34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian yang terjadi saat ini mengacu pada perekonomian terbuka, dimana dalam kondisi ini setiap negara melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Tujuan dari suatu negara melakukan Perdagangan adalah peningkatan welfare atau kemakmuran dari negara tersebut, yang diindikasikan dengan meningkatnya GDP (Gross domestic Products), meningkatnya Industrialisasi, kemajuan transportasi, dan usaha pengembangan kearah globalisasi. Hubungan Perdagangan Internasional tersebut kemudian menciptakan suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan dan stabil. Namun Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat telah mempengaruhi stabilitas ekonomi global di beberapa kawasan dunia. Menurut perspektif ekonomi, perdagangan antar satu negara dengan negara lain saling berkaitan, misalnya melalui aliran barang dan jasa. Dalam hal ini, Impor suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain, sehingga dimungkinkan resesi di satu negara akan menular dan mempengaruhi negara lainnya secara global, karena penurunan impor di satu tempat menyebabkan tertekannya ekspor di tempat lain. 1

Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

  • Upload
    babylove

  • View
    13.602

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian yang terjadi saat ini mengacu pada perekonomian terbuka,

dimana dalam kondisi ini setiap negara melakukan perdagangan antar negara atau

perdagangan internasional. Tujuan dari suatu negara melakukan Perdagangan adalah

peningkatan welfare atau kemakmuran dari negara tersebut, yang diindikasikan

dengan meningkatnya GDP (Gross domestic Products), meningkatnya Industrialisasi,

kemajuan transportasi, dan usaha pengembangan kearah globalisasi. Hubungan

Perdagangan Internasional tersebut kemudian menciptakan suatu tatanan

perekonomian yang saling menguntungkan dan stabil. Namun Krisis keuangan yang

terjadi di Amerika Serikat telah mempengaruhi stabilitas ekonomi global di beberapa

kawasan dunia. Menurut perspektif ekonomi, perdagangan antar satu negara dengan

negara lain saling berkaitan, misalnya melalui aliran barang dan jasa. Dalam hal ini,

Impor suatu negara merupakan ekspor bagi negara lain, sehingga dimungkinkan

resesi di satu negara akan menular dan mempengaruhi negara lainnya secara global,

karena penurunan impor di satu tempat menyebabkan tertekannya ekspor di tempat

lain.

Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

sehingga terhubung satu sama lain. Sistem tersebut menyebabkan aliran dana bebas

keluar masuk dari satu negara ke negara lain, dengan regulasi moneter tiap negara

yang beragam. Akibatnya setiap negara memiliki risiko terkena dampak krisis.

Penanganan dampak krisis membutuhkan regulasi yang cepat dan tepat. Di setiap

negara cara penanganannya dapat dipastikan akan berbeda, sehingga dampak krisis

ekonomi juga akan berbeda. Secara umum, negara yang paling rentan terhadap

dampak krisis adalah negara yang fundamental ekonomi domestiknya tidak kuat.

Lemahnya fundamental ekonomi sebuah negara salah satunya dapat disebabkan oleh

kebijakan yang tidak tepat.

Krisis keuangan global yang bermula dari krisis kredit perumahan di

Amerika Serikat memang membawa implikasi pada kondisi ekonomi global dan

perdagangan internasional secara menyeluruh. Hampir di setiap negara, baik di

1

Page 2: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

kawasan Amerika, Eropa, maupun Asia Pasifik, merasakan dampak akibat krisis

keuangan global tersebut. Dampak tersebut terjadi karena tiga permasalahan, yaitu

adanya investasi langsung, investasi tidak langsung, dan perdagangan.

Di negara kita sendiri, Pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen dan

keberhasilan penerapan kebijakan di bidang ekonomi yang lain serta pemberantasan

korupsi diyakini sebagai fundamental perekonomian negara yang kuat. Selain itu,

Berbagai upaya lainnya juga telah diambil. Mulai dari pencairan anggaran belanja

departemen untuk membantu likuiditas keuangan di masyarakat, dan mengutamakan

program untuk rakyat dengan melindungi atas kemungkinan dampak krisis.

Implementasi upaya tersebut adalah dengan memastikan semua program pengentasan

kemiskinan tersalurkan dan meningkatkan program-program untuk mewujudkan

kesejahteraan rakyat.

Dalam menghadapi krisis keuangan dan resesi ekonomi global, dibutuhkan

ketenangan semua pihak agar dapat senantiasa berpikir rasional untuk mencarikan

jalan dan solusi. Meskipun tidak seluruh masalah berada di jangkauan wilayah

kebijakan dan wewenang pemerintah, partisipasi dan peran serta semua pihak,

termasuk kita sebagai praktisi dan pelajar dalam mengatasi dampak krisis keuangan

global mutlak dibutuhkan.

Berkaitan dengan fenomena tersebut, Makalah ini dibuat dengan tujuan

untuk mengulas tentang pengaruh krisis keuangan global terhadap perdagangan dan

perekonomian internasional. Sehingga dimasa yang akan datang, kita selaku pelaku

ekonomi dapat memahami lingkungan bisnis terkini kita dengan lebih baik. Dengan

memahami fenomena dunia bisnis terkini, kita akan lebih mudah menyusun strategi

dalam beradaptasi di lingkungan global.

Sebagai batasan pembahasan, Makalah ini hanya berfokus pada sosialisasi

dan pemahaman terhadap krisis keuangan global yang sesungguhnya, serta mengulas

langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam mensuspensi sektor perdagangan

dan perekonomian Indonesia di area internasional.

2

Page 3: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

BAB II

TEORI

2.1 Perdagangan dalam Globalisasi

Globalisasi mengacu pada meningkatnya pergerakan barang, jasa dan modal

keluar perbatasan nasional. Perusahaan dapat masuk dan berkompetisi di pasar global

atau pasar internasional dengan banyak cara. Kebanyakan perusahaan pada awalnya

membangun kesuksesan bisnis mereka di tanah air mereka sendiri, dan kemudian

mereka mulai mengekspor produk atau jasa mereka kepada pembeli diluar negeri.

Seiring dengan bertambahnya waktu dan kebutuhan, mereka mulai menyadari bahwa

mereka dapat memotong biaya operasional mereka dengan mengalokasikan beberapa

atau semua kegiatan operasional mereka di negara lain. Dalam prakteknya di luar

negeri, terkadang perusahaan mendirikan perusahaan dan kantor mereka sendiri atau

melakukan perjanjian subkontrak dengan pihak lain diluar negeri. Contohnya, dalam

industri pakaian dan sepatu, perusahaan NIKE, The GAP, dan GUESS memiliki

jaringan ekstensive dengan para subkontraktor diluar Amerika. Dalam merancang

dan memproduksi produk mereka, perusahaan melakukan pembelian barang mentah,

komponen, atau supply lainnya dari vendor diluar Amerika. Dengan kata lain,

perusahaan-perusahaan tersebut mengembangkan "global supply chain" walaupun

dalam prakteknya mereka tidak memproduksi seluruh produk mereka diluar

Amerika.

Perdagangan internasional telah terbentuk sejak ribuan tahun lalu. Awalnya

bermula dari eksplorasi dan kolonialisasi di Afrika, Asia, dan Amerika oleh bangsa

Eropa di awal abad ke 15, dan kemudian selama lebih dari 60 tahun yang lalu,

perdagangan internasional (global commerce) telah bertransformasi kedalam

perekonomian dunia.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya akselerasi globalisasi

perdagangan ini, diantaranya adalah:

1. Tekhnologi Komunikasi yang semakin mempermudah dan mempercepat

komunikasi perusahaan kepada para karyawan, rekanan, dan supplier

diseluruh dunia.

3

Page 4: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

2. Sistim Transportasi yang semakin canggih, sehingga memungkinkan

perusahaan untuk melakukan perpindahan barang dan jasa dari satu tempat

ke tempat yang lain dengan cara yang cepat dan murah.

3. Meningkatnya sekelompok pemain bisnis transnasional utama, yang

berkeinginan mengembangkan bisnis mereka keluar negri, dan

4. Adanya reformasi Sosial dan Politik yang telah membuka pintu area pasar

baru bagi perdagangan dunia.

2.2 Institusi Keuangan Perdagangan Internasional

Regulasi Perdagangan Internasional diselenggarakan oleh serangkaian

organisasi penting yang disebut dengan Internasional Financial and Trade Institution

(IFTI's), yang terdiri dari World Bank, the International and Monetary Fund (IMF),

dan World Trade Organization (WTO).

2.2.1 World Bank (WB)

Fungsi dari organisasi ini adalah untuk menyediakan pinjaman yang

ditujukan kepada pembangunan perekonomian negara-negara yang tergabung dalam

anggota. Pada saat ini, WB adalah salah satu penolong terbesar dalam pembangunan

perekonomian dunia. Pendanaan WB terutama adalah pembangunan jalan, tenaga

listrik, saluran air, jembatan, dan proyek infrastruktur. WB mendapatkan dana

pembangunan tersebut dari iuran negara-negara anggota dan dari dana yang

dipinjamkan kedalam pasar modal internasional. Dalam kaitannya dengan kucuran

dan pinjaman dana, WB memberlakukan peraturan yang ketat untuk memastikan

negara penerima pinjaman mampu membayar kembali hutang-hutang meraka kepada

world bank.

2.2.2 International Monetary Fund (IMF)

Organisasi yang biasa dikenal sebagai adik dari world bank ini bertujuan

untuk membuat pertukaran mata uang menjadi lebih mudah dilakukan bagi negara-

negara anggota agar nantinya dapat berpartisipasi dalam perdagangan internasional.

2.2.3 World Trade Organization (WTO)

WTO adalah badan internasional yang mendirikan peraturan perdagangan

internasional antar negara. Tujuan utama organisasi ini adalah untuk

mempromosikan perdagangan bebas, yang diimplikasika dengan mengeliminasi

hambatan perdagangan seperti kuota, tarif, dan lain-lain.

4

Page 5: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

2.3 Strategi Perdagangan Internasional

Saat suatu Negara berkeinginan memaksimalkan Gain on Trade dalam

rangka peningkatan kemakmuran, maka negara tersebut akan melakukan Strategic

Trade Policies atau Strategi dalam Kebijakan Perdagangan yang terdiri atas dua

strategi yaitu :

2.3.1. Export Promotion

Strategi ini adalah kebijakan perdagangan yang berorientasi untuk

peningkatan daya saing komoditi export yang dimiliki. Komponen kebijakan yang

sering dipergunakan antara lain :

Pengembalian Pajak Import bahan baku bila bahan baku tersebut

diolah menjadi barang jadi dan di export kembali Hal ini sering

disebut dengan duty draw back.

Pengurangan Pajak bagi Perusahaan yang berorientasi memproduksi

barang – barang export.

Subsidi dan Dukungan Biaya Riset and Development pengembangan

produk export

Devaluasi untuk peningkatan daya saing produk.

2.3.2 Import Substitusion

Yaitu strategi dalam kebijakan perdagangan yang berorientasi untuk

membangun atau menciptakan industri yang tadinya merupakan komoditi Impor dari

suatu negara. Tujuan dari strategi ini adalah penurunan jumlah komoditi impor dan

digantikan produksi dalam negeri untuk komoditi tersebut. Komponen kebijakan

yang sering dipergunakan antara lain :

Pengenaan Tarif yang Tinggi untuk komoditi impor

Kuota pada komoditi Impor

Non Tarif Barrier

Infant Industry Model

BAB III

5

Page 6: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

PEMBAHASAN KASUS

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DALAM KRISIS KEUANGAN GLOBAL

3.1 Krisis Keuangan Global, Efek Domino Amerika Serikat

Ketika kondisi perekonomian sebuah negara adidaya berubah dan mengalami

goncangan, maka dapat dipastikan akan membawa konsekuensi yang luas pada

perekonomian dunia. Dalam hal ini, krisis keuangan Amerika Serikat telah

mempengaruhi tatanan sistem keuangan berbagai negara.

3.1.1 Bermula dari Subprime Mortgage

Sejak tahun 1925, di Amerika Serikat sudah ada Undang-undang Mortgage,

yaitu Peraturan yang berkaitan dengan sektor properti, termasuk kredit pemilikan

rumah. Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapatkan

kemudahan kredit kepemilikan properti, seperti KPR. Kemudahan pemberian kredit

terjadi ketika harga properti di AS sedang naik. Kegairahan pasar properti membuat

spekulasi di sektor ini meningkat. Para penyedia kredit properti memberikan suku

bunga tetap selama tiga tahun. Hal itu membuat banyak orang membeli rumah dan

berharap bisa menjual dalam tiga tahun sebelum suku bunga disesuaikan.

Permasalahannya, banyak lembaga keuangan pemberi kredit properti di

Amerika Serikat menyalurkan kredit kepada penduduk yang sebenarnya tidak layak

mendapatkan pembiayaan. Mereka adalah orang dengan latar belakang non-income

non-job non-activity (NINJA) yang tidak mempunyai kekuatan ekonomi untuk

menyelesaikan tanggungan kredit yang mereka pinjam. Situasi tersebut memicu

terjadinya kredit macet di sektor properti (subprime mortgage). Selanjutnya, kredit

macet di sektor properti mengakibatkan efek domino ambruknya lembaga-lembaga

keuangan besar di Amerika Serikat. karena, lembaga pembiayaan sektor properti

pada umumnya meminjam dana jangka pendek dari pihak lain, termasuk lembaga

keuangan.

Jaminan yang diberikan perusahaan pembiayaan kredit properti adalah surat

utang, mirip subprime mortgage securities, yang dijual kepada lembaga-lembaga

investasi dan investor di berbagai negara. Padahal, surat utang itu ditopang oleh

jaminan debitor yang kemampuan membayar KPR-nya rendah.

6

Page 7: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

Dengan banyaknya tunggakan kredit properti, perusahaan pembiayaan tidak

bisa memenuhi kewajibannya kepada lembaga-lembaga keuangan, baik bank

investasi maupun asset management. Hal tersebut mempengaruhi likuiditas pasar

modal maupun sistem perbankan, sehingga mengakibatkan pengeringan likuiditas

lembaga-lembaga keuangan akibat tidak memiliki dana aktiva untuk membayar

kewajiban yang ada. Ketidakmampuan bayar kewajiban tersebut membuat lembaga

keuangan lain yang memberikan pinjaman juga terancam bangkrut.

Kondisi yang dihadapi lembaga-lembaga keuangan besar di Amerika Serikat

juga mempengaruhi likuiditas lembaga keuangan lain, yang berasal dari Amerika

Serikat maupun di luar Amerika Serikat. Terutama lembaga yang menginvestasikan

uangnya melalui instrumen lembaga keuangan besar di Amerika Serikat. Di sinilah

krisis keuangan global bermula.

Untuk menghindari meluasnya krisis subprime mortgage dan membawa

dampak buruk terhadap perekonomian Amerika Serikat, pemerintah Amerika Serikat

dan Bank Sentral Amerika (The Fed) mengeluarkan kebijakan untuk membantu

beberapa lembaga-lembaga keuangan besar tersebut. Upaya tersebut sekaligus

dikemas dalam kebijakan moneter untuk menekan angka inflasi serta menstabilkan

nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat.

Rangkaian tindakan antisipasi di Amerika Serikat telah dimulai pada tanggal

5 September. Saat itu, pemerintah AS mengambil alih perusahaan pembiayaan

Fannie Mae dan Freddie Mac untuk penyehatan arus kas dua perusahaan tersebut.

Selanjutnya, pada tanggal 16 September The Fed mengucurkan pinjaman USD 85

miliar ke American International Group untuk mengambil alih 80 persen saham

perusahaan asuransi tersebut. Pada tanggal 18 September 2008, Pemerintah AS

meminta Kongres untuk menyetujui paket penyelamatan ekonomi, berupa dana

talangan pemerintah (bailout) USD 700 miliar. Presiden George Bush menyatakan

perekonomian AS dalam bahaya jika Kongres tidak menyetujui rencana bailout.

Meskipun demikian, tanggal 29 September 2008, Kongres AS menolak rencana

bailout. Akibatnya, Indeks Dow Jones merosot 778 poin, posisi yang terbesar dalam

sejarah pasar saham di Amerika Serikat. Akhirnya tanggal 3 Oktober 2008, Kongres

menyetujui bailout. Selanjutnya, Presiden Bush menandatangani UU Stabilisasi

Ekonomi Darurat 2008. Undang-undang yang memuat rencana pengucuran dana

7

Page 8: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

talangan pemerintah (bailout) sebesar USD 700 miliar untuk mengambil alih

beberapa perusahaan dan lembaga keuangan yang merugi di pasar modal AS.

3.1.2 Dampak Krisis Keuangan AS yang Mengglobal

Masalah subprime mortgage di Amerika Serikat sebenarnya sudah mulai

terlihat sejak Agustus 2007. Hal itu sudah ditengarai akan menjadi gelembung sub-

prime (bubble), akan tetapi pemerintah Amerika Serikat terus mengucurkan uang dan

menurunkan suku bunga untuk mengangkat sektor industri teknologi yang men-

galami penurunan. Usaha Pemerintah AS dengan mengucurkan dana talangan

pemerintah sebesar USD 700, hanya sementara saja dapat meredam gejolak pasar.

Pasalnya, mayoritas investor di seluruh dunia terpaksa menjual portofolio saham

yang dimiliki secara besar-besaran untuk menutupi kebutuhan likuiditas sehingga

mengakibatkan terhempasnya pasar modal dunia.

Secara khusus di Wall Street, mayoritas investor yang mengalami kerugian

pada saat indeks saham jatuh 777,7 poin, akibat penolakan bailout oleh House of

Representative, Juga ikut menjual portofolio yang ditanam di berbagai negara,

termasuk di Indonesia. Pada tanggal 10 Oktober, indeks bursa berbagai negara

kembali jatuh, sehingga sepuluh bank sentral dari berbagai negara menurunkan suku

bunga agar beban utang para investor yang merugi tidak semakin besar.

3.1.3 Dampak Krisis di Beberapa Kawasan Lain

3.1.3.1. Kawasan Eropa

Salah satu negara yang saat ini terkena dampak krisis finansial AS cukup

parah adalah Islandia. Sebelumnya, Islandia berada di tingkat ke 4 negara termakmur

dengan GNP per kapita sekitar USD60,000 (IMF, 2008). Setelah krisis mata uang

Islandia, Krona, terdepresiasi hingga 30 persen. Sementara itu, bank sentral Islandia

tidak mampu menjamin simpanan masyarakat disebabkan utang luar negeri

perbankan swasta yang besarnya 11 kali lipat dari PDB negara itu.

Sebelum krisis, Bank Sentral Islandia menjalankan kebijakan inflation

targeting yaitu menaikkan suku bunga apabila inflasi di atas target dan

menurunkannya di saat inflasi berada di bawah target. Kebijakan tersebut umumnya

berhasil diterapkan pada negara-negara besar, tapi tidak tepat untuk negara kecil

8

Page 9: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

seperti Islandia. Selama kebijakan tersebut berlangsung, tingkat inflasi berada di atas

rata-rata target inflasi dengan suku bunga yang mencapai lebih dari 15 persen.

Di negara kecil seperti Islandia, suku bunga yang tinggi merangsang

perusahaan domestik dan rumah tangga untuk meminjam dalam mata uang asing. Hal

tersebut jelas menarik minat spekulan valuta asing, sehingga menyebabkan besarnya

arus masuk valuta asing yang mengakibatkan tajamnya perbedaan nilai tukar valuta

asing. Para spekulan dan debitor juga mendapatkan keuntungan besar dari selisih

suku bunga di Islandia dan luar negeri. Sama halnya dengan keuntungan yang diraih

dari selisih nilai tukar Krona dengan mata uang asing lainnya. Hal tersebut juga

mendorong pertumbuhan ekonomi semu dan meningkatkan laju inflasi.

Hasil akhirnya, adalah “balon-balon” ekonomi yang diakibatkan oleh

interaksi suku bunga domestik dan banyaknya arus masuk mata uang asing ke

Islandia. Perbedaan nilai tukar Krona Islandia yang jauh dari fundamental ekonomi

realistis mengakibatkan menurunnya nilai mata uang tersebut. Bank Sentral Islandia

gagal untuk mencegah naiknya nilai tukar dan gagal untuk meningkatkan cadangan

devisa mereka.

Keadaan ini diperparah dengan utang luar negeri bank-bank swasta yang

terlalu besar, sehingga Bank Sentral Islandia tidak mampu lagi memberikan jaminan

atas aset-aset bank tersebut maupun memberikan jaminan likuiditas. Berbeda dengan

negara Eropa lainnya yang masih mampu menjamin simpanan masyarakat pada level

tertentu.

3.1.3.2. Kawasan Asia Pasifik

Sistem pasar bebas membuat negara-negara di kawasan Asia Pasifik

pun terkena dampak krisis keuangan global tersebut. Salah satu dampak

tersebut bisa muncul melalui financial market. Dalam kasus Jepang,

Cadangan devisa USD 1 triliun tak menjamin Jepang bebas dari krisis

finansial global.

Sejak awal Oktober 2008, indeks saham di Negeri Sakura sudah terkoreksi

sekitar 20 persen. Hal yang sama juga terjadi di hampir semua pasar modal di Asia.

Dampak lain yang bisa dilihat adalah anjloknya nilai ekspor negara-negara Asia.

Contoh paling dekat adalah perekonomian Singapura dan Hongkong. Singapura dan

9

Page 10: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

Hongkong dapat terpengaruh besar, karena dua negara itu menjadi salah satu pusat

beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan

terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak

barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke Amerika

Serikat

Laporan kuartal IV-2007, ekonomi Singapura yang biasanya tumbuh sekitar

9 persen, anjlok menjadi 6 persen. Itu menunjukkan kemerosotan ekonomi Amerika

berdampak terhadap negara-negara Asia lainnya. Bahkan ekonomi Cina, yang

dianggap memiliki kekebalan terhadap resesi negara lain, juga terkena imbas. Indeks

Shanghai anjlok dan mulai mengantisipasi penurunan ekspornya ke AS dengan

mengalihkan ke pasar regional tentunya termasuk Indonesia.

Tentu dibutuhkan kebijakan yang tepat bagi kita untuk mempertahankan

pertumbuhan ekspor. Di samping itu, bagi negara-negara lain, perlu juga mewaspadai

adanya kemungkinan membanjirnya produk Cina akibat tidak terpenuhinya pasar

ekspor mereka di Amerika Serikat.

3.2 Kebijakan Berbagai Negara Atasi Dampak Krisis Global

3.2.1 Amerika Serikat

Disektor keuangan, kebijakan yang diambil pemerintah AS adalah

memberikan dana talangan (bailout) sebesar USD700 miliar. Dana ini ditujukan

untuk menyelamatkan institusi keuangan dan perbankan demi mencegah krisis

ekonomi yang berkepanjangan. Bailout dilakukan dalam bentuk pembelian surat

utang subprime mortgage yang macet dari investor. Selain itu, pemerintah juga

berjanji membeli surat berharga jangka pendek USD900 miliar. Disis lain, Bank

Sentral Amerika (Federal Reserve) juga mengumumkan rencana radikal untuk

menutup sejumlah besar utang jangka pendek yang bertujuan menciptakan terobosan

dalam kemacetan kredit yang mengakibatkan krisis finansial global.

Disektor riil, presiden Amerika yang baru, Obama, merencanakan pengadaan

proyek infrastruktur besar dalam pembangunan fasilitas-fasilitas domestik Amerika,

seperti pembangunan jalan dan jembatan. Hal ini diharapkan akan dapat menciptakan

banyak lapangan pekerjaan, yang akhirnya dapat meningkatkan tingkat konsumsi

masyarakat dan menstimulasi perbaikan perdagangan.

10

Page 11: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

3.2.2 Kawasan Eropa

A. Islandia

Untuk mengatasi dampak krisis keuangan global, Pemerintah Islandia

menasionalisasi Bank Glitnir yang bangkrut. Kemudian memecat Dewan Direksi

Landsbanki, serta memberikan suntikan dana pada bank-bank bermasalah. Dalam

mestabilkan nilai tukar mata uang Krona, yang diperdagangkan hingga 202 Krona

per Eur 1 (satu Euro), pemerintah mematok kurs Krona Eslandia setara dengan 131

Krona per Eur 1. Dan setelah otoritas moneter Islandia tidak mampu lagi menjamin

aset-aset bank, Rusia memberikan suntikan dana USD 37 miliar ke bank-bank besar

Islandia, demikian juga Swedia ikut turun tangan memberikan suntikan dana sebesar

USD 702 juta.

Pemerintah Islandia optimis dalam jangka panjang akan bisa recovery karena

memiliki potensi cadangan gas alam dan sumber daya manusia yang handal.

B. Inggris

Otoritas moneter Inggris menurunkan suku bunga 0,5 persen menjadi 4,5

persen. Langkah lain yang dilakukan adalah merekapitalisasi Santander, Barclays,

HBOS, HSBC, Lloyds TSB, Nationwide Building Society, Royal Bank of

Scotland, dan Standart Chartered. Pemerintah juga menjamin utang berupa surat

berharga berjangka pendek dengan nilai USD 250 miliar untuk jangka menengah.

Selain itu, Bank of England juga menyediakan GBR 200 miliar (200 miliar

poundsterling) untuk pinjaman jangka pendek perbankan.

C. Perancis

Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di depan sidang kabinet mengatakan,

negara siap menolong permodalan bank-bank utama di Perancis. Selain itu

pemerintah Perancis juga meminta Jepang dan Pemimpin G-8 untuk melakukan

pertemuan darurat untuk menenangkan krisis.

D. Rusia

Pemerintah menutup bursa saham sebagai usaha untuk membendung

kepanikan investor akibat penurunan indeks saham, dan meminjamkan dana sebesar

USD 37 miliar kepada bank-bank besar. Pemerintah Rusia juga akan memberikan

suntikan dana 500 miliar rubel kepada Sberbank, 200 miliar rubel pada VTB (Bank

milik pemerintah). Selain itu Rusia juga menyerukan pertemuan G-8 dan meminta

keterlibatan Cina dalam melakukan upaya bersama untuk mengatasi krisis

11

Page 12: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

E. Uni Eropa

Para menteri keuangan 27 negara anggota Uni Eropa segera melakukan

pertemuan untuk membahas jumlah simpanan maksimum yang akan mendapatkan

jaminan pemerintah. Pembahasan dikhususkan untuk memastikan peningkatan

jumlah simpanan yang dijamin oleh negara masing-masing. Selain itu, Uni Eropa

juga menurunkan suku bunga Bank Sentral Eropa dari 0,5 persen menjadi 3,75

persen.

3.2.3. Kawasan Asia Pasifik

A. China

Untuk mengantisipasi dampak krisis ekonomi People’s Bank of China

(PBOC) sebagai otoritas moneter menurunkan suku bunga dari 7,2 persen menjadi

6,93 persen. Selanjutnya, Pemerintah China berjanji membantu AS dalam mengatasi

krisis.

B. Korea Selatan

Pemerintah Korea Selatan meminta teknokrat ekonomi menyiapkan rencana-

rencana darurat dalam mengantisipasi dampak terburuk krisis keuangan AS dan

mengusulkan koordinasi dengan Menteri Keuangan Cina dan Jepang. Pemerintah

juga meminta otoritas perbankan menjamin kebutuhan dana perusahaan lokal,

termasuk kebutuhan terhadap dolar AS.

C. Thailand

Federasi Industri Thailand mengajukan langkah-langkah kepada menteri

keuangan untuk melakukan Penurunan bea masuk impor, Peningkatan keyakinan

konsumen, Penurunan pajak korporasi, dan Meminta otoritas moneter untuk

mengawasi produk-produk investasi asing yang dapat memperburuk kondisi

keuangan Thailand.

D. Australia

Bank Sentral Australia menurunkan suku bunga menjadi 6 persen untuk

melonggarkan likuiditas yang mulai terasa kurang di sistem perbankan Australia.

Krisis finansial dunia yang berdampak terhadap bank-bank komersial,

memukul mata uang, menekan ekspor, dan mengganggu produksi saat ini sudah

mempengaruhi bisnis properti di sejumlah negara. Di China, penutupan pabrik sudah

mulai terjadi. Merespons krisis keuangan global, umumnya bank sentral di berbagai

12

Page 13: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

negara memangkas suku bunga. Sebagian besar negara menjamin penuh seluruh dana

masyarakatnya.

Lembaga pemeringkat kredit internasional Standard & Poor’s (S&P)

menyebutkan, sebagian besar negara Asia Pasifik akan menghadapi tantangan dari

efek babak pertama resesi Amerika Serikat (AS). Tetapi, kawasan ini diperkirakan

mampu menepis dampak buruk resesi AS. Dalam laporannya, lembaga itu

mengungkapkan implikasi-implikasi dampak resesi bagi fundamental ekonomi dan

kredit sejumlah pemerintahan di kawasan Asia Pasifik. Menurut S&P, permintaan

domestik dan perdagangan antar kawasan diperkirakan mampu mengatasi dampak

langsung merosotnya permintaan impor AS. Meskipun demikian, negara-negara Asia

Pasifik juga harus bertarung mengantisipasi risiko-risiko lain yang disebabkan

melonjaknya harga-harga sumber energi dan makanan, ketatnya likuiditas global,

serta kemungkinan melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa.

Sebagian besar negara di kawasan Asia Pasifik, pada dasarnya dapat

mengatasi dampak krisis keuangan global, karena tingginya prospek pertumbuhan

ekonomi di kawasan secara keseluruhan, kapasitas kebijakan fiskal dan moneter

untuk memitigasi efek buruk resesi, dan solidnya dukungan dana bagi negara-negara

yang kurang maju.

3.3. PEREKONOMIAN INDONESIA DI PUSARAN KRISIS GLOBAL

Fundamental ekonomi di Indonesia saat ini cukup kuat dalam menghadapi

efek domino krisis keuangan global. Hal tersebut bisa dilihat dari indikator

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat dari 5,5 persen di tahun 2006

menjadi 6,3 persen pada tahun 2008. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak

krisis tahun 1998. Indikator lain adalah terkendalinya nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika (USD), laju inflasi yang relatif terkendali, menurunnya suku bunga

(BI Rate), dan penerimaan dalam negeri (pajak) terus meningkat. Untuk beberapa

tahun kedepan, inflasi Indonesia akan terjaga seiring dengan menurunnya goncangan

ekonomi domestik dan fundamental ekonomi Indonesia yang semakin kuat (Aksa,

2008).

13

Page 14: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

3.4 Dampak Krisis Keuangan Global bagi Indonesia

Krisis keuangan di AS mengakibatkan pengeringan likuiditas sektor

perbankan dan institusi keuangan non-bank yang disertai berkurangnya transaksi

keuangan. Pengeringan likuiditas akan memaksa para investor dari institusi keuangan

AS untuk melepas kepemilikan saham mereka di pasar modal Indonesia untuk

memperkuat likuiditas keuangan institusi mereka.

Aksi tersebut akan menjatuhkan nilai saham dan mengurangi volume

penjualan saham di pasar modal Indonesia. Selain itu, beberapa perusahaan keuangan

Indonesia yang menginvetasikan dananya di instrumen investasi lembaga keuangan

di AS juga mendapat imbas atas kejatuhan nilai saham tersebut.

Krisis keuangan di AS yang merambah ke beberapa negara lainnya juga akan

mengancam perdagangan beberapa produk ekspor Indonesia di pasar AS, Jepang,

dan kawasan Uni Eropa yang telah berlangsung sejak lama. Hal ini sangat berbahaya

mengingat produk ekspor Indonesia sangat bergantung pada negara-negara tersebut,

sedangkan di dalam negeri produk-produk tersebut kalah bersaing dengan produk

impor China yang lebih murah.

Nilai tukar mata uang negara-negara Asia mengalami depresiasi terhadap

mata uang dolar AS, namun apabila melihat kondisi Rupiah dibandingkan yang lain-

nya masih menunjukkan kondisi yang lebih baik. Selama 1 Jan- 10 Oktober 2008,

Rupiah hanya terdepresiasi sekitar 3%, jauh dibawah nilai mata uang Philipina (16%)

dan juga Thailand (17%). Hal ini menunjukkan bahwa, ekonomi kita masih terjaga

menghadapi krisis ekonomi. Dengan demikian krisis keuangan global memberikan

dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi

Indonesia. Dampak langsung yang terjadi adalah kerugian pada sebagian kecil

investor yang memiliki exposure atas aset-aset yang terkait langsung dengan

institusi-institusi keuangan Amerika Serikat yang bermasalah, misalnya lembaga

keuangan Indonesia yang menanam dana dalam instrumen Lehman Brothers.

Sedangkan dampak tidak langsung krisis finansial global, antara lain;

• Mempengaruhi momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam bentuk

pengeringan likuiditas, lonjakan suku bunga, anjloknya harga komoditas, dan

melemahnya pertumbuhan sumber dana.

• Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar terhadap berbagai

institusi keuangan yang ada.

14

Page 15: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

• Flight to quality, pasar modal Indonesia terkoreksi akibat indikasi melemahnya

mata uang rupiah

• Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan karena kebangkrutan berbagai

institusi keuangan global khususnya bank-bank investasi akan berdampak pada

cash flow sustainability perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Akibatnya,

pendanaan ke capital market dan perbankan global akan mengalami kendala dari

aspek pricing (suku bunga) dan availability (ketersediaan dana).

• Menurunnya tingkat permintaan dan harga komoditas utama ekspor Indonesia tanpa

diimbangi peredaman laju impor secara signifikan akan menyebabkan defisit

perdagangan yang semakin melebar dalam beberapa waktu mendatang.

• Selanjutnya defisit perdagangan tersebut akan menyulitkan penggalangan capital

inflow dalam jumlah besar untuk menutup defisit itu sendiri seiring dengan

keringnya likuiditas pasar keuangan global.

Selain hal diatas, Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa

yang berdampak negatif terhadap negara-negara lainnya, tidak berimbas terlalu besar

bagi Indonesia. Hal ini disebabkan net ekspor Indonesia ke luar negeri hanya 10

persen dari total produk domestik bruto (PDB).

3.5. Langkah Penyelamatan Perekonomian Indonesia dalam Krisis Global

3.5.1. Pemberian Arahan

Pada tanggal 6 Oktober 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

memberikan 10 arahan kepada jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan para

pimpinan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Arahan tersebut dimaksudkan untuk

mempertahankan kestabilan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepuluh arahan itu

antara lain adalah:

1. Himbauan untuk bersikap optimis dan bersinergi untuk memelihara momentum

pertumbuhan ekonomi guna mengelola serta mengatasi dampak krisis keuangan

yang terjadi di Amerika Serikat.

2. Pemanfaatan perekonomian domestik dan mengambil pelajaran dari krisis 1998, di

mana sabuk pengaman perekonomian domestik adalah sektor UMKM, pertanian,

dan sektor informal.

3. Optimasi APBN 2009 untuk memacu pertumbuhan dan membangun social safety

net. Optimasi ini memperhatikan penyediaan infrastruktur dan stimulasi per-

15

Page 16: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

tumbuhan, alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan yang tetap menjadi

prioritas, defisit anggaran yang harus “tepat” dan “rasional”

4. Tetap menggerakkan Dunia usaha khususnya sektor riil, agar penerimaan negara

tetap terjaga dan pengangguran tidak bertambah.

5. Menghimbau semua pihak untuk melakukan perdagangan dan kerjasama ekonomi

dengan negara sahabat.

6. Menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik

akan bertambah kuat.

7. Memperkokoh sinergi dan kemitraan (partnership) pemerintah dengan perbankan

dan dunia usaha.

8. Menghimbau semua kalangan untuk meghindari sikap egisektoral dan memandang

remeh masalah.

9. Mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan golongan dan pribadi.

10. Menghimbau Semua pihak untuk melakukan komunikasi dengan tepat dan bijak

kepada rakyat.

3.5.2. Langkah Kebijakan

Sebagai implementasi Sepuluh Arahan Presiden, beberapa langkah kebijakan

telah diambil untuk mengatasi dan mengantisipasi dampak krisis keuangan global.

Rangkuman langkah tersebut dipaparkan sebagai berikut:

3.5.2.1. Kepastian Hukum dan Jaminan Investasi

Mengacu pada krisis ekonomi tahun 1998, langkah-langkah prioritas yang

dilakukan pemerintah antara lain adalah mengutamakan proteksi rakyat kecil,

memastikan ketersediaan kebutuhan sehari-hari, biaya kesehatan, pendidikan dan

layanan publik lainnya agar tidak mengalami gangguan. Selain itu, pemerintah juga

mengeluarkan beberapa insentif untuk memastikan sektor riil terus bergerak.

Sekalipun gejolak pasar saham dan fiskal banyak dipengaruhi oleh hal-hal di luar

jangkauan pemerintah, karena harus tunduk pada hukum global.

3.5.1.2. Perkuat dan Jaga Ketahanan Sektor Riil

Langkah kebijakan pemerintah untuk menjaga agar perekonomian tetap

stabil di tengah krisis antara lain dengan mendorong kinerja melalui pemberian

insentif dan disinsentif. Pemerintah akan menerapkan insentif ekspor berupa

perbaikan iklim dan pengurangan biaya transaksi ekspor. Kebijakan itu dibuat untuk

16

Page 17: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

mencegah imbas krisis keuangan global. Selain itu pemerintah juga akan merestitusi

pajak penjualan dan bea masuk termasuk strategi ekspansi ke pasar baru dan

mengamankan dari produk ilegal.

Selain itu, Pemerintah juga terus berupaya menarik penanam modal luar

negeri maupun domestik untuk tetap menanamkan modalnya di sektor riil. Beberapa

langkah yang dilakukan diantaranya perbaikan masalah yang dikeluhkan investor,

dan pengendalian impor barang yang bersifat konsumtif melalui peningkatan

pengadaan dalam negeri.

Untuk dapat meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia di sektor riil,

Pemerintah mendorong sektor swasta untuk meningkatkan pertumbuhan usaha ber-

basis industri manufaktur sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang

besar.

Adapun basis industri manufaktur yang didorong pertumbuhannya oleh pemerintah

adalah:

1. Tekstil dan Produk Tekstil

2. Alas Kaki

3. Keramik

4. Elektronika Konsumsi

5. Pulp dan Kertas

6. Petrokimia

7. Semen

8. Baja

9. Mesin Listrik & Alat Listrik

10. Alat Pertanian

11. Peralatan Pabrik

Pemerintah juga melindungi industri dalam negeri dari membanjirnya produk

luar dengan membatasi laju impor serta meningkatkan pengamanan pasar domestik

dari produk impor ilegal atau politik dumping. Selain itu, Pemerintah juga akan

melakukan penutupan pelabuhan-pelabuhan gelap, yang sering digunakan sebagai

sarana penyelundupan barang ilegal, serta memperketat pengawasan bongkar muat

barang di pelabuhan dan sepanjang pantai Indonesia.

17

Page 18: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

Dalam menghadapi krisis keuangan global ini, pemerintah juga

memberikan perhatian khusus kepada Industri Kecil dan Menengah (IKM),

untuk menjaga tetap tersedia lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan. Dalam

sektor UKM, pemerintah terus memastikan kelangsungan program kredit

untuk rakyat dan berbagai program fasilitasi UKM lainnya. KUKM perlu

ditingkatkan karena, sektor KUKM Indonesia ditunjang oleh 48,9 juta unit

usaha yang tersebar hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Kontribusi

bagi Kontribusi KUKM terhadap PDB sebesar Rp 1.778 triliun (53,3 persen)

dan menyerap tenaga kerja 96 persen. Pemerintah juga mendukung usaha

peningkatan hasil komoditi di beberapa sektor usaha.

Di sektor pertanian, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap

pengembangan budidaya udang, kerang, kopi, coklat, ikan segar, dan daging. Semen-

tara, dalam sektor industri terdapat minyak nabati, getah karet alam, kertas dan kertas

koran, serta barang tembaga.

3.5.1.3. Stabilisasi Moneter

Pemerintah melalui Bank Indonesia akan menempuh beberapa langkah, yaitu

memperkuat likuiditas sektor perbankan, yaitu menjaga pertumbuhan kredit pada

tingkat yang sesuai untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi, dan mengambil

kebijakan neraca pembayaran.

Upaya tersebut diantaranya adalah :

1. Antisipasi pengeringan likuiditas global dengan memperkuat sektor

perbankan, pertumbuhan kredit dijaga pada level yang tetap mampu

mendukung pertumbuhan ekonomi.

2. Pencarian pembiayaan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara dari

sumber nonpasar dan sumber-sumber pembiayaan lainnya, karena pem-

biayaan melalui penerbitan surat utang makin sulit dilakukan.

3. Pemantauan neraca pembayaran dengan menjaga momentum arus modal ke

dalam negeri.

4. Pemantauan penggunaan anggaran kementerian dan lembaga negara.

Berkaitan dengan pengeringan likuiditas di pasar keuangan dan

perbankan, BI menyederhanakan aturan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk

18

Page 19: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

menambah kepercayaan diri bank terhadap kondisi likuiditas perbankan yang

melemah akibat krisis keuangan global. Giro Wajib Minimum (statutory

reserve) adalah simpanan minimum yang harus dipelihara oleh Bank dalam

bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan

oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga

(DPK) bank.

Langkah lain yang ditempuh Bank Indonesia diantaranya adalah membuka

ruang untuk repo Surat Utang Negara (SUN) atau SBI yang diperpanjang masa ber-

lakunya hingga tiga bulan. Untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan 2009, Bank

Indonesia memastikan bahwa inflasi tahun 2009 terkendali pada kisaran 6,5-7,5

persen. Dengan pertimbangan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi saat ini dan

tetap fokus menjaga nilai rupiah yang tercermin dari inflasi dan nilai tukar.

Dan yang terakhir, BI Rate disesuaikan menjadi 9,5 persen agar suku bunga

riil tetap terjaga pada kisaran 2-2,5 persen. Dalam jangka pendek, kenaikan BI Rate

ditujukan untuk menurunkan ekspektasi inflasi pelaku pasar. Ekspektasi inflasi yang

tinggi telah membuat nilai tukar jatuh melewati batas psikologis Rp9.500 per dollar

AS. Padahal, inflasi tinggi amat berbahaya, karena dapat menurunkan nilai aset yang

dimiliki masyarakat golongan bawah.

19

Page 20: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Perdagangan Internasional pada masa ini tidak terlepas dari pengaruh krisis

Global. Krisis yang melanda ini bermula dari permasalahan subprime mortgage

Amerika yang kemudian mengakibatkan efek domino bagi perdagangan dan

perekonomian negara lainnya. Akibat parah yang dirasakan dari adanya efek domino

ini dialami oleh Amerika sendiri, negara-negara Eropa dan Asia yang banyak

bergantung pada aktivitas pendanaan dan pasar modal, dan negara-negara lain yang

kurang mengandalkan sektor riil mereka sebagai pondasi ekonominya.

Dampak yang telah dirasakan bagi negara-negara yang melakukan

perdagangan internasional adalah Bangkrut dan meruginya institusi keuangan, Bank,

dan korporasi; Inflasi meningkat, Pertumbuhan ekonomi menurun, dan Indeks Bursa

yang runtuh. Fenomena ini menjadikan negara-negara yang terpukul oleh karena

krisis keuangan global melakukan berbagai upaya dalam mengatasi dampak krisis

ini. Langkah-langkah antisipasi yang dilakukan negara-negara di Eropa, Amerika dan

Asia diantaranya adalah mengajukan rencana bailout atau mengeluarkan dana

talangan bagi perusahaan keuangan dan Industri yang hampir bangkrut, penurunan

suku bunga, menasionalisasi perusahaan swasta, pengambil alihan untuk penyehatan,

penutupan bursa, melarang short selling, meningkatkan jaminan deposito, buy back

saham, dan meningkatkan insentif bagi eksportir.

Bagi Indonesia sendiri, dampak yang dirasakan adalah kerugian pada

sebagian kecil investor yang memiliki exposure atas aset-aset yang terkait langsung

dengan institusi-institusi keuangan Amerika Serikat yang bermasalah. Selain itu,

dampak tidak langsung yang dirasakan adalah terpegaruhnya momentum

pertumbuhan ekonomi Indonesia, Menurunnya tingkat kepercayaan konsumen,

investor, dan pasar terhadap berbagai institusi keuangan, terkoreksinya pasar modal

Indonesia, Kurangnya pasokan likuiditas di sektor keuangan, dan Menurunnya

tingkat permintaan dan harga komoditas utama ekspor Indonesia. Dalam mengatasi

hal tersebut, pemerintah melakukan beberapa langkah kebijakan, diantaranya adalah

memberi kepastian hukum dan jaminan investasi, memperkuat dan menjaga

20

Page 21: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

ketahanan sektor riil, melakukan stabilisasi moneter, dan menjalankan program jaring

pengaman sosial.

4.2 Saran

Konsekuensi logis dari krisis global yang bermula di Amerika Serikat akan

membuat pasar di Amerika dan Eropa akan lebih tertutup. Oleh karena itu,

diperlukan kecerdasan untuk mencari peluang sasaran ekspor lain atau membuat

produk ekspor yang lebih kompetitif dibandingkan produk negara-negara lain.

Bagi para praktisi dan pelaku ekonomi di Indonesia, hendaknya mendukung

program-program yang telah dijalankan dan direncanakan pemerintah dalam

menghadapi krisis keuangan global ini. Langkah praktis dan sederhana yang bisa

diambil antara lain adalah:

1. Bersikap Optimis bahwa perekonomian akan membaik.

Dengan bersikap optimis, maka kepercayaan kita terhadap kemampuan diri

sendiri dan kemampuan negara dalam mengatasi masalah akan meningkat,

hal ini akan membuat kita terhindar dari sikap pesimis yang tidak perlu

sehingga kita dapat akan tetap dapat mempertahankan pola pikir yang benar

dalam menyikapi berbagai bentuk permasalahan. Pola pikir yang benar dan

sehat dari sikap optimis akan melahirkan pola dan sikap hidup yang baik.

2. Mendukung penuh penguatan sektor riil dengan mengubah pola

konsumsi kita dari produk impor ke produk dalam negeri yang tersedia.

Dengan dukungan penuh kita terhadap sektor riil dalam negeri, maka

perekonomian dalam negri kita akan meningkat. Dengan perekonomian

dalam negeri yang meningkat, maka devisa akan meningkat, lapangan kerja

bertumbuh, jumlah pengangguran menurun, tingkat pendidikan dan

kesehatan masyarakat akan membaik, kriminalitas menurun, kita selaku

warga negara akan dapat menikmati hidup yang lebih baik.

3. Membayar Pajak dengan jujur dan tepat waktu

Dengan pembayaran pajak yang jujur dan tepat waktu, maka secara langsung

kita telah berperan dalam supply anggaran yang ditujukan untuk

mensejahterakan rakyat.

21

Page 22: Perdagangan Inernasional Dalam Pengaruh Krisis Keuangan Global

22