26
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 54 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI WILAYAH KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 4 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah, maka dipandang perlu menetapkan pedoman pembentukan dan pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air di Wilayah Kabupaten Berau; b. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut diatas perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Berau ;

PERDA Nomor 9 Tahun 2003 ttg Pedoman … saluran pembagi yang disebut saluran kuarter, dan saluran pembuang berikut seluruh bangunan turutan serta pelengkapnya termasuk jaringan irigasi

  • Upload
    hathien

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

TAHUN : 2003 NOMOR : 54

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

NOMOR 9 TAHUN 2003

TENTANG

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)

DI WILAYAH KABUPATEN BERAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BERAU,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 4 huruf a

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987

tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan

Dibidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah,

maka dipandang perlu menetapkan pedoman

pembentukan dan pembinaan Perkumpulan Petani

Pemakai Air di Wilayah Kabupaten Berau;

b. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut

diatas perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Berau ;

- 2 -

Mengingat : 1. Ordonansi tanggal 25 September 1939 tentang

Perkumpulan Indonesia (Staatsdblaad Tahun 1939

Nomor 570) ;

2. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran

Negara Tahun 1959 Nomor 72) tentang Penetapan

Undang - Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953

tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan

(Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9) sebagai

Undang - Undang (Memori Penjelasan dalam

Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820 ) ;

3. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang

Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037) :

4. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1982 tentang

Irigasi (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 38,

Tambahan Lembaran Negera Nomor 3226) ;

5. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999

Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 );

6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang

Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di

Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah (Lembaran

Negara Tahun 1987 Nomor 3353 ) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang

Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah

(Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 3373 ) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara

Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3952) ;

- 3 -

9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I

Kalimantan Timur Nomor 15 Tahun 1986

tentang Irigasi di Kalimantan Timur ;

10. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 24 Tahun

2002 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten

Berau ;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 26

Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan

Tata Kerja Dinas di Kabupaten Berau.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BERAU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN PER KUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) DI WILAYAH KABUPATEN BERAU.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Berau ;

b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta

Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan

Eksekutif Daerah ;

c. Kepala Daerah adalah Bupati Berau ;

- 4 -

d. Camat adalah Kepala Wilayah Kecamatan di

Kabupaten Berau ;

e. Dinas adalah Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Berau ;

f. Tim Irigasi adalah Tim yang mempunyai yang

selanjutnya disebut P3A adalah wadah untuk

menampung kepentingan dan kegiatan petani

secara bersama dalam mengelola air irigasi dalam

suatu atau lebih petak tersier daerah irigasi

pedesaan dan daerah irigasi pompa ;

g. Forum koordinasi P3A adalah wadah koordinasi

dari dua atau lebih P3A dalam satu Daerah

Tata Pengairan yang dibentuk atas dasar

kepentingan dan kebutuhan bersama ;

h. Gabungan P3A adalah perkumpulan yang

beranggotakan beberapa P3A yang berada di

dalam satu jaringan irigasi sekunder ;

i. Lembaga Masyarakat Kampung yang selanjutnya

disebut LMK adalah lembaga masyarakat

di Kampung atau kelurahan yang tumbuh dari,

oleh dan untuk masyarakat dan merupakan wahana

partisipasi dalam pembangunan yang memadukan

pelaksanaan berbagai kegiatan pemerintahan dan

prakarsa serta swadaya gotong royong

masyarakat dalam segala aspek kehidupan dalam

rangka mewujudkan Ketahanan Nasional yang

meliputi aspek - aspek Ideologi, Politik, Ekonomi,

Sosial, Budaya, Agama dan Pertahanan

Keamanan.

- 5 -

j. Kampung adalah suatu wilayah yang ditempati

oleh sejumlah penduduk sebagai suatu kesatuan

masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai organisasi

pemerintah terendah langsung di bawah

Camat dan berhak menyelenggarakan rumah

tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia ;

k. Air adalah semua air yang terdapat di dalam

dan atau berasal dari sumber - sumber air, baik

yang terdapat diatas maupun di bawah permukaan

tanah, kecuali air yang terdapat di luar ;

l. Sumber - sumber air adalah tempat - tempat

dan wadah-wadah air yang terdapat di atas

maupun dibawah permukaan tanah ;

m. Sumur adalah bangunan penyadap air tanah

yang dilengkapi dengan pompa, mesin penggerak

dan perlengkapan lainnya ;

n. Tanah Oncoran adalah tanah yang berhak atas air

irigasi ;

o. Irigasi adalah usaha penyediaan pengaturan

air untuk menunjang pertanian ;

p. Irigasi Air Tanah adalah usaha penyediaan

dan pengaturan air untuk menunjang pertanian

yang sumber airnya berada di bawah permukaan

tanah ;

q. Irigasi Pompa adalah irigasi yang sumber airnya

berasal dari air tanah atau air permukaan yang

dinaikkan dengan menggunakan pompa beserta

mesin penggerak dan perlengkapan lainnya;

- 6 -

r. Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang

mendapat air dari atau jaringan irigasi ;

s. Jaringan Irigasi adalah saluran dan bangunan

yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan

untuk pengaturan air irigasi mulai dari

penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian,

bangunan dan pembuangannya ;

t. Jaringan Irigasi Pemerintah adalah jaringan

irigasi yang pembangunan, pendayagunaan dan

pemeliharaan dan jaringannya dikelola oleh

Pemerintah melalui instansi pengairan ;

u. Jaringan Irigasi Pedesaan adalah jaringan

irigasi yang pembangunan, pendayagunaan dan

pemeliharaan dari jaringan dilaksanakan oleh

para petani;

v. Jaringan Tersier adalah jaringan irigasi yang

berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di

dalam petak / blok tersier, yang terdiri atas

saluran pembawa yang disebut saluran

tersier, saluran pembagi yang disebut saluran

kuarter, dan saluran pembuang berikut seluruh

bangunan turutan serta pelengkapnya termasuk

jaringan irigasi pompa yang luas areal

pelayanannya disamakan dengan areal tersier ;

w. Jaringan Irigasi Kecil adalah jaringan irigasi

dengan luas areal kurang dari 500 (lima ratus)

hektar yang tercatat dalam buku daftar

inventarisasi yang memuat data jaringan irigasi

berikut luas areal irigasinya.

- 7 -

x. Jaringan Irigasi Pompa adalah jaringan yang

sumber airnya berasal dari air tanah atau

air permukaan yang dinaikkan dengan

menggunakan pompa beserta mesin penggerak

dan perlengkapan lainnya yang luar arealnya

dipersamakan dengan petak tersier ;

y. Petak / blok Tersier adalah bagian lahan dari

suatu daerah irigasi yang menerima air dari

suatu pintu sadap tersier dan mendapat

pelayanan dari jaringan tersier yang bersangkutan;

z. Petak / blok Kuarter adalah bagian dari lahan

di dalam petak / blok tersier yang mendapat

pelayanan irigasi dari satu saluran kuarter ;

aa. Tambak adalah lahan yang dibangun sedemikian

rupa sehingga dapat memasukkan air dan

menampung air payau untuk budidaya perikanan ;

bb. Daerah Pertambakan adalah daerah tepi pantai

atau daerah muara sungai yang mengalami

pasang surut air laut yang terdapat tambak-

tambak yang mendapat campuran air laut dan

air tawar guna dibudidayakan untuk perikanan ;

cc. Sawah Tambak adalah lahan persawahan

yang bangunanya seperti tambak sehingga dapat

diusahakan untuk pemeliharaan ikan dan padi ;

dd. Pengelolaan air irigasi pada tingkat usaha tani

adalah segala usaha pendayagunaan air irigasi

termasuk pemeliharaan jaringannya yang langsung

berhubungan dengan petani dan areal

pertaniannya, guna memenuhi kebutuhan untuk

pertanian ;

- 8 -

ee. Tata Pengairan adalah susunan dan letak sumber

- sumber air dan atau bangunan-bangunan

pengairan menurut ketentuan-ketentuan teknik

pembinaannya di suatu wialayah pengairan

tertentu ;

ff. Tata Tanam adalah pengaturan waktu, tempat,

jenis, luas penanaman rendangan dan kemarau

disertai penggunaan air yang efisien untuk

mendapatkan produksi yang maksimal ;

gg. Pola Tanam adalah rencana jenis tanaman

yang akan diusahakan ;

hh. Iuran Pelayanan Irigasi, yang selanjutnya disingkat

IPAIR adalah iuran yang dipungut dari petani

pemakai air atas jasa pelayanan yang diberikan

di bidang irigasi ;

BAB II

AZAS, SIFAT DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

(2) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan

organisasi yang bersifat sosial dengan maksud

menuju ke arah hasil guna pengelolaan air dan

jaringan irigasi dalam satu atau lebih petak tersier,

daerah irigasi pedesaan dan daerah irigasi pompa

untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya ;

- 9 -

(3) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) bertujuan

mendayagunakan potensi air irigasi pada tingkat

usaha tani yang tersedia di Kampung / Kelurahan

secara tepat guna dan berhasil guna dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani

anggotanya.

BAB III

PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 3

(1) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dibentuk

oleh dan untuk petani pemakai air ;

(2) Pemerintah Daerah mendorong dan membimbing

proses pembentukan P3A.

Pasal 4

Pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A) harus memenuhi syarat :

a. Mempunyai anggota yang terdiri atas

pemilik, penggarap dan atau penyakap / penyewa

sawah, kolam ikan dan atau tambak atau badan

usaha yang mendapat pelayanan irigasi ;

b. Mempunyai wilayah kerja berupa hamparan

lahan yang mendapat pelayanan irigasi ;

c. Mempunyai potensi jaringan irigasi.

- 10 -

Pasal 5

(1) Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan

kepengurusannya dibentuk oleh petani pemakai

air dalam musyawarah ;

(2) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) disusun

oleh Pengurus dalam rapat anggota ;

(3) Pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah,

setelah Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangganya mendapat persetujuan dari

Kepala Kampung / Kelurahan dan Camat serta

disahkan oleh Kepala Daerah ;

(4) Pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

mendafarkan Anggaran Dasar tersebut kepada

Panitera Pengadilan Negeri setempat berdasarkan

Ordonansi tanggal 25 September 1939 tentang

Perkumpulan Indonesia (Staatdsblaad Tahun 1939

Nomor 570) ;

(5) Dengan terdaftarnya Anggaran Dasar Perkumpulan

Petani Pemakai Air (P3A) di Panitera Pengadilan

Negeri setempat, maka P3A berstatus Badan Hukum ;

(6) Sebagai Badan Hukum Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A) berhak melakukan hal-hal sebagai

berikut :

a. Menerima aset berupa jaringan irigasi kecil

tersier dari Pemerintah ;

- 11 -

b. Membuat ikatan kerjasama atau perjanjian dengan

pihak lain yang bersifat ekonomis dalam rangka

mencapai tujuan P3A ;

c. Menerima hak guna air irigasi dan mengatur

pemanfaatannya sesuai pola dan tata tanam yang

telah ditetapkan oleh panitia irigasi;

d. Menerima bantuan, baik berupa uang,

sarana dan prasarana atau fasilitas fisik

lainnya secara langsung dari lembaga / instansi

Pemerintah atau swasta.

Pasal 6

(1) Susunan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai

Air (P3A) terdiri atas rapat anggota, pengurus

dan anggota ;

(2) Rapat Anggota adalah kekuasaan tertinggi dalam

organisasi P3A ;

(3) Pengurus dipilih diantara para anggota dan terdiri

atas ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara,

pelaksana teknis, pembantu umum dan ketua -

ketua petak / blok tersier ;

(4) Anggota P3A adalah petani yang mendapat

manfaat dari pelayanan irigasi meliputi antara

lain, pemilik sawah, penggarap sawah, penyakap

sawah, pemilik kolam ikan, penggarap kolam

ikan, pemilik tambak, penggarap tambak penyakap

tambak dan badan usaha ;

- 12 -

(5) Formasi pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) sekurang-kurangnya terdiri atas Ketua, Sekretaris,

Bendaharan dan pelaksana teknis dan dilampiri

struktur organisasi;

(6) Ketua petak/blok kuarter sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) adalah seorang pemimpin

dalam petak/blok kuarter yang bersangkutan dan

dipilh / diangkat langsung oleh para angota petak /

blok ;

(7) Dalam hal wilayah kerja P3A meliputi lebih

dari satu Kampung / Kelurahan, maka pengurus

dipilih dari anggota P3A yang berdomisili

pada Kampung Kelurahan yang memiliki wilayah kerja

P3A terbesar ;

(8) Ketentuan tersebut pada ayat (7) dapat dikecualikan

apabila disepakati oleh masing - masing pengurus

P3A yang bersangkutan.

Pasal 7

(1) Dengan memperhatikan tata pengaturan air

pada jaringan irigasi sekunder yang meliputi dua

atau lebih wilayah kerja P3A, maka dapat

dibentuk suatu gabungan P3A ;

(2) Gabungan P3A dimaksud dalam ayat (1)

Pasal ini dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan

untuk mengatur kepentingan bersama ;

(3) Gabungan P3A dipimpin oleh seorang Ketua yang

dipilih oleh para anggota yang terdiri atas ketua

masing-masing P3A ;

- 13 -

(4) Gabungan P3A dimaksud pada ayat (1) Pasal ini

dapat mewakili P3A menjadi anggota Badan

Musyawarah Iuran Pelayanan Irigasi (BAMUS

IPAIR).

BAB IV

TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 8

(1) Tugas dan wewenang P3A adalah sebagai berikut :

a. Mengelola air dan jaringan di dalam petak

tersier atau daerah irigasi perkampungan,

daerah irigasi pompa, daerah irigasi tambak

agar dapat diusahakan untuk dimanfaatkan

oleh para anggotanya secara tepat guna

dan berhasilguna dalam memenuhi kebutuhan

pertanian dengan memperhatikan unsur pemerataan

diantara sesama anggota ;

b. Membangun, merehabilitasi dan memelihara

jaringan tersier, jaringan irigasi perkampungan,

irigasi pompa, irigasi tambak sehingga jaringan

tersebut dapat tetap terjaga kelangsungan

fungsinya ;

c. Menetukan dan mengatur iuran dari para

anggota yang berupa uang, hasil panen atau

tenaga untuk pendayagunaan air irigasi dan

pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan

irigasi perkampungan, irigasi pompa, irigasi

tambak dan usaha - usaha pengembangan

perkumpulan sebagai suatu organisasi ;

- 14 -

d. Membimbing dan mengawasi para anggotanya

agar memenuhi semua peraturan yang ada

hubungannya dengan air irigasi yang

dikeluarkan oleh Pemerintah dan P3A.

(2) Tugas dan wewenang Pengurus dan Anggota

P3A diatur dengan Keputusan Kepala Daerah ;

Pasal 9

(1) Rapat anggota mempunyai tugas:

a. Membuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga ;

b. Membentuk dan membubarkan pengurus ;

c. Mengangkat dan memberhentikan anggota

pengurus ;

d. Membuat program kerja P3A.

(2) Rapat anggota mempunyai wewenang :

a. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga ;

b. Mengangkat dan memberhentikan anggota

pengurus ;

c. Menetapkan program kerja P3A ;

d. Menetapkan dan mengatur iuran dari para

anggota berupa uang, hasil panen dan tenaga.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN

- 15 -

Pasal 10

(1) Setiap anggota mempunyai hak :

a. Mendapat pelayanan air irigasi sesuai

dengan ketentuan pembagian air yang telah

ditetapkan ;

b. Menyatakan pendapat dan memberikan suara

dalam rapat anggota ;

c. Memilih dan dipilih sebagai pengurus;

d. Melakukan pengawasan atas jalannya

perkumpulan.

(2) Setiap anggota mempunyai kewajiban :

a. Hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam

rapat anggota ;

b. Menjaga dan melestarikan kelangsungan

fungsi sarana dan prasarana jaringan irigasi

serta pengembangan untuk pemerataan air

dan peningkatan optimalisasi lahan pertanian ;

c. Membayar iuran organisasi dan dana - dana

lain yang ditetapkan oleh rapat anggota ;

d. Ikut aktif dalam membuat Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga dan keputusan -

keputusan dalam rapat anggota ;

e. Membantu memajukan perkumpulan ;

f. Menerima sanksi atas pelanggaran terhadap

peraturan yang telah ditetapkan oleh rapat

anggota ;

g. Melaksanakan setiap peraturan yang telah

ditetapkan oleh rapat anggota.

- 16 -

BAB VI

PELANGGARAN DAN HUKUMAN

Pasal 11

(1) Ketentuan-ketentuan jenis pelanggaran serta

sifat - sifat dan bentuk hukuman terhadap

pelanggaran itu, selain pedoman pada ketentuan-

ketentuan tersebut pada peraturan pengairan

Propinsi Kalimantan Timur dan Undang - Undang

Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, juga

berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh

perkumpulan itu ;

(2) Jenis pelanggaran serta sifat dan bentuk hukuman

yang ditetapkan oleh perkumpulan sebagai berikut :

a. Bentuk pelanggaran adalah :

1. Anggota yang sama sekali tidak bersedia

membayar iuran ;

2. Tunggakan pembayaran iuran ;

3. Pencurian air.

4. Merusak saluran dan atau bangunan milik

perkumpulan atau milik pemerintah ;

5. Penanaman palawija dan lain - lain (selain

tanaman padi) secara menyendiri tidak

berkelompok dalam wilayah petak kuarter,

yang sebenarnya sawah tersebut dapat

ditanami padi dan mendapatkan pengairan

yang cukup dari perkumpulan.

- 17 -

b. Sanksi-Sanksi Pelanggaran adalah :

1. Bagi anggota sama sekali tidak bersedia

membayar iuran, dikenakan kerja bakti

seharga 5 (lima) kali jumlah iuran dan

apabila menolak tidak akan diberi jatah

air selama 1 (satu) musim tanam ;

2. Anggota yang menunggak wajib iuran

dikenakan uang tambahan (denda) 10 %

(sepuluh persen) tiap bulan kelambatan

dari jumlah yang belum dibayar ;

3. Barangsiapa terbukti melanggar ketentuan :

- 1 (satu) kali dikenakan kerja bakti

sebanyak 5 X 1/2 hari ;

- 2 (dua) kali dikenakan kerja bakti

sebanyak 10 X 1/2 hari ;

- 3 (tiga) kali tidak diberi jatah air

selama 1 (satu) musim tanam.

4. Barangsiapa terbukti merusak saluran

dan bangunan milik perkumpulan dan

pemerintah diwajibkan untuk memperbaiki

sampai dengan selesai dan apabila menolak

atau tidak sanggup memperbaiki tidak

diberi jatah air selama 1 (satu) musim tanam;

5. Bagi anggota yang menanami sawahnya

dengan palawija dan lain-lain (tanaman

selain padi) secara menyendiri, tidak

berkelompok dalam wilayah petak kuarter

yang sebenarnya sawah tersebut dapat

ditanami padi dan mendapatkan pengairan

yang cukup dari perkumpulan diwajibkan

untuk membayar iuran.

- 18 -

BAB VII

WILAYAH KERJA PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)

Pasal 12

(1) Wilayah kerja Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A) adalah sesuai dengan batas wilayah

administrasi kampung, yang dapat meliputi :

a. Beberapa petak / blok tersier ;

b. Satu petak / blok tersier ;

c. Beberapa bagian petak / blok tersier.

(2) Apabila terdapat satu petak/blok tersier yang

luasnya melebihi satu batas wilayah administrasi

kampung, maka petak / blok tersier tersebut dapat

digabungkan menjadi satu P3A.

Apabila batas wilayah administrasi kampung

sulit dilaksanakan, maka dapat diterapkan

prinsip tata pengairan (hidrologis) pada suatu

petak tersier, daerah irigasi pedesaan, daerah

irigasi pompa dan daerah irigasi tambak.

BAB VIII

Pasal 13

Untuk mewujudkan asas, sifat dan tujuannya, P3A

dapat melakukan hubungan kerja dengan :

a. Instansi terkait ;

b. BPK ;

- 19 -

c. Kelompok Tani ;

d. P3A di kampung/kelurahan lain ;

e. Badan Usaha ;

f. Organisasi selain P3A.

Pasal 14

(1) Hubungan kerja dengan LMD sebagaimana

dimaksud Pasal 15 bersifat koordinatif dan

saling mendukung dalam penyusunan rencana,

pelaksanaan program kerja, serta peningkatan dan

pengembangan P3A ;

(2) Hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh

P3A dalam penyusunan Program kerja meliputi :

a. Memberikan informasi kepada BPK tentang rencana

kegiatan P3A ;

b. Memberikan informasi dan pertimbangan

kepada BPK dalam pembahasan rencana

kegiatan BPK yang menyangkut irigasi dan

pengairan kampung ;

c. Memperoleh masukan informasi dan pemikiran

dari BPK untuk perumusan usulan kegiatan.

(3) Hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh P3A

dalam pelaksanaan program kerja meliputi :

a. Memberikan informasi kepada BPK tentang

pelaksanaan suatu kegiatan dalam rangka

program kerja P3A ;

- 20 -

b. Memperoleh bantuan teknis dan adminstratif

dari BPK dalam menggerakkan anggota

P3A, memanfaatkan sumber daya lain

yang tersedia di kampung untuk kepentingan

kegiatan P3A serta mengatasi perselisihan

dan pertentangan yang menyangkut masalah

irigasi dan pengairan di kampung ;

c. Membantu pelaksanaan program kerja BPK

yang berkaitan dengan irigasi dan pengairan.

(4) Hubungan koordinasi yang dilaksanakan oleh

P3A dalam rangka peningkatan dan pengembangan

kemampuan P3A meliputi :

a. Memperoleh masukan saran dan pemikiran

dari BPK untuk peningkatan dan pengembangan

kemampuan P3A di bidang keorganisasian ;

b. Memperoleh dukungan dari BPK dalam

upaya meningkatkan kesadaran dan peran

serta anggota P3A pada setiap kegiatan P3A ;

c. Memperoleh bantuan teknis dan adminstratif

dari BPK, guna memperlancar pengembangan

kemampuan anggota P3A dibidang teknis

dan keuangan ;

d. Pembinaan rutin seperti dimaksud ayat (3)

Pasal ini dapat berupa penjelasan / motivasi /

penyuluhan dengan memanfaatkan atau

kerjasama dengan para tokoh / pemuka

masyarakat dan agama ;

- 21 -

e. Pembinaan berkala seperti dimaksud ayat

(3) Pasal ini dapat berupa penyelenggaraan

kursus / latihan, karyawisata, lomba P3A,

bimbingan teknis, pengelolaan organisasi dan

menggerakkan partisipasi masyarakat ;

f. Tahapan pembinaan sebagaimana dimaksud

ayat (3) Pasal ini mencakup kegiatan :

1. Tahap Pembentukan P3A, meliputi :

- Inventarisasi jaringan irigasi ;

- Inventarisasi jumlah anggota ;

- Identifikasi batas-batas petak / blok tersier ;

- Penyuluhan.

2. Tahap pengembangan P3A, meliputi :

- Peningkatan dan pengembangan melalui kegiatan motivasi ;

- Pelatihan ;

- Bimbingan teknis ;

- Pengelolaan jaringan irigasi ;

- Pengelolaan organisasi ;

- Menggerakkan partisipasi masyarakat petani.

g. Dalam pembinaan dapat digunakan :

1. Media elektronika, radio, televisi, sound,

slide, film dan video ;

2. Media massa, misalnya :

- Forum komunikasi masyarakat yang sudah berkembang ;

- 22 -

- Pertunjukan kesenian tradisional ;

- Media cetak, misalnya pembuatan brosur, pamplet, cerita bergambar, majalah atau surat kabar.

3. Pembentukan P3A percontohan ;

4. Pemagangan pengurus dan atau anggota

P3A pada P3A lain.

BAB IX

P E M B I N A A N

Pasal 15

(1) Pembinaan P3A merupakan tugas dan tanggung

jawab semua aparat pembina dari tingkat Kabupaten

sampai dengan tingkat Kampung / Kelurahan secara

berjenjang ;

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditujukan

untuk mendorong dan memberikan fasilitas

proses pengembangan P3A menjadi organisasi

yang mandiri dan mampu, baik secara teknik

organisatoris maupun finansial untuk melakukan

pengelolaan air irigasi diwilayah kerjanya.

Pasal 16

(1) Kegiatan pembinaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 meliputi 2 (dua) aspek yaitu :

- 23 -

a. Pembinaan Organisasi ;

b. Pembinaan Teknik.

(2) Pembinaan organisasi P3A yang dimaksud dalam

ayat (1) huruf a dilakukan oleh :

a. Camat bertanggung jawab atas pelaksanaan

pembinaan dan pengembangan P3A di

wilayahnya;

b. Camat melaksanakan koordinasi dan

pengawasan atas pelaksanaan pembinaan

dan pengembangan P3A ;

c. Kepala kampung melaksanakan pembinaan

dan pengembangan P3A sesuai dengan

tanggung jawab dan kewenangannya.

(3) Pembinaan teknik sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf b, pelaksanaannya dibantu oleh

Dinas terkait, sebagai berikut:

a. Bidang keteknikan irigasi oleh Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten dengan tugas melaksanakan

bimbingan dan pembinaan serta penyuluhan

kepada P3A dalam hal yang berhubungan

dengan survei dan desain kontruksi serta

operasional dan pemeliharaan jaringan

primer, sekunder dan tersier serta saluran

pembuang dan pembawa ;

b. Bidang keteknikan pertanian oleh Dinas

Pertanian dan Peternakan Kabupaten dengan

tugas melaksanakan bimbingan dan penyuluhan

kepada P3A dalam hal yang berhubungan

- 24 -

dengan pemanfaatan air irigasi, yang meliputi

rekomendasi kebutuhan air, penerapan pola

tanam dan teknik pemanfaatan air untuk

pertanian dalam arti luas sesuai kondisi

setempat serta peningkatan pengetahuan dan

keterampilan para petani dalam bidang

tersebut.

Pasal 17

Bentuk kegiatan, tata cara dan teknis pelaksanaan

pembinaan P3A ditetapkan lebih lanjut dengan

Keputusan Kepala Daerah.

BAB X

P E M B I A Y A A N

Pasal 18

(1) Segala keperluan pembiayaan P3A diusahakan

oleh P3A yang bersangkutan.

(2) Sumber dana P3A diperoleh dari :

a. Iuran anggota ;

b. Sumbangan atau bantuan yang tidak

mengikat;

c. Denda - denda pelanggaran ;

d. Usaha - usaha lain yang sah menurut hukum.

(3) P3A berwenang menentukan bentuk dan besarnya

uran anggota sesuai dengan ketentuan yang tertuang

dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

- 25 -

(4) Dalam hal P3A tidak mampu secara teknis dan

finasial, dengan mempertimbangkan kemampuan

pembiayaan dari Pemerintah dalam batas - batas

tertentu, maka Pemerintah dapat memberi bantuan

pembiayaan pembangunan dan perbaikan jaringan

irigasi ;

(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud

ayat (4) Pasal ini, Pemerintah Kabupaten / Kota

dapat mengajukan permintaan bantuan kepada

Pemerintah Propinsi dan atau Pemerintah Pusat ;

(6) Penentuan kriteria kemampuan teknis dan

finansial P3A sebagaimana dimaksud ayat (4)

Pasal ini, dinyatakan oleh Panitia Irigasi setempat

setelah melaksanakan suatu kajian.

(7) P3A dapat melaksanakan usaha-usaha ekonomi

dalam rangka mencapai tujuan P3A.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

(1) Ketentuan - ketentuan yang mengatur mengenai

P3A sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini

dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 20

(1) Hal - hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah

ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur

kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah ;

- 26 -

(2) Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Berau.

Ditetapkan di Tanjung Redeb

Pada tanggal 28 Juni 2003

BUPATI BERAU,

ttd

Drs. H. MASDJUNI.

Diundangkan di Tanjung Redeb

Pada tanggal 08 Juli 2003

SEKRETARIS DAERAH,

ttd

Drs. H. SYARWANI SYUKUR. PEMBINA UTAMA MUDA

NIP. 010055469

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

TAHUN 2003 NOMOR 54