Upload
phamkien
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN DAN PLIOMETRIK
TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA SISWA PUTRA SMK WIDYA MANDALA
KARANGANYAR
2010
SKRIPSI
Oleh :
DEMI DIAN ANURAGA
NIM. K. 5604039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN DAN PLIOMETRIK
TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
PADA SISWA PUTRA SMK WIDYA MANDALA
KARANGANYAR
2010
Oleh :
DEMI DIAN ANURAGA
NIM. K. 5604039
SKRIPSI
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Demi Dian Anuraga. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BEBAN DAN PLIOMETRIK TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA SMK WIDYA MANDALA KARANGANYAR TAHUN 2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Desember 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan pengaruh
latihan beban dan pliometrik terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada
siswa putra SMK Widya Mandala Karanganyar tahun 2010. (2) Pengaruh latihan
yang lebih baik antara latihan beban dan pliometrik terhadap kemampuan lompat
jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala Karanganyar tahun 2010.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan rancangan pretest - postttest designs. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa putra SMK Widya Mandala Karanganyar tahun
2010 yang berjumlah 160 siswa. Sampel yang digunakan berjumlah 40 siswa dengan
teknik sampling yang digunakan adalah proporsional random sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan tes lompat jauh gaya jongkok. Teknik analisis
dengan rumus t-tes dengan taraf signifikansi 5% dan uji beda prosentase.
Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut : (1) Ada perbedaan
pengaruh latihan beban dan pliometrik terhadap kemampuan lompat jauh gaya
jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala Karanganyar tahun 2010 dengan
thitung 3,731 > ttabel = 2,093. (2) Pengaruh latihan pliometrik lebih baik dibandingkan
latihan beban terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK
Widya Mandala Karanganyar tahun 2010. Prosentase peningkatan latihan pliometrik
sebesar 14,743% dan pada latihan beban sebesar 11,745%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
“Ing ngarso sungtuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”
(Ki Hajar Dewantara)
“Hidup tak berkebaikan, berkecukupan dan berkepandaian, hilanglah martabat
kemanusiaannya, masih berharga daun jati kering”
(DR. R.M. A. Sudiyatmana)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahan kepada :
1. Ibu dan Bapak tersayang
2. Saudara-saudaraku tersayang
3. Gadisku terkasih
4. Rekan-rekan yang telah memberikan
do’a dan dorongan
5. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak kesulitan dapat teratasi. Untuk
itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Bambang Widjanarko, M.Kes., sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan petunjuk dan saran–saran hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Drs. Slamet Widodo, S.Pd., M.Or., sebagai Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
6. Kepala SMK Widya Mandala Karanganyar yang telah memberi ijin melakukan
penelitian.
7. Para Siswa SMK Widya Mandala Karanganyar yang telah bersedia menjadi
sampel penelitian.
8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Surakarta, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………..…… iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… . iv
ABSTRAK ........………………………………………………………… v
MOTTO ........………………..………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..........................................................….... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................…… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………… 4
C. Pembatasan Masalah ………………………………………... 5
D. Perumusan Masalah ………………………………………… 5
E. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 6
F. Manfaat Penelitian ..……………………………………........ 6
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………. 7
A. Tinjauan Pustaka .………………………………………….. 7
1. Lompat Jauh ………….................................................... 7
2. Latihan …………………………………………………... 16
3. Latihan Beban ..........…..............................……………. …. 21
4. Latihan Pliometrik ....………………………………............. 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
B. Kerangka Pemikiran ......…………………………………….. 28
C. Perumusan Hipotesis ………………………………………… 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 31
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 31
B. Metode Penelitian …………………………………………. 31
C. Populasi dan Sampel ................................………………. ..... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….... 33
E. Teknik Analisis Data ………………………………………... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………. 36
A. Deskripsi Data ...…………………………………………. 36
B. Uji Persyaratan Analisis Data …………………………..... 37
C. Hasil Pengujian Hipotesis ………………………………… 39
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................. 42
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……………….... 44
A. Simpulan ………………………………………………….. 44
B. Implikasi …………………………………………………… 44
C. Saran-Saran ………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 46
Lampiran-Lampiran ……………………………………………………… 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Gerakan Awalan ……..…………………………….. 10
Gambar 2 Sikap dan Gerakan Pada Waktu Melakukan Tolakan .. 11
Gambar 3 Sikap badan Di Udara ………………………………… 12
Gambar 4 Sikap badan Waktu Mendarat ……………………….. 14
Gambar 5 Lompat Jauh Gaya Jongkok ……….………………. 16
Gambar 6 Latihan Squat ............................................................ 22
Gambar 7 Latihan Heel Raise ................................................... 23
Gambar 8 Latihan Step Up ......................................................... 24
Gambar 9 Latihan alternate leg bound ........................................ 26
Gambar 10 Latihan double leg bound .......................................... 27
Gambar 11 Latihan scissor jump ................................................. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Pre-Test dan Post-Test Lompat Jauh Gaya Jongkok. 36
Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Reliabilita Tes ............................... 37
Tabel 3 Kriteria Reliabilita Tes ………………………………… 38
Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sampel ……………… 38
Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas …………………..... 39
Tabel 6 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal K1 dan K2 40
Tabel 7 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir
K1.....................................................................................................................
41
Tabel 8 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir
K2 ..................................................................................................................
41
Tabel 9 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar
Kelompok .........................................................................
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok
dan Program latihan ……………………………………...
48
Lampiran 2 Jadwal dan Program Latihan ........................................... 49
Lampiran 3 Data Penelitian Lompat Jauh …………………………... 51
Lampiran 4 Reliabilita Tes ……………………………………. 58
Lampiran 5 Uji Normalitas Data dengan Liliefors …………………... 64
Lampiran 6 Uji Homogenitas ……………………………………….. 66
Lampiran 7 Uji Perbedaan ……………………………………..….. 68
Lampiran 8 Persentase Pengaruh Latihan …………………….. 76
Lampiran 9 Tabel t ……………………………………………. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini, aktivitas olahraga makin digemari berbagai lapisan
masyarakat, khususnya di Indonesia. Ada beberapa dimensi kegiatan olahraga
yaitu, olahraga rekreatif, olahraga pendidikan, olahraga rehabilitasi dan olahraga
prestasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh M Sajoto (1995 : 1-2) empat
dasar yang menjadi tujuan manusia dalam melakukan olahraga yaitu :
a. Olahraga rekreasi: yaitu olahraga yang hanya untuk mengisi waktu senggang, dilakukan dengan penuh kegembiraan, santai, tidak formal baik sarana maupun peraturannya.
b. Olahraga pendidikan : yaitu olahraga yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan, dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan.
c. Olahraga kesegaran jasmani : yaitu olahraga yang dilakukan untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani tertentu.
d. Olahraga prestasi : yaitu olahraga untuk mencapai prestasi sebagai tujuan akhirnya.
Dari keempat tujuan kegiatan olahraga di atas, salah satu diantaranya adalah
olahraga untuk pendidikan. Olahraga pendidikan yang dijalankan disekolah-
sekolah dikenal dengan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani sebagai salah
satu alat guna mencapai tujuan pendidikan, selalu berusaha untuk memberikan
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antara jasmani dan rohani.
Olahraga pendidikan menekankan aspek pendidikan, dimana olahraga merupakan
alat untuk mencapai pendidikan.
Pendidikan Jasmani merupakan suatu bagian dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Pendidikan secara keseluruhan yang dimaksud adalah pendidikan
yang meliputi jasmani, rohani dan sosial. Pendidikan jasmani merupakan suatu
aktivitas fisik yang dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat
kemampuan fisik seseorang bila dilaksanakan dengan benar, sehingga akan
membantu setiap individu dalam mencapai suatu tujuan, termasuk membantu
meningkatkan prestasi akademik.
Pendidikan jasmani yang dilakukan disekolah mengajarkan beberapa
cabang olahraga, dan salah satunya adalah cabang atletik. Cabang olahraga atletik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
adalah salah satu cabang yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih, dibanding
dengan cabang olahraga yang lainnya. Atletik adalah olahraga yang terdiri dari
jalan, lari, lempar dan lompat. Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa
nomor. Nomor-nomor yang ada dalam cabang olahraga atletik meliputi jalan,
lari, lompat dan lempar. Dari beberapa nomor tersebut salah satunya adalah
lompat jauh. Untuk mendapatkan prestasi yang optimal dalam lompat jauh harus
ditunjang kemampan fisik yang baik dan penguasaan teknik yang prima, hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Gunter Bernhard (1986 : 45) yaitu ;
Unsur-unsur dasar bagi prestasi pada loncat (sic) jauh dan pembangunannya: a. Faktor-faktor kondisi : terutama kecepatan, tenaga loncat (sic) dan
tujuan yang diarahkan kepada keterampilan. b. Faktor-faktor teknik ancang-ancang, persiapan loncat dan perpindahan,
fase melayang dan pendaratan.
Jadi untuk dapat mencapai dan meningkatkan prestasi lompat jauh harus
dikembangkan unsur fisik terutama kecepatan dan power untuk melakukan
tolakan. Disamping itu harus memperhatikan pula keterampilan teknik-teknik
dasar yang ada dalam lompat jauh.
Di dalam lompat jauh ada 4 tahapan gerakan yang harus dikuasai oleh
seorangpelompat. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Jess Jarver (2005 : 34)
yaitu, "tahap lari, take off, melayang di udara dan tahap mendarat (landing)."
Oleh karena itu disamping faktor-faktor kondisi fisik yang harus dimiliki seorang
pelompat jauh, faktor teknik juga harus diperhatikan karena faktor tersebut
saling berkaitan antara satu dengan lainnya.
Agar dapat melakukan lompat jauh yang baik diperlukan suatu teknik atau
metode latihan yang tepat, agar menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Penggunaan metode latihan yang efektif dan efisien merupakan salah satu dari
beberapa penentu keberhasilan. Faktor penguasaan teknik dapat dimiliki
dengan menggunakan metode latihan yang tepat dan benar serta dijalankan
dengan sungguh-sungguh.
Selama ini pelaksanaan latihan pembelajaran lompat jauh di SMK Widya
Mandala Karanganyar kurang memperhatikan faktor kemampuan kondisi fisik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang tepat bagi seorang siswa. Selama ini yang menjadi program latihan hanya
bertumpu pada latihan teknik tanpa diimbangi dengan latihan fisik, padahal
didalam lompat jauh tidak semata-mata mengandalkan kemampuan teknik, tetapi
juga didukung dengan kemampuan fisik yang baik pula.
Dalam lompat jauh banyak menggunakan daya fisik tetapi tidak lepas
dari faktor-faktor teknik, karena teknik yang baik akan menunjang efisiensi
dalam penggunaan daya, sehingga akan meningkatkan keefektifan di dalam
gerakan untuk menunjang prestasi. Soedarminto (1991 : 49) mengemukakan
pendapatnya tentang lompat jauh bahwa, "Unsur utamanya adalah daya atau
pengembangan daya. Daya ini dapat dikembangkan dari awalan yang cepat dan
lompat ke atas yang kuat dari balok tolakan." Dengan demikian, untuk
mendapatkan lompatan yang optimal haruslah ditunjang fisik yang baik,
khususnya kecepatan dan power (daya tolakan) dari tungkai yang kuat. Selain itu
tentunya harus ditunjang keterampilan teknik gerakan yang baik.
Untuk memiliki power otot tungkai yang baik, seorang siswa dituntut
untuk melakukan latihan dengan program yang benar dan menggunakan metode
yang tepat. Banyak metode latihan yang dapat digunakan sebagai metode untuk
meningkatkan power, diantaranya dengan latihan menggunakan beban. Latihan
menggunakan beban terbagi menjadi dua yaitu beban luar dan beban dalam.
Latihan menggunakan beban luar maksudnya dalam melakukan latihan
beban yang digunakan adalah dengan menggunakan bantuan alat dapat berupa
dumbbell maupun barbell, latihan banyak dikenal dengan latihan weight training.
Latihan weight training, maksudnya dalam latihan dengan menggunakan alat-alat
latihan. Dalam penelitian ini bentuk latihan beban yang digunakan adalah squat,
heel raise dan step up.
Latihan dengan beban dalam maksudnya adalah bentuk-bentuk latihan
yang dilakukan dengan menggunakan beban dari berat badannya sendiri atau
latihan latihan pliometrik. M. Furqon H. dan Muchsin Doewes (2002 : 1)
menjelaskan bahwa, “Pliometrik adalah suatu metode untuk mengembangkan
daya ledak (explosive power), suatu komponen penting dari sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
prestasi atau kinerja olahraga.” Latihan pliometrik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alternate leg bound, double leg bound dan scissor jump.
Pada SMK Widya Mandala Karanganyar, lompat jauh merupakan salah
materi yang diajarkan dalam pelajaran Pendidikan Jasmani. Namun sejauh ini
prestasi yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran yang dilakukan masih jauh
dari baik. Ada kemungkinan kurang baiknya prestasi lompat jauh para siswa dari
power otot-otot tubuhnya yang tidak terlatih, selama ini siswa hanya dilatih atau
diajarkan dengan langsung melompat begitu saja tanpa memperhatikan unsur-
unsur yang mendukung hasil lompatan seperti power otot. Dalam pengertian,
pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya semata-mata mengarah pada
kemampuan melakukan gerakan lompat jauh tanpa mempertimbangkan dan
melatih faktor-faktor fisik yang menunjang dalam lompat jauh, seperti
kemampuan power otot yang berperan.
Dengan adanya dua macam cara dalam latihan untuk meningkatkan
power otot tubuh yang dipergunakan saat lompat jauh tersebut, maka peneliti
akan membandingkan dua metode latihan yaitu latihan beban dan pliometrik
pada siswa putra SMK Widya Mandala Karanganyar.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Prestasi lompat jauh dapat ditingkatkan dengan jalan latihan yang teratur,
terprogram dan menggunakan metode latihan yang tepat serta dijalankan
dengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan.
2. Prestasi lompat jauh siswa-siswa SMK Widya Mandala Karanganyar kurang
optimal karena dalam latihan belum menggunakan metode yang tepat.
3. Dalam lompat jauh siswa masih belum mengoptimalkan kemampuan power
otot-otot tubuh yang menunjang, karena kemampuan power otot tubuh yang
dimiliki kurang terlatih.
4. Untuk meningkatkan power otot dilakukan dengan menggunakan latihan
beban, baik beban dalam maupun beban luar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5. Latihan berbeban (weight training) dan pliometrik dapat digunakan untuk
peningkatan power otot yang menunjang lompat jauh.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, serta tidak
menyimpang dari pokok permasalahan dari penelitian yang dilakukan, maka perlu
adanya pembatasan masalahnya. Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah, maka pembatasan masalah yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Latihan beban dengan bentuk latihan squat, heel raise dan step up.
2. Latihan pliometrik yang digunakan yaitu alternate leg bound, double leg
bound dan scissor jump.
3. Kemampuan lompat jauh pada siswa SMK Widya Mandala Karanganyar
merupakan prestasi atau hasil tes lompat jauh gaya jongkok para siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan beban dan pliometrik terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala
Karanganyar tahun 2010 ?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan beban dan pliomterik
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya
Mandala Karanganyar tahun 2010 ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan judul, dan identifikasi, maka penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1. Perbedaan pengaruh latihan beban dan pliometrik terhadap kemampuan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala
Karanganyar tahun 2010.
2. Pengaruh yang lebih baik antara latihan beban dan pliometrik terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala
Karanganyar tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Menambah khasanah pengetahuan olahraga secara umum dan pengetahuan
cabang olahraga atletik nomor lompat jauh pada khususnya.
2. Guru Penjas di SMK Widya Mandala Karanganyar khususnya dapat
mengetahui metode yang tepat dan efektif dalam rangka melatih power otot
tubuh yang menunjang kemampuan lompat jauh secara intensif.
3. Dalam melakukan latihan khususnya lompat jauh, guru Penjas di SMK Widya
Mandala dapat menggunakan metode yang tepat agar prestasi belajar siswa
dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Lompat Jauh
a. Pengertian Lompat Jauh
Nomor lompat adalah salah satu bagian dari cabang olahraga atletik, yang
selalu diperlombakan dalam kejuaraan atletik. Yang dimaksud dengan lompat
menurut Aip syarifuddin dan Muhadi (1993 : 72) adalah, “Melakukan suatu
bentuk gerakan lompatan dengan tujuan untuk memperolah hasil lompatan yang
sejauh-jauhnya atau setinggi-tingginya dengan menggunakan tolakan satu kaki.”
Sedangkan menurut Rumini (2004 : 27) bahwa, “Lompat adalah melakukan
tumpuan dengan menggunakan satu kaki.”
Dalam cabang olahraga atletik ada beberapa nomor lompat yang
diperlombakan, seperti yang dikemukakan oleh Aip syarifuddin dan Muhadi
(1993 : 72) bahwa, “Dalam cabang olahraga atletik ada 4 (empat) nomor lompat
yang biasa diperlombakan, yaitu nomor lompat : (1) jauh, (2) tinggi, (3) jangkit,
dan (4) tinggi galah.” Dari empat nomor lompat yang ada, salah satunya adalah
nomor lompat jauh.
Pengertian dari lompat jauh menurut J.M Ballesteros (1979 : 54) bahwa,
“Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan yang dibuat sewaktu awalan dengan
daya vertical yang dihasilkan dari kekuatan kaki saat melakukan tolakan.“
Menurut M. Yusuf Adisasmita (1992 : 112) bahwa, “Lompat jauh adalah salah
satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam perlombaan lompat
jauh, seorang pelompat akan berusaha ke depan dengan bertumpu pada balok
tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat sejauh-jauhnya.” Dan
menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk
gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik
berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan
cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak
yang sejauh-jauhnya.” Rumini (2004 : 27) menerangkan bahwa, “ Suatu bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
gerakan melompat mengangkat kaki ke atas depan dalam upaya membawa titik
berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan
cepat, dengan melakukan tumpuan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang
sejauh-jauhnya.”
Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa
lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului
dengan lari awalan dengan jarak tertentu kemudian dilanjutkan dengan gerakkan
menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, lalu melayang di udara
dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut merupakan satu
rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus yang dalam pelaksanaannya
merupakan gerakan yang berkelanjutan. Untuk dapat melakukan lompat jauh
dengan baik dan mencapai prestasi lompatan yang optimal diperlukan latihan
dengan menggunakan metode yang tepat dan melatih baik itu fisik dari pelompat
maupun teknik-teknik dasar dalam lompat jauh.
b. Teknik Lompat Jauh
Teknik dalam lompat jauh ada beberapa mcam yang harus dikuasai oleh
seorang pelompat jauh. Hal ini seperti yang dikemukakan Yoyo Bahagia, Ucup
Yusup dan Adang Suherman (2000 : 16) yaitu, "Untuk tujuan analisis gerakan
pada lompat jauh harus pertimbangkan secara konsisten empat fase, yaitu awalan
(run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara (flight), dan pendaratan
(landing)." Sedangkan pendapat dari Aip Syarifuddin (1992 : 90) tentang teknik
lompat jauh sebagai berikut :
Nomor lompat (termasuk nomor lompat jauh) yang merupakan nomor teknik, maka teknik untuk lompat jauh yang benar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Awalan atau ancang-ancang (Approach run) 2) Tolakan (Take off) 3) Sikap badan di udara (Action in the air) 4) Sikap mendarat (Landing)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelas bahwa teknik dalam lompat
jauh terbagi menjadi empat, yaitu awalan, tolakan, melayang di udara dan
pendaratan. Dalam pelaksanaannya teknik-teknik tersebut tidak dapat dipisah-
pisahkan antara satu dan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Awalan
Awalan menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) bahwa, “Awalan atau ancang-
ancang adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan
kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan).” Awalan juga sebagai
kunci pertama untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melompat,
sebab pengambilan awalan yang benar akan mempengaruhi hasil lompatan
dalam lompat jauh.
Awalan atau ancang-ancang merupakan faktor utama untuk mencapai
keberhasilan dalam melakukan lompatan, karena prestasi lompat jauh dapat
ditentukan oleh awalan atau ancang-ancang. Awalan merupakan gerakan
permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan
melakukan lompatan. Awalan juga sebagai awal untuk mendapatkan kecepatan
pada waktu akan melompat, sebab pengambilan awalan yang benar akan
mempengaruhi hasil lompatan dalam lompat jauh. Jarak awalan seorang pelompat
jauh tidak sama, ini tergantung pada kemampuan kecepatan lari pelompat itu
sendiri. Dan jarak yang biasa digunakan menurut pendapat Aip Syarifuddin (1992
: 91) adalah sebagai berikut :
Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : (1) Untuk putra antara 40 sampai dengan 50 m, dan (2) untuk putri antara 30 sampai dengan 45 m. Akan tetapi di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 sampai 20 m atau antara 15 sampai 25 m.
Memperhatikan masalah awalan dalam lompat jauh, tidak terlepas dari
kecepatan lari seorang pelompat jauh. Kecepatan lari pada seorang pelompat jauh
merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai lompatan yang sejauh-
jauhnya.
Untuk lebih jelasnya, teknik gerakan awalan dapat dilihat dalam gambar 1
di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gambar 1. Gerakan Awalan (Muhajir, 2006 : 58)
2) Tolakan
Tumpuan atau tolakan merupakan bagian yang penting dalam lompat
jauh. Tolakan itu sendiri merupakan perpindahan yang cepat antara lari awalan
dan melayang. Beberapa langkah sebelum menumpu, pelompat harus sudah siap
bertumpu untuk melakukan tolakan. Seluruh tenaga dan fikirannya harus
ditujukan pada ketepatan bertumpu. Seperti yang dikemukakan Aip Syarifuddin
(1992 : 91) bahwa, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari
gerakan horizontal ke gerakan vertical yang dilakukan secara cepat. Di mana
sebelumnya si pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan
sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke
atas melayang di udara.” Aip Syarifuddin dan Muhadi (1993 : 74) menjelaskan
bahwa, “Tolakan adalah perpindahan dari gerakan horizontal ke gerakan vertikal
yang dilakukan secara cepat.“ Dalam melakukan teknik tolakkan, pelompat
menggunakan satu kaki yang terkuat. Gerakan tolakkan ini dilakukan tanpa
mengurangi kecepatan dari lari awalan yang dilakukan. Adapun teknik dalam
melakukan tolakan menurut Jass Jerver (2005 : 35) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan bersudut didapatkan dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Pusat dari gaya berat si pelompat, harus langsung jatuh di atas papan begitu juga kaki yang akan take off menyentuhnya. Dan sekali lagi pada saat kaki terlepas dari board tadi.
3. Kaki yang akan take off diletakkan tepat di atas board dengan lutut yang sedikit ditekuk untuk men- dapatkan kekuatan.
4. Gerakan ke depan dan ke atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat.
5. Paling baik kalau sudut take off berkisar di bawah 30 derajat, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horisontal dan gerakan membuat sudut tadi.
Pada saat melakukan teknik tolakan, pelompat berpindah keadaan dari
gerakan lari ke melayang. Agar dapat melompat lebih jauh, selain dari kecepatan
lari awalan, dibutuhkan tambahan tenaga dari kekuatan kaki tumpu pada waktu
menolakkan kaki, yaitu daya ledak dari otot-otot tungkai dan kaki yang disertai
dengan gerakan ayunan lengan dan tungkai ayun (kaki yang bebas atau kaki lain
yang tidak sebagai tumpuan) setinggi mungking ke depan atas. Untuk lebih
jelasnya, pelaksanaan teknik gerakan tumpuan dalam lompat jauh tersebut dapat
dilihat dalam gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Gerakan Tolakan/Tumpuan
(Muhajir, 2006 : 59)
3) Melayang Di Udara
Melayang di udara merupakan gerakan dimana pelompat melakukan
salah satu gaya di dalam lompat jauh karena semua gaya yang terdapat dalam
lompat jauh dilakukan pada waktu pelompat melayang di udara. Setelah pelompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
menumpu pada balok tumpuan, maka pelompat akan melayang di udara. Naiknya
badan setelah tumpuan itu (melayang) adalah salah satu dari faktor-faktor yang
sering diabaikan oleh banyak pelompat. Setelah menumpu dengan kaki tumpu,
pelompat sering tidak memberi waktu lagi untuk memperoleh ketinggian.
Biasanya, tungkai tumpunya tergesa-gesa digerakkan untuk mempersiapkan
pendaratan dengan tidak meluruskan kaki tumpu selurus-lurusnya. Teknik
melayang di udara ini, Jass Jerver (2005 : 38) menjelaskan sebagai berikut :
1. Sekali pelompat melepaskan kakinya dari tanah, pusat dari gaya beratnya akan bergerak dalam arah parabola.
2. Tidak ada suatu apapun juga yang dapat mempengaruhi dan merubah kecepatan atau arah gerakan dari pusat gaya berat tubuh si pelompat tadi. Tetapi ia dapat mengatur tungkainya sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan terjadinya rotasi.
3. Gerakan dari tungkai ini terutama ditujukan untuk mendapatkan posisi mendarat yang efisien.
4. Ada tiga teknik pilihan dalam melayang ini yaitu; teknik the sail (jongkok), the hang (menggantung) dan the hitch kick (berjalan di udara).
Untuk lebih jelasnya, teknik gerakan melayang di udara dapat dilihat
dalam gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Gerakan Melayang dalam Lompat Jauh (Muhajir, 2006 : 59)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Perlu untuk diketahui bahwa gaya dan gerakan yang dilakukan di udara
bukan untuk menambah jauhnya lompatan, akan tetapi hanya untuk menjaga
keseimbangan tubuh dan mempertahankan pada saat pelompat melayang di udara
selama mungkin.
4) Mendarat
Mendarat merupakan teknik gerakan yang terakhir dari lompat. Di dalam
lompat jauh pengukuran dilakukan pada bekas jatuhnya salah satu bagian tubuh
di atas pasir yang berdekatan dengan balok tumpuan atau tolakan. Oleh karena
itu, pada waktu mendarat pelompat harus berusaha menjulurkan kedua tangannya
sejauh-jauhnya ke muka dengan tidak kehilangan keseimbangan badannya. Pada
saat itu biasanya akan timbul perasaan badan akan jatuh ke belakang, untuk
mencegahnya, titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan
membungkukkan badan, hingga badan dan lutut hampir merapat. Pada waktu
mendarat, lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum
membawa badan ke depan di atas kaki. Mendarat dilakukan dengan tumit terlebih
dahulu mengenai tanah. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 32) teknik mendarat
yang baik yaitu, "Mendarat yang baik adalah ketika mendarat atau jatuhnya
dengan kedua kaki dan tangan ke depan." Jadi sikap yang benar sewaktu
mendarat yaitu jangan sampai jatuhnya badan atau tangan ke belakang, karena
tindakan seperti itu dapat mengurangi jarak hasil lompatan yang telah dicapai.
Pelaksanaan teknik gerakan mendarat menurut Jass Jerver (2005 : 39)
adalah sebagai berikut :
1. Posisi landing yang terbaik hendaknya merupakan lanjutan dari pola melayang. Pusat gaya berat harus terletak sejauh mungkin yaitu pada jarak horisontal terbesar antara tumit dan pusat gaya berat tubuh.
2. Tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai terlunjur lurus ke depan.
3. Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum landing, harus segera dilempar ke muka, begitu kaki menyentuh pasir.
4. Gerakan segera dari tangan membantu tubuh bertumpu di atas kaki. 5. Posisi landing yang efisien tergantung pada teknik yang digunakan
sewaktu melayang, yaitu dalam mengurangi atau memperlambat munculnya rotasi sewaktu take off.
Untuk lebih jelasnya, teknik gerakan mendarat dapat dilihat dalam gambar
4 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 4. Gerakan Mendarat (Muhajir, 2006 : 60)
c. Lompat Jauh Gaya Jongkok
Dalam pelaksanaan lompat jauh, ada beberapa teknik atau gaya yang
digunakan. Pengertian gaya dalam lompat jauh itu sendiri menurut J.M.
Ballesteros (1979 : 54) bahwa, "Gerak yang dibuat di udara (sesudah tolakan)
disebut teknik lompatan/gaya." M. Yusuf Adisasmita (1992 : 68)
mengemukakan bahwa, “Gerakan sikap tubuh di udara (waktu melayang) inilah
biasa disebut gaya lompatan dalam lompat jauh.” Memperhatikan pengertian di
atas, yang dimaksud gaya yaitu posisi badan pelompat pada waktu melayang.
Didalam lompat jauh ada tiga macam gaya, seperti yang dikemukakan
oleh Aip Syarifuddin (1992 : 93) yaitu, “Adapun gaya-gaya lompat jauh yang
umum dipergunakan itu adalah ; gaya jongkok (Tuck), gaya menggantung (Hang
style/schnepper) dan gaya jalan di udara (walking in the air).” Dan menurut
Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1993 : 147) yaitu, “Dalam lompat
jauh terdapat tiga macam gaya, yaitu : a). gaya jongkok di udara, b) gaya jalan di
udara dan c) gaya bergantung di udara (schnepper). Perlu diketahui yang
menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga gaya tersebut hanya terletak pada
saat melayang di udara saja.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Lompat jauh gaya jongkok (Tuck), agar dapat menguasai lompat jauh,
seorang pelompat harus menguasai teknik-teknik lompat jauh yaitu awalan,
tolakan, saat melayang, dan mendarat. Teknik tersebut antara lain : 1. Teknik
awalan. Jarak awalan biasanya dilakukan sejauh 30 – 45 m, dalam lintasan
berukuran panjang 40 – 45 m dan lebar 1,21 – 1,22 m. Sebelum awalan biasanya
didahului oleh sikap start. Awalan lompat jauh berfungsi untuk mendapatkan
kecepatan lari pada waktu akan melompat. Awalan dilakukan dengan lari secepat-
cepatnya tanpa merubah langkah, konsentrasikan agar dapat melakukan lompatan
(tolakan) dengan baik. 2. Teknik tolakan. Ketepatan tolakan papan tumpuan serta
besarnya tenaga tolakan yang dihasilkan oleh kaki sangat menentukan hasil
lompatan. Yang perlu diperhatikan adalah menolak dengan menggunakan kaki
yang kuat, sikap badan lebih ditegakkan atau sedikit condong ke belakang, kedua
tangan diayun ke depan atas untuk membantu mengangkat badan, sudut tolakan
antara 40-45 derajat, urutan perkenaan kaki pada papan tumpuan dimulai dari
tumit, telapak kaki, dan ujung kaki. 3. Teknik gerakan saat melayang. Teknik ini
dilakukan setelah melakukan tolakan yang baik yaitu sikap tubuh pada posisi
jongkok, kedua tangan lurus ke depan, sedangkan kedua kaki ditekuk pada lutut,
kedua lengan dibawa ke depan disertai dengan kedua lutut ditekuk. Berat badan
dibawa ke depan. 4. Teknik mendarat. Menggunakan kedua kaki dan kedua
tangan ke depan, serta berat badan dibawa ke depan. Mendaratlah pada bak
lompat jauh dengan berat badan dan tangan dibawa ke depan.
Untuk gaya jongkok pelaksanaannya seperti yang dikemukakan oleh Gunter
Bernhard (1986 : 84) adalah sebagai berikut.
Setelah kaki tumpuan menolak, maka kaki ayun (terutama bagian paha) diangkat cepat tinggi ke depan. Setelah kaki tumpuan lepas dari tanah (balok tumpuan) segera diayunkan ke depan sehingga sejajar dengan kaki ayun. Pada saat mencapai titik ketinggian sikap badan dan kaki seperti duduk/berjongkok di udara. Selanjutnya setelah bergerak turun, kedua kaki dijulurkan ke depan kedua lengan juga dijulurkan ke depan dan badan condong ke depan. Perlu diingat bahwa pada saat badan bergerak/meluncur turun tidak perlu membungkuk berlebihan. Tetapi yang lebih penting adalah meluruskan kedua kaki jauh-jauh ke depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Untuk lebih jelasnya bentuk gerakan lompat jauh gaya jongkok dapat
dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Lompat Jauh Gaya Jongkok (Muhadjir, 2006 : 61)
Dalam penelitian ini, karena yang menjadi obyek penelitian adalah
siswa SMK, dan di sekolah untuk siswa SMK gaya dalam nomor lompat jauh
yang diajarkan adalah gaya jongkok.
2. Latihan
Latihan menurut Sudjarwo (1992 : 14) adalah, "Suatu proses yang
sistematis secara berulang-ulang secara ajeg dengan selalu memberikan
peningkatan beban latihan". Sedangkan pengertian latihan menurut Harsono
(1988: 101) adalah, "Training adalah proses yang sistematis dari kerja atau
latihan secara berulang-ulang dengan menambah jumlah beban latihan atau
pekerjaannya". Hal yang sama pengertian latihan menurut A. Hamidsyah Noer
(1994: 15) yaitu, “Latihan adalah proses kerja yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan dimana beban dan intensitas latihan semakin hari
semakin bertambah sehingga pada akhirnya memberikan rangsang secara
menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik,
mental secara bersama-sama.” Dan Mulyono B. (1992 : 1) menyatakan latihan
adalah, ”Proses kerja yang dilakukan secara sistematis kontinyu, dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
beban dan intensitas latihan makin hari makin bertambah, yang akhirnya
memberikan rangsangan secara menyeluruh terhadap tubuh dan bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental secara bersama-sama".
Harsono (1988 : 101) memberikan batasan latihan (Training) sebagai berikut :
Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah beban latihan atau pekerjaannya. Sistematis yang dimaksud adalah terencana menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang tujuannya agar gerakan yang sukar menjadi mudah, otomatis dan reflektif pelaksanaannya. Kian hari kian bertambah beban maksudnya ialah setiap kali secara periodik setelah tiba saatnya ditambah bebannya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan harus
direncanakan dengan baik, berkesinambungan, tersusun dan terarah pada tujuan
yang ingin dicapai. Yang dimaksud terencana dan ber-kesinambungan adalah
terencana menurut jadwal, pola dan sistem tertentu dari yang mudah ke yang
sukar atau dari yang sederhana ke yang komplek.
Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan
yang konstan maka gerakan-gerakan yang semula dianggap sukar atau sulit
dilakukan lama-kelamaan akan merupakan gerakan yang otomatis dan reflektif
yang semakin kurang membutuhkan konsentrasi pusat-pusat saraf daripada
sebelum melakukan latihan-latihan. Dengan demikian maka hal ini akan
mengurangi jumlah tenaga yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan tambahan
yang tidak diperlukan dapat diabaikan.
b. Tujuan Latihan
Tujuan serta sasaran utama dari latihan adalah untuk mencapai prestasi
maksimal, disamping membantu atlet meningkatkan perkembangan fisik,
penyempurnaan teknik, meningkatkan strategi, meningkatkan kepribadian,
mempertahankan kesehatan, mencegah cedera dan meningkatkan mental.
Menurut Sudjarwo (1992 : 13-14) sesuai tujuannya, urutan penekanan latihan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1). Pembentukan kondisi physik (Physical build up). 2). Pembentukan teknik (Technical build up). 3). Pembentukan taktik (Tachtical build up). 4). Pembentukan mental (Mental build up). 5). Pembentukan kematangan juara.
Sedangkan aspek-aspek latihan yang harus diperhatikan dan dilatih secara
seksama oleh atlet menurut Harsono (1988; 100) adalah sebagai berikut :
“1) Latihan fisik.
2.) Latihan teknik.
3.) Latihan taktik.
4.) Latihan mental.”
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka penekanan beban
latihan pada seorang atlet dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Pembentukan kondisi fisik
Dalam pembinaan kondisi fisik bagi seorang atlet, komponen-komponen
kondisi fisik mutlak diperlukan. Latihan kondisi fisik dapat diarahkan kepada
komponen kondisi fisik yang sesuai dengan gerakan yang banyak dilakukan
dalam olahraga yang ditekuni.
2) Pembentukan teknik
Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar ke teknik tinggi
yang akhirnya menuju kepada gerakan-gerakan otomatis. Demikian pula halnya
dalam rangka pembentukkan teknik bagi seorang atlet, dapat dimulai dari
penguasaan teknik dasar.
3) Pembentukan taktik
Taktik dalam suatu perlombaan/pertandingan juga diperlukan dalam
usaha memperoleh kemenangan. Pembentukan taktik meliputi taktik strategi,
system, pola dan type.
4) Pembentukan mental
Pembentukan mental untuk bertanding dengan unsur psikologi
disesuaikan dengan cabang olahraga yang diikuti. Dalam perlombaan,
pembentukan mental bertanding bagi seorang atlet dapat dilakukan dengan
melakukan pertandingan uji coba, baik dilaksanakan di lapangan sendiri dengan
teman ataupun pada perlombaan yang sifatnya tidak resmi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
5) Pembentukan kematangan juara
Akhir dari pembentukan harus menuju kematangan juara. Dengan bekal
fisik, tehnik, taktik yang didukung oleh mental bertanding akan merupakan
keselarasan yang matang antara tindakan dan proses mental bertanding tersebut
Latihannya dengan mengadakan berbagai pertandingan frekwensinya cukup
banyak dengan segala macam variasi.
Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa aspek-aspek
penting dalam latihan terdiri dari empat aspek yaitu fisik, teknik, taktik dan
mental.
c. Prinsip-prinsip Latihan
Usaha untuk mencapai suatu tujuan latihan haruslah menganut prinsip-
prinsip latihan tertentu. Sudjarwo (1992 : 21-23) membedakan prinsip-prinsip
latihan sebagai berikut :
1. Prinsip individuil 2. Prinsip penambahan beban (Overload principle) 3. Prinsip interval 4. Prinsip penekanan beban (stress) 5. Prinsip makanan baik (Nutrition) 6. Prinsip latihan sepanjang tahun
Prinsip-prinsip latihan menurut Suharno HP. (1985; 7-13) sebagai berikut :
1). Latihan sepanjang tahun tanpa berseling. (Prinsip kontinyu dalam latihan)
2). Kenaikan beban latihan secara teratur. 3). Prinsip individuil (perorangan atlet). 4). Prinsip interval. 5). Prinsip stress (penekanan) 6). Prinsip spesialisasi.
Sedangkan menurut Harsono (1988; 102-112), prinsip-prinsip dasar
latihan yang dapat diterapkan pada setiap cabang olahraga adalah:
1). Prinsip beban lebih (overload principle).
2). Prinsip perkembangan menyeluruh.
3). Prinsip spesialisasi.
4). Prinsip individualisasi.
Dari pendapat-pendapat di atas ada kesamaannya dan saling
melengkapi, keduanya dapat disatukan. Dalam usaha-usaha pencapaian suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
tujuan latihan haruslah menganut prinsip-prinsip latihan tertentu, baik secara
umum maupun spesialisasi suatu cabang olahraga. Dari pendapat-pendapat di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip-prinsip latihan tersebut terdiri dari
latihan yang dilakukan harus berulang-ulang, latihan harus cukup berat, prinsip
individuil, prinsip interval, dan prinsip spesialisasi (A. Hamidsyah Noer, 1994 :
110).
Dalam penyusunan program latihan agar dapat memperoleh hasil yang
maksimal, harus memperhatikan beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah;
1) Intensitas Latihan
Intensitas latihan mempunyai arti sebagai takaran kesungguhan pengeluaran
tenaga atlet dalam melakukan aktivitas jasmani. (Suharno HP., 1985 : 14). Jadi
intensitas latihan merupakan suatu dosis atau takaran latihan yang harus dilakukan
seorang atlet menurut program yang telah dtentukan. Didalam menentukan
intensitas latihan atau jumlah beban pada umumnya memperhatikan dari
kemampuan otot masing-masing atlet, dan intensitas latihan dilakukan dengan
maksimal.
2) Lamanya Latihan
Lamanya latihan adalah sampai seberapa lama latihan yang akan
dilakukan, apakah satu minggu, satu bulan atau lebih. Dalam menentukan
lamanya latihan ini, Fox dalam Sajoto (1995 : 210) menyebutkan bahwa, “Lama
latihan hendaknya dilakukan selama 8 – 10 minggu.”
3) Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan adalah jumlah ulangan latihan yang dilakukan dalam
jangka waktu satu minggu. Menurut Fox dalam Sajoto (1995 : 209) bahwa,
“Frekuensi latihan untuk meningkatkan an aerobik 3 x per minggu cukup efektif.”
Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa faktor-faktor dalam
pembuatan program latihan seperti intensitas latihan, lama latihan, frekuensi
latihan dan peningkatan beban latihan harus ada dalam setiap pembuatan
program latihan. Beban latihan atau loading merupakan suatu bentuk latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
jasmani dan rokhani atlet untuk mencapai prestasi olahraga. Adapun ciri-ciri
beban latihan jasmani menurut Sudjarwo (1992: 15) adalah sebagai berikut :
a. Intensitas adalah merupakan ukuran kesungguhan dalam melakukan latihan yang betul pelaksanaannya. Apabila kita dapat melaksanakan penuh sesuai dengan kemampuan ini berarti kita menjalankan intensitas 100 % (maksimal), tingkat intensitas dapat dibedakan : - 100 % atau lebih kategori super maksimal - 100 % penuh kategori maksimal - 80 % s/d 99 % kategori sub maksimal - 60 % s/d 79 % kategori medium - 59 % s/d ke bawah kategori rendah
b. Duration adalah lamanya waktu latihan seluruhnya (penuh) setelah dikurangi dengan waktu yang dipergunakan untuk latihan.
c. Frekuensi adalah berapa kali suatu latihan dilakukan setiap minggunya.
d. Rytme Merupakan irama dari latihan atau repetisi yang dipergunakan misalnya berat dan ringannya latihan atau tinggi rendahnya tempo latihan.
Salah satu cara meningkatkan beban latihan adalah dengan peningkatan
volume. Menurut Yosef Nosseck (1982 : 49) bahwa, “Peningkatan volume dapat
berupa latihan lebih banyak, pengulangan yang lebih banyak dan atau seri (set),
memperpanjang jarak lari, menambah durasi (lamanya latihan), dan sebagainya.”
3. Latihan Beban
Latihan beban merupakan bentuk latihan berbeban dengan menggunakan
bantuan alat atau mesin. Latihan banyak digunakan untuk meningkatkan
kemampuan kekuatan maupun power otot terlebih dalam lompat jauh. Latihan
peningkatan power otot yang paling efektif adalah dengan menggunakan beban
atau weight training. Ada empat bentuk program latihan berbeban, Fox (1984 :
160) mengemukakan mengenai empat bentuk latihan berbeban tersebut yaitu,
“program pelatihan isotonik, program latihan isometrik, program latihan
isokinetik, program latihan eksentrik.” Hal ini didasarkan pada analisis sesuai
dengan kontraksi otot manusia, yaitu kontraksi isotonik, isometrik, isokinetik dan
eksentrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Cara-cara atau bentuk-bentuk latihan power dengan menggunakan weight
training menurut Bompa (1980 : 232) adalah pengulangan sebagai berikut :
1) Intensitas 50 – 80 %
2) Jumlah pengulangan 10 kali
3) Jumlah set latihan 4 - 6 seri
4) Interval 3 – 4 menit
Latihan yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan keadaan
sampel yang merupakan siswa SMK, dan bentuk latihannya adalah menggunakan
beban barbell dan jenis latihannya adalah squat, heel raise dan step up.
a. Squat (Deep Knee-bend)
1) Posisi awal
Bar terletak sepanjang bahu, kepala ke depan, datar sedikit pinggang
melengkung, kaki-kaki berjarak 12-14 inch.
2) Gerakan
Tarik nafas yang dalam dan berjongkok pelan-pelan pada posisi paha atas
parallel dengan lantai. Dari posisi berjongkok gerakan ke atas dengan
mempertimbangkan bahwa bagian belakang yang lebih rendah melengkung dan
kuat selama melakukan latihan. Dalam melakukan latihan ini dilakukan dengan
diawali 3 set dan menempuh jumlah ulangan 8 kali, dengan waktu istirahat antar
set selama 3 menit
Gambar 6. Latihan Squat (Muhajir, 2005 ; 13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Otot yang dilatih
a) M .Quadriceps
b) M. Glutacus maximus, hamstring
c) M. Erector Spinae
b. Heel Raise (Mengangkat Tumit Dengan Barbell Di Pundak)
1) Posisi awal
Barbell di atas pundak dan kedua ujung kaki bertumpu pada balok atau
piringan barbell.
2) Gerakan
Angkat tubuh dengan menaikan tumit (jinjit) dan kembali keposisi semula.
Dalam melakukan latihan ini dilakukan dengan diawali 3 set dan menempuh
jumlah ulangan 8 kali, dengan waktu istirahat antar set selama 3 menit
Gambar 7. Latihan Heel Raise
(Muhajir, 2005 ; 13)
3) Otot yang dilatih
a) M. gastrocnemius
b) M. solens
c. Step up (Naik Turun Bangku Dengan Barbell Di Pundak)
1) Posisi awal
Berdiri tegak di lantai dengan barbell di atas pundak di depan bangku
dengan ketinggian kurang lebih 40 centimeter.
2) Gerakan
Dari posisi di lantai, salah satu kaki naik ke atas bangku dan diikuti kaki
yang lain, kemudian kaki yang pertama naik diturunkan ke lantai dan diikuti yang
lainnya. Latihan ini dilakukan dengan diawali 3 set dan menempuh jumlah
ulangan 8 kali, dengan waktu istirahat antar set selama 3 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar 8. Latihan Step Up (Gregory J. Wilson, 2009 ; 36)
3) Otot yang dilatih
a) M .quadriceps b) M. glutacus maximus c) M. hamstring
d) M. erector Spinae e) M. gastrocnemius
Dalam sebuah metode latihan terdapat kelebihan dan kekurangannya.
Adapun dalam metode latihan ini kelebihan dan kekurangannya adalah berikut ini.
Kelebihan Kekurangan 1. Siswa tidak merasa berat menahan
beban tubuh saat menolak karena terbiasa menahan beban tubuh ditambah berat barbell.
2. Siswa tidak mudah mengalami jenuh, karena latihan menggunakan alat yang beratnya dapat diatur atau ditingkatkan
1. Adanya perasaan tidak mampu untuk mengangkat beban karena harus mengangkat alat atau barbell
2. Perkembangan kecepatan dalam lari
awalan sedikit sekali, karena latihan banyak terfokus pada gerakan tolakan dari tungkai
4. Latihan Pliometrik
Untuk memiliki daya ledak otot tungkai yang baik harus dilakukan dengan
latihan yang benar dan teratur secara kontinyu serta latihan tersebut harus benar-
benar melatih kemampuan daya ledak otot-otot tungkai. Salah satu metode latihan
yang dapat digunakan adalah dengan latihan pliometrik. Latihan yang dilakukan
dapat menyesuaikan dengan karakteristik dari olahraga yang dilakukan. Dalam
penelitian ini yang digunakan adalah bentuk latihan pliometrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pengertian pliometrik menurut M. Furqon H. dan Muchsin Doewes (2002 :
1) adalah sebagai berikut :
Asal istilah playometrics diperkirakan dari kata bahasa Yunani “pleytheum”, berarti “memperbesar” atau “meningkatkan”, atau dari akar kata bahasa Yunani “plio” dan “metric”, masing-masing berarti “lebih banyak” dan “ukuran “. Sekarang ini pliometrik mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis, atau peregangan otot-otot yang terlibat. Dalam lompat jauh banyak digunakan power otot tungkai terutama untuk
melakukan tumpuan atau tolakan. Dalam latihan power menggunakan latihan
pliometrik, ada beberapa macam bentuk latihan yang dapat digunakan, ini
disesuaikan dengan power yang akan dilatih. Dalam penelitian ini latihan yang
digunakan adalah untuk melatih power otot-otot tungkai yang berhubungan
dengan lompat jauh. Bentuk latihan pliometrik untuk otot-otot tungkai ada
berbagai macam, ini tergantung dari gerakan yang dilakukan. Menurut James C.
Radcliffe dan Robert C. Farentinos yang diterjemahkan M. Furqon H., dan
Muchsin Doewes (2002 : 12) bahwa, “Gerakan plaiometrik dirancang untuk
menggerakkan otot pinggul dan tungkai, dan gerakan otot khusus yang
dipengaruhi oleh bounding, hopping, jumping, leaping, skipping dan ricochet.”
Bentuk latihan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jumping
yang merupakan latihan yang menekankan pada loncatan untuk mencapai
ketinggian maksimum dan juga jarak horisontal. Oleh karena itu latihan yang
dilakukan dengan cara bergantian yaitu alternate leg bound, double leg bound dan
scissor jump.
a. Alternate Leg Bound
Latihan alternate leg bound yaitu satu bentuk latihan pliometrik yang
melibatkan otot pinggul dan otot-otot tungkai. Pelaksanaan latihan alternate leg
bound ini adalah;
1) Posisi Awal
Posisi berdiri dengan salah satu kaki berada di depan untuk memulai
melangkah, lengan relaks di samping badan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Pelaksanaan
Mulailah dengan tolakan tungkai belakang, gerakan lutut ke dada dan
iusahakan loncatan setinggi dan sejauh mungkin sebelum mendarat. Bentangkan
kaki depan secepat mungkin. Ayunkan ke dua lengan, Ulangi rangkaian gerakan
ini dengan kaki lain pada saat mendarat. Dalam melakukan latihan ini dilakukan
dengan diawali 2 set dan menempuh jarak kurang lebih 10 meter, dan jumlah
ulangan mulai 8 kali dengan waktu istirahat antar repetisi 60 detik dan antara set
selama 2 menit.
Gambar 9. Latihan alternate leg bound (M. Furqon H., dan Muchsin Doewes, 2002 : 29)
3) Otot yang dilatih
fleksor dan ekstensor otot paha dan pinggul.
b. Double Leg Bound
Dalam pelaksanaannya latihan double leg bound ini adalah sebagai berikut :
1) Posisi awal
Dilakukan dengan posisi lutut ditekuk kurang lebih 105o (posisi awal half
squat) dengan kedua lengan berada di samping badan, bahu condong ke depan
melebihi posisi lutut. Usahakan punggung lurus dan pandangan ke depan.
2) Pelaksanaan
Mmeloncat ke depan dan ke atas, menggunakan ekstensi pinggul dan
gerakan lengan untuk mendorong ke depan. Usahakan mencapai ketinggian dan
jarak maksimum dengan posisi tubuh tegak. Setelah mendarat, kembali lagi ke
posisi awal dan memulai bounding berikutnya sampai kurang lebih sebanyak 10
kali lompatan. Latihan ini dilakukan dengan di awali 3 set, jumlah repetisi 8 – 12
kali, dan waktu istirahat 60 detik antar repetisi dan 2 menit diantara set. Jarak
yang ditempuh dalam latihan bounding ini kurang lebih 10 meter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 10. Latihan double leg bound (M. Furqon H., dan Muchsin Doewes, 2002 : 28)
3) Otot yang dilatih
Latihan ini melibatkan otot pinggul dan tungkai, khususnya otot
glateals, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius.
c. Scissor Jump
Latihan scissor jump ini merupakan bentuk latihan pliometrik yang
melibatkan otot pinggul dan otot-otot tungkai. Tujuan dari latihan ini adalah untuk
mengembangkan daya ledak otot pinggul dan tungkai. Pelaksanaan latihan scissor
jump ini adalah sebagai berikut.
1) Posisi Awal
Diawali dengan posisi berdiri dengan satu kaki direntangkan ke depan dan
kaki satnya ke belakang, kaki depan ditekuk dengan sudut 90 derajat.
2) Pelaksanaan
Gerakan awal latihan ini adalah melompat setinggi dan selurus mungkin.
Gunakan lengan untuk ayunan ke atas guna menambah angkatan. Pada puncak
lompatan posisi kaki dibalik, yaitu kaki depan ke belakang dan kaki belakang ke
depan. Pada saat terjadi pergantian kaki di udara dilakukan dengan cepat sebelum
mendarat. Setelah mendarat, ulangi lompatan tersebut untuk tungkai yang lain.
Dalam melakukan latihan ini dilakukan dengan diawali 3 set dan menempuh
jumlah ulangan 8 kali, dengan waktu istirahat antar set selama 3 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Gambar 11. Latihan scissor jump (M. Furqon H., dan Muchsin Doewes, 2002 : 43)
3) Otot yang Dilatih
a) otot punggung bagian bawah, b) M. extensor pinggul c) M. hamstring d) M. quadriceps.
Seperti halnya latihan weight training, latihan ini juga terdapat kelebihan
dan kekurangannya. Adapun dalam metode latihan beban dalam dengan
pliometrik ini kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut.
Kelebihan Kekurangan 1. Siswa tidak merasa berat dalam
mengangkat beban, karena beban badannya sendiri.
1. Peningkatan kekuatan dan powernya lambat karena beban yang tetap
2. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan karena yang digerakan atau diangkat adalah badannya sendiri
2. Adanya perasaan jenuh karena latihan yang monoton
3. Metode ini baik untuk meningkatkan kekuatan dan power otot-otot tubuh yang besar tanpa ada perasaan takut cedera karena salah gerakan
B. Kerangka Pemikiran
Teknik-teknik dalam lompat jauh ada beberapa macam, yaitu awalan,
tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Dari beberapa macam teknik tersebut
dalam pelaksanaannya merupakan suatu gerakan yang berkelanjutan, tidak dapat
dipisah-pisah dan dibalik pelaksanaannya. Adanya perbedaan gaya dalam lompat
jauh dapat diketahui pada saat melayang di udara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi lompatan maka penggunaan
metode latihan yang tepat sangat diperlukan, karena tanpa adanya latihan yang
benar dan menggunakan metode yang tepat, tidak akan dapat meningkatkan hasil
lompatan. Dari beberapa metode yang ada, diantaranya adalah dengan latihan
menggunakan beban dan pliometrik
Latihan beban dalam hal ini dengan latihan weight training merupakan salah
satu metode latihan yang dianggap baik untuk meningkatkan power otot tubuh
yang mendukung gerakan lompat jauh terutama saat bertumpu atau melakukan
tolakan. Bentuk latihan yang digunakan merupakan rentetan kegiatan latihan yang
menggunakan alat-alat weight training dengan 3 bentuk latihan yaitu squat (deep
knee-bend), heel raise dan step up. Latihan ini memiliki kelebihan pada
pelaksanaannya yang tidak membuat jenuh siswa, dan lebih cepat meningkatkan
power otot-otot tubuh, sehingga siswa dapat menolak dengan setinggi-tingginya.
Kekurangannya pada berat beban yang digunakan yaitu siswa merasa berat karena
selain berat badannya masih ditambah dengan berat barbell yang harus diangkat.
Latihan pliometrik merupakan suatu bentuk latihan yang digunakan untuk
meningkatkan daya ledak atau power. Dalam pelaksanaan latihan pliometrik ada
beberapa bentuk latihan, diantaranya adalah bentuk latihan jump. Latihan
pliometrik dengan melakukan lompatan. Bentuk latihan yang digunakan adalah
alternate leg bound, doble leg bound dan scissor jump. Bentuk-bentuk latihan ini
merupakan latihan untuk mengembangkan dan meningkatkan daya ledak otot
tungkai yang dapat mendukung kemampuan atau prestasi lompat jauh. Latihan ini
memiliki kelebihan pada beban yang ditopang hanya berat badannya sendiri
sehingga tidak memberatkan siswa. Kekurangannya perkembangan daya ledak
otot tungkai siswa akan terasa lambat karena beban yang tetap atau tidak
meningkat.
Dengan adanya keuntungan dan kelemahan dari masing-masing bentuk
latihan tersebut, berarti perbedaan diantara kedua metode latihan tersebut pada
beban latihan dan pemakaian tenaga atau adanya beban tambahan pada saat
berlatih. Ditinjau dari segi tujuan menggunakan metode latihan mempunyai tujuan
yang sama, yaitu untuk mencapai lompatan yang jauh yang diharapkan dapat
meningkatkan prestasi lompat jauh yang lebih baik. Ditinjau dari segi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pelaksanaan, latihan beban untuk siswa SMK atau atlet pemula memiliki
efektivitas yang lebih baik, hal ini dikarenakan perkembangan daya ledak otot
tungkai yang banyak digunakan dalam lompat jauh lebih cepat meningkat
dibandingkan dengan latihan pliometrik.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga ada perbedaan pengaruh latihan beban dan pliometrik terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala
Karanganyar tahun 2010.
2. Pengaruh latihan pliometrik diduga lebih baik dibandingkan latihan beban
terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya
Mandala Karanganyar tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SMK Widya Mandala Karanganyar dan pengambilan
data ini dilakukan di lapangan olahraga sekolah yaitu di halaman SMK Widya
Mandala Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini pengambilan data tes awal dilaksanakan pada tanggal
21 Mei 2011 sampai dengan pengambilan data tes akhir pada tanggal 28 Juni
2011 Adapun jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
Hari/Tanggal Materi Tes Jumlah Jam Keterangan Sabtu, 21 Mei 2011
Lompat Jauh 40
07.30 - 09.00
Tes Awal
Selasa, 28 Juni 2011
Lompat Jauh 40
07.30 - 09.00
Tes Akhir
B. Metode Penelitian
1. Metode dan Rancangan
Metode penelitian yang digunakan, ditetapkan berdasarkan pada tujuan
dan hasil penelitian yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah eksperimen dengan rancangan pretest - postttest designs.. Metode
yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu metode yang memberikan suatu
gejala latihan atau percobaan maka akan terlihat hubungan sebab akibat sebagai
pengaruh dari pelaksanaan latihan. Rancangan penelitian eksperimen pretest –
posttest design dalam penelitian ini yaitu ;
KE1 X Postest
Pretest OP
KE2 Y Postest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Keterangan : OP = Ordinal Pairing KE1 = Kelompok Eksperimen 1 X = Latihan beban KE2 = Kelompok Eksperimen 2 Y = Latihan pliometrik
2. Variabel Penelitian
a. Jenis Variabel
Sesuai dengan masalah yang diajukan, dalam penelitian ini terdapat dua
variabel penelitian, yaitu :
1) Variabel Bebas
a) Latihan beban
b) Latihan pliometrik
2) Variabel Terikat
Prestasi lompat jauh gaya jongkok.
b. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dari variabel penelitian perlu dijelaskan agar supaya
tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda atau yang kurang tepat.
1) Latihan beban
Latihan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat atau mesin
sebagai beban yang digunakan untuk mengembangkan daya ledak otot.
2) Latihan pliometrik
Latihan yang dilakukan dengan bentuk latihan pliometrik dengan beban
berat badan.
3) Kemampuan lompat jauh
Kemampuan lompat jauh merupakan hasil jarak lompatan yang dilakukan
siswa yang sejauh-jauhnya.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua anggota kelompok yang akan dipelajari sifat-sifatnya disebut juga
populasi. Sugiyono (2011 : 61) menjelaskan bahwa, “Populasi adalah wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.” Sutrisno Hadi (2004 : 182) menyatakan bahwa, “Seluruh
penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki disebut populasi atau universum.”
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas XI SMK Widya
Mandala Karanganyar tahun 2010 yang terbagi dalam 6 kelas yang berjumlah 160
siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Sugiyono (2011 : 62)
menjelaskan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.” Dan Suharsimi Arikunto (1998 : 117) menyatakan bahwa,
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sampel merupakan
bagian dari populasi, dalam penelitian ini siswa putra SMK Widya Mandala
Karanganyar tahun 2010 yang berjumlah 40 siswa yang digunakan sebagai
sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proporsional random
sampling. Seperti yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (1998 : 127) bahwa,
“Pengambilan subjek dari setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau
sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah.”
Adapun pengambilan sampel dengan menggunakan cara undian yaitu diambil
25% dari tiap-tiap kelas. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (1998 : 107) bahwa, “Untuk sekedar ancer-ancer maka
apabila obyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah
subyeknya besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.” Berarti
sebagai sampel diperoleh 40 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan tes dan
pengukuran. Tes yang digunakan adalah tes lompat jauh gaya jongkok (J.M.
Ballesteros, 1979 : 54).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
E. Teknik Analisis Data
1. Reliabilita Tes
Sebelum melakukan analisis data perlu dilakukan uji reliabilita tes yang
digunakan untuk mengetahui keajegan dari tes yang digunakan. Menghitung
Reliabilitas tes menggunakan rumus ANAVA. dari Ted A. Baumgartner dan
Andrew S. Jackson (1995 : 118) sebagai berikut :
MSA - MSW R = MSA
Keterangan : R = Koefisien reliabilita MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data atau
data berada dalam suatu kurve normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan metode Lillieforse dari Sudjana (1996 : 466). Adapun prosedur uji
normalitas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …., Zn dengan menggunakan rumus :
Xi - X Zi = s
Keterangan : X = Rata-rata s = Simpangan baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z<Xi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi), maka ;
banyaknya Z1, Z2, …., Zn yang < Zi
S(Zi) = n
4) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tesebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.
b. Uji Homogenitas
Untuk mencari atau menguji homogenitas data, digunakan rumus untuk
mencari uji homogenitas (Sudjana, 1996 : 386) Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
SD2bs
Fdbvb : dbvk = SD2
kt
Keterangan : db : vb = derajat kebebasan dari varians yang lebih besar db : vk = derajat kebebasan dari varians yang lebih kecil SD2
bs = Varians yang lebih besar SD2
kt = Varians yang lebih kecil
3. Uji Perbedaan
Untuk menghitung perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh
dengan menggunakan rumus t-test dari Sutrisno Hadi (1989 : 278), rumus t-test
yang digunakan dalam eksperimen-eksperimen yang menggunakan sampel-
sampel berkorelasi, yaitu sampel-sampel yang sudah disamakan salah satu
variabelnya. Rumus t-test yang digunakan adalah sebagai berikut :
1)-(N x Nd
Md
2å=t
Keterangan : t = Nilai perbedaan Md = Rata-rata selisih antara X1 dan X2 N = Jumlah pasangan
Adapun uji perbedaannya menggunakan derajat kebebasan N -1 pada taraf
signifikansi 5%. Peningkatan prosentasi dari latihan yang telah dilakukan,
dicari dengan cara sebagai berikut.
Peningkatan prosentasi = %100xtestMpre
Md-
Md = perbedaan dari rata-rata tes akhir dikurangi tes awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data prestasi lompat jauh gaya jongkok merupakan jarak terjauh dari 3 kali
lompatan dalam tes lompat jauh gaya jongkok. Berdasarkan tes tersebut diperoleh
gambaran mengenai rata-rata prestasi lompat jauh gaya jongkok dan simpangan
baku yang dapat disajikan dalam tabel 1 berikut ini (perhitungan selengkapnya
pada lampiran 3).
Tabel 1. Hasil Pre-Test dan Post-Test Lompat Jauh Gaya Jongkok
Latihan Beban Latihan Pliometrik
Awal Akhir Awal Akhir
Jumlah 69,99 78,21 70,34 80,71
Terjauh 4,45 4,70 4,30 4,62
Terdekat 2,85 3,17 3,00 3,55
Mean 3,500 3,911 3,517 4,036
SD 0,398 0,390 0,381 0,337
Pada tes akhir diketahui bahwa pada Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui
bahwa kelompok latihan beban untuk tes awal nilai jumlah lompatan 69,99, jarak
lompatan terjauh 4,45 meter, jarak lompatan terdekat 2,85 meter, rata-rata lompat
jauh gaya jongkok 3,500 meter dan simpangan baku sebesar 0,398 meter.
Sedangkan tes akhir nilai lompatan 78,21, jarak lompatan terjauh 4,70 meter, jarak
lompatan terdekat 3,17 meter, rata-rata lompat jauh gaya jongkok sebesar 3,911
dan simpangan baku sebesar 0,390.
Pada kelompok latihan pliometrik tes awal nilai jumlah lompatan 70,34,
jarak lompatan terjauh 4,30 meter, jarak lompatan terdekat 3,00 meter, rata-rata
lompat jauh gaya jongkok 3,52 meter dan simpangan baku sebesar 0,38 meter.
Sedangkan pada tes akhir jumlah jarak lompatan 80,71, jarak lompatan terdekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3,55 meter, jarak lompatan terjauh 4,62 meter, rata-rata lompat jauh gaya jongkok
sebesar 4,03 dan simpangan baku sebesar 0,337.
B. Uji Prasyarat Analisis Data
Agar data yang dianalisis adalah hasil dari suatau tes atau pengukuran
yang baik, maka perlu uji reliabilitas tes yang digunakan. Dalam penelitian ini
diadakan uji reliabilitas prestasi lompat jauh gaya jongkok. Untuk menghitung
reliabilita tes masing-masing variabel digunakan rumus Anava. Adapun hasil
perhitungan dari reliabilita tes dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini
(perhitungan selengkapnya pada lampiran 4)
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Reliabilita Tes
Tes N RXY Keterangan
Tes Awal 40 0.859 High
Tes Akhir 40 0.911 Excellent
Adapun hasil dari analisis yang dilakukan dengan uji Anava untuk tes awal
diperoleh R sebesar 0,859, hasil tersebut di konsultasikan dengan tabel koefisien
korelasi termasuk kategori High dan tes akhir diperoleh R sebesar 0,911, hasil
tersebut di konsultasikan dengan tabel koefisien korelasi termasuk kategori
Excellent (Perhitungan selengkapnya pada lampiran 4), dan dapat digunakan
sebagai alat ukur, ini sesuai dengan kriteria reliabilita tes yang dikemukakan
oleh Don R. Kirkendall, Joseph J. Gruber dan Robert E. Johnson (1987 : 61)
sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 3. Kriteria Reliabilita Tes
Reliability rating Correlation coefficient
Excellent 0.90 – 1.00
High 0.80 – 0.89
Average 0.60 – 0.79
Unacceptable 0.00 – 0.59
Seperti yang telah dikemukakan pada BAB III, bahwa dalam penelitian ini
sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan teknik t-tes, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu dengan 1) uji normalitas sampel. 2) uji
homogenitas variansi populasi.
1. Uji Normalitas
Bentuk data yang normal merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
sebelum digunakan untuk menganalisis data. Pengujian normalitas data dilakukan
terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok dengan tujuan untuk mencari apakah data
yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Lillieforse. Adapun rangkuman dari hasil pengujian tersebut
dapat diperhatikan dalam tabel 4 berikut ini (Untuk perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 6).
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sampel
Kelompok Lo L-tabel Keterangan
1
2
0.1819
0.1987
0,231
0.231
Normal
Normal
Keterangan:
Kelompok 1: latihan beban
Kelompok 2: latihan pliometrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Lo : Nilai L hitung yang diperoleh
L table : Nilai kritis Lilieforse
Dari Rangkuman hasil uji normalitas, diketahui bahwa untuk kelompok 1
Lhitung = 0,1819. Pada kelompok 2 Lhitung = 0,1987. Dari hasil pengujian normalitas
data menggunakan Lillieforse, diperoleh hasil Lillieforse hitung lebih kecil dari
Lillieforse tabel dengan N = 20 yaitu sebesar 0,231. Kesimpulan semua data
dalam masing-masing kelompok berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Semua variansi sampel harus homogen merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi sebelum teknik t-test dapat digunakan untuk menganalisis data.
Pengujian homogenitas variansi terhadap lompat jauh gaya jongkok dilakukan
dengan cara; variansi besar dibagi variansi kecil. Hasil pengujian tersebut
disajikan pada tabel 5 berikut ini (Perhitungan selengkapnya pada lampiran 6).
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Kelompok SD2 F-hitung F-tabel Keterangan
1
2
0.150
0.138 1.088 2.15 Normal
Dari hasil uji homogenitas variansi yang tertera dalam tabel di atas, terlihat
bahwa F-hitung sebesar 1,088 sedangkan F-tab sebesar 2,15 berarti F-hit = 1,088
< F-tab = 2,15. Dengan demikian hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa
varians dari kelompok-kelompok sampel homogen.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian digunaan teknik analisis t-test dengan
taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Hasil Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum dilakukan uji perbedaan dengan t-tes telah diadakan
"Matching", yaitu tes awal yang mempunyai kemampuan setara dipasang-
pasangkan dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kelompok 1 dan kelompok 2.
Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kedua kelompok tersebut.
Hasil t-test untuk tes awal antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut
ini.
Tabel 6. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal K1 dan K2
Kelompok N Mean Md to t t5%
K1 20 3.500 0,018 1,158 2,093
K2 20 3.517
Dari rangkuman hasil t-test untuk tes awal di atas, pada K1 dapat
diketahui bahwa rata-rata sebesar 3,500 sedangkan K2 diketahui bahwa rata-rata
sebesar 3,517 dan untuk Mean deviasi sebesar 0,018. Dengan derajat kebebasan
N - 1 = 20 - 1 = 19 pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar
2,093 sedangkan nilai thitung sebesar 1,158, berarti thitung lebih kecil dari t tabel.
Dengan demikian sebelum diberi perlakuan antara K1 dan K2 tidak ada
perbedaan.
2. Hasil Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah melakukan latihan selama 6 minggu, kemudian diadakan tes
akhir. Dan untuk membuktikan apakah latihan yang diberikan telah menunjukkan
pengaruh yang meyakinkan terhadap lompat jauh gaya jongkok, maka dicari
dengan uji t-test antara tes awal dan tes akhir pada masing-masing kelompok.
a. Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K1
Adapun hasil t-test untuk mengetahui peningkatan prestasi tes awal
ke tes akhir antara K1 dan K2 dapat dilihat dalam tabel 7 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1
Tes N Mean Md to t t5%
Awal 20
3.500 0.411 17.036 2,093
Akhir 3.911
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa pada
tes awal rata-rata sebesar 3,500 dan tes akhir sebesar 3,911 untuk Mean deviasi
sebesar 0,411. Dengan derajat kebebasan 19 (N – 1 = 20 - 1) pada taraf
signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,093 sedangkan nilai to sebesar
17,036, berarti to lebih besar dari t tabel. Dengan demikian antara tes awal dan
tes akhir pada K1 ada perbedaan yang signifikan.
b. Hasil Uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada K2
Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2
Tes N Mean Md to t t5%
Awal 20
3.517 0.519 20.751 2,093
Akhir 4.036
Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K2 dapat diketahui bahwa pada
tes awal rata-rata sebesar 3,517 dan tes akhir sebesar 4,036 untuk Mean deviasi
sebesar 0,519. Dengan derajat kebebasan 19 (N – 1 = 20 - 1) pada taraf
signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,093 sedangkan nilai to sebesar
20,751, berarti to lebih besar dari t tabel. Dengan demikian antara tes awal dan
tes akhir pada K2 ada perbedaan yang signifikan.
c. Perbedaan Tes Akhir Antar Kelompok
Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K1dan K2 setelah
diberi perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua
kelompok dalam tabel 9 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 9. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok
Kelompok N Mean Md to t t5%
K1 20
3.911 0.125 3.731 2.093
K2 4.036
Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K1 diketahui rata-rata
sebesar 3,911 dan untuk K2 diketahui rata-rata sebesar 4,036. Mean deviasi
sebesar 0,125. Dengan derajat kebebasan 19 (N – 1 = 20 - 1) pada taraf
signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2,093 sedangkan nilai thitung
sebesar 3,731, berarti thitung lebih besar dari t tabel. Dengan demikian pada tes
akhir antara K1 dan K2 ada perbedaan yang signifikan.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Hasil analisis tersebut di atas dapat diinterprestasikan sebagai hasil
pengujian hipotesis, yaitu :
1. Pengujian Hipotesis Pertama, Ada Perbedaan Pengaruh Latihan Beban
Dan Pliometrik Terhadap Lompat jauh gaya jongkok Pada Siswa Putra
SMK Widya Mandala Karanganyar Tahun 2010
Perhitungan dengan t-test untuk mengetahui perbedaan pengaruh masing-
masing kelompok latihan diperoleh: t hitung latihan menggunakan beban dan
latihan menggunakan pliometrik = 3,731 lebih besar t tabel dengan db 19 pada
taraf a 0,05 = 2,093. Dengan melihat harga t hitung lebih besar t tabel, dengan
demikian antara latihan menggunakan beban dan pliometrik terdapat perbedaan
yang signifikan.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “Ada perbedaan pengaruh
latihan beban dan pliometrik terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
siswa putra SMK Widya Mandala Karanganyar tahun 2010” diterima sehingga
hipotesis pertama terbukti kebenarannya.
2. Pengaruh Latihan Pliometrik Memiliki Pengaruhnya Yang Lebih Baik
Dibanding Latihan Beban Terhadap Kemampuan Lompat jauh gaya
jongkok Pada Siswa Putra SMK Widya Mandala Karanganyar tahun
2010
Berdasarkan hasil penelitian, untuk mengetahui metode latihan yang lebih
baik dianalisis dari peningkatan antara pre-test dan post-test masing-masing
kelompok latihan. Adapun peningkatan pengaruh hasil latihan lompat jauh gaya
jongkok menggunakan beban sebesar 11,745 %, sedangkan peningkatan lompat
jauh gaya jongkok hasil latihan menggunakan pliometrik sebesar 14,743%.
Memperhatikan besarnya peningkatan hasil latihan, ternyata latihan menggunakan
pliometrik lebih besar. Hal ini dapat diketahui karena karakteristik gerakan latihan
pliometrik lebih cocok dan mengarah ke gerakan lompat jauh. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan “Latihan pliometrik lebih baik dibandingkan latihan
beban terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK
Widya Mandala Karanganyar tahun 2010” diterima, sehingga hipotesis kedua
terbukti kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan pengaruh latihan beban dan pliometrik terhadap kemampuan
lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya Mandala
Karanganyar tahun 2010 dengan thitung 3,731 > ttabel = 2,093.
2. Pengaruh latihan pliometrik lebih baik dibandingkan latihan beban terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra SMK Widya
Mandala Karanganyar tahun 2010. Prosentase peningkatan pada latihan
pliometrik sebesar 14,743% dan pada latihan beban sebesar 11,745%.
B. Implikasi
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menimbulkan implikasi, adapun
implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Secara umum dapat diketahui bahwa latihan lompat jauh dengan
menggunakan latihan beban dan pliometrik merupakan bentuk-bentuk latihan
yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan prestasi lompat jauh gaya
jongkok.
2. Latihan lompat jauh menggunakan latihan pliometrik ternyata memberikan
pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan prestasi lompat jauh gaya
jongkok dari pada latihan lompat jauh menggunakan latihan beban. Hal ini
berarti bahwa karakteristik unsur-unsur gerakan yang terdapat dalam latihan
lompat jauh menggunakan latihan pliometrik secara meyakinkan memberikan
pengaruh terhadap prestasi lompat jauh gaya jongkok. Kebaikan dalam
lompat jauh menggunakan latihan pliometrik ini dapat dipergunakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
solusi bagi guru penjas dan pembina atletik dalam upaya meningkatkan hasil
prestasi lompat jauh gaya jongkok.
3. Berkenaan dengan penerapan bentuk latihan menggunakan kedua bentuk
latihan dapat meningkatkan prestasi lompat jauh, akan tetapi masih ada
faktor-faktor lain yang juga menunjang peningkatan prestasi lompatan. Hal
ini mengisyaratkan kepada Guru Penjas dan Pembina atletik dalam upaya
peningkatan prestasi hendaknya memperhatikan tentang faktor-faktor lain
yang menunjang atau berpengaruh terhadap prestasi lompat jauh gaya
jongkok.
C. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian, maka sebaiknya latihan pliometrik dipilih oleh Guru
Penjas khususnya di SMK Widya Mandala Karanganyar dalam upaya
mengatasi masalah peningkatan prestasi lompat jauh gaya jongkok para
siswanya.
2. Dalam menerapkan bentuk latihan lompat jauh untuk meningkatkan prestasi
lompat jauh gaya jongkok, Guru Penjas sebaiknya tidak mengabaikan unsur-
unsur atau faktor-faktor yang berpengaruh lainnya seperti fisik dan teknik
dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamidsyah Noer. 1994. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Depdikbud RI
Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Setara DII.
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud RI Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud RI Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Ballesteros. J. M. 1979. Pedoman Latihan Dasar Atletik. Alih Bahasa SDS, Jakarta : PB PASI.
Baumgartner, T.A. dan Jackson, A.S. 1995. Measurement for Evaluation. United Stated of America : Wm.C. Brown Communications. Inc.
Benhard. G. 1986. Atletik, Prinsip Dasar Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit dan Loncat Galah. (Saduran) Semarang : Dahara Prize.
Bompa. Tudor. O. 1980. Theory and Methodology of Training. Toronto : Kendall/Hunt Publishing Company.
Engkos Kosasih. 1985. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Erlangga.
Fox. 1984. Sport Physiology. Tokyo: Saunders College Publishing.
H.M. Yusuf Adisasmita. 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga kependidikan.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek - Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta : Dikti P2LPTK.
James C. Radcliffe dan Robert C. Farentinos. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power. Terjemahan M. Furqon H., dan Muchsin Doewes Surakarta : Program Studi Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Jarver, J. 2005. Atletik untuk Coach, Atlet, Guru Olahraga dan Umum. Bandung : Pionir Jaya.
Kirkendall, Don R., Gruber, Joseph J., and Johnson, Robert E. 1987. Measurement and Evaluation for Physical Educators. Illinois : Human Kinetics Publishers.
M. Sajoto. 1995. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik. Semarang : Dahara Prize.
Muhadjir. 2006. Pendidikan Jasmani untuk SMA. Jakarta : Erlangga
Nosseck Yosef. 1982. Coaching Training. Institut Nasional Olahraga Lagos : Pan African Press Ltd.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati. 1993. Pendidikan Atletik. Jakarta : Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjarwo. 1992. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas Maret.
Sugiyanto. 1991. Belajar Gerak. Surakarta : Depdikbud RI Universitas Sebelas Maret.
Suharno HP. 1985. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta : Yayasan STO.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta
Sutrisno Hadi. 1989. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Yoyo Bahagia, Ucup Yusup dan Adang Suherman. 2000. Atletik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes.
Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok (J.M. Ballesteros, 1979 : 54)
1. Tujuan : Untuk mengukur jauhnya lompatan
2. Alat : Lintasan awalan, bak pasir, roll meter, bendera kecil
3. Pelaksanaan : Siswa berdiri pada lintasan lari awalan dengan jarak ± 40 meter
dari balok tumpuan, kemudian berlari secepat-cepatnya dan
melakukan lompat jauh menggunakan gaya jongkok. Tes ini
dilakukan 3 kali lompatan diambil yang terjauh.
4. Penilaian : Semua hasil lompatan diukur dari bekas jatuhnya anggota badan
yang terdekat dengan balok tumpuan, dicatat dengan satuan
centimeter.
30 – 40 M
9-10 M
2,75 M 1 M
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Lampiran 2. Jadwal dan Program Latihan
Program Latihan Beban
Minggu Hari Repetisi Set Intensitas Recovery
I
1
2
3
12
12
12
3
3
3
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
II
1
2
3
12
12
12
3
3
4
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
III
1
2
3
12
12
12
4
4
4
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
IV
1
2
3
12
12
12
4
5
5
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
V
1
2
3
12
12
12
5
5
5
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
VI
1
2
3
12
12
12
6
6
6
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
Keterangan :
1. Latihan dilakukan sore hari pada pukul 15.00 – selesai
2. Peningkatan beban latihan pada repetisi sebesar 5 % tiap 5 kali pertemuan
3. Intensitas latihan 50% dari kemampuan maksimal tes pendahuluan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Program Latihan Pliometrik
Minggu Hari Repetisi Set Intensitas Recovery
I
1
2
3
12
12
12
3
3
3
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
II
1
2
3
12
12
12
3
3
4
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
III
1
2
3
12
12
12
4
4
4
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
IV
1
2
3
12
12
12
4
5
5
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
V
1
2
3
12
12
12
5
5
5
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
VI
1
2
3
12
12
12
6
6
6
50%
50%
50%
3 Menit
3 Menit
3 Menit
Keterangan :
1. Latihan dilakukan sore hari pada pukul 15.00 – selesai
2. Peningkatan beban latihan pada repetisi sebesar 5 % tiap 5 kali pertemuan
3. Intensitas latihan 50% dari kemampuan maksimal tes pendahuluan selama 30
detik