17
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya mengandung Fe 2 O 3 yang dikotori oleh pasir (SiO 2 ) sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkan . Senyawa ferro yang paling penting adalah garam besi (II) sulfat, lazim disebut garam ferro sulfat bentuk yang umum dari garam ini adalah vitriol hijau, FeSO 4 .7H 2 O yang mengkristal dalam bentuk monoklin. Garam ini isomorf dengan garam Epson atau garam inggris MgSO 4 .7H 2 O. Garam besi (II) sulfat ini dapat diperoleh dengan cara melarutkan serbuk besi atau besi (II) sulfida dalam asam sulfat encer. Setelah larutan disaring dan diuapkan maka akan mengkristal FeSO 4 .7H 2 O yang berwarna hijau. Dalam skala besar garam ini dibuat dengan cara mengoksidasi perlahan garam FeS 2 oleh udara yang mengandung air. Garam

PERCOBAAN 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

11

Citation preview

Page 1: PERCOBAAN 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam

golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi

biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10%, serta sedikit

senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkan.

Senyawa ferro yang paling penting adalah garam besi (II) sulfat, lazim disebut

garam ferro sulfat bentuk yang umum dari garam ini adalah vitriol hijau, FeSO4.7H2O

yang mengkristal dalam bentuk monoklin. Garam ini isomorf dengan garam Epson

atau garam inggris MgSO4.7H2O. Garam besi (II) sulfat ini dapat diperoleh dengan

cara melarutkan serbuk besi atau besi (II) sulfida dalam asam sulfat encer. Setelah

larutan disaring dan diuapkan maka akan mengkristal FeSO4.7H2O yang berwarna

hijau. Dalam skala besar garam ini dibuat  dengan cara mengoksidasi  perlahan garam

FeS2 oleh udara yang mengandung air. Garam besi (II) sulfat dan garam sulfat yang

berasal dari logam alkali, dapat bergabung membentuk garam rangkap. Contoh

senyawanya adalah (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O senyawa ini disebut dengan garam mohr.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan garam mohr adalah bagaimana cara

membuat garam mohr dari serbuk besi atau potongan paku ?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan garam mohr adalah untuk mengetahui cara membuat

garam mohr dari serbuk besi atau potongan paku.

Page 2: PERCOBAAN 1

D. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan garam mohr adalah dapat mengetahui cara membuat

garam mohr dari serbuk besi atau potongan paku.

Page 3: PERCOBAAN 1

II. KAJIAN TEORI

Garam Kristal stabil dari ion-ion NH4+ tetrahedral kebanyakan larut dalam

air. Garam ammonium umumnya mirip dengan garam-garam kalium dan rubidium

dalam hal kelarutan dan struktur karena ketiga ion tersebut jari-jarinya sebanding =

1,48 A. garam dari asam kuatnya terionisasi seluruhnya dan kelarutannya sedikit

(Cotton dan Willkinson, 1989).

Garam-garam besi (III) (atau feri) diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3

mereka lebih stabil dari pada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat kation-kation

Fe3+ yang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida, warna menjadi

semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II) (Vogel,

1985).

Besi seperti juga kobalt dan nikel yang merupakan golongan VII, dengan

berat atom 55,85 berta jenis 7,86 dan mempunyai titik lebur 2450°C. Di alam biasa

terdapat dalam biji besi hematite, magnetite, limotite dan pyrite (FeS), sedangkan

dalam air umumnya dalam bentuk senyawa garam ferri atau garam ferro (valensi 2).

Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai adalah FeO, FeSO4.7H2O, FeSO4,

FeCO3, FeCl3, Fe(OH)3 dan lainnya (Said, 2015).

besi merupakan zat yang sangat diperlukan dalam perkembangan sistem saraf

karena besi sangat dibutuhkan dalam proses sintesis di dalamnya.7 Selain itu, besi

adalah salah satu zat yang sangat penting sebagai sistem transmiter elektron pada

mitokondria sehingga kekurangan zat besi akan menyebabkan menurunnya sitokrom

dalam mitokondria yang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan, bahkan

Page 4: PERCOBAAN 1

abnormalitas pertumbuhan termasuk di dalamnya adalah kecerdasan intelektual pada

anak-anak yang menderita defisiensi zat besi (Kusmiati dkk., 2013).

Page 5: PERCOBAAN 1

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12 November 2015

pukul 07.30 – 10.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan

Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia, batang

pengaduk, corong, erlenmeyer dan hot plate.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah serbuk besi atau

potongan paku, sam sulfat 10% dan ammonia..

Page 6: PERCOBAAN 1

C. Prosedur Kerja

Ditimbang 10 gramDilarutkan dengan 10 mL H2SO4 10%DipanaskanDisaring

Ditambahkan asam sulfatDipanaskan secara perlahan hingga terbentuk Kristal lapiran permukaan larutan

Diuapkan sampaiTerbentuk larutan jenuh

Dicampur dalam keadaan panas Didinginkan Diamati pembentukan Kristal berwarna hijau mudaSetelah Kristal terbentuk, dipisahkan dari cairannyaUntuk mendapatkan garam mohr yang lebih baik, dilakukan rekristalisasiDitimbang

Hasil Pengamatan

Serbuk besi atau potongan paku

Filtrat Residu

Larutan A Larutan B (150 mL H2SO4 10% dan ammonia

Page 7: PERCOBAAN 1

HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

No

. Penambahan

pH

1. pH awal 4

2. pH awal (1) + 2 mL NaOH 5

3. pH (2) + 2 mL NaOH 5

4. pH (3) + 2 mL NaOH 6

5. pH (4) + 2 mL NaOH 7

6. pH (5) + 2 mL NaOH 10

7. pH (6) + 2 mL NaOH 11

8. pH (7) + 2 mL NaOH 12

9. pH (8) + 2 mL NaOH 12

2. Analisis Data

1. Perhitungan

Diketahui :

[NaOH] : 0,52 M

[CH3COOH] : 0,88 M

a. Kekuatan ion larutan ()

CH3COOH CH3COO- + H+

Page 8: PERCOBAAN 1

Penyelesaian :

μ=12∑i

M i Zi2

Penentuan [H+] dan [OH-]

Untuk penambahan NaOH = 0 mL, pH = 4

Log [ H+ ]=(−pH+0,5 Z1Z2√ μ

1+√ μ−0 ,10 μ)

[ H+ ]=inv×log [ H+ ]

Page 9: PERCOBAAN 1

[OH− ]=10−14

[ H+ ]

Untuk penambahan NaOH = 2 mL, pH = 5

Log [ H+ ]=(−pH+0,5 Z1Z2√ μ

1+√ μ−0 ,10 μ)

[ H+ ]=inv×log [ H+ ]

[OH− ]=10−14

[ H+ ]

b. Penentuan Ka

Ka pada penambahan 0 mL NaOH, pH = 4

pKa=pH +0,5 Z1 Z2 √μ

1+√μ−0,1 μ+ log

C A+CB+( [ H+ ]−[OH− ] )CB+( [H+ ]−[OH− ])

Page 10: PERCOBAAN 1

=pH+0,5 Z1 Z2√μ

1+√μ−0 ,10 μ+ log

C A+CB

C B

pKa = - log Ka

Ka = Inv . log –pKa

= Inv . log –4,58

= 2,05 . 10-5

Ka pada penambahan 2 mL NaOH, pH = 5

pKa=pH +0,5 Z1 Z2 √μ

1+√μ−0,1 μ+ log

C A+CB+( [ H+ ]−[OH− ] )CB+( [H+ ]−[OH− ])

=pH+0,5 Z1 Z2√μ

1+√μ−0 ,10 μ+ log

C A+CB

C B

pKa = - log Ka

Page 11: PERCOBAAN 1

Ka = Inv . log –pKa

= Inv . log –5,58

= 3,02 . 10-5

B. Pembahasan

Menurut Arrhenius asam adalah zat yang bila dilarutkan dalam air terionisasi

menghasilkan ion H+ dalam larutannya. Sedangkan basa adalah zat yang bila

dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH-. Asam dapat digolongkan menjadi

dua berdasarkan sifat ionisasinya. Asam yang terionisasi secara sempurna saat

dilarutkan di dalam air digolongkan sebagai asam kuat sedangkan asam yang tidak

terionisasi secara sempurna di dalam air digolongkan sebagai asam lemah. Kekuatan

asam lemah sangat beragam tergantung pada derajat ionisasinya. Terbatasnya ionisasi

asam lemah berkaitan dengan konstanta kesetimbangan ionisasi.

Kekuatan asam basa berguna untuk mempertimbangkan reaksi asam-basa

sebagai suatu kompetisi terhadap proton. Dari sudut pandang ini dapat disusun asam

dan basa berdasarkan kekuatan relatifnya. Asam yang lebih kuat adalah asam yang

melepaskan protonnya lebih mudah daripada asam lainnya. Hal ini serupa, basa kuat

adalah basa yang dapat menarik proton lebih kuat dari yang lainnya. Suatu asam atau

basa dikatakan kuat apabila terionisasi sempurna di dalam air. kekuatan asam

bergantung pada bagaimana proton H+ secara mudah terlepas dari ikatan H--X dalam

spesi asam.

Percobaan ini bertujuan utuk mengetahui kekuatan asam. Kekuatan suatu

asam didefinisikan sebagai kemampuan asam itu untuk menghasilkan ion H+,

Page 12: PERCOBAAN 1

kekuatan asam akan makin besar bila kemampuan asam itu untuk menghasilkan ion

H+ makin besar. Dalam percobaan ini, kekuatan asam dari asam asetat akan diukur

dengan mengukur pH-nya dengan mengetahui konsentrasi masing-masing larutan.

Asam yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam asetat yang merupakan asam

lemah. Asam lemah bila dilarutkan dalam air tidak akan terionisasi secara sempurna,

asam lemah hanya terionisasi sebagian. Posisi kesetimbangan reaksi antara asam dan

air bervariasi antara asam lemah yang satu dengan asam lemah yang lainnya. \

Larutan KNO3 yang digunakan dalam percobaan ini berfungsi untuk menjaga

kekuatan ion dalam larutan agar dapat terdeteksi pH-meter. KNO3 merupakan

elektrolit kuat yang dalam larutan (air) akan terdisosiasi menjadi K+ dan NO3-. Ion K+

lebih elektropositif dari pada H+ sehingga ion K+ akan bereaksi dengan anion (jika

ada) terlebih dahulu dari pada ion H+. Akibatnya konsentrasi ion H+ dalam larutan

akan lebih stabil/ terjaga.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya

NaOH, pH nya pun semakin bertambah. Dari analisis data diperoleh kekuatan ion

larutan CH3COOH (µ) sebesar 0,88 mol/L, [H+] sebesar 1,4385 X 10-4 dan [OH-]

sebesar 6,95168 X 10-8. Nilai pKa yang diperoleh adalah 2,4158. Nilai pKa

merupakan Konstanta kesetimbangan disosiasi (Ka) disebut juga konstanta elektrolit

atau konstanta disosiasi asam. Kekuatan asam didefinisikan oleh konstanta disosiasi

asamnya. Semakin besar konstanta disosiasi asamnya maka makin kuat asam

tersebut.

Page 13: PERCOBAAN 1

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi CH3COOH adalah 0,88 M. Nilai kekuatan asam dari senyawa CH3COOH

adalah sebesar 0,88 molL

dengan nilai [H+] sebesar 1,4385 X 10-4, [OH-] sebesar

6,95168 X 10-8 dan nilai pKa sebesar 2,4158.

Page 14: PERCOBAAN 1

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F., A., dan Willkinson, G., 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia, Jakarta.

Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Kalman Media Pustaka, Jakarta.