12
Email: [email protected] PERDAGANGAN BEBAS (Free Trade) SUATU CATATAN KECIL ! (dari Berbagai Sumber) Harus diakui, dewasa ini segala bentuk perjanjian internasional seakan-akan telah memberikan landasan dan harapan baru bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang diarahkan dalam rangka percepatan pengentasan dan penghapusan kemiskinan, terutama bagi negara berkembang dan miskin, termasuk salah satu adalah bangsa Indonesia. Fenomena ini tentulah sangat menarik untuk kita coba telaah lebih dalam, terutama dengan maraknya perjanjian mengenai perdagangan bebas (free trade) yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu bentuk kebijakan yang telah diambil, dimana mungkin penulis mencoba untuk melemparkan suatu pertanyaan sederhana dalam tulisan ini, apakah benar perjanjian-perjanji an yang telah dibuat itu memang diarahkan dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat mempercepat pengentasan kemiskinan yang telah lama menyelimuti bangsa ini atau jangan-jangan itu hanyalah sekedar pemanis belaka untuk memperkuat proses neokolonialisme dan imprealisme suatu negara terhadap negara lain? Kalau dilihat kembali mengenai isi perjanjian perdagangan bebas yang telah dibuat dan disepakati, pada dasarnya juga menegaskan akan pentingnya suatu produktifitas diiringi dengan asas persamaan, keadilan, perlindungan hak-hak asasi manusia dan lingkungan hidup, tetapi lagi- lagi kalau berbica mengenai realita, mungkin ada baiknya meninjau ulang mengenai kebenaran ditetapkannya asas-asas tersebut. James Petras dengan cukup kritis pernah mengatakan bahwa wacana-wacana yang selama ini biasa kita anggap wajar harus dicermati ulang secara kritis. Modus Perdagangan bebas ini tidak lebih hanya akan menjadi mekanisme penguasaan negara maju terhadap negara berkembang. Neoliberalisme dan propaganda atas keniscayaan integrasi pasar ekonomi tidak lebih hanyalah mitos dan klaim yang selalu dibangun untuk kepentingan relasi imperialis.

Perdagangan bebas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

PERDAGANGAN BEBAS (Free Trade)

SUATU CATATAN KECIL !

(dari Berbagai Sumber)

Harus diakui, dewasa ini segala bentuk perjanjian internasional seakan-akan telah

memberikan landasan dan harapan baru bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang

diarahkan dalam rangka percepatan pengentasan dan penghapusan kemiskinan, terutama bagi

negara berkembang dan miskin, termasuk salah satu adalah bangsa Indonesia. Fenomena ini

tentulah sangat menarik untuk kita coba telaah lebih dalam, terutama dengan maraknya

perjanjian mengenai perdagangan bebas (free trade) yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia

sebagai salah satu bentuk kebijakan yang telah diambil, dimana mungkin penulis mencoba untuk

melemparkan suatu pertanyaan sederhana dalam tulisan ini, apakah benar perjanjian-perjanji an

yang telah dibuat itu memang diarahkan dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi

sehingga dapat mempercepat pengentasan kemiskinan yang telah lama menyelimuti bangsa ini

atau jangan-jangan itu hanyalah sekedar pemanis belaka untuk memperkuat proses

neokolonialisme dan imprealisme suatu negara terhadap negara lain?

Kalau dilihat kembali mengenai isi perjanjian perdagangan bebas yang telah dibuat dan

disepakati, pada dasarnya juga menegaskan akan pentingnya suatu produktifitas diiringi dengan

asas persamaan, keadilan, perlindungan hak-hak asasi manusia dan lingkungan hidup, tetapi lagi-

lagi kalau berbica mengenai realita, mungkin ada baiknya meninjau ulang mengenai kebenaran

ditetapkannya asas-asas tersebut. James Petras dengan cukup kritis pernah mengatakan

bahwa wacana-wacana yang selama ini biasa kita anggap wajar harus dicermati ulang secara

kritis. Modus Perdagangan bebas ini tidak lebih hanya akan menjadi mekanisme penguasaan

negara maju terhadap negara berkembang. Neoliberalisme dan propaganda atas keniscayaan

integrasi pasar ekonomi tidak lebih hanyalah mitos dan klaim yang selalu dibangun untuk

kepentingan relasi imperialis.

Page 2: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

Pada prinsipnya perdagangan bebas atau free trade adalah suatu bentuk penjabaran

ekonomi suatu negara yang mekanisme kebijakan perekonomiannya diserahkan kepada

kebijakan pasar dengan meminimalkan seminim mungkin peran negara bahkan diharapkan sama

sekali tidak ada intervensi/campur tangan dari negara. Prinsip ini berpijak pada teori ekonomi

Adam Smith, seorang filosof dalam bukunya “ The Wealth of Nations (1776)” yang

mengharamkan campur tangan pemerintah dalam mekanisme pasar karena pasar akan mampu

menggenahi dirinya sendiri. Tangan-tangan tak terlihat akan menciptakan keseimbangan

penawaran dan permintaan dalam pasar komoditas maupun pasar surat-surat berharga (pasar

uang dan pasar modal). Intinya adalah akumulasi modal dengan keniscayaan memperoleh

keuntungan semaksimal-maksimal nya karena pasar mengatur dirinya sendiri. Adam Smith juga

dalam bukunya “The wealth of nations” mengatakan bahwa pada dasarnya manusia

adalah homo economicus yang senantiasa mengejar kepentingannya sendiri guna memperoleh

manfaat atau kenikmatan yang sebesar-besarnya dari apa saja yang dimilikinya. Kalau karakter

manusia yang egosentris dan individualistik seperti ini dibiarkan tanpa campur tangan

pemerintah sedikitpun, dengan sendirinya akan terjadi alokasi yang efisien dari faktor-faktor

produksi, pemerataan dan keadilan, kebebasan, daya inovasi dan kreasi berkembang sepenuhnya.

Hal ini bisa dilihat dari kalau seandainya ada barang dan jasa yang harganya tinggi sehingga

memberikan laba yang sangat besar (laba super normal) kepada para produsennya maka akan

mengundang ketertarikan banyak orang untuk memproduksi barang yang sama. Akibatnya

supply meningkat dan ceteris paribus harga turun, dan begitu juga seterusnya. Maka dengan

prinsip seperti ini penganut paham inipun menyakini bahwa kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat akan datang dengan sendirinya.

Selain itu, perdagangangan bebas juga menyakini akan menciptakan kemakmuran

bersama semua bangsa yang disebabkan setidaknya oleh tiga hal yaitu pertama, perdagangan

akan menyebabkan Negara-negara melakukan spesialisai dalam produksi setiap item dimana

mereka secara relative lebih efesien. Inilah yang oleh David Ricardo (salah satu peletak dasar

teori ekonomi klasik) sebagai teori Comparative Advantage. Sebaliknya, pada sisi koin mata

uangnyang sama, pembatasan perdagangan atau distorsi cenderung menurunkan allocative

efficiency. Yang kedua perdagangan bebas akan menghasilkan efficiency from competition, yang

berarti bahwa dengan terlibat dalam aktivitas perdagangan bebas pemerintah harus mendorong

Page 3: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

perusahaan-perusaha an domestik untk bertarung di pasar global, dan kemudian memaksa

mereka agar lebih inovatif. Dengan demikian, pada akhirnya perusahaan-perusaha n domestik

tersebut akan menjadi lebih efesien. Hasil akhirnya, kompetisis akan melahirkan harga barang

yang lebih murah dan pelayanan terhadap konsumen yang lebih baik. Ketiga, perdagangangan

juga melahirkan apa yang disebut imported efficiency, dalam artian bahwa pemerintah mau tidak

mau harus membuka pasarnya terhadap investasi asing atau impor teknologi asing dengan

harapan akan membawa metode proses produksi yang lebih efesien.

Kenyakinan diatas pada dasarnya bukanlah tanpa hasil soalnya bila kita lihat laporan

yang dilansir oleh UNDP sebuah badan PBB tahun 2003 mengenaiHuman Development Report,

bahwa setidaknya ekspor global telah bertumbuh sebesar empat kali lipat, sama hal ya dengan

Indonesia, terutama semenjak ditetapkan kebijakan diadakannya perdagangan bebas sebagai

pemacu pertumbuhan ekonomi, nilai ekspornya melipat hampir mencapai dua sampai tiga kali

lipat tiap tahunnya. Keterbukaan pasar diikuti oleh upah buruh murah dan penundukan

kesadaran politik rakyat guna melancarkan arus investasi, memang menghasilkan angka

pertumbuhan yang tinggi, rata-rata 5-6 persen per tahun, Namun pertanyaan besarnya, ketika

angka-angka itu mengalami peningkatan, pada saat itu ada baiknya kita bertanya “siapa

sebenarnya yang diuntungkan dari semua penaikan angka-angka tersebut? Karena faktanya,

mamfaat dari penaikan angka-angka tersebut hanya dinikmati oleh sekitar 200 pembayar pajak

terbesar di Bangsa ini, sementara itu, mayoritas rakyat terus berkubang dalam kemiskinan

dengan pendapatan antara US$ 1-2 per hari, sedikitnya 45 persen pekerja termasuk kategori

miskin atau berpendapatan dibawah Rp 600 ribu perbulan dan lebih dari 62 persen dari 100 juta

orang yang bekerja melakukan pekerjaan disektor informal.

Prinsip perdagangan bebas seperti ini jelaslah melupakan amanat yang telah ditetapkan

dalam konstitusi negara kita yaitu UUD 1945, khususnya dalam pembukaan dan pasal 33 serta

melanggar konsep peran negara yang telah ditetapkan yakni melindungi kepentingan rakyat

keseluruhan, bukan hanya untuk rakyat minoritas yang dalam hal ini pengusaha dan pengusaha

apalagi bukan rakyat Indonesia/pihak asing. Upaya penghilangan peran negara dalam

perekonomian di Indonesia inipun bisa kita lihat dari berbagai peraturan perundang-undangan

dan keputusan politik yang dikeluarkan dalam rangka menggantikan posisi negara, khususnya di

Page 4: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

bidang ekonomi dengan perusahaan-perusaha an swasta. Suatu upaya yang secara keseluruhan

ditujukan untuk menyerahkan perekonomian kepada mekanisme pasar bebas, contohnya saja

bisa kita lihat semenjak disepakatinya kesepakatan berbagai perjanjian perdagangan bebas /FTA,

mulai dari IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement), C-AFTA(China-Asean

FTA), K-AFTA (Korea-Asean FTA), dan J-AFTA (Japan-Asean FTA) yang jelas-jelas tidak

memihak pada kesejahteraan masyarakat secara mayoritas.

Selain itu, perdagangan bebas secara tidak langsung juga telah menghilangkan batas-

batas territorial suatu bangsa atau dengan prinsip yang dikenal “borderless nation” (bangsa tak

berbatas). Ketidakterbatasan teritorial ini sudah saatnya direfleksikan secara mendalam sebab

kedaulatan suatu bangsa secara otomatis juga menjadi hilang. Ini belum ditambah dengan konsep

kedaulatan yang lebih substansial, bahwa setiap bangsa adalah bebas dan merdeka menentukan

nasibnya. Dan yang disebut sebagai bangsa adalah seluruh lapisan masyarakat yang menjadi

mayoritas, bukan segelintir penguasa dan sekaligus pengusaha.

Banyaknya para pengamat ekonom yang menyimpulkan bahwa pada dasarnya Free

Trade Agreement (FTA) hanyalah ditujukan dalam rangka memperluas pasar dan agenda-agenda

neoliberal semata, dimana dalam rangka mempermudah misinya, semua negara yang terlibat

dalam perjanjian tersebutpun harus secara perlahan-lahan menghapuskan semua bentuk

hambatan ataskelancaran perdagangan dengan pemberian insentif dan kemudaan bea masuk

dengan pajak 0 % serta kemudahan di bidang pertanahan dan keimigrasian yang diberikan dalam

rangka menarik investasi dan perdagangan asing untuk masuk ke kawasan tersebut. Selain itu

adanya perspektif kritis yang lebih melihat hubungan asimetris pada politik internasional,

memandang perdagangan bebas tidak lebih sebagai bentuk baru penjajahan atau imperialisme

gaya baru Negara maju kepada Negara berkembang atau miskin, di mana para pemodal dalam

skala internasional dengan alih-alih akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara lain justru

tengah mempraktekkan upaya penghisapan keringat buruh yang lebih murah di negara lain.

Motivasi ini selalu dikemas dengan konsep strategi diplomasi yang seolah-oleh akan

menguntungkan semua negara dalam tiap negosiasi padahal justru yang terjadi adalah

perpecahan dalam negeri akibat dari ketidakadilan ekonomi dan lingkaran kemiskinan yang

semakin meningkat.

Page 5: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

Dengan hilangnya prinsip negara yang entitasnya seharusnya melindungi kedaulatan

ekonomi nasional dan lemahnya kedaulatan ditandai dengan tidak adanya partisipasi dan kontrol

dari masyarakat untuk terlibat dalam menentukan isi dan bentuk negosiasi tentunya akan

membuka potensi kerugian besar bagi perekonomian nasional bangsa yang efeknya tentu akan

merugikan masyarakat luas. Tentunya pemerintah Indonesia diharapkan seharusnya bertindak

“lebih bijaksana dan berhati-hati serta memikir ulang seribu kali” sebelum menandatangi suatu

perjanjian perdagangan bebas (FTA). Namun sekarang, perjanjian itu telah disepakati dan telah

dijalankan, tentunya bangsa ini masih berharap akan adanya suatu keadaan yang membutuhkan

intervensi pemerintah secara kuat, mengendalikan jalannya perekonomian dan membelokkan

arah ekonomi kepada ekonomi rakyat yang berkeadilan dan rasional yaitu EKONOMI

KONSTITUSI yang berpihak kepada rakyat banyak, bukan pada kepentingan pasar

semata…..(HB)

salam mahasiswa, untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater... ....

Martua Hasiholan Bancin

Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Departemen Pendidikan dan Kajian Kabinet KM ITB

081314697728

http://www.km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=276:perdaganga

nbebas&catid=75:diskusi-diluar-isu-energi-pangan-dan-pendidikan&Itemid=110

Perdagangan bebas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Page 6: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized

Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs

Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara tanpa pajak

ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.

Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan

yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-

perusahaan yang berada di negara yang berbeda.

Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang

diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor. Secara

teori, semuha hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan bebas. Namun dalam

kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan

bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas.

Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-

perusahaan besar.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Sejarah Pasar Bebas

2 Pro-kontra perdagangan bebas

3 Menggugat Mitos-mitos Neoliberalisme tentang Pasar Bebas

o 3.1 Paham Neoloberalisme

o 3.2 Mitos

4 Antiglobalisasi

5 Pustaka

6 Lihat pula

[sunting] Sejarah Pasar Bebas

Page 7: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan internasional

memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa bermacam kebudayaan

yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam perdagangan. Berdasarkan hal ini,

secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari perdagangan bebas akan menjadi

menguntungkan ke negara berkembang sepanjang waktu. Teori ini berkembang dalam rasa

moderennya dari kebudayaan komersil di Inggris, dan lebih luas lagi Eropa, sepanjang lima abad

yang lalu. Sebelum kemunculan perdagangan bebas, dan keberlanjutan hal tersebut hari ini,

kebijakan dari merkantilisme telah berkembang di Eropa di tahun 1500. Ekonom awal yang

menolak merkantilisme adalah David Ricardo dan Adam Smith.

Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan alasan kenapa

beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur. Adam Smith, contohnya, menunjukkan kepada

peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur tidak hanya di Mediterania

seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tapi juga Bengal dan Tiongkok. Kemakmuran besar dari

Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan mendeklarasikan perdagangan bebas dan

kebebasan berpikir, membuat pertentangan merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan

paling penting dalam ekonomi untuk beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah

berjibaku dengan merkantilisme, proteksionisme, isolasionisme, komunisme dan kebijakan

lainnya sepanjang abad.

[sunting] Pro-kontra perdagangan bebas

Banyak ekonom yang berpendapat bahwa perdagangan bebas meningkatkan standar hidup

melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar. Sebagian lain berpendapat bahwa

perdagangan bebas memungkinkan negara maju untuk mengeksploitasi negara berkembang dan

merusak industri lokal, dan juga membatasi standar kerja dan standar sosial. Sebaliknya pula,

perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia menyebabkan pekerjaan dari

negara maju berpindah ke negara lain dan juga menimbulkan perlombaan serendah mungkin

yang menyebabkan standar hidup dan keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap

Page 8: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

mendorong negara-negara untuk bergantung satu sama lain, yang berarti memperkecil

kemungkinan perang.

[sunting] Menggugat Mitos-mitos Neoliberalisme tentang Pasar Bebas

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Neoliberalisme

Neoliberalisme sebagai perwujudan baru paham liberalisme saat ini dapat dikatakan telah

menguasai sistem perekonomian dunia. Paham liberalisme dipelopori oleh ekonom asal Inggris

Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations (1776). Sistem ini sempat menjadi dasar

bagi ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat dari periode 1800-an hingga masa

kejatuhannya pada periode krisis besar (Great Depression) di tahun 1930. Sistem ekonomi yang

menekankan pada penghapusan intervensi pemerintah ini mengalami kegagalan untuk mengatasi

krisis ekonomi besar-besaran yang terjadi saat itu.

Selanjutnya sistem liberal digantikan oleh gagasan-gagasan dari John Maynard Keynes yang

digunakan oleh Presiden Roosevelt dalam kebijakan New Deal. Kebijakan itu ternyata terbukti

sukses karena mampu membawa negara selamat dari bencana krisis ekonomi. Inti dari

gagasannya menyebutkan tentang penggunaan full employment yang dijabarkan sebagai besarnya

peranan buruh dalam pengembangan kapitalisme dan pentingnya peran serta pemerintah dan

bank sentral dalam menciptakan lapangan kerja. Kebijakan ini mampu menggeser paham

liberalisme untuk beberapa saat sampai munculnya kembali krisis kapitalisme yang berakibat

semakin berkurangnya tingkat profit dan menguatnya perusahaan-perusahaan transnasional atau

Trans Nasional Corporation/Multi Nasional Corporation (TNC/MNC).

Menguatnya kekuatan modal dan politik perusahaan-perusahaan transnasional (TNC/MNC) yang

banyak muncul di negara-negara maju makin meningkatkan tekanan untuk mengurangi berbagai

bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian karena hal itu akan berpengaruh pada

berkurangnya keuntungan yang mereka terima. Melalui kebijakan politik negara-negara maju

dan institusi moneter seperti IMF, Bank Dunia dan WTO, mereka mampu memaksakan

penggunaan kembali paham liberalisme gaya baru atau yang lebih dikenal dengan sebutan paham

neo-liberalisme.

Page 9: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

[sunting] Paham Neoloberalisme

Secara garis besar Mansour Fakih (2003) menjelaskan pendirian paham neoliberalisme:

1. biarkan pasar bekerja tanpa distorsi (unregulated market is the best way to increase

economic growth), keyakinan ini berakibat bahwa perusahaan swasta harus bebas dari

intervensi pemerintah, apapun akibat sosial yang dihasilkan.

2. kurangi pemborosan dengan memangkas semua anggaran negara yang tidak perlu seperti

subsidi untuk pelayanan sosial seperti anggaran pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial

lainnya.

3. perlu diterapkan deregulasi ekonomi, mereka percaya bahwa regulasi selalu mengurangi

keuntungan, termasuk regulasi mengenai AMDAL, keselamatan kerja dan sebagainya.

4. privatisasikan semua badan usaha negara. Privatisasi ini termasuk juga perusahaan-

perusahaan strategis yang melayaani kepentignan rakyat banyak seperti PLN, Sekolah

dan Rumah Sakit. Hal ini akan mengakibatkan konsentrasi kapital di tangan sedikit orang

dan memaksa rakyat kecil membayar lebih mahal atas kebutuhan dasar mereka.

5. masukkan gagasan seperti “barang-barang publik”, “gotong-royong” serta berbagai

keyakinan solidaritas sosial yang hidup di masyarakat ke dalam peti es dan selanjutnya

digantikan dengan gagasan “tanggung jawab individual”. Masing-masing orang akan

bertanggung jawab terhadap kebutuhan mereka sendiri-sendiri. Golongan paling miskin

di masyarakat akan menjadi korban gagasan ini karena merekalah yang paling kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

[sunting] Mitos

Dalam rangka memantapkan kebijakan neo-liberalisme, para pendukungnya secara gencar

mengampanyekan mitos-mitos berkaitan dengan neo-liberalisme dan lebih lanjut tentang pasar

bebas. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mansour Fakih (2003) bahwa mitos-mitos itu diantaranya

adalah :

1. perdagangan bebas akan menjamin pangan murah dan kelaparan tidak akan terjadi.

Kenyataan yang terjadi bahwa perdagangan bebas justru meningkatkan harga pangan.

Page 10: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

2. WTO dan TNC akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya dengan

penggunaan pestisida secara berlebih dan pangan hasil rekayasa genetik justru

membahayakan kesehatan manusia dan juga keseimbangan ekologis.

3. kaum permpuan akan diuntungkan dengan pasar bebas pangan. Kenyataannya,

perempuan petani semakin tersingkir baik sebagai produsen maupun konsumen.

4. bahwa paten dan hak kekayaan intelektual akan melindungi inovasi dan pengetahuan.

Kenyataannya, paten justru memperlambat alih teknologi dan membuat teknologi

menjadi mahal.

5. perdagangan bebas di bidang pangan akan menguntungkan konsumen karena harga

murah dan banyak pilihan. Kenyataannya justru hal itu mengancam ketahanan pangan di

negara-negara dunia ketiga.

Akibat dari gagasan-gagasan yang selanjutnya diterapkan menjadi kebijakan ini dapat kita

perhatikan pada kehidupan di negeri ini. Bagaimana rakyat menjerit akibat kenaikan harga-harga

seiring dengan ketetapan pemerintah mencabut subsidi BBM. PHK massal mewabah karena

efisiensi perusahaan akibat meningkatnya beban biaya produksi. Mahalnya harga obat karena

paten dan hak cipta yang membuat rakyat makin sulit mendapatkannya. Mahalnya biaya

perawatan rumah sakit karena swastanisasi. Makin tercekiknya kesejahteraan petani akibat

kebijakan impor beras dan diperburuk dengan mahalnya harga pupuk dan obat-obatan pembasmi

hama. Masih banyak contoh yang dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar

kita.

Akibat dalam skala lebih luas menurut Yanuar Nugroho (2005) ternyata perekonomian dunia

saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup 800 juta dari 6.5 miliar manusia. Itupun ia

sudah mengonsumsi 80 persen dari semua sumber daya bumi yang tersedia. Jika cara ini

diteruskan, sumber daya bumi ini akan segera terkuras habis.

Globalisasi dan pasar bebas memang membawa kesejahteraan dan pertumbuhan, namun hanya

bagi segelintir orang karena sebagian besar dunia ini tetap menderita. Ketika budaya lokal makin

hilang akibat gaya hidup global, tiga perempat penghuni bumi ini harus hidup dengan kurang

dari dua dollar sehari. Satu miliar orang harus tidur sembari kelaparan setiap malam. Satu

Page 11: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

setengah miliar penduduk bola dunia ini tidak bisa mendapatkan segelas air bersih setiap hari.

Satu ibu mati saat melahirkan setiap menit.

[sunting] Antiglobalisasi

Artikel utama untuk bagian ini adalah: antiglobalisasi

Perlawanan di seluruh dunia sudah mulai berlangsung. Ketiga institusi keuangan dunia yang

dianggap sebagai alat kaum neo-liberal terus menerus ditekan. Ketiganya yaitu WTO, IMF dan

Bank Dunia selalu mendapat demonstrasai besar-besaran di setiap pertemuan yang dilakukan.

Perlawanan dalam skala besar pertama berlangsung pada pertemua WTO di Seattle, AS.

Berbagai gerakan sosial dari penjuru dunia berbondong-bondong memadati kota Seattle. Mereka

melakukan demo besar-besaran untuk menghentikan pertemuan tersebut. Mereka berasal dari

berbagai kalangan seperti kelompok lingkungan, kelompok perempuan, aktivis buruh, petani dan

berbagai kelompok sosialis. Maraknya aksi yang mereka lakukan membuat pertemuan itu gagal

menyelesaikan agenda yang seharusnya dibahas.

Perlawanan selanjutnya terus menerus berlangsung mengiringi setiap pertemuan WTO. Demo

juga kerap kali berlangsung di depan kantor Bank Dunia dan IMF. Bahkan yang paling

fenomenal adalah tewasnya seorang petani asal Korea Selatan yang menghunjamkan tubuhnya

pada barikade pasukan anti huru-hara pada pertemuan WTO di Cancun, Meksiko

(Jhamtani,2005). Pertemuan WTO di Hongkong baru-baru ini juga mengundang aksi

demonstrasi yang tak kalah besarnya.

Pada akhirnya karena situasi ekonomi global yang dikuasai paham neo-liberalisme saat ini

ternyata penuh dengan mitos-mitos palsu, kita harus lebih bisa bersikap kritis terhadapnya.

Dengan penguasaan teknologi informasi dan jaringan media global oleh perusahaan perusahaan

raksasa internasional, akan mudah sekali bagi mereka untuk menyusupkan kembali mitos-mitos

tersebut di benak kita. Untuk itu diperlukan kewaspadaan lebih dan sikap kritis yang didukung

dengan informasi yang kaya.

[sunting] Pustaka

Page 12: Perdagangan bebas

Email: [email protected]

Fakih, Mansour. 2003.”Bebas dari Neoliberalisme”.Insist Pers. Yogyakarta

Jhamtani, Hira. 2005.”WTO dan Penjajahan Kembali Dunia Ketiga” Insist Pers.

Yogyakarta

Nugoho, Yanuar. 2005. ”Bisnis Pun Ada di Simpang Jalan”. Opini, Kompas 22

September 2005 (http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/22/opini/2068215.htm)