sistem-sistem gnostik tertentu, yaitu bahwa sebelum penciptaan kosmos,

Allah telah lebih dulu menciptakan suatu dunia yang terdiri dari makhluk-

makhluk spiritual yang sedari kekal bersama-sama dengan Dia.

11

Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, h. 51-55.

Page 36: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

26

Dunia sejarah diciptakan Allah hanyalah pada saat dunia

makhlukmakhluk spiritual itu jatuh. Selanjutnya makhluk-makhluk kekal

ini sejak semula telah tunduk kepada Allah Bapa. Dengan demikian,

seorang perantara antara kesatuan mutlak Allah dengan keberagaman

makhluk itu dibutuhkan. Perantara tersebut adalah Anak.12

d) Arius (w. 336 M)

Arius berasal dari Mazhab Lucian Antiokhia. Perhatian utama

Arius adalah pkeunikan dan transendensi Allah. Anak adalah suatu ciptaan

yang sempurna, tetapi Ia bukanlah ciptaan lainnya. Kesatuan Bapa dan

Anak secara substansial tidak lah ada. Bagi Arius, ini merupakan bidat

terburuk. Namun, Allah itu tidaklah senantiasa sebagai Bapa, ada saatnya

Dia sendirian dan belum merupakan Bapa. Terhadap Anak juga tidak

dapat diterapkan kata kekekalan seperti halnya terhadap Bapa. Memang

Anak itu dapat saja dipanggil Allah, namun keillahian-Nya bukanlah

merupakan atribut terhadap keberadaan-Nya. Hal itu hanyalah sesuatu

yang dilimpahkan kepada-Nya oleh anugerah Allah.13

Selain tokoh-tokoh di atas, masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya

yang masing-masing dari mereka memiliki banyak pertentangan pendapat,

sampai akhirnya diadakan Konsili-konsili hampir selama lima dasawarsa.

Bahkan sampai di zaman modern ini pun masih terdapat perbedaan pendapat

dari masing-masing gereja maupun tokoh perseorangan, diantaranya penulis

ambil Harun Hadiwijono.

12

Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, h. 51-55. 13

Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, h. 55-59.

Page 37: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

27

Harun Hadiwijono memiliki penafsiran yang sedikit berbeda terhadap

kata “esa”. Di dalam Perjanjian Baru, kata “esa” atau “satu” tidak

menekankan kepada angka satu secara tematik. Kitab Suci Perjanjian Lama

maupun Perjanjian Baru, senantiasa mementingkan konsekuensi dari

penyembahan kepada satu-satunya yang boleh disebut Allah. Penyembahan

kepada Allah yang satu-satunya itu membawa konsekuensi secaraetis.

Misalnya, kepada pemuda yang kaya, pemuda yang merasa telah memenuhi

segala hukum Allah, Tuhan Yesus berkata: “Masih tinggal satu hal lagi yang

harus kau lakukan, juallah segala yang kau miliki dan bagi-bagikanlah itu

kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Sorga,

kemudian datanglah ke sini dan ikutlah bersama-Ku.”

Yang dimaksud Tuhan Yesus ialah bahwa jika pemuda tersebut

sungguh-sungguh mengasihi Allah, ia harus mengasihi-Nya dengan seluruh

eksistensinya, dengan seluruh miliknya, bahkan jika perlu semua ynga

menjadi miliknya harus dapat dipersembahkan kepada Allah. Tuntunan yang

demikian itu juga dikemukakan Tuhan Yesus kepada Marta, saudara Maria:

“Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak

perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu, Maria telah memilih bagian yang

terbaik, yang tidak akan diambil daripadanya.” (Luk. 10:41-42). Marta masih

memikirkan banyak sekali perkara, tetapi belum juga menyerahkan dirinya,

atau belum menyerahkan seluruh eksistensinya kepada Tuhan. Di sekitar

Kristus dan di sekitar Allah, hanya ada satu hal saja yang perlu, yaitu kasih

Page 38: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

28

yang sedalam-dalamnya, yang dinyatakan dengan seluruh eksistensi atau

seluruh kehidupan manusia.

Di dalam Perjanjian Baru, hal ini semua mendapat arti yang jauh

mendalam lagi. Sebab satu-satunya Allah yang benar-benar Allah itu ternyata

telah memberikan kesempurnaan kasih-Nya di dalam firman dan karya-Nya,

yaitu di dalam mengutus anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus. Maka

konsekuensi etis dari penyembahan kepada Allah yang benar-benar Allah

tadi, bagi hidup bersama ialah, bahwa orang beriman harus sehati dan sejiwa

(Kis. 4:32; Flp. 2:2,3; dll).14

Menurut Kitab Suci, percaya bahwa hanya ada Allah satu memang

baik sekali. Tetapi jika hanya berhenti di situ saja, jauh belum mencukupi.

Pengakuan bahwa Allah adalah satu atau esa membawa konsekuensi. Di Yak.

2:19 disebutkan: “Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik

! Tetapi setan juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Yang penting

ialah menaati perintah Allah, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati,

segenap jiwa dan segenap kekuatan, serta mengasihi sesama seperti

mengasihi diri kita sendiri. Lahir dan batin hidup manusia harus

dipersembahkan kepada Allah dan kepada sesamanya.

Allah yang satu-satunya itu di dalam Kitab Suci memperkenalkan diri-

Nya kepada umat-Nya sebagai Allah yang Mahakuasa, yang Mahakudus,

yang Mahaadil dan sebagainya, tetapi juga memperkenalkan diri-Nya sebagai

Bapa, sebagai Anak dan sebagai Roh Kudus.

14

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 197-198.

Page 39: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

29

Sejak semula, harus kita pegang teguh, bahwa jika kita mengakui

bahwa Allah yang satu-satunya itu memperkenalkan diri-Nya sebagai yang

Mahakuasa, yang Mahakudus, dan yang Mahaadil, umpamanya kita tidak

bermaksud mengakui bahwa ada tiga Allah yang lebih. Demikian juga halnya

dengan pengakuan bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa,

sebagai Anak dan sebagai Roh Kudus. Dengan pengakuan itu, kita tidak

bermaksud mengakui bahwa ada tiga Allah.15

Supaya lebih jelas, kita harus mengingat kembali apa yang telah

diuraikan mengenai kedudukan Allah sebagai Bapa, Kristus sebagai Anak,

dan Roh Kudus. Di sini kita akan merangkumkan apa yang telah

dikemukakan mengenai semuanya itu.

1. Pertama-tama harus dikemukakan bahwa pengertian Bapa, Anak dan Roh

Kudus harus diartikan secara dinamis, artinya bahwa kedudukan sebagai

Bapa, Anak dan Roh Kudus itu diungkapkan di dalam firman dan karya-

karya Allah, dengan Allah membuktikan kepada umat-Nya, bahwa Ia

adalah Sekutu umat-Nya.

2. Allah disebut Bapa Israel, sebab Dialah yang menciptakan Israel, yang

menyebabkan Israel dapat hidup sebagai bangsa (Ul. 32:6; Yes. 64:8),

dan Dialah yang telah memilih Israel untuk menjadi sekutu-Nya, dan

karena Dialah yang telah mengangkat Israel menjadi Anak-Nya. Dengan

nama Bapa itu Allah memperkenalkan kepada Israel bahwa Ia adalah

Penciptanya dan Pemeliharanya.

15

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 198-199.

Page 40: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

30

Di dalam Perjanjian Baru, Allah disebut Bapa orang beriman, dalam

arti yang sama dengan di dalam Perjanjian Lama. Hanya harus ditambahkan

bahwa Allah menjadi Bapa orang beriman itu karena karya penyelamatan

Kristus.16

Dalam Perjanjian Lama, untuk mendapatkan tebusan dosa, mereka

biasa menyembelih hewan yang darahnya di aliri, sedangkan di dalam

Perjanjian Baru, penebusan dosa harus melalui Yesus, karena Yesus sendiri,

lebih dari penebus dosa, yaitu sebagai penyelamat.

Kristus sebagai Penyelamat umat-Nya menyebut Allah juga Bapa.

Akan tetapi kedudukan Allah sebagai Bapa Kristus berbeda sekali dengan

kedudukan Allah sebagai Bapa orang beriman, sebab di antara Allah sebagai

Bapa dan Kristus sebagai Anak Allah ada hubungan yang erat sekali. Di Yoh.

10:30 disebutkan bahwa Kristus dan Bapa adalah satu. Akan tetapi kesatuan

itu diungkapkan di dalam firman dan karya-Nya. Apa yang difirmankan

Kristus diterima-Nya dari Allah sebagai Bapa-Nya (Yoh. 14:24) dan yang

diajarkan oleh Bapa kepada-Nya (Yoh. 8:28). Apa yang dikerjakan Kristus

adalah apa yang dikerjakan Allah sebagai Bapa (Yoh. 5:19; 8:28; 10:32;

17:4).

Demikianlah kebapaan Allah terhadap Kristus, adalah kebapan yang

dibuktikan di dalam firman dan karya-Nya. Kesatuan Allah sebagai Bapa

dengan Kristus sebagai Anak-Nya adalah kesatuan dalam firman dan karya-

Nya.

16

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 199-200.

Page 41: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

31

3. Di dalam Perjanjian Lama, sebutan anak Allah dikenakan kepada Israel

karena Israel adalah sekutu Allah. Oleh karena itu, Israel sebagai anak

Allah atau sebagai sekutu Allah harus menampakkan hidup Ilahi di

dalam hidupnya. Hal itu hanya dapat dilaksanakan jika Israel menaati

segala perintah Allah. Sebagai anak Allah, Israel harus

mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah, Bapanya.

Di dalam Perjanjian Baru, orang beriman diangkat menjadi anak Allah

(Yoh. 3:16) atau Anak Allah sendiri (Rm. 8:3). Seperti yang telah

dikemukakan di atas mengenai Allah sebagai Bapa Kristus, kedudukan

Kristus sebagai Anak erat sekali antara Kristus dan Allah, hubungan yang

begitu erat, sehingga keduanya disebut satu. “Aku dan Bapa adalah satu”

(Yoh. 10:30). Tetapi juga di sini kesatuan itu adalah kesatuan dalam firman

dan karya-Nya17

Jadi, baik kedudukan sebagai Bapa maupun kedudukan

sebagai Anak, keduanya diuangkapkan dalam firman dan karya, keduanya

bersifat dinamis bukan statis.

Jika Kristus disebut Anak Allah yang sejati, hal ini disebabkan karena

Dialah yang dapat menunaikan tugas menjadi Anak Allah, yaitu

mencerminkan hidup Ilahi di dalam hidup-Nya, dengan menaati segala

perintah Allah. Adam gagal, begitu juga dengan Israel. “Makanan-Ku ialah

melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-

Nya.” Demikian pernyataan Tuhan Yesus (Yoh. 4:34). Ketaatan kepada

kehendak Allah sebagai Bapa-Nya itu dilakukan sedemikian rupa hingga Ia

17

Keterangan tentang Allah sebagai Bapa Kristus diantaranya ada di Yoh. 14:24; 8: 28;

5:19; 10:25,32; 17:4).

Page 42: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

32

mati di kayu salib. Di Flp. 2:8 disebutkan bahwa dalam keadaan sebagai

manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan hingga

Ia mati di kayu salib. Sebagai Anak Allah yang sejati, Kristus adalah Sekutu

Allah yang sejati, sebab Dialah yang memenuhi secara sempurna fungsi

“menjadi sekutu Allah.”18

Hal ini dapat dijelaskan lebih mudah dengan perumpamaan sebagai

berikkut:

A membenci B, dan bermaksud membunuhnya. Tetapi A tidak

melaksanakannya secara langsung, ia memperalat C. Akhirnya C lah yang

membunuh B. Maka, C adalah alat pelaksana kehendak A, yang pada

hakikatnya di dalam diri C itu A sendirilah yang membunuh B.

Perumapamaan di atas sekarang kita terapkan pada karya

penyelamatan Allah terhadap umat-Nya. Ia memakai alat Tuhan Yesus. Karya

penyelamatan Kristus itu menampakkan isi Tuhan Allah, yaitu sebagai

penyelamat umat-Nya. Atau dapat dikatakan bahwa di dalam karya

penyelamatan Kristus itu tampak kebapaan Allah terhadap umat-Nya. Itu

sebabnya dalam Yoh. 14:9 Tuhan Yesus dapat berkata: “Barang siapa yang

telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Itulah juga sebabnya Tuhan Yesus

disebut bayang-bayang Allah (Kol. 1:14,15), atau zat Allah yang kelihatan

(Ibr. 1:1) atau gambar Allah. Menjadi gambar Allah menurut Alkitab berarti

terpanggil untuk mencerminkan hidup ilahi di dalam hidupnya. Tugas sebagai

gambar Allah sama dengan tugas menjadi anak Allah, yaitu menceminkan

18

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 197-202.

Page 43: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

33

hidup Bapanya. Hal ini hanya dapat terlaksana jika anak menaati kehendak

Bapanya.

Sebagai Anak Allah, Tuhan Yesus adalah gambar Allah yang di

dalam hidupnya menampakkan hidup ilahi secara sempurna, yaitu bahwa

Tuhan Allah adalah sekutu umat-Nya atau penyelamat umat-Nya. Oleh

karena di dalam karya Tuhan Yesus itu Tuhan Allah sendiri yang datang

berbuat, maka Kristus selain disebut Anak Allah juga disebut Allah, dan

sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa Tuhan Allah adalah Bapa di dalam

karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya, serta mengambil inisiatif atau prakarsa

untuk menyelamatkan umat-Nya, serta memanggil umat-Nya untuk menjadi

sekutu-Nya dengan hidup sebagai anak-anak-Nya.

Tuhan Yesus adalah Anak Allah di dalam karya-Nya untuk

merealisasikan hakikat Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya, yaitu

menyelamatkan umat-Nya. Di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah sendiri

berbuat. Di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah sendiri betindak sebagai

Anak Allah, yaitu menampakkan karya penyelamatan Allah.19

Demikianlah di dalam diri Kristus dipenuhi fungsi Allah sebagai

“Sekutu Allah.” Jelaslah bahwa di dalam diri Kristus itu Allah sendiri datang

untuk menyelamatkan umat-Nya. Di dalam diri Kristus, yang adalah Anak

Allah, Allah berfungsi sebagai Anak yang menyelamatkan.

4. Mengenai Roh Kudus telah ditunjukkan bahwa Roh Kudus adalah nafas

Allah atas hidup Ilahi, yang juga dinyatakan di dalam firman dan karya

19

Harun Hadiwijono, Kebatinan dan Injil (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), h. 147-148.

Page 44: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

34

Allah yang dinamis. Roh inilah daya pencipta Allah yang menampakkan

diri sebagai daya hidup firman yang menciptakan (Mzm. 33:6). Roh ini

jugalah yang menjadikan orang diperbaharui hidupnya. Demikianlah

menurut Perjanjian Lama, Roh Allah adalah Allah sendiri sebagai daya

hidup yang dinamis, yang menciptakan, baik di bidang jasmani maupun

di bidang rohani. Juga di dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus adalah daya

hidup Ilahi yang menghidupkan. Hanya saja, di dalam Perjanjian Baru,

karya Allah yang menghidupkan juga dihubungkan dengan diri Kristus.

Di dalam Kristuslah Allah menjadi Roh yang menghidupkan. Hal ini

tampak dari pembicaraan Tuhan Yesus dengan seorang perempuan

Samaria (Yoh. 4:24).20

Di Yes. 11:2, disebutkan bahwa Roh Tuhan akan ada pada Mesias

sebagai Hamba Tuhan, yaitu roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan

keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan. Demikianlah, di dalam

diri Mesias telah terangkum seluruh umat Allah. Itulah sebabnya karya

Kristus sebagai Anak Allah berlaku bagi umat-Nya, sebab Ia mewakili umat-

Nya di dalam segala karya-Nya.21

Karya Kristus yang dilakukan atas nama Allah Bapa adalah karya

Allah Bapa sendiri di dalam penyelamatan-Nya itu dapat juga dipandang

sebagai pelaksanaan Roh atau kekuatan Ilahi yang dinamis di dalam

menyelamatkan umat-Nya. Dengan demikian, ada hubungan yang erat sekali

antara karya Kristus sebagai Anak Allah atau sebagai pelaksana karya

20

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 202-203. 21

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 202-203.

Page 45: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

35

penyelamatan Allah sebagai Bapa, dengan karya Roh Kudus sebagai

kekuatan Ilahi atau sebagai daya Ilahi. Hubungan itu sedemikian eratnya,

hingga Roh Kudus juga disebut Roh Kristus (1 Ptr. 1:11). Kristus mendatangi

para orang milik-Nya di dalam Roh (Yoh. 14:18; Mat. 28:20). Demikianlah

Kitab Suci menyamakan Roh Kudus dengan Kristus. Di 2 Kor. 3:17

disebutkan bahwa Tuhan (yaitu Kristus yang telah dimuliakan) adalah Roh,

dan di mana ada Roh Allah di situ ada kemerdekaan. Hal ini cocok juga

dengan Mzm. 33:6 di mana Firman Allah diidentikkan dengan Roh-Nya.

Berdasarkan hal itu, maka dapat dikatakan bahwa di dalam Roh Kudus itu

Tuhan Yesus Kristus hadir dan berbuat.

Telah dikemukakan bahwa Anak adalah Allah dalam karya

penyelamatan-Nya, sedangkan Roh Kudus adalah Anak dalam karya-Nya

menjadikan orang beriman menikmati hasil karya penyelamatan Kristus.

Berdasarkan hal ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Allah memperkenalkan diri sebagai Bapa dalam karya penciptaan dan

pemeliharaan-Nya.

2) Allah memperkenalkan diri sebagai Anak dalam karya penyelamatann-

Nya.

3) Allah memperkenalkan diri sebagai Roh Kudus dalam karya-Nya untuk

menjadikan orang beriman menikmati karya penyelamatan-Nya

membebaskan umat-Nya.22

22

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 203-204.

Page 46: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

36

Demikianlah Allah adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam karya-

Nya sebagai Pencipta, Penyelamat dan Pembebas umat-Nya. Dengan karya-

karya-Nya ini Allah yang satu-satunya Allah itu membuktikan diri-Nya

sebagai sekutu umat-Nya.

Allah adalah esa, dalam arti bahwa tiada Allah yang lain kecuali

Tuhan, sebab tiada Allah yang seperti Tuhan, yang karena kasih karunia-Nya

telah sanggup menyelamatkan manusia dari dosa, menyelamatkan anak-Nya

yang memberontak itu, hingga sampai kepada kesempurnaan.23

2. Sifat-sifat Utama Tuhan Allah

a. Tuhan Allah adalah Esa

Sifat Tuhan Allah Yang Mahaesa tidak perlu penulis bahas lagi,

karena dalam pembahasan mengenai trinitas di atas telah dijelaskan secara

panjang lebar.

b. Tuhan Allah adalah Mahatinggi

Di Mzm. 2:4 disebutkan bahwa Tuhan bersemayam di Sorga.

Ungkapan ini pertama-tama menunjukkan bahwa Tuhan Allah

tersembunyi bagi manusia, sebab Sorga disebut “tinggi sekali” atau “jauh

dari bumi” (Ayb. 22:12; Mzm. 103:11). Tuhan disebutka bersemayam di

Sorga menunjukkan pada adanya jarak antara Allah dan manusia, karena

jauhnya, hingga manusia tidak dapat melihat Tuhan.

Tuhan Allah adalah tinggi, bukan karena Ia gaib dalam arti taidak

berjasad (berupa Roh, bukan benda), juga bukan karena tabiat ilahi-Nya

23

Hadiwijono, Inilah Sahadatku, h. 204.

Page 47: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

37

atau ketuhanan-Nya tidak mungkin ditembus oleh akal manusia. Sebab,

jika Israel bersaksi akan ketinggian Allah itu bukan karena ia berspekulasi

tentang Allah, bukan karena Israel berpikir dengan memakai hukum akal,

melainkan karena Israel mengenal Allahnya dari Firman dan karya-Nya.

Kepada Israel senantiasa ditekankan bahwa Allah berbeda dengan

manusia. Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Yang

tersembunyi, karena Tuhan Allah tidak menghendaki Israel terlalu dekat

dengan Tuhan-Nya seperti yang terjadi di antara orang kafir dengan

dewa-dewanya. Jarak di antara Allah dengan manusia harus tetap

dipelihara, karena Tuhan bukanlah manusia. Inilah juga sebabnya di

Horeb, ketika Tuhan Allah memperkenalkan nama-Nya kepada Musa, Ia

menyebut nama-Nya bukan dengan bentuk kata nama benda, melainkan

dengan bentuk kata kerja, “Aku berada dengan berbuat.” Tuhan tidak

menghendaki nama-Nya disalahgunakan oleh Israel seperti halnya dengan

nama dewa-dewa yang dijadikan mantera oleh pengikut-pengikut-Nya.

Tuhan Allah adalah Mahatinggi bukan hanya menunjukkan

perbedaan-Nya dengan manusia, melainkan juga kasih-Nya, sebab Tuhan

Allah jauh lebih tinggi daripada manusia, dan lebih mulia. Di dalam

Mzm. 2 dikatakan bahwa Ia tertawa atau menertawakan segala perbuatan

manusia yang memberontak kepada-Nya, dan mengolok-olok mereka.

“Dia yang bersemayam di Sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka,”

(Mzm. 2:4). Jadi, Tuhan mahatinggi dan Mahamulia berarti bahwa Ia

memiliki segala kekuasaan yang mutlak atas segala kejadian di dunia ini,

Page 48: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

38

bahwa Ia sebagai Raja di Raja bersemayam di atas singgasana-Nya,

dengan nyata-nyata memerintah umat-Nya dan segala makhluk di bumi.24

Hakikat Allah yang Mahatinggi dan Mahamulia itu mengungkapkan

karya-Nya atas dunia ini. Dan karya itu ditujukan untuk keselamatan

umat-Nya. Tuhan menertawakan mereka yang memusuhi umat-Nya.

Maka, nyatalah bahwakemahatinggian-Nya itu dipakai untuk menyatakan

kasih-Nya kepada umat-Nya. Bahkan ini tampak terlihat lebih jelas lagi di

dalam Perjanjian Baru, sebab di dalam Kristus yang Mahatinggi itu sudah

menghampakan Diri-Nya menjadi sama dengan manusia demi

keselamatan manusia (Fil. 2:6-11). Itulah sebabnya ketika Kristus

dilahirkan para malaikat memuji, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang

mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan

kepada-Nya.” (Luk. 2:14)

c. Tuhan Allah adalah Kudus

Menurut Alkitab, Tuhan Allah adalah kudus. Ini bukan hasil

pemikiran (akal ) manusia, melainkan karena pengalaman Israel di dalam

pergaulannya dengan Allah.

Kata kudus berasal dari pokok kata Ibrani, yang berarti

memisahkan. Jika Tuhan Allah disebut kudus, hal ini berarti bahwa Ia

dipisahkan dari segala yang dosa. Oleh karena itu, maka di 1 Sam. 2:2

disebutkan: “Tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang

lain kecuali Engkau.”

24

Harun Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), h.

40-41.

Page 49: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

39

Jadi, kekudusan Tuhan Allah pertama-tama menunjukkan akan

perbedaan-Nya dengan manusia. Tuhan bukan manusia, Ia jauh lebih

tinggi dari manusia, serta terpisah dari manusia yang yang berdosa. Tetapi

kelainan Tuhan yang disebabkan karena kekudusan-Nya itu tampak di

dalam Firman dan karya-Nya, di dalam pergaulan-Nya dengan umat-Nya

di dalam sejarah. Dari segaka Firman dan karya-Nya tampaklah bahwa

Allah tidak dapat bersekutu dengan yang dosa.25

Dari yes. 57:15 kita dapat mengetahui bahwa kekudusan Tuhan

Allah dihubungkan dengan kemahatinggian-Nya, sebab di situ disebutkan

bahwa Tuhan adalah Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia dan Yang

Mahakudus nama-Nya (Bnd. Yes. 6:2).

Meskipun demikian, hakikat Allah yang kudus itu bukan hanya

menunjukkan bahwa Ia terpisah dari manusia yang bedosa, tetapi

kekudusan Tuhan Allah itu justru menjadi jalannya Israel mendapat

keselamatan. Dari Kitab Hosea umpamanya, kita dapat mengetahui

bagaimana Israel pada waktu itu menghinakan kekudusan Tuhannya

dengan menyeret diri ke dalam upacara-upacara kebaktian bangsa kafir

(Hos. 14:1 dbr). Oleh karena itu Israek dihukum oleh Tuhan.26

Akan tetapi Tuhan yang sudah menghukum Israel itu akan

menyembuhkannya lagi dengan alasan: “Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku,

belas kasihan-Ku berbalik serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-

Ku yang menyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali.

25

Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 41. 26

Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 41-42.

Page 50: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

40

Sebab aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-

tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan.” (Hos. 11:8,9).

Ancaman hukuman Allah di sini diganti dengan pernyataan yang

mengharukan akan kasih Tuhan Allah terhadap Israel. Tuhan tidak akan

dapat membinasakan Israel karena kasih-Nya akan bangsa itu. Kasih ini

menahan Tuhan Allah untuk mencurahkan muraka-Nya secara sempurna.

Tidak dapat disangkal bahwa hukuman Tuhan benar-benar mendatangi

Israel, tetapi tidak sampai menghanguskannya. Sebabnya ialah: “Sebab

Aku ini Allah dan bukan manusia.” Ia adalah Yang Kudus di tengah-

tengah Israel. Sebagai Yang Kudus, Tuhan Allah berlainan sekali jika

dibandingkan dengan manusia yang berdosa. Manusia di dalam murkanya

sering tidak mengenal kasihan, sering ia hanya terseret oleh nafsunya saja.

Akan tetapi Tuhan Allah bukan manusia, oleh karena itu Tuhan dapat

berbuat yang berlainan sekali dari perbuatan manusia. Di dalam

kemurkaan-Nya, Ia tidak terseret oleh daya-daya dosa. Di dalam murka-

Nya, Tuhan juga ingat akan kasih-Nya.

Demikianlah hakikat Tuhan Allah yang mengungkapkan

kekudusan-Nya itu menjadi jaminan akan perjanjian-Nya dengan umat-

Nya. Justru karena Tuhan itu kudus Ia akan tetap menjadi Sekutu umat-

Nya, dan akan mencari keselamatan umat-Nya. (Bnd. Yes. 41:14; 43:3;

49:7).

Kasih Tuhan yang diungkapkan di dalam kekudusan-Nya tampak

dengan jelas di dalam hal bahwa Yang Kudus itu didosakan (dijadikan

Page 51: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

41

dosa). Di dalam korban Kristus, kalam yang menjadi manusia, keadilan

dan kebaikan, kekudusan dan belaskasihan Tuhan dijadikan satu.

Pengungkapan yang termulia dari kekudusan Allah ialah b ahwa Tuhan

membenarkan orang durhaka (Rm. 4:5; 1:17; Mzm. 97:11, 12).27

d. Tuhan Allah adalah Kekal

Di Kej. 21:33 disebutkan bahwa di Bersyeba Abraham mamnggil

nama Tuhan Allah Yang Kekal. Menurut Alkitab, ungkapan “kekal”

menunjukkan kepada waktu yang panjang, sejak dahulu hingga sekarang

dan sampai selama-lamanya. Hal ini terlihat jelas dari Ul. 33:27 yang

menyebutkan bahwa sudah dari dahulu (kekal) Allah adalah perlindungan

Israel. Dan juga dari Kej. 9:16 yang menyebutkan bahwa Tuhan allah

akan mengingat janji-Nya yang kekal (tanpa akhir) antara Allah dan

segala makhluk yang hidup yang ada di bumi. Oleh karena itu di Yes.

44:6 disebutkan bahwa Tuhan Allah adalah yang terdahulu dan yang

terkemudian, dan bahwa tiada Allah lain kecuali Tuhan. Di Why. 1:8 juga

disebutkan bahwa Tuhan adalah Alfa dan Omega, yang ada dan yang

sudah ada, dan yang akan datang.

Akan tetapi harus diingat bahwa Tuhan Allah disebut kekal

bukanlah hasil dari pemikiran Israel yang berdaasrkan hukum akal,

melainkan atas dasar pengalaman Israel di dalam pergaulannya dengan

Tuhan Allah. Tuhan Allah kekal tidak berarti bahwa Tuhan Allah sudah

27

Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 42-43.

Page 52: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

42

ada sejak dahulu kala secara statis (tanapa bergerak dan mandeg) seperti

halnya matahari, bulan, bintang, dan sebagainya.

Kehadiran Tuhan yang ada sejak dahulu kala itu adalah kehadiran

yang aktif di daam firman dan karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya.

Kekekalan Allah itu diungkapkan di dalam Firman dan karya-Nya. Hal ini

jelas terlihat dari Ul. 33:27 tadi, yaitu bahwa dahulu kala Allah adalah

pelindung Israel dengan lengan yang kekal. Adapun ungkapan yang

mengatakan bahwa Tuhan Allah sejak dahulu adalah pelindung Israel,

berarti bahwa sejak dahulu kala terus-menerus Ia menjadi tempat

berlindung Israel. Tuhan yang kekal memberi jaminan kepada Israel

bahwa Israel untuk selama-lamanya boleh berlindung pada Tuhan

Allahnya.28

Menurut Yes. 40:28 disebutkan bahwa Tuhan yang kekal berarti

juga bahwa Tuhan tidak pernah menjadi lelah dan lesu. Meskipun sudah

sekian abad lamanya Tuhan melindungi Israel, akan tetapi tiada satu

saatpun Tuhan tidak mampu melanjutkan perlindungan-Nya. Sebagai

Yang kekal, Yang tidak terbatas oleh waktu, Tuhan hidup selama-

lamanya. Tuhan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan waktu atau

zaman. Bagaimana pun keadaannya, Tuhan akan tetap secara terus-

menerus menjadi Sekutu umat-Nya. Tuhan bukanlah Allah yang

kekuasaan-Nya serba terbatas. Ia mengatasi segala zaman. Keadaan boleh

silih berganti, dan Israel boleh sajadipengaruhi oleh keadaan yang

28

Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 43.

Page 53: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

43

berganti-ganti, tetapi keadaan itu tidak akan dapat mengubah sikap Tuhan

Allah, sebab Tuhan Allah adalah kekal. Ia adalah Yang Mahakudus dari

sejak dulu (Hab. 1:12).

Dari sini terlihat jelas bahwa hakikat Allah yang mengungkapkan

kekekalan-Nya berhubungan dengan karya-Nya yang ditujukan kepada

umat-Nya. Kekekalan Allah memisahkan Allah dari umat-Nya, namun

juga menghubungkan Allah dengan manusia di dalam kasih-Nya.

Kekekalan Allah juga jelas berhubungan erat sekali dengan kekudusan,

keestiaan serta kemahakuasaan-Nya.

Hal yang demikian diajarkan juga di dalam Perjanjian Baru. Di sini

jelas bahwa Yang kekal, Yang meliputi segala zaman dan waktu di dalam

Diri Tuhan Yesus Kristus sudah menjadi terikat dengan waktu

(ditakhlukkan dan dibatasi oleh waktu) demi untuk mengungkapkan

kasih-Nya sebagai Sekutu umat-Nya. Berdasarkan hal itu, maka hakikat

Tuhan Allah yang kekal itu juga diungkapkan di dalam Diri Tuhan Yesus

Kristus, sehingga Yesus Kristus oleh Alkitab disebut, “Tiada berubah,

baik kemarin, baik hari ini dan selama-lamanya” (Ibr. 13:8; Ibr. 1:10).29

29

Hadiwijono, Apa dan Siapa Tuhan Allah, h. 43-44.

Page 54: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

51

BAB III

KONSEP KETUHANAN SAPTA DARMA

A. Sejarah Sapta Darma

1. Riwayat Hidup Pendiri Sapta Darma

Hardjosapoero yang bergelar Sri Gautama dilahirkan di Desa Pare

Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 27

Desember 1914. Hardjosapoero merupakan anak pertama dari pasangan

suami istri Soehardjo dan Soelijah. Ia juga mempunyai adik kandung yang

bernama Jatimah. Ayahnya adalah mantan pegawai kantor pos dan telepon,

Kawedaan Pare. Hardjosapoero bekerja sebagai tukang cukur, di samping itu

ia juga memiliki usaha lain di bidang perdagangan.

Hardjosapoero selaku Panutan Agung Sapta Darma, dalam

melaksanakan tugas peruatan dan penyebaran ajaran Sapta Darma,

membangun Sanggar (tempat ibadah) yang diberi nama Sanggar Agung

Ajaran Sapta Darma. Sapuro, nama kecil Hardjosapoero, sejak usia satu

tahun sudah ditinggalkan oleh orang tuanya. Ia hidup dengan Ibunya yang

bernama Soleijah dan diasuh oleh nenek dan kakeknya yang bernama

Kartodinomo.

Pada tahun 1920 Sapuro mulai mengenyam pendidikan dasar dan

lulus pada tahun 1925. Setelah lulus Sekolah Dasar, Sapuro tidak dapat

melanjutkan sekolahnya, karena kakeknya meninggal. Ia berusaha membantu

Page 55: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

52

ibu dan neneknya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-

hari.1

Pada tahun 1939 tepatnya pada usia 25 tahun, Hardjosapoero

melaksanakan pernikahan dengan Nona Sarijem. Setelah menikah, nama

Sapuro diganti menjadi Hardjosapoero, dan dikaruniai tujuh orang anak.

Uuntuk mencukupi kebutuhan keluarganya, Hardjosapoero bekerja sebagai

tukang cukur dan pedagang kecil, jual beli emas berlian. Ia adalah orang yang

suka bekerja keras, sedangkan ibu Sarijem membantu usaha suaminya untuk

mencukupi kebutuhan keluarganya dengan berjualan bunga.

Setelah melalui perjuangan hidup yang cukup berat, akhirnya pada

tanggal 27 Desember 1952, Hardjosapoero menerima wahyu ajaran Sapta

Darma, dan wahyu nama Sri Gautama sebagai Panuntun agung ajaran Sapta

Darma serta wahyu penyebaran ajaran Sapta Darma, maka ia sepenuhnya

melaksanakan tugas dari Allah Hyang Maha Kuasa.

Dengan begitu, ia tidak dapat lagi bekerja sebagai tukang cukur dan

pedagang kecil. Hardjosapoero harus melaksanakan tugas dari Allah Hyang

Maha Kuasa, yaitu untuk menerima wahyu ajaran Sapta Darma secara

lengkap dan menyebarkannya. Oleh karena itu, sejak 27 Desember 1952 ibu

Sarijem berusaha sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sampai

akhir hayatnya.

1Abas Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma. (Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan Agama, 2011). h. 10-11.

Page 56: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

53

Hardjosapoero meninggal dunia pada Rabu pahing, 16 Desember

1964 pukul 12:10 di Pare keidir Jawa Timur. Tugas dan perjuangan beliau

diteruskan oleh Ibu Sri Pawenang.2

2. Masa Turun Wahyu

Di Pandean, Gang Koplakan, Hardjosapoero tinggal. Selama

hidupnya, ia tidak pernah mendalami ajaran agama apapun dan tidak

mempercayai cara-cara perdukunan, ia hanya percaya kepada adanya Hyang

Maha Kuasa yang memberi kehidupan terhadap seluruh umatnya.

Pada hari Kamis pon, 26 Deesmber 1952, Hardjosapoero sepanjang

hari berada di rumahnya dan tidak bekerja seperti biasanya sebagai tukang

cukur, sebab hatinya gelisah, sekalipun tidak ada beban batin maupun pikiran.

Sore harinya, ia menghadiri undangan ke rumah temannya. Meskipun

di tempat tersebut sidah banyak orang berkumpul, tapi kegelisahan batin yang

dialaminya tidak hilang, bahkan semakin terasa. Menjelang pukul 24:00 ia

pamit pulang. Setelah sampai di rumah, ia mengambil tikar yang digelar di

atas dipan untuk dipindahkan ke lantai dengan maksud digunakan untuk

berbaring agar dapat meredakan kegelisahannya. Tepat pukul 01:00 malam,

tiba-tiba badannya dibangnkan dan digerakkan oleh suatu daya berupa

getaran yang kuat yang menempatkan dirinya dalam keadaan duduk

menghadap timur dengan kaki bersila dan kedua tangan bersidakep.3

Meskipun demikian, alam pikirannya masih dalam keadaan sadar,

sehingga ada keinginan untuk melepaskan diri dari gerakan dan getaran

2Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 11-12.

3Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 12-13.

Page 57: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

54

tersebut. Namun, ia tidak mampu. Maka, dia pun pasrah dan bersedia untuk

mati pada saat itu. Kemudian, di luar kontrolnya, ia mengucapkan suatu

kalimat dengan suara keras, yaitu:

Allah Hyang Maha Agung

Allah Hyang Maha Rokhim

Allah Hyang Maha Adil

Dalam keadaan masih bergetar dan bergerak, badannya merasa

bergerak membungkuk dengan sendirinya, sehingga dahinya menyentuh

tanah/tikar, seraya mengucapkan kalimat:

Hyang Maha Suci Sujud Hyang Maha Kuasa

Hyang Maha Suci Sujud Hyang Maha Kuasa

Hyang Maha Suci Sujud Hyang Maha Kuasa

Kemudian duduk dan membungkuk kembali, sehingga dahi

menyentuh tikar dan meneriakkan:

Kesalahan Hyang Maha Suci

Nyuwun Ngapura Hyang Maha Kuawasa

Kesalahane Hyang Maha Suci

Nyuhun Kapura Hyang Maha Kuwasa

Kesalahane Hyang Maha Suci

Nyuwun Ngapura Maha Kwasa4

4Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 13.

Page 58: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

55

3. Berdirinya Ajaran Sapta Darma

Ajaran ini diberi nama Sapta Darma karena mengandung tujuh macam

Wewerah Suci yang merupakan kewajiban bagi penganut ajaran Sapta Darma

yang tidak boleh ditinggalkan. Sapta Darma diartikan sebagai tujuh

kewajiban, atau tujuh amal suci. Kamil Kartapradja mengartikan Sapta Darma

adalah tujuh tuntunan atau pedoman.

Maka, Sapta Darma adalah aliran yang menganut tujuh kewajiban

yang tidak boleh ditinggalkan oleh para penganutnya, karena hal itu

merupakan pokok dari ajaran Sapta Darma. Jika para penganut ajaran Sapta

Darma mengamalkan Wewerah, pasti akan mendapatkan kesempurnaan

pribadi serta kebahagiaan hidup di dunia dan alam langgeng.

Pada saat penerimaan wahyu, nama lengkap ajaran kerohanian atau

aliran kepercayaan Sapta Darma adalah “Agama Sapta Darma.”

Hardjosapoero menjelaskan istilah agama bagi Sapta Darma mempunyai

pengertian yang khusus, yaitu:

A : Asal mula manusia

GA : Gama atau Kama (air suci)

MA : Maya atau sinar Cahaya Allah

Jadi, definisi agama menurut ajaran Sapta Darma adalah “asal mula

manusia dari kama dan maya.”

Akan tetapi, sejak dikeluarkannya PANPRES no. 1/1965 tentang

pencegahan penyalahgunaan dan pedoman agama, nama “Agama Sapta

Page 59: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

56

Darma” disesuaikan menjadi “Kerohanian atau Aliran Kepercayaan Sapta

Darma.”5

Hardjosapoero merupakan tokoh utama yang tidak dapat dipisahkan

dari sejarah kelahiran dan perkembangan aliran Sapta Darma. Walaupun

menurut namanya Sapta Darma adalah nama yang berdiri sendiri dan sama

sekali tidak mengandung unsur-unsur dari nama Hardjosapoero, tapi

Hardjosapoero dapat dikatakan sebagai pendiri aliran Sapta Darma, sebab

aliran Sapta Darma didirikan atas dasar sabda yang diterima atas perantara

Hardjosapoero, dan disaksikan oleh enam penganutnya yang kemudian

bertindak sebagai pengurus Tuntunan Agung Sapta Darma. Adapun

kedudukan Hardjosapoero dalam Sapta Darma adalah sebagai Panuntun

Agung Sri Gutama.

Sebagai suatu organisasi, Sapta Darma didirikan pada tanggal 27

Desember 1952 atas perintah Allah Hyang Maha Kuasa, kemudian

terbentuklah susunan tuntunan agung yang terdiri dari:

1) Panuntun Agung Sri Gutama (Hardjosapoero)

2) Juru bicara Tuntunan Agung (Ibu Sri Pawenang), sekaligus sebagai

Tuntunan Wanita, yang berwenang menyiarkan dan memberikan

keterangan mengenai ajaran Sapta Darma

3) Staf Panuntun Agung Sri Gutama (Soedomo Poerwodihardjo), yang

diharapkan dapat membantu Panuntun Agung maupun juru bicara

Panuntun Agung dalam melaksanakan tugasnya.6

5Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 22-23.

Page 60: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

57

Berikut ini adalah tugas-tugas pokok Tuntunan Agung, yang

bersumber pada fatwa Panuntun Agung Sri Gutama, baik secara tertulis

maupun tidak tertulis:

1) Mampu tidaknya Tuntunan melaksanakan tugasnya adalah tergantung

pada kemauan, keinsyafan dan keikhlasannya.

2) Menjadi tuntunan berarti mengabdi pada warganya, untuk memenuhi dan

mengajar, serta membimbing para warganya untuk berdarma dalam

hidupnya, demi tercapainya cita-cita luhur Satria Utama.

3) Usahakan tugas Tuntunan harus dilaksanakan.

4) Para Tuntunan dapat berdarma sesuai kemampuan dari nafsu, budi dan

pakartinya.

5) Tuntunan harus mengadakan penyelidikan dan penelitian terhadap

pengolahan dan pelaksanaan ajaran kerohanian Sapta Darma.

6) Fatwa yang tertulis adalah yang dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 8

Februari 1964 dalam rangka mengembangkan dan menentukan sujud

penggalian intisari kerohanian Sapta Darma.

Pada saat itu juga Panuntun Agung berpesan kepada para stafnya

sebagai berikut:

1) Bapak Panuntun Agung Sri Gutama telah mengangkat juru bicara, yaitu

Ibu Sri Pawenang yang bertugas menerbitkan sistematika ajaran Sapta

Darma, baik kepada pemerintah maupun masyarakat.

6Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 23-24.

Page 61: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

58

2) Bapak Panuntun Agung telah mensejajarkan staf beliau yang bertugas

mewakili Sri Pawenang untuk menghadap pemerintah apabila

dibutuhkan.

3) Materi sujud penggalian belum selesai, akan diteruskan kemudian hari.

4) Galilah rasa yang meliputi seluruh tubuh (kepribadian yang asli).7

Adapun intisari dan tujuan ajaran Sapta Darma yang tercantum dalam

kitab sucinya penulis uraikan dalam penjelasan di bawah ini.

B. Ajaran Pokok Sapta Darma

1. Sujud

Warga Sapta Darma diwajibkan sujud dalam sehari semalam (24 jam)

sedikitnya sekali. Lebih dari itu lebih baik, dengan pengertian bahwa yang

penting bukan banyaknya ia melakukan sujud, tetapi kesungguhan sujudnya

(Jawa: emating sujud). Bila sujud dilakukan di sanggar (tempat sujud

bersama/umum), dapat dilakukan bersama-sama dengan Tuntunan Sanggar

sewaktu-waktu. Namun, akan lebih baik apabila waktu untuk sujud bersama-

sama tersebut ditentukan.8

2. Racut

Racut berarti memisahkan rasa dengan perasaan (pangrasa: Jawa),

dengan tujuan menyatukan diri dengan Sinar Netral atau Roh Suci bersatu

dengan Sinar Netral. Ini berarti pada waktu racut dapat digunakan

menghadapkan Hyang Maha Suci/Roh Suci manusia ke hadapan Hyang Maha

7Sambas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma, h. 24-25.

8Sejarah Penerimaan Wahyu Wewewrah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama. (Yogyakarta: Sekretariat Tuntunan Agung Kerokhanian Sapta Darma Unit

Penerbitan, 2010), h. 165.

Page 62: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

59

Kuasa. Jadi selagi kita masih hidup di dunia, supaya berusaha dapat

menyaksikan dimana dan bagaimana tempat kita kelak bila kembali ke alam

abadi/langgeng. Dengan demikian, benarlah apa yang tersirat dalam kata-kata

“Manusia harus dapat dan berani mati dalam hidup, supaya dapat

mengetahui/ mengenal rupa dan rasanya,” bahasa aslinya (Jawa) “Wania

mati sajroning urp kareben weruh rupa lan rasane.” Maksudnya, yang

dimatikan adalah alam pikiran/angan-angan atau gagasannya, sedang rasanya

tetap hidup. Maka, ketika racut kita dapat mengetahui roh kita sendiri naik ke

alam abadi (Surga) menghadap Hyang Maha Kuasa. Namun, roh kita juga

tetap dapat mengetahui jasmani yang kita tinggalkan sementara terbaring di

bawah.

3. Simbul Pribadi Manusia, Wewerah Tujuh dan Sesanti

a) Simbul Pribadi Manusia

Simbul berarti gambar atau lambang. Simbul Sapta Darma (simbul

pribadi manusia) menggambarkan asal mula terjadinya, sifat serta pribadi

manusia. Di samping itu juga mengandung petunjuk bagaimana harus

berdarma/ berbuat dan ke mana tujuan hidup manusia.

Page 63: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

60

Keterangan:

a) Bentuk belah ketupat, bersudut empat buah menunjukkan asal mula manusia,

yaitu:

- Sujud di atas dari Sinar Cahaya Allah.

- Sujud di bawah dari sari-sari bumi.

- Sujud kanan dan kiri, dari perantara ayah dan ibu.

b) Tepi belah ketupat berwarna hijau tua, menggambarkan wadag (raga/jasmani)

manusia.

c) Dasar berwarna hijau maya menggambarkan Sinar Caya Allah.9

d) Segitiga sama sisi serta berwarna putih dengan tepi kuning emas

menunjukkan asal tes dumali manusia dari Tri Tunggal, yaitu:

- Sudut atas : Sinar Cahaya Allah (Nur Cahaya)

- Sudut kanan : Air sarinya Bapak (Nur Rasa)

- Sudut kiri : Air sarinya Ibu (Nur Buat)

e) Segitiga sama sisi yang berwarna putih dengan tepi kuning emas tertutup oleh

lingkaran dan berbentuk tiga segi tiga dan sebangun masing-masing memiliki

tiga sudut, sehingga jumlah sudutnya ada sembilan, menunjukkan bahwa

manusia memiliki babahan hawa sanga, yaitu mata (2), hidung (2), telinga

(2), mulut (1), kemaluan (1), dan pelepasan (1).

f) Lingkaran menggambarkan keadaan yang senantiasa berubah-ubah (anyakra

manggilingan). Manusia akan kembali ke asalnya, apabila selama hidup di

9Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama, h. 169-172.

Page 64: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

61

dunia berjalan di jalan Tuhan atau berperilaku luhur. Rohani akan kembali ke

alam langgeng dan jasmani akan kembali ke bumi.

g) Lingkaran warna putih yang berada di tengah tertutup oleh gambar Semar,

menunjukkan lubang ubun-ubun manusia. Jadi sebenarnya pada diri manusia

memiliki lubang yang berjumlah sepuluh, tetapi lubang yang kesepuluh ini

dalam keadaan tertutup, karenanya disebut juga Pundak Sinumpet.

h) Gambar Semar, mengkiaskan budi luhur dan juga Nur Cahaya, maksudnya

warga Sapta Darma supaya berusaha memiliki keluhuran budi seperti Semar.

Meskipun jelek rupanya tetapi luhur budi pekertinya, maka dari itu

diperibahasakan Semar adalah dewa yang menjelma.

i) Tulisan huruf jawa, maksdunya adalah “Nafsu, Budi dan Pakarti”10

b) Wewerah Tujuh

Berisi tujuh kewajiban setiap warga Sapta Darma, yaitu:

1) Setia tuhu kepada adanya Pancasila

2) Dengan jujur dan suci hati, harus setia melaksanakan perundang-undangan

negara

3) Turut serta menyingsingkan lengan baju, menegakkan berdirinya Nusa dan

Bangsanya

4) Menolong kepada siapa saja bila perlu, tanpa mengaharapkan sesuatu

balasan, melainkan berdasarkan rasa cinta dan kasih

5) Berani hidup berdasarkan kepercayaan atas kekuatan diri sendiri

10

Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama, h. 172-174.

Page 65: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

62

6) Sikapnya dalam hidup bermasyarakat, kekeluargaan, harus susila besertas

halusnya budi pakarti, selalu merupakan penunjuk jalan yang mengandung

jasa serta memuaskan

7) Yakin bahwa keadaan dunia itu tiada abadi, melainkan selalu berubah-

ubah (hanyakra manggilingan).11

c) Sesanti (Semboyan)

“Ing ngendi bae marang sapa bae warga Sapta Darma kudu sumunar

pindha baskara.”, artinya: Kepada warga Sapta Darma di mana saja, harus

bersinar laksana surya.

4. Saudara Dua Belas

Menurut ajaran Agama Sapta Darma manusia hidup memiliki Saudara

Dua Belas yang terdapat di dalam tubuhnya. Saudara Dua Belas mempunyai

hubungan dan sesuai pula dengan proses keberadaan manusia itu sendiri,

yaitu sebenarnya umur manusia di dalam kandungan seorang ibu adalah 12

bulan lamanya. Hal ini dapat dibuktikan pada adat tata cara upacara temu

pengantin (perkawinan) di Jawa Tengah. Pada saat akan bertemunya kedua

mempelai, didahului dengan tindakan balang sadak (saling melempar sadak).

Kiasan saling melempar sadak mempunyai pengertian tempuknya sinar

cahaya antara bakal suami istri tersebut, yang lamanya tiga bulan. Sedangkan

orang biasa mengatakan bahwa umur manusia dalam kandungan seorang ibu

selama sembilan bulan.

11

Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama, h. 174-175.

Page 66: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

63

5. Tali Rasa

Manusia hidup memiliki tali rasa hidup. Di beberapa tempat,

simpul-simpul tali rasa tersebut mewujudkan simpul atau sentral rasa

setempat. Di seluruh tubuh manusia ada 20 simpul/sentral tali rasa, dan

ditandai dengan abjad huruf Jawa.

Bila warga Sapta Darma menolong untuk menyembuhkan orang

sakit/ lemah urat sarafnya, seperti lumpuh, mati separuh dan sebagainya,

dilaksanakan sebagai berikut. Setelah ening meluhurkan Tiga Asma allah

(Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha

Adil), kemudian dirasakan pada ujung jari tangan/ penunggul tangan kanan,

setelah terasa ada getaran, maka simpul-simpul tali rasa pada bagian tubuh

yang lumpuh tadi diguyar-guyar (Jawa: diuyeg-uyeg), apabila telah dirasa

cukup lalu diakhiri dengan sabda “Waras!” (sembuh).12

6. Wasiat Tiga Puluh Tiga

1 Sapujagat 18 Kaca Kencana

2 Kucing Putih 19 Kurungan Kencana

3 Jeruk Purut 20 Kidang Kencana

4 Payung Suci 21 Sarine Kencana

5 Kembang Jayakusuma 22 Sarine Geni

6 Singa Barong 23 Sarine Ban yu

7 Mustikaning Manik 24 Sarine Pangan

12

Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama, h. 179-181.

Page 67: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

64

8 Rembulan 25 Bala Srewu

9 Wit Waringin 26 Candhabirawa

10 Jaran Sembrani 27 Patidhur lan Kasur

11 Upase Nagatahun 28 Barisan Ula

12 Mliwis Putih/ Hitam 29 Barisan Banaspati

13 Piring Kencana 30 Barisan Kethek

14 Mangkok Kencana 31 Barisan Uler (Ulat)

15 Cupu Kencana 32 Barisan Setan

16 Topeng Kencana 33 Barisan lan Guling13

17 Tropong Kencana

7. Wejangan Dua Belas

Pada tanggal 12 Juli 1955 setelah para warga Sapta Darma berkumpul

di sanggar/rumah Bapak Hardjosapoero, lalu diadakan sujud bersama dalam

rangka memperingati hari diterimanya Wahyu Simbol Pribadi Manusia,

Wewerah Tujuh dan Sesanti. Dalam sujud bersama yang dilanjutkan dengan

ening Bapak Hardjosapoero mendapat perintah dari Allah Hyang Maha Kuasa

supaya menyampaikan Wejangan Dua Belas sebagai penjelasan bahwa ajaran

budi luhur manusia telah lengkap dan bilamana diajarkan sudah dapat

mencapai Jejering Satria Utama.14

13

Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama, h. 182.

14Sejarah Penerimaan Wahyu Wewerah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun Agung Sri

Gutama Edisi Pertama, h. 182-183.

Page 68: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

65

C. Konsep Ketuhanan Sapta Darma

Sapta Darma termasuk aliran kebatinan yang sederhana, oleh

karenanya, ajaran tentang Tuhan juga sangat singkat. Dalam pembicaraan

tentang Allah, Sri Pawenang berkata:

Tuhan yang juga kami sebut Yang Mahakuasa atau Allah atau Sang

Hyang Widi, ialah Zat mutlak yang Tunggal, pangkal segala sesuatu,

serta pencipta segala yang terjadi. Tuhan mempunyai lima sifat

keagungan mutlak, yaitu: Mahaagung, Maharokhim, Mahaadil,

Mahawawesa (Mahakuasa) dan Mahalanggeng (Mahakekal).

Di sini disebutkan bahwa Allah adalah Zat yang Mutlak, pangkal segala

sesuatu, serta pencipta segala yang terjadi. Jika kita mengingat akan sebutan

Zat yang Mutlak, pangkal segala sesuatu, kita mendapat kesan bahwa Tuhan

adalah Yang Mutlak. Ia adalah Zat yang bebas dari segala hubungan, nisbah

serta sebab-sebab. Tetapi, jika mengingat akan tambahan pencipta segala

yang terjadi, kita mendapat kesan bahwa Tuhan itu berpribadi, yaitu

“pencipta” yang diartikan sebagai yang menjadikan segala sesuatu tanpa

bahan. Tambahan selanjutnya, yang menyebut sifat Tuhan sebagai Yang

Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wawesa dan Maha

Langgeng, menjuruskan pemikiran kita ke arah pandangan tentang Tuhan

seperti pemahaman orang Islam dan Kristen.

Sifat Maha Agung diterangkan sebagai sifat Allah yang melebihi segala

makhluk. Tidak ada yang menyamai Tuhan dalam kelurusan hati-Nya. Maha

Rokhim berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam belas kasih-Nya.

Maha adil berarti bahwa tidak ada yang menyamai-Nya dalam keadilan-Nya.

Maha Wawesa berarti bahwa Tuhan Mahakuasa. Maha Langgeng berarti

Page 69: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

66

bahwa Tuhan adalah kekal dalam arti yang mutlak, tidak ada yang menyamai-

Nya. Kelima sifat Tuhan itu disebut Panca Sila Allah.15

Pancasila Allah adalah sebagai berikut:

Semua warga Sapta Darma harus mengakui kewajiban dari yang di bawah ini:

1. Beriman kepada Allah

a) Allah Maha Agung

b) Allah Maha Rokhim

c) Allah Maha Adil

d) Allah Maha Wawesa

e) Allah Maha Langgeng

Allah yang maha kuasa itu memiliki sifat keluhuran atau sifat

perwujudan, yaitu berbentuk lima perkara di atas. Artinya lima perkara

tersebut adalah hakikat yang tidak bisa diserupai atau menyerupainya.

a. Allah yang maha Agung, artinya tidak ada satu pun yang memiliki sifat

yang sama dengan Allah tersebut. Maka dari itu, manusia harus memiiki

watak berbudi luhur sesama umat seperti apa yang dimiliki sifat oleh Allah

yang maha Agung.

b. Allah yang maha Rokhim, artinya tidak ada yang bisa menyerupai kasih

sayang. Maka dari itu, manusia harus memiliki watak kasih sayang kepada

sesama umat.

c. Allah yang maha Adil, artinya tidak ada yang bisa menyamai keadilan

Allah tersebut. Maka manusia harus memiliki keadilan kepada siapa saja

dan tidak boleh membeda-bedakan sesama umat.

15

Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 24-25.

Page 70: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

67

d. Allah yang maha Wasesa, artinya Allah adalah penguasa alam dan tidak

ada yang menyerupai kekuasaannya. Maka dari itu, kita manusia diberikan

kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

e. Allah yang maha Langgeng, artinya Allah itu memiliki sifat yang abadi

dan tidak ada yang bisa menyamai keabadiannya. Maka dari itu manusia

harus memiliki sifat keabadian rohani dari rohani asal sinar cahaya Allah

dan jasmani asal dari sari-sari bumi. Serta manusia harus belajar supaya

memiliki sifat budi yang luhur.

Keluhuran itu mempertahankan nama. Bila nanti rohani telah

meninggalkan jasmani, keluhuran nama tetap terkenal, namun jasmani yang

asal mulanya dari sari-sari bumi akan kembali ke asalnya semula, yaitu ke

bumi. Dan rohani kembali ke alam abadi atau pusatnya.16

Warga Sapta Darma wajib melakukan sujud sehari semalam paling

sedikit satu kali. Bila ada di sanggar melakukannya secara bersama-sama

dengan tuntunan, namun itu ditentukan dalam waktu yang senggang dan

waktunya ditentukan bersama.

Cara melakukan sujud:

Melakukan duduk menghadap timur dengan kaki bersila. Kalau untuk

perempuan bertumpu kakinya. Untuk seterusnya bisa mengambil posisi yang

enak.

16

Sri Pawenang. Buku Wewerah Kerokhanian Sapta Darma Jilid 1. (Yogyakarta:

Sekretariat Tuntunan Agung Unit Penerbitan Surokarsan, 1968), h. 12.

Page 71: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

68

Keterangan sujud:

1. Sujud pertama mengucapkan Allah maha Agung, Rokhim dan Adil, yang

mengutamakan keluhuran nama Allah. Supaya ingat terhadap sifat

keluhuran yang maha kuasa. Itu pun diucapkan di dalam hati, tidak hanya

sebagai awalan sujud, namun seluruh warga Sapta Darma mengawali hal

penting untuk melakukan sabda dan salah satunya mengimani Allah.

2. Sujud yang kedua mengucapkan yang maha suci sujud kepada yang maha

kuasa, memaknai Roh Suci itu adalah kita sendiri dari asal mula sinar

cahaya Allah yang meliputi seluruh tubuh kita sendiri. Maha kuasa sama

dengan meliputi kesucian yang ada dalam pribadi kita di dalam sujud

kepada yang Maha Kuasa. Yang Maha Kuasa adalah yang menguasai alam

semesta dan isinya termasuk manusia itu sendiri. Jadi, kesimpulannya Roh

Suci kita berserah diri dan kuasanya terhadap yang maha kuasa.

3. Sujud yang ketiga. Kesalahan yang maha suci (kita) meminta ampun

kepada yang maha kuasa, artinya seluruh kesalahan Roh Suci meminta

pengampunan kepada yang Maha kuasa. Setelah Roh Suci sujud, lalu kita

teliti kesalahan-kesalahan (dosa) di setiap harinya. Kemudian pasrah minta

ampunan terhadap yang maha kuasa, segala dosa-dosa atau kesalahan di

masa lampau. Roh suci bertobat kepada yang Maha Kuasa. Setelah

meminta ampun, lalu bertobat, dan berjanji tidak akan mengulangi dosa-

dosa lagi.17

17

Pawenang. Buku Wewerah Kerokhanian Sapta Darma Jilid 1, h. 29-30.

Page 72: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

69

Perlu diketahui bahwa dalam ajaran Sapta Darma manusia adalah suatu

persekutuan antara sinar cahaya Allah dan sari bumi. Di dalam persekutuan

ini, karena manusia makan daging dan sayur-mayur, maka manusia

ditakhlukkan oleh segala nafsunya. Maka dalam ajaran Sapta Darma dikenal

istilah kelepasan. Kelepasan terdiri dari kelepasan roh dari penindasan

nafusnya dan pengembalian roh itu kepada asalnya. Tetapi hal ini tidak

berarti bahwa manusia harus menjauhkan diri dari segala macam makanan.

Kelepasan manusia terdiri dari kelepasan roh atau jiwa dari kekuasaan

hawa nafsunya agar roh bisa bersatu dengan Tuhannya kembali, supaya sinar

cahaya Allah dapat kembali kepada sumbernya, yaitu Allah sendiri. Jalan

kelepasan bukan terdiri dari menghindarkan diri dari segala makan, sebab

tindakan yang demikian menurut Sapta Darma tidak sesuai dengan kodrat

manusia.

Sapta Darma tetap berpendapat bahwa manusia harus makan sesuai

dengan kodratnya. Jika manusia tidak makan, ia akan berbuat sesuatu yang

bertentangan dengan kodratnya. Yang menjadi persoalan ialah apakah orang

mau diperbudak oleh getarannya yang jahat. Membiarkan getarannya yang

jahat adalah sumber segala dosa. Maka menurut ajaran Sapta Darma, agar

manusia dapat menggapai kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat, ia

harus bersujud (berbakti) kepada Allah serta benar-benar menjalankan dan

mengamalkan isi dari Wewerah Pitu (Tujuh Petuah).18

18

Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 32-33.

Page 73: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

70

Jalan kelepasan yang tidak bertentangan dengan kodrat manusia adalah

jalan sujud. Pada pokoknya, sujud terdiri dari membangkitkan air suci atau

minyak tala atau sari hidup (sperma) serta menaikkannya dari tempatnya yang

semula, yaitu di tulang tungging, menuju otak besar melalui sendi-sendi

tulang belakang. Dengan demikian, maka sinar cahaya Allah atau Nur Cahaya

atau Nur Petak atau Hyang Mahasuci, yaitu hawa bersih dapat bersekutu

dengan Allah.

Buah dari sujudi ialah bahwa manusia dilepaskan dari kekuasaan segala

nafsunya dan bahwa manusia mendapatkan suatu kekuatan yang mengatasi

atau melebihi kodrat (supernatural), yaitu atom berjiwa. Kekuatan ini dapat

dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit, untuk berhubungan dengan

roh yang baik maupun yang jahat, serta untuk mengalami mati di dalam hidup

(mati sajroning urip) dengan singkat, karena kelepasan itu manusia mendapat

bagian dari sifat-sifat Allah.

Jika kita meneliti segala keterangan mengenai Allah, kita mendapatkan

kesan bahwa Allah oleh Sapta Darma dipandang sebagai suatu Oknum, sebab

kepada Allah dikenakan sifat Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha

Wawesa dan Maha Langgeng. Oleh karena itu, maka mengherankan sekali

bahwa di dalam ajarannya tentang manusia terdapat keterangan mengenai diri

Allah itu sendiri. Sebab diterangkan bahwa jiwa manusia, yaitu roh, rasa, Nur

Petak, dan sebagainya, sebagai sinar cahaya Allah, adalah hawa murni, yang

ada di sekitar dan di dalam manusia.

Page 74: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

71

Hawa, bagaimana pun bersih dan murinya adalah benda yang dapat

diukur berat dan volumenya, suatu substansi bendani atau yang berjasad.

Sekalipun sinar berbeda dari sumber sinarnya, seperti halnya matahari lain

dari sinarnya, atau api adalah lain dari sinarnya, akan tetapi keduanya tidak

dapat dipisahkan. Jika sinar cahaya Allah adalah hawa, sekalipun murni

bersih, namun tetap hawa, suatu substansi yang jasmaniah, timbullah

pertanyaan, apakah keterangan Sapta Darma yang mengenai jiwa itu tidak

membahayakan ajaran Sapta Darma tentang Allah? Bukankah dengan itu

orang mendapat kesan seolah-olah Allah itu bersifat jasmaniah? Harun

Hadiwijono tidak bermaksud mengatakan bahwa Sapta Darma mengajarkan

demikian, dia hanya menunjukkan bahaya yang dihadapi Sapta Darma

dengan ajarannya tentang cahaya Allah itu.19

19

Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 40-41.

Page 75: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

72

BAB IV

ANALISIS KOMPARASI

A. Analisis Persamaan Konsep Ketuhanan Kristen dan Sapta Darma

1. Konsep Emanasi

Emanasi adalah teori tentang terciptanya alam ini dari pancaran

Tuhan.1 Kata emanasi, berasal dari bahasa Inggris emanation yang berarti

proses munculnya sesuatu dari pemancaran, bahwa yang dipancarkan,

substansinya sama dengan yang memancarkan. Sedangkan dalam filsafat,

emanasi adalah proses terjadinya ujud yang beraneka ragam, baik langsung

atau tidak langsung, bersifat jiwa atau materi, berasal dari ujud yang

menjadi sumber dari segala sesuatu yakni Tuhan, yang menjadi sebab dari

segala yang ada karenanya setiap ujud ini merupakan bagian dari Tuhan.

Emanasi juga berarti: realitas yang keluar dari sumber (Tuhan, seperti

cahaya keluar dari matahari). Dengan beremanasi itu The One tidak

mengalami perubahan, emanasi itu terjadi tidak di dalam ruang dan waktu.

Ruang dan waktu terletak pada tinggkat yang paling bawah dalam proses

emanasi. Ruang dan waktu adalah suatu pengertian tentang dunia benda.

Untuk menjadikan alam, Soul mula-mula menghamparkan sebagian dari

kekekalan-Nya, lalu membungkusnya dengan waktu. Selanjutnya energi-

Nya bekerja terus, menyempurnakan alam semesta ini. Waktu berisi

kehidupan yang bermacam-macam, waktu bergerak terus sehingga

menghasilkan waktu lalu, sekarang, dan akan datang.

1Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum: dari Metologi sampai

Teosofi. (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.460.

Page 76: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

73

Ajaran emanasi juga beranggapan bahwa segala yang lebih tinggi

berkembang kepada yang lebih rendah; dari yang tak berakhir kepada yang

berakhir; secara demikian rupa, di mana pengaliran dari yang tak berakhir

adalah secara bertahap menuju kebenaran yang berakhir.

Sedangkan emanasi menurut Plotinus, yaitu:

Yang satu adalah semuanya, tetapi tidak mengandung di dalamnya satu

pun dari barang yang banyak itu. Dasar daripada yang banyak tidak bisa

yang banyak itu sendiri. Sebaliknya, yang satu itu adalah semuanya berarti

bahwa yang banyak itu adalah padanya. Di dalam yang satu itu yang

banyak itu belum ada, tetapi yang banyak itu akan ada. Sebab di dalamnya

yang banyak itu tidak ada, yang banyak itu datang dari Dia. Oleh karena

Yang satu itu sempurna, tidak mencari apa-apa, tidak memiliki apa-apa,

dan tidak memerlukan apa-apa, maka keluarlah sesuatu dari Dia dan

mengalir menjadi barang-barang yang ada.

Yang demikian tadi dikatakan emanasi dari Dia, datang dari Dia. Oleh

Plotinus dalam filosofi.

Dalam filosofi klasik Yang Asal itu dikemukakan sebagai yang

bekerja atau penggerak pertama. Di situ selalu dihadapkan dua yang

bertentangan seperti yang bekerja dan yang dikerjakan, semangat dan benda,

pencipta dan yang diciptakan. Penggerak yang pertama itu tempatnya di luar

alam yang lahir, sifatnya transedental.

Pengertian ini mengisyaratkan adanya realitas tertinggi yang menjadi

sumber segala sesuatu, yaitu Tuhan, yang kemudian muncul dalam realitas

lain dalam sumber itu dengan jalan melimpah. Dunia manusia merupakan

Page 77: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

74

emanasi dari jiwa sedangkan jiwa itu emanasi dari Roh (Nous), dan roh itu

emanasi yang pertama dari yang satu (To Hen). Dunia bersatu, karena

dirasuki oleh Jiwa Dunia sebagai emanasi dari Jiwa. Dunia dan manusia

dibedakan, akan tetapi pada dasarnya semuanya dire sapi oleh daya dan

sinar sumbernya, yaitu Yang Satu. Bagi masing¬masing yang ada juga sifat-

sifatnya diemanasikan dari intinya.

Pemunculan kemudian dari yang asal ini merupakan tabiat dari yang

asal sebagaimana munculnya panas dari bara api atau munculnya terang dari

sumber cahaya. Yang asal itu menjadi sebab dan dasar dari segala-galanya,

dan yang kemudian muncul dari yang asal itu dengan sendirinya tanpa

bergerak, tanpa dikehendaki, tanpa disetujui.2

Baik Sapta Darma maupun Kristen, keduanya mengajarkan bahwa

Tuhan Allah pada hakikatnya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui

oleh manusia. Selain itu, kedua-duanya mengenal konsep emanasi (pancaran

cahaya Tuhan). Maksudnya adalah bahwa alam ini, khususnya manusia

adalah bagian dari Tuhan.

Perlu diketahui bahwa dalam ajaran Sapta Darma manusia adalah

suatu persekutuan antara sinar cahaya Allah dan sari bumi. Di dalam

persekutuan ini, karena manusia makan daging dan sayur-mayur, maka

manusia ditakhlukkan oleh segala nafsunya. Maka dalam ajaran Sapta

Darma dikenal istilah kelepasan. Kelepasan terdiri dari kelepasan roh dari

penindasan nafusnya dan pengembalian roh itu kepada asalnya. Tetapi hal

ini tidak berarti bahwa manusia harus menjauhkan diri dari segala macam

2 http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-emanasi-pengantar.html. Diakses

pada tanggal 15 Mei 2017, pukul 19:01 WIB.

Page 78: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

75

makanan. Kelepasan manusia terdiri dari kelepasan roh atau jiwa dari

kekuasaan hawa nafsunya agar roh bisa bersatu dengan Tuhannya kembali,

supaya sinar cahaya Allah dapat kembali kepada sumbernya, yaitu Allah

sendiri.3

Disebutkan bahwa segitiga sama sisi serta berwarna putih dengan tepi

kuning emas dalam lambang Sapta Darma menunjukkan asal tes dumali

manusia dari Tri Tunggal, yaitu:

Sudut atas : Sinar Cahaya Allah (Nur Cahaya)

Sudut kanan : Air sarinya Bapak (Nur Rasa)

Sudut kiri : Air sarinya Ibu (Nur Buat)

Kemudian, salah satu sifat tuhan Allah dalam Sapta Darma adalah

maha Langgeng, artinya Allah memiliki sifat yang abadi dan tidak ada yang

bisa menyamai keabadiannya. Maka dari itu manusia harus memiliki sifat

keabadian rohani dari rohani asal sinar cahaya Allah dan jasmani asal dari

sari-sari bumi. Serta manusia harus belajar supaya memiliki sifat budi yang

luhur.

Keluhuran itu mempertahankan nama. Bila nanti rohani telah

meninggalkan jasmani, keluhuran nama tetap terkenal, namun jasmani yang

asal mulanya dari sari-sari bumi akan kembali ke asalnya semula, yaitu ke

bumi. Dan rohani kembali ke alam abadi atau pusatnya.4

Dalam Kristen dikenal doktrin Citra Allah. Citra Allah adalah sebutan

bagi manusia, baik laki-laki dan perempuan yang dipanggil untuk

mewujudkan cinta ilahi. Dalam 2 Kor 4:4 dan Kol 1:15, citra Allah yang

3 Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 32-33.

4Pawenang. Buku Wewerah Kerokhanian Sapta Darma Jilid 1, h. 12.

Page 79: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

76

utama adalah Kristus. Dalam doktrin Kristen, manusia adalah citra Allah

untuk berkuasa atas semua mahluk sebagai wakil yang mewakilkan sang

Pencipta. Tugas dari manusia sebagai citra Allah selain berkuasa, juga

mengusahakan agar seluruh ciptaan memuliakan Allah. Keberadaan

manusia sebagai citra Allah merupakan sebuah anugerah sekaligus tugas

bagi setiap manusia.5

Di dalam ajaran Kristen, citra Allah dibedakan menjadi:

1) Citra Allah yang istimewa atau khusus ialah pengetahuan, kebenaran

dan kesucian.

2) Citra Allah yang umum ialah segala sifat manusia yang membedakan

manusia dari makhluk lainnya.

Ajaran citra Allah dalam doktrin Kristen berkaitan dengan kejatuhan

umat manusia. Sejak kejatuhan manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa,

citra Allah menjadi rusak, namun hal citra itu dikembalikan lagi hanya

melalui keselamatan oleh Yesus Kristus. Beberapa tokoh yang memegang

ajaran ini antara lain Calvin, Bruner, John Baillie, Bavinck, dan Berkouwer.

Teologi citra Allah Calvin dikenal sebagai Imago Dei.6

Teologi Citra Allah ini juga didasari oleh Alkitab: Berfirmanlah

Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia

menurut gambar dan rupa

Kita,

supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara

dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang

merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-

5A. Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004), h. 23.

6https://id.wikipedia.org/wiki/Citra_Allah#cite_note-Ensiklopedi-1. Diakses pada tanggal

21 Februari 2017, pukul 11:03 WIB.

Page 80: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

77

Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan

diciptakan-Nya mereka. (Surat Kejadian 1: 26-27).

Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka

tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan

kehendak untuk melakukan yang benar (Ef 4:24). Mereka hidup dalam

persekutuan pribadi dengan Allah yang meliputi ketaatan moral (Kej 2:16-

17) dan hubungan yang intim. Ketika Adam dan Hawa berdosa, keserupaan

moral dengan Allah ini tercemar (Kej 6:5). Dalam proses penebusan, orang

percaya harus diperbaharui kepada keserupaan moral itu lagi (Ef 4:22-24;

Kol 3:10).7

Yesus adalah karya penyelamatan Allah terhadap umat-Nya. Allah

menjadikan Tuhan Yesus sebagai alat. Karya penyelamatan Kristus itu

menampakkan isi Tuhan Allah, yaitu sebagai penyelamat umat-Nya. Atau

dapat dikatakan bahwa di dalam karya penyelamatan Kristus itu tampak

kebapaan Allah terhadap umat-Nya. Itu sebabnya dalam Yoh. 14:9 Tuhan

Yesus dapat berkata: “Barang siapa yang telah melihat Aku, ia telah melihat

Bapa.” Itulah juga sebabnya Tuhan Yesus disebut bayang-bayang Allah

(Kol. 1:14,15), atau zat Allah yang kelihatan (Ibr. 1:1) atau gambar Allah.

Menjadi gambar Allah menurut Alkitab berarti terpanggil untuk

mencerminkan hidup ilahi di dalam hidupnya. Tugas sebagai gambar Allah

sama dengan tugas menjadi anak Allah, yaitu menceminkan hidup Bapanya.

Hal ini hanya dapat terlaksana jika anak menaati kehendak Bapanya.

7http://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kejadian%201:26-28.Diakses pada tanggal

21 Februari 2017, pukul 11:23 WIB.

Page 81: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

78

Sebagai Anak Allah, Tuhan Yesus adalah gambar Allah yang di

dalam hidupnya menampakkan hidup ilahi secara sempurna, yaitu bahwa

Tuhan Allah adalah sekutu umat-Nya atau penyelamat umat-Nya. Oleh

karena di dalam karya Tuhan Yesus itu Tuhan Allah sendiri yang datang

berbuat, maka Kristus selain disebut Anak Allah juga disebut Allah, dan

sebagainya. Maka, dapat dikatakan bahwa Tuhan Allah adalah Bapa di

dalam karya-Nya sebagai sekutu umat-Nya, serta mengambil inisiatif atau

prakarsa untuk menyelamatkan umat-Nya, serta memanggil umat-Nya untuk

menjadi sekutu-Nya dengan hidup sebagai anak-anak-Nya.

Tuhan Yesus adalah Anak Allah di dalam karya-Nya untuk

merealisasikan hakikat Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya, yaitu

menyelamatkan umat-Nya. Di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah sendiri

berbuat. Di dalam Yesus Kristus itu Tuhan Allah sendiri betindak sebagai

Anak Allah, yaitu menampakkan karya penyelamatan Allah.8

2. Pancasila Allah

Sapta Darma menyebutkan bahwa ada lima sifat utama Allah, yaitu

Mahaagung, MahaRokhim, Mahaadil, Mahawawesa, dan Mahalanggeng.

Meskipun Kristen tidak menyebutkan secara sama persis, namun kelima

sifat tersebut juga diyakini oleh umat Kristiani melekat pada Tuhannya.

3. Penyebutan nama Tuhan Allah

Baik Kristen maupun Sapta Darma, keduanya sama-sama menyebut

Tuhan mereka dengan pengucapan yang sama, yaitu Allah (dengan “a”

Alla(a)h, bukan “o” Alla(o)h). Meskipun penulis telah mengetahui bahwa di

8Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 147-148.

Page 82: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

79

negara-negara yang berbahasa Arab, baik Kristiani maupun Muslim, sama-

sama mengucapkan Alla(o)h. Namun, khusus di Indonesia penulis meyakini

bahwa umat Kristiani mengucapkan Alla(a)h adalah sebagai uapaya untuk

memberikan identitas pembeda antara Tuhan Allahnya dengan Allahnya

umat muslim.

B. Analisis Perbedaaan Konsep Ketuhanan Kristen dan Sapta Darma

a) Konsep Tritunggal

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam Kristen dikenal istilah

Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Meskipun ada banyak persepsi

dalam arti kata tritunggal di golongan Kristen sendiri, namun tetap yang

banyak dipahami oleh masyrakat atau bahkan umat Kristiani sendiri pada

umumnya adalah tiga pribadi berbeda. Untuk penjelasan lengkapnya sudah

dibahas di bab awal. Beda halnya dengan Sapta Darma, ia hanya mengenal

ajaran tentang Tuhan yang tunggal saja tanpa ada tambahan keterangan

tentang tritunggal ataupun dewa-dewa. Sri Pawenang berkata:

Tuhan yang juga kami sebut Yang Mahakuasa atau Allah atau Sang Hyang

Widi, ialah Zat mutlak yang Tunggal, pangkal segala sesuatu, serta

pencipta segala yang terjadi. Tuhan mempunyai lima sifat keagungan

mutlak, yaitu: Mahaagung, Maharokhim, Mahaadil, Mahawawesa

(Mahakuasa) dan Mahalanggeng (Mahakekal). 9

b) Hakikat Tuhan Allah

Baik Sapta Darma maupun Kristen, keduanya mengajarkan bahwa

Tuhan Allah pada hakikatnya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui

9Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 24-25.

Page 83: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

80

oleh manusia. Namun, bagi Sapta Darma, Tuhan Allah lebih dipadandang

sebagai Yang Mutlak dalam arti falsafah. Oleh karena itu Tuhan Allah

hanya mewujudkan suatu cita atau ide saja, yang tidak dapat ditembus oleh

akal manusia.

Meskipun Sapta Darma memberikan sifat-sifat kepada Allah yang

secara positif, yaitu Mahaagung, Maharokhim, Mahaadil, Mahawawesa

dan Mahalanggeng. Akan tetapi justru dari keterangan mengenai sifat-sifat

tersebut kita mendapat kesan bahwa segala sifat positif itu dikenakan

kepada Allah dalam perkembangan-Nya yang lebih rendah atau kepada

pangkat emanasi Allah yang yang lebih rendah seperti halnya dengan para

Brahman dan Apara Brahman di dalam agama Hindu. Oleh karena itu,

Tuhan Allah dalam hakikat-Nya yang sebenarnya tidak dapat dikenal oleh

manusia. Orang tidak dapat mengenal Allah dalam keadaan-Nya Yang

Mutlak itu. Penguraian tentang Tuhan Allah dalam hakikatnya yang tidak

pernah jelas, serta mengandung banyak keterangan yang terdengar saling

bertentangan tanpa mendapatkan pemecahan yang harmonis.

Adapun cara Kristen menguraikan keadaan Tuhan Allah berbeda

sekali dengan cara Sapta Darma. Harus diakui bahwa Injil juga

menekankan bahwa Tuhan Allah tidak dapat dihampiri, dan bahwa tidak

seorang pun pernah melihat Dia, karena manusia memang tidak dapat

melihat Dia (1 Tim. 6:16). Akan tetapi penguraian Allah Kristen tidak

dilakukan secara falsafah, disebabkan para penulis Alkitab bukan

berfalsafah mengenai Tuhan Allah, mereka tidak memakai akalnya untuk

berspekulasi (mengotak-atik) tentang Tuhan Allah, melainkan mereka

Page 84: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

81

bersaksi akan Allahnya. Mereka sudah menjumpai Tuhan Allah di dalam

hidupnya. Mereka sudah bergaul dengan Allahnya, dan atas dasar

pengalamannya itulah mereka menyaksikan Allah.

Itulah sebabnya penguraian para penulis Alkitab mengenai Allah itu

adalah penguraian yang didasarkan atas karya atau perbuatan Allah di

dalam sejarah umat-Nya. Jika mereka bersaksi bahwa Allahnya adalah

Allah yang esa, hal itu tidak diartikan secara matematis, tetapi keesaan itu

didasarkan atas karya Allah yang ditujukan kepada umat-Nya. Di dalam

sejarah sejarah umat-Nya, di dalam pergaulan-Nya dengan umat-Nya,

terbuktilah bahwa Allah Bapa adalah satu-satunya yang benar-benar Allah,

yang lain itu bukanlah Allah. Itulah sebabnya juga bahwa para penulis

Alkitab tidak merasa aneh untuk di satu pihak mengemukakan bahwa

Tuhan Allah adalah esa, dan di lain pihak memperkenalkan Allah sebagai

Bapa, Anak dan Roh Kudus. Sebab pengertian Bapa, Anak dan Roh Kudus

oleh para penulis Alkitab tidak diartikan secara falsafah, tidak diartikan

secara ontologis. Allah diakui sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus

didasarkan kepada karya Allah di dalam sejarah umat-Nya.

Demikianlah, baik keesaan maupun ketritunggalan Allah di dalam

Alkitab berlainan sekali dari yang diajarkan oleh Sapta Darma. Dengan

caranya menguraikan tentang Allah yang demikian itu, para penulis

Alkitab lebih jelas menonjolkan Tuhan Allah sebagai Pribadi yang

berhadapan dengan manusia sebagai pribadi yang lain.10

10

Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 173-175.

Page 85: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

82

c) Allah Menjadi Manusia

Jika kita tinjau secara mendalam, sebenarnya Sapta Darma maupun

Kristen mengajarkan bahwa Allah menjadi manusia. Namun, di dalam diri

Roh Suci (ajaran Sapta Darma), baik Ia dipandang sebagai pletikan Allah

maupun sebagai sinar cahaya Allah, sebenarnya Yang Mutlak menjelma

menjadi manusia. Dalam Kristen dapat dikatakan bahwa Yang Mutlak

menjadi daging. Ia dipenjara di dalam tubuh. Ia tetap Allah adanya, tetapi

karena suasana yang gelap dan sempit di dalam tubuh itu, Yang Mutlak

tidak dapt menikmati hidup. Ia merasa tidak enak karena ada banyak

rintangan dan gangguan yang merintangi serta menggangu pelaksanaan

kecakapannya. Ia tidak dapat bergerak dengan bebas.

Kristen juga mengajarkan tentang Allah yang menjadi manusia,

yaitu di dalam Firman yang menjadi daging atau menjadi manusia (Yoh,

1:4). Ia yang walaupun dalam rupa Allah dan tidak menganggap

kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, telah

mengosongkan diri-Nya sendiri, mengambil rupa seorang hamba, menjadi

sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia itu Ia telah

merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu

salib (Flp. 2:6-8).

Perlu diketahui bahwa alasan Allah menjadi manusia bukan karena

nasib buruk yang menimpa-Nya yang harus diperangi supaya Ia dapat

lepas darinya, tetapi karena Ia hendak melepaskan manusia yang dikuasai

oleh dosa. Ia sendiri tidak memerlukan kelepasan itu. Ia adalah

pengungkapan kasih Allah kepada umat manusia, yang tidak dapat

Page 86: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

83

memenuhi panggilan-Nya untuk memantulkan hidup ilahi. Ia adalah

gambar Allah yang sejati, yang dapat memantulkan hidup ilahi di dalam

hidup-Nya. Di dalam Dia itulah gambar Allah yang rusak pada manusia

dapat diperbaharui.

Oleh karena manusia tidak berdaya untuk melepaskan dirinya dari

kekuasaan dosa, maka Tuhan Allah mengutus Anak-Nya sendiri di dalam

daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa (Rm.

8:3). Di dalam daging ituah Kristus memantulkan hidup ilahi dengan cara

yang sempurna. Artinya, Ia hidup di dalam suasana kudus, benar dan

kasih, serta menaati kehendak Allah. Dengan menjadi daging itu, Ia

merendahkan diri-Nya agar Ia mewakili kita di dalam pengadilan Allah.

Dengan cara demikian itulah Ia memperbaharui manusia sehingga manusia

menjadi serupa dan segambar dengan Allah, yaitu hidup di dalam

kebenaran dan kekudusan.

Dengan demikian, teranglah bahwa hal Firman yang menjadi

daging atau menjadi manusia jika ditinjau lebih dalam itu berlainan

dengan ajaran Sapta Darma perihal cahaya Allah. Anak Allah dalam hidup

sebagai manusia justru hidup di dalam ketaatan kepada kehendak Allah

untuk mengalahkan dosa. Tetapi di dalam Sapta Darma Allah justru

dikuasai oleh dosa di dalam keadaan-Nya sebagai manusia.

Menurut Kristen, Anak Allah di dalam keadaan manusia itu

mengungkapkan kasih Allah kepada manusia, yaitu dengan memasuki

kesengsaraan-Nya, tetapi Sapta Darma mengajarkan bahwa Roh Suci

karena terpenjara di dalam tubuh. Akhirnya, menurut Kristen, Anak Allah

Page 87: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

84

di dalam keadaan manusia itu mati bagi dosa, sekali untuk selamanya,

tetapi Sapta Darma mengajarkan bahwa Roh Suci terus-menerus menjadi

manusia.11

d) Kelepasan Manusia

Baik Sapta Darma maupun Kristen mengajarkan bahwa manusia

dapat mendapatkan kelepasan. Sapta Darma mengajarkan bahwa manusia

dapat dilepaskan dari menjadi permainan hawa nafsunya, sehingga ia

dapat bersekutu dengan Tuhan. Jalan yang harus ditempuh manusia adalah

bahwa pertama ia harus mengenal dirinya sendiri. Ia harus tahu terlebih

dahulu bahwa ia berasal dari Tuhan Allah, baik sebagai pletikan-Nya

maupun sebagai sinar cahaya-nya ataupun sebagai bayangan-Nya. dari sini

ia akan menyadari betapa celaka ia, karena dioermainkan oleh hawa

nafsunya. Selanjutnya, ia harus “bertobat”, mengubah tujuan hidup, yaitu

dari mengarahkan hidupnya ke luar menjadi mengarahkan hidupnya ke

dalam. Akunya yang rendah harus diselamkan dari bagian hidupnya yang

sadar ke dalam bagian hidupnya yang tidak sadar, yang tidak dapat

diketahui, yang gelap, sunyi dan kosong. Di situlah ia akan bertemu

dengan intisari hidupnya dan bersekutu dengan Yang Mutlak, Yang Suci,

dan Kosong. Di situ akan terjadi peleburan kawula Gusti, peleburan hamba

dan Tuhan, di mana hamba akan dilarutkan ke dalam Tuhannya.

Kristen juga mengajarkan bahwa manusia dapat dilepaskan dari

kekuatan dosa, sehingga dapat bersekutu dengan Tuhannya. Kristen juga

mengajarkan bahwa manusia dikuasai oleh dosa, sehingga manusia

11

Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 178-179.

Page 88: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

85

hidupdengan berakar di dalam dosa. Akan tetapi, Kristen tidak

mengajarkan bahwa sebenarnya masih ada bagian manusia suci. Kristen

ttidak mengajarkan adanya dua macam aku, yaitu aku yang rendah dan aku

yang tinggi.

Sapta Darma mengajarkan bahwa ada jalan kembali yang dapat

diusahakan oleh manusia sendiri untuk menemuai Allahnya, sedangkan

Kristen mengajarkan bahwa jalan yang demikian itu tidak ada. Manusia

tidak dapat menemukan ataupun membuat jalan kembali kepada Allah.

Keselamatan manusia hanya bergantung kepada Tuhan Allah. Tuhan

Allahlah yang karena kekayaan kemurahan-Nya sudah mendamaikan diri-

Nya sendiri dengan manusia berdosa, yaitu di dalam Anak-Nya, Yesus

Kristus, Manusia tinggal menerimanya, yaitu dengan imannya. Dilihat dari

pihak manusia, iman adalah alat untuk menerima keselamatan dari Allah,

tetapi dilihat dari pihak Allah iman adalah pemberian anugerah Tuhan

Allah.

Ciri khas iman ialah, bahwa mata orang bukan harus diarahkan ke

dalam, melainkan ke luar. Dengan iman orang bukan harus menyelam dari

kesadarannya ke dalam bawah sadarnya yang sunyi dan kosong,

melainkan orang harus menyerahkan mata rohaninya senantiasa kepada

Tuhannya. Sebab segera seteah mata itu mengembara dari Tuhannya

kepada hal-hal yang lain, maka orang akan jatuh ke dalam dosa.

Buah kelepasan atau buah perdamaian Allah adalah bahwa

manusia diperkenankan bersekutu dengan Tuhan Allah. Tetapi

persekutuan ini bukan peleburan hamba dan Tuhan, di mana tiada lagi

Page 89: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

86

perbedaan antara yang menyembah dan yang disembah. Di dalam

persekutuan ini manusia bukan dilarutkan ke dalam Zat Tuhan, sebab

manusia tetap manusia, yaitu makhluk, dan Tuhan tetap Tuhan, yang

berbeda sekali dari manusia.

Hal ini tidak berarti bahwa orang beriman di dalam dunia ini sudah

mendapat kesempurnaan. Sebab menurut Injil, hari kemerdekaan

kemuliaan para anak Allah itu baru akan dinyatakan kelak pada akhir

zaman, yaitu jika Tuhan Yesus datang kembali untuk menghakimi orang

yang hidup dan yang mati (Rm. 8:18-23). Oleh karena itu, perjalanan

orang beriman sekarang ini baru dengan iman, bukan dengan penglihatan

(2 Kor. 5:7). Sekarang ini orang beriman baru melihat dalam cermin

gambaran yang samar-samar, tetapi nanti akan melihat muka dengan

muka, sekarang ia hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti ia

kan mengenal dengan sempurna, seperti ia sendiri dikenal (1 Kor. 13:12).

Menurut Kristen, apa yang akan dianugerahkan dengan sempurna

pada akhir zaman adalah lanjutan dari apa yang sekarang sudah

dianugerahkan kepada orang beriman. Oleh karena itu, maka persekutuan

dengan Allah yang secara sempurna, yang kelak akan dianugerahkan itu,

bukan peleburan hamba dan Tuhan. Juga di situ masih ada perbedaan

antara yang menyembah dan yang disembah. Sbeba Tuhan adalah Tuhan,

dan manusia adalah makhluk-Nya.12

12

Hadiwijono, Kebatinan dan Injil, h. 179-182

Page 90: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

87

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep ketuhanan Sapta Darma dengan Kristen jelas berbeda. Jika

Sapta Darma mempercayai konsep Tuhan yang satu, maka Kristen ada

konsep tritunggal. Namun tetap ada sisi persamaannya meskipun

persamaannya bersifat general (juga dimliki dalam konsep ketuhanan agama

lain), yaitu perihal sifat-sifat utama (baik) Tuhan yang ada di dalam Sapta

Darma maupun didalam Kristen yaitu penyebutan sifat Tuhan; Mahaagung,

yang dimaksud Mahaagung disini adalah tidak ada satu pun yang memiliki

sifat yang sama dengan Allah tersebut. Maka dari itu, manusia harus memiiki

watak berbudi luhur sesama umat seperti apa yang dimiliki sifat oleh Allah

yang maha Agung itu sendiri,

MahaRokhim, yang dimaksud Maharohim disini adalah tidak ada

yang bisa menyerupai kasih sayang. Maka dari itu, manusia harus memiliki

watak kasih sayang kepada sesama umat. Mahaadil, yang dimaksud Mahaadil

disini adalah tidak ada yang bisa menyamai keadilan Allah tersebut. Maka

manusia harus memiliki keadilan kepada siapa saja dan tidak boleh

membeda-bedakan sesama umat.

Mahawawesa, yang dimkasud Mahawasesa disini adalah Allah

Merupakan penguasa alam dan tidak ada yang menyerupai kekuasaannya.

Maka dari itu, kita manusia diberikan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan

Page 91: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

88

jasmani dan rohani. dan Mahalanggeng. Yang dimaksud dengan

Mahalanggeng disini adalah Allah itu memiliki sifat yang abadi dan tidak ada

yang bisa menyamai keabadiannya. Maka dari itu manusia harus memiliki

sifat keabadian rohani dari rohani asal sinar cahaya Allah dan jasmani asal

dari sari-sari bumi. Serta manusia harus belajar supaya memiliki sifat budi

yang luhur. Keduanya memiliki persamaan dalam memaknai sifat-sifat Tuhan

tersebut. Selain itu, juga baik Kristen maupun Sapta Darma, keduanya sama-

sama menyebut Tuhan mereka dengan pengucapan yang sama, yaitu Allah

(dengan “a” Alla(a)h, bukan “o” Alla(o)h). Serta keduanya menyebutkan

bahwa konsep emanasi, alam ini, khususnya manusia adalah bagian dari

Tuhan menurut konsep Kristen dan Sapta darma keduanya adalah suatu

tindakan dari Tuhan itu sendiri, dimana dalam Sapta Darma dan Kristen

menyatakan Manusia berasal dari Roh Suci (Pancaran Tuhan), sehingga

manusia memiliki sifat Tuhan itu sendiri.

B. Saran

Harus diakui bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, terutama

dalam pemilihan temanya yang kurang menarik bagi masyarakat luas. Penulis

menyarankan untuk siapa saja yang membaca skripsi ini agar dapat melihat

kekurangan skripsi ini untuk selanjutnya dilengkapi dengan skripsi atau karya

tulis lainnya, sehingga dapat menjadi rujukan bagi pembaca lainnya yang

kurang puas dengan skripsi ini.

Saran penulis bagi pembaca yang hendak melakukan penelitian

lanjutan berkaitan dengan skripsi ini adalah ambil materi unik dan menarik

Page 92: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

89

(berbeda) yang tidak ada di agama-agama besar, seperti halnya mengenai

Racut. Ini sangat menarik, karena seolah-olah kita diajak untuk dapat

merasakan kematian dan bertemu Tuhan dalam kondisi hidup. Ini akan

menjadi materi yang segar dan lebih inspiratif dari skripsi ini.

Namun, penulis tetap berharap setidaknya skripsi ini dapat

memberikan wawasan baru bagi pembaca dan menambah khazanah

pengetahuan bidang Studi Agama-agama.

Page 93: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

90

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum: dari Metologi

sampai Teosofi. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Ali, Mukti (Ed). Agama –agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga

Press, 1988.

Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Al-Mizan, 2009.

Al-Maliki, Ahmad Ibn Muhammad Al-Showi. Hasyiyah al-Allamah Al-Showi 'ala

Tafsir Al-Jalalain Juz I. Jeddah: Al-Haramain, t.t.

Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.

Hadiwijono, Harun. Apa dan Siapa Tuhan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1974.

_______________. Firman Hidup: Seri 6. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971.

_______________. Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.

_______________. Inilah Sahadatku. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.

_______________. Konsepsi tentang Manusia dalam Kebatinan Jawa. Jakarta:

Sinar Harapan, 1983

______________. Kebatinan dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.

______________. Kebatinan dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

______________. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

1980.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba

Humanika, 2012.

Heuken, SJ. A. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2004.

Djam’annuri. “Agama Kristen” dalam Mukti Ali (ed). Agama-agama di Dunia

Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988.

Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen.Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1963.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta: UI-Press, 2010.

Pawenang, Sri. Buku Wewerah KerokhanianSapta Darma Jilid 1. Yogyakarta:

Sekretariat tuntunan Agung Unit Penerbitan Surokarsan, 1968.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid

1.Jakarta: Rabbani Press, 2011.

Page 94: PERBANDINGAN KONSEP KETUHANAN KRISTEN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35387/2/MOCH... · Objek yang diteliti adalah semua buku yang bertemakan konsep

91

Rahnip. Aliran Kepercayaan dan Kebatinan dalam Sorotan. Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997.

Rahman, Rolly. Konsepsi Sujud Dalam Ajaran Sapta Darma. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan

Agama, 2013.

Sejarah Penerimaan Wahyu Wewewrah Sapta Darma dan Perjalanan Panuntun

Agung Sri Gutama Edisi Pertama. Yogyakarta: Sekretariat Tuntunan

Agung Kerokhanian Sapta Darma Unit Penerbitan, 2010.

Sou’yb, Joesoef. Agama-agama Besar di Dunia. Jakarta: Al husna Zikra, 1996.

S, Suwarno Imam. Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan

Jawa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Sambas, Abas. Konsepsi Wahyu dalam Ajaran Sapta Darma. Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program Studi Perbandingan

Agama, 2011.

Sutrisno, Hadi. Metodologi Riset. Yogyakarta: Andi Ofset, 1982.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2003.

Taunuzi, Iwan. Monoteisme Kriten dalam Perdebatan: Mengurai Doktrin

Ketuhanan menurut Jamaat Allah Global Indonesia (JAGI) Semarang.

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Program

Studi Perbandingan Agama, 2009.

Situr Internet:

http://alkitab.sabda.org

https://id.wikipedia.org

https://mahbubrisad.wordpress.com

https://deuteronomi.wordpress.com/tentang-gnostik/

http://www.referensimakalah.com/2012/07/pengertian-emanasi-pengantar.html

Software:

Kamus 2.04

KBBI offline 1.5.exe