Upload
pendampingmatakuliahagama
View
44
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kepolisian
Citation preview
PERBANDINGAN SISTEM PERADILAN INDONESIA DAN AMERIKA
I. SISTEM KEPOLISIAN AMERIKA SERIKAT
Amerika Serikat adalah negara federal yang berbentuk republik. Negara bagian
memegang kunci penting karena kekuasaan federal merupakan penyerahan sebagian
kekuasaan negara bagian yang semula sebagai pembentuk negara federal. Undang-undang
dasar yang pertama ada adalah UUD negara bagian. Dalam hal pembagian kekuasaan antara
Pemerintah Federal dengan Pemerintah Negara Bagian State mendelegasikan kekuasaan
kepada Federal Government dalam undang-undang dasar terhadap 18 jenis urusan yaitu :
1. Menarik pajak.
2. Meminjam dan mencetak uang.
3. Mendirikan kantor pos dan jalan-jalan/ jaringan pos.
4. Mengatur perdagangan antar negara dan luar negeri.
5. Membentuk badan-badan peradilan.
6. Menyatakan perang.
7. Membentuk dan memelihara Angkatan Darat /Army.
8. Membentuk dan memelihara Angkatan Laut/ Navy.
9. Menyelenggarakan milisi.
10. Menyelenggarakan hubungan luar negeri.
Kekuasaan yang tetap berada pada State (Reserved Powers, Exclusive State Powers)
antara lain urusan :
1. Mengatur perdagangan dalam state.
2. Membentuk pemerintahan daerah (Local Government).
3. Melindungi kesehatan, keselamatan dan kesusilaan.
4. Melindungi jiwa dan harta benda serta memelihara ketertiban.
Di samping itu terdapat kekuasaan yang dimiliki secara bersama-sama antara federal
dan state (Concurrent Powers) . Urusan tersebut antara lain :
1. Memungut pajak.
2. Meminjam uang.
3. Membentuk badan-badan peradilan.
4. Membentuk dan menegakkan undang-undang.
Pemerintah federal dapat memperluas kekuasaan dengan berpatokan pada Teory
Implied Powers. Teori ini menyebutkan bahwa United State Congres diberi wewenang untuk
membuat undang-undang yang dianggap perlu dan sesuai (necessary and power).
Kewenangan yang sama juga diberikan kepada pemerintah/departemen. Di samping implied
powers di atas pemerintah federal dapat memperluas kewenangan melalui interpretasi dari
Mahkamah Agung Federal, amandemen konstitusional. Pemerintah federal juga dapat
memberikan bantuan kepada pemerintah negara bagian.
Sistem Pemerintahan
Pembagian kekuasaan di Amerika Serikat menganut azas Trias Politica di mana
kekuasaan eksekutif berada di tangan Presiden, kekuasaan legislative ada pada Kongres
(terdiri dari Senat dan House of Representatives), kekuasaan yudikatif pada Supreme of
Court/ Mahkamah Agung. Amerika Serikat juga menganut azas “keseimbangan” (Check &
Balance) di mana Presiden mempunyai hak veto tetapi tidak mempunyai kewenangan untuk
membubarkan Kongres. Presiden dalam mengangkat jabatan- jabatan penting harus mendapat
persetujuan dari Kongres (senat) misalnya : Duta Besar, Direktur CIA, dan lain-lain.
Rancangan undang-undang APBN yang dibuat {Presiden juga harus mendapat persetujuan
Kongres. Mahkamah Agung juga dapat menyatakan Presiden melanggar UUD padahal
Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden. Selain menganut azas Trias Politica dan azas
keseimbangan Amerika Serikat juga menganut azas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan
otonomi daerah. Presiden adalah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata. Untuk masalah
keamanan dalam negeri dipisahkan dari masalah pertahanan. Masalah keamanan dalam
negeri merupaka tanggung jawab masing-masing pemerintah mulai pemerintah federal,
pemerintah negara bagian, pemerintah county, pemerintah kota/rural, dan Urban Municipality
(pemerintah desa). Gubernur negara bagian bukan merupakan bawahan Presiden tetapi
otonom penuh sebagai Kepala Negara Bagian. Desentralisasi juga terlihat dalam penyerahan
urusan pemerintah menjadi urusan rumah tangga sendiri. Penyelenggaraan pemerintahan
daerah secara penuh tanpa campur tangan dari pemerintah pusat/ federal. Dekonsentrasi
terlihat dalam pelimpahan wewenang. Untuk masalah tertentu seperti : penegakan undang-
undang (Narkotika, Keamanan Negara).
Negara Federasi Amerika Serikat mempersatukan 50 negara bagian seperti : New
York, Oklahoma, Hawaii, Florida, Washington DC, Guam, Puerto Rico, dan lain-lain (teritori
khusus). Sistem cabinet di Amerika Serikat adalah kabinet presidensil dengan Presiden
sebagai kepala pemerintahan. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat yang
2
dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh sejumlah Menteri. Menteri ini dipilih oleh
Presiden. Presiden dalam pelaksanaan tugasnya tidak bertanggung jawab kepada kongres.
Pemerintahan terendah dalam negara bagian adalah Pemerintahan County/Kabupaten
dan Pemerintahan Municipality/Town/Kota. Dalam pemerintahan ini tidak ada badan
legislative, yang ada Dewan Pemerintah Kota/Kabupaten.Dewan Kota ini dipilih langsung
oleh rakyat. Terdapat 3 sistem antara lain : sistem Walikota-Dewan Kota, sistem Komisaris-
Commissioner dan sistem Manager Kota- City Council. Di sini Kepala Polisi bertanggung
jawab kepada Dewan Kota. Commissioner atau City Council sesuai dengan sistem
pemerintahannya.
Dalam Pemerintahan negara bagian terdapat juga pembagian kekuasaan. Eksekutif
dipegang oleh Gubernur, legislative dipegang oleh DPR yang terdiri dari 2 kamar, yudikatif
dipegang oleh Mahkamah Agung negara bagian. Gunernur bertanggung jawab atas keamanan
dalam negeri. Kepala State Police dipilih oleh Gubernur, namun ada juga yang diangkat oleh
Board yang anggotanya dipilih oleh rakyat. Sementara Kepala Polsus diangkat oleh Kepala
Departemen Pemerintah Negara Bagian yang bersangkutan. Gubernur berwenang
menggunakan National Guard untuk memulihkan keamanan dan ketertiban umum yang
terganggu.
Di pemerintahan federal terdapat menteri-menteri pemerintahan federal seperti :
Menteri Pertanian, Menterin Perdagangan, Menteri Keuangan, menteri Pertahanan, Menteri
Luar Negeri, Menteri Energy, Menteri Kesehatan, Menteri Perumahan, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Buruh, Menteri Transportasi dan Menteri Negara. Setiap menteri ini
mempunyai badan-badan kepolisian yang bertanggung jawab kepada Presiden. Gubernur
tidak bertanggung jawab kepada Presiden, demikian juga dengan Pemerintah Kota dan
Pemerintah County tidak bertanggung jawab kepada Gubernur. Menurut Bruce Smith di
Amerika Serikat yang ada adalah sistem-sistem kepolisian, tidak ada sistem kepolisian
Amerika Serikat. Tanggung jawab keamanan dalam negeri ada pada masing-masing
pemerintahan atau tanggung jawab bersama.
Tipe Pemerintahan
Di Amerika Serikat terdapat 1 Pemerintahan Nasional Amerika Serikat, 50
Pemerintah Negara Bagian dan 80.120 Pemerintah Lokal. Pemerintah lokal ini terdiri dari
3.042 Counties/provinsi, 18.856 Municipalities/kabupaten, 16.822 Townships/kodya dan
41.400 Distrik.
3
Sistem Kepolisian di Amerika Serikat
Untuk sistem Kepolisiannya sendiri, Amerika Serika Menggunakan paradigma
Fragmented System of Policing yaitu sebuah sistem kepolisian yang terpisah dan berdiri
sendiri, atau disebut juga dengan sistem desentralisasi yang ekstrim atau tanpa sistem. Oleh
karena bersistem seperti itu, maka timbul sebuah kekawatiran yang cukup besar terhadap
penyalah gunaan dari suatu organisasi polisi yang otonom. Sehingga dalam penerapan
Fragmanted System ini selalu diikuti dengan pembatasan kewenangan kepolisian.
Sistem kepolidian dengan pola di atas memiliki ciri antara lain yaitu:
Kewenangan yang dimiliki oleh lembaga kepolisian bersifat terbatas, yaitu hanya
sebatas pada daerah di mana suatu badan kepolisian berada. Hal ini dikarenakan secara umum
lembaga kepolisian di setiap daerah di as, baik di tingkat negara bagian sampai dengan
tingkat propinsi maupun kabupaten, memang dibentuk oleh pemerintah daerah setempat dan
diatur dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah dimana
tempatnya berada, sehingga kewenangan tugas hanya sebatas daerah hukum itu saja.
Sehingga untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan beberapa negara bagian atau dalam
bahasa hukum melibatkan beberapa yuridiksi maupun yang masuk dalam kategori
transnational crime, as membentuk badan-badan kepolisian federal dengan wewenang yang
meliputi seluruh daerah di as, strukturnya bisa kita lihat sebagai berikut:
a. Untuk tingkat pusat tidak ada lembaga kepolisian yang melaksanakan
fungsi kepolisian secara penuh, antara lain: Dinas Imigrasi dan
Naturalisasi atau Border Patrol, FBI, Dinas Hubungan Internasional, DEA,
US Marshal Service, US Secret Service, Dinas Satuan Intel dari Biro
Pajak, Divisi Bea dan Cukai, dan Divisi dari Kantor Pos.
b. Untuk kepolisian tingkat Negara Bagian ada beberapa dinas, yaitu: State
Police, State Constabulary, State Highway Police, State Trooper, State
Ranger, Biro Identifikasi dan Penyidikan Kriminal, Polisi-polisi khusus di
lingkup Deaprtemen, National Guard, dan Railway Police.
c. Badan Kepolisian County yang biasanya dipimpin oleh seorang Sheriff.
Selain itu pemerintah county juga mempunya beberapa polisi khusus,
antara lain: Parkway Police, Boulevard Police, Penyelidik Kejaksaan, dan
satuan pengamanan yang tidak memiliki wewenang kepolisian.
4
d. Badan Kepolisian Tingkat Kota yang dikepalai oleh seorang Chief of
Police.
e. Kepolisian Kota yang banyak diemban oleh Departemen Kepolisian,
seperti, Los Angeles Police Departement (LAPD), NYPD, dan lain-lain.
f. Untuk kepolisian di tingkat desa/dusun biasanya diemban oleh one men
police yang disebut constable atau marshal. Ini kemungkinan bisa seperti
Babinkamtibmas yang ada di kepolisian Indonesia.
1. Pengawasan terhadap lembaga kepolisian sifatnya lokal, artinya pengawasan
yang dilakukan terhadap tugas-tugas serta wewenang lembaga kepolisian
dilakukan oleh tiap-tiap struktur lokal yang ditentukan dalam suatu lembaga
kepolisian, termasuk dalam hal ini pengawasan terutama dilakukan secara
melekat oleh publik daerah setempat dimana suatu lembaga kepolisian
tersebut berada. Hal ini memang cenderung dipengaruhi oleh basic model
penerapan hukum yang dianut oleh as yaitu model anglo saxon atau common
law yang mana memang dalam sistem tersebut lemba kepolisian tumbuh dari
adanya kepentingan dalam masyarakat sendiri sehingga representasi polisi
dalam model ini dapat dikatakan sebagai representasi dari masyarakat itu
sendiri. Atau dengan kata lain bahwa polisi adalah milik masyarakat karena
munculnya lembaga kepolisian pada awalnya bukan dikarenakan adanya
kepentingan negara, melainkan karena adanya kepentingan masyarakat
sebagaima filosofi yang dikemukakan oleh Sir Robert Peel, yaitu “The police
are the public and the public ar the police; the police being only members of
the public who are paid to give full time attention to duties which are
incumbent on every citizen in the interest of community welfare and
existance”
2. Penegakkan hukum dilaksanakan secara terpisah atau berdiri sendiri,
maksudnya yaitu bahwa dalam pelaksanaan penegakkan hukum tersebut, suatu
lembaga kepolisian pada daerah tertentu tidak bisa memasuki wilayah hukum
daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap lembaga kepolisian di as
diatur dengan suatu peraturan perundang-undangan tersendiri yang ditentukan
oleh pemerintah daerah setempat, termasuk di dalamnya mengenai hal tekhnis
pelaksanaan penegakkan hukumnya.
II. SISTEM KEPOLISIAN INDONESIA
5
Setiap negara di dunia memiliki sistem Kepolisian sendiri. Sebagaimana diketahui
secara universal hingga kini di dalam negara-negara demokratis terdapat tiga sistem
kepolisian yang digunakan, yaitu Sistem Kepolisian Terpisah (Fragmented System of
Policing), Sistem Kepolisian Terpusat (Centralized System of Policing) dan Sistem
Kepolisian Terpadu (Integrated System of Policing). Ketiga sistem tersebut sangat
dipengaruhi dua model besar penerapan hukum di dunia, yaitu model eropa kontinental atau
civil law sebagaimana yang digunakan di Perancis, Belanda dan Jerman, dan model anglo
saxon atau common law sebagaimana yang digunakan di Inggris, Amerika Serikat dan
Australia
System Kepolisian di suatu negara tidak bisa dipaksakan berlaku untuk negara lain
karena tergantung pada sejarah, budaya masyarakat, sistem pemerintahan, politik dan kontrol
sosial yang diterapkan. Seperti halnya Amerika Serikat menerapkan local police system di
Filipina namun menimbulkan banyak masalah ditingkat pemerintahan daerah, sehingga
Filipina mengubahnya menjadi Integrated National Police dan akhirnya menjadi the Philipine
National Police. Kita perlu mempelajari system Kepolisian negara lain untk membandingkan
dengan tujuan agar dapat diambil suatu manfaat dari suatu sistem kepolisian negara tertentu
bagi negara lainnya, antara lain berupa penataan dan pengembangan organisasi
(organizational development) serta pengembangan potensi kerjasama kerjasama antar
lembaga kepolisian beberapa negara.
System Kepolisian di Indonesia.
System Kepolisian yang dianut oleh Indonesia saat ini adalah system Centralized
System of Policing, yaitu suatu sistem kepolisian yang terpusat/ sentralisasi di mana sistem
kepolisian berada di bawah kendali atau pengawasan langsung oleh pemerintah pusat. Secara
resmi Polri menjadi national police pada tanggal 1 Juni 1946, dengan ketetapan Presiden
Soekarno bersama Mentri Dalam Negeri Soedarsono. Pada era saat ini, system ini dikuatkan
sesuai dengan Undang-Undang no 2 tahun 2002 pasal 5 (2) Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan
peran sebagai dimaksud dalam ayat (1). Ini juga disesuaikan dengan bentuk negara Indonesia
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara-negara yang menganut sistem kepolisian
ini selain Indonesia, antara lain : Perancis, Italia, Finlandia, Israel, Thailand, Taiwan, Irlandia,
Denmark dan Swedia.
Kelebihan dari ciri-ciri system Centralized System of Policing ini antara lain:
6
Menggunakan sistem komando secara terpusat. Sistem kepolisian terpusat terdapat
wewenang yang dimiliki oleh struktur teratas untuk melakukan pengendalian maupun
komando tertentu terhadap seluruh kesatuan di bawahnya, sebagaimana di dalam tubuh Polri,
maka Mabes Polri memiliki wewenang untuk memberikan komando maupun melaksanakan
pengawasan terhadap setiap lapis struktur kesatuan di bawahnya (Polda, Polwil, Polres dan
Polsek).
Terdapat standarisasi profesionalisme, efisiensi dan efektivitas baik dalam bidang
administrasi maupun operasional. Hal ini sangat dimungkinkan dilaksanakan dalam suatu
lembaga kepolisian dengan sistem kepolisian terpusat mengingat seluruh lembaga kepolisian
berada dalam satu wadah lembaga kepolisian nasional yang diatur berdasarkan satu peraturan
perundang-undangan, sebagaimana peraturan perundang-undangan yang mengatur Polri yaitu
UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri.
Wilayah kewenangan hukumnya lebih luas karena kewenangan tersebut bersifat
nasional, sehingga tidak terdapat hambatan terkait dengan hal-hal yurisdiksional terutama
terkait dengan pelaksanaan penegakan hukum. Ruang lingkup pengawasan dalam sistem ini
sifatnya luas karena pengawasan tidak hanya pada tataran lokal tapi secara berjenjang sampai
dengan level nasional.
Penegakan hukum bersifat nasional. Jadi setiap level kepolisian dari pusat sampai
daerah dapat menangani perkara karena aturan dan ketentuan hukum yang ada bersifat
nasional. Namun harus disesuaikan dengan yuridiksi dan locus delicty perkara.
System Centralized System of Polizing birokrasinya cenderung terlalu panjang, mulai
dari level paling bawah hingga paling atas terletak dalam satu rangkaian sistem birokrasi. Hal
ini memang masalah yang selalu melekat pada setiap organisasi dengan rantai birokrasi yang
terlalu panjang, sebagaimana yang terjadi di dalam tubuh Polri karena banyaknya lapis
birokrasi secara berjenjang dari mulai tingkat Polsek hingga Mabes Polri yang berakibat pada
terjadinya ketidakefektifan maupun ketidakefisienan kinerja Polri, terutama yang berada di
level Polres dan Polsek. Untuk itu perlu adanya kolaborasi system pendelegasian wewenang
birokrasi yang dimiliki pusat dan daerah (Mabes Polri sampai Polsek). Misalnya wewenang
dalam pembinaan personil, rekruitmen anggota, penggunaan anggaran, jenis sarana dan
prasarana alut dan alsus kepolisian. Kolaborasi pendelegasian wewenang ini perlu
dilaksanakan selain untuk memotong birokrasi juga untuk menyesuaikan bentuk penerapan
fungsi kepolisian dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia. Seperti kita ketahui Indonesia
7
merupakan negara Bhineka Tunggal Ika yang penuh dengan keragaman dari segi budaya,
sosial dan keyakinan. Untuk system yang diterapkan perlu disesuaikan dengan daerah
masing-masing.
Penerapan systen sentralisasi ini juga mengakibatkan cenderung dijauhi / kurang
didukung masyarakat karena cenderung lebih memihak kepada penguasa. Hal ini dikarenakan
lembaga kepolisian dalam negara dengan sistem kepolisian terpusat muncul dari adanya
kepentingan negara tersebut akan perlunya suatu lembaga kepolisian sehingga terjadi
kecenderungan dimana lembaga kepolisian akan menjadi alat kekuasaan daripada menjadi
pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Berbeda halnya dengan negara dengan sistem
kepolisian terpisah dimana lembaga kepolisian muncul dari adanya kepentingan masyarakat
sehingga lembaga kepolisian yang demikian akan lebih peka terhadap situasi dan kondisi di
dalam masyarakat yang pada akhirnya tugas pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat
akan dapat terlaksana secara optimal tercapai ketentraman di dalam masyarakat. Untuk itu
perlu adanya suatu pola pendekatan masyarakat untuk meraih dukungan dalam hal
pelaksanaan tuga Kepolisian kepada masyarakat yang sifatnya disesuaikan dengan budaya
pemolisian di masing-masing daerah. Anggota Polisi yang mengawaki/melaksanakan system
pun harus polisi local (local boy for local job), namun level pelaksana (bintara). Pola
pemolisian yang diterapkan adalah Community Policing, namun inipun tidak bisa diterapkan
sepenuhnya seperti Community Policing seperti di Jepang karena seperti kita ketahui Jepang
adalah negara yang homogen tidak seperti Indonesia yang lebih heterogen. Jadi community
policing yang diterapkan pun disesuaikan dengan daerah masing-masing sebagaimana filosofi
yang dikemukakan oleh Sir Robert Peel, yaitu The police are the public and the public are the
police; the police being only members of the public who are paid to give full time attention to
duties which are incumbent on every citizen in the interests of community welfare and
existence.
8
9