27
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang memberikan kontribusi yang besar. Pajak digunakan sebagai sarana pendukung dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pajak memiliki peran yang sangat vital sebagai alat pencapaian tujuan. Sehingga, pengelolaan dan pemanfaatan pajak harus dipertanggungjawabkan sebaik mungkin. Dalam perpajakan, negara bertugas untuk memungut pajak dan rakyat sebagai Wajib Pajak. Dalam pemungutan pajak terdapat teknik pemungutan yang mengatur tentang tata cara pemungutan dan penghitungan pajak disebut juga dengan sistem perpajakan. Di Indonesia terdapat perubahan mendasar dalam teknik pemungutan pajak. Pada tahun 1983 saat terjadi reformasi perpajakan (tax reform) mengalami perubahan teknik pemungutan pajak dari Official Assesment menjadi Self Assesment. Perubahan ini memberikan dampak terhadap sistem perpajakan di Indonesia. Dalam metode Self Assesment, Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh dan tanggungjawab yang lebih besar untuk melakukan penghitungan pajak mulai mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, menghitung besarnya pajak yang terutang, membayar pajaknya sendiri ke bank atau kantor pos, dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (PKP). 1

Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perpajakan

Citation preview

Page 1: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang memberikan kontribusi

yang besar. Pajak digunakan sebagai sarana pendukung dan peningkatan pembangunan

nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pajak memiliki peran

yang sangat vital sebagai alat pencapaian tujuan. Sehingga, pengelolaan dan pemanfaatan

pajak harus dipertanggungjawabkan sebaik mungkin. Dalam perpajakan, negara bertugas

untuk memungut pajak dan rakyat sebagai Wajib Pajak. Dalam pemungutan pajak terdapat

teknik pemungutan yang mengatur tentang tata cara pemungutan dan penghitungan pajak

disebut juga dengan sistem perpajakan.

Di Indonesia terdapat perubahan mendasar dalam teknik pemungutan pajak. Pada tahun

1983 saat terjadi reformasi perpajakan (tax reform) mengalami perubahan teknik

pemungutan pajak dari Official Assesment menjadi Self Assesment. Perubahan ini

memberikan dampak terhadap sistem perpajakan di Indonesia. Dalam metode Self

Assesment, Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh dan tanggungjawab yang lebih besar

untuk melakukan penghitungan pajak mulai mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak,

menghitung besarnya pajak yang terutang, membayar pajaknya sendiri ke bank atau kantor

pos, dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (PKP).

Untuk dapat melakukan kewajiban perpajakannya berdasarkan Self Assessment, wajib

pajak harus bisa menghitung besarnya penghasilan kena pajak yaitu dengan melakukan

suatu pembukuan yang sistematis yang mencakup pencatatan harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya. Dalam prakteknya, perusahaan sebagai wajib pajak melakukan

pembukuan atau penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diselaraskan dengan

Standar Akuntansi Internasional. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan SAK harus

disesuaikan terlebih dahulu dengan laporan keuangan yang sesuai dengan Undang-Undang

Perpajakan Pajak Penghasilan Badan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan dalam

pengakuan laba usaha. hal ini menyebabkan perbedaan dalam menentukan besarnya pajak

pengahasilan badan menurut laba komersil dan laba fiskal.

1

Page 2: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian Laporan Keuangan

2.1.1 Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Komersial)

Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian yang

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan

adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan investasi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada

mereka.

Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan

mulai yang efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1

Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini :

1.  laporan posisi keuangan pada akhir periode

2.  laporan laba rugi komprehensif selama periode

3.  laporan perubahan ekuitas selama periode

4.  laporan arus kas selama periode

5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan

informasi penjelasan lain; dan

6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas

menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian

kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos

dalam laporan keuangannya.

2.1.2 Menurut Perpajakan (Fiskal)

Laporan keuangan fiskal adalah suatu penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan

dan kinerja keuangan suatu entitas berdasarkan peraturan perpajakan dan digunakan untuk

keperluan penghitungan pajak. Tujuan dari laporan keuangan fiskal adalah untuk menghitung

2

Page 3: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

penghasilan kena pajak dan beban pajak yang harus dibayar kepada Negara. Negara lebih

memperhatikan laporan keuangan dilampirkan dalam SPT yang meliputi unsur:

1. Laba tahun berjalan

2. Distribusi laba

3. Peredaran

4. Pengeluaran untuk karyawan dan pembelian jasa yang lain.

2.2 Perbedaan Laporan Keungan Fiskal dan Laporan Keungan Komersial

2.2.1 Perbedaan Prinsip Akuntansi

1. Prinsip Konservatisme

a. Akuntansi komersial bersifat konservatif terhadap sesuatu transaksi yang belum

menjadi suatu fakta, dengan cara membentuk penyisihan atas resiko kerugian yang

mungkin diderita (Penghapusan piutang dan cadangan kerugian)

b. Akuntansi Pajak kurang tertarik kepada estimasi dan perhitungan angka yang belum

terjadi secara nyata dan menganut realitas, kecuali untuk jenis perusahaan bank dan

Asuransi.

2. Prinsip Harga Perolehan

a. Akuntansi Komersial, penentuan harga perolehan untuk barang yang diproduksi

sendiri boleh memasukkan unsur biaya tenaga kerja yang berupa natura.

b. Akuntansi Fiskal, pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai

pengurangan atau biaya.

3. Konsisten

a. Akuntansi komersial menekankan penerapan suatu metode akuntansi secara taat

asas, kecuali terdapat alasan dan bukti yang cukup kuat untuk melakukan

penggantian metode

b. Akuntansi pajakdalam konteks konsepsional menetukan lain, misalnya pengakuan

hasil operasi mancanegara (dengan penolakan terhadap konsolidasi kerugian

berdasarkan penjelasan Pasal 4 UU PPh)

3

Page 4: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

2.2.2 Perbedaan Pengakuan Penghasilan

2.2.2.1 Penghasilan Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23.3)

“Penghasilan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang

tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Pendapatan hanyalah merupakan komisi yang

diterima dari prinsipal. Pendapatan dapat dibebankan menjadi dua bagian yaitu pendapatan dari

usaha dan pendapatan yang berasal dari luar usaha. Pendapatan dari usaha merupakan

pendapatan yang berasal dari kegiatan usaha perusahaan.

2.2.2.2 Pennghasilan Menurut Pajak

Menurut UU Pajak No. 17 Tahun 2000, penghasilan dapat didefinisikan sebagai setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama

dan dalam bentuk apapun.

a. Penghasilan yang Termasuk Objek Pajak (UU PPh No. 17 Tahun 2000 dan UU

PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) )

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang

pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-

Undang Pajak Penghasilan;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

3. Laba usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan

lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena

c. pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota ;

d. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan

atau pengambilalihan usaha;

e. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,

kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus

4

Page 5: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

f. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam

perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi ;

8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. Premi asuransi;

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

19. Surplus Bank Indonesia.

b. Penghasilan Tidak Termasuk Objek Pajak (UU PPh No. 17 Tahun 2000 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3) )

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau

lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima

5

Page 6: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk

agama yang diakui di Indonesia;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau

pengusaha kecil termasuk koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro

dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

3. Warisan;

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal;

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,

kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, wajib Pajak yang dikenakan pajak

secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed

profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh;

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan

asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi

beasiswa;

7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP

Dalam Negeri, koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

b. bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima dividen,

kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%

(dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan , baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang

tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

6

Page 7: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang

modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan

kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba

dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di

Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan

dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan; dan

b. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu:

a. Diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi

beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang terstruktur

baik di dalam negeri maupun luar negeri;

b. Tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau

pengurus dari wajib pajak pemberi beasiswa;

c. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah,

biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil,

biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan

daerah lokasi tempat belajar;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak

dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar

pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan

prasarana kegiatan bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam

jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;

14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Peenyelenggara jaminan Sosial

kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

c. Objek Pajak PPh Final

7

Page 8: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

1. Bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya;

2. Penghasilan berupa hadiah undian;

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek;

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, serta

5. Penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Tarif berikut ini merupakan tarif yang berlaku berdasarkan UU No.36 tahun 2008 Pajak

Penghasilan :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PajakSampai dengan Rp. 50.000.000,- 5% (Lima Persen)Diatas Rp. 50.000.000,-  s.d. Rp. 250.000.000,- 15% (Lima Belas Persen)Diatas Rp. 250.000.000,- s.d. Rp. 500.000.000,- 25% (Dua Puluh Lima

Persen)Diatas Rp. 500.000.000,- 30% (Tiga Puluh Persen)

  

UU No. 36  tahun 2008 maka tarif pajak badan menjadi tarif tunggal yaitu :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PajakTahun 2009 (mulai berlaku 1 Januari 2009) 28% (Dua Puluh Delapan

Persen)Tahun 2010 (mulai berlaku 1 Januari 2010) 25% (Dua Puluh Lima Persen)

  1. Tarif PPh Pasal 17 ayat (2b) Bagi WP badan yang telah go public diberikan

pengurangan tarif 5% dari tarif normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham

dimiliki oleh masyarakat.

2. Tarif PPh Pasal 31E Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif

pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal, dengan syarat peredaran brutonya

belum melebihi Rp 4,8 miliar. 

2.2.3 Perbedaan Pengakuan Biaya

2.2.3.1 Biaya Menurut Standar Akuntansi

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam SAK,

biaya adalah penurunan manfaat ekonomis selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus

kas keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan

ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

8

Page 9: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Pengakuan atas biaya atau cost berhubungan dengan dasar atau prinsip akuntansi yang

digunakan dalam mencatat biaya tersebut yaitu accrual basis yaitu biaya diakui walaupun

belum ada pengeluaran atau pembayaran kas atas biaya yang terjadi tersebut, dan cash basis

yaitu pencatatan dan pengakuan biaya hanya akan dilakukan jika telah terjadi pembayaran atau

pengeluaran kas dan apabila belum ada pengeluaran kas maka biaya tersebut tidak diakui.

2.2.3.2 Biaya Menurut Pajak

Menurut pajak tidak semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat diakui

sebagai pengurangan, meskipun biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.

Biaya menurut pajak dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Biaya yang Dapat Dikurangkan (Deductable Expense)

Biaya - biaya yang dapat dikurangkan untuk menghitung penghasilan kena

pajak menurut Pasal 6 UU PPh No. 17 Tahun 2000 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008

adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, terdiri atas :

a, Biaya pembelian bahan, biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang

diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan

limbah, piutang yang nyata - nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya

administrasi, pajak kecuali pajak penghasilan dan biaya promosi. Biaya promosi

merupakan penambahan biaya dalam pasal 6 ayat (I) UU PPh No. 36 Tahun 2008

yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK. 03/2009

tanggal10 Juni 2009.

b. Penyusustan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa

manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan diatur lebih lanjut dalam pasal 11 dan 11A:

Tabel 2.1 Ketentuan Penyusutan Kelompok Harta Berwujud

9

Page 10: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Tabel2.2 Ketentuan

Penyusutan Kelompok Harta Tidak Berwujud

Kelompok TakBerwujud

Masa ManfaatTarif Amortisasi

GarisLurus

Saldo Menurun

Kelompok I

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok4

4 Tahun

8 Tahun

16 Tahun

20 Tahun

25%

12,50%

6,25%

5%

50%

25%

12,50%

10%

Jenis - jenis harta atau aktiva berwujud diatur lebih lanjut dalam Keputusan

Menteri Keuangan Nomor KMK.138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 yang telah

diubah kedalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK.96/PMK 03 Tahun 2009

tanggal 15 Mei 2009.

c. luran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

d. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan

dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan;

e. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. Piutang yang nyata- nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :

10

Kelompok Harta

Berwujud

Masa ManfaatTadfPenyusutan

GarisLurus

Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan

Kelompok I

Kelompok2

Kelompok 3

Kelompok4

II. Bangunan

Permanen

Tidak Permanen

4 Tahun

8 Tahun

16 Tahun

20 Tahun

20 Tahun

10 Tahun

25%

12,50%

6,25%

5%

5%

10%

50%

25%

12,50%

10%

Page 11: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

1) Telah dibebakan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan

Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis

mengenai penghapusan piutang atau pembebasan utang antara kreditor dengan

debitor yang bersangkutan;

3) Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;

4) Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada

Dirjen Pajak.

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional;

J· Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

Indonesia;

k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial;

I. Sumbangan fasilitas pendidikan;

m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga.

Biaya - biaya yang dijelaskan pada huruf i sampai dengan huruf m merupakan

penambahan dalam UU PPh No. 36 Tahun 2008 yang diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2009 tanggal 9 Februari 2009.

Ketentuan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto selain diatur

dalam pasal 6 UU PPh No.17 Tahun 2000 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008, diatur juga

dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP.220/PJ/2002 tanggal 18 April

2002 yang menjelaskan biaya yang boleh dikurangkan sebesar 50% untuk menghitung

penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut :

1. Biaya perolehan atau pembelian telepon selular yang dimiliki dan dipergunakan

perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya;

2. Biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon selular

yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena

jabatan atau pekerjaannya;

3. Biaya perolehan, pembelian, dan atau perbaikan besar kendaraan sedan atau

sejenis yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu

karena jabatan atau pekerjaannya;

4. Biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan atau sejenis yang

dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan

11

Page 12: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

atau pekerjaannya.

b. Biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan (Non Deductable Expense)

Berdasarkan pasal 9 UU PPh No. 17 Tahun 2000 dan UU PPh No. 36 Tahun 2008

mengatur tentang biaya - biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan

bruto perusahaan yaitu :

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti

dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada

pemegang polis, dan pembagian sisa basil usaha koperasi;

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. Pembetukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang

tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan

untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang

ketentuan dan syarat - syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan;

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi,

kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai

penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan;

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan

dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman

bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan

kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau

kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan

dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan, kecuali zakat atas penghasilan

yang nyata - nyata dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama

Islam danlatau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk

agama Islam kepada badan ami! zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk

atau disahkan oleh pemerintah;

12

Page 13: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

h. Pajak Penghasilan (PPh);

1. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib

pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

j. Gaji yang dibayarkan pad a anggota persekutuan frma atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang - undangan

dibidang perpajakan;

l. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

mempunya1 masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dibolehkan untuk

dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau

amortisasi.

Tabel Berikut menggambarkan pengelompokan harta tak berwujud, metode,

serta tarif amortisasinya

Kelompok Harta Tak Berwujud Masa Manfaat

Tarif AmortisasiGaris Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

Tabel amortisasi di atas juga berlaku untuk :

1. Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan.

Pengeluaran ini dapat juga dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran.

2. Pengeluaran yang dilakukan sebelum operasi komersial, misalnya biaya studi kelayakan

dan biaya produksi percobaan, yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Pengeluaran ini dikapitalisasi kemudian di amortisasi sesuai tabel di atas. Satu hal yang

harus diperhatikan adalah bahwa biaya operasional yang bersifat rutin seperti biaya

rekening listrik dan telepon, gaji pegawai, dan biaya kantor lainnya, tidak boleh

dikapitalisasi tetapi dibebankan sekaligus pada tahun pengeluaran.

13

Page 14: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

2.3 Koreksi Fiskal

Seperti dikutip dari Resmi (2003), koreksi fiskal meliputi pengakuan

pendapatan dan biaya yang dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif.

2.3.1 Koreksi Fiskal Positif

Koreksi fiscal positif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan

meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan

Terhutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiscal positif diantaranya :

1. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan.

2. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP

3. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang

ditangguhkan menurut WP lebih tinggi.

4. Biaya yang didapatkan dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak.

5. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final.

2.3.2 Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiscal negative adalah koreksi atau penyesuaian yang akan menyebabkan

menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnnya juga akan menurun.

Koreksi fiscal negative diantaranya :

1. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah, selisih

amortisasi

2. Penghasilan yang di dapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

3. Penehasilan yang di dapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final

2.4 Perbedaan Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda

dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan netto/ laba yang sesuai

dengan ketentuan pajak. Menurut Rusdji (2007) terdapat perbedaan dalam perlakuan

penetapan pendapatan dan biaya menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17

Tahun 2000 dengan SAK sebagai akibat adanya beda tetap dan beda sementara atau

beda waktu. Perlakuan akuntansi terhadap perbedaan tersebut perlu dilakukan

rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiscal dan

14

Page 15: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

pengaruh perbedaan tersebut terhadap laporan keuangan yaitu pada besarnya jumlah

pajak terutang dan jumlah laba usaha.

2.4.1 Beda Tetap

Menurut Rusdji (2007), bagi perusahaan semua pemasukan adalah pendapatan

yang akan menambah laba kena pajak dan semua pengeluaran adalah beban yang

akan mengurangi laba kena pajak. Bagi Ditjen Pajak, tidak semua pemasukan adalah

penambah laba kena pajak, ada beberapa pendapatan yang bukan penambah laba kena

pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final dan tidak

semua pengeluaran adalah pengurang laba kena pajak karena ada bebrapa jenis

pengeluaran (misal : sumbangan tanpa daftar normatif). Perbedaan seperti ini dalam

perpajakan disebut sebagai beda tetap.

2.4.2 Beda Sementara / Beda Waktu

Menurut Rusdji (2007) , perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan

karena bedanya saat pengakuan baik terhadap pendapatan amupun beban

(pendapatan/beban tangguhan) , juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana

Ditjen Pajak menggunakan metode garis lurus (straight line method) sementara

perusahaan menggunakan metode lain yang berakibat adanya perbedaan alokasi

beban penyusutan. Prakiraan umur ekonomis atas aktiva tetap juga berpengaruh

terhadap perbedaan tersebut. Perbedaan seperti ini disebut dengan beda sementara

atau beda waktu.

15

Page 16: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

Daftar Pustaka

Hendriyadewanti, Valentin : Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Keuangan Komersial Pada

PT.ABC, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata, Semarang, 2011

Setiadi, B. Pompong : Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Berdasarkan Laba

Fiskal dan Laba Komersil Pada PT.BPR.Dinar Pusaka Sidoarjo, STIE Mahardika, Surabaya,

2012 : Media Mahardika

News Akuntansi : Pengertian Laporan Keuangan Menurut PSAK, Diperoleh 11 Januari 2014

dari http://newsakuntansi.blogspot.com/2013/05/pengertian-laporan-keuangan-menurut-psak.html

Pajak.go.id : Seri PPh Objek Pajak Penghasilan, Diperoleh 11 Januari 2014 dari http: //www.pajak.go.id/content/seri-pph-objek-pajak-penghasilan

Pajak Online : Biaya-Biaya Yang Dapat Dikurangkan, Diperoleh 11 Januari 2014 dari http: //www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=248

Solusi Bijak : Biaya Yang Tidak Dapat Dikurangkan Dari PPh Badan (Undeductable Expense), Diperoleh 11 Januari 2014 dari http://solusibijak.com/biaya-yang-tidak-dapat-dikurangkan-dari-pph-badan

Perpajakan1 : Biaya-Biaya Yang Dapat Dikurangkan (Deductable Expense), Diperoleh 11 Januari 2014 dari http://perpajakan1.wordpress.com/2013/04/15/biaya-biaya-yang-dapat-dikurangkan-deductible-expenses/

Klinik Pajak : Rekonsiliasi Fiskal, Diperoleh 11 Januari 2014 dari http: //www.klinikpajak.com/2009/rekonsiliasi-fiskal.html

Ilmu Ekonomi : Perbedaan Tetap dan Perbedaan Waktu, Diperoleh 11 Januari 2014 dari http://www.ilmu-ekonomi.com/2012/02/perbedaan-tetap-dan-perbedaan-waktu.html

16

Page 17: Perbedaan Antara Laporan Keuangan Komersial Dan Laporan Keuangan Fiskal

17