104

Click here to load reader

PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

i

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM,

GEL, DAN SALEP YANG MENGANDUNG ETIL P-

METOKSISINAMAT DARI EKSTRAK RIMPANG

KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA LINN.)

SKRIPSI

SRY WARDIYAH

1111102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2015

Page 2: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM,

GEL, DAN SALEP YANG MENGANDUNG ETIL P-

METOKSISINAMAT DARI EKSTRAK RIMPANG

KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA LINN.)

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SRY WARDIYAH

1111102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2015

Page 3: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian
Page 4: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian
Page 5: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian
Page 6: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

vi

ABSTRAK

Nama : Sry Wardiyah

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep

yang Mengandung Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn.)

Kencur (Kaempferia galanga Linn.) merupakan tanaman yang termasuk suku

Zingiberaceae yang mengandung minyak atsiri, yang terdiri atas etil p-

metoksisinamat (EPMS) 30%.EPMS merupakan komponen terbesar dari rimpang

kencur yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.EPMS diformulasikan dalam

bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui sifat fisik dari ketiga sediaan dan mengetahui sediaan yang

paling stabil.Kencur diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana, kemudian

ekstrak cair dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50ºC. Ekstrak

kental yang didapatkan kemudian diisolasi hingga didapatkan kristal EPMS.

Selanjutnya diuji kemurniannya menggunakan metode KLT dengan eluen n-

heksana : etil asetat (3:2) dan dianalisa menggunakan GCMS. Kristal EPMS yang

didapatkan dari hasil isolasi berwarna kuning pucat, berbentuk kristal jarum, dan

berbau aromatik khas lemah, dengan titik leleh 49-50ºC. EPMS yang didapatkan

kemudian diformulasikan dalam 3 bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel,

dan salep.Ketiga formula dari masing-masing jenis sediaan dioptimasi untuk

mendapatkan formula yang optimal. Masing-masing sediaan yang telah

dioptimasi, kemudian dikarakterisasi secara fisik dengan cara melakukan uji

organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, viskositas dan sifat alir, serta

pengujian stabilitas sediaan (cycling test, sentrifugasi, dan penyimpanan pada

suhu ruang dan suhu 40ºC).Pengujian sifat fisik ini dilakukan pada minggu ke-0

dan minggu ke-4.Ketiga jenis sediaan ini disimpan selama 4 minggu pada suhu

ruang dan suhu 40ºC.Berdasarkan uji stabilitas, didapatkan hasil yang

menunjukkan bahwa sediaan gel yang mengandung EPMS dari rimpang kencur

merupakan bentuk sediaan yang paling stabil, sedangkan sediaan krim dan salep

tidak stabil.Karakteristik sediaan gel yaitu berwarna kuning kehijauan, berbau

alkohol, homogen, memiliki pHsebesar 6,448;viskositas 27000cPs; daya sebar gel

dengan slope 0,0912 cm2/gram; dan sifat alir sediaan adalah aliran plastis

tiksotropik.

Kata kunci : EPMS, kencur (Kaempferia galanga Linn.), krim, gel,

salep, stabilitas fisik

Page 7: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

vii

ABSTRACT

Name : Sry Wardiyah

Study Program : Pharmacy

Title : Physical Characteristics Comparison of Cream, Gel, and

Ointment that Contain Ethyl p-methoxycinnamic from

Kencur Rhizome Extract (Kaempferia galanga Linn.)

Kencur (Kaempferia galanga Linn.) is a plant which is classified as

Zingiberaceae that contain essential oil including ethyl p-methoxycinnamate

(EPMC) 30%. EPMC is the main component from kencur rhizome that has anti-

inflammatory activity. EPMC was formulated into semisolid dosage forms which

were cream, gel, and ointment. The purpose of this study were to evaluate the

physical characteristics of the dosage forms and to find the most stable dosage

form. Kencur was extracted by using n-hexane, and then the liquid extract was

concentrated by using rotary evaporator at temperature of 50ºC. Viscous extract

was then isolated to obtain EPMC crystals. It was then further tested for purity

using TLC with eluent n-hexane : ethyl acetate (3:2) and analyzed by using

GCMS. EPMC crystals obtained from the isolated were pale yellow, needle-

shaped crystals, and had a distinctive aromatic smell, with a melting point of 49-

50ºC. EPMC obtained then formulated into 3 semisolid dosage forms such

as creams, gels, and ointments. The three formulas of each type of preparations

were optimized to obtain the optimal formula. Each of the optimized preparation

was then evaluated for its physical characteristic which included organoleptic

test, homogenity, pH, spreading ability, viscosity and flow characteristic, and

stability test (cycling test, centrifugation, and stored in room temperature

and 40ºCtemperature). Physical characteristic tests were performed at week0 and

week 4. The dosage forms were stored for 4 weeks in room temperature

and 40ºC temperature. From the stability test, results showed that gel that contain

EPMC from kencur rhizome (Kaempferia galanga Linn.) was stable, while

the cream and ointment was unstable. The characteristics of gel dosage form were

yellow to green colored, smelled alcoholic, homogenous, pH 6,448; the

viscosity of 27000cPs; the slopespreading ability of the gel 0,0912 cm2/gram; and

the flow characteristic of the dosage form was plastic thicsothropic.

Keywords : EPMS, kencur (Kaempferia galanga Linn.), cream, gel,

ointment, physical stability

Page 8: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai.Penulisan

skripsi yang berjudul “Formulasi dan Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel,

dan Salep yang Mengandung Etil p-Metoksisinamat dari Ekstrak Rimpang Kencur

(Kaempferia Galanga Linn.)” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan

skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya

kepada:

1. Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. dan Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt.

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, waktu,

tenaga, saran, dan dukungan kepada penulis selama ini.

2. Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Yardi, Ph.D., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi dan Nelly Suryani,

Ph.D., Apt., selaku Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Nelly Suryani, Ph.D., Apt., dan Eka Putri, M.Si., Apt., selaku dewan penguji

yang telah memberikan bimbingan, saran, dan dukungan dalam penelitian ini.

5. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Kedua orang tua tersayang, ayahanda Aprinal dan ibunda Ramadeni yang

telah membesarkan, mendidik, dan senantiasa memberikan kasih sayang, doa

yang tak pernah terputus, memberikan semangat, dukungan dan perhatian

terbesar bagi penulis baik secara moril maupun materiil.

Page 9: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

ix

7. Kedua adikku tersayang Widi Safitri dan Della Fathira serta

keluargabesarkuatas setiap doa, semangat, dan dukungannya kepada penulis.

8. Teman-teman tersayang (Achi, Rizza,Astri,Fio, Brasti, Fiza, Fitri, Maharani,

Inten, dan Wardah) yang selalu ada dan tak henti memberikan semangat,

dukungan, dan saran kepada penulis selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan “Geng Unyils” Icho danArin atas kebersamaan,

bantuan, dukungan dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

10. Rhesa, Reza, Ali, Nicky, Haidar, Sutar, dan Aziz yang telah membantu penulis

selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

11. Atikah, Rizky F., Rama, Aditya, Rizki S, Anggia dan seluruh keluarga besar

IPA3 yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama ini.

12. Kak Nanda, Kak Bustami, dan kakak-kakak Bimbingan Tes Alumni yang

telah memberikan dukungan kepada penulis selama ini.

13. Seluruh kakak laboran yang telah membantu penulis melakukan penelitian.

14. Teman-teman Farmasi 2011, khusunya Farmasi 2011 AC atas kebersamaan,

kekeluargaan, dukungan dan bantuan selama ini.

15. Nunud, Dian, Azmi, Risha, Afina, Zakiyah, Lilis, Icak, Noni dan seluruh

keluarga besar Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungannya kepada penulis.

16. Serta kepada semua pihakyang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan

balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu

penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu farmasi pada khususnya.

Ciputat, Juli 2015

Penulis

Page 10: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian
Page 11: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

xi

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

2.1.Tumbuhan Kencur .......................................................................... 4

2.1.1. Taksonomi Tumbuhan .................................................. 4

2.1.2. Habitat Tumbuh ............................................................ 5

2.1.3. Morfologi ...................................................................... 5

2.1.4. Kandungan Kimia ......................................................... 6

2.1.5. Manfaat Tumbuhan ....................................................... 7

2.2.Ekstraksi ......................................................................................... 8

2.2.1. Ekstrak .......................................................................... 8

2.2.2. Ekstraksi ....................................................................... 8

2.3.Kromatografi .................................................................................. 12

2.4. Krim ........................................................................................... 14

2.4.1. Definisi Sediaan Krim .................................................. 14

2.4.2. Fungsi Krim .................................................................. 15

2.4.3. Kualitas Dasar Krim ..................................................... 16

2.4.4. Bahan-bahan Penyusun Krim ....................................... 16

2.4.5. Metode Pembuatan Krim .............................................. 17

2.4.6. Stabilitas Sediaan Krim ................................................ 18

2.4.7. Evaluasi Mutu Sediaan Krim ........................................ 18

Page 12: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

xii

2.5. Gel ............................................................................................. 19

2.5.1. Definisi Sediaan Gel ..................................................... 19

2.5.2. Basis Gel dan Faktor yang Mempengaruhi .................. 20

2.5.3. Kegunaan Gel ............................................................... 23

2.5.4. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Gel ...................... 24

2.5.5. Sifat dan Karakteristik Gel ........................................... 24

2.5.6. Metode Umum Pembuatan Gel .................................... 26

2.6. Salep .......................................................................................... 26

2.6.1. Definisi Sediaan Salep .................................................. 26

2.6.2. Penggunaan Salep ......................................................... 27

2.6.3. Karakteristik Salep........................................................ 27

2.6.4. Eksipien dalam Sediaan Salep ...................................... 27

2.7. Stabilitas dan Uji Kestabilan Fisik ............................................ 31

2.8. Formulasi Sediaan Setengah padat ............................................ 32

2.8.1. Setil Alkohol ................................................................. 32

2.8.2. Isopropil Miristat .......................................................... 33

2.8.3. Asam Stearat ................................................................. 33

2.8.4. Trietanolamin ................................................................ 34

2.8.5. Minyak Zaitun .............................................................. 35

2.8.6. Propilen Glikol.............................................................. 35

2.8.7. Metil Paraben ................................................................ 36

2.8.8. Propil Paraben ............................................................... 37

2.8.9. Natrium Metabisulfit .................................................... 38

2.8.10. Karbopol ....................................................................... 39

2.8.11. Hidroksipropil Metilselulosa ........................................ 40

2.8.12. Vaselin Album .............................................................. 41

2.8.13. Cera Alba ...................................................................... 42

2.8.14. Lanolin Anhidrat ........................................................... 42

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 43

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 43

3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 43

3.2.1. Alat .............................................................................. 43

3.2.2. Bahan ........................................................................... 43

3.3. Prosedur Penelitian .................................................................... 44

3.3.1. Isolasi Kristal EPMS ....................................................... 44

3.3.1.1.Pengambilan Sampel ........................................... 44

3.3.1.2.Penyiapan Simplisia ............................................ 44

3.3.1.3. Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur .................. 44

3.3.2. Identifikasi Kristal EPMS ............................................... 45

3.3.2.1. Pemeriksaan Organoleptis .................................. 45

3.3.2.2. Pengukuran Titik Leleh ...................................... 45

3.3.2.3.Identifikasi Senyawa EPMS menggunakan GCMS ... 45

3.3.3. Optimasi Formula Sediaan Setengah Padat .................... 46

3.3.3.1. Krim ................................................................... 46

3.3.3.2. Gel ...................................................................... 47

3.3.3.3. Salep ................................................................... 47

3.3.3.4. Evaluasi Formula ............................................... 48

Page 13: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

xiii

3.3.4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan ............................................ 48

3.3.4.1. Pemeriksaan Organoleptis ................................. 48

3.3.4.2. Pemeriksaan Homogenitas ................................ 48

3.3.4.3. Penentuan pH Sediaan ....................................... 49

3.3.4.4. Pemeriksaan Viskositas dan Sifat Alir .............. 49

3.3.4.5. Pemeriksaan Daya Sebar ................................... 49

3.3.4.6.Uji Stabilitas ........................................................ 49

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 51

4.1.Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur ............................................. 51

4.2.Identifikasi Kristal EPMS ............................................................. 52

4.3.Optimasi Formula Sediaan ........................................................... 53

4.3.1. Krim ............................................................................... 53

4.3.2. Gel ................................................................................... 54

4.3.3. Salep ................................................................................ 55

4.4.Evaluasi Sifat Fisik Sediaan ......................................................... 55

4.4.1. Organoleptis ................................................................... 56

4.4.2. Homogenitas ................................................................... 57

4.4.3. Pengukuran Derajat Keasaman (pH) ............................... 58

4.4.4. Daya Sebar ..................................................................... 59

4.4.5. Sentrifugasi ..................................................................... 62

4.4.6. Viskositas dan Sifat Alir ................................................. 63

4.4.7. Cycling Test ..................................................................... 66

4.4.7.1. Krim .................................................................. 66

4.4.7.2. Gel ..................................................................... 66

4.4.7.3. Salep .................................................................. 67

4.4.8. Pengukuran Diameter Globul Rata-rata .......................... 67

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 69

5.1.Kesimpulan ................................................................................... 69

5.2.Saran ............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 70

LAMPIRAN .................................................................................................... 75

Page 14: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1.Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) ................................ 4

Gambar 2.2.Struktur Etil p-Metoksisinamat .................................................. 6

Gambar 2.3.Struktur Setil Alkohol ................................................................. 32

Gambar 2.4.Struktur Isopropil Miristat .......................................................... 33

Gambar 2.5.Struktur Asam Stearat ................................................................. 33

Gambar 2.6.Struktur Trietanolamin ............................................................... 34

Gambar 2.7.Struktur Propilen Glikol ............................................................ 35

Gambar 2.8.Struktur Metil Paraben ................................................................ 36

Gambar 2.9.Struktur Propil Paraben ............................................................. 37

Gambar 2.10.Struktur Karbopol .................................................................... 39

Gambar 2.11.Struktur Hidroksipropil Metilselulosa ..................................... 40

Gambar 4.1.KLT Isolat Kencur ...................................................................... 51

Gambar 4.2.Spektrum GCMS EPMSstandar ................................................. 52

Gambar 4.3. Spektrum GCMS EPMS yang diuji ......................................... 53

Gambar 4.4. Kurva Daya Sebar Krim ......................................................... 59

Gambar 4.5. Kurva Daya Sebar Gel ............................................................ 60

Gambar 4.6. Kurva Daya Sebar Salep ......................................................... 60

Gambar 4.7. Kurva Daya Sebar Minggu ke-0 ............................................. 61

Gambar 4.8.Kurva Sifat Alir Krim ................................................................ 64

Gambar 4.9. Kurva Sifat Alir Gel .................................................................. 64

Gambar 4.10. Kurva Sifat Alir Salep ............................................................ 65

Gambar 4.11. Globul Minggu ke-0 ............................................................... 68

Gambar 4.12. Globul Setelah Cycling Test .................................................... 68

Gambar 4.13. Globul Minggu ke-4 Suhu Ruang ........................................... 68

Gambar 4.14. Globul Minggu ke-4 Suhu 40ºC ............................................. 68

Page 15: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

xv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1.Pengawet Sediaan Gel ..................................................................... 22

Tabel 3.1.Formulasi Krim ............................................................................... 46

Tabel 3.2.Formulasi Gel .................................................................................. 47

Tabel 3.3.Formulasi Salep ............................................................................... 47

Tabel 4.1.Hasil Identifikasi Kristal EPMS ...................................................... 52

Tabel 4.2.Hasil Uji Optimasi Formula Krim ................................................... 53

Tabel 4.3.Hasil Uji Optimasi Formula Gel ..................................................... 54

Tabel 4.4.Hasil Uji Optimasi Formula Salep .................................................. 55

Tabel 4.5.Hasil Pengamatan Secara Organoleptis ........................................... 56

Tabel 4.6.Hasil Pengamatan Homogenitas ...................................................... 57

Tabel 4.7.Hasil Pengujian pH .......................................................................... 58

Tabel 4.8.Data Uji Daya Sebar Krim .............................................................. 59

Tabel 4.9.Data Uji Daya Sebar Gel ................................................................. 59

Tabel 4.10.Data Uji Daya Sebar Salep ............................................................ 60

Tabel 4.11.Data Uji Daya Sebar Minggu ke-0 ................................................ 61

Tabel 4.12.Data Uji Daya Sebar Minggu ke-4 Suhu Ruang ........................... 61

Tabel 4.13.Data Uji Daya Sebar Minggu ke-4 Suhu 40ºC .............................. 62

Tabel 4.14.Hasil Uji Sentrifugasi .................................................................... 63

Tabel 4.15.Hasil Uji Viskositas ....................................................................... 64

Tabel 4.16.Hasil Cycling Test ......................................................................... 66

Page 16: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1.Kerangka Konsep ....................................................................... 75

Lampiran 2.Bagan Alur Kerja Destilasi Pelarut n-heksana Teknis ............... 76

Lampiran 3.Bagan Alur Isolasi Kristal EPMS dari Rimpang Kencur .......... 77

Lampiran 4.Gambar Alat Penelitian ............................................................... 78

Lampiran 5.Penyiapan Simplisia dan Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur .. 79

Lampiran 6.Perhitungan Rendemen, dan Rf .................................................. 80

Lampiran 7.Data Hasil Uji pH ....................................................................... 81

Lampiran 8.Data Hasil Pengukuran Daya Sebar ........................................... 82

Lampiran 9.Data Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir ...................... 87

Lampiran 10.Data Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-rata ................. 88

Page 17: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal dengan keanekaragaman hayati, salah satunya adalah

keanekaragaman floranya.Flora yang beranekaragam ini dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan manusia dan organisme lainnya, baik bagi kesehatan,

sandang, pangan, dan papan.Dalam kesehatan, banyak sekali tanaman yang dapat

digunakan sebagai obat tradisional.Tanaman obat secara turun temurun telah

digunakan bagi masyarakat Indonesia khususnya untuk mencegah, mengobati dan

memelihara kesehatan.

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman obat yang

bernilai ekonomis cukup tinggi sehingga banyak dibudidayakan dan memiliki

potensi untuk dikembangkan.Kencur ini sering digunakan secara empirik sebagai

obat tradisional seperti obat batuk, radang lambung, muntah-muntah, nyeri,

tetanus, sakit kepala, memperlancar haid, dan influenza (Nie, 2012).Penelitian

Sulaiman et al. (2007) melaporkan bahwa ekstrak kencur memiliki aktivitas

antiinflamasi yang diuji pada radang akut yang diinduksi dengan karagenan.

Menurut Hasanah (2011), rimpang kencur juga sering digunakan sebagai obat

tradisional, salah satunya adalah untuk mengobati radang (inflamasi).

Kencur merupakan tanaman yang termasuk suku Zingiberaceae yang

diketahui mengandung minyak atsiri. Berdasarkan penelitian Inayatullah (1997),

tanaman kencur mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 2,4-3,9% yang terdiri

atas etil-p-metoksisinamat 30% (EPMS). EPMS merupakan komponen terbesar

dari rimpang kencur, yang dapat dimanfaatkan karena memiliki aktivitas sebagai

tabir surya, analgesik-antiinflamasi dan antibakteri (Ifansyah, 1996).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai aktivitas ekstrak

etanol kencur antara lain sebagai penyembuh luka (Tara V., 2006), dan sebagai

analgesik dan antiinflamasi (Vittalrao, 2011). Ekstrak minyak atsiri sebagai

antibakteri dan antifungi (Tewtrakul et al., 2005), dan ekstrak air dari kencur

memiliki aktivitas sebagai antinosiseptif dan antiinflamasi (Sulaiman et al.,

2008).Selain itu juga telah dilakukan penelitian menggunakan ekstrak n-heksana

1

Page 18: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kencur, dan didapatkan senyawa EPMS yang diisolasi dari ekstrak kencur yang

dimaserasi menggunakan pelarut n-heksana memiliki aktivitas sebagai

antiinflamasi (Mufidah, 2014).

Efek antiinflamasi kencur terutama berasal dari senyawa etil p-

metoksisinamat (EPMS).EPMS ini memiliki efek analgesik dan antiinflamasi

yang signifikan dengan menghambat sintesis TNF-α dan IL-1.Selain itu, efek ini

juga melibatkan penghambatan fungsi vital sel endogen seperti proliferasi,

migrasi, dan sintesis dari vaskular endotel growth factor (Umar et al., 2014).Oleh

karena itu, EPMS dapat menjadi prekursor potensial untuk pengembangan agen

terapi dengan potensi untuk mengobati penyakit yang melibatkan peradangan.

Banyaknya penelitian yang menyatakan bahwa EPMS memiliki aktivitas

antiinflamasi menjadi dasar dalam pembuatan formulasi sediaan topikal yang

mengandung EPMS. Dengan sistem penghantaran topikal, bahan aktif tidak hanya

dihantarkan dengan nyaman, tetapi juga dapat meningkatkan kepatuhan pasien,

menghantarkan obat ke kulit dalam penanganan kelainan kulit, dan bila ada

permasalahan, penghentian obat lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan

pemberian obat melalui rute yang lain (Chien et al., 2002). Oleh karena itu,

bentuk sediaan yang cocok sebagai pembawa untuk penggunaan topikal ini adalah

sediaan setengah padat (krim, gel, dan salep).

Berdasarkan uraian di atas dan sebagai gerakan back to nature dengan

memanfaatkan tanaman kencur, penulis melakukan penelitian untuk

membuatsediaan krim, gel, dan salep yang mengandung EPMS dari rimpang

kencur, serta menguji sifat fisik sediaan tersebut.Pengujian sifatfisik ini dilakukan

selama 4 minggu pada suhu kamar dan suhu tinggi, selanjutnya dilakukan

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, penentuan

pH, viskositas, daya sebar, dan sentrifugasi. Dari hasil uji sifat fisik tersebut,

selanjutnya akandibandingkan sifat fisik dari ketiga sediaan setengah padat

tersebut, sehingga didapatkan sediaan dengan sifat fisik yang paling baik dari

ketiga sediaan tersebut.

Page 19: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana sifat fisik ketiga sediaan setengah padat(krim, salep dan

gel) yang mengandung EPMS dari rimpang kencur tersebut?

2. Manakah dari ketiga sediaan setengah padat (krim, salep dan gel)

tersebut yang menunjukkan sifat fisik paling stabil?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sifat fisiksediaan setengah padat(krim, salep dan gel)

yang mengandung EPMS dari rimpang kencur tersebut.

2. Mengetahui sediaan yang paling stabil dari ketiga sediaan tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah faedah bagi

perkembangan dunia farmasi mengenai sediaan setengah padat

antiinflamasi.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai

ekonomis dari kencur (Kaempferia galanga L.) sehingga semakin

banyak digunakan oleh masyarakat terutama sebagai antiinflamasi.

3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan mengenai sediaan setengah padat antiinflamasi.

Page 20: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Kencur (Kaempferia galanga L.)

2.1.1. Taksonomi Tumbuhan(USDA)

Kedudukan kencur (Kaempferia galanga L.) dalam sistematika

(taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 2.1Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

[Sumber: Koleksi Pribadi]

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)

Sub Kelas : Zingiberidae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (Suku jahe-jahean)

Genus : KaempferiaL.

Spesies : Kaempferia galanga L.

4

Page 21: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2. Habitat Tumbuh

Kencur merupakan terna kecil yang tumbuh subur di daerah dataran

rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak

air.Kencur tumbuh dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim

penghujan.Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar

matahari, tidak terlalu basah dan di tempat terbuka (Depkes, RI., 1987).

Kencur tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur, sedikit berpasir, dan

subur.Namun kencur cukup toleran terhadap tanah yang tidak terlalu

subur.Bahkan pada musim kemarau panjang, kencur masih dapat bertahan hidup,

namun tampak seolah mati suri.Di musim kemarau, semua daunnya mengering,

tetapi rimpang kencur masih dapat bertahan. Saat hujan atau disirami air, maka

tunas akan tumbuh kembali (Muhlisah, 1999).

2.1.3. Morfologi

Kencur (Kaempferia galanga L.) termasuk dalam tanaman jenis empon-

empon yang mempunyai daging buah paling lunak, tidak berserat, berwarna putih,

dan kulit luarnya berwarna coklat.Rimpang kencur mempunyai aroma yang

spesifik.Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan

berhadapan. Bunganya tersusun setengah duduk dengan mahkota bunga

berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga berwarna lembayung dengan

warna putih lebih dominan (Depkes, RI., 1987).

Sampai saat ini karakteristik utama yang dapat dijadikan sebagai pembeda

kencur adalah daun dan rimpang.Berdasarkan ukuran daun dan rimpangnya,

dikenal 2 tipe kencur, yaitu kencur berdaun lebar dengan ukuran rimpang besar

dan kencur berdaun sempit dengan ukuran rimpang lebih kecil.Biasanya kencur

berdaun lebar dengan bentuk bulat atau membulat, mempunyai rimpang dengan

ukuran besar pula, tetapi kandungan minyak atsirinya lebih rendah daripada

kencur yang berdaun kecil berbentuk jorong dengan ukuran rimpang lebih kecil.

Salah satu varietas unggul kencur dengan ukuran rimpang besar adalah varietas

unggul asal Bogor (Galesia-1) yang mempunyai ciri sangat spesifik dan berbeda

dengan klon dari daerah lain yaitu warna kulit rimpang cokelat terang dan daging

Page 22: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rimpang berwarna kuning, berdaun membulat, ujung daun meruncing dengan

warna daun hijau gelap. (Rostiana et al., 2005).

2.1.4. Kandungan Kimia

Rimpang tumbuhan kencur mengandung saponin, falavonoid, polifenol,

dan minyak atsiri (Depkes, 2001).Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral

(13,73 %), minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta

dekan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat,

alkaloid, dan gom (Depkes, RI., 1987).

Kandungan minyak atsiri dalam ekstrak Kaempferia galanga L. yang telah

diteliti oleh Umar et al. (2012) di antaranya adalah asam propionate (4,71%),

pentadekan (2,08%), asam tridekanoat (1,81%), 1,21-docosadiene (1,47%), beta-

sitosterol (9,88%), dan komponen terbesar adalah etil p-metoksisinamat (80,05%).

Selain itu pada penelitian Tewtrakul et al. dilaporkan bahwa dalam ekstrak

Kaempferia galanga L. juga mengandung α-pinen, kamphen, karvon, benzene,

eukaliptol, borneol dan metil sinamat.

Kandungan kimia utama dalam rimpang kencur adalah etil parametoksi

sinamat (terkandung dalam minyak atsiri kencur) yang mempunyai aktivitas

analgetik dan diduga bertanggung jawab pula terhadap efek penambah nafsu

makan.

Gambar 2.2 Struktur Etil p-metoksisinamat

EPMS termasuk ke dalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene

dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat

etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan

pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat,

metanol, air dan heksan. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang diekstrak, keduanya

Page 23: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati sama. EPMS adalah suatu

ester yang mengandung cincin benzen dan gugus metoksi yang bersifat non polar

dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat agak polar

menyebabkan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan kepolaran

bervariasi. Hasil penelitian pada pemilihan pelarut pada suhu kamar didapat

bahwa heksan adalah pelarut yang paling sesuai, ditandai dengan persentase hasil

isolasi tertinggi yaitu 2,111% yang diikuti etanol yaitu 1,434%, dan etil asetat

0,542%, sedangkan dengan akuades tidak terdapat kristal (Taufikkurohmah et al.,

2008).

Isolasi dan pemurnian EPMS ini dapat dilakukan dengan mudah

menggunakan metanol sehingga didapatkan kristal berwarna putih. Selain itu

EPMS mempunyai gugus fungsi yang reaktif sehingga sangat mudah

ditransformasikan menjadi gugus fungsi yang lain (Barus, 2009).

2.1.5. Manfaat Tumbuhan

Kencur dapat mengobati penyakit radang lambung, radang anak telinga,

influenza pada bayi; masuk angina, sakit kepala, batuk, menghilangkan darah

kotor; diare, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, lelah (Anonim, 1987).

Selain itu rimpang kencur juga dapat digunakan sebagai ekspektoransia,

diuretika, karminatif, stimulansia, penambah nafsu makan, disentri, tonikum,

masuk angina, obat asma, infeksi bakteri, anti jamur (Anonim, 2008).

Ekstrak minyak atsiri kencur memiliki aktivitas antimikroba untuk gram

positif (Staphylococcus aureus ATCC 25923, Strptococcus faecalis, Bacillus

subtilis), gram negatif (Salmonella typhi, Shigella flexneri, Eschericia coli ATCC

2592), dan juga memiliki aktivitas antifungi pada Candida albicans (Tewtrakul et

al., 2005).Ekstrak metanol dari kencur memiliki toksisitas terhadap larva dan

pupa Anopheles stephensi dan juga berpotensi sebagai repellent (Dhandapani et

al., 2011).Ekstrak air dari kencur memiliki aktivitas sebagai antinosiseptif dan

antiinflamasi (Sulaiman et al., 2008).Ekstrak alkohol dari kencur diteliti memiliki

aktivitas sebagai antiinflamasi dan analgesik (Vittalrao et al., 2011), juga

memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka (Tara V et al., 2006).

Page 24: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selain aktivitas dari ekstrak kencur dengan berbagai pelarut, Umar et al.

(2012)telah meneliti tentang bioaktivitas dari isolat kencur yang

bertanggungjawab dalam aktivitas antiinflamasi yakni etil p-metoksisinamat. Etil

p-metoksisinamat (EPMS) menghambat induksi edema karagenan pada tikus

dengan MIC 100 mg/kg dan berdasarkan hasil uji in vitro, EPMS secara non-

selektif menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2 dengan nilai IC50 masing-

masing 1,12 µM dan 0,83 µM. Hasil ini memvalidasi aktivitas anti-inflamasi

kencur yang dihasilkan oleh penghambatan COX-1 dan COX-2.

2.2. Ekstraksi

2.2.1. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapakan (Soesilo,

1995). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung (Tiwari, et al., 2011).

Parameter yang mempengaruhi kualitas dari ekstrak adalah (Tiwari, et al.,

2011):

1. Bagian dari tumbuhan yang digunakan.

2. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi.

3. Prosedur ekstraksi.

2.2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan bahan aktif sebagai obat dari jaringan

tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

yang telah ditetapkan (Tiwari, et al., 2011). Selama proses ekstraksi, pelarut akan

berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa

dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya.

Ekstraksi merupakan metode pemisahan suatu zat terlarut secara selektif

dari suatu bahan dengan pelarut tertentu. Pemilihan metode yang tepat tergantung

Page 25: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tekstur, kandungan air tanaman yang diekstraksi, dan jenis senyawa yang

akan diisolasi.

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut, di mana perpindahan mulai terjadi pada

lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Efektifitas ekstraksi senyawa kimia dari tumbuhan bergantung pada:

1. Bahan-bahan tumbuhan yang diperoleh.

2. Keaslian dari tumbuhan yang digunakan.

3. Proses ekstraksi.

4. Ukuran partikel.

Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan mempengaruhi

kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak, antara lain:

1. Tipe ekstraksi.

2. Waktu ekstraksi.

3. Suhu ekstraksi.

4. Konsentrasi pelarut.

5. Polaritas pelarut.

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi

dua cara, yaitu ekstraksi cara panas dan ekstraksi cara dingin (Diitjen POM,

2000).

2.2.2.1.Ekstraksi Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

kamar (Ditjen POM, 2000).

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.

Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi

kinetik sedangkan yang dilakukan dengan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

Page 26: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Keuntungan

ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan

pelarut yang banyak dan penyarian kurang sempurna.

Dalammaserasi(untukekstrakcairan), serbuk halus atau kasar dari tumbuhan

obatyang kontakdenganpelarut disimpan dalam wadahtertutupuntukperiode

tertentudengan pengadukan yang sering, sampai zat tertentu dapat terlarut.Metode

inipaling cocokdigunakan untuk senyawa yang termolabil (Tiwari, et al., 2011).

Modifikasi metode maserasi:

1. Modifikasi maserasi melingkar.

2. Modifikasi maserasi digesti.

3. Modifikasi maserasi melingkar bertingkat.

4. Modifikasi remaserasi.

5. Modifikasi dengan mesin pengaduk.

Keuntungan metode maserasi:

1. Peralatannya sederhana.

2. Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.

3. Zat warna mengandung gugus-gugus yang tidak stabil (mudah

menguap seperti ester dan eter tidak akan rusak atau menguap karena

berlangsung pada konndisi dingin.

Kerugian metode maserasi:

1. Waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama.

2. Cairan penyari yang digunakan lebih banyak.

3. Tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur

keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

penyarian sempurna (exhaustive extraction) yang umunya dilakukan pada

temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap

maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak),

Page 27: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali dari bahan

(Ditjen POM, 2000).

2.2.2.2. Ekstraksi Cara Panas

1. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru, dengan

menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah

pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).

2. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).

3. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C selama 15

menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas

air di mana bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur yang

digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM, 2000).

Cara ini menghasilkanlarutan encerdarikomponen yang mudah larutdarisimplisia

(Tiwari, et al., 2011).

4. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur

sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut

air pada temperatur 90oC selama 30 menit.Metodeini digunakanuntuk

ekstraksikonstituen yang larut dalam airdan konstituen yang stabil terhadap panas

dengan caradirebusdalam airselama 15menit (Tiwari, et al., 2011).

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC

(Ditjen POM, 2000).

Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinyu pada temperatur

lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-30oC).Iniadalah jenis

Page 28: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ekstraksimaserasidi mana suhu sedangdigunakanselama prosesekstraksi (Tiwari,

et al., 2011).

2.2.2.3. Teknik Ekstraksi Lain

1. Sonikasi

Prosedur ekstraksi ini melibatkanpenggunaan gelombangultrasonikdengan

frekuensimulai dari20kHzsampai 2000kHz.Teknik ini

meningkatkanpermeabilitasdindingsel danmenghasilkankavitasi.Meskipun proses

iniberguna dalambeberapa kasus, tetapi pada skala besaraplikasinyaterbataskarena

biayanya yangtinggi. Satu kelemahan dalam teknik ini adalah efek yang merusak

dari energi ultrasonik (lebih dari 20 KHz) yang menyebabkan konstituen tanaman

membentuk radikal bebas yang tidak diharapkan (Tiwari, et al, 2011).

2. Supercritical Fluid

Teknik ekstraksi supercritical fluid memberikan fakta bahwa gas dapat

berprilaku sebagai cairan ketika berada dibawah tekanan. Salah satu contohnya

adalah karbon dioksida yang dapat digunakan untuk mengekstrak biomassa dan

memiliki keuntungan bahwa setelah tekanan dihilangkan, molekul gas akan

meninggalkan ekstrak. Karbon dioksida bertindak sebagai pelarut non polar, tetapi

polaritas ekstraksi dengan supercritical fluid dapat ditingkatkan dengan

menambahkan agen tertentu, yang biasanya berupa pelarut lain seperti metanol

atau diklormetan (Heinrich, 2004).

2.3. Kromatografi

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh

suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase

atau lebih, salah satu di antaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah

tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan

adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul

atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat

diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Depkes, 1995).

Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di

antara dua fase, satu di antaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase

Page 29: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

gerak).Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat

terlarut lainnya, yang terelusi lebih awal atau lebih akhir.Umumnya zat terlarut

dibawa melewati media pemisah oleh aliran pelarut berbentuk cairan atau gas

yang disebut eluen.Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap, seperti halnya

penyerap alumina yang diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, atau dapat

bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase

gerak.Dalam proses terakhir ini, suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang

inert berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan mekanisme pemisahan yang

utama dalam kromatografi gas-cair, kromatografi kertas, dan bentuk kromatografi

kolom yang disebut kromatografi cair-cair. Dalam praktek, seringkali pemisahan

disebabkan oleh suatu kombinasi efek adsorpsi dan partisi (Depkes, 1995).

Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan

kuantitatif yang digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian dalam

Farmakope Indonesia adalah Kromatografi Kolom, Kromatografi Lapis Tipis, dan

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis

tipis umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan

sederhana.Kromatografi kolom memberikan pilihan fase diam yang lebih luas dan

berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif dari suatu

campuran.Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua-duanya

membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan metode

dengan resolusi tinggi dapat mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif

bahan dalam jumlah yang sangat kecil (Depkes, 1995).

Kromatografi Gas-Spektrometer Gas (GC-MS)

Perkembangan teknologi instrumentasi menghasilkan alat yang merupakan

gabungan dari dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lain tetapi

saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan spectrometer

massa (GC-MS). Kedua alat dihubungkan dengan satu interfase.

Kromatografi gas disini berfungsi sebagai alat pemisah berbagai

komponen campuran dalam sampel, sedangkan spektrometer massa berfungsi

untuk mendeteksi masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada

sistem kromatografi gas. Dari kromatogram GC-MS akan diperoleh informasi

jumlah senyawa yang terdeteksi.

Page 30: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam kromatografi gas, pemisahan terjadi ketika sampel diinjeksikan ke

dalam fase gerak.Fase gerak yang biasa digunakan adalah gas inert seperti

Helium.Fase gerak membawa sampel melalui fase diam yang ditempatkan dalam

kolom.Sampel dalam fase gerak berinteraksi dengan fase diam dengan kecepatan

yang berbeda-beda. Saat terjadi interaksi, yang tercepat akan keluar dari kolom

lebih dulu, sementara yang lambat keluar paling akhir. Komponen-komponen

yang telah terpisah kemudian menuju detektor.

Detektor akan memberikan sinyal yang kemudian ditampilakan dalam

komputer sebagai kromatogram. Pada kromatogram, sumbu x menunjukkan

waktu retensi, RT (Retention Time), waktu saat sampel diinjeksikan sampai elusi

berakhir, sedang sumbu y menunjukkan intensitas sinyal. Dalam detektor, selain

memberikan sinyal sebagai kromatogram, komponen-komponen yang telah

terpisah akan ditembak elektron sehingga terpecah menjadi fragmen-fragmen

dengan perbandingan massa dan muatan tertentu (m/z). fragmen-fragmen dengan

m/z ditampilkan komputer sebagai spektra massa, di mana sumbu x menunjukkan

perbandingan m/z sedangkan sumbu y menunjukkan intensitas. Dari spektra

tersebut dapat diketahui struktur senyawa dengan membandingkannya dengan

spektra massa standar dari literature yang tersedia dalam komputer. Pendekatan

pustaka terhadap spektra massa dapat dilakukan untuk identifikasi bila indeks

kemiripan atau Similarity Indeks (SI) berada pada rentangan ≥ 80% (Howe, 1981).

2.4. Krim

2.4.1. Definisi Sediaan Krim

1. Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,

berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan

untuk pemakaian luar.

2. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan

dasar yang sesuai.

3. Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi

kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk

pemakaian luar.

Page 31: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang

mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam

minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a).

5. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang

mempunyai konsistensi filtrat cair di formulasi sebagai emulsi air dalam

minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan

untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi

mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang

dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika

dan estetika (Ditjen POM, 1995).

6. Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi yang mengandung

satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar

yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60 % (Syamsuni,H.2002).

2.4.2. Fungsi Krim

Krim berfungsi sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan

kulit, sebagai bahan pelumas untuk kulit, dan sebagai pelindung untuk kulit yaitu

mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsangan kulit

(Anief, 2000).Selain itu, menurut British Pharmacopoeia, krim diformulasikan

untuk sediaan yang dapat bercampur dengan sekresi kulit.Sediaan krim dapat

diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk pelindung, efek terapeutik,

atau profilaksis yang tidak membutuhkan efek oklusif (Marriot, John F., et al.,

2010).

2.4.3. Kualitas Dasar Krim (Anief, 2005)

Kualitas dasar krim, yaitu:

Page 32: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dari

inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada

dalam kamar.

2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk

menjadi lunak dan homogen.

3. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit.

4. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim

padat atau cair pada penggunaan.

2.4.4. Bahan-bahan Penyusun Krim

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,

zat pengemulsi, zat pengawet (Ditjen POM, 1985).

1. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari

lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

2. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam

stearat.

3. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban

di antara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya

bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan

menahan air agar tidak menguap.

4. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua

bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,

trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

5. Pengawet

Page 33: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka

waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama.Pengawet dapat bersifat

antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga

kosmetika menjadi stabil.Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat

menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.5. Metode Pembuatan Krim

Prinsip umum dalam preparasi sediaan krim, seperti sediaan emulsi dan

yang lainnya, kebersihan merupakan hal yang penting.Spatula dan peralatan

lainnya harus dibersihkan dengan IMS (Industrial Methylated Spirits).IMS lebih

baik daripada aquades karena cepat menguap dan tidak meninggalkan residu.

Pembuatan krim harus dilebihkan karena pada proses pemindahan sediaan krim ke

wadah akhir, ada kemungkinan tertinggalnya sediaan di tempat yang sebelumnya.

Menentukan bahan yang larut dalam fasa air atau yang larut dalam fasa

minyak.Larutkan bahan yang larut air dalam fasa air. Lelehkan basis lemak dalam

cawan evaporasi di atas water bath dalam suhu serendah mungkin. Proses ini

diawali dengan melelehkan basis yang memiliki titik leleh tinggi. Setelah itu

didinginkan pada suhu 60ºC (pemanasan yang berlebihan dapat mendenaturasi

agen pengemulsi dan menghilangkan stabilitas produk).Zat-zat yang dapat larut

dengan fasa minyak harus diaduk sampai mencair.Suhu fase cair harus

disesuaikan 60ºC. Fase terdispersi kemudian ditambahkan ke dalam fasa

pendispersi pada suhu yang sama. Oleh karena itu,untuk produk minyak dalam

air, maka minyak yang ditambahkan ke dalam air. Sedangkan untuk produk air

dalam minyak, yang ditambahkan adalah air ke dalam minyak.Pengadukan harus

terus dilakukan tanpa adanya udara. Jangan mempercepat proses pendinginan

karena akan menghasilkan produk yang buruk. (Marriot, John F., et al., 2010)

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses

emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti

minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C,

sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam

air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan

berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair

Page 34: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk

mencegah kristalisasi dari lilin/lemak.Selanjutnya campuran perlahan-lahan

didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental.

Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka

beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak

dengan fase cair (Munson, 1991).

2.4.6. Stabilitas Sediaan Krim

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya

terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena

penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim

jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim

hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.Krim yang sudah

diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan.

2.4.7. Evaluasi Mutu Sediaan Krim

Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus

dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu

ditaati.Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang

baik.Kedua, setiap pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau

spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard dan spesifikasi yang telah

ada.

1. Organoleptis

Evaluasi organoleptis menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna,

tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan

kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item),

menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan

keputusan dengan analisa statistik.

2. Evaluasi pH

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter, dengan cara perbandingan 60 g:

200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga

Page 35: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH

meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.

3. Evaluasi daya sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala.

Kemudian bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan

di beri rentang waktu 1-2 menit. Kemudian diameter penyebaran diukur pada

setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu

secara teratur).

4. Evaluasi penentuan ukuran droplet

Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan

emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop sediaan diletakkan pada objek

glass, kemudian diperiksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan

penyebarannya.

5. Uji aseptabilitas sediaan.

Dilakukan pada kulit, dengan berbagai orang yang di kasih suatu quisioner

di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang di

timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat skoring

untuk masing- masing kriteria.Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut,

sangat lembut.

2.5. Gel

2.5.1. Definisi Sediaan Gel

Gel merupakan sediaan semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara setengah

padat atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM, 1995). Menurut

Niazi (2004), gel merupakan suatu sistem semipadat di mana fase dibatasi oleh

jaringan tiga dimensi, antara matriks yang saling terkait dan bersilangan.

Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi

yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang

besar dan saling diresapi cairan (Ansel, 1989). Gel menggunakan makromolekul

yang terdispersi ke seluruh cairan sampai terbentuk massa kental yang homogen,

Page 36: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

massa seperti ini disebut sebagai gel satu fase. Massa gel terdiri dari kelompok-

kelompok partikel kecil yang berbeda, maka dikelompokkan sebagai sistem dua

fase dan sering disebut sebagai magma atau susu. Gel magma dianggap sebagai

dispersi koloid oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan

ukuran koloid (Anwar, 2012).

Gel adalah pembawa yang digunakan dengan tujuan pemberian obat pada

bagian mukosa, misalnya mata, hidung, vagina, dan pemberian melalui rektum

(Anwar, 2012).

2.5.2. Basis Gel dan Faktor yang Mempengaruhi (Anwar, 2012)

Gel sering digunakan dalam penghantaran obat yang mengandung polimer

yang dapat menjerap sejumlah air yang dikenal dengan hidrogel. Penyerapan

cairan berlangsung melalui pengembangan.Hal ini diikuti dengan peningkatan

volume dan membesarnya tekanan (tekanan pembengkakan sampai 100 Mpa, 103

at), dan peristiwa tersebut berkaitan erat dengan dihasilkannya panas positif.

Koloid linier yang digunakan untuk membentuk gel dapat mengembang tanpa

batas, artinya kondisi gel dapat diubah menjadi sol dengan penambahan pelarut

yang lebih banyak. Dengan demikian jumlah air yang digunakan untuk

pengembangan sangat menentukan sifat rheology sediaan yang terbentuk.

Komposisi sediaan gel umumnya terdiri dari komponen bahan yang dapat

mengembang dengan adanya air, humektan, dan pengawet, terkadang diperlukan

bahan yang dapat meningkatkan penetrasi bahan berkhasiat.

Gel tautan-silang (cross-link) secara kimia

Pada sistem ini, pemisahan fase makroskopik dicegah dengan adanya

tautan-silang, dan semakin tinggi densitas/massa jenis dari senyawa penaut-silang,

maka semakin kecil kontraksi polimer dengan pelarut, dan gel yang terbentuk

semakin kuat.Kekuatan gel dapat diukur dengan Texture analyzer.

Surfaktan ionik dapat terikat dengan polimer nonionik, sehingga cara yang

efektif untuk memasukkan muatan ke dalam gel polimer nonionik adalah dengan

menambahkan surfaktan ionik. Karena muatan tersebut bergantung pada ikatan

kooperatif dari surfaktan pada rantai backbone polimer, maka pengembangan dari

gel bergantung pada parameter yang mengendalikan ikatan pada surfaktan. Saat

Page 37: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

panjang rantai alkil pada surfaktan meningkat, afinitas ikatan pada polimer pun

akan meningkat, sehingga secara efektif meningkatkan „densitas muatan polimer‟.

Derajat pengembangan secara langsung mempengaruhi pelepasan senyawa yang

bergabung dalam gel cross-linked. Sehingga dengan meningkatkan

pengembangan, difusi dari senyawa yang tergabung meningkat.

Gel yang terbentuk oleh polimer polisakarida

Gel polisakarida bersifat temperature-reversible, terbentuk pada

konsentrasi polimer yang realtif rendah umumnya dari turunan selulosa, struktur

gel dapat dibentuk pada konsentrasi antara 2-6%. Gel polisakarida dapat dibentuk

dengan memodifikasi ikatan selang secara kimia, yang dipengaruhi oleh pH.

Pembentuk Gel Alami

Pembentuk gel alami yang umum digunakan adalah xanthan gum, gellan

gum, pectin, dan gelatin. Xanthan gum dan gellan gum adalah polisakarida

dengan berat molekul besar yang diperoleh dari fermentasi menggunakan

mikroba. Larutan xanthan gum memliliki viskositas yang tinggi pada tekanan

geser (shear rate) yang rendah yang dapat menjaga partikel padat tetap tersuspensi

dan mencegah emulsi mengalami koalesens. Gellan gum adalah pembentuk gel,

efektif pada penggunaan dengan jumlah yang sedikit, membentuk gel yang padat

pada konsentrasi rendah.

Bahan tambahan lain

1. Humektan

Humektan digunakan sebagai pelembap pada kulit.Dengan penambahan

humektan dapat meminimalkan kehilangan air dan menyisakan lapisan film yang

tidak membentuk kerak, dengan kata lain humektan berperan sebagai pelembap

pada kulit. Contoh aditif yang dapat ditambahkan untuk membantu menahan air

meliputi:

a. Gliserol dalam konsentrasi > 30%.

b. Propilen glikol dalam konsentrasi sekitar 15%.

c. Sorbitol dalam konsentrasi 3-15 (Marriot, John F., et al., 2010).

2. Chelating agent

Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam

berat. Contohnya EDTA.

Page 38: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pengawet

Gel memiliki kandungan air lebih tinggi dari salep atau pasta dan ini

membuat mereka rentan terhadap kontaminasi mikroba. Pengunaan pengawet

biasanya disesuaikan dengan gelling agent yang digunakan, sesuai dengan tabel

berikut (Marriot, John F., et al., 2010):

Tabel 2.1 Pengawet Sediaan Gel

Choice of Preservative to be Used in Gel

Preservative Gelling Agent

Benzalkonium chloride (0,01% w/v) Hypromellose

Methylcellulose

Benzoic acid (0,2%) Alginates

Pectin (provided the products is acidic

in nature)

Chlorhexidine acetate (0,02%) Polyvinyl alcohols

Chlorocresol (0,1-0,1%) Alginates

Pectin (provided the products is acidic

in nature)

Methyl/propyl hydroxybenzoates (0,02-

0,3%)

Activity is increased if used in

combination.

Propylene glycol (10%) has been

shown to potentiate the antimicrobial

activity

Carbomer

Carmellose sodium

Hypromellose

Pectin

Sodium alginate

Tragacanth

Phenylmercuric nitrate (0,001%) Methylcellulose [Sumber: Marriot, John F., et al., 2010]

4. Enhancer (peningkat penetrasi)

Enhancer adalah senyawa yang digunakan untuk meningkatkan jumlah

dan jenis zat aktif yang dapat masuk menembus stratum korneum dari kulit.

Enhancer untuk sediaan setengah padat harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Bersifat inert secara farmakologis terhadap tubuh, baik lokal maupun

sistemik.

b. Tidak mengiritasi ataupun menyebabkan alergi.

c. Harus bekerja dengan cepat dan memiliki onset yang dapat

diperkirakan.

d. Aktivitas dan durasinya harus bisa diperkirakan.

Page 39: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Saat enhancer tidak ada lagi di kulit, sifat barrier kulit harus segera

kembali normal secara sempurna.

f. Harus bekerja hanya satu arah, yaitu hanya membuat obat dapat

masuk, tidak membuat senyawa di dalam kulit keluar.

g. Harus kompatible dengan zat aktif dan zat lain dalam sediaan dan

meningkatkan kelarutan zat aktif dalam formulasinya.

h. Harus dapat diterima secara kosmetologis, tidak berbau dan tidak

berwarna.

Enhancer (peningkat penetrasi) berinteraksi dengan intrasel dari lapisan

kulit melalui berbagai cara, seperti fluidisasi, polarisasi, pemisahan fase, atau

ekstraksi lipid. Selain itu juga membentuk vakuola di dalam korneosit, dan

mendenaturasi keratin.

Contoh peningkat penetrasi adalah air, alkohol, lemak alkohol, glikol, dan

surfaktan.

2.5.3. Kegunaan Gel (Lachman L,et al., 1989)

1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam

bentuk sediaan yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin

dan untuk bentuk sediaan obat long – acting yang diinjeksikan secara

intramuskular.

2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet,

bahan pelindung koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan

oral, dan basis suppositoria.

3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik,

termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan

rambut.

4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara setengah padat (non

streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

Page 40: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.4. Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Gel (Lachman L, et al., 1989)

Kelebihan sediaan gel:

Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan

sediaan yang jernih dan elegan; pada pemakaian di kulit setelah kering

meninggalkan film tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak

menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan

air; pelepasan obatnya baik; kemampuan penyebarannya pada kulit baik.

Kekurangan sediaan gel:

1. Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air

sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan

agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel

tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat,

kandungansurfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga

lebih mahal.

2. Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau

dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.

3. Untuk hidroalkoholik : gel dengan kandungan alkohol yang tinggi

dapat menyebabkan pedih pada wajah dan mata, penampilan yang

buruk pada kulit bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol

akan menguap dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau

pecah-pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan

zat aktif.

2.5.5. Sifat dan Karakteristik Gel (Lachman L, et al., 1989)

1. Swelling

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan

berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel.

Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di

dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

Page 41: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Sineresis

Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel.

Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu

pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang

tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat

adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada

ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga

memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada

hidrogel maupun organogel.

3. Efek suhu

Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui

penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan

hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang

dingin membentuk larutan yang kental.Pada peningkatan suhu larutan tersebut

membentuk gel.Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan

oleh pemanasan disebut thermogelation.

4. Efek elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel

hidrofilik di mana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut

yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik

dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan

mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel

Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion

kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat

sebagai kalsium alginat yang tidak larut.

5. Elastisitas dan rigiditas

Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa,

selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas

dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.Bentuk struktur gel resisten

terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik.Struktur

gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.

Page 42: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Rheologi

Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang

terflokulasi memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan

jalan aliran non – Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan

peningkatan laju aliran.

2.5.6. Metode Umum Pembuatan Gel (Marriot, John F., et al., 2010)

1. Semua komponen gel dipanaskan (terkecuali dengan air), kurang lebih sekitar

90ºC.

2. Air dipanaskan pada suhu sekitar90ºC.

3. Air ditambahkan ke minyak, diaduk terus. Pengadukan kuat sebaiknya

dihindari karena dapat menimbulkan gelembung.

2.6. Salep

2.6.1. Definisi Sediaan Salep

1. Salep (Unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya dapat larut atau terdispersi

homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep adalah sediaan setengah padat

yang ditujukan untuk pemakaian setengah padatpada kulit atau selaput lendir

(Anwar, 2012).

2. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian setengah

padat pada kulit atau selaput lender. Salep pada prinsipnya digunakan untuk

terapi lokal. Salep tidak boleh berbau tengik (Ditjen POM, 1995).

3. Salep diformulasikan untuk memberikan sediaan yang tidak larut, larut atau

diemulsikan dengan sekresi kulit. Salep hidrofobik dan salep air pengemulsi

dimaksudkan untuk diterapkan pada kulit atau membran mukosa tertentu

untuk emolien, pelindung, tujuan terapeutik atau profilaksis di mana tingkat

oklusi yang diinginkan. Salep hidrofilik yang larut dengan sekresi kulit dan

kurang emolien sebagai konsekuensi(British Pharmacopoeia).

Page 43: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6.2. Penggunaan Salep

Salep pada prinsipnya digunakan untuk terapi lokal.Berbagai macam salep

dipakai untuk melindungi kulit atau untuk mengobati penyakit kulit yang akut

maupun kronis.Pada sediaan semacam itu, diharapkan adanya penetrasi ke dalam

lapisan kulit teratas agar dapat memberikan efek penyembuhan.

Salep dibuat untuk menjaga pengobatan dalam memperpanjang kontak

dengan kulit yang memiliki daya yang dapat meningkatkan dan memperlambat

pelepasan dari zat aktif.Basis hidrokarbon digunakan terutama karena efek

emolliennya dan sulit dicuci air.Basis ini tidak mengering dan tidak berubah

secara signifikan pada penyimpanan yang lama.

2.6.3. Karakteristik Salep

Salep tidak boleh berbau tengik, kecuali dinyatakan kadar lain bahan obat

dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%. Salep

harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang

homogen (Anief, 2000).

2.6.4. Eksipien dalam Sediaan Salep

Basis dapat pula dikatakan eksipien (bahan tambahan) utama pada salep

dan eksipien salep sendiri adalah bahan tambahan pendukung dari salep seperti

humektan, pengawet, dan sebagainya. Secara umum eksipien pada salep dibagi

dalam dua bagian:

1. Eksipien Utama Salep (Basis Salep)

Pemilihan basis salep yang tepat juga diperlukan untuk formulasi sehingga

didapatkan sifat yang paling diharapkan dalam salep tersebut.Pemilihan basis

salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan

obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan

jadi.Dalam beberapa hal perlu menggunakan basis salep yang kurang ideal untuk

mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat

terhidrolisis, lebih stabil dalam basis salep hidrokarbon daripada basis salep yang

Page 44: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam basis salep

yang mengandung air.

a. Basis Salep Hidrokarbon

Basis golongan ini bersifat lemak dan bebas air. Preparat yang

mengandung air masih dapat diberikan namun dalam jumlah yang relatif kecil,

bila berlebihan akan sulit bercampur dengan minyak. Basis salep hidrokarbon

memiliki waktu bertahan pada kulit.Basis salep ini cenderung stabil dan tidak

dipengaruhi oleh waktu.

Basis salep hidrokarbon digolongkan sebagai basis berminyak bersama

dengan basis salep yang terbuat dari minyak nabati atau hewani.Sifat minyak yang

dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan

tidak terabsorbsi oleh kulit.Sifat minyak yang hampir anhidrat juga

menguntungkan karena memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif

seperti antibiotik.Basis ini dapat digunakan sebagai penutup oklusif yang

menghambat penguapan kelembaban secara normal dari kulit.Basis ini juga

mampu meningkatkan hidrasi pada kulit.Sifat-sifat tersebut sangat

menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis

ini juga memiliki sifat moisturizer dan emollient.

Kelemahan basis hidrokarbon yaitu sifatnya yang berminyak dapat

meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit

dibersihkan dari permukaan kulit.Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang

rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang

menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.

b. Basis Absorpsi

Basis golongan ini merupakan basis salep yang memungkinkan

penambahan sedikit larutan berair ke dalamnya.Basis ini dibentuk dengan

penambahan zat-zat yang dapat bercampur dengan hidrokarbon dan zat-zat yang

memiliki gugus polar.Seperti halnya basis berlemak, basis absorpsi tidak mudah

tercuci oleh air.

Basis absorpsi ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe.Pertama, basis yang

memungkinkan penambahan larutan berair sebelum basis terbentuk.Artinya,

Page 45: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

larutan berair dicampurkan bersamaan dengan pencampuran bahan-bahan

basis.Contoh: petrolatum hidrofilik dan lanolin anhidrida.

Kedua, basis yang memungkinkan penambahan larutan berair setelah basis

terbentuk.Artinya, basis dibuat terlebih dahulu dan kemudian larutan berair

ditambahkan ke dalamnya.Basis ini terdiri dari emulsi air dalam minyak yang

dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan.Contoh: lanolin dan krim

pendingin.

c. Basis Salep Tercuci Air

Merupakan basis anhidrat yang mengandung agen pengemulsi minyak

dalam air, yang membuatnya bercampur dengan air sehingga mudah dicuci dan

dihilangkan setelah penggunaan.Basis golongan ini adalah emulsi yang dapat

dibersihkan dari kulit dengan air.Basis ini bersifat seperti krim dan dapat

diencerkan dengan air atau larutan berair.Beberapa bahan obat dapat menjadi

lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada basis salep hidrokarbon.

Keuntungan lain dari basis ini adalah dapat diencerkan dengan air dan memiliki

kemampuan untuk mengabsorpsi cairan serosal yang keluar dalam kondisi

dermatologis. Basis dapat bercampur dengan mudah dengan sekresi kulit dan

karenanya dapat dicuci dengan mudah, sangat cocok untuk digunakan pada kulit

kepala.

d. Basis Larut dalam Air

Kelompok basis ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari

konstituen larut air.Basis golongan ini bersifat non oklusif, bebas minyak, mudah

bercampur dengan sekresi kulit, dan mudah dihilangkan dengan mencucinya.Basis

ini juga tidak mengiritasi kulit.Basis golongan ini merupakan basis yang larut

dalam air dan biasanya disebut juga sebagai greaseless karena tidak mengandung

bahan berlemak.Larutan air tidak efektif bila dicampurkan dengan basis ini karena

sifat basis yang mudah melunak dengan penambahan air.Basis ini hanya cocok

untuk dicampurkan dengan bahan tidak berair atau bahan padat.

2. Eksipien Pendukung Salep (Eksipien Salep)

Eksipien pendukung adalah bahan tambahan yang digunakan hanya

sebagai pelengkap, umumnya bertujuan untuk menstabilkan bahan aktif atau

bahan lain yang terdapat dalam formula yang terancam stabilitasnya akibat

Page 46: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oksidasi, atau adanya ion logam. Eksipien pendukung diperlukan hampir disetiap

jenis sediaan sesuai dengan kebutuhan.

a. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda atau memperkecil laju

reaksi oksidasi pada bahan-bahan yang mudah teroksidasi, terutama pada sediaan

yang mengandung lemak/minyak dengan asam lemak tidak jenuh. Antioksidan

ditambahkan pada sediaan semi padat jika akan terjadi kerusakan akibat oksidasi.

Sistem antioksidan ditentukan oleh komponen-komponen formulasi, dan

pemilihan antioksidan tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas, iritansi,

potensi, tercampurkan, bau, perubahan warna, kelarutan, dan kestabilan.Seringkali

dua antioksidan digunakan karena kombinasi tersebut sering memberikan efek

sinergistik. Sebagai contoh, alkil galat, BHT, dan BHA akan lebih efektif dengan

adanya asam sitrat, asam tartrat, atau asam fosfat.

b. Pengawet

Pengawet merupakan suatu zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk

meningkatkan stabilitas dari suatu sediaan dengan mencegah terjadinya

pertumbuhan mikroorganisme.Pencegahan terhadap pertumbuhan mikroba

merupakan pertimbangan yang harus diperhatikan tidak hanya terhadap efek

stabilitas kimia dari komposisinya tetapi juga terhadap sistem kesatuan

fisik.Pemilihan bahan pengawet harus melalui suatu pertimbangan yang cermat

berdasarkan sifat-sifat bahan yang terdapat dalam komposisi suatu formula

sediaan.

Pengawet ditambahkan pada sediaan semi solid untuk mencegah

komtaminasi, perusakan, dan pembusukan oleh bakteri atau fungi.Pemilihan

bahan pengawet harus memperhatikan stabilitasnya terhadap komponen bahan

yang ada dan terhadap wadah serta pengaruhnya terhadap kulit dan aplikasi.

Pengawet antimikroba yang ideal memiliki sifat-sifat antara lain:

1) Aktif pada konsentrasi rendah dengan aktivitas bakterisidal dan

fungisidal yang cepat.

2) Kompatibel dengan komponen-komponen lain dalam formulasi.

3) Aktif dan stabil pada rentang suhu yang luas.

4) Aktif dan stabil pada rentang pH yang luas.

Page 47: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5) Mudah larut pada konsentrasi yang dibutuhkan.

6) Kompatibel dengan senyawa-senyawa yang ada pada wadah kemasan.

7) Bebas dari bau yang tidak sedap.

8) Tidak toksik pada konsentrasi yang dibutuhkan sebagai antimikroba.

9) Tidak menyebabkan iritasi dan tidak menimbulkan sensitivitas pada

konsentrasi yang digunakan.

c. Humektan

Humektan dapat ditambahkan pada sediaan setengah padat untuk

mengurangi penguapan air, baik dari kemasan produk saat penutupan dibuka atau

dari permukaan kulit setelah aplikasi.

Contoh humektan antara lain gliserol dalam konsentrasi ≤30%, propilen

glikol dalam konsentrasi 15%, sorbitol dalam konsentrasi 3-15%.

2.7. Stabilitas dan Uji Kestabilan Sediaan

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang diterapkan sepanjang

periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

kualitas dan kemurnian produk (Djajadisastra, 2004).

Ketidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya perubahan

warna, timbul bau, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi dan

perubahan fisik lainnya.Nilai kestabilan suatu sediaan farmasetika atau kosmetik

dalam waktu yang singkat dapat diperoleh dengan melakukan uji stabilitas

dipercepat. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang

diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin dengan cara menyimpan sampel pada

kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasa

terjadi pada kondisi normal. Jika hasil pengujian suatu sediaan pada uji dipercepat

diperoleh hasil yang stabil, hal itu menunjukkan bahwa sediaan tersebut stabil

pada penyimpanan suhu kamar selama setahun.Pengujian yang dilakukan pada uji

dipercepat yaitu cycling test.Uji ini merupakan simulasi adanya perubahan suhu

setiap tahun bahkan setiap harinya selama penyimpanan produk (Djajadisastra,

2004).

Page 48: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik adalah:

1. Organoleptis atau penampilan fisik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan bentuk,

kejernihan, timbulnya bau atau tidak dan perubahan warna.

2. Viskositas

Secara umum kenaikan viskositas dapat meningkatkan kestabilan sediaan.

3. Pemeriksaan pH

Sediaan setengah padat sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH

kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika pH terlalu basa akan menyebabkan kulit yang

bersisik, sedangkan jika pH terlalu asam maka akan menimbulkan iritasi kulit.

2.8. Formulasi Sediaan Setengah padat

2.8.1. Setil Alkohol

Gambar 2.3 Struktur Setil Alkohol

[Rowe et al., 2009]

Nama lain dari setil alkohol di antaranyaalcohol cetylicus, avol, palmityl

alcohol, dan lain-lain.Setil alkohol merupakan serpihan putih licin, granul, atau

kubus, putih; bau khas lemah; rasa lemah. Setil alkohol memiliki titik lebur 45-

52°C, mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan

kenaikan suhu, praktis tidak larut dalam air. Bercampur ketika dilebur bersama

dengan lemak, paraffin padat atau cair, dan isopropil miristat.

Penggunaan setil alkohol pada sediaan farmasi sangat luas, yaitu sebagai

coating agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-10%); emolien (2-

5%); dan sebagai water absorption (5%). Setil alkohol stabil dengan adanya asam,

basa, cahaya, dan udara; tidak menjadi tengik.Sebaiknya disimpan dalam wadah

tertutup baik di tempat yang kering dan sejuk.Inkompatibel dengan oksidator kuat

(Rowe et al., 2009).

Page 49: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.8.2. Isopropil Miristat

Gambar 2.4 Struktur Isopropil Miristat

Nama lain dari isopropil miristat di antaranya estol IPM, stepan IPM, asam

tetradekanoat, dan lain-lain.Isopropil miristat jernih, tidak berwarna, partis tidak

berbau. Larut dalam aseton, kloroform, etanol (95%), etil asetat, lemak, fatty

alcohols, fixed oil, hidrokarbon cair, toluen dan wax. Melarutkan banyak wax,

kolesterol, atau lanolin.Praktis tidak larut dalam gliserin, glikol, dan air.Isopropil

miristat berfungsi sebagai emolien, oleaginous vehicle, penetran kulit, dan sebagai

pelarut.Dalam sediaan topikal pada krim dan lotion, isopropil miristat digunakan

dalam konsentrasi 1-10% (Rowe et al., 2009).

Isopropil miristat resisten terhadap oksidasi dan hidrolisis, dan tidak

menjadi tengik.Isopropil miristat sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik

di tempat yang sejuk dan kering dan terlindung dari cahaya.Ketika isopropil

miristat berhubungan dengan karet, terjadi penurunan viskositas dengan

pembengkakan yang bersamaan dan karet terdisolusi sebagian; kontak dengan

plastik, seperti nilon dan polietilen, dapat menyebabkan pembengkakan.Isopropil

miristat inkompatibel dengan paraffin keras, menghasilkan campuran granular,

dan inkompatibel dengan oksidator kuat (Rowe et al., 2009).

2.8.3. Asam Stearat

Gambar 2.5 Struktur Asam Stearat

Nama lain dari asam stearat di antaranyaacidum stearicum, cetylacetic

acid, hystrene, dan lain-lain.Asam stearat adalah campuran asam organik padat

yang diperoleh dari lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat,

C18H36O2 dan asam heksadekanoat, C16H32O2 (Ditjen POM, 1979).

Page 50: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asam stearat berbentuk serbuk putih keras, putih atau kuning pucat, agak

mengkilap, kristal padat atau putih atau kekuningan; sedikit berbau; dan mirip

lemak lilin. Asam stearat memiliki titik leleh 69-70ºC (Rowe et al., 2009).Asam

stearat praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%), dalam

dua bagian kloroform, dan dalam tiga bagian eter (Ditjen POM, 1979).Selain itu

asam stearat juga mudah larut dalam benzene, karbon tetraklorida; larut dalam

heksana dan propilen glikol (Rowe et al., 2009).

Dalam sediaan topikal, asam stearat dapat digunakan sebagai emulsifying

agent dan solubilizing agent.Dalam salep dan krim, asam stearat digunakan

dengan konsentrasi 1-20%.Asam stearat stabil dan bisa ditambahkan antioksidan,

sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan

kering.Inkompatibel terhadap logam hidroksida, basa, reduktor, dan oksidator

(Rowe et al., 2009).

2.8.4. Trietanolamin (TEA)

Gambar 2.6 Struktur Trietanolamin

Nama lain TEA di antaranya tealan, trihydroxytriethylamine, trolaminum,

dan lain-lain. TEA merupakan cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat;

bau lemah mirip amoniak; higroskopik.TEA memiliki titik leleh 20-21ºC, mudah

larut dalam air dan dalam etanol (95%); larut dalam kloroform.Pada suhu 20ºC,

bercampur dengan aseton, dengan karbon tetraklorida, dengan metanol, dan

dengan air; larut dalam 24 bagian benzene dan dalam 63 bagian etil eter (Rowe et

al., 2009).

TEA berfungsi sebagai alkalizing agent dan emulsifying agent.TEA akan

bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal dan ester. TEA akan

membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun dengan

asam lemak yang lebih tinggi. TEA juga akan bereaksi dengan

Page 51: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tembagamembentuk garam kompleks.Selain itu TEA juga dapat bereaksi dengan

reagen seperti tionil klorida untuk menggantikan gugus hidroksi dengan halogen,

hasil reaksi ini sangat beracun.TEA dapat berubah coklat pada paparan udara dan

cahaya.85% trietanolamin cenderung terstratifikasi dibawah 15ºC, dapat homogen

dengan pemanasan kembali sebelum digunakan untuk pencampuran.Penyimpanan

dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan

kering (Rowe et al., 2009).

2.8.5. Minyak Zaitun

Nama lainminyak zaitun atau olive oildi antaranyagomenoleo oil, olea

europaea oil, oleum olivae, dan lain-lain. Olive oil merupakan cairan berminyak

yang jernih, tidak berwarna atau kuning transparan.Olive oil sedikit larut dalam

etanol (95%), larut dengan eter, kloroform, light petroleum (50-70ºC), dan karbon

disulfida.Olive oil berfungsi sebagai oleaginous vehicle (Rowe et al., 2009).

Ketika didinginkan, olive oil menjadi keruh pada suhu sekitar 10ºC, dan

seperti mentega pada suhu 0ºC.olive oil sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk

dan kering, dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Olive oil

dapat disaponifikasi oleh hidroksida alkali.Karena mengandung proporsi asam

lemak tak jenuh yang tinggi, olive oil rawan teroksidasi dan inkompatibel dengan

oksidator (Rowe et al., 2009).

2.8.6. Propilen Glikol

Gambar 2.7 Struktur Propilen Glikol

Nama lain propilen glikol di antaranya metil glikol, metil etilen glikol,

propana-1,2-diol, dan lain-lain. Propilen glikol merupakan cairan jernih, tidak

berwarna, kental, praktis tidak berbau manis, rasa sedikit tajam mirip

gliserin.Propilen glikol memiliki titik leleh -59ºC. Larut dalam aseton, kloroform,

etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dari 6 bagian dari eter, tidak larut

Page 52: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam minyak mineral ringan atau fixed oil, tetapi akan melarutkan beberapa

minyak esensial (Rowe et al., 2009).

Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut, ekstraktan, dan

pengawet dalam berbagai formulasi farmasi parenteral dan nonparenteral.Pelarut

ini umumnya lebih baik dari gliserin dan melarutkan berbagai macam bahan,

seperti kortikosteroid, fenol, obat sulfam barbiturate, vitamin (A dan D), alkaloid,

dan banyak anastesi lokal. Dalam sediaan topikal/setengah padat, propilen glikol

biasa digunakan sebagai humektan (≈15%), pengawet antimikroba (15-30%), dan

sebagai solvent atau cosolvent (5-80%) (Rowe et al., 2009).

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik, tetapi

pada suhu tinggi dan tempat terbuka, cenderung mudah teroksidasi dan

menghasilkan produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam

asetat.Propilen glikol stabil bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air;

larutan mengandung air dapat disterilkan menggunakan autoklaf.Propilen glikol

inkompatibel dengan oksidator seperti kalium permanganat.Propilen glikol

bersifat higroskopis, sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya, di tempat sejuk dan kering (Rowe et al., 2009).

2.8.7. Metil Paraben

Gambar 2.8 Struktur Metil Paraben

Nama lain metil paraben diantarnya metagin, nipagin, solbrol, dan lain-

lain (Rowe et al., 2009). Metil paraben berbentuk serbuk hablur kecil, tidak

berwarna/serbuk hablur, putih; tidak berbau, berbau khas lemah, mempunyai

sedikit rasa terbakar (Ditjen POM, 1995).Metil paraben memiliki titik leleh 125-

128ºC.Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5

bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton; mudah larut dalam eter dan

Page 53: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40

bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Ditjen

POM, 1979).

Penggunaan metil paraben dalam sediaan topikal adalah 0,02-0,3%. Metil

paraben dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan paraben lain atau

dengan zat antimikroba lainnya. Metil paraben merupakan paraben yang paling

aktif.Aktivitas antimikroba meningkat dengan meningkatnya panjang rantai

alkil.Aktivitas zat dapat diperbaiki dengan menggunakan kombinasi paraben yang

memiliki efek sinergis.Kombinasi yang sering digunakan adalah dengan metil-,

etil-, propil-, dan butil paraben. Aktivitas metil paraben juga dapat ditingkatkan

dengan penambahan eksipien lain seperti propilen glikol (2-5%), feniletil alkohol,

dan asam edetat (Rowe et al., 2009).

Larutan berair dari metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan

autoklaf pada 120°C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan berair pada pH

3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu

kamar, sedangkan larutan air pada pH 8 atau di atas tunduk pada hidrolisis yang

cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar).

Aktivitas antimikroba dikurangi dengan adanya surfaktan nonionik seperti tween

80.Metil paraben inkompatibel dengan senyawa lain seperti bentonit, magnesium

trisilikat, talk, tragakan, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan

atropin.Selain itu juga berekasi dengan berbagai gula dan alkohol gula terkait

(Rowe et al., 2009).

2.8.8. Propil Paraben

Gambar 2.9 Struktur Propil Paraben

Nama lain propil paraben di antaranya nipasol, propagin, propil butex, dan

lain-lain. Propil paraben berbentuk serbuk putih, kristal, tidak berbau, dan tidak

berasa (Rowe et al., 2009). Propil paraben sangat sukar larut dalam air, mudah

Page 54: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

larut dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih (Ditjen POM,

1995).

Larutan propilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf,

tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan stabil (kurang dari 10% dekomposisi)

sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan larutan pada pH 8 atau lebih

dapat terhidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu

kamar). Aktivitas antimikrobanya berkurang dengan adanya surfaktan anionic

sebagai hasil miselisasi.Magnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat, besi

kuning oksida, dan ultramarine blue dapat mengabsorbsi propil paraben sehingga

mengurangi efikasi pengawet.Propil paraben berubah warna dengan adanya besi

dan dapat terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.Penyimpanan dalam wadah

tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering (Rowe et al., 2009).

2.8.9. Natrium Metabisulfit

Nama lain natrium metabisulfit di antaranya disodium disulfit, disodium

pirosulfit, disodium salt, dan lain-lain. Natrium metabisulfit memiliki rumus

empiris Na2S2O5 dengan bobot molekul 190,15. Natrium metabisulfit kristal

prisma tidak berwarna, atau putih krem-putih bubuk kristal yang memiliki bau

sulfur dioksida dan asam, rasa seperti garam. Titik lebur dan dekomposisi natrium

metabisulfit kurang dari 150°C. Pada suhu 20ºC, natrium metabisulfit sedikit larut

dalam etanol (95%), mudah larut dalam gliserin, larut dalam 1,9 bagian air, pada

suhu 100ºC larut dalam 1,2 bagian air (Rowe et al., 2009).

Penggunaan natrium metabisulfit adalah sebagai antioksidan tetapi dapat

pula digunakan sebagai pengawet pada beberapa sediaan farmasi. Pada paparan

udara dan kelembaban, natrium metabisulfit perlahan teroksidasi menjadi natrium

sulfat dengan disintegrasi kristal. Penambahan asam kuat dengan padat

membebaskan sulfur dioksida. Larutan berair natrium metabisulfit juga terurai di

udara, terutama pada pemanasan. Larutan yang akan disterilkan dengan autoklaf

harus diisi ke dalam wadah di mana udara telah diganti dengan gas inert, seperti

nitrogen. Bahan massal harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.Natrium metabisulfit bereaksi dengan

simpatomimetik dan obat derivat alcohol lainnya.Obat-obatan dapat terinaktivas

Page 55: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

adalah epinefrin (adrenalin) dan turunannya.Selain itu, natrium metabisulfit tidak

kompatibel dengan kloramfenikol karena reaksi yang lebih kompleks, juga

menginaktivasi cisplatin dalam larutan.Natrium metabisulfit inkompatibel dengan

fenil merkuri asetat saat diautoklaf dalam preparasi sediaan tetes mata.Natrium

metabisulfit dapat bereaksi dengan tutup karet botol dosis ganda (Rowe et al.,

2009).

2.8.10. Karbopol

Gambar 2.10Struktur Karbopol

[Rowe et al., 2009]

Nama lain karbopol di antaranyaacrypol, carbomer, acritamer, dan lain-

lain. Karbopol berwarna putih, “fluffy”, asam, serbuk higroskopis dengan bau

yang khas. Karbopol dapat mengembang di air dan gliserin, dan setelah

dinetralkan, dengan etanol (95%). Karbopol tidak larut tapi mengembang sampai

batas yang luar biasa, karena merupakan crosslinked microgels tiga

dimensi.Karbopol biasa digunakan dalam sediaan farmasi seperti dalam krim, gel,

lotion, dan salep sediaan mata, rektal, vaginal, dan topikal sebagai agen

modifikasi reologi (Rowe et al., 2009).

Dalam sediaan farmasi, karbopol berfungsi sebagai emulsifying agent (0,1-

0,5%), gelling agent (0,5-2%), suspending agent (0,5-1%), tablet binder (0,75-

3%), dan sebagai controlled-release agent (5-30%). Karbopol memiliki pH 2,5-

4,0 dalam 0,2% b/v dispersi berair dan 2,5-3,0 dalam 1% b/v dispersi berair. Oleh

karena itu pada tahap pembuatannya sebagai basis gel seringkali ditambahkan

dengan NaOH atau golongan amin untuk menyesuaikan pH sediaan mendekati pH

kulit.Titik leleh dari karbopol cukup tinggi, tetapi dapat terdekomposisi pada suhu

260°C selama 30 menit (Rowe et al., 2009).

Karbopol merupakan senyawa yang stabil, bersifat higroskopis yang

memungkinkan untuk dipanaskan dibawah suhu 104°C sampai 2 jam tanpa

Page 56: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mempengaruhi efisiensinya. Akan tetapi, paparan temperature yang sangat tinggi

dapat menyebabkan perubahan warna dan penurunan stabilitas.Bentuk serbuk

kering dari karbopol tidak mendukung pertumbuhan dari mikroba dan fungi.

Sebaliknya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik dalam dispersi dalam air

tanpa pengawet, namun pengawet antimikroba seperti 0,1% b/v klorokresol,

0,18% b/v metilparaben-0,02 % b/v propil paraben atau 0,1% b/v timerosal dapat

ditambahkan (Rowe et al., 2009).

Pada suhu ruang, dispersi karbopol dapat terjaga viskositasnya selama

penyimpanan dalam periode yang lama. Demikian pula, viskositas dispersi

terjaga atau hanya sedikit terjadi penurunan pada suhu penyimpanan tinggi jika

terdapat antioksidan di dalamnya atau jika dispersi tersebut terlindung dari

cahaya. Paparan sinar menyebabkan oksidasi yang memungkinkan terjadinya

penurunan viskositas dispersi.Serbuk karbopol harus disimpan dalam wadah

kedap udara, wadah resistensi korosi, di tempat kering. Penggunaan dari gelas,

plastik, atau wadah resin direkomendasikan untuk menyimpan formula dengan

kandungan karbopol. Karbopol berubah warna oleh resorsinol dan inkompatibel

dengan fenol, polimer-polimer kationik, asam kuat, dan elektrolit level tinggi

(Rowe et al., 2009).

2.8.11. Hidroksipropil Metilselulosa

Gambar 2.11Struktur Hidroksipropil Metilselulosa

[Rowe et al., 2009]

Nama lain hidroksipropil metilselulosa (HPMC) di

antaranyahypromellose, methocel, methyl hydroxypropylcellulose (MHPC), dan

lain-lain. HPMC tidak berwarna dan tidak berasa, granul putih atau krem-putih.

HPMC lart dalam air dingin, membentuk larutan koloid kental; praktis tidak larut

dalam air panas, kloroform, etanol (95%), dan eter, tetapi larut dalam campuran

Page 57: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

etanol dan diklorometan, campuran metanol dan diklorometan, dan campuran air

dan alkohol. Sejumlah tertentu HPMC larut dalam larutan aseton cair, campuran

diklorometan dan propan-2-ol, dan pelarut organik lainnya.Beberapa juga dapat

mengembang dalam etanol.HPMC memiliki pH 5-8 dalam 2% b/b larutan cair

(Rowe et al., 2009).

Dalam sediaan topikal seperti gel dan salep, HPMC berfungsi sebagai

emulsifier, suspending agent, stabilizing agent; sebagai koloid pelindung yang

dapat mencegah pembentukan droplet dan partikel dari koalesen atau aglomerasi,

sehingga menghambat pembentukan sedimen (Rowe et al., 2009).

Serbuk HPMC merupakan bahan yang stabil, meskipun higroskopis

setelah pengeringan.Larutan stabil pada pH 3-11.Serbuk HPMC sebaiknya

disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering.HPMC

inkompatibel dengan beberapa oksidator. Karena nonionik, HPMC tidak akan

kompleks dengan garam logam atau ion organik untuk membentuk endapan yang

tidak larut. Dalam larutan memiliki inkompatibilitas dengan substansi derivate

fenol seperti metil paraben dan propil paraben.Kehadiran polimer anionic

mungkin meningkatkan viskositas dari larutan HPMC.Kompatibilitas dari HPMC

dengan garam anorganik bervariasi tergantung dari jenis garam dan

konsentrasinya (Rowe et al., 2009).

2.8.12. Vaselin Album

Nama lain vaselin album adalah white petrolatum, white soft paraffin.

Vaselin album berwarna putih sampai kuning pucat, transparan, massa lembut;

tidak berbau dan tidak berasa. Fungsi vaselin album adalah sebagai emolien, dan

basis salep. Kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%) panas atau

dingin, gliserin, dan air, larut dalam benzene, karbon disulfida, kloroform, eter,

heksan dan minyak lemak dan menguap. Pada paparan sinar, kemurnian dari

vaselin album mungkin berubah warna dan teroksidasi serta menghasilkan bau

yang tidak diinginkan.Oksidasi mungkin dapat dicegah dengan penambahan

antioksidan yang cocok seperti BHT, BHA dan tokoferol.Vaselin mungkin

disterilisasi dengan pemanasan kering. Meskipun dapat disterilisasi dengan

iradiasi gamma, tetapi proses tersebut dapat mempengaruhi sifar fisik dari vaselin

Page 58: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

album eperti mengembang, berubahwarna, bau dan perilaku reologi. Vaselin harus

disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya ditempat sejuk dan

kering.Vaselin album merupakan material inert dengan sedikit inkompatibilitas

(Rowe et al., 2009).

2.8.13. Cera Alba

Nama lain cera alba adalah white wax, bleached wax. Cera alba merupakan

lilin putih yang hampir tidak berasa, putih atau sedikit kekuningan, lembaran atau

granul halus dengan sedikit transparan; bau seperti lilin kuning tetapi kurang kuat.

Cera alba memiliki tiitk leleh pada suhu 61-65ºC. Cera alba larut dalam

kloroform, eter, fixed oil,minyak lemak, minyak menguap dan karbon disulfida

hangat, sedikit larut dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam air (Rowe et

al., 2009).

Dalam sediaan farmasi, cera alba berfungsi sebagaicontrolled-release

agent, stabilizing agent dan stiffening agent. Cera alba stabil ketika disimpan

dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya. Cera alba inkompatibel

dengan oksidator (Rowe et al., 2009).

2.8.14. Lanolin Hidrat

Nama lain lanolin hidrat adalah adeps lanae cum aqua dan lipolan. Lanolin

hidrat merupakan campuran dari lanolin dan 25% air suling.Lanolin hidrat

berwarna kuning pucat, lengket berupa bahan seperti lemak, bau khas yang samar.

Lanolin hidrat praktis tidak larut dalam kloroform, eter, dan air.Hanya komponen

lemak dari lanolin hidrat yang larut dalam pelarut organik (Rowe et al., 2009).

Lanolin hidrat berfungsi sebagai emulsifying agent dan basis salep.Lanolin

hidrat harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik, terlindung dari cahaya, di

tempat yang sejuk dan kering. Lama penyimpanan normal adalah selama 2 tahun.

Lanolin hidrat mungkin berisi prooksidan yang dapat mempengaruhi stabilitas zat

aktif tertentu (Rowe et al., 2009).

Page 59: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian I, Laboratorium

Penelitian II, Laboratorium Kimia Obat, dan Laboratorium Biologi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 sampai Juni 2015.

3.2. Alatdan Bahan

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah vacuum rotary

evaporator (EYELA N-1000, Japan), digital water bath (SB-100 Eyela),

kromatografi gas spektrometri massa (GC-MS), lemari pendingin (Sanyo

Medicool, Japan), pH meter (Horiba F-52, Japan), hotplate (Cimarec), viscotester

HAAKE 6R (Thermo Scientific, Jerman), apparatus melting point (Stuart),

centrifuge 5417 R (Eppendorf), oven (Eyela NDO-500), timbangan analitik, statif,

botol maserasi, pisau, blender, gelas ukur, corong, erlenmeyer, gelas piala, cawan

penguap, batang pengaduk, spatula, kertas saring, kapas, aluminium foil, plastic

wrap, termometer, tip dan mikropipet, pipa kapiler, lumpang dan alu, sudip, kertas

perkamen, wadah krim, wadah salep, wadah gel, kaca objek, anak timbangan,

penggaris.

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kencur

(Kaempferia galanga L.),n-heksana (teknis), metanol (teknis),natrium

metabisulfit, propilen glikol (Bratachem, Jakarta), metil paraben (Bratachem,

Jakarta), propil paraben (Bratachem, Jakarta), trietanolamin (TEA), karbopol 940

(Sahdong Bio-Technology), asam stearat, isopropil miristat, setil alkohol, vitamin

E, minyak zaitun, vaselin album, lanolin hidrat, HPMC, alkohol 96% (Bratachem,

Jakarta), aqua destilata.

43

Page 60: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Isolasi Kristal EPMS

3.3.1.1.Pengambilan Sampel

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) diperoleh dari Balitro (Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) Bogor, Jawa Barat. Rimpang kencur

tersebut dipanen pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 09.00 WIB dengan kondisi

tanah kering.

3.3.1.2.Penyiapan Simplisia

Sebanyak 20 kg rimpang kencur dibersihkan dengan air dan dikeringkan

pada suhu ruang tanpa terkena sinar matahari selama satu hari.Rimpang yang

telah kering kemudian dirajang dengan ketebalan sekitar 2-3 mm. Selanjutnya

kencur yang telah dirajang tersebut dikeringkan kembali pada suhu ruang tanpa

terkena sinar matahari selama 5hari.Setelah kering, simplisia tersebut diblender

hingga menjadi serbuk halus (Barus, 2009).

3.3.1.3.Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur

Serbuk simplisia rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dimaserasi

menggunakan pelarut n-heksana yang sebelumnya telah didestilasi terlebih

dahulu.Sebanyak 500 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam botol maserasi

dan dimaserasi dengan n-heksana sampai serbuk simplisia terendam seluruhnya

dan terdapat lapisan pelarut sekitar 3 cm di atas serbuk simplisia.

Maserasi dilakukan selama 3-5 hari sambil sesekali dilakukan

pengocokan.Setelah itu disaring menggunakan kapas dan kertas saring, sehingga

diperoleh ampas dan filtrat.Ampas ini dimaserasi kembali sekitar 3-4 kali sampai

didapatkan hasil maserasi yang jernih (warna kuning bening).Hasil maserasi

(filtrat) dipekatkan dengan vacuum rotary evaporatorpada suhu 48-50ºC,

sehingga didapatkan ekstrak berwarna coklat kekuningan.

Ekstrak yang didapatkan selanjutnya disimpan di dalam lemari pendingin

hingga terbentuk kristal. Kristal dan ekstrak dipisahkan dengan cara melarutkan

ekstrak dengan n-heksana dan melakukan penyaringan, sehingga diperoleh kristal

EPMS.Selanjutnya filtrat hasil penyaringan disimpan di dalam lemari pendingin

Page 61: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga terbentuk kristal kembali. Kristal yang terbentuk dipisahkan kembali

sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan

sampai tidak ada lagi kristal yang terbentuk. Kristal yang diperoleh kemudian

dimurnikan dengan cara dicuci menggunakan n-heksana dan beberapa tetes

metanol.Kristal yang didapatkan kemudian dilarutkan dalam etil asetat dan diuji

kemurniannya dengan menggunakan metode KLT dengan eluen n-heksana : etil

asetat dengan perbandingan 3:2 dan dengan GCMS.

Rendemen hasil kristal yang didapat kemudian dihitung dengan rumus:

3.3.2. Identifikasi Kristal EPMS

3.3.2.1.Pemeriksaan Organoleptis

Kristal yang didapat diidentifikasi warna, bentuk, dan baunya.

3.3.2.2.Pengukuran Titik Leleh

Kristal yang didapat diidentifikasi titik lelehnya menggunakan alat

apparatus melting point. Pengukuran titik leleh dilakukan dengan cara

memasukkan sedikit kristal ke dalam pipa kapiler lalu diletakkan di dalam wadah

sampel pada alat dan diamati suhu pada saat kristal tersebut mulai meleleh

(Rohmah, Jamilatur, dkk., 2009).

3.3.2.3.Identifikasi Senyawa EPMS menggunakan GCMS

Senyawa EPMS dari sampelkristal EPMSyang didapatkan diidentifikasi

dan diukur kemurniannya menggunakan instrumen kromatografi gas spektrometri

massa (GCMS). Kolom yang digunakan adalah HP-5MS (30 m x 0,25 mm ID x

0,25 µm); suhu awal 70ºC selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285ºC dengan

kecepatan 20ºC/min selama 20 menit. Suhu MSD 285ºC, kecepatan aliran 1,2

ml/min dengan split 1 :100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling

rendah yaitu 35 sampai paling tinggi 550 (Umar et al., 2012).

Pengujian ini dilakukan dengan cara melarutkankristal EPMS di dalam

metanol, dan dibuat larutan induk dalam konsentrasi 5000 ppm. Larutan induk

dibuat dengan cara melarutkan 50 mg kristal dalam metanol pro chromatography

Page 62: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hingga 10 ml. Selanjutnya dari larutan induk tersebut dibuat larutan dengan

konsentrasi 100 ppm sebanyak 5 ml dan dianalisa menggunakan GCMS.

3.3.3. Optimasi Formula Sediaan Setengah padat

3.3.3.1.Krim

Tabel 3.1 Formulasi Krim

Formula Fungsi Persentase Jumlah Bahan (%)

F1 F2 F3

Kristal EPMS Zat aktif 1 1 1

Setil Alkohol Emollient 3 3 3

Isopropil Miristat Emollient 3 3 3

Asam Stearat Emulgator 5 5 5

Minyak Zaitun Pembawa minyak - * 1 * 2 *

Propilen Glikol Peningkat penetrasi 15 15 15

Metil Paraben Pengawet 0,2 0,2 0,2

Propil Paraben Pengawet 0,1 0,1 0,1

Trietanolamin Emulgator 0,2 0,2 0,2

Vitamin E Antioksidan 0,1 0,1 0,1

Alkohol 96% Pelarut EPMS 5 5 5

Aqua Destilata Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100

* Parameter yang divariasikan

Prosedur Pembuatan

Setil alkohol, asam stearat, isopropil miristat, dan minyak zaitun(formula 1

tanpa minyak zaitun),dicampurkan dalam suatu cawan penguap dan dilebur di atas

penangas air hingga suhu 70ºC sebagai fase minyak. Sedangkan propilen glikol,

metil paraben, propil paraben, TEA dan akuades dicampurkan dan dilarutkan

dalam cawan penguap lainnya dan dipanaskan di atas penangas air hingga suhu

70ºC. Setelah kedua campuran pada masing-masing cawan homogen dan

mencapai suhu 70ºC, kedua fase tersebut dicampurkan dalam lumpang panas dan

digerus cepat secara konstan hingga terbentuk massa krim seperti putih susu yang

homogen. Selanjutnya ditambahkan vitamin E sambil digerus hingga homogen,

dan ditambahkan kristalEPMS yang sudah dilarutkan dengan alkohol sedikit demi

sedikit sambil digerus hingga homogen.

Page 63: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3.2.Gel

Tabel 3.2 Formulasi Gel

Formula Fungsi Persentase Jumlah Bahan (%)

F1 F2 F3

Kristal EPMS Zat aktif 1 1 1

Karbopol Agen pembentuk gel 1 1 1

TEA Agen pembasa 1 1 1

HPMC Peningkat iskositas 1 * 0,5 * - *

Propilen Glikol Peningkat penetrasi 15 15 15

Natrium metabisulfit Antioksidan 0,05 0,05 0,05

Metil Paraben Pengawet 0,2 0,2 0,2

Propil Paraben Pengawet 0,1 0,1 0,1

Alkohol 96% Pelarut EPMS 5 5 5

Aqua Destilata Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100

* Parameter yang divariasikan

Prosedur Pembuatan

Karbopol didispersikan dalam lumpang dengan akuades kemudian diaduk

sampai homogen.Selanjutnya ditambahkan TEA dan diaduk perlahan hingga

homogen.HPMC didispersikan dengan air panas suhu 80-90ºC dalam lumpang

panas, dan digerus hingga homogen.Setelah itu keduanya dicampurkan dan

digerus cepat secara konstan hingga membentuk gel.Selanjutnya ditambahkan

natrium metabisulfit, metil paraben dan propil paraben yang sebelumnya telah

dilarutkan dengan propilenglikol dan akuades, sambil diaduk hingga homogen.

Setelah itu, ditambahkan sedikit demi sedikit kristal EPMS yang sebelumnya telah

dilarutkan dengan alkohol 96% sambil digerus hingga homogen.

3.3.3.3.Salep

Tabel 3.3 Formulasi Salep

Formula Fungsi Persentase Jumlah Bahan (%)

F1 F2 F3

Kristal EPMS Zat aktif 1 1 1

Vaselin Album Basis Salep 20 20 20

Setil alkohol Agen pengkaku/ emulgator 3 * 5 * 7 *

Propilen Glikol Peningkat penetrasi 15 15 15

Alkohol 96% Pelarut EPMS 5 5 5

Lanolin Hidrat Basis Salep Serap Ad 100 Ad 100 Ad 100

* Parameter yang divariasikan

Page 64: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prosedur Pembuatan

Vaselin album, setil alkohol, dan lanolin hidrat dicampurkan dalam satu

cawan penguap dan dilebur di atas penangas.Setelah melebur, kemudian

dicampurkan propilen glikol ke dalam cawan tersebut sambil diaduk hingga

homogen. Selanjutnya campuran tersebut dituang ke dalam lumpang dan digerus

hingga terbentuk massa salep. Kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit kristal

EPMS yang sudah dilarutkan dengan alkohol 96% sambil digerus hingga

homogen.

3.3.3.4.Evaluasi Formula

Setelah dilakukan optimasi formula pada masing-masing jenis sediaan,

maka dilakukan evaluasi untuk memilih satu formula yang akan diuji lebih lanjut.

Evaluasi yang dilakukan adalah secara organoleptis, berdasarkan tingkat

kenyamanan saat diaplikasikan, dan pengujian stabilitas dipercepat, yaitu dengan

carasentrifugasi.Dari hasil evaluasi pada setiap formula dari masing-masing jenis

sediaan, maka dipilih F2 untuk sediaan krim, F3 untuk sediaan gel, dan F3 untuk

sediaan salep.

3.3.4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan

Evaluasi sifat fisik ini dilakukan pada formula yang paling optimum dari

masing-masing jenis sediaan yang telah dioptimasi.

3.3.4.1.Pemeriksaan Organoleptis

Pengamatan organoleptis dari sediaan dilakukan dengan mengamati

perubahan-perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan (Septiani, 2011).

3.3.4.2.Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca objek.

Cara Pengujian:

Pengujian ini dilakukan menggunakan 2 kaca objek.Sejumlah tertentu

sediaan dioleskan pada sekeping kaca objekdan kemudian kaca objek yang

lainnya ditempelkan pada kaca objek yang sudah diolesi sediaan.Suatu sediaan

Page 65: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar

(Ditjen POM, 1979).

3.3.4.3.Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Rentang nilai pH yang aman untuk kulit atau sediaan setengah padat adalah

sekitar 4,5 – 6,5 (Soeratri et al., 2005).

3.3.4.4.Pemeriksaan Viskositas dan Sifat Alir

Pengukuran viskositas dilakukan dengan viskometer Haake 6R.Sediaan

dituang ke dalam gelas piala, selanjutnya dipasang spindle.Kemudian spindel

diturunkan ke dalam sediaan hingga batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan

dengan viskometer Haake 6R dengan kecepatan diatur mulai dari 10; 12; 20; 30;

50; 60; 100; dan 200 rpm, kemudian dibalik dari 200; 100; 60; 50; 30; 20; 12; 10

rpm. Pemeriksaan viskositas dilakukan pada minggu ke-0 dan minggu ke-4

setelah penyimpanan suhu ruang dan suhu 40 ºC(Marinda, 2012).

3.3.4.5.Pemeriksaan Daya Sebar

Sekitar 1 gram sediaan diletakkan diantara 2 kaca acrylic.Sebelumnya,

kaca acrylic bagian atas ditimbang terlebih dahulu kemudian diletakkan di atas

sediaan dan dibiarkan selama 1 menit.Di atasnya diberi beban dengan berat sekitar

19 gram, dan dibiarkan selama 1 menit, kemudian diukur diameter

sebarnya.Kemudian ditambahkan kembali beban dengan berat 20 gram dan diukur

diameter sebarnya.Hal ini dilakukan hingga beban maksimum di atas sediaan

seberat 99 gram.Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara beban dan luas sebar

sediaan (Swastika, 2013; Voight, 1994, yang sudah dimodifikasi).

3.3.4.6.Uji Stabilitas

a. Pengamatan Cycling Test

Sediaan disimpan pada suhu 4±2ºC selama 24 jam, kemudian dipindahkan

ke dalam oven yang bersuhu 40±2ºC selama 24 jam (satu siklus). Uji ini

Page 66: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dilakukan sebanyak 6 siklus atau selama 12 hari kemudian diamati adanya

pemisahan fase (Marinda, 2012).

b. Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Suhu

Sediaan disimpan pada dua kondisi, yaitu pada suhu ruang dan suhu tinggi

(40±2ºC).Uji ini dilakukan selama 4 minggu, dan kemudian dilakukan kembali

pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, daya sebar, dan uji

mekanik (Chandira et al., 2010).

c. Uji Sentrifugasi

Sediaan dimasukkan ke dalam alat sentrifugasi kemudian dimasukkan ke

dalam alat sentrifugator dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Perlakuan

tersebut sama dengan perlakuan adanya gravitasi selama 1 tahun. Selanjutnya

diamati apakah terjadi pemisahan atau tidak (Budiman, 2008).

d. Pengukuran Diameter Globul Rata-rata Sediaan Krim

Diameter globul rata-rata diukur menggunakan mikroskop optik. Dengan

cara sediaan krim diletakkan pada kaca objek dan diamati dengan mikroskop

perbesaran 10 x 10. Gambar yang diamati difoto dan diukur diameter globulnya.

Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan pada minggu ke-0, minggu ke-4

pada suhu ruang dan suhu , dan setelah dilakukan cycling test (Martin et al.,

1993).

Page 67: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur

Dari 20 kg rimpang kencur (Kaempferia galanga), didapatkan sebanyak

4,2 kg serbuk simplisia. Kemudian sebanyak 3,5 kg serbuk diekstraksi

menggunakan metode maserasi dengan pelarut n-heksana. Hasil maserasi yang

didapat disaring dan filtrat yang didapatkan diuapkan dengan menggunakan

vacuum rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut sehingga didapatkan

ekstrak kental sebanyak 106,53 gram. Dari ekstrak kental ini kemudian terbentuk

kristal-kristal.

Selanjutnya dilakukan rekristalisasi menggunakan n-heksana dan sedikit

metanol.Kristal yang didapatkan sebanyak 40 gram.Selanjutnya dilakukan

pengecekan menggunakan KLT. Eluen yang digunakan adalahn-heksana : etil

asetat dengan perbandingan 3:2, dan didapatkan nilai Rf= 0,8.Hasil rendemen

menunjukkan jumlah kristal yang didapatkan sebesar 1,14%.

Perhitungan rendemen, Rf, dan sisa pelarut dapat dilihat pada lampiran 6.

Gambar 4.1KLT Isolat Kencur dengan Eluen n-Heksana : Etil Asetat (3 :

2)(visualisasi UV λ 254) [Sumber: Koleksi Pribadi]

Keterangan:

1. Standar EPMS

2. Kristal EPMS yang didapatkan

4.2. Identifikasi Kristal EPMS

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Kristal EPMS

Parameter Hasil

Organoleptis:

Warna

Kuning pucat

51

5 cm 4 cm

1 2

Page 68: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bentuk

Bau

Kristal jarum

Aromatik khas lemah

Titik Leleh 49 – 50ºC

Pengukuran titik leleh dilakukan menggunakan alat apparatus melting

point.Rentang titik leleh senyawa EPMS didapatkan sekitar 49-50ºC.Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Umar (2014) yang menyatakan bahwa titik leleh

EPMS adalah 49ºC.

Selanjutnya dilakukan analisa menggunakan GCMS untuk

mengidentifikasi dan menguji kemurnian EPMS. Menurut penelitian Umar et al.

(2012) senyawa EPMS muncul pada waktu retensi 9,9 dengan berat molekul

206,4 serta memiliki fragmentasi massa pada 161; 134; 118; 89;77;63; 51; dan 39.

Gambar 4.2 Spektrum GCMS EPMS standar(Umar et al, 2012)

Hasil interpretasi GCMS yang didapatkan menunjukkan bahwa senyawa

EPMS dari kristal yang diuji muncul pada waktu retensi 9,916 dengan berat

molekul 206,1 serta memiliki fragmentasi massa pada 161; 134; 118; 89; 76; 63;

50; dan 37. Selain itu juga didapatkan hasil bahwa kristal yang diuji, 100% murni

mengandung EPMS.

Page 69: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3Spektrum GCMS EPMS yang diuji

Keterangan: a. waktu retensi; b. fragmentasi

4.3. Optimasi Formula Sediaan

4.3.1. Krim

Tabel 4.2 Hasil Uji Optimasi Formula Krim

Parameter F1 F2 F3

Konsistensi +++ ++ +

Daya Sebar + ++ +++

Stabilitas Stabil Stabil Stabil

Keterangan:

+ : rendah

++ : sedang

+++ : tinggi

a

b

Page 70: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari ketiga formula yang diuji, didapatkan hasil sentrifugasi yang bagus,

di mana dari ketiga formula tersebut tidak terjadi pemisahan setelah

disentrifugasi.Namun dari pemeriksaan secara organoleptis, konsistensi dan

kenyamanan saat sediaan diaplikasikan (penyebaran sediaan), maka dipilih

formula 2.Formula 1 dari segi konsistensinya terlalu tinggi, sehingga pada saat

diaplikasikan, penyebarannya tidak bagus. Hal ini dikarenakan pada formula 1

tidak terdapat pembawa minyak yang salah satu fungsinya adalah dapat

meningkatkan daya sebar, dalam hal ini adalah minyak zaitunseperti yang terdapat

pada formula 2 dan 3, sedangkan formula 3 sediaannya lebih encer. Hal ini

dikarenakan pada formula 3, minyak zaitun yang digunakan lebih banyak yaitu

2%.Oleh karena itu dipilih formula 2 yang mana konsistensi dan penyebaran saat

diaplikasikannya juga bagus dengan konsentrasi minyak zaitun 1%.

4.3.2. Gel

Tabel 4.3 Hasil Uji Optimasi Formula Gel

Parameter F1 F2 F3

Konsistensi ++ ++ +

Daya lekat +++ ++ +

Stabilitas Stabil Stabil Stabil

Keterangan:

+ : rendah

++ : sedang

+++ : tinggi

Dari ketiga formula yang diuji, didapatkan hasil sentrifugasi yang bagus,

di mana dari ketiga formula tersebut tidak terjadi pemisahan setelah

disentrifugasi.Namun dari pemeriksaan secara organoleptis, konsistensi dan daya

lekatsediaan maka dipilih formula 3.Formula 1 dan formula 2 daya lekatnya

tinggi, sehingga pada saat diaplikasikan terasa lengket. Hal ini dikarenakan

semakin tinggi konsentrasi gelling agent yang digunakan maka akan

meningkatkan konsistensi gel dan daya lekat menjadi lebih besar (Arikumalasari,

2013).Oleh karena itu dipilih formula 3, dengan hasil sentrifugasi, konsistensi,

dan daya lekat yang lebih nyaman.

Page 71: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.3. Salep

Tabel 4.4 Hasil Uji Optimasi Formula Salep

Parameter F1 F2 F3

Konsistensi ++ ++ ++

Daya Sebar ++ ++ +++

Stabilitas Tidak stabil Tidak stabil Stabil

Keterangan:

+ : rendah

++ : sedang

+++ : tinggi

Dari ketiga formula yang diuji, dilakukan pengujian sentrifugasi,

pemeriksaan secara organoleptis, konsistensi dan penyebaran.Formula 1 dan 2,

meskipun dari segi organoleptis, konsistensi, dan penyebaran sudah bagus, namun

dari hasil pengujian sentrifugasi terdapat pemisahan.Hal ini menunjukkan bahwa

formula 1 dan 2 tidak stabil.Oleh karena itu dipilih formula 3 yang mana dari hasil

sentrifugasi sediaan tidak terdapat pemisahan.Selain itu, dari segi organoleptis,

konsistensi, dan penyebaran sediaan saat diaplikasikan lebih nyaman.

4.4. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan

Pada penelitian ini, formula optimal yang telah dipilih dari masing-masing

jenis sediaan disimpan pada salah satu kondisi pengujian stabilitas

dipercepat.Formula yang telah dipilih adalah F2 untuk sediaan krim, F3 untuk

sediaan gel, dan F3 untuk sediaan salep.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan setelah

disimpan.Pengujian stabilitas dipercepat ini dapat dilakukan pada suhu 25ºC,

40ºC, 50ºC, 60ºC, 70ºC, namun pada penelitian ini, sediaan disimpan pada suhu

ruang dan suhu 40ºC. Pemilihan suhu ruang dan suhu 40ºC ini selain dikarenakan

titik leleh EPMS yang berada dalam rentang 49-50ºC, juga dikarenakan pada suhu

di atas 40ºC, dikhawatirkan akan mempengaruhi stabilitas sediaan tersebut.Hal ini

dikarenakan pada suhu 40ºC, basis sediaan semisolid sudah mulai mengalami

peleburan. Oleh karena itu, jika sediaan disimpan pada suhu di atas 40ºC, maka

sediaan akan mengalami ketidakstabilan dari awal penyimpanan.

Page 72: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.1. Organoleptis

Tabel 4.5Hasil pengamatan secara organoleptis formula yang dipilih

Waktu

Uji Krim Gel Salep

Minggu

ke-0

Minggu

ke-4

suhu

ruang

Minggu

ke-4

suhu

40ºC

Hasil pengamatan secara organoleptis menunjukkan bahwa sediaan krim

pada minggu ke-0 maupun yang telah disimpan selama 4 minggu pada suhu ruang

dan suhu 40ºC memiliki karakteristik yang sama, yaitu berwarna kuning pucat dan

berbau alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim ini stabil.

Pada sediaan gel, hasil pengamatan secara organoleptis menunjukkan

bahwa sediaan gel pada minggu ke-0 dan minggu ke-4 pada suhu ruang memiliki

karakteristik yang sama, yaitu berwarna kuning kehijauan dan berbau

alkohol.Pada sediaan gel yang disimpan selama 4 minggu pada suhu 40ºC, terjadi

perubahan warna sediaan, yaitu menjadi kuning pucat.

Hasil pengamatan secara organoleptis pada sediaan salep minggu ke-0 dan

minggu ke-4 pada suhu ruang memiliki karakteristik yang sama, yaitu berwarna

kuning dan berbau basis salep. Pada sediaan salep yang telah disimpan selama 4

minggu pada suhu 40ºC meskipun warna dan baunya masih sama yaitu berwarna

kuning dan berbau basis salep, namun terdapat pemisahan fase.Hal ini bahwa

sediaan salep tidak stabil.

Page 73: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4.2. Homogenitas

Tabel 4.6Hasil pengamatan homogenitas formula yang dipilih

Waktu

Uji Krim Gel Salep

Minggu

ke-0

Minggu

ke-4

suhu

ruang

Minggu

ke-4

suhu

40ºC

Hasil pengujian homogenitas sediaan krim dan gel menunjukkan

homogenitas yang baik mulai dari minggu ke-0 sampai setelah disimpan selama 4

minggu pada suhu ruang dan suhu 40ºC, di mana tidak terdapat butiran kasar,

perbedaan warna maupun gumpalan-gumpalan pada hasil pengamatan.Pada

sediaan salep, meskipun tidak terdapat butiran kasar, perbedaan warna, dan

gumpalan pada hasil pengamatan, namun hasil pengujian homogenitas

menunjukkan telah terjadi pemisahan antara basis salep dan fase air yang dalam

hal ini adalah propilen glikol dan alkohol.Hal ini menunjukkan bahwa sediaan

salep tidak stabil.

4.4.3. Pengukuran Derajat Keasaman (pH)

Tabel 4.7 Hasil Pengujian pH

Waktu Hasil

Krim Gel Salep

Minggu ke-0 6,225± 0,05 6,448± 0,01 6,317± 0,06

Minggu ke-4 suhu ruang 6,789± 0,08 6,168± 0,01 6,138± 0,07

Page 74: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Minggu ke-4 suhu 40ºC 6,685± 0,02 6,228± 0,01 5,998± 0,01

Pengujian pH sediaan bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan saat

digunakan agar tidak mengiritasi kulit (Anief, 2007).Sediaan topikal sebaiknya

memiliki pH yang berada dalam rentang pH balance kulit yaitu 4,5-

6,5(Tranggono dan Latifah, 2007). Namun berdasarkan hasil pengujian pH

didapatkan hasil bahwa pH sediaan krim setelah penyimpanan selama 4 minggu

pada suhu ruang dan suhu 40ºC lebih besar dari 6,5, yang berarti tidak memenuhi

kriteria pH kulit.Namun sediaan krim ini masih aman untuk digunakan karena

masih di bawah pH netral sehingga tidak terlalu bersifat basa.Nilai pH tidak boleh

terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH

terlalu tinggi dapat menyebabkan kulit bersisik (Budiman, 2008).

Berdasarkan hasil pengujian pH pada ketiga sediaan diketahui bahwa pH

sediaan juga dipengaruhi oleh suhu.Perubahan pH sediaan selama penyimpanan

menandakan tidak stabilnya sediaan selama penyimpanan.Ketidakstabilan ini

dapat merusak produk selama penyimpanan atau penggunaan (Young et al.,

2002).

Data pengukuran pH dapat dilihat pada lampiran 7.

4.4.4. Daya Sebar

Tabel 4.8Data Uji Daya Sebar Krim

Beban

Luas Daya Sebar Krim (cm2)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

(suhu ruang)

Minggu ke-4

(suhu 40ºC)

17 gram 7,07± 0,47 8,04± 0,00 7,71± 0,29

36 gram 11,53± 0,35 12,56± 0,00 11,53± 0,35

56 gram 14,07± 0,38 15,90 ± 0,00 14,74± 0,40

76 gram 14,97± 0,40 18,85± 0,00 17,59± 0,43

96 gram 15,90 ± 0,70 21,23± 0,81 19,89± 0,46

116 gram 19,11± 0,44 23,75± 0,00 22,33± 0,48

Page 75: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.4 Kurva Daya Sebar Krim

Tabel 4.9Data Uji Daya Sebar Gel

Beban

Luas Daya Sebar Gel (cm2)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

(suhu ruang)

Minggu ke-4

(suhu 40ºC)

17 gram 3,25± 0,18 4,91 ± 0,39 4,52 ± 0,00

36 gram 5,31 ± 0,40 8,04 ± 0,29 8,04 ± 0,29

56 gram 8,55 ± 0,30 10,75 ± 0,33 10,17 ± 0,33

76 gram 10,17 ± 0,00 12,56 ± 0,36 12,56 ± 0,00

96 gram 10,75 ± 0,33 15,2 ± 0,40 14,51 ± 0,00

116 gram 11,94 ± 0,36 17,34 ± 0,42 16,61 ± 0,41

Gambar 4.5 Kurva Daya Sebar Gel

Tabel 4.10Data Uji Daya Sebar Salep

Berat Beban

Luas Daya Sebar Salep (cm2)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

(suhu ruang)

Minggu ke-4

(suhu 40ºC)

17 gram 8,04 ± 0,50 6,02 ± 0,65 5,04 ± 0,23

02468

101214161820222426

0 20 40 60 80 100 120

Luas

Day

a Se

bar

(cm

2)

Beban (gram)

Minggu ke-0

Mingg ke-4 suhu ruang

Minggu ke-4 suhu 40ºC

02468

1012141618

0 20 40 60 80 100 120

Luas

Day

a Se

bar

(cm

2 )

Beban (gram)

Minggu ke-0

Minggu ke- 4 suhuruang

Minggu ke- 4 suhu 40ºC

Page 76: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36 gram 10,37 ± 0,65 7,07 ± 0,47 6,01 ± 0,25

56 gram 12,77 ± 0,72 8,72 ± 0,30 6,45 ± 0,26

76 gram 15,67 ± 1,07 10,36 ± 0,33 7,22 ± 0,28

96 gram 17,85 ± 1,14 11,53 ± 0,35 7,71 ± 0,29

116 gram 20,69 ± 0,47 12,35 ± 0,36 8,72 ± 0,30

Gambar 4.6 Kurva Daya Sebar Salep

Pengujian daya sebar sediaan bertujuan untuk melihat kemampuan

menyebar sediaan di atas permukaan kulit saat pemakaian (Voight,

1994).Berdasarkan hasil pengujian daya sebar dari ketiga sediaan tersebut, pada

sediaan krim dan gel, daya sebar sediaan menjadi lebih besar seiring dengan

semakin lamanya waktu penyimpanan.Namun pada sediaan salep, daya sebar

sediaan lebih kecil seiring dengan lamanya waktu penyimpanan.Hal ini terjadi

dikarenakan adanya pemisahan pada sediaan salep sehingga mempengaruhi daya

sebar sediaan.

Tabel 4.11 Data Uji Daya Sebar Minggu ke-0

Berat Beban Luas Daya Sebar Minggu ke-0 (cm

2)

Krim Gel Salep

17 gram 7,07 ± 0,47 3,25 ± 0,18 8,04 ± 0,50

36 gram 11,53 ± 0,35 5,31 ± 0,40 10,37 ± 0,65

56 gram 14,07 ± 0,38 8,55 ± 0,30 12,77 ± 0,72

76 gram 14,97 ± 0,40 10,17 ± 0,00 15,67 ± 1,07

96 gram 15,90 ± 0,70 10,75 ± 0,33 17,85 ± 1,14

116 gram 19,11 ± 0,44 11,94 ± 0,36 20,69 ± 0,47

02468

10121416182022

0 20 40 60 80 100 120

Luas

Day

a Se

bar

(cm

2 )

Beban (gram)

Minggu ke-0

Minggu ke- 4 suhuruang

Minggu ke- 4 suhu40ºC

Page 77: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.7 Kurva Daya Sebar Minggu ke-0

Tabel 4.12 Data Uji Daya Sebar Minggu ke-4 Suhu Ruang

Berat Beban Luas Daya Sebar Minggu ke-4 Suhu Ruang (cm

2)

Krim Gel Salep

17 gram 8,04 ± 0,00 4,91 ± 0,39 6,02 ± 0,65

36 gram 12,56 ± 0,00 8,04 ± 0,29 7,07 ± 0,47

56 gram 15,90 ± 0,00 10,75 ± 0,33 8,72 ± 0,30

76 gram 18,85 ± 0,00 12,56 ± 0,36 10,36 ± 0,33

96 gram 21,23 ± 0,81 15,2 ± 0,40 11,53 ± 0,35

116 gram 23,75 ± 0,00 17,34 ± 0,42 12,35 ± 0,36

Tabel 4.13 Data Uji Daya Sebar Minggu ke-4 Suhu 40ºC

Berat Beban Luas Daya Sebar Minggu ke-4 Suhu 40ºC (cm

2)

Krim Gel Salep

17 gram 7,71 ± 0,29 4,52 ± 0,00 5,04 ± 0,23

36 gram 11,53 ± 0,35 8,04 ± 0,29 6,01 ± 0,25

56 gram 14,74 ± 0,40 10,17 ± 0,33 6,45 ± 0,26

76 gram 17,59 ± 0,43 12,56 ± 0,00 7,22 ± 0,28

96 gram 19,89 ± 0,46 14,51 ± 0,00 7,71 ± 0,29

116 gram 22,33 ± 0,48 16,61 ± 0,41 8,72 ± 0,30

Berdasarkan perbandingan daya sebar ketiga jenis sediaan pada minggu

ke-0 dan minggu ke-4 pada suhu ruang dan suhu 40ºC, didapatkan hasil bahwa

sediaan gel, pada minggu ke-0 memiliki daya sebar yang paling kecil dibanding

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

0 20 40 60 80 100 120

Luas

Day

a Se

bar

(cm

2 )

Beban (gram)

Krim

Gel

Salep

Page 78: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sediaan krim dan salep. Hal ini dikarenakan sediaan gel merupakan suatu sediaan

dengan kekentalan yang lebih besar dibandingkan krim dan salep.Hasil pada

minggu ke-4 suhu ruang dan suhu 40ºC menunjukkan bahwa sediaan salep

memiliki daya sebar yang paling kecil dibanding sediaan krim dan gel.Hal ini

dikarenakan adanya pemisahan pada sediaan salep sehingga mempengaruhi daya

sebar sediaan.

Data pengukuran daya sebar dapat dilihat pada lampiran 8.

4.4.5. Sentrifugasi

Hasil uji sentrifugasi pada sediaan krim dan gel tidak terjadi

pemisahan.Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim dan gel stabil.Namun pada

sediaan salep, terjadi pemisahan setelah dilakukan penyimpanan selama 4 minggu

pada suhu ruang dan suhu 40ºC.Hal ini menunjukkan bahwa sediaan salep tidak

stabil, baik pada suhu ruang maupun pada suhu 40ºC.

Pada pengujian ini, sediaan mengalami gaya sentrifugasi sehingga

menyebabkan terjadinya pemisahan fase karena perbedaan densitas. Fase air yang

memiliki densitas yang lebih besar dari fase minyak akan mengendap lebih dulu

sehingga berada pada dasar wadah. Fase minyak yang memiliki densitas yang

lebih kecil akan berada pada bagian atas (Hadyanti, 2008).

Tabel 4.14 Hasil Uji Sentrifugasi

Waktu

Uji

Krim Gel Salep

Minggu

ke-0

Cycling

test

Page 79: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Minggu

ke-4

suhu

ruang

Minggu

ke-4

suhu

40ºC

4.4.6. Viskositas dan Sifat Alir

Pada penelitian ini, pengukuran viskositas sediaan krim menggunakan

spindel R6, sedangkan untuk sediaan gel dan salep menggunakan spindel

R7.Pengukuran viskositas pada ketiga sediaan ini dilakukan dengan kecepatan 60

rpm pada minggu ke-0 dan pada minggu ke-4 setelah disimpan pada suhu ruang

dan suhu 40ºC.

Tabel 4.15Hasil Uji Viskositas

Waktu Hasil (cPs)

Krim Gel Salep

Minggu ke-0 7400 27000 10800

Minggu ke-4 suhu ruang 7200 26800 20900

Minggu ke-4 suhu 40ºC 7500 27300 21400

Dari hasil pengukuran didapatkan perbedaan viskositas antara sediaan

pada minggu ke-0 dan pada sediaan yang telah disimpan selama 4 minggu pada

suhu ruang dan suhu 40ºC.

Hasil pengukuran viskositas pada ketiga sediaan menunjukkan bahwa gel

memiliki viskositas tertinggi dibandingkan sediaan krim dan salep.Hal ini

disebabkan oleh penggunaan karbopol sebagai gelling agent yang diketahui

bersifat cukup kental dan lengket.Selain itu, berdasarkan hasil pengukuran

viskositas tersebut, menunjukkan bahwa viskositas sediaan dipengaruhi oleh suhu

dan lama penyimpanan.

Data pengukuran viskositas dapat dilihat pada lampiran 9.

Page 80: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.8 Kurva Sifat Alir Krim

Gambar 4.9 Kurva Sifat Alir Gel

Gambar 4.10 Kurva Sifat Alir Salep

Kurva sifat alir yang terbentuk pada ketiga sediaan menunjukkan sifat

aliran plastis tiksotropik.Hal ini terlihat bahwa kurva menurun sediaan ada di

0

50

100

150

200

250

0 10 20 30 40 50 60 70

Kec

epa

tan

pu

tar

(rp

m)

torque (%)

0

50

100

150

200

250

0 10 20 30 40 50 60 70

kec

epa

tan

pu

tar

(rp

m)

torque (%)

0

50

100

150

200

250

0 20 40 60 80 100

Kec

epa

tan

pu

tar

(rp

m)

torque (%)

Page 81: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebelah kiri kurva menaik. Menurut Martin et al. (1993), sifat alir yang

diharapkan dari suatu sediaan setengah padat adalah tiksotropik, karena sediaan

setengah padat diharapkan mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah pada saat

penyimpanan, namun saat diberi gaya, dapat dengan mudah dituang dan mudah

tersebar.

Kurva aliran plastis tidak melalui titi (0,0) tapi memotong sumbu tegangan

geser, yang dalam hal ini % torque (akan memotong, jika bagian lurus dari kurva

tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal

sebagai yield value.

4.4.7. Cycling Test

Tabel 4.16 Hasil Cycling Test

Jenis Sediaan Sebelum Cycling test Sesudah Cycling test

Krim

Gel

Page 82: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Salep

4.4.7.1.Krim

Sebelum dilakukan cycling test, dilakukan pemeriksaan secara

organoleptis dan dilakukan uji sentrifugasi pada sediaan krim.Secara organoleptis,

sediaan krim berwarna kuning,berbau alkohol, dan dari hasil uji sentrifugasi

sebelum cycling test tidak terdapat pemisahan.Setelah dilakukan cycling test

selama 12 hari (6 siklus), secara organoleptis terjadi perubahan terhadap sediaan

krim, yaitu terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning kehijauan,

sedangkan dari hasil sentrifugasi tidak terdapat pemisahan.

4.4.7.2.Gel

Sebelum dilakukan cycling test, dilakukan pemeriksaan secara

organoleptis dan dilakukan uji sentrifugasi pada sediaan gel. Secara organoleptis,

sediaan gel berwarna kuning pucat, berbau alkohol, dan dari hasil uji sentrifugasi

sebelum cycling test tidak terdapat pemisahan. Setelah dilakukan cycling test

selama 12 hari (6 siklus), baik secara organoleptis maupun dari hasil sentrifugasi

tidak terjadi perubahan terhadap sediaan gel.Hal ini menunjukkan bahwa sediaan

gel ini stabil.

4.4.7.3.Salep

Sebelum dilakukan cycling test, dilakukan pemeriksaan secara

organoleptis dan dilakukan uji sentrifugasi pada sediaan salep.Secara

organoleptis, sediaan salep berwarna kuning, bau basis salep, dan dari hasil uji

sentrifugasi sebelum cycling test tidak terdapat pemisahan.Setelah dilakukan

cycling test selama 12 hari (6 siklus), terjadi perubahan terhadap sediaan salep,

yaitu terjadi perubahan warna dari kuning menjadi kuning pekat.Selain itu dari

Page 83: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hasil sentrifugasi terdapat pemisahan pada sediaan salep.Hal ini menunjukkan

bahwa sediaan salep tidak stabil.

4.4.8. Pengukuran Diameter Globul Rata-rata Sediaan Krim

Pengukuran diameter globul rata-rata krim menggunakan mikroskop

Olympus DX 1x71 agar terlihat lebih jelas.

Setelah dilakukan pengukuran diameter globul rata-rata, menunjukkan

bahwa ukuran globul rata-rata sediaan krim pada minggu ke-0, minggu ke-4 suhu

ruang, minggu ke-4 suhu 40ºC, dan setelah cycling test secara berturut-turut

adalah 12,15; 14,43; 15,77; dan 9,77 µm. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa ukuran globul telah memenuhi persyaratan ukuran diameter

sesuai dengan literatur yaitu dalam kisaran 0,5-50 µm untuk emulsi keruh yang

lebih besar dibandingkan mikroemulsi dengan ukuran diameter globul 0,01-0,08

µm (Riskiana, 2004).Namun, adanya perubahan pada ukuran globul tersebut

menunjukkan bahwa sediaan tidak stabil.Perubahan ukuran globul ini dapat

menyebabkan koalesen sehingga sediaan menjadi tidak stabil jika disimpan dalam

waktu yang lama.

Bentuk dan ukuran globul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

terjadi selama proses pembuatan sediaan seperti pengadukan atau pencampuran

dan juga dipengaruhi oleh jumlah emulgator yang digunakan. Pada sediaan krim

ini, terbentuknya globul dipengaruhi oleh proses pencampuran dalam pembuatan

sediaan.Data pengukuran diameter globul rata-rata dapat dilihat pada lampiran 10.

Gambar 4.11

Globul Minggu ke-0

Gambar 4.12

Globul Setelah Cycling Test

Page 84: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.13

Globul Minggu ke-4 suhu ruang

Gambar 4.14

Globul Minggu ke-4 suhu 40ºC

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian evaluasi stabilitas fisik yang dilakukan pada

sediaan krim, gel, dan salep pada minggu ke-0 dan minggu ke-4 pada suhu ruang

dan suhu 40ºC, dapat disimpulkan bahwa sediaan gel yang mengandung EPMS

dari rimpang kencur (Kaempferian galanga L.) merupakan sediaan yang paling

stabil karena dari hasil evaluasi stabilitas fisik menunjukkan stabilitas fisik yang

paling baik, dengan karakteristik sediaan berwarna kuning kehijauan, berbau

alkohol, homogen, memiliki pH sebesar 6,448; viskositas 27000 cPs; daya sebar

gel dengan slope 0,0912 cm2/gram. Sifat alir sediaan adalah aliran plastis

tiksotropik.

5.2. Saran

Page 85: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui aktivitas

sediaan sebagai antiinflamasi.

2. Perlu dilakukan pengujian pengaruh konsentrasi EPMS terhadap

stabilitas sediaan.

3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan sifat fisik pada ketiga sediaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2005. Farmasetika Cetakan III. Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika Cetakan IV. Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Ansel, Horward C. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug

Delivery Systems 9th

edition. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi: Karakteristik dan

Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat.

Aulton, M., E. 1994. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design 2nd

Edition. Churcil : Livingstone.

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari Kencur

(Kaempferia galanga Linn). Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera

Utara.

69

Page 86: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Budiman, Muhammad Haqqi. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan

Sediaan Krim yang Mengandung Ekstrak Kering Tomat (Solanum lycopersicum

L.). Depok: Universitas Indonesia.

Chien, Y.W. Novel Drug Delivery Systems.In: Gupta, P., Garg, S. 2002. Recent

advances in semisolid dosage forms for dermatological

application.Pharmaceutical Technology.

Depkes, RI. 1987. Analisis Obat Tradisional I. Jakarta: Departemen Kesehatan

RI.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hlm. 13, 14, 16, dan 17.

Depkes, RI. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia jilid II. Jakarta:

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

Depkes, RI. 1977. Materia Indonesia jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hal.55-57.

Dhandapani, Abirami; Shobana Kumar; Murugan Kadarkarai. 2011. Larvicidal,

Pupicidal and Smoke Toxicity Effect of Kaempferia galanga to the Malarial

Vector, Anopheles Stephensi. The BioScan Journal 6(2): 329-333.

Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stabillity. Depok: UI.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia.

Draelos, Z. D. 2010. Cosmetic Dermatology Products and Procedures. Singapore:

John Wiley & Sons.

Dwikarya, Maria., DSSK. 2003. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit

Kawan Pustaka.

Gregoriadis, G. , A.T. Florence dan H.M. Patel. 1993. Liposom in Drug Delivery.

Switzerland: Harwood Academic.

Hadyanti. 2008. Pengaruh Tretionin terhadap Penetrasi Kafein dan Aminofilin

sebagai Antiselulit dalam Sediaan Krim, Gel, dan Salep Secara In Vitro. Depok:

Universitas Indonesia.

Hasanah, Aliya Nur, Fikri Nazaruddin, Ellin Febriana, dan Ade Zuhrotun. 2011.

Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak

Page 87: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rimpang Kencur (Kaenpferia galanga L.). Bandung: Jurnal Matematika dan

Sains, Vol.16 Nomor 3.

Howe, I. dan D.H. Williams. 1981. Mass Spectrometry Principles and Aplication,

2nd

edition. London: Mc Graw Hill. Inc.

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/5281783 diakses pada tanggal 18-2-

2015 pada pukul 22.20 WIB.

Khoirani, Nur. 2013. Karakteristik Simplisia dan Standarisasi Ekstrak Etanol

Herba Kemangi.Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Kusantati, H., Prihatin, P.T., dan Wiana, W. 2008. Tata Kecantikan Kulit. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta: UI-

Press.

Langley,& Lenny Lester. 1958. Dynamic Anatomy and Physiology. USA:

McGraww Hill.

Marinda, Wenny Silvia. 2012. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Liposom

yang Mengandung Fraksinasi Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia

mangostana L.) sebagai Antioksidan. Depok: Universitas Indonesia.

Marriott, John F, dkk. 2010. Pharmaceutical Compounding and Dispensing.

London: Pharmaceutical Press.

Martin A., J. Swarbick, A. Cammarata. 1993. Farmasi Fisik Jilid II, edisi ke-3.

Terj.dariPhysical Pharmacy, oleh Josihta. Jakarta: UI Press.

Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier Science B.V.

Mufidah, Syarifatul. 2014. Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat

yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galangal Linn.) Melalui Transformasi

Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi. Jakarta : UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Muhlisah, F. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Cetakan Kelima.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius, hal.29-33.

Niazi, S.K. 2004.Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations:

Setengah padat Products, vol. 4. New York: CRC Press. Hal.92.

Nicole Krilla, Debanjan Das, and John G. Augustine. 2009. Setengah padat

Formulation Development. USA: SP Formulations.

Nie, Yan, Laella Kinghua Liana, Endang Evacuasiany. 2012. Pengaruh Ekstrak

Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Mukosa Gaster pada

Page 88: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Model Mencit Swiss Webster yang Diinduksi Asetosal.Jurnal Medika Planta. Vol.

2 No. 1 Oktober 2012.

Riskiana A. 2004. Perbandingan Efektivitas Kerja Antioksidan dari Krim

Antiaging yang Mengandung Berbagai Zat Antioksidan.Skripsi Program Sarjana

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuam Alam Universitas

Indonesia. Depok: Departemen Farmasi.

Roemantyo, G; Somaatmadja. 1996. Analisis terhadap keanekaragaman dan

konservasi kencur di jawa. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 No. 2.

Rohmah, Jamilatur, Titik Taufikurohmah, Hadi Poerwono. 2009. Optimasi suhu

sintesis isoamil p-metoksisinamat melalui reaksi transesterifikasi dari etil p-

metoksisinamat hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.). Prosiding

Seminar Nasional Kimia Unesa.

Rostiana, Otih dkk. 2005. Budidaya Tanaman Kencur. Bogor : Balai Penelitian

Tanaman Obat dan Aromatika.

Rowe, Raymond C, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. London:

Pharmaceutical Press.

Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Saladin, Kenneth S. melalui

http://www.mhhe.com/biosci/esp/2001_saladin/folder_structure/su/m1/s1/sum1s1

_1.htm

Seeley, R. R., T. D. Stephens dan P. Tate. 2003. Anatomy and Physiologi 6th

edition. New York: McGraw-Hill.

Septiani, S., N. Wathoni, dan S. R. Mita. 2011. Formulasi Sediaan Masker Gel

Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo(Gnetum gnemon Linn). Jurnal

Unpad. 1(1): 4-24.

Soeratri, W., Tutik, P., 2004, Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektifitas

Sediaan TabirSurya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel,

Majalah FarmasiAirlangga 04 (03), Surabaya.

Sulaiman, M. R., Z. A. Akaria, I. A. Daud, F. N. Ng, Y. C. Ng, and M. T.

Hidayat. 2008. Antinociceptive and Anti-inflammatory Activities of the Aqueous

Extract of Kaempferia galanga Leaves in Animal Models. J. Nat. Med., 62, 221-

227.

Swastika NSP, Alissya, Mufrod, Purwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim

Ekstrak Sari Tomat(Solanum lycopersicum L.). Traditional Medicine Journal,

18(3): 132-140.

Page 89: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syamsuni, H. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.

Tara V., Shanbag; Sharma Candrakala; Adiga Sachidananda; Bairy

Laximinarayana Kurady; Shenoy Smita; Shenoy Ganesh. 2006. Wound Healing

Activity Of Alkoholic Extract of Kaempferia Galanga in Wistar Rats. Indian

J.Physiol Pharmacol 50 (4) : 384-390.

Taufikurohmah, T.; Rusmini; Nurhayati.2008. Pemilihan Pelarut Optimasi Suhu

pada Isolasi Senyawa Etil p-Metoksi Sinamat (EPMS) dari Rimpang Kencur

sebagai Bahan Tabir Surya pada Industri Kosmetik.

Tewtrakul, Supinya; Supreeya Yuenyongsawad; Sopa Kummee; Latthya

Atsawajaruwan. 2005. Chemical Components and Biological Activities of Volatile

Oil of Kaempferia galanga Linn. Songklanakrin J. Sci. Technol Vol. 27 (Suppl.

2): Thai Herbs.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.

Umar, Muhammad I; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Item J. Atangwho 1;

Mun Fei Yam; Rabia Altaf; Ashfaq Ahmed. 2012. Bioactivity-Guided Isolation of

Ethyl p-methoxycinnamate, an Anti-inflammatory Constituent, from Kaempferia

galanga L. Extracts. Molecules, 17, 8720-8734.

Umar, Muhammad I; Mohd Zaini Asmawi; Amirin Sadikun; Amin Malik Shah

Abdul Majid; Fouad Saleih R. Al-Suede; Loiy Elsir Ahmed Hassan; Rabia Altaf;

Mohamed B. Khadeer Ahamed. 2014.Ethyl-p-methoxycinnamate Isolated from

Kaempferia galanga Inhibits Inflammation by Suppressing Interleukin-1, Tumor

Necrosis Factor-α, and Angiogenesis by Blocking Endothelial Functions. Clinics,

69 (2), 134-144.

USDA (United States Department of Agriculture). Natural Resources

Conservation Service.Akses online via plants.usda.gov pada tanggal 3-2-2015

pukul 10.00.

Vittalrao, Amberkar Monhabu; Tara Shanbag; Meena Kumari K; K.L Bairy;

Smita Shenoy. 2011. Evaluation of Antiinlammatory and analgesic activities of

alcoholic extract of Kaempeferia Galangan in rats. Indian J.Physiol Pharmacol 55

(1) : 13-24.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Terjemahan. Yogyakarta:

UGM, hal. 551-583.

Walters, A.K. 2002. Dermatological and Transdermal Formulations. New York:

Marcel Dekker.

Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.

Page 90: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Wirakusumah, E. S. 1994. Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi

Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. hal. 3-6.

www.google.com/kencurdiakses pada tanggal 20-1-2015 pukul 15.30 WIB.

www.scribd.com/doc/244478637/193168159-kencur diakses pada tanggal 21-1-

2015 pukul 04.00 WIB.

Young, Anne. 2002. Practical Cosmetic Science, 39-40. London: Mills and Boon

Limited.

Zhang, L., & Falla, T.J. 2009.Cosmeceuticals and Peptides: Clinics in

Dermatology, 27, 485-494.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Konsep

Dimaserasi menggunakan n-heksanayang

telah didestilasi

Ekstrak cair di evaporasi menggunakan

mesin evaporator pada suhu 50ºC

Kristal yang terbentuk dari ekstrak

kental rimpang kencur dimurnikan

Sediaan Krim Sediaan Gel

Sediaan Salep

Dibuat sediaan krim, gel, dan salep

Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga)

Page 91: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Bagan Alur Kerja Destilasi Pelarut n-heksana Teknis

n-heksana teknis

Destilasi pada suhu 50-55OC

n-heksana

Murni

Pengotor

Disimpan untuk tahapan

ekstraksi Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga)

Page 92: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Bagan Alur Isolasi Kristal EPMS dari Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga)

Dicuci, dikeringkan dan diblender

Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga)

Serbuk kering

Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga)

Filtrat

1

Ampas

Maserasi dengan n-heksana dan disaring

Filtrat 2 Ampas

Remaserasi dengan n-heksana

dan disaring

Remaserasi dengan n-

heksana dan disaring

Campuran

Filtrat 1,2,3 Filtrat 3

Ekstrak cair n-heksana Rimpang

Kencur (Kaempferia galanga)

dievaporasi pada suhu 50-55OC

Ekstrak kental didiamkan

sampai terbentuk kristal

EPMS

Kristal yang terbentuk dimurnikan

dengan menggunakan n-heksan dan

metanol

Kristal EPMS

Page 93: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4.Gambar Alat Penelitian

Centrifuge Lemari Pendingin pH Meter

Oven Desikator Seperangkat alat

Rotary Evaporator

Viskometer Brookfield Mikroskop Olympus IX 71 Hotplate

GCMS Timbangan Analitik Apparatus Melting

Point

Lampiran 5.Penyiapan Simplisia dan Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur

(Kaempferia galanga L.)

Page 94: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5.1

Rimpang Kencur

Gambar 5.2

Rajangan Kencur

Gambar 5.3

Simplisia Kencur

Gambar 5.4

Proses Maserasi

Gambar 5.5

Proses Penyaringan

Gambar 5.6

Proses Pemekatan

Ekstrak n-heksana

Kencur

Gambar 5.7

Ekstrak Kental n-

heksana Kencur

Gambar 5.8

Isolasi Ekstrak

Lampiran 6.Perhitungan Rendemen, dan Rf.

6.1. Perhitungan Rendemen

Berat kristal yang diperoleh = 40 gram

Page 95: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berat simplisia yang diekstraksi = 3500 gram

1,143 %

6.2. Perhitungan Rf

Lampiran 7.Data Hasil Uji pH

Hasil Uji pH Krim

Minggu ke-0 Minggu ke-4 Suhu

Ruang

Minggu ke-4 Suhu

40ºC

Page 96: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji 1 6,287 ± 0,05 6,792 ± 0,08 6,672 ± 0,02

Uji 2 6,186 ± 0,05 6,865 ± 0,08 6,678 ± 0,02

Uji 3 6,202 ± 0,05 6,709 ± 0,08 6,706 ± 0,02

Rata-rata 6,225 6,789 6,685

Hasil Uji pH Gel

Minggu ke-0 Minggu ke-4 Suhu

Ruang

Minggu ke-4 Suhu

40ºC

Uji 1 6,434 ± 0,01 6,182 ± 0,01 6,212 ± 0,01

Uji 2 6,457 ± 0,01 6,153 ± 0,01 6,234 ± 0,01

Uji 3 6,454 ± 0,01 6,168 ± 0,01 6,237 ± 0,01

Rata-rata 6,448 6,168 6,228

Hasil Uji pH Salep

Minggu ke-0 Minggu ke-4 Suhu

Ruang

Minggu ke-4 Suhu

40ºC

Uji 1 6,278 ± 0,06 6,163 ± 0,07 6,011 ± 0,01

Uji 2 6,279 ± 0,06 6,063 ± 0,07 5,990 ± 0,01

Uji 3 6,381 ± 0,06 6,188 ± 0,07 5,992 ± 0,01

Rata-rata 6,313 6,138 5,998

Lampiran 8.Data Hasil Pengukuran Daya Sebar

Beban

Diameter Daya Sebar Krim (cm)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

Page 97: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17 gram

2,9 3,2 3,1

3 3,2 3,2

3,1 3,2 3,1

36 gram

3,8 4 3,8

3,8 4 3,9

3,9 4 3,8

56 gram

4,2 4,5 4,3

4,2 4,5 4,4

4,3 4,5 4,3

76 gram

4,4 4,9 4,7

4,3 4,9 4,8

4,4 4,9 4,7

96 gram

4,5 5,3 5

4,4 5,2 5,1

4,6 5,1 5

116 gram

4,9 5,5 5,3

4,9 5,5 5,4

5 5,5 5,3

Beban

Diameter Daya Sebar Gel (cm)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

17 gram

2 2,5 2,4

2,1 2,4 2,4

2 2,6 2,4

36 gram

2,6 3,2 3,2

2,7 3,1 3,3

2,5 3,2 3,2

56 gram

3,3 3,7 3,6

3,4 3,6 3,7

3,3 3,6 3,7

76 gram

3,6 4 4

3,6 3,9 4

3,6 4 4

96 gram

3,7 4,4 4,3

3,8 4,3 4,3

3,8 4,3 4,3

116 gram

3,9 4,7 4,6

4 4,6 4,5

3,9 4,6 4,6

Beban

Diameter Daya Sebar Salep (cm)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

17 gram 3,3 2,8 2,6

Page 98: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3,2 2,9 2,5

3,1 2,6 2,5

36 gram

3,7 3 2,8

3,7 3,1 2,7

3,5 2,9 2,8

56 gram

4,1 3,3 2,9

4,1 3,4 2,8

3,9 3,3 2,9

76 gram

4,6 3,6 3,1

4,5 3,7 3

4,3 3,6 3

96 gram

4,9 3,8 3,2

4,8 3,9 3,1

4,6 3,8 3,1

116 gram

5,2 4 3,4

5,1 4 3,3

5,1 3,9 3,3

Contoh perhitungan luas daya sebar pada krim minggu ke-0

Diameter daya sebar krim pada beban 17 gram = 2,9 cm

Jari-jari (r) daya sebar krim pada beban 17 gram = 1,45 cm

Luas daya sebar = π x r2

= 3,14 x 1,452

= 6,60 cm2

Beban

Luas Daya Sebar Krim (cm2)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

17 gram 6,60 8,04 7,54

Page 99: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7,06 8,04 8,04

7,54 8,04 7,54

Rata-rata 7,07 8,04 7,71

36 gram

11,33 12,56 11,33

11,33 12,56 11,94

11,94 12,56 11,33

Rata-rata 11,53 12,56 11,53

56 gram

13,85 15,90 14,51

13,85 15,90 15,20

14,51 15,90 14,51

Rata-rata 14,07 15,90 14,74

76 gram

15,20 18,85 17,34

14,51 18,85 18,09

15,20 18,85 17,34

Rata-rata 14,97 18,85 17,59

96 gram

15,90 22,05 19,62

15,20 21,23 20,42

16,61 20,42 19,62

Rata-rata 15,90 21,23 19,89

116 gram

18,85 23,75 22,05

18,85 23,75 22,89

19,62 23,75 22,05

Rata-rata 19,10 23,75 22,33

Beban

Luas Daya Sebar Gel (cm2)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

17 gram 3,14 4,91 4,52

Page 100: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3,46 4,52 4,52

3,14 5,31 4,52

Rata-rata 3,25 4,91 4,52

36 gram

5,31 8,04 8,04

5,72 7,54 8,55

4,91 8,04 8,04

Rata-rata 5,31 7,87 8,21

56 gram

8,55 10,75 10,17

9,07 10,17 10,75

8,55 10,17 10,75

Rata-rata 8,72 10,36 10,56

76 gram

10,17 12,56 12,56

10,17 11,94 12,56

10,17 12,56 12,56

Rata-rata 10,17 12,35 12,56

96 gram

10,75 15,20 14,51

11,33 14,51 14,51

11,33 14,51 14,51

Rata-rata 11,14 14,74 14,51

116 gram

11,94 17,34 16,61

12,56 16,61 15,90

11,94 16,61 16,61

Rata-rata 12,15 16,85 16,37

Beban

Luas Daya Sebar Salep (cm2)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

17 gram 8,55 6,15 5,31

Page 101: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8,04 6,60 4,91

7,54 5,31 4,91

Rata-rata 8,04 6,02 5,04

36 gram

10,75 7,06 6,15

10,75 7,54 5,72

9,62 6,60 6,15

Rata-rata 10,73 7,07 6,01

56 gram

13,19 8,55 6,60

13,19 9,07 6,15

11,94 8,55 6,60

Rata-rata 12,77 8,72 6,45

76 gram

16,61 10,17 7,54

15,90 10,75 7,06

14,51 10,17 7,06

Rata-rata 15,67 10,36 7,22

96 gram

18,85 11,33 8,04

18,09 11,94 7,54

16,61 11,33 7,54

Rata-rata 17,85 11,53 7,71

116 gram

21,23 12,56 9,07

20,42 12,56 8,55

20,42 11,94 8,55

Rata-rata 20,69 12,35 8,72

Bentuk Sediaan

Kemiringan (slope) kurva daya sebar (cm2/gram)

Minggu ke-0 Minggu ke-4

Suhu Ruang

Minggu ke-4

Suhu 40ºC

Krim 0,1066 0,1453 0,1545

Gel 0,0912 0,1184 0,1152

Salep 0,1275 0,0684 0,0349

Lampiran 9.Data Hasil Pengukuran Viskositas dan Sifat Alir

9.1. Hasil pengukuran viskositas minggu ke-0

Page 102: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rpm Krim Gel Salep

cPs % torque cPs % torque cPs % torque

10 34400 34,4 95200 23,8 41300 41,3

12 26700 32,1 84200 25,2 35100 42,1

20 17700 35,5 61200 30,6 23200 46,4

30 12900 38,8 45700 34,2 16800 50,4

50 8600 43,2 31200 39 11700 58,8

60 7400 44,8 27000 40,5 9900 59,8

100 5100 51 18700 46,7 7200 72

200 2900 58,5 11600 58 4400 88,5

100 4800 48,2 18800 47 6100 61,5

60 6900 41,7 27400 41,1 8000 48,3

50 8200 41,3 31400 39,2 9200 46

30 11800 35,6 46000 34,5 11700 35,1

20 15800 31,6 62500 31,2 15000 30

12 22400 26,9 92100 27,6 20700 24,8

10 24200 24,2 105600 26,4 23700 23,7

9.2. Hasil pengukuran viskositas minggu ke-4 suhu ruang

rpm Krim Gel Salep

cPs % torque cPs % torque cPs % torque

10 32400 32,4 91100 22,7 89400 22,3

12 25100 30,1 89300 26,7 69300 20,7

20 16500 33 62100 31 48700 24,3

30 12000 36 45700 34,2 35700 26,7

50 8200 41,2 30700 38,3 24200 30,2

60 7200 43,2 26800 40,2 20900 31,3

100 5000 50,7 18600 46,5 15500 38,7

200 3200 64 11400 57 9400 47

100 5100 51,7 18600 46,5 13600 34

60 7200 43,2 26800 40,2 18200 27,3

50 8200 41,3 30900 38,6 20000 25

30 11700 35,1 45200 33,9 27300 20,4

20 15500 31 61700 30,8 36400 18,2

12 21700 26 94400 28,3 55200 16,5

10 23400 23,4 107200 26,8 62600 15,6

9.3. Hasil pengukuran viskositas minggu ke-4 suhu 40ºC

rpm Krim Gel Salep

Page 103: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

cPs % torque cPs % torque cPs % torque

10 42000 42 105500 26,3 65700 16,4

12 28700 34,4 94000 28,2 71500 21,4

20 15600 31,2 63600 31,8 52700 26,3

30 10900 32,7 46400 34,8 38100 28,5

50 8700 43,7 31400 39,2 26200 32,7

60 7500 45,4 27300 40,9 21400 32,1

100 4700 47,7 18900 47,2 14100 35,2

200 1600 32,5 11600 58 8800 44

100 2900 29,2 19000 47,5 12100 30,2

60 4600 27,7 27700 41,5 17500 26,2

50 6000 30,1 31700 39,6 19200 24

30 9500 28,7 46300 34,7 25900 19,4

20 13600 27,2 63300 31,6 34100 17

12 20200 24,3 94900 28,4 47200 14,1

10 23200 23,2 109000 27,2 54100 13,5

Lampiran 10.Data Hasil Perhitungan Pengukuran Diameter Globul Rata-rata

Diameter Globul Rata-rata Minggu ke-0

Rentang (µm) Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

0,68 – 4,15 2,415 10 24,15

4,16 – 7,63 5,895 94 554,13

7,64 – 11,11 9,375 153 1434,375

11,12 – 14,59 12,855 118 1516,89

14,60 – 18,07 16,335 46 751,41

18,08 – 21,55 19,815 38 752, 97

21,56 – 25,03 23,295 25 582,375

25,04 – 28,51 26,775 10 267,75

28,52 – 31,99 30,255 3 90,765

32,00 – 35,47 33,735 3 101,205

∑n = 500 ∑nd = 6076,02

Ukuran diameter globul rata-rata,drata-rata

µm

Diameter Globul Rata-rata Minggu ke-4 Suhu Ruang

Rentang (µm) Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

Page 104: PERBANDINGAN SIFAT FISIK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38035/1/SRY... · bentuk sediaan setengah padat, yaitu krim, gel, dan salep.Penelitian

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3,40 – 7,52 5,46 30 163,80

7,53 – 11,65 9,59 155 1486,45

11,66 – 15,78 13,72 157 2154,04

15,79 – 19,91 17,85 90 1606,50

19,92 – 24,04 21,98 31 681,38

24,05 – 28,17 26,11 13 339,43

28,18 – 32,30 30,24 15 453,60

32,31 – 36,43 34,37 5 171,85

36,44 – 40,56 38,50 3 115,50

40,57 – 44,69 42,63 1 42,63

∑n = 500 ∑nd = 7215,18

Ukuran diameter globul rata-rata,drata-rata

µm

Diameter Globul Rata-rata Minggu ke-4 Suhu 40ºC

Rentang (µm) Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

3,04 – 11,14 7,09 172 1219,48

11,15 – 19,25 15,20 216 3283,20

19,26 – 27,36 23,31 65 1515,15

27,37 – 35,47 31,42 22 691,24

25,48 – 43,58 39,53 12 474,36

43,59 – 51,69 47,64 9 428,76

51,70 – 59,80 55,75 2 111,5

59,81 – 67,91 63,86 0 0

67,92 – 76,02 71,97 0 0

76,03 – 84,13 80,08 2 160,16

∑n = 500 ∑nd = 7883,85

Ukuran diameter globul rata-rata,drata-rata

µm

Diameter Globul Rata-rata setelah Cycling Test

Rentang (µm) Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) nd

2,15 – 5,04 3,595 42 150,99

5,05 – 7,94 6,495 144 935,28

7,95 – 10,84 9,395 157 1475,015

10,85 – 13,74 12,295 83 1020,485

13,75 – 16,64 15,195 45 683,775

16,65 – 19,54 18,095 16 289,52

19,55 – 22,44 20,995 2 41,99

22,45 – 25,34 23,895 5 119,475

25,35 – 28,24 26,795 3 80,385

28,25 – 31,14 29,695 3 89,085

∑n = 500 ∑nd = 4886

Ukuran diameter globul rata-rata,drata-rata

µm