112
PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE (DFT) DAN NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) DALAM USAHA TANI SELADA DI SPECTA FARM Skripsi Ahmad Dalhar 1113092000009 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIKDEEP FLOW TECHNIQUE (DFT) DAN NUTRIENT FILM

TECHNIQUE (NFT) DALAM USAHA TANI SELADADI SPECTA FARM

Skripsi

Ahmad Dalhar1113092000009

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2018 M/ 1439 H

Page 2: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIKDEEP FLOW TECHNIQUE (DFT) DAN NUTRIENT FILM

TECHNIQUE (NFT) DALAM USAHA TANI SELADADI SPECTA FARM

Ahmad Dalhar1113092000009

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaProgram Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA2018 M/ 1439 H

Page 3: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …
Page 4: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …
Page 5: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

CURRICULLUM VITAE

Pendidikan Formal

2001-2002 : Taman Kanak-kanak Raudlatul Ulum Pati

2002-2008 : Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Pati

2008-2011 : Madrasah Tsanawiyah Shirotul Ulum Pati

2011-2013 : Madrasah Aliyah Salafiyah Pati

Riwayat Pekerjaan

2014 : Marketing Bus Pariwisata

2015 : Edukasi Urban Farming lembaga Rumah Zakat

2016 : Bisnis Perlengkapan Outdoor

2016 : Praktek Kerja Lapang di Specta Farm

Data Diri

Nama : Ahmad Dalhar

Tempat Tanggal Lahir : Pati, 23 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Kawin

Tinggi : 173 Cm

Berat : 55 Kg

Alamat Asal : Kertomulyo, RT 02/RW 04 Kec. Trangkil, Kab. Pati

Alamat Sekarang : Jln. Kemital Blok E/ 125 Ciputat Baru, Kp. sawah,

Tangerang Selatan

Handphone : 082310673266/085786444030

Email : [email protected]/ [email protected]

IPK : 3.40

Page 6: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

2016 : Bisnis Hidroponik sekala Hobi & Industri

2017 : Workshop Hidroponik

Prestasi

2013- 2017 : Penerima Biasiswa Sinarmas

2016 : Menerima Penghargaan Sebagai Prtaktisi Hidroponik

2017 : Finalis Lomba Black Inovasi tingkat Nasional

(Smart Green House)

2017 : Pendanaan Wirausaha di Bidang Teknologi Pangan,

(Smart Agroponik) Sistem Otomasi Tanaman Budidaya

Hidroponik dan Internet Of Things (IOT). Kementrian

Riset. Teknologi dan Pendidikan Tinggi

(KEMRISTEKDIKTI)

2017 : Tim Riset Pengembangan Kebijaksanaan Intergrasi

Keilmuan (Dampak Realokasi Subsidi Pupuk Menjadi

Subsidi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah

Terhadap Pendapatan Petani. di Pusat Penelitian dan

Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Riwayat Organisasi

2008 : Wakil Patroli Keamanan Madrasah (PKM) Mts.

Shirotul Ulum Pati

2009 : Wakil Ikatan Keluarga Shirotul Ulum (IKSU/OSIS) Mts.

Shirotul Ulum Pati

2010 : Pengurus Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) Ranting

Kertomulyo Pati

2010 : Pengurus Pramuka Bantara Madrasah Salafiyah Pati

Page 7: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

2010 : Pengurus Pramuka Laksana Madrasah Salafiyah Pati

2011 : Pengurus Keluarga Pelajar Salafiyah (KPS/OSIS) di

Madrasah Salafiyah Pati

2011 : Ketua Pramuka Madrasah Salafiyah Pati

2011 : Pengurus pramuka Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB) Ranting Cabang Kabupaten Pati

2013 : Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

2013 : Ketua Manajemen Organisasi Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia

2013 : Anggota Ikatan Keluarga Alumni Raudlatul Ulum

JABODETABEK

2014 : Anggota Rohani & Sosial Himpunan Mahasiswa Jurusan

(HMJ) Agribisnis

2014 : Kordinator Kaderisasi Silaturrahmi Mahasiswa Pati

(SIMPATI) se-JABODEBEK

2014 : Volunter Lembaga Sosial Trust Fund UIN Jakarta

2014 : Volunter Lembaga Charity Store UIN Jakarta

2014 : Volunter Bungkesmas Tabungan Kesehatan Masyarakat

UIN Jakarta

2015 : Volunter Lembaga Rumah Zakat

2015 : Kordinator Lembaga Sosial Anak Peduli Bangsa, Jawa

Tengah wilayah Semarang

2015 : Anggota Keagamaan Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia (PMII)

2015 : Ketua Ikatan Keluarga Alumni Salafiyah (IKLAS) se-

JABODETABEK

2016 : Anggota Sosial Lingkungan Himpunan Mahasiswa

Jurusan (HMJ)

Page 8: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

2016 : Kordinator Sosial Masyarakat Silaturrahmi Mahasiswa

Pati (SIMPATI) se-JABODETABEK

2017 : Anggota Pemuda Mandiri Membangun Desa (PMMD)

Kementrian Pemuda dan Olahraga

Page 9: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

RINGKASAN

Ahmad Dalhar. 1113092000009. Perbandingan Sistem Hidroponik Deep FlowTechnique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT) dalam Usaha Tani Selada diSpecta Farm. (Di bawah bimbingan Junaidi dan Akhmad Mahbubi)

Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yangmemiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnyajumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhangizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran. kandungan gizi pada sayuranterutama vitamin dan meneral tidak dapat disubtitusi melalui makan pokok. Seladamengandung zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kandungan gizi dalamtiap 100 gr selada. Kalori: 15,00 kalori, Protein: 1,20 gr, Lemak: 0,20 gr,Karbohidrat: 2,90 gr, Kalsium (Ca): 22,00 mg, Fosfor (P): 25,00 mg, Zat Besi (Fe):0,50 mg, Vitamin A: 540,00 SI, Vitamin B1: 0,04 mg, Vitamin C: 8,00 mg, Air:94,80 gr. Menanam selada dapat menggunakan teknik budidaya konvensional(menggunakan tanah) maupun hidroponik. Teknik budidaya secara hidroponikmerupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkanefisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan pupuk atau teknikbudidaya tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan harasesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur, keuntungannya; pengunaan pupukdan air sangat efesien, hemat lahan dan produktivitas tanaman tinggi, sertapengelolaan tidak direpotkan dengan pengolahan tanah dan masalah gulma, sehinggapermintaan dalam jumlah besar dapat terpenuhi dan kontinuitas produk terjamin.dalam menerapkan budidaya sayuran hidroponik dikenal 8 teknik, dari teknik tersebutpenulis menjelaskan teknik Nutrient Film Technique (NFT) dan Deep FlowTechnique (DFT) karena dianggap perusahaan memiliki efisiensi dan efektifitastinggi dengan inovasi talang bertingkat. Kedua teknik hidroponik tersebut tidaktergantung pada kesuburan tanah sehingga bisa menjadi alternatif bagi petani seladauntuk menangani masalah lahan subur yang semakin berkurang. Namun biaya yangdiperlukan tinggi. Segmen pasar yang dituju umumnya kalangan ekonomi menengahke atas dan biasa di pasarkan supermarket, swalayan, hotel, dan restoran. Sehinggaharga jual sayuran hidroponik jauh mahal dibandingkan dengan harga sayur non-hidroponik karena jenis sayuran hidroponik yang dipasarkan biasanya merupakansayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value). Menjadi penting untukmempelajari struktur biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha sayuran hidroponikdari tehnik Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT) TalangBertingkat studi kasus pada Specta Farm, Ciapus, Bogor.

Page 10: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui biaya yang dikeluarkan padaselada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient FilmTechnique (NFT). 2. Mengetahui pendapatan yang diperoleh pada selada hidroponikSistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT) 3.Mengetahui Perbedaan Pendapatan usaha selada Hidroponik Sistem Deep FlowTechnique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2017 sampai Februari 2018 dan dilakukan di Specta Farm Jl. Ciapus, Kampung Jamik, Desa Sukaluyu, KecamatanTamansari, Kabupaten Bogor, Provensi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukansecara sengaja (purposive), jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan datakuantitatif. Sumber data dalam penelitian mengunakan data primer diperoleh dari datalangsung perusahaan yang berupa hasil pengamatan langsung dan wawancara denganpimpinan dan kariawan Specta Farm sedangkan data sekunder diperoleh melaluiproses membaca, mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan daribuku-buku atau majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainya yangberhubungan dengan masalah yanga akan di bahas.Analisis data yang digunakanpenulis analisis biaya usahatani, analisis penerimaan usahatani, analisis pendapatanusahatani, analisis penerimaan atas biaya (R/C Ratio), dan uji hipotesis perbedaan duarata-rata untuk membedakan tingkat pendapatan. Data yang diperoleh diolah secarakuantitatif diolah dengan alat bantu berupa kalkulator dan program Microsoft Excelsedangkan data kualitatif disajikan secara narasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Biaya yang dikeluarkan dalamusaha budidaya selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesarRp 21.032.363,- Sistem Nutrient Film Technique (NFT) adalah sebesar Rp22.395.613,-/ 7 bulan. Biaya yang dikeluarkan oleh Sistem Nutrient Filem Technique(NFT) lebih besar dibanding dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) dikarenakanoleh beberapa faktor antara lain : penggunaan listrik dan nutrisi yang lebih banyak 2.Besarnya jumlah pendapatan yang di peroleh dari hasil produksi selada hidroponikpada Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar Rp 35.751.000,- sedangkanpendapatan yang diperoleh dari hasil produksi selada hidroponik pada Sistem NutrientFilem Technique (NFT) lebih kecil yaitu sebesar Rp 33.847.000,- 3. Berdasarkan darihasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dapat diketahui bahwa ada perbedaanpendapatan antara usaha budidaya selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique(DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT). Berdasarkan hasil perhitungan,besarnya nilai Zhit adalah senilai 4,19 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Zhit> Zα/2 dengan nilai 4,19 > 1,96.

Page 11: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Perbandingan Sistem Hidroponik Deep

Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT) dalam Usaha Tani

Selada di Specta Farm”. Penelitian ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan

program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil

dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, bapak Kasman dan Ibu Warkini yang tidak pernah letih

memberikan kasih sayang, doa, nasehat, motivasi, saran dan dorongan moril

maupun materil. Sesunguhnya ananda tidak akan pernah dapat membalas semua

itu, semoga Allah S.W.T selalu memberikan pahala, berkah, kasih sayang, ridho

dan perlindungan kepada bapak dan ibu atas perjuangannya, Amin.

2. Kakak-kakak tersayang, Jumi’ati, Abdurrahman Wahid, Dzurrotun Nik’mah

yang turut memberikan do’a, semangat dan motivasi. Semoga Allah S.W.T selalu

memberikan karunia-Nya. Amin.

Page 12: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

3. Bapak Akhmad Riyadi Wastra dan Ibu Sri Purwanti yang turut memberikan do’a.

semangat dan motivasi. Semoga Allah S.W.T selalu memberikan pahala, berkah,

kasih sayang, ridho dan perlindungan kepada beliau atas perjuangannya, amin.

4. Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/

Agribisnis dan Dr. Iwan Aminudin, M. Si selaku Sekretaris Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ir. Junaidi, M. Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Akhmad Mahbubi, SP,

MM selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, memberikan saran,

motivasi nasehat dan arahan sekaligus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

dalam penyusunan skripsi kepada penulis.

7. Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM selaku Dosen Penguji 1 dan Dewi Rohma Wati,

SP, M.Si selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosah skripsi yang telah

memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan untuk kesempurnaan skripsi

kepada peneliti.

8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis

yang tidak dapatkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat atas segala ilmu

dan pelajaran dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

9. Bapak Zekky Bachry selaku Direktur, sluruh karyawan dan staff Specta Farm

untuk bimbingannya.

Page 13: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

10. Perusahaan Sinarmas yang telah memberikan dukungan motivasi baik moril dan

materil selama perkuliahan dari pertama masuk sampe selesai perkuliahan,

semoga apa yang diberikan bermanfaat baik perusahaan maupun penulis.

11. Instansi Lembaga Social Trust Fund yang banyak memberikan ilmu dan

pengalaman, motivasi, nasehat kepada penulis untuk menjadi insan berdedikasih

sesama.

12. keluarga besar Compas Center yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman,

motivasi, nasehat kepada penulis untuk menjadi insan berdedikasih sesama.

13. Sahabat Astrid Aisyah Hanani dan Faizal Abdurraman yang selalu memberikan

dukungan dan selalu ada dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.

14. Teman-teman Seperjuangan, Burhanudin Muhammad, Ade Fauzan, Lukman

Arya Yudhatama, Vikron Fahreza, Muhammad Reza Baehaqi, Syarif

Hidayatullah, atas motivasi, kebersamaan, kekeluargaan dan kecerian yang telah

kita ukir bersama semoga menjadi sejarah yang tidak pernah dilupakan.

15. Teman-teman Agribisnis 2013 atas kebersamaan, kekeluargaan dan keceriaan

yang telah kita ukir bersama semoga menjadi sejarah yang tidak pernah

dilupakan.

16. Keluarga besar Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Salafiyah atas proses yang

turut mengantarkan penulis kedalam realita perjuangan dan kebersamaan untuk

bermanfaat.

17. Semua pihak yang telah membantu namun tidak penulis tuliskan satu per satu

tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih banyak.

Page 14: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. kritik dan saran

yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini. Penulis

berharap semoga penulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah

S.W.T memberkahi kita semua. Aamin Ya Robbal Alamin, Barokallah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2018

Ahmad Dalhar

Page 15: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6

2.1 Selada .................................................................................................. 6

2.2 Hidroponik ........................................................................................... 12

2.2.1 NFT (Nutrien Film Technique) .................................................. 13

2.2.2 DFT (Deep Flow Technique) ..................................................... 13

2.2.3 Talang Bertingkat ...................................................................... 14

2.2.4 Pengelolaan Air ......................................................................... 14

2.3 Pemupukan .......................................................................................... 16

2.4 Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi) ...................................................... 19

2.5 Electrical Conductivity (EC) ................................................................ 21

2.6 Kemasaman (pH) Air ........................................................................... 21

2.7 Usahatani ............................................................................................. 23

2.7.1 Biaya Usahatani ........................................................................ 26

2.7.2 Penerimaan ................................................................................ 27

2.7.3 Pendapatan Usahatani ............................................................... 29

2.7.4 Analisis Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Rasio) .................. 31

2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 31

2.9 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 33

Page 16: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 36

3.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36

3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 37

3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .................................... 37

3.4.1 Biaya Usahatani ........................................................................ 37

3.4.2 Penerimaan Usahatani ............................................................... 38

3.4.3 Pendapatan Usahatani ............................................................... 38

3.4.4 Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Ratio) ................................ 39

3.4.5 Pengujian Hipotesis Perbedaan Dua Rata-rata ........................... 39

BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................ 42

4.1 Sejarah Singkat Specta Farm ............................................................... 42

4.2 Letak Geografis ................................................................................... 43

4.3 Struktur Organisasi Specta Farm .......................................................... 43

4.4 Sarana dan Prasarana ........................................................................... 45

4.5 Tata Letak Bangunan ........................................................................... 46

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 47

5.1 Biaya Usahatani Selada Hidroponik ..................................................... 47

5.1.1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem

Deep Flow Technique (DFT) .................................................. 47

5.1.2 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem

Nutrien Film Technique (NFT) ............................................... 52

5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada .............................. 57

5.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem

DFT ........................................................................................ 57

5.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem

Nutrient Film Technique (NFT) .............................................. 61

5.3 Perbedaan Pendapatan Usahatani Selada Hidroponik Sistem Deep Flow

Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT) ............. 64

BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 69

6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 69

Page 17: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

6.2 Saran .................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71

LAMPIRAN ...................................................................................................... 74

Page 18: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

iv

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Konsentrasi Unsur Hara dalam Larutan Hara yang Digunakan ................... 7

2. Komposisi Kimiawi per 100 g Tanaman Selada ......................................... 11

3. Konsentrasi Maksimum Ion Garam Terlarut dalam Air untuk .................... 16

4. Beberapa Jenis Pupuk untuk Formulasi Hara Tanaman pada ...................... 18

5. Jadwal Fertigasi Untuk Budidaya Tanaman Sayuran Secara

Hidroponik ................................................................................................. 20

6. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian ......................................................... 54

7. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem DFT di

Specta Farm ................................................................................................ 58

8. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem NFT di

Specta Farm ................................................................................................ 62

Page 19: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

v

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 35

2. Struktur Organisasi Specta Farm ................................................................ 44

3. Kurva Dua Rata-rata untuk Membedakan Tingkat Pendapatan .................. 67

Page 20: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Tata Letak Bangunan .................................................................................... 74

2. Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique

(DFT) ............................................................................................................ 75

3. Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Nutrient Filem

Technique (NFT) .......................................................................................... 77

4. Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) .... 79

5. Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Nutrient Film Technique

(NFT) ............................................................................................................ 81

6. Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani

Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique

(DFT) ............................................................................................................ 83

7. Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani

Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique

(NFT) ............................................................................................................ 86

8. Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik Sistem Deep Flow

Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT) ..................... 89

9. Tabel Z Scor ................................................................................................. 91

Page 21: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya

jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan

kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran. kandungan gizi

pada sayuran terutama vitamin dan meneral tidak dapat disubtitusi melalui makan

pokok (Mas’ud, 2009:131-136).

Selada memiliki beragam macam jenis, terdiri dari salada daun hijau dan

merah yang mana kedua jenis tersebut mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi

kesehatan manusia (Grubben dalam Kosmas, 2012:1). Kandungan gizi dalam tiap

100 gr selada menurut Direktorat Gizi Depkes RI. Kalori: 15,00 kalori, Protein:

1,20 gr, Lemak: 0,20 gr, Karbohidrat: 2,90 gr, Kalsium (Ca): 22,00 mg, Fosfor

(P): 25,00 mg, Zat Besi (Fe): 0,50 mg, Vitamin A: 540,00 SI, Vitamin B1: 0,04

mg, Vitamin C: 8,00 mg, Air: 94,80 gr.

Menanam selada termasuk dalam kategori mudah, dapat di tanam di lahan

luas maupun sempit seperti dalam polybag, dapat menggunakan teknik budidaya

konvensional (menggunakan tanah) maupun hidroponik. Teknik budidaya secara

hidroponik merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan

pupuk (Ardian, 2007:195-200). Hidroponik sebagai suatu teknik budidaya

tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai

Page 22: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

2

dengan kebutuhan tanaman secara teratur (Susila dan Koerniawati, 2004:16-21).

Berapa keuntungan hidroponik diantaranya pengunaan pupuk dan air sangat

efesien, hemat lahan tetapi produktivitas tanaman tinggi, serta pengelolaan tidak

direpotkan dengan pengolahan tanah dan masalah gulma (Lingga, 1999:89)

sehingga permintaan dalam jumlah besar dapat terpenuhi dan kontinuitas produk

terjamin.

Terdapat beberapa teknik dalam menerapkan budidaya sayuran secara

hidroponik, menurut Ferdian (2009:4), saat ini dikenal 8 macam teknik hidroponik

moderen, yaitu Nutrient Film Technique (NFT), Static Aerated Technique (SAT),

Ebb and Flow Technique (EFT), Deep Flow Technique (DFT), Aerated Flow

Technique (AFT), Drip Irrigation Technique (DIT), Root Mist Technique (RMT),

dan Fog Feed Technique (FFT). Dari teknik tersebut penulis akan menjelaskan

mengenai teknik Nutrien Film Technique (NFT) dan Deep Flow Technique

(DFT) karena dianggap perusahaan memiliki efisiensi dan efektifitas tinggi.

Salah satu perusahaan yang mengunakan inovasi instalasi hidroponik talang

bertingkat dengan sistem Nutrien Film Technique (NFT) dan Deep Flow

Technique (DFT) adalah Specta Farm. Specta Farm merupakan

perusahaan agribisnis yang bergerak dalam pelatihan atau traning, pembuatan

konstruksi instalasi hidroponik skala hobis maupun industry, dan budidaya

tanaman hidroponik.

Menurut Anas dkk, (2004:16), Nutrient Film Technique (NFT) merupakan

metode penanaman dimana akar berada dalam sirkulasi aliran air tipis yang

mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Sedangkan Deep Flow

Page 23: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

3

Technique (DFT) merupakan metode budidaya tanaman hidroponik dengan

meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dalam, kedalaman berkisaran

antara 4-6 cm. Prinsip kerja mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus

menerus selama 24 jam, (Wirawan dkk, 2005:64). Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan menyatakan bahwa tingkat efesiensi dilihat dari kedua teknik yang di

terapkan usahatani Specta Farm di duga teknik Nutrient Film Technique (NFT)

lebih efesien teknik menjadi salah satu pertimbangan yang kuat sebagai bahan

dugaan awal penelitian.

Kedua teknik hidroponik tersebut tidak bergantung pada kesuburan tanah

sehingga bisa menjadi alternatif bagi petani selada untuk menangani masalah

lahan subur yang semakin berkurang. Namun biaya yang diperlukan tinggi. Oleh

karena itu, segmen pasar yang dituju umumnya kalangan ekonomi menengah ke

atas dan biasa di pasarkan supermarket, swalayan, hotel, dan restoran. Sehingga

harga jual sayuran hidroponik jauh mahal dibandingkan dengan harga sayur non-

hidroponik karena jenis sayuran hidroponik yang dipasarkan biasanya merupakan

sayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value). Oleh karena itu, menjadi

penting untuk mempelajari struktur biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha

sayuran hidroponik dari tehnik Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film

Technique (NFT) Talang Bertingkat studi kasus pada Specta Farm, Ciapus,

Bogor.

Page 24: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

4

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di gambarkan oleh penulis budidaya

selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film

Technique (NFT) Talang Bertingkat sebagai berikut :

1. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya selada hidroponik

Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique

(NFT)?

2. Berapa pendapatan yang di peroleh usaha budidaya selada hidroponik Sistem

Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)?

3. Apakah ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara usaha budidaya

selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient

Film Technique (NFT)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis jelaskan maka tujuan penulis

melakukan penelitian sabagai berikut :

1. Mengetahui biaya yang dikeluarkan pada selada hidroponik Sistem Deep

Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

2. Mengetahui pendapatan yang diperoleh pada selada hidroponik Sistem Deep

Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

3. Mengetahui perbedaan pendapatan usaha selada hidroponik Sistem Deep

Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

Page 25: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan petani hidroponik khususnya

untuk mengambil keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan produksi

agar memperoleh usaha yang efisien dan menguntungkan.

2. Sebagai peneliti, dapat menjadi tambahan wawasan ilmu khususnya dengan

penggunaan analisis usahatani selada hidroponik.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi penyusun lain yang

mengambil masalah yang sama.

Page 26: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Selada

Tanaman selada diyakini dari Timur Tengah. tanaman dikenal sebagai

tanaman sayran dan bahan baku obat-obatan pada abad ke 4.500 sebelum masehi.

Tanaman ini sangat terkenal di Yunani dan Roma. Di Eropa Barat. Tanaman ini

secara ilmiah memiliki nama (Lactuca sativa L.) selada merupakan tanaman

sayuran daun yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selada merupakan tanaman

yang cocok dibudidayakan secara hidroponik. Manipulasi aerasi zona perakaran

perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan oksigen. Aerasi adalah

suatu hal yang esensial untuk mendukung aktifitas perakaran walapun hal ini

sangat beragam antar species tanaman, (Anas dkk. 2004: 17). Adapun klasifikasi

tanaman selada sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Campanulales

Famili : Compositae

Spesies : Lactuca sativa L. ( Resti. 2009:24).

Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan

untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari pada suhu 15-

25 0C. Tanaman selada tumbuh dengan baik pada suhu harian 15-20

0C dan suhu

malam 10 0C. Pembudidayaan selada di daerah tropis tumbuh dengan baik di

Page 27: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

7

dataran tinggi. Pada budidaya selada konvensional, tanah yang cocok untuk

pertumbuhan selada yaitu jenis tanah dengan struktur yang bagus dan kesuburan

tinggi dan kurang bagus pada tanah alkali berpasir-lempung. Tanaman selada ini

tidak toleran tanah masam (pH < 6). Kebutuhan hara tanaman selada yaitu N 100

kg/ha, P2O5 100 kg/ha, K2O 80 kg/ha, dan pupuk organik 30 ton/ha.

Produktivitas selada jenis head di daerah tropis sebesar 5-10 ton/ha, sedangkan

jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha, (Mas’ud, 2009: 133).

Budidaya selada hidroponik di dalam green house termasuk mudah di

kerjakan. Hal penting yag harus diperhatikan yaitu suhu di dalam green house.

Bolting, tipburn, warna daun pucat, dan rendahnya perkecambahan terjaadi jika

suhu udara diatas 25 0C. Selain itu juga komposisi larutan hara harus tepat,

misalnya kekurangan Ca dapat mengakibatkan tipburn. Konsentrasi unsur hara

dalam larutan hara yang biasa digunakan oleh beberapa petani selada hidroponik

tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Konsentrasi Unsur Hara dalam Larutan Hara yang Digunakan

Beberapa Petani Selada Hidroponik

Unsur Hara Konsentrasi (mg/L)

Hara Makro

Netrogen (N)

Fosfor (P)

Kalsium (Ca)

Magnesium (Mg)

100-200

15-90

122-220

26-96

Hara Mikro

Boron (B)

Tembaga (Cu)

Besi (Fe)

Mangan (Mn)

Molibdenum (Mo)

Seng (Zn)

0.14-1,5

0,07-0,1

4-10

0,5-1.0

0,05-0,06

0,5-2,5 Sumber : Jones dalam Kosmas (2012: 4)

Page 28: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

8

Selada sangat beragam jenisnya, merupakan tanaman herbal tahunan atau

dua musim, dan memiliki tinggi tanaman antara 30-70 cm. Susunan daun selada

beragam tergantung kultivarnya, ada yang membentuk krop dan tidak membentuk

krop. Tetapi ukuran dan warna daun pun berbeda-beda tergantung kultivarnya.

Menurut Zulkarnain (2013:98-99), mengemukakan lima tipe kultivar dari tanaman

selada, yaitu:

1. Kelompok kultivar selada Butterhead Lettuce (L. sativa var capitata L. nidus

tennerima Helm) memiliki kepala (krop) dengan daun-daun yang lembut dan

lunak dan di konsumsi dalam untuk segar (mentah). Jenis ini sangat populer

di Inggiris, Perancis, Belanda, dan di negara-negara Eropa bagian Barat dan

Tengah lainya.

2. Kelompok kultivar selada Crisphead Lettuce (L. sativa var. capitata L. nidus

jaggeri Helm) memiliki kepala (krop) dengan daun-daun tebal dan renyah,

susunan tulang daun menyerupai kipas, dan dikonsumsi dalam bentuk segar

(mentah). Selada jenis ini banyak di budidayakan di Amerika Serikat (Mikel

dalam Zulkarnain, 2013:98) dan dibelahan dunia lain, seperti negara-negara

Eropa bagian Barat dan Tengah yang meliputi Belanda, Inggris, Prancis,

Spanyol, Belgia, Jerman, Polandia, Ceko, Jepang, Cina dan Australia

(Lebeda dalam Zulkarnain, 2013:98).

3. Kelompok kultivar selada Los Lettuce atau Romaine Lettuce (L. sativa var.

longifolia Lam., var Romana Hort. in Bailey) memiliki kepala (krop) panjang

dan longgar (kadang-kadang menyatu), daun berbentuk bulat memanjang

(oblong) dengan tulang daun utamayang menojol sampai hampir ke ujung

Page 29: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

9

daun, dan dikonsumsi dalam bentuk segar atau dimasak. Sebutan Cos (Kos)

berasal dari nama sebuah pulau di Yunani, dimana tanaman ini telah

dibudidayakan sejak lama. Selada ini banyak dibudidayakan di kawasan

Meditarania Eropa, Asia bagaian Barat dan Afrika Utara (Rayder dalam

Zulkarnain, 2013:98).

4. Kelompok kultivar selada Cutting Lettuca atau selada potong (L. sativa var.

acephala Alaf., syn. var. secalina Alif., syn. var. cripa L.) merupakan jenis

selada yang tidak membentuk kepala (krop), dapat dipanen utuh atau kadang-

kadan dipanen hanya daunya, dan dikonsumsi dalam bentuk segar (mentah).

Selada jenis ini sangat populer di Amerika Serikat, Italia, Prancis, Ceko, dan

Slowakia (Vries dalam Zulkarnain, 2013:99). Morfologi selada ini sangat

hetorogen, mulai dari hanya tepi daun yang kriting sebagaian sampai dengan

daun kriting seluruhnya, atau tepi daun yang kriting sebagaian sampai dengan

berlekuk daun. Bentuk daun yang memanjang atau melebar menyebabkan

efek saling menaungi sehingga menimbulkan warna hijau dengan berbagai

tingkatan, serta berbagai pola dan kadar antosisanin yang berbeda.

5. Kelompok kultivar Stalk (Asparagus) lettuce atau selada batang (L. sativa

var. anggustana Irish ex Bremer, syn. var. asparagiana Bailey, syn. L.

angustana Hort. in Vilm). memiliki batang yang membesar, yang dikonsumsi

dalam bentuk segar (mentah) atau masak terlebih dahulu seperti asparagus.

Menurut Lindqvist dalam Zulkarnain (2013:99), ada dua kultivar selada

batang yang dikenal, yaitu kultivar yang memiliki daun berwarna abu-abu

Page 30: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

10

muda yang mirip daun selada Cos, dan kultivar yang memiliki daun yang

panjang dngan pangkal lebar dan ujungnya meruncing.

Kandungan gizi masing-masing jenis selada berbeda-beda. Selada jenis

head yang daunya berwarna hijau cerah memiliki lebih sedikit unsur mikro

dibandingkan dengan jenis leaf, daun yang berwarna hijau gelap memiliki bayak

karotan, besi, dan vitamin C. Jenis crisphead kandungan nutrisinya lebih rendah

daripada butterhead. Secara umum daun selada tiap 100 g mengandung air 94 g.

protein 1.2 g, lemak 0.2, serat 0.7 g, abu 0.7 g. Tanaman selada sangat rendah

karbohidrat, protein, dan lemak.

Nilai gizi dan manfaat sayuran selada rendah kalori dan sumber antioksidan,

serta vitamin K. Serta selain itu, selada memiliki kandunggan vitamin A dan C

yang tinggi, bahkan selada jenis romaine (varietas romana) dan selada mentega

(varietas capitata nidus tenerrima) mengandung vitamin C, 5-6 kali vitamin A, 5-

10 kali lebih tingggi lebih dibandingkan selada jenis criesphead (varietas capitata

nidus jagari). Selain mengandung vitamin C dan A yang tinggi, selada romaine

dan selada mentega juga merupakan sumber asam folat yang potensial.

Menurut Zulkarnain (2013:108-109), selada jenis roman lettuce sebanyak

100 g cukup untuk memenuhi 34% kebutuhan asam folat dalam tubuh. Nilai gizi

tanaman selada di sajikan pada Tabel 2.

Page 31: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

11

Tabel 2. Komposisi Kimiawi per 100 g Tanaman Selada

Senyawa Kadar Nutrisi Air Kebutuhan

Harian %

Energi (Kalori) 15,00 1,00

Karbohidrat (g) 2,75 2,00

Protein (g) 1,36 2,00

Lemak (g) 0,15 0,50

Serat (g) 1,30 3,00

Folat (µg) 38,00 9,50

Niasin ( mg) 0,375 2,00

Asam pantotenat (mg) 0,135 2,50

Piridoksi (mg) 0,090 7,00

Riboflavin(mg) 0,080 6,00

Tiamin (mg) 0,070 6,00

Vitamin A (IU) 7,405,00 247,00

Vitamin C (mg) 9,20 15,00

Vitamin E (mg) 0,29 2,00

Vitamin K (µg) 126,30 105,00

Natrium (mg) 28,00 2,00

Kalium (mg) 194,00 4,00

Kalsium (mg) 36,00 3,50

Tembaga (mg) 0,029 3,00

Besi (mg) 0,86 10,00

Magnesium (mg) 13,00 3,00

Mangan (mg) 0,250 11,00

Fosfor (mg) 29,00 4,00

Seng (mg) 0,18 1,50

β-karoten 4,443,00 -

Lutein-zeasantin 1,730,00 - Sumber : Zulkarnain (2013:109)

Menurut Anas dkk (2004: 17). Umur panen selada berbeda-beda menurut

kultivar dan musim, berkisar antara 30 hari dan 85 hari setelah pindah tanam.

Bobot selada sangat beragam mulai dari 100 g sampai 400 g, bobot ini dapat di

capai pada budidaya di lahan terbuka dengan jarak tanam 20 cm antar tanam.

Menunda panen untuk mencapai bobot tanaman yang lebih tinggi menjadi lebih

semakin kurang menguntungkan, dan biasa menguntungkan untuk memulai daur

penanaman baru.

Page 32: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

12

2.2 Hidroponik

Menurut Roidah (2014: 44) Istilah hydroponics berasal dari kata Yunani

hydro yaitu air dan ponos yaitu pengerjaan. Sehingga secara umum berarti syistem

budidaya pertanian tanpa mengunakan tanah tetapi mengunakan air yang berisi

larutan nutrisi.

Hidroponik budidaya tanaman tanpa mengunakan tanah, tetapi mengunakan

media inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau sawdust, yang

diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen esensial yang diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman (Poerwanto dan Susila,

2014:121).

Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan

kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional

(Rosliani dan Sumarni, 2005: 3).

Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :

1. Penggunaan lahan lebih efisien,

2. Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,

3. Tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,

4. Ruantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,

5. Penggunaan pupuk dan air lebih efisien,

6. Periode tanam lebih pendek, dan

7. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.

Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :

1. Membutuhkan modal yang besar;

Page 33: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

13

2. Pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang

patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan

terkena serangan tersebut; dan

3. Pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil

daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah

nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang

cepat dan stres yang serius.

2.2.1 NFT (Nutrien Film Technique)

Nutrient Film Technique adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.

Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.

Persemean biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.

Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper.

Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi dalam priode waktu tertentu.

Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang “aqueous” dan

“gaseous” yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman (Poerwanto dan

Susila, 2014:123).

Menurut Anas dkk, (2004:16), Nutrient Film Technique (NFT) merupakan

metode penanaman dimana akar berada dalam sirkulasi aliran air tipis yang

mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman.

2.2.2 DFT (Deep Flow Technique)

Menurut Poerwanto dan Susila (2014:123), Deep Flow Technique sistem

hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal

diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman di tanam di

Page 34: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

14

atas panel tray (flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam, mengapung diatas

kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.

Deep Flow Technique (DFT) metode budidaya tanaman hidroponik dengan

meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dalam, kedalaman berkisaran

antara 4-6 cm. Prinsip kerja mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus

menerus selama 24 jam, (Wirawan dkk, 2005:64).

2.2.3 Talang Bertingkat

Menurut Bachri (2016), sistem hidroponik talang bertingkat adalah

kaitannya dengan peningkatan kapasitas produksi dibandingkan dengan sistem

hidroponik dengan instalasi rak talang horizontal/datar. Melalui sistem ini, luasan

lahan yang sama akan memberikan hasil yang panen lebih banyak dibandingkan

dengan hidroponik horizontal. Artinya, pemanfaatan lahan yang digunakan

menjadi lebih maksimal.

Prinsip yang dijalankan perusahaan adalah seharusnya sistem hidroponik

harus bisa memiliki kelebihan dengan tanaman yang ditanam di tanah, selain dari

sisi kualitas sayuran yang dihasilkan karena pemberian nutrisi yang sesuai.

Menggunakan sistem instalasi talang bertingkat, perusahaan dapat meningkatkan

kapasitas produksi sayurannya hingga hampir tiga kali lipat dibandingkan sistem

hidroponik horizontal.

2.2.4 Pengelolaan Air

Kualitas air faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam budidaya

tanaman. Tanaman terdiri atas 80-90% air (Poerwanto dan Susila, 2014:243).

Kualitas air dapat di tentukan dari apa yang terkandung dari apa yang terkandung

Page 35: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

15

sumbernya (sumur atau sungai), juga tingkat kemasamanya. Air adalah pelarut

yang dapat mengandung jumlah tertentu garam-garam terlarut. Salah satu garam

terlarut tersebut adalah pupuk. Untuk menyediakan sumber hara yang cukup bagi

tanaman, pupuk perlu dilarutkan di dalam air.

Kualitas air dapat ditentukan dengan keberadaan partikel fisik (pasir,

limestone, bahan organik), jumlah bahan terlarut (hara dan bahan kimia nonhara),

dan Ph air. Beberapa hal yang berhubungan dengan kualitas air dan perlu diteliti

di laboratorium adalah electrical conduktivity (EC), Ph, konsentrasi sulfat (SO4),

sodium (Na), besi (Fe), dan bikarbonat (HCO3). Keadaan air juga berhubungan

juga dengan kandungan Ca dan Mg yang juga perlu diperhitungkan dalam

perhitungan pupuk (Poerwanto dan Susila, 2014:243).

Maksimum konsentrasi yang diperlukan dalam part per millions (ppm)

garam-garam terlarut untuk budidaya tanaman di dalam green house disajikan

pada Tabel 3. Parts per million adalah satu satuan pengukuran jumlah ion terlarut

atau garam terlarut dan biasanya digunakan untuk mengukur konsentrasi garam-

garam pupuk didalam larutan hara. Tingkat konsentrasi ion terlarut dapat juga

dinyatakan dalam milligram/liter larutan. Terdapat hubungan antara

milligram/liter (mg/l) dan ppm, dimana 1 mh/l sama dengan 1 ppm.

Uji kualitas air juga meliputi pH atau tingkat kemasaman air. Sekalipun

suatu sumber air telah ditetapkan sebagai sumber air yang baik untuk produksi

tanaman, akan tetapi harus tetap dimonitor secara rutin untuk memastikan bahwa

terjadinya fluktuasi kualitas air tidak mempengaruhi produksi tanaman.

Page 36: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

16

Tabel 3. Konsentrasi Maksimum Ion Garam Terlarut dalam Air untuk

Budidaya Tanaman

Elemen Konsentrasi Maksimum (ppm)

Nitrogen (NO3-N) 5

Fosfor (H2PO4-P) 5

Kalium (K+) 5

Kalsium (Ca++

) 120

Magnesium (Mg++

) 25

Klor (CI-) 100

Sulfat (SO4--) 200

Bikarbonat (HCO3-) 60

Natrium (Na++

) 30

Besi (Fe+++

) 5

Boron (B) 0,5

Seng (Zn++

) 0,5

Mangan (Mn++

) 1,0

Tembaga (Cu++

) 0,2

Molibdenum (Mo) 0,02

Flour (F) 1

Ph 75

E.C. 1 Sumber : Poerwanto dan Susila (2014: 244)

2.3 Pemupukan

Larutan hara untuk pemupukan tanaman hidroponik diformulasikan sesui

dengan kebutuhan tanaman mengunakan kombinasi garam-garam pupuk. Jumlah

yang diberikan di sesuikan dengan kebutuhan optimal tanaman. Program

pemupukan tanaman melalui hidroponik walapun kelihatanya sama untuk berbgai

jenis tanaman sayuran, tetapi terdapat perbedaan kebutuhan setiap tanaman

terhadap hara. Pupuk yang dapat digunakan dalam sistem hidroponik harus

mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi.

Banyak diformulasikan berbagai macam larutan hara untuk hidroponik

akhir-akhir ini, tetapi pada dasarnya pengunaan hara standaruntuk tujuan

komersial tidak berubah banyak dari komposisi hara tanaman yang dideskripsikan

para ahli pada tahun 1800-an. Sebagaian besar tanaman hijau memperlukan total

Page 37: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

17

16 elemen kimia untuk mempertahankan hidupnya. Dari total elemen ini hanya 13

yang dapat diberikan sebagai pupuk lewat perakaran tanaman, sedangkan 3 yang

lain (oksigen, karbor dan hidrogen) dapat dari udara dan air (Poerwanto dan

Susila, 2014:128).

Formulasi pupuk hidroponik untuk budidaya tanaman secara hidroponik

biasanya cukup rumit karena menyangkut berbagai macam unsur yang berasal

dari berbagai macam sumber pupuk. Beberapa garam pupuk tersebut ada yang

berbentuk tunggal maupun majemuk. Program computer “IFF SYSTEM” telah

dikembangkan untuk mempermudah penghitungan hara untuk budidaya sayuran

secara hidroponik berdasarkan kebutuhan hara tanaman dan kandungan analisis

air (Poerwanto dan Susila, 2014:132). Beberapa sumber pupuk yang dapat

digunakan dalam formulasi pupuk hiroponik disajikan dalam Tabel 4.

Page 38: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

18

Tabel 4. Beberapa Jenis Pupuk untuk Formulasi Hara Tanaman pada

Program Budidaya Tanaman Sayuran Secara Hidroponik

Hara Pupuk Hara

Hara Makro

Nitrogen Kalsium nitrat

15,5-0-0

15,5% nitrogen (N03-N)

19% kalsium

Potasium pnitrate

13-0-44

13% netrogen (N03-N)

37% potasium

Ammonium nitrate

34-0-0

17% netrogen (N03-N)

17% netrogen (N04-N)

Phosphorus Monopotasium phosphate

0-53-44

23% phosphorus

29% potassium

Potassium Potassium nitrate

13-0-44

37% potassium

13% nitrogen (N03-N)

Potassium sulfar

0-0-50

41,5% potassium

17% sulfur

Monopotassium phosphate

0-53-44

23% phosphorus

29% potassium

Potassium chlorida

0-0-60

49% potassium

26% chlorine

Kalsium Kalsium nitrate

15,5-0-0

19% kalsium

15,5% (N03-N)

Kalsium chlorida

CaCl2-2H2O

27% kalsium

48% chlorine

Magnesium Magnesium sulfat

MgSO4-7H2O

10% magnesium

13% sulfar

Magnesium netrat

Mg (N03-N)2-6H2

10% magnesium

11% mitrogen (N03-N)

Sulfur Magnesium sulfat

MgSO4-7H2O

10% magnesium

13% sulfur

Potasium sulfur

0-0-50

41,5% potasium

17% sulfur

Clorine Kalsium chloride

CaCl2-2H2O

27% kalsium

48% chlorine

Potassium chlorida

0-0-60

49% potassium

26% chlorine

Hara Mikro

Iron Irone chelate 13% iron

Manganesa Manganese chelate 13% manganese

Copper Copper chelate 14% copper

Molybdenum Sodium molybdate 39% molybdenum

Boron Borox 15% boron Sumber : Poerwanto dan Susila (2014: 133)

Page 39: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

19

2.4 Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi)

Menurut Poerwanto dan Susila (2014: 135), air dan pupuk diberikan secara

bersamaan sebagai larutan hara. Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesui

dengan umur dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman terhadap hara dan

terus meningkat sejak persemean sampai tanaman menghasilkan.

Secara umum lebih baik meningkatkan frekuansi penyiraman daripada

meningkatkan jumlah air yang diberikan pada tanaman yang mendekati masa

panen. Frekuensi pemberian air juga dapatuntuk mengatur keseimbangan fase

vegetatif/generatif tanaman. Pada jumlah volume yang tetap, semakin banyak

frekuansi penyiraman tanaman akan cenderung mengalami perubahan vegetatif,

sebaliknya semakin jarang frekuansi cenderung mendorong pertumbuhan

generatif.

Jadwal fertigasi untuk budidaya tanaman sayuran di dalam greenhouse

secara hidroponik serta kisaran pH masuk dan pH keluar disajikan pada Tabel 5.

Pengukuran EC larutan hara dapat dipakai sebagai ukuran tingkat pemberian hara

pada tanaman. EC larutan hara yang memiliki target netrogen 200 ppm, kira-kira

sebesar 2,5 mmhos. Tentu saja jumlah hara yang lain secara proposional

mengikuti jumlah netrogen. Monitoring EC dan pH dapat dilakukan pada EC

masuk (sebelum melewati media tanam) dan EC keluar (setelah melewati media

tanam). Hal ini dapat memantau kecukupan hara selama pertumbuhan tanaman.

Tingkat pH optimum adalah 5,8, aktivitas perakaran biasanya dapat menurunkan

pH sekitar perakaran. Untuk mengatasi hal tersebut perlu digunakan pupuk yang

tidak bersifat masam. Tidak direkomendasikan mengunakan pupuk masam pada

Page 40: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

20

pH larutan 5,5, pengunaan amonium nitrat pada 2-5 ppm (NH4-N) akan

menurunkan pH perakaran karena pengaruh asam dari pupuk tersebut.

Tabel 5. Jadwal Fertigasi Untuk Budidaya Tanaman Sayuran Secara

Hidroponik

Umur Tanaman Waktu Pemberian

(WIB)

Vol.

(ml/tan)

EC (mS/cm)

Suhu <30

RH

>50%

Suhu >30

RH

<50%

Masuk Keluar

Fase Vag.I

(1-6 MST)

07.00 07.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8

09.00 09.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8

11.00 10.30 100 1,6-1,7 1,3-1,8

13.00 12.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8

15.00 13.30 100 1,6-1,7 1,3-1,8

15.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8

Fase Vag. II

(6-8 MST),

Berbunga dan

mulai berubah

07.00 07.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1

09.00 09.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1

11.00 10.30 150 1,8-1,9 2,0-2,1

13.00 12.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1

15.00 13.30 150 1,8-1,9 2,0-2,1

15.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1

Fase Gen.

(>8 MST)

Pematangan buah

07.00 07.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2

09.00 09.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2

11.00 10.30 250 2,0-2,1 2,1-2,2

13.00 12.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2

15.00 13.30 250 2,0-2,1 2,1-2,2

15.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2 Sumber : Poerwanto dan Susila (2014: 137)

Manajemen fertigasi merupakan cara yang fleksibel dalam pemberian pupuk

untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pertani dapat dengan mudah menyesuaikan

jumlah dan jenis pupuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman berdasarkan tingkat

perkembangan. Pemberian hara yang dapat sesuai dengan kebutuhan tanaman

adalah salah satu “keyword” dalam budidaya tanaman secara hidroponik,

sehingga kesuksesan dalam manajemen larutan hara merupakan juga kesuksesan

dalam berbisnis tanaman secara hidroponik.

Page 41: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

21

2.5 Electrical Conductivity (EC)

Menurut Rosliani dan Sumarni (2005: 8), kunci utama pemberian nutrisi

atau pupuk pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik

atau electrical coductivity (EC) atau aliran listrik di dalam air dengan mengunakan

alat EC meter. EC ini untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk

tanaman, karena kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada

konsentrasinya.

Hasil analisis air juga dilakukan terhadap Electrical Conductivity (EC).

Kemampuan air sebagai penghantar listrik dipengaruhi oleh jumlah ion atau

garam yang terlarut didalam air. Semakin banyak garam semakin tinggi daya

hantar listrik yang terjadi. Menurut Poerwanto dan Susila (2014:243), Electrical

Conductivity merupakan pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi garam

yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum kesesuaian air untuk

budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi hara di zona perakaran yang

merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan hara kepada tanaman.

Satuan pengukuran EC adalah millimhous per centimeter (mmhos/cm),

millisiemens per centimeter (mS/cm), atau micro-siemens per centimeter. Air yang

sesuai untuk budidaya tanaman di dalam greenhouse sebaiknya mempunyai EC

yang tidak melebihi 1,0 mmhos/cm (EC=1), (Poerwanto dan Susila, 2014:244).

2.6 Kemasaman (pH) Air

Menurut Poerwanto dan Susila (2014:245), kemasaman dan kebasaan dari

air dalam pH diukur dalam sekala 0 sampai 14. Angka yang semakin rendah

menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam, sebaliknya semakin tinggi pH

Page 42: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

22

semakin alkalin. Sekala pH adalah logaritmik, artinya peningkatan 1 angka,

misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali peningkat alkalinitasnya, demikian juga

sebaliknya.

Pada lokasi tertentu, pH air cukup alkalin dengan pH 7,0-7,5. Alkalinitas air

ini menigkat dengan bertambahnya konsentrasi Bikarbonat (HCO3). Pengukuran

pH mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara

sangat menentukan tingkat kelarutan unsur hara dan ketersediaan hara bagi

tanaman (Poerwanto dan Susila, 2014:245).

Kondisi pH optimum larutan hara yang mencerminkan ketersediaan hara

bagi tanaman berkisar dari 5,5-6,0. pengaturan pH larutan dapat dilakukan

mengunakan larutan asam seperti asam fosfat dan asam nitrat. Ketika bahan-bahan

tersebut digunakan, kandungan N, P yang terikat harus diperhitungkan dalam

pemberian hara.

Jumlah yang diperlukan untuk mengatur pH biasanya bergantung

konsentrasi bikarbonat (HCO3) di dalam air. Jumlah ini diketahui dari analisis air

yang dinyatakan dalam ppm. Target pH larutan hara biasanya 5,8 atau setara

dengan 60 ppm konsentrasi bikarbonat. Bila kandungan air yang digunakan untuk

melarutkan hara mempunyai pH 8,1 dan bicarbonat 207 ppm, maka 200 ppm-60

ppm = 140 ppm bikarbonat yang perlu di netralkan untuk mengurangi pH dari 8,1

menjadi 5,8. Untuk menetralkan 61 ppm atau 1 miliequivalen bicarbonate

memerlukan kurang lebih 70 ml asam phosphat 85% atau 76 ml asam nitrat 67%

per 1.000 liter air, sehingga untuk menetralkan 140 bicarbonat diperlukan

beberapa hal sebagai berikut.

Page 43: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

23

1. Mengunakan Asam Phosphat 85%

140/61 = 2,3 miliequivalen bicarbonate yang harus dinetralkan 2,3

miliequivalen x 70 ml asam phosphat 85% untuk setiap miliequivalen = 2,3 x

70 ml = 161 ml asam phosphat 85% untuk setiap 1.000 liter air.

2. Mengunakan Asam Nitrat 67%

miliequivalen bicarbonate yang harus dinetralkan. 2,3 miliequivalen x 76 ml

per milliequivalen = 2,3 x 76 ml = 174,8 ml Asam Nitrat 67% untuk setiap

1.000 liter air.

Perhitungan tersebut harus dilakukan untuk setiap sumber air sesuai dengan

hasil analisis kandungan bicarbonat. Asam mempunyai sifat yang korosif

sehingga harus ditangani secara hati-hari (Poerwanto dan Susila, 2014:246).

2.7 Usahatani

Menurut Soekartawi (2016:1), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan

efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan

efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-

baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut

mengeluarkan output yang melebihi input.

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir factor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sabaik-baikny

(Suratiyah, 2009:8).

Page 44: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

24

Produktivitas usahatani semakain tinggi bila petani atau produsen

mengalokasikan faktor produksi berdasarkan prinsip efesiensi teknis dan efesiensi

harga, (Shinta, 2011:35-55). Faktor produksi dalam usahatani memiliki

kemampuan terbatas untuk memproduksi dalam usahatani memiliki kemampuan

terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan, tetapi dapat ditingkatkan nilai

produktivitasnya melalui produktivitasnya yang tepat, misalnya faktor produksi

lahan. Berikut uraian dari masing-masing faktor produksi dalam usahatani.

1. Faktor Alam

Faktor alam dalam usahatani merupakan faktor penting, sehingga dalam batas

tertentu petani sebagai pelaku usahatani harus menyesuaikan kegiatan

usahataninya dengan kondisi alam. Hal ini disebabkan oleh karakteristik

usaha pertanian yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Faktor alam

dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan alam sekitarnya dan faktor

tanah. Faktor alam sekitar yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air,

suhu dan lain sebagainya. Iklim menjadi faktor penentu komoditas yang

ditanam di suatu daerah karena setiap komoditas pertanian memiliki

spesifikasi yang berbeda untuk dapat tumbuh, salah satunya kecocokan

dengan iklim di lokasi usahtani. Selain itu, iklim juga berpengaruh terhadap

cara mengusahakan serta teknologi yang akan digunakan. Faktor alam yang

lain adalah tanah. Tanah juga merupakan faktor produksi yang penting karena

tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani

keseluruhannya. Jenis-jenis tanah yang terkait dengan kesuburan, lokasi, luas,

Page 45: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

25

dan kemiringan akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Tentu saja faktor

tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya.

2. Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan

untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki,

perempuan dan anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga.

Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan dan sambatan

(tolong-menolong, misalnya arisan dimana setiap peserta arisan akan

mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada anggota lainnya). Petani

adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau

seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi

usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.

3. Faktor Modal dan Peralatan Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja

adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan

substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan

peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat

yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu dengan modal dan peralatan,

penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.

4. Faktor Manajemen

Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam sekitarnya,

tenaga kerja, modal, serta peralatan. Akan tetapi, harus ada yang mengatur

penggunaan faktor-faktor produksi tersebut agar dapat bersinergi dengan baik

sehingga mencapai tujuan usahatani. Manajemen sebenarnya melekat pada

Page 46: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

26

tenaga kerja dan petani merupakan pihak yang berperan sebagai manajer.

Untuk meraih keberhasilan usahatani sangat ditentukan oleh pengambilan

keputusan yang berdasarkan pada tujuan-tujuan usahatani, permasalahan,

serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat

dan akurat. Oleh karena itu, kemampuan, pengetahuan sedangkan modal dan

peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja.

Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat

memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu,dengan

modal dan peralatan, penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.

2.7.1 Biaya Usahatani

Penggunaan input produksi akan berpengaruh pada besar kecilnya biaya

usahatani. Menurut Soekartawi (2016:56), biaya usahatani diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).

Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak ataupun sedikit. Jadi besarnya biaya

tetap tidak bergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya

tetap antara lain pajak, sewa tanah, alat pertanian, iuran irigasi dan listrik. Biaya

variabel merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang

diperoleh. Biasanya komponen yang termasuk biaya variabel adalah sarana

produksi, upah tenaga kerja dan biaya angkut. Jika biaya tetap dan biaya variabel

dijumlahkan maka akan didapatkan biaya total.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973:14) definisi biaya usahatani atau

disebut juga pengeluaran usahatani adalah nilai semua masukan yang terpakai

Page 47: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

27

atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai

dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan

uang seperti biaya pada pembeliaan sarana produksi dan biaya upah tenaga kerja.

Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya

pendapatan kerja petani kalau modal milik petani sendiri (lahan). Modal yang

digunakan petani diperhitungkan sebagai modal pinjaman meskipun modal itu

milik sendiri karena modal tersebut dapat dialokasikan untuk beberapa alternatif

penggunaan, sehingga harus memperhitungkan juga jasa modal milik petani yang

dihitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku. Tenaga kerja keluarga dinilai

upah yang berlaku.

Biaya atau pengeluaran mencangkup juga penurunan inventaris usahatani.

Nilai inventaris berkurang apabila hilang, rusak atau terjadi penyusutan.

Penyusutan terjadi karena pengaruh umur atau karena dipakai. Tujuan utama dari

dari analisis pendapatan usahatani menurut Soeharjo dan Patong, (1973:23) adalah

mengambarkan tingkat keberhasilan kegiatan usahatani dan menggambarkan

keadaan yang akan datang dari perencanaan yang dibuat.

2.7.2 Penerimaan

Menurut Hernanto (1995:56), penerimaan usahatani adalah penerimaan

dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan

hasil, dan nilai yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani merupakan total

penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi.

Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang

Page 48: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

28

diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya

sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang

dimilikinya.

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan

bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan

bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani

dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai

semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga

kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai

total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

tidak dijual (Soerkartawi, 2016:85).

Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan,

dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses

produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan

usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan

sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Di samping

itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat

penggunaan input pertanian. Menurut Soerkartawi (2016:87), penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Biaya usahatani

adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan

pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran

usahatani.

Page 49: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

29

2.7.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Soerkartawi (2006:54), pendapatan usahatani adalah perkalian

antara volume produksi yang di peroleh dari harga jual. Harga jual adalah harga

teransaksi antara petani (penjual) dan pembeli untuk setiap komoditas untuk

satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai

pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kwintal, ikat, dan sebagainya.

Menurut Soekartawi dalam Agustian (2016:11), pendapatan usahatani

dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern usahatani. Faktor intern

usahatani meliputi kesuburan tanah, luas tanah garapan, ketersediaan tenaga kerja

keluarga, ketersediaan modal, penggunaan teknologi, pola tanam, lokasi tanaman,

fragmentasi lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi

penggunaan input serta tingkat pengetahuan dan keterampilan (petani dan tenaga

kerja). Sedangkan faktor ekstern usahatani meliputi sarana transportasi, sistem

tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan

input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat serta kebijakan

pemerintah.

Beberapa definisi dikemukakan oleh Soekartawi dalam Agustian

(2016:11), berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan yaitu:

1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima

dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak

mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.

Page 50: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

30

2. Pengeluaran tunai (farm payment) adalah jumalh biaya yang dikeluarkan

untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, dan tidak mencakup

bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.

3. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) adalah selisih antara

penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani.

4. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) adalah penerimaan dari

semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris,

nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.

5. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive) adalah semua biaya-

biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani

dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi

pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris

dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.

Analisis pendapatan pada kegiatan usahatani dilakukan untuk menilai dua

hal, yaitu untuk menggambarkan keadaaan yang terjadi saat ini serta

menggambarkan keadaan di masa datang pada usahatani yang dijalankan.

Pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan usahatani yang

dijalankan (Soerkartawi dalam Agustian, 2016:12). Pendapatan usahatani

merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi (lahan, modal,

tenaga kerja dan pengelolaan). Sedangkan keuntungan usahatani merupakan

selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran atau biaya produksi

usahatani. Penerimaan usahatani didapatkan melalui nilai produk yang dijual serta

kenaikan nilai inventaris. Sedangkan Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya

Page 51: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

31

produksi (biaya tetap dan biaya variabel), biaya tunai, biaya diperhitungkan,

penurunan nilai inventaris dan bunga modal.

2.7.4 Analisis Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Rasio)

R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh

biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang

semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani

dalam melaksanakan usahataninya (Soerkartawi, 2016:85).

Selanjutnya menurut Soerkartawi (2016:87), komponen biaya dapat

dianalisis keuntungan usahatani dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C

adalah singkatan dari (Revenue/Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan

antara penerimaan dan biaya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah

usahatani itu menguntungkan atau tidak dan layak untuk dikembangkan. Jika hasil

R/C Ratio lebih dari satu maka usahatani tersebut menguntungkan, sedangkan jika

hasil R/C Ratio sama dengan satu maka usahatani tersebut dikatakan impas atau

tidak mengalami untung dan rugi dan apakah hasil R/C Ratio kurang dari satu

maka usahatani tersebut mengalami kerugian. Rasio penerimaan atas biaya

produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan

usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui

apakah usahatani menguntungkan atau tidak.

2.8 Penelitian Terdahulu

Sitanggang (2008), menganalisis pendapatan usahatani untuk menganalisis

tingkat pendapatan petani dari kegiatan usahatani organik dan anorganik dan

Page 52: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

32

analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C rasio) untuk mengukur tingkat

efesiensi masing-masing usahatani terhadap setiap pengunaan satu satuan unit

yang memberikan kelipatan atau rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah

biaya. Hasil Analisis pendapatan menunjukkan bahwa produksi rata-rata bawang

daun organik per luasan lahan rata-rata (0,3 ha) per musim tanam adalah 2,250 kg,

sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 27.000.000,- sedangkan

produksi rata-rata bawang daun organik per hektar per musim tanam adalah

18.000 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 216.000.000,-

Produksi rata-rata bawang daun anorganik per luasan lahan rata-rata (0,3ha) per

musim tanam adalah 2.812 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani

sebesar Rp 16.872.000,- sedangkan produksi rata-rata bawang daun anorganik per

hektar per musim tanam adalah 22,500 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh

petani sebesar Rp 135.000.000,-.

Kusumah (2004), analisisi perbandingan usahatani dan pemasaran antara

padi organik dan padi anorganik studi kasus Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan

Bogor Selatan, hasil analisis pendapatan atas biaya tunai petani organik lebih

rendah dari pendapatan atas biyaya tunai petani padi anorganik. Apabila dilihat

dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas

biyaya tunai diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio

yang diperoleh petani padi anorganik, yaitu 2,23. Hal ini berarti bahwa setiap 1

rupiah biyaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan

penerimaan sebesar Rp 1,95, lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani

padi anorganik.

Page 53: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

33

Selain itu, Poetryani (2011), menganalisis perbandingan efesiensi ushatani,

mengestimasi perbandingan pendapatan, serta mengetahui faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap biyaya produksi dan pendapatan usahatani organik dengan

anorganik. Hasil penelitian usahatani padi organik lebih efesien dari segi biaya

dan pendapatan dilihat dari R/C rasio atas biaya total usahatani padi organik

sebesar 5,87 artinya setiap Rp 1 dari biaya total yang dikeluarkan petani padi

organik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 5,87, sedangkan R/C rasio atas

biaya total usaha tani padi anorganik sebesar 3,43 yang berarti bahwa setiap Rp 1

dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik akan memberikan

penerimaan sebesar Rp 3,43. kemudian R/C rasio tunai usahatani organik adalah

sebesar 5,96, yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari biaya tunai yang di keluarkan

oleh petani padi anorganik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,47. hasil

anaisis pendapatan menunjukan endapatan total rata-rata usahatani padi organik

lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik, yaitu masing-masing sebesar

Rp 7,90 juta dan Rp 6,81 juta.

2.9 Kerangka Pemikiran

Adanya permasalahan dengan biaya produksi yang tinggi, pasar yang

belum terbuka secara luas perlu dilakuakan penelitian secara lebih mendalam

terhadap usahatani selada hidroponik yang sedang di kembangkan. Hal ini

dilakukan agar petani dapat memperoleh informasi yang lebih jelas dari usahatani

yang sedang dikembangkannya sehingga keputusan petani untuk melakukan

perubahan dalam sistem usahataninya tidak berdasarkan ikut-ikutan tetapi

berdasarkan perhitungan yang matang.

Page 54: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

34

Oleh karena itu agar petani dapat mengambil keputusan yang tepat, maka

penelitian tentang usaha tani selada hidroponik sistem Deep Flow Technique

(DFT) dan Nutrient Film Techniqu (NFT) ini perlu dibandingkan. Dengan begitu

maka akan di ketahuai usaha tani selada mana yang lebih menguntungkan bila di

lihat dari pendapatan.

Adapun operasional penelitiannya, yaitu dengan cara membandingkan

tingkat pendapatan, R/C rasio yang diperoleh petani dari usahatani selada

hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Techniqu

(NFT). Tingkat pendapatan yang dibandingkan terdiri dua komponen, yaitu

pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Untuk mengetahui

apakah tingkat pendapatan yang diperoleh petani tersebut berbeda nyata atau tidak

maka di lakukan pengujian beda nyata (pengujian hipotesis perbedaan dua mean)

dengan mengunakan alat stastistik.

Pada penelitian ini, selain komponen pendapatan terdapat juga komponen

lain yang dapat dibandingkan, yaitu komponen penenerimaan dan komponen

pengeluaran (tunai dan perhitungan). Berdasarkan perbandingan tersebut

diharapkan diperoleh suatu informasi yang dapat menjelaskan perubahan tingkat

pendapatan, nilai R/C rasio yang diperoleh petani selada hidroponik sistem Deep

Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Techniqu (NFT). Untuk lebih jelasnya

mengenai gambaran dari Penelitan yang akan di lakukan dapet dilihat pada

Gambar 1.

Page 55: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

35

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Biaya Usaha Tani Hidroponik Tinggi

Adanya Inovasi Teknologi

NFT

DFT

Analisis Pendapatan

R/C ratio

Penerimaaan STRUKTUR BIAYA

Biaya Tetap

Biaya Variabel

Ada Perbedaan atau Tidak Sistem DFT dan NFT Usaha Selada

Hidroponik

Uji hipotesis Perbedaan Dua Rata-rata

untuk Membedakan Tingkat

Page 56: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB III

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang dilakukan adalah menggunakan kombinasi antara 2

metode, yaitu: riset eksploratif berupa studi kasus di Specta Farm dan riset

deskriptif berupa observasi lapang dan wawancara terstruktur dengan pengelola

Specta Farm.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan Specta Farm Jl. Raya Ciapus, Kampung Jamik,

Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provensi Jawa Barat.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian

dilakukan pada bulan Agustus 2017 hingga bulan September 2017. Dalam kurun

waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan yang terkait

dengan penelitian.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari data langsung perusahaan yang berupa hasil

pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan Specta

Farm. Sedangkan data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca,

mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau

majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainya yang berhubungan

dengan masalah yang akan di bahas.

Page 57: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

37

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penulis dalam mengumpulkan data dan keterangan-keterangan pada

penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, dan studi

literatur.

1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung obyek penelitian

sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan atau kondisi tempat

penelitian.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun (kuisioner) kepada direktur Specta Farm.

3. Studi literatur, yaitu pengumpulan data dengan mencari, membaca, dan

memahami informasi-informasi yang terkait denga penelitian seperti buku-

buku, jurnal, karya ilmiah, dan data lainnya.

3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif

disajikan secara narasi, sedangkan data kuantitatif diolah dengan mengunakan alat

bantu berupa kalkulator dan memulai program Microsoft Excel. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis biaya usahatani, analisis penerimaan

usahatani, analisis pendaptan usahatani, analisis penerimaan atas biaya (R/C

Ratio), dan uji hipotesis perbedaan dua rata-rata untuk membedakan tingkat

pendapatan.

3.4.1 Biaya Usahatani

Menurut Soekartawi (2016:57), menjelaskan bahwa total biaya atau total

cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya tidak tetap

atau variable cost (VC). Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Page 58: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

38

TC = FC + VC

Dimana:

TC : total biaya usahatani hidroponik (total cost)

FC : biaya tetap usahatani hidroponik (fixed cost)

VC : biaya tidak tetap usahatani hidroponik (variable cost)

3.4.2 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual Shinta (2011:83). Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus

sebagai berikut:

TR = P x Q

Dimana:

TR : total penerimaan (total revenue)

Q : produksi yang diperoleh dalam usahatani hidroponik

P : harga jual selada hidroponik

3.4.3 Pendapatan Usahatani

Menurut Shinta (20011:88), pendapatan usaha adalah selisih antara

penerimaan dan seluruh biaya. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai

berikut :

π= TR – TC

Dimana:

π : pendapatan usahatani

TR : total penerimaan hidroponik (total revenue)

Page 59: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

39

TC : total biaya hidroponik (total cost)

Menurut Shinta (2011:88), bila menggunakan analisis ekonomi, maka TC

biasanya lebih besar daripada menggunakan analisis finansial.

3.4.4 Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Ratio)

Menurut Shinta (2011:107), analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio)

merupakan perbandingan (rasio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan

biaya (cost). Analisis ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan

dengan total biaya usaha, dengan kriteria hasil :

1. R/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan.

2. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas.

3. R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.

Secara sistematis R/C rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :

R/C Ratio =

Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dari usaha. Usaha tersebut

dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal

ini menunjukan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan

memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh.

3.4.5 Pengujian Hipotesis Perbedaan Dua Rata-rata

Salah satu pengunaan stastistik adalah untuk menguji hipotesis tentang

perbedaan pendapatan. Menurut Supranto (2009:72) distribusi t digunakan untuk

menguji hipotesis mengenai nilai parameter, maksimal 2 populasi (jika lebih dari

2, harus digunakan F), dan dari sempel yang kecil misalnya n < 100, bahkan

Page 60: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

40

sering kali n ≤ 30. Untuk n yang cukup besar (n ≥ 100, atau mungkin cukup n >

30) dapat digunaan distribusi normal, maksudnya tabel normal (tabel z) dapat

digunakan sebagai penganti tabel t.

Hipotesis setastistik yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

H0 : µ1 - µ2 = 0

H1 : µ1 - µ2 ≠ 0 (µ1 tidak sama dengan µ2, atau µ1 berbeda dari µ2)

Dimana :

H0 di terima : NFT sama dengan DFT

H0 di tolak : NFT berbeda dengan DFT

Sedangkan simpangan bakunya dapat dihitung dengan rumus:

√∑ X

Dimana :

Sd : Sampel Setandar Deviasi (simpangan baku sampel artinya rata-rata

penyimpangan skor sampel terhadap rata-rata sampel).

Nilai n > 30 (sampel besar)

X X

x

x

x

x

Dimana:

: simpangan baku

x 1 : kesalahan baku DFT

Page 61: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

41

x 2 : kesalahan baku NFT

X 1 : Rata-rata DFT

X 2 : Rata-rata NFT

n1 : Jumlah data DFT

n2 : Jumlah data NFT

Dimana apabila dan

tak diketahui, dapat diestimasi dengan:

x

x

∑ X X

∑ X X

Dimana :

: Pendugaan DFT

: Pendugaan NFT

X 1 : Rata-rata DFT

X 2 : Rata-rata NFT

n1 : Jumlah data DFT

n2 : Jumlah data NFT

z0 mempunyai distribusi z dengan derajat ke bebasan sebesar n1 + n2 -2. Cara

pengujianya seperti yang sebelumnya, artinya Z0 dibandingkan dengan Z α’ Z α/2’

– Z α/2.

Page 62: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Specta Farm

Specta Farm adalah sebuah usaha tani yang dikelola oleh Zekky Bachri,

beliau adalah seseorang yang punya hobi di bidang pertanian dan

mengembangkannya dengan sungguh-sungguh. Perusahaan ini terletak di

Kampung Jamik, Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Sebagian besar warga Desa Sukalayu berprofesi sebagai petani, bekerja di Kota

Bogor.

Awal mula Zekky memulai usaha tersebut adalah seluas 5 Ha, lahan seluas

4,5 Ha ditanami jambu kristal, lemon, cabai, buncis dan sayuran lainnya, dan

sisanya sekitar 5000 m2 di manfaatkan sebagai lahan hidroponik. Keduanya

mendatangkan keuntungan besar bagi Specta Farm hanya saja hidroponik saat ini

lebih banyak mendatangkan keuntungan, sehingga saat ini Specta Farm lebih

terfokus kepada hidroponik.

Nama Zekky mulai viral di dunia maya sejak kesuksesannya menanam

kangkung secara hidroponik di lahan terbuka tanpa naungan. Hal ini

menyebabkan banyak orang ingin belajar ke Specta Farm agar mendapat kiat-kiat

supaya sukses bertanam hidroponik. Zekky mengaku mendapatkan ilmunya dari

berbagai referensi dengan belajar secara intens dan praktek yang terus-menerus,

meskipun disiplin ilmu beliau bukan pertanian. Lulusan Fisika Universitas

Indonesia ini memang dikenal nekad dan amat berani mengambil resiko melihat

Page 63: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

43

peluang yang ada. Motto beliau, berani melakukan sesuatu hal dengan serius,

maka peluang dan kesempatan akan terbuka.

Sejak tahun 2013 Specta Farm mengalami kemajuan yang pesat dan

signifikan, meskipun masih tergolong baru di kancah pertanian Indonesia. Sampai

saat ini Specta Farm membuktikan eksistensinya dengan terus menerus

berproduksi, menghasilkan sayuran hidroponik berkualitas untuk pangsa pasar

perkotaan.

4.2 Letak Geografis

Secara astronomi Specta Fram terletak antara 540 - 1060 BT dan 60 - 410

LS dengan topografi yang berbukit-bukit, datar, miring dan terletak pada

ketinggian tempat antara 650-750 meter dpl. Secara geografis, Kampung Jamik,

Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

4.3 Struktur Organisasi Specta Farm

Struktur organisasi merupakan komponen yang sangat penting, suatu bagian

yang mengatur jalannya pelaksanaan kegiatan operasional. Untuk lebih jelasnya

mengenai gambar struktur organisasi Specta Farm dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 64: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

44

Gambar 2. Struktur Organisasi Specta Farm

Tugas dan tanggung jawab, masing-masing personil, sebagai berikut :

1. Direktur mempunyai tugas pengambilan strategi dan segala aktivitas yang

terjadi di dalam perusahaan serta bertanggung jawab kepada komisaris

(pemilik perusahaan).

2. Mandor mempunyai tugas mendidik, membimbing serta mengarahkan

aktivitas yang harus dilakukan secara rutin.

3. Sekretariat atau Administratif bertugas memberikan informasi kepada

direktur dan mandor, serta membuat kearsipan perusahaan.

4. Divisi kontruksi mempunyai tugas mendisain dan menbuat bangunan

instalasi hidroponik.

5. Divisi Budidaya mempunyai tugas terkait budidaya tanaman dari persiapan

sampai panen.

Direktur

Sekretaris

Mandor

Kontruksi Pendidikan Budidaya

Kemitraan Pemasaran Perlengkapan dan

Akomodasi

Page 65: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

45

6. Divisi Marketing dan Sales (pemasaran) bertugas memasarkan produk

dengan kualitas dan mutu yang diiinginkan pelanggan secara

berkelanjutan.

7. Divisi Farmer Support dan Sourching (kemitraan) yang bertugas

mengadakan pembelian semua sayuran yang diperlukan untuk di proses

dalam pemenuhan permintaan pelanggan.

8. Divisi Pendidikan bertugas untuk kegiatan penelitian, dan pengembangan,

dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah

murni, dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi.

9. Divisi Perlengkapan dan Akomodasi mempunyai tugas melengkapi

kekurangan dalam perusahaan dalam bentuk perlengkapan yang

dibutuhkan pegawai dan untuk pengiriman barang.

4.4 Sarana dan Prasarana

1. Transportasi

Armada transportasi digunakan untuk operasional bagian umum,

kemitraan, pengadaan, kantor, kebersihan dan pengiriman sayuran.

2. Green House

Specta Farm memiliki 3 buah Green House, sebagai sarana pembenihan

dengan ukuran 5 x 6 m2, sarana penyemaian 5 x 8 m

2, dan sarana

pendewasaan 5 x 8 m2 dalam membudidayakan beberapa komoditas

sayuran.

Page 66: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

46

3. Mess

Specta Faram memiliki tempat istirahat yang dilengkapi 3 kamar mandi

dan toilet untuk pekerja yang tidak pulang, khususnya pekerja dari luar

daerah atau kota.

4. Instalasi Hidroponik Talang Bertingkat

Specta Fram memiliki 40 instalasi (rak hidroponik) terdiri dari 2 ukuran, 2

x 10 m2 sejumlah 20 instalasi (rak hidroponik) dan 20 instalasi (rak

hidroponik) dengan ukuran 2 x 12 m2 dilengkapi dengan pompa air,

sebagai sarana untuk budidaya beberapa komoditas sayuran.

5. Alat Pertukangan Instalasi

Pemotong besi/ chopshaw 3 buah, gerinda tangan 6 buah, mesin bor/ drill

9 buah, mata bor/ holsw 6 boks.

4.5 Tata Letak Bangunan

Tata letak bangunan adalah susunan letak fasilitas operasional, baik yang

ada di dalam bangunan maupun yang ada diluar bangunan. Tata letak bangunan

area Specta Farm terdiri dari beberapa bangunan antara lain Aula, mess dan

gudang barang, gudang pembenihan dan penyimpanan hasil panen. Aula

digunakan disaat ada pelatihan dengan fasilitas penunjang proyektor, TV LCD,

komputer, printer, laptop. Mess di fasilitasi 3 kamar mandi dan toilet, tempat

sholat, untuk para karyawan yang tinggal di Specta Fram. Gudang untuk

penyimpan sarana peralatan. Selain itu terdapat fasilitas lain seperti tiga Green

House, empat puluh instalasi. Tata Letak bangunan area Specta Fram dapat dilihat

pada lampiran 1.

Page 67: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Biaya Usahatani Selada Hidroponik

Sistem sarana produksi yang dibutuhkan untuk usahatani hidroponik selada

antara lain alat-alat pertanian, listrik, benih, media tanam, nutrisi, dan tenaga

kerja. Pada kasus Specta Farm, kedua sistem baik Sistem Deep Flow Technique

(DFT) maupun Sistem Nutrient Film Technique (NFT) disamakan kualitasnya,

yang berbeda hanya kuantitas/intensitas pemakaiannya saja.

5.1.1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem Deep Flow

Technique (DFT)

Biaya yang digunakan dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Untuk usahatani hidroponik selada, yang termasuk ke dalam biaya tetap

berupa peralatan yang digunakan, sedangkan untuk biaya variabel seperti biaya

listrik, benih, biaya tanam, nutrisi dan tenaga kerja. berikut merupakan rincian

secara detail dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan :

a. Alat-alat Pertanian

Alat-alat pertanian yang digunakan dalam budidaya hidroponik selada di

Specta Farm antara lain:

1. Instalasi pembibitan atau disebut dengan rak semai tahap I digunakan

menyemai sayuran selada hidroponik, rak ini berupa meja dengan ukuran 2 x

6 meter yang terbuat dari besi baja ringan, diatas meja semai diletakkan

talang-talang air sebanyak 10 buah dengan panjang masing-masing talang 6

Page 68: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

48

meter. Talang-talang air ini berfungsi untuk meletakkan benih yang sudah

diletakkan pada potongan-potongan rockwool.

2. Instalasi talang bertingkat untuk penyemean tahap II fungsinya sebagai

instalasi hidroponik untuk menyemai tanaman setelah dipindahkan dari rak

semai tahap I. Bentuk dan ukuran rak talang bertingkat untuk penyemaian ini

sama dengan rak talang bertingkat untuk pembesaran. Bedanya pada rak

talang bertingkat untuk penyemaian tahap II jarak lubang tanamannya lebih

rapat yaitu 10 cm karena tanaman masih berukuran kecil.

3. Instalasi talang bertingkat tahap pembesaran atau disebut dengan tahap III

merupakan sarana utama hidropnik talang bertingkat karena merupakan

tempat tanaman dibesarkan. Dengan ukuran deameter 2,5 Inc panjang 4

batang pipa masing-masing berukuran 4 meter yang disambug menjadi satu,

12 tingkat disetiap sisinya, terdapat 24 tingkat pipa di kedua sisi rak.

Ketingian ini masih bisa dijangkau oleh rata-rata tinggi pekerja.

4. Net pot berfungsi layaknya pot pada budidaya sayuran. Net pot digunakan

untuk meletakkan bibit dan media tanam di instalasi hidroponik. Posisi net

pot tergantung di pipa-pipa hidroponik sehingga bagian akar tanaman dapat

menjular keluar dari net pot dan menyentuh larutan nutrisi.

5. Box panen atau disebut dengan kontainer plastik digunakan untuk

penyimpanan dan pendistribusian, memberikan kehalusan, perlindungan pada

pegangan tangan, keseimbangan yang bagus dan sirkulasi udara yang baik

jika diperlukan.

Page 69: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

49

6. Baki bibit berfungsi untuk penyemaian benih tanaman hidroponik ke media

tanam rockwool sebelum di masukan ke instalasi atau rak hidroponik pada

tahap I.

7. Tong pupuk dan ember pupuk di gunakan untuk penyimpanan nutrisi

tanaman hidroponik atau persediaan nutrisi yang dibutuhkan setiap saat pada

tanaman.

8. Gelas ukur untuk mengukur kebutuhan nutrisi efisian dalam pengunaan

nutrisi, dikarenakan setiap pengunaan nutrisi di hitung serta di ukur sehingga

tidak boros dalam pengeluaran kebutuhan nutrisi.

9. Electrical Conductivity (EC Meter) digunakan untuk mengukur kepekatan

suatu larutan nutrisi hidroponik.

10. Timbangan digital untuk menimbang hasil dari panen selada hidroponik.

Penggunaan alat-alat untuk setiap sistem Deep Flow Technique dan Nutrient

Film Technique adalah sama. Berdasarkan Tabel 6. Total penyusutan peralatan

yang digunakan dalam usahatani hidroponik selada selama tujuh bulan adalah

sebesar Rp. 3.186.863,-.

b. Listrik

Listrik menggunaan daya sebesar 250 watt masing-masing tehnik atau

Sistem, pengunaan alur listrik berbeda dengan kebutuhan seperti Sistem Deep

Flow Technique (DFT) enam jam. Dengan perhitungan besar daya listrik pompa

250 watt dikalikan dengan pemakean 6 jam per hari selama tujuh bulan (210 hari)

menghasilkan daya sebesar 315 kilowatt, dengan asumsi tarif golongan dasar

listrik bisnis B-1/2200 (subsidi) sebesar Rp. 1.100,-/kWh, biaya yang di keluarkan

Page 70: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

50

selama tujuh bulan adalah Rp. 346.500,- dengan demikian sistem Deep Flow

Technique (DFT) lebih rendah kebutuhanya dibandingkan dengan Sistem Nutrien

Film Technique (NFT) hal ini dipengaruhi oleh pengunaan mesin air dan irigasi

penyiraman sebesar sembilan jam per hari.

c. Benih

Pada umumnya benih yang biasa digunakan untuk penanaman selada adalah

merek New Day Seed dengan diskripsi produk Selada New Karina, berat 3 gram,

isi 2000 biji, daya tumbuh 80%, kemurnian 98% yang biasanya diperoleh dengan

harga Rp. 10.000,- per pack atau bungkus kebutuhan yang diperlukan dalam

bercocok tanam satu musim 1 pack dengan jumlah musim tanam 105 selama tujuh

bulan jumlah total biaya adalah Rp. 1.050.000,-

Jarak tanam yang digunakan oleh Specta Farm adalah 20 cm, maka untuk

satu instalasi atau rak dengan ukuran 2 x 12 m (nama tempat untuk hidroponik)

diasumsikan ke konvensional luas lahan 360 m2, jarak tanam 20 x 15 cm benih

yang dibutuhkan adalah 1 pack.

d. Media Tanam

Media tanam yang digunakan oleh Specta Farm rokwool pada saat

pembibitan, peremajaan sampe pembesaran. satu priode produksi membutuhkan 5

slab diameter panjang 100 cm, lebar 15 cm, dan ketebalan 7,5 cm, jumlah biaya

Rp. 325.000,- perbulan, total biaya yang dikeluarkan selama tujuh bulan adalah

Rp. 2.275.000,- dengan harga per 1 slab Rp. 65.000,-.

Page 71: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

51

e. Nutrisi

Nutrisi yang digunakan adalah A dan B Mix, ada perbedaan dalam

kebutuhan nutrisi dari instalasi hidroponik, Sistem Nutrien Film Technique (NFT)

lebih banyak, karena faktor irigasi air yang terus berputar selama 9 jam, sehingga

mempengaruhi kebutuhan nutrisi 7 liter. Dibandingkan dengan Sistem Deep Flow

Technique (DFT), 6 jam irigasi air hidup selama 2 jam dalam 1 hari 3 kali,

sehingga kebutuhan nutrisi 5 liter dalam 1 bulan, dengan biaya sebesar Rp.

425.000,- jumlah biaya selama tujuh bulan adalaha Rp. 2.975.000,-

f. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usahatani hidroponik selada di

Specta Farm sebanyak dua orang. Dimana satu orang sebagai penanggung jawab

penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi, persiapan pratanam,

penanaman, pemeliharaan tanaman, dengan gaji perbulan Rp. 850.000,- dan satu

orang pemanen yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi hasil

panen dengan gaji perbulan Rp.750.000,-. Waktu kerja yang diberlakukan dalam

usahatani hidroponik selada di Specta Farm adalah selama tujuh bulan untuk

sebagai penanggung jawab penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi,

persiapan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman adalah Rp. 5.950.000,-

dan tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi

hasil panen Rp.5.250.000,-

Page 72: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

52

5.1.2 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem Nutrien

Film Technique (NFT)

Biaya yang digunakan dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel. Untuk usahatani hidroponik selada, yang termasuk ke dalam biaya tetap

berupa peralatan yang digunakan, sedangkan untuk biaya variabel seperti biaya

listrik, benih, biaya tanam, nutrisi dan tenaga kerja. berikut merupakan rincian

secara detail dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan :

a. Alat-alat Pertanian

Alat-alat pertanian yang digunakan dalam budidaya hidroponik selada di

Specta Farm antara lain;

1. Instalasi pembibitan atau disebut dengan rak semai tahap I digunakan

menyemai sayuran selada hidroponik, rak ini berupa meja dengan ukuran 2 x

6 meter yang terbuat dari besi baja ringan, diatas meja semai diletakkan

talang-talang air sebanyak 10 buah dengan panjang masing-masing talang 6

meter. Talang-talang air ini berfungsi untuk meletakkan benih yang sudah

diletakkan pada potongan-potongan rockwool.

2. Instalasi talang bertingkat untuk penyemean tahap II fungsinya sebagai

instalasi hidroponik untuk menyemai tanaman setelah dipindahkan dari rak

semai tahap I. Bentuk dan Ukuran rak talang bertingkat untuk penyemaian

ini sama dengan rak talang bertingkat untuk pembesaran. Bedanya pada rak

talang bertingkat untuk penyemaian tahap II jarak lubang tanamannya lebih

rapat yaitu 10 cm karena tanaman masih berukuran kecil.

Page 73: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

53

3. Instalasi talang bertingkat tahap pembesaran atau disebut dengan tahap III

merupakan sarana utama hidropnik talang bertingkat karena merupakan

tempat tanaman dibesarkan. Dengan ukurant deameter 2,5 Inc panjang 4

batang pipa masing-masing berukuran 4 meter yang disambug menjadi satu,

12 tingkat disetiap sisinya terdapat 24 tingkat pipa di kedua sisi rak.

Ketingian ini masih bisa dijangkau oleh rata-rata tinggi pekerja.

4. Net pot berfungsi layaknya pot pada budidaya sayuran. Net pot digunakan

untuk meletakkan bibit dan media tanam di instalasi hidroponik. Posisi net

pot tergantung di pipa-pipa hidroponik sehingga bagian akar tanaman dapat

menjular keluar dari net pot dan menyentuh larutan nutrisi.

5. Box panen atau disebut dengan kontainer plastik digunakan untuk

penyimpanan dan pendistribusian, memberikan kehalusan, perlindungan pada

pegangan tangan, keseimbangan yang bagus dan sirkulasi udara yang baik

jika diperlukan.

6. Baki bibit berfunsi untuk penyemaian benih tanaman hidroponik ke media

tanam rockwool sebelum di masukan ke instalasi atau rak hidroponik pada

tahap I.

7. Tong pupuk dan ember pupuk di gunakan untuk penyimpanan nutrisi

tanaman hidroponik atau persediaan nutrisi yang dibutuhkan setiap saat pada

tanaman.

8. Gelas ukur untuk mengukur kebutuhan nutrisi efesian dalam pengunaan

nutrisi, dikarenakan setiap pengunaan nutrisi di hitung serta di ukur sehingga

tidak boros dalam pengeluaran kebutuhan nutrisi.

Page 74: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

54

9. Electrical Conductivity (EC Meter) digunakan untuk mengukur kepekatan

suatu larutan nutrisi hidroponik.

10. Timbangan digital untuk menimbang hasil dari panen selada hidroponik.

Penggunaan alat-alat untuk setiap sistem Nutrient Filem Technique dan

Nutrient Film Technique adalah sama. Total penyusutan peralatan yang digunakan

dalam usahatani hidroponik selada adalah sebesar Rp. 3.185.863,- Penyusutan

dihitung dengan umur teknis dan residu alat 5% menggunakan metode garis lurus

dengan asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati

umur teknis. Nilai penyusutan peralatan yang digunakan pada kedua sistem

selama tujuh bulan adalah sebesar Rp. 6.371.727,- Berikut merupakan nilai

penyusutan yang tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian Hidroponik Sistem Deep Flow

Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

No Jenis Alat Jumlah

(Buah)

Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur

Teknis

(Tahun)

Penyusutan

(Rp/7 Bulan)

Residu 5%

(Rp/7

Bulan)

1 Rak Pembibian 1 6.000.000 6.000.000 5 700.000 35.000

2 Rak Peremajaaan 1 8.000.000 8.000.000 5 933.333 46.667

3 Rak Pembesaran 1 12.000.000 12.000.000 5 1.400.000 70.000

4 Net pot 1440 8.00 1.152.000 5 134.400 6.720

5 Box Panen 4 100.000 400.000 5 46.667 2.333

6 Baki Bibit 5 7.000 35.000 3 6.806 204

7 Tong Pupuk 2 175.000 350.000 5 40.833 2.042

8 Ember Pupuk 2 25.000 50.000 5 5.833 292

9 Gelas Ukur 2 50.000 100.000 5 11.667 583

10 EC Meter 1 130.000 130.000 2 37.917 758

11 Timbangan

Digital 1 175.000 175.000 3 34.028 1.021

JUMLAH

3.351.483 165.620

3.185.863

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Page 75: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

55

b. Listrik

Listrik menggunaan daya sebesar 250 watt, pengunaan alur listrik Sistem

Nutrien Film Technique (NFT) sembilan jam. Dengan perhitungan besar daya

listrik pompa 250 watt dikalikan dengan pemakean 9 jam per hari selama tujuh

bulan (210 hari) menghasilkan daya sebesar 472.5 kilowatt, dengan asumsi tarif

golongan dasar listrik bisnis B-1/2200 (subsidi) sebesar Rp. 1.100,-/kWh, biaya

yang di keluarkan selama tujuh bulan adalah Rp. 519.750,- dengan demikian

sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih rendah kebutuhanya, hal ini

dipengaruhi oleh pengunaan mesin air dan irigasi penyiraman sebesar sembilan

jam per hari.

c. Benih

Pada umumnya benih yang biasa digunakan untuk penanaman selada adalah

merek New Day Seed dengan diskripsi produk Selada New Karina, berat 3 gram,

isi 2.000 biji, daya tumbuh 80%, kemurnian 98% yang biasanya diperoleh dengan

harga Rp. 10.000,- per pack atau bungkus kebutuhan yang diperlukan dalam

bercocok tanam satu musim 1 pack dengan jumlah musim tanam 105 selama tujuh

bulan jumlah total biaya adalah Rp. 1.050.000,-

Jarak tanam yang digunakan oleh Specta Farm adalah 20 cm, maka untuk

satu instalasi atau rak dengan ukuran 2 x 12 m (nama tempat untuk hidroponik)

diasumsikan ke konvensional luas lahan 360 m2, jarak tanam 20 x 15 cm benih

yang dibutuhkan adalah 1 pack.

Page 76: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

56

d. Media Tanam

Media tanam yang digunakan oleh Specta Farm rokwool pada saat

pembibitan, peremajaan sampe pembesaran. satu priode produksi membutuhkan 5

slab diameter panjang 100 cm, lebar 15 cm, dan ketebalan 7,5 cm, jumlah biaya

Rp. 325.000,- perbulan, total biaya yang dikeluarkan selama tujuh bulan adalah

Rp. 2.275.000,- dengan harga per 1 slab Rp. 65.000,-.

e. Nutrisi

Nutrisi yang digunakan adalah A dan B Mix, ada perbedaan dalam

kebutuhan nutrisi dari instalasi hidroponik, Sistem Nutrien Filem Technique

(NFT) lebih banyak, karena faktor irigasi air yang terus berputar selama 9 jam,

sehinnga mempengaruhi kebutuhan nutrisi 7 liter dengan haraga per liter Rp.

85,000,- biaya yang di keluarkan sebesar Rp. 595.000 dalam satu bulan, jumlah

biaya selama tujuh bulan Rp. 4.165.000,-. Dibandingkan dengan Sistem Deep

Flow Technique (DFT), 6 jam irigasi air hidup selama 2 jam dalam 1 hari 3 kali,

sehingga kebutuhan nutrisi 5 liter dalam 1 bulan.

f. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usahatani hidroponik selada di

Specta Farm sebanyak dua orang. Dimana satu orang sebagai penanggung jawab

penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi, persiapan pratanam,

penanaman, pemeliharaan tanaman, dengan gaji perbulan Rp. 850.000,- dan satu

orang pemanen yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi hasil

panen dengan gaji perbulan Rp.750.000,-. Waktu kerja yang diberlakukan dalam

usahatani hidroponik selada di Specta Farm adalah selama tujuh bulan untuk

Page 77: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

57

sebagai penanggung jawab penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi,

persiapan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman adalah Rp. 5.950.000,-

dan tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi

hasil panen Rp.5.250.000,-

5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada

Usahatani hidroponik selada pada perusahaan Specta Farm dapat dianalisis

berdasarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang

harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini

bertujuan agar menghasilkan pendapatan yang optimal, sebagai imbalan atas

usaha dan kerja yang dijalankan oleh perusahaan.

Beberapa input produksi yang dibutuhkan selama kegiatan usahatani

hidroponik selada baik menggunakan Sistem Deep Flow Technique (DFT)

maupun Sistem Nutrient Film Technique (NFT) meliputi; Listrik, benih, nutrisi

AB mix, rocwool, tenaga kerja. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

dibedakan berdasarkan sistem alat, pemakaian listrik serta penggunaan nutrisi.

Kemudian dianalisis dan dilihat apakah penggunaan sistem tersebut akan

berpengaruh pada penggunaan input serta besarnya biaya-biaya yang harus

dikeluarkan.

5.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem DFT

Usahatani hidroponik selada pada Sistem Deep Flow Technique (DFT)

memperoleh penerimaan total sebesar Rp 35.751.000,-. dengan perhitungan total

produksi yang dihasilkan selama tujuh bulan dikalikan dengan harga jual selada

itu sendiri. Produksi rata-rata selada untuk Sistem Deep Flow Technique (DFT)

Page 78: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

58

dalam 7 bulan per 15 kali panen sebanyak 2.103 kg. Produksi rata-rata selada

adalah sebanyak 20,03 kg.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh Specta Farm terdiri atas biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap terbagi atas dua jenis yaitu biaya pembuatan alat

hidroponik dan biaya perlengkapan untuk kebutuhan penanaman selada. Untuk

biaya pembuatan alat terdiri atas instalasi rak pembibitan, rak peremajaan dan rak

pembesaran, sedangkan biaya perlengkapan terdiri atas box panen, baki bibit, tong

pupuk, ember pupuk, gelas ukur, EC meter, dan timbangan digital.

Sedangkan biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel terdiri atas biaya

listrik, benih, nutrisi AB Mix, Rockwool, pestisida serta biaya tenaga kerja. Hasil

analisis pendapatan selada yang diperoleh dari Sistem Deep Flow Technique

(DFT) disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 7. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Deep Flow

Technique (DFT) di Specta Farm

Uraian Jumlah

Fisik Nilai (Rp)

Nilai Setelah

Penyusutan

(1) (2) (3) (4)

Penerimaan :

Hasil Panen (Kg) 2.103 35.751.000,00 35.751.000,00

Total penerimaan (Kg) 2.103 35.751.000,00 35.751.000,00

Pengeluaran :

Biaya tetap :

Biaya Pembuatan

Hidroponik :

Rak Pembibitan (Unit) 1 6.000.000,00 665.000,00

Rak Peremajaan (Unit) 1 8.000.000,00 886.667,00

Rak Pembesaran (Unit) 1 12.000.000,00 1.330.000,00

Biaya Perlengkapan :

Net pot (Pcs) 1440 1.152.000,00 127.680,00

Box Panen (Box) 4 400.000,00 44.333,00

Baki Bibit (Buah) 5 35.000,00 6.601,00

Tong Pupuk (Buah) 2 350.000,00 38.792,00

Ember Pupuk (Buah) 2 50.000,00 5.542,00

Page 79: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

59

(1) (2) (3) (4)

Gelas Ukur (Buah) 2 100.000,00 11.083,00

EC Meter (Buah) 1 130.000,00 37.158,00

Timbangan Digital (Buah) 1 175.000,00 33.007,00

Total Biaya Tetap 28.968.000,00 3.185.863,00

Biaya Variabel :

Listrik (Jam x Hari) 6 x 120 346.500,00 346.500,00

Benih (Pack) 105 10.000,00 1.050.000,00

Nutrisi AB Mix (Liter) 5 2.9750.000,00 2.975.000,00

Rockwool (Slob) 5 2.275.000,00 2.275.000,00

Pestisida

Tenaga Kerja (Orang) 2 11.200.000,00 11.200.000,00

Total Biaya Variabel 17.846.500,00

Biaya Total 21.032.363,00

Pendapatan 14.718.637,00

R/C rasio 1,7

Sumber: Data Primer, diolah 2017

Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam produksi hidroponik selada untuk

biaya tetap bagian biaya pembuatan alat hidroponik adalah pada pembuatan rak

pembesaran yaitu sebesar Rp 12.000.000 setelah dikurangi dengan biaya

penyusutan selama tujuh bulan menjadi sebesar Rp 1.330.000,- dengan ukuran 2 x

12 m2 yang berfungsi untuk membesarkan bibit selada. Biaya terbesar kedua

adalah pembuatan rak peremajaan dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp

8.000.000,- setelah dikurangi dengan biaya penyusutan tujuh bulan sebesar Rp

886.667,- dengan ukuran 2 x 8 m2 yang berfungsi untuk peremajaan dan biaya

terbesar ketiga adalah pada pembuatan hidroponik untuk rak pembibitan dengan

biaya sebesar Rp 6.000.000,- yang telah disusutkan dengan biaya penyusutan

selama tujuh bulan menjadi Rp 665.000,- dengan ukuran sebesar 2 x 6 m2.

Sedangkan untuk biaya perlengkapan, alokasi biaya tebesar pertama adalah

pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian net pot dengan total biaya

Rp 1.152.000,- setelah di kurangi dengan penyusutan selama tujuh bulan Rp

Page 80: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

60

127.680,- disusul oleh biaya box panen sebesar Rp 400.000,- biaya berubah

setelah di susutkan selama tujuh bulan menjadi Rp 44.333,- biaya tong pupuk

sebesar Rp 350.000,- setelah di sustkn selama tujuh bulan Rp 38.792,- timbangan

digitang dengan jumlah Rp 175.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biaya

yang di keluarkan adalah Rp 33.007,- biaya Electrical Conductivity (EC meter)

sebesar Rp 130.000,- disusut selama tujuh bulan biaya yang dikeluarkan Rp

37.158,- selanjutnya gelas ukur biaya yang dikeluarkan Rp 100.000,- setelah di

susut selama tujuh bulan biayanya adalah Rp 11.083,- dan biaya perlengkapan

selanjutnya yang di keluarkan ember pupuk dan baki bibit adalah Rp 50.000,- dan

Rp 35.000,- total biaya penyusutan selama tujuh bulan adala Rp 5.542,- dan Rp

6.601,-. Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya variabel adalah pembelian

nutrisi AB Mix dan Rockwool dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp

2.975.000,- dan Rp 2.275.000,- berturut-turut.

Pada Tabel 8, terlihat bahwa harga jual selada hidroponik sebesar Rp.

17.000,-/Kg dengan rata-rata produksi 2.103 Kg/tujuh bulan, jumlah penerimaan

yang diperoleh hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah Rp.

35.751.000,-. Hidroponik selada dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT)

lebih banyak mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi. Setiap rupiah yang

dikeluarkan sebagai biaya imbalan atas penerimaan yang lebih besar jika

dibandinkan dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

Page 81: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

61

5.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Nutrient Film

Technique (NFT)

Usahatani hidroponik selada pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

memperoleh penerimaan total sebesar Rp 33.847.000,-. dengan perhitungan total

produksi yang dihasilkan selama tujuh bulan dikalikan dengan harga jual selada

itu sendiri sama seperti pada perhitungan yang diterapkan untuk Sistem Deep

Flow Technique (DFT). Produksi rata-rata selada untuk Sistem Nutrient Film

Technique (NFT) dalam 7 bulan per 15 kali panen sebanyak 1.991 kg. Produksi

rata-rata selada adalah sebanyak 18,96 kg.

Biaya yang harus dikeluarkan oleh Specta Farm masih sama dengan Sistem

Deep Flow Technique (DFT) terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap terbagi atas dua jenis yaitu biaya pembuatan alat hidroponik dan biaya

perlengkapan untuk kebutuhan penanaman selada. Untuk biaya pembuatan alat

terdiri atas instalasi rak pembibitan, rak peremajaan dan rak pembesaran,

sedangkan biaya perlengkapan terdiri atas box panen, baki bibit, tong pupuk,

ember pupuk, gelas ukur, EC meter, dan timbangan digital.

Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel terdiri atas biaya listrik, benih,

nutrisi AB Mix, Rockwool, pestisida serta biaya tenaga kerja. Hasil analisis

pendapatan selada yang diperoleh dari Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

disajikan dalam tabel 8.

Page 82: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

62

Tabel 8. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Nutrient

Film Technique (NFT) di Specta Farm

Uraian Jumlah

Fisik Nilai (Rp)

Nilai Setelah

Penyusutan

Penerimaan :

Hasil Panen (Kg) 1.991 33.847.000,00 33.847.000,00

Total penerimaan (Kg) 1.991 33.847.000,00 33.847.000,00

Pengeluaran :

Biaya tetap :

Biaya Pembuatan

Hidroponik :

Rak Pembibitan (Unit) 1 6.000.000,00 665.000,00

Rak Peremajaan (Unit) 1 8.000.000,00 886.667,00

Rak Pembesaran (Unit) 1 12.000.000,00 1.330.000,00

Biaya Perlengkapan :

Net pot (Buah) 1440 1.152.000,00 127.680,00

Box Panen (Buah) 4 400.000,00 44.333,00

Baki Bibit (Buah) 5 35.000,00 6.601,00

Tong Pupuk (Buah) 2 350.000,00 38.792,00

Ember Pupuk (Buah) 2 50.000,00 5.542,00

Gelas Ukur (Buah) 2 100.000,00 11.083,00

EC Meter (Buah) 1 130.000,00 37.158,00

Timbangan Digital (Buah) 1 175.000,00 33.007,00

Total Biaya Tetap 28.968.000,00 3.185.863,00

Biaya Variabel :

Listrik (Jam x Hari) 9 x 210 519.750,00 519.750,00

Benih (Pack) 105 10.000,00 1.050.000,00

Nutrisi AB Mix (Liter) 7 4.165.000,00 4.165.000,00

Rockwool (Slob) 5 2.275.000,00 2.275.000,00

Pestisida

Tenaga Kerja (Orang) 2 11.200.000,00 11.200.000,00

Total Biaya Variabel 19.209.750,00

Biaya Total 22.395.613,00

Pendapatan 11.451.387,00

R/C rasio 1.5 Sumber: Data Primer, diolah 2017

Seperti halnya pada Sistem Deep Flow Technique (DFT), biaya terbesar

yang dikeluarkan dalam produksi hidroponik selada untuk biaya tetap bagian

biaya pembuatan alat hidroponik adalah pada pembuatan rak pembesaran yang

Page 83: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

63

apabila setelah dihitung dengan biaya penyusutan selama tujuh bulan menjadi

sebesar Rp 1.330.000,- dengan ukuran 2 x 12 m2

yang berfungsi untuk

membesarkan bibit selada.

Biaya terbesar kedua adalah pembuatan rak peremajaan dengan

mengeluarkan biaya sebesar Rp 886.667,- biaya tersebut merupakan biaya hasil

dari penyusutan selama tujuh bulan dengan ukuran 2 x 8 m2, begitu pula dengan

biaya terbesar ketiga adalah pada pembuatan hidroponik untuk rak pembibitan

dengan biaya sebesar Rp 6.000.000,- yang setelah dihitung dengan penyusutan

selama tujuh bulan menghasilkan biaya sebesar Rp 665.000,- dengan ukuran

sebesar 2 x 6 m2.

Sedangkan untuk biaya perlengkapan, alokasi biaya tebesar pertama adalah

pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian net pot dengan total biaya

Rp 1.152.000,- setelah dihitung dengan penyusutannya berubah menjadi sebesar

Rp 127.680,- dan disusul oleh biaya box panen dengan harga awal sebesar Rp

400.000,- dimana setelah disusutkan berubah menjadi sebesar Rp 44.333,- biaya

tong pupuk sebesar Rp 350.000,- setelah di sustkn selama tujuh bulan Rp 38.792,-

timbangan digitang dengan jumlah Rp 175.000,- setelah di susut selama tujuh

bulan biaya yang di keluarkan adalah Rp 33.007,- biaya Electrical Conductivity

(EC meter) sebesar Rp 130.000,- disusut selama tujuh bulan biaya yang

dikeluarkan Rp 37.158,- selanjutnya gelas ukur biaya yang dikeluarkan Rp

100.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biayanya adalah Rp 11.083,- dan

biaya perlengkapan selanjutnya yang di keluarkan ember pupuk dan baki bibit

adalah Rp 50.000,- dan Rp 35.000,- total biaya penyusutan selama tujuh bulan

Page 84: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

64

adala Rp 5.542,- dan Rp 6.601,-. Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya

variabel adalah pembelian nutrisi AB Mix dan Rockwool dengan biaya yang

dikeluarkan sebesar Rp 4.165.000,- dan Rp 2.275.000,- berturut-turut.

Pada Tabel 9, terlihat bahwa harga jual selada hidroponik Sistem Deep Flow

Technique (DFT) berbeda dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT), hasil

analisis menunjukkan penerimaan yang di peroleh oleh Sistem Nutrient Film

Technique (NFT) lebih kecil dibanding dengan penerimaan yang diperoleh oleh

Sistem Deep Flow Technique (DFT), hal tersebut dikarenakan oleh faktor

produksi yang rendah dengan rata-rata/tujuh bulan 1.991 Kg, jumlah penerimaan

sebesar Rp. 33.847.000,- selain itu, dikarenakan oleh faktor penggunaan listrik

yang lebih banyak dibanding Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan

mengharuskan penambahan komposisi nutrisi yang perlu ditambahkan, maka dari

itu biaya pengeluaran untuk Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih besar

dari pada Sistem Deep Flow Technique (DFT) yang mengakibatkan jumlah

penerimaan yang diperoleh lebih rendah

5.3 Perbedaan Pendapatan Usahatani Selada Hidroponik Sistem Deep Flow

Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

Usahatani hidroponik selada Sistem Deep Flow Technique (DFT) selain

menguntungkan dari segi ekonomi juga dapat dikatakan menguntungkan jika

dilihat dari hasil perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya

yang dikeluarkan (R/C Rasio). R/C rasio atas biaya total yang diperoleh oleh

Specta Farm dalam 7 bulan dengan 105 kali panen adalah sebesar 3,0 yang berarti

setiap pengeluaran Specta Farm sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan imbalan

penerimaan sebesar Rp 3,00. nilai R/C yang lebih dari satu ini menunjukkan

Page 85: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

65

bahwa usahatani hidroponik selada ini efisien untuk diusahakan karena

penerimaan yang dihasilkan lebih daripada biaya yang dikeluarkan.

Sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh dengan menggunakan

Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar 1,7 yang berarti setiap

pengeluaran Specta Farm sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan imbalan penerimaan

sebesar Rp 1,7.

Sementara itu, nilai R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh oleh Sistem

Nutrient Film Technique (NFT) pada luasan lahan 2 x 12 m2 adalah 1,5 yang

berarti Specta Farm menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,5 untuk setiap Rp

1,00 yang dikeluarkan.

Perbandingan nilai R/C atas biaya total yang diperoleh oleh Sistem Deep

Flow Technique (DFT) lebih tinggi dibanding Sistem Nutrient Film Technique

(NFT), yaitu sebesar 1,7 berbanding 1,5 atau memiliki selisih sebesar 0,2. Hal ini

menunjukkan bahwa usahatani hidroponik selada Sistem Deep Flow Technique

(DFT) lebih menguntungkan untuk diusahakan bila dibandingkan dengan

usahatani hidroponik selada Sistem Nutrient Film Technique (NFT), yaitu setiap

rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp 1,7 untuk budidaya hidroponik

selada Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Rp 1,5 untuk budidaya hidroponik

selada Sistem Nutrient Film Technique (NFT). Oleh karena itu, dapat disimpulkan

bahwa usahatani hidroponik selada yang lebih efisien untuk diusahakan adalah

usahatani selada dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT).

Page 86: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

66

Jika dihitung dengan pengujian hipotesis perbedaan dua rata-rata,

perbedaan pendapatan dengan jumlah sampel sebanyak 105 sampel yang dihitung

berdasarkan jumlah panen selama 7 bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan pedapatan Sistem Nutrient Filem Technique

(NFT) yang dibandingkan dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) dapat

diketahui bahwa tingkat kesalahan baku dari kedua sistem adalah sebesar

0.25478478, jumlah yang di peroleh dalam perhitungan simpangan baku dalam

Sistem Deep Flow Technique 1.90372682 sedangkan Sistem Nutrient Film

Technique 1.78659710.

Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalhan hasil

hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang

digunakan semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang diuji.

Besaran taraf nyata yang digunakan pada pengujian ini adalah 5% besarnya

kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian atau daerah penolakan.

Nilai alfa yang dipakai sebagai taraf nyata digunakan untuk menentukan nilai

distribusi yang digunakan pada pengujian, dalam kasus ini mengunakan distribusi

normal (z). Agar lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3, dibawah ini.

Page 87: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

67

Daerah kritis (H0 ditolak) Daerah Daerah kritis (H0 ditolak)

2,5%

2,5%

-1.96

1.96

Gambar 3. Kurva Dua Rata-rata untuk Membedakan Tingkat Pendapatan

Berdasarkan gambar diatas karena mengunakan hipotesis dua arah, maka

taraf nyata atau α sebesar 5% atau 0,05 di bagi dua menghasilkan masing-masing

α/2 sebesar 0,025, setelah dilihat dan disesuaikan dengan z tabel, angka yang

sama atau mendekati 0,025 adalah sebesar 0,0250 dengan nilai z tabel sebesar -

1.96. Oleh karena itu, batas daerah kritis Zα/2 adalah -1.96 dan 1.96.

Jika dilihat parameternya, jika Zhit < -Zα/2 atau Zhit > Zα/2 maka Ho

ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya nilai Zhit adalah senilai 4.19,

oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Zhit > Zα/2 dengan nilai 1,19 > 1,96

yang berarti bahwa terdapat perbedaan sistem yang digunakan yang berpengaruh

nyata terhadap pendapatan, dalam kasus Specta Farm besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih besar

dibandingkan dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT). Hal tersebut

disebabkan oleh besarnya biaya listrik yang dipakai oleh masing-masing sistem,

dimana Sistem Nutrient Film Tecnique (NFT) mengharuskan pemakaian listrik

selama 9 jam penuh sedangkan Sistem Deep Flow Technique (DFT) hanya

membutuhkan waktu selama 6 jam saja.

95%

Page 88: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

68

Perbedaan dalam pemakaian listrik juga turut mempengaruhi dalam hal

penggunaan nutrisi, hal tersebut dikarenakan semakin sedikit waktu pemakaian

listrik mengakibatkan semakin sedikit pula nutrisi yang terserap serta sebagian

lainnya mengendap sehingga mengharuskan penambahan nutrisi ketika listrik

kembali digunakan.

Page 89: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan dan uraian mengenai “ Perbandingan

Pendapatan Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem

Nutrient Film Technique (NFT) di Specta Farm, maka dapat diberikan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya selada hidroponik Sistem

Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar Rp 21.032.363,- sedangkan

untuk Sistem Nutrient Filem Technique (NFT) adalah sebesar Rp

22.395.613,-/ 7 bulan. Biaya yang dikeluarkan oleh Sistem Nutrient Film

Technique (NFT) lebih besar dibanding dengan Sistem Deep Flow

Technique (DFT) dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain : penggunaan

listrik dan nutrisi yang lebih banyak.

2. Besarnya jumlah pendapatan yang di peroleh dari hasil produksi selada

hidroponik pada Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar Rp

35.751.000,- sedangkan pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi

selada hidroponik pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih kecil

yaitu sebesar Rp 33.847.000,-.

3. Berdasarkan dari hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dapat

diketahui bahwa ada perbedaan pendapatan antara usaha budidaya selada

hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film

Technique (NFT). Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya nilai Zhit adalah

Page 90: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

70

senilai 4,19 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Zhit > Zα/2 dengan

nilai 4,19 > 1,96.

6.2 Saran

Berasarkan kesimpulan yang telah dikemukan diatas, saran yang diberikan

berkaitan perbandingan pendapatan selada hidroponik sistem deep flow technique

dan Nutrient film technique di Specta Farm sebagai berikut:

1. Biaya usaha selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih

baik daripada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) perlu dipertahankan

perusahaan.

2. Pengunaan Sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih diutamakan karena

pendapatan lebih besar daripada Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

Page 91: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, T. 2016. Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojang Nangka Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor.

Institut Pertanian Bogor

Anas D., Susila & Koernawati Y. Pengaruh Volume dan Jenis Media Tanaman

pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa) dalam

TeknologiHidroponik Sistem Terapung. Agron, 2004; (32) (3): 16-21.

Ardian. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai pada berbagai tipe emitter dan

formulasi nutrisi hidroponik. (Dinamika Pertanian, 2007)

Bachri, Z. interview. 2016. “Interview Hidroponik Talang Bertingkat”. Jl. Ciapus,

Bogor.

Direktorat Gizi Depertemen kesehatan RI. Daftar Komposisi Bahan Makanan.

(Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1981)

Ferdian, D.A. Analisis Keseimbangan Panas Pada Bak Penanaman dalam Sistem

Hidroponik Deep Flow Teechnique (DFT). [Skripsi]. Bogor: Institut

Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian Depertemen Teknik

Pertanian; 2009

Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta

Hidroponikshop.com. “Hidroponik Sistem NFT dan DFT”. 06 Januari

2016.http://hidroponikshop.com/blog/hidroponik-sistem-nft-dan-dft, 17

Maret 20017, pk. 22.15 WIB.

Kosmas, S. Budidaya Selada Keriting, Selada Lolol Rosa, dan Selada Romaine

Secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang, Bandung. [Sekripsi]. Bogor:

Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian Depertemen Agronomi dan

Hortikultura; 2012

Kusumah, S.J. Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran Antara Padi

Organik dan Padi Anorganik. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,

Fakultas Manajemen Agribisnis Depertemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian; 2004

Lanjar, S. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Pada Pertumbuhan dan Hasil

Selada (Lactuca Sativa L. Var. Grand Rapids) Dengan Teknologi

Hidroponik Sistem Terapung (THST). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian

Bogor, Fakultas Pertanian Program Studi Hortikultura; 2007

Page 92: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

72

Lingga, P. Hidoponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 1999)

Lingga, P. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. (Jakarta: Penebar

Swadaya, 2005)

Mas’ud, H. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng, 2009; 2

(2): 131-136

Poerwanto, R. Susila, A.D. Teknologi Hortikultura. Ed ke-1 (Bogor: IPB Press,

2014)

Poetryani, A. Analisis Perbandingan Efisiensi Usaha Tani Padi Organik dengan

Anorganik. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen Depertemen Agribisnis; 2011

Resti, D. Analisis Faktor-Faktor Produksi Selada Aeroponik di Parung Farm

Bogor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian

Progam Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis; 2009

Roidah, I.S. Pemanfaatan Lahan dengan Mengunakan Sistem Hidroponik.

Bonorowo, 2014; 1 (2): 43-50

Rosliani, R. dan Sumarni, N. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem Hidroponik. Ed ke-1 (Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2005)

Shinta, A. Ilmu Usahatani. Ed ke-1 (Malang: UB Press, 2011)

Sitanggang, N.Y.R Analisis Usahatani Bawang Daun Organik dan Anorganik

Desa Batulayang Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanain; 2008

Soekartawi, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Ed ke-3

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)

Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, dan Hardaker JB. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: UI Press 2011)

Soekartawi, Soeharjo A, Dilion JL & Hardaker JB. Ilmu Usahatani. Ed ke-3

(Jakarta: UI Press, 1986)

Soekartawi. Analisis Usahatani. Ed ke- (Jakarta: UI Press, 2016)

Soeharjo dan Patong. Ilmu Usahatani (Bogor: Departemen Ilmu Ilmu Sosial

Ekonomi Institut Pertanian, 1973)

Supranto, M.I. Setatistik Teori dan Aplikasi. Ed ke-7 (Erlangga, 2009)

Page 93: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

73

Suratiyah, Ken. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Pengembangan Usaha Kecil

(Jakarta : UI Press, 2009)

Susila, A. D. dan Y. Koerniawati. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada

pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi

hidroponik sistem terapung. [Sekripsi]. Bogor; Institut Pertanian Bogor;

Fakultas Pertanian Depertemen Agronomi dan Hortikultura; 2004

Tingkumung, R. www. Scribd.com. “ Peluang Pasar Selada”. 04 Maret 2017

https://www.scribd.com/document/340909040/PELUANG-PASAR-

SELADA-docx, 3 April 2017, pk. 20.00 WIB.

Tomi, A. Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Nangka, Kecamatan Gunung

Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian

Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Depertemen Agribisnis; 2016

Wirawan, WA., Wirosonoedarmo R,. & Susanawati LD. Pengolahan Limbah Cair

Domestik Mengunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.) dengan

Teknik Tanaman Hidroponik Sistem (Deep Flow Technique). Sumberdaya

Alam dan Lingkungan., 2005; 63-70.

Zulkarnain. Suryani (ed). Budidaya Tanaman Tropis. Ed ke-1 (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013)

Page 94: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

74

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tata Letak Bangunan

G

reen

huse

G

reen

huse

Gudan

g

mes

s S

erbag

una

Gre

en

huse

Par

kir

an

INST

ALA

SI T

ALA

NG

BER

TIN

GK

AT

INST

ALA

SI T

ALA

NG

BER

TIN

GK

AT

Page 95: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

75

Lampiran 2 Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Deep Flow

Technique (DFT)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan

skripsi “PERBANDINGAN PENDAPATAN SELADA

HIDROPONIK SISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE

(DFT) DAN SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE

(NFT) DI SPECTA FARM” oleh Ahmad Dalhar

(1113092000009) mahasiswa Program Studi Agribisnis,

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

No. HP 085786444040

KUESIONER USAHATANI SELADA HIDROPONIK SISTEM DEEP

FLOW TECHNIQUE (DFT)

Petunjuk Pengisian

1. Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya

2. Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah

semata

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :……………………………………..……………..

2. Umur :………………………………………..…………..

3. No. Handphone :…………………………………………..………..

B. USAHATANI SELADA HIDROPONIK DFT

1. Luas Lahan :…………………………….………………………

2. Varietas :…………………………………………………….

3. Sumber Modal :…………………………………………………….

4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.

C. DATA BIAYA

Page 96: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

76

1. Biaya Tetap

No. Komponen Biaya

Tetap

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

(Rp)

A. BIAYA

PEMBUATAN

HIDROPNIK DFT

1. Rak Pembibitan

2. Rak Peremajaan

3. Rak Pembesaran

B. BIAYA

PERLENGKAPAN

1 Net Pot

2 Box Panen

3 Baki Bibit

4 Tong Pupuk

5 Ember Pupuk

6 Gelas Ukur

7 EC Meter

8 Timbangan Digital

Total Biaya Tetap (Rp)

2. Biaya Variabel

No. Komponen Biaya

Variabel

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

(Rp)

1. Listrik

2. Benih

3. Nutrisi AB Mix

4. Rocwool

5. Pastisida

Tenaga Kerja

6. Penanaman

7. Perawatan

8. Pemanenan

9. Transportasi

Total Biaya Variabel (Rp)

Bogor,....Agustus 2017 M

(....................................................)

Petani Hidroponik Responden

Page 97: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

77

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Nutrient Filem

Technique (NFT)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan

skripsi “PERBANDINGAN PENDAPATAN SELADA

HIDROPONIK SISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE

(DFT) DAN SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE

(NFT) DI SPECTA FARM” oleh Ahmad Dalhar

(1113092000009) mahasiswa Program Studi Agribisnis,

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

No. HP 085786444040

KUESIONER USAHATANI SELADA HIDROPONIK SISTEM NUTRIENT

FILM TECHNIQUE (NFT)

Petunjuk Pengisian

1. Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya

2. Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah

semata

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden :……………………………………..……………..

2. Umur :………………………………………..…………..

3. No. Handphone :…………………………………………..………..

B. USAHATANI SELADA HIDROPONIK NFT

1. Luas Lahan :…………………………….………………………

2. Varietas :…………………………………………………….

3. Sumber Modal :…………………………………………………….

4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.

C. DATA BIAYA

Page 98: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

78

1. Biaya Tetap

No. Komponen Biaya

Tetap

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

(Rp)

A. BIAYA

PEMBUATAN

HIDROPNIK DFT

1. Rak Pembibitan

2. Rak Peremajaan

3. Rak Pembesaran

B. BIAYA

PERLENGKAPAN

1 Net Pot

2 Box Panen

3 Baki Bibit

4 Tong Pupuk

5 Ember Pupuk

6 Gelas Ukur

7 EC Meter

8 Timbangan Digital

Total Biaya Tetap (Rp)

2. Biaya Variabel

No. Komponen Biaya

Variabel

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

(Rp)

1. Listrik

2. Benih

3. Nutrisi AB Mix

4. Rocwool

5. Pastisida

Tenaga Kerja

6. Penanaman

7. Perawatan

8. Pemanenan

9. Transportasi

Total Biaya Variabel (Rp)

Bogor,....Agustus 2017 M

(....................................................)

Petani Hidroponik Responden

Page 99: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

79

Lampiran 4 Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique

(DFT)

Petunjuk Pengisian

1 Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan kondisi yang sebenarnya

2 Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah semata

A

.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden

2. Umur

3. No. Handphone

B

.

USAHATANI SELADA HIDROPONIK DFT

1. Luas Lahan

2. Varietas

3. Sumber Modal

4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.

C

.

DATA BIAYA

1. Biaya Tetap

No Komponen Biaya

Tetap

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A. BIAYA PEMBUATAN HIDROPONIK (DFT)

1 Rak Pembibitan 1 Instalasi 2 x 6 m2 6,000,000

2 Rak Peremajaan 1 Instalasi 2 x 8 m2 8,000,000

3 Rak Pembesaran 1 Instalasi 2 x 12 m2 12,000,000

B. BIAYA PERLENGKAPAN

1 Net pot 1440 Pcs 800 1,152,000

2 Box Panen 4 Unit 100,000 400,000

3 Baki Bibit 5 Pcs 7,000 35,000

4 Tong Pupuk 2 Unit 175,000 350,000

5 Ember Pupuk 2 Pcs 25,000 50,000

6 Gelas Ukur 2 Pcs 50,000 100,000

s7 EC Meter 1 Pcs 130,000 130,000

8 Timbangan Digital 1 Unit 175,000 175,000

JUMLAH 28,968,000

2. Biaya Variabel

No Komponen Biaya

Variabel

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

1 Listrik 6 Jam x 210 Hari

(250 W)

Watt 1,100 346,500

2 Benih 105 Pack 10,000 1,051,000

3 Nutrisi AB Mix 5 (A & B Mix) Liter 85,000 2,975,000

4 Rocwool 5 (100 x15x7,5 ) Slab 65,000 2,275,000

5 Pastisida

Page 100: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

80

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tenaga Kerja

6 Penanaman 1 Orang Bulan 850,000 5,950,000

7 Perawatan

8 Pemanenan 1 Orang Bulan 750,000 5,250,000

JUMLAH 17,846,500

Page 101: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

81

Lampiran 5 Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Nutrient Film

Technique (NFT)

Petunjuk Pengisian

1 Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan kondisi yang sebenarnya

2 Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah semata

A

.

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Responden

2. Umur

3. No. Handphone

B. USAHATANI SELADA HIDROPONIK NFT

1. Luas Lahan

2. Varietas

3. Sumber Modal

4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.

C

.

DATA BIAYA

1. Biaya Tetap

No Komponen Biaya

Tetap

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A. BIAYA PEMBUATAN HIDROPONIK (DFT)

1 Rak Pembibitan 1 Instalasi 2 x 6 m2 6,000,000

2 Rak Peremajaan 1 Instalasi 2 x 8 m2 8,000,000

3 Rak Pembesaran 1 Instalasi 2 x 12 m2 12,000,000

B. BIAYA PERLENGKAPAN

1 Net pot 1440 Pcs 800 1,152,000

2 Box Panen 4 Unit 100,000 400,000

3 Baki Bibit 5 Pcs 7,000 35,000

4 Tong Pupuk 2 Unit 175,000 350,000

5 Ember Pupuk 2 Pcs 25,000 50,000

6 Gelas Ukur 2 Pcs 50,000 100,000

7 EC Meter 1 Pcs 130,000 130,000

8 Timbangan Digital 1 Unit 175,000 175,000

JUMLAH 28,968,000

2. Biaya Variabel

No Komponen Biaya

Variabel

Kebutuhan Satuan Harga Jumlah

1 Listrik 9 Jam x 210 Hari (250

W)

Watt 1,100 519,750

2 Benih 105 Pack 10,000 350,000

3 Nutrisi AB Mix 7 (A & B Mix) Liter 85,000 4,165,000

4 Rocwool 5 (100 x 15 x 7,5 ) Slab 65,000 2,275,000

5 Pastisida

Page 102: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

82

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Tenaga Kerja

6 Penanaman 1 Orang Bulan 850,000 5,950,000

7 Perawatan

8 Pemanenan 1 Orang Bulan 750,000 5,250,000

JUMLAH 19,209,750

Page 103: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

83

Lampiran 6 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha

Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique

(DFT)

No LAHAN

(M2)

PROD

UKSI

(Kg)

BIAYA

PRODUKSI

(Rp)

HARGA

JUAL

(Rp/Kg)

PENERIMAAN PENDAPATAN

1 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

2 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

3 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

4 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692

5 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

6 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

7 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

8 360 17 200,308 17,000 289,000 88,692

9 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

10 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

11 360 25 200,308 17,000 425,000 224,692

12 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

13 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

14 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692

15 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

16 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

17 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

18 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

19 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

20 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

21 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

22 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

23 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

24 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692

25 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

26 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

27 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

28 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

29 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

30 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

31 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

32 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

33 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

34 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

35 360 17 200,308 17,000 289,000 88,692

36 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

37 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

38 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

39 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

40 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

41 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

42 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

43 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

44 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

45 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

46 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

47 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692

48 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

49 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

50 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

Page 104: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

84

Lampiran 6 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha

Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique

(DFT). (Lanjutan)

No LAHAN

(M2)

PROD

UKSI

(Kg)

BIAYA

PRODUKSI

(Rp)

HARGA

JUAL

(Rp/Kg)

PENERIMAAN PENDAPATAN

51 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

52 360 15 200,308 17,000 255,000 54,692

53 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

54 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

55 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

56 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

57 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

58 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

59 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

60 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

61 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692

62 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

63 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

64 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692

65 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692

66 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

67 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

68 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

69 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

70 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

71 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

72 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

73 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

74 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

75 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

76 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

77 360 17 200,308 17,000 289,000 88,692

78 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

79 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

80 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

81 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

82 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

83 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692

84 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

85 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

86 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

87 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692

88 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

89 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

90 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692

91 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

92 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

93 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

94 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

95 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

96 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692

97 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

98 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692

Page 105: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

85

Lampiran 6 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha

Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique

(DFT). (Lanjutan)

No LAHAN

(M2)

PROD

UKSI

(Kg)

BIAYA

PRODUKSI

(Rp)

HARGA

JUAL

(Rp/Kg)

PENERIMAAN PENDAPATAN

99 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692

100 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692

101 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

102 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

103 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692

104 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692

105 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692

Total 37,800 2,103 21,032,363 1,785,000 35,751,000 14,718,637

Rata-

rata 360.00 20.03 200,308.22 17,000.00 340,485.71 140,177.50

BIAYA USAHA TANI

TC : FC + FC

FC : BIAYA TETAP USAHA TANI Rp 3,185,863

VC : BIAYA TIDAK TETAP Rp 17,846,500

TC : TOTAL USAHA TANI Rp 21,032,363

PENERIMAAN USAHA TANI

TR : P x Q

P : HARGA JUAL Rp 17,000

Q : PRODUKSI YANG DIPEROLEH Rp 2,103

TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 35,751,000

PENDAPATAN USAHATANI

Π : TR – TC

TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 35,751,000

TC : TOTAL BIAYA Rp 21,032,363

Π : PENDAPATAN USAHA TANI Rp 14,718,637

RASIO PENERIMAN ATAS BIAYA (R/C RATIO)

TOTAL PENERIMAAN BIAYA PENJUALAN Rp 35,751,000

TOTAL BIAYA Rp 21,032,363

Rp 1.7

Page 106: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

86

Lampiran 7 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha

Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique

(NFT)

No LAHAN

(M2)

PROD

UKSI

(Kg)

BIAYA

PRODUKSI

(Rp)

HARGA

JUAL

(Rp/Kg)

PENERIMAAN PENDAPATAN

1 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

2 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

3 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

4 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

5 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

6 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

7 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708

8 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

9 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

10 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

11 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

12 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708

13 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

14 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

15 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

16 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

17 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

18 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708

19 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

20 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

21 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

22 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

23 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

24 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

25 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708

26 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708

27 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

28 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

29 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

30 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

31 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

32 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

33 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

34 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

35 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

36 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

37 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

38 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

39 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708

40 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

41 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

42 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

43 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

44 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

45 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

46 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

47 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

48 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

49 360 24 213,292 17,000 408,000 194,708

Page 107: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

87

Lampiran 7 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik

Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique (NFT). (Lanjutan)

No LAHAN

(M2)

PROD

UKSI

(Kg)

BIAYA

PRODUKSI

(Rp)

HARGA

JUAL

(Rp/Kg)

PENERIMAAN PENDAPATAN

50 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

51 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

52 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708

53 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

54 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

55 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

56 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708

57 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

58 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

59 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

60 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

61 360 23 213,292 17,000 391,000 177,708

2 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

63 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

64 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

65 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

66 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

67 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

68 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

69 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708

70 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

71 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708

72 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

73 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

74 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

75 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

76 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

77 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708

78 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

79 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

80 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708

81 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

82 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

83 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

84 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

85 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

86 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

87 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

88 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

89 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708

90 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

91 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

92 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708

93 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

94 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

95 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

96 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

97 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708

98 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

99 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

100 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

Page 108: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

88

Lampiran 7 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik

Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique (NFT). (Lanjutan)

No LAHAN

(M2)

PROD

UKSI

(Kg)

BIAYA

PRODUKSI

(Rp)

HARGA

JUAL

(Rp/Kg)

PENERIMAAN PENDAPATAN

101 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708

102 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708

103 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708

104 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708

105 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708

Total 37,800 1,991 22,395,613 1,785,000 33,847,000 11,451,387

Rata-

rata 360.00 56.38 633,780.61 17,000.00 958,476.19 324,695.58

BIAYA USAHA TANI

TC : FC + FC

FC : BIAYA TETAP USAHA TANI Rp 3,185,863

VC : BIAYA TIDAK TETAP Rp 19,209,750

TC : TOTAL USAHA TANI Rp 22,395,613

PENERIMAAN USAHA TANI

TR : P x Q

P : HARGA JUAL Rp 17,000

Q : PRODUKSI YANG DIPEROLEH Rp 1,991

TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 33,847,000

PENDAPATAN USAHATANI

Π : TR – TC

TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 33,847,000

TC : TOTAL BIAYA Rp 22,395,613

Π : PENDAPATAN USAHA TANI Rp 11,451,387

RASIO PENERIMAN ATAS BIAYA (R/C RATIO)

TOTAL PENERIMAAN BIAYA PENJUALAN Rp 33,847,000

TOTAL BIAYA Rp 22,395,613

Rp 1.5

Page 109: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

89

Lampiran 8 Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik Sistem

Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)

ISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE

SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE

NO PRODUKSI

(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2

NO

PRODUKSI

(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2

1 20 -0.028571 0.00081633

1 18 -0.961905 0.92526077

2 23 2.971429 8.82938776

2 18 -2.028571 4.11510204

3 19 -1.028571 1.05795918

3 20 -0.028571 0.00081633

4 21 0.971429 0.94367347

4 20 1.038095 1.07764172

5 20 -0.028571 0.00081633

5 20 1.038095 1.07764172

6 20 -0.028571 0.00081633

6 17 -1.961905 3.84907029

7 18 -2.028571 4.11510204

7 16 -2.961905 8.77287982

8 17 -3.028571 9.17224490

8 18 -0.961905 0.92526077

9 20 -0.028571 0.00081633

9 19 0.038095 0.00145125

10 22 1.971429 3.88653061

10 17 -1.961905 3.84907029

11 25 4.971429 24.71510204

11 18 -0.961905 0.92526077

12 19 -1.028571 1.05795918

12 15 -3.961905 15.69668934

13 20 -0.028571 0.00081633

13 19 0.038095 0.00145125

14 16 -4.028571 16.22938776

14 18 -0.961905 0.92526077

15 20 -0.028571 0.00081633

15 19 0.038095 0.00145125

16 20 -0.028571 0.00081633

16 17 -1.961905 3.84907029

17 20 -0.028571 0.00081633

17 19 0.038095 0.00145125

18 22 1.971429 3.88653061

18 16 -2.961905 8.77287982

19 20 -0.028571 0.00081633

19 19 0.038095 0.00145125

20 23 2.971429 8.82938776

20 19 0.038095 0.00145125

21 20 -0.028571 0.00081633

21 20 1.038095 1.07764172

22 22 1.971429 3.88653061

22 20 1.038095 1.07764172

23 20 -0.028571 0.00081633

23 21 2.038095 4.15383220

24 24 3.971429 15.77224490

24 20 1.038095 1.07764172

25 20 -0.028571 0.00081633

25 16 -2.961905 8.77287982

26 22 1.971429 3.88653061

26 16 -2.961905 8.77287982

27 20 -0.028571 0.00081633

27 18 -0.961905 0.92526077

28 23 2.971429 8.82938776

28 19 0.038095 0.00145125

29 20 -0.028571 0.00081633

29 20 1.038095 1.07764172

30 23 2.971429 8.82938776

30 20 1.038095 1.07764172

31 20 -0.028571 0.00081633

31 20 1.038095 1.07764172

32 22 1.971429 3.88653061

32 20 1.038095 1.07764172

33 18 -2.028571 4.11510204

33 20 1.038095 1.07764172

34 19 -1.028571 1.05795918

34 18 -0.961905 0.92526077

35 17 -3.028571 9.17224490

35 18 -0.961905 0.92526077

36 19 -1.028571 1.05795918

36 18 -0.961905 0.92526077

37 19 -1.028571 1.05795918

37 18 -0.961905 0.92526077

38 20 -0.028571 0.00081633

38 20 1.038095 1.07764172

39 20 -0.028571 0.00081633

39 22 3.038095 9.23002268

40 23 2.971429 8.82938776

40 19 0.038095 0.00145125

41 20 -0.028571 0.00081633

41 19 0.038095 0.00145125

42 22 1.971429 3.88653061

42 20 1.038095 1.07764172

43 19 -1.028571 1.05795918

43 19 0.038095 0.00145125

44 18 -2.028571 4.11510204

44 18 -0.961905 0.92526077

45 20 -0.028571 0.00081633

45 20 1.038095 1.07764172

46 20 -0.028571 0.00081633

46 20 1.038095 1.07764172

47 21 0.971429 0.94367347

47 20 1.038095 1.07764172

48 20 -0.028571 0.00081633

48 20 1.038095 1.07764172

49 23 2.971429 8.82938776

49 24 5.038095 25.38240363

50 20 -0.028571 0.00081633

50 20 1.038095 1.07764172

51 20 -0.028571 0.00081633

51 20 1.038095 1.07764172

52 15 -5.028571 25.28653061

52 22 3.038095 9.23002268

53 19 -1.028571 1.05795918

53 21 2.038095 4.15383220

54 19 -1.028571 1.05795918

54 20 1.038095 1.07764172

55 18 -2.028571 4.11510204

55 20 1.038095 1.07764172

56 22 1.971429 3.88653061

56 15 -3.961905 15.69668934

57 23 2.971429 8.82938776

57 18 -0.961905 0.92526077

58 20 -0.028571 0.00081633

58 18 -0.961905 0.92526077

Page 110: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

90

Lampiran 8 Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik Sistem

Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).

(Lanjutan)

ISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE

SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE

NO PRODUKSI

(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2

NO

PRODUKSI

(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2

59 19 -1.028571 1.05795918

59 19 0.038095 0.00145125

60 20 -0.028571 0.00081633

60 21 2.038095 4.15383220

61 16 -4.028571 16.22938776

61 23 4.038095 16.30621315

62 20 -0.028571 0.00081633

62 20 1.038095 1.07764172

63 19 -1.028571 1.05795918

63 20 1.038095 1.07764172

64 16 -4.028571 16.22938776

64 17 -1.961905 3.84907029

65 24 3.971429 15.77224490

65 19 0.038095 0.00145125

66 20 -0.028571 0.00081633

66 20 1.038095 1.07764172

67 18 -2.028571 4.11510204

67 21 2.038095 4.15383220

68 20 -0.028571 0.00081633

68 19 0.038095 0.00145125

69 22 1.971429 3.88653061

69 16 -2.961905 8.77287982

70 20 -0.028571 0.00081633

70 20 1.038095 1.07764172

71 20 -0.028571 0.00081633

71 15 -3.961905 15.69668934

72 18 -2.028571 4.11510204

72 18 -0.961905 0.92526077

73 19 -1.028571 1.05795918

73 19 0.038095 0.00145125

74 20 -0.028571 0.00081633

74 19 0.038095 0.00145125

75 20 -0.028571 0.00081633

75 19 0.038095 0.00145125

76 20 -0.028571 0.00081633

76 20 1.038095 1.07764172

77 17 -3.028571 9.17224490

77 15 -3.961905 15.69668934

78 20 -0.028571 0.00081633

78 17 -1.961905 3.84907029

79 20 -0.028571 0.00081633

79 20 1.038095 1.07764172

80 20 -0.028571 0.00081633

80 22 3.038095 9.23002268

81 19 -1.028571 1.05795918

81 17 -1.961905 3.84907029

82 19 -1.028571 1.05795918

82 18 -0.961905 0.92526077

83 16 -4.028571 16.22938776

83 21 2.038095 4.15383220

84 20 -0.028571 0.00081633

84 20 1.038095 1.07764172

85 19 -1.028571 1.05795918

85 19 0.038095 0.00145125

86 18 -2.028571 4.11510204

86 19 0.038095 0.00145125

87 23 2.971429 8.82938776

87 21 2.038095 4.15383220

88 20 -0.028571 0.00081633

88 20 1.038095 1.07764172

89 20 -0.028571 0.00081633

89 21 2.038095 4.15383220

90 24 3.971429 15.77224490

90 20 1.038095 1.07764172

91 18 -2.028571 4.11510204

91 17 -1.961905 3.84907029

92 18 -2.028571 4.11510204

92 15 -3.961905 15.69668934

93 19 -1.028571 1.05795918

93 20 1.038095 1.07764172

94 20 -0.028571 0.00081633

94 20 1.038095 1.07764172

95 22 1.971429 3.88653061

95 19 0.038095 0.00145125

96 21 0.971429 0.94367347

96 18 -0.961905 0.92526077

97 20 -0.028571 0.00081633

97 15 -3.961905 15.69668934

98 19 -1.028571 1.05795918

98 19 0.038095 0.00145125

99 18 -2.028571 4.11510204

99 18 -0.961905 0.92526077

100 24 3.971429 15.77224490

100 20 1.038095 1.07764172

101 20 -0.028571 0.00081633

101 22 3.038095 9.23002268

102 20 -0.028571 0.00081633

102 20 1.038095 1.07764172

103 22 1.971429 3.88653061

103 18 -0.961905 0.92526077

104 21 0.971429 0.94367347

104 19 0.038095 0.00145125

105 20 -0.028571 0.00081633

105 17 -1.961905 3.84907029

Total 2,103 0.00000000 376.91428571

Total 1,991 2.13333333 331.96063492

Rata-

rata 20.03

Rata-

rata 18.96

Sd

1.90372682

Sd

1.78659710

Sd2

3.62417582

Sd2

3.19192918

KESALAHAN BAKU

0.25478478

Z

4.19

Page 111: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

91

Lampiran 9 Tabel Z Scor

Page 112: PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIK DEEP FLOW TECHNIQUE …

92