99
PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI KECAMATAN SODONGHILIR, TASIKMALAYA DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : DEDE ROHYADI 102044125037 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

  • Upload
    dangtu

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA

DI KECAMATAN SODONGHILIR, TASIKMALAYA

DAN AKIBAT HUKUMNYA

Oleh :

DEDE ROHYADI 102044125037

KONSENTRAS I P ERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1429 H/2008 M

Page 2: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA

DI KECAMATAN SODONGHILIR, TASIKMALAYA

DAN AKIBAT HUKUMNYA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh :

DEDE ROHYADI 102044125037

Di Bawah Bimbingan

Dr. Yayan Sofyan, M.Ag. NIP. 150 277 911

KONSENTRAS I P ERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1429 H/2008 M

Page 3: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA

DI KECAMATAN SODONGHILIR, TASIKMALAYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Desember 2008. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

pada Program Studi Konsentrasi Peradilan Agama.

Jakarta, 10 Desember 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (……………...)

NIP. 150 169 102

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH (……………...)

NIP. 150 285 972

3. Pembimbing : Dr. Yayan Sofyan, M.Ag (……………...)

NIP. 150 277 911

4. Penguji I : Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (……………...)

NIP. 150 210 422

5. Penguji II : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (……………...) NIP. 150 169 102

Page 4: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya bagi

seluruh alam semesta, serta atas bimbingan rohani sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat yang di ajukan guna memperoleh

gelar sarjana Hukum Islam Jurusan Al-ahwal Asyakhsiyyah Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada panutan Umat Islam,

Nabi Muhammad SAW beserta Keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga

akhir zaman.

Skripsi ini juga terwujud tidak terlepas atas peran, bimbingan dan bantuan

banyak pihak dengan penuh ketulusan memberikan inspirasi, dukungan semangat

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas dengan

ganjaran yang setimpal.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan penghargaan yang setinggi-

tingginya dan rasa terima kasih kepada:

1. Prof.Dr.Muhammad Amin Suma, SH.,MA.,MM., Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Drs.A.Basiq Djalil, SH., MA., Ketua Jurusan Ahwal Syakhsiyyah dan Bapak

Kamarusdiana, S.Ag., MH., Sekretaris Jurusan Ahwal Syakhsiyyah Fakultas

Syariah dan Hukum.

Page 5: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

3. Dr. Yayan Sofyan M.Ag, pembimbing penulis yang telah banyak memberikan kritik

dan saran sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

4. Bapak. Drs. Masnun, SH, Hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya, dan Bapak Drs.

Ana Suryana, Kepala Kantor Urusan Agama Sodonghilir yang meluangkan

waktunya untuk bersedia melayani penulis dengan senang hati untuk diwawancarai

dengan suasana santai dan terbuka.

5. Seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis.

6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda Dayat dan Ibunda Kiyah, dengan

ketulusan dan kasih sayang telah mendidik penulis dengan menanamkan nilai-nilai

agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis. Kakak-kakak

penulis (A. Diding & Teh Enung, A Kukun & Teh Susi, A Yana) Tak lupa Mang

Uud & Bi Aroh. yang telah banyak memberikan dorongan Moril maupun Materil

untuk kesuksesan penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaik penulis, pak Mahmudin Spd.I, Afaz SHI, Isnur SHI, Helmy

Karomah SHI. Kang Uef SHI. MSi. Akmal Salim Ruhana SHI. Special Ade Liawati

CS. Meraka adalah orang-orang yang selalu memberikan keceriaan, Masukan

kepada penulis di saat penulis dilanda kesusahan kesedihan dll.

9. Teman-teman penulis di HIMALAYA Jakarta, Abdul Azis. Tatang Podonghol. Dan

tak lupa Kawan-kawan di IPPC yang tidak pernah bosan mengingatkan penulis, dan

seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Nuhun atas segala dukungan

dan motivasinya.

Page 6: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

10. Teman-teman seperjuangan di HMI, sahabat-sahabat di PMII, IMM. Terima kasi

atas pergaulannya, persahabatan dan pengertiannya.

Demikianlah penulis berharap, dengan adanya skripsi ini, semoga dapat

dijadikan bahan masukan bagi para akademisi, peneliti, dan mahasiswa yang berminat

melakukan penelitian lebih lanjut.

Sebagai manusia penulis merasa banyak sekali kekurangan dan kelemahan

dalam menguraikan skripsi ini, karena itu penulis mengharapkan saran dari pembaca

dengan harapan tulisan ini menjadi lebih baik.

Ciputat, Desember 2008

Penulis

Page 7: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

D. Metode Penelitian ................................................................. 8

E. Sistematika Penulisan ............................................................ 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN ................... 11

A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya ......................... 11

B. Macam-macam Perceraian dan Hukum Menjatuhkannya ....... 17

C. Tata Cara Perceraian Menurut Undang-undang ...................... 27

D. Alasan yang Membolehkan Perceraian Menurut

Undang-undang dan Akibat dari Perceraian ........................... 39

BAB III WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA

TASIKMALAYA ...................................................................... 44

A. Dasar Hukum dan Sejarah ...................................................... 44

B. Kondisi Umum Masyarakat Kecamatan Sodonghilir .............. 49

BAB IV PERCERAIAN DI KECAMATAN SODONGHILIR ............. 55

A. Hukum Perceraian di Luar Pengadilan ................................... 55

B. Perceraian di Luar Pengadilan ................................................ 56

C. Faktor-faktor Terjadinya Perceraian di Luar Pengadilan Agama 59

D. Akibat Perceraian di Luar Prosedur Pengadilan Agama .......... 64

E. Analisa Penulis ...................................................................... 69

BAB V PENUTUP ................................................................................. 72

A. Kesimpulan ............................................................................ 72

B. Saran-Saran ............................................................................ 73

Page 8: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 78

A. Lampiran 1: Hasil Wawancara

1. Wawancara dengan Bapak Drs. Masnun, SH., Hakim Pengadilan Agama

Tasikmalaya ...................................................................................... 78

2. Wawancara dengan Bapak Drs. Ana Suryana, Kepala KUA Kecamatan

Sodonghilir ....................................................................................... 80

3. Wawancara dengan Bapak K. Abdul Majid, Anggota MUI Kecamatan

Sodonghilir ....................................................................................... 82

4. Wawancara dengan Ibu Yeti .............................................................. 83

5. Wawancara dengan Ibu Evi ............................................................... 85

6. Wawancara dengan Ibu Erna ............................................................. 87

7. Wawancara dengan Ibu Andang ........................................................ 89

8. Wawancara dengan Ibu Mula ............................................................ 91

9. Wawancara dengan Bapak Suryana ................................................... 93

B. Lampiran 2: Surat Keterangan Wawancara

Page 9: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dengan

kepentingan manusia lainnya. Kepentingan yang saling berseberangan tersebut

tentunya akan menimbulkan permasalahan jika tidak diikat dalam sebuah hukum

yang harus ditaati bersama. Karena dengan sebuah hukum yang mengatur antara

kepentingan tersebut diharapkan akan tercipta sebuah ketertiban sosial, sehingga

memberikan kesejahteraan bagi sebanyak-banyaknya manusia. Demi kepentingan di

atas, maka terciptalah sebuah hukum yang mengatur setiap kegiatan manusia.

Sampai pada masalah yang paling urgen dalam hal ini adalah masalah pernikahan.

Rupanya pernikahan ini menuntut untuk di bentuknya hukum yang mengikutinya.

Seperti hubungan antara suami dan isteri, ayah dan anak, ataupun ibu dan anak

Namun demikian, lagi-lagi manusia bukan makhluk yang terbebas dari

kesalahan. Meskipun telah diatur dengan hukum sedemikian rupa masih saja kita

jumpai permasalahan-permasalahan antara manusia yang disebabkan oleh beberapa

faktor. Hal demikian bisa terjadi karena kedua belah pihak saling melalaikan

kewajibannya sehingga hak yang seharusnya didapat tidak diperoleh.

Salah satu tujuan dari adanya syari’at pernikahan adalah untuk mewujudkan

keadaan di mana suami maupun istri mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan

kebahagiaan dalam hidup. Ketenangan dan kebahagiaan ini akan tercapai apabila

keduanya baik suami istri memahami sekaligus melaksanakan hak dan

Page 10: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

kewajibannya masing-masing ketika pihak suami maupun istri ini tidak lagi

menjalankan hak dan kewajibannya, maka pintu perceraian akan terbuka lebar.

Dalam hal ini perceraian bisa diartikan sebagai jalan keluar untuk pemutusan ikatan

perkawinan yang tidak bisa dipertahankan lagi.

Perceraian merupakan suatu kata yang tidak dapat dipisahkan dari kata

perkawinan karena merupakan kelanjutan yang selalu berhubungan satu sama

lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, meskipun pada mulanya pasangan suami

isteri penuh kasih sayang seolah-olah tidak akan menjadi pudar, namun pada

kenyataannya kasih sayang itu bila tidak dirawat bisa menjadi pudar bahkan bisa

menjadi hilang menjadi kebencian. Kalau kebencian sudah datang dan suami isteri

tidak dengan sungguh-sungguh mencari jalan keluar dan memulihkan kembali rasa

kasih sayang tersebut, maka akan berakibat negatif terhadap anak keturunannya.1

perceraian diakui sebagai jalan keluar terakhir dari kemelut keluarga dan hal ini baru

diperbolehkan bila tidak ada jalan keluar lain.

Begitu kuat dan kokohnya hubungan antara suami isteri, maka tidak

sepantasnya apabila hubungan tersebut dirusak dan disepelekan. Setiap usaha untuk

merusak dan menyepelekan hubungan pernikahan dan melemahkannya sangat

dibenci oleh Islam karena ia merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan

antara suami isteri.2

Perkawinan merupakan prilaku makhluk hidup agar kehidupan dalam dunia

berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia. Akan tetapi

juga pada tanaman dan hewan.

1 H. Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: PT

Prenada Persada, 2000), Cet. ke-1, h. 98 2 Slamat Abidin dan H. Aminuddin, Fikih Munakahat, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), Cet.

ke-1 h. 10

Page 11: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Dalam KHI pasal 2 dinyatakan bahwa: ”perkawinan menurut hukum Islam

adalah Pernikahan yaitu akad yang kuat atau mitsâqan ghalîdan untuk mentaati

perintah Allah swt dan melaksanakannya merupakan ibadah.3 Dalam hal ini akad

perkawinan dalam Hukum Islam bukanlah perkara perdata semata, melainkan ikatan

yang suci yang terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah, dengan

demikian ada dimensi ibadah di dalamnya. Untuk itu perkawinan harus dipelihara

dengan baik sehingga tujuan perkawinan yakni terwujudnya keluarga yang sejahtera

lahir batin dapat terwujud.4 Langgengnya kehidupan dalam ikatan perkawinan

merupakan suatu tujuan yang sangat diutamakan dalam Islam. Akad nikah diadakan

untuk selamanya dan seterusnya agar suami istri bersama-sama dapat mewujudkan

rumah tangga sebagai tempat berlindung, menikmati curahan kasih sayang dan

dapat memelihara anak-anaknya sehingga mereka tumbuh dengan baik.

Pada dasarnya tujuan perkawinan menurut undang-undang Perkawinan No. 1

Tahun 1974 adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal. Pasal 1 menegaskan:

”perkawinan ialah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita sebagai

suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.5

Meskipun tujuan dari pernikahan itu sendiri adalah untuk membentuk keluarga

yang bahagia (sakinah) yang kekal, namun perjalanan dan fakta sejarah menunjukan

bahwa tidak semua perkawinan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapainya. Mengingat kenyataan menunjukan bahwa teramat banyak pasangan

3 Inpres R.I. No. 1 tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam, 2002, h. 14

4 Amir Nurudin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2004), Cet. ke-1, h. 206 5 Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 1, (Bandung: Fokus Media, 2005), Cet.

pertama, h.2

Page 12: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

suami istri yang perkawinannya ”terpaksa” harus berakhir di tengah jalan6 putusnya

perkawinan dapat terjadi karena berbagai hal. Baik karena meninggal dunia atau

karena faktor lain seperti: faktor biologis, psikologis, ekonomis serta perbedaan

pandangan-pandangan hidup dan sebagainya. Seringkali merupakan pemicu

timbulnya konflik dalam perkawinan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

diselesaikan dengan baik, maka mereka akan dapat mempertahankan mahligai

perkawinannya. Namun sebaliknya, apabila faktor-faktor tersebut tidak dapat

diselesaikan, maka akan timbul perceraian sebagai jalan terakhir yang akan

ditempuhnya.

Talak atau perceraian adalah perbuatan halal namun dibenci Allah. Oleh

karena itu, bahwa talak atau perceraian merupakan alternatif terakhir sebagai pintu

darurat yang boleh ditempuh manakala bahtera kehidupan rumah tangga tidak dapat

dipertahankan keutuhan dan kesinambungan.7

Dalam konteks keIndonesiaan perceraian sendiri diatur oleh Undang-undang

No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan PP No 9 Tahun 1975 sebagaimana

tercantum dalam pasal 19, dan dalam KHI pasal 116. bagi kedua pasangan suami

istri yang hendak bercerai terlebih dahulu mengajukan ke Pengadilan Agama. Bagi

suami harus mengajukan permohonan izin talak, sedangkan bagi istri harus terlebih

dahulu mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama.

Salah satu yang menjadi wewenang Pengadilan Agama adalah menangani

tentang masalah perceraian. Yang mana perceraian ini harus dilakukan di depan

sidang Pengadilan Agama, atau dengan kata lain bahwa perceraian tidaklah Sah

6 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), Cet. ke-1, h. 101 7 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000). Cet. ke-4, h.

269

Page 13: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

secara hukum yang berlaku di Indonesia, apabila dilakukan di luar sidang

Pengadilan Agama, Sesuai dengan Undang-undang perkawinan, perceraian hanya

dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah Pengadilan yang bersangkutan

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak, dalam hal ini hakim

yang berhak. Akan tetapi masih banyak fenomena yang terjadi di masyarakat,

khususnya masyarakat kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, di mana

pasangan suami istri yang melakukan perceraian tanpa melalui Pengadilan Agama,

sehingga hak-hak istri dan anak setelah perceraian nyaris diabaikan, seolah-olah

setelah perceraian itu tidak ada lagi beban yang harus di tanggung oleh suami. Hal

tersebut terjadi karena tidak ada pengawasan dan putusan hakim yang mempunyai

kekuatan hukum.

Dengan kondisi semacam ini, bagaimana akan diingkari adanya persepsi

bahwa masyarakat kita masih ada yang ketidakhormatan atas hukum (disrespecting

law), entah mengapa? Semua ini terjadi mungkin karena tidak paham akan hukum,

atau mungkin menganggap sepele terhadap sebuah perkawinan? Dengan munculnya

fenomena perceraian seperti di atas maka, penulis sangat tertarik untuk mengangkat

masalah "PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI

KECAMATAN SODONGHILIR, TASIKMALAYA DAN AKIBAT

HUKUMNYA".

Berdasarkan penjelasan di atas, salah satu prinsip dalam hukum perkawinan

nasional yang seirama dengan ajaran agama mempersulit perceraian (cerai hidup),

Page 14: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

karena perceraian berarti gagalnya tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga

yang bahagia, kekal dan sejahtera akibat perbuatan manusia.8

Semoga tulisan yang ada dalam skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Salah satu yang menjadi wewenang Pengadilan Agama adalah masalah

perceraian. Secara tertulis masalah perceraian diatur dalam pasal 115 KHI , pasal 39

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang salah satu persyaratan untuk melakukan

perceraian yaitu harus dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Dengan kata

lain, perceraian tidaklah sah secara hukum yang berlaku di Indonesia apabila

dilakukan di luar pengadilan.

Bila ditinjau dari ketentuan yuridis, maka fenomena cerai di bawah tangan

tentu sangat bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Dalam skripsi ini,

penulis membatasi masalah seputar fenomena cerai di bawah tangan, dan cerai yang

dimaksud adalah cerai talak dan cerai gugat. Selain itu, untuk memudahkan dalam

menyusun karya ilmiah, penulis membatasi lokasi yang akan dijadikan objek

penelitian hanya di kecamatan Sodonghilir.

2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

8 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat,

Hukum Agama, (Bandung: Mandar Maju, 1990), Cet. ke-1, h. 60

Page 15: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

1. Apa argumentasi mereka yang cerai di luar Pengadilan Agama.

2. Kendala apa saja yang dihadapi yang bercerai di luar Pengadilan Agama.

3. Bagaimana tanggapan hakim Pengadilan Agama, Pegawai Pencatat Nikah, dan

Ulama setempat terhadap cerai di luar Pengadilan Agama.

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perceraian di luar pengadilan, dan

argumentasi mereka

2. Untuk mengetahui dampak dari perceraian di luar prosedur pengadilan bagi

pelaku.

3. Untuk mengetahui tanggapan hakim Pengadilan Agama, Pegawai Pencatat

Nikah dan Ulama setempat tentang perceraian di luar Pengadilan Agama.

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motovasi, tindakan dan lain-lain, dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.9

9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),

Cet. ke-21, h. 6

Page 16: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Metode penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengem-

bangkan dan menguji kebenaran atau menguji pengetahuan dengan penyelidikan

yang kritis.

2. Sumber Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh data peneltian dari

berbagai sumber, sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan

data-data dari literatur buku atau teks-teks lain, membaca dan memahami

serta menganalisa hal yang berkaitan dengan masalah perceraian, khususnya

perceraian di luar Pengadilan Agama.

b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan yang ada

relevansinya dengan skripsi ini.10

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan wawancara langsung secara mendalam dengan pegawai

Pencatat Nikah Sodonghilir, hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya dan

ulama setempat. Juga wawancara langsung dengan pihak yang melakukan

perceraian di luar Pengadilan Agama. Selain itu, juga dilakukan observasi di

lapangan, terutama berkaitan dengan fenomena cerai di bawah tangan yang

terjadi di masyarakat Kecamatan Sodonghilir.

3. Teknik Pengumpulan Data

Seperti yang telah disebutkan di atas, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam. Wawancara penulis

10 Ibid., h. 3

Page 17: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

lakukan kepada para pejabat di lingkungan Peradilan Agama dan tokoh ulama,

yaitu kepada hakim Pengadilan Agama, Drs. Masnus, SH., Kepala KUA

Sodonghilir, Drs. Anas Suryana, anggota MUI Sodonghilir, Kiai Abdul Majid.

Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan pihak-pihak yang bercerai di

bawah tangan yang terjadi di Kecamatan Sodonghilir, di antaranya Ibu Yeni, Ibu

Andang, Ibu Evi, Ibu Mula, Ibu Erna dan Bapak Suryana.

Setelah melakukan wawancana tersebut, penulis mengubah hasil

wawancara ke dalam bahasa tulisan, untuk kemudian diklasifikasikan dan

dianalisis.

E. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis dan terarah, maka penulisan

skripsi ini disusun dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab yaitu:

Bab Pertama, Pendahuluan, yang meliputi, latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab Kedua, Tinjauan Umum Tentang Perceraian, yang meliputi: pengertian

perceraian dan dasar hukumnya, macam-macam perceraian dan hukum menjatuh-

kannya, pemeriksaan sengketa perceraian, dan alasan yang membolehkan perceraian

menurut undang-undang dan akibat perceraian.

Bab Ketiga, Wilayah Hukum Pengadilan Agama Tasikmalaya, yang

meliputi: dasar hukum dan sejarah, dan kondisi umum masyarakat Kecamatan

Sodonghilir.

Page 18: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Bab Keempat, Gambaran Perceraian di Luar Prosedur Pengadilan di

Kecamatan Sodonghilir, meliputi: hukum perceraian di luar pengadilan, perceraian

di luar Pengadilan di Kecamatan Sodonghilir, faktor-faktor terjadinya perceraian di

luar Pengadilan Agama di Kecamatan Sodonghilir, akibat hukumnya, dan analisa

penulis.

Bab Kelima, Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Page 19: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian dan Dasar Hukumnya

1. Pengertian Perceraian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata cerai diartikan dengan pisah

atau putus.11

Cerai yang dalam bahasa Arab disebut dengan talak adalah isim

masdar dari kata “ ����- ����- ������ ” yang semakna dengan kata ‘ ا�ر���ل’ dan

yaitu melepaskan atau meninggalkan. Dalam istilah Agama talak artinya ’ال����ك ‘

melepaskan ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan. Sedangkan

dalam Ensiklopedi Islam Indonesia talak menurut istilah adalah melepaskan tali

perkawinan atau mengakhiri hubungan perkawinan.12

Adapun beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ulama, di

antaranya:

Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya, Fikih al-sunnah mengartikan

talak dengan :

���� 13.)'& را%� ال��واج وإ"!�ء ال���� ال��وArtinya :

“Talak adalah lepasnya ikatan dan berakhirnya hubungan perkawinan

atau hubungan suami istri”.

Sedangkan Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya, al-Fiqih ala al-

Mazahib al-Arba’ah mendefinisikan talak dengan “

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1998), Cet. ke-1, h. 163

12 Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah 8, (Bandung: Al-Ma’arif), 1990, Cet. ke-7, h. 9

13 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut: Dar al- Kitab al-Arabi, 1973), Cet. ke-2, Jilid 2, h. 241

Page 20: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

90.14ص67 35� %�2+ )�ن0� "و أ�ح- ال,+�الزإArtinya :

“Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi

(ikatan) pelepasan dengan kata-kata tertentu”.

Kemudian Abu Zakaria al-Anshari menjelaskan talak dengan “

15 .)'& =�> ال,+-�ح %53� ال�;قArtinya”

“Melepaskan ikatan nikah dengan menggunakan lafadz talak”.

Dari beberapa definisi talak di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa talak adalah hilangnya atau lepasnya ikatan perkawinan, hanya saja ada

beberapa mainstream yang mengakibatkan perbedaan dalam mendefinisikan arti

talak. Sebagian ulama ada yang menekankan pada akibat hukum dari adanya

talak, yaitu hilangnya hubungan suami istri dan segala sesuatu yang berkaitan

dengan hak dan kewajiban suami istri. Sedangkan ulama yang lainnya

berorientasi pada tindakan seseorang yang bertujuan untuk melepaskan ikatan

perkawinan dengan menggunakan lafadz tertentu. Sedangkan arti mengurangi

pelepasan ikatan perkawinan yang diungkapkan oleh Abdurrahman al-Jajiri

adalah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya

jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi

satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu yang terjadi dalam talak

raj’i.

Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan maupun

dalam putusan pemerintah N0.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-

14

Abdurahman al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala al-Arba’ah, (Mesir: Al-Maktabah At-Tijariyyah al-Kubra,

t.th.), jilid 4 h. 278

15 Abu Zakariya al-Anshari, Fathul Wahab, (Semarang: Syirkah an-Nur Asia, t.th.), juz 2, h.

Page 21: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak terdapat pengertian

perceraian secara khusus, hanya saja dalam pasal 38 Undang-undang No. 1

Tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan bahwa perceraian merupakan

salah satu sebab putusnya perkawinan. Senada dengan Kompilasi Hukum Islam

bahwa putusnya perkawinan dapat disebabkan karena perceraian dan dapat pula

terjadi karena talak.

Talak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh suami untuk menolak

atau menghentikan berlangsungnya suatu perkawinan.16

Talak merupakan hak

cerai suami terhadap istrinya apabila ia merasa sudah tidak dapat lagi

mempertahankan perkawinannya tersebut. Sebaliknya gugatan cerai dapat

diajukan oleh istri kepada suaminya dengan alasan-alasan yang telah diatur

dalam pasal 116 Kompilasi Hukum Islam.

2. Dasar Hukum Perceraian

Masalah perceraian merupakan suatu masalah yang banyak

diperbincangkan jauh sebelum adanya Undang-undang Perkawinan, karena

kenyataannya dalam masyarakat sekarang ini banyak perkawinan yang berakhir

dengan suatu perceraian dan tampaknya hal tersebut terjadi dengan mudah.

Adakalanya perceraian tersebut terjadi tanpa adanya alasan yang kuat,

hal inilah yang menyebabkan lahirnya Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang

perkawinan. selain itu juga untuk mewujudkan suatu perkawinan yang bahagia,

16

Djoko Prakaoso dan I Ketut Murtika, Asas-Asas Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta, Bina

Aksara, 1987), Cet. ke-26, h. 178

Page 22: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

kekal dan sejahtera sesuai dengan salah satu prinsip yang ada dalam penjelasan

umum Undang-undang perkawinan yaitu mempersulit terjadinya perceraian.17

Dalam hal ini agama Islam telah terlebih dahulu mengatur sedemikian

rupa masalah perceraian ini dengan menurunkan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-

hadits Nabi yang berkenaan dengan perceraian tersebut sehingga mempunyai

dasar hukum dan aturannya sendiri, di antaranya yaitu:

Surat al-Baqarah/2: 230

�و زA@<( ��� B,-Cن ����!� @; �?'& ل2 6< %�D ���E) ... ة��H230: ال( Artinya:

“Kemudian jika si suami menthalaqnya (setelah thalaq yang kedua),

maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami

yang lain …” (al-Baqarah/2: 230)

Surat al-Baqarah/2: 231

وإذا T������� ال,+��Q�ء @��S�H< أ��!��<� @Q��6R-9ه<� %P����وف أو ����+)9ه<� V�وف و�P% 2Q�3" T��W <��@ X' ذل��3��>وا و6< ��ارا ل�Y �>9ه-QP�

)231:ال��Hة... (Artinya:

“Apabila kamu menthalaq istri-istrimu lalu mereka mendekati akhir

iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma’ruf atau ceraikanlah

mereka dengan cara yang ma’ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk

memberi kemadharatan, karena dengan demikian kamu menganiyaya mereka.

Barang siapa yang berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim

terhadap dirinya sendiri..." (al-Baqarah/2: 231)

Surat al-Baqarah/2: 232

�>�!�... وإذا T����� ال,+Q�ء @�S�H< أ��!�<� @�; ���]9�ه<� أن ��,-?< أزوا )232:ال��Hة(

Artinya:

“Apabila kamu menthalaq istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka

janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan calon

suaminya…" (al-Baqarah/2: 232)

17 K. Wantik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978), h. 36

Page 23: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Surat al-Thalaq/65: 1

���9ه<� ل�>��!T وأ)90ا ال��>�ة وا��9��ا ا_ �[أ�&!� ال,�H\& إذا T����� ال,+Q�ء @ T-�%ق... (ر; )1: ال

Artinya:

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu, maka hendaklah

kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang

wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah…" (at-

Thalaq/65:1)

Selain ayat-ayat tersebut terdapat pula hadits-hadits Nabi yang dipahami

sebagai dasar hukum perceraian, antara lain:

�B@ ab =!> ر9��ل ا_ =< =H> ا_ ا%< =P� أ"�2 ���� ا6�ا2� وه\ ) B= ��2 ا_�� ص ا_ل9� ر�ب�7 ال < ا% P�ص��B ا_ =2�� وRQ@ T���ل =

���� @ �E& 6 �ل� @ Xل ذ < = ��T�و�! e ��T ل �PQ-! ( ���� B!�e �T� ?�a �e �T �!�، e �T ن إ g ا6 �ء QX% �<نإ و gء�� ���h H'ن أ�� P�i@ ��Xال ��ال�ة>� B 18)رواE ال7H�رى. (�ءQ� ال,+! ل��� �ن أ ا_6�أ

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar r.a., sesungguhnya ibnu Umar telah

menthalaq istrinya, sedang isrinya itu dalam keadaan haid pada masa

Rasulullah saw., maka Umar Ibnu Khatab menanyakan hal yang demikian

kepada Rasulullah saw, beliau bersabda: suruhlah agar merujuk istrinya itu,

kemudian hendaklah ia menahan istrinya itu hingga suci, kemudian haid,

kemudian suci, kemudian sesudah itu jika ia mau ia boleh memegang (tetap

menggaulinya) istrinya sesudah itu dan jika ia mau ia boleh menthalaqnya.

Menthalaq istri agar menjalankan masa iddahnya.” (H.R. Bukhari)

آ�ن ال�;ق =B�� =!>ر9��ل ا_ وأ%�B %-�� : =< ا%< =�H�س رY\ ا_ =,h 2�ل �س إن� ال,�� : و�,��< 6< خ;@� =P� ���� ال�n;ث وا)�>ة @���ل =�P� ا%�< ال7���ب

T!���= E�[�6R@ 2���= E�,�[�62�� أ"��ة @9�� ا@ T�!ل p�"�آ <�h ��6ا B�@ 9�اq���ا <h .)T�Q6 E19)روا

Artinya:

“Dari ibnu Abbas r.a., ia berkata : Adalah thalaq pada masa Rasulullah

saw. Masa Abu Bakar dan dua tahun masa pemerintahan Umar, thalaq tiga

jatuh satu, maka berkata Umar ibnu Khatab: Sesungguhnya manusia tergesa

18

Al- Imam Al-Bukhari, Sahih Bukhari, (Beirut, Darul-Fikr, 1958), Jilid 7, h. 52

19 Imam Abi Husen Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, Hadits ke-1472, (Beirut, Darul-Fikr, 1992),

Juz1, h. 688

Page 24: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

pada urusan yang boleh mereka lakukan perlahan, lalu aku lakukan yang

demikian atas mereka.” (H.R. Muslim)

Al-Qur’an dan hadits telah mengatur masalah perceraian ini dengan

sebaik-baiknya. Hal ini dapat kita lihat dengan diberikannya batasan kepada

suami yang ingin menceraikan istrinya dan merujuknya kembali. Islam

membolehkan suami merujuk istrinya sampai talak yang kedua, tetapi jika telah

sampai pada talak yang ketiga maka suami tidak mempunyai hak lagi untuk

merujuk istrinya itu, kecuali mantan istrinya tersebut telah menikah dengan pria

lain dan oleh suaminya yang kedua tersebut telah diceraikan kembali. Barulah

setelah itu suami yang pertama dapat rujuk kembali kepada mantan istrinya

tersebut.

Hal ini berbeda sekali dengan yang terjadi pada masa jahiliyyah, di mana

laki-laki boleh saja mentalak istrinya beberapa kalipun dia kehendaki. Kemudian

setiap kali akan habis masa iddahnya, maka dirujukinya kembali sehingga hal ini

terjadi berulang-ulang kali.20

B. Macam-macam Perceraian dan Hukum Menjatuhkannya

1. Macam-macam Perceraian

Menurut perspektif hukum Islam di Indonesia cerai atau talak itu terbagi

menjadi beberapa macam tergantung dari sudut pandang apa kita melihatnya.

Ditinjau dari boleh tidaknya suami kembali kepada mantan istrinya

terbagi menjadi dua macam yaitu:

a. Talak Raj’i

20

Bakri A, Rahman dan A. Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang-Undang

Perkawinan dan Hukum Perdata/B.W. (Jakarta: Hida Karya Agung, 1981), h. 41

Page 25: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Talak raj’i menurut etimologi adalah di mana suami dapat rujuk

kembali, sedangkan menurut istilah fikih adalah talak yang dijatuhkan oleh

suami kepada istrinya yang telah betul-betul dikumpulinya, talak yang bukan

sebagai ganti mahar yang dikembalikan serta talak itu baru dijatuhkannya

sekali.21

Menurut H. A Fuad Said dalam bukunya Perceraian Menurut Hukum

Islam yang dimaksud dengan talak raj’i yaitu talak suami kepada istri yang

telah dicampuri, baik dengan sharih (terang) maupun kinayah (sindiran).22

Ditambahkan pula oleh A. Zuhdi Muhdhor bahwa talak satu atau talak dua

tersebut tanpa ada penebus talak dari istri untuk suami serta rujuknya suami

tidak perlu adanya akad baru.23

Tidak ada perbedaan dengan pengertian yang dimaksud oleh

Kompilasi Hukum Islam pasal 118 bahwa yang dimaksud dengan talak raj’i

adalah talak kesatu atau kedua, di mana suami berhak rujuk selama istri

dalam masa iddah.24

b. Talak Ba’în

Talak ba’in adalah talak untuk yang ketiga kalinya atau talak yang

dijatuhkan sebelum istri dikumpuli dan talak yang jatuh dengan tebusan oleh

21

Sayyid Sabiq, Op. Cit., h. 58

22 H. A. Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1998), Cet. ke-

30, h. 55

23 A. Zuhdi Muhdor, Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk), (Bandung:

Al-Bayan, 1999), Cet. ke-2, h. 94

24 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Op.Cit., h. 57

Page 26: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

istri kepada suaminya (khulu). Talak ba’in ini terbagi kedalam dua macam

yaitu:

1) Talak Ba’în Shugrâ

Talak ba’in shugra yaitu talak yang kurang dari tiga kali yang tidak

boleh dirujuk, tetapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya

meskipun dalam masa iddah. Menurut A. Zuhdi Mudhor talak ba’in

shugra juga termasuk talak satu dan dua.25 Adapun yang termasuk talak

ba’in shugra sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 119 Kompilasi

Hukum Islam ayat 2 yaitu:

1) Talak yang terjadi qabla al-dukhul (sebelum berhubungan seksual)

2) Talak dengan tebusan atau Khulu’

3) Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama26

“Talak yang terjadi qabla al-dukhul” ialah talak yang dijatuhkan

oleh suami kepada istrinya yang belum pernah dicampuri. Istri yang

demikian boleh ditalak tetapi ia tidak mempunyai masa iddah, oleh

karena itu suami dilarang rujuk kepadanya sebab rujuk itu hanya

diperbolehkan pada masa iddah. Sebagaimana ketentuan Allah dalam

surat al- Ahzab ayat 49 yang berbunyi:

ل6tP,�ت 9P����� �Teه<� Hh >6' أن QP�&9ه<� ��أ�&!� ال�r�< ءا6,9ا إذا "-?T� ا �����P� @��P� ل-��T =����!<� ��6< =��>�ة �����>&و"!� @�P+���9ه<� و����+)9ه<� ����ا)�

�اب((u49: ا( Artinya:

25

A. Zuhdi Muhdor, Loc.Cit.

26 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Op.Cit., h. 58

Page 27: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi

perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum

kamu menggaulinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah

bagimu yang kamu minta menyempurnakannya, maka berilah mereka

mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya.

(Al-Ahzab/33:49)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa wanita yang dicerai sebelum

digauli tidak mempunyai masa iddah, karena itu ia tidak bisa dirujuk oleh

mantan suaminya kecuali dengan akad yang baru.

“Talak dengan tebusan atau dengan khulu’ “adalah perceraian

yang terjadi atas permintaan istri dengan memberikan tebusan atau iwadh

kepada suami dan atas persetujuan suaminya. Penyebabnya karena suami

cacat atau karena sebab yang lainnya, sedangkan tebusan tersebut bisa

juga merupakan pengembalian mahar dari istri.27

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa khulu’

ialah hak memutus akad nikah oleh istri terhadap suaminya yang terjadi

atas kesepakatan (jumlah tebusan mahar) atau perintah hakim agar istri

membayar dengan jumlah tertentu dan tidak melebihi jumlah mahar

suaminya.28

Ketentuan mengenai hal ini didasarkan pada firman Allah

dalam surat al-Baqarah ayat 229 yang mana inti dari ayat tersebut

menjelaskan bahwa khulu’ adalah perceraian dengan tebusan

berdasarkan kesepakatan suami istri tersebut atau dalam bahasa

perundang-undangan disebut dengan gugat cerai dengan tebusan (iwadh).

27

A. Zuhdi Muhdor, Op. Cit., h. 95

28 A. Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), Cet. ke-1, h. 251

Page 28: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

“Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama” yaitu talak atau

perceraian yang keputusannya dijatuhkan oleh Pengadilan Agama di

mana sebelumnya salah satu pihak (suami/istri) mengajukan

permohonan/gugatan kepada Pengadilan Agama yang bersangkutan

untuk keperluan tersebut. Contohnya seperti perceraian yang terjadi

karena suami melanggar ta’lik talak.29

Jadi ketiga jenis talak di atas semuanya termasuk kategori talak

ba’in shugra dengan konsekuensi suami dilarang rujuk kembali kepada

mantan istrinya, akan tetapi apabila suami tersebut masih menginginkan

kembali kepada mantan istrinya, maka menurut Kompilasi Hukum Islam

suami tersebut boleh menikahinya dengan syarat harus dengan akad

nikah baru walaupun wanita tersebut belum habis masa iddah maksudnya

bila mantan suami tersebut bermaksud hendak mengadakan akad nikah

baru, maka tidak perlu menunggu sampai masa iddahnya selesai.

2) Talak Ba’în kubrâ

Talak ba’in kubra adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya.

Talak jenis ini tidak dapat drujuk dan tidak dapat dinikahi kembali.

Kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah

dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba’da al-dukhul dan

habis masa iddahnya.30

Menurut Sayuti Thalib yang termasuk talak ba’în kubrâ yaitu:

29

Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. ke-1, h.

123-126

30 Kompilasi Hukum Islam (KHI), Loc.Cit.

Page 29: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

a) Talak itu berupa talak tiga

b) Perceraian karena li’an karena pasangan suami istri tersebut tidak

diperbolehkan kawin lagi untuk selamanya.31

Talak yang ketiga kalinya itu adalah talak yang peristiwanya

terjadi sebanyak tiga kali dan bukan talak yang dijatuhkan suami tiga kali

sekaligus/berturut-turut, karena dalam Kompilasi Hukum Islam ada kata

“terjadi” yang berarti ada kejadian/peristiwa talak yang mendahului talak

ketiga tersebut yaitu talak satu dan talak dua.

Di sini dapat kita lihat bagaimana kehati-hatian Kompilasi Hukum

Islam dalam menyusun redaksi tentang talak tiga, karena para ulama

fikih juga sepakat atas keharaman talak tiga yang diucapkan sekaligus.

Akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam mengkategorikan talak tiga

yang diucapkan sekaligus, apakah jatuh talaknya atau tidak.

Implikasi yang ditimbulkan dari talak ba’in kubra ini adalah suami

tidak dapat rujuk dan tidak dapat menikahi mantan istrinya lagi, kecuali

apabila mantan istrinya tersebut telah menikah dengan laki-laki lain dan

kemudian terjadi perceraian ba’da al-dukhul dan wanita tersebut telah

habis masa iddahnya, maka suaminya yang pertama boleh menikahi

mantan istrinya itu kembali.

Bila ditinjau dari sisi apakah talak itu sesuai dengan yang disyari’atkan

oleh agama Islam atau tidak, maka talak itu terbagi menjadi dua macam yaitu:

a) Talak Sunny

31

Sayyuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia: Berlaku Bagi Umat Islam, (Jakarta: UI Press,

1986), Cet. ke-5, h. 103-104

Page 30: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Talak sunny secara etimologi berarti talak sunnah atau talak yang

diperbolehkan. Menurut Sayyid Sabiq talak sunny adalah talak yang berjalan

sesuai dengan ketentuan agama, yaitu seorang yang mentalak perempuan

yang pernah dicampurinya dengan sekali talak di masa bersih dan belum

dicampuri selama bersih itu.32

Pengertian di atas sama dengan yang dimaksud oleh Kompilasi

Hukum Islam pasal 121 mengenai talak sunny. Talak sunny dijatuhkan

sekali oleh suami atau istri yang suci dan belum dicampuri dalam waktu suci

tersebut sebagaimana firman Allah surat at-Thalaq ayat 1 yang isinya adalah

memerintahkan kepada para suami yang ingin menceraikan istri-istrinya

hendaklah pada saat yang memungkinkan istri untuk beriddah yaitu setelah

bersih atau suci dari haid atau nifas dan belum disetubuhi dalam waktu suci

tersebut.

b) Talak Bid’i

Talak bid’i adalah talak yang bertentangan dengan syar’i yaitu talak

yang dijatuhkan pada waktu istri dalam keadaan haid atau istri dalam

keadaan suci tetapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut atau seorang

mentalak tiga kali dengan sekali ucap atau mentalak tiga secara terpisah-

pisah dalam satu tempat.33

2. Hukum Menjatuhkan Talak

32

Sayyid Sabiq, Op.Cit., h. 42 33

H.S. Al-Hamdani, Risalah Nikah: Hukum Pekawinan Islam, (Jakarta, Pustaka Amani, 2002),

Cet. ke-2, h. 223

Page 31: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Dalam Islam, talak tidaklah disukai dan sangat dibenci oleh Allah SWT

karena dapat merusak hubungan baik dan kemaslahatan antara suami istri.

Sesuai dengan hadits Nabi SAW:

: ��h�ل ر9��ل ا_ ص����B ا_ =2���� و��P= >�= : T������ ر��Y\ ا_ =,���h 2�ل �� ) رواE أ%9 داود. (و�'� ال�;قأ%aS ال?;ل =,> ا_ =

Artinya : “Dari Umar r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: “sesuatu hal yang

halal yang paling dibenci Allah adalah Talak”. (HR. Abu Daud)

Adapun Mengenai hukum menjatuhkan talak apabila dilihat dari

kemaslahatan dan kemadharatannya, maka hukum talak ada 5 (lima), yaitu:34

a. Wajib, yaitu apabila terjadi perselisihan antara suami istri lalu tidak ada jalan

yang dapat ditempuh kecuali dengan mendatangkan dua hakim dari istri dan

dari suami (QS. 4: 35). Jika kedua hakim tersebut memandang bahwa

perceraian lebih baik bagi mereka, maka saat itulah talak menjadi wajib.

Jadi, jika sebuah rumah tangga tidak mendatangkan apa-apa selain

keburukan, pertengkaran, perselisihan, atau bahkan menjerumuskan

keduanya dalam kemaksiatan, maka pada saat itu talak adalah wajib bagi

keduanya.

b. Makruh, yaitu talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan.

Sebagai ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh ini

terdapat dua pendapat: pertama, bahwa talak tersebut haram dilakukan

karena dapat menimbulkan madharat bagi dirinya juga bagi istrinya, serta

tidak mendatangkan manfaat apa-apa. Talak seperti ini haram sama seperti

tindakan merusak atau menghamburkan harta kekayaan tanpa guna. Kedua,

34 Syaikh Hasan Ayub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. ke-1, h. 208-210

Page 32: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

menyatakan bahwa talak seperti itu dibolehkan. Hal ini didasarkan pada

sabda Rasulullah dari Umar r.a Rasulullah SAW bersabda : Sesuatu yang

halal yang paling dibenci Allah adalah talak”.

c. Mubah, yaitu talak yang dilakukan karena ada kebutuhan. Misalnya karena

buruknya akhlak istri dan kurang baiknya pergaulanya yang hanya

mendatangkan madharat dan menjatuhkan mereka dari tujuan pernikahan.

d. Sunnah, yaitu talak yang dilakukan pada saat istri mengabaikan hak-hak

Allah Ta’ala yang telah diwajibkan kepadanya, seperi shalat, puasa, dan

kewajiban lainnya. Sedangkan suami juga sudah tidak sanggup lagi

memaksanya, atau istrinya sudah tidak lagi menjaga kehormatan dan

kesucian dirinya.

e. Mahzhur (terlarang), yaitu talak yang dijatuhkan ketika istri sedang haid.

Para ulama Mesir telah sepakat untuk mengharamkannya. Talak seperti ini

disebut juga dengan talak bid’ah karena menyalahi sunnah Rasulullah Saw

dan mengabaikan perintah Allah SWT.35

Jumhur ulama termasuk Malikiyyah, syafi’iyyah, dan Hanabilah

menyatakan bahwa talak termasuk hal yang diizinkan, tetapi lebih baik bila tidak

melakukannya kecuali jika terpaksa, karena akan merusak hubungan kasih

sayang. Karena itu, menurut mereka hukum talak dapat berubah menjadi haram,

makruh, wajib, dan sunnah. Haram bila akibat talak itu akan mengakibatkan ia

melakukan perbuatan zina atau jika talaknya talak bid’i. makruh bila ia (suami)

sebenarnya suka dengan pernikahan itu, atau ia sedang mengharapkan

35

Ibid., h. 210

Page 33: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

keturunan, atau ia tidak khawatir akan berbuat zina apabila bercerai. Wajib

apabila suami sudah tidak mampu lagi untuk memberikan nafkah, atau karena

sumpah ila’ tidak menggauli istrinya lebih dari empat bulan. Sunnah bila istrinya

adalah seorang yang ucapan-ucapannya kotor, sehingga ia khawatir akan

melakukan perbuatan terlarang jika masih bersamanya.36

C. Tata Cara Perceraian Menurut Undang-undang

Sejalan dengan prinsip atau asas Undang-undang No. 01/1974 tentang

perkawinan, yakni untuk mempersulit terjadinya perceraian (pasal 39), maka

perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan, setelah pengadilan

yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak

(Undang-undang No. 03/2006 Pasal 65, jo. Kompilasi Hukum Islam pasal 115).

Adapun tata cara atau prosedurnya dapat dibedakan menjadi dua macam:

1. Cerai Talak

Cerai talak adalah salah satu bentuk cara yang dibenarkan berdasarkan

hukum Islam dalam memutuskan akad nikah antara suami istri. (1) Apabila

suami hendak menceraikan istrinya, maka harus menempuh jalur hukum yaitu

melalui gugat permohonan ke Pengadilan Agama (PA).

Menurut ketentuan pasal 66 ayat (1) Undang-undang No. 07/1989

sebagai berikut: “seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan

istrinya mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk mengadakan sidang

guna menyaksikan ikrar talak.”

36

Taufik Abdullah, et.al., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve,

2002), h. 92

Page 34: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Adapun bunyi pasal 67 huruf A Undang-undang No. 07/1989 sebagai

berikut:

“Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 66 di atas,

memuat:

a. Nama, umur, dan tempat kediaman pemohon yaitu dan termohon yaitu istri.”

Jadi talak itu tidak bisa dilakukan secara sepihak, tetapi harus bersifat

dua pihak dalam kedudukan : suami sebagai pihak “pemohon”, dan istri

sebagai pihak “termohon”.

Dalam rumusan pasal 14 PP No. 09/1975, dijelaskan pula beserta

pengadilan tempat permohonan itu diajukan, yang berbunyi:

“Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama

Islam, yang akan menceraikan istrinya, mengajukan surat kepada pengadilan

di tempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud

menceraikan istrinya disertai alasan-alasannya serta meminta kepada

pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan itu.”

Selengkapnya, masalah tempat permohonan itu diajukan, diatur dalam

pasal 66 ayat (2), (3), (4), dan (5) Undang-undang No. 07/1989 sebagai

berikut:

(2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal (1) diajukan

kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman

termohon kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan

tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.

Page 35: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

(3) Dalam termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan

diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman pemohon.

(4) Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar negeri,

maka pemohon diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada

Pengadilan Agama Jakarta Pusat.

(5) Permohonan tentang pengasuhan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan

harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan

permohonan cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan 37

Dengan demikian, kompetensi relatif Pengadilan Agama dalam

mengadili gugat cerai talak diatur dalam pasal 66 tersebut agar gugatan tidak

salah alamat, dan gugat cerai talak harus diajukan suami kepada Pengadilan

Agama yang berpedoman kepada petunjuk yang telah ditentukan dalam

pasal 66 di atas.

Dengan memperhatikan ketentuan yang digariskan dalam pasal

tersebut, faktor utama menentukan kompetensi relatif Pengadilan Agama

dalam perkara cerai talak ini didasarkan pada “tempat kediaman termohon”,

hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan keringanan kepada

si istri (Peraturan Menteri Agama RI No. 03/1975).

Selain itu, ayat (5) di atas memberikan peluang diajukannya kumulasi

objektif atau gabungan tuntutan. Ini dimaksudkan agar dalam mencari

37

Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. ke-5, h.

279

Page 36: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

keadilan melalui Pengadilan dapat menghemat waktu, biaya dan sekaligus

menyelesaikan perkara semua tuntutan.38

Mengenai muatan dalam permohonan tersebut, selanjutnya pasal 67

Undang-undang No. 07/1989 ini menyatakan:

Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 66 di atas memuat:

a. Nama, umur, dan tempat kediaman pemohon (suami), dan termohon

(istri),

b. Alasan-alasan yang menjadi dasar cerai talak (sebagaimana yang dirinci

dalam pasal 19 PP/No. 09/1975 jo. Pasal 116 (Kompilasi Hukum Islam).

Terhadap permohonan ini, Pengadilan Agama dapat mengabulkan

atau menolak permohonan tersebut, dan terhadap keputusan tersebut

dapat diminta upaya hukum banding dan kasasi (pasal 130 Kompilasi

Hukum Islam). Langkah selanjutnya adalah mengenai pemeriksaan oleh

pengadilan, yang diatur dalam pasal 68 UU No. 07/1989 yakni

disebutkan:

1) Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan oleh majelis hakim

selambat-lambatnya 30 hari setelah berkas atau surat permohonan

cerai talak didaftarkan di kepanitraan.

2) Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang

tertutup.

Dalam rumusan pasal 15 PP No. 09/1975 dinyatakan:

38 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara PA, (Jakarta: Rajawali Press, 1994), h. 66

Page 37: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

“Pengadilan yang bersangkutan mempelajari isi surat yang

dimaksudkan pasal 14, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari

memanggil."

Dalam rumusan pasal 15 PP No. 09/1975 dinyatakan:

“pengadilan yang bersangkutan mempelajari isi surat yang dimaksud

pasal 14, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari memanggil

pengiriman surat dan juga istrinya untuk meminta penjelasan tentang

segala sesuatunya yang berhubungan dengan maksud perceraian.”

(Pasal 131 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam)

Usaha mendamaikan kedua belah pihak selain ditempuh sebelum

persidangan dimulai, setiap kali persidangan tidak menutup

kemungkinan untuk mendamaikan mereka. Karena persidangan

semacam ini tidak bisa diselesaikan dalam sekali persidangan.

Mengenai hal ini, pasal 28 ayat (3) dan (4) Peraturan Menteri Agama

RI No. 03/1975 menjelaskan:

3) Pengadilan Agama setelah mendapat penjelasan tentang maksud

talak itu, berusaha mendamaikan kedua belah pihak dan dapat

meminta bantuan kepada (BP4) setempat agar kepada suami –istri

dinasehati untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

4) Pengadilan Agama setelah memperhatikan hasil usaha BP4 bahwa

kedua belah pihak tidak mungkin lagi didamaikan, dan berpendapat

Page 38: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

adanya alasan untuk talak, maka diadakan sidang untuk menyaksikan

talak dimaksud 39

Langkah berikutnya diatur dalam pasal 70 Undang-undang No.

07/1989, sebagaimana dirinci dalam pasal 16 PP No. 09/1975:

1) Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak

mungkin lagi didamaikan dan telah cukup alasan perceraian, maka

pengadilan menetapkan bahwa permohonan tersebut dikabulkan.

2) Terhadap penetapan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1, istri

dapat mengajukan banding.

3) Setelah penetapan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap,

pengadilan menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak, dengan

memanggil suami istri atau wakilnya untuk menghadiri sidang

tersebut.

4) Dalam sidang itu, suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus

dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak yang

dihadiri oleh istri atau kuasanya.

5) Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau patut, tetapi tidak

datang menghadiri sendiri atau tidak mengirim wakilnya, maka

suami atau wakilnya dapat mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya

istri atau wakilnya.

6) Jika suami dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan

hari sidang penyaksian ikrar talak tidak datang menghadap sendiri

39

Departemen Agama RI, Kompilasi Perundang-undangan Badan Peradilan Agama, (Jakarta:

Proyek Binpapera, 1981), h. 219

Page 39: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

atau tidak mengirim wakilnya, meskipun telah mendapat panggilan

secara sah atau patut, maka gugurlah kekuatan penetapan tersebut,

dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan yang

sama dan ikatan perkawinan mereka tetap utuh (lihat pasal 131 ayat

(2), (3), dan (4) Kompilasi Hukum Islam)

Selanjutnya, itu diatur dalam pasal 17 PP No. 09/1975 sebagai

berikut:

“Sesaat setelah dilakukan sidang pengadilan untuk menyaksikan

perceraian yang dimaksud dalam pasal 16, ketua pengadilan

membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut.

Surat keterangan itu dikirim kepada Pegawai Pencatat di tempat

perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian.”

Isi pasal 17 PP No. 09/1975 tersebut kemudian dirinci lagi dalam

pasal 131 ayat (5) Kompilasi Hukum Islam sebagai berikut:

“Setelah sidang penyaksian ikrar talak, PA membuat penetapan

tentang terjadinya talak rangkap talak yang merupakan bukti perceraian bagi bekas suami dan istri. Helai pertama beserta surat

ikrar talak dikirimkan kepada PPN yang mewilayahi tempat tiggal suami untuk diadakan pencatatan, helai kedua dan ketiga

masing-masing diberikan kepada suami-istri, dan helai keempat disimpan oleh PA.”

Langkah terakhir dari pemeriksaan perkara cerai talak ini ialah

penyelesaian perkara sebagaimana yang diatur dalam penjelasan pasal 71

Undang-undang No. 07/1989 tentang Peradilan Agama:

1) Panitra mencatat segala hal ihwal yang terjadi dalam sidang ikrar

talak.

Page 40: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

2) Hakim membuat penetapan yang isinya menyatakan bahwa

perkawinan putus sejak ikrar talak diucapkan dan penetapan tersebut

tidak dapat dimintakan banding atau kasasi.

2. Cerai Gugat

Bentuk perceraian lain yang diatur dalam Undang-undang adalah “Cerai

gugat”. Pada dasarnya proses pemeriksaan perkara cerai gugat ini tidak banyak

perbedaan dengan cerai talak.

Undang-undang No. 07/1989, tentang Peradilan Agama dan PP No.

9/1975 tentang pelaksanaan undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan, tidak membedakan antara khulu’ dengan “cerai gugat”, karena

kedua-duanya merupakan perceraian yang terjadi atas permintaan istri. Jadi

dengan demikian, khulu’ termasuk kategori cerai gugat. Dalam Peraturan

Pemerintah (PP) No. 09/1975 yang merupakan peraturan tentang pelaksanaan

Undang-undang No. 01/1974 tentang perkawinan dalam hal teknis, yang

menyangkut kompetensi wilayah pengadilan seperti dalam cerai talak,

mengalami sedikit perubahan dalam Undang-undang No. 07/1989. tentang

Peradilan Agama perubahan dimaksud terlihat pada:

Pertama, dalam pp No. 09/1975 gugatan perceraian bisa diajukan oleh

suami atau istri, maka dalam Undang-undang No. 07/1989 dan Kompilasi

Hukum Islam, gugatan perceraian diajukan oleh istri (atau kuasanya).

Kedua, pada prinsipnya pengadilan tempat mengajukan gugatan

perceraian menurut PP No. 09/1975 diajukan di pengadilan yang mewilayahi

tempat tergugat, sedangkan menurut Undang-undang No. 07/1989 dan

Page 41: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Kompilasi Hukum Islam ialah di pengadilan yang mewilayahi tempat kediaman

penggugat40

Oleh sebab itu Undang-undang No. 07/1989 memberikan penjelasan

dengan selengkap-lengkapnya mengenai tata cara cerai gugat dalam pasal- pasal

yang berkenaan dengan hal tersebut. Pasal 73 misalnya, menyatakan:

i. gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang

daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila

penggugat dengan sengaja meninggalkan tepat kediaman bersama tanpa izin

tergugat.

ii. Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian

diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman tergugat.

iii. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri,

gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya

meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada PA Jakarta

Pusat.

Asas pemeriksaan cerai gugat pada prinsipnya tunduk sepenuhnya

kepada tata tertib yang diatur dalam Hukum Acara perdata, dalam hal ini HIR

atau RBG. Namun demikian, khusus untuk perkara perceraian, Undang-undang

No. 07/1989 mengatur asas tersendiri. Di samping asas dan tata cara

pemeriksaan perkara cerai gugat tunduk sepenuhnya pada ketentuan hukum

acara perdata serta ketentuan khusus yang diatur dalam Undang-undangNo.

40 Ahmad Rafiq, Op.Cit, h. 301

Page 42: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

07/1989 ini, tata tertib pemeriksaan juga harus berpedoman pada asas-asas

umum baik yang diatur dalam Undang-undang No. 14//1975, maupun asas-asas

yang dicantumkan dalam UU No. 07/1989 ini. Adapun mengenai asas-asas yang

menjadi pedoman pemeriksaan perkara cerai gugat sama dengan asas umum

yang berlaku dalam pemeriksaan perkara cerai talak. Karenanya, masalah ini

tidak akan diuraikan lagi pada bagian ini.

Namun demikian, pada bagian ini akan dikemukakan secara ringkas apa-

apa yang menjadi asas umum dimaksud yang terdiri dari:

1. Pemeriksaan dilakukan oleh majelis hakim

Mengenai hal ini, dapat dilihat dalam ketentuan pasal 80 ayat (1)

Undang-undang No. 07/191989 yang menjelaskan:

“pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan oleh majelis hakim selambat-

lambatnya 30 hari setelah berkas atau surat gugatan perceraian didaftarkan di

kepanitraan”

2. Pemeriksaan dilakukan dalam sidang tertutup

Meskipun sidang pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam

sidang tertutup, putusan pengadilan mengenai gugatan perceraian tersebut

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum (pasal 81 Undang-undang No.

07/1989 jo. Pasal 146 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam). Perceraian

dianggap terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan

pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap (pasal 81 ayat (2) dan pasal

146 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam, pasal 34 PP No. 09/1975).

Page 43: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

3. Pemeriksaan di sidang pengadilan dihadiri suami istri atau wakil yang

mendapat kuasa khusus dari mereka.

Hal ini menjadi faktor penting bagi lancarnya pemeriksaan perkara di

persidangan. Karena itu pasal 142 Kompilasi Hukum Islam menegaskan:

1) Pada sidang pemeriksaan gugatan perceraian, suami istri datang sendiri

atau mewakilkan kepada kuasanya.

2) Dalam hal suami atau istri mewakilkan, untuk kepentingan pemeriksaan

hakim dapat memerintahkan yang bersangkutan untuk hadir sendiri.

4. Upaya mendamaikan diusahakan selama proses pemeriksaan berlangsung.

Hal ini ditegaskan dalam pasal 82 ayat (4). Hakim yang memeriksa gugatan

perceraian berusaha mendamaikan, dan usaha mendamaikan dapat dilakukan

pada setiap sidang pemeriksaan.

Setelah perkara gugatan perceraian diputuskan dalam sidang terbuka

untuk umum, salinan putusan dikirim kepada pihak-pihak yang terkait. Pasal

147 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam menyatakan:

“Setelah perkara perceraian itu diputuskan, maka panitra Pengadilan Agama

menyampaikan salinan surat putusan tersebut kepada suami istri atau

kuasanya dengan menarik kutipan akta nikah dari masing-masing yang

bersangkutan.”41

Undang-undang No. 01/1974 tentang perkawinan serta PP No. 09/1975

tentang peraturan pelaksanaan undang-undang perkawinan, menyatakan bahwa

terjadinya perceraian adalah terhitung mulai saat pernyataan perceraian itu

41 M Yahya Harahap, Op.Cit., h. 257-258

Page 44: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

dinyatakan oleh suami dalam sidang Pengadilan Agama yang diadakan untuk

menyaksikan perceraian itu. Dan dalam hal terjadinya gugatan perceraian, maka

perceraian terjadi terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Putusan Pengadilan Agama dianggap telah mempunyai kekuatan hukum

tetap apabila telah diterima oleh kedua belah pihak yang berperkara. Putusan

yang demikianlah yang diberikan pengukuhan oleh Pengadilan Negeri (PN) dan

pengukuhan ini bersifat administratif dan tidak bernilai yuridis. Namun apabila

dimintakan banding oleh salah satu pihak atas putusan Pengadilan Agama itu,

maka putusan itu belum mempunyai kekuatan hukum dan belum dapat

dikukuhkan. Demikian juga jika dimintakan kasasi.42

D. Alasan yang Membolehkan Perceraian menurut Undang-undang dan Akibat

dari Perceraian

1. Alasan yang Membolehkan Perceraian Menurut Undang-undang

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 38 ayat (2)

menyatakan bahwa untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa

antara suami istri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami istri. Kemudian

mengenai alasan perceraian itu dijelaskan lebih rinci oleh Peraturan Pemerintah

RI No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No.1 Tahun 1974

tentang perkawinan, yaitu pada pasal 19 yang berbunyi:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

42 Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1995), Cet. ke-5, h. 121

Page 45: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut

tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar

kemampuannya.

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang

lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman dan penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain.

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.

f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.43

2. Akibat-akibat Perceraian

Dengan adanya putusan Perceraian yang dikeluarkan oleh Pengadilan

Agama, bukan berarti masalah perceraian ini selesai, akan tetapi masih ada

akibat-akibat hukum lainnya yang ditimbulkan dari perceraian tersebut yaitu

menyangkut masalah anak-anak, hubungan suami istri dan harta kekayaan

mereka.

a. Mengenai anak-anak

Dalam hal anak-anak yang masih menyusui kepada ibunya, apabila

terjadi perceraian maka ibunya tetap berhak untuk menyusui dan memelihara

anak itu, kemudian ayahnya juga tetap berkewajiban untuk memberi nafkah

43

Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan

Pelaksanaan Lainnya di Negara Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. ke-1, h.

358

Page 46: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

pemeliharaan dan pendidikan anaknya dari bayi hingga dewasa dan dapat

mandiri.

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan juga telah

mengatur masalah ini yang dimuat dalam pasal 41 yaitu :

1) Baik ibu atau bapak berkewajiban memelihara dan mendidik anak-

anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada

perselisihan mengenai penguasaan anak, pengadilan memberi

keputusannya.

2) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam

kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan

dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

3) Pengadilan dapat mewajibkan kepada mantan suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan/ atau menentukan sesuatu kewajiban bagi mantan

istri.

b. Mengenai Hubungan Suami Istri

Bagi pasangan yang telah bercerai, maka haram bagi mereka untuk

melakukan hubungan suami istri, selain itu mantan suami juga berkewajiban

untuk memberikan mut’ah yang pantas kepada mantan istrinya tersebut.

Mut’ah yang diberikan oleh mantan suami tersebut dapat berupa barang atau

uang.

Page 47: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Kompilasi Hukum Islam juga telah mengatur masalah ini secara

mendalam yang dimuat dalam pasal 149 yaitu :

1) Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang

atau benda, kecuali bekas istri tersebut qabla al-dukhul.

2) Memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam

iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam

keadaan tidak hamil.

3) Melunasi mahar yang telah terhutang seluruhnya, dan separuh apabila

qabla al-dukhul.

4) Memberikan biaya hadhanah untuk anak-anaknya yang belum mencapai

umur 21 tahun.

c. Mengenai Harta Bersama

Islam tidak mengenal adanya percampuran antara harta kekayaan

suami istri yang telah ada sebelum pernikahan. Harta kekayaan tersebut tetap

menjadi milik masing-masing pihak selama mereka tidak menentukan lain.

Apabila selama perkawinan mereka memperoleh harta, maka harta tersebut

dinamakan harta syirkah yaitu harta yang menjadi milik bersama suami istri,

oleh karena itu dalam Islam ada harta suami istri yang telah dicampur dan

ada juga harta yang tidak dicampur.

Dalam hal harta kekayaan yang bercampur yang didapatkan selama

perkawinan karena usaha bersama suami istri, menjadi milik bersama dari

suami istri dan digunakan untuk kepentingan bersama. Kemudian apabila

ikatan perkawinan tersebut putus baik karena perceraian maupun karena

Page 48: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

salah satu pihak meninggal dunia, maka harta bersama tersebut dibagi dua

antara suami istri. Masalah yang berhubungan dengan harta kekayaan suami

istri ini telah diatur oleh Kompilasi Hukum Islam secara mendalam yang

terjadi dari pasal 95 sampai pasal 97.

Page 49: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

BAB III

WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA TASIKMALAYA

A. Dasar Hukum dan Sejarah

1. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Tasikmalaya

Pengadilan Agama Tasikmalaya dibentuk berdasarkan penetapan

Menteri Agama No. 06/47.

2. Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Tasikmalaya44

No Nama Gol.

Terakhir Pendidikan

Terakhir Tahun Menduduki

Jabatan

1 RH.Abu Bakar - - -

2 RH. Usman - - -

3 KH. Moh. Sayuti - - -

4 RHA. Dasuki - - 1950

5 AA. Yunus - Ponpes 1955-1957

6 KH. Endang Djarkasih - Ponpes 1957-1963

7 RM. Syarif Ishak - Ponpes 1963-1964

8 KHM. Musa - Ak.B. Arab 1964-1978

9 Drs. Elon Dahlan - Sarjana 1978-1981

10 Umar Mansur Syah, SH - Sarjana 1981-1989

11 Drs. H. Ahmad Sudja’i IV/a Sarjana 1989-1995

12 Drs. HR. Muhamad IV/a Sarjana 1995-1997

13 Moh. Saleh Kastiwa, SH. VI/a Sarjana 1997-2000

14 Drs. Memet M. Soleh, SH. VI/a Sarjana 2000-2001

15 Drs. H.I. Nurchalis, Sy. SH. VI/c Sarjana 2001-2004

16 H. Didin Fathudin, SH.MH. VI/c Sarjana 2004-2006

17 Drs. Mahmud Yunus,MH. VI/c Sarjana 2006-Sekarang

44

Pengadilan Agama Tasikmalaya, Naskah Yurisdiksi Pengadilan Agama Tasikmalaya Tahun

2006-2007, h. 1

Page 50: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

3. Sejarah Terbentuknya Pengadilan Agama Tasikmalaya dan

Perkembangannya

Kenyataan kehidupan dan perkembangan Pengadilan Agama kini adalah

hasil perjalanan sejarahnya, sehingga apa yang ada sekarang ini adalah hasil

proses perubahan, penembahan, dan lain-lain. Hal mana bagi Pengadilan Agama

Tasikmalaya memperlihatkan perkembangan kehidupannya tidak lepas dari

bentuk dan perkembangan daerahnya itu sendiri, baik dari segi organisasi

kemasyarakatan (pemerintahan) maupun dari perkembangan sosial budaya serta

kontinuetasnya sampai sekarang.45

Terbentuknya Pengadilan agama Tasikmalaya berkaitan pula dengan

perkembangan Tasikmalaya sebagai Kabupaten atau nama pengikat wilayah

pemerintahan. Team peneliti hari jadi kabupaten Tasikmalaya menemukan enam

moment sejarah untuk dijadikan pangkal menentukan hari jadi.46

Dalam enam moment itu mengandung unsur-unsur pembaharuan,

kedinamisan, kreatifitas, kesadaran bermasyarakat, kesadaran pemerintahan

sendiri dan kedaulatan atas wilayahnya.

Ke enam moment itu adalah:47

a. Galunggung menurut Prasasti Geger Hanjuang

b. Periode Pemerintahan di sukakerta.

c. Berdirinya Sukapura dan Perkembangannya.

d. Perpindahan Ibukota Kabupaten. Sukapura ke Manonjaya (1334)

45

Ibid., h. 2

46 Ibid.

47 Ibid., h. 3

Page 51: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

e. Perpindahan Ibukota Kabupaten. Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya

1 Oktober 1901 yang kemudian diikuti perubahan nama Kabupaten.

Sukapura menjadi Kabupaten Tasikmalaya pada Januari 1913.

f. Tasikmalaya dalam lingkungan negara RI (Undang-undang No. 1/1945

tanggal 23 November 1945 dan Undang-undang No. 22/1950 tanggal 8

Agustus 1950.

4. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Tasikmalaya

Pengadilan Agama Tasikmalaya pertama dibentuk berdasarkan

penetapan Menteri Agama No. 6 Tahun 1947, Pengadilan Agama disebut

pakauman. Pemisahan dan Pencabutan Pengadilan Agama terjadi pada awal

tahun 1950. Setelah proklamasi kemerdekaan terjadi perubahan integral, pada

tanggal 3 Januari 1946, terbentuklah kementerian agama, hal mana semua

pegawai-pegawai pakauman (termasuk Raad Agama) diangkat semata-mata oleh

kebijakan presiden dan bupati. Setelah terbentuknya kementerian agama

tersebut, wewenang untuk mengangkat penghulu dan ketua Raad Agama

ditetapkan menjadi wewenang Kementrian Agama.48

Pakauman (Raad Agama) semula bertempat di Manonjaya, sewaktu

pemerintahan Sukapura. Kabupaten Sukapura pindah ke Tasikmalaya,

pakaumanpun ikut pindah, lokasinya di sebelah Selatan Masjid Agung

Tasikmalaya, sedang untuk ruang Raad agama bertempat di ruang depan Kantor

Urusan Agama, setelah ada pemisahan pada tahun 1950 pindah ke sebelah utara

Masjid Agung, kemudian pindah lagi ke Jl. Sutisnasenjaya yang bangunannya

48

Ibid., h. 5

Page 52: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

disatukan dengan Departemen Agama, kemudian pindah lagi ke Jl. Bebedahan II

No. 30 Tasikmalaya sampai sekarang.49

5. Keadaan Personil dan keadaan perkara

Jumlah Personil Pengadilan Agama Tasikmalaya masih sangat terbatas,

sehingga jumlah kemampuan administratif dan teknis para petugas perlu terus

ditingkatkan terutama tenaga administrasinya dengan ditunjang oleh sarana fisik

yang memadai, walaupun setiap tahun terus mendapat tambahan pegawai baru

yang sampai sekarang berjumlah 46 orang pegawai tetap ditambah 10 orang

tenaga honorer dengan perincian sebagai berikut:50

1. Ketua dan Wakil Ketua = 2 orang

2. Hakim = 10 orang

3. Panitera = 1 orang

4. Pejabat struktur dan Fungsional = 30 orang

5. Tenaga Pelaksana/ Staf = 3 orang

6. Tenaga Honorer = 10 orang

Sejak berlakunya Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

yang peraturan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun

1975 dan Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Kompilasi Hukum Islam,

maka peranan Pengadilan Agama semakin bertambah, sehingga jumlah

kemampuan administratif dan teknis para petugas perlu terus ditingkatkan dan

49

Ibid.

50 Ibid., h. 6

Page 53: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

ditunjang oleh sarana fisik yang memadai dengan keadaan perkara Tahun 2005

sebanyak 2. 108 perkara.51

6. Daerah

Bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Provinsi Jawa Barat pada

umumnya dan Kabupaten Tasikmalaya pada khususnya serta adanya aspirasi

yang berkembang dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan

mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri perlu meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan

kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada masa yang

akan datang.

Bahwa Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 10

Tahun 2001 tentang pembentukan Kota Tasikmalaya. Bahwa Pengadilan Agama

Tasikmalaya mempunyai wilayah yirisdiksinya Kota Tasikmalaya dan

Kabupaten Tasikmalaya.52

51

Ibid.

52 Ibid., h. 7

Page 54: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

B. Kondisi Umum Masyarakat Kecamatan Sodonghilir

Kecamatan Sodonghilir terletak sebelah Barat daya kabupaten Tasikmalaya,

dengan luas wilayah seluas 11.186 Ha terdiri dari:53

1. Lahan sawah : 3.074 Ha

2. Kolam : 130 Ha

3. Lahan darat : 7.982 Ha

4. Perkebunan : 1.400 Ha

5. Pemukiman : 4.582 Ha

1. Batas Wilayah Kecamatan Sodonghilir

Sebelah Utara : Berbatasan dengan kecamatan Taraju dan kecamatan

Puspahiang

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Bantar Kalong

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Taraju dan Kecamatan Bojong

gambir

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Tanjungjaya dan kecamatan

Parung ponteng.54

2. Orbitrase Jarak Tempuh

Ke ibu kota negara : 325 kilo meter

Ke ibu kota propinsi: 150 kilo meter

Ke ibu kota kabupaten: 50 Kilo meter55

3. Jumlah desa, 12 desa, yaitu:

1. Desa Sodonghilir

53

Kecamatan Sodonghilir, Diktat Geografi Kecamatan Sodonghilir Tahun 2006-2007, h. 1 54

Ibid., h. 2 55 Ibid.

Page 55: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

2. Desa Cukangkawung

3. Desa Cikalong

4. Desa Muncang

5. Desa Cipaingeun

6. Desa Leuwidulang

7. Desa Parumasan

8. Desa Raksajaya

9. Desa Spatnunggal

10. Desa Cukangjayaguna

11. Desa Pakalongan

12. Desa Sukabakti56

4. Jumlah penduduk

- Laki-laki : 31.349 Jiwa

- Perempuan : 31.440 Jiwa

- jumlah kepala keluarga : 15.494 Jiwa

- Jumlah WNA : - Jiwa

Jumlah Penduduk menurut Usia

- 00-05 Tahun : 4.387 Jiwa

-06-15 Tahun : 11.364 Jiwa

-16-60 Tahun : 44.355 Jiwa

56

Ibid., h. 3

Page 56: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

-61 ke atas Tahun : 2.677 Jiwa57

5. Mata Pencaharian Penduduk

- Jumlah Penduduk Usia Kerja : 39.083 Jiwa

- petani : 29.061 Jiwa

- Pedagang : 1.683 Jiwa

- Home Industri : 617 Jiwa

- Buruh Karyawan : 2.951 Jiwa

- PNS : 725 Jiwa

- TNI/ POLRI : 27 Jiwa

- Pensiun : 315 Jiwa58

6. Latar Belakang Pendidikan

- SD : 27.496 Jiwa

- SLTP : 7.600 Jiwa

- SLTA : 3.966 Jiwa

- Perguruan Tinggi : 1.881 Jiwa

Latar Belakang Agama

- Islam : 63. 357 Jiwa

- kristen/katolik : - Jiwa

-Hindu : - jiwa

- Budha : - Jiwa59

57

Ibid.

58 Ibid., h. 4

59 Ibid.

Page 57: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

POTENSI PENDIDIKAN

1. Sarana dan Prasarana Pendidikan

- SD : 62 Buah

-SMP : 9 Buah

- SMA : 4 Buah60

2. Jumlah Murid

- SD : 6.990 Orang

- SMP : 3.374 Orang

- SMA : 1.239 Orang61

3. Jumlah Guru

- SD : 355 Orang

- SMP : 148 Orang

- SMA : 72 Orang

4. Jumlah Tidak Sekolah

- Tidak tamat SD : 46 Orang

- Tidak melanjutkan ke SMP : 37 Orang

- Buta hurup/aksara : 53 Orang

- Rata-rata lama sekolah : 6,3 Orang

POTENSI KESEHATAN

1. Fasilitas Kesehatan

60

Ibid.

61 Ibid. h. 5

Page 58: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

- Puskesmas : 1 Orang

- Puskesmas pembantu : 5 Orang

- Rumah bersalin/ bidan : 5 Orang

- Klinik : 5 Orang

- Posyiandu : 73 Orang62

2. Tenaga Kesehatan

- Dokter Umum : - Orang

- Dokter Gigi : - Orang

- Bidan : 5 Orang

- Perawat : 10 orang

- Perawat Gigi : 1 Orang63

POTENSI EKONOMI

1. Lembaga Perekonomian Masyarakat

- Industri Perusahaan : 1 buah

- BUMN/BUMD : 3 buah

- Parawisata : - buah

- Hotel : - buah

- Perusahaan Jasa : 49 buah

- Kelomok Usaha Kecil : 25 Buah

- Usaha perorangan : 27 Buah

62

Ibid.

63 Ibid.

Page 59: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

- Koperasi : 6 Buah

- UPK : 1 Buah64

64 Ibid., h. 6

Page 60: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

BAB IV

PERCERAIAN DI KECAMATAN SODONGHILIR

A. Hukum Perceraian di Luar Pengadilan

Berbicara tentang perceraian di luar pengadilan, tidak dapat dilepaskan

dengan pendapat fiqih ulama klasik. Jika ditilik lebih seksama, nampaknya tidak

satupun para imam madzhab yang mengharuskan adanya tempat khusus, termasuk

di pengadilan, yang membuat sah terjadinya perceraian. Dengan kata lain, di tempat

mana saja yang pantas dan layak, bisa membuat sah terjadinya perceraian selama

memenuhi persyaratan dan rukunnya.65

Pendapat ulama klasik tersebut di atas, tidak terlepas dengan kondisi ril pada

masanya yang memang bentuk ada lembaga peradilan seperti pada saat sekarang.

Namun demikian pada masa sekarang ini, juga banyak ditemui para ulama dan kiai

yang berpendapat sahnya perceraian di luar pengadilan. Salah satunya yaitu Kiyai.

Abdul Madjid, anggota MUI Kecamatan Sodonghilir, yang mengatakan bahwa

perceraian sah walaupun dilakukan di hutan ataupun di lautan, tidak harus di

Pengadilan Agama. Hanya saja menurut beliau, undang-undang yang mengharuskan

perceraian di Pengadilan Agama itu lebih baik, karena itu adalah usaha pemerintah

untuk meminimalisir perceraian.66

Menurut penulis, meskipun secara hukum Islam perceraian sah dilakukan di

luar pengadilan, namun akan lebih baik jika dilakukan di pengadilan sesuai dengan

65

Abdul Madjid, Wawancara Pribadi, Sodonghilir: 1 Januari 2007

66 Ibid.

Page 61: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

ketentuan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Perceraian di Pengadilan

Agama mempunyai pengaruh dan dampak positif, di antaranya:

1. Tidak mudahnya perceraian dapat mengurangi tingkat perceraian yang terjadi di

masyarakat.

2. Hakim yang mengadili perceraian mengatur masalah nafkah bagi istri dan anak

paska perceraian, termasuk hak asuh anak (hadhanah).

3. Secara sosial, dengan terbukanya perceraian di Pengadilan Agama dapat

menimbulkan keadilan bagi suami-istri, seperti adanya peluang bagi pihak lain

untuk menikahi mereka melalui KUA. Selain itu, dengan perceraian di muka

Pengadilan Agama menghindari fitnah akibat telah jelasnya status perceraian

mereka.67

B. Perceraian di Luar Pengadilan di Kecamatan Sodonghilir

Pada dasarnya masalah perceraian ini sudah diatur dalam peraturan

pemerintah No 9/1975, dan undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan, dan Kompilasi Hukum Islam yang ditujukan khusus bagi umat Islam,

mulai dari Instansi atau lembaga mana yang berhak mengurus perceraian, siapa yang

berhak menceraikan, tata cara perceraian dan lain-lain sampai alasan-alasan yang

diperbolehkan terjadinya perceraian. Akan tetapi banyak masyarakat yang tidak

tunduk terhadap peraturan perundang-undangan, hal ini terbukti dengan tidak

dilakukannya perceraian yang tidak sesuai dengan prosedur perundang-undangan,

67 Masnun, Wawancara Pribadi, Tasikmalaya: 16 Januari 2007

Page 62: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

yang umumnya perceraian yang terjadi pada masyarakat Sodonghilir tidak melalui

prosedur Pengadilan Agama (PA).68

Gambaran perceraian masyarakat kecamatan Sodonghilir berdasarkan hasil

wawancara dengan salah satu pelaku perceraian di bawah tangan, ibu Yeti terungkap

bahwa proses perceraian mereka dilakukan secara kekeluargaan, maksudnya

perceraian mereka dapat selesai dengan mempertemukan keluarga suami (Ayah dan

Ibu) dan keluarga si istri (Ayah dan Ibu) serta dihadiri oleh beberapa saksi, biasanya

pihak yang bercerai membawa saksi masing-masing, terutama orang yang di

percaya oleh yang hendak bercerai sebelum terjadinya perceraian, kedua belah pihak

(suami istri) dinasehati supaya setelah perceraian nanti tidak terjadi permusuhan

apalagi ada rasa dendam, dari pihak yang merasa kurang puas dengan perceraian

yang terjadi. Setelah dinasehati maka suami mengucapkan lafadz talak di depan

para saksi maka terjadilah perceraian, kemudian si suami membuat surat yang berisi

bahwa si istri telah di ceraikan, baik talak satu, dua ataupun tiga dan ditandatangani

oleh suami sebagai alat bukti bahwa hubungan suami istri telah putus. Ini terlihat

dari dari ungkapan ibu Yeti: "Saya bercerai di rumah tahun 2005 akhir. Saya

bercerai dengan kekeluargaan dengan dihadiri oleh saksi-saksi dari saya, dan suami

saya. Kakek saya yang membimbing pengucapan talak satu, kakak saya saksi dari

saya, sedangkan saksi dari suami saya yaitu pamannya."69

Selain cara kekeluargaan yang melibatkan kedua orang tua dari kedua belah

pihak dan tokoh atau ulama setempat, perceraian dapat terjadi hanya dengan

kesepakatan kedua belah pihak (suami-istri). Sebagai bukti bahwa ikatan

68

Ana Suryana, Wawancara Pribadi, Sodonghilir: 10 Januari 2007 69

Hasil wawancara dengan ibu Yeti, pada tanggal 4 Januari 2007 (Sodonghilir: Kediaman ibu

Yeti)

Page 63: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

perkawinan mereka telah berakhir, suami membuat surat yang ditandatangani,

sebagai alat bukti. walaupun hanya dengan tulisan tangan. Dan ada yang sama sekali

tidak memakai surat cerai, cukup si suami mengucapkan ikrar talak secara lisan saja.

Adapun perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan, menurut pendapat

salah satu hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya yang berhasil peneliti

wawancarai, Masnun SH. menyatakan:

“Perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan sudah jelas perceraian tersebut

tidak mempunyai kekuatan hukum dan akan merugikan bagi pihak-pihak yang

bercerai dan perceraian tersebut harus di ajukan ke Pengadilan untuk memperoleh

keputusan perceraian yang mempunyai kekuatan hukum tetap”70

Sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal

39:

1. Perceraian hanya dapat di lakukan di depan sidang Pengadilan setelah

Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak dapat mendamaikan kedua

belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri tidak

akan dapat rukun sebagai suami istri.

C. Faktor-Faktor Terjadinya Perceraian di Luar Pengadilan Agama di

Kecamatan Sodonghilir

Faktor penyebab masyarakat kecamatan Sodonghilir melakukan perceraian di

luar pengadilan, jika dilihat dari kondisi masyarakat Sodonghilir berdasarkan hasil

penelitian penulis adalah:

70

Masnun, Hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya, Wawancara Pribadi, Tasikmalaya, 16

Januari 2007

Page 64: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

1. Faktor Ekonomi

Biaya persidangan yang begitu besar, memicu terjadinya perceraian di luar

Pengadilan. Ini bisa dirasakan oleh masyarakat kecamatan Sodonghilir yang

mayoritas ekonominya lemah, sehingga mereka tidak sanggup membayar

persidangan.71

Menurut hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya yang berhasil kami

wawancara, Drs. Masnun, S.H. bahwa salah satu yang memberatkan masyarakat

melakukan perceraian di luar Pengadilan biasanya karena mereka terbebani

masalah biaya Pengadilan, karena memang biaya Pengadilan sangat besar bagi

orang-orang yang berekonomi menengah ke bawah, padahal Pengadilan yang

bersangkutan dapat memberikan keringanan biaya jika benar-benar tidak

mampu.72

Hal ini dialami oleh Ibu Andang, dia melakukan cerai di luar Pengadilan

Agama karena merasa terbebani oleh masalah biaya administrasi. Andang

mengatakan: “Biaya cerai di Pengadilan itu mahal, kalau punya uang lebih baik

di gunakan untuk biaya hidup sehari-hari.”73

2. Masalah Waktu

Selain masalah biaya persidangan juga ada faktor penting yang

mengakibatkan mereka melakukan perceraian di luar pengadilan yaitu masalah

proses persidangan yang begitu lama, sedangkan mereka ingin sekali masalah

perceraian itu cepat selesai.

71

Masnun, Loc.Cit. 72

Ibid. 73

Ibu Andang, Wawancara Pribadi, Sodonghilir, 7 Januari 2007

Page 65: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Sebagaimana diungkapkan oleh responden yang bernama: Evi, yang

peneliti wawancarai pada tanggal 5 Januari 2007 di kediamannya. Beliau

mengatakan:

“Cerai lewat pengadilan itu lama, bisa sampai bulan-bulan sedangkan

saya ingin cepat-cepat bercerai karena sudah tidak tahan lagi dengan sikap suami

saya yang dingin, kalau tidak lewat pengadilan bisa lebih cepat, tinggal menulis

talak yang ditandatangani oleh suami, ataupun suami saya langsung

mengucapkan lafadz talak, dengan begitu saya langsung bisa bercerai, lagi pula

saya bercerai baik-baik dan suami saya baru menjatuhkan talak 1, jadi kalau

ingin kembali lagi tinggal balik lagi, kalau cerai ke Pengadilan baru talak 1 lalu

ingin kembali lagi harus bagaimana? saya rasa akan buang-buang waktu."74

3. Masalah Pribadi yang Harus Ditutupi

Mereka menganggap bahwa perceraian yang di lakukan di Pengadilan itu

masalah mereka atau kemelut yang mengakibatkan mereka bercerai akan di

ketahui oleh banyak orang

Hal ini dirasakan oleh salah seorang responden kami yang bernama

Andang seorang pengajar honorer di Sekolah Dasar, dia bercerai di luar

Pengadilan Agama karena tidak ingin penyebab perceraiannya diketahui oleh

banyak orang apalagi sampai diketahui oleh wali murid dan rekan seprofesinya,

oleh karena itu dia bercerai hanya dihadiri oleh suami, kedua orang tua, saksi

dan seorang ulama setempat. Hal ini terungkap ketika peneliti melakukan

74

Hasil wawancara dengan ibu Evi pada tanggal 5 Januari 2007 (Sodonghilir: Kediaman ibu

Evi)

Page 66: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

wawancara dengan Andang tanggal 7 Januari 2007 di kediamannya. Ia

mengatakan:

“Maaf sekali bukan saya tidak tahu masalah perceraian harus di

laksanakan di Pengadilan tapi saya tidak mau perceraian saya di ketahui banyak

orang, sebab saya tidak mau kemelut rumah tangga saya jadi bahan pembicaraan

orang.”75

4. Jarak - Tempuh

Jarak tempuh ke pengadilan yang jauh dari Kecamatan Sodonghilir

yang mengakibatkan mereka enggan melakukan perceraian di Pengadilan, jika di

ukur dengan jarak kurang lebih 50 km, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam, dan

memakan biaya transportasi sekitar Rp 40.000,00/pp/perorang. Hal ini di

ungkapkan oleh salah seorang responden yang bernama Suryana:

“Saya sebenarnya tidak mau bercerai, tapi karena istri saya sangat tidak

menghormati saya sebagai kepala keluarga, akhirnya saya memutuskan untuk

bercerai dengan cara baik-baik, tidak jalur hukum yang berlaku, cukup bagi saya

dengan menyerahkan istri saya pada ibu bapaknya, tidak ada perlu sidang segala,

masalahnya jarak Sodonghilir ke Tasikmalaya itu jauh.”76

Hal tersebut senada juga dikatakan oleh salah satu hakim Pengadilan

Agama Tasikmalaya Masnun, SH pada waktu wawancara:

75

Ibu Andang, Loc.Cit.

76 Suryana, Wawancara Pribadi, Sodonghilir, 10 Januari 2007

Page 67: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

“Selain masalah biaya yang sangat dominan, bisa jadi mereka enggan

bercerai di sini, karena jarak yang jauh kalau di lihat dari letak geografis, itu

juga bisa menyebabkan mereka tidak mau bercerai di Pengadilan.”77

5. Sudah Menjadi Suatu Kebiasaan (adat)

Sudah menjadi kebiasaan, di mana mereka yang bercerai sebelumnya

tidak lewat pengadilan jadi mereka yang hendak bercerai mengikuti kebiasaan

pihak yang cerai sebelumnya, mengikuti yang bercerai sebelum mereka.

Anggapan ini di katakan oleh responden kami yang bernama Mula:

“Kalau di daerah kita sangat jarang yang bercerai ke Pengadilan, dari

semenjak saya kecil, lagi pula yang bercerai sebelum saya juga tidak lewat

Pengadilan, cukup bagi saya cerai di sini saja, mengikuti yang sudah-sudah.”78

Menurut kepala Kantor Urusan Agama kecamatan Sodonghilir, Ana

Suryana bahwa: perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan sudah

merupakan kebiasaan masyarakat khususnya masyarakat kecamatan kami,

karena sebelum ditetapkan Undang-undang yang mengatur masalah perceraian,

masyarakat sudah sejak dulu melakukan perceraian dengan hanya menulis surat

talak yang ditandatangani oleh suami dan sampai sekarang hal tersebut sulit

dirubah.79

6. Kurangnya Kesadaran Hukum

77

Masnun, Loc.Cit. 78

Ibu Mula, Wawancara Pribadi, Sodonghilir, 8 Januari 2007

79 Ana Suryana, Loc.Cit.

Page 68: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Berangkat dari suatu kebiasaan mereka bercerai tanpa prosedur

Pengadilan Agama, maka mereka bisa di katakan orang yang tidak taat hukum,

dan kurang sadar terhadap peraturan yang berlaku di Indonesia mengenai

masalah perceraian. hal ini di ungkapkan oleh responden yang bernama Yeti:

“Sebenarnya saya mengetahui kalau cerai itu harus ke Pengadilan, tapi

dengan beberapa faktor, terutama masalah biaya jadi saya tidak bisa

menjalankan aturan hukum yang berlaku.”80

Dan perkataan ini bisa diperkuat oleh pernyataan kepala Kantor Urusan

Agama kecamatan Sodonghilir. Bapak Drs. Ana Suryana:

“Pada dasarnya masyarakat kecamatan Sodonghilir ini sedikit banyak

sudah mengetahui tentang peraturan perundang-undangan yang mengatur

masalah perceraian. Pihak Kantor Urusan Agama juga suka memberikan

penyuluhan jika mereka hendak melangsungkan pernikahan, yang di katakan

oleh naib di dalam ta’lik talak, jika melakukan perceraian hendaklah dilakukan

di Pengadilan Agama setempat”81

D. Akibat Perceraian di Luar Prosedur Pengadilan Agama di Kecamatan

Sodonghilir

80

Ibu Yeti, Wawancara Pribadi, 4 Januari 2007

81 Ana Suryana, Kepala Kantor Urusan Agama Sodonghilir, Wawancara Pribadi, Tasikmalaya

10 Januari 2007

Page 69: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Sebelum dipaparkan hasil dari penelitian, sebelumnya akan dijelaskan

pengertian dari akibat. Akibat yaitu “ sesuatu yang menjadi kesudahan atau hasil

dari pekerjaan, keputusan atau keadaan yang mendahuluinya.82

1. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Agama terhadap Status Perceraian

Sesuai dengan undang-undang perkawinan, perceraian hanya dapat

dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah pengadilan yang

bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sejak berlakunya undang-undang

perkawinan secara efektif, yaitu sejak tanggal 1 Oktober 1975 tidak

dimungkinkan terjadinya perceraian di luar prosedur Pengadilan. Untuk

perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri itu tidak akan dapat hidup

rukun sebagai suami istri.

Namun nampaknya, dengan ditetapkannya undang-undang perkawinan

tersebut tidak begitu berpengaruh bagi sebagian masyarakat kecamatan

Sodonghilir, yang sudah terbiasa dengan melakukan perceraian di luar prosedur

Pengadilan, padahal perceraian tersebut dapat menimbulkan dampak yang

negatif terhadap status perceraian, yaitu status perceraian tersebut tidak memiliki

kekuatan hukum, karena putusan cerai tersebut tidak dilakukan di depan sidang

Pengadilan Agama. Hal ini diperkuat dengan perkataan hakim Pengadilan

Agama Kabupaten Tasikmalaya Drs.Masnun, SH pada waktu wawancara "Suatu

82

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. ke-1, h. 15

Page 70: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Perceraian yang tidak dilakukan di Pengadilan sudah sangat jelas status

hukumnya, bahwa perceraian tersebut tidak sah, berdasarkan pasal 115 KHI".83

Pada dasarnya dalam Islam membenarkan seorang suami yang akan

menceraikan istrinya hanya cukup diucapkan di depan istrinya atau orang lain

maka jatuhlah talak, akan tetapi dalam hidup bernegara ada yang memerintah,

dan sebagai warga negara kita harus taat kepada peraturan pemerintah, selama

tidak bertentangan dengan ketentuan hukum Islam itu sendiri, karena taat kepada

pemerintah merupakan bagian dari kewajiban sebagai umat Muslim. Pemerintah

membentuk suatu peraturan tentang perceraian bertujuan agar tertib administrasi

seperti halnya masalah pencatatan perkawinan, kelahiran anak serta mempersulit

perceraian. Hal ini pada dasarnya sesuai dengan prinsip hukum Islam mengenai

perceraian yaitu mempersulit terjadinya perceraian.

2. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Agama Terhadap Istri

Perceraian yang dilakukan di luar sidang Pengadilan akan berpengaruh

dan mempunyai dampak negatif terhadap istri, yaitu:

a. Karena perceraian yang dilakukan di luar sidang Pengadilan tidak memiliki

surat cerai yang mempunyai kekuatan hukum, sehingga si janda menikah

lagi maka akan mendapatkan kesulitan dengan pihak Kantor Urusan Agama.

Karena setiap janda yang hendak menikah lagi harus memiliki surat cerai

dari Pengadilan.

83 Masnun, Loc.Cit.

Page 71: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Hal ini dialami oleh responden kami yang bernama Mula dan Erna, dia

sangat susah untuk bisa menikah lagi lewat Kantor Urusan Agama. Sehingga

dia menempuh jalur menikah kedua kali lewat nikah di bawah tangan.

b. Setelah terjadinya perceraian (cerai di luar Pengadilan ) si istri tidak

mendapatkan haknya setelah bercerai, seperti nafkah selama masa iddah,

tempat untuk tinggal, pakaian pangan.

Hampir dari seluruh responden perempuan yang berhasil penulis wawancara,

mengatakan semuanya tidak mendapatkan hak yang semestinya di dapat

setelah bercerai.

3. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Bagi Suami

Akibat perceraian di luar Pengadilan tidak hanya berpengaruh terhadap

istri tapi juga berpengaruh terhadap suami. Sama halnya dengan istri, suami

yang melakukan perceraian di luar pengadilan akan mengalami kesulitan ketika

hendak menikah lagi dengan perempuan lain. Perceraian yang dilakukan di luar

Pengadilan tidak akan memiliki surat cerai yang sah dan memiliki kekuatan

hukum tetap, sehingga jika hendak menikah lagi melalui pihak Kantor Urusan

Agama tidak akan mengizinkan sampai ada surat yang sah dari Pengadilan.

Hal tersebut dialami oleh responden penulis, yang bernama Suryana. Dia

mengatakan bahwa perceraian yang di lakukan di luar Prosedur Pengadilan

menyebabkan dia tidak bisa menikah lagi melalui Kantor Urusan Agama.

Akhirnya dia mengambil jalur menikah di bawah tangan.

4. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Agama Terhadap Anak

Page 72: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Setiap perceraian pasti akan menimbulkan akibat negatif bagi setiap

orang yang berkaitan dengan pasangan suami istri yang bercerai tersebut, baik

dari pihak istri, suami, maupun bagi keluarga kedua belah pihak, terlebih lagi

perceraian tersebut akan mempengaruhi si buah hati, baik perceraian tersebut

dilakukan di luar Pengadilan maupun di dalam Pengadilan.

Bagi seorang anak, suatu perpisahan (perceraian) kedua orang tuanya

merupakan hal yang dapat mengganggu kondisi kejiwaan, yang tadinya si anak

berada dalam lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang dari

kedua orang tuanya, hidup bersama dengan memiliki figur seorang ayah, dengan

figur seorang ibu, tiba-tiba berada dalam lingkungan keluarga yang penuh

masalah yang pada akhirnya harus tinggal hanya dengan salah satu figur, ibu

ataupun ayah.84

Perceraian yang dilakukan di luar sidang Pengadilan tidak akan

berpengaruh pada kondisi kejiwaan anak, tetapi terkadang si ayah tidak memberi

nafkah secara teratur dan dalam jumlah yang tetap. Perceraian yang dilakukan di

luar Pengadilan tidak mempunyai kekuatan hukum, sehingga tidak ada yang

dapat memaksa si ayah ataupun ibu untuk memberi nafkahnya secara teratur

baik dari waktu memberikan nafkah maupun dari jumlah materi atau nafkah

yang diberikan. Jika perceraian dilakukan di Pengadilan Agama hal tersebut

akan ditetapkan oleh Pengadilan, sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam pasal

156 poin (f).

84 Hukumonline,com/detail,asp/focus diakses tanggal 4 April 2007

Page 73: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Dalam kasus ini, Abil tempat tanggal lahir Tasikmalaya 05 Mei 2003,

ayahnya bernama Jodhi dan ibunya bernama Yeti, Dia (Abil) merupakan salah

satu dari sekian banyak korban dari hancurnya sebuah keluarga karena kedua

orang tua mereka bercerai. Jika perceraian kedua orang tua mereka dilakukan di

Pengadilan.

Begitu juga dengan Dian, lahir Tasikmalaya 26 Juni 1998. ayahnya

bernama Kusnadi dan ibunya bernama Andang. Dari mulai usia 1 tahun, sampai

sekarang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang ayah kandung

sendiri. Bahkan nafkah lahir pun dari ayahnya bisa di katakan minim, Sampai

sekarang usia sembilan tahun. Sudah ke jenjang dunia pendidikan di SD. Tapi

dia bersyukur masih mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Tetapi mengenai

nafkah sehari-hari Dian di tanggung sama ibunya sendiri, dan saudara dari

ibunya.

E. Analisa Penulis

Di Negara Indonesia ini sangat jelas bahwa pada dasarnya perkara perceraian

merupakan perkara yang kewenangannya dimiliki oleh Pengadilan baik Pengadilan

Negeri maupun Pengadilan Agama. Selain lembaga Pengadilan yang sah,

keputusannya dianggap tidak sah dan tidak mengikat serta tidak memiliki kekuatan

hukum.

Hal ini merujuk kepada pasal 115 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan

bahwa: “Putusnya perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan

Agama, setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.”

Page 74: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Akan tetapi tidak selamanya suatu hukum selalu dipatuhi oleh masyarakat,

seperti halnya yang terjadi pada masyarakat kecamatan Sodonghilir yang

mempunyai kesadaran hukum yang sangat minim, walaupun pada dasarnya

masyarakat kecamatan Sodonghilir sebagian sudah mengetahui peraturan mengenai

perceraian. Hal ini berdasarkan pada pernyataan kepala Kantor Urusan Agama

kecamatan Sodonghilir, yang sudah dijelaskan di muka.

Dalam hal seperti ini banyak sekali faktor yang melatar belakangi masyarakat

kecamatan Sodonghilir melakukan perceraian di luar Pengadilan, salah satu faktor

yang sangat mendasar yaitu perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan sudah

menjadi adat kebiasaan dan masyarakat menganggap bahwa perceraian seperti

itupun sudah sah, selain faktor kebiasaan (adat) faktor ekonomi menjadi salah satu

penyebab utama perceraian di luar Pengadilan.

Walaupun lembaga yang berwenang tidak memberikan sangsi pidana secara

langsung, akan tetapi banyak sekali dampak negatif yang masyarakat akan

merasakan. Status perceraian mereka yang tidak mempunyai kekuatan hukum

karena tidak diputuskan di depan sidang Pengadilan Agama, yang menyebabkan

tidak dapat menikah kembali di Kantor Urusan Agama karena tidak memiliki surat

keputusan dari Pengadilan Agama.

Dampak negatif dari perceraian di luar Pengadilan tidak hanya berdampak

terhadap suami istri saja tetapi terhadap anak pun mempunyai dampak negatif. Si

anak tidak mendapatkan nafkah secara teratur karena tidak ada suatu putusan yang

memiliki kekuatan hukum sehingga tidak dapat memaksa pihak ayah untuk

Page 75: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

memberikan nafkahnya secara teratur baik dari waktu pemberiannya maupun jumlah

materi yang diberikan.

Sangat disayangkan sekali bahwa tidak adanya sangsi bagi pihak yang

melakukan perceraian di luar Pengadilan sehingga kebiasaan seperti ini akan terus

berjalan di masyarakat. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

bersangkutan seperti Pengadilan Agama, Kantor Urusan Agama ataupun pemerintah

tingkat desa sekalipun tidak begitu mendalam, sehingga masyarakat tidak betul-

betul sadar akan hukum.

Page 76: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada dasarnya masyarakat kecamatan Sodonghilir mengetahui tentang hukum

atau peraturan yang mengatur mengenai masalah perceraian, tetapi tidak

mengetahui dengan pasti diatur dalam undang-undang, pasal dan ayat berapa,

hanya saja untuk mematuhi hukum yang telah berlaku masih sangat minim

sekali. Karena dalam masyarakat itu sendiri perceraian yang dilakukan di luar

pengadilan sudah merupakan suatu adat kebiasaan sehingga masyarakat dapat

menerimanya.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan perceraian di luar pengadilan :

a. Karena faktor Ekonomi, masyarakat menganggap bahwa biaya ke

Pengadilan sangat besar sehingga mereka enggan melakukan perceraian di

pengadilan karena tidak terjangkau dengan keadaan ekonomi.

b. Karena faktor waktu, masyarakat yang melakukan perceraian di luar

pengadilan Agama menganggap bahwa perceraian yang melalui proses

pengadilan akan memakan waktu yang sangat lama.

c. Masyarakat menganggap perkara perceraian merupakan permasalahan

keluarga, sehingga penyebab atau alasan perceraian harus ditutupi dan tidak

ingin diketahui oleh masyarakat (lingkungan) sekitarnya.

Page 77: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

d. Karena akibat seringnya perceraian di luar pengadilan ini terjadi maka

dianggap hal ini merupakan hal yang biasa (adat) yang sudah menjadi

kebiasaan masyarakat kecamatan Sodonghilir.

e. Kurangnya kesadaran masyarakat Sodonghilir terhadap hukum yang berlaku.

Mengenai masalah perceraian.

f. Wilayah kekuasaan Pengadilan Agama yang jauh dari kecamatan, sehingga

menjadikan alasan masyarakat tidak mau bercerai di Pengadilan.

3. Perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan akan berdampak terhadap banyak

orang, bukan hanya pada istri atau suami yang melakukan perceraian akan tetapi

bagi mereka yang mempunyai anak, anak-anak merekapun akan terkena

dampaknya.

Dampak bagi suami dan istri yang melakukan perceraian di luar pengadilan akan

menyulitkan mereka akan menikah lagi. Karena tidak ada surat cerai yang

disahkan oleh pengadilan, di samping itu istri yang diceraikan sulit menuntut

nafkah iddah kepada suami yang menceraikannya. Sedangkan bagi anak tidak

akan mendapatkan nafkah hidup yang jelas. Bahkan sama sekali tidak,

mendapatkan haknya dari orang tua laki-laki (Bapak), karena tidak ada putusan

hukum yang dapat memaksa.

B. Saran-saran

1. Rendahnya kesadaran hukum masyarakat Muslim Indonesia khususnya

berkenaan dengan masalah-masalah seputar hukum perkawinan, termasuk di

dalamnya hukum perceraian, mengakibatkan kurangnya mereka memfungsikan

Pengadilan Agama secara efektif bila sedang berhadapan dengan masalah-

Page 78: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

masalah tersebut. Oleh karena itu diharapkan kepada lembaga-lembaga terkait

dan berwenang (Kantor Urusan Agama) untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan tentang masalah hukum perkawinan, kepada masyarakat secara

intensif.

2. diharapkan dalam undang-undang perkawinan ditentukan sanksi yang jelas dan

tegas terhadap perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan. Walaupun sudah

terdapat saksi pidana dalam hukum perkawinan sebagaimana ketentuan yang

berlaku selama ini.

3. Bagi para akademisi, supaya mengkaji lebih dalam mengenai hukum perkawinan

yang berlaku di Indonesia, agar tidak hanya praktisi hukum saja yang lebih

menghiasi hukum perkawinan di Indonesia. Dan melakukan simulasi dan

pelatihan lainnya lebih ditingkatkan.

Page 79: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, et.al., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta Ichtiar baru Van

Hoeve, 2002

Abidin, Slamat Drs. dan Drs. H. Aminuddin. Fikih Munakahat, Bandung: CV Pustaka

Setia, 1999, cet. Ke-1

Ahmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta, Raja Grapindo Persada, 1995, cet.

Ke-1

Anshari al-, Abu Zakariya, Fathul Wahab, Semarang: Syirkah an-Nur Asia, t.th., juz 2

Arto, Mukti, Drs. H. SH., Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cet. ke-5

Ayub, Syaikh Hasan, Fikih Keluarga, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001, cet. Pertama.

Bukhari, Imam, Sahih al-Bukhari, Beirut, Darul-Fikr, 1958, Jilid 7

Departemen Agama RI, Kompilasi Perundang-undangan Badan Peradilan Agama, Jakarta: Proyek Binpapera. 1981

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,

Balai Pustaka, 1998, Cet. Ke-1

Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum

Adat, Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, 1990, cet. Ke-1

Hamdani, H.S. Al-, Risalah Nikah: Hukumk Pekawinan Islam, Jakarta, Pustaka Amani,

2002, cet. Ke-2.

Imam Abi Husen Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, Hadits ke-1472, Beirut, Darul-Fikr,

1992, Juz 1

Inpres R.I. No. 1 tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam, 2002

Jaziri, al-, Abdurahman, Al-Fiqh ‘ala al-Arba’ah, Mesir: Al-Maktabah At-Tijariyyah al-Kubra, t.th., jilid 4

Masnun, Drs., S.H, Hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya, Wawancara Pribadi, Tasikmalaya, 16 Januari 2007

Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004

Page 80: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Muhdor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan (Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk),

Bandung, Al-Bayan, 1999, cet ke-2

Nurudin, Amir Azhari dan Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Kencana, 2004, cet. Pertama

Prakaoso, Djoko, S.H dan I Ketut Murtika, S.H, Asas-Asas Hukum Perkawinan Di

Indonesia, (Jakarta, Bina Aksara, 1987, cet. Ke-26

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Budaya,

Kamus Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet. Ke-1.

Rahman, A., Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari’ah), Jakarta, Raja

Grapindo Persada, 2002, cet. Ke-1

Rahman, Bakri A, dan A. Sukarja, Hukum Perkawinan Menurut Islam, Undang-

Undang Perkawinan dan Hukum Perdata/B.W. Jakarta, Hida Karya Agung,

1981

Rasyid, Roihan A,. Hukum Acara PA, Jakarta: Rajawali Press.1994

Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia. Jakarta Raja Grapindo Persada. 2000, Cet

Ke-4

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, (Beirut: Dar al- Kitab al-Arabi, 1973, cet. 2, jilid 2

Saekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, PT Raja

Grafindo Persada 2004, cet. Ke-8

Said, H. A. Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta, Pustaka al-Husna, 1998,

cet. Ke-30

Saleh, K. Wantik S.H. Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1978

Sayyuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia: Berlaku Bagi Umat Islam, Jakarta, UI

Press, 1986, cet. Ke-5

Simanjuntak, P.N.H. MA., Pokok-pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan

: 1999

Suma, Muhammad Amin, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam dan Peraturan

Pelaksanaan lainnya di Negara Hukum Islam, Jakarta :PT. Raja Grapindo Persada, 2004, Cet. Pertama.

______________, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. Ke-1

Page 81: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Suryana, Ana, Drs., Kepala Kantor Urusan Agama Sodonghilir, Wawancara Pribadi,

Tasikmalaya 10 Januari 2007

Thalib, Sayuti, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: UI Press. 1995, Cet ke-5.

Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 1, Bandung: Fokus Media, 2005, Cet. pertama

Usman, Husaeni, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, Bumi Aksara, 2001

Zein, Satria Effendi M. Prof. Dr. H. MA., Problematika Hukum Keluarga Islam

Kontemporer, Jakarta: PT Prenada Persada, 2000, cet. Ke-1

Page 82: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Lampiran-Lampiran

HASIL WAWANCARA

Nama : Drs. Masnun, SH.

Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya

Hari/Tanggal :16 Januari 2007

Waktu/ Tempat : Jam 13.00, di ruang hakim Pengadilan Agama Tasikmalaya.

1. Bagaimana Bapak menanggapi permasalahan perceraian di luar prosedur

Pengadilan Agama?

Jawab: Pengadilan itu bersifat pasif, tidak mencari perkara. Tapi menunggu

perkara yang datang, untuk dicarikan solusi masalah yang harus

diselesaikan.

2. Menurut Bapak, Bagaimana dengan status perceraian yang dilakukan di luar

Pengadilan Agama?

Jawab: Bagi umat Islam, yang mencari keadilan perceraian itu baru dianggap sah,

kalau perceraian itu di lakukan di depan sidang Pengadilan. Menurut

hukum Sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 115.

3. Apakah Pengadilan Agama memberikan sanksi kepada pasangan suami istri yang

melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Tidak, tugas PA hanya menerima, memeriksa serta memutuskan perkara,

yang menindak masalah itu yang berwenang yaitu polisi, itu juga kalau ada

yang mengadu dari salah satu pihak yang bercerai.

4. Bagaimana dengan bagian pemerintah seperti RT, Penghulu (PPN) yang

menceraikan pasangan suami istri?

Jawab: saya kurang begitu tahu, tapi kalau mereka ketahuan melakukan hal itu,

mereka bisa dijerat hukuman penjara dan dendaan.

5. Menurut Bapak, siapa saja yang biasanya melakukan perceraian di luar PA dan apa

yang menyebabkan masyarakat melakukan perceraian di luar PA?

Jawab: Biasanya masyarakat golongan ekonomi lemah, tingkat pendidikan yang

minim, penyebabnya banyak, bisa terjadi karena masalah biaya, jarak

tempuh, kurang sadar akan hukum, dan adanya oknum yang melegalkan

nikah di bawah tangan.

Page 83: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

6. Apakah di pengadilan ini terdapat perkara perceraian yang diajukan ke

Pengadilan setelah mereka melakukan perceraian di luar Pengadilan?

Jawab: Ada, mereka datang ke sini langsung, karena mereka kesulitan jika ingin

menikah lagi melalui KUA.

7. Dalam perkara perceraian, apakah pengadilan Agama ini dapat memberikan

keringanan biaya?

Jawab: Bisa, perkara prodeo ( perkara Cuma-cuma), itu diatur dalam HIR, siapa

saja yang mendapatkan keringanan biaya?

Jawab: Masyarakat kurang mampu, yang memenuhi syarat, dengan membawa

surat miskin dari Kepala Desa, yang diketahui oleh Camat.

8. Apakah dalam setiap perceraian, Pengadilan menetapkan jumlah nominal nafkah

anak istri?

Jawab: Ya, kalau mereka cerai di sini, Pengadilan akan memutuskan, suami untuk

memberikan nafkah anak nafkah istri selama iddah, uang Mut’ah, jumlah

nominalnya tergantung kesepakatan dan kemampuan suami.

9. Bagaimana tindakan Pengadilan, jika suami istri mengingkari putusan tentang

pemberian nafkah anak yang memiliki kekuatan hukum tetap dari PA?

Jawab: Kalau memang ada pengaduan dari istri, lalu melapor ke Pengadilan maka

dilakukan eksekusi, pemanggilan terhadap suami lalu menanyakan perihal

pengingkarannya.

10. Apa tindakan yang akan dilakukan oleh PA untuk mengatasi perceraian di luar

Pengadilan?

Jawab: Secara berkala PA sini sudah melakukan penyuluhan, tetapi belum secara

menyeluruh, baru wilayah terdekat saja bekerja sama dengan Pemda. dan

Insyaallah lain kesempatan akan ke Sodonghilir.

Page 84: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Drs. Ana Suryana.

Jabatan : Kepala KUA Kecamatan Sodonghilir

Hari/Tanggal : 28-12 2006

Waktu/Tempat : Jam 16.oo, Rumah Kediaman

1. Bagaimana, menurut Bapak perceraian yang di lakukan di depan ulama setempat

atau aparat setempat, Rt dan PPN?

Jawab: Membuat masyarakat mengerti dan sadar hukum itu memang sulit, padahal

mereka tahu hukum perceraian. Tetapi karena perceraian yang dilakukan di

luar pengadilan sudah menjadi kebiasaan, apalagi bagi masyarakat

pedesaan. Mereka menganggap perceraian seperti itu sah. Karena menurut

pemahaman ke Islam mereka itu dapat dikatakan sah. mereka Jangankan

melalui surat (tulisan) dengan ucapan saja sudah di anggap sah.

2. Apakah orang yang telah bercerai di luar Pengadilan dapat menikah lagi di KUA

sini? apa alasannya?

Jawab: Tidak, karena tidak ada surat bukti yang dikeluarkan oleh Pengadilan

Agama yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

3. Apakah ada kasus perceraian yang di tangani pihak KUA sini?

Jawab: Tidak, karena di sini tidak berhak, menangani kasus perceraian.

4. Apakah KUA mempunyai kewenangan dalam menindak pihak-pihak yang

menceraikan dan menikahkan, padahal mereka tidak berwenang, seperti ulama, PPN

dan RT?

Jawab: Tidak KUA sama sekali tidak mempunyai kewenangan.

5. Bagaimana dengan BP4, apakah berfungsi sebagai badan penyuluhan?

Jawab: Ya, karena BP4 berfungsi sebagai pemberi nasehat, jika mereka tetap mau

mengakhiri rumah tangganya.

6. Apakah suami istri yang bercerai di luar Pengadilan melaporkan kepada kepala

KUA?

Jawab: Jarang sekali, mungkin mereka takut diperintahkan untuk mengajukan

perceraiannya ke Pengadilan.

7. Bagaimana jika calon mempelai memalsukan status, misalnya dia sudah janda,

tetapi mengaku dia masih perawan, apakah bapak akan menikahkannya?

Page 85: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Jawab: Jika memang pihak kami tidak mengetahui, ada pemalsuan status dari

pihak kelurahan, maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak menikahkan

mereka.

8. Mengapa mereka melakukan perceraian di luar Pengadilan menurut bapak?

Jawab: Faktor ekonomi yang paling mempengaruhi, karena masyarakat kami ini,

kelas ekonomi menengah kebawah. Selain itu juga mereka itu kurang sadar

akan hukum yang berlaku, karena mereka kebanyakan mengikuti

perceraian orang-orang sebelumnya. Tidak melalui Pengadilan.

Page 86: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : K. Abdul Majid

Jabatan : Anggota MUI Kecamatan Sodonghilir

Hari/ Tanggal : Senin, 1 Januari 2007

Tempat : Rumah kediaman K. Abdul Majid

1. Sejak kapan bapak aktif di MUI kecamatan?

Jawab: Sudah 10 Tahun yang lalu. tepatnya Tahun 1997

2. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai perceraian di luar Pengadilan Agama?

Jawab: Menurut bapak pribadi biasa-biasa aja, Cuma memang masalah ini kalau

tidak di tanggapi secara serius bisa menyebabkan hal-hal yang tidak

diharapkan dari para pihak yang melakukan perceraian, bisa

mengakibatkan konflik keluarga, setelah bercerai biasanya mereka saling

bermusuhan. anak- anak mereka menjadi terbengkalai.

3. Bagaimana Menurut Bapak Hukum perceraian tersebut?

Jawab: Perceraian tersebut tetap saja sah, sesuai dengan sebuah riwayat hadis

yang artinya "Tiga perkara kesungguhannya dipandang bener, main-main

juga dipandang bener pula, yaitu: nikah, talak, dan cerai" sebab

perceraian itu tidak harus dilakukan di pengadialan kalau memang si yang

berceraian tidak mau bercerai di Pengadialan. masalah tersebut hanya

administrasi saja, tapi alangkah lebih baik kalau kita ikiti aturan negara

kita karena hal itu setidaknya bisa mengurangi tikat perceraian.

Page 87: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Yeti

Hari/tanggal : Kamis, 04-01 2007

Waktu/Tempat : 11.oo/ Kediaman ibu Yeti

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 2 tahun.

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Tidak ada lagi kecocokan, lebih pokoknya faktor ekonomi dan tekanan

jiwa.

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: saya bercerai di rumah.

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: Tahun 2005 akhir

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: Saya bercerai dengan kekeluargaan dengan di hadiri oleh saksi-saksi dari

saya, dan suami saya.

6. Siapa saja yang menceraikan anda?

Jawab: Kakek saya. Yang membimbing pengucapan talak satu.

7. Siapa saja yang hadir waktu proses perceraian anda?

Jawab: kakak saya saksi dari saya, dan paman dari suami saksi dari dia.

8. Mengetahui tidak, anda kalau mau melakukan perceraian itu harus dilakukan di

mana?

Jawab: Tahu, harus di Pengadilan Agama

9. Faktor apa yang menyebabkan anda bercerai di luar Pengadilan?

Jawab: Karena proses bercerai di pengadilan lama dan yang paling penting

ekonomi saya kurang mencukupi untuk biaya ke Pengadilan .karena saya

yang menggugat cerai pada suami saya.

10. Apakah perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan adil menurut anda?

Jawab: Tidak, karena saya tidak mendapat, apa-apa dari hasil perceraian,

walaupun saya yang minta cerai.

11. Apakah anda mendapat kesulitan setelah melakukan perceraian di luar Pengadilan?

Page 88: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Jawab: Ya, karena saya bingung tidak mempunyai surat cerai, kalau mau menikah

lagi lewat KUA.

12. Apakah perceraian yang dilakukan oleh anda, dianggap puas?

Jawab: Tidak, makanya saya menyesali, karena tidak mendapat apa-apa dari suami

saya, yang sepantasnya saya dapat, nafkah iddah dan sebagainya.

13. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: Tidak, saya malu, karena saya tahu kalau bercerai itu, harus di Pengadilan.

14. Setelah bercerai, apakah mantan suami anda memberikan nafkah, kepada anda, dan

anak anda?

Jawab: Kalau untuk saya tidak sama sekali, karena saya yang minta cerai katanya,

untuk anak saya saja si (Abil). Memberi hanya satu kali selama saya cerai.

Itupun saya yang minta.

15. Bagaimana hak asuh anak apa di bicarakan sewaktu anda bercerai?

Jawab: Dibicarakan, hanya anak kami itu masih kecil, jadi diasuh saya, tapi saya

juga perlu menafkahi diri dan anak, jadi saya cari uang, akhirnya si Abil di

asuh sama ibu saya.

16. Mengenai harta gonogini atau harta bawaan di bicarakan dengan mantan suami anda

sewaktu bercerai?

Jawab: Tidak, karena belum ada harta yang berharga. kecuali si buah hati.

17. Apakah anda mendapat Mut’ah selama iddah dari suami anda?

Jawab: Tidak sama sekali.nafkah selama hidup bersama juga kurang.

Page 89: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Evi

Hari/tanggal : Jum’at/ 05-01- 2007

Waktu/Tempat : 14.00/ kediaman Evi

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 2 Tahun 5 bulan

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Tidak ada lagi kecocokan, sikap suami yang dingin, yang selalu saya

jengkel dengan sikapnya.

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: Di rumah orang tua saya, karena saya belum punya rumah sendiri.

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: Tahun 2004 Akhir

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: secara kekeluargaan saja.

6. Siapa saja yang menceraikan anda?

Jawab: Ulama setempat, yang dianggap bisa menceraikan secara baik-baik.

7. Siapa saja yang hadir waktu proses perceraian anda?

Jawab: Saksi dari saya dan saksi dari dia, serta kedua orang tua saya dan mertua

saya.

8. Sepengetahuan anda kalau melakukan perceraian itu harus dilakukan di mana?

Jawab: ya, harus ke Pengadilan Agama

9. Faktor apa yang menyebabkan anda bercerai di luar Pengadilan?

Jawab: selain faktor ekonomi, saya ingin cepat-cepat bercerai, jadi kalau di

Pengadilan mungkin prosesnya lama. bisa berbulan-bulan, sedangkan saya

ingin cepat-cepat cerai.

10. Apakah perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan adil menurut anda?

Jawab: kurang adil, karena merugikan, semua beban di tanggung saya. Yang

membayar yang menceraikan harus saya.

11. Apakah perceraian yang dilakukan oleh anda, dianggap puas?

Jawab: Puas, tetapi secara aturan saya melanggar Pengadilan.

12. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: Belum pernah

Page 90: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

13. Setelah bercerai apakah, mantan suami anda memberikan nafkah, kepada anda, dan

anak anda?

Jawab: Tidak, karena saya yang ingin bercerai (cerai gugat), untuk anak juga tidak,

paling kakek dari bapaknya yang suka memberi.

14. Bagaimana hak asuh anak apa di bicarakan sewaktu anda bercerai?

Jawab: Tidak, hanya saja saya yang harus bertanggung jawab, sebab anak kami

masih kecil.

15. Mengenai harta gonogini atau harta bawaan di bicarakan dengan mantan suami anda

sewaktu bercerai?

Jawab: Tidak, paling pakaian dia yang dibawa dari rumah ibu saya.

16. Apakah anda mendapat Mut’ah selama iddah dari suami anda?

Jawab: Tidak.

Page 91: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Erna

Hari/tanggal : Sabtu/06-01-2007

Waktu tempat : 16.00/ Rumah

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 4 Bulan

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Pertengkaran, sering cemburu.

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: Di rumah Penghulu.

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: 26 Desember 2005

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: Lancar

6. Siapa saja yang menceraikan anda?

Jawab: Penghulu yang dulu menikahkan saya.

7. Siapa saja yang hadir waktu proses perceraian anda?

Jawab: Orang tua, saksi-saksi dari pihak istri, dan suami. Serta RT.

8. Menurut anda, kalau melakukan perceraian itu harus dilakukan di mana?

Jawab: Di Pengadilan Agama

9. Faktor apa yang menyebabkan anda bercerai di rumah?

Jawab: ingin cepat, dan damai

10. Apakah perceraian yang dilakukan di rumah adil menurut anda?

Jawab: Adil

11. Apakah anda mendapat kesulitan setelah melakukan perceraian di rumah?

Jawab: Ya, ternyata saya tidak bisa menikah melalui KUA, oleh penghulu. Karena

saya tidak mempunyai surat cerai. Akhirnya saya menikah di bawah

tangan.

12. Apakah perceraian yang dilakukan oleh anda, dianggap puas?

Jawab: Puas, karena saya bisa bercrai

13. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: Tidak, hanya lewat penghulu saja.

Page 92: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

14. Setelah bercerai apakah, mantan suami anda memberikan nafkah, kepada anda, dan

anak anda?

Jawab: Tidak, anak saya tidak punya.

15. Mengenai harta gonogini atau harta bawaan di bicarakan dengan mantan suami anda

sewaktu bercerai?

Jawab: Tidak.

16. Apakah anda mendapat Mut’ah selama iddah dari suami anda?

Jawab: Tidak, karena saya yang minta bercerai.

Page 93: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Andang

Hari/tanggal : Minggu/ 07-01-2007

Waktu/Tempat : 16.00/ Rumah

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 1 Tahun 5 Bulan

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Karena suami saya, tidak menafkahi lahir batin saya, selama menikah,

hanya waktu pengantin baru saja.

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: Di rumah Ibu saya.

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: Tahun 1999

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: Kekeluargaan

6. Siapa saja yang menceraikan anda?

Jawab: Ulama setempat

7. Siapa saja yang hadir waktu proses perceraian anda?

Jawab: Orang tua, saksi dari istri (saya), dan dari Suami

8. Kalau menurut anda, melakukan perceraian itu harus dilakukan di mana?

Jawab: ya, harus di Pengadilan

9. Faktor apa yang menyebabkan anda bercerai di luar Pengadilan?

Jawab: Saya malu, harus ke Pengadilan karena saya seorang guru, takut ketahuan

akibat dari Perceraian saya di ketahui oleh teman seprofesi saya.

10. Apakah perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan adil menurut anda?

Jawab: Tidak, merugikan saya, karena saya yang harus menanggung semua resiko,

karena saya yang meminta cerai.

11. Apakah anda mendapat kesulitan setelah melakukan perceraian di luar Pengadilan?

Jawab: ya, karena saya tidak mempunyai surat cerai yang di keluarkan oleh

Pengadilan. jika saya hendak menikah lagi kemungkinan besar susah

menikah lagi lewat KUA.

12. Apakah perceraian yang dilakukan oleh anda, dianggap puas?

Jawab: Secara emosi ya puas, tapi kalau menurut aturan saya merasa dirugikan.

Page 94: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

13. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: Tidak, mungkin jika saya hendak menikah lagi, baru saya akan bicara

tentang setatus saya yang sudah janda.

14. Setelah bercerai apakah, mantan suami anda memberikan nafkah, kepada anda, dan

anak anda?

Jawab: Tidak, karena saya minta bercerai, dan saya mempunyai pekerjaan.

15. Bagaimana hak asuh anak apa di bicarakan sewaktu anda bercerai?

Jawab: Dibicarakan, tapi karena si Dian masih Kecil, baru 1 Tahun jadi saya yang

harus mengurus dia.

16. Mengenai harta gonogini atau harta bawaan di bicarakan dengan mantan suami anda

sewaktu bercerai?

Jawab: Tidak, karena pernikahan saya baru, jadi belum ada yang di hasilkan

bersama.

17. Apakah anda mendapat Mut’ah selama iddah dari suami anda?

Jawab: Tidak, karena proses perceraiannya tidak jalur hukum, jadi tidak ada

Page 95: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Mula

Hari/tanggal : Senin/08-01-2007

Waktu/Tempat : Jam 15.00/Kediaman Mula

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 1 Tahun

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Karena suami saya sering berbohong kepada saya.

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: Di rumah saya

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: Juni, 2006.

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: lancar, secara kekeluargaan

6. Siapa saja yang menceraikan anda?

Jawab: Ulama setempat, RT.

7. Siapa saja yang hadir waktu proses perceraian anda?

8. Menurut anda kalau melakukan perceraian itu harus dilakukan di mana?

Jawab: Yang saya tahu, harus di Pengadilan

9. Faktor apa yang menyebabkan anda bercerai di luar Pengadilan?

Jawab: Semenjak saya kecil, yang bercerai itu tidak lewat Pengadilan. akhirnya dari

perceraian mereka baik-baik saja, saya juga mengikuti mereka yang

bercerai sebelum saya, dan perceraian saya juga lancar-lancar saja

10. Apakah perceraian yang dilakukan oleh anda, dianggap puas?

Jawab: Puas

11. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: Belum.

12. Apakah ada kendala setelah bercerai tidak lewat Pengadilan?

Jawab: ya, setelah saya melakukan perceraian pertama, terus saya hendak ingin

menikah lagi, ternyata saya tidak bisa dinikahkan oleh pihak KUA,

akhirnya saya menikah yang kedua tidak lewat KUA.

13. Setelah bercerai apakah, mantan suami anda memberikan nafkah, kepada anda, dan

anak anda?

Page 96: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

Jawab: Tidak, karena saya yang meminta bercerai. Anak tidak punya

14. Mengenai harta gonogini atau harta bawaan di bicarakan dengan mantan suami anda

sewaktu bercerai?

Jawab: Tidak.

15. Apakah anda mendapat Mut’ah selama iddah dari suami anda.

Jawab: Memberi lima ratus ribu, tapi saya tidak tahu uang hak apa yang dia

berikan

Page 97: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

HASIL WAWANCARA

Nama : Suryana

Hari/tanggal : Selasa/ 10-01-2007

Waktu/Tempat : Jam 13.00/Rumah

1. Berapa lama usia pernikahan anda?

Jawab: 1 Tahun

2. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

Jawab: Istri yang kurang menghormati keluarga saya;

3. Di mana anda melakukan perceraian?

Jawab: Di rumah mertua saya.

4. Kapan anda bercerai?

Jawab: Tahun 2005

5. Bagaimana proses perceraian anda?

Jawab: Secara kekeluargaan

6. Siapa saja yang menceraikan anda?

Jawab: Ulama di tempat istri, Rt.

7. Siapa saja yang hadir waktu proses perceraian anda?

Jawab: RT. Saksi-saksi dari saya dan dari istri saya, serta kedua mertua saya.

8. Menurut anda kalau melakukan perceraian itu harus dilakukan di mana?

Jawab: Di Pengadilan

9. Faktor apa yang menyebabkan anda bercerai di luar Pengadilan?

Jawab: Ya, masalah uang, biaya yang mahal, dan selain itu juga masalah jarak,

Sodong – Tasik yang jauh, kalau menurut saya, lagi pula istri saya juga

menerima kalau bercerai di rumah.

10. Apakah perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan adil menurut anda?

Jawab: Cukup Adil. Karena bisa damai.

11. Apakah anda mendapat kesulitan setelah melakukan perceraian di luar Pengadilan?

Jawab: Ya, saya mau menikah lagi tidak bisa ke KUA. Karena tidak mempunyai

surat cerai. Akhirnya saya menikah yang kedua kali tidak lewat jalur KUA,

jalur belakang.

12. Apakah perceraian yang dilakukan oleh anda, dianggap puas?

Jawab: Puas

Page 98: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis

13. Apakah anda melaporkan ke pihak KUA bahwa anda telah bercerai?

Jawab: Tidak

14. Setelah bercerai apakah, mantan istri anda di berikan nafkah, dan anak anda? Ya

sebesar 1.000.000,00. saya belum punya anak.

15. Mengenai harta gonogini atau harta bawaan di bicarakan dengan mantan istri anda

sewaktu bercerai?

Jawab: tidak

Page 99: PERCERAIAN DI LUAR PROSEDUR PERADILAN AGAMA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8293/1/DEDE... · agama dan moral dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis