39
PERBEDAAN TINGKAT KEDISIPLINAN DIRI MAHASISWA YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN RESIMEN MAHASISWA MAHADIPA DI JAWA TENGAH OLEH SARCE IRIANI BEAY 802011006 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagai Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

PERBEDAAN TINGKAT KEDISIPLINAN DIRI MAHASISWA

YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI

KEGIATAN RESIMEN MAHASISWA MAHADIPA DI JAWA TENGAH

OLEH

SARCE IRIANI BEAY

802011006

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagai Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang
Page 3: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang
Page 4: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang
Page 5: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang
Page 6: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang
Page 7: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

PERBEDAAN TINGKAT KEDISIPLINAN DIRI MAHASISWA

YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI

KEGIATAN RESIMEN MAHASISWA MAHADIPA DI JAWA TENGAH

Sarce Iriani Beay

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

i

Abstrak

Pendidikan karakter diperlukan dalam kehidupan seseorang, salah satu pendidikan karakter

adalah kedisiplinan diri. Pada tingkat mahasiswa adanya kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa

yang disebut Resimen Mahasiswa yang mengedepankan kedisiplinan diri sebagai salah satu

tujuan pendidikan karakter. Pada penelitian ini masalah yang dirumuskan adalah apakah ada

perbedaan tingkat kedisiplinan mahasiswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan

Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

perbedaan tingkat kedisiplinan diri mahasiswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti

kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan

adalah penelitian kuantitatif. Sebanyak 70 orang yang di ambil sebagai sampel yaitu 35 orang

mahasiswa yang mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa dan 35 orang yang tidak mengikuti

kegiatan Resimen Mahasiswa dengan menggunakan teknik incendental sampling. Teknik

analisa data yang dipakai adalah teknik Uji-t diperoleh t=34.283 dengan p=0,000 karena nilai

signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan

tingkat kedisiplinan diri mahasiswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan

Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah.

Kata Kunci : Kedisiplinan diri, Keikutsertaan dalam Resimen Mahasiswa (MENWA).

Page 9: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

ii

Abstract

Character educationis neededin human life, and one of the caracter edusation isself-

discipline. As for student in university, one of the extracurricular activities are Resimen

Mahasiswa, that emphasizes self-discipline as one of the goals of character education.The

problem that formulated in this study is whether there are differences in the level of discipline

students who attend and who do not follow the activities of the Resimen Mahasiswa

Mahadipa in Central Java. The aim ofthis study is to determine differences in the level of self-

discipline students who attendand who do not follow the activities of the Resimen Mahasiswa

Mahadipa in Central Java. The method that used is quantitative research. There are 70

people were taken as the sample of 35 students who participated in the Resimen Mahasiswa

and 35 people who did not take part in the Resimen Mahasiswa and using incendental

sampling techniques. Data analysis technique that used in this study is t-test technique which

obtained t=34.283 with p=0.000 due to the significant valueof 0.000(p <0.05).The results

showed that there are differences in the level of self-discipline students who attend and who

do not follow the activities of the Resimen Mahasiswa Mahadipa in Central Java.

Keywords: Self-discipline, Participation in Resimen Mahasiswa (MENWA).

Page 10: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

1

PENDAHULUAN

Pendidikan telah membuat perubahan yang besar bagi setiap bangsa sehingga di era-

globalisasi ini manusia dapat menikmati kemajuan teknologi, kemajuan berpikir dan

sebagainya. Pendidikan begitu dibutuhkan bangsa karena maju atau tidaknya suatu bangsa

ditentukan dari kualitas pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan faktor

yang paling penting (Mahuda & Maksum, 2013). Menurut Undang-undang Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal yang ke-3,

pendidikan memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan

demikian pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan serta keahlian dan

keterampilan (pendidikan kognitif dan motorik), tetapi mengajari peserta didik agar bisa

mengembangkan pendidikan karakter yang mengajari perilaku yang didasari aturan-aturan

seperti, kedisiplinan diri ini, (pendidikan afektif) (Rajab, Kompas.com, 26 oktober 2013).

Pendidikan karakter ini sangat diperlukan dalam kehidupan seseorang, untuk dapat

menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter (Ayu, 2014). Nilai-nilai karakter

tersebut salah satunya seperti, kedisiplinan diri yang dapat membentuk karakter seseorang

menjadi baik. Bila sikap kedisiplinan diri ini tidak diupayakan manusia khususnya pada anak-

anak yang tergolong dalam usia remaja, dapat memberikan efek dimana mereka bisa

terjerumus ke hal-hal yang menunjukkan sikap negatif. Misalnya seks bebas, narkoba,

minum-minuman keras, tawuran antar remaja, dan yang sejenisnya (Sochib, 2010). Selain itu

ketidakdisiplinan diri ini dapat terlihat dikalangan mahasiswa di Perguruan Tinggi seperti,

masih ada yang membuang-buang waktunya atau menunda waktunya dalam melakukan

kewajibannya untuk mengerjakan tugas yang diberikan serta ada yang melanggar peraturan

Page 11: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

2

yang sudah dibuat oleh kampus. Haldiatas ini menunjukkan suatu ketidakdisiplinan yang

dapat menghambat terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas (Annisa, Wijayanti dan

Priyatma, 2012). Berbicara mengenai menunda-nunda waktu berarti telah membawa individu

kepada tidak disiplin dalam waktu. Dari hal ini, akan membawa individu tidak disiplin juga

dalam mengatur uang yang ternyata dapat menimbulkan bibit-bibit korupsi (Harahap,

Okezone, Selasa, 23 Sepetember 2014). Jika hal-hal di atas ini dibiarkan maka pendidikan

belum mampu untuk membangun karakter bangsanya dengan baik (Kardiyem, 2013). Dengan

demikian, kedisiplinan diri sangat dibutuhkan karena memiliki peranan penting yang akan

mendorong individu untuk dapat melakukan sesuatu lebih efektif dan efisien serta

membentuk kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dan dapat

mengembangkan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungannya yang sebagai modal

dasar bagi suatu kehidupan yang sukses dimasa depan serta memantapkan peran sosial

individu (Gilang, 2013). Hasil riset dari (Atifah, dalam Rut, 2007) menyatakan bahwa

ternyata ada hubungan antara tingkat kedisiplinan dan prestasi belajar, dimana siswa yang

memiliki prestasi rendah cenderung tidak memiliki kedisiplinan begitu sebaliknya. Maka dari

itu, diperlukan kedisiplinan agar terhindar dari rasa malas dan siswa dapat belajar sesuai

dengan harapan-harapan dari masyarakat, (Susilawati, 2011).

Kedisiplinan merupakan suatu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu

sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang

berlaku. Maka dari itu, perilaku disiplin ini sangat diperlukan dalam pembinaan

perkembangan anak untuk menuju masa depan yang lebih baik (Rasdiyanah, dalam Rut,

2011). Untuk membentuk individu memiliki kedisiplinan diperlukan adanya kontrol diri

karena (Duckworth dan Seligman, 2006) mengatakan bahwa istilah kedisiplinan dan kontrol

diri dalam prakteknya berfungsi secara bersama-sama sehingga digunakan secara bergantian.

Pengendalian diri atau self-control menjadi dasar bagi integrasi pribadi yang merupakan

Page 12: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

3

salah satu kualitas penting dari individu yang dapat mengatur impuls-impuls, pikiran-

pikiran, kebiasaan-kebiasaan, emosi-emosi, dan tingkahlaku yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip yang dikenakan pada diri sendiri atau tuntutan-tuntutan yang dikenakan oleh

masyarakat. Individu yang memiliki pengendalian diri akan terhindar dari berbagai

tingkahlaku negatif. Sebaliknya individu yang lemah dalam pengendalian dirinya, cenderung

untuk bertingkahlaku negatif atau cenderung menunjukkan gejala perilaku tidak disiplin

yang melanggar/menyimpang, yang disebut sebagai bentuk masalah/pelanggaran disiplin

(Berk dalam Widodo, 2013).

Selain itu juga, kedisiplinan diri merupakan kunci kemajuan dan kesuksesan sehingga

kedisiplinan diri harus ditanamkan dan diinternalisasikan dalam diri individu (Mustari,

2011). Efek dari kedisiplinan diri ini akan memberikan hal-hal yang positif pada diri individu

seperti tidak berbohong tetapi melakukan kejujuran, berkelakuan baik, mengerjakan tugas

yang diberikan oleh pengajar, tepat waktu, tidak membuat keributan dan sebagainya (Sobri

dan Mordiyanto, 2014). Oleh sebab itu, pembelajaran tentang kedisiplinan diri perlu

diterapkan karena hal ini merupakan suatu pembelajaran nilai yang membentuk pribadi

bermoral serta memiliki kemampuan mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur

kemanusiaan dan keTuhanan, (Fitri, 2012). Kedisiplinan diri ternyata juga memiliki pengaruh

terhadap prestasi belajar karena dengan adanya kedisiplinan diri membuat anak didik dapat

terdorong untuk mengikuti aturan agar mencapai suatu tujuan serta dapat menumbuhkan

kepribadian yang baik, (Inayah, 2012).

Selain itu, kedisiplinan diri ini dipengaruhi oleh lingkungan baik lingkungan keluarga,

lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok atau lingkungan teman sebaya. Ada hasil

penelitian yang menyatakan bahwa lingkungan teman sebaya dapat memberi pengaruh dalam

berperilaku, berpakaian, mengikuti kegiatan-kegiatan, aturan dan sebagainya. Selain teman

sebaya ternyata lingkungan keluarga yang baik dapat berpengaruh jika pada lingkungan

Page 13: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

4

sebaya membawa pengaruh hal yang negatif (Hans, dalam Ingsih, 2010). Lingkungan

keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan disiplin

diri. Begitu juga dengan disiplin belajar akan terbentuk dalam diri siswa apabila orang

tua menanamkan nilai-nilai kedisiplinan (Khafid dan Suroso, 2007). Penelitian lain juga

mengungkapkan bahwa seseorang dapat memiliki disiplin diri dengan mengikuti kegiatan

ektrakurikuler yang diminati oleh siswa yang mengajarkan kedisiplinan itu sendiri

(Muctharjo, 2013). Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membentuk kedisiplinan diri seperti,

PRAMUKA, PMR, PASKIBRAKA, Olahraga, Sanggar Seni, Latihan Dasar Kepemimpinan

dan sebagainya (Hidayati, 2014). Berarti, mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan MENWA

tetapi mengikuti kegiatan lainnya juga dapat membentuk kedisiplinan dirinya.

Mengenai mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan MENWA dan juga tidak

mengikuti kegiatan esktrakurikuler lainnya di kampus. Saat peneliti melakukan observasi

awal ada beberapa mahasiswa yang memiliki kedisiplinan diri yang baik dan ada yang tidak

memiliki kedisiplinan diri yang baik bagi yang tidak mengikuti kegiatan MENWA dan

ekstrakurikuler lainnya. Untuk lebih mengetahui lebih lanjut ada mahasiswa yang tidak

mengikuti kegiatan MENWA dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lainnya peneliti

melakukan wawancara awal (15 Agustus 2015) mengungkapkan bahwa mahasiswa yang

tidak mengikuti kegiatan tetapi memiliki kedisiplinan diri yang baik karena sudah

mendapatkan didikan dari orangtuanya atau mahasiswa tersebut telah berada pada lingkungan

yang mengajarkan kedisiplinan sehingga ia memiliki kedisiplinan diri. Sedangkan, mahasiswa

yang tidak mengikuti kegiatan dan tidak memiliki kedisiplinan diri karena ia berada pada

lingkungan yang tidak membentuk kedisiplinan dirinya atau kurangnya didikan dari orangtua

untuk membentuk kedisiplinan mahasiswa tersebut, (Wawancara pribadi 15 Agustus 2015).

Berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang disiapkan diberbagai Perguruan Tinggi

ternyata ada satu kegiatan yang dapat juga memberikan pendidikan moral dan

Page 14: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

5

karaktermenjadi baik adalah MENWA (Washadi, 2013).Kegiatan ektarkurikuler Resimen

Mahasiswa kini ada diberbagai universitas di Indonesia terkhususnya di Jawa Tengah telah

dibentuk karena melalui kegiatan ini ada banyak hal yang dapat dipelajari tentang nilai-nilai

positif yang dapat membentuk karakter seseorang yaitu, religius, jujur, toleransi, disiplin,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli

sosial dan tanggung jawab (Washadi, 2013). Berdasarkan Komando Nasional Resimen

Mahasiswa Indonesia tujuan dasar dari Resimen Mahasiswa Indonesia yaitu sebagai

Resimen Mahasiswa yang mempunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa yang memiliki

pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental serta berwawasan kebangsaan agar mampu

melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi dan menanamkan dasar-dasar

kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional (Profil Organisasi,

2009). Jadi mengenai hal diatas Resimen Mahasiswa atau yang biasa disebut MENWA

memiliki peranan yang penting terutama dalam mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki

sikap disiplin tersebut.

Melalui kegiatan MENWA yang diterapkan pada berbagai universitas di Indonesia

terkhusus di Jawa Tengah ini memiliki manfaat misalnya mempunyai kesempatan untuk

mengikuti pelatihan jiwa kepemimpinan, kedisiplinan, dan ketrampilan untuk dapat bertahan

dalam menghadapi berbagai tantangan. Namun terkadang masih banyak kalangan masyarakat

yang berpikir bahwa MENWA hanya berisi kegiatan-kegiatan fisik yang melelahkan, yang

telah mempengaruhi konsentrasi belajar mahasiswa mereka menganggap MENWA adalah

militer mini di Kampus. Komandan MENWA Satuan 901 Undip Arga Kuspriandika

mengatakan anggota menwa dituntut memiliki kesegaran jasmani yang baik, sehingga latihan

fisik harus tetap dijalankan (Yunior, Suara Merdeka, 26 Mei 2007). Ada juga kekhasan dari

kegiatan MENWA ini yang tidak dimiliki dari kegiatan mahasiswa lainnya yang berada di

Page 15: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

6

perguruan tinggi yaitu sikap memegang teguh disiplin, loyalitas atau setia, dan cinta tanah air

yang mensinergikan kegiatan fisik dan mental yang bersamaan dengan penajaman wawasan

intelektual (Ghifari, Kompasiana Edukasi, 24 Januari 2014).

Ada beberapa contoh kegiatan MENWA yang mengandung unsur-unsur kedisiplinan

misalnya: Peraturan Baris-berbaris (PBB) yang membutuhkan kekompakkan serta ketepatan

dalam melaksanakan aba-aba dari pemimpinnya (Peraturan Baris Berbaris Dikutip dari SK

PANGAB 611/X/1985), Peraturan Penghormatan Militer (PPM) setiap anggota harus wajib

menyampaikan penghormatan kepada semua atasan serta kepada yang berhak menerimanya,

(Peraturan Penghormatan Militer Dikutip dari SK Dankodiklat TNI AD Nomor Skep

/64/III/2005), dan (PUDD) Peraturan Urusan Dinas Dalam dimana setiap batalyon di

Indonesia memiliki peraturan ini, begitu juga dengan korps MENWA Mahadipa Jawa

Tengah. Mengenai contoh yang ada diatas inilah yang merupakan suatu sarana untuk

menumbuhkan kedisiplinan Resimen Mahasiswa.

Wawancara awal peneliti dengan mahasiswa yang mengikuti MENWA (7 Februari

2015) menyatakan bahwa dengan mengikuti MENWA kita dapat dididik untuk memiliki

mental yang kuat dan fisik yang baik serta memiliki sikap kedisiplinan, rasa cinta tanah air

atau memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan upaya dalam membela negara untuk

mempertahankan NKRI. Kegiatan MENWA ini memang membentuk karakter seperti,

kedisiplinan bagi mahasiswa yang tidak terbiasa dengan melakukan sesuatu sesuai aturan.

Akhirnya, ia menjadi terbiasa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan aturan. MENWA

mengajarkan kedisiplinan kepada anggotanya dimana anggota harus mengikuti aturan yang

telah tertuang dalam PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam) jika dilanggar akan diberikan

sanksi sesuai dengan pelanggarannya. Kemudian, kebanyakan mahasiswa dari berbagai

perguruan tinggi senang mengikuti kegiatan ini juga karena memiliki minat pada bidang

khusus tersebut, (Wawancara pribadi 7 Februari 2015).

Page 16: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

7

MENWA merupakan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler ini

merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran atau kuliah untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat melalui

kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan berkewenangan di sekolah

maupun perguruan tinggi (Hendri, dalam Kurniwan dan Karyono, 2010). Dalam kegiatan

ekstrakurikuler ini begitu penting dimana mengajarkan pendidikan karakter seperti, kegiatan

MENWA yang mengajarkan kedisiplinan bagi siswa karena dapat memantapkan kepribadian

dan mewujudkan ketahanan diri agar terhindar dari pengaruh negatif dan bertentangan dengan

tujuan pendidikan, mengaktualisasi potensi siswa sesuai bakat serta minatnya (Supriatna,

2010).

Untuk kegiatan MENWA ini ada hasil penelitian Washadi (2013) menyatakan bahwa

implemetasi pendidikan karakter disiplin anggota MENWA tercermin dari sikap,

tindakan dan ucapan dalam keseharian para anggota resimen mahasiswa. Setiap anggota

MENWA begitu menunjukkan kedisiplinan mereka baik di dalam maupun di luar kampus. Di

dalam kampus anggota MENWA berusaha untuk disiplin dalam melakukan tugas, dan

tanggung jawabnya sebagai mahasiswa sedangkan di luar kampus misalkan senantiasa

berusaha untuk disiplin dalam berkendaraan. Kemudian sikap disiplin MENWA yang

menjadi tolak ukur adalah waktu, bagi anggota MENWA harus menghargai waktu jika tidak

akan memberikan resiko terhadap dirinya. Resiko dalam hal terlambat akan diberikan

hukuman (Washadi, 2013). Melihat hal diatas ini, menunjukkan bahwa kedisiplinan yang

diajarkan oleh MENWA kepada mahasiswa yang mengikuti MENWA atau anggota MENWA

dapat membentuk kedisiplinan dirinya. Kedisiplinan anggota MENWA terbentuk karena

didalamnya terdapat berbagai aturan yang harus ditaati sehingga anggota MENWA harus

mendorong dirinya untuk mengikuti aturan tersebut. Maka dari itu, hasil penelitian Hidayati

(2014) mengungkapkan kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk kedisiplinan siswa karena

Page 17: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

8

kegiatan ekstrakurikuler yang didalamnya terdapat berbagai aturan yang dibuat membuat

siswa harus menaatinya. Jika siswa melaksanakan aturan yang telah ditetapkan terus-menerus

maka siswa akan memiliki disiplin diri karena disiplin telah tertanam dialam bawah sadarnya

melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya.

Mahasiswa yang megikuti kegiatan Resimen Mahasiswa harus berhati-hati untuk

menjaga dirinya tidak melanggar aturan kalau melanggar akan mendapatkan sanksi berupa

hukuman. Maka dari itu, anggota MENWA berusaha untuk tidak melanggar aturan. Hal ini

serupa dengan teori Bandura (1977) mengungkapkan bahwa simbol yang didapat dari

modelling akan bertindak sebagai template sebagai pembanding tindakan. Proses ini terus

berlangsung sampai adanya kesesuaian yang memuaskan antara modelling dan pengamat

(Hergenhahn dan Olson, 2010). Jadi pada anggota MENWA mereka yang menjadi pengamat

berusaha mengikuti modelling jika tidak maka kesesuaian tidak ada maka dapat menimbulkan

hukuman bagi pengamat.

Selain itu juga, lingkungan MENWA begitu menekankan kepada lingkungan yang

harus taat pada aturan yang begitu ketat dimana kedisiplinan merupakan faktor utama. Maka

dari itu, lingkungan yang menekankan anggota MENWA harus menaati aturan. Jadi, mau

tidak mau harus ditaati aturan tersebut. Hal ini serupa dengan teori Hebb (1948) dalam

Hergenhahn dan Olson (2010) menyatakan lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap

seseorang. Ia menyatakkan lingkungan dapat terbagi menjadi dua yaitu, lingkungan terbatas

adalah lingkungan yang memberi proses pembelajaran terbatas bagi individu. Misalkan,

lingkungan yang tidak seperti lingkungan MENWA yang memuat berbagai aturan,

menunjukkan keterbatasan dalam proses pembelajaran kedisiplinan. Sedangkan, lingkungan

kaya yang memberikan berbagai macam pengalaman sensoris dan motoris. Misalkan,

lingkungan MENWA yang memberi berbagai macam pengalaman belajar seperti aturan yang

Page 18: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

9

begitu banyak yang membuat proses pembelajaran untuk membentuk kedisiplinan anggota

MENWA.

Mengenai hukuman atau sanksi yang diberikan kepada para anggota MENWA yang

tidak disiplin atau melanggar aturan agar mereka bisa disiplin kembali untuk mengikuti

aturan. Hal ini serupa juga dengan teori Skinner (1953) dalam Hergenhahn dan Olson (2010)

menyatakan bahwa hukuman merupakan konsekuensi yang menurunkan probabilitas

sehingga terjadinya suatu perilaku. Misalkan, perilaku yang ditunjukkan anggota MENWA

tidak mengikuti aturan yang diberikan maka akan ada konsekuensi yang diberikan yaitu

Komandan atau yang berwenang akan memberikan hukuman kepada anggota MENWA yang

melanggar aturan, agar perilaku kedepannya anggota MENWA akan kembali menaati aturan

yang telah ditetapkan.

Melihat hal di atas bahwa kedisiplinan diri itu penting karena dapat mempengaruhi

prestasi dan belajar siswa di bangku pendidikan terkhusus di perguruan tinggi dan

membentuk karakter yang baik. Maka lebih lanjut peneliti ingin menjadikan hal tersebut

sebagai dasar untuk mengetahui perbedaan tingkat kedisiplinan diri mahasiswa yang

mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah: Apakah ada perbedaan tingkat kedisiplinan mahasiswa yang mengikuti dan yang tidak

mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah ?

DASAR TEORI

1. Kedisiplinan Diri

a. Pengertian Kedisiplinan Diri

Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia bahwa arti dari kata disiplin adalah taat

kepada tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsbnya); ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan

tata tertib, dan sebagainya) (Ahmad dan Santoso, 1996). Kedisiplinan ini dapat terbentuk jika

Page 19: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

10

ada pengendalian dalam diri (self-control) untuk dapat mengatur impuls-impuls, pikiran-

pikiran, kebiasaan-kebiasaan, emosi-emosi, dan tingkahlaku yang berkaitan dengan prinsip-

prinsip yang dikenakan pada diri sendiri atau tuntutan-tuntutan yang dikenakan oleh

masyarakat. Sehingga, (Duckworth dan Seligman, 2006) mengatakan bahwa istilah

kedisiplinan dan kontrol diri dalam prakteknya berfungsi secara bersama-sama sehingga

digunakan secara bergantian.

Menurut Purnama (2006) Kedisiplinan diri merupakan suatu kontrol dari dalam diri

individu agar dapat menaati suatu aturan atau norma yang berdasarkan kepada kemauan diri

dan pertimbangan diri akan makna dan fungsi dari aturan tersebut.

Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara

kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat dan ingin ia peroleh

dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan pembatasan peraturan yang

diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan tempat ia hidup (Semiawan, 2009).

Menurut Werdiningsih (2010) Kedisiplinan merupakan suatu kesadaran yang

mendorong individu agar memiliki perilaku untuk menaati aturan yang berlaku sehingga

memunculkan kebiasaan yang teratur sesuai dengan tujuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan diri adalah suatu dorongan

dalam diri individu sehingga individu dapat menunjukkan perilaku dalam menaati aturan agar

menjaga keseimbangan diri dan lingkungan serta dapat menimbulkan kebiasaan yang teratur

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Diri

Dalam kedisiplinan diri dapat membentuk individu untuk membenahi setiap perilaku

menjadi lebih baik dan tidak menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi disiplin diri itu sendiri yaitu Rambawaku (2006): Pertama,

Kesadaran diri merupakan pemahaman akan disiplin diri yang begitu penting bagi diri. Oleh

Page 20: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

11

sebab itu, kesadaran diri menjadi motif yang kuat untuk mewujudkan kedisiplinan itu. Kedua,

Pengikutan dan ketaatan merupakan hal yang harus diterapkan pada peraturan agar dapat

mengatur perilaku individu. Ketiga, Alat pendidikan dapat digunakan untuk mengubah,

mempengaruhi, membina dan membentuk perilaku harus sesuai dengan norma yang berlaku

dan Keempat, Hukuman dihadirkan untuk mengupayakan individu agar dapat mengoreksi,

menyadarkan dan meluruskan sesuatu yang salah supaya individu dapat kembali ke perilaku

yang diharapkan.

Selain keempat faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi

kedisiplinan diri itu sendiri, Rambawaku (2006) adalah sebagai berikut : (1). Teladan,

perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata.

Manusia kebanyakan lebih mudah untuk meniru apa yang mereka lihat, bila dibandingkan

dengan apa yang mereka dengar, (2). Lingkungan Berdisiplin, seseorang dipengaruhi oleh

lingkungan. Bila berada di lingkungan berdisiplin, seseorang dapat terbawa oleh lingkungan

tersebut dan (3). Latihan Berdisiplin, disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses

latihan dan kebiasaan. Artinya, melakukan disiplin yang berulang-ulang dan

membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Maka, disiplin akan terbentuk

dalam diri individu tersebut.Kedisiplinan ini juga bukanlah dibentuk dari sejak lahir tetapi

merupakan keterampilan yang sudah dibentuk dari dalam diri kita sendiri karena adanya suatu

kebiasaan yang dilakukan (Puspitaningtyas, 2012).

c. Aspek-Aspek Kedisiplinan Diri

Aspek-aspek kedisiplinan diri diambil dari Tangney, Baumestier, dan Boone, (2004)

yang di dalamnya dapat mengukur kedisiplinan diri. Kemudian dimodifikasi oleh Noya

(2011). Ada 4 domain/aspek kedisiplinan diri adalah sebagai berikut : (1). Kontrol terhadap

pemikiran (kognitif), individu mampu untuk mengendalikan segala pikirannya sehingga

menghasilkan suatu perilaku yang positif. (2). Kontrol terhadap impulse (dorongan hati),

Page 21: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

12

individu mampu untuk mengendalikan diri dan bertindak dengan bijak terhadap dorongan hati

yang negatif dimana muncul secara tiba-tiba. (3). Kontrol terhadap emosi, individu mampu

untuk memiliki kesadaran diri emosi dalam hubungan dengan diri sendiri dan orang lain, dan

(4). Kontrol terhadap unjuk kerja, individu mampu memperoleh nilai yang baik dalam waktu

jangka panjang, karena mereka akan lebih baik dalam mengerjakan tugas tepat waktu,

mencegah diri dari aktivitas menunda-nunda waktu, belajar dengan efektif, dan mampu

menjaga emosi negatif yang merusak kinerja.

2. Keikutsertaan Dalam MENWA

a. Pengertian Keikutsertaan

Definisi keikutsertaan merupakan kegiatan yang melibatkan mental dan emosional

individu dalam keadaan atau situasi kelompok dimana mendorong setiap individu untuk

memberikan kontribusi terhadap kelompok tersebut, (Riyani, 2009).

Sedangkan, Menurut Yustinah (2011) keikusertaan yang diterjemahkan dalam

bahasa inggris “Participation” adalah anggota kelompok baik secara fisik maupun non-

fisik pastinya melibatkan mental dan emosional mereka untuk mencapai suatu tujuan dan

ikut bertanggung jawab didalamnya.

b. Pengertian MENWA

Berdasarkan SK No : Kep-001/KONAS/VII/2007 bahwa Resimen Mahasiswa atau

disingkat MENWA ini sebagai suatu wadah untuk mengikut sertakan para mahasiswa

didalam “Usaha Bela Negara” selain itu juga merupakan komponen kekuatan “Pertahanan

Negara”. Menurut (Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen

Mahasiswa Indonesia Dalam Bela Negara, 2007) mengungkapkan bahwa Resimen

Mahasiswa (MENWA) adalah: (a). Sebagai wadah, yang merupakan sarana

pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan keikutsertaan

dalam upaya bela negara, (b). Sebagai perorangan, yang merupakan anggota Menwa yang

telah mengikuti latihan dasar MENWA dan (c). Sebagai satuan, yang merupakan kesatuan

Page 22: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

13

Menwa yang terdiri dari Sub/Batalyon dan Kompi/Satuan yang ada di Perguruan Tinggi

maupun di luar Perguruan Tinggi yang anggotanya terdiri atas mahasiswa yang telah

mengikuti latihan dasar Resimen Mahasiswa.

c. Mahasiswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan MENWA

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan MENWA adalah mereka yang terdaftar secara

resmi sebagai anggota MENWA dan mengikuti kegiatan MENWA secara kelompok

mempunyai tujuan tertentu untuk membantu pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan,

potensi, bakat dan minat mahasiswa dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau UKM

(Unit Kegiatan Mahasiswa) yaitu MENWA.

Sedangkan mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan MENWA adalah mereka

yang tidak mengikuti kegiatan MENWA di kampus. Tetapi hanya memfokuskan dirinya

dengan mengikuti proses belajar di kampus.

d. Dasar dan Tujuan MENWA

Mengenai dasar hukum Resimen Mahasiswa atau MENWA (Profil Organisasi

Komandan Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, 2009) adalah sebagai berikut: (a).

Surat Keputusan Bersama Menteri Pertahanan, Menteri Pendidikan nasional, Menteri

Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor : Kb/14/M/X/2000, 6/U/KB/2000, 39 A

Tahun 2000 tentang Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa, dan (b).

UUD 1945 pasal 30 ayat 1 Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara.

Untuk tujuan Resimen Mahasiswa Indonesia (Profil Organisasi Komandan

Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, 2009) adalah sebagai berikut:(a).

Mempersiapkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan, sikap disiplin, fisik dan mental

serta berwawasan kebangsaan agar mampu melaksanakan tugas Tri Dharma Perguruan

Tinggi dan menanamkan dasar-dasar kepemimpinan dengan tetap mengacu pada tujuan

pendidikan nasional. (b). Sebagai wadah penyaluran potensi mahasiswa dalam rangka

Page 23: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

14

mewujudkan hak dan kewajiban warga Negara dalam Bela Negara dan (c).

Mempersiapkan potensi mahasiswa sebagai bagian dari potensi rakyat dalam Sistem

Pertahanan Rakyat Semesta.

e. Program Kerja MENWA yang mengajarkan Kedisiplinan Diri

Beberapa program Kerja Resimen Mahasiswa yang mengajarkan kedisiplinan

yaitu program pendidikan dan latihan yang merupakan program pelatihan ber\\jenjang

seperti, Latihan Dasar Resimen Mahasiswa (Latsar Menwa). (Profil Organisasi Komando

Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia, 2009). Dalam Latsar Menwa ini diajarkan

beberapa materi yang mengajarkan kedisiplinan seperti, materi Peraturan Baris-Berbaris

(PBB), dan Peraturan Penghormatan Militer (PPM). Materi yang mengajarkan kedisiplinan

ini memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:

1. Peraturan Baris-Berbaris (PBB).

Dalam baris-berbaris ini dapat membentuk kedisiplinan seseorang karena

merupakan suatu kebiasaan bagi angkatan bersenjata/masyarakat untuk membentuk suatu

perwatakan tertentu. Jika dilihat pada pasal 2 ayat 1 berbunyi; PBB dapat menumbuhkan

sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian

senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan individu dan

secara tidak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Lalu, ayat 4 yang berbunyi;

yang dimaksud dengan disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas individu

yang hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri. Jadi,

PBB dapat membentuk kedisiplinan karena memuat aturan, misalkan dalam hal ini akan

adanya pemeriksaan kerapihan maka dari itu setiap anggota MENWA harus berpakaian

rapi setiap saat karena bisa saja akan dilakukan pemeriksaan kerapihan saat berbaris

secara mendadak. Kemudian PBB ini juga pastinya akan menyuruh beberapa anggota

berkumpul untuk membentuk barisan dengan tepat waktu seperti, membentuk barisan

untuk apel pagi. Maka dari itu, setiap anggota harus mempersiapkan dirinya secepat

Page 24: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

15

mungkin supaya kalau ada aba-aba berkumpul semua anggota dapat mempersiapkan

dirinya (Peraturan Baris Berbaris Dikutip dari SK PANGAB 611/X/1985).

2. Peraturan Penghormatan Militer (PPM).

Mengenai PPM ini juga membentuk kedisiplinan anggota MENWA. Oleh sebab itu

pada Bab 2 Pasal 5 menyatakan bahwa PPM dapat melahirkan disiplin/tata tertib, ketaatan

dan keteraturan dikalangan militer, maka setiap anggota militer harus dan wajib

menyampaikan penghormatan kepada semua atasan juga kepada semua yang berhak

menerimanya. PPM dapat membentuk kedisiplinan MENWA karena merupakan suatu

aturan untuk dilaksanakan oleh setiap anggota MENWA. PPM ini juga dibentuk agar tidak

merusak sendi-sendi kehidupan anggota secara fatal yang akan membahayakan diri serta

kesatuan dan negara. Maka dari itu, MENWA membutuhkan kedisiplinan karena

merupakan hal yang mutlak dalam kehidupan kemiliteran. Jadi, anggota MENWA

memerlukan peraturan-peraturan yang mengatur dan mengikat serta tata cara penanaman

disiplin dalam kehidupan sehari-hari dlingkungan militer guna membentuk jiwa

keprajuritan (Peraturan Penghormatan Militer Dikutip dari SK Dankodiklat TNI AD

Nomor Skep /64/III/2005).

f. PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam) MENWA

Peraturan urusan dinas dalam (PUDD) merupakan ketentuan yang mengatur cara-

cara menanamkan kedisiplinan bagi anggota Resimen Mahasiswa dalam kehidupan sehari-

hari sesuai tugas masing-masing baik di dalam maupun di luar lingkungan MENWA.

PUDD ini sebagai pedoman yang bertujuan untuk memberi kejelasan dan pengaturan

pelaksanaan urusan dinas dalam. PUDD ini ada untuk mengatur MENWA dalam

menjalan tugasnya sebagai Resimen Mahasiswa. Aturan-aturan yang ada pada PUDD ini

juga dapat melatih kedisiplinan anggota MENWA (PUDD Menwa Kompi-A/IPB Tahun

2014-2015).

Page 25: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

16

3. Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa Yang Mengikuti dan Yang Tidak

Mengikuti Kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa Di Jawa Tengah

Mahasiswa yang mengikuti kegiatan MENWA yaitu mahasiswa yang terlibat dan

memiliki minat dalam kegiatan MENWA untuk mencapai tujuan didalam mengembangkan

dirinya. MENWA dituntut harus disiplin karena ada beberapa aturan dimasukkan dalam

PUDD yaitu ketentuan yang mengatur cara-cara menanamkan disiplin bagi anggota

MENWA dalam kehidupan sehari-hari sesuai tugas masing-masing baik di dalam maupun

di luar lingkungan MENWA, (PUDD Menwa Kompi-A/IPB Tahun 2014-2015). Dalam

PUDD terdapat berbagai aturan yang harus diikuti anggota MENWA seperti aturan dalam

perizinan, etika dalam penghormatan dan tata cara dalam pemakaian seragam PDH dan

PDL mengenai hal ini anggota MENWA harus lengkap menggunakan atribut dan

sebagainya. Oleh sebab itu, MENWA dituntut untuk dapat mengikuti aturan-aturan dalam

PUDD tersebut (Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa

Indonesia Dalam Bela Negara, 2007). MENWA harus melekat dengan kedisiplinan karena

masuk MENWA sudah merupakan seorang prajurit tanpa kedisiplinan dalam diri seorang

anggota MENWA akan berakibat fatal yang akan membahayakan diri serta kesatuan dan

negara. Maka dari itu, MENWA harus siap dan tepat waktu dalam segala hal.

MENWA juga dibentuk kedisiplinannya dari Latihan Dasar Resimen Mahasiswa

(Latsar Menwa) atau Pendidikan Dasar (Diksar). Kedisiplinan dibentuk pada kegiatan ini

karena MENWA mengajarkan anggotanya untuk menjadi seorang prajurit sehingga

membutuhkan hal tersebut. MENWA itu mengajarkan anggotanya harus memiliki jiwa

kedisiplinan melalui kegiatan yang memiliki aturan seperti PBB, PPM dan mengikuti

aturan yang tertuang di PUDD. MENWA juga memiliki Provoost yang berfungsi sebagai

penegak kedisiplinan dimana ia harus selalu memperhatikan setiap anggotanya jika ada

yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan akan berhadapan dengan proovost jika

diijinkan oleh atasan atau atasan yang langsung berhadapan kepada yang membuat

Page 26: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

17

pelanggaran dan diberikan sanksi sesuai dengan pelanggaran. Hal ini serupa dengan teori

Skinner (1953) menyatakan bahwa hukuman merupakan konsekuensi yang menurunkan

probabilitas sehingga terjadinya suatu perilaku (Hergenhahn dan Olson, 2010).

Peraturan yang seringkali dilakukan berulang-ulang kali dapat menimbulkan

kebiasaan bagi anggota MENWA sehingga menjadi disiplin baik di dalam dan di luar

kampus seperti, anggota MENWA selalu menujukkan kerapian dalam berpakaian,

melakukan sesuatu tidak menunda-nunda waktu berusaha untuk tepat waktu dan

sebagainya, dimana mencerminkan pribadi dan karakter yang disiplin, (Washadi, 2013).

Mengenai kedisiplinan yang ada di MENWA ini mau atau tidak mau anggota harus

mengikuti aturan jika tidak akan diberikan sanksi.

Berbeda dengan mahasiswa yang tidak mengikuti memang mereka diajak untuk

berdisiplin tetapi sanksi yang diberikan kalau diamati di kampus-kampus hampir tidak

selalu diberi bila dibandingkan dengan MENWA yang salah sedikit diberikan sanksi.

Sehingga membuat MENWA untuk berhati-hati untuk menjaga dirinya tidak melanggar

aturan yang ada. Sehingga teori Bandura (1977) mengungkapkan bahwa simbol yang

didapat dari modelling akan bertindak sebagai template sebagai pembanding tindakan.

Selama proses ini individu akan mengamati perilaku mereka sendiri dan

membandingkannya dengan representesi kognitif dari pengalaman si model. Proses ini

terus berlangsung sampai adanya kesesuaian yang memuaskan antara modelling dan

pengamat (Hergenhahn dan Olson, 2010). Dari hal ini tampak pada MENWA bahwa

mereka yang menjadi pengamat berusaha mengikuti modelling jika tidak maka kesesuaian

tidak ada maka dapat menimbulkan hukuman bagi pengamat.

Selain itu juga lingkungan MENWA begitu menekankan kepada lingkungan harus

taat pada aturan yang begitu ketat dimana kedisiplinan merupakan satu faktor utama.

Sehingga mahasiswa yang mengikuti MENWA ditekankan untuk berdisiplin sedangkan

Page 27: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

18

kedisiplinan pada mahasiswa yang tidak mengikuti MENWA berada pada lingkungan

yang tidak seketat MENWA dalam hal kedisiplinan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

teori Hebb (1948) menyatakan bahwa lingkungan memberikan pengaruh terhadap

seseorang. Lingkungan terbagi menjadi dua yaitu lingkungan terbatas dimana lingkungan

yang memberi proses pembelajaran terbatas bagi inividu sedangkan lingkungan kaya yang

memberikan berbagai macam pengalaman sensoris dan motoris (Hergenhahn dan Olson,

2010).

Mengingat hal diatas ini peneliti ingin melihat adakah perbedaan tingkat

kedisiplinan diri mahasiswa yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan Resimen

Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini mempunyai dua variabel utama yang diidentifikasi yaitu:

Variabel tergantung : Kedisiplinan diri.

Variabel bebas : Keikutsertaan dalam MENWA.

Keikutsertaan dibagi menjadi dua yaitu mahasiswa yang mengikuti kegiatan dan

mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan. Jenis penilitian ini adalah penelitian

kuantitatif.

a. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti

dan yang tidak mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa Tengah.

b. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 35 orang mahasiswa yang mengikuti kegiatan

Resimen Mahasiswa yaitu terdiri dari mahasiswa UKSW 5 orang, UNNES 10 orang,

UPGRI 10 orang dan UDINUS 10 orang, sedangkan yang tidak mengikuti kegiatan

Resimen Mahasiswa 35 orang mahasiswa yaitu terdiri dari mahasiswa UKSW 5 orang,

Page 28: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

19

UNNES 10 orang, UPGRI 10 orang dan UDINUS 10 orang. Dengan demikian, total

sampel penelitian ini adalah sebanyak 70 orang mahasiswa.

c. Sample dan Metode Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah incendental

sampling.Sampel diambil berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh penulis. Untuk sampel

penelitian sebanyak 70 orang mahasiswa.

METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner (angket).

Angket ini ada berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab dan diisi oleh sejumlah subjek

penelitian dan juga harus berdasarkan atas jawaban. Angket ini disusun berdasarkan skala

Likert dengan 4 kategori pilihan jawaban, yakni Sangat Sesuai [SS], Sesuai [S], tidak

sesuai [TS], dan sangat tidak sesuai [STS]. Hal ini dilakukan agar subjek lebih mudah

dalam memberikan jawaban yang sesuai dengan dirinya, sedangkan jawaban netral

dihilangkan agar subjek memilih jawaban dengan pasti.

Item-item yang diindikasikan berupa item favorable dimana tingginya atribut yang

diukur memihak pada subjek. Seperti, subjek memperoleh nilai 4 untuk jawaban yang

sangat sesuai, nilai 3 untuk jawaban yang sesuai, nilai 2 untuk jawaban yang tidak sesuai

dan nilai 1 untuk jawaban yang tidak sesuai. sedangkan item unfavorable dimana

rendahnya atribut yang diukur tidak memihak pada subjek. Seperti, subjek memperoleh

nilai 1 untuk jawaban yang sangat sesuai, nilai 2 untuk jawaban yang sesuai, nilai 3 untuk

jawaban yang tidak sesuai dan nilai 4 untuk jawaban yang tidak sesuai. Jadi, semakin

tinggi skor yang diperoleh, menunjukkan semakin tinggi kedisiplinan, sebaliknya semakin

rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah kedisiplinan.

Untuk mengukur kedisiplinan di gunakan Brief Self-Control Scale (BSCS) yang

disusun oleh Tangney, et all (2004) kemudian dimodifikasi oleh Noya (2011). Ada 4

domain/aspek kedisiplinan yaitu; kontrol terhadap pemikiran, kontrol terhadap impuls,

Page 29: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

20

kontrol terhadap emosi, dan kontrol terhadap unjuk kerja. Pengukuran kedisiplinan ini

terdapat didalamnya pengukuran kontrol diri melihat kedisiplinan dan kontrol diri

merupakan kedua istilah yang dalam prakteknya berfungsi secara bersama-sama sehingga

digunakan secara bergantian, (Duckworth dan Seligman, 2006).

Pengumpulan dengan menggunakan skala kedisiplinan. Data yang telah

dikumpulkan akan diuji kembali dengan menggunakan try out terpakai. Uji coba ini

dilakukan terhadap 70 subjek penelitian untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Untuk

validitas diukur dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment dari

Pearson,setelah itu realibiltas akan dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach.

yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 16.0 (Sugiyono, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Beda Item dan Uji Relibilitas

Uji daya beda item terhadap skala kedisiplinan diri mahasiswa yang mengikuti

MENWA dan yang tidak mengikuti MENWA terdiri dari 53 item, tidak ada item yang

gugur. Koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,568-0,919. Menurut Sugiyono

(2012) kriteria atau syarat suatu item tersebut dinyatakan valid adalah bila korelasi tiap

faktor tersebut bernilai positif dan besarnya 0,3 keatas.

Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik

koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien αpada skala kedisiplinan diri

sebesar 0,993.Hal ini berarti skala kedisiplinan diri realibel karena interval koefisiennya

berada pada tingkat yang sangat kuat yaitu antara 0,80-1000, (Sugiyono, 2012).

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat berdasarkan rata-rata (mean),

standart deviasi, nilai maksimal dan minimal. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat rata-rata dari masing-masing variabel, sebagai berikut:

Uji Deskriptif Statistika

Page 30: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

21

Tabel 1. Descriptive Statistics.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Gabungan 70 83 206 136.46 42.296

Valid N (listwise) 70

Berdasarkan skala mahasiswa yang mengikuti MENWA terdapat 53 item valid.

Berdasarkan hasil analisa dari skala mahasiswa yang mengikuti MENWA didapat skor

tertinggi 206 dan skor terendah 83. Berikut adalah pengkategorisasiannya,

Tabel 2.Kategorisasi Pengukuran Skala Mahasiswa Yang

Mengikuti Kegiatan MENWA.

No Interval Kategori Mean F Persentase

1 180.8 ≤ x ≤ 212 SangatTinggi 13 37%

2 148≤ x <180.8 Tinggi 177.29 22 63%

3 116.6 ≤ x <148 Sedang 0 0%

4 84,8 ≤ x < 116.6 Rendah 0 0%

5 53 ≤ x <84,8 SangatRendah 0 0%

Jumlah 35 100%

SD = 12.131Min = 157 Max = 206

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala mahasiswa yang mengikuti

MENWA di atas, dapat dilihat bahwa 13 mahasiswa yang mengikuti MENWA memiliki

skor yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 37%, 22 mahasiswa yang

mengikuti MENWA memiliki skor yang berada pada kategori tinggi dengan persentase

63%, dan tidak ada mahasiswa yang mengikuti MENWA memiliki skor yang sedang,

rendah, dan sangat rendah dengan persentase 0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 177,29

dapat dikatakan bahwa rata-rata mahasiswa yang mengikuti MENWA berada pada

kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 157

sampai dengan skor maksimum sebesar 206 dengan standard deviasi 12.131.

Tabel 3. Kategorisasi Pengukuran Skala Mahasiswa Yang

Tidak Mengikuti Kegiatan MENWA.

No Interval Kategori Mean F Persentase

1 180.8 ≤ x ≤ 212 SangatTinggi 0 %

2 148≤ x <180.8 Tinggi 0 %

3 116.6 ≤ x <148 Sedang 0 0%

4 84,8 ≤ x < 116.6 Rendah 95.63 34 97%

5 53 ≤ x <84,8 SangatRendah 1 3%

Jumlah 35 100%

SD = 7.171Min = 83 Max = 110

Page 31: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

22

Berdasarkan tabel kategorisasi pengukuran skala mahasiswa yang tidak

mengikuti MENWA di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang tidak

mengikuti MENWA memiliki skor yang berada pada kategori sangat tinggi, tinggi dan

sedang dengan persentase 0%. 34 mahasiswa yang tidak mengikuti MENWA memiliki

skor yang berada pada kategori rendah dengan persentase 97%, dan mahasiswa yang

tidak mengikuti MENWA memiliki skor yang sangat rendah 1 mahasiswa yang memiliki

skor berada pada ketegori sedang dengan presentasi 3%. Berdasarkan rata-rata sebesar

95,63 dapat dikatakan bahwa rata-rata mahasiswa yang tidak mengikuti MENWA berada

pada kategori rendah. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar

83 sampai dengan skor maksimum sebesar 110 dengan standard deviasi 7,171.

Uji Normalitas

Tabel 4. Uji Normalitas.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mahasiswa Yang Mengikuti

MENWA

Mahasiswa Yang Tidak

Mengikuti MENWA

N 35 35

Normal Parametersa Mean 177.29 95.63

Std. Deviation 12.131 7.171

Most Extreme Differences Absolute .138 .170

Positive .138 .170

Negative -.061 -.129

Kolmogorov-Smirnov Z .816 1.008

Asymp. Sig. (2-tailed) .518 .261

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel di atas, didapatkan bahwa

kedua variable memiliki signifikansi p>0,05. Variabel mahasiswa yang mengikuti MENWA

memiliki nilai K-S-Z sebesar 0.816 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,518

(p>0.05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data mahasiswa yang

mengikuti MENWA berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel mahasiswa yang

tidak mengikuti MENWA yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,008 dengan probabilitas (p)

Page 32: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

23

atau signifikansi sebesar 0,261. Dengan demikian data mahasiswa yang tidak mengikuti

MENWA juga berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas. Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.619 9 20 .035

Dari hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0,035 karena signifikansi lebih

dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel mahasiswa yang mengikuti MENWA dan

yang tidak mengikuti MENWA mempunyai varian yang tidak sama. Hal ini berarti tidak

adanya homogenitas.

Uji-t

Tabel 6. Hasil Uji-t Group Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Mengikuti MENWA Tidak Mengikuti MENWA

1 35 177.29 12.131 2.050

2 35 95.63 7.171 1.212

Independent Sample Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-

tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

VAR001 Equal variances assumed 8.709 .004 34.283 68 .000 81.657 2.382 76.904 86.410

Equal variances not assumed 34.283 55.175 .000 81.657 2.382 76.884 86.410

Berdasarkan perhitungan uji beda rata-rata antara mahasiswa yang mengikuti

MENWA dan mahasiswa yang tidak mengikuti MENWA karena data tidak homogen, maka

yang dibahas selanjutnya hanya pada kolom equal variances not assumed. Dari data diatas

terlihat jika nilait t hitung = 34.283 (sig 1-tailed p<0,05) yang artinya ada perbedaan tingkat

kedisiplinan diri yang signifikan antara mahasiswa yang mengikuti MENWA dan yang tidak

mengikuti MENWA. Maka, diterima dan .

Page 33: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

24

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai perbedaan tingkat kedisiplinan diri mahasiswa yang

mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa, didapatkan

hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan untuk tingkat kedisiplinan diri antara mahasiswa

yang mengikuti MENWA dan yang tidak mengikuti MENWA. Berdasarkan hasil uji beda

rata-rata, di peroleh nilai 34.283 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05). Hal

ini menunjukkan bahwaada perbedaan yang signifikan untuk tingkat kedisiplinan diri antara

mahasiswa yang mengikuti MENWA dan yang tidak mengikuti MENWA.

Berdasarkan Mean masing-masing kelompok diatas diperoleh Mean kelompok yang

mengikuti MENWA 177,29 sedangkan Mean kelompok yang tidak mengikuti MENWA

95.63. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler

MENWA memiliki tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi. Jadi, tampaknya tingkat

kedisiplinan dapat dibentuk dari kegiatan ekstrakurikuler MENWA. Mengenai hal ini serupa

dengan penelitian (Hidayati, 2014) yang mengatakan kegiatan ekstrakurikuler dapat

membentuk kedisiplinan diri seperti, PRAMUKA dan sebagainya. Hal ini berarti kegiatan

MENWA juga dapat membentuk kedisiplinan diri. Penelitian ini tampaknya sejalan dengan

penelitian (Raharjo, 2014) mengatakan ada hubungan yang sangat signifikan antara

partisipasi mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dan kedisiplinan. Hal ini mendukung dengan

teori Hebb (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010) yang menyatakan bahwa lingkungan dapat

memberikan pengaruh terhadap seseorang. Ia menyatakan lingkungan dapat terbagi menjadi

dua yaitu, lingkungan terbatas dan lingkungan kaya. Lingkungan terbatas adalah lingkungan

yang memberi proses pembelajaran terbatas bagi individu. Misalkan, lingkungan yang tidak

seperti lingkungan MENWA yang memuat berbagai aturan, menunjukkan keterbatasan

dalam proses pembelajaran kedisiplinan diri. Sedangkan, lingkungan kaya adalah lingkungan

yang memberikan berbagai macam pengalaman sensoris dan motoris. Misalkan, lingkungan

Page 34: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

25

MENWA yang memberi berbagai macam pengalaman belajar seperti aturan yang begitu

banyak yang membuat proses pembelajaran untuk membentuk kedisiplinan diri anggota

MENWA.

Kegiatan MENWA yang dibentuk di perguruan tinggi memiliki visi juga untuk dapat

menumbuhkan kedisiplinan diri seorang anggota MENWA yang merupakan mahasiswa itu

sendiri di Universitas yang berpastisipasi dalam kegiatan tersebut karena kegiatan MENWA

memiliki tujuan untuk dapat membentuk karakter mahasiswa tersebut seperti kedisiplinan

diri. Sehingga, (Wibowo, 2012) mengungkapkan bahwa berbagai perguruan tinggi ingin

membentuk karakter mahasiswanya seperti, kedisiplinan diri dan sebagainya melalui kegiatan

ekstrakurikuler agar sesuai dengan visi, misi, karakteristik perguruan tinggi masing-masing

dan dapat terlaksananya Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi pembelajaran, penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan tingkat kedisiplinan dirimahasiswa

yang mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa

Tengah, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan untuk tingkat kedisiplinan diri mahasiswa yang

mengikuti dan yang tidak mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa Mahadipa di Jawa

Tengah. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan Resimen Mahasiswa memiliki tingkat

kedisiplinan diri lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan

Resimen Mahasiswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-

hal berikut:

1. Mahasiswa Yang Mengikuti Kegiatan MENWA.

Page 35: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

26

Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan MENWA teruslah mengembangkan bakat

dan minatnya pada kegiatannya tersebut yang dapat membentuk karakter menjadi lebih

baik seperti kedisiplinan diri dan sebagainya.

2. Mahasiswa Yang Tidak Mengikuti Kegiatan MENWA.

Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan MENWA perlu mengetahui bahwa Soft

skill perlu dikembangkan yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti

MENWA dan sebagainya. Hal ini menjadi penting, kaitannya dalam pembentukkan

karakter sehingga mahasiswa mampu memiliki sikap etika yang baik seperti disiplin

diri, bertanggung jawab, jujur dan sebaginya.

3. Peneliti Selanjutnya.

Peneliti selanjutnya dapat memperluas jangkauan penelitian yaitu dengan

memperhatikan variabel - variabel lain yang mempengaruhi kedisiplinan diri, seperti,

faktor psikologis yaitu lingkungan, self-awereness dan sebagainya serta faktor fisiologis

yaitu jenis kelamin, usia dan sebagainya.

Page 36: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

27

Daftar Pustaka

Annisa, P, Wijayanti, S & Priyatma, A, N. (2012). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan

Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Univerisitas Sebelas

Maret Surakarta.Jurnal Psikologi. Vol.1, (2),1-14.

http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/28

Ayu, N. A. (2014). Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Terlantar Di Panti

Asuhan Nurul Qu’ran Bekasi.Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Ahmad, H dan Santoso, N. (1996). Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Surabaya: Fajar Mulya.

Duckworth, L. A & Seligman, M. E. P. (2006). Self-Discipline Gives Girls the Edge: Gender

in Self-Discipline, Grades, and Achievement Test Scores. Journal Of Educational

Psychology.Vol 98 (1), 198-208.

Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika Di Sekolah. Yogyakarta:

Ar-Russ Media.

Gilang R, G. (2013). Keefektifan Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Kedisiplinan

Belajar Siswa Kelas X SMK Nusantara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran

2012/2013.Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI.

Ghifari, A. R. (2014, 24 Januari). Resposisi MENWA Di Lingkungan Kampus.Kompasiana

Edukasi. Retrievedhttp://www.kompasiana.com/rasminto/reposisi-menwa-di-

lingkungan-kampus_551f8090813311706c9df8d2.

Harahap, F. R. (2014, 23 September). Perilaku Korupsi Dimulai Dari

Ketidakdisiplinan.Okezone. Retrieved

http://news.okezone.com/read/2014/09/22/373/1042726/perilaku-korupsi-dimulai-dari-

ketidakdisiplinan.

Hergenhahn, B. R & Olsom. H. M, (2010). Theories Of Learning (Teori Belajar) Edisi

7.Jakarta: Kencana.

Hidayati, N. (2014). Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Menumbuhkan Kedisiplinan

Siswa Di SMA Negeri 5 Tanggerang.Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.Available

fromhttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25111?mode=full.

Ingsih, I. A. (2010). Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa Di SMA Ditinjau Dari Pola Asuh

Orangtua.Skripsi. Surabaya: Fakultas Psikologi Institut Agama Islam Negeri Sunan

Ampel.Available fromhttp://digilib.uinsby.ac.id/8615/

Inayah. (2012). Pengaruh Motivasi Belajar, Kedisiplinan Siswa, Dan Kecerdasan Emosional

Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam (Pai) Siswa Kelas Viii Smp Negeri

Page 37: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

28

3 Wonokerto Pekalongan.Jurnal PAI IAIN Walisongo. Retrieved from

http://eprints.walisongo.ac.id/51/1/Inayah_Tesisi_Sinopsis.pdf

Janah & Eka, Y. (2011). Hubungan Antara Keikutsertaan Dalam Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Dan Interaksi Sosial Dalam Keluarga Dengan Sikap Kemandirian Mahasiswa

Jurusan PIPS FKIP UNS Angkatan 2007-2009.Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Available from

http://eprints.uns.ac.id/6883/

Khafid, M & Suroso. (2007). Pengaruh Disiplin Belajar Dan Lingkungan Keluarga Terhadap

Hasil Belajar Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2 (2), 185-204.

Komando Nasional Resimen Mahasiswa. (2009). Profil Organisasi MENWA. Jakarta:

MENWA Indonesia.

Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia. (2007). Petunjuk Pelaksanaan

Pembinaan Dan Pemberdayaan Resimen Mahasiswa Indonesia Dalam Bela Negara.

Jakarta: Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia.

Kompi-A/IPB Menwa Batalyon VII/Suryakancana Institut Pertanian Bogor. (2015).

Peraturan Urusan Dinas Dalam Resimen Mahasiswa Kompi-A/IPB Tahun 2014-2015.

Bogor: MENWA Institut Pertanian Bogor.

Kardiyem. (2013). Internalisasi Pendidikan Karakter Dalam Akuntansi (Inspirasi) Diary

(Solusi Konservasi Moral)Internalisasi Pendidikan Karakter Dalam Akuntansi

(Inspirasi) Diary (Solusi Konservasi Moral). Jurnal Dinamika Akutansi. 5 (1), 47-

54http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jda/article/view/2562

Mahuda & Maksum, A. (2013). Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Siswa Antara Yang

Mengikuti dan Yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler Pencak Silat. Jurnal Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan. Vol. 1, 286 – 290.

Muctharjo, T. (2013). Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui

Pemahaman Dasa Darma Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka pada Siswa SMA N

3 Wonogiri Tahun 2013.Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available

fromhttp://eprints.ums.ac.id/24879/17/2_Naskah_Publikasi.pdf

Mustari, M. (2011). Nilai Karakter; Refleksi Untuk Pendidikan Karakter. Yogyakarta:

Laksabang PRESSindo.

Noya, A. (2011). Motivasi Berprestasi dan Disiplin Diri Sebagai Prediktor Prestasi Belajar

Mahasiswa di Institut Injil Indonesia.Tesis. Salatiga: Program Pascasarjan Magister

sains Psikologi Universitas Krsiten Satya Wacana.

Puspitaningtyas, A. (2012). Pengaruh Penggunaan Media “Catatan Dinding” Terhadap

Kedisiplinan Diri Anak Tunagrahita Ringan Di SLB Dharma Rena Ring Putra II

Page 38: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

29

Yogyakarta. Skripsi.Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luarbiasa. Available

fromhttp://eprints.uny.ac.id/7668/

Purnama, D. S (2006). Upaya Guru Dalam Mengembangkan Disiplin Belajar Siswa. Jurnal

Paradigma, 1 (1), 101-109.

Raharjo, F. F. (2014). Hubungan Partisipasi Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Dan

Kedisiplinan Belajar Dengan Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014. Sosialitas; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant,

Vol 4 (1). http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/3400

Rut S, U. (2011). Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Belajar Mahasiswa Yang Tinggal Di

Asrama Dan Yang Tinggal Rumah.Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana.

Riyani, W, A. (2009). Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Ditinjau Dari

Keikutsertaan Klub Olahraga (Tai-Chi) Pada Lanjut Usia.Skripsi. Salatiga: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Rajab, B. (2013, 26 Oktober). Kaum Terpelajar Dan Ketidakdisiplinan. Kompas. Retrieved

http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/26/0932108/Kaum.Terpelajar.dan.Ketidakdisi

plinan.

Rambawaku, R, M. (2006). Kedisiplinan Dalam Pendidikan. Salatiga: Widya Sari Press.

Semiawan, R. C. (2009). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: Indeks.

Supriatna, M. (2010). Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler. Fakultas Ilmu

Pendidikan: Jurusan Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan. Universitas Pendidikan

Indonesia. Retrieved

fromhttps://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj

a&uact=8&ved=0CBkQFjAAahUKEwjTxqei9IPJAhWGGJQKHbUhDN8&url=http%

3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_B

IMBINGAN%2F196008291987031MAMAT_SUPRIATNA%2F25._PENDIDIKAN_

KARAKTER_VIA_EKSTRA.pdf&usg=AFQjCNFk8pE0AQtuK5C8qT34dM4V5CBG

Q&sig2=1bvGSCZ8RPLO9k9vqbwHtA&bvm=bv.106923889,d.dGo

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Shochib, M. (2010). Pola Asuh Orang Tua (Dalam Membantu Anak Mengembangkan

Disiplin Diri Sebagai Pribadi Yang Berkarakter). Jakarta: Rineka Cipta.

Susilawati, L. (2011). Hubungan Antara Disiplin Belajar Dan Motivasi Belajar Dengan

Prestasi Belajar Pada Siswa SMK Sultan Fattah Salatiga.Tesis. Salatiga: Program

Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas kristen Satya Wacana.

SK PANGAB 611/X/1985. Peraturan Baris Berbaris.

Page 39: Perbedaan Tingkat Kedisiplinan Diri Mahasiswa yang

30

SK Dankodiklat TNI AD Nomor Skep /64/III/2005.Peraturan Penghormatan Militer

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Sobri & Moerdiyanto. (2014)Pengaruh Kedisiplinan Dan Kemandirian Belajar Terhadap

Hasil Belajar Ekonomi Madrasah Aliyah Di Kecamatan Praya Kabupaten Lombok

Tengah. Jurnal Harmoni Sosial, 1 (1), 43-56

Tangney, J.P., Baumeister, R.F., Boone, A. L. (2004). High Self-Control Predicts Good

Adjustment, Less Pathology, Better Grades, And Interpersonal Succes.Journal of

personality, 72 (2), 271-322.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. 8

Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78. Jakarta.

Werdiningsih. (2010). Kedisiplinan Guru Kelas Dalam Mengajar Ditinjau Dari Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar Di Kecamatan Kaloran Kabupaten

Temanggung.Skripsi. Salatiga: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Kristen Satya Wacana.

Washadi, D. (2013). Pendidikan Karakter Resimen Mahasiswa Satuan 906 “SAPU JAGAD”

IAIN Walisongo Semarang Dalam Perspektif Pendidikan Islam.Skripsi. Semarang:

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan.

Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter; Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Widodo, B. (2013). Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau Dari Aspek Pengendalian Diri (Self-

Control) Dan Keterbukaan (Self-Disclosure) Pada Siswa SMK Wonosari Caruban

Kabupaten Madiun. Jurnal Widya Warta. No. 1, (2), 140-151.

Yunior, D. S. (2007, 26 Mei). MENWA, Bukan Militer Mini di Kampus. Suara Merdeka.

Retieved http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/26/opi09.htm