42
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN METODE GOD-PAP DAN CARA STRIP PADA MAHASISWA ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG ABSTRAK PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN METODE GOD-PAP DAN CARA STRIP PADA MAHASISWA ANALIS KESEHATAN POLTEKES KEMENKES TANJUNGKARANG Oleh AHMAD AKUAN Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara enzimatik, tidak lagi dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya zat-zat lain yang akan memberikan hasil tinggi palsu. Cara enzimatik dapat dilakukan dengan cara otomatis seperti dengan GOD- PAP dan cara Strip. Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu : presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen, pemeliharaan alat dan reagen dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan pada cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis dan mudah dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus. Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, bilirubin dan hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa pada Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang dengan menggunakan metode GOD-PAP dan cara strip. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel yang digunakan adalah Mahasiswa Analis Kesehatan yang berjenis kelamin laki laki yang berjumlah 61 orang. Hasil penelitian ini adalah kadar glukosa rata- rata yang diperiksa dengan metode GOD-PAP adalah 114 mg/dl, kadar maksimal adalah 209 mg/dl, kadar minimalnya adalah 73 mg/dl, dan kadar glukosa rata- rata yang diperiksa dengan cara strip adalah 103 mg/dl, kadar maksimalnya adalah 198 mg/dl, kadar minimalnya adalah 70 mg/dl. Nilai standar deviasi (Sd) dari seluruh sampel adalah 4,663. Diperoleh hasil nilai (t ) hitung sebesar 17,269 sedangkan (t) tabel sebesar 2,00. Dari hasil tersebut ( t) hitung > ( t) tabel,maka Hipotesis diterima Kata kunci : kadar glukosa, metode GOD-PAP, cara strip.

Perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa dengan metode god

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN

METODE GOD-PAP DAN CARA STRIP PADA MAHASISWA ANALIS

KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG

ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN METODE

GOD-PAP DAN CARA STRIP PADA MAHASISWA ANALIS KESEHATAN

POLTEKES KEMENKES TANJUNGKARANG

Oleh

AHMAD AKUAN

Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara enzimatik, tidak lagi

dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya zat-zat lain yang akan memberikan

hasil tinggi palsu. Cara enzimatik dapat dilakukan dengan cara otomatis seperti dengan GOD-

PAP dan cara Strip. Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu : presisi

tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid,

volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada

reagen, pemeliharaan alat dan reagen dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan

pada cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya butuh sampel

sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis dan mudah dipergunakan jadi dapat

dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus. Kekurangannya adalah akurasinya belum

diketahui, dan memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain

(Vitamin C, lipid, bilirubin dan hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan

untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa

pada Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang dengan menggunakan

metode GOD-PAP dan cara strip.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel yang digunakan adalah Mahasiswa Analis Kesehatan

yang berjenis kelamin laki laki yang berjumlah 61 orang.

Hasil penelitian ini adalah kadar glukosa rata- rata yang diperiksa dengan metode GOD-PAP

adalah 114 mg/dl, kadar maksimal adalah 209 mg/dl, kadar minimalnya

adalah 73 mg/dl, dan kadar glukosa rata- rata yang diperiksa dengan cara strip adalah 103 mg/dl,

kadar maksimalnya adalah 198 mg/dl, kadar minimalnya adalah 70 mg/dl. Nilai standar deviasi

(Sd) dari seluruh sampel adalah 4,663. Diperoleh hasil nilai (t ) hitung sebesar 17,269 sedangkan

(t) tabel sebesar 2,00. Dari hasil tersebut ( t) hitung > ( t) tabel,maka Hipotesis diterima

Kata kunci : kadar glukosa, metode GOD-PAP, cara strip.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri atas atom–atom karbon, hidrogen, dan oksigen.

Karbohidrat memiliki rumus umum (CH2O)n. Sebagai contoh, molekul glukosa mempunyai

rumus kimia C6H12O6. Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami

perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat

dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan

oleh sel- sel pada jaringan otot sebagai sumber energi (Poedjiadi, 2007).

Dalam ilmu kedokteran, glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa di

dalam darah. Kadar glukosa darah, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan

melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya, kadar glukosa darah

berada pada rentang kadar (70-110 mg/dl). Kadar glukosa ini meningkat setelah makan dan

biasanya berada dikadar terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Bila kadar glukosa

terlalu terendah (<70 mg/dl), disebut hipoglikemia. Bila kadar gula darah berada pada kadar

tinggi (>110 mg/dl) disebut hiperglikemia ( Price, 2005).

Dahulu, pengukuran glukosa darah dilakukan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang sebagian

besar laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum. Karena eritrosit memiliki

kadar protein (hemoglobin) yang lebih tinggi dari pada serum, serum memiliki kadar air yang

lebih tinggi. Sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap, serum melarutkan lebih banyak

glukosa. Untuk mengubah glukosa pada darah lengkap, kalikan kadar glukosa yang diperoleh

dengan 1,15 untuk menghasilkan kadar glukosa serum atau plasma. Pengukuran kadar glukosa

digunakan untuk melakukan diagnosa klinis terhadap kelainan metabolisme glukosa dalam tubuh

(Sacher, 2004) .

Terdapat dua metode utama yang digunakan untuk mengukur glukosa. Metode yang pertama

adalah metode kimiawi yang memanfaatkan sifat mereduksi dari glukosa, dengan bahan

indikator yang akan berubah warna apabila tereduksi. Akan tetapi metode ini tidak spesifik

karena senyawa-senyawa lain yang ada dalam darah juga dapat mereduksi (misal : urea, yang

dapat meningkat cukup bermakna pada uremia) (Sacher, 2004). Contoh metode kimiawi yang

masih digunakan untuk pemeriksaan glukosa saat ini adalah metode toluidin, karena murah, cara

kerja sederhana, dan bahan mudah didapat (Departemen Kesehatan RI , 2005 ). Dengan metode

kimiawi, kadar glukosa dapat lebih tinggi 5 sampai 15 mg/dl dibandingkan dengan kadar glukosa

yang diperoleh dengan metode enzimatik (yang lebih spesifik untuk glukosa). Metode yang

kedua adalah enzimatik yang umumnya menggunakan kerja enzim glukosa oksidase atau

heksokinase, yang bereaksi pada glukosa, tetapi tidak pada gula lain (misal : fruktosa, galaktosa,

dan lain-lain) dan pada bahan pereduksi. Contoh metode yang menggunakan kerja enzim adalah

GOD – PAP dan cara strip (Sacher, 2004).

Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara enzimatik, tidak lagi

dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya zat-zat lain yang akan memberikan

hasil tinggi palsu. Cara enzimatik dapat dilakukan dengan cara otomatis seperti dengan GOD-

PAP dan cara Strip (Suryaatmadja, 2003).

Berdasarkan pengamatan peneliti di laboratorium-laboratorium yang memiliki fasilitas lengkap,

pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan metode GOD-PAP. Sedangkan di puskesmas-

puskesmas yang ada di pedesaan daerah Lampung Tengah dan laboratorium-laboratorium kecil

yang berada di Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kota Bandar

Lampung menggunakan cara strip untuk mengukur kadar glukosa.

Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu : presisi tinggi, akurasi tinggi,

spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan

suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen, butuh sampel

darah yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan

membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan pada cara strip memiliki kelebihan hasil

pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen

khusus, praktis dan mudah dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh

keahlian khusus. Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan

yang dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, bilirubin dan

hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan diagnosa

klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja, 2003).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan hasil yang

bermakna pada hasil pemeriksaan glukosa dengan metode GOD-PAP dan cara strip pada

Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Tanjung Karang dikarenakan kedua cara ini

banyak digunakan dalam pemeriksaan kadar glukosa darah.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapa kadar glukosa Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Tanjung Karang

dengan menggunakan metode GOD-PAP dan cara strip?

2. Apakah terdapat perbedaan yang bermakna dari hasil pemeriksaan glukosa dengan metode

GOD–PAP dan cara strip?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kadar glukosa Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Tanjung

Karang dengan menggunakan metode GOD-PAP dan cara strip.

2. Mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan glukosa Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekes

Kemenkes Tanjung Karang dengan menggunakan metode GOD-PAP dan cara strip.

D. Manfaat Penelitian

Untuk penderita penyakit gula yang menggunakan alat ukur glukosa pribadi atau strip agar

secara berkala memeriksa atau membandingkan pengukuran alatnya terhadap pengukuran

glukosa laboratorium klinik.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup masalah pada penelitian ini hanya pada pemeriksaan glukosa darah dengan

metode GOD–PAP dan cara strip pada Mahasiswa Analis kesehatan Poltekes Kemenkes Tanjung

Karang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kepustakaan

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen.

Karbohidrat memiliki rumus umum (CH2O)n. Sebagai contoh, molekul glukosa mempunyai

rumus kimia C6H12O6. Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami

perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat

dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan

digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi (Poedjiadi, 2007).

Ada empat macam kelompok karbohidrat, yaitu :

a. Monosakarida

Monosakarida adalah bentuk karbohidrat paling sederhana. Monosakarida hanya memiliki

satu molekul gula sederhana. Jenis monosakarida yang paling luas dikenal masyarakat

adalah glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Dalam hal ini, istilah glukosa dalam darah sering

dipertukarkan dengan gula.

b. Disakarida

Disakarida terbentuk dari dua molekul monosakarida. Kedua molekul dihubungkan

dengan ikatan kovalen. Contoh disakarida yang populer adalah sukrosa, maltosa, dan

laktosa.

c. Oligosakarida

Oligosakarida disusun oleh 3-10 monosakarida. Contoh oligosakarida adalah raffinose (

glukosa-galaktosa-fruktosa).

d. Polisakarida

Polisakarida adalah golongan karbohidrat yang tersusun oleh lebih dari sepuluh

monosakarida. Contohnya adalah amilum dan dekstrin (Murray, 2003).

Beberapa sifat kimia karbohidrat :

a. Sifat mereduksi

Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam

suasana basa. Zat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi

karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus

aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat (Poedjiadi, 2007).

b. Pembentukan furfural

Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan monosakarida umumnya stabil.

Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan

furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau

pelepasan molekul air dari suatu senyawa (Poedjiadi, 2007).

c. Pembentukan osazon

Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk

osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai

bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat (Poedjiadi, 2007).

d. Pembentukan ester

Adanya gugus hidroksil pada karbohidrat memungkinkan terjadinya ester apabila

direaksikan dengan asam. Monosakarida mempunyai beberapa gugus –OH dan dengan

asam fosfat dapat menghasilkan ester asam fosfat (Poedjiadi, 2007).

e. Isomerisasi

Kalau dalam larutan asam encer monosakarida dapat stabil, tidak demikian halnya apabila

monosakarida dilarutkan dalam basa encer. Glukosa dalam larutan basa encer akan

berubah sebagian menjadi fruktosa dan maltosa. Ketiga monosakarida ini ada dalam

keadaan keseimbangan. Demikian pula apabila yang dilarutkan itu fruktosa atau maltosa,

keseimbangan antara ketiga monosakarida akan tercapai juga. Reaksi ini dikenal sebagai

transformasi Lobry de Bruin Van Eckenstein (Poedjiadi, 2007).

f. Pembentukan Glikosida

Apabila glukosa direaksikan dengan metil alkohol, menghasilkan dua senyawa. Kedua

senyawa ini dapat dipisahkan satu dari yang lain dan keduanya tidak memiliki gugus

aldehida. Keadaan ini membuktikan bahwa yang menjadi pusat reaksi adalah gugus –OH

yang terikat pada atom karbon nomor 1. Senyawa yang terbentuk adalah suatu asetal dan

disebut secara umum glikosida (Poedjiadi, 2007).

g. Karamelisasi

Dengan adanya basa kuat, karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas

pada waktu pemanasan pecah menjadi fragmen-fragmen yang terdiri dari rantai atom C 2-

3-4 yang reaktif.

Jika tidak ada O2, maka fragmen-fragmen ini akan mengadakan kondensasi untuk

membentuk karamel. Jika ada O2 pada waktu pemanasan warna cokelat tidak terjadi karena

fragmen yang reaktip akan teroksidasi sempurna ( Sutadipura, 1978).

2. Metabolisme Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat sudah dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Makanan

dikunyah agar menjadi bagian bagian kecil, sehingga jumlah permukaan makanan lebih luas

dan kontak dengan enzim pencernaan lebih banyak. Di dalam mulut, makanan bercampur

dengan air ludah yang mengandung enzim amilase. Enzim amilase bekerja memecah

karbohidrat rantai panjang seperti amilum dan dekstrin menjadi molekul yang lebih

sederhana. Hanya sebagian kecil karbohidrat yang dapat dicerna di dalam mulut karena

makanan hanya berada sebentar di dalam mulut(Poedjiadi, 2007).

Pencernaan di lambung :

Proses pemecahan karbohidrat diteruskan di dalam lambung, disini kerja enzim amilase dalam

air ludah dihentikan dengan adanya asam klorida yang dikeluarkan oleh lambung. Dalam

keadaan normal bahan makanan tinggal beberapa jam di dalam lambung, sementara asam

klorida dan pepsin menguraikan protein dan karbohidrat menjadi oligopeptida dan

oligosakarida. Berbeda dengan amilase dan enzim lainnya, pepsin bekerja pada suasana

sangat asam, pH 1,0- 2,5, sesuai dengan kondisi cairan lambung (Wirahadikusuma, 1985).

Pencernaan di usus halus :

Di usus halus, maltosa, sukrosa, dan laktosa yang berasal dari makanan maupun dari hasil

penguraian karbohidrat kompleks akan diubah menjadi monosakarida dengan bantuan enzim-

enzim yang terdapat di dalam usus halus ( Poedjiadi, 2007).

Maltosa maltase

2 (dua) molekul glukosa

Laktosa laktase

galaktosa dan glukosa

Sukrosa sukrose

fruktosa dan glukosa

Absorbsi :

Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini terjadi di

usus halus. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan transfer aktif,

sedangkan fruktosa dengan jalan difusi. Para ahli sepakat bahwa karbohidrat hanya dapat

diserap dalam bentuk disakarida. Hal ini dibuktikan dengan dijumpainya maltosa, sukrosa,

dan laktosa dalam urin apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Akhirnya, berbagai

jenis disakarida diubah menjadi glukosa sebelum masuk proses metabolisme (Poedjiadi,

2007).

Gambar 1. Alur pencernaan karbohidrat(Wirahadikusuma, 1985).

Reaksi glikolisis

Reaksi pada proses glikolisis ada sepuluh. Reaksi pertama dalam jalur ini ialah fosforilasi

glukosa oleh ATP, yang dikatalisis oleh heksokinase. Enzim ini ditemukan dalam semua sel

dan mempunyai daya afinitas yang besar terhadap glukosa. Reaksi yang kedua ialah isomerasi

glikosa-6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat. Reaksi ini adalah reaksi reversible yang

mengkatalisis perubahan suatu aldopiranosa (glukosa) menjadi suatu ketofuranosa (fruktosa).

Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah fosfoglukoisomerase. Selanjutnya reaksi yang

ketiga adalah terjadinya fosforilasi fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa-1,6-fosfat oleh enzim

fosfofruktokinase dan memerlukan ATP sebagai sumber fosfat. Karena digunakan ATP, maka

reaksi ini irreverssibel dalam keadaan seperti yang ada dalam sel. Berikutnya pada reaksi

yang keempat, fruktosa 1,6-difosfat dipecah menjadi 2 triosa fosfat, yaitu gliseraldehid-3-

fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Enzim yang mengkatalis reaksi ini adalah suatu enzim dari

kelas liase dan dinamai aldose, reaksi yang dikatalisisnya reversibel. Kedua triosa fosfat dapat

berubah oleh bantuan enzim triosa fosfat isomerase(Schumm, 1993).

Pada reaksi kelima keseimbangan reaksi isomerasi ini condong ke arah dihidroksi aseton

fosfat. Akan tetapi karena gliseraldehid -3-fosfat terus-menerus diubah, maka reksi berjalan

ke arah selanjutnya. Pada reaksi keenam terjadilah oksidasi dan fosforilasi gliseraldehid-3-

fosfat dehidrogenase, yang menggunakan fosfat anorganik bukan ATP sebagai sumber fosfat.

Produk yang tarbentuk ialah suatu anhidrida campuran dari asam 3-fosfogliserat oleh asam

fosfat. Pada reaksi yang ketujuh fosfogliserakinase memindahkan ikatan fosfat kaya energi

dari 1,3-difosogliserat ke ADP sehingga tetrbentuklah 3-fosfogliserat dan ATP, pada reaksi

ini tarjadilah peristiwa fosforilasi tingkat substrat. Pada reaksi kedelapan enzim

fosfogliseromutase memindahkan fosfat yang ada di kedudukan 3 ke kedudukan 2 sehingga

terbentuklah 2-fosfogliserat. Reaksi ini menyiapkan pembentukan senyawa fosfat lain yang

juga kaya energi dan dari sini pembentukan molekul ATP. Pada reaksi yang kesembilan

enolase mengkatalisis dahidrasi 2-fosfogliseral menjadi fosfoenolpiruvat, yang juga suatu

senyawa yang kaya energi. Pada reaksi yang terakhir, senyawa ini memindahkan fosfatnya ke

ADP menghasilkan piruvat dan ATP. Reaksi yang terakhir ini dikatalisis oleh enzim piruvat

kinase(Schumm, 1993).

Gambar 2. Alur glikolisis (Wirahadikusuma, 1985).

Daur Krebs

Daur krebs dimulai dengan pembentukan asetil KoA dari piruvat. Langkah pertama yang

dilakukan ialah membawa piruvat dari sitoplasma ke dalam matriks mitokondria. Tugas ini

dilakukan oleh suatu zat yang mengikat piruvat serta H+

dalam sitoplasma ke dalam

mitokondria. Piruvat juga dapat dibawa ke dalam mitokondria sebagai penukar ion-ion

hidroksil atau sitrat. Kemudian, piruvat dioksidasi dan dekarboksilasi untuk membentuk asetil

KoA. Oleh karena itu, jumlah dari asetil KoA langsung mempengaruhi laju keseluruhan dari

Daur Krebs, maka perubahan piruvat dari asetil KoA adalah reaksi penting yang mengatur

laju Daur Krebs(Schumm, 1993).

Reaksi perubahan piruvat menjadi KoA sebagai berikut :

Piruvat + KoA + NAD+

aseti KoA + CO2 + NADH + H+

Daur Krebs ini terdiri dari 9 reaksi kimia yang mengoksidasi 2 kabon menjadi CO2. Reaksi

yang pertama, asetil KoA mengalami kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk

sitrat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim sitrat sintase. Kemudian reaksi yang ke 2 dan 3 adalah

sitrat mengalami isomerase secara dehidrasi dan rehidrasi sehingga terbentuklah isositrat. Zat

antara dari reaksi ini ialah sis-akonitat dan pembentukan zat antara ini dikatalisis oleh enzim

akonitase(Schumm, 1993).

Pada reaksi keempat, isositrat mengalami dehidrogenase dan dekarboksilasi menjadi -

ketoglutarat oleh enzim isositrat dehidrogenase. Dalam reaksi ini, NAD menerima hidrogen

dan terbentuklah NADH dan H+. Pada reaksi kelima -ketoglutarat mengalami dekarboksilasi

dan dehidrogenase membentuk suksinil KoA. Pada reaksi yang keenam terjadilah reaksi satu-

satunya di dalam Daur Krebs yang disertai fosforilasi tingkat substart. Dari suksinil KoA

terbentuklah suksinat dan bersamaan dengan itu GDP mengalami fosforilasi menjadi GTP.

Enzim yang mengkatalisis reaksi ini yaitu suksinil KoA sintetase(Schumm, 1993).

Pada reaksi yang ketujuh suksinat mengalami dehidrokenase manjadi fumarat dan reaksi ini

memerlukan enzim suksinat dehidrogenase. Koenzim yang digunakan dalm reaksi ini adalah

FAD yang terikat erat dengan apoenzimnnya dari pada bentuk bebas seperti NAD. Dan pada

reaksi yang kedelapan fumarat kemudian menngalami hidrasi membentuk malat. Penambahan

air ini terjadi secara khas sekali karena selalu hanya L-Malat yang terbentuk. Enzim yang

mengkatalisis reaksi bolak balik ini ialah fumarase(Schumm, 1993).

Reaksi yang kesembilan yaitu memulihkan oksaloasetat yang terpakai di awal daur. Untuk ini

enzim malat dehidrogenase mengubah malat menjadi oksalo asetat dengan menggunakan

NAD sebagai penerima hidrogen(Schumm, 1993).

Reaksi pada daur kreb ialah :

Asetil KoA + 3NAD+ + FAD + GDP + Pi + 2H2O

2CO2 + 3NADH + FADH2 + GTP + 2H+ + KoA

Gambar 3. Alur daur krebs(Rodwell, 2003).

3. Glukosa Darah :

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa di

dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan

melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya, kadar glukosa

darah berada pada kadar (70-110 mg/dl) (Price, 2005).

Metabolisme glukosa yang tidak normal dapat menyebabkan :

a. Hiperglikemia

Bila kadar gula darah berada pada kadar tinggi (>110 mg/dl) disebut hiperglikemia (Price,

2005).

b. Hipoglikemia

Bila kadar glukosa terlalu terendah (< 70 mg/dl), disebut hipoglikemia (Price, 2005).

4. Metode Pengukuran Kadar Glukosa

a. Metode kimia

Sebagian besar pengukuran dengan metode kimia yang didasarkan atas kemampuan

reduksi sudah jarang dipakai karena spesifitas pemeriksaan kurang tinggi (Departemen

Kesehatan RI, 2005 ).

Prinsip pemeriksaan, yaitu proses kondensasi glukosa dengan akromatik amin dan asam

asetat glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau kemudian

diukur secara fotometri (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).

Beberapa kelemahan atau kekurangan dari metode kimia adalah memerlukan langkah

pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga memungkinkan terjadinya

kesalahan besar bila dibandingkan dengan metode enzimatik. Selain itu, reagen-reagen

pada metode kimiawi ini bersifat korosif pada alat laboratorium. Dan gula selain glukosa

dapat terukur kadarnya sehingga menyebabkan hasil tinggi palsu. Pada penderita gagal

ginjal, kadar ureum tinggi akan terjadi hasil pengukuran kadar glukosa yang lebih tinggi.

Demikian juga pada bayi yang baru lahir, akan tetapi penyebabnya kadar bilirubin yang

tinggi. Peningkatan kadar glukosa pada bayi yang baru lahir karena terbentuk biliverdin

yang berwarna hijau dan pada metode kimiawi ini hasil reaksi antara glukosa dan reagen

adalah warna hijau (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).

b. Metode enzimatik

Metode enzimatik pada pemeriksaan glukosa darah memberikan hasil dengan spesifitas

yang tinggi, karena hanya glukosa yang akan terukur. Cara ini adalah cara yang digunakan

untuk menentukan nilai batas. Ada 2 macam metode enzimatik yang digunakan yaitu

glucose oxidase dan metode hexokinase (Departemen Kesehatan RI, 2005 ).

1) Metode glucose oxidase

Metode glucose oxidase merupakan metode yang paling banyak digunakan di

laboratorium yang ada di Indonesia. Sekitar 85% dari peserta Program Nasional

Pemantapan Mutu Eksternal bidang Kimia Klinik (PNPME-K) memeriksa glukosa

serum kontrol dengan metode ini (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah enzim glucose oxidase mengkatalisis reaksi

oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida

yang terbentuk bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone dengan bantuan enzim

peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur

dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk

setara dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel (Riyani, 2009).

Digunakannya enzim glucose oxidase pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi

pertama spesifik untuk glukosa (Departemen Kesehatan RI, 2005).

2) Metode hexokinase

Metode hexokinase merupakan metode pengukuran kadar glukosa darah yang

dianjurkan oleh WHO dan IFCC. Baru sekitar 10% laboratorium yang ikut PNPME-K

menggunakan metode ini untuk pemeriksaan glukosa darah (Departemen Kesehatan RI,

2005).

Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah hexokinase akan mengkatalis reaksi

fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Enzim kedua

yaitu glukosa-6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalisis oksidasi glukosa-6-fosfat

dengan nicotinamide adenine dinocleotide phosphate (NADP+) (Departemen

Kesehatan RI, 2005).

Pada metode ini digunakan dua macam enzim yang baik karena kedua enzim ini

spesifik. Akan tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang relatif mahal (Departemen

Kesehatan RI, 2005).

c. Cara Strip

Merupakan alat pemeriksaan laboratorium sederhana yang dirancang hanya untuk

penggunaan sampel darah kapiler, bukan untuk sampel serum atau plasma. Strip

katalisator spesifik untuk pengukuran glukosa dalam darah kapiler (Suryaatmadja, 2003).

Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah

diteteskan pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam

darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi

glukosa dalam darah.

Cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya butuh

sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis, dan mudah dipergunakan, serta

dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus.

Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang

dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, dan hemoglobin),

suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan diagnosa klinis

melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa (Suryaatmadja, 2003).

5. Macam-macam Serum dalam Tes Glukosa

a. Glukosa sewaktu

Glukosa sewaktu adalah serum yang diambil kapan saja, tanpa mempertimbangkan

makan terakhir.

b. Glukosa puasa

Glukosa puasa adalah serum yang diambil ketika tidak ada asupan kalori selama paling

sedikit 8 jam (puasa).

c. Glukosa 2 jam setelah makan

Glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah

makan (Sacher, 2004).

d. Oral glukosa

Oral glukosa toleransi test dilakukan dengan cara pemberian larutan glukosa pada

pasien yang dibuat 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam 150 ml air atau aquades.

Sebelum pemberian larutan glukosa pasien puasa 8- 10 jam, kemudian diambil

darahnya. Pasien kemudian diberi larutan glukosa sebanyak 75gram untuk orang

dewasa ( atau 1,75 gram/KgBB untuk anak) dilarutkan dalam 250 mL air, dan harus

diminum habis dalam waktu 5 menit. Tepat 1 jam serta 2 jam setelah pemberian larutan

glukosa darah diambil dan diperiksa hasilnya, dapat pula hanya diwaktu 2 jam setelah

pemberian larutan glukosa darah diambil dan diperiksa (Suryaatmadja, 2003).

Tabel 1. Tabel nilai normal kadar glukosa (DiaSys Glucose GOD FS, 2011)

Umur Kadar Glukosa (mg/dL)

Baru lahir :

Darah tali pusar 63-158

1 Hari 36-99

2 Hari 36-89

5-14 Hari 34-77

10-28 Hari 46-81

44-52 Hari 48-79

Anak- anak :

1-6 tahun 74-127

7-19 tahun 70-106

Dewasa :

Plasma vena 70-115

6. Hormon-hormon yang Berperan dalam Menaikkan dan Menurunkan Glukosa

Darah

a. Insulin

Insulin adalah hormon yang terbentuk di sel beta pankreas, memiliki efek metabolik

meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel, meningkatkan penyimpanan glukosa

sebagai glikogen atau konversi menjadi asam lemak, meningkatkan sintesis protein dan

asam lemak, dan menekan perombakan protein menjadi asam amino, jaringan lemak

menjadi asam lemak bebas.

b. Somatostatin

Somatostatin adalah hormon yang terbentuk di sel D pankreas, memiliki efek metabolik

menekan pelepasan glukagon dari sel alfa (bekerja lokal), menekan pelepasan insulin,

hormon-hormon tropik gastrin dan sekretin.

c. Glukagon

Glukagon adalah hormon yang terbentuk dari sel alfa pankreas memiliki efek metabolik

meningkatkan pelepasan glukosa dari glikogen, meningkatkan sintesin glukosa dari asam

amino atau asam lemak.

d. Adrenalin

Adrenalin adalah hormon yang terbentuk di sel medulla adrenal memiliki efek metabolik

meningkatkan pelepasan glukosa dari glikogen, meningkatkan pelepasan asam lemak dari

jaringan lemak.

e. Cortisol

Cortisol adalah hormon yang terbentuk di sel cortex adrenal yang memiliki efek

metabolik meningkatkan sintesis glukosa dari asam amino atau asam lemak, dan

melawan insulin.

f. ACTH

ACTH adalah hormon yang terbentuk di sel pars anterior hipofisis yang memilki efek

metabolik meningkatkan pelepasan cortisol, meningkatkan pelepasan asam lemak dari

jaringan lemak.

g. Growth hormone Tiroxine

Growth hormone Tiroxine adalah hormon yang terbentuk di sel pars anterior hipofisis

kelenjar tiroid memiliki efek metabolik melawan insulin, meningkatkan pelepasan

glukosa dan glikogen, meningkatkan absorbsi gula-gula dari usus (Sacher, 2004).

B.

Karbohidrat dikonsumsi

Kerangka Teori

Gambar 4. Skema kerangka teori.

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disajikan dalam kerangka

konsep perbedaan hasil pemeriksaan glukosa dengan metode GOD- PAP dan cara strip pada

mahasiswa Analis Kesehatan Poltekes Kemenkes Tanjung Karang sebagai berikut :

Variabel penelitian

Variabel penelitian

Gambar 5. Skema kerangka konsep.

Glukosa darah

D. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi operasional.

No Variabel

penelitian Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Metode

GOD –

PAP

Suatu metode

yang digunakan

untuk mengukur

kadar glukosa

yang

menggunakan

kerja enzim

glucose oxidase

dan peroxidase.

yang digunakan

untuk

memeriksa

kadar glukosa

darah

mahasiswa

analis kesehatan

poltekes

kemenkes

tanjung karang

Observasi Panca

indra

(mata)

Mengetahui

bentuk dan

cara

melakukan

pemeriksaan

glukosa

darah

dengan

metode

GOD – PAP

Nominal

2 Cara strip Suatu perangkat

atau instrumen

untuk mengukur

glukosa secara

analitik yang

menggunakan

biomolekul

(enzim) yang

digunakan untuk

memeriksa

kadar glukosa

darah

mahasiswa

analis kesehatan

poltekes

kemenkes

tanjung karang

observasi Panca

indra(mat) Mengetahui

bentuk dan

cara

melakukan

pemeriksaan

glukosa

darah

dengan cara

strip

Nominal

3 Kadar

glukosa Adalah jumlah

glukosa yang

ada dalam darah

mahasiswa

Analis

kesehatan

Poltekes

Kemenkes

Tanjung Karang

.

Dengan

menggunakan

metode GOD

– PAP dan

cara strip

Fotometer

MD 150

dan strip

mg/dl Ordinal

E. Hipotesis

Ada perbedaan hasil yang bermakna pada pemeriksaan glukosa dengan metode GOD-PAP

dan cara strip.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menjelaskan karakteristik masing-

masing variabel. Dengan dua variabel penelitian yaitu variabel penelitian yang pertama kadar

glukosa darah dan variabel penelitian yang kedua metode GOD-PAP dan cara strip.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes

Tanjung Karang yang berjumlah 225 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian adalah Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjung

Karang yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu : 61 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes

Kemenkes Tanjung Karang mulai bulan Maret sampai Mei 2012.

D. Alat dan Bahan untuk Pemeriksaan

1. Metode GOD-PAP

a. Alat

Fotometer MD 150, mikoropipet 5µL dan 500 µL, tip kuning dan tip biru, tabung

reaksi, tisue, centrifuge, spuit 3ml, kertas label, kapas alkohol, dan kapas kering.

b. Bahan

Sampel (serum), reagen glukosa oksidase kit/GOD kit.

2. Cara strip

a. Alat

Alat cek darah strip, auto klik, lancet, kapas alkohol, dan kapas kering.

b. Bahan

Bahan hanya terdiri dari darah kapiler.

E. Cara Kerja Penelitian

1. Sampel yang digunakan adalah seluruh Mahasiswa Analis Kesehatan yang berjenis

kelamin laki- laki dengan jumlah 61 orang.

2. Cara pengambilan sampel adalah dengan mengambil jumlah keseluruhan mahasiswa

yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 61 orang.

3. Metode GOD-PAP (Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone).

Prisip kerja metode GOD-PAP adalah glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase (GOD)

membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk

bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone dengan bantuan enzim peroksidase

menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat diukur dengan

fotometer pada panjang gelombang 546 nm. Intensitas warna yang terbentuk setara

dengan kadar glukosa darah yang terdapat dalam sampel.

Reaksi : Glukosa GOD

asam glukonat + 4H2O2

2H2O2 + phenol + 4-Aminophenazone POD

quinoneimine + 4H2O

(Riyani, 2009)

a. Cara pengambilan darah vena

1) Dibersihkan bagian tangan yang akan diambil darahnya tepat di bagian vena fossa

cubiti dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan hingga mengering.

2) Dipasang tourniquet tiga jari di atas lipatan siku. Pemasangan tourniquet tidak boleh

lebih dari 1 menit, hal ini menjaga terjadinya hemokonsentrasi. Untuk pengambilan

darah vena pasien diminta untuk membuka dan menutup genggaman beberapa kali.

3) Ditegangkan bagian kulit di atas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak

bergerak.

4) Ditusuk vena dengan spuit, lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut

kemiringan antara jarum dan kulit 150.

5) Dilepaskan atau diregangkan torniquet secara perlahan dan ditarik penghisap spuit

sampai didapat jumlah darah yang dikehendaki.

6) Diletakkan kapas kering di atas jarum dan ditarik jarum secara perlahan lalu ditekan

tempat bekas penusukan jarum beberapa saat.

7) Dipindahkan darah dari dalam spuit ke dalam wadah lalu dibuang spuit

(Gandasoebrata, 2007).

b. Cara pembuatan serum.

1) Diambil darah vena sebanyak 3 ml.

2) Disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm.

3) Dipisahkan antara sel darah merah dengan serum dan diambil serumnya.

c. Cara pemakaian Photometer.

1) Dihubungkan photometer dengan arus listrik.

2) Ditekan tombol power pada posisi ON (posisi tombol power di kanan belakang).

3) Setelah aktif, alat akan melakukan start up. Setelah selesai alat meminta untuk

dihisapkan aquadest, pada layar tampak “ Destiled Water Test. Please asprirate!”

4) Diletakkan botol aquadest pada “pipette” lalu ditekan “aspiratingkey/sipper”,

aquadest akan terhisap.

5) Alat akan membaca aquadest, setelah selesai akan muncul menu utama yang terdiri

dari : “Test”,”Records”,”System”,”power”,”Off”.

6) Dari menu dipilih “Test”

7) Lalu dipilih “Select Test” dipilih/klik/blok test yang akan dilakukan.

8) Selanjutnya akan tampak “Test Parameter”, lalu diisi semua text box yang tampak.

Pengisian disesuaikan dengan aplikasi reagensia yang dipakai.

9) Digunakan Mouse dan Virtual Keyboard yang terlihat pada layar untuk melakukan

pengisian.

10) Dipilih “Test” untuk memeriksa sampel dari menu

11) Akan tampak pilihan test (menu “Select Test”) dipilih/klik/block test yang ingin

diprogram (glukosa/Glu) klik “OK”.

12) Alat akan menyesuaikan dengan program yang akan dibaca. Lalu diikuti petunjuk

yang tertulis berwarna biru di atas grafik.

13) Setelah suhu stabil photometer akan meminta membaca aquades.

14) Diklik Cal (calibrasi) untuk membaca STD (standar) dan diklik QC untuk

membaca QC (Quality Control). Untuk membaca sampel (SPL) langsung saja.

15) Setelah selesai, hasil pemeriksaan akan secara otomatis tercetak.

16) Diletakkan botol aquadest pada “Pipette” setelah selesai melakukan pemeriksaan,

lalu dipilih/klik “Rinse” selama beberapa detik untuk proses pembilasan dipilih

/klik “Rinse” lagi dan diambil kembali botol aquadest.

17) Dipilih/klik “Back” sampai muncul kembali menu utama yang terdiri dari :

“Test”,”Record”,”System”,”Power Off”

18) Dipilih/klik “Power Off”

19) Ditekan tombol power pada posisi Off. Posisi tombol power di kanan belakang

(MD150 Biochemistry Analyzer, 2009)

d. Cara pemeriksaan sampel.

Tabel 3. Tabel cara kerja

Blanko QC Standar Sampel

QC - 5 µL

Standar - - 5 µL -

Sampel - - 5 µL

Larutan

kerja/reagen

500 µL 500 µL 500 µL 500 µL

Catatan : QC ( 82,8 – 114)

1) Dihomogenkan

2) Diinkubasi selama 20 menit pada suhu 20-25oC

3) Dibaca hasilnya dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm.

4. Cara strip

Prinsip kerjanya adalah pemeriksaan ini menggunakan prinsip dasar biosensor (enzim).

Strip test diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada zona reaksi tes strip,

katalisator glukosa akan mengoksidasi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang

terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah (Suryaatmadja,

2003).

Cara pemeriksaan sampel :

a. Dimasukkan baterai dan diaktifkan alat.

b. Diatur jam, tanggal, dan tahun pada alat.

c. Diambil chip warna kuning dan dimasukan ke dalam alat untuk cek alat.

d. Apabila pada layar muncul “ERROR” artinya alat rusak.

e. Apabila pada layar muncul “OK” artinya alat siap dipakai.

f. Setiap botol strip pada gula darah, asam urat, dan kolestrol terdapat chip test.

g. Dimasukan chip gula dan strip gula terlebih dahulu untuk cek kadar gula darah.

h. Pada layar akan muncul angka atau kode sesuai pada botol strip.

i. Setelah itu akan muncul gambar tetes darah dan kedip-kedip .

j. Dimasukan jarum pada autoclik dan atur kedalaman jarum.

k. Dibersihkan jari menggunakan tisu alkohol.

l. Ditusukkan jarum pada jari dan ditekan supaya darah keluar.

m. Disentuhkan darah pada strip dan bukan diteteskan di atas strip alat test darah Easy

Touch. Disentuh pada bagian garis yang ada tanda panah

n. Darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan bunyi beep.

o. Ditunggu sebentar, dan hasil akan keluar beberapa detik pada layar.

p. Dibuang jarum dan strip yang telah digunakan.

q. Disimpan kembali chip gula ke botol (Musyaffa, 2010).

F. Alur Penelitian

Pengambilan sampel darah

vena

Pengambilan sampel darah

kapiler

Gambar 6. Skema alur penelitian

G. Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan adalah data primer, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar

glukosa dengan metode GOD – PAP dan cara strip.

H. Analisis Data

Hasil yang diperoleh dikali 1,15

untuk menyetarakan hasil dari

metode GOD-PAP

Perhitungan selisih hasil

pemeriksaan glukosa

1. Analisis univariat

Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel, seperti

rata-rata selisih hasil pemeriksaan dan standar deviasi. Peda penelitian ini didapat data

numerik sehingga digunakan nilai rata-rata atau mean, dan standar deviasi (Notoatmodjo,

2010).

2. Analisis bivariat

Setelah dilakukan analisis univariat maka dapat dilanjutkan dengan analisis bivariat.

Dalam penelitian ini dilakukan uji statistik (t test), untuk melihat ada perbedaan yang

bermakna atau tidak dari metode GOD – PAP dan cara strip.

Tabel 4. Tabel analisa data hasil pemeriksaan glukosa.

No Kadar glukosa

dengan metode

GOD-PAP

Kadar glukosa

dengan cara

strip

d ( selisih dari hasil

pemeriksaan

dengan metode

GOD- PAP)

d2

1 2 3 4 5 N ∑

Selisih rata- rata ( ) =

Standar deviasi ( Sd) =

Standar eror ( SE ) =

t hitung = (Tjokronegoro, 1981)

Pada penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan 95%.

Setelah nilai t hitung didapat maka nilai tersebut dilihat pada tabel t distribusi, kemudian

dilihat nilai probabilitasnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pemeriksaan dari 61 sampel darah mahasiswa analis kesehatan Poltekkes

Kemenkes Tanjung Karang yang berjenis kelamin laki- laki, terdapat perbedaan hasil antara

pemeriksaan glukosa dengan metode GOD-PAP dan cara strip.

Hasil analisis data univariat untuk memperoleh kadar glukosa rata- rata, kadar glukosa maksimal,

kadar glukosa minimal, serta standar deviasi yang diperiksa dengan metode GOD-PAP dan cara

strip. Rata- rata kadar glukosa yang diperiksa dengan metode GOD-PAP adalah 114 mg/dl, kadar

maksimal adalah 209 mg/dl, kadar minimalnya adalah 73 mg/dl, dan kadar glukosa rata- rata

yang diperiksa dengan cara strip adalah 103 mg/dl, kadar maksimalnya adalah 198 mg/dl, kadar

minimalnya adalah 70 mg/dl. Nilai standar deviasi (Sd) dari seluruh sampel adalah 4,663. Untuk

analisis data bivariat dihitung menggunakan uji statistik ( t) dengan tingkat selang kepercayaan

95% dan diperoleh hasil nilai (t ) hitung sebesar 17,269 sedangkan (t ) tabel sebesar 2,00. Dari

hasil tersebut ( t) hitung > (t) tabel, maka H1 diterima yaitu ada perbedaan hasil yang bermakna

pada pemeriksaan glukosa dengan metode GOD-PAP dan cara strip.

B. Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan kadar glukosa terhadap 61 sampel mahasiswa laki- laki di jurusan Analis

Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang dengan menggunakan metode GOD-PAP dan

cara strip dapat diketahui hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan tingkat perbedaan yang

bermakna ( t hitung > t tabel).

Dari hasil ini menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan menggunakan strip tidak dapat

digunakan untuk menegakkan diagnosa laboratorium, melainkan hanya untuk kontrol bagi

penderita diabetes. Cara strip bila digunakan untuk diagnosa laboratorium cendrung

menunjukkan hasil yang rendah palsu. Hasil yang rendah palsu ini dapat mempengaruhi

kesimpulan diagnosis pada pasien yang kadar glukosa berada pada batas maksimal atau

minimal. Sedangkan kesimpulan dari diagnosis tersebut sangat berpengaruh terhadap pola

penanganan pasien, jadi diagnosis laboratorium harus menggunakan metode dan alat yang dapat

menghasilkan hasil yang valid.

Pada dasar nya metode yang digunakan pada strip adalah metode enzimatik sama seperti metode

GOD-PAP. Akan tetapi alat yang digunakan untuk membaca hasil reaksi yang berbeda. Pada

metode GOD-PAP alat yang digunakan adalah fotometer, pada fotometer dapat dilakukan

kontrol dan presisi, akurasinya dapat diketahui sehingga hasilnya valid. Pada strip alat yang

digunakan adalah strip, pada strip tidak dapat dilakukan kontrol, presisi dan akurasinya tidak

diketahui.

Perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa antara metode GOD-PAP dan cara strip

dimungkinkan karena terjadi kadar hematokrit yang ada dalam darah lengkap. Kadar hematokrit

yang rendah akan secara semu meningkatkan hasil pengukuran, begitu juga sebaliknya. Kadar

hematokrit ini hanya dapat berpengaruh pada pemeriksaan dengan menggunakan sampel darah

lengkap seperti pada cara strip (Sacher, 2004).

Antara serum dan darah lengkap memiliki kadar glukosa yang berbeda. Karena pada darah

lengkap terdapat eritrosit, dan eritrosit memiliki kadar protein (hemoglobin) yang lebih tinggi

dari pada serum, dan protein tersebut bersifat reduktor yang dapat mereduksi katalisator glukosa.

Sedangkan dalam serum tidak terdapat banyak eritrosit serta kadar air dalam serum lebih tinggi

sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap, serum lebih banyak melarutkan glukosa

(Sacher, 2004).

Dalam penelitian ini kadar glukosa yang didapat dari sampel darah lengkap telah dikalikan

dengan 1,15 untuk menyetarakan hasil dengan yang menggunakan sampel serum.

Akan tetapi tetap terjadi perbedaan hasil, hal ini dimungkinkan karena adanya gangguan dari zat

lain yang bersifat reduktor dalam jumlah yang banyak. Zat yang bersifat reduktor ini dapat

mengganggu reaksi glukosa oksidase karena zat tersebut mengikat H2O2 sehingga mengganggu

reaksi selanjutnya dan menyebabkan hasil rendah palsu (Suryaatmadja, 2003).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar glukosa dengan metode GOD-PAP dan cara strip pada

mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kadar glukosa rata- rata yang didapat dengan menggunakan metode GOD-PAP adalah

114 mg/dl, sedangkan pada cara strip 103 mg/dl.

2. Ada perbedaan yang bermakna dari hasil pemeriksaan kadar glukosa antara metode

GOD-PAP dan cara strip.

B. Saran

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan:

1. Kepada pihak medis khususnya analis kesehatan agar tidak menggunakan strip sebagai alat yang

digunakan untuk melakukan diagnosa laboratorium.

2. Kepada masyarakat khusunya penderita diabetes yang menggunakan strip, agar secara berkala

memeriksakan kadar glukosanya ke laboratorium klinik untuk mengetahui kerja strip apakah

masih baik atau tidak.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, dilakukan penelitian dengan menggunakan kriteria sampel yang

memperhatikan faktor-faktor pengganggu reaksi glukosa.

DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia; M.Wilson, Lorraine, 2005, Patofisiologi, EGC, Jakarta.

A.Sacher, Ronald; A. Mcpherson , Richard, 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium, EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2005, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Untuk Penyakit

Diabetes Melitus, Jakarta.

Djaeni Sediaoetama, Achmad, 1989, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, Jakarta.

DiaSys Diagnostic System GmbH, 2011, Jerman.

MD150 Biochemistry Analyzer, 2009, Jakarta.

Gandasoebrata. R, 2007, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta.

Musyafallab. Ripani, 2010, http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2010/12/biosensor-glukosa-

darah.html,musyaffalb.rifani,2010

Notoatmodjo. Soekidjo, 2010, Metode Penelitian Kesehatan, PT RIENEKA CIPTA, Jakarta.

Poedjiadi, Anna; Titin Supriyanti, F.M, 2007, Dasar – Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Riyani, Ani, 2009, Penuntun Praktikum Kimia Klinik II, Analis Kesehatan Bandung, Bandung.

Rodwell, Peter A, 2003, Biokimia Harper, Edisi 25, EGC, Jakarta.

Schum, Dorothy E, 1993, Intisari Biokimia, Bina Putra Aksara, Jakarta.

Suryaatmadja, Marzuki, 2003, Pendidikan Berkesinambungan Patolohi Klinik 2003, Bagian

Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Sutadipura, Nugraha, 1978, penuntun praktikum biokimia, Fakultas Kedokteran UNPAD,

Bandung.

Tjokronegoro, Arjatmo, 1981, Dasar Dasar Metodologi Riset Ilmu Kedokteran, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Konsorsium Ilmu Kedokteran, Jakarta.

Wirahadikusuma, Muhamad, 1985, Biokimia Mutu Energi, Karbohidrat, Lipid, ITB, Bandung.