Upload
ngokiet
View
253
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS
BEKERJA (BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA
OLEH
CATHARINE ROSSY SIHOMBING
80 2013 135
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Catharine Rossy Sihombing
NIM : 80 2013 135
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA
(BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih
media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada Tanggal : 15 November 2016
Yang menyatakan,
Catharine Rossy Sihombing
Mengetahui,
Pembimbing Utama
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Catharine Rossy Sihombing
NIM : 80 2013 135
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA
(BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA
Yang dibimbing oleh :
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 15 November 2016
Yang memberi pernyataan
Catharine Rossy Sihombing
LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA
(BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA
Oleh
Catharine Rossy Sihombing
80 2013 135
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui Pada Tanggal : 15 November 2016
Dosen Pembimbing
Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., M.S. Prof. Dr. Sutarto Wijono,MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS
BEKERJA (BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA
Catharine Rossy Sihombing
Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang. Ketidakmampuan seseorang dalam mencapai
makna dalam hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang negatif. Diantara
dampak tersebut adalah sulit merasakan kebahagiaan, merasa hidupnya hampa dan
kosong, depresi bahkan menuju tindakan bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji apakah ada perbedaan makna hidup pada ibu apabila ditinjau dari status
kerjanya yakni bekerja dan tidak bekerja. Subjek pada penelitian ini berjumlah 60
responden, dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 30 orang untuk kelompok ibu yang
bekerja dan 30 orang untuk kelompok ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik
yaitu Uji – t (t-Test) independent sample. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Skala PIL (Purpose in Life Test) dari Crumbaugh & Maholick (1964) ) yang
diadaptasi dari Frankl (1959) dengan aspek-aspeknya antara lain: Tujuan hidup,
kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan
kepantasan hidup. Skala ini terdiri atas 20 item dengan hasil uji reliabilitas mengunakan
alpha Cronbach menghasilkan α = 0.873. Analisis data uji-t menghasilkan t-hitung
sebesar 13.849 dengan signifikansi p = 0.00 < 0.05. Mean makna hidup untuk kelompok
ibu bekerja sebesar 78.97 dengan kategori tinggi sedangkan kelompok ibu tidak bekerja
sebesar 60,60 dengan katgori sedang. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada
perbedaan makna hidup antara ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dimana ibu yang
bekerja memiliki makna hidup yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja atau
ibu rumah tangga, dapat diterima.
Kata kunci : Makna hidup, ibu, status kerja (bekerja dan tidak bekerja).
ii
Abstract
The meaning of life is something that is important and valuable, and provide special
value to someone. Inability to achieve meaning in life will cause negative psychological
impact. Among these impacts are difficult to feel joy, felt empty and empty, depressed
and even lead to suicide. This study aims to examine whether there are differences in
the meaning of life in the mother if the terms of the status of work that is working and
not working. Subjects in this study amounted to 60 respondents, divided into two
groups: 30 person for groups of working mothers and 30 people for a group of mothers
who do not work or housewives. This study is a quantitative study using statistical
calculations that test - t (t-Test) independent sample. Measuring instrument used in this
study is the scale PIL (Purpose in Life Test) of Crumbaugh & Maholick (1964)), which
was adapted from Frankl (1959) with its aspects, among others: The purpose of life, life
satisfaction, freedom, attitude towards death, thoughts of suicide, and decency of life.
This scale consists of 20 items with the results of the reliability test using Cronbach's
alpha generating α = 0873. T-test analysis produces 13 849 with significance of t-test p
= 00:00 <0:05. Mean meaning of life for a group of mothers work at 78.97 with high
category while the mother does not work at 60.60 with medium category. So the
hypothesis that there is a difference between the meaning of life working mother and the
mother does not work where working mothers have a higher meaning in life than
mothers who do not work or a housewife, is acceptable.
Keywords: The meaning of life, mother, work status (employed and
unemployed).
1
PENDAHULUAN
Manusia pada umumnya mendambakan kehidupan yang bermakna, karena hal ini
dapat dijadikan motivasi pada diri sendiri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat (Bastaman, 1996). Kebermaknaan hidup didefiniskan sebagai keadaan
penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat individu merasakan hidupnya
lebih bahagia, lebih berharga, dan memiliki tujuan yang mulia untuk dipenuhinya
(Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). Individu yang mencapai
kebermaknaan hidup akan merasakan hidupnya penuh makna, berharga dan memiliki
tujuan mulia, sehingga inividu terbebas dari perasaan hampa dan kosong. Menurut
Frankl (1977) gejala-gejala dari orang yang kehilangan makna hidupnya, ditunjukkan
dengan perasaan hampa, merasa hidup tak berarti, merasa tak memiliki tujuan hidup
yang jelas, adanya kebosanan dan apatis.
Berlawanan dengan penghayatan hidup tak bermakna, orang yang telah terpenuhi
kebermaknaan dalam hidupnya akan menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh
semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa. Mereka memaknai
kehidupannya dalam tujuan-tujuan yang harus dicapai, sehingga menyebabkan kegiatan
mereka menjadi lebih terarah. Ketika individu berhasil memenuhinya, maka hidup
bermakna akan dicapainya. Hasil dari adanya kehidupan yang bermakna ini akan
memunculkan kebahagiaan. Sebaliknya jika individu tidak berhasil memenuhi
kebutuhan makna hidup ini, maka individu akan menjalani ketidakbermaknaan hidup.
Akibatnya individu akan mengalami kehampaan eksistensial (Frankl, 1977; Koeswara,
1992; Bastaman, 1996).
Orang yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang makna hidup (meaning of
life) adalah Frankl (2003) dengan teorinya yang diberi nama Logotheraphy. Menurut
2
pandangan Frankl ( 1970 ) makna hidup harus dilihat sebagai suatu yang sangat objektif
karena berkaitan dengan hubungan individu dengan pengalamannya dalam dunia ini,
meskipun makna hidup itu sendiri sebenarnya suatu yang objektif, artinya benar-benar
ada dan dialami dalam kehidupan.
Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan
dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (
Bastaman, 1996).
Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat yaitu:
pertama, Makna hidup sifatnya unik dan personal, artinya apa yang dianggap berarti
bagi seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. Bahkan mungkin apa yang dianggap
penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang, belum tentu sama bermaknanya
bagi orang itu pada saat yang lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang
bermakna baginya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain, dan mungkin
dari waktu ke waktu berubah pula. Kedua, Makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit ,
artinya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak
selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealis, prestasi-prestasi akademis yang
tinggi, atau hasil-hasil filosofis yang kreatif. Ketiga, Makna hidup sifatnya memberi
pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, artinya makna hidup
seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk
memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka
seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukannya pun menjadi lebih terarah.
3
Makna hidup harus dicari dan ditemukan sendiri oleh orang yang bersangkutan,
maka apabila hasrat hidup bermakna tersebut terpenuhi, orang yang bersangkutan akan
merasakan kehidupan bermakna. Menurut Frankl (2003) ciri-ciri orang yang merasakan
hidup bermakna, dijelaskan sebagai berikut ini : a) Menjalani kehidupan sehari-hari
dengan semangat dan penuh gairah serta jauh dari perasaan hampa. b) Tujuan hidup,
baik jangka pendek dan jangka panjang jelas, sehingga mereka jadi lebih terarah dan
merasakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. c)Tugas-tugas dan pekerjaan sehari-
hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri, sehingga dalam
pengerjaannya semangat dan bertanggung jawab. d) Mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, artinya menyadari pembatasan-pembatasan lingkungan, tetapi dalam
keterbatasan itu tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik untuk dilakukan.
e) Menyadari makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan betapapun buruknya
keadaan, menghadapinya dengan tabah dan menyadari bahwa hikmah selalu ada dibalik
penderitaan. f) Kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi dan menentukan
makna hidup sebagai sesuatu yang sangat berharga dan tinggi nilainya. g) Mampu
mencintai dan menerima cinta kasih orang lain serta menyadari bahwa cinta kasih
merupakan salah satu nilai hidup yang menjadikan hidup ini indah.
Menurut Crumbaugh (Koeswara, 1987), kekurangan makna hidup bisa menjadi
sebab maupun akibat kondisi depresi, baik dari kekurangan makna maupun kondisi
depresi yang bisa ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lain. Depresi yang dialami
individu sebagai contoh menunjuk kepada situasi bila individu menghadapi makna yang
melimpah, tetapi individu tersebut tidak mampu mengarahkan dirinya kepada makna-
makna tertentu yang pasti, serta ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan
mengatasi masalah-masalah personalnya secara efisien. Sementara itu, individu yang
4
kekurangan makna bisa tidak mengalami depresi karena dia hanyut didalam arus
pengalaman yang tidak terorganisasi. Crumbaugh juga merancang kuantifikasi konsep
makna hidup berdasarkan pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan
makna hidup, terdiri dari tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap
terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup (Koeswara, 1987).
Crumbaugh (Koeswara, 1987) menciptakan PIL Test (The Purpose in Life Test)
berdasar pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang
dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidup seseorang. Aspek-aspek
yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya makna hidup tersebut, antara lain: a)
Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan
tujuan dalam hidupnya. b) Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap
hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan
aktivitas-aktivitas yang dijalaninya. c) Kebebasan, yaitu perasaan mampu
mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab. d) Sikap terhadap
kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi
kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat
kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk
menghadapinya. e) Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang
tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha
menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah
memikirkannya. f) Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia
merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.
Aktivitas bagi seseorang memiliki arti yang sangat penting dan hubungannya erat
dengan kebermaknaan hidup dan kepuasan hidup (Haryanto,2005). Persoalan makna
5
hidup menurut Madjid (dalam Bastaman, 2007) begitu besar penting artinya, karena
kosongnya makna hidup akan membuat orang tidak tahan tehadap penderitaan dan tidak
memiliki rasa harga diri yang kokoh. Selain itu Yalom (Bastaman, 1996) menjelaskan
bahwa pengertian makna hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Sama
halnya dengan yang disampaikan Bastaman (1996) yang mengartikan bahwa makna
hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, benar, dan didambakan, memberikan nilai
khusus serta dapat dijadikan tujuan hidup seseorang. Apabila berhasil ditemukan dan
dipenuhi, maka kehidupannya menjadi berarti dan menimbulkan perasaan bahagia. Hal
ini tidak luput juga dari kebermaknaan hidup dari seorang ibu yang ditinjau dari status
kerjanya yakni ibu bekerja dan ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga.
Dewasa ini, perempuan yang berkeluarga umumnya mengkombinasikan tugas
sebagai ibu dengan kegiatan bekerja, karena bekerja juga merupakan bagian dari
kehidupan perempuan (Crawford & Unger, 2000). Menurut Encyclopedia of Children’s
Health, ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan
penghasilan di samping membesarkan dan mengurus anak di rumah. Ibu bekerja adalah
ibu yang memiliki anak dan menjadi tenaga kerja, dimana ketika seorang ibu memiliki
status kerja maka ia memiliki fungsi ganda sebagai orang tua (Lerner ,2001). Jumlah
perempuan yang berada dalam dunia kerja telah meningkat secara drastis selama abad
ke-20. Khususnya, perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak memasuki dunia
bekerja dengan jumlah yang terus bertambah (Dubeck & Borman, 1996). Hal ini juga
dapat di buktikan dengan melihat adanya fenomena peningkatan yang dilihat melalui
data statistik yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik mengenai jumlah perempuan
bekerja di Indonesia yang menunjukkan peningkatan sejak tahun 2002. Pada tahun 2002
terdapat perempuan bekerja ebanyak 1.062.568 jiwa di DKI Jakarta, sedangkan tahun
6
2004 naik lagi menjadi 1.117.620 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah perempuan bekerja
kembali naik menjadi 1.137.410 jiwa (http://www.datastatistik-
indonesia.com/component/option.com tabel/task/Itemid. 171/), hal ini sudah cukup
membutikan bahwa adanya peningkatan terus-menerus pada jumlah pekerja wanita di
Indonesia.
Terdapat berbagai alasan mengapa seorang ibu ingin bekerja, beberapa diantaranya
adalah untuk mendapatkan pemasukan tambahan bagi keluarga, sebagai sarana
aktualisasi diri, atau sekedar mencari hubungan pertemanan dan jejaring social di luar
lingkungan rumah tangga (Sutjipto, 2006). Pada dasarnya ibu bekerja mendapatkan
konsekuensi positif dari multi peran (sebagai istri, ibu, sekaligus pekerja) yang
diembannya. peran sebagai ibu yang bekerja dihubungkan dengan self-esteem,status,
dan kepuasan hidup(Sutjipto, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Hoffman (dalam Hoffman & Nye, 1984) yang
menunjukan bahwa ibu bekerja yang menikmati pekerjaannya, saat dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja, memiliki interaksi yang lebih positif dengan anaknya,
dan lebih simpatik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Walters dan
McKenry (1985) menunjukan, bahwa ibu bekerja cenderung merasa bahagia dalam
kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Dengan melihat bahwa ibu
yang bekerja lebih memiliki interaksi yang positif serta cenderung merasa bahagia hal
tersebut menunjukan bahwa ibu yang bekerja memiliki kepuasan hidup dimana
kebahagiaan, kesenangan salah satu wujud dari kepuasan hidup yang merupakan salah
satu aspek terpenuhinya makna hidup menurut Frankl (2003) yang mengatakan bahwa
tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan
tersendiri. Crumbaugh (koeswara, 1987) juga mengatakan bahwa kepuasan hidup
7
merupakan salah satu aspek pendorong tingginya makna hidup seseorang dimana
kepuasan hidpu yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa
menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang
dijalaninya. Dengan demikian hal ini membuktikan bahwa ibu bekerja memiliki makna
hidup yang tinggi, hal ini sejalan dan sesuai dengan kebermaknaan hidup yang
didefiniskan sebagai keadaan penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat
individu merasakan hidupnya lebih bahagia dan lebih berharga (Frankl, 1977;
Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). Individu yang mencapai kebermaknaan hidup akan
merasakan hidupnya penuh makna, berharga dan memiliki tujuan mulia, sehingga
inividu terbebas dari perasaan hampa dan kosong.
Penelitian Yoshiko (2010) juga mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja lebih aktif
dalam menentukan keputusan untuk rumah tangga serta lebih berani dalam
mengeluarkan pendapat ketika sedang terjadi masalah di rumah tangganya. Hal tersebut
membuktikan bahwa ibu bekerja lebih memiliki kebebasan dalam berpendapat dan
mengambil keputusan secara aktif di dalam keluarga, dimana kebebasan merupakan
salah satu aspek terpenuhinya makna hidup menurut Frankl (2003) serta menjadi salah
satu pendorong tingginya makna hidup seseorang menurut Crumbaugh (Koeswara,
1987). Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat pandangan Bastaman (1996)
bahwa individu yang terpenuhi makna hidupnya cenderung memiliki interaksi yang
aktif dan positif terhadap lingkungannya.
Namun ada beberapa dampak yang di timbulkan apabila seorang ibu memiliki
peran ganda sebagai pekerja, menurut Lloyd (Hoffman & Nye, 1984) penambahan
peran lain pada istri selain peran sebagai ibu dan istri, akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya konflik dalam pernikahan. Selain berpengaruh terhadap hubungannya dengan
8
suami, peran yang dijalani perempuan sebagai ibu yang bekerja juga dapat memberikan
pengaruh tertentu dalam hubungannya dengan anak (Sobur,1991). Maka dari itu dirasa
penting untuk melihat lebih lanjut apakah ada perbedaan makna hidup apabila ditinjau
melalui status bekerja yakni bekerja dan tidak bekerja, dengan melihat fenomena yang
ada menunjukan bahwa ibu bekerja lebih menikmati pekerjaannya, saat dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja,ibu bekerja memiliki interaksi yang lebih positif dengan
anaknya, dan lebih simpatik (dalam Hoffman & Nye, 1984). Hal ini memiliki
kesesuaian dengan kebermaknaan hidup menurut Bastaman (1996) apabila terpenuhinya
makna hidup dapat membuat individu merasakan hidupnya lebih bahagia serta memiliki
hubungan yang positif dengan orang lain.
Dari fenomena-fenomena diatas, peneliti menetapkan hipotesis, yakni ada
perbedaan makna hidup antara ibu bekerja dan ibu tidak bekerja (ibu yang bekerja
memiliki makna hidup yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah
tangga) Namun peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut terkait perbedaan makna
hidup yang ditinjau dari status bekerja ibu (bekerja atau tidak bekerja).
Metode penelitian
Subyek dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dan dibagi menjadi 2(dua)
kelompok, yaitu 30 orang untuk kelompok ibu yang bekerja dan 30 orang untuk
kelompok ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Subyek penelitian kelompok
ibu yang bekerja mempunyai karakteristik sebagai berikut yaitu : (1) Sudah menikah,
(2) Memiliki anak, (3) Berusia minimal 18 Tahun (usia dewasa awal menurut Hurlock),
(4) Berstatus kerja, (5) Memiliki suami yang bekerja (dengan penghasilan diantara
Rp.1.450.000 – Rp.6.000.000 per bulan). Sedangkan subjek kelompok ibu yang tidak
9
bekerja atau ibu rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) Sudah
menikah, (2) Memiliki anak, (3) Berusia minimal 18 Tahun (usia dewasa awal menurut
Hurlock), (4) Tidak berstatus kerja (ibu rumah tangga), (5) Memiliki suami yang
bekerja (dengan penghasilan diantara Rp.1.450.000 – Rp.6.000.000 per bulan).
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menanyakan terlebih dahulu latar
belakang subjek terkait karakteristik subjek guna memastikan kesesuaian antara subjek
dengan karakteristik yang telah ditentukan, kemudian memberikan angket/kuesioner
kepada subjek dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi angket/kuesioner tersebut
serta mendampingi subjek selama pengisian angket/kuesioner. Alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala PIL (Purpose in Life Test) terdiri atas
20 item yang diadaptasi dari Frankl (dalam Koeswara, 1992) dengan aspek-aspeknya
antara lain: Tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran
tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup. Skala ini sebagai alat ukur penelitian, dan
telah diuji validitas dan reliabilitasnya mengunakan alpha Cronbach menghasilkan α =
0.873 (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan hasil dalam penelitian Meier dan Edwards (Sink
et al. 1998) pada subjek remaja di pedesaan dan perkotaan menghasilkan uji reliabilitas
menggunakan alpha cronbach α = 0.880 yang menunjukan bahwa skala PIL dapat
digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini digunakan teknik analisis data yang bersifat kuantitatif dengan
mengunakan metode statistik yaitu uji t.
10
Tabel 1
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.873 20
HASIL PENELITIAN
Uji Normalitas
Normalitas yang dimaksud adalah sebaran skor atau data yang didapatkan dari
pengumpulan data akan membentuk kurva normal jika disajikan dalam sebuah grafik.
Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan sebaran skor
pada sampel dan populasinya dengan menggunakan teknik Sample Kolmogorov-
Smirnov. Kaidah yang digunakan dalam uji normalitas yaitu jika p > 0,05 (tidak
signifikan) berarti tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya, maka
sebaran data tersebut normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 2 dengan
skor signifikansi 0.20 pada ibu bekerja dan 0.20 pada ibu tidak bekerja yang
membuktikan bahwa nilai P > 0,05 yang artinya sampel dalam penelitian ini
berdistribusi Normal.
Tabel 2
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
11
Jumlah Bekerja .121 30 .200* .952 30 .189
Tidak_Bekerj
a
.114 30 .200* .980 30 .820
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Homogenitas
Uji homogenitas pada uji perbedaan dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap
kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian
perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara
kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok. Dalam hal ini
adalah penelitian terkait dengan membandingkan tingkat mkna hidup ibu berdasarkan
status bekerja, yaitu ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Dari Tabel 5 menunjukan bahwa
nilai koefisien Levene Statistic Based on Mean sebesar 0.151 dengan signifikansi
sebesar 0,699. Karena nilai signifikan > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini
bersifat Homogen.
Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 menunjukan bahwa ibu bekerja
memiliki makna hidup pada kategori tinggi dengan skor 78.97 sedangkan ibu tidak
bekerja berada pada kategori sedang dengan skor 60.60.
12
Tabel 4
Data Deskriptif
Interval Skor
Ibu
Bekerja
Ibu Tidak
Bekerja
Ibu Bekerja
dan Ibu Tidak
Bekerja Skor Mean
F % F % F &
Ibu
Bekerja
Ibu
Tidak
Bekerja
Sangat Tinggi
85-
100 4 13% 0 0% 4 7%
Tinggi 69-84 26 87% 1 3% 27 45% 78.97
Sedang 53-68 0 0% 27 90% 27 45% 60.6
Rendah 37-52 0 0% 2 7% 2 3%
Sangat Rendah 20-36 0 0% 0 0% 0 0%
Uji – t (t-Test) Independent Sample Test
Hasil penelitian ini menggunakan teknik analisis Uji – t (t-Test) independent
sample karena yang diuji bedakan adalah sampel-sampel yang berasal dari dua
kelompok subjek yang berbeda yaitu kelompok ibu yang bekerja dengan kelompok ibu
yang tidak bekerja. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa p = 0.00 < 0.05 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu bekerja dan kelompok ibu bekerja.
Tabel 3
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
Jumlah Bekerja 30 78.97 5.156 .941
Tidak_Bekerja 30 60.60 5.117 .934
13
Tabel 5
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Jumlah Equal
variances
assumed
.151 .699 13.849 58 .000 18.367 1.326 15.712 21.021
Equal
variances
not
assumed
13.849 57.997 .000 18.367 1.326 15.712 21.021
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan makna hidup
ibu apabila ditinjau melalui status kerja, yakni bekerja dan tidak bekerja, dengan
hipotesis bahwa ibu yang bekerja memiliki makna hidup yang lebih baik daripada ibu
yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga bekerja. Hasil uji beda (uji-t) diperoleh t-
hitung sebesar 13.849 dan p = 0.00 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara ibu bekerja dan kelompok ibu bekerja dengan hasil penelitian ibu
bekerja memiliki skor yaitu 78.97 dengan kategori tinggi dibandingkan ibu yang tidak
bekerja atau ibu rumah tangga yaitu 60.60 dengan kategori sedang. Dapat disimpulkan
bahwa tingkat makna hidup ibu bekerja lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak
bekerja atau ibu rumah tangga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yoshiko (2010) terhadap ibu bekerja dan ibu tidak bekerja yang mengungkapkan
bahwa ibu yang tidak bekerja memang memiliki pandangan yang cenderung
14
menganggap dirinya tidak lebih baik daripada teman sesamanya yang juga ibu rumah
tangga serta cenderung memiliki keraguan untuk membuat keputusan yang cepat dalam
menghadapi masalah yang datang kedalam rumah tangganya, dan lebih memilih
menunggu suaminya untuk mengambil keputusan. Yoshiko (2010) juga
mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja lebih aktif dalam menentukan keputusan untuk
rumah tangga serta lebih berani dalam mengeluarkan pendapat ketika sedang terjadi
masalah di rumah tangganya. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat pandangan
Bastaman (1996) bahwa apabila terpenuhinya makna hidup dapat membuat individu
merasakan hidupnya lebih bahagia serta memiliki hubungan yang positif dengan orang
lain, sejalan dengan penelitian ini diperkuat kembali dengan penelitian Hoffman (dalam
Hoffman & Nye, 1984) yang menunjukan bahwa ibu bekerja lebih menikmati
pekerjaannya, saat dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja,ibu bekerja memiliki
interaksi yang lebih positif dengan anaknya, dan lebih simpatik. Demikian juga dalam
penelitian yang dilakukan oleh Walters dan McKenry (1985) menunjukan, bahwa ibu
bekerja cenderung merasa bahagia selama para ibu bekerja tersebut dapat
mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Merasa
bahagia merupakan salah satu penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat
individu merasakan hidupnya lebih bahagia (Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman,
1996). Sehingga membuktikan bahwa ibu bekerja cenderung merasa bahagia dimana
perasaan bahagia merupakan salah satu wujud dari terpenuhinya makna hidup menurut
Frankl (2003) sertamenjadi pendorong tingginya makna hidup seseorang menurut
Crumbaugh (koeswara, 1987). Hasil penelitian tersebut dapat di lihat bahwa ibu yang
bekerja memiliki makna hidup yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa aspek-aspek makna hidup yang di kemukakan
15
oleh Frankl (2003) memiliki kesesuaian dengan ibu-ibu yang bekerja sehingga memiliki
tingkat makna hidup yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak
bekerja.
Disisi lain, menurut Maslow (Yustinus, 2010) untuk mencapai keseimbangan
hidup, individu harus dapat mengaktualisasikan dirinya agar mendapatkan penghargaan
dari orang lain, salah satunya dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Perempuan
dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan dimana ia bekerja, oleh tipe dan
banyaknya pekerjaan, dan tuntutan yang berkaitan dalam pekerjaan yang akan
berbanding lurus dengan kesehatan mental. Namun Perempuan mempunyai peran yang
berbeda dalam keluarga, perempuan masih harus melakukan banyak hal setelah
melakukan aktivitas kantor, sejalan dengan peran “tradisional” mereka sebagai ibu
rumah tangga diakui masih tetap melekat erat mengiringi perkembangan eksistensi
mereka. Banyak orang kemudian mempertanyakan bagaimana mungkin seorang wanita
dapat menjalankan berbagai aktifitas ditengah–tengah khalayak luas, sementara rumah
tangganya perlu ditangani secara saksama (Susanto, 1997). Namun faktanya, melalui
hasil wawancara terhadap salah satu subjek dalam penelitian ini yakni ibu bekerja,
beliau mengatakan bahwa dengan menjadi ibu yang memiliki peran ganda yakni bekerja
dan juga mengurus anak ia merasa bahwa pekerjaan memberi kepuasan terkait
pemasukan lebih secara ekonomi, mengisi waktu luang serta memberi eksistensi secara
pribadi, ibu yang bekerja di luar rumah juga mengatakan bahwa pekerjaan diluar rumah
memberikan kepuasan tersendiri terkait kebebasannya berpendapat serta kebebasan
dalam lingkup sosial untuk mengaktualisasikan dirinya. Melalui hasil wawancara
tersebut dapat dilihat bahwa ibu bekerja lebih memiliki kepuasan dan kebebasan sesuai
dengan aspek makna hidup dari Crumbaugh & Maholick (1964) yang diadaptasi dari
16
Frankl (1959) dimana individu yang memiliki makna hidup yang tinggi mampu
mencapai kepuasan hidup serta memiliki kebebasan didalam hidupnya.
Namun Frankl (1977) juga mengatakan bahwa manusia dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu: (a) kelompok yang masih mencari dan belum menemukan makna
hidupnya, sedangkan kelompok kedua (b) mereka yang telah menemukan makna
hidupnya melalui sistem nilai pribadi masing-masing. Dalam penelitian Hakim (2002)
menunjukkan bahwa ada tiga golongan pekerja perempuan berdasarkan tingkah laku
dan orientasinya, yaitu berorientasi rumah (20%), adaptif (60%), dan yang berorientasi
kerja (20%). Hal ini berarti bahwa ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja memiliki
kesempatan yang sama dalam meningkatkan makna hidup mereka terkait orientasinya
terhadap pekerjaan. Namun bekerja menjadi salah satu pendorong bagi para ibu-ibu
rumah tangga untuk dapat meningkatkan makna hidupnya, Menurut Hermayanti (2014)
salah satu sumber makna hidup ialah creative values (nilai – nilai kreatif) yang artinya
adalah Kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban
sebaik – baiknya dengan penuh tanggung jawab. Dengan menekuni suatu pekerjaan dan
meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya
dengan sebaik mungkin merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui
karya dan kerja dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bekerja mampu menjadi pendorong bagi
para ibu-ibu rumah tangga untuk dapat meningkatkan makna hidupnya, sejalan dengan
pandangan Hermayanti (2014) juga mengungkapkan bahwa bekerja dapat menimbulkan
makna dalam hidup, secara nyata dapat dialami sendiri.
Menurut Goliszek (2005) untuk menjadi stay at home mother tidak jarang
melahirkan perasaan kurang puas, hal tersebut juga diperkuat melalui penelitian dari
17
Frieze (1978) terkait Masalah yang dihadapi wanita yang memilih sepenuhnya menjadi
ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan, diantaranya adalah a). Rendahnya
status ibu rumah tangga dimana pekerjaan rumah tangga tidak menjanjikan prestise
yang tinggi. Masalahnya adalah pekerjaan rumah tangga lebih sering diasosiasikan
dengan pekerjaan – pekerjaan dan penyediaan makanan. Akibatnya ibu rumah tangga
berada pada posisi dimana masyarakat memandang sebagaian besar waktunya
dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan kasar yang tidak menuntut
kemampuan khusus. b). Ketergantungan pada suami, dimana ibu rumah tangga yang
tidak bekerja menjadi tergantung pada suaminya baik dalam hal keuangan maupun
dalam status sosial. Hal ini menunjukan bahwa ibu yang tidak bekerja kurang memiliki
makna hidup apabila dilihat dari gejala-gejala nya yakni merasa dipandang tidak
memiliki kemampuan serta memiliki ketergantungan dengan orang lain dalam hal
keuangan maupun status sosial (Frankl, 1977). Hal ini diperkuat melalui hasil penelitian
Ayu (t,t) dalam sebuah wawancara kepada ibu rumah tangga (tidak bekerja) yang
mengatakan bahwa setelah anak atau suami melakukan aktivitas masing- masing diluar
rumah, ibu rumah tangga tersebut menjadi kesepian. Hal ini sejalan dengan penelitian
(Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996) bahwa jika individu tidak berhasil
memenuhi kebutuhan makna hidup ini, maka individu akan menjalani
ketidakbermaknaan hidup. Akibatnya individu akan mengalami perasaan hampa dan
kosong.
Melihat hasil penelitian yang telah diuraikan diatas terkait adanya dampak negative
dari rendahnya makna hidup pada ibu yang tidak bekerja dan dengan terpenuhiya aspek-
aspek makna hidup Frankl pada ibu yang bekerja serta kemudian menjadi salah satu
faktor perbedaan tingkat makna hidup antara ibu yang berkerja dengan ibu yang tidak
18
bekerja dimana ibu bekerja lebih memiliki makna hidup yang tinggi maka diharapkan
ibu yang tidak bekerja dapat memenuhi makna hidup nya melalui salah satu sumber
makna hidup menurut Hermayanti (2014) yakni kegiatan berkarya, bekerja, mencipta
serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik – baiknya dengan penuh tanggung
jawab. Melalui kerja dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara
bermakna. Hermayanti (2014) juga mengungkapkan bahwa bekerja dapat menimbulkan
makna dalam hidup, secara nyata dapat dialami sendiri. Sehingga dengan bekerja
diharapkan para ibu mampu menemukan makna hidup yang terdiri dari aspek-aspek
makna hidup, yakni tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap
terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup (Koeswara, 1987).
Dimana keenam aspek makna hidup yang di kemukakan oleh Crumbaugh & Maholick
(1964) yang diadaptasi dari Frankl (1959) memiliki kesesuaian dengan ibu-ibu yang
bekerja sehingga memiliki tingkat makna hidup yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan ibu-ibu yang tidak bekerja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data, maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah
ada peberdaan makna hidup ibu ditinjau dari status kerja nya dengan tingkat makna
hidup ibu bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu
rumah tangga
Berkenaan dengan saran aplikatif hasil penelitian, diharapkan dengan bekerja para
ibu mampu menemukan makna hidup yang terdiri dari aspek-aspek makna hidup, yakni
tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap kematian, pikiran
tentang bunuh diri, dan kepantasan hiduplebih mampu meningkatkan makna hidup nya.
Dimana bekerja dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara
19
bermakna serta menimbulkan makna dalam hidup, secara nyata dapat dialami sendiri
(Hermayanti, 2014)
Berkenaan dengan kepentingan ilmiah, diharapkan ada kelanjutannya dari
penelitian ini bagi peneliti yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian
lebih lanjut, hendaknya ditambah dengan hasil-hasil wawancara yang lebih banyak lagi
terhadap subjek demi memperkuat hasil penelitin, sehingga pembahasan mengenai
perbedaan makna hidup akan menjadi lebih mendalam.
20
20
DAFTAR PUSTAKA
Azwar (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Butami (2012). Peran ibu rumah tangga dalam keluarga (kasus Ibu-ibu yang bekerja
sebagai guru sekolah Dasar) di kecamatan tanjungpinang barat. Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Bastaman, H.D., (2007). Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup
Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Crumbaugh, J. C., (1977). The Seeking of Noetic Goals Test (SONG): A complementary
scale to the Purpose in Life Test (PIL). Journal of Clinical Psychology, 33, 900–
907.
Crumbaugh, J. C., & Maholick, L. T. (1964). An experimental study on existentialism:
The psychometric approach to Frankl’s concept of noogenic neurosis. Journal of
Clinical Psychology, 20, 200–201.
Dewi & Widayanti (2011). Gambaran Makna Keluarga ditinjau dari Status dalam
Keluarga, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan (Studi Pendahuluan)
Jurnal Psikologi Undip. 10, (2), 163-172.
Dwijayanti, J. E. (1999). Perbedaan Motif antara Ibu Rumah Tangga yang Bekerja dan
yang Tidak Bekerja dalam Mengikuti Sekolah Pengembangan Pribadi dari John
Robert Power. Media Psikologi Indonesia Vol.14 No.55 .
Gandarsih (1986) Wanita dan Kemajuan Jaman, Javanologi, Yogyakarta, 1986
Handayani (2015). Studi Eksplorasi Makna Keseimbangan Kerja Keluarga pada Ibu
Bekerja. Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Alfian, N. I., & Suminar, R. D. (t.t) Perbedaan Tingkat Kebermaknaan Hidup Remaja
Akhir Pada Berbagai Status Identitas Ego Dengan Jenis Kelamin Sebagai
Kovariabel (Penelitian Terhadap Mahasiswa Madura Di Surabaya). Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Koeswara, E. (1992). Logoterapi : Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta : Kanisius.
Krueger, C., & Trussoni, K. (2005). Women's Self Concept and The Effects of Positive
or Negative Labeling Behaviors. UW-L Journals of Undergraduate Reasearch ,
(8), 1-12.
Lauer, Roberth H. (1993), Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : PT Rineka
Cipta.
21
21
Putri, S. P., Respari, S. W., & Safitri (2009). Makna hidup pada perempuan dewasa
yang berperan Ganda. Jurnal Psikologi Vol 7 50 No 2, Desember 2009 Fakultas
Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta
Paloutzian, R. F. (1981), Purpose in life and values changes following conversion,
Journal of Personality and Social Psychology, vol. 41.
Rachminiwati. (1988). Efek Peran Jenis Kelamin Wanita Bekerja pada Konflik Peran:
Studi Deskriptif terhadap Wanita Bekerja yang Berperan Ganda. Skripsi .
Reker, G. T., & Cousins, J. B. (1979). Factor structure, construct validity and
reliability of the Seeking of Noetic Goals (SONG) and Purpose in Life (PIL)
tests. Journal of Clinical Psychology, 35(1), 85–91.
Sadli, S., Oey, M., & Suprapto, R. (1990). Identifikasi Indikator Sosial Wanita
Indonesia. Dalam Seminar Nasional Wanita Indonesia. Fakta dan Citra.
Program Pengembangan Karir Wanita , 12-30.
Salaa (2015). Peran ganda ibu rumah tangga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di
desa tarohan kecamatan beo kabupaten kepulauan talau. Jurnal Holistik Tahun
VIII No. 15 / Januari – Juni 2015
Schulenberg, S. E., Schnetzer, L. W., & Buchanan, E. M. (2011). The Purpose in Life
test—Short form: Development and psychometric support. Journal of Happiness
Studies, 12, 861–876.
Shek, D. T. L. (1988). Reliability and factorial structure of the Chinese version of the
Purpose in Life Questionnaire. Journal of Clinical Psychology, 44(3), 384–392.
Soetrisno, Lukman, 1990, Peranan Wanita Dalam Pembangunan, Suatu Perspektif
Sosiologis, Jurnal Populasi, No 1, Pusat Penelitian Kependudukan UGM,
Yogyakarta.
Yoshiko (2014). Konsep Diri antara Ibu Rumah Tangga Tidak Berwirausaha dan Ibu
Rumah Tangga Berwirausaha Maleber Utara (Studi Komparatif). Skripsi.
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran
“Ibu Bekerja”. Diambil tanggal 03 Maret 2009, diambil dari
http://www.keluargasamaran.com/product/excerpt.pdf
“Konflik Ibu Bekerja”. Diambil tanggal 08 Maret 2009, diambil dari
http://www.lptui.com/artikel.php?fl3nc=1¶m=c3VpZD0wMDAyMDAwM
DAwOTAmZmlkQ29udGFpbmVyPT Y2&cmd=articleDetail)
“Karir Dan Rumah Tangga”. Diambil tanggal 15 Maret 2009, diambil dari
http://kupretist.multiply.com/journal/item/216/Dampak_Positif_dan_Negatif_W
anita_Karir