Upload
rakhmat-ryan
View
225
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perekin
Citation preview
A. PENDAHULUAN
Kalimat “Satu Visi – Satu Identitas – Satu Komunitas” – menjadi visi dan
komitmen bersama yang hendak diwujudkan oleh ASEAN pada tahun 2020. Tetapi
mungkinkah cita-cita tersebut dapat dicapai oleh negara-negara ASEAN (Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan
Myanmar) dalam waktu kurang dari satu dasawarsa lagi. Berdasarkan catatan dan laporan
dari berbagai sumber menunjukkan bahwa cita-cita bersama yang terintegrasi dalam suatu
komunitas yang disebut Masyarakat Asean(Asean Community) ini masih harus menghadapi
berbagai tantangan dan rintangan yang terdapat pada masing-masing negara anggota.
Beberapa tahapan awal mesti diwujudkan untuk merealisasikan target atau sasaran bersama
Masyarakat Asean tersebut, di antaranya adalah melalui penerapan Masyarakat Ekonomi
Asean (Asean Economic Community) pada tahun 2015.
Kesepakatan bersama untuk mengintegrasikan berbagai negara Asean (Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan
Myanmar) yang masing-masing memiliki latar-belakang sosial-budaya, ideologi politik,
ekonomi dan kepentingan berbeda ke dalam suatu komunitas yang disebut Masyarakat
Ekonomi Asean ini masih menghadapi sejumlah kendala besar, khususnya bagi Indonesia
yang masih dihadapkan dengan berbagai masalah multi dimensi yang sarat kepentingan.
Masyarakat Ekonomi Asean dengan sasarannya yang mengintegrasikan ekonomi regional
Asia Tenggara menggambarkan karakteristik utama dalam bentuk pasar tunggal dan basis
produksi, kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, kawasan pengembangan ekonomi yang
merata atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi
global.Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu Asean dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi
yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi kawasan Asean yang diindikasikan
melalui terjadinya arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal.
B. PENGERTIAN MEA ( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).
Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi.Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun komunitas ASEAN pada tahun 2020 mendatang.Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
D. KARAKTERISTIK MEA ( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yangefektif berbasis aturan.Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;2. Pengakuan kualifikasi profesional;3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;5. Meningkatkan infrastruktur6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah;8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan, karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan.
F. PERUBAHAN – PERUBAHAN SETELAH ADA MEA ( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
1. Prosedur Bea Cukai Lebih Sederhana
Menurut Tari, Masyarakat Ekonomi ASEAN akan memiliki sistem yang dapat memantau pergerakan barang dalam perjalanannya ke negara-negara ASEAN. Tidak hanya itu, izin barang ekspor pun akan lebih cepat. Ini akan menghemat waktu dan biaya ekspor.
2. Adanya Sistem Self-Certification
Ini adalah sistem yang memungkinkan pengekspor menyatakan keaslian produk mereka sendiri dan menikmati tarif preferensial di bawah skema ASEAN-FTA (Free Trade Area). Tanggung jawab utama dari sertifikasi asal dilakukan oleh perusahaan yang ikut berpartisipasi dengan menyertakan faktur komersial dokumen seperti tagihan, delivery order, atau packaging list.Fungsinya adalah memudahkan pebisnis dalam melakukan ekspansi ke negara-negara anggota ASEAN lainnya.
3. Harmonisasi Standar Produk
Meski masih belum ditetapkan seperti apa standar dari masing-masing jenis produk, namun ASEAN akan memberlakukan sistem yang meminta masing-masing industri agar sesuai dengan standar kualitas mereka.Hingga saat ini, terdapat 7 jenis produk yang menjadi prioritas mereka.o Produk kareto Obat tradisionalo Kosmetiko Pariwisatao Sayur dan buah segaro Udang dan budidaya perikanano Ternak
Selain ketiga hal di atas, ada juga penjelasan bahwa pemerintah akan mendukung program globalisasi UKM, seperti: Mencari pasar baru di luar negeri
Promosi ekspor Delegasi promosi perdagangan Mendorong spesialisasi dalam memperluas pasar luar negeri Mendukung pencapaian standar internasional Mendukung pengembangan global brand Memberi bantuan kepada UKM yang memiliki prospek baik untuk mengekspor produknyaTugas utama kita sebagai warga Negara adalah bagaimana merubah image terhadap barang - barang lokal dibawah standar kualitas yang mayoritas dengan harga relatif mahal dari barang impor. Ya, masih banyaknya anggapan tentang merek luar lebih berkualitas ketimbang produk lokal akan mempersulit pelaku UKM, padahal tidak sepenuhnya begitu.Untuk itu, tiap UKM harus memperbaiki kualitas produknya agar semua konsumen bisa bangga dengan kualitasnya. Pemerintah juga dirasa perlu untuk terus mengedukasi masyarakat agar cinta terhadap produk lokal, dan masyarakat juga perlu menghilangkan persepsi yang kerap menilai buruk merek lokal.
E. ELEMEN-ELEMEN UTAMA DALAM MEA 2015
Terdapat empat hal yang akan menjadi fokus MEA pada tahun 2015 yang dapat dijadikan suatu momentum yang baik untuk Indonesia.
Pertama, negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dijadikan sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi. Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Kedua, MEA akan dibentuk sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce. Dengan demikian, dapat tercipta iklim persaingan yang adil; terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan konsumen; mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta; menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi; menghilangkan sistem Double Taxation, dan; meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.
Ketiga, MEA pun akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Keempat, MEA akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global. Dengan dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.
F. DAMPAK MEA 2015 BAGI INDONESIA
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik (Santoso, 2008). Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.
Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk. Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online, 2013).
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik dan sosial(hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan
perusahaan di Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri di tahun 2015 mendatang.
G. PERSIAPAN MENGHADAPI MEA ( MASYARAKAT EKONOMI ASEAN)
Kesiapan Menjelang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean
Meski tercatat sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah ruah
dengan luas dan populasi terbesar di antara negara-negara lainnya di Asean, Indonesia
diperkirakan masih belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015.
Pernyataan bernada skeptis atas kesiapan Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Bidang Tenaga
Kerja, Benny Soetrisno beberapa waktu lalu dalam Seminar Kesiapan Tenaga Kerja dalam
Menghadapi Pasar Asean.
Pernyataan tersebut adalah sangat beralasan mengingat bahwa masih ada sejumlah masalah
mendasar yang menimpa Indonesia dan harus segera diatasi sebelum berlakunya Mayarakat
Ekonomi Asean pada tahun 2015. Iklim investasi kurang kondusif yang diindikasikan melalui
masalah ruwetnya birokrasi, infrastruktur, masalah kualitas sumber daya manusia dan
ketenagakerjaan (perburuhan) serta korupsi merupakan sebagian dari masalah yang saat ini
masih menyandera pemerintah Indonesia.
Kendala-kendala tersebut di atas mengakibatkan Indonesia belum dapat mensejajarkan diri
untuk “tegak sama tinggi dan duduk sama rendah” di antara negara-negara Asean lainnya.
Kekhawatiran ini tercermin melalui pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Gita
Wirjawan yang menyebutkan bahwa Indonesia masih harus mengerjakan banyak hal untuk
mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. Menteri ini juga mengakui
bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara Asean yang masih memerlukan persiapan lebih
banyak.
Kondisi serupa juga dialami oleh beberapa negara Asean lainnya. Myanmar, misalnya, juga
menghadapi kendala yang tidak jauh berbeda. Bahkan para pengusaha Myanmar sendiri
mengaku belum siap untuk bergabung dalam pasar Masyarakat Ekonomi Asean.
Kekhawatiran atas kesiapan semua negara anggota Asean untuk pemberlakuan Masyarakat
Ekonomi Asean juga terungkap melalui suvey yang dilakukan oleh Kamar Dagang Amerika
di Singapura. Survey yang melibatkan 475 pengusaha senior Amerika tersebut
mengungkapkan bahwa 52 persen responden tidak percaya Masyarakat Ekonomi Asean dapat
diwujudkan pada tahun 2015.
Adalah tidak berlebihan jika kemudian kita memunculkan suatu pertanyaan besar : “Sudah
siapkah Industri Nasional berkompetisi dalam Mayarakat Ekonomi Asean yang lebih
populer dengan istilah Pasar Bebas ASEAN ini pada akhir tahun 2015 nanti?”
Langkah & Persiapan Menghadapi Era Pasar Bebas Asean
Berangkat dari pertanyaan tersebut di atas, pemerintah dituntut untuk segera mempersiapkan
langkah & strategi menghadapi ancaman hempasan gelombang tsunami
ekonomi “Masyarakat Ekonomi Asean” dengan menyusun dan menata kembali kebijakan-
kebijakan nasional yang diarahkan agar dapat lebih mendorong dan meningkatkan daya
saing (competitiveness) sumber daya manusia dan industri di Indonesia. Taraf daya saing
nasional ini perlu segera ditingkatkan mengingat bahwa berdasarkan Indeks Daya Saing
Global 2010, tingkat daya saing Indonesia hanya berada pada posisi 75 atau jauh tertinggal
dibanding Vietnam (posisi 53) yang baru merdeka dan baru bergabung ke dalam ASEAN.
Dengan kata lain, pemerintah harus segera memperkuat kebijakan & langkah-langkah
yangpro-bisnis atau pro-job, bukan memperkuat kebijakan & langkah populis seperti yang
terjadi belakangan ini yang diindikasikan dengan adanya kenaikan upah minimun regional
(UMP/UMK) yang sangat drastis di beberapa daerah pada awal tahun 2013 ini. Jika tidak,
Indonesia bisa dipastikan hanya akan menjadi pasar potensial bagi negara ASEAN lainnya,
bukannya menjadi pemain utama di kawasan Asean. Indonesia disebut-sebut sebagai negara
paling menarik bagi pengembangan usaha baru, yang kemudian disusul oleh Vietnam,
Thailan dan Myanmar.
Keterlibatan berbagai pihak, mulai dari para pembuat kebijakan hingga masyarakat umum
sangatlah diperlukan untuk memastikan kesiapan seluruh elemen bangsa dalam menghadapi
pasar bebas yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean ini. Berbagai diskusi atau
seminar sudah dilakukan pemerintah dengan melibatkan para pakar dari berbagai lembaga
pemerintah maupun non-pemerintah guna memastikan kesiapan masyarakat Indonesia
menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015 yang menuntut efisiensi dan keunggulan produk yang
lebih kompetitif dan inovatif. Meski Masyarakat Ekonomi Asean dipandang sebagai sebuah
peluang positif bagi perkembangan ekonomi nasional, namun sejumlah tantangan dan
hambatan klasik yang terus menghantui Indonesia dari waktu ke waktu mesti segera
diatasi. Hambatan dan tantangan mendasar yang perlu dibenahi pemerintah saat ini, antara
lain, mencakup masalah : infrastruktur, birokrasi, masalah kualitas sumber daya manusia
dan masalah perburuhan, sinergi kebijakan nasional dan daerah, daya saing pengusaha
nasional, korupsi dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high-cost
economy).
Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi perubahan dan sekaligus mengatasi hambatan
& tatangan tersebut, Pemerintah harus segera merumuskan dan menetapkan langkah-langkah
strategis terpadu dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dan pemangku kepentingan
(stakeholder). Di samping itu, pembaruan dan perubahan (changes)menjadi sebuah kata
kunci yang mesti segera disosialisasikan dan diimplementasikan secara gradual atau bertahap
mengingat kemajukan dan keanekaragaman kareakteristik kehidupan sosial dan ekonomi
bangsa Indonesia
Akhirnya, seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu pembentukan Masyarakat
Ekonomi Asean 2015, pemerintah juga harus semakin menggencarkan kegiatan sosialisasi
Masyarakat Ekonomi Asean 2015 kepada seluruh masyarakat, termasuk jajaran birokrasi di
daerah dengan maksud agar tidak terjadinya tumpang-tindih (overlapping) antara kebijakan
nasional dengan kebijakan daerah yang selalu mendasarkan pengambilan keputusan berbasis
otonomi daerah.
H. Pelaku Kegiatan Ekonomi dan Perannya Dalam Kegiatan Ekonomi
1 Rumah Tangga Konsumen (RTK)
adalah individu atau keluarga/kelompok masyarakat yang memakai atau menggunakan
barang / jasa sekaligus sebagai pemilik faktor - faktor produksi.
Peran RTK dalam kegiatan ekonomi:
a. Sebagai konsumen: mengkonsumsi barang dan jasa hasil produksi
b. Penyedia/Pemasok Faktor Produksi (SDA/Tanah, SDM/Tenaga Kerja, Modal,
Kewirausahaan/Skill/Keahlian)
c. Menerima penghasilan/balas jasa sebagai berikut :
Pemilik SDA/Tanah menerima penghasilan berupa Sewa ( Rent )
Pemilik SDM/Tenaga Kerja menerima penghasilan berupaUpah dan gaji ( Wage )
Pemilik Modal menerima penghasilan berupa Bunga Modal ( Interest )
Pemilik Kewirausahaan/Keahlian/Skill menerima penghasilan berupa Laba Usaha ( Profit
)
d. Sebagai wajib pajak→membayar pajak kepada pemerintah
2. Rumah Tangga Produsen (RTP)
adalah unit kegiatan usaha yang menggunakan dan mengkombinasikan faktor - faktor
produksi untuk menghasilkan barang/jasa.
Peran RTP dalam kegiatan ekonomi:
a. Sebagai produsen→ menghasilkan barang dan jasa
b. Sebagai distributor→ menjual dan mendistribusikan barang & jasa
c. Sebagai agen pembangunan→ membantu pemerintah dalam kegia tan pembangunan:
membuka lapangan kerja, membangun infra- struktur, menyejahterakan karyawan,
meningkatkan kualitas SDM.
d. Sebagai pengguna/pemakai faktor produksi→ memberikan imbalan balas jasa (sewa,
upah/gaji, bunga, laba) ke RTK
e. Sebagai wajib pajak→ membayar pajak kepada pemerintah
3. Rumah Tangga Pemerintah (RTG)
adalah pengatur jalannya pemerintahan di suatu Negara / wilayah
Peranan RTG dalam kegiatan ekonomi:
a. Sebagai konsumen→ membeli barang & jasa untuk keperluan pemerintah (disebut
belanja barang & pegawai)
b. Sebagai produsen/investor→ mendirikan BUMN/BUMD, penanam modal di perusahaan
asing maupun domestik
c. Sebagai pengatur kegiatan ekonomi→ membuat undang-undang: perbankan,
perpajakan, antimonopoli, perburuhan, dll
d. Sebagai pengawas→ menjaga stabilitas kegiatan ekonomi melalui kebijakan fiskal dan
moneter
e. Sebagai penguasa→ menjaga kestabilan di bidang sosial, politik, hukum melalui aparat
penegak hukum
4. Masyarakat Luar Negeri (LN)
Peranan Masyarakat Luar Negeri dalam kegiatan ekonomi:
a. Sebagai konsumen→ mengimpor barang dari negara lain
b. Sebagai produsen→ mengeskpor produknya ke negara lain
c. Sebagai investor→ menanamkan modalnya ke negara lain
d. Memberi pinjaman→ memberi pinjaman lunak
e. Memberi bantuan→ bila terjadi bencana alam
1. Rumah Tangga
Sektor rumah tangga memiliki factor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi
barang dan jasa privat (sektor perusahaan)maupun barang dan jasa (sektor pemerintah.
Factor-faktor produksi tersebut adalah kesediaan untuk bekerja (tenaga kerja), barang modal
uang dan kesediaan untuk menanggung resiko yang dihadapi oleh perusahaan dengan
membeli saham.
A. Rumah Tangga Keluarga sebagai Produsen
Rumah tangga keluarga dalam kegiatan ekonomi merupakan pemilik faktor produksi yang
meliputi tanah, tenaga kerja, keahlian dan modal. Kegiatan produksi yang dilakukan dalam
rumah tangga keluarga adalah menyediakan faktor produksi yang dibutuhkan pelaku ekonomi
lainnya. Dalam kegiatan ini rumah tangga keluarga memperoleh penghasilan/pendapatan
dalam bentuk uang.
B.Rumah Tangga Keluarga sebagai Konsumen
Rumah tangga keluarga merupakan kelompok yang paling sering melakukan kegiatan
konsumsi. Faktor yang mempengaruhi kegiatan konsumsi rumah tangga adalah:
• Jumlah pendapatan keluarga
• Jumlah anggota keluarga
• Tingkat harga barang atau jasa
• Status sosial ekonomi keluarga
a. Membeli berbagai Barang atau Jasa (Konsumsi)
Rumah tangga akan menggunakan penghasilannya untuk dapat mengkonsumsi suatu barang
atau jasa dalam hal peenuha kebutuhannya.
b . Disimpan/Ditabung
Rumah tangga akan menyimpan sisa dari hasil konsumsi untuk ditabung. Rumah tangga
berharap akan mendapatkan bunga dari kegiatan menabung tersebut.
C. Rumah Tangga Keluarga sebagai Distributor
Rumah tangga juga berperan dalam hal penyaluran barang. Rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhannya ada yang menghasikan uang dari menyalurkan kembali barang yang telah
dibeli kemudian dijual kepada konsumen.
2. Perusahaan
Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang ataupun sekelompok dengan
tujuan untuk menghasilkan laba dalam hal memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara
memproduksi barang atau jasa. Kegiatan ekonomi yang dilakukan rumah tangga perusahaan
meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi
A. Perusahaan sebagai Produsen
kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan adalah kegiatan produksi (menghasilkan
barang). Hal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa perusahaan adalah pelaku ekonomi yang
berperan sebagai produsen. Berdasarkan lapangan usahanya, perusahaan yang ada dalam
perekonomian dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu industri primer, industri
sekunder, dan industri tersier.
B. Perusahaan sebagai distributor
Perusahaan juga melakukan kegiatan distribusi. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada aktivitas
perusahaan dalam menyalurkan hasil produksinya ke konsumen. Setelah proses produksi
berakhir, perusahaan akan menghasilkan barang. Barang-barang tersebut dapat sampai ke
konsumen dengan melakukan penyaluran (distribusi) barang ke toko-toko atau agen-agen
penyalur, sehingga konsumen lebih mudah mendapatkan barang tersebut.
C. Perusahaan sebagai Konsumen
Perusahaan juga mengkonsumsi barang atau jasa dari pihak lain, Perusahaan dapat dikatakan
sebgai onsumen dari perusahaan lain jika perusahaan tersebut mengkonsumsi hasil produksi
dari perusahaan lain.
3. Pemerintah
Pemerintah adalah badan-badan pemerintah yang bertugas untuk mengatur kegiatan ekonomi.
Seperti halnya rumah tangga keluarga dan perusahaan, pemerintah juga sebagai pelaku
ekonomi yang melakukan kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi.
A. Kegiatan Konsumsi Pemerintah
Pemerintah dalam menjalankan tugasnya membutuhkan barang dan jasa. Kegiatan konsumsi
pemerintah dapat berupa kegiatan membeli alat-alat tulis kantor, membeli alat-alat
kedokteran, membeli peralatan yang menunjang pendidikan, menggunakan tenaga kerja
untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintah, dan sebagainya.
B. Kegiatan Produksi Pemerintah
Pemerintah ikut berperan dalam menghasilkan barang dan atau jasa yang diperlukan dalam
rangka mewujudkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pelaksanaan peran
pemerintah dalam kegiatan produksi diwujudkan dalam kegiatan usaha hampir di seluruh
sektor perekonomian. Sebagai pelaksana kegiatan produksi pemerintah mendirikan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). PLN yang mengelola listrik, dan PT Telkom yang mengelola
komunikasi dan Indonesia merupakan salah atu kegiatan produksi pemerintah.
C. Kegiatan Distribusi Pemerintah
Selain melakukan kegiatan konsumsi, pemerintah juga berperan dalam kegiatan distribusi.
Kegiatan distribusi ini berbeda dengan kegiatn distribusi dalam sektor lainnya (rumah tangga
ataupun perusahaan). Pemerintah menyalurkan barang atau jasa yang bersifat bantuan.
Berikut ini kegiatan-kegiatan distribusi yang dilakukan pemerintah:
• Menyalurkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam hal bantuan kegiatan
pendidikan. Misalnya buku pelajaran, alat tulis dan sebagainya.
• Memberi bantuan kepada rakyat miskin berupa penyaluran raskin (beras rakyat
miskin) melalui BULOG.
Peran pemerintah atau rumah tangga negara dalam kegiatan perekonomian di masyarakat
yaitu:
1. Pengatur, yaitu bahwa pemerintah harus mengatur lalu lintas perekonomian dalam
negeri untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah terjadinya kekacauan dan hal-hal
yang dapat menimbulkan kerugian bagi rakyat banyak.
2. Konsumen, untuk melakukan tugasnya pemerintah juga memerlukan barang dan jasa.
Misalnya untuk keperluan peralatan dan perlengkapan kantor, kepentingnan pertahanan dan
keamanan Negara dll.
3. Sebagai produsen, pemerintah juga menjalankan perusahaan milik negara, khususnya
produksi barang dan jasa yang vital bagi kepentingan negara dan kesejahteraan masyarakat
misalnya perusahaan air minum, listrik, tambang minyak, bank dll.
4. Pembuat dan pelaksana aturan main, yaitu pemerintah menjamin bahwa peserta pasar
akan berlaku secara jujur dan mematuhi aturan main yang berisi apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pasar.
5. Menjamin kompetisi, yaitu pemerintah menjamin iklim kompetisi yang baik dimana
tidak ada praktik tidak terpuji seperti kolusi, monopoli dan penetapan harga yang berpotensi
menyingkirkan pesaing dari pasar.
6. Menyediakan barang publik, yaitu pemerintah memilki kewenangan untuk menagih
pajak untuk menyediakan barang-barang publik seperti pertahanan negara dan keadilan.
4. Masyarakat (Ekspor dan Import)
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan masyarakat adalah masyarakat luar negeri. Dalam
konsep ini, terdpata transaksi perdagangan internasional yang melibatkan masyarakat luar
negeri. Transaksi luar negeri tidak hanya berupa transaksi perdagangan, namun juga
berhubungan dengan penanaman modal asing, tukar menukar tenaga kerja, serta pemberian
pinjaman.
Hubungan perdagangan internasional ataupun kontak dengan masyarakat luar negeri angat
diperlukan, karena pada dasarnya setiap Negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya hanya
dari sumber daya dari negara itu sendiri saja. Diperlukan sumber daya yang dihasilkan oleh
Negara lain, yang mana sumber daya tersebut tidak dihasilkan oleh Negara konsumsen
Masyarakat luar negeri juga dapat melakukan kegiatan ekonomi berupa kegiatan konsumsi
dan kegiatan produksi.
Kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat luar negeri, akan tampak pada aktivitas
berikut ini:
• Membeli barang-barang yang tidak diproduksi oleh masyarakat dalam negeri.
• Menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh negara, seperti bandara, stasiun,
pasar, dan sebagainya.
• Menikmati objek-objek wisata negara lain seperti pegunungan, pantai dan sebagainya.
• Menggunakan tenaga kerja-tenaga kerja dari negara lain.
Masyarakat juga melakukan kegiatan produksi. Kegiatannya akan tampak pada aktivitas
berikut ini:
• Masyarakat luar negeri menghasilkan barang yang tidak diproduksi oleh negara lain.
• Melakukan penanaman modal di negara lain.
• Melakukan penanaman modal di negara lain.
• Mengirimkan tenaga kerja dan tenaga ahli ke negara-negara yang membutuhkan.
Dari kegiatan diatas, masyarakat luar negeri dapat memberikan pengaruh dalam kegiatan
ekonomi suatu Negara.
Berikut ini beberapa peran masyarakat luar negeri dalam kegiatan ekonomi:
• Melalui kegiatan perdagangan (kegiatan ekspor impor) dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Negara bersangkutan.
• Dalam hal pertukaran tenaga kerja antarnegara dapat meningkatkan produktivitas
tenaga kerja itu sendii, sehingga barang atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi
• Membuka lapangan kerja.
• Meningkatkan devisa.
Para pelaku ekonomi (rumah tangga, masyarakat luar negeri, perusahaan, dan negara) pada
dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat. Hubungan antarpelaku ekonomi tersebut
dapat kalian simak dalam diagram di bawah ini.
Keterangan:
a. Arus faktor produks adalah perusahaan membeli faktor produksi dari rumah tangga
keluarga.
Arus pengeluaran adalah rumah tangga keluarga membayar barang yang dikonsumsinya dari
perusahaan.
b. Arus barang adalah rumah tangga membeli barang yang dihasilkan oleh perusahaan.
Arus pendapatan adalah perusahaan membayar faktor produksi yang dibeli dari rumah tangga
keluarga (gaji, sewa, bunga).
c. Layanan adalah pemerintah memberikan layanan kepada rumah tangga dan perusahaan.
d. Pajak adalah rumah tangga dan perusahaan wajib membayar pajak kepada negara.
e. Kegiatan impor adalah pembelian barang dari luar negeri.
f. Kegiatan ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri.
g. Devisa adalah kerja sama antara negara dan masyarakat luar negeri menghasilkan devisa
bagi kedua negara.
I. Hubungan MEA dengan Rumah Tangga Produksi dan Konsumsi
Dengan datangnya era MEA akan membawa kemungkinan banjirnya tenaga kerja dan
produk asing yang masuk kedalam negeri. Mengingat Indonesia yang memiliki jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia, merupakan pangsa pasar yang potensial bagi produk Negara
lain. Kehadiran pasar bebas ini juga mengakibatkan persaingan harga barang dan jasa yang
lebih terbuka dan ketat. Negara yang mampu memproduksi barang dengan efisien dan murah
berpotensi untuk menguasai pasar ASEAN.
Untuk menghindarkan diri dari kemungkinan terburuk tersebut Indonesia harus
menentukan sikapnya apakah akan menjadi produsen atau menjadi konsumen selama pasar
bebas tersebut berlangsung. Pemerintah pusat maupun daerah harus mendukung segala
aktivitas ekonomi yang dapat mempengaruhi pendapatan Negara. Hal tersebut akan otomatis
mengurangi kecenderungan kita sebagi bangsa yang sering mengkonsumsi menjadi bangsa
yang memproduksi produk bagi Negara lain.
Menjadi konsumen yang cerdas adalah kata kunci dalam menghadapi era tersebut.
Pemerintah harus menyiapkan masyarakat menjadi konsumen yang cerdas, baik saat memilih
jasa dan produk yang akan dibeli dan mampu melindungi diri dan lingkungannya dari
membeli barang dan jasa yang merugikan.
Makalah Perekonomian Indonesia
HUBUNGAN RUMAH TANGGA PRODUSEN DAN KONSUMEN
DENGAN MEA
Oleh :
Rakhmat Triantoro
A31112278
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015