10
i PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Achmad Hambali NIM: 12 644 024 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel Ilmiah mengenai pembuatan biodiesel dengan berbagai variasi bahan baku (ex: minyak goreng bekas, minyak biji kapuk), variasi katalis (ex: katalis zeolit, katalis abu tandan kosong sawit) dan variasi teknologi proses (ex: teknologi gelombang ultrasonik)

Citation preview

  • i

    PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI

    BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

    KARYA TULIS ILMIAH

    Disusun Oleh:

    Achmad Hambali

    NIM: 12 644 024

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

    KALIMANTAN TIMUR

    TAHUN 2014

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia memiliki berbagai macam sumber daya alam yang dapat dijadikan

    sumber energi. Salah satunya adalah minyak bumi yang termasuk kedalam sumber

    energi tidak terbarukan. Salah satu hasil pengolahan minyak bumi yang dijadikan

    sumber energi adalah bahan bakar minyak. Walaupun Indonesia memiliki jumlah

    minyak bumi yang cukup banyak, tetapi dengan semakin banyaknya jumlah

    penggunaan energi maka berpotensi menimbulkan krisis energi. Terkait hal

    tersebut, penelitian mengenai energi alternatif terbarukan semakin banyak

    dilakukan. Salah satunya adalah pembuatan biodiesel sebagai pengganti dari solar.

    Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan. Biodiesel

    tidak mengandung bahan berbahaya seperti Pb, bersifat biodegradable, emisi gas

    buangnya juga lebih rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel. Biodiesel

    memiliki efek pelumasan yang tinggi sehingga dapat memperpanjang umur mesin

    dan memiliki angka setana yang tinggi (>50). (Azis et al. 2011)

    Biodisel dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku minyak, misalnya saja

    dengan menggunakan minyak goreng bekas oleh Aziz (2011), minyak biji kapuk

    oleh Susilowati (2006), dan minyak biji karet oleh Musadhaz (2012). Katalis yang

    digunakan juga bermacam-macam, misalnya saja menggunakan katalis homogen

    yaitu larutan basa KOH oleh Aziz (2011), katalis heterogen cangkang keong emas

    oleh Prastyo (2011) katalis heterogen zeolit sekam padi oleh Santoso (2012) dan

    katalis heterogen abu tandan kosong sawit oleh Asthasari (2008). Teknologi

    pembuatan biodiesel juga bermacam-macam, misalnya saja secara konvensional

    (dengan pemanasan) dan menggunakan bantuan teknologi gelombang ultrasonik.

    Terlihat bahwa pembuatan biodiesel memiliki variasi yang sangat banyak.

    1.2. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  • 2

    Bagaimana hasil biodiesel yang diperoleh dari berbagai macam bahan baku,

    katalis dan teknologi prosesnya?

    1.3. Tujuan

    Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui bahan baku, katalis dan

    teknologi proses yang memberikan hasil terbaik pada pembuatan biodiesel dari

    berbagai penelitian yang telah dilakukan.

    1.4. Manfaat

    Memberikan informasi kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai pembuatan

    biodiesel dengan berbagai macam variasi untuk mengoptimalkan potensi sumber

    daya alam Indonesia.

  • 3

    BAB II

    METODOLOGI

    Karya ilmiah berupa artikel ilmiah ini disusun berdasarkan studi literatur

    dari berbagai macam penelitian yang telah dilakukan. Data yang digunakan adalah

    data yang diperoleh dari jurnal penelitian, skripsi dan prosiding seminar nasional

    yang berkaitan dengan pembuatan biodiesel dan dicantumkan dalam daftar

    pustaka.

    Secera umum proses pembuatan biodiesel terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu

    preparasi bahan baku, preparasi katalis dan sintesis biodiesel (reaksi

    transesterifikasi). Bahan baku utama pembuatan biodiesel adalah minyak yang

    mengandung trigliserida. Untuk bahan baku yang belum berupa minyak misalnya

    biji kapuk (Susilowati, 2006) dan biji karet (Musadhaz, 2012), maka perlu

    dilakukan ekstraksi dari bahan baku tersebut hingga diperoleh minyak.

    Proses transesterifikasi dapat dilakukan tanpa bantuan katalis, tetapi yield

    yang dihasilkan pada suhu 350oC sangat rendah dan karena itulah diperlukan suhu

    yang tinggi (Prastyo, 2011). Reaksi transesterifikasi dapat berkataliskan basa,

    asam atau enzim. Penelitian saat ini banyak difokuskan pada dua metode awal

    dikarenakan waktu yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah (Asthasari,

    2008). Katalis yang bersifat basa lebih umum digunakan pada reaksi

    transesterifikasi karena menghasilkan metil ester yang tinggi dan waktu yang

    cepat (Wang et al., 2006 dalam Asthasari, 2008). Katalis basa sendiri dapat berupa

    katalis homogen maupun heterogen. Untuk katalis heterogen yang dipilih

    dilakukan preparasi yang sesuai untuk mendapatkan keadaan katalis yang

    diinginkan. Berbagai macam katalis heterogen dapat digunakan karena adanya

    kandungan basa pada zat tersebut misalnya saja unsur K pada abu tandan kosong

    sawit (Atsahari, 2008), kandungan CaCO3 pada cangkang keong mas (Prastyo,

    2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2006), untuk zeolit

    dilakukan aktivasi menggunakan NH4NO3, penyaringan, pecucian, pengeringan

    menggunakan oven pada suhu 110oC selama 2 jam dan kalsinasi pada suhu 450oC

  • 4

    selama 4 jam. Untuk katalis cangkang keong mas (Prastyo, 2011) pertamatama

    dihancurkan, dicuci untuk menghilangkan pengotor dan sisa protein. Cangkang

    dikeringkan di dalam oven pada suhu 110oC selama 24 jam kemudian dikalsinasi

    pada suhu 900oC selama 2 jam. Dilakukan pengecilan ukuran pada cangkang yang

    telah dikalsinasi hingga berukuran 170 mesh. Sedangkan untuk katalis abu tandan

    kosong sawit (Asthasari, 2008), kompos tandan kosong sawit dibakar dalam tanur

    bersuhu 600C selama 5 jam. Kemudian dikecilkan ukurannya dengan mortar dan

    disaring dengan penyaring mesh 100.

    Tahapan terakhir adalah sintesis biodiesel menggunakan bahan baku

    minyak, alkohol dan bantuan katalis. Methanol, ethanol, propanol dan amyl

    alkohol dapat digunakan dalam reaksi ini. Tetapi methanol lebih banyak

    dipergunakan. Hal ini disebabkan: 1. Merupakan senyawa polar dengan rantai

    karbon terpendek, sehingga dapat bereaksi lebih cepat dengan triglycerides 2.

    Dapat melarutkan semua jenis katalis 3. Harganya murah 4. Jika alkohol yang

    dipergunakan adalah methanol, maka dapat disebut juga dengan Reaksi

    methanolisis (Wahyudi dan Pudyastuti, 2005 dalam Susilowati, 2006).

    Secara umum pada tahapan terakhir ini pertama-tama dilakukan

    pencampuran antara katalis dan methanol kemudian dilanjutkan dengan

    menambahkan campuran tersebut kedalam sebuah labu leher tiga yang telah berisi

    bahan baku minyak. Untuk bahan baku minyak jelantah biasanya dilakukan

    pretreatment berupa penambahan asam (HCl atau H2SO4) pada minyak.

    Diharapkan dengan pretreatment ini dapat menurunkan kadar asam lemak bebas

    yang terdapat dalam minyak goreng bekas sehingga kualitas biodiesel yang

    dihasilkan akan lebih baik (Aziz, 2011).

    Pada tahapan terakhir diberi perlakuan tambahan yaitu pengadukan dan

    pemanasan dengan berbagai variasi untuk memenuhi kondisi reaksi. Pada

    teknologi konvensional alat pemanas yang digunakan adalah kompor listrik

    seperti pada penelitian Susilowati (2006). Pengembangan teknologi yang

    dilakukan adalah menggunakan gelombang ultrasonik sebagai pemanas untuk

    mempercepat reaksi yang terjadi.

  • 5

    Gelombang ultrasonik akan menimbulkan peregangan dan pemampatan

    pada ruang antar cairan, sehingga menyebabkan terbentuknya gelembung mikro.

    Gelembung mikro berumur sangat singkat (kurang dari 1 x 10-7 detik), dan ketika

    gelembung tersebut pecah, akan membantu mengecilkan ukuran droplet metanol

    maupun minyak menjadi 42% lebih kecil dibandingkan yang diperoleh dari

    metode konvensional. Hal ini menyebabkan jumlah area antar muka kedua fase

    reaktan bertambah banyak, sehingga membantu proses pembentukan metil ester

    (biodiesel) yang lebih cepat (Ji et al., 2006; Wu et al., 2007 dalam Musadhaz,

    2012).

  • 6

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dari penelitian yang dilakukan Aziz (2011) menggunakan minyak goreng

    bekas berkatalis basa KOH diketahui bahwa pretreatment yang dilakukan terhadap

    minyak goreng bekas mampu menurunkan kadar asam lemak bebas menjadi 1,1

    %. Yield biodiesel yang dihasilkan pada reaksi transesterifiksi sebesar 88%

    dengan waktu selama 1 jam. Kualitas biodiesel yang dihasilkan memenuhi SNI

    biodiesel yang ditetapkan pemerintah dan standar bahan bakar solar. Hasil

    penelitian Asthasari (2008) dengan bahan baku minyak jelantah (bekas pakai) dan

    katalis abu tandan kosong sawit menunjukkan penggunaan jumlah katalis sebesar

    5% dengan waktu reaksi selama 2 jam menghasilkan kualitas metil ester yang

    terbaik dan sesuai dengan SNI biodiesel No. 04-7182-2006 dengan yield sebesar

    88,1%. Dapat dilihat bahwa jumlah biodiesel yang dihasilkan dengan

    menggunakan katalis KOH dan abu tandan kosong sawit hampir sama.

    Dari penelitian Prastyo (2011) dengan bahan baku minyak kelapa sawit

    dan katalis cangkang keong mas diketahui bahwa cangkang keong mas dapat

    digunakan sebagai katalis yang efektif untuk pembuatan biodiesel dari minyak

    kelapa sawit dengan hasil maksimal yang diperoleh adalah sebesar 94,43% dan

    waktu reaksi selama 4 jam. Konversi yang diperoleh pada penelitian ini lebih

    tinggi daripada menggunakan minyak bekas karena kandungan asam lemak bebas

    pada minyak bekas pakai berpengaruh terhadap hasil konversi biodiesel

    Pada proses pembuatan biodiesl dari minyak biji kapuk dengan katalis

    zeolit dan menggunkan teknologi konvensional oleh Susilowati (2006) diperoleh

    methyl ester dengan dengan yield sebesar 1,7699%., pada kondisi waktu proses 50

    menit dan jumlah katalis 10 gram. Penelitian oleh Santoso (2012) yang juga

    menggunakan biji kapuk dan katalis zeolit dari sekam padi, menghasilkan

    biodiesel yang lebih banyak yaitu sebesar 21,94% dengan waktu reaksi selama 1

    jam. Walaupun dapat dihasilkan biodiesel dari minyak biji kapuk, tetapi hasil

    konversinya masih sangat kecil. Dari bebrapa hasil penelitian yang telah dibahas

  • 7

    diatas, dapat diketahui bahwa berbagai macam jenis katalis heterogen dapat

    digunakan sebagai pengganti dari katalis homogen sehingga dapat mengurangi

    biaya pembuatan dari biodiesel.

    Untuk proses pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan

    katalis NaOH dan menggunakan teknologi ultrasonik oleh Musadhaz (2012)

    menghasilkan yield antara 96,5% hingga 98,03% dengan rentang waktu reaksi

    selama 10-30 menit. Dapat dilihat bahwa pada penggunaan teknologi ultrasonik

    menghasilkan konversi yang tinggi dalam waktu singkat. Selain itu pada teknologi

    konvensional membutuhkan suhu reaksi yang lebih besar yaitu 60oC sedangkan

    pada teknologi ultrasonik sebesar 45oC.

  • 8

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    4.1. Kesimpulan

    Dari studi literatur yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan, yaitu

    pembuatan biodiesel berbahan dasar minyak ( minyak bekas pakai, minyak biji

    kapuk, minyak kelapa sawit) dapat dilakukan dengan hasil optimum yang

    didapatkan adalah 88% yield untuk bahan baku minyak bekas pakai berkatalis

    KOH maupun abu tandan kosong sawit, hingga 20% yield untuk bahan baku

    minyak biji kapuk berkatalis zeoilit, untuk bahan baku minyak kelapa sawit

    dihasilkan yield sebesar 84,43% dengan katalis cangkang keong mas dan 96,5-

    98,03% dengan katalis NaOH. Waktu reaksi akan lebih singkat jika menggunakan

    teknologi gelombang ultrasonik, yaitu selama 10-30 menit sedangkan pada

    teknologi konvensional waktu reaksi bervariasi antara 1-4 jam.

    4.2. Rekomendasi

    Disarankan pembuatan biodiesel menggunakan bahan baku berbasis minyak

    dan katalis heterogen basa serta penambahan teknologi ultrasonik pada prosesnya

    untuk mendapatkan hasil optimum dengan waktu reaksi yang singkat dan biaya

    yang lebih murah.

  • 9

    DAFTAR PUSTAKA

    Asthasari, R.U. 2008. Kajian proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dengan

    menggunakan katalis abu tandan kosong sawit [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian

    Bogor.

    Azis, I., Nurbayanti, S., dan Ulum, B. 2011. Pembuatan produk biodiesel dari minyak

    goreng bekas dengan cara esterifikasi dan transesterifikasi. Jurnal Valensi Vol. 2

    No. 3, Nop 2011 (443-448)

    Musadhaz, S., Setyaningsih, D., dan Hendra, D. 2012. Pembuatan biodiesel biji karet

    dan biodiesel sawit dengan instrumen ultrasonik serta karakteristik campurannya.

    Jurnal Teknologi Industri Pertanian 22 (3): 180-188 (2012)

    Prastyo, H.S., dkk. 2011. Transesterifikasi minyak kelapa sawit dengan menggunakan

    katalis padat dari cangkang keong mas (Pomacea sp.). Prosiding Seminar

    Nasional Fundamental dan Apliaksi Teknik Kimia 2011.

    Santoso, M.P.B., Susatyo, E.B., Prasetya, A.T. 2012. Sintesis biodiesel dari minyak biji

    kapuk dengan katalis zeolit sekam padi. Indonesian Journal of Chemical Science 1

    (2) (2012). Hal: 98-103.

    Susilowati. 2006. Biodiesel dari minyak biji kapuk dengan katalis zeolit. Jurnal Teknik

    Kimia, Vol. 1, No. 1, September 2006. Hal: 10-14