124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister Program Studi Ilmu Keolahragaan Diajukan oleh : SUKONO NIM: A. 120809126 PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

(Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump

pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Megister

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Diajukan oleh :

SUKONO NIM: A. 120809126

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

(Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump

pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta)

Disusun Oleh :

SUKONO NIM: A. 120809126

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing :

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan

Pembimbing I Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

...…………………

Pembimbing II Prof. Dr.. H. Muchsin Doewes, dr. AIFO.

..…………………

Mengetahui:

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Sugiyanto

NIP. 19491108 197609 1 001

Page 3: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Sukono

NIM : A. 120809126

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT

TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi

Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta), adalah betul-

betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut diberi tanda citasi

dan ditunjukkan pada daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Oktober 2011

Pembuat Pernyataan

Sukono

Page 5: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujaadalah : 11)

Page 6: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada :

Isteriku tercinta,

Anak-Anakku tersayang,

Saudara-saudaraku tersayang,

Almamaterku tercinta,

Page 7: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas hidayah dan rahmat-Nya, sehingga

penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis mengalami berbagai

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka berbagai

kesulitan dan hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini

diucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K). selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan bantuannya

3. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program

Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd. dan Prof. Dr. H. Muchsin Doewes, dr. AIFO.

sebagai Dosen Pembimbing tesis yang telah memberikan pengarahan, saran dan

masukan dalam menyusun tesis.

5. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta yang

telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

6. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta

atas kerelaan dan keikhlasannya menjadi sampel penelitian.

7. Teman-teman yang dengan suka rela telah membantu pelaksanaan penelitian.

8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan balasan-Nya kepada mereka dengan yang

lebih baik. Amin.

Surakarta, Oktober 2011 S.

Page 8: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................. v

PERSEMBAHAN .............................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

ABSTRAK ......................................................................................................... xv

ABSTRACT ......................................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 8

D. Perumusan Masalah ....................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

Page 9: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS .................................................... 12

A. Kajian Teori ................................................................................... 12

1. Lompat Jauh ............................................................................. 12

a. Komponen Teknik Lompat Jauh ......................................... 13

b. Analisis Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok .................. 25

c. Komponen Fisik Pada Lompat Jauh .................................... 28

d. Sistem Energi Pada Latihan Lompat Jauh .......................... 29

e. Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh .............................. 31

2. Latihan ..................................................................................... 32

a. Pengaruh Latihan Fisik........................................................ 34

b. Prinsip-Prinsip Latihan ....................................................... 36

c. Prosedur Pelatihan .............................................................. 41

d. Jenis-Jenis Latihan Fisik .................................................... 43

3. Latihan Pliometrik .................................................................... 45

a. Dasar Fisologis Latihan Pliometrik ...................................... 47

b. Prinsip-Prinsip Latihan Pliometrik....................................... 48

c. Komponen Latihan Pliometrik ............................................ 53

e. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik ..................................... 57

4. Latihan Pliometrik Double Leg Bound.................................... 59

a. Pelaksanaan Latihan Double Leg Bound ............................ 59

b. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Double Leg Bound .... 61

5. Latihan Pliometrik Depth Jump ............................................. 62

a. Pelaksanaan Latihan Depth Jump ....................................... 62

b. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Depth Jump .............. 63

6. Kekuatan Otot Tungkai ........................................................... 65

a. Macam-Macam Kekuatan .................................................. 65

Page 10: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan ................... 67

c. Kekuatan Tinggi dan Kekuatan Rendah.............................. 68

d. Peranan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan

Kemampuan Lompat Jauh ................................................. 68

B. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 70

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 71

D. Perumusan Hipotesis ..................................................................... 77

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 78

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 78

B. Metode dan Rancangan Penelitian ................................................. 78

C. Variabel Penelitian ......................................................................... 79

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 80

E. Populasi Dan Sampel. .................................................................... 81

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 83

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 85

BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 91

A. Deskripsi Data ............................................................................... 91

B. Pengujian Persyaratan Analisis ...................................................... 95

C. Pengujian Hipotesis ....................................................................... 96

D. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 100

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 106

A. Kesimpulan .................................................................................... 106

B. Implikasi ........................................................................................ 106

C. Saran .............................................................................................. 108

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 109

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................. 111

Page 11: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi ................................................ 43

Tabel 2. Volume Latihan Peliometrik Per sesi ............................................. 54

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Pliometrik Yang Dibandingkan 72

Tabel 4. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2 ............................................. 79

Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas ............................................................ 84

Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ..................................................... 84

Tabel 7. Analisis Variansi Dua Jalur ............................................................ 87

Tabel 8. Deskripsi Data Prestasi Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan

Penggunaan Metode Latihan Pliometrik dan Kekuatan Otot

Tungkai ........................................................................................... 91

Tabel 9. Nilai Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Masing-Masing Sel

(Kelompok Perlakuan) ................................................................... 93

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas .................................................. 96

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas .............................................. 97

Tabel 12. Ringkasan Nilai Rata-rata Prestasi Lompat Jauh Berdasarkan

Berdasarkan Jenis Metode Latihan Pliometrik Dan Kekuatan

Otot Tungkai .................................................................................. 98

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode

Latihan Pliometrik (A1 dan A2) .................................................... 98

Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kekuatan Otot

Tungkai (B1 dan B2) ........................................................................ 98

Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ............................... 99

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis

Varians ............................................................................................ 99

Tabel 17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor,

A dan B Terhadap Hasil Prestasi Lompat Jauh ............................... 104

Page 12: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pelaksanaan Awalan Lompat Jauh .............................................. 16

Gambar 2. Gerakan Menolak Pada Lompat Jauh ......................................... 19

Gambar 3. Lompat Jauh Gaya Jongkok Atau Sit Down In The Air .............. 21

Gambar 4. Lompat Jauh Gaya Gantung atau Hang Style ............................. 22

Gambar 5. Lompat Jauh Gaya Berjalan di Udara atau Walking In The Air .. 23

Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat Jauh Gaya Jongkok ............ 25

Gambar 7. Sudut Elevasi 45 Derajat ............................................................. 26

Gambar 8. Hasil Lompat Jauh ..................................................................... 27

Gambar 9. Letak Titik Berat Bedan Pada Saat Menolak .............................. 27

Gambar 10. Latihan Pliometrik Double Leg Bound ..................................... 60

Gambar 11. Latihan Pliometrik Depth Jump ................................................. 63

Gambar 12. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir

Prestasi Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan

Metode Latihan Pliometrik dan Kekuatan Otot Tungkai ............ 92

Gambar 13. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Prestasi Lompat

Jauh Pada Tiap Kelompok Perlakuan ........................................ 93

Gambar 14. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Prestasi

Lompat Jauh ............................................................................... 104

Page 13: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Program Latihan Pliometrik Dengan Double Leg Bound............ 112

Lampiran 2. Program Latihan Pliometrik Dengan Depth Jump ...................... 114

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan Tes ........................................................... 116

Lampiran 4. Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai ............................................... 118

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai Beserta

Klasifikasinya .............................................................................. 120

Lampiran 6. Data Tes Awal Lompat jauh ........................................................ 122

Lampiran 7. Data Tes Akhir Lompat jauh ....................................................... 123

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Kekuatan Otot Tungkai

Beserta Klasifikasinya.................................................................. 124

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Lompat Jauh

Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel

Ke Sel-Sel ................................................................................... 125

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Tes Awal Dan Tes Akhir Lompat Jauh

Kelompok 1 (Kelompok Metode Latihan Pliometrik Double

Leg Bound) ................................................................................. 126

Lampiran 11. Rekapitulasi Data Tes Awal Dan Tes Akhir Lompat Jauh

Kelompok 2 (Kelompok Metode Latihan Pliometrik Depth

Jump) .......................................................................................... 127

Lampiran 12. Uji Reliabilitas Dengan Anava ................................................... 128

Page 14: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Lampiran 13. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis

Varians ........................................................................................ 137

Lampiran 14. Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Homogenitas dan Analisis

Varians ....................................................................................... 138

Lampiran 15. Uji Normalitas Data Dengan Lilliefors ...................................... 139

Lampiran 16. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet ........................................ 143

Lampiran 17. Analisis Varians.......................................................................... 144

Lampiran 18. Hasil Uji Rata-rata Rentang Newman-Keuls ............................. 145

Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 146

Lampiran 20. Perijinan Penelitian ..................................................................... 149

Page 15: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK Sukono, NIM: A. 120809126, 2011. PERBEDAAN PENGARUH METODE

LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Latihan Pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta). Tesis: Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan

pliometrik double leg bound dan depth jump terhadap prestasi lompat jauh. (2) Perbedaan pengaruh kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah terhadap prestasi lompat jauh. (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh.

Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Populasi penelitian adalah mahasiswa putra Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga JPOK FKIP UNS Surakarta tahun akademik 2010/2011, dengan jumlah 66 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive random sampling, besar sampel yang diambil yaitu sebanyak 40 mahasiswa. Sampel terdiri dari 20 mahasiswa merupakan siswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan 20 mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Variabel yang diteliti yaitu variabel bebas terdiri dari dua faktor yaitu variabel manipulatif dan variabel atributif, serta satu (1) variabel terikat. Variabel manipulatif terdiri dari latihan pliometrik depth jump dan latihan pliometrik double leg bound. Variabel atributif terdiri dari kelompok sampel dengan kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu prestasi lompat jauh. Teknik pengumpulan data dengan tes dan pengukuran. Pengambilan data prestasi lompat jauh dengan tes lompat jauh. Pengambilan data kekuatan otot tungkai dilakukan dengan leg dynamometer. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis varians dan uji rentang Newman Keuls, pada taraf signifikansi 5%.

Kesimpulan: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan pliometrik double leg bound dan pliometrik depth jump terhadap prestasi lompat jauh. Pengaruh metode latihan pliometrik depth jump lebih baik dari pada pliometrik double leg bound. (2) Ada perbedaan prestasi lompat jauh yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan prestasi lompat jauh pada mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih baik dari pada yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. (3) Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh, (a) Latihan pliometrik double leg bound lebih cocok bagi sedangkan mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi, (b) Latihan pliometrik depth jump lebih cocok bagi sedangkan mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah. Kata Kunci: Metode Latihan Pliometrik, Depth Jump, Double Leg Bound, Kekuatan

Otot Tungkai, Prestasi Lompat Jauh

Page 16: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRACT

Sukono, NIM: A. 120809126. 2011. THE EFFECT OF PLYOMETRIC

TRAINING METHOD AND STRENGTH OF LEG MUSCLE TO THE ACHIEVEMENT OF LONG JUMP (Experiment Study Plyometric Training With Double Leg Bound and Depth Jump at Male Student Of Physial Education and Health Sebelas Maret University Of Surakarta). Thesis : The Major of Ilmu Keolahragaan, Post Graduate Sebelas Maret University Of Surakarta.

The aims of this research are to investige: (1) The Different of effect between plyometric training with double leg bound and depth jump to the achievement of long jump, (2) The different effect high-low level strength of leg muscle to the achievement of long jump, (3) Interaction effect between plyometric training method and strength of leg muscle to the achievement of long jump.

Research use experiment method with 2 x 2 factorial design. The research population is male student of Physial Education and Health Sebelas Maret University Of Surakarta Academic Years 2010/2011, there are 66 students. Sampling technique that used is purposive random sampling. Total sample which taken is around 40 students. The samples consist of 20 students who have high strength of leg muscle and 20 students who have low strength of leg muscle. The variable that researched is independent variable consist of two factor that are manipulative variable, attributive variable, and also one (1) dependent variable. Manipulative variable consist of plyometric training with double leg bound and depth jump. Attributive variable consist of groups of sample with high strength of leg muscle and low strength of leg muscle. Dependent variable of this research is achievement of long jump. Data collecting method with measurement test. The data collecting the achievement of long jump with long jump test. Data collecting of strength of leg muscle with leg dynamometer test. Data analysis technique in this research use analysis of varian test and span newman keuls at 5% level of significance.

Conclusions: (1) There was significant different between plyometric training method of double leg bound and depth jump to the achievement of long jump. Effect of depth jump is better than double leg bound. (2.) There was significant different between the student who has high strength of leg muscle and low strength of leg muscle to the achievement of long jump. Achievement of long jumps improved of students who have high strength of leg muscle better than students who have not. (3.) There was significant interaction effect between plyometric training method and strength of leg muscle to the achievement of long jump. (a.) Student who has high strength of leg muscle is compatible with double leg bound. (b) Student who has low strength of leg muscle is compatible with depth jump.

Key Word: Plyometric Training Method, Depth Jump, Double Leg Bound, Strength Of Leg Muscle, Achievement Of Long Jump

Page 17: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa,

khususnya pembangunan dalam bidang jasmani dan rokhani. Untuk mencapai hasil

pembangunan yang baik perlu adanya peningkatan sumber daya manusia. Demikian

pula halnya dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga, perlu adanya pembinaan

yang diawali dari pembibitan. Sebab prestasi yang maksimal sangat dipengaruhi oleh

bibit yamg unggul. Pencarian bibit-bibit olahragawan yang tepat adalah di sekolah-

sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Proses belajar mengajar, olahraga dipandang sebagai alat pendidikan yang

mempunyai peran penting terhadap pencapaian tujuan belajar mengajar secara

keseluruhan. Olahraga merupakan salah satu pelajaran yang wajib diajarkan disemua

jenjang pendidikan baik di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ataupun di

Perguruan Tinggi. Melalui pendidikan jasmani diharapkan dapat merangsang per-

kembangan dan pertumbuhan jasmani anak didik, merangsang perkembangan sikap,

mental, sosial, emosi yang seimbang serta keterampilan geraknya.

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) FKIP UNS

sebagai calon pendidik atau guru olahraga maupun pelatih, harus mampu mengajar

dan melatih secara profesional, mampu menerapkan metode mengajar atau melatih

yang baik dan tepat agar memperoleh hasil yang optimal. Perkembangan dan

Page 18: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kemajuan zaman menuntut tenaga pendidik dan pelatih memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang baik. Hal ini perlu disadari oleh mahasiswa JPOK bahwa dalam

upaya mengatasi permasalahan yang muncul dan keragaman jenis kebutuhan serta

peningkatan aspirasi masyarakat khususnya berkaitan dengan prestasi olahraga.

Salah satu cabang olahraga tersebut diantaranya adalah cabang atletik.

Cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa nomor. Nomor-nomor yang ada dalam

olahraga atletik meliputi jalan, lari, lompat dan lempar. Dari beberapa nomor tersebut

yang termasuk dalam nomor lompat salah satunya diantaranya adalah lompat jauh.

Untuk mendapatkan prestasi yang optimal dalam lompat jauh harus ditunjang

kernampuan fisik yang prima dan penguasaan teknik yang baik, karena tujuan utama

dalam melakukan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh-

jauhnya.

Kondisi fisik merupakan satu persyaratan yang sangat penting dan

diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Sajoto, M. (1995:8-10)

mengemukakan bahwa “Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari

komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan

maupun pemeliharaannya”. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik

maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, meskipun pengembangannya

dilakukan dengan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan. Unsur kondisi fisik yang

diperlukan dalam setiap cabang olahraga berbeda-beda. Oleh karena itu kondisi fisik

seorang atlet perlu ditingkatkan melalui latihan yang dilakukan secara sistematis,

ajeg dan kontinyu sehingga dapat menunjang tercapainya prestasi yang optimal.

Demikian pula halnya dengan nomor lompat jauh untuk dapat berprestasi secara

Page 19: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

maksimal, memerlukan hampir semua unsur kondisi fisik. Unsur-unsur atau

komponen kondisi fisik tersebut meliputi : “kekuatan, daya tahan, daya ledak,

kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan

kecepatan reaksi”.

Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dapat

dilakukan dengan menerapkan beberapa metode atau bentuk latihan yang berbeda,

sebagai upaya untuk memberikan variasi latihan dan untuk menghindari kejenuhan

atlet. Metode latihan merupakan suatu cara yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan seorang atlet. Seperti yang dikemukakan Nosseck, J.

(1982: 15) yang menyatakan bahwa “metode latihan merupakan prosedur dan cara-

cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan,

kompleksitas dan beratnya beban”. Dengan metode latihan yang baik dan bervariasi,

seorang atlet diharapkan dapat mencapai prestasi yang optimal.

Lompat jauh adalah suatu gerakan melompat mengangkat kaki keatas dan ke

depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang

di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada

satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Lompat jauh merupakan

perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan. Ada 4 (empat) tahapan gerakan

yang harus dikuasai oleh seorang pelompat, yaitu awalan, tolakan, saat melayang di

udara dan pendaratan. Keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan urutan rangkaian

gerak yang tidak terputus.

Awalan merupakan suatu gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk

mendapatkan kecepatan pada waktu melakukan tolakan. Awalan dalam lompat jauh

Page 20: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mendapatkan kecepatan yang setinggi-

tingginya sebelum kaki mencapai balok tumpuan. Tujuan awalan sebelum melompat

adalah untuk meningkatkan percepatan mendatar secara maksimal tanpa

menimbulkan hambatan sewaktu menolak.

Tolakan dalam lompat jauh memegang peranan penting, sehingga untuk

dapat melakukan gerakan tersebut dibutuhkan tungkai yang kuat agar dapat

mencapai ketinggian lompatan yang optimal. Tujuan dari tahap ini adalah untuk

merubah arah lari dengan mengangkat titik berat badan ke atas. Menurut Aip

Syarifuddin, (1992: 91) Gerakan tolakan harus dilakukan dengan tungkai yang kuat

agar tercapai tinggi lompatan yang cukup, tanpa kehilangan kecepatan maju.

Untuk mempertinggi lompatan yang cukup tanpa mengorbankan kecepatan,

maka sudut badan pada waktu menumpu tidak terlalu condong kedepan seperti pada

waktu lari cepat, tetapi juga tidak menengadah seperti saat menolak pada lompat

tinggi karena bisa menghambat jauhnya lompatan. Ada beberapa cara atau gaya pada

saat melayang di udara yang umum dilakukan, yaitu: a) Gaya Jongkok (sit down in

the air), b) Gaya Gantung atau (hang style), c) Gaya Berjalan di udara (walking in

the air). Keterampilan melayang di udara ditentukan oleh kemampuan melentingkan

tubuh dan menggunakan gaya sesaat di udara (Bernhard, G. 1993:95). Untuk dapat

melakukan gerakan melayang sesaat di udara dengan baik harus ditopang oleh daya

ledak otot tungkai yang tinggi. Sehingga dengan melakukan latihan yang terprogram

dengan baik, prestasi yang optimal tidak mustahil dicapai.

Dalam penelitian ini gaya yang dipakai adalah gaya jongkok, mengingat gaya

ini mudah dipelajari dan diberikan kepada mahasiswa JPOK FKIP UNS. Gaya

Page 21: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

jongkok dalam lompat jauh dilakukan dengan menggunakan kedua kaki dengan

posisi menyerupai orang yang sedang jongkok untuk mendapatkan dorongan badan

dalam pencapaian gerakan horizontal.

Mendarat merupakan kelanjutan dari rangkaian gerak yang penting untuk

mendapatkan momentum yang diperoleh dari awalan dan tolakan. Selanjutnya

gerakan yang masih biasa dilakukan oleh seorang pelompat ialah menjulurkan

tungkai kedepan sejauh mungkin dan menundukkan kepala, gunanya untuk

membantu titik berat badan maju ke depan. Salah satu prinsip yang harus dipahami

dalam mendarat adalah untuk mencapai sejauh mungkin jarak lompatan. Seorang

pelompat harus meraih jarak dengan lutut setiap inci yang dapat diraihnya, tetapi

raihan jangan terlalu jauh, karena dapat mengakibatkan hilangnya kontrol pada saat

akhir pendaratan.

Pada umumnya pelompat pemula dalam melakukan lompat jauh hasilnya

kurang optimal, sebagian besar disebabkan karena kesalahan teknik dan faktor fisik

yang kurang memadai. Untuk dapat melakukan lompat jauh dengan baik, diperlukan

suatu teknik atau metode latihan yang tepat serta dukungan kondisi fisik yang prima.

Sajoto, M. (1995) mengemukakan bahwa "Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang

sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat

dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi".

Kondisi fisik merupakan prasyarat penting untuk peningkatan prestasi atletik

khususnya lompat jauh.

Selama ini dalam pelaksanaan mata kuliah atletik khususnya nomor lompat

jauh di JPOK FKIP UNS, masih terbatas hanya bertumpu pada latihan fisik dan

Page 22: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

teknik secara umum. Keterbatasan waktu yang tersedia, dalam proses pembelajaran

juga menjadi permasalahan tersendiri yang menyebabkan prestasi lompat jauh yang

dicapai tidak maksimal. Sehingga diperlukan metode latihan yang bervariasi, yang

dapat meningkatkan kemampuan kondisi fisik mahasiswa secara spesifik khususnya

ditujukan pada power otot tungkai sebagai unsur fisik dominan yang diperlukan

untuk lompat jauh. Power merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang penting

untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Power adalah hasil gabungan antara

dua kemampuan, yaitu kekuatan dan kecepatan. Upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut diatas, diantaranya adalah dengan memberikan latihan yang

dapat meningkatkan kecepatan dan kekuatan atlet secara bersama-sama. Metode

latihan yang cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan tersebut diantaranya

adalah dengan latihan pliometrik.

Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:1), mengemukakan bahwa “Latihan

pliometrik merupakan salah satu metode latihan yang sangat baik untuk

meningkatkan eksplosif power”. Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi

yang sangat luas dalam berbagai kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan ini

sangat bermanfaat untuk meningkatkan power yang merupakan salah satu penentu

dari keberhasilan atlet dalam nomor lompat jauh. Sedangkan Chu, D. A. (1992: 1-3)

berpendapat bahwa latihan pliometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk

mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kekuatan dan

kecepatan merupakan komponen dalam kondisi fisik, yang sangat diperlukan dalam

nomor lompat jauh.

Page 23: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Agar latihan pliometrik untuk melatih lompat jauh dapat memberikan hasil

seperti yang diharapkan, maka latihan harus direncanakan dengan

mempertimbangkan aspek-aspek yang menjadi komponen-komponennya. Aspek-

aspek yang menjadi komponen-komponen dalam latihan pliometrik tidak jauh

berbeda dengan latihan kondisi fisik yang meliputi :” (1). Volume, (2). Intensitas

yang tinggi, (3). Frekuensi dan (4). Pulih asal”. (Chu, D. A. 1992:14). Latihan

pliometrik akan memberikan manfaat pada aspek yang dilatih jika dalam

pelaksanaan dan penerapannya dilakukan dengan tepat dan memenuhi prinsip-prinsip

latihan yang telah disarankan. Dalam menyusun program latihan pliometrik harus

memperhatikan pedoman-pedoman khusus yang mempengaruhi terhadap

keberhasilan latihan.

Latihan pliometrik memiliki beberapa tipe diantaranya yaitu bounding dan

depthh jump. Tiap tipe latihan pliometrik memiliki karakteristik yang berbeda,

sehingga dapat berpengaruh pada perbedaan efek terhadap tubuh yang berbeda.

Dalam penelitian ini jenis latihan yang akan dikembangkan adalah bentuk latihan

Double Leg Bound dan Depth Jump (Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C., 1985: 28,

45). Latihan tersebut, belum diketahui dengan pasti mana yang lebih efektif dan

memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan lompat

jauh sehingga dapat menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Untuk mengetahui

manakah bentuk latihan yang dapat memberikan pengaruh lebih baik dalam latihan,

perlu diteliti.

Latihan pliometrik yang diterapkan untuk mengembangkan power otot

tungkai pada pelompat jauh tentunya bersifat spesifik dan juga sesuai dengan

Page 24: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kemampuan pelompat sebelumnya. Unsur dasar pembentukan power adalah

kecepatan dan kekuatan. Kekuatan otot tungkai merupakan basis pembentukan

power otot tungkai. Unsur kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki sebelumnya

dapat berpengaruh terhadap hasil latihan pliometrik. Dalam memberikan latihan

pliometrik kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki pelompat harus diperhatikan dan

dikontrol. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka perlu dilakukan

penelitian mengenai Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Dan Kekuatan

Terhadap Prestasi lompat jauh Mahasiswa Putra Program Studi Penkepor JPOK

FKIP UNS Surakarta tahun akademik 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah muncul permasalahan-permasalahan mengenai

upaya meningkatkan prestasi olahraga, diantaranya adalah pemilihan jenis latihan

merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan suatu

latihan. Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi lompat jauh.

2. Perlunya pembibitan dan pembinaan untuk meningkatkan prestasi olahraga di

masa mendatang.

3. Perlunya peningkatan kekuatan, kecepatan dan power otot tungkai yang dimiliki

mahasiswa putra JPOK FKIP UNS.

Page 25: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

4. Perlunya metode latihan yang baik untuk peningkatan prestasi olahraga

khususnya nomor lompat jauh.

5. Metode latihan pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump akan

meningkatkan kekuatan otot-otot tungkai

6. Kekuatan dapat mempengaruhi baik tidaknya power yang dimiliki seorang atlet

7. Latihan pliometrik Double Leg Bound dan Depth Jump merupakan salah satu

bentuk latihan yang dapat digunakan untuk peningkatkan power otot tungkai

yang menunjang lompat jauh.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini terbatas pada:

1. Metode latihan yang tepat untuk meningkatkan prestasi lompat jauh.

2. Tinggi rendahnya kekuatan otot tungkai dapat mempengaruhi prestasi lompat

jauh.

3. Penerapan latihan pliometrik dan kekuatan terhadap prestasi lompat jauh.

4. Pengaruh latihan pliometrik dan tinggi rendahnya kekuatan otot tungkai terhadap

peningkatan kemampuan lompat jauh pada mahasiswa putra JPOK FKIP UNS

Surakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Page 26: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan pliometrik double leg bound dan depth jump

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa

putra JPOK FKIP UNS Surakarta?

2. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada

mahasiswa putra JPOK FKIP UNS Surakarta antara yang memiliki kekuatan otot

tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah?

3. Adakah pengaruh interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa

putra JPOK FKIP UNS Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini mempunyai tujuan

untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh latihan pliometrik double leg bound dan depth jump

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa

putra JPOK FKIP UNS Surakarta.

2. Perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa

putra JPOK FKIP UNS Surakarta antara yang memiliki kekuatan otot tungkai

tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah

3. Ada tidaknya interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada mahasiswa

putra JPOK FKIP UNS Surakarta.

Page 27: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1 Secara teoritik untuk penelusuran yang lebih mendalam mengenai variabel-

variabel pendukung yang turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa atau atlet

dalam meningkatkan prestasi lompat jauh melalui latihan plaiometrik.

2 Secara praktik dapat digunakan sebagai acuan, perlunya latihan bagi mahasiswa

atau atlet dalam rangka meningkatkan prestasi lompat jauh melalui latihan

pliometrik.

Page 28: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Lompat Jauh

Lompat jauh adalah salah satu nomor yang terdapat pada cabang olahraga

atletik. Lompat adalah istilah yang digunakan dalam cabang olahraga atletik yaitu

melakukan tolakan dengan satu kaki, baik untuk nomor lompat jauh, lompat jangkit,

lompat tinggi maupun lompat galah. Yusuf Adisasmita (1992:64) menyatakan bahwa

“lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Dalam

perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha melompat ke depan

dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat di bak lompat

sejauh-jauhnya”. Sedangkan menurut Aip Syarifudin (1992:90) lompat jauh adalah

“suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dan ke depan dalam upaya

membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang

dilakukan dengan cepat dan jelas melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk

mencapai jarak sejauh-jauhnya”. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman

(2000:15) mengemukakan bahwa, “tujuan nomor lompat jauh adalah memindahkan

jarak horizontal titik berat badan pelompat sejauh mungkin”.

Lompat jauh merupakan perpaduan antara lari dan lompatan atau tolakan.

Untuk dapat mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal harus memulai dengan

lari dengan kecepatan yang maksimal. Selanjutnya menolak dengan sekuat-kuatnya.

Karena, lari dengan kecepatan maksimal dan tolakan dengan kekuatan tinggi akan

Page 29: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

terdapat keuntungan berupa dorongan ke depan pada saat badan terangkat ke atas.

Tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh mungkin.

Untuk dapat mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya sangat diperlukan

penguasaan teknik dan kondisi fisik yang baik.

a. Komponen Teknik Lompat Jauh

Teknik merupakan unsur yang sangat penting yang harus dikuasai agar dapat

berprestasi dalam olahraga, termasuk lompat jauh.Teknik dalam lompat jauh

merupakan suatu rangkaian gerakan yang efektif mulai dari awalan, tolakan,

melayang sampai mendarat. Penguasaan teknik yang baik dapat memberikan

keuntungan dan terjadinya efisiensi serta efektifitas gerakan.

Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang terdiri dari awalan,

tumpuan, melayang di udara dan pendaratan. Seperti yang dikemukakan oleh Yusuf

Adisasmita (1992:65) yang menyatakan bahwa "Lompat jauh terdiri dari unsur-unsur

awalan, menumpu, melayang dan mendarat. Keempat unsur ini merupakan suatu

kesatuan, urutan lompat jauh yang tidak terputus". Sedangkan Tamsir Riyadi

(1985:95) mengemukakan bahwa "Tinjauan teknis pada lompat jauh meliputi 4

masalah yaitu, cara awalan, tumpuan, melayang di udara dan cara melakukan

pendaratan". Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman. (2000:16)

bahwa, “lompat jauh terdiri dari empat fase yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take

off), melayang di udara (flight), dan pendaratan (landing)”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dasar dalam lompat jauh

secara garis besar terdiri dari empat tahap, yaitu awalan (ancang-ancang), tolakan

Page 30: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(take off), melayang di udara dan pendaratan (landing). Gerakan-gerakan tiap fase

lompat jauh merupakan suatu rangkaian yang harus dilakukan secara harmonis, tidak

terputus-putus atau secara berurutan di dalam pelaksanaannya. Unsur-unsur teknik

lompat jauh tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Awalan

Awalan berfungsi untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada waktu akan

melompat. Tujuan dari awalan yaitu untuk mendapatkan kecepatan yang maksimal

pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimum untuk

melakukan tolakan. Jarver, J. (2005:34) mengemukakan bahwa "Tujuan awalan

adalah untuk meningkatkan percepatan horisontal secara maksimum tanpa

menimbulkan hambatan sewaktu take off". Awalan lompat jauh dilakukan dengan

berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan

untuk mendapatkan dorongan ke depan pada waktu melompat. Awalan lompat jauh

dilakukan dengan berlari secepat-cepatnya. Soegito (1992:36) berpendapat bahwa

"kecepatan waktu mengambil awalan untuk lompat jauh harus sama dengan lari jarak

pendek".

Tujuan awalan sebelum melompat adalah untuk meningkatkan percepatan

mendatar secara maksimal tanpa menimbulkan hambatan sewaktu menolak.

Pelompat harus lari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh dapat dicapai

sesaat sebelum salah satu kaki menumpu. Kecepatan yang tinggi dalam melakukan

awalan akan mendapatkan dorongan ke depan yang lebih besar saat badan melayang

Page 31: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

di udara. Kecepatan yang diperoleh disebut kecepatan horizontal yang sangat

berguna membantu daya ledak pada waktu melakukan tolakan ke depan atas.

Teknik awalan lompat jauh dilakukan dengan lari dimana frekuensi dan

panjang langkah harus konstan. Dengan tujuan agar kaki tumpu tepat menumpu pada

balok tumpuan tanpa mengurangi dan merubah langkah. Menurut Soegito (1992:36)

rangkaian cara dalam mengambil awalan sebagai berikut:

a. Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasi sejenak. b. Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap menuju balok tumpuan. c. Setelah ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada tumpuan

tanpa mengurangi kecepatan. d. Pada saat melakukan tumpuan, badan agak condong ke belakang.

Pada dasarnya pelompat jauh harus memperhatikan langkah awalan untuk

mendapatkan hasil tolakan yang baik. Pada langkah akhir setelah tumpuan (take off)

inilah, pelompat mendapatkan awalan yang baik. Untuk melatihnya, pelompat dapat

menggunakan tanda-tanda sebagai check mark. Melalui latihan ini, pelompat akan

terbiasa dengan irama langkah dan kecepatan langkahnya sebelum melakukan

tumpuan (take off). Gambaran selengkapnya mengenai awalan dalam lompat jauh

dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 32: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Gambar 1. Pelaksanaan Awalan Lompat Jauh (Jonath, U., Haag, E., & Krempel, R., 1987:41)

Panjang awalan harus diperhitungkan dengan cermat. Jarak awalan tidak

perlu terlalu jauh akan tetapi sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi

sebelum salah satu kaki menolak. Panjang awalan yang digunakan yaitu harus

memungkinkan pelompat dapat memperoleh kecepatan maksimal pada saat

melakukan tolakan. Jonath, U., Haag, E., & Krempel, R. (1987:197) mengemukakan

bahwa, "pada pelompat yang baik dari kelas senior, ancang-ancang itu sejauh 30

sampai 45 meter. Pelompat yang lebih lemah dan lebih muda mengambil ancang-

ancang lebih pendek". Jarak atau panjangnya awalan adalah sedemikian rupa

sehingga dengan jarak tersebut dapat memungkinkan untuk mendapatkan kecepatan

yang maksimal. Panjangnya awalan dalam lompat jauh yaitu kira-kira 30-45 meter

dari balok tumpuan.

Pelompat harus berlari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh

dapat dicapai sesaat sebelum salah satu kaki menumpu. Panjang langkah dan jumlah

Page 33: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

langkah serta kecepatan lari dalam pengambilan awalan harus selalu sama dan ajeg.

Menjelang 3 atau 4 langkah sebelum balok tumpu, dengan tanpa mengurangi

kecepatan seorang pelompat harus dapat berkonsentrasi untuk dapat melakukan

tumpuan dengan kuat.

Ancang-ancang dimulai dari pelan-pelan kemudian dinaikkan hingga

bertambah cepat. Tingkat kecepatan tergantung dari masing-masing kemampuan

atlet. Kecepatan tertinggi dalam awalan lompat jauh harus sudah dicapai tiga atau

empat langkah sebelum balok tumpu. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum

bertumpu itu dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak di balok tumpuan.

Agar dapat selalu bertumpu pada kaki tumpu yang tepat sebaiknya dalam

melakukan awalan menggunakan checkmark. Cara membuat checkmark yaitu,

berdiri membelakangi bak lompat, jadi menghadap ke jalur awalan kaki tumpu

diletakkan pada balok tumpuan, kemudian lari ke titik awalan.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan

kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar,

untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpu. Kalau langkah itu

diperkecil atau diperlebar maka dapat mengurangi kecepatan dan momentum untuk

melompat. Untuk dapat melakukan tolakan dengan tepat tanpa hambatan pelompat

dituntut untuk melakukan latihan pengambilan awalan secara berulang-ulang.

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan gerak lanjutan dari kecepatan lari yang maksimal.

Tumpuan lompat jauh adalah menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa

Page 34: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tumpuan ke depan atas yang

besar. Tumpuan menggunakan tungkai yang kuat, pada waktu menumpu badan

sedikit condong kebelakang. Tujuan gerakan tumpuan ini adalah untuk merubah

gerakan lari menjadi suatu lompatan.

Teknik bertumpu pada balok tumpuan harus dilakukan dalam tempo yang

cepat dan tepat. Di mana tumit bertumpu lebih dahulu baru diteruskan ke seluruh

telapak kaki dengan pandangan tetap ke depan. Teknik gerakan melompat dilakukan

dengan mengayunkan kaki setinggi mungkin ke atas agar seluruh badan terangkat ke

atas. Cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat. Tumit bertumpu terlebih

dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki. Pandangan mats harus tetap ke depan

agak ke atas, bukannya menunduk melihat balok tumpuan.

Pelompat jauh yang baik harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri

bahwa pada saat akan berkonsentrasi pada gerakan berikut yang harus

dilakukannnya, yaitu gerakan melayang di udara. Seperti yang dikemukakan Aip

Syarifuddin (1992:91) bahwa, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan

dari gerakan horizontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Di mana

sebelumnya si pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-

kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas

melayang di udara”.

Ketepatan seorang pelompat jauh dalam melakukan tumpuan atau tolakan

adalah memegang peranan yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan

lompatan pada lompat jauh. Menurut Jarver, J. (2005:36-37) pelaksanaan teknik

tumpuan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Page 35: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

a) Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi gerakan bersudut diperoleh dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off.

b) Pusat dari gaya si pelompat, harus langsung jatuh di atas papan begitu kaki yang akan take off menyentuhnya. Dan sekali lagi pada saat kaki terlepas dari board tadi.

c) Kaki yang akan take off diletakkan tepat di atas board dengan lutut sedikit ditekuk untuk mendapatkan kekuatan.

d) Gerakan ke depan dan ke atas dilakukan dengan sekuat tenaga, dibantu oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang digunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat.

e) Paling baik kalau sudut take off berkisar di bawah 30 derajat, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan horisontal dan gerakan membuat sudut tadi.

f) Lompatan yang lebih tinggi dapat diperoleh bila pelompat menurunkan panggulnya sejak dua langkah sebelum take off dan pada saat take off.

Pada saat bertolak, agar dapat mempertinggi lompatan yang cukup tanpa

mengorbankan kecepatan, maka sudut badan pada waktu menumpu tidak terlalu

condong ke depan seperti pada waktu lari cepat, tetapi juga tidak menengadah seperti

saat menolak pada lompat tinggi. Berat badan sedikit ke depan dengan gerakan tanpa

membantu menambah ketinggian dan pandangan ke depan. Pelaksanaan teknik

tumpuan lompat jauh dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Gerakan Menolak pada Lompat Jauh (IAAF, 2000:2)

3) Saat Melayang

Pada saat badan di udara diusahakan membuat gerakan sesuai dengan

kemampuan. Hal ini bertujuan menambah jarak jangkauan. Sikap pada saat

Page 36: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah

terangkat tinggi ke atas. Pada saat melayang, pelompat harus berusaha untuk

mempertahankan diri supaya tidak cepat jatuh ke tanah. Sehingga pada saat

melayang sangatliah diperlukan keseimbangan tubuh yang baik.

Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau

mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak

jangkauan lompatan. Salah satu upaya untuk mampu bertahan sesaat di udara,

tungkai yang ada di belakang diayun ke depan dengan maksimal. Jonath, U., Haag,

E., & Krempel, R. (1987:200) menyatakan bahwa, “Pada fase melayang bertujuan

untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”.

Ada beberapa teknik atau gaya lompat jauh yang dapat digunakan. Pengertian

gaya dalam lompat jauh menurut Yusuf Adisasmita (1992:68) mengemukakan

bahwa, "Gerakan sikap tubuh di udara (waktu melayang) inilah biasa disebut gaya

lompatan dalam lompat jauh". Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan gaya adalah posisi badan pelompat pada waktu melayang.

Dalam tahap melayang di udara yang penting bukan cara melayangnya tetapi

tetap terpelihara keseimbangan badan dan mengusahakan tahanan udara sekecil

mungkin sehingga menambah lamanya lompatan. Soegito (1992:39) menyatakan

bahwa “Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan melompat dilakukan dan badan

sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat itu keseimbangan harus dijaga jangan

sampai jatuh, bahkan kalau mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan

untuk menambah jauh jarak jangkauan, usaha ini disebut gaya”.

Page 37: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berbagai variasi teknik gerakan di udara dapat dilakukan oleh atlet. Sikap di

udara merupakan bagian yang paling menarik dari lompat jauh dan membedakannya

dengan cabang olahraga lainnya. Berdasarkan gerakan saat di udara, gaya dalam

lompat jauh dibedakan menjadi 3, yaitu : a) Gaya jongkok (sit down in the air), b)

Gaya gantung (schnepper), dan c) Gaya berjalan di udara (walking in the air).

Perlu untuk diketahui bahwa gaya dan gerakan yang dilakukan di udara bukan untuk

menambah jauhnya lompatan, akan tetapi hanya untuk menjaga keseimbangan dan

mempertahankan pada saat pelompat malayang di udara selama mungkin.

Sikap melayang di udara pada lompat jauh gaya jongkok yaitu seperti duduk

atau berjongkok di udara. Pelaksanaan teknik lompat jauh gaya jongkok menurut Aip

Syarifudin (1992:93) yaitu: “Pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan), keadaan

sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut

ditekuk kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke

depan, kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua

tangan ke depan”. Gaya jongkok dalam lompat jauh salah satu gaya yang digunakan

atlet dalam mencapai lompatan yang jauh dengan menggunakan kedua kaki jongkok

untuk mendapat dorongan badan dalam pencapaian gerakan horizontal.

Gambar 3. Lompat Jauh Gaya Jongkok Atau Sit Down In The Air (Bernhard, G. 1993:95)

Page 38: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Gaya Schnepper (hanging in the air) merupakan lompat jauh dengan sikap

pada saat melayang seolah-olah menggantung di udara dengan sikap perut

membusur. Sikap gantung tersebut dipertahankan sampai kira-kira pertengahan

melayang, sementara itu lengan berayun ke belakang sehingga sikap ini menyerupai

busur. Pendaratan dimulai dengan mengayun kaki bagian atas bersama-sama ke

depan dengan membungkukkan badan ke depan dan membawa ke dua lengan ke

depan. Gaya gantung merupakan salah satu gaya dari lompat jauh, yang mana atlet

melakukan gerakan menggantung di udara untuk memberikan ancang-ancang dalam

melakukan dorongan terhadap tubuh ke arah horizontal.

Gambar 4. Lompat Jauh Gaya Gantung atau Hang Style

(Carr, G. A., 1997:136)

Gaya berjalan jalan di udara merupakan gaya yang ketiga dalam lompat jauh

yang mana atlet dalam melakukan lompat jauh melakukan gerakan berjalan di udara

untuk mendapatkan daya dorong kearah horizontal. Tujuan dari ketiga gaya ini

adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin, selain itu untuk membawa

dan mempertahankan titik berat setinggi mungkin dan selama mungkin di udara

sesudah melakukan awalan tolakan.

Page 39: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Gambar 5. Lompat Jauh Gaya Berjalan di Udara atau Walking In The Air (Carr, G. A., 1997:137)

Gaya lompat jauh yang diambil dalam penelitian ini adalah gaya jongkok.

Gaya jongkok dipilih karena dari segi gerakan, gaya ini paling mudah dipelajari atau

dilakukan oleh pelompat pemula. Gaya jongkok adalah salah satu gaya yang

digunakan seorang atlet untuk mencapai lompatan sejauh-jauhnya, di mana posisi

badan atlet saat melayang di udara membentuk sikap membungkuk, seolah-olah

seperti orang yang sedang duduk.

4) Mendarat

Pada waktu badan akan mendarat kedua tungkai harus diluruskan ke depan

dan rapat, kedua lengan diayunkan ke depan bersamaan dengan membungkukkan

badan ke depan. Pada saat jatuh di bak lompat, diusahakn jatuh pada kedua ujung

kaki dan sejajar. Perlu dijaga dalam pendaratan jangan jatuh pada bagian pantat

terlebih dahulu. Setelah mendarat dengan segera tubuh dibawa ke depan, agar tidak

jatuh ke belakang. Soegito (1992:41) mengemukakan mengenai hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pendaratan sebagai berikut :

Page 40: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a) Pada saat badan akan jatuh di tanah lakukan gerakan pendaratan sebagai

berikut :

· Luruskan kedua kaki ke depan.

· Rapatkan kedua kaki.

· Bungkukkan badan ke depan.

· Ayunkan kedua tangan ke depan.

· Berat badan dibawa ke depan.

b) Pada saat jatuh di tanah atau mendarat

· Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar

· Segera lipat kedua lutut

· Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arch

belakang.

Pada lompat jauh, mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien

merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh pelompat. Mendarat dengan sikap

badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien.

Pada waktu mulai menyentuh tanah, kaki mengeper dan lengan diayun ke depan.

Pada prinsipnya pelaksanaan pendaratan adalah untuk menjaga agar badan

tidak jatuh ke belakang. Segera setelah kaki mendarat, menekuk (melipat) lutut untuk

mengurangi tekanan. Badan segera dibawa ke depan supaya tidak jatuh ke belakang.

Perlu juga diperhatikan bahwa, sesaat sebelum mendarat kedua kaki harus dijulurkan

ke depan untuk menambah jangkauan jarak lompatan. Seorang pelompat harus

meraih jarak dengan lutut setiap inci yang dapat diraihnya, tetapi raihan jangan

terlalu jauh, karena dapat mengakibatkan hilangnya kontrol pada saat akhir

pendaratan. Pelaksanaan teknik pendaratan tersebut secara lebih jelas dapat dilihat

pada gambar berikut :

Page 41: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat Jauh Gaya Jongkok (Soedarminto, 1992:12)

b. Analisis Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok, mengingat

gaya ini mudah untuk dipelajari. Gaya yang digunakan oleh pelompat dapat

diketahui pada saat pelompat melakukan gerakan melayang di udara, termasuk

diantaranya adalah gaya jongkok. Keterampilan melayang diudara ditentukan oleh

kemampuan melentingkan tubuh dan menggunakan gaya sesaat di udara (Bernhard,

G. 1993:98). Selanjutnya dikatakan bahwa untuk dapat melakukan gerakan melayang

sesaat diudara dengan baik harus ditopang oleh daya ledak otot tungkai yang tinggi.

Soedarminto (1992:36) menyatakan bahwa “Sudut yang paling baik saat melayang

diudara mengusahakan sudut titik berat pada awal 45 derajat, karena sudut yang

terbaik untuk mencapai jarak lompatan terjauh pada gerak parabola adalah 45

derajat”. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Page 42: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Gambar 7. Sudut Elevasi 45 Derajat

(Soedarminto, 1992:36)

Pada lompat jauh, jarak lompatan ditentukan oleh saat kaki menolak/papan

tolak sampai kaki jatuh di bak pasir. Tetapi kaki tidak mengikuti lintasan parabola

atau proyektil. Yang membuat lintasan parabola adalah titik berat badannya saat

menolak sampai saat mendarat. Saat menolak ada jarak antara ujung kaki dan titik

berat badannya, yaitu R1. Saat mendarat juga ada jarak antara titik berat badan dan

tumpuan kaki mendarat, yaitu R4. Jarak lompatan ditentukan oleh jumlah R1 + R2

+R3 + R4.

R1 : Jarak R1 ditentukan oleh panjang tungkai dan sudut tolakan tungkai α. R1 = d1

sin α , d1 adalah jarak dari t.b.b ke perpotongan garis vertikal dengan arah

tolakan kaki.

R2 : Jarak dari parabola dari t.b.b. yang sama datarnya.

R3 : Jarak dari parabola yang menurun. R2 dan R2 cara menghitungnya sama

seperti soalan V.

R4 : Jarak R4 ditentukan oleh jarak d2 (jarak dari t.b.b. ke tumit yang mendarat)

dan kecondongan tungkai yang mendarat (sudut B) R4 = d2 cos B.

Page 43: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Gambar 8. Hasil Lompat Jauh (Soedarminto, 1992:37)

Selanjutnya letak titik berat badan atau center of grafity seorang pelompat

jauh yang berada diatas titik sudut tolak, pelompat sulit untuk mencapai sudut

tolakan 45 derajat. Hasil penelitian di Australia seorang pelompat jauh hanya mampu

mencapai sudut elevasi lompatan hanya sebesar 25 derajat (Boosey, D., 1980). Hasil

penelitian di Amerika seorang pelompat jauh hanya mampu mencapai sudut elevasi

lompatan sebesar 40 derajat. Lebih jelasnya tentang letak titik berat badan dan

lintasan titik berat badan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 9. Letak Titik Berat Bedan Pada Saat Menolak

(Jonath, U., Haag A. & Krempel R., 1987)

Page 44: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Pada lompat jauh, parabola dari titik berat badan ditentukan kecepatan lari,

kekuatan tolakan dan sudut elevasi dari tolakan. Parabola ini tidak dapat diubah/

dipengaruhi oleh gerakan tambahan lengan atau kaki. Gerakan di udara hanya dapat

mengubah sikap badan. Perubahan dilakukan untuk kesetimbangan, aksi kontra, atau

recovery, atau untuk membuat sikap yang menguntungkan pada saat mendarat.

c. Komponen Fisik Pada Lompat Jauh

Komponen fisik merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk mencapai

prestasi pada cabang olahraga atletik, termasuk pada nomor lompat jauh. Kebutuhan

unsur kondisi fisik pada tiap cabang olahraga bersifat spesifik. Tiap nomor olahraga

memiliki kebutuhan fisik dominan yang berbeda, sesuai dengan karakteristik

olahraga tersebut. Berkenaan dengan unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk

lompat jauh, Jarver, J. (2005:32) mengemukakan bahwa, "Jauhnya lompatan

tergantung pada kecepatan lari, kekuatan dan percepatan pada saat take off

(memindahkan kecepatan horizontal ke gerakan bersudut)". Selain itu menurut

Jonath, U., Haag A., Krempel, R. (1987:197) bahwa "Sepertiga prestasi lompat jauh

tergantung pada tenaga loncat". Selanjutnya Tamsir Riyadi (1985:95)

mengemukakan bahwa, "unsur kondisi fisik yang harus dimiliki oleh pelompat jauh

antara lain daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi".

Tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan ke depan

(horizontal) yang sejauh mungkin. Hasil lompat jauh sangat tergantung pada

kecepatan ke depan (kecepatan horizontal) dan kecepatan vertikal (tolakan ke atas).

Kecepatan gerak ke depan ini sangat tergantung pada kecepatan lari yang dimiliki

oleh pelompat. Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat

sewaktu lari awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak.

Page 45: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Kecepatan lari seorang pelompat akan memberikan kontribusi yang positif untuk

memperoleh kecepatan horizontal sehingga mencapai hasil lompatan yang sejauh-

jauhnya.

Power otot merupakan perpaduan antara kecepatan dan kekuatan yang

berfungsi bersama-sama pada saat melakukan kerja. Kecepatan dan kekuatan

merupakan komponen fisik integral yang dibanyak diperlukan pada berbagai cabang

olahraga. Pada lompat jauh, power otot tungkai sangat besar peranannya untuk

memperoleh prestasi yang maksimal. Bahkan dapat dikatakan bahwa power otot

tungkai merupakan kondisi fisik utama untuk lompat jauh. Dengan otot tungkai yang

kuat akan berpengaruh terhadap daya eksplosif otot tungkai dalam tolakan guna

mendapatkan dorongan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan mereka yang

memiliki otot tungkai yang lemah.

Gerak explosive power dapat dilihat pada seseorang pelompat jauh saat

menolakkan kaki tumpu sekuat mungkin pada balok tumpu dalam waktu yang

singkat untuk dapat mengangkat tubuh naik ke depan secara parabola serta dapat

memperoleh jangkauan lompatan yang lebih jauh. Semakin besar daya ledak otot

tungkai saat melakukan tumpuan atau tolakan, maka akan memperoleh tekanan atau

tolakan yang sama besarnya dan perlawanan arahnya, sehingga dapat memperoleh

jarak lompatan yang lebih jauh.

d. Sistem Energi Pada Latihan Lompat Jauh

Otot merupakan salah satu alat tubuh yang menggunakan ATP sebagai

sumber energi untuk kepeluan aktivitas fisik. ATP paling banyak tertimbun dalam sel

otot, akan tetapi ATP yang tertimbun dalam otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu

sekitar 4-6 milimol/kg otot. ATP yang tersedia hanya cukup untuk aktivitas yang

Page 46: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

cepat dan berat selama 8-10 detik, pada aktivitas yang berlangsung lebih lama dari

waktu tersebut perlu dibentuk ATP kembali.

Kemampuan daya ledak dalam lompat jauh didukung oleh kontraksi dari otot

cepat dan penyediaan energi melalui proses anaerobik. Kapasitas penyediaan energi

aerobik sangat menentukan dalam gerakan-gerakan yang kuat dan cepat. Penyediaan

energi secara anaerobik meliputi sistem ATP-PC (Phospagen System) dan sistem

Glikolisis Anerobik (Lactid acid System).

1) Sistem ATP-PC

Apabila otot berkontraksi berulang-ulang, maka ATP harus dibentuk kembali.

Fox, E.L. (1984:14), menyatakan bahwa untuk pembentukan ATP yang cepat adalah

melalui proses pemecahan PC (Phosphate Creatin), karena PC merupakan senyawa

yang mengandung fosfat yang tertimbun di dalam otot seperti halnya ATP, maka

sistem ini juga disebut sistem Fosfagen.

Reaksi terjadi pemecahan ATP dan PC berlangsung cepat dan terjadi didalam

sel. Pada saat ATP digunakan maka PC segera terurai dan membebaskan energi,

sehingga terjadi resintesa ATP, ATP dipecah pada saat kontraksi otot berlangsung,

kemudian dibentuk lagi melalui ADP-Pi yang disebabkan oleh adanya energi yang

berasal dari pemecahan simpanan PC. Penyediaan ATP pada sistem ini hanya dapat

dipakai selama 3-8 detik (Soekarman, 1987:84). Secara singkat pembentukan energi

melalui sistemn ATP-PC dapat dilihat sebagai berikut :

PC Pi+C+Energi

Energi+ADPPi ATP

Page 47: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Keuntungan dari sistem ini adalah :

a) Tidak tergantung pada reaksi kimia yang lama

b) Tidak membutuhkan oksigen

c) ATP-PC tertimbun dalam mekanisme kontraktil otot

2) Sistem Glikolisis Anaerobik

Sistem ini sangat rumit bila dibandingkan dengan sistem ATP-PC. Proses

glikolosis anaerobik memerlukan 12 macam reaksi berurutan, sehingga pembentukan

energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan sistem ATP-

PC. Apabila ATP habis atau tidak terpenuhi lagi dari sistem fosfagen, selanjutnya

ATP dapat dibentuk kembali melalui pemecahan glikogen tanpa oksigen. Proses

pembentukan ini disebut dengan sistem glikolisis anaerobik (asam laktat). Adapun

ciri glikolisis anaerobik menurut Fox, E.L. (1984:11) adalah : (1) Terbentuknya asam

laktat, (2) Tidak membutuhkan oksigen, (3) Hanya mengggunakan karbohidrat, (4)

Memberikan energi untuk resintesa beberapa molekul ATP.

Olahraga yang membutuhkan kecepatan, pertama akan menggunakan ATP-

PC dan kemudian sistem Glikolisis anaerobik. Olahraga yang lamanya 1-3 menit,

energi yang digunakan terutama dari proses glikolosis anaerobik, karena dapat

memberikan ATP dengan cepat dibandingkan dengan sistem aerobik (Fox, E.L.,

1984:16).

e. Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh

Kemampuan lompat jauh merupakan pencapaian pelompat dalam melakukan

rangkaian gerakan lompat jauh (awalan, tolakan, melayang dan pendaratan) untuk

Page 48: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Indikator kemampuan lompat jauh adalah

capaian jarak yang dicapai dari balok tumpu hingga bekas pendaratan terdekat

dengan balok tumpuan. Kemampuan lompat jauh yang dimiliki pelompat dapat

ditingkatkan melalui latihan.

Peningkatan kemampuan lompat jauh dapat dicapai secara optimal jika latihan

yang dilakukan ditujukan pada komponen utama yang menentukan pencapaian

lompatan yang sejauh-jauhnya. Komponen utama dalam lompat jauh adalah

kemampuan fisik dan teknik. Pelatih dituntut dapat menyusun dan memberikan

program latihan untuk mengembangkan unsur fisik dan unsur teknik yang diperlukan

dalam lompat jauh secara terpadu.

Sesuai dengan prinsip kekhususan latihan, latihan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan lompat jauh harus pula bersifat khusus. Program latihan

yang disusun untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh harus sesuai dengan

karakteristik atau pola gerakan lompat jauh. Tanpa memperhatikan hal tersebut,

maka latihan yang dilakukan tidak akan efektif dan efisien. Bentuk dan metode

latihan yang digunakan juga harus bersifat khusus, yang dapat mengembangkan

unsur-unsur lompat jauh.

2. Latihan

Latihan adalah suatu proses yang harus dilalui seorang atlet untuk mencapai

prestasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga adalah melalui

latihan. Berkaitan dengan proses dan jangka waktu latihan, Nosseck, J. (1982:10)

menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses atau dengan kata lain periode

waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet tersebut mencapai

standar penampilan yang tinggi”. Menurut Harsono (1988:10) latihan adalah “Proses

Page 49: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

yang sistematis, berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban

latihan atau pekerjaan”. Latihan atau training adalah proses yang sistematis dari

berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah

jumlah beban latihan serta intensitas latihannya (Tangkudung, J., 2006:45). Latihan

merupakan suatu aktifitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama,

ditingkatkan secara progresif dan individual, yang mengarah pada ciri-ciri fungsi

fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan

(Bompa, T.O., 1990:2). Latihan merupakan suatu proses yang sangat kompleks, yang

diorganisir dan direncanakan secara sistematis, secara bertahap serta dilaksanakan

secara berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga.

Latihan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi olahraga meliputi

latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik dan latihan mental. Latihan fisik

merupakan salah satu unsur dari latihan olahraga secara menyeluruh. Latihan fisik

pada prinsipnya adalah memberikan tekanan fisik pada tubuh secara teratur,

sistematik, berkesinambungan sedemikian rupa sehingga meningkatkan kemampuan

melakukan kerja yang dituangkan dalam suatu program latihan yang akan

meningkatkan kemampuan fisik. Melalui latihan fisik, seseorang dapat meningkatkan

sebagian besar sistem fisiologis dan dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi

yang melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari dirinya. Latihan fisik merupakan

kegiatan fisik yang dilakukan secara sistematik, berulang-ulang dalam jangka waktu

yang panjang dengan peningkatan beban secara bertahap dan bersifat individual yang

bertujuan untuk membentuk kondisi fisiologis dan psikologis, sehingga dapat

melaksanakan tugas dengan baik.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode latihan fisik adalah suatu cara yang berbentuk aktivitas fisik yang dilakukan

secara sistematis, berulang-ulang secara terus menerus dengan penambahan beban

Page 50: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

latihan (over load principle) secara periodik yang dilaksanakan berdasarkan pada

intensitas, pola dan metode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi.

a. Pengaruh Latihan Fisik

Latihan yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta

menerapkan prinsip-prinsip latihan yang tepat akan menyebabkan terjadinya

perubahan terhadap tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk

melaksanakan kerja yang lebih berat. Menurut Foss, M.L. & Keteyian, S.J.

(1998:287) bahwa pengaruh atau efek latihan merupakan perubahan yang kronis

pada anatomi, morfologi, fisiologi, dan psikologi yang diakibatkan oleh kegiatan

latihan yang diulang-ulang. Adaptasi tubuh melalui training (latihan) bersifat

menyeluruh yang menyangkut aspek anatomis, fisiologis, biokimia dan psikologis.

Menurut Bompa, T.O. (1990:77) bahwa efek latihan sebagai akibat adaptasi tubuh

terhadap beban latihan. Tubuh beradaptasi terhadap sesuatu yang dilatih perlahan-

lahan, sesuai dengan peningkatan beban yang dilakukan secara bertahap.

Latihan yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang dapat

menyebabkan perubahan pada anatomi, morfologi, fisiologi dan neuromusculer.

Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam otot skelet sebagai akibat dari

latihan yang dilakukan berupa :

1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan Glikogen

66%.

2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat

3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil dan

tidak dapat ditentukan.

4) Aktivitas enzim daur Kreb’s mengalami sedikit peningkatan.

Page 51: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

5) Konsentrasi mitochondria tampak menurun karena akibat meningkatnya

ukuran myofibril dan bertambahnya cairan otot atau sarkoplasma.

Sedangkan perubahan fisiologis sebagai akibat dari latihan adalah sebagai berikut:

1) Perubahan biokimia dalam jaringan

2) Perubahan sistemik, yaitu perubahan sistem sirkulasi dan respirasi dan sistem

pengangkutan oksigen

3) Perubahan yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol dan

trigliserida, perubahan tekanan darah, perubahan oklimatisasi pada panas

(Fox, E.L., Bowers, RW. & Foss, M.L., 1988: 324).

Kegiatan fisik yang dilakukan secara teratur dan kontinyu dapat merangsang

kerja enzim di dalam tubuh dan merangsang pertumbuhan sel (hipertropi) otot

rangka. Otot yang terlatih pada umumnya menjadi lebih besar dan lebih kuat

daripada yang tidak terlatih. Akibat latihan cadangan energi di dalam otot juga dapat

meningkat. Menurut Foss, M.L. & Keteyian, S.J. (1998:289) bahwa latihan tidak

hanya meningkatkan cadangan ATP dan PC, tetapi juga mempertinggi kecepatan

pengisian kembali.

Latihan fisik juga dapat meningkatkan aktivitas enzim untuk metabolisme

energi baik secara aerobik maupun anaerobik. Foss, M.L. & Keteyian, S.J.

(1998:288) menyatakan bahwa latihan anaerobik dapat meningkatkan kemampuan

otot rangka. Perubahan yang terjadi pada otot ini sebagai hasil dari latihan anaerobik

mengarah ke meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC dan glikolisis anaerobik untuk

membangkitkan ATP. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan sistem ATP dan

PC dalam otot atau aktivitas enzim kunci yang teribat dalam sistem ATP-PC.

Latihan anaerobik dapat merubah beberapa enzim kunci pada sistem ATP-PC.

Pemecahan energi dengan sistem phosphagen menjadi lebih cepat dan efisien.

Page 52: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Phosphagen merupakan sumber energi untuk otot yang paling cepat tersedia. Sistem

phosphagen diperlukan untuk kerja otot secara maksimal dalam waktu yang singkat,

seperti pada saat lari cepat. Pemecahan ATP dipermudah oleh enzim yang disebut

ATPase, yang resintesisnya dipermudah oleh enzim myokinase (MK) dan creatine

phosphokinase (CPK). Enzim myokinase mengkatalisis reaksi yang terlibat dalam

pengisian kembali ATP-PC. Latihan tidak hanya meningkatkan cadangan ATP-PC,

tetapi juga mempertinggi kecepatan pengisian kembali ATP-PC di dalam otot.

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, maka program latihan

yang disusun harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara benar. Dengan

berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan maka program latihan dapat disusun.

Menurut Harsono (1988:102-112), prinsip-prinsip dasar latihan yang harus

diterapkan pada setiap cabang olahraga antara lain adalah, "(1) Prinsip beban lebih

(overload principle), (2) Prinsip perkembangan menyeluruh, (3) Prinsip spesialisasi,

dan (4) Prinsip individualisasi". Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford,

R.R. & Jarver, J. (1991:115-121) mengemukakan mengenai prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan dalam melakukan latihan sebagai berikut, "(1) Prinsip beban

lebih, (2) Prinsip pemulihan, (3) Prinsip kembali asal (reversibility), (4) Prinsip

kekhususan dan (5) Prinsip individualitas". Latihan olahraga yang dilakukan akan

mendapatkan hasil yang optimal jika dilakukan dengan prinsip-prinsip latihan yang

benar. Prinsip-prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Prinsip Beban Lebih (Overload Principle)

Prinsip beban lebih (Overload Principle) merupakan prinsip pokok dan dan

mendasar pada latihan olahraga. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika

Page 53: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mendapatkan beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya secara

teratur dan kontinyu. Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk berkontraksi

secara maksimal, sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan

mengembangkan kekuatan dan daya tahan (Bompa, T.O., 1990: 29).

Pate, R., Clenaghan, M.B. & Rotella, R. (1993:318) mengemukakan bahwa,

"sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang

melebihi dari apa yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari". Pembebanan

yang lebih berat dapat merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang dapat

mendorong peningkatan kemampuan otot atau tubuh. Dengan pembebanan yang

lebih berat dari sebelumnya tersebut, akan merangsang tubuh untuk beradaptasi

dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Seperti

dikemukakan Tangkudung, J. (2006:57) bahwa, ”Hanya melalui proses

overload/pembebanan yang selalu meningkat secara bertahap yang akan

menghasilkan overkompensasi dalam kemampuan biologis, dan keadaan itu

merupakan prasyarat untuk peningkatan prestasi”.

Peningkatan beban dilakukan secara progresif. Penggunaan beban secara

progresif adalah latihan yang dilakukan dengan menggunakan beban yang

ditingkatkan secara teratur dan bertahap sedikit demi sedikit. Melalui latihan yang

berulang-ulang yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu, serta adanya

peningkatan beban secara progresif, maka adaptasi tubuh terhadap training bersifat

kronis. Tubuh beradaptasi terhadap sesuatu yang dilatihkan perlahan-lahan, sesuai

dengan peningkatan bebannya yang dilakukan secara bertahap. "Adaptasi tubuh

Page 54: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

terhadap training (latihan) bersifat menyeluruh yang menyangkut aspek anatomis,

fisiologis, biokimia dan psikologis" (Bompa, T.O., 1990:77).

.

2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh

Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996:131) mengemukakan bahwa,

“Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada

interdepensi (saling ketergantungan) antara semua organ dan sistem tubuh manusia,

antara komponen-komponen biomotorik, dan antara proses-proses faali dengan

psikologis”. Perkembangan menyeluruh merupakan dasar-dasar yang kokoh dan

komplit, guna menunjang spesialisasi yang dipilih. Perkembangan menyeluruh

merupakan dasar (pondasi) bagi pelaksanaan program latihan setiap cabang olahraga.

Dengan demikian perkembangan menyeluruh harus diberikan kepada atlet-atlet

muda sebelum memilih spesialisasi dan dalam cabang olahraga tertentu dan

mencapai prestasi puncak. Harsono (1988:109) yang menyatakan bahwa, "secara

fungsional, spesialisasi dan kesempurnaan penguasaan suatu cabang olahraga

didasarkan pada perkembangan multilateral ini".

Kondisi fisik atlet merupakan satu kesatuan utuh dari berbagai komponen-

komponen yang ada. Pada akhirnya tujuan latihan adalah kemampuan yang bersifat

khusus sesuai olahraga yang dikembangkan, namun kemampuan yang bersifat

khusus tersebut harus didasari oleh kemampuan kondisi fisik yang baik secara

menyeluruh. Sebelum diberikan latihan secara khusus, unsur kondisi fisik atlet secara

menyeluruh harus dikembangkan.

3) Prinsip Pemulihan (Recovery)

Prinsip pemulihan sering juga disebut prinsip interval. Pemulihan diperlukan

setelah melakukan kerja dengan intensitas tinggi selama latihan. Dalam suatu latihan

Page 55: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

tubuh harus mendapat pulih asal yang cukup. Dengan pulih asal yang cukup, tubuh

akan siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Masa pemulihan

setelah latihan (exercise) merupakan suatu masa transisi dari tahap katabolik akut

yang terjadi selama kerja (latihan) ke tahap anabolik (Foss, M.L. & Keteyian, S.J. ,

1998:48). Pemulihan pada periode istirahat meliputi pemulihan oksigen dan

pemulihan energi. Pemulihan oksigen dan pemulihan energi berlangsung secara

serempak dan tidak dapat dipisahkan.

Selama periode interval kerja pada latihan interval anaerob terjadi pengurasan

energi ATP dan PC untuk kerja otot, sehingga terjadi hutang oksigen (oksigen debt)

dan hutang alactacid (alactacid debt) (Davis, D., Kimmet, T. & Auty, M., 1992:79).

Setelah latihan dengan intensitas tinggi pada durasi waktu yang lebih lama, akan

menimbulkan akumulasi LA di dalam darah dan otot. Pada aktivitas seperti akan

terjadi hutang lactacid (lactacid debt). Pada periode istirahat atau pemulihan,

kekurangan oksigen dan pengurasan energi di otot harus segera diisi kembali.

4) Prinsip Kekhususan (Spesialisasi)

Prinsip kekhususan dapat juga disebut Principle of Specifity. Pengaruh yang

ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi

fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang

ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang

besar terhadap komponen tersebut. Berdasarkan hal tersebut, agar aktivitas latihan itu

mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang dilakukan harus bersifat khusus,

sesuai dengan unsur kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan dikembangkan.

Page 56: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Menurut Bompa, T.O. (1990:34) bahwa, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam

spesialisasi yaitu "(1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik

cabang olahraga. dan (2) melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan

biomotorik khusus dalam olahraga". Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa,

"latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang

digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan".

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang

dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

Kekhususan tersebut yaitu menyangkut sistem energi serta pola gerakan

(keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang dikembangkan. Bentuk

latihan-latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut.

Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok otot yang dilatih harus

disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.

5) Prinsip Kembali Asal (Reversibility)

Kemampuan fisik seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah sesuai dengan

aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan latihan atau kegiatan fisik

dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa latihan

menyebabkan kemunduran kemampuan fisik. Menurut Soekarman (1987:60) bahwa,

setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali ke keadaan semula.

Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu.

Latihan fisik yang dilakukan seseorang harus dilakukan secara teratur dan

kontinyu. Prinsip keteraturan dan kontinyuitas latihan harus dipegang teguh oleh atlet

Page 57: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

maupun pelatih. Latihan yang teratur dan kontinyu, akan membawa tubuh untuk

dapat segera menyesuaikan diri situasi latihan. Dengan adaptasi tubuh terhadap

situasi latihan ini, maka kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan

rangsangan yang diberikan.

6) Prinsip Individual

Latihan merupakan masalah yang bersifat individual bagi setiap atlet. Manfaat

latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan

dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Faktor-faktor

karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan dalam menyusun dan memberikan

latihan. Pate, R., Clenaghan, M.B. & Rotella, R. (1993:318) manyatakan bahwa,

“Faktor umur, seks (jenis kelamin), kematangan, tingkat kebugaran saat itu, lama

berlatih, ukuran tubuh, bentuk tubuh dan sifat-sifat psikologis harus menjadi bahan

pertimbangan bagi pelatih dalam merancang peraturan latihan bagi tiap

olahragawan”.

Setiap atlet akan memberikan reaksi atau respon yang berbeda-beda terhadap

beban latihan yang sama yang diberikan. Penyusunan program latihan harus

dirancang dan dilaksanakan secara individual, agar latihan tersebut menghasilkan

peningkatan prestasi yang cukup baik. Sangat bijaksana jika pelatih memberikan

latihan kepada atletnya secara individu.

c. Prosedur Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, dimana

pelatihan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pemanasan, pelatihan inti dan pelatihan

Page 58: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

penutup. Hal-hal tersebut di atas sangat penting dalam menyusun program latihan

suatu cabang olahraga, sehingga usaha latihan untuk meningkatkan dari maksimal ke

super maksimal dapat terwujud tanpa merugikan atlet karena terjadinya cedera. Fox,

E.L., Bowers, RW. & Foss, M.L. (1988) menyatakan bahwa “Otot yang dilatih

secara teratur dengan dosis dan waktu yang cukup, akan menyebabkan terjadinya

perubahan-perubahan secara fisiologis yang mengarah pada kemampuan

menghasilkan energi yang lebih besar dan dapat memperbaiki penampilan fisik”.

Fox, E.L., Bowers, RW. & Foss, M.L. (1988:27) menambahan bahwa

”prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang

dipakai untuk melakukan aktivitas dan kemudian melalui prinsip overload,

disusunlah suatu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi khusus

tersebut”.

Menurut Fox, E.L. (1984: 34-36 ), sistem energi berdasarkan waktu

penampilan olahraga secara umum dibedakan menjadi 4 (empat) bidang, yaitu :

1) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC, contoh olahraganya adalah lari 100 m, pukulan dalam tenis dan golf, gerakan lari pemain sepakbola.

2) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 30 detik sampai 1 ½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC dan asam laktat, contoh olahraganya adalah lari 200 meter dan 400 meter, renang gaya bebas 100 meter

3) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 1 ½ menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat dan Oksigen, contoh olahraganya adalah lari 800 meter dan 1500 meter, renang gaya bebas 200 dan 400 meter, nomor-nomor senam, tinju (3 menit tiap ronde ) dan gulat (2 menit tiap babak)

4) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Contoh olahraganya adalah lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging.

Page 59: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Berdasarkan pendapat di atas, lompat jauh merupakan olahraga yang masuk

pada bidang I, karena lompat jauh menggunakan power otot tungkai maksimal dalam

waktu yang singkat (pada saat gerakan menolak) dan gerakan selanjutnya juga sangat

cepat, sehingga sistem energi utama untuk lompat jauh adalah ATP-PC. Konsentrasi

ATP-PC yang dibutuhkan untuk lompat jauh adalah 100 %.

Sedangkan karakteristik umum dari sistem energi tersebut, dapat dilihat

dalam tabel dibawah ini :

Tabel 1. Karakteristik Umum Sistem Energi

Sistem ATP-PC Sistem Lactid Acid Sistem Oksigen

Anaerobik (tanpa oksigen) Anaerobik Aerobik

Sangat cepat Cepat Lambat

Bahan bakar kimia : PC Bahan bakar makanan :

Glikogen

Bahan bakar makanan :

glikogen dan protein

Produksi ATP sangat

terbatas

Produksi ATP terbatas Produksi ATP tidak

terbatas

Penyimpanan /

penimbunan di otot

terbatas

Dengan memproduksi

Lactid Acid menyebabkan

kelelahan otot

Dengan memproduksi,

tidak melelahkan

Menggunakan aktivitas

lari cepat atau berbagai

power yang tinggi, waktu

aktivitasnya pendek

Menggunakan aktivitas

dengan lama antara 1 – 3

menit

Menggunakan daya tahan

atau aktivitas dengan

durasi panjang

(Dikutip dari Fox, E.L.,1984:22)

d. Jenis-Jenis Latihan Fisik

Latihan fisik mempunyai tujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam gerakan,

agar gerakan-gerakan yang semula sulit dilakukan menjadi semakin mudah dan

Page 60: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

terjadi otomatisasi gerakan sehingga dalam penggunaan energi dapat dihemat.

Tujuan latihan adalah dalam rangka mencapai tujuan utama latihan yaitu puncak

penampilan prestasi yang lebih baik (Bompa, T.O.; 1990:3-5). Disamping itu latihan

fisik juga bertujuan untuk :

1) Meningkatkan perkembangan fisik secara umum

2) Mengembangkan fisik secara khusus sesuai dengan tujuan olahraga tertentu

3) Menyempurnakan teknik olahraga tertentu (Bompa, T.O.; 1990:45).

Latihan fisik dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Latihan aerobik

2) Latihan anaerobik

3) Latihan beban (weight training)

Perbedaan dari ketiga jenis latihan tersebut adalah pada jenis latihan dan

sistem energinya. Latihan aerobik biasanya untuk latihan ketahanan atau daya tahan.

Latihan ini masuk pada kategori latihan dengan sistem energi bidang 4, yaitu semua

aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit dan sistem energi

utama yang terlibat adalah Oksigen. Latihan aerobik digunakan untuk melatih

olahraga seperti lari marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging.

Latihan anaerobik masuk pada bidang 1, yaitu semua aktivitas yang

memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang

terlibat adalah ATP-PC. Latihan anaerobik biasanya untuk melatih power, kecepatan

dan kelincahan. Salah satu jenis latihan anaerobik adalah Latihan Plaiometrik.

Latihan plaiometrik merupakan salah satu latihan yang bertujuan untuk

Page 61: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

meningkatkan power, sehingga latihan plaiometrik biasanya bersifat latihan yang

cepat dengan banyak pengulangan pada gerakannya.

Latihan beban (weight training) merupakan latihan fisik dengan bantuan alat

berupa besi yang merupakan beban, yang khusus ditujukan untuk meningkatkan

kekuatan dan ketahanan otot guna membantu kemajuan penampilan seseorang.

Latihan beban sistem energinya tergantung pada jenis latihan beban yang akan

dilakukan, misalnya untuk melatih kekuatan maksimal, latihan beban dilakukan

dengan intensitas maksimal, sedikit pengulangan gerakan namun bebannya

maksimal, sistem energi latihan ini adalah ATP-PC dan asam laktat.

Berdasarkan jenis-jenis latihan fisik diatas, penelitian ini menggunakan

latihan pliometrik karena latihan pliometrik bermanfaat untuk meningkatkan power

otot tungkai yang sangat diperlukan dalam lompat jauh.

3. Latihan Pliometrik

Kecepatan dan kekuatan merupakan komponen fitness integral yang diperlukan

pada berbagai cabang olahraga. Kombinasi kecepatan dan kekuatan tersebu bekerja

secara bersama-sama yang disebut dengan power. Pelatih dan atlet berusaha

meningkatkan power agar dapat meningkatkan penampilannya. Metode latihan yang

sangat efektif untuk meningkatkan power atau daya ledak adalah latihan pliometrik.

Latihan pliometrik merupakan salah satu metode yang sangat baik untuk

meningkatkan eksplosive power (Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C., 1985:1).

Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan

Page 62: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk

meningkatkan power, baik siklik maupun asiklik.

Plyometrics berasal dari bahasa latin "plyo” dan "metrics" yang berarti

"measurable increases " atau peningkatan yang terukur. Tipe kerja latihan pliometrik

yaitu dengan adanya kontraksi-kontraksi otot yang dilakukan dengan cepat dan kuat.

Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:2) bahwa, "pliometrik mengacu

pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat sebagai

respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot-otot yang

terlibat". Latihan pliometrik mula-mula dirintis oleh atlet atletik Eropa bagian timur

dan utara tahun 1920-an dan 1930-an, dengan menggunakan "Jump Training"

sebagai bagian dari latihan mereka. Apakah mereka mengetahui pliometrik atau

tidak, yang pasti kini 'jumps ", "rope jumps ", 'jump in place ", "standing jumps ",

multiple jumps " dan "dept jumps adalah bentuk latihan pliometrik.

Latihan pliometrik merupakan metode latihan yang dikembangkan untuk

mengembangkan eksplosif power. Maksud pliometrik adalah membangun tenaga

yang luar biasa besar dalam waktu yang sangat pendek. Pliometrik merupakan satu

cara terbaik jika tak ada jalan lain untuk meningkatkan power (Alex Meiliunas,

2010). Menurut Chu, D. A. (1992:1) bahwa, "pliometrik adalah latihan yang

dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan

perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan". Perpaduan antara kecepatan dan

kekuatan merupakan perwujudan daya ledak. Pliometrik merupakan metode latihan

yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (eksplosif power).

Sesuai dengan tipe kerja pliometrik, latihan ini dikembangkan dengan tujuan

untuk meningkatkan power. Menurut Chu, D. A. (1992:1) bahwa, "pliometrik adalah

latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang

Page 63: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan". Oleh karena itu pliometrik

merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan daya

ledak (eksplosif power). Tujuan latihan pliometrik yaitu meningkatkan kemampuan

atlet untuk menjadi lebih bertenaga dan lebih cepat. Logikanya, kemampuan atlet

yang lebih tinggi dimulai dengan menghasilkan tenaga maksimal dan kekuatan

maksimal, selanjutnya dapat diubah menjadi sport-specific power (www.sport-

fitness-advisor.com).

a. Dasar Fisologis Latihan Pliometrik

Tipe kerja latihan pliometrik yaitu cepat dan eksplosif. Gerakan-gerakan yang

dilakukan bersifat reflek dan reaktif. Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:9)

menyatakan bahwa, "dasar-dasar proses gerak sadar maupun tak sadar yang terlibat

dalam pliometrik adalah apa yang disebut refleks peregangan (stretch reflex), juga di

sebut refleks spindle atau refleks miotatik". Dasar dari kerja pliometrik adalah apa

yang disebut Stretch Reflex. Pliometrik dapat membantu power dalam siklus

peregangan dan pemendekan (kontraksi) dari otot atau kelompok otot (Alex

Meiliunas, 2010)

Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J.

(1991:144) menyatakan bahwa, “Latihan dan drill pliometrik didasarkan pada

prinsip-prinsip peregangan pendahuluan (pra-peregangan) otot yang terlibat pada

saat tahap penyelesaian atas respon untuk penyerapan kejutan dari tegangan awal

yang dilakukan otot sewaktu pendaratan”. Pliometrik memberikan latihan yang

memungkinkan otot meraih tenaga maksimal dalam waktu yang sangat pendek. Otot

mendapat beban dengan melakukan gerakan eccentric dalam waktu yang panjang

Page 64: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dan selanjutnya dengan segera melakukan gerakan concentric dalam waktu yang

pendek (www.sport-fitness-advisor.com).

Gerakan pada latihan pliometrik adalah cepat dengan adanya peregangan

yang dilakukan secara cepat pula. Ciri khas dari latihan pliometrik adalah adanya

peregangan pendahuluan (pre-stretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat

melakukan kerja. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliometrik

merupakan latihan yang menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan

dalam latihan pliometrik adalah cepat, kuat, eksplosif dan reaktif. Tipe-tipe seperti

ini merupakan tipe dari kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan pliometrik

merupakan latihan yang sangat cocok untuk meningkatkan daya ledak (power).

b. Prinsip-Prinsip Latihan Pliometrik

Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan

fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk

latihan pliometrik. Latihan pliometrik juga mengikuti prinsip khusus. Prinsip-prinsip

latihan yang diterapkan pada latihan pliometrik, antara lain, "(a) memberi regangan

(stretch) pada otot, (b) beban lebih yang meningkatkan (progresive overload), (c)

kekhususan latihan dan (d) pulih asal".

1) Memberi Regangan (Stretch) Pada Otot

Ciri khas latihan pliometrik adalah adanya regangan otot yang dilakukan

dengan cepat sebelum berkontraksi melawan beban. Tujuan dari pemberian regangan

yang cepat (segera) pada otot-otot sebelum melakukan kontraksi (gerak), secara

Page 65: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

fisiologis untuk, (1) memberi panjang awal yang optimum pada otot, (2)

mendapatkan tenaga elastis dan (3) menimbulkan refleks regang.

Gerakan pliometrik didasarkan pada kontraksi refleks dari serabut-serabut

otot dengan pembebanan yang cepat yang didahului dengan peregangan otot secara

cepat pula. Dengan adanya regangan otot sebelum berkontraksi dapat memberikan

stimulasi pada sistem neuromuskuler dan meningkatkan refleks peregangan dinamis

pada otot. Pada semua gerakan latihan pliometrik meliputi 3 tahapan. Tahan pertama

yaitu pre-stretch atau gerakan eksentrik otot. Disini energi elastic dibangkitkan dan

disimpan. Tahap kedua yaitu waktu diantara akhir pre-stretch dan mulai gerakan

konsentrik otot. Ini periode perubahan yang singkat dari peregangan menuju

kontraksi yang disebut amortizationphase. Pada fase yang pendek ini, tenaga

kontraksi berikutnya dapat dibangkitkan. Tahap ketiga dan tahap akhir kontraksi

otot. Pada latihan gerakan atlet diharapkan lompatan dan lemparan yang penuh

tenaga. Tahap ketiga ini biasa disebut stretch-shortening cycle. Pada kenyataannya

pliometrik dapat juga disebut latihan stretch-shortening cycle (www.sport-fitness-

advisor.com).

2) Beban Lebih Yang Meningkat (Progresive Overload)

Latihan, termasuk latihan pliometrik haruslah diberikan berdasarkan prinsip

overload. Prinsip overload tersebut menjamin beban makin meningkat, yang

diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Kemampuan atlet hanya akan

meningkat jika beban latihan lebih berat dari beban yang diterima sebelumnya.

"Sebagian besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang

Page 66: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

melebihi dari apa yang biasa dijumpai dari biasanya" (Pate, R., Clenaghan, M.B. &

Rotella, R., 1993:318).

Melalui latihan yang berulang-ulang yang dilakukan secara sistematis, teratur

dan kontinyu, serta adanya peningkatan beban secara progresif, maka adaptasi tubuh

terhadap training bersifat kronis. Tubuh beradaptasi terhadap sesuatu yang dilatihkan

perlahan-lahan, sesuai dengan peningkatan bebannya yang dilakukan secara

bertahap. "Adaptasi tubuh terhadap training (latihan) bersifat menyeluruh yang

menyangkut aspek anatomis, fisiologis, biokimia dan psikologis" (Bompa, T.O.,

1990:77).

Setelah melakukan latihan beberapa kali, tubuh akan beradaptasi terhadap

beban yang diatasinya. Jika beban latihan telah mencapai suatu kriteria tertentu,

tubuh akan makin terbiasa dengan beban tersebut dan apabila beban itu tidak

dinaikkan, maka kemampuannya tidak bertambah. Oleh karena itu beban latihan

harus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan perkembangan tubuh.

Peningkatan beban latihan dilakukan secara progresif. Yang dimaksud

dengan peningkatan beban secara progresif adalah peningkatan beban secara teratur

dan bertahap sedikit demi sedikit. Soekarman (1987:60) menyatakan bahwa :

"Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai maksimum.

Dan jangan berlatih melebihi kemampuan". Dengan pemberian beban yang

dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya

akan memberikan efektifitas kemampuan fisik. Peningkatan beban latihan harus tepat

disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi

setahap. Pelatih harus cermat dalam memperhitungkan penambahan beban yang akan

Page 67: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

diberikan. Harus diperhatikan bahwa perlu dihindari pemberian beban yang

berlebihan. Pemberian beban yang berlebihan dapat berakibat buruk bagi

olahragawan itu sendiri.

Pembebanan dalam latihan pliometrik memiliki ciri-ciri yang bersifat khusus.

Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:17) bahwa, "program latigan

pliometrik harus diberikan beban lebih dalam hal tahanan atau beban (resistif),

kecepatan (temporal) dan jarak (spasial)". Peningkatan beban latihan pliometrik

dapat dilihat dari beban yang digunakan, kecepatan gerak dan jarak tempuh.

3) Kekhususan Latihan

Prinsip kekhususan latihan dapat juga disebut prinsip spesialisasi. Pengaruh

yang ditimbulkan akibat latihan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik

kondisi fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Prinsip dasar

program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk

melakukan suatu aktivitas. Dan kemudian, menyusun satu program latihan yang akan

mengembangkan sistem energi yang khusus. Dalam hal ini Soekarman (1987:60)

mengemukakan bahwa, "latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau

sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan". Latihan

pliometrik harus menerapkan prinsip kekhususan, yakni : (1) khusus terhadap

kelompok otot yang dilatih atau kekhususan neuromuscular, (2) khusus terhadap

sietem energi utama yang digunakan dan (3) khusus terhadap pola gerakan latihan.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, program latihan yang

dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

Page 68: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Kekhususan tersebut yaitu menyangkut kelompok otot utama yang digunakan, sistem

energi serta pola gerakan (keterampilan) yang sesuai dengan nomor olahraga yang

dikembangkan. Bentuk latihan-latihan yang dilakukan harus bersifat khas sesuai

cabang olahraga tersebut. Baik pola gerak, jenis kontraksi otot maupun kelompok

otot yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga yang dikembangkan.

Program latihan yang disusun untuk meningkatkan power otot tungkai, juga

harus bepegang teguh pada prinsip kekhususan latihan ini. Baik pola gerak, jenis

kontraksi otot, kelompok otot yang dilatih dan sistem energi yang dikembangkan

dalam latihan tersebut harus sesuai dengan karakteristik daya ledak otot tungkai. Jika

latihan yang dirancang tersebut meperhatikan prinsip ini, maka latihantersebut akan

lebih efektif, sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.

4) Pulih Asal

Suatu yang juga sangat penting yang harus diperhatikan dalam melakukan

latihan adalah pemulihan (pulih asal). Prinsip pemulihan sering juga disebut dengan

recovery atau sering pula disebut prinsip interval. Dalam suatu latihan tubuh harus

mendapat pulih asal yang cukup. Lama waktu pulih asal untuk latihan power,

menurut Chu, D. A. (1992:14) yaitu, "menggunakan rasio antara kerja dan istirahat 1

: 5 sampai 1 : 10".

Dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan siap kembali untuk

melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya. Jika tidak ada waktu pemulihan yang

cukup, atlet akan mengalami kelelahan yang berat dan akibatnya penampilannya

akan menurun. Penggunaan prinsip interval ini cukup besar manfaatnya dalam proses

Page 69: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

pelaksanaan latihan. Manfaat prinsip interval ini antara lain untuk: (a) Menghindari

terjadinya overtraining, (b) Memberikan kesempatan organisme atlet untuk

beradaptasi terhadap beban latihan, dan (c) Pemulihan tenaga kembali bagi atlet

dalam proses latihan.

Cedera dalam latihan sering terjadi karena adanya pembebanan yang berat

dan dilakukan secara terus-menerus. Dengan interval istirahat yang cukup akan dapat

memberikan kesempatan pada tubuh untuk istirahat, sehingga dapat menghindari

terjadinya cedera. Interval yang cukup juga dapat memberikan kesempatan tubuh

untuk beradaptasi terhadap beban latihan, sehingga dapat diperoleh superkompensasi

yang baik. Oleh karena itu, prinsip pulih asal ini harus diterapkan dalam latihan.

c. Komponen Latihan Pliometrik

Latihan dapat efektif jika mengandung komponen-komponen latihan yang

diperlukan secara memadai. Komponen-komponen latihan meliputi, volume,

intensitas dan densitas. Bompa, T.O. (1990:77) menyatakan bahwa, efisiensi dari

suatu kegiatan (latihan) merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang

ditempuh dan jumlah pengulangan (volume); load (beban), dan velocity (kecepatan)

(intensitas); serta frekuensi penampilannya (density).

1) Volume

Volume latihan merupakan jumlah kerja yang dilakukan selama satu sesi

latihan atau selama fase latihan (Bompa, T.O., 1990:77). Sebagai komponen latihan,

volume merupakan prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang

tinggi, taktik dan khususnya pada pencapaian fisik. Bompa, T.O. (1990:77)

Page 70: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

menjelaskan bahwa, volume latihan melibatkan beberapa bagian secara integral

sebagai berikut: (1) Waktu atau jangka waktu yang dipakai dalam latihan, (2) Jarak

atau jumlah tegangan yang dapat dilakukan/diangkat per satuan waktu, (3) Jumlah

pengulangan bentuk atau elemen teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu.

Volume latihan adalah jumlah kerja secara keseluruhan yang dinyatakan

dengan satuan jarak, waktu, berat dan jumlah pengulangan bentuk latihan yang

dilakukan selama satu sesi latihan atau selama fase latihan. Volume beban latihan

untuk satu sesi program latihan pliometrik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Volume Latihan Peliometrik Per sesi

(www.sport-fitness-advisor.com)

Total volume latihan yang disarankan untuk pemula yaitu dengan lompatan

(kontak landasan) 80 – 100 kali, untuk tingkat menengah 100 – 120 kali, untuk

tingkat lanjut 120 – 140 kali. Total volume latihan ini diurikan ke dalam repetisi dan

set. Penentuan jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan dalam latihan, harus

ditentukan dengan tepat. Penentuan set dan repetisi pada latihan pliometrik, menurut

Bompa, T.O. (1994:44) yaitu dengan jumlah repetisi "3-25, sedangkan jumlah setnya

yaitu 5-15". Adapun istirahat antar setnya yaitu "3-5 menit". Menurut Harre,

D(1982:116), ”untuk meningkatkan daya ledak adalah dengan berat beban 30%-50%

atau 60%-70%, ulangan 6-10 kali, set 4-6 kali, istirahat 2-5 menit, irama eksplosif”.

Page 71: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. (1991:256)

menambahkan, ”berat beban untuk latihan peningkatan power adalah 30% dan 50%

dari 1 repetisi maksimal, ulangan 15-20 kali dengan irama secepat mungkin”.

Pada penelitian ini yang diteliti merupkan mahasiswa yang masih dalam

kategori tingkat menengah (intermediate) sehingga volume total pada satu sesi

latihan 100 – 120 kali lompatan. Pada awalan latihan diberikan beban 100 lompatan

kemudian ditingkatkan secara bertahap.

2) Intensitas

Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet dalam

suatu program latihan tertentu. Intensitas latihan menentukan berat-ringannya

latihan. Bompa, T.O. (1990:79) menyatakan bahwa, intensitas adalah fungsi dari

kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan rangsangan

syaraf tergantung dari beban (load), kecepatan gerakannya, variasi interval atau

istirahat di antara tiap ulangannya. Load (beban) dan kecepatan (velocity) dalam

melakukan gerakan merupakan komponen penting intensitas latihan.

Pelaksanaan latihan pliometrik menurut Pyke F.S. Robert, A.D., Woodman,

L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. (1991:144) yaitu meliputi "Latihan memantul-

mantul, lompatan dalam dan dapat juga latihan lempar pantul". Jadi pelaksanaan

latihan ini adalah melompat-lompat dengan memantul, sehingga hampir tidak ada

waktu istirahat antar lompatan yang dilakukan. Dengan demikian latihan pliometrik

ini dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bompa, T.O. (1994:42) yaitu bahwa latihan pliometrik dengan lompat-lompat

Page 72: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

memantul itu dilakukan dengan "intensitas submaximal". Efektifitas latihan

pliometrik bergantung pada usaha maksimal dan gerakan kecepatan tinggi pada tiap-

tiap ulangannya (www.sport-fitness-advisor.com). Gerakan pada latihan pliometrik

dilakukan dengan tenaga maksimal dan kecepatan tinggi, sehingga intensitas

kerjanya cepat dan tinggi.

3) Recovery

Instirahat antar repetisi dan antar set penting untuk mendapatkan hasil latihan

yang maksimal. Pada pelaksanaan latihan selain volume total (kuantitas) gerakan

terpenuhi, kualitas gerakan juga mutlak harus dipenuhi. Kualitas gerakan dapat

sempurna jika istirahat antar set dan antar repetisinya terpenuhi. Lama waktu pulih

asal untuk latihan pliometrik, menurut Chu, D. A. (1992:14) yaitu, "menggunakan

rasio antara kerja dan istirahat 1 : 5 sampai 1 : 10". Interval istirahat antar repetisi

dan set harus cukup panjang untuk mendapatkan pemulihan yang mendekati lengkap

(sempurna). Untuk 5-10 detik yang barangkali digunakan dinatara latihan depth

jump, direkomendasikan dengan rasio kerja dan istirahat 1 : 10 (www.sport-fitness-

advisor.com). Misalnya atlet melakukan latihan pliometrik dengan waktu kerja

selama 12 detik, maka istirahat antar ulangannya yaitu 120 detik atau 2 menit.

4) Densitas

Densitas merupakan ukuran yang menunjukkan kepadatan suatu rangsang.

Bompa, T.O. (1990:91) menyatakan bahwa densitas merupakan suatu frekuensi

dimana atlet dihadapkan pada sejumlah rangsang per satuan waktu. Densitas

berkaitan erat dengan frekuensi dan waktu latihan. Frekuensi adalah jumlah berapa

Page 73: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kali latihan dilakukan tiap minggunya. Lamanya latihan yaitu lama waktu yang

diperlukan untuk melatih hingga terjadi perubahan yang nyata. Karakteristik power

adalah gerakan yang cepat dan eksplosif. Latihan untuk meningkatkan power dapat

diklasifikasikan sebagai gerakan yang bersifat anaerobik. Untuk program latihan

anaerobik, menurut Fox seperti dikutip Soekarman (1987:68), yaitu dengan latihan

"selama 8-10 minggu".

Pelaksanaan latihan pliometrik dapat dilakukan frekuensi 2-3 kali per minggu.

Disarankan istirahat diantara sesi latihan yaitu 48-72 jam (www.sport-fitness-

advisor.com. Sebaiknya latihan dilakukan 3 kali dalam seminggu dan diselingi

dengan satu hari istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk

berkembang dan mengadaptasikan diri pada hari istirahat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, karena penelitian adalah latihan yang

bersifat anaerobic, maka akan menggunakan waktu 8 minggu atau dua bulan,

dengan frekuensi 3 kali perminggu. Dengan latihan yang dilakukan 3 kali seminggu

secara teratur selama 8 minggu kemungkinan sudah menampakkan pengaruh yang

berarti terhadap peningkatan power otot tungkai yang signifikan.

e. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik

Ada beberapa macam bentuk latihan pliometrik yang dapat digunakan untuk

melatih power, disesuaikan dengan tujuan latihan. Dalam penelitian ini latihan yang

digunakan adalah untuk melatih power otot-otot tungkai.yang berhubungan dengan

lompat jauh.

Page 74: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Bentuk latihan pliometrik untuk otot-otot tungkai ada beberapa macam,

diantaranya adalah latihan melompat tanpa menggunakan alat maupun dengan alat.

Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:28), ada beberapa bentuk gerakan

yang dikategorikan sebagai latihan pliometrik, diantaranya adalah : Bounding

(lompat-melambung): double leg bound, alternate leg bound, double leg box bound,

alternate leg box bound, incline bound dan lateral bound, Hopping (lompat-

melompat): double leg speed hop, single leg speed hop, deadline hop, hurdle

hopping, Jumping (loncat atau meloncat), Leaping (loncat berjingkat), Skipping

(melangkah-meloncat) dan Ricochets. Jenis-jenis latihan pliometric lainnya meliputi:

jumps-in-place, standing jumps, multiple jumps, box drills, depth jumps, bounding,

dan medicine ball exercise (Alex Meiliunas, 2010).

Tiap jenis latihan pliometrik memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga

memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap peningkatan daya ledak (power).

Masing-masing jenis latihan pliometrik memiliki kelebihan dan kekurangan yang

bersifat spesifik. Upaya peningkatan power, khususnya power otot tungkai dengan

latihan pliometrik harus disesuaikan dengan tipe kerja fisik dan keterampilan

olahraga yang dikembangkan.

Gerakan pliometrik yang dipilih dalam latihan ini adalah latihan bentuk

bounding, dan latihan depth jump. Pemilihan kedua bentuk latihan ini didasarkan

pada kegunaan dari kedua bentuk latihan ini adalah meningkatkan loncatan untuk

mencapai ketinggian maksimum kearah vertikal dan kecepatan maksimum kearah

horisontal. Kita semua tahu bahwa lompat jauh membutuhkan loncatan maksimum

kearah vertikal dan kecepatan maksimum kearah horisontal untuk mencapai jarak

Page 75: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

lompatan sejauh-jauhnya dengan ketinggian lompatan yang sesuai. Dalam penelitian

ini latihan yang digunakan adalah double leg bound dan depth jump.

4. Latihan Pliometrik Double Leg Bound

a. Pelaksanaan Latihan Double Leg Bound

Double leg bound termasuk latihan pliometrik jenis bounding. Sesuai dengan

namanya bounding yang artinya memantul maka pelaksanaan latihan pliometrik

bounding untuk meningkatkan power otot tungkai yaitu dengan melompat-lompat

memantul. Menurut Bompa, T.O. (1994:78) bahwa, “pada latihan pliometrik

bounding ini atlet segera melompat kembali begitu kaki mendarat di tanah”.

Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:12) mengemukakan bahwa, “penekanan

latihan pliometrik bounding ini yaitu pada lompatan untuk mencapai ketinggian dan

jarak yang maksimal”. Tipe kerja latihan pliometrik bounding yaitu cepat, reaktif dan

eksplosif yang dilakukan secara terus-menerus berulang-ulang.

Latihan pliometrik double leg bound merupakan latihan yang dilakukan

dengan meloncat ke depan atas, yang dimulai tolakan tungkai belakang, lutut

digerakkan ke dada dan loncatan setinggi dan sejauh mungkin sebelum mendarat.

Latihan ini digunakan untuk meningkatkan lari, langkah dan gerakan lari cepat.

Latihan ini bertujuan untuk mengembangkan power tungkai dan pinggul, khususnya

gluteals, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius. Otot-otot lengan dan bahu

secara tidak langsung juga ikut terlibat. Latihan ini memiliki aplikasi yang sangat

luas untuk berbagai cabang olahraga, yang melibatkan lompat/loncat, lari, angkat

besi dan renang. Pelaksanaan dari latihan ini adalah sebagai berikut:

Page 76: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

a. Posisi Awal : Mulailah dengan posisi half squat, lengan berada disamping badan,

bahu condong ke depan melebihi posisi lutut. Usahakan punggung lurus dan

pandangan ke depan.

b. Pelaksanaan :

Loncatlah ke depan dan ke atas, menggunakan ekstensi pinggul dan gerakan

lengan untuk mendorong ke depan. Usahakan mencapai ketinggian dan jarak

maksimum dengan posisi tubuh tegak. Setelah mendarat kembali lagi ke posisi awal

dan memulai bounding berikutnya. Latihan ini dilakukan dalam 3-5 set, dengan

jumlah ulangan 8 – 12 kali dan waktu istirahat kira-kira 2 menit di antara set.

Gambar 10. Latihan Pliometrik Double Leg Bound

(Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C., 1985:28)

Latihan plaiometrik double leg bound merupakan latihan plaiometrik yang

dilakukan dengan meloncat ke depan atas, yang dimulai dengan tolakan tungkai

belakang, lutut digerakkan ke dada dan loncatan setinggi dan sejauh mungkin

sebelum mendarat. Latihan ini digunakan untuk meningkatkan gerakan eksplosif

yang memadukan kekuatan dan kecepatan sehingga menghasilkan gerakan ke atas

(vertical) dan ke depan (horisontal), seperti dalam gerakan lompat jauh.

Page 77: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Double Leg Bound

Pengaruh yang ditimbulkan oleh latihan pliometrik bounding bersifat spesifik

sesuai dengan karakteristik dan tipe gerakannya. Gerakan latihan ini cepat sehingga

lompatan tidak terlalu tinggi. Ditinjau dari pelaksanaan, kelebihan latihan double leg

bound ini dapat meningkatkan power otot tungkai. Unsur kekuatan dan kecepatan

pada gerakan double leg bound, jika dikembangkan secara optimal akan

meningkatkan power otot tungkai. Sehingga latihan ini sangat cocok untuk

meningkatkan kemampuan lompat jauh. Disamping itu latihan pliometrik double leg

bound dapat dijadikan acuan peneliti dalam membuat program latihan yang sesuai

bagi mahasiswa, sehingga latihan yang diberikan dapat bervariasi. Dengan program

latihan pliometrik yang sesuai diharapkan terjadi peningkatan kemampuan

mahasiswa dalam melakukan lompat jauh.

Kekurangan dari latihan pliometrik double leg bound adalah gerakan yang

tinggi dan jauh ke depan terkadang tidak memperhatikan keseimbangan tubuh,

sehingga pada saat mendarat tubuh tidak seimbang, hal ini memberikan kerugian

bagi pelompat jauh. Namun perlu diingat bahwa menurut Pyke F.S. Robert, A.D.,

Woodman, L.R., Telford, R.R. & Jarver, J. (1991:144), “semua latihan lompat

memantul sangat baik untuk menghasilkan tenaga pada jenis gerakan olahraga,

karena latihan itu menjembatani perbedaan kekuatan dan power”. Menurut Chu, D. A. (1992:5) bahwa, “Tipe latihan bounding baik untuk

penampilan dengan jarak lebih dari 30 meter”. Latihan ini cocok untuk diterapkan

untuk pengembangan power pada olahraga yang memerlukan gerakan eksplosif yang

dilakukan secara berulang ulang dengan secepat-cepatnya. Latihan ini baik untuk

pengembangan kecepatan. Bagi atlet yang memiliki kekuatan tinggi, tetapi

gerakannya lambat maka latihan pliometrik bounding ini cocok.

Page 78: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

5. Latihan Pliometrik Depth Jump

a. Pelaksanaan Latihan Depth Jump

Latihan pliometrik depth jump yaitu latihan melompat-lompat yang dilakukan

dengan regangan yang dalam. Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:12)

mengemukakan bahwa, “latihan pliometrik depth jump yaitu pada latihan kerja

tunggal yang menekankan pada jarak horizontal dan ketinggian maksimal”. Tipe

kerja latihan pliometrik depth jump yaitu reaktif dan eksplosif. Latihan depth jump

ini memanfaatkan berat badan dan gravitasi untuk membangun daya ledak.

Dept jump termasuk latihan pliometrik jenis jumping. Latihan jumping

menekankan pada loncatan untuk mencapai ketinggian maksimum dan kecepatan

merupakan faktor kedua dan jarak horisontal tidak diperlukan. Namun latihan ini

dapat mengembangkan kecepatan dan kekuatan dinamis. Pelaksanaan dari latihan ini

adalah sebagai berikut:

a) Posisi Awal : Mulailah dengan sikap berdiri pada ujung kotak, dan ujung kaki

menjulur keluar. Usahakan lutut agak ditekuk, lengan disamping badan dengan

rileks.

b) Pelaksanaan :

Jatuh atau turunlah dari kotak ke tanah (jangan meloncat), mendaratlah

dengan kedua kaki dan lutut ditekuk untuk mengatasi goyangan pada saat mendarat.

Setelah mendarat di tanah segeralah mulai meloncat dengan mengayunkan lengan ke

atas dan membentangkan tubuh setinggi dan sejauh mugkin.

Latihan ini memerlukan intensitas dan kerja maksimum agar mencapai hasil

optimal. Latihan ini dilakukan dalam 3-6 set, dengan waktu istirahat kira-kira 1

Page 79: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

menit diantara loncatan. Latihan pliometrik depth jump ini biasanya dengan alat bok

yang cukup tinggi. Menurut Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C. (1985:45) bahwa,

“ukuran bok untuk latihan pliometrik depth jump kira-kira 25 – 45 inci”.

Gambar 11. Latihan Pliometrik Depth Jump (Radcliffe, J. C. & Farentinos, R. C., 1985:45)

Latihan ini memerlukan kotak atau bangku yang tingginya kira-kira 25-45

inci. Permukaan pendaratan agak lunak, seperti rumput atau matras gulat. Latihan ini

sangat baik untuk otot-otot quadriceps dan hip girdle, dan juga untuk menunjang

punggung bagian bawah serta hamstrings. Depth jump dapat diterapkan untuk

berbagai cabang olahraga, karena latihan ini menggunakan kekuatan dan kecepatan

tungkai.

b. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Depth Jump

Ditinjau dari pelaksanaannya, gerakan depth jump dilakukan dengan kedua

kaki mendarat bersama-sama kemudian meloncat ke atas dilakukan dengan eksplosif

menggunakan kekuatan dan kecepatan penuh melalui kontraksi maksimal otot-otot

Page 80: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

ekstensor dari lutut. Loncatan dilakukan berulang-ulang dengan pantulan yang sangat

kuat dan cepat.

Pengaruh yang ditimbulkan oleh latihan pliometrik depth jump bersifat

spesifik sesuai dengan karakteristik dan tipe gerakannya. Regangan tungkai pada tiap

gerakan lompat pada latihan ini lebih dalam. Latihan depth jump memanfaatkan berat

badan dan gravitasi untuk membangun daya ledak. Ketinggian lompatan pada tiap

gerakan lebih maksimal. Berdasarkan hal tersebut maka kekuatan eksplosiflah yang

lebih berkembang. Latihan ini baik untuk meningkatkan power tungkai dengan kerja

maksimal seperti pada lompat jauh.

Latihan pliometrik depth jump memerlukan intensitas dan kerja yang

maksimal. Latihan ini baik untuk pengembangan kekuatan eksplosif. Melalui latihan

ini maka kekuatan otot yang bersifat reaktif dapat dibangun. Bagi atlet yang memiliki

kekuatan rendah, tetapi gerakannya cepat maka latihan pliometrik depth jump ini

lebih cocok.

Kekurangan dari latihan pliometrik depth jump adalah faktor jarak atau

jauhnya loncatan yang belum dapat dikembangkan secara maksimal, sehingga akan

merugikan pelompat. Kelebihan latihan depth jump ini adalah dapat meningkatkan

power otot tungkai secara maksimal. Unsur kekuatan lebih dominan dibandingkan

kecepatan, sehingga gerakan ini dapat mengembangkan gerakan vertical pada saat

tumpuan secara optimal. Latihan pliometrik depth jump ini dapat pula dijadikan

acuan peneliti dalam membuat program latihan untuk nomor lompat jauh.

Page 81: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

6. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan adalah salah satu unsur kondisi fisik dan bisa disebut sebagai dasar

dari semua gerak manusia, karena kekuatan merupakan tenaga bagi setiap aktivitas

manusia. Komi, P.V. (1992:5) mengemukakan bahwa “kekuatan adalah kemampuan

untuk mengeluarkan daya maksimal”. Sedangkan Johnson, B.L. & Nelson, J.K.

(1986:103) menyatakan bahwa “kekuatan merupakan kemampuan otot

mengeluarkan daya untuk melawan obyek yang bergerak atau yang tidak dapat

bergerak”. Menurut Andi Suhendro (1999:4.3) bahwa, "kekuatan adalah kemampuan

otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga maksimal dalam menahan

beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas".

Kekuatan adalah kemampuan seseorang menggunakan tenaga secara

maksimal dalam melawan beban atau tahanan. Tenaga tersebut dihasilkan oleh

kontraksi otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan. Adapun yang

dimaksud dengan kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau segerombol

otot di tungkai untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan

aktivitas.

Kekuatan otot sangat efektif dibangun ketika kerja otot atau sekelompok otot

berada pada beban yang lebih. Latihan dengan beban yang umum dikerjakan oleh

otot, hanya menghasilkan kerja otot yang umum pula. Penggunaan beban yang

berlebih, akan menyebabkan terjadinya proses adaptasi fisiologis yang akan

menghasilkan dan mengarahkan pada peningkatan kekuatan otot.

a. Macam-Macam Kekuatan

Dalam bidang olahraga, kekuatan dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe,

seperti yang dikemukakan oleh Bompa, T.O. (1994: 23-25), yang membagi kekuatan

Page 82: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

menjadi 8 tipe yaitu: “Kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan maksimal, daya

tahan otot, daya ledak, kekuatan absolute, kekuatan relative dan kekuatan cadangan”.

Kekuatan umum adalah kekuatan keseluruhan dari system otot. Kekuatan

khusus merupakan kekuatan yang berkenaan dengan otot yang digunakan dalam

gerak dari suatu cabang olahraga tertentu. Kekuatan maksimal menunjukkan daya

yang tinggi dalam penampilan oleh system syaraf otot selama kontraksi. Daya tahan

otot biasanya diartikan sebagai kemampuan otot untuk bekerja dalam periode waktu

tertentu. Sedangkan daya ledak merupakan produk dari dua kemampuan yaitu

kekuatan dan kecepatan yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan untuk kinerja

dengan daya maksimal dalam periode waktu yang pendek. Kekuatan absolute

menunjukkan kemampuan atlet mengeluarkan daya maksimal yang mampu untuk

memindahkan berat badannya sendiri. Kekuatan relative adalah presentasi antara

kekuatan absolute dan berat badan. Sedangkan kekuatan cadangan merupakan

perbedaan antara kekuatan absolute atlet dan jumlah kekuatan kinerja keterampilan

dalam kondisi kompetisi atau bertanding.

Tahanan atau beban yang harus di atasi pada saat melakukan aktivitas

olahraga bermacam-macam dan bervariasi. Hal tersebut menuntut adanya kekuatan

otot yang bermacam-macam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi dan

bentuk kekuatan yang harus dikeluarkan, maka kekuatan menurut Suharno, HP.

(1993: 40) dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis yaitu: “1) Kekuatan

maksimal, 2) Explosive power = kekuatan daya ledak, dan 3) Daya tahan kekuatan

otot = power endurance”. Hal senada dikemukakan oleh Harre seperti yang dikutip

Nosseck, J. (1982: 46), bahwa “Kekuatan dibagi menjadi kekuatan maksimum,

kekuatan kecepatan dan kekuatan daya tahan”.

Page 83: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Kekuatan kecepatan atau explosif power atau kekuatan daya ledak ialah

kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi suatu tahanan

beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Kekuatan kecepatan

banyak diperlukan dalam berbagai cabang olahraga seperti lompat, lempar, bolavoli,

bola basket, sepak bola dan sebagainya. Sedangkan daya tahan kekuatan otot (power

endurance) adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk melawan tahanan

beban dengan intensitas tinggi. Misalnya mendayung, balap sepeda dan berenang.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan

Baik tidaknya kekuatan otot, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Suharno, HP. (1993:39 - 40), faktor-faktor penentu kekuatan seseorang terdiri dari:

1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot).

2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.

3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar ke-kuatan.

4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer. 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glykogen, ATP). 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan

tersebut pada saat bekerja makin besar. 7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot.

Sudjarwo (1995: 26) mengemukakan bahwa kekuatan seseorang dipengaruhi

oleh “1) Besar kecilnya fibril otot (proses hypertropy) dan juga banyaknya fibril otot

yang ikut serta dalam melawan beban (makin banyak main kuat), 2) Bentuk rangka

tubuh, makin besar rangka tubuh makin baik, 3) Umur juga ikut menentukan yang

terlalu muda atau tua akan berkurang, dan 4) Pengaruh psikis dari dalam maupun

dari luar”. Besarnya potongan melintang fibril otot dan banyaknya fibril otot

merupakan faktor utama yang mempengaruhi kekuatan otot. Semakin besar ukuran

Page 84: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

fibrilnya dan semakin banyak fibrilnya, otot tersebut semakin besar sehingga

kemampuannya pun semakin bertambah. Dalam latar belakang masalah telah

dikemukakan bahwa kekuatan merupakan komponen yang sangat penting untuk

meningkatkan kondisi secara keseluruhan, maka pengkajian mengenai kekuatan

menjadi sangat penting.

c. Kekuatan Tinggi dan Kekuatan Rendah

Dalam penelitian ini kekuatan digunakan sebagai variabel atributif atau

kontrol, yang dibedakan menjadi 2 macam yaitu kekuatan tinggi dan kekuatan

rendah. Dengan demikian dapat menambah ketajaman dari penelitian ini serta

mengurangi kemungkinan bias. Kekuatan tinggi dan kekuatan rendah ini diperoleh

dari hasil tes kekuatan otot tungkai terhadap semua sampel penelitian dengan

menggunakan leg dynamometer. Selanjutnya dari hasil tes yang dilakukan tersebut,

kemudian diperingkat untuk menentukan urutan dan sampel yang termasuk dalam

kategori kekuatan tinggi dan kekuatan rendah. Pembahasan mengenai kekuatan

sebagai kemampuan melakukan kontraksi otot dan pentingnya kontraksi otot dalam

lompat jauh, perlu di kaji lebih mendalam dalam suatu penelitian mengenai pengaruh

latihan pliometrik dan kekuatan terhadap kemampuan lompat jauh.

d. Peranan Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kemampuan

Lompat Jauh

Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Pada saat

menjalani aktivitas sehari-hari seseorang selalu menghadapi beban tertentu. Untuk

dapat mengatasi beban yang dihadapi, mutlak diperlukan kekuatan otot yang

memadai. Kekuatan otot berperanan penting untuk penampilan fisik seseorang. Pada

saat menjalani aktivitas sehari-hari seseorang selalu menghadapi beban tertentu.

Untuk dapat mengatasi beban yang dihadapi, mutlak diperlukan kekuatan otot yang

Page 85: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

memadai. Kekuatan merupakan unsur fisik mendasari berbagai aktivitas gerak fisik

manusia, termasuk dalam aktivitas olahraga.

Kekuatan merupakan salah satu unsur dari komponen kondisi fisik yang

diperlukan pada setiap cabang olahraga. Gerakan-gerakan yang dilakukan seperti,

berlari, melompat, melempar dan sebagainya memerlukan kekuatan otot. Menurut

Andi Suhendro (1999:4.3) bahwa,

Kekuatan otot adalah unsur komponen kondisi fisik yang sangat penting dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena: (1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, (2) kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi otot dari kemungkinan cedera, (3) latihan kekuatan dapat membantu membentuk postur tubuh yang ideal dan (4) dengan kekuatan lengan untuk dapat melakukan smash, seorang pelari cepat membutuhkan kekuatan untuk melakukan start, begitu juga dengan seorang pemanah membutuhkan kekuatan lengan agar dapat menarik busurnya sehingga anak panah dapat meluncur dengan cepat dan tepat pada sasaran.

Kekuatan otot juga merupakan komponen yang mendasari kemampuan fisik

seseorang secara keseluruhan. Harsono (1988:177) mengemukakan bahwa,

"kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi

fisik secara keseluruhan". Kekuatan memainkan peranan penting dalam komponen-

komponen kemampuan fisik yang lain, misalnya power, kelincahan dan kecepatan.

Kekuatan merupakan basis atau unsur yang mendasari dari semua komponen kondisi

fisik.

Kekuatan merupakan unsur dasar untuk pembentukan power (daya ledak).

Gerakan-gerakan yang dilakukan seperti, melompat, melempar dan sebagainya

memerlukan kekuatan otot. Unsur dasar pembentukan daya lompat atau power otot

tungkai adalah kekuatan otot tungkai. Kekuatan otot tungkai berperan untuk

melaksanakan kegiatan olahraga maupun kegiatan latihan yang memerlukan power

otot tungkai. Hasil latihan power otot tungkai dipengaruhi oleh tingkat kemampuan

kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki sebelumnya.

Page 86: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gerakan lompat jauh sangat memerlukan otot-otot kaki yang kuat. Dengan otot

tungkai yang kuat berpengaruh terhadap tolakan yang dilakukan guna mendapatkan

dorongan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan mereka yang memiliki otot

tungkai yang lemah.

Gerak kaki yang kuat dapat dilihat pada seseorang pelompat jauh saat

menolakkan kaki tumpu sekuat mungkin pada balok tumpu dalam waktu yang

singkat untuk dapat mengangkat tubuh naik ke depan secara parabola serta dapat

memperoleh jangkauan lompatan yang lebih jauh. Semakin besar kekuatan otot

tungkai dalam melakukan tumpuan atau tolakan, maka akan memperoleh tekanan

atau tolakan yang sama besarnya ke arah berlawanan. Pada waktu kaki menumpu

secara otomatis kaki yang terkuat akan dijejakkan ke tanah dengan sekuat-kuatnya

untuk mendapatkan dorongan dan lompatan ke depan atas yang lebih besar. Dengan

kaki yang kuat maka akan mendapatkan daya dorong ke depan yang lebih besar,

sehingga prestasi yang dicapai menjadi lebih baik.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan diperlukan untuk mendukung kajian teori yang

dikemukakan. Banyak penelitian ilmiah yang telah dilakukan khususnya yang

berkaitan dengan program latihan pliometrik dengan hasil yang masih bervariasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (2004) tentang pengaruh latihan

plyometric dan power otot tungkai terhadap prestasi lompat jauh yang dilakukan tiga

kali seminggu selama enam minggu berturut-turut, memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh. Martina Ika Ratna Sari (2009),

melakukan penelitian tentang pengaruh latihan plaiometrik dan kecepatan terhadap

Page 87: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

peningkatan kemampuan lompat jauh, dengan bentuk latihan alternate leg bound dan

single leg speed hop serta kecepatan ternyata hasil penelitian menyimpulkan ada

pengaruh yang signifikan antara latihan pliometrik dan terhadap peningkatan

kemampuan lompat jauh. Sedangkan Rismanto (2010) meneliti mengenai pengaruh

latihan plaiometrik dan fleksibilitas togok terhadap prestasi lompat jauh, (latihan

front cone hops dan multiple box-to-box jumps) ternyata hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara latihan pliometrik dan

fleksibilitas togok terhadap terhadap prestasi lompat jauh.

C. Kerangka Pemikiran

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Double Leg Bound Dan Depth Jump Terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh

Latihan pliometrik merupakan latihan yang sangat efektif untuk

meningkatkan power. Power, khususnya power otot tungkai, sangat diperlukan untuk

mendapatkan hasil lompat jauh yang sejauh mungkin. Latihan pliometrik secara

sistematis, teratur dan kontinyu dapat meningkatkan power otot tungkai sebagai

unsur penunjang untuk mencapai prestasi lompat jauh. Latihan pliometrik double leg

bound dan dept jump, keduanya merupakan bentuk latihan pliometrik. Pelaksanaan

kedua latihan tersebut yaitu dengan melompat-lompat memantul yang dilakukan

secara berulang-ulang. Kedua latihan tersebut menuntut untuk mengangkat tubuh ke

atas dengan cepat. Hal ini akan mengembangkan kekuatan dan kecepatan gerak otot

tungkai. Dengan berkembangnya kekuatan dan kecepatan gerak otot tungkai tersebut,

Page 88: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

maka kemampuan untuk melompat sejauh-jauhnya dapat tercapai. Latihan pliometrik

double leg bound dan dept jump mempunyai kesamaan dan juga perbedaan.

Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan tungkai dan kaki yang dilatih,

yang akan menyebabkan terjadinya perbedaan pengaruh yang ditimbulkan terhadap

perkembangan otot-otot yang terlibat. Latihan pliometrik double leg bound, dan

depth jump mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh.

Hal ini dikarenakan latihan pliometrik double leg bound, dan depth jump masing –

masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Latihan Pliometrik Yang Dibandingkan

No Keterangan Double Leg Bound Depth Jump

1 Kelebihan Dapat meningkatkan

kekuatan dan power otot

tungkai secara maksimal.

Unsur kecepatan lebih

dominan pada pelaksanaan

lompatan-lompatan.

Dapat meningkatkan power otot

tungkai secara maksimal. Unsur

kekuatan lebih dominan diban-

dingkan kecepatan, sehingga

gerakan ini dapat mengem-

bangkan gerakan vertical pada

saat tumpuan secara optimal.

2 Kekurangan Gerakan yang tinggi dan jauh

ke depan terkadang tidak

memperhatikan keseim-

bangan tubuh, sehingga pada

saat mendarat tubuh tidak

seimbang, hal ini mem-

berikan kerugian bagi

pelompat jauh.

Faktor jarak atau jauhnya

loncatan yang belum dapat

dikembangkan secara maksimal,

sehingga akan merugikan

pelompat.

Page 89: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, latihan pliometrik

double leg bound, dan depth jump masing–masing mempunyai kelebihan dan

kekurangan yang berbeda. Dengan kekurangan dan kelebihan yang berbeda, diduga

latihan pliometrik ini akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan

kemampuan lompat jauh.

Pelaksanaan latihan pliometrik bounding yaitu dengan melompat-lompat

memantul. Tipe kerja latihan pliometrik bounding yaitu cepat, reaktif dan eksplosif

yang dilakukan secara terus-menerus berulang-ulang. Latihan pliometrik bounding

menggunakan bok yang lebih pendek dan gerakannya lebih cepat, sehingga lompatan

tidak terlalu tinggi. Latihan ini baik untuk meningkatkan kecepatan dan power

endurance. Latihan ini cocok untuk diterapkan untuk pengembangan power pada

olahraga yang memerlukan gerakan eksplosif yang dilakukan secara berulang ulang

dengan secepat-cepatnya.

Latihan pliometrik depth jump yaitu latihan kerja tunggal yang menekankan

pada jarak horizontal dan ketinggian maksimal. Tipe kerja latihan pliometrik

bounding yaitu reaktif dan eksplosif. Latihan depth jump ini memanfaatkan berat

badan dan gravitasi untuk membangun daya ledak. Latihan pliometrik depth jump ini

menggunakan alat bok yang cukup tinggi. Latihan ini menuntut regangan otot

tungkai yang lebih dalam dan reaksi gerak vertikal yang besar. Ketinggian lompatan

pada tiap gerakan lebih maksimal.

Page 90: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

2. Perbedaan Kekuatan Tinggi dan Rendah Terhadap Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau segerombol otot untuk mengatasi

suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitas. Kekuatan otot tungkai

diperlukan untuk menunjang pencapaian hasil lompat jauh yang sejauh mungkin.

Kekuatan otot tungkai berguna untuk tolakan. Pada saat melakukan tolakan pelompat

berusaha mengerahkan seluruh tenaga lompat yang berasal dari kekuatan otot

tungkai untuk mendapatkan daya dorong ke depan atas yang sebesar-besarnya.

Kekuatan otot tungkai yang besar akan dihasilkan daya dorongan dan lompatan ke

depan atas yang lebih besar. Semakin besar kekuatan otot tungkai pada saat

melakukan tumpuan atau tolakan, maka akan memperoleh tekanan atau tolakan ke

atas yang sama besarnya pula, sehingga akan semakin baik pula hasil lompatan yang

akan diperoleh.

Kekuatan menumpu pada saat melakukan tolakan pada balok tumpuan lompat

jauh, sangat berpengaruh terhadap jarak lompatan yang dihasilkan. Semakin kuat dan

cepat tumpuan yang dilakukan oleh pelompat maka akan semakin tinggi dan jauh

jarak lompatan yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan gaya dorong (horizontal) yang

diperoleh pada saat awalan dan tumpuan yang dilakukan menghasilkan gaya (naik)

vertikal, yang sangat diperlukan dalam nomor lompat jauh.

Pelompat yang mempunyai kekuatan yang lebih tinggi tentunya akan

memiliki prestasi lompat jauh yang lebih baik, jika dibandingkan dengan pelompat

yang kekuatannya lebih rendah. Kekuatan menumpu pada balok tumpuan lompat

jauh, merupakan fase merubah kecepatan horizontal (arah depan) menjadi kekuatan

Page 91: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

vertical (naik), yang sangat diperlukan pada nomor lompat jauh. Oleh sebab itu

diperlukan kecepatan dan kekuatan yang maksimal pada saat awalan dan tumpuan

agar dapat mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Kekuatan otot tungkai merupakan unsur dasar untuk pembentukan power

(daya ledak) otot tungkai. Kekuatan otot tungkai berperan untuk melaksanakan

kegiatan olahraga maupun kegiatan latihan yang memerlukan power otot tungkai.

Hasil latihan power otot tungkai dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kekuatan otot

tungkai yang telah dimiliki sebelumnya. Kekuatan otot tungkai merupakan modalitas

untuk memperoleh power otot tungkai yang tinggi. Dengan kekuatan otot tungkai

yang baik, maka pembentukan power otot tungkai lebih mudah dicapai. Dengan

kekuatan otot tungkai yang baik, maka pembentukan power otot tungkai lebih mudah

dicapai. Pembentukan power otot tungkai yang maksimal, dapat menunjang

peningkatan pretasi lompat jauh secara maksimal pula.

3. Pengaruh Interaksi Latihan Pliometrik dan Kekuatan terhadap Peningkatan

Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Kekuatan ialah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk

mengatasi suatu tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang

utuh. Dalam melatih dan mengembangkan kekuatan otot tungkai, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan, salah satu diantaranya adalah penerapan metode latihan.

Kecermatan dan ketepatan dalam menentukan dan menerapkan metode

latihan merupakan faktor yang sangat penting. Untuk memperoleh peningkatan

power otot tungkai yang lebih baik, jika ditinjau dari terbentuknya power yang

merupakan perpaduan antara kekuatan dan kecepatan, maka latihan yang diterapkan

Page 92: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

harus mempunyai ciri-ciri latihan explosif power. Latihan eksplosifitas dapat

memperbaiki kecepatan dan pengembangan tenaga yang sangat diperlukan bagi

tercapainya sebuah prestasi. Hal ini membawa pemikiran perlunya metode latihan

yang tepat dan sesuai untuk mengembangkan kekuatan dan kecepatan sebagai upaya

untuk meningkatkan power seorang atlet.

Latihan pliometrik double leg bound dan dept jump dilakukan dengan

menggunakan tungkai oleh sebab itu peningkatan yang signifikan adalah pada bagian

tungkai dan yang dikembangkan adalah power otot tungkai. Sehingga sampel yang

memiliki kekuatan rendah akan lebih tepat jika dilatih dengan dept jump sedangkan

mereka yang memiliki kekuatan tungkai tinggi akan lebih tepat jika dilatih dengan

double leg bound.

Tiap jenis latihan pliometrik memiliki pengaruh yang bersifat yang bersifat

spesifik. Latihan pliometrik double leg bound dan depth jump memiliki perbedaan

sehingga menghasilkan pengaruh yang berbeda terhadap power otot tungkai.

Pembentukan power otot tungkai pada diri seseorang dipengaruhi oleh kekuatan otot

tungkai yang telah dimiliki sebelumnya.

Latihan pliometrik double leg bound dan depth jump memiliki keuntungan

dan kekurangan masing-masing. Latihan pliometrik double leg bound cocok untuk

diterapkan pada atlet yang memiliki kekuatan tinggi, tetapi gerakannya lambat maka

latihan pliometrik double leg bound ini cocok. Latihan pliometrik depth jump

memerlukan intensitas dan kerja yang maksimal. Latihan ini baik untuk

pengembangan kekuatan eksplosif. Melalui latihan ini maka kekuatan otot yang

Page 93: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

bersifat reaktif dapat dibangun. Oleh karena itu bagi atlet yang memiliki kekuatan

rendah, tetapi gerakannya cepat maka latihan pliometrik depth jump ini lebih cocok.

Latihan pliometrik double leg bound dan dept jump cocok digunakan untuk

meningkatkan prestasi lompat jauh. Yaitu agar dapat meningkatkan power otot

tungkai yang digunakan untuk melakukan lompatan agar mencapai jarak yang

maksimal, sehingga dapat meningkatkan prestasi lompat jauh gaya jongkok.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan pliometrik double leg bound dan dept jump

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

2. Ada perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara

mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot

tungkai rendah.

3. Ada pengaruh interaksi antara latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai

terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

Page 94: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di JPOK FKIP UNS, Jalan Menteri Supeno 13

Manahan, Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama delapan minggu, mulai bulan Nopember

sampai dengan bulan Desember 2010 dengan frekuensi pertemuan tiga kali dalam

seminggu pada hari Senin, Rabu dan Jum’at. Pertemuan dilaksanakan di luar jam

perkuliahan yaitu pada sore hari pukul 14.30 s/d 17.30 WIB, dengan tujuan agar

tidak mengganggu proses belajar mengajar. Secara keseluruhan kegiatan perlakuan

berlangsung selama 18 kali pertemuan.

B. Metode dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan

rancangan faktorial 2 x 2. Sudjana (2000: 109) menjelaskan bahwa ”Eksperimen

faktorial adalah eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah faktor

dikombinasikan atau disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada

dalam eksperimen”. Dalam desain faktorial, dua atau lebih variabel dimanipulasi

secara simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat,

Page 95: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

disamping pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antar variabel. Adapun

bentuk rancangan faktorial penelitian tersebut dapat digambarkan dalam matriks

tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Rancangan Penelitian Faktorial 2 x 2

Variabel Manipulatif Variabel Atributif

Latihan Pliometrik (A)

Double leg bound (a1) Depth jump (a2)

Kekuatan Otot Tungkai

(B)

Kekuatan Otot Tungkai Tinggi

(b1)

a1b1

a2b1

Kekuatan Otot Tungkai Rendah

(b2) a1b2 a2b2

Keterangan:

a1b1 : Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi yang

dilatih dengan latihan double leg bound.

a1 b2 : Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah yang

dilatih dengan latihan double leg bound.

a2 b1 : Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi yang

dilatih dengan latihan depth jump.

a2 b2 : Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah yang

dilatih dengan latihan depth jump.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent) dan satu

variabel terikat (dependent), dengan perincian variabel sebagai berikut:

Page 96: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

1. Variabel bebas (independent) terdiri dari:

a. Variabel manipulatif, yang terdiri dari dua perlakuan yaitu:

1) Latihan pliometrik double leg bound

2) Latihan pliometrik depth jump

b. Variabel atributif yaitu kekuatan otot tungkai, merupakan variabel yang

melekat pada sampel dan menjadi sifat dari sampel tersebut yang dibedakan

menjadi dua level yaitu kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai

rendah.

2. Variabel terikat (dependent).

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh gaya

jongkok.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel–variabel dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel–variabel penelitian yang

ada. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Latihan Pliometrik double leg bound adalah latihan meloncat ke atas ke depan

dengan kedua kaki diangkat tinggi kemudain melangkah jauh ke depan secara

bersama-sama. Latihan ini dilakukan dalam satu bentuk rangkaian loncatan

eksplosif yang cepat, dengan repetisi, set dan waktu istirahat yang telah

ditentukan.

2. Latihan Pliometrik depth jump adalah latihan melompat-lompat yang dilakukan

dengan dua kaki secara bersama-sama dan berulang-ulang di atas kotak. Gerakan

Page 97: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dalam latihan ini yaitu dengan irama cepat dan memantul dilakukan dengan

bersama-sama.

3. Kekuatan otot tungkai merupakan variabel yang melekat pada sampel dan

menjadi sifat dari sampel tersebut yaitu kekuatan yang dibedakan atas kekuatan

tinggi dan rendah, yaitu kemampuan maksimal yang dikerahkan oleh otot tungkai

yang diukur dengan leg dynamometer. Dilakukan 3 kali pengukuran dan diambil

prestasi yang terbaik.

4. Peningkatan kemampuan lompat jauh dapat diartikan sebagai

kemampuan/prestasi yang dicapai oleh sampel dengan melompat sejauh-jauhnya

yang didahului oleh awalan lari dengan jarak tertentu kemudian dilanjutkan

dengan gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, lalu

melayang di udara dan mendarat pada bak lompat. Peningkatan kemampuan

lampat jauh ini dapat dilihat dari perbedaan hasil tes antara tes awal dan tes akhir.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa putra Program Studi Pendidikan

Kepelatihan Olahraga JPOK FKIP UNS Surakarta.

2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah mahasiswa putra Program Studi

Pendidikan Kepelatihan Olahraga JPOK FKIP UNS Surakarta tahun akademik

2010/2011 yang berjumlah 66 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Teknik sampling secara purposive merupakan cara

Page 98: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pengambilan sampel dengan pertimbangan tujuan tertentu. Suharsimi Arikunto

(2003:128) mengemukakan bahwa, ”pengambilan sampel dengan teknik

bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan pertimbangan peneliti sendiri

sehingga dapat mewakili populasi”. Sampel diperoleh dengan teknik purposive

random sampling, yaitu dari sejumlah populasi yang ada, untuk menjadi sampel

harus memenuhi ketentuan-ketentuan sesuai dengan tujuan penelitian. Ketentuan-

ketentuan tersebut adalah:

a. Sehat jasmani/rokhani dan berjenis kelamin laki-laki

b. Berminat untuk mengikuti latihan pliometrik.

c. Bersedia menjadi sampel penelitian.

d. Tidak melakukan aktivitas atau latihan fisik lain yang terprogram.

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 mahasiswa

diperoleh dari sejumlah populasi yang ada untuk menjadi sampel harus

memenuhi ketentuan-ketentuan sesuai tujuan penelitian.

Pengukuran terhadap kekuatan maksimal otot tungkai dilakukan

terhadap seluruh populasi, dengan tujuan untuk mengetahui mahasiswa yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah

kemudian di rangking. Sampel yang diambil yaitu mahasiswa dengan kekuatan

otot tungkai tinggi sebanyak 20 dan mahasiswa kekuatan otot tungkai rendah

sebanyak 20 mahasiswa, sedangkan 26 mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai

sedang (di tengah) tidak diambil sebagai sampel.

Selanjutnya 20 mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi

dan yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi masing–masing dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu 10 mahasiswa yang mendapatkan latihan double leg bound

dan 10 mahasiswa sebagai kelompok yang mendapatkan latihan depth jump.

Page 99: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dengan demikian seluruh mahasiswa terbagi ke dalam empat sel yang terdiri dari

masing-masing dua kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai

tinggi dan dua kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai

rendah. Kelompok itu diberi perlakuan yaitu dilatih dengan metode latihan

double leg bound dan kelompok lainnya dengan metode latihan depth jump.

Pembagian mahasiswa ke dalam sel-sel rancangan penelitian dilakukan dengan

cara acak atau random.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kekuatan otot tungkai

dan kemampuan lompat jauh. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini,

diperoleh melalui tes dan pengukuran terhadap kekuatan otot tungkai dengan

menggunakan leg dynamometer serta tes lompat jauh (Tamsir Riyadi, 1985:166)

untuk mengumpulkan data kemampuan lompat jauh. Tes dilaksanakan 2 kali yaitu

tes awal sebelum perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan.

Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari

relaibilitanya, untuk mengetahui keajegan dari tes yang bersangkutan. Untuk mencari

besarnya koefisien reliabilita, dipergunakan ANAVA (Thomas J.R. & Nelson J.K.,

2001: 187) dengan rumus:

B

wB

MS

MSMSR

-=

Dengan:

B

BB df

SSMS =

Page 100: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

ABA

ABAW dfdf

SSSSMS

++

=

Keterangan:

R = Koefisien reliabilitas SS = Jumlah kuadrat perlakuan MS = Rata-rata kuadrat perlakuan df = Derajat kebebasan A = Perlakuan kolom B = Perlakuan baris AB = Interaksi antara perlakuan baris dan perlakuan kolom

Adapun hasil uji reliabilitas data kemampuan lompat jauh pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data

Variabel Reliabilita Kategori

a. Tes awal lompat jauh 0.89 Tinggi

b. Tes akhir lompat jauh 0.91 Tinggi Sekali

Pengkategorian hasil uji reliabilitas data kemampuan lompat jauh

menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang dikutip

Mulyono B. (1992:22), yaitu :

Tabel 6. Range Kategori Reliabilitas

Kategori Reliabilita

Tinggi Sekali 0,90 – 1,00

Tinggi 0,80 – 0,89

Cukup 0,60 – 0,79

Kurang 0,40 – 0,59

Tidak Signifikan 0,00 – 0,39

Page 101: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya di analisis dengan menggunakan

teknik analisis statistik, untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam

penelitian ini. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil tes lompat

jauh pada masing-masing sel atau masing-masing kelompok pada desain eksperimen.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Varian (ANAVA) dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05. Selanjutnya untuk

membandingkan pasangan rata-rata dari perlakuan yang diberikan digunakan uji

Rentang Newman Keuls (Sudjana, 2000: 36 – 40).

1. Uji Prasyaratan Analisis

Sebelum dilanjutkan ke uji hipotesis, maka terlebih dahulu harus

dilakukan uji prasyarat berupa:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji kenormalan secara

nonparametrik. Uji normalitas dilaksanakan dengan menggunakan Uji

Lilliefors dengan α = 0,05, dengan rumus:

s

xxz i

i

-=

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, dengan cara

membandingkan hasil Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari tabel

Lilliefors dengan taraf signifikansi 5 %, dari rumus L = Max F(Zi) - S(Zi) | ;

F(Zi) - P ( Z < (Zi). Ho diterima bila Lhit < Ltab, berarti sampel berasal dari

populasi normal.

Page 102: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlet. Langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

a. Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel;

dk (n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi

2.

b. Menghitung varians gabungan dari semua sampel.

Rumusnya : SD2 = (n-1)SDi2..........1)

(n-1)

B = Log SDi2(n-1)

c. Menghitung c2

Rumusnya : c2 = (Ln) B-(n-1) Log SDi1.......(2)

dengan (Ln 10) = 2, 3026

Hasilnya c2hitung) kemudian dibandingkan dengan c2

tabel, pada taraf

signifikansi a = 0,05 dan dk (n-1). d. Apabila χ2

hitung < χ2tabel, maka H0 diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila χ2hitung >

χ2tabel, maka H0 ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Data hasil tes akhir power otot tungkai dianalisis dengan anava dua jalur

dan pengujian hipotesis dengan perhitungan uji F pada taraf signifikan 0,05 yang

sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas sampel (uji

Lilliefors dengan α = 0,05) dan uji homogenitas varians (Uji Bartlett dengan α =

0,05). Prosedur Analisis Variansi dua jalur secara rinci sebagai berikut:

Page 103: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 7. Analisis Variansi Dua Jalur

Source of Variance SS df MS F

Between groups A B A*B Within groups Total

SSB

SS1 SS2

SS1x2

SSW

SST

dfB

df1 df2

df1x2

dfW

dfT

MSB

MS1 MS2

MS1x2

MSW

FB

F1

F2

F1x2

Langkah-langkah penghitungan:

a. Sum of Square

1) Total Sum of Square (SSr)

( )å å-=

N

XXSSr

2

2

2) Between group sum of square (SSB)

( ) ( ) ( ) ( )N

X

N

X

N

X

N

XSS

k

kB

22

2

2

2

1

2

1 åååå -++=

3) Within group sum square (SSw) SSw = SSr - SSB

4) Sum of square for factor 1 (SS1)

( ) ( )N

X

columneachinNcolumneachofSum

SS22

1åå -=

5) Sum of square for factor 2 (SS2)

( ) ( )N

X

roweachinNroweachofSum

SS22

2åå -=

6) Sum of square for Interactions (SS1x2)

SS1x2 = SSB – SS1 – SS2

b. Degrees of freedom

1) Total Degrees of Freedom dengan rumus dfr = N – 1

Degrees of Freedom Within Groups, dfW = N – K

2) Degrees of Freedom for Factor 1

Page 104: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

df1 = one less than the number of levels for factor 1

3) Degrees of Freedom for Factor 2

df1 = one less than the number of levels for factor 2

4) Degrees of Freedom for Interaction

df1x2 = df1xdf2

5) Degrees of Freedom Between Groups

dfB = k – 1

c. Mean Square

1) Mean Square Between Group (MSB)

B

BB df

SSMS =

2) Mean Square within Group (MSW)

W

WW df

SSMS =

3) Mean Square for factor 1 (MS1)

1

1

df

SSMS B =

4) Mean Square for factor 2 (MS2)

2

2

df

SSMS B =

5) Mean Square for interaction (MS1x2)

21

2121

x

xx df

SSMS =

d. F rations and tests of significance

1) Effect of Between group (FB)

W

B

MS

MSF =

2) Effect of factor 1 (F1)

WMS

MSF 1=

3) Effect of factor 2 (F2)

Page 105: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

WMS

MSF 2=

4) Effect of interaction (F1x2)

W

x

MS

MSF 21=

3. Uji Rentang Newman–Keuls Setelah ANAVA

Selanjutnya untuk membandingkan rata-rata perlakuan dengan

menggunakan uji Rentang Newman–Keuls (Sudjana, 2000: 36 - 40), bertujuan

untuk mengetahui perlakuan manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap

kemampuan lompat jauh yang dicapai oleh sampel, dengan langkah-langkah dan

rumus sebagai berikut:

a. Mengurutkan nilai peningkatan perlakuan dari yang paling kecil ke yang

besar.

b. Dari rangkuman ANAVA, diambil harga RJKE disertai dk-nya.

c. Selanjutnya Hitung Kekeliruan Baku Rata-Rata untuk tiap perlakuan dengan

rumus dibawah ini:

yS =

1

)(

n

RJK kekeliruan

RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA

d. Tentukan taraf signifikansi α, lalu gunakan Daftar Rentang Student. Daftar

ini mengandung dk = v dalam kolom kiri dan p dalam baris atas. Untuk uji

Newman-Keuls, diambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2, 3, .... k.

Harga-harga yang didapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dan p

supaya dicatat.

Page 106: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

e. Kalikan harga-harga yang didapat di titik 8 di atas masing-masing dengan s1.

Dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan Rentang

Signifikan Terkecil (RST).

f. Bandingkan selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil dengan RST untuk

p = k, selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk

p = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata

terbesar kedua dan rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-

rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2),

dan seterusnya. Dengan jalan begini, semuanya akan ada Vt k (k-1) pasangan

yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar

daripada RST-,nya masing-masing, maka disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan di antara rata-rata perlakuan.

4. Hipotesis Statistik

Hipotesis 1 = Ho = µ A1 = µ A2

H1 = µ A1 ¹ µ A2

Hipotesis 2 = Ho = µ B1 = µ B2

H1 = µ B1 ¹ µ B2

Hipotesis 3 = Ho = µ A1 B2 = µ A1 B2

H1 = µ A1 B2 ¹ µ A1 B2

Keterangan:

µ = Nilai rata-rata

A = Latihan pliometrik

B = Tingkat kekuatan

µA1 = Rata-rata kelompok dengan latihan pliometrik double leg bound

µA2 = Rata-rata kelompok dengan latihan pliometrik depth jump

µB1 = Rata-rata kelompok dengan kekuatan otot tinggi

µB2 = Rata-rata kelompok dengan kekuatan otot rendah

µA1 B2 = Interaksi antara latihan pliometrik dengan kekuatan otot

Page 107: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.

Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada

tes awal dan tes akhir kemampuan lompat jauh. Berturut-turut berikut disajikan

mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes kemampuan lompat jauh yang dilakukan

sesuai dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:

Tabel 8. Deskripsi Data Kemampuan Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Pliometrik dan Kekuatan Otot Tungkai

Perlakuan Kekuatan

Otot Tungkai Statistik Hasil

Tes Awal

Hasil Tes

Akhir

Peningkatan

Latihan Pliometrik

Double Leg Bound

Tinggi

Jumlah 46.79 51.19 4.40

Rerata 4.679 5.119 0.440

SD 0.272 0.213 0.146

Rendah

Jumlah 46.90 49.31 2.41

Rerata 4.690 4.931 0.241

SD 0.270 0.253 0.094

Latihan Pliometrik

Depth Jump

Tinggi

Jumlah 42.58 46.96 4.38

Rerata 4.258 4.696 0.438

SD 0.153 0.217 0.137

Rendah

Jumlah 47.79 52.46 4.67

Rerata 4.779 5.246 0.467

SD 0.117 0.314 0.095

Page 108: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata kemampuan lompat jauh maka dapat

dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:

4.00

4.20

4.40

4.60

4.80

5.00

5.20

Pre

stas

i Lo

mp

at J

auh

Kelompok

Pre-test 4.68 4.52 4.47 4.73

Post-test 5.03 4.97 4.91 5.09

DLB (A1) DJ (A2) KOT T (B1) KOT R (B2)

Gambar 12. Histogram Nilai Rata-rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Pliometrik dan Kekuatan Otot Tungkai

DLB = Kelompok latihan pliometrik double leg bound

DJ = Kelompok latihan pliometrik depth jump

KOT T = Kelompok kekuatan otot tungkai tinggi

KOT R = Kelompok kekuatan otot tungkai rendah

= Hasil tes awal

= Hasil tes akhir

Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan kemampuan

lompat jauh yang berbeda. Nilai peningkatan kemampuan lompat jauh masing-

masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 109: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tabel 9. Nilai Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)

No Kelompok Perlakuan (Sel)

Nilai Peningkatan Kemampuan lompat

jauh

1 A1B1 (KP1) 0.440

2 A1B2 (KP2) 0.241

3 A2B1 (KP3) 0.438

4 A2B2 (KP4) 0.467

Nilai rata-rata peningkatan kemampuan lompat jauh yang dicapai tiap

kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

Pen

ing

kata

n P

rest

asi

Lo

mp

at

Jau

h

Kelompok

0.44 0.24 0.44 0.47

A1B1 (KP1) A1B2 (KP2) A2B1 (KP3) A2B2 (KP4)

Gambar 13. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Pada Tiap Kelompok Perlakuan

Page 110: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Keterangan :

KP1 = Kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi yang mendapat

perlakuan metode latihan pliometrik double leg bound

KP2 = Kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah yang mendapat

perlakuan metode latihan pliometrik double leg bound

KP3 = Kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi yang mendapat

perlakuan metode latihan pliometrik depth jump

KP4 = Kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah yang mendapat

perlakuan metode latihan pliometrik depth jump

Jika antara kelompok mahasiswa yang mendapat latihan pliometrik depth jump

dan dengan latihan pliometrik double leg bound dibandingkan, maka dapat diketahui

bahwa kelompok perlakuan latihan pliometrik double leg bound memiliki

peningkatan kemampuan lompat jauh sebesar 0.11 meter lebih tinggi dari pada

kelompok latihan pliometrik depth jump. Kelompok mahasiswa yang mendapat

perlakuan latihan pliometrik double leg bound memiliki peningkatan kemampuan

lompat jauh yang lebih besar dibandingkan kelompok mahasiswa yang mendapat

latihan pliometrik depth jump.

Jika antara kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi

dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok mahasiswa yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh

sebesar 0.09 meter lebih tinggi dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot tungkai rendah. Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot

tungkai tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang lebih besar

dibandingkan kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah

Page 111: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji

normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji

normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Kelompok

Perlakuan

N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan

KP1 10 0.440 0.146 0.1409 0.258 Berdistribusi Normal

KP2 10 0.241 0.094 0.1871 0.258 Berdistribusi Normal

KP3 10 0.438 0.137 0.1061 0.258 Berdistribusi Normal

KP4 10 0.467 0.095 0.2257 0.258 Berdistribusi Normal

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo =

0.1409. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf

signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data

pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan

pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0.1871, yang ternyata lebih kecil dari angka batas

penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal.

Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.1061.

Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan

signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data

pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang

Page 112: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.2257, yang ternyata juga lebih kecil

dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu

0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 juga termasuk

berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara

kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan

dengan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok

2 adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

∑ Kelompok Ni SD2

gab χ2o χ2

tabel 5% Kesimpulan

4 10 0.014 2.911 7.81 Varians homogen

Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2

o = 2.911. Sedangkan dengan

K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2

o = 2.911

lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara

kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan

interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-

langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji

Page 113: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian

disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.

Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:

Tabel 12. Ringkasan Nilai Rata-Rata Kemampuan lompat jauh Berdasarkan Jenis Metode Latihan Pliometrik Dan Kekuatan otot Tungkai

Variabel Rerata Kemampuan lompat jauh

A1

A2

B1

B2

B1

B2

Hasil tes awal 4.679 4.690 4.258 4.779

Hasil tes akhir 5.119 4.931 4.696 5.246

Peningkatan 0.440 0.241 0.438 0.467

Keterangan :

A1 = Latihan pliometrik double leg bound.

A2 = Latihan pliometrik depth jump.

B1 = Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi

B2 = Kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan

Pliometrik (A1 dan A2)

Sumber Variasi dk JK RJK Fo

Ft

A 1 0.1254 0.125 8.6766 * 4.11

Kekeliruan 36 0.5205 0.014

Page 114: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Kekuatan Otot Tungkai (B1 dan

B2)

Sumber

Variasi dk JK RJK Fo

Ft

B 1 0.0723 0.072 4.9975 * 4.11

Kekeliruan 36 0.5205 0.014

Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor

Sumber

Variasi dk JK RJK Fo

Ft

Rata-rata

Perlakuan 1 6.2885 6.288

A 1 0.1254 0.125 8.6766 * 4.11

B 1 0.0723 0.072 4.9975 * 4.11

AB 1 0.1300 0.130 8.9893 * 4.11

Kekeliruan 36 0.5205 0.014

Total 40 7.1366

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians

KP A1B2 A2B1 A1B1 A2B2 RST

Rerata 0.241 0.438 0.440 0.467

A1B2 0.241 - 0.197 * 0.199 * 0.226 * 0.1099

A2B1 0.438 - 0.002 0.029 0.1323

A1B1 0.440 - 0.027 0.1460

A2B2 0.467 -

Keterangan ;

Yang bertanda * signifikan pada P £ 0,05.

Page 115: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis

sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis I

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan pliometrik double leg

bound memiliki peningkatan yang berbeda dengan latihan pliometrik depth jump.

Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 8.677 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian

hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa latihan pliometrik double leg

bound memiliki peningkatan yang berbeda dengan latihan pliometrik depth jump

dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata

latihan pliometrik depth jump memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada

latihan pliometrik double leg bound. Mahasiswa yang mendapatkan latihan

pliometrik double leg bound memiliki rata-rata peningkatan kemampuan lompat

jauh sebesar 0.341 meter, sedangkan mahasiswa yang mendapatkan latihan

pliometrik depth jump memiliki rata-rata peningkatan kemampuan lompat jauh

sebesar 0.453 meter.

2. Pengujian Hipotesis II

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang

berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Hal ini

dibuktikan dari nilai Fhitung = 4.998 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol

(H0) ditolak. Yang berarti bahwa mahasiswa yang memiliki kekuatan otot

tungkai tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang berbeda

Page 116: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

dengan mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah dapat diterima

kebenarannya.

Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang

lebih baik dari pada mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

Mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi memiliki rata-rata

peningkatan kemampuan lompat jauh sebesar 0.439 meter, sedangkan mahasiswa

yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah memiliki rata-rata peningkatan

kemampuan lompat jauh sebesar 0.354 meter.

3. Pengujian Hipotesis III

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan

pliometrik dan kekuatan otot tungkai sangat bermakna. Karena Fhitung = 8.989 >

Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol ditolak. Yang berarti terdapat

interaksi yang signifikan antara jenis metode latihan pliometrik dan kekuatan otot

tungkai.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian

hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu :

(a) Ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian.

Faktor utama yang diteliti meliputi:

Page 117: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

1) Perbedaan jenis metode latihan pliometrik

2) Perbedaan kekuatan otot tungkai

(b) Ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi

dua faktor.

Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Pliometrik Double Leg Bound Dan

Pliometrik Depth Jump Terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh

yang nyata antara kelompok mahasiswa yang mendapatkan latihan pliometrik

double leg bound dan kelompok mahasiswa yang mendapatkan latihan pliometrik

depth jump terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh. Pada kelompok

mahasiswa yang mendapat latihan pliometrik depth jump mempunyai

peningkatan kemampuan lompat jauh yang lebih baik dibandingkan dengan

kelompok mahasiswa yang mendapat latihan pliometrik double leg bound.

Latihan pliometrik depth jump mengembangkan kondisi fisik yang sesuai dengan

karakteristik kebutuhan fisik kemampuan lompat jauh.

Latihan pliometrik depth jump menggunakan alat bok yang cukup tinggi.

Latihan ini menuntut regangan otot tungkai yang lebih dalam dan reaksi gerak

vertikal yang besar. Latihan depth jump ini juga memanfaatkan berat badan dan

gravitasi untuk membangun daya ledak. Ketinggian lompatan pada tiap gerakan

lebih maksimal. Latihan pliometrik depth jump dapat meningkatkan power

maksimal. Dengan peningkatan power maksimal maka kemampuan lompat jauh

dapat meningkat lebih tinggi.

Page 118: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa

perbandingan rata-rata peningkatan persentase kemampuan lompat jauh yang

dihasilkan oleh latihan pliometrik depth jump lebih tinggi 0.11 meter dari pada

dengan latihan pliometrik double leg bound.

2. Perbedaan Pengaruh Kekuatan Otot Tungkai Terhadap Kemampuan

Lompat Jauh

Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh

yang nyata antara kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi dan

kekuatan otot tungkai rendah terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh.

Pada kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi mempunyai

peningkatan kemampuan lompat jauh lebih baik dibanding kelompok mahasiswa

dengan kekuatan otot tungkai rendah.

Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh

yang nyata antara kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi dan

kekuatan otot tungkai rendah terhadap hasil kemampuan lompat jauh. Pada

kelompok mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi mempunyai

peningkatan kemampuan lompat jauh lebih tinggi dibanding kelompok

mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah. Pada kelompok mahasiswa

kekuatan otot tungkai tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada

mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah. Kekuatan otot tungkai

merupakan komponen penting untuk pembentukan power dan unsur penting

untuk melakukan tolakan pada lompat jauh. Hasil latihan power otot tungkai

dipengaruhi oleh tingkat kemampuan kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki

sebelumnya. Kekuatan otot tungkai merupakan modalitas untuk memperoleh

Page 119: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

power otot tungkai yang tinggi. Dengan kekuatan otot tungkai yang baik, maka

pembentukan power otot tungkai lebih mudah dicapai.

Kekuatan otot tungkai merupakan unsur kondisi fisik yang dapat

menunjang pembentukan power dan daya lompat yang sangat diperlukan untuk

mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Mahasiswa yang memiliki kekuatan

otot tungkai tinggi memiliki potensi terbentuknya power atau daya lompat yang

lebih baik, dari pada mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa

perbandingan rata-rata peningkatan kemampuan lompat jauh pada mahasiswa

yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi 0.09 meter yang lebih tinggi dari

pada kelompok mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Dengan Kekuatan otot Tungkai

Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-

faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang

nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel di

bawah ini.

Tabel 17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Kemampuan lompat jauh.

Faktor A = Metode Latihan Pliometrik

B = Kekuatan

Otot Tungkai

Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2

B1 0.440 0.438 0.439 0.002

B2 0.241 0.467 0.354 0.226

Rerata 0.341 0.453 0.397 0.085

B1 – B2 0.199 0.029 0.112

Page 120: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 14. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh

Keterangan :

: A1 = Latihan pliometrik double leg bound.

: A2 = Latihan pliometrik depth jump

: B1 = Kekuatan otot tungkai tinggi

: B2 = Kekuatan otot tungkai rendah

Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai

kemampuan lompat jauh adalah tidak sejajar dan bersilangan. Garis perubahan

Page 121: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

peningkatan prestasi antar kelompok memiliki suatu titik pertemuan atau

persilangan. Antara jenis latihan pliometrik dan kekuatan otot tungkai memiliki

titik persilangan. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa kekuatan otot tungkai berpengaruh

signifikan terhadap penggunaan metode latihan pliometrik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata mahasiswa yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dengan latihan pliometrik double leg

bound, memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang lebih baik

dibandingkan mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah dan mendapat

perlakuan latihan pliometrik double leg bound. Mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh yang

besar jika dilatih dengan latihan pliometrik depth jump. Keefektifan penggunaan

metode latihan pliometrik dipengaruhi oleh klasifikasi kekuatan otot tungkai

yang dimiliki mahasiswa. Mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi lebih

cocok jika mendapatkan latihan pliometrik double leg bound, sedangkan

mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah lebih cocok jika mendapatkan

latihan pliometrik depth jump.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata ada interaksi antara antara metode

latihan pliometrik dengan kekuatan otot tungkai, hal ini terlihat bahwa arah

perubahan peningkatan prestasi tidak sejajar dan memiliki titik pertemuan.

Mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai tinggi memiliki peningkatan prestasi

yang tinggi, jika mendapat latihan pliometrik double leg bound, sedangkan

mahasiswa dengan kekuatan otot tungkai rendah memiliki peningkatan prestasi

yang tinggi, jika mendapat latihan pliometrik depth jump. Berdasarkan hasil

penelitian yang dicapai kekuatan otot tungkai memiliki pengaruh interaksi

terhadap hasil latihan pliometrik.

Page 122: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan pliometrik double

leg bound dan pliometrik depth jump terhadap kemampuan lompat jauh.

Pengaruh metode latihan pliometrik depth jump lebih baik dari pada pliometrik

double leg bound.

2. Ada perbedaan kemampuan lompat jauh yang signifikan antara mahasiswa yang

memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Peningkatan kemampuan

lompat jauh pada mahasiswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi lebih

baik dari pada yang memiliki kekuatan otot tungkai rendah.

3. Terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan pliometrik dan

kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh.

a. Latihan pliometrik double leg bound lebih cocok bagi s mahasiswa dengan

kekuatan otot tungkai tinggi.

b. Latihan pliometrik depth jump lebih cocok bagi mahasiswa dengan kekuatan

otot tungkai rendah.

B. Implikasi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide

yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar

kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

Page 123: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode latihan pliometrik dan kekuatan

otot tungkai merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan

kemampuan lompat jauh.

2. Metode latihan plaiometrik, baik double leg bound maupun depth jump keduanya

ternyata memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan

lompat jauh. Kedua metode latihan pliometrik tersebut dapat dipergunakan upaya

meningkatkan kemampuan lompat jauh.

3. Latihan pliometrik depth jump ternyata memberikan pengaruh yang lebih tinggi

dalam meningkatkan kemampuan lompat jauh. Kebaikan latihan pliometrik depth

jump ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan pelatih dalam

upaya meningkatkan kemampuan lompat jauh.

4. Kekuatan otot tungkai merupakan variabel penting yang berpengaruh terhadap

kemampuan lompat jauh. Tingkat kekuatan otot tungkai yang dimiliki pelompat

menentukan peningkatan kemampuan lompat jauh.

5. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode latihan

pliometrik dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh, masih ada faktor lain

yaitu kekuatan otot tungkai. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan

peningkatan kemampuan lompat jauh yang sangat signifikan antara kelompok

kekuatan otot tungkai tinggi dan kekuatan otot tungkai rendah. Hal ini

mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya peningkatan kemampuan

lompat jauh hendaknya memperhatikan faktor tingkat kekuatan otot tungkai.

Page 124: PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KEKUATAN OTOT ...... · DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH ... Gambar 6. Posisi Saat Melayang pada Lompat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Latihan pliometrik depth jump memiliki pengaruh yang lebih baik dalam

meningkatkan kemampuan lompat jauh, sehingga pengajar dan pelatih lebih

memilih latihan pliometrik depth jump dalam upaya meningkatkan kemampuan

lompat jauh.

2. Penerapan penggunaan metode latihan pliometrik untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh, perlu memperhatikan faktor kekuatan otot tungkai.

3. Agar kemampuan lompat jauh lebih maksimal maka kekuatan otot, khususnya

kekuatan otot tungkai pelompat hendaknya ditingkatkan hingga level tinggi.

4. Agar peningkatan prestasi lebih efektif, penerapan latihan pliometrik untuk

meningkatkan kemampuan lompat jauh hendaknya mempertimbangkan tingkat

kemampuan kekuatan otot tungkai yang telah dimiliki.