85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sudah merdeka bertahun-tahun lamanya. Berbagai upaya dan pengorbanan telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua tahun, namun upaya mencapai kemerdekaan merupakan sebuah proses perjuangan panjang yang telah terlihat sejak jaman kerajaan hingga dimulainya pergerakan nasional modern pada tahun 1908 yang ditandai dengan lahirnya organisasi Budi Utomo. 1 Pergerakan nasional dimaksudkan sebagai perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa indonesia yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada. Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908 merupakan awal perjuangan pergerakan nasional modern yang kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam dan Muhammadiyah pada tahun 1912. Organisasi-organisasi ini berjuang untuk memperbaiki kondisi masyarakat 1 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 dariKebangkitanNasionalSampaiLinggarjati, (Yogyakarta: Kanisius,1989), hal 27.

PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sudah merdeka bertahun-tahun lamanya. Berbagai upaya dan

pengorbanan telah dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Upaya tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat, satu atau dua

tahun, namun upaya mencapai kemerdekaan merupakan sebuah proses

perjuangan panjang yang telah terlihat sejak jaman kerajaan hingga

dimulainya pergerakan nasional modern pada tahun 1908 yang ditandai

dengan lahirnya organisasi Budi Utomo.1

Pergerakan nasional dimaksudkan sebagai perjuangan yang dilakukan oleh

organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa indonesia

yang disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yang ada.

Budi Utomo yang lahir pada 20 Mei 1908 merupakan awal perjuangan

pergerakan nasional modern yang kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi

lain seperti Serikat Dagang Islam dan Muhammadiyah pada tahun 1912.

Organisasi-organisasi ini berjuang untuk memperbaiki kondisi masyarakat

1 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 dariKebangkitanNasionalSampaiLinggarjati, (Yogyakarta:

Kanisius,1989), hal 27.

Page 2: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Indonesia yang saat itu terpuruk akibat penjajahan Belanda selama ratusan

tahun. 2

Perjuangan rakyat Indonesia tak hanya sampai pada pergerakan nasional saja.

Perjuangan fisik melalui perlawanan perang juga telah dilakukan para

pejuang dalam upaya memproklamirkan kemerdekaan. Perjuangan yang

pantang menyerah akhirnya membuahkan hasil dan Indonesia berhasil

memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka pada tanggal 17 Agustus

1945 di rumah Soekarno, jalan Pegangsaan Timur nomor 56.3 Namun setelah

memproklamirkan kemerdekaan, para pejuang masih harus berperang

melawan tentara Sekutu dan Belanda yang masih ingin menjajah Indonesia.

Pertempuran Surabaya menjadi awal pergolakan perang melawan penjajah

tersebut. Para pejuang arek-arek Suroboyo di bawah komando Bung Tomo

berperang dan mempertaruhkan seluruh jiwa raga mereka untuk

mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Begitupun yang

terjadi di daerah lain yang berjuang melawan penjajah dengan segenap jiwa

raga.

Setelah melewati perlawanan dan perjuangan yang panjang akhirnya

perjuangan kemerdekaan berakhir dengan ditandatanganinya naskah

pengakuan penyerahan dan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada tanggal

27 Desember 1949. Belanda secara formal mengakui kemerdekaan Indonesia

dan mengakui kedaulatan penuh suatu negara Indonesia di wilayah bekas

2Ibid.

3Ibid.

Page 3: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

jajahan mereka Hindia Belanda.4 Dengan begitu, bangsa Indonesia sukses

dalam perjuangannya dengan mendapatkan pengakuan internasional sebagai

negara yang merdeka dan berdaulat.

Kesuksesan memperoleh kemerdekaan Indonesia tidak diperoleh sebagai

hadiah melainkan diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang dengan

penuh keyakinan, semangat keberanian, pantang menyerah dan pengorbanan.

Demi tercapainya negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, para

pejuang rela mengorbankan harta, kesehatan, keluarga dan bahkan nyawa

mereka. Mereka pantang menyerah pada keadaan dan penjajah yang berusaha

menguasai Indonesia.

Begitu besar pengorbanan dan perjuangan para pahlawan Indonesia dalam

meraih kemerdekaan negara ini. Semangat dan jiwa kepahlawanan mereka

harusnya dapat dicontoh oleh generasi sekarang ini. Namun setelah

menikmati kemerdekaan selama 69 tahun tampaknya banyak dari rakyat

Indonesia yang terlena dan lupa dengan perjuangan dan pengorbanan para

pahlawan Indonesia untuk dapat memberikan kemerdekaan seperti yang

mereka nikmati saat ini. Saat ini justru tindakan-tindakan yang merugikan

negara yang marak terjadi di dalam negeri ini. Korupsi dan narkoba yang

merusak negeri kian merajalela. Menurut ICW (Indonesian Corruption

Watch) tingkat korupsi semakin naik antara tahun 2013 sampai 2014 hingga

mencapai 1.271 orang dengan 560 kasus di tahun 2013 dan diperkirakan

4Mawarti Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI

(Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal 261.

Page 4: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

semakin meningkat di tahun 2014 dengan melihat jumlah kasus sementara

yang sudah mencapai 308 kasus pada semester pertama.5 Sedangkan untuk

narkoba,BNN telah berhasil mengungkap 108.701 kasus narkoba dengan

134.117 tersangka dan mencatat selama 2010-2014 telah merehabilitasi

34.467 residen atau pengguna melalui layanan medis atau sosial milik

pemerintah maupun masyarakat. Berdasarkan Survei Nasional

Penyalahgunaan Narkoba pada 2011, angka prevalensi atau pengguna di

Indonesia sebesar 2,2 persen atau 4,2 juta orang. Meski masih di bawah

proyeksi prevalensi sebesar 2,23 persen, angka tersebut mengalami

peningkatan dan masih terus meningkat.6Untuk itulah diperlukan upaya untuk

menumbuhkan sikap-sikap terpuji seperti saat bangsa ini berjuang

memperoleh kemerdekaannya.

Media massa merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam

menanamkan pesan-pesan yang baik pada generasi penerus bangsa agar tak

menjadi bangsa yang hilang ingatan terhadap sejarah bangsa dan dapat

mencontoh semangat juang para pahlawan bangsa. Salah satu media yang

mampu berperan adalah film. Film merupakan media yang paling efektif

untuk menyampaikan pesan seperti yang tertulis dalam mukadimah Anggaran

Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 yang menjelaskan bahwa film :

5Tren Korupsi Naik

lagi,http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi, 18 Agustus

2014, diaksespada 23 Januari 2015 pukul 00:01 WIB. 6200 Juta Orang Meninggal Akibat Narkoba Setiap

Tahun,http://www.tempo.co/read/news/2014/06/26/173588287/200-Juta-Orang-Meninggal-

Akibat-Narkoba-per-Tahun, diakses pada 23 Januari 2015 pukul 00:10 WIB.

Page 5: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan

dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali

atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat menyumbangkan dharma

bhaktinya dalam menggalang persatuan dan kesatuan nasional,

membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis

Indonesia berdasarkan Pancasila.”7

Film dapat membuat kita paham akan budaya dan film juga merupakan

refleksifitas dari kenyataan yang ada. Berbagai teori film juga menyatakan hal

tersebut bahwa film dapat menjadi cerminan masyarakatnya. Salah satunya

adalah Sigfried Kracauer, seorang pakar film yang menyatakan bahwa :

“film suatu bangsa, mencerminkan mentalitas bangsa itu lebih dari

yang tercermin lewat media artistik lainnya.”8

Begitu besar manfaat dari film yang berpengaruh pada masa depan generasi

bangsa. Untuk itulah kita harus mengapresiasi berbagai karya film yang telah

dibuat oleh anak-anak bangsa terutama film-film yang berisikan pesan-pesan

positif tertentu yang berguna untuk nusa dan bangsa. Film yang baik adalah

film yang diniatkan untuk menyampaikan pesan-pesan alias hikmah yang

diambil dari kenyataan. Salah satunya adalah film-film dengan tema

perjuangan pahlawan Indonesia.

Kisah bertemakan kepahlawanan tentang perjuangan Indonesia telah banyak

diproduksi dan diangkat ke layar lebar, seperti filmJanur Kuning

(1979),November 1828 (1979), Naga Bonar (1987), Tjoet Nja’ Dien (1988)

dan Trilogi Merdeka: Merah Putih,Hati Merdeka dan Darah Garuda (2009-

7Ekky Al-Malaky, Menonton: Nggak Sekedar Cari Hiburan, Powerfulnya Sebuah Film,

dapatdiakses melalui http://majalahannida.multiply.com/reviews. 8 Ekky Imanjaya, A to Z about Indonesian Film, (Bandung:Mizan, 2006), hal 30.

Page 6: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2011).9Namun kebanyakan dari film-film tersebut hanya berkisah tentang

perjuangan para pahlawan secara umum. Tidak banyak film yang mengangkat

kisah pejuang kemerdekaan dari kaum tertentu misalnya kaum agamis.

Padahal Indonesia merupakan negara dengan dasar negara Pancasila yang sila

pertamanya berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Ini artinya masyarakat

Indonesia adalah masyarakat agamis. Namun sayangnya perjuangan

kemerdekaan bumi pertiwi ini lewat peranan kaum agamis kurang terangkat,

padahal kaum ini memiliki andil yang sangat besar. Banyak dari tokoh

agamis yang menjadi pahlawan nasional karena telah berjuang dan

mengorbankan segala-galanya demi melihat Indonesia sejahtera dan merdeka.

Tak banyak film yang mengangkat kisah perjuangan pahlawan Indonesia dari

kaum agamis.Dua diantara film-film yang mengangkat kisah perjuangan para

pahlawan dari kaum agamisadalah film Sang Pencerah (2010) dan film Sang

Kiai (2013).Kedua film tersebut sama-sama mengisahkan tentang bagaimana

pengorbanan dan peranan kaum agamis dalam memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia. Kedua film ini masing-masing merupakan biografi perjuangan

pahlawan nasional yang berasal dari pemuka agama Islam yaitu KH. Ahmad

Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Muhammadiyah di

masa pergerakan nasional dan KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri

organisasi Islam Nahdlatul Ulama.

9Utami Widowati, Film Perjuangan; Lima Film Perjuangan Paling Fenomenal,

http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141015150747-220-6490/lima-film-perjuangan-paling-

fenomenal/, diakses 25 januari 2015 pukul 17:45 WIB.

Page 7: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Dengan dorongan spiritual keagamaan, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim

Asy’ari serta para pengikutnya berjuang dan mengorbankan segala-galanya

demi kemajuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya masyarakat

Islam di Indonesia. Karena tindakan patriotik itulah mereka ditetapkan

sebagai pahlawan nasional. Dalam daftar pahlawan nasional Republik

Indonesia, KH. Ahmad Dahlan (1868-1934) ditetapkan sebagai pahlawan

nasional di urutan ke-11 dengan SK Presiden Nomor 657 Tahun 1961/27-12-

1961. Sedangkan KH. Hasyim Asy’ari (1875-1947) ditetapkan sebagai

pahlawan nasional di nomor urut-31 dengan SK Presiden Nomor 294 Tahun

1964/17-11-1964. 10

Jiwa patriotik atau patriotisme kedua pahlawan inilah

yang harusnya ditiru oleh generasi penerus bangsa. Semangat juang dan rela

berkorban demi bangsa dan negara harus tertanam di dalam diri setiap rakyat

agar cita-cita para pejuang untuk menjadikan Indonesia negeri yang sejahtera

dapat terwujud.

Film Sang Pencerah yang dirilis tahun 2010 merupakan film besutan

sutradara terkenal Hanung Bramantyo. Setting waktu dalam film ini adalah

antara tahun 1897-1912 yang berlokasi di Yogyakarta. Film ini merupakan

film biografi dari KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi

Islam Muhammadiyah. Film ini menceritakan tentang kehidupan Ahmad

Dahlan dari kecil sampai berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah. Dalam

film ini dikisahkan perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam menggerakkan

10

Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Daftar Nama Pahlawan

Nasional Republik Indonesia,

http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai-1, diaksespada 25 Januari

2015 pukul 18:03 WIB.

Page 8: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

masyarakat terutama umat Islam di Jawa agar dapat berpikiran maju, tidak

terbelakang dan mengarah pada perubahan sehingga bisa terlepas dari

penjajahan Belanda. Dengan semangat perubahan dan pembaharuan yang ia

lakukan, berbagai hambatan dan ancaman dihadapi KH. Ahmad Dahlan. Ia

berjuang tanpa menyerah hingga ia rela mengorbankan segala-galanya demi

kebangkitan tanah airnya.11

Sementara itu film Sang Kiai (2013) bercerita tentang perjalanan perjuangan

KH.Hasyim Asy’ari tatkala melawan penjajah dan mempertahankan

kemerdekaan NKRI. Dalam film tersebut digambarkan bahwa KH. Hasyim

Asy’ari merupakan salah satu sosok sentral dalam peletakkan dasar batu

kemerdekaan Negara Indonesia. Beliau menjadi panutan di tahun 1942-1947

dalam menentukan arah dan pengerakan massa santri ‘pejuang’ dalam

melawan sekutu. Dengan fatwanya “Resolusi Jihad”, KH. Hasyim Asy’ari

menghimbau dan mengajak para santri pejuang untuk berjihad fisabilillah

melawan penjajah yang kemudian melahirkan peristiwa perang besar yang

dikenal sebagai Hari Pahlawan 10 November 1945.12

Kedua film tersebut sama-sama merupakan film perjuangan yang

mengisahkan tentang peranan tokoh Islam sekaligus pendiri organisasi Islam

terbesar di Indonesia (Muhammadiyah dan NU) dalam upaya kemerdekaan

bangsa Indonesia. Di kedua film ini diperlihatkan bagaimana KH. Ahmad

11

Sinopsis Sang Pencerah. www.apigunadarma.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:00

WIB. 12

Sinopsis Film Sang Kiai. www.filmsangkyai.com, diaksespada 26 januari 2015 pukul 11:10

WIB.

Page 9: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan para pengikutnya masing-masing berjuang

menghadapi hambatan dan siksaan dengan gagah berani, tanpa kenal

menyerah dan mengorbankan apa yang dimiliki untuk tanah airnya.

Patriotisme yang ada dalam diri mereka telah membawa mereka menjadi

tokoh panutan dan dikenang sebagai pahlawan untuk bangsa Indonesia.

Dua film yang memiliki karekteristik sama namun dibuat oleh sineas yang

berbeda. Itulah yang menarik peneliti untuk melihat lebih jauh perbandingan

nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam kedua film tersebut.

Aspek komunikasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pesan.

Pesan dalam studi komunikasi merupakan aspek yang penting mengingat

komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan. Seperti yang

disampaikan oleh Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang

menimbulkan efek tertentu.13

Dalam penelitian ini, pesan yang akan dilihat adalah pesan nilai-nilai

patriotisme yang tampak dalam kedua film. Metode analisis yang digunakan

adalah analisis isi kuantitatif, dimana analisis ini meneliti pesan yang tampak

atau tersurat dari kedua film.

13

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja

Rosdakarya,2006), hal 10.

Page 10: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

B. Rumusan Masalah

Apa saja perbandingan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara

Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto

dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme?

C. Tujuan Penelitian

Untuk memperbandingkan antara film Sang Pencerah (2010) karya sutradara

Hanung Bramantyo dan film Sang Kiai (2013)karya sutradara Rako Prijanto

dalam menampilkan nilai-nilai patriotisme.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan kontribusi di bidang penelitian komunikasi khususnya kajian

analisis isi tentang nilai-nilai patriotisme dalam film yang selama ini

jarang dilakukan sekaligus mendorong munculnya kajian penelitian yang

serupa yang dapat memperkaya pembahasan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mendorong para sineas perfilman

Indonesia untuk lebih menciptakan film yang berkualitas dan bermanfaat

dengan menggambarkan nilai-nilai yang kian hilang dan luntur dalam diri

masyarakat Indonesia terutama yang terkait dengan nilai-nilai patriotisme.

Page 11: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Selain itu, dengan penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya umat

Islam di Indonesia semakin mempunyai semangat patriotisme yang tinggi

dengan mencontoh para pahlawan dari kalangan ulama Islam yang telah

berjuang mati-matian untuk kemerdekaan Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

1. Nilai-Nilai Patriotisme

Indonesia sudah mengalami kemerdekaan berpuluh-puluh tahun. Namun

masih banyak orang yang menganggap kemerdekaan hanyalah bagian

dari sejarah bangsa Indonesia dan tak mempunyai arti apa-apa. Namun

bagi yang mempunyai semangat cinta tanah air apalagi yang pernah

terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,

kemerdekaan mempunyai arti dan pengaruh yang luar biasa dalam hidup

mereka. Demi memperjuangkan kemerdekaan banyak orang yang telah

berani mengorbankan nyawa, harta maupun keluarga mereka.

Segenap perjuangan dilakukan oleh para pahlawan-pahlawan

kemerdekaan Indonesia dari jaman kerajaan hingga pergerakan nasional

modern yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo yang diikuti oleh

lahirnya organisasi lain seperti Serikat Dagang Islam,Serikat Islam dan

Muhammadiyah. Seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dari

berbagai daerah di Indonesia ini bersatu padu bersama-sama melawan

penjajah. Setelah melewati proses dan perjuangan yang sangat panjang

Page 12: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yaitu 350 tahun melawan penjajahan Belanda dan 3,5 tahun melawan

penjajahan Jepang, Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan pada

tanggal 17 Agustus 1945. Namun bahkan setelah perjuangan yang

panjang untuk mendapatkan kemerdekaan, Indonesia kembali diserang

oleh tentara sekutu pasca memproklamirkan kemerdekaan. Salah satu

pertempuran yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia

adalah peristiwa Surabaya. Pertempuran tersebut adalah perang pertama

pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah proklamasi

kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat

dalamsejarah revolusi nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional

atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.14

Semua perjuangan demi kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak lepas

dari sosok para pahlawan yang telah dengan jiwa patriotiknya melawan

penjajah demi memerdekakan negeri ini. Nilai-nilai patriotisme yang

dimiliki para pahlawan itulah yang membawa Indonesia ke gerbang

kemerdekaan. Dengan sikap patriotisme, para pahlawan tidak gentar

menghadapi musuh dan dapat memperoleh kemerdekaan.

Patriotisme sering diidentikan dengan perang dan pertumpahan darah.

Hal tersebut tidaklah salah, namun patriotisme secara luas dapat

diwujudkan tidak hanya dengan terjun ke medan perang namun juga

melalui pemikiran-pemikiran. Patriotisme bukan hanya merupakan usaha

14

Rizki Wijanarko, Sejarah Pertempuran Surabaya 10 November1945, diakses dari http://ujpunj2012.blogspot.com/2012/12/sejarah-pertempuran-surabaya-10.html pada 13

November 2014 pukul 11.32 WIB.

Page 13: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang

mengancam keberadaan negara. Namun juga merupakan upaya untuk

serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui

pendidikan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang

yang menyusun bangsa tersebut.

Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = patris = tanah air,

artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan

bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan

terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi

kesejahteraannya.15

Secara awam, patriotisme berasal dari kata “patriot”

dan “isme” yang berarti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan.

Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela

berkorban demi bangsa dan negara. Pengorbanan tersebut dapat berupa

pengorbanan harta, benda, keluarga, jiwa dan raga. 16

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) patriotisme adalah sikap

seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan

dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.17

Sementara

dalam InternationalEnsyclopedia of Government and Politic, patriotisme

diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang mendorong

kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi kesejahteraan

15

Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, (Jakarta : Elsevier Publishing Project,1984). 16

Retno Listyarti dan Setiadi, Pendidikan Kewarganegaraan; untuk SMK dan MAK kelas X,

(Jakarta: Erlangga,2008), hal 36. 17

H. Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta :Balai Pustaka,2007),hal 837.

Page 14: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

negara dan tanah tumpah darah seseorang.18

Patriotisme didasari oleh

kebaikan atau budi luhur yang dimiliki seseorang. Kebaikan yang

dimiliki inilah yang mendorong seseorang untuk berkorban dengan

penuh keberanian dan pantang menyerah demi kesejahteraan tanah

airnya.

Philips Cafaro mengungkapkan bahwa walau bagaimanapun, seorang

patriot akan membela dan mempertaruhkan nyawanya demi bangsa dan

negaranya.

“A patriot is particularly concerned to defend his own country

and countrymen and women, and promote their well-being and

interests. He might condemn an imperialistic war between two

foreign countries and boycott the aggressor country’s goods. But

he will risk his life to defend his own country from attack. A

patriot might condemn the exploitation of poor laborers in third-

world sweatshops, and sign a petition asking Nike to change. But

she will care more about poor people in her own community and

spend some of her own valuable time to improve their lives.”19

Seorang patriot sangat mengutamakan untuk membela negara dan

bangsanya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan

bangsanya. Dia mungkin mengutuk sebuah perang imperialisme antara

dua negara asing dan memboikot barang-barang dari negara penyerang.

Tapi dia akan mempertaruhkan hidupnya untuk membela negaranya

sendiri dari serangan. Seorang patriot mungkin akan mengutuk

eksploitasi buruh miskin di sweetshop dunia ketiga dan menandatangani

18

Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, Vol.2,

(New Delhi: S. Chand & Company Ltd, ), hal 951. 19

Philips Cafaro, Patriotism as an Environmental Virtue, Journal of Agricultural and

Environmental Ethics Volume 23, Issue 1-2,2010, pp 185-206.

Page 15: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

petisi meminta Nike untuk menggantinya. Akan tetapi dia akan sangat

peduli pada orang miskin di kelompoknya sendiri dan menghabiskan

waktu berharganya untuk meningkatkan kehidupan orang-orang miskin

tersebut.

Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu

cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan

untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan

mempertahankan negaranya sendiri.20

Cinta tanah air digambarkan

dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan

pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan

kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana

seseorangpeduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi

demi mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .

Patriotisme mencakup kebaikan (budi luhur) kewarganegaraan seperti

kepercayaan diri, prinsip yang teguh, penghormatan, pelayanan

pengabdian dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh John F. Kennedy, President Amerika Serikat

melalui kata-katanya dalam sambutan pelantikannya pada tahun 1961 :

“Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu tapi tanyakan

apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu.”21

20

Carolyn Simpson, The Value of Patriotism, (New York :Rosen -Rosen, 1993). 21

Ibid.

Page 16: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut sejarah, patriotisme berkembang pesat sejakabad ke 16 ketika

Niccolo Machiavelli, seorang negarawan Italiadan ahli filsafat politis

mengumumkan bahwa ia lebih mencintai negerinya daripada

keselamatan jiwanya sendiri disaat kebanyakan orang memberikan

kesetiaan paling tinggi pada gereja.22

Staub menyatakan patriotisme sebagai bentuk keterikatan (attachment)

seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa, agama, partai politik dan

sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam

mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial untuk

selanjutnya menjadi loyal.23

Staub juga membagi patriotisme dalam dua bagian yaitu blind

patriotisme atau patriotisme buta dan constructive patriotism atau

patriotisme konstruktif.24

Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah

keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan segala

sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik.

“ Blind patriotism is defined as an attachment to country

characterized by unquestioning positif evaluation, staunch

allegiance, and intolerance of critism.”25

22

International Encyclopedia of Government and Public 23

Staub E & Schatz, R.T, Manifestations of blind and constructive patriotism : personality

correlates and individual group relations. Dalam Bar-Tal, daniel&Staub, Ervin (ed) Patriotism-in

the lives of individuals nations, (Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997). 24

Ibid. 25

Bar-Tal, The monopolization of patriotism, Dalam Bar-Tal, Daniel&Staub, Ervin (ed)

Patriotism-in the lives of individuals nations,(Chicago: Nelson –hall Publisher, 1997).

Page 17: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Contoh dari patriotisme buta bisa kita lihat pada yang terjadi di Jerman

oleh Nazi. Orang yang tak bersalah yang berseberangan pandangan

politik dengan pemimpinnya atau yang memberikan kritik dibantai habis-

habisan atas nama patriotisme. Patriotisme buta inilah yang disadari Bar-

Tal sebagai pemicu awal lahirnya totaliterisme atau chauvimisme.

Sementara patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah

keterikatan pada bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya

pertanyaan dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang

dilakukan/ terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna

mencapai kesejahteraan bersama.

“Constuctive patriotism is defined as an attachment to country

characterized by support for questioning and critism of current

group practices that are intended to result in positive change.”26

Patriotisme konstruktif memiliki dua faktor penting yaitu mencintai dan

menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Patriotisme konstruktif tetap

menuntut kesetiaan dan kecintaan anggota (rakyat) pada kelompoknya

(bangsa), namun dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan.

Ciri khas patriotisme konstruktif yaitu adanya toleransi untuk menerima

kritik dan evaluasi dari anggotanya. Kritik dan evaluasi inilah yang

mengawal agar kelompoknya tetap pada jalur yang benar.

26

Schatz, R.T, Staub, E., Lavine, H, On the varieties of national attachment : Constructive

patriotism. Artikel, Journal of Political Psychology, Vol. 20, No.1, 1999.

Page 18: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Eyal Lewin kemudian membagi lagi patriotisme konstruktif menjadi dua

bagian yaitu patriotisme konstruktif politik dan patriotisme konstruktif

moral.

“It follows that the distinction between two forms of patriotm, blind

and constructive, might not be enough, and it is therefore suggested

that cases of constructive patriotism be sorted into two different

groups:

a) Political constructive patriotism: a patriotic action in which

criticism is involved yet is based on an underlying motivation that

has nothing to do with issues of ethics or morality.

b) Moral constructive patriotism: a patriotic action in which

criticism is involved, revealing passion for values of justice and

fairness.”27

Patriotisme konstruktif politik didefinisikan sebagai patriotisme yang

tetap menerima kritikan namun berdasar pada motivasi dasar bahwa tidak

ada yang bisa dilakukan pada isu-isu susila dan moralitas. Sedangkan

patriotisme konstruktif moral diartikan sebagai patriotisme yang

menerima kritikan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan

keadilan.

Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya “Patriotism-in the lives of

individuals and nations” untuk mempopulerkan dimensi patriotisme yang

semestinya lebih merasuk yaitu constructive patriotism.28

Patriotisme

konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita karena patriotisme

konstruktif tetap mencintai dan loyal pada bangsanya dengan menjunjung

nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran terhadap kritik. Tidak seperti

27

Eyal Lewin, Constructive Patriotism in Wartime, Open Journal of Political Science 2013. Vol.3,

No.4, 2013, pp. 107-112. 28

Bar-Tal, loc.cit.

Page 19: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

patriotisme buta yang tidak toleran terhadap kritik dan pada akhirnya

akan mengarah pada chauvimisme atau totaliterisme yang justru dapat

merusak bangsa kita. Dalam penelitian ini, patriotisme yang digunakan

lebih mengarah pada patriotisme konstruktif.

Dari berbagai definisi diatas, secara umum patriotisme (yang lebih

mengacu pada patriotisme konstruktif) dapat diartikan sebagai perasaan

cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan untuk menyejahterakan

tanah air yang diwujudkan melalui sikap berani, percaya pada

kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang menyerah dan rela

mengorbankan segala-galanya untuk tanah air namun tetap toleran pada

kritik dan masukan.Seseorang yang mempunyai jiwa patriotisme akan

melakukan berbagai cara demi kesejahteraan tanah airnya. Ia akan

berjuang dengan gagah berani dan rela mengorbankan apa yang ia miliki

untuk tanah airnya. Ia tidak akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang

nasibnya apakah ia menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong

sesama dan membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang

baik, ia akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun

tetap menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan

evaluasi.

Sementara itu, nilai diartikan sebagai sesuatu yang berharga, baik

menurut standar logika (benar atau salah), estetika (baik atau buruk),

etika (adil atau tidak adil), agama (dosa atau tidak) serta menjadi acuan

Page 20: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dari sistem atas keyakinan diri maupun kehidupan.29

Santayana

menyatakan bahwa nilai merupakan sebuah prinsip perspektif dalam

ilmu, tidak lebih kecil dari kebenaran dalam hidup.30

Sedangkan menurut

Djahiri (1999) nilai adalah harga, makna isi dan pesan, semangat atau

jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori sehingga

bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk

mengarahkan, mengendalikan dan menentukan kelakuan seseorang

karena nilai dijadikan standar perilaku.31

Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat tarik beberapa poin nilai-nilai

patriotisme yakni :

a. Keberanian

Mencintai dan menjaga kesetiaan untuk tanah air tentunya

membutuhkan perjuangan untuk membuktikannya. Memperjuangkan

tanah air dan mampu menghadapi apapun yang menganggu

kesejahteraan tanah airnya memerlukan sebuah keberanian. Pekerjaan

– pekerjaan besar atau tantangan-tantangan besar dalam sejarah selalu

membutuhkan kadar keberanian yang sama besarnya dengan

pekerjaan dan tantangan itu. Sebab tantangan dan pekerjaan yang

besar itu selalu menyimpan resiko.

29

Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral. (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 27-28. 30

Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas. (Yogyakarta:PustakaPelajar, 2003), hal 205. 31

A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia Afektif; Pendidikan Nilai dan Moral. (Bandung : Lap

Pengajaran PMP-IKIP Bandung, 1999), hal 30

Page 21: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Menurut Peter Irons keberanian adalah suatu tindakan

memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting dan mampu

menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena

percaya kebenarannya. Sedangkan menurut Paul Findley keberanian

adalah suatu sifat mempertahankan dan memperjuangkan apa yang

dianggap benar dengan menghadapi segala bentuk bahaya, kesulitan,

kesakitan, dan lain-lain.32

“The conquering of fear is the beginning of wisdom”, kemampuan

menaklukkan rasa takut merupakan awal dari kebijaksanaan

(Aristoteles). Artinya, orang yang mempunyai keberanian akan

mampu bertindak bijaksana tanpa dibayangi ketakutan-ketakutan yang

sebenarnya merupakan halusinasi belaka. Orang-orang yang

mempunyai keberanian akan sanggup menghidupkan mimpi-mimpi

dan mengubah kehidupan pribadi sekaligus orang-orang di sekitarnya.

Komentar Bennet mengenai kutipan Aristoteles diatas : “Kita menjadi

pemberani dengan melakukan tindakan berani” . “Tidak setiap orang

akan memiliki keberanian yang sejati.” Keberanian sejati dapat

diartikan sebagai sikap siap sedia untuk dikoreksi apabila berbuat

salah dan siap menerima kebenaran meskipun dari orang yang

memiliki kedudukan lebih rendah (dalam Kris :2012).33

32

Peter Irons, Keberanian Mereka yang Berpendirian,(Bandung : Angkasa,2003) 33

Ibid.

Page 22: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Pada intinya keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa

seseorang untuk melakukan tugas baik berupa tindakan maupun

perkataan demi kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu

keburukan dan menyadari serta menerima segala resiko yang mungkin

akan terjadi.

b. Rela Berkorban

Salah satu kunci patriotisme adalah kesediaan diri untuk berkorban.

Bersedia memberikan segala-galanya untuk kemakmuran tanah air

merupakan penggambaran dari mencintai tanah air. Seperti yang

ditulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) patriotisme

adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya

untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah

air.34

Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya

kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk

orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri

sendiri.Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,

keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan nyawanya

sendiri. Rela berkorban artinya kesediaan untuk mengalami

penderitaan atau siksaan demi kepentingan atau kebahagiaan orang

34

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Op.Cit, hal 837

Page 23: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

lain maupun orang banyak.35

Seorang patriot akan mengorbankan

semua yang dimilikinya tersebut demi orang lain, demi rakyat, demi

kesejahteraan negaranya.

c. Pantang Menyerah

Seorang patriot boleh saja gagal, boleh salah,boleh saja mendapat

hambatan dan musibah. Namun ia tak boleh kalah. Ia harus bertahan

menghadapi segala masalah dan hambatan. Jika gagal ia harus bangkit

berjuang kembali untuk memperoleh keberhasilannya. Ia harus

pantang menyerah menghadapi ancaman dan kegagalan.

Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang

gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain

dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang

menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah gagal

sebelumnya. Seseorang yang pantang menyerah senantiasa berusaha

memberi jawaban atas tantangan yang dihadapi.36

Walaupun ia

menerima hambatan mapun siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia

tetap tidak akan menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk

tetap melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi

kegagalan, hambatan dan rintangan.

d. Kesetiakawanan Sosial

35

Anis Matta, Mancari Pahlawan Indonesia, (Jakarta:Tarbawi Center,2004), hal 61. 36

Ibid.

Page 24: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Kesetiakawanan sosial merupakan salah satu nilai yang melandasi

terbentuknya patriotisme dalam diri seseorang. Kesetiakawanan sosial

merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan

perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan

tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari

masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan,

kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam

kebersamaan dan kekeluargaan.

Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, empati

dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain atau

egois37

. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang menggerakkan

kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian manusia. Tujuan dari

solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan sesama yang

menderita,dan menolong kebangkitannya untuk memperoleh

kebebasan, keadilan, dan hak serta martabatnya.38

Sedangkan definisi

empati secara sederhana merujuk pada sikap dan perasaan yang

merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain. Rogers

menawarkan dua konsepsi dari empati. Pertama, melihat kerangka

berpikir internal orang lain secara akurat dengan komponen-

komponen yang saling berhubungan. Kedua, dalam memahami orang

lain tersebut, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain

37

Darmadi, KesetiakawananTetapDiperlukan. http : //www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember

2004, diakses 20 Oktober 2014 pukul 11:56 WIB. 38

I. SandyawanSumardi, Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif, (Jakarta: PT. Grasindo,

2005), hal 87.

Page 25: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

sehingga bisa merasakan dan memahami orang lain tersebut. Empati

adalah kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain

dan menghayati pengalaman tersebut serta untuk melihat situasi dari

sudut pandang orang lain. Dengan kata lain empati merupakan

kemampuan untuk menghayati perasaan dan emosi orang lain.39

Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki

seseorang atau sebuah komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya

sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi

kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan

sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.40

e. Percaya Diri

Seseorang tidak akan mampu mempertahankan dan menyejahterakan

tanah airnya jika ia tidak mempunyai rasa percaya diri karena percaya

diri merupakan landasan atau dorongan dalam diri seseorang untuk

berani melakukan sesuatu. Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa

manusia bahwa dirinya mampu dan bahwa tantangan hidup apapun

harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri itu lahir dari

39

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan :Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, Alih Bahasa Isti widayanti, (Jakarta, Erlangga, 1991), hal 53. 40

Darmadi, loc.cit.

Page 26: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kesadaran bahwa jika memutuskan sesuatu, sesuatu itu pula yang

harus dilakukan.41

Pengalaman akan menjadi nyata ketika individu membuka diri

terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan demikian individu akan

bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga

individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu

situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan terhadap

kemampuan diri sendiri.

Dengan memiliki kepercayaan terhadap kemampuan diri seorang

patriot tidak akan ragu untuk melangkahkan kaki membela tanah

airnya. Dia akan dengan lantang mengemukakan pendapatnya, tidak

peduli itu akan mengundang bahaya pada dirinya atu tidak.

f. Toleransi

Toleransi merupakan ciri dari patriotisme konstruktif yang semestinya

lebih merasuk dalam diri sebuah bangsa. Tidak hanya mencintai dan

loyal terhadap tanah airnya tanpa melihat cara yang digunakan benar

atau salah, namun patriotisme konstruktif tetap menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan yang menjaganya agar tetap berada di jalur

yang benar. Salah satunya yaitu toleran terhadap kritik dan evaluasi

yang dilakukan oleh anggotanya.

41

Fasikhah, S.S, Peranan Kompetensi Sosial pada TL Koping Remaja

Akhir,http://fpsikologi.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&

Itemid=11 diakses tanggal 1 Desember 2014 pukul 12:45 WIB.

Page 27: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tollerare yang artinya

menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain dan

berhati lapang terhadap orang – orang yang mempunyai pendapat

yang berbeda.42

Toleransi adalah rasa hormat, penerimaan dan penghargaan berbagai

bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah

kerukunan dalam perbedaan. 43

Seorang patriot harus mempunyai

toleransi yang tinggi demi menjaga kesatuan dan persatuan

bangsanya. Ia harus toleran terhadap kritik dan evaluasi dari

anggotanya agar perjuangan yang ia lakukan tetap berada di jalur yang

benar.

2. Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas yang sangat vital dan tidak dapat

dilepaskan dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap

individu emiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-

individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk

tetap hidup. Komunikasi juga dikatakan sebagai proses sosial yang

mendasar karena setiap manusia baik yang primitif maupun yang modern

42

Ahmad Masykur, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan,elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/PPKn/

TOLERANSI.pdf 43

Ibid.

Page 28: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

berkeinginan mepertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan

sosial melalui komunikasi.44

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti

membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya

berbagi (Stuart,1983).45

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi

(sharing process).Menurut Schramm saat berkomunikasi manusia sedang

berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dan berbagi informasi, ide

atau sikap dengan seseorang.46

Schramm menjelaskannya melalui contoh

sebagai berikut :

“Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha

berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide

bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha

membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian

(pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” 47

Dari definisi yang disampaikan Schramm tampak bahwa menurutnya

konunikasi akan berlangsung efektif bila masing-masing pihak yaitu

komunikan dan komunikator memberi pengertian yang sama pada pesan

komunikasi.

44

Jalaluddin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,2002), hal 1. 45

Dani Vardiansyah,Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal 3. 46

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo,2006), hal 2-3. 47

Ibid.

Page 29: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Pakar komunikasi lainnya, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi

sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi

merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait

dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu

kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen

berkaitan secara integral dengan elemen lain.48

Banyak sekali definisi komunikasi dan relatif mudah dipahami. Namun

dalam pelaksanaannya sulit dipahami terutama bila yang terlibat

komunikasi memiliki referensi berbeda atau bila komunikasi hanya

berjalan satu arah. Tentunya untuk membentuk persamaan tidaklah

mudah. Namun Harrold Lasswel dalam karyanya The Structure and

Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang baik

menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “Who Says What

in Which Channel to Whom with What Effect?”.49

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi

lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :

a. Komunikator (communicator, source, sender)

b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)

48

Ibid, hal 5 49

Onong Uchjana Effendy, loc.cit.

Page 30: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

e. Efek (effect, impact, influence)

Menurut paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

yang menimbulkan efek tertentu.

Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa inti dari komunikasi adalah

proses penyampaian pesan. Pesan komunikasi disampaikan melalui

berbagai cara. Berdasarkan kode yang digunakan, komunikasi dapat

diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non

verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-

kata baik lisan maupun tulisan. Melalui kata-kata mereka

mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran atau gagasan,

menyampaikan fakta, data dan informasi serta menjelaskannya, saling

bertukar perasaan, berdebat dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal

bahasa memiliki peranan yang sangat penting.50

Contoh dari komunikasi

verbal ini adalah surat dan percakapan (dialog).

Sementara itu komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya

dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. 51

Menurut Larry A.

Simovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua

rangsangan kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi,

yang dihasilkan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial

50

Agus M Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, ((Yogyakarta :

Kanisius,2003), hal 22. 51

Ibid, hal 26.

Page 31: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang

disengaja maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa

komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana pesan non verbal

adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.52

Komunikasi non verbal

dapat berupa bahasa tubuh, tanda (sign), tindakan atau perbuatan(action)

atau obyek.53

Bahasa tubuh yang berupa raut wajah, gerak kepala, gerak

tangan, gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi

pikiran, kehendak, dan sikap orang merupakan salah satu bentuk

komunikasi non verbal. Tindakan atau perbuatan juga dapat

menggantikan kata-kata misalnya menutup pintu keras-keras pada waktu

meninggalkan rumah, menghalangi seseorang lewat saat ia sedang

mngejar orang lain, menggebrak meja dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, bentuk komunikasi yang digunakan adalah

komunikasi verbal yang berupa dialog atau percakapan dan komunikasi

non verbal atau perilaku yang berupa tindakan dan bahasa tubuh.

3. Teori Produksi Pesan

Teori produksi pesan menjelaskan bagaimana kita menciptakan apa yang

kita tulis, ucapkan dan ekspresikan dengan orang lain, lalu proses verbal

apa yang terlibat didalamnya, untuk apa dan dengan cara apa pesan

diproduksi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana perbedaan

52

Larry A. Simovardan Richard E. Porter, Intercultural Communication: A Reader, (California:

Wandsworth Publishing Company, 1985) 53

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Jakarta: Graha Ilmu, 2009),hal 81

Page 32: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

budaya mempengaruhi proses produksi pesan. Mekanisme budaya apa

yang mempengaruhi produksi pesan.54

Little John dalam bukunya menyebutkan beberapa teori yang termasuk

dalam teori-teori produksi pesan. Salah satunya adalah teori

konstruktivisme yang menjelaskan tentang produksi pesan yang

dipengaruhi oleh sistem kognitif individu.

Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara

teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh

Jesse Delia dan rekan–rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi

menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak

menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara

pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivist melakukan

pendekatan pemahaman produksi pesan dimulai dari sistem kognitif

individu.55

George Keely menegaskan cara pandang pemahaman pribadi

seseorang dilakukan dengan pengelompokan peristiwa menurut

persamaan dan perbedaannya. Perbedaan ini menjadi dasar penilaian

54

Stephen W & Foss Littlejohn, Karen A, Theories of Human Communication, 8th

edition,

(USA: Thomson Wadsworth,2005), hal 15 55

Katherine Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. (Boston:

McGraw-Hill,2005), hal 105

Page 33: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

ihwal sistem kognitif individual yang besifat pribadi dan karenanya

berbeda dengan konstruksi sosial. Aliran ini meyakini bahwa sistem

kognitif individu berkembang kompleks. Individu yang cerdas secara

kognitif dapat membuat banyak perbedaan dalam satu situasi

dibanding orang yang secara kognitif lemah. Inilah yang disebut

differensiasi kognitif. Differensiasi ini mempengaruhi bagaimana

pesan menjadi kompleks.56

Delia dan koleganya kemudian menegaskan hubungan antara

kompleksitas kognitif dengan tujuan dari pesan. Pesan sederhana

hanya memiliki satu tujuan sementara pesan kompleks memiliki

banyak tujuan. Dalam komunikasi antarpersona pesan-pesan

sederhana berupaya mencapai keinginan satu pihak saja tanpa

mempertimbangkan keinginan orang lain. Sementara pesan

kompleks dirancang memenuhi kebutuhan orang lain. Pada pesan

kompleks inilah komunikasi antarpersona dapat tercipta.

Konstruksionisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi

yang berpusat pada orang (komunikasi berbasis diri) dan

differensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan.

Selain kompleksitas kognitif, komponen utama yang lain dari teori

konstruktivist melibatkan pesan yang dihasilkan. Sekali lagi,

beberapa teori dasar constructivis propositions menginformasikan

56

Ardianto, Op.Cit, hal 158.

Page 34: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

tentang fitur komunikasi. Teori Bernstein (1975) menyatakan bahwa

individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi

kehidupannya sendiri dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam

hidupnya. Individu yang berbasis subjek akan menggunakan

elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, dari sudut

pandang orang lain. Sebaliknya, individu berbasis posisi akan

menggunakan kode-kode terbatas yang mengikuti aturan dan norma-

norma situasi kutural tertentu.57

Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa

proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menurut teori

kalangan konstruktivits, pesan- pesan berbasis diri merefleksikan

kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif serta aspek relasional

dalam konteks komunikasi. Sebuah pesan berbasis ”diri” merupakan

suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian

atas situasi yang mungkin dan mengarah pada tujuan yang beragam.

Selanjutnya kaum konstruktivis merumuskan tingkatan bagaimana

sebuah pesan bisa berbasis ”diri” melalui pengkodean respons buka-

tutup. Dalam menganalisis pesan ini, para peneliti akan menanyakan

produksi pesan berbasiskan situasi tertentu (misalnya, bagaimana

membuat nyaman seorang teman yang baru mengalami keretakan

hubungan dengan kekasihnya, berbicara dengan orang tua hingga

57

Katherine Miller, Op.Cit, hal 107.

Page 35: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

terlelap). Pesan-pesan ini kemudian dikodekan dengan menggunakan

sistem pengkodean tertentu secara hierarkis yang kemudian

dikembangkan untuk pesan dalam situasi spesifik.58

Asumsi dasar teori ini adalah hubungan yang terbentuk dalam

sebuah kelompok sosial akan mempengaruhi jenis pembicaraan yang

digunakan oleh kelompok itu. Prinsip dasar konstruktivisme adalah

tindakan ditentukan oleh konstruk diri juga sekaligus konstruk

lingkungan luar diri. Komunikasi pun demikian, ditentukan oleh diri

di tengah pengaruh lingkungan luar. Pada titik ini dikemukakan teori

Ron Herre mengenai perbedaan antara person dan self. Person

adalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat

atribut sosial budaya masyarakatnya. Self adalah diri yang ditentukan

oleh pemikiran khasnya di tengah pengaruh sosial budaya

masyarakatnya.59

Pembagian konsep diri ini diperlukan untuk memahami konteks

komunikasi interaksi. Konsep diri menurut West & Lynn H. Turner

adalah seperangkat perspektif yang relatif stabil yang dipercaya

orang mengenai dirinya sendiri. Prinsip konstruksivisme menyatakan

bahwa situasi emosi atau alasan merupakan konstruksi dari situasi

yang mempengaruhi individu. Misalnya emosi bukanlah reaksi yang

muncul begitu saja. Emosi dimaknai dan dikemukakan sesuai dengan

58

Ardianto, Op.Cit, hal 160. 59

Ibid.

Page 36: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

aturan yang sudah dipelajari dalam interaksi sosial dengan orang

lain. Faktor lain yang mempengaruhi proses komunikasi berbasis diri

adalah konsep tentang tujuan. Setiap individu dalam interaksinya

selalu berusaha untuk memanajemen tujuan. Tujuan itu bisa bersifat

instrumental (seperti mengajak atau memberitahukan seseorang) dan

relasional (mendukung penampilan seseorang, menunjukkan pesona

diri).60

4. Komunikasi Massa

Komunikasi tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Dengan

komunikasi manusia mampu melakukan pertukaran informasi dan juga

mempengaruhi seseorang. Di jaman sekarang ini, berkomunikasi dengan

beberapa bahkan jutaan manusia secara serempak di dunia bukanlah hal

yang sulit. Berbagai media dapat dijadikan sebagai saluran untuk

melakukan komunikasi ke khalayak luas atau biasa disebut komunikasi

massa.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

Bittner yakni :

Mass communication is messages communicated through a mass

medium to a large number of people (komunikasi massa adalah

60

West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 (penerjemah : Maria

Natalia),(Jakarta: Penerbit Salemba Humainika,2008),hal 101.

Page 37: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah

besar orang).61

Definisi lain diungkapkan oleh Gebner yaitu komunikasi massa

merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan

lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang

dalam masyarakat industri. 62

Dari pengertian diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang

menggunakan media massa.

Komunikasi massa memiliki beberapa karakteristik yang dikemukakan

oleh para ahli seperti menurut Wright, komunikasi dapat dibedakan dari

corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu:

a. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim

Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, relatif besar dan

anonim. Artinya komunikan komunikasi massa berjumlah relatif

besar, mempunyai heterogenitas komposisi yang terdiri dari berbagai

kelompok dalam masyarakat dan tidak saling mengenal satu sama lain

serta tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung.

61

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991) , hal

188. 62

Ibid.

Page 38: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Pesan disampaikan secara terbuka

Pesan komunikasi massa yang disampaikan tidak hanya untuk satu

orang atau sekelompok orang tertentu namun disampaikan terbuka

untuk khalayak yang plural.

c. Pesan diterima secara serentak pada waktu yang sama dan bersifat

sekilas (khusus untuk media elektronik)

Pesan yang diterima oleh komunikan diterima secara serentak artinya

khalayak bisa menerima pesan tersebut dalam waktu yang hampir

bersamaan. Untuk media elektronik pesan bersifat hanya sekilas.

d. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang

kompleks yang melibatkan biaya besar.63

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, melainkan

kumpulan orang. Artinya gabungan antara berbagai macam unsur dan

bekerjasama satu sama lain dalam sebuah lembaga atau organisasi

yang menggunakan biaya besar.

Selain karakteristik komunikasi massa yang telah disebutkan, penting

juga untuk mengetahui fungsi komunikasi massa. Menurut Dr. Harold D

Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai berikut :64

63

Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. (Bandung :Simbosa Rekatama

Media,2007), hal 4.

Page 39: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

a. The surveillance of the environtment (Pengawasan Lingkungan)

Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan

atau pemberi informasi pada masyarakat luas.

b. The correlation of parts of society in responding to the environtment

(Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan)

Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai

lingkungan dan pemakaiannnya untuk berperilaku dalamreaksinya

terhadap peritiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial

atau propaganda. Editorial dapat dikatakan sebagai

pertanggungjawaban atas berita-berita yang dipilih dandisajikan,

tanggungjawab atas komitmen terhadap pembangunan masyarakat.

Hal ini berhubungan dengan fungsi editorial, yakni: pertama,

memberikan bimbingan kepada masyarakat agar dalam kehidupannya

lebih efektif, atau dengan perkataan lain memberikan bimbingan

kepada masyarakat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang

dihadapi di masyarakat. Kedua, memberikan penjelasan kepada

pembaca tentang berita-berita hangat atau aktual. Ketiga, mengajak

pembaca berbincang tentang suatu persoalan aktual sebelum berita itu

terlanjur menjadi pendapat utama (public opinion).

c. The tranmission of the social heritage from one generation to the next

(transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya)

64

Darwanto S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan. (Yogyakarta: PustakaPelajat, 2007), hal 32-

33

Page 40: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi, pengetahuan,

nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau

dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru.

Umumnya kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan.

5. Film

Film merupakan media komunikasi massa dengar pandang (audio visual)

yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan menggunakan bahan

baku selluloid dalam berbagai ukuran melalui proses kimiawi dengan

atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan

sistem proyeksi mekanik.65

Dalam perkembangannya, film diartikan

sebagai rekaman gambar dan atau objek gambar bergerak, lukisan dan

suara menggunakan film, video tape, video disket yang dapat

dipertunjukkan.66

Film awalnya dikenal dengan nama bio-scope (secara

harfiah diterjemahkan sebagai gambar hidup).67

Pertama kali

dipertunjukkan di Paris pada tahun 1895 oleh Auguste dan Louis

Lumiere di Grand Café, Boulevard des Capucienes. Dari sinilah

kemudian gambar hidup yang dikemudian hari dan seterusnya dikenal

dengan sebutan film, menyebar ke seluruh dunia. Tahun 1986 menyebar

ke London (Inggris), St. Petersburg (Rusia) dan Bombay (India). Tahun

65

Budi Sampurno, Peranan Badan Sensor Film dalam Ikut Menjaga Wajah Wanita dalam Film,

dalam Jurnal Media Massa dan Wanita, Proyek Studi Gender dan Pembangunan Fisip UI dan

UND Fund for Women (UNIFEM), 1992, hal 80. 66

Ibid. 67

Yan Widjaya, “Sekilas Sejarah Film Indonesia 1900 – 2007”, dalam majalah Cinemags 100

(November,2007), hal 95.

Page 41: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

berikutnya di Jepang, pada awal abad ke-20 di Indonesia, tahun 1903 di

Korea dan tahun 1905 di Italia.68

Menurut McQuail, film merupakan media yang memiliki kelebihan

selain informatif dan jangkauan luas juga punya sisi seni dan

hiburan.69

James Monaco dalam How to Read a Film menyatakan bahwa

film bisa dilihat dari tiga kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi

estetika dan sinematografi), Film (hubungannya dengan hal di luar film,

seperti sosial dan politik), dan movies (sebagai barang dagangan). Film

sebagai film merupakan fungsi kritik sosial, namun kita masih sering

menduelkan antara cinema (sebagai art) dan movies (sebagai

komersiil).70

Di Indonesia, film mempunyai fungsi mulia sesuai yang tercantum dalam

Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 bahwa

film :

“….bukan semata barang dagangan, tetapi merupakan alat

pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang

besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi dapat

menyumbangkan dharma bhaktinya dalam menggalang persatuan

dan kesatuan nasional, membina nation dan character building

mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”71

68

Haris Jauhari (ed), Layar Perak tahun : 90 Tahun Bioskop di Indonesia ( Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama,1992), hal 11. 69

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa Vol1, (Jakarta: Salemba Humanika,2011), hal 14. 70

Eric Sasono, Benarkah Film Indonesia Langka akan Kritik Sosial, (Kompas, 17 Juli 2005) 71

Ekky Al-Malaky, loc.cit.

Page 42: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Menurut beberapa teori film, film merupakan arsip sosial yang dapat

menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakat saat itu.72

Jika fungsi dan

teori ini berjalan dengan baik, maka dalam setiap film yang dibuat akan

menampilkan identitas kultural bangsa, yakni kehidupan sosial, agama,

suku dan kelas ekonomi bangsa Indonesia tiap zaman.

a. Struktur Film

Secara fisik sebuah film dapat dilihat satu persatu hingga menjadi

tiga unsur yatu73

:

1) Shot

Merupakan proses pengambilan gambar dengan bingkai dan

teknik kamera tertentu dalam sekali pengambilan gambar.

2) Scene

Merupakan satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang

memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan yang diikat

oleh ruang, waktu, isi tema dan karakter. Scene dalam bahasa

Indonesia disebut sebagai adegan. Satu scene terdiri dari beberapa

shot.

3) Sequence

Merupakan segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian

peristiwa yang utuh. Dalam bahasa Indonesia disebut babak,

dimana satu sequence tersusun dari beberapa scene yang saling

berkaitan.

72

Ekky Imanjaya, loc.cit. 73

Pratista Himawan, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian,2008), hal 29-30.

Page 43: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

b. Penokohan dalam Film

Penokohan dalam sebuah cerita dapat disebut juga perwatakan atau

karakterisasi. Suban membagi tokoh atau karakter berdasarkan

kedudukannya ke dalam tiga bagian74

:

1) Karakter Utama (Main Character)

Karakter atau tokoh utama adalah karakter yang mengambil

perhatian terbanyak dari pemirsa dan menjadi pusat perhatian

pemirsa.

2) Karakter Pendukung (Secondary Character)

Karakter pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi

dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-

kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang

membantu karakter utama.

3) Karakter Figuran (Incedental Character)

Karakter ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah

cerita. Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan

figuran saja. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada,

dialognya hanya bersifat informatif. Karakter figuran ini biasanya

hanya tampil di beberapa adegan saja.

74

Fred Suban, Yuk...Nulis :Skenario Sinetron, Panduan Menjadi Penulis SkenarioSinetron

Jempolan, (Jakarta : Gramedia, 2009), hal 68.

Page 44: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

6. Film sebagai Media Komunikasi Massa

Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan

pesan dari komunikator (produser) kepada komunikan (penonton). Dalam

menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagai media yang

benar-benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkontruksi

pesan lewat bahasa audio visual.75

Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di

dalam sosial kultural, artistik, politik dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film

dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh

pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik

perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film

mempunyai kemampuan mengantarkan pesan secara unik.76

Film tidak

lagi dimaknai sekedar karya seni tetapi sebagai praktik sosial

(Tumer,1991) serta komunikasi massa (Jowett and Linton, 1981). 77

Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah

suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuahfilm ada pesan yang ingin

dikomunikasikan pada penonton dalam konteksnya sebagai media

komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah bertutur.

Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam

75

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : RemaKaryanti., Komunikasi Massa: Suatu

Pengantar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,,2007), hal 137. 76

Dennis Mc Quail, Mass Communication Theoris,(London: Sage Publications,,1994) 77

Budi Irawanto, Film, Idiologi, dan Hegemoni Militer dalam Sinema

Indonesia,(Yogyakarta:Media Pressindo,1999)

Page 45: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

unsur format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan

sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David

Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan dengan

makna yang lebih luas.78

Media film merupakan salah satu media massa dimana media massa

mempunyai karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah

besar dan luas.79

McLuhan membagi media dalam dua jenis, yaitu media

panas dan media dingin. Media panas adalah media yang tidak menuntut

perhatian besar dari pendengar,pembaca dan penonton media yang

bersangkutan. Sedangkan media dingin merupakan media yang

membutuhkan partisipasi yang cukup besar.80

Film adalah contoh media

panas. Ketika seseorang menonton film, tidak ada upaya keras untuk

menerima dan memahami pesan dari media tersebut, tidak membutuhkan

daya imajinasi dan film dapat menyampaikan simbol-simbol di

dalamnya. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi

individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga

bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan

nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan

hiburan.81

78

David Bardwell, Narration in The Fiction Film, (Wisconsin : The University of Wisconsin

Press, 1985), hal xi. 79

Morrisan,Andy Corry, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa,(Bogor:Ghalia Indonesia, 2010) 80

Ibid,hal 37. 81

McQuail,Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua,( Jakarta: Salemba

Humanika,1996)

Page 46: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

De Fleur dan Dennis Malvin mengatakan bahwa film di sisi produksi

dapat dikatakan sebagai wahana untuk menuangkan ekspresi yang dapat

mempengaruhi atau menghibur. Bahkan sebuah film dapat dijadikan

sebagai media penyampaian pernyataan politik dan sosial. Dalam

pembuatan film, pembuat film mengemas film sehingga mampu untuk

menarik penerima pesan secara emosional, bahkan sebuah film dalam

mencapai tujuan tersebut mengambil realitas masyarakat sebagai yang

diyakini sebagai “kebenaran” untuk menjadi landasan film.82

Dalam model komunikasi Jakobson, dapat dilihat bahwa sebuah film

mengandung unsur komunikasi karena selain terkait dengan aktor utama

komunikasi yaitu addresser (dalam hal ini pembuat film) dan

addresse(dalam hal ini penonton), dapat juga dilihat bahwa film

memiliki pesan tersendiri, baik berupa pesan tentang nilai-nilai

patriotisme, pesan moral ataupun hal lainnya.

Bagan 1.1

Model Komunikasi Jakobson83

Context Message

Addresser -------------------------------------------------------------- Adresse

Contact Code

82

Edward Jay Whetmore, Media, Form, Content and Consequence of Mass Communication,

(California: Wardsworth Publishing Company, 1989), hal 229. 83

John Fiske, Introduction to Mass Communication Studies, (London,: Routledge, 1990), hal 35.

Page 47: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh sebuah film, terdapat

pesan yang ingin dikirimkan antara pembuat dengan penonton. Pesan

yang dikirimkan tersebut dalam konteks komunikasi Jakobson adalah

massage (pesan). Dalam penelitian ini pesan yang ingin dilihat adalah

bagaimana sebuah film membawa pesan-pesan yang tampak mengenai

nilai-nilai patriotisme.

7. Analisis Isi

Secara umum ada dua bentuk aliran (paradigma) dalam studi isi. Pertama

aliran transmisi. Aliran ini melihat komunikasi sebagai bentuk

pengiriman pesan yang statis. Asumsi dari aliran ini adalah adanya

hubungan satu arah dari media kepada khalayak. Kata kunci dari aliran

ini adalah pesan (message) yang merupakan isi yang statis (bentuk

seperti yang disampaikan oleh pengirim).Kedua, aliran produksi dan

pertukaran makna. Aliran ini melihat komunikasi sebagai proses

penyebaran ( pengiriman dan penerimaan). Yang dilihat dalam aliran ini

bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tapi bagaimana masing-

masing pihak yang terlibat dalam proses komununikasi dapat

memproduksi dan saling bertukar makna. Kata kunci dalam aliran ini

adalah makna (meaning). Makna bukanlah isi yang statis melainkan

produk konstruksi dan interaksi antara si pengirim dan penerima.84

84

John Fiske, loc.cit

Page 48: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pesan adalah apa yang terlihat (dapat didengar, dirasakan atau dibaca).

Karena pesan adalah sesuatu yang terlihat secara langsung, maka

penelitian dari aliran transmisi pada dasarnya adalah menghitung dan

mengukur. Sedangkan makna adalah apa yang tersirat (bersifat laten,

tidak dapat dilihat atau didengar secara langsung), maka penelitian dari

aliran produksi dan pertukaran makna pada dasarnya adalah menafsirkan.

Teknik analisis isi kuantitatif terlahir dari aliran transmisi. Pada analisis

isi kuantitatif yang menjadi pusat perhatian peneliti adalah menghitung

dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Barelson

mendefinisikan analisis isi sebagai suatu teknik penelitian yang

dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi

komunikasi yang tampak.85

Sedangkan menurut Holsti, analisis isi adalah

suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dilakukan secara

objektif dan identifikasi sistematis dari karakteristik pesan.86

Secara

umum analisis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai suatu teknik

penelitian ilmiah yang ditujukan untuk megidentifikasi secara sistematis

isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel

dan dapat direplika.Objektif artinya penelitian dilakukan untuk

mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya tanpa adanya

campur tangan peneliti. Penelitian menghilangkan bias, keberpihakan

atau kecenderungan tertentu dari peneliti. Sistematis artinya semua

85

Bernar Barelson, Content Analysis in Communication Research,(New York : The Free Press,

1952), hal 18. 86

Ole R. Holsti, Content Analysis for the Social Science and Humanities. (Massachusetts:

Addison-Westley Publishing,1969), hal 14.

Page 49: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

tahapan dalam proses penelitian telah dirumuskan secara jelas dan

sistematis. Dan replikabel berarti penelitian dengan temuan tertentu dapat

diulang dengan menghasilkan temuan yang sama pula.

Holsti mengemukakan tiga fungsi analisis isi yaitu87

:

a. Menggambarkan karakteristik pesan

b. Membuat kesimpulan penyebab dari suatu pesan (proses encoding)

c. Menarik kesimpulan mengenai efek dari komunikasi

Penelitian ini berfokus pada fungsi analisis Holsti yaitu menggambarkan

karakteristik pesan. Analisis di sini dipakai untuk menjawab pertanyaan

“what,to whom, dan how”. Pertanyaaan “what” berkaitan dengan

penggunaan analisis isi untuk menjawab pertanyaan mengenai apa isi

dari suatu pesan, tren dan perbedaan antara pesan dari komunikator yang

berbeda. Pertanyaan “to whom” dipakai untuk menguji hipotesis

mengenai isi pesan yang ditujukan pada khalayak yang berbeda.

Sementara “how” terutama berkaitan dengan penggunaan analisis isi

untuk menggambarkan bentuk dan teknik-teknik pesan. Penelitian ini

menggunakan analisis isi untuk menjawab pertanyaan “what” tentang

perbedaan antara pesan dari komunikator yang berbeda.

Dilihat dari pendekatannya, analisis isi dapat dibagi ke dalam tiga bagian

besar yaitu analisis isi deskriptif, eksplanatif dan prediktif.88

Analisis isi

87

Ibid.

Page 50: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan

secara detail suatu pesan atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi

deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu atau

menguji hubungan antar variabel.89

Pendekatan analisis isi lainnya yaitu analisis isi eksplanatif. Dalam

analisis isi eksplanatif, terdapat pengujian hipotesis tertentu dan juga

mencoba membuat hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Analisis ini tidak hanya sebatas menggambarkan secara deskriptif isi dari

suatu pesan tetapi juga mencari hubungan antara pesan ini dan variabel

lain. 90

Pendekatan analisis isi yang ketiga yaitu analisis isi prediktif. Analisis

ini berusaha untuk memprediksi hasil seperti yang tertangkap dalam

analisis isi dengan variabel lain.91

Peneliti tidak hanya menggunakan

variabel lain diluar analisis isi, tetapi juga menggunakan hasil penelitian

dari metode lain (seperti survey dan eksperimen). Data dari dua hasil

penelitian tersebut (analisis isi dan metode lain) dihubungkan dan dicari

keterkaitannya.92

88

Eriyanto, Analisis Isi (Pendekatan Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu

Sosial Lainnya), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 46. 89

Ibid, hal 47. 90

Ibid, hal 49. 91

Kimberly A. Neuendorf, The Content Analysis Guidebook, (Thousand Oaks: Sage

Publications,2002), hal 55. 92

Eriyanto, op.cit, hal 53.

Page 51: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Menurut Krippendof, analisis isi menempati kedudukan yang penting

diantara metodologi penelitian lainnya karena kemampuan yang

dimilikinya. Pertama, ia mampu menerima komunikasi simbolik yang

relatif tidak terstruktur sebagai data dan kedua, ia mampu menganalisis

gejala yang tak teramati melalui medium data yang berkaitan dengan data

tersebut.93

“in content analysis, units may be single words or longer text

segments, photographic images, minutes of video recordings, scene

in fictional television programs, web pages, utterance, distinc

meaning to analyze.”

Dalam analisis isi, unit analisis bisa berupa kata-kata tunggal atau teks

dalam segmen yang lebih panjang, gambar foto, durasi dalam rekaman

video, adegan dalam program fiksi televisi, halaman web,ungkapan yang

memiliki arti berbeda untuk dianalisis.94

Sejumlah ahli merumuskan beberapa jenis unit analisis dalam analisis isi.

Holsti (1969) dan Budd, Thorp dan Donohew(1971) mengidentifikasikan

ada dua jenis unit analisis penting dalam analisis isi yaitu unit pencatatan

dan unit konteks. Weber (1994) hanya mengidentifikasi satu jenis unit

analisis yakni unit pencatatan. Sementara Riffe et al. (1998) dan

Kripendorff (2004) mengidentifikasi unit analisis lain selain unit analisis

pencatatan dan unit konteks yaitu unit sampel.95

93

Klaus Krippendorf, Analisis Isi :Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Rajawali

Press,1991), hal 35. 94

Ibid, hal 220. 95

Eriyanto, op.cit, hal 60.

Page 52: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Secara umum dari berbagai unit analisis yang ada dalam analisis isi dapat

dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni unit sampel (sampling unit), unit

pencatatan (recording unit) dan unit konteks (context unit). Unit sampel

adalah unit yang dipilih oleh peneliti untuk didalami. Unit ini ditentukan

oleh topik dan tujuan riset yang menentukan isi apa yang akan diteliti dan

yang tidak diteliti. Unit pencatatan berkaitan dengan bagian apa dari isi

yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Sementara unit konteks adalah

konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau memberi

arti pada hasil pencatatan.96

Unit pencatatan adalah unit yang paling penting dalam analisis isi.

Setidaknya ada lima jenis unit pencatatan (lihat Riffe et al.,1998 dan

Krippendorff, 2004) yaitu :

a. Unit Fisik

Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran

fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung

dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat

berupa waktu (durasi).97

96

Eriyanto, op.cit, hal 61-64. 97

Eriyanto, op.cit,hal 64.

Page 53: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

b. Unit Tematik

Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks.

Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks

berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang

dikatakan Holsti (1969:116) juga memungkinkan peneliti

melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu teks.98

c. Unit Referensial

Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni

kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada

sesuatu yang sama.99

Sedangkan Krippendorff menyebut unit

referensial ini sebagai unit kategoris.100

Kata-kata yang mirip,

sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai

satu kesatuan.

d. Unit Sintaksis

Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan elemen atau

bagian bahasa dari suatu isi. Elemen bahasa ini tergantung dari

jenis teks. Untuk bahasa tertulis unit bahasa ini dapat berupa kata,

kalimat atau anak kalimat. Untuk bahasa gambar dapat berupa

98

Eriyanto, op.cit, hal 84. 99

Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative

Applications in the Soscial Science, Vol 6. (London : Sage Publications, 1994), hal 264. 100

Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (Thousan Oaks:

Sage Publications,1980), hal 105.

Page 54: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

potongan adegan, gambar dan sebagainya. Dalam unit sintaksis

cara yang digunakan adalah menghitung frekuensi dari unit

bahasa seperti berapa kali kata “teroris” muncul dalam suatu

teks.101

e. Unit Proporsional

Unit proporsional adalah unit analisis yang menggunakan

pernyataan (proposisi) yang menghubungkan dan mempertautkan

satu kalimat dan kalimat lain dan menyimpulkan pernyataan yang

terbentuk dari rangkaian antar kalimat ini.102

8. Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian mengenai metode analisis isi kuantitatif yang

digunakan dalam mengkaji aspek pesan komunikasi di bidang ilmu

komunikasi. Di UNS sendiri telah banyak peneliti yang menggunakan

analisis isi untuk mengkaji berbagai media seperti koran, majalah, iklan

dan tayangan televisi. Namun di UNS masih jarang bahkan peneliti

belum menemukan penelitian komunikasi yang menggunakan metode

analisis isi kuantitatif untuk meneliti film. Penelitian film di UNS

biasanya menggunakan analisis semiotika dan wacana. Alasan ini yang

membuat peneliti terdorong untuk melakukan penelitian film dengan

metode analisis isi kuantitatif.

101

Eriyanto, op.cit, hal 71. 102

Eriyanto, op.cit, hal 80

Page 55: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Penelitian analisis isi di komunikasi UNS kebanyakan didominasi oleh

penelitian pada media cetak dan tayangan televisi. Salah satu penelitian

media elektronik yang menggunakan analisis isi kuantitatif adalah

penelitian yang dilakukan oleh Gembong Triantoro (2012) dengan judul

Perbandingan Pesan Moral dalam Sinetron (Studi Perbandingan

Analisis Isi Pesan Moral dalam Sinetron Sampean Muslim di MNC TV

dan Binar bening Berlian di RCTI periode Desember 2011). Penelitian

tersebut menganalisis perbedaan isi dalam dua sinetron yang ditayangkan

oleh dua stasiun berbeda yaitu Sinetron Sampean Muslim di MNC TVdan

Binar bening Berliandi RCTI selama periode Desember 2011. Sample

yang digunakan yaitu 10 episode pada masing-masing sinetron yang

tayang selama bulan Desember 2011. Unit analisis yang digunakan

berupa sikap dan kata-kata yang ada dalam scene. Sikap dan ucapan yang

mengandung pesan moral diperinci kedalam 9 kategori yaitu

sabar,jujur,sopan, rendah hati, taat beribadah, tawakkal, penolong, takwa

dan penyesalan. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan

frekuensi pesan moral dari kedua sinetron. 103

Objek penelitian Gembong hampir sama dengan apa yang akan diteliti

oleh peneliti yaitu dua buah media elektronik, meskipun peneliti

menggunakan media film dan penelitian Gembong menggunakan media

sinetron di televisi. Namun jika penelitian Gembong dimaksudkan untuk

103

GembongTriantoro, Skripsi “Perbandingan Pesan Moral dalam Sinetron (Studi Perbandingan

Analisis Isi Pesan Moral dalam Sinetron Sampean Muslim di MNC TV dan Binar bening Berlian

di RCTI periode Desember 2011)”, Surakarta,2012, hal viii

Page 56: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

menguji hipotesis tentang adanya perbedaan dari kedua sinetron, peneliti

lebih memilih untuk menggunakan pendekatan deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan tanpa adanya maksud untuk melakukan uji

hipotesis seperti yang dilakukan dalam penelitian milik Gembong

Triantoro (2011).

Penelitian lain tentang analisis isi yang juga mengkaji film sebagai objek

penelitiannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iqbal

Fahmi (2014) dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

dengan judul “Dimensi-Dimensi Kekerasan dalam Film Fast and Furious

(Analisis Isi pada Film Fast and Furious 6)”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan eksplanatif dengan hasil hipotesis diterima

yang menyatakan bahwa terdapat kekerasan dengan berbagai dimensi di

film Fast and Farious 6. Dimensi-dimensi kekerasan tersebut antara lain

bentuk kekerasan, tokoh pelaku kekerasan, tokoh korban kekerasan,

gender pelaku kekerasan, gender korban kekerasan, efek kekerasan, motif

kekerasan dan sumber kekerasan. Dari penelitian inilah peneliti

menggunakan dimensi pelaku selain nilai-nilai patriotisme karena

melihat dimensi ini berperan penting untuk melihat siapa tokoh yang

paling dominan menampilkan nilai-nilai patriotisme dalam film.

Selain dua penelitian tersebut, penelitian internasional yang dilakukan

Srividya Ramasubramanian (2005) dari Departemen Komunikasi Texas

& AM University dengan judul “A Content Analysis of The Portrayal of

Page 57: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

India in Films Produced in West”104

juga mengkaji film dengan

menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

pendekatan deskriptif yang meneliti kapan,dimana dan bagaimana India

dan masyarakat India digambarkan dalam film-film Barat dari tahun

1993-2005. Dari populasi sebanyak 125 film diambil 24 film sebagai

sampel dengan cara random sampling. Unit analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah scene dan karakter dalam film yaitu 1.016

scene dan 421 karakter. Unit scene dianalisis melalui dua kategori yaitu

environmental variables dan socio-cultural variable. Environmental

variables atau variabel lingkungan terdiri dari iklim,polusi,pemandangan

sekitar, moda transportasi dan kehadiran burung atau binatang. Socio-

cultural variables atau variabel-variabel sosial-budaya terdiri dari agama,

aktivitas saat senggang, status wanita dan kemiskinan. Sedangkan untuk

unit karakter dianalisis melalui kategori peran, gender, ras, pekerjaan,

kelas, tempat tinggal dan bahasa. Hasil dari penelitian ini yaitu

polusi,panas, suasana pedesaan, transportasi tradisional,dan ritual

kegamaan lebih sering ditampilkan dalam adegan yang dilakukan di India

daripada di Barat. Sementara dalam level karakter, kemiskinan, pekerjaan

tradisional dan berbicara bahasa Inggris dengan logat yang kental juga

lebih sering ditampilkan dalam adegan yang dilakukan di India daripada

di Barat. Seperti yang digunakan dalam penelitian tersebut, peneliti juga

104

Srividya Ramasubramanian, “A Content Analysis of The Portrayal of India in Films Produced

in West”. The Howard Journal of Communicatios, 16:243-265, 2005,

http://people.tamu.edu/~srivi/newindex/Research_files/Ramasubramanian_2005_HJoC.pdf,

diakses 15 November 2014 pukul 22:48 WIB.

Page 58: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

memilih untuk menggunakan pendekatan deskriptif untuk menganalisis

nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah

(2010) dan Sang Kiai (2013).

Page 59: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

F. Kerangka Pemikiran

Bagan 1.

Kerangka Pemikiran

Film

Sang Kiai (2013)

Deskripsi Sinopsis,Tema

dan Adegan

Nilai-Nilai

Patriotisme :

1. Keberanian

2. Rela Berkorban

3. Pantang

Menyerah

4. Kesetiakawanan

Sosial

5. PercayaDiri

6. Toleransi

Tokoh Pelaku

Patriotisme:

1. Utama

2. Pendukung

3. Figuran

4. Utama dan

Pendukung

5. Utama dan

Figuran

6. Pendukung dan

Figuran

Potongan Adegan yang

Menampilkan Nilai-Nilai

Patriotisme dalam Film

Sang Pencerah (2010)

Hasil Analisis Hasil Analisis

Perbandingan Analisis Isi PesanNilai-

Nilai Patriotisme dalam Film Sang

Kiai(2013) dan Film Sang Pencerah

(2010)

Film Sang

Pencerah (2010)

Deskripsi Sinopsis,Tema

dan Adegan

Potongan Adegan yang

Menampilkan Nilai-Nilai

Patriotisme dalam Film Sang

Kiai (2013)

Nilai-Nilai

Patriotisme :

1. Keberanian

2. Rela Berkorban

3. Pantang

Menyerah

4. Kesetiakawanan

Sosial

5. PercayaDiri

6. Toleransi

Tokoh Pelaku

Patriotisme:

1. Utama

2. Pendukung

3. Figuran

4. Utama dan

Pendukung

5. Utama dan

Figuran

6. Pendukung dan

Figuran

Page 60: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

G. Definisi Konseptual

1. Nilai-Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, makna isi dan pesan, semangat

atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep dan teori

sehingga bermakna secara fungsional serta menjadi acuan dari sistem

atas keyakinan diri maupun kehidupan.

Nilai merupakan hal yang penting dan perlu ada dalam kehidupan

sebagai acuan atau pedoman bertindak. Nilai adalah prinsip yang

menjadi acuan dalam bertingkah laku atau bahkan berpikir.

2. Patriotisme

Dalam International Ensyclopedia of Government and Politic,

patriotisme diartikan sebagai suatu kebaikan (budi luhur) yang

mendorong kesiapsiagaan dan keinginan kuat untuk berkorban bagi

kesejahteraan negara dan tanah tumpah darah seseorang.105

Patriotisme didasari oleh kebaikan atau budi luhur yang dimiliki

seseorang. Kebaikan yang dimiliki inilah yang mendorong seseorang

untuk berkorban dengan penuh keberanian dan pantang menyerah

demi kesejahteraan tanah airnya.

105

Pengertian Patriotisme dalam International Ensyclopedia of Government and Politic, loc.cit

Page 61: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Simpson menyebutkan patriotisme setidaknya memiliki 3 unsur yaitu

cinta tanah air, keinginan untuk menyejahterakannya dan kesediaan

untuk melayani dengan tujuan untuk bagaimana mengembangkan dan

mempertahankan negaranya sendiri.106

Cinta tanah air digambarkan

dengan bagaimana seseorang berani dan rela untuk melakukan

pengorbanan demi tanah air. Keinginan untuk menyejahterakan dan

kesediaan untuk melayani digambarkan dengan bagaimana seseorang

peduli dengan kesejahteraan bangsanya dan kerelaan mengabdi demi

mengembangkan dan mempertahankan negaranya sendiri .

Staub membagi patriotisme dalam dua jenis yaitu patriotisme buta dan

patriotisme konstruktif. Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah

keterikatan pada negara dengan ciri khas tidak mempertanyakan

segala sesuatu , loyal dan tidak toleran terhadap kritik. Sementara

patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah keterikatan pada

bangsa dan negara dengan ciri khas mendukung adanya pertanyaan

dan kritik dari anggotanya terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan/

terjadi sehingga diperoleh suatu perubahan positif guna mencapai

kesejahteraan bersama. Namun dari dua jenis patriotisme diatas,

patriotisme konstruktif selayaknya lebih merasuk dalam jiwa kita

karena patriotisme konstruktif tetap mencintai dan loyal pada

bangsanya dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yaitu toleran

terhadap kritik. Staub dan Bar-tal menghimbau dalam bukunya

106

Carolyn Simpson, loc.cit.

Page 62: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

“Patriotism-in the lives of individuals and nations” untuk

mempopulerkan dimensi patriotisme yang semestinya lebih merasuk

yaitu constructive patriotism.107

Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa secara umum patriotisme

dapat diartikan perasaan cinta dan loyal pada tanah air serta keinginan

untuk menyejahterakan tanah air yang diwujudkan melalui sikap

berani, percaya pada kemampuan diri, setia kawan sosial, pantang

menyerah dan rela mengorbankan segala-galanya untuk tanah air

namun tetap toleran pada kritik dan masukan. Seseorang yang

mempunyai jiwa patriotisme akan melakukan berbagai cara demi

kesejahteraan tanah airnya. Ia akan berjuang dengan gagah berani dan

rela mengorbankan apa yang ia miliki untuk tanah airnya. Ia tidak

akan menyerah, ia tidak memikirkan tentang nasibnya apakah ia

menderita atau bahagia asalkan ia dapat menolong sesama dan

membuat tanah airnya sejahtera. Dan sebagai patriot yang baik, ia

akan melakukan semua itu dengan penuh percaya diri namun tetap

menghormati orang lain dengan tetap toleran terhadap kritik dan

evaluasi.

3. Nilai-Nilai Patriotisme

Dari penjelasan tentang patriotisme, maka dapat ditarik beberapa poin

nilai-nilai patriotisme yaitu :

107

Bar-Tal, loc.cit.

Page 63: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a. Keberanian

Keberanian merupakan kekuatan dari dalam jiwa seseorang untuk

melakukan tugas baik berupa tindakan maupun perkataan demi

kebenaran dan kebaikan atau untuk mencegah suatu keburukan

dan menyadari serta menerima segala bahaya dan resiko yang

mungkin akan terjadi.

b. Rela Berkorban

Rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya

kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki

untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi

diri sendiri. Sesuatu yang dimiliki tersebut dapat berupa hartanya,

keluarganya, orang yang dicintainya maupun badan dan

nyawanya sendiri.

c. Pantang Menyerah

Pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang

yang gigih, tanpa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan

yang lain dan akhirnya mencapai keberhasilan. Seseorang yang

pantang menyerah akan melakukan hal yang sama walaupun telah

gagal sebelumnya. Walaupun ia menerima hambatan mapun

siksaan baik secara fisik ataupun batin, ia tetap tidak akan

menyerah. Pantang merupakan sikap bertahan untuk tetap

Page 64: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

melakukan apa yang diinginkan walaupun menghadapi kegagalan,

hambatan dan rintangan.

d. Kesetiakawanan Sosial

Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas,

empati dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang

lain atau egois. Solidaritas adalah kata lain dari kasih, yang

menggerakkan kaki, tangan, hati dan seluruh kepribadian

manusia. Tujuan dari solidaritas adalah berbagi kehidupan dengan

sesama yang menderita,dan menolong kebangkitannya untuk

memperoleh kebebasan, keadilan, dan hak serta

martabatnya.Sedangkan empati merujuk pada sikap dan perasaan

yang merasakan dan memahami kondisi emosi orang lain.

e. Percaya Diri

Percaya diri artinya keyakinan dalam jiwa manusia bahwa dirinya

mampu dan bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi

dengan berbuat sesuatu. Dengan demikian individu akan

bertingkah laku menurut apa yang dirasakan nya benar sehingga

individu tersebut dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu

situasi dengan sangat baik dalam arti memiliki kepercayaan

terhadap kemampuan diri sendiri.

Page 65: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

f. Toleransi

Toleransi artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang

berpendapat lain dan berhati lapang terhadap orang – orang yang

mempunyai pendapat yang berbeda. Toleransi adalah rasa hormat,

penerimaan dan penghargaan berbagai bentuk ekspresi diri, dan

cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah kerukunan dalam

perbedaan.

4. Tokoh Pelaku Patriotisme

Tokoh pelaku patriotisme adalah tokoh dalam cerita yang

menampilkan nilai-nilai patriotisme melalui perilaku atau dialognya.

Penokohan ini dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak mengambil

perhatian pemirsa.

b. Tokoh Pendukung

Tokoh pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi

dan yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-

kadang karakter pendukung bisa memainkan peranan yang

membantu karakter utama.

Page 66: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

c. Tokoh Figuran

Tokohfiguran adalah tokoh yang mengisi dan melengkapi sebuah

cerita. Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada,

dialognya hanya bersifat informatif. Tokoh figuran ini biasanya

hanya tampil di beberapa adegan saja.

H. Definisi Operasional

Menurut Kerlinger, definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu

variabel dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang digunakan

untuk mengukur variable tersebut, dengan kata lain definisi operasional

merupakan spesifikasi kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur

variabel.108

Dalam penelitian ini, variable diukur berdasarkanfrekuensi nilai-

nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film. Nilai-nilai patriotisme diukur

melalui lama durasi dan jumlah potongan adegan yang menampilkan nilai-

nilai patriotisme.

Ada dua dimensi yang dilihat dalam penelitian ini yaitu dimensi nilai-nilai

patriotisme dan dimensi lain yaitutokoh pelaku patriotisme.

1. Dimensi Nilai-Nilai Patriotisme

Unit analisis yang digunakan dalam dimensi nilai-nilai patriotisme

adalah unit tematik dan unit fisik. Dalam unit tematik, nilai-nilai

108

Fred M Kerlinger .Asas-Asas Penelitian Behavioral (Diterjemahkan oleh Landung R

Situmorang dan H.J Koesoemanto). (Yogyakarta : Gajah Mada University Press.1995), hal 51

Page 67: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

patriotisme dikoding berdasarkan 6 kategori nilai-nilai patriotisme yaitu

keberanian, rela berkorban, pantang menyerah, kesetiakawanan sosial,

percaya diri, dan toleransi yang diukur melalui perilaku dan dialog

dalam film. Dalam penelitian ini perilaku yang dimaksudkan adalah

tindakan dan atau bahasa tubuh para tokoh dalam film yang

menampilkan pesan nilai-nilai patriotisme. Sedangkan yang dimaksud

dialog dalam penelitian ini adalah percakapan dalam film baik secara

lisan maupun tulisan antara dua tokoh atau lebih yang menampilkan

nilai-nilai patriotisme.

a. Keberanian

Indikator keberanian yaitu perilaku dan atau dialog yang

menunjukkanperasaan berani, tidak takut, dan kesiapan

menghadapi bahaya seperti melawan penjahat atau penjajah,

menyerang, melakukan hal yang beresiko.109

Bahasa tubuh yang

menunjukkan keberanian yaitu meregangkan kedua telapak kaki

ketika berdiri.110

b. Rela Berkorban

Indikator rela berkorban yaitu perilaku dan atau dialog yang

menunjukkan kesediaan mengorbankan sesuatu yang dimiliki untuk

orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri

109

Peter Irons, loc.cit. 110

Ahmad Salim Badawilan,Membangkitkan Energi Diri (Self Power), (Yogyakarta: Gerai Ilmu,

2010), halaman 179.

Page 68: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

sendiri. Contohnya seperti kehilangan nyawa, mendapatkan

siksaan,kehilangan harta dan keluarga demi orang lain.111

c. Pantang Menyerah

Indikator pantang menyerah yaitu perilaku dan atau dialog yang

menunjukkankegigihan untuk mendapatkan sesuatu yang

diinginkan dan tetap melakukan sesuatu yang ia yakini seperti

bertahan pada keyakinan atau keinginan, tanpa bosan berusaha,

bangkit dari kegagalan.112

d. Kesetiakawanan Sosial

Indikator kesetiakawanan sosial yaitu perilaku dan atau dialog yang

menunjukkan solidaritas dan empati pada sesama seperti menolong

orang lain yang menderita,peduli pada kesusahan orang lain,

memberi pada sesama yang membutuhkan.113

e. Percaya Diri

Indikator percaya diri yaitu perilaku dan atau dialog yang

menunjukkan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu seperti

melakukan sesuatu tanpa ragu, menyampaikan pendapat dengan

lantang.114

Selain itu beberapa bentuk bahasa tubuh juga

111

Anis Matta, loc.cit. 112

Anis Matta, loc cit. 113

Darmadi, loc.cit. 114

Fashikhah, loc.cit.

Page 69: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

menunjukkan kepercayaan diri seperti menghadapkan telapak

tangan ke atas, mengepalkan telapak tangan lalu mengangkatnya ke

atas115

, berjalan dengan cepat dan tegap, tangan menjepit di

belakang kepala dan kaki disilangkan.116

f. Toleransi

Indikator toleransi yaitu perilaku dan atau dialog yang

menunjukkan kesabaran, menahan diri,membiarkan orang

berpendapat lain, lapang dada terhadap orang – orang yang

mempunyai pendapat yang berbeda, mau menerima kritik dan

masukan dari orang lain yang berpendapat berbeda dengannya.117

Unit analisis dalam dimensi nilai-nilai patriotisme yang kedua adalah

unit fisik. Dalam unit fisik, peneliti akan menghitung jumlah durasi

(dalam hitungan detik) yang menampilkan nilai-nilai patriotisme secara

keseluruhan yang sebelumnya telah dikoding menggunakan unit

tematik. Melalui analisis dengan menggunakan unit fisik ini, peneliti

bisa mengetahui seberapa besar jumlah persentase nilai-nilai

patriotisme yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah (2010) dan

Sang Kiai (2013). Jika persentase kemunculan nilai-nilai patriotisme

lebih dari 50%, maka bisa dikatakan bahwa film tersebut sarat dengan

nilai-nilai patriotisme. Namun sebaliknya, jika kemunculan nilai-nilai

115

Ibid. 116

Allan Pease, Body language. (London: Sheldon Press, 1981), hal 80 117

Ahmad Masykur, loc.cit.

Page 70: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

patriotisme kurang dari 50% berarti film tersebut minim akan nilai-nilai

patriotisme.

2. Dimensi Tokoh Pelaku Patriotisme

Dalam dimensi tokoh pelaku yang menampilkan nilai-nilai patriotisme

terdapat tiga kategori yaitu tokoh utama, tokoh pendukung dan

tokohfiguran. Namun untuk menyesuaikan dengan penelitian setelah

observasi film, ditemukan bahwa pelaku menampilkan nilai-nilai

patriotisme tidak sendirian melainkan ditemani beberapa tokoh lain.

Untuk itu ditambah tiga kategori lagi yaitu tokoh “utama &

pendukung”,tokoh “utama & figuran” serta tokoh “pendukung &

figuran”. Pengkodingan dimensi tokoh pelaku patriotisme

menggunakan unit analisis referensial, yang dalam hal ini tiap tokoh

dalam film dikelompokkan sesuai dengan kelompok penokohannya

masing-masing.

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang mengambil perhatian terbanyak dari

pemirsa dan menjadi pusat perhatian pemirsa. Dalam film Sang

Pencerah (2010) yang menjadi tokoh utama adalah KH. Ahmad

Dahlan atau dengan sebutan lain dalam film yaitu Muhammad

Darwis, Darwis, Kyai atau Kyai Dahlan.

Page 71: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Sementara dalam film Sang Kiai (2013) yang menjadi tokoh utama

adalah KH. Hasyim Asy’ari atau dengan sebutan lain yaitu

Hadratusyyekh, Kyai Hasyim, dan Kyai.

b. Tokoh Pendukung

Tokoh pendukung adalah orang-orang yang menciptakan situasi dan

yang memancing konflik untuk karakter utama. Kadang-kadang

karakter pendukung bisa memainkan peranan yang membantu

karakter utama.

Tokoh pendukungdalam film Sang Pencerah (2010) yaitu:

Nyai Walidah (Nyai

Ahmad Dahlan,Siti

Walidah)

Kyai Penghulu

Kamaludiningrat

Muhammad Sudja atau

Daniel

Muhammad Sangidu

Muhammad Fahrudin

atau Jazuli

Hisyam

Dirjo

Kyai Lurah Noor

Sultan

Hamengkubuwono VII

atau Sinuhun

Kyai Abu Bakar

Nyai Abu Bakar

Kyai Fadlil

Nyai Fadil

Dr. Wahidin

Sudirohusodo

Kyai Saleh

Nyai Saleh

Kyai Arum

Nyai Arum

Kyai Muhsan

Yohana Siraj

Kyai Siraj Pakualaman

Kyai Magelang

Raden Budiharjo

Raden Dwijo

Nyai Penghulu

Kyai Faqih

Page 72: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

Tokoh pendukung dalam film Sang Kiai (2013)yaitu :

Harun

Nyai Kapu atau

Masruroh

Sari

Kamid

Abdi

Husyein

(penerjemah)

Karim

Yusuf

Solihin atau Kang

Solikhin

Wahid Hasyim (Gus

Wahid atau Kyai

Wahid)

KH. Wahab

Hasbullah

KH. ZainalMustofa

Kholid Hasyim

Tuan Ono

Bung Tomo

Baidowi

KH. Mahfudz

Shiddiq

KH. Mas Mansur

Komandan Kempetai

Jepang

Seiko Sikikan

Mayjend Seizaburo

Kapten Kempetai

Sersan Kempetai

Brigadir Mallaby

Kapten Laughland

Kapten BC Smith

Kapten Shaw

Wirohardjono

Husein Djajadiningrat

c. Tokoh Figuran

Tokoh ini diperlukan untuk mengisi dan melengkapi sebuah cerita.

Mereka sering disebut figuran, karena yang dibutuhkan figuran saja.

Mereka sering tampil tanpa dialog. Kalaupun ada, dialognya hanya

Page 73: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

bersifat informatif. Tokoh figuran ini biasanya hanya tampil di

beberapa adegan saja.

Tokoh figuran dalam film Sang Pencerah (2010) adalah :

masyarakat umum

gelandangan

laki-laki kaya

pemberi sedekah

murid-murid

Kweekschool

murid-murid

Madrasah

murid-murid

Langgar Kidul

Zaenab

Ayah Zaenab

Ayah Sudja

Ibu Hisyam

Saudara-saudara

Hisyam

Hoofd Inspektur

Patih Ndalem

Teman-teman Dirjo

Utusan Kyai

Penghulu

Pengawal Kyai

Penghulu

Abdi kraton

Murid Kyai

Magelang

Jamaah Masjid

Besar

Marbot Masjid Besar

Murid Kyai Muhsan

Teman-teman

Darwis

Guru Darwis di

Makkah

Pemuda-pemuda

Kauman

Humam (anak Kyai

Lurah)

Nyai Lurah

Cucu Kyai Lurah

Pembantu Nyai

Walidah

Anggota

Muhammadiyah

lainnya

Priyayi-priyayi Jawa

Penjual di pasar

Tentara Belanda

Page 74: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Suami istri pemberi

sesaji

Ibu-ibu pembatik

Sedangkan tokoh figuran dalam film Sang Kiai (2013) yaitu :

santri-santri lain

pemuda pejuang

pejuang militant

masyarakat awam

teman-teman Sari

para penjual di pasar

petani

Gus Dur kecil

Nurjannah atau anak

Gus Wahid

istri Hamid Ono

anak Hamid Ono

pengemis

Kyai-kyai NU lain

utusan Shumubu

utusan Bung Karno

utusan Bung Tomo

utusan Jenderal

Sudirman

tentara Jepang lain

tentara Inggris lain

tentara Belanda lain

anak kecil pemungut

beras

wali murid 1

wali murid 2

pengunjung rumah

makan

Sukarno

DC. Hawton

anak kecil dan ibu

pemberi makan para

pejuang

tentara Jepang

eksekutor.

d. Tokoh Utama dan Pendukung

Dalam kelompok ini, tokoh utama dan tokoh pendukung menampilkan

nilai-nilai patriotisme bersama-sama dalam satu waktu.

Page 75: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

e. Tokoh Utama dan Figuran

Dalam kelompok ini, tokoh utama dan tokoh figuran menampilkan

nilai-nilai patriotisme bersama-sama dalam satu waktu.

f. Tokoh Pendukung dan Figuran

Dalam kelompok ini, tokoh pendukung dan tokoh figuran

menampilkan nilai-nilai patriotisme bersama-sama dalam satu waktu.

I. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis isi

kuantitatif dengan pendekatan deskriptif atau lebih sering disebut

analisis isi deskriptif. Analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang

dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau

suatu teks tertentu. Desain analisis deskriptif tidak dimaksudkan

menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan diantara

variabel. Analisis ini semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-

aspek dan karakteristik suatu pesan.118

Penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis namun untuk

menggambarkan nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film

118

Eriyanto, Op.Cit, hal 47.

Page 76: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

“Sang Kiai” dan “Sang Pencerah” serta mendeskripsikan perbandingan

nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan kedua film tersebut.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Sang Kiai (2013) dan

film Sang Pencerah (2010). Untuk memudahkan analisis, peneliti

membuat transkrip adegan kedua film tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi untuk pencarian data primer. Dokumentasi dalam

penelitian ini dilakukan dengan membuat transkrip film Sang

Pencerah (2010) dan film Sang Kiai (2013) yang terdiri dari

potongan adegan dan potongan durasi kedua film.

b. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan terhadap data primer

yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Observasi

dilakukan dengan melihat kedua film yang dikaji dan juga

membaca transkrip film dengan cermat dan teliti. Kemudian

melakukan pengkodingan dengan memilih adegan mana dalam

kedua film yang mengandung nilai-nilai patriotisme.

c. Studi Kepustakaan yaitu penggalian teori untuk mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Dalam

penelitian ini peneliti banyak mengambil data dari buku, koran,

majalah dan internet.

Page 77: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

4. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini , peneliti meneliti isi dari semua anggota populasi

(sampel) atau biasa disebut dengan sensus. Populasi dari penelitian ini

adalah filmSang Pencerah (2010) yang berdurasi 115,5 menitatau 6930

detik (tanpa credit title)dan Sang Kiai (2013) yang berdurasi 124,5

menit atau 7470 detik (tanpa credit title). Sensus dalam penelitian ini

adalah semua potongan adegan dalam kedua film tersebut.

5. Unit Analisis

a. Unit Sampel

Unit sampel adalah objek yang dipilih peneliti untuk didalami.

Unit sampel dalam penelitian ini adalah semua potongan adegan

dalam film Sang Pencerah (2010)dengan durasi 6930 detik dan

semua potongan adegan dalam film Sang Kiai (2013) dengan

durasi 7470 detik.Dalampenelitianini, total keseluruhan durasi

film yang dimaksud adalah mulai berjalannya cerita sampai akhir

cerita film atau dari adegan pertama sampai adegan terakhir.

Durasi credit tittle tidak ikut dihitung dalam penelitian ini.

Page 78: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

b. Unit Pencatatan

1) Unit Fisik

Unit fisik adalah unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran

fisik dari suatu teks. Bentuk ukuran fisik ini sangat tergantung

dari jenis teks. Untuk film atau televisi, ukuran fisik ini dapat

berupa waktu (durasi).119

Dalam penelitian ini unit fisik digunakan untuk menghitung

jumlah durasi (dalam hitungan detik) tayangan berupa perilaku

dan atau dialog yang menampilkan nilai-nilai patriotisme secara

keseluruhan. Melalui analisis dengan menggunakan unit fisik

ini, peneliti bisa mengetahui lama durasi nilai-nilai patriotisme

yang ditampilkan dalam film Sang Pencerah (2010) dan Sang

Kiai (2013).

2) Unit Tematik

Unit tematik lebih melihat tema pembicaraan dari suatu teks.

Unit tematik secara sederhana berbicara mengenai “ teks

berbicara tentang apa atau mengenai apa”. Unit ini seperti yang

dikatakan Holsti (1969:116) juga memungkinkan peneliti

119

Eriyanto, Op.Cit,hal 64.

Page 79: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

melihat kecenderungan, sikap dan kepercayaan dari suatu

teks.120

Unit tematik dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur

frekuensi kemunculan nilai-nilai patriotisme yang ada dalam

potongan adegan yang ditampilkan berupa perilaku dan atau

dialog sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

3) Unit Referensial

Weber menyebut unit referensial ini sebagai “word sense” yakni

kata yang berbeda tetapi mempunyai maksud dan merujuk pada

sesuatu yang sama.121

Sedangkan Krippendorff menyebut unit

referensial ini sebagai unit kategoris.122

Kata-kata yang mirip,

sepadan atau punya arti dan maksud yang sama dicatat sebagai

satu kesatuan.

Dalam penelitian ini, unit referensial digunakan untuk

menganalisis dimensi tokoh pelaku patriotisme yang

ditampilkan dalam film. Tokoh pelaku patriotisme ini

dikategorikan dalam 6 kategori yaitu tokoh utama, tokoh

pendukung, tokoh figuran, tokoh utama dan pendukung, tokoh

utama dan tokoh figuran serta pendukung dan figuran. Dengan

120

Eriyanto, Op.Cit, hal 84. 121

Robert Phillip Weber, Basic Content Analysis. International Hanbooks of Quantitative

Applications in the Soscial Science, Vol 6. (London : Sage Publications, 1994), hal 264. 122

Klaus Krippendorff,Content Analysis: An Introduction to Its Methodology, (Thousan Oaks:

Sage Publications,1980), hal 105.

Page 80: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

menggunakan unit referensial ini, akan dapat diketahui porsi

masing-masing kategori tokoh pelaku patriotisme.

6. Pengkodingan

Sebelum melakukan pengkodingan, para coder terlebih dahulu

menonton keseluruhan film secara berulang-ulang. Peneliti sendiri telah

menonton kedua film selama lebih dari 10 kali untuk benar-benar

mengamati nilai-nilai patriotisme yang ditampilkan dalam film. Setelah

mengamati kedua film, peneliti membuat transkrip film untuk

mempermudah proses pengkodingan. Selanjutnya peneliti membuat

petunjuk pengkodingan atau protokoler pengkodingan (lihat di

lampiran) yang jelas dan detail berdasarkan variabel penelitian.

Kemudian barulah dilakukan proses pengkodingan.

Dalam penelitian ini, pengkodingan dilakukan dengan menggunakan

tiga jenis unit analisis yaitu analisis tematik, fisik dan referensial. Unit

tematik dan unit fisik digunakan untuk mengkoding dimensi nilai-nilai

patriotisme, sedangkan unit referensial digunakan untuk mengkoding

dimensi tokoh pelaku patriotisme.

Proses coding menggunakan unit tematik terbilang lebih rumit karena

tidak seperti unit analisis lain, dalam unit analisis tematik, coder tidak

dapat langsung menghitung atau mengukur. Namun pengcoder perlu

melihat secara keseluruhan, mengamati dan baru kemudian dapat

Page 81: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

mengkode ke dalam kategori yang sesuai. Dalam unit tematik

pengkoder tidak hanya mengukur atau menghitung saja, tetapi juga

memberikan penilaian dan kemudian mengkategorikan ke dalam

kategori yang sesuai dalam penelitian berdasarkan protokol coding

(lihat di lampiran). Untuk itulah diperlukan protokol coding yang detail

dan jelas untuk meminimalisir kemungkinan adanya penafsiran coder.

Selain menggunakan unit tematik, proses coding untuk dimensi nilai-

nilai patriotisme juga menggunakan unit analisis fisik. Proses coding

unit fisik terbilang sederhana. Coder hanya tinggal menghitung lama

durasi (dalam hitungan detik) dari potongan adegan dalam film yang

menampilkan nilai-nilai patriotisme. Kemudian lama durasi dari tiap

potongan adegan yang menampilkan nilai-nilai patriotisme dijumlahkan

untuk mengetahui jumlah durasi keseluruhan yang mengandung nilai-

nilai patriotisme. Dari sini dapat diketahui apakah film yang dikoding

sarat akan nilai-nilai patriotisme dengan persentase durasi nilai-nilai

patriotisme lebih dari 50% atau lebih dari separuh dari durasi film.

Dimensi tokoh pelaku patriotisme menggunakan unit referensial. Proses

coding unit referensial dimulai dengan mengelompokkan tokoh dalam

film berdasarkan kategori tokoh pelaku patriotisme. Kemudian coder

melihat kedua film (Sang Pencerah dan Sang Kiai). Selanjutnya dari

nama-nama atau tokoh yang muncul secara eksplisit dalam adegan yang

menampilkan nilai-nilai patriotisme, coder lalu melihat ke dalam daftar

Page 82: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

(list) protokol coding. Berdasarkan hal itu, coder kemudian mengkode

ke dalam 6 kategori tokoh pelaku patriotisme yang dipakai dalam

penelitian.

7. Validitas

Validitas di sini digunakan untuk mengukur apakah alat yang dipakai

sudah benar dan tepat untuk menelitimasalah yang akan dianalisis.

Penelitian ini menggunakan coding sheet sebagai alat ukur. Validitas

yang peneliti gunakan adalah dengan cara mengajukannya dengan ahli

analisis isi.123

Ahli yang peneliti maksud disini adalah dosen ilmu

komunikasi sebagai pembimbing peneliti.

8. Reliabilitas

Analisis isi selain harus valid juga harus mempunyai reliabilitas atau

keandalan yang tinggi. Analisis isi harus dilakukan secara objektif

artinya tidak boleh ada beda penafsiran antara coder yang satu dengan

coder yang lain. Reliabilitas diartikan sebagai fungsi dari keseluruhan

rancangan studi menyangkut prosedur sampling, prosedur

penghitungan, prosedur pengkodingan dan reliabilitas kategori.

Reliabilitas berhubungan dengan sejauh mana pengukuran bila diulangi

mencapai nilai yang sama.124

123

Eriyanto, op.cit, hal 263. 124

B. Setiawan. Content Analysis, (Yogyakarta : FISIP UGM, 1983), hal 35.

Page 83: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik intercoder

reliability. Untuk mengukur realibilitas antar coder ada beberapa rumus

yang digunakan. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan

formula Holsti dan formula Scott (Scott Pi).

Menurut formula Holsti, rumus untuk menghitung reliabilitas antar

coder adalah sebagai berikut125

:

Dimana :

CR = Coeficient Reliability

M = jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder)

N1 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 1

N2 = jumlah coding yang dibuat oleh coder 2

Selain formula Holsti, peneliti juga menggunakan formula Scott (Scoot

Pi) untuk memperkuat hasil uji reliabilitas. Dibandingkan formula

Holsti, formula Scott ini lebih valid dalam mengukur angka reliabilitas

125

Eriyanto, op.cit, hal 290.

Page 84: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

karena factor peluang terjadinya persamaan antar coder diperhitungkan.

Rumus formula Scott adalah sebagai berikut126

:

Dimana :

Pi = Probability of Indexs/

persetujuanantar coder

Persetujuan yang nyata = coeficient reliability

Persetujuan yang diharapkan = kuadrat dari masing-masing

proporsi kategori.

Realibilitas bergerak antara 0 sampai 1 dimana 0 berarti tidak ada

satupun yang disetujui oleh para coder dan 1 berarti persetujuan

sempurna diantara para coder. Dalam formula Holsti, angka reliabilitas

minimum yang ditoleransi adalah 0,7 atau 70%. Artinya jika lebih dari

0,7 berarti alat ukur benar-benar reliabel. Akan tetapi, jika hasil

perhitungan angka reliabilitas di bawah 0,7 maka alat ukur yang

digunakan tidak reliabel. Seperti juga yang dikatakan oleh Laswell

bahwa menurutnya pemberian angka yang menunjukkan kesamaan

antara pelaksana koding sebaiknya berkisar antara70 – 80 %, dengan

126

Holsti, op.cit, hal 140-141.

Page 85: PERBANDINGAN NILAI-NILAI PATRIOTISME DALAM FILM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

demikian proses koding dapat diterima sebagai keterpercayaan. yang

memadai (handal). 127

J. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul melalui coding sheet yang didapatkan oleh para coder

akan di-input ke dalam tabel secara keseluruhan agar mudah membacanya.

Setelah itu data yang terkumpul akan diuji keabsahannya melalui uji

reliabilitas. Apabila data sudah dinyatakan reliabel setelah melewati uji

reliabilitas, data akan disajikan ke dalam tabel frekuensi yang menyajikan

masing-masing dimensi. Tahap selanjutnya yaitu menganalisis perbandingan

isi pesan nilai-nilai patriotisme dalam film Sang Pencerah (2010) dan film

Sang Kiai (2013) sesuai dengan data yang telah disajikan kemudian

mendeskripsikannya. Hal tersebut berdasarkan pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan, yang dalam

penelitian ini adalah nilai-nilai patriotisme dalam film.128

127

Don Michael Flournoy&Akhmadsyah Naina.Analisa Isi Surat Kabar-SuratKabar Indonesia,

(Yogyakarta : Gajah Mada University Press :1989), hal 81. 128

Eriyanto, op.cit, hal 47.