21
PERBANDINGAN KEP-01/PJ.07/1993 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep.01/PJ.7/1990 berisi tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax haven countries. Pedoman ini merupakan tambahan atas keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep.01/ PJ.7/ 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak. Dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh Tahun 1984 disebutkan bahwa hubungan istimewa dianggap ada : a. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan : 1. Hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan atau penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; 2. Hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada pihak yang lain, atau hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih pada dua pihak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir. b. Dalam hal Wajib Pajak adalah orang pribadi atau perseorangan : Keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan ke samping satu sederajat.

Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

  • Upload
    adhysty

  • View
    22

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

PERBANDINGAN KEP-01/PJ.07/1993

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep.01/PJ.7/1990 berisi tentang Pedoman

Pemeriksaan Pajak terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan

pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax haven countries.

Pedoman ini merupakan tambahan atas keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

Kep.01/ PJ.7/ 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.

Dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang PPh Tahun 1984 disebutkan bahwa

hubungan istimewa dianggap ada :

a. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan :

1. Hubungan antara dua atau lebih Wajib Pajak yang berada di bawah pemilikan

atau penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;

2. Hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai penyertaan 25% atau lebih

pada pihak yang lain, atau hubungan antara Wajib Pajak yang mempunyai

penyertaan 25% atau lebih pada dua pihak atau lebih, demikian pula

hubungan antara dua pihak atau lebih yang disebut terakhir.

b. Dalam hal Wajib Pajak adalah orang pribadi atau perseorangan :

Keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat atau

keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan ke samping satu

sederajat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan istimewa dapat terjadi :

1. antara pihak-pihak yang bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan

di Indonesia;

2. antara pihak yang bertempat tinggal, didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia dengan pihak yang bertempat tinggal/kedudukan di luar Indonesia.

Untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak antara lain melalui penentuan harga

yang tidak wajar, dalam perundang-undangan perpajakan telah terdapat ketentuan-

ketentuan yang memberikan wewenang kepada aparat pajak untuk melakukan koreksi

Page 2: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

terhadap transaksi yang tidak wajar dengan pihak lain yang mempunyai hubungan

istimewa.

Oleh karena itu dalam pemeriksaan pajak untuk menghitung berapa sebenarnya pajak

terhutang atas transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai

hubungan istimewa (related parties) terutama antara Wajib Pajak Dalam Negeri

(Indonesia) dengan Wajib Pajak (pihak) yang berkedudukan di Tax haven Countries,

Pemeriksa perlu menentukan harga yang wajar (arm's length price) atas transaksi-

transaksi yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Penentuan harga barang;

2. Penentuan imbalan atas jasa, imbalan karena penggunaan harta atau hak;

3. Perhitungan pembebanan biaya tidak langsung yang dialokasikan dari kantor

pusatnya, seperti biaya pengawasan, administrasi/sekretariat, perencanaan dan

sebagainya;

4. Penentuan besarnya bunga pinjaman.

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mempunyai hubungan

istimewa dengan pemasok maupun pelanggan yang terutama berkedudukan di tax

haven countries, harus dipelajari kemungkinan adanya over dan under invoicing.

a. Mempelajari Laporan pemeriksaan terdahulu

1. Menganalisa SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak

Rasio Laba Kotor dan Laba Bersih

Rasio Operasi

Rasio Tingkat Hasil Aktiva (ROA)

Perputaran Persediaan

Rasio Laba Bersih terhadap Biaya Operasi

Rasio Hutang terhadap Modal Sendiri

2. Identifikasi Masalah

a) Perusahaan-perusahaan dan pihak yang terkait dalam praktek

pembebanan harga yang tidak wajar;

Page 3: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

b) Kebijaksanaan dan metode pembebanan harga dari perusahaan-

perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa dan kemungkinan

motivasinya;

c) Tipe- tipe transaksi yang dipengaruhi oleh praktek-praktek

pembebanan harga yang tidak wajar;

d) Produk-produk khusus yang dipengaruhi oleh praktek-praktek

pembebanan harga yang tidak wajar;

e) Kasus-kasus harga yang dit inggikan (over pricing) dan harga yang

direndahkan (under pricing) dalam transaksi dalam negeri dan

impor/ekspor.

3. Melakukan Pengenalan Usaha

1) Mempelajari hasil pengisian jawaban daftar pertanyaan untuk

mengetahui gambaran organisasi pihak-pihak yang terkait dan sifat

keterkaitan dan ketergantungan

2) Sumber-sumber informasi sebagai pembanding (business news,

brosur, Badan Pengembangan Ekspor Nasional, SGS/Ditjen Bea

Cukai, BPS, dll)

4. Menentukan Ruang Lingkup Pemeriksaan

5. Penyusunan Program Pemeriksaan

6. Menentukan Buku, Catatan, Dokumen yang akan dipinjam

Laporan Keuangan Konsolidasi

Perjanjian Lisensi

Perjanjian franchise

Perjanjian Kredit

Kontrak Penjualan/pembelian

Perjanjian Pembebanan Biaya Bersama

7. Menyediakan Sarana Pemeriksaan

b. Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Dalam melakukan Penilaian Sistem Pengendalian Intern

2. Dalam melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga

Page 4: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

Sumber-sumber informasi

Pihak-pihak yang terkait dengan wajib pajak yang diperiksa

Laporan pemeriksaan yang sudah ada

3. Pembuatan laporan pemeriksaan pajak

Laporan Pemeriksaan Pajak sebagai ikhtisar hasil pemeriksaan Wajib Pajak

dengan hubungan istimewa, harus mengungkapkan dengan jelas :

Bagian Umum : Mengenai gambaran kegiatan Wajib Pajak.

Harus jelas menggambarkan bagan organisasi perusahaan yang

terkait tentang :

- sifat keterkaitan;

- nama perusahaan/pihak yang terkait;

- kepemilikan saham;

- lokasi dan alamat;

- arus transaksi dan kegiatan;

- penjelasan yang penting mengenai hubungan istimewa.

Bagian Umum : Mengenai daftar lampiran. Sedapat mungkin

dilampirkan :

- Laporan Keuangan Konsolidasi, dan

- Perjanjian-perjanjian penting

Bagian Umum : Mengenai Data Informasi yang tersedia. Harus

dijelaskan data yang dikumpulkan dari pihak ketiga sebagai

pembanding maupun pembuktian dalam pemeriksaan

Bagian Pelaksanaan Pemeriksaan : Mengenai Penilaian Pemeriksa

atas pos-pos yang diperiksa. Harus jelas mengungkapkan penilaian

pos yang diperiksa sehubungan dengan metode-metode pembebanan

harga yang t idak wajar yang dilakukan Waj ib Pajak serta pengaruh-

pengaruh lainnya yang penting.

Bagian Kesimpulan : Mengenai usul sebagai hasil kesimpulan

pemeriksaan. Kemungkinan pengusulan pemeriksaan pada pihak yang

terkait sehubungan dengan kurangnya informasi yang tersedia dalam

penentuan penghasilan dari Wajib Pajak yang diperiksa.

Page 5: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

c. Teknik Pemeriksaan (sama dengan pedoman pemeriksaan pajak)

d. Metode-metode Pemeriksaan Kewajaran Harga

Metode harga pasar sebanding (Comparable uncontrolled price method)

Metode ini diterapkan dengan pembandingan harga transaksi dari pihak

yang ada hubungan istimewa tersebut dengan harga transaksi barang

sejenis dengan pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa

(pembanding independen).

Metode ini dapat digunakan dalam hal :

- Terdapat penjualan/pembelian kepada pihak yang ada hubungan

istimewa maupun kepada pihak lain yang tidak ada hubungan istimewa;

- Jenis produk sebagai obyek transaksi relatif sama.

Metode harga jual minus (Sales minus/Resale price method);

Metode ini dapat dipergunakan dalam hal Wajib Pajak yang diperiksa

bergerak dalam bidang usaha perdagangan yaitu produk yang telah dibeli

dijual kembali ( resale) kepada pihak lainnya. Harga yang terjadi pada

penjualan kembali tersebut dikurangi dengan laba kotor (mark up) Wajar

(yang mencerminkan jumlah untuk menutup biaya-biaya dan laba dari si

penjual kembali) merupakan harga jual wajar.

Metode ini dapat dipakai dalam hal :

- Tidak ada transaksi dengan pihak yang tidak ada hubungan istimewa

yang dapat digunakan sebagai pembanding misalnya pada sistem

pemasaran dengan keagenan tunggal.

- Terdapat data harga penjualan kembali barang yang tidak dipengaruhi

hubungan istimewa.

- Tidak terdapat proses perubahan barang yang menambah nilai.

- Pihak pembeli dan penjual dalam hubungan istimewa tidak menambah

harga yang besar pengaruhnya terhadap nilai barang tersebut.

Metode harga pokok plus (Cost plus method);

Page 6: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

Metode ini umumnya digunakan pada usaha pabrikasi yang menjual

produk kepada afiliasinya untuk diproses lebih lanjut .

Perhitungan harga wajar dengan metode ini dilakukan dengan

menambahkan tingkat laba kotor wajar kepada biaya produksi. Data

persentase laba kotor wajar dapat diperoleh dari :

- Penjualan kepada pihak ketiga yang independen dari penjual yang juga

melakukan penjualan terhadap afiliasinya.

- Penjualan oleh pihak-pihak yang independen.

- Komisi yang diterima oleh suatu agen pembelian dalam hal fungsi

penjualan yang dilakukan oleh penjual adalah sama dengan fungsi

penjualan yang dilakukan oleh agen pembelian tersebut.

- Persentase laba kotor dari perusahaan sejenis.

Metode lainnya yang dapat diterima.

Dalam pelaksanaannya Pemeriksa dapat menggunakan lebih dari satu metode

sehingga diperoleh gambaran mengenai perhitungan harga wajar yang lebih

realistis, khususnya dalam hal data pembukuan kurang lengkap.

Page 7: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

PER 22/PJ/ 2013

A. Perdagangan Internasional dan Perusahaan Multinasional

Upaya penghindaran pajak yang dilakukan melalui transaksi yang terjadi antara

perusahaan multinasional yang tergabung dalam suatu grup usaha yang

berkedudukan di Negara yang berbeda-beda dapat dilakukan antara lain dengan

melakukan pergeseran laba (profit shifting) dari suatu Negara ke Negara lain

melalui transaksi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa yang

berkedudukan di Negara yang berbeda (cross border transaction). Pergeseran

laba juga dapat terjadi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa

yang berkedudukan di Negara yang sama (domestic transactions) dengan cara

memanfaatkan perbedaan tariff pajak yang disebabkan antara lain, dalam hal

perlakuan pengenaan pajak final dan non final pada sector usaha tertentu,

perlakuan pengenaan pajak penjualan atas barang mewah, atau transaksi yang

dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor Kerjasama Migas.

B. Hubungan Istimewa

Konsep hubungan istimewa diatur dalam Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang

Pajak Penghasilan dan Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai yang menyatakan bahwa hubungan istimewa dianggap ada apabila :

a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung

minimal 25% pada wajib pajak lain

b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak

berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak

langsung (baik penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi)

c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis

keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Untuk Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang pertambangan minyak

dan gas bumi, pertambangan umum, dan pertambangan lainnya adalah

berdasarkan kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau perjanjian kerjasama

Page 8: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

pengusahaan pertambangan yang masih berlaku sampai dengan berakhirnya

kontrak atau perjanjian kerjasama tersebut.

C. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha

Transaksi antara pihak-pihak yang independen adalah transaksi yang

mencerminkan kekuatan pasar dan mencerminkan prinsip kewajaran dan

kelaziman usaha. Untuk menghindari penghindaran pajak atas transaksi yang

dilakukan oleh pihak yang berafiliasi maka Direktur Jenderal Pajak diberi

kewenangan untuk menguji penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha

pada transaksi afiliasi tersebut.

Jenis transaksi afiliasi, antara lain :

a) Transaksi penjualan, pembelian, pengalihan, serta pemanfaatan harta

berwujud

b) Transaksi pemberian jasa intra-grup

c) Transaksi pengalihan dan pemanfaatan harta tak berwujud

d) Transaksi pembayaran bunga

e) Transaksi penjualan atau pembelian saham

TAHAPAN PEMERIKSAAN TRANSFER PRICING

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

A. Tahapan Persiapan Pemeriksaan Transfer Pricing

Pemeriksa Pajak harus mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak terkait

hubungan istimewa dengan lawan transaksinya.

Page 9: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

B. Tahapan Pelaksanaan Pemeriksaan

Pemeriksa Pajak perlu memperhatikan dokumen yang menjadi dasar penerapan

prinsip kewajaran dan kelaziman usaha pada transaksi dengan pihak-pihak yang

mempunyai hubungan istimewa.

1) Menentukan Karakteristik Usaha Wajib Pajak

Untuk mempermudah dalam pemilihan pembanding yang andal. Langkah-

langkah dalam penentuan karakteristik, antara lain :

a. Mengidentifikasi karakteristik transaksi afiliasi Wajib Pajak

1. Kondisi yang mempengaruhi industry

a) Karakter industri dan pasar dimana Wajib Pajak berbisnis

b) Kondisi kompetitif Wajib Pajak dan identifikasi competitor

c) Factor-faktor ekonomis dan regulasi yang mempengaruhi bisnis

Wajib Pajak

2. Kondisi transaksi afiliasi

a) Jenis dan nilai transaksi afiliasi

b) Saat transaksi afiliasi terjadi (waktu dan frekuensi transaksi)

c) Syarat-syarat perjanjian

d) Syarat-syarat kontrak

e) Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi afiliasi dan hubungan

antar pihak tersebut

f) Mata rantai transaksi

3. Karakteristik Wajib Pajak sebagai bagian dari Perusahaan Grup

a) Struktur organisasi Wajib Pajak di dalam grupnya dan proses

pengambilan keputusan

b) Struktur permodalan Wajib Pajak beserta grupnya

c) Strategi, kebijakan, serta sasaran Wajib Pajak

d) Fungsi yang dilakukan tiap-tiap anggota Perusahaan Grup

e) Restrukturisasi bisnis Wajib Pajak

4. Rasio Finansial

a) Rasio Laba Kotor Terhadap Penjualan

Page 10: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

b) Rasio Laba Kotor Terhadap HPP

c) Rasio Tingkat Pengembalian Penjualan

d) Rasio Tingkat Pengembalian Total Biaya

e) ROA

f) ROCE

g) Rasio Berry

h) Rasio Hutang Terhadap Modal

i) Rasio Biaya R&D Terhadap Penjualan

j) Rasio Biaya Pemasaran Terhadap Penjualan

b. Melakukan analisis fungsi

Untuk mendapatkan identifikasi yang akurat terhadap karakteristik Wajib

Pajak terhadap karakteristik Wajib Pajak serta lawan transaksinya.

Dengan mengetahui karakteristik usaha, maka akan dapat diperkirakan

tingkat risiko yang ditanggung dan remunerasi (profit) yang sepadan

dengan risiko yang ditanggung tiap-tiap pihak.

2) Memilih Metode Transfer Pricing

a. Mengidentifikasi ketersediaan pembanding

Tujuannya untuk memastikan ketersediaan dan keandalan pembanding

independen yang hendak dipakai. Pembanding dapat berupa data harga,

data mengenai margin laba kotor, atau data mengenai margin laba bersih.

Pembanding yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi pembanding

internal dan eksternal.

Pembanding internal dan eksternal harus memperhatikan 5 faktor

kesebandingan, yaitu :

a) Karakteristik barang dan jasa

b) Analisis fungsi, asset, dan risiko

c) Ketentuan kontrak

d) Keadaan ekonomi

e) Strategi bisnis

Page 11: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

b. Menentukan metode transfer pricing yang paling sesuai berdasarkan fakta

dan kondisi

Mempertimbangkan antara lain :

a) Kelebihan dan kekurangan setiap metode

b) Kesesuaian penentuan metode harga transfer dengan sifat dasar

transaksi

c) Ketersediaan informasi yang andal

d) Tingkat kesebandingan antara transaksi afiliasi dengan transaksi antar

pihak yang independen

3) Menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha

a. Melakukan analisis kesebandingan

Transaksi afiliasi dianggap sebanding dengan transaksi independen

dalam hal :

a) Perbedaan (jika ada) antara kondisi transaksi afiliasi dan kondisi

transaksi independen tidak memiliki pengaruh yang material terhadap

harga atau laba

b) Penyesuaian andal yang akurat dapat dilakukan untuk menghilangkan

pengaruh material tersebut.

b. Meningkatkan kesebandingan

a) Kriteria pencarian dan seleksi manual

b) Penggunaan data beberapa tahun

c) Penyesuaian kesebandingan

Dilakukan apabila terdapat perbedaan keadan-keadaan yang

mempengaruhi kondisi (harga atau laba) secara material antara

traksaksi afiliasi dengan transaksi independen.

d) Pendekatan transaksi per transaksi atau gabungan traksaksi

c. Penentuan Harga atau Laba Wajar dalam Pemeriksaan Transfer Pricing

Membandingkan harga atau laba transaksi afiliasi dengan harga atau laba

pembanding sesuai metode yang digunakan.

Page 12: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

d. Primary Adjustment, Secondary Adjustment, dan Corresponding

Adjustment

Primary adjustment adalah selisih antara harga atau laba wajar. Koreksi

primer yang dilakukan Pemeriksa Pajak dapat mengakibatkan terjadinya

koreksi sekunder.

Pada praktiknya, Pemeriksa Pajak dapat mengulang tahapan yang sudah

dilakukan.

C. Tahapan Pelaporan Pemeriksaan Transfer Pricing

Dilakukan dengan tata cara pemeriksaan yang berlaku

METODE PEMERIKSAAN TRANSFER PRICING

A. Comparable Uncontrolled Price Method

Adalah metode penentuan harga transfer yang membandingkan harga barang

atau jasa dalam transaksi afiliasi dengan harga barang atau jasa dalam transaksi

independen.

B. Resale Price Method

Adalah metode penentuan harga transfer yang menentukan harga pembelian

barang dan jasa dari pihak afiliasi dengan cara mengurangkan laba kotor pihak

independen yang sebanding dari harga jual kembali barang atau jasa tersebut

kepada pihak independen.

C. Cost-Plus Method

Adalah metode penentuan harga transfer yang menambahkan laba kotor dari

transaksi independen yang sebanding terhadap biaya yang ditanggung dalam

transaksi afiliasi.

D. Transactional Net Margin Method

Page 13: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

Adalah metode penentuan harga transfer yang menggunakan indicator tingkat

laba transaksi independen yang sebanding untuk menentukan laba bersih usaha

transaksi afiliasi.

E. Profit Split Method

Adalah metode penentuan harga transfer yang membagi laba gabungan kepada

pihak afiliasi yang terlibat dalam transaksi afiliasi berdasarkan kontribusi yang

diberikan.

a) Contribution Profit Split Method

Adalah metode pembagian laba antarpihak afiliasi berdasarkan fungsi yang

dilakukan, asset yang digunakan dan risiko yang ditanggung setiap pihak

yang terlibat dalam transaksi afiliasi.

b) Residual Profit Split Method

Adalah metode pembagian laba yang mengidentifikasi terlebih dahulu laba

sisa dengan mengurangkan laba rutin setiap pihak afiliasi dari laba gabungan

kemudian laba sisa dialokasikan berdasarkan kontribusi setiap pihak afiliasi

yang terlibat terhadap laba sisa.

HAL-HAL KHUSUS TERKAIT PENERAPAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN

USAHA

A. Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi pemberian

jasa intra-grup

Jasa intra-grup adalah aktivitas yang diberikan oleh suatu pihak dalam suatu

grup usaha yang memberikan manfaat bagi satu atau lebih anggota lain dalam

grup usahanya.

Metode-metode yang dapat digunakan, antara lain:

a) Comparable Uncontrolled Price Method

Page 14: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

b) Cost-Plus Method

c) Transactional Profit Method

Mekanisme pengujian :

a) Memastikan bahwa suatu jasa dari pihak afiliasi telah benar-benar dilakukan

dan memberikan manfaat ekonomi bagi Wajib Pajak

b) Melakukan penghitungan kewajaran pembayaran jasa

B. Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi harta tak

berwujud

Langkah-langkah pengujian :

1. Mengidentifikasi keberadaan setiap harta tak berwujud yang memberikan

kontribusi bagi kesuksesan produk di pasar. Identifikasi ini dapat dilakukan

melalui analisis fungsi.

2. Mengidentifikasi nilai harta tak berwujud dan menentukan pihak-pihak yang

berkontribusi terhadap pembentukan harta tak berwujud yang dimaksud.

3. Mempelajari apakah benar-benar telah terjadi transfer harta tak berwujud

dalam transaksi tersebut.

4. Menentukan kompensasi yang wajar untuk setiap harta tak berwujud yang

ditransfer.

Metode yang digunakan antara lain :

a) Comparable Uncontrolled Price Method

b) Resale Price Method

c) Cost-Plus Method

d) Profit Split Method

e) Transactional Net Margin Method

f) Metode lainnya :

1) Income-Based Approach

2) Cost-Based Approach

Page 15: Perbandingan Peraturan Tp Di Indonesia

3) Market-Based Approach

C. Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi pembayaran

bunga

Pinjaman intra-grup adalah pinjaman yang diberikan oleh suatu pihak dalam

suatu grup usaha kepada anggota lainnya. Kompensasi yang diberikan,

umumnya dapat berupa antara lain tingkat suku bunga ataupun biaya jaminan

dalam hal pinjamannya digaransi oleh perusahaan grup yang dibebankan

kepada peminjam.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan kewajaran dan kelaziman

usaha :

a) Melakukan analisis atas kebutuhan utang

b) Memastikan bahwa pinjaman dari pihak afiliasi benar-benar terjadi

c) Melakukan pengujian kewajaran perbandingan utang terhadap modal

d) Melakukan pengujian kewajaran tingkat suku bunga atau biaya lainnya terkait

pinjaman intra grup.