30
PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA (BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA OLEH CATHARINE ROSSY SIHOMBING 80 2013 135 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

  • Upload
    ngokiet

  • View
    253

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS

BEKERJA (BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA

OLEH

CATHARINE ROSSY SIHOMBING

80 2013 135

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja
Page 3: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja
Page 4: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Catharine Rossy Sihombing

NIM : 80 2013 135

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan , menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA

(BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih

media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 15 November 2016

Yang menyatakan,

Catharine Rossy Sihombing

Mengetahui,

Pembimbing Utama

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA

Page 5: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Catharine Rossy Sihombing

NIM : 80 2013 135

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA

(BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA

Yang dibimbing oleh :

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 15 November 2016

Yang memberi pernyataan

Catharine Rossy Sihombing

Page 6: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

LEMBAR PENGESAHAN

PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS BEKERJA

(BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA

Oleh

Catharine Rossy Sihombing

80 2013 135

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal : 15 November 2016

Dosen Pembimbing

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih., M.S. Prof. Dr. Sutarto Wijono,MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS

BEKERJA (BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA) DI SALATIGA

Catharine Rossy Sihombing

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

i

Abstrak

Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang. Ketidakmampuan seseorang dalam mencapai

makna dalam hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang negatif. Diantara

dampak tersebut adalah sulit merasakan kebahagiaan, merasa hidupnya hampa dan

kosong, depresi bahkan menuju tindakan bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk

menguji apakah ada perbedaan makna hidup pada ibu apabila ditinjau dari status

kerjanya yakni bekerja dan tidak bekerja. Subjek pada penelitian ini berjumlah 60

responden, dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 30 orang untuk kelompok ibu yang

bekerja dan 30 orang untuk kelompok ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik

yaitu Uji – t (t-Test) independent sample. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Skala PIL (Purpose in Life Test) dari Crumbaugh & Maholick (1964) ) yang

diadaptasi dari Frankl (1959) dengan aspek-aspeknya antara lain: Tujuan hidup,

kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan

kepantasan hidup. Skala ini terdiri atas 20 item dengan hasil uji reliabilitas mengunakan

alpha Cronbach menghasilkan α = 0.873. Analisis data uji-t menghasilkan t-hitung

sebesar 13.849 dengan signifikansi p = 0.00 < 0.05. Mean makna hidup untuk kelompok

ibu bekerja sebesar 78.97 dengan kategori tinggi sedangkan kelompok ibu tidak bekerja

sebesar 60,60 dengan katgori sedang. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada

perbedaan makna hidup antara ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dimana ibu yang

bekerja memiliki makna hidup yang lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja atau

ibu rumah tangga, dapat diterima.

Kata kunci : Makna hidup, ibu, status kerja (bekerja dan tidak bekerja).

Page 9: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

ii

Abstract

The meaning of life is something that is important and valuable, and provide special

value to someone. Inability to achieve meaning in life will cause negative psychological

impact. Among these impacts are difficult to feel joy, felt empty and empty, depressed

and even lead to suicide. This study aims to examine whether there are differences in

the meaning of life in the mother if the terms of the status of work that is working and

not working. Subjects in this study amounted to 60 respondents, divided into two

groups: 30 person for groups of working mothers and 30 people for a group of mothers

who do not work or housewives. This study is a quantitative study using statistical

calculations that test - t (t-Test) independent sample. Measuring instrument used in this

study is the scale PIL (Purpose in Life Test) of Crumbaugh & Maholick (1964)), which

was adapted from Frankl (1959) with its aspects, among others: The purpose of life, life

satisfaction, freedom, attitude towards death, thoughts of suicide, and decency of life.

This scale consists of 20 items with the results of the reliability test using Cronbach's

alpha generating α = 0873. T-test analysis produces 13 849 with significance of t-test p

= 00:00 <0:05. Mean meaning of life for a group of mothers work at 78.97 with high

category while the mother does not work at 60.60 with medium category. So the

hypothesis that there is a difference between the meaning of life working mother and the

mother does not work where working mothers have a higher meaning in life than

mothers who do not work or a housewife, is acceptable.

Keywords: The meaning of life, mother, work status (employed and

unemployed).

Page 10: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

1

PENDAHULUAN

Manusia pada umumnya mendambakan kehidupan yang bermakna, karena hal ini

dapat dijadikan motivasi pada diri sendiri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat (Bastaman, 1996). Kebermaknaan hidup didefiniskan sebagai keadaan

penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat individu merasakan hidupnya

lebih bahagia, lebih berharga, dan memiliki tujuan yang mulia untuk dipenuhinya

(Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). Individu yang mencapai

kebermaknaan hidup akan merasakan hidupnya penuh makna, berharga dan memiliki

tujuan mulia, sehingga inividu terbebas dari perasaan hampa dan kosong. Menurut

Frankl (1977) gejala-gejala dari orang yang kehilangan makna hidupnya, ditunjukkan

dengan perasaan hampa, merasa hidup tak berarti, merasa tak memiliki tujuan hidup

yang jelas, adanya kebosanan dan apatis.

Berlawanan dengan penghayatan hidup tak bermakna, orang yang telah terpenuhi

kebermaknaan dalam hidupnya akan menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh

semangat dan gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa. Mereka memaknai

kehidupannya dalam tujuan-tujuan yang harus dicapai, sehingga menyebabkan kegiatan

mereka menjadi lebih terarah. Ketika individu berhasil memenuhinya, maka hidup

bermakna akan dicapainya. Hasil dari adanya kehidupan yang bermakna ini akan

memunculkan kebahagiaan. Sebaliknya jika individu tidak berhasil memenuhi

kebutuhan makna hidup ini, maka individu akan menjalani ketidakbermaknaan hidup.

Akibatnya individu akan mengalami kehampaan eksistensial (Frankl, 1977; Koeswara,

1992; Bastaman, 1996).

Orang yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang makna hidup (meaning of

life) adalah Frankl (2003) dengan teorinya yang diberi nama Logotheraphy. Menurut

Page 11: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

2

pandangan Frankl ( 1970 ) makna hidup harus dilihat sebagai suatu yang sangat objektif

karena berkaitan dengan hubungan individu dengan pengalamannya dalam dunia ini,

meskipun makna hidup itu sendiri sebenarnya suatu yang objektif, artinya benar-benar

ada dan dialami dalam kehidupan.

Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan

dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (

Bastaman, 1996).

Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat yaitu:

pertama, Makna hidup sifatnya unik dan personal, artinya apa yang dianggap berarti

bagi seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. Bahkan mungkin apa yang dianggap

penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang, belum tentu sama bermaknanya

bagi orang itu pada saat yang lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang

bermakna baginya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain, dan mungkin

dari waktu ke waktu berubah pula. Kedua, Makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit ,

artinya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak

selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealis, prestasi-prestasi akademis yang

tinggi, atau hasil-hasil filosofis yang kreatif. Ketiga, Makna hidup sifatnya memberi

pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, artinya makna hidup

seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk

memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka

seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan

yang dilakukannya pun menjadi lebih terarah.

Page 12: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

3

Makna hidup harus dicari dan ditemukan sendiri oleh orang yang bersangkutan,

maka apabila hasrat hidup bermakna tersebut terpenuhi, orang yang bersangkutan akan

merasakan kehidupan bermakna. Menurut Frankl (2003) ciri-ciri orang yang merasakan

hidup bermakna, dijelaskan sebagai berikut ini : a) Menjalani kehidupan sehari-hari

dengan semangat dan penuh gairah serta jauh dari perasaan hampa. b) Tujuan hidup,

baik jangka pendek dan jangka panjang jelas, sehingga mereka jadi lebih terarah dan

merasakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai. c)Tugas-tugas dan pekerjaan sehari-

hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri, sehingga dalam

pengerjaannya semangat dan bertanggung jawab. d) Mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan, artinya menyadari pembatasan-pembatasan lingkungan, tetapi dalam

keterbatasan itu tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik untuk dilakukan.

e) Menyadari makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan betapapun buruknya

keadaan, menghadapinya dengan tabah dan menyadari bahwa hikmah selalu ada dibalik

penderitaan. f) Kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi dan menentukan

makna hidup sebagai sesuatu yang sangat berharga dan tinggi nilainya. g) Mampu

mencintai dan menerima cinta kasih orang lain serta menyadari bahwa cinta kasih

merupakan salah satu nilai hidup yang menjadikan hidup ini indah.

Menurut Crumbaugh (Koeswara, 1987), kekurangan makna hidup bisa menjadi

sebab maupun akibat kondisi depresi, baik dari kekurangan makna maupun kondisi

depresi yang bisa ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lain. Depresi yang dialami

individu sebagai contoh menunjuk kepada situasi bila individu menghadapi makna yang

melimpah, tetapi individu tersebut tidak mampu mengarahkan dirinya kepada makna-

makna tertentu yang pasti, serta ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan

mengatasi masalah-masalah personalnya secara efisien. Sementara itu, individu yang

Page 13: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

4

kekurangan makna bisa tidak mengalami depresi karena dia hanyut didalam arus

pengalaman yang tidak terorganisasi. Crumbaugh juga merancang kuantifikasi konsep

makna hidup berdasarkan pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan

makna hidup, terdiri dari tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap

terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup (Koeswara, 1987).

Crumbaugh (Koeswara, 1987) menciptakan PIL Test (The Purpose in Life Test)

berdasar pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang

dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidup seseorang. Aspek-aspek

yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya makna hidup tersebut, antara lain: a)

Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan

tujuan dalam hidupnya. b) Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap

hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan

aktivitas-aktivitas yang dijalaninya. c) Kebebasan, yaitu perasaan mampu

mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab. d) Sikap terhadap

kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi

kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat

kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk

menghadapinya. e) Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang

tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha

menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah

memikirkannya. f) Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia

merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.

Aktivitas bagi seseorang memiliki arti yang sangat penting dan hubungannya erat

dengan kebermaknaan hidup dan kepuasan hidup (Haryanto,2005). Persoalan makna

Page 14: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

5

hidup menurut Madjid (dalam Bastaman, 2007) begitu besar penting artinya, karena

kosongnya makna hidup akan membuat orang tidak tahan tehadap penderitaan dan tidak

memiliki rasa harga diri yang kokoh. Selain itu Yalom (Bastaman, 1996) menjelaskan

bahwa pengertian makna hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Sama

halnya dengan yang disampaikan Bastaman (1996) yang mengartikan bahwa makna

hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, benar, dan didambakan, memberikan nilai

khusus serta dapat dijadikan tujuan hidup seseorang. Apabila berhasil ditemukan dan

dipenuhi, maka kehidupannya menjadi berarti dan menimbulkan perasaan bahagia. Hal

ini tidak luput juga dari kebermaknaan hidup dari seorang ibu yang ditinjau dari status

kerjanya yakni ibu bekerja dan ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

Dewasa ini, perempuan yang berkeluarga umumnya mengkombinasikan tugas

sebagai ibu dengan kegiatan bekerja, karena bekerja juga merupakan bagian dari

kehidupan perempuan (Crawford & Unger, 2000). Menurut Encyclopedia of Children’s

Health, ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan

penghasilan di samping membesarkan dan mengurus anak di rumah. Ibu bekerja adalah

ibu yang memiliki anak dan menjadi tenaga kerja, dimana ketika seorang ibu memiliki

status kerja maka ia memiliki fungsi ganda sebagai orang tua (Lerner ,2001). Jumlah

perempuan yang berada dalam dunia kerja telah meningkat secara drastis selama abad

ke-20. Khususnya, perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak memasuki dunia

bekerja dengan jumlah yang terus bertambah (Dubeck & Borman, 1996). Hal ini juga

dapat di buktikan dengan melihat adanya fenomena peningkatan yang dilihat melalui

data statistik yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik mengenai jumlah perempuan

bekerja di Indonesia yang menunjukkan peningkatan sejak tahun 2002. Pada tahun 2002

terdapat perempuan bekerja ebanyak 1.062.568 jiwa di DKI Jakarta, sedangkan tahun

Page 15: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

6

2004 naik lagi menjadi 1.117.620 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah perempuan bekerja

kembali naik menjadi 1.137.410 jiwa (http://www.datastatistik-

indonesia.com/component/option.com tabel/task/Itemid. 171/), hal ini sudah cukup

membutikan bahwa adanya peningkatan terus-menerus pada jumlah pekerja wanita di

Indonesia.

Terdapat berbagai alasan mengapa seorang ibu ingin bekerja, beberapa diantaranya

adalah untuk mendapatkan pemasukan tambahan bagi keluarga, sebagai sarana

aktualisasi diri, atau sekedar mencari hubungan pertemanan dan jejaring social di luar

lingkungan rumah tangga (Sutjipto, 2006). Pada dasarnya ibu bekerja mendapatkan

konsekuensi positif dari multi peran (sebagai istri, ibu, sekaligus pekerja) yang

diembannya. peran sebagai ibu yang bekerja dihubungkan dengan self-esteem,status,

dan kepuasan hidup(Sutjipto, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Hoffman (dalam Hoffman & Nye, 1984) yang

menunjukan bahwa ibu bekerja yang menikmati pekerjaannya, saat dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja, memiliki interaksi yang lebih positif dengan anaknya,

dan lebih simpatik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Walters dan

McKenry (1985) menunjukan, bahwa ibu bekerja cenderung merasa bahagia dalam

kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Dengan melihat bahwa ibu

yang bekerja lebih memiliki interaksi yang positif serta cenderung merasa bahagia hal

tersebut menunjukan bahwa ibu yang bekerja memiliki kepuasan hidup dimana

kebahagiaan, kesenangan salah satu wujud dari kepuasan hidup yang merupakan salah

satu aspek terpenuhinya makna hidup menurut Frankl (2003) yang mengatakan bahwa

tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan

tersendiri. Crumbaugh (koeswara, 1987) juga mengatakan bahwa kepuasan hidup

Page 16: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

7

merupakan salah satu aspek pendorong tingginya makna hidup seseorang dimana

kepuasan hidpu yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa

menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang

dijalaninya. Dengan demikian hal ini membuktikan bahwa ibu bekerja memiliki makna

hidup yang tinggi, hal ini sejalan dan sesuai dengan kebermaknaan hidup yang

didefiniskan sebagai keadaan penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat

individu merasakan hidupnya lebih bahagia dan lebih berharga (Frankl, 1977;

Koeswara, 1992; Bastaman, 1996). Individu yang mencapai kebermaknaan hidup akan

merasakan hidupnya penuh makna, berharga dan memiliki tujuan mulia, sehingga

inividu terbebas dari perasaan hampa dan kosong.

Penelitian Yoshiko (2010) juga mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja lebih aktif

dalam menentukan keputusan untuk rumah tangga serta lebih berani dalam

mengeluarkan pendapat ketika sedang terjadi masalah di rumah tangganya. Hal tersebut

membuktikan bahwa ibu bekerja lebih memiliki kebebasan dalam berpendapat dan

mengambil keputusan secara aktif di dalam keluarga, dimana kebebasan merupakan

salah satu aspek terpenuhinya makna hidup menurut Frankl (2003) serta menjadi salah

satu pendorong tingginya makna hidup seseorang menurut Crumbaugh (Koeswara,

1987). Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat pandangan Bastaman (1996)

bahwa individu yang terpenuhi makna hidupnya cenderung memiliki interaksi yang

aktif dan positif terhadap lingkungannya.

Namun ada beberapa dampak yang di timbulkan apabila seorang ibu memiliki

peran ganda sebagai pekerja, menurut Lloyd (Hoffman & Nye, 1984) penambahan

peran lain pada istri selain peran sebagai ibu dan istri, akan meningkatkan kemungkinan

timbulnya konflik dalam pernikahan. Selain berpengaruh terhadap hubungannya dengan

Page 17: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

8

suami, peran yang dijalani perempuan sebagai ibu yang bekerja juga dapat memberikan

pengaruh tertentu dalam hubungannya dengan anak (Sobur,1991). Maka dari itu dirasa

penting untuk melihat lebih lanjut apakah ada perbedaan makna hidup apabila ditinjau

melalui status bekerja yakni bekerja dan tidak bekerja, dengan melihat fenomena yang

ada menunjukan bahwa ibu bekerja lebih menikmati pekerjaannya, saat dibandingkan

dengan ibu yang tidak bekerja,ibu bekerja memiliki interaksi yang lebih positif dengan

anaknya, dan lebih simpatik (dalam Hoffman & Nye, 1984). Hal ini memiliki

kesesuaian dengan kebermaknaan hidup menurut Bastaman (1996) apabila terpenuhinya

makna hidup dapat membuat individu merasakan hidupnya lebih bahagia serta memiliki

hubungan yang positif dengan orang lain.

Dari fenomena-fenomena diatas, peneliti menetapkan hipotesis, yakni ada

perbedaan makna hidup antara ibu bekerja dan ibu tidak bekerja (ibu yang bekerja

memiliki makna hidup yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah

tangga) Namun peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut terkait perbedaan makna

hidup yang ditinjau dari status bekerja ibu (bekerja atau tidak bekerja).

Metode penelitian

Subyek dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dan dibagi menjadi 2(dua)

kelompok, yaitu 30 orang untuk kelompok ibu yang bekerja dan 30 orang untuk

kelompok ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Subyek penelitian kelompok

ibu yang bekerja mempunyai karakteristik sebagai berikut yaitu : (1) Sudah menikah,

(2) Memiliki anak, (3) Berusia minimal 18 Tahun (usia dewasa awal menurut Hurlock),

(4) Berstatus kerja, (5) Memiliki suami yang bekerja (dengan penghasilan diantara

Rp.1.450.000 – Rp.6.000.000 per bulan). Sedangkan subjek kelompok ibu yang tidak

Page 18: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

9

bekerja atau ibu rumah tangga mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) Sudah

menikah, (2) Memiliki anak, (3) Berusia minimal 18 Tahun (usia dewasa awal menurut

Hurlock), (4) Tidak berstatus kerja (ibu rumah tangga), (5) Memiliki suami yang

bekerja (dengan penghasilan diantara Rp.1.450.000 – Rp.6.000.000 per bulan).

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menanyakan terlebih dahulu latar

belakang subjek terkait karakteristik subjek guna memastikan kesesuaian antara subjek

dengan karakteristik yang telah ditentukan, kemudian memberikan angket/kuesioner

kepada subjek dan meminta kesediaan subjek untuk mengisi angket/kuesioner tersebut

serta mendampingi subjek selama pengisian angket/kuesioner. Alat pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala PIL (Purpose in Life Test) terdiri atas

20 item yang diadaptasi dari Frankl (dalam Koeswara, 1992) dengan aspek-aspeknya

antara lain: Tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap terhadap kematian, pikiran

tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup. Skala ini sebagai alat ukur penelitian, dan

telah diuji validitas dan reliabilitasnya mengunakan alpha Cronbach menghasilkan α =

0.873 (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan hasil dalam penelitian Meier dan Edwards (Sink

et al. 1998) pada subjek remaja di pedesaan dan perkotaan menghasilkan uji reliabilitas

menggunakan alpha cronbach α = 0.880 yang menunjukan bahwa skala PIL dapat

digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini digunakan teknik analisis data yang bersifat kuantitatif dengan

mengunakan metode statistik yaitu uji t.

Page 19: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

10

Tabel 1

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.873 20

HASIL PENELITIAN

Uji Normalitas

Normalitas yang dimaksud adalah sebaran skor atau data yang didapatkan dari

pengumpulan data akan membentuk kurva normal jika disajikan dalam sebuah grafik.

Uji normalitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan sebaran skor

pada sampel dan populasinya dengan menggunakan teknik Sample Kolmogorov-

Smirnov. Kaidah yang digunakan dalam uji normalitas yaitu jika p > 0,05 (tidak

signifikan) berarti tidak ada perbedaan sebaran skor pada sampel dan populasinya, maka

sebaran data tersebut normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 2 dengan

skor signifikansi 0.20 pada ibu bekerja dan 0.20 pada ibu tidak bekerja yang

membuktikan bahwa nilai P > 0,05 yang artinya sampel dalam penelitian ini

berdistribusi Normal.

Tabel 2

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Page 20: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

11

Jumlah Bekerja .121 30 .200* .952 30 .189

Tidak_Bekerj

a

.114 30 .200* .980 30 .820

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas

Uji homogenitas pada uji perbedaan dimaksudkan untuk menguji bahwa setiap

kelompok yang akan dibandingkan memiliki variansi yang sama. Dengan demikian

perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antara

kelompok, bukan akibat dari perbedaan yang terjadi di dalam kelompok. Dalam hal ini

adalah penelitian terkait dengan membandingkan tingkat mkna hidup ibu berdasarkan

status bekerja, yaitu ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Dari Tabel 5 menunjukan bahwa

nilai koefisien Levene Statistic Based on Mean sebesar 0.151 dengan signifikansi

sebesar 0,699. Karena nilai signifikan > 0.05 maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini

bersifat Homogen.

Analisis Deskriptif

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4 menunjukan bahwa ibu bekerja

memiliki makna hidup pada kategori tinggi dengan skor 78.97 sedangkan ibu tidak

bekerja berada pada kategori sedang dengan skor 60.60.

Page 21: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

12

Tabel 4

Data Deskriptif

Interval Skor

Ibu

Bekerja

Ibu Tidak

Bekerja

Ibu Bekerja

dan Ibu Tidak

Bekerja Skor Mean

F % F % F &

Ibu

Bekerja

Ibu

Tidak

Bekerja

Sangat Tinggi

85-

100 4 13% 0 0% 4 7%

Tinggi 69-84 26 87% 1 3% 27 45% 78.97

Sedang 53-68 0 0% 27 90% 27 45% 60.6

Rendah 37-52 0 0% 2 7% 2 3%

Sangat Rendah 20-36 0 0% 0 0% 0 0%

Uji – t (t-Test) Independent Sample Test

Hasil penelitian ini menggunakan teknik analisis Uji – t (t-Test) independent

sample karena yang diuji bedakan adalah sampel-sampel yang berasal dari dua

kelompok subjek yang berbeda yaitu kelompok ibu yang bekerja dengan kelompok ibu

yang tidak bekerja. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa p = 0.00 < 0.05 yang berarti

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ibu bekerja dan kelompok ibu bekerja.

Tabel 3

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Jumlah Bekerja 30 78.97 5.156 .941

Tidak_Bekerja 30 60.60 5.117 .934

Page 22: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

13

Tabel 5

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std.

Error

Differenc

e

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Jumlah Equal

variances

assumed

.151 .699 13.849 58 .000 18.367 1.326 15.712 21.021

Equal

variances

not

assumed

13.849 57.997 .000 18.367 1.326 15.712 21.021

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan makna hidup

ibu apabila ditinjau melalui status kerja, yakni bekerja dan tidak bekerja, dengan

hipotesis bahwa ibu yang bekerja memiliki makna hidup yang lebih baik daripada ibu

yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga bekerja. Hasil uji beda (uji-t) diperoleh t-

hitung sebesar 13.849 dan p = 0.00 < 0.05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara ibu bekerja dan kelompok ibu bekerja dengan hasil penelitian ibu

bekerja memiliki skor yaitu 78.97 dengan kategori tinggi dibandingkan ibu yang tidak

bekerja atau ibu rumah tangga yaitu 60.60 dengan kategori sedang. Dapat disimpulkan

bahwa tingkat makna hidup ibu bekerja lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak

bekerja atau ibu rumah tangga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yoshiko (2010) terhadap ibu bekerja dan ibu tidak bekerja yang mengungkapkan

bahwa ibu yang tidak bekerja memang memiliki pandangan yang cenderung

Page 23: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

14

menganggap dirinya tidak lebih baik daripada teman sesamanya yang juga ibu rumah

tangga serta cenderung memiliki keraguan untuk membuat keputusan yang cepat dalam

menghadapi masalah yang datang kedalam rumah tangganya, dan lebih memilih

menunggu suaminya untuk mengambil keputusan. Yoshiko (2010) juga

mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja lebih aktif dalam menentukan keputusan untuk

rumah tangga serta lebih berani dalam mengeluarkan pendapat ketika sedang terjadi

masalah di rumah tangganya. Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat pandangan

Bastaman (1996) bahwa apabila terpenuhinya makna hidup dapat membuat individu

merasakan hidupnya lebih bahagia serta memiliki hubungan yang positif dengan orang

lain, sejalan dengan penelitian ini diperkuat kembali dengan penelitian Hoffman (dalam

Hoffman & Nye, 1984) yang menunjukan bahwa ibu bekerja lebih menikmati

pekerjaannya, saat dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja,ibu bekerja memiliki

interaksi yang lebih positif dengan anaknya, dan lebih simpatik. Demikian juga dalam

penelitian yang dilakukan oleh Walters dan McKenry (1985) menunjukan, bahwa ibu

bekerja cenderung merasa bahagia selama para ibu bekerja tersebut dapat

mengintegrasikan kehidupan keluarga dan kehidupan kerja secara harmonis. Merasa

bahagia merupakan salah satu penghayatan hidup yang penuh makna yang membuat

individu merasakan hidupnya lebih bahagia (Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman,

1996). Sehingga membuktikan bahwa ibu bekerja cenderung merasa bahagia dimana

perasaan bahagia merupakan salah satu wujud dari terpenuhinya makna hidup menurut

Frankl (2003) sertamenjadi pendorong tingginya makna hidup seseorang menurut

Crumbaugh (koeswara, 1987). Hasil penelitian tersebut dapat di lihat bahwa ibu yang

bekerja memiliki makna hidup yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa aspek-aspek makna hidup yang di kemukakan

Page 24: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

15

oleh Frankl (2003) memiliki kesesuaian dengan ibu-ibu yang bekerja sehingga memiliki

tingkat makna hidup yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak

bekerja.

Disisi lain, menurut Maslow (Yustinus, 2010) untuk mencapai keseimbangan

hidup, individu harus dapat mengaktualisasikan dirinya agar mendapatkan penghargaan

dari orang lain, salah satunya dengan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Perempuan

dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan dimana ia bekerja, oleh tipe dan

banyaknya pekerjaan, dan tuntutan yang berkaitan dalam pekerjaan yang akan

berbanding lurus dengan kesehatan mental. Namun Perempuan mempunyai peran yang

berbeda dalam keluarga, perempuan masih harus melakukan banyak hal setelah

melakukan aktivitas kantor, sejalan dengan peran “tradisional” mereka sebagai ibu

rumah tangga diakui masih tetap melekat erat mengiringi perkembangan eksistensi

mereka. Banyak orang kemudian mempertanyakan bagaimana mungkin seorang wanita

dapat menjalankan berbagai aktifitas ditengah–tengah khalayak luas, sementara rumah

tangganya perlu ditangani secara saksama (Susanto, 1997). Namun faktanya, melalui

hasil wawancara terhadap salah satu subjek dalam penelitian ini yakni ibu bekerja,

beliau mengatakan bahwa dengan menjadi ibu yang memiliki peran ganda yakni bekerja

dan juga mengurus anak ia merasa bahwa pekerjaan memberi kepuasan terkait

pemasukan lebih secara ekonomi, mengisi waktu luang serta memberi eksistensi secara

pribadi, ibu yang bekerja di luar rumah juga mengatakan bahwa pekerjaan diluar rumah

memberikan kepuasan tersendiri terkait kebebasannya berpendapat serta kebebasan

dalam lingkup sosial untuk mengaktualisasikan dirinya. Melalui hasil wawancara

tersebut dapat dilihat bahwa ibu bekerja lebih memiliki kepuasan dan kebebasan sesuai

dengan aspek makna hidup dari Crumbaugh & Maholick (1964) yang diadaptasi dari

Page 25: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

16

Frankl (1959) dimana individu yang memiliki makna hidup yang tinggi mampu

mencapai kepuasan hidup serta memiliki kebebasan didalam hidupnya.

Namun Frankl (1977) juga mengatakan bahwa manusia dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu: (a) kelompok yang masih mencari dan belum menemukan makna

hidupnya, sedangkan kelompok kedua (b) mereka yang telah menemukan makna

hidupnya melalui sistem nilai pribadi masing-masing. Dalam penelitian Hakim (2002)

menunjukkan bahwa ada tiga golongan pekerja perempuan berdasarkan tingkah laku

dan orientasinya, yaitu berorientasi rumah (20%), adaptif (60%), dan yang berorientasi

kerja (20%). Hal ini berarti bahwa ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja memiliki

kesempatan yang sama dalam meningkatkan makna hidup mereka terkait orientasinya

terhadap pekerjaan. Namun bekerja menjadi salah satu pendorong bagi para ibu-ibu

rumah tangga untuk dapat meningkatkan makna hidupnya, Menurut Hermayanti (2014)

salah satu sumber makna hidup ialah creative values (nilai – nilai kreatif) yang artinya

adalah Kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban

sebaik – baiknya dengan penuh tanggung jawab. Dengan menekuni suatu pekerjaan dan

meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya

dengan sebaik mungkin merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui

karya dan kerja dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara

bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bekerja mampu menjadi pendorong bagi

para ibu-ibu rumah tangga untuk dapat meningkatkan makna hidupnya, sejalan dengan

pandangan Hermayanti (2014) juga mengungkapkan bahwa bekerja dapat menimbulkan

makna dalam hidup, secara nyata dapat dialami sendiri.

Menurut Goliszek (2005) untuk menjadi stay at home mother tidak jarang

melahirkan perasaan kurang puas, hal tersebut juga diperkuat melalui penelitian dari

Page 26: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

17

Frieze (1978) terkait Masalah yang dihadapi wanita yang memilih sepenuhnya menjadi

ibu rumah tangga dan tidak memiliki pekerjaan, diantaranya adalah a). Rendahnya

status ibu rumah tangga dimana pekerjaan rumah tangga tidak menjanjikan prestise

yang tinggi. Masalahnya adalah pekerjaan rumah tangga lebih sering diasosiasikan

dengan pekerjaan – pekerjaan dan penyediaan makanan. Akibatnya ibu rumah tangga

berada pada posisi dimana masyarakat memandang sebagaian besar waktunya

dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan kasar yang tidak menuntut

kemampuan khusus. b). Ketergantungan pada suami, dimana ibu rumah tangga yang

tidak bekerja menjadi tergantung pada suaminya baik dalam hal keuangan maupun

dalam status sosial. Hal ini menunjukan bahwa ibu yang tidak bekerja kurang memiliki

makna hidup apabila dilihat dari gejala-gejala nya yakni merasa dipandang tidak

memiliki kemampuan serta memiliki ketergantungan dengan orang lain dalam hal

keuangan maupun status sosial (Frankl, 1977). Hal ini diperkuat melalui hasil penelitian

Ayu (t,t) dalam sebuah wawancara kepada ibu rumah tangga (tidak bekerja) yang

mengatakan bahwa setelah anak atau suami melakukan aktivitas masing- masing diluar

rumah, ibu rumah tangga tersebut menjadi kesepian. Hal ini sejalan dengan penelitian

(Frankl, 1977; Koeswara, 1992; Bastaman, 1996) bahwa jika individu tidak berhasil

memenuhi kebutuhan makna hidup ini, maka individu akan menjalani

ketidakbermaknaan hidup. Akibatnya individu akan mengalami perasaan hampa dan

kosong.

Melihat hasil penelitian yang telah diuraikan diatas terkait adanya dampak negative

dari rendahnya makna hidup pada ibu yang tidak bekerja dan dengan terpenuhiya aspek-

aspek makna hidup Frankl pada ibu yang bekerja serta kemudian menjadi salah satu

faktor perbedaan tingkat makna hidup antara ibu yang berkerja dengan ibu yang tidak

Page 27: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

18

bekerja dimana ibu bekerja lebih memiliki makna hidup yang tinggi maka diharapkan

ibu yang tidak bekerja dapat memenuhi makna hidup nya melalui salah satu sumber

makna hidup menurut Hermayanti (2014) yakni kegiatan berkarya, bekerja, mencipta

serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik – baiknya dengan penuh tanggung

jawab. Melalui kerja dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara

bermakna. Hermayanti (2014) juga mengungkapkan bahwa bekerja dapat menimbulkan

makna dalam hidup, secara nyata dapat dialami sendiri. Sehingga dengan bekerja

diharapkan para ibu mampu menemukan makna hidup yang terdiri dari aspek-aspek

makna hidup, yakni tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap

terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup (Koeswara, 1987).

Dimana keenam aspek makna hidup yang di kemukakan oleh Crumbaugh & Maholick

(1964) yang diadaptasi dari Frankl (1959) memiliki kesesuaian dengan ibu-ibu yang

bekerja sehingga memiliki tingkat makna hidup yang lebih tinggi apabila dibandingkan

dengan ibu-ibu yang tidak bekerja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data, maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah

ada peberdaan makna hidup ibu ditinjau dari status kerja nya dengan tingkat makna

hidup ibu bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu

rumah tangga

Berkenaan dengan saran aplikatif hasil penelitian, diharapkan dengan bekerja para

ibu mampu menemukan makna hidup yang terdiri dari aspek-aspek makna hidup, yakni

tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap kematian, pikiran

tentang bunuh diri, dan kepantasan hiduplebih mampu meningkatkan makna hidup nya.

Dimana bekerja dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara

Page 28: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

19

bermakna serta menimbulkan makna dalam hidup, secara nyata dapat dialami sendiri

(Hermayanti, 2014)

Berkenaan dengan kepentingan ilmiah, diharapkan ada kelanjutannya dari

penelitian ini bagi peneliti yang ingin mengembangkan atau melanjutkan penelitian

lebih lanjut, hendaknya ditambah dengan hasil-hasil wawancara yang lebih banyak lagi

terhadap subjek demi memperkuat hasil penelitin, sehingga pembahasan mengenai

perbedaan makna hidup akan menjadi lebih mendalam.

Page 29: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

20

20

DAFTAR PUSTAKA

Azwar (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Butami (2012). Peran ibu rumah tangga dalam keluarga (kasus Ibu-ibu yang bekerja

sebagai guru sekolah Dasar) di kecamatan tanjungpinang barat. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Bastaman, H.D., (2007). Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup

Bermakna. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Crumbaugh, J. C., (1977). The Seeking of Noetic Goals Test (SONG): A complementary

scale to the Purpose in Life Test (PIL). Journal of Clinical Psychology, 33, 900–

907.

Crumbaugh, J. C., & Maholick, L. T. (1964). An experimental study on existentialism:

The psychometric approach to Frankl’s concept of noogenic neurosis. Journal of

Clinical Psychology, 20, 200–201.

Dewi & Widayanti (2011). Gambaran Makna Keluarga ditinjau dari Status dalam

Keluarga, Usia, Tingkat Pendidikan, dan Jenis Pekerjaan (Studi Pendahuluan)

Jurnal Psikologi Undip. 10, (2), 163-172.

Dwijayanti, J. E. (1999). Perbedaan Motif antara Ibu Rumah Tangga yang Bekerja dan

yang Tidak Bekerja dalam Mengikuti Sekolah Pengembangan Pribadi dari John

Robert Power. Media Psikologi Indonesia Vol.14 No.55 .

Gandarsih (1986) Wanita dan Kemajuan Jaman, Javanologi, Yogyakarta, 1986

Handayani (2015). Studi Eksplorasi Makna Keseimbangan Kerja Keluarga pada Ibu

Bekerja. Psychology Forum UMM, ISBN: 978-979-796-324-8

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Alfian, N. I., & Suminar, R. D. (t.t) Perbedaan Tingkat Kebermaknaan Hidup Remaja

Akhir Pada Berbagai Status Identitas Ego Dengan Jenis Kelamin Sebagai

Kovariabel (Penelitian Terhadap Mahasiswa Madura Di Surabaya). Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Koeswara, E. (1992). Logoterapi : Psikoterapi Viktor Frankl. Yogyakarta : Kanisius.

Krueger, C., & Trussoni, K. (2005). Women's Self Concept and The Effects of Positive

or Negative Labeling Behaviors. UW-L Journals of Undergraduate Reasearch ,

(8), 1-12.

Lauer, Roberth H. (1993), Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : PT Rineka

Cipta.

Page 30: PERBEDAAN MAKNA HIDUP IBU DITINJAU DARI STATUS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13196/1/T1_802013135_Full...perbedaan makna hidup ibu ditinjau dari status bekerja (bekerja

21

21

Putri, S. P., Respari, S. W., & Safitri (2009). Makna hidup pada perempuan dewasa

yang berperan Ganda. Jurnal Psikologi Vol 7 50 No 2, Desember 2009 Fakultas

Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta

Paloutzian, R. F. (1981), Purpose in life and values changes following conversion,

Journal of Personality and Social Psychology, vol. 41.

Rachminiwati. (1988). Efek Peran Jenis Kelamin Wanita Bekerja pada Konflik Peran:

Studi Deskriptif terhadap Wanita Bekerja yang Berperan Ganda. Skripsi .

Reker, G. T., & Cousins, J. B. (1979). Factor structure, construct validity and

reliability of the Seeking of Noetic Goals (SONG) and Purpose in Life (PIL)

tests. Journal of Clinical Psychology, 35(1), 85–91.

Sadli, S., Oey, M., & Suprapto, R. (1990). Identifikasi Indikator Sosial Wanita

Indonesia. Dalam Seminar Nasional Wanita Indonesia. Fakta dan Citra.

Program Pengembangan Karir Wanita , 12-30.

Salaa (2015). Peran ganda ibu rumah tangga dalam meningkatkan ekonomi keluarga di

desa tarohan kecamatan beo kabupaten kepulauan talau. Jurnal Holistik Tahun

VIII No. 15 / Januari – Juni 2015

Schulenberg, S. E., Schnetzer, L. W., & Buchanan, E. M. (2011). The Purpose in Life

test—Short form: Development and psychometric support. Journal of Happiness

Studies, 12, 861–876.

Shek, D. T. L. (1988). Reliability and factorial structure of the Chinese version of the

Purpose in Life Questionnaire. Journal of Clinical Psychology, 44(3), 384–392.

Soetrisno, Lukman, 1990, Peranan Wanita Dalam Pembangunan, Suatu Perspektif

Sosiologis, Jurnal Populasi, No 1, Pusat Penelitian Kependudukan UGM,

Yogyakarta.

Yoshiko (2014). Konsep Diri antara Ibu Rumah Tangga Tidak Berwirausaha dan Ibu

Rumah Tangga Berwirausaha Maleber Utara (Studi Komparatif). Skripsi.

Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

“Ibu Bekerja”. Diambil tanggal 03 Maret 2009, diambil dari

http://www.keluargasamaran.com/product/excerpt.pdf

“Konflik Ibu Bekerja”. Diambil tanggal 08 Maret 2009, diambil dari

http://www.lptui.com/artikel.php?fl3nc=1&param=c3VpZD0wMDAyMDAwM

DAwOTAmZmlkQ29udGFpbmVyPT Y2&cmd=articleDetail)

“Karir Dan Rumah Tangga”. Diambil tanggal 15 Maret 2009, diambil dari

http://kupretist.multiply.com/journal/item/216/Dampak_Positif_dan_Negatif_W

anita_Karir