4
6 MPA 319 / April 2013 Perempuan pernah punya sejarah yang muram. Di masa jahiliyah, posisi perempuan teramat memilukan. Harkat kewanitaannya dicabik-cabik. Martabat mereka dijatuhkan. Perempuan hidup di tempat yang tak semestinya. Setiap lelaki berhak merendahkan dengan serendah-rendahnya. Diskriminasi kerap sekali terjadi. Perilaku ketidakadilan sudah menjadi menu sehari-hari. Setiap orangtua menanggung rasa malu tak tertahankan jika punya anak perempuan. Sebab perempuan dipandang sebagai komoditi untuk diperjual-belikan. Jika suaminya me- ninggal, dirinya diwariskan pada anak-anaknya. Bahkan tradisi jahili- yah dengan keji mengubur setiap bayi perempuan yang lahir. “Pendek kata, saat itu perempuan tidak diperhitung- kan sama sekali,” tukas DR. Hj. Ha- nifah, MM geram. Ketika Islam datang, tutur Ke- pala MAN Mojosari Kabupaten Mo- jokerto ini, perubahan pun dimulai. Pola pikir masyarakat dibenahi. Ke- adaan pun berubah dengan cepat. Kebiasaan yang menghancurkan pe- rempuan, diganti dengan moralitas- akhlaq yang menempatkan wanita di tempat yang tinggi dan agung. Tra- disi jahiliyah diubah dengan per- adaban luhur yang lebih manusiawi. “Islam mengatur peran perempuan dengan sangat baik dan sangat je- las,” terangnya. Yang menawan, lanjut perempu- an kelahiran Mojokerto 17 Juli 1955 ini, Khadijah r.a. dan Aisyah r.a. tampil menjadi ikon ideal perempuan. Ke- duanya memiliki peran yang sangat besar pada sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW. “Disamping pe- ranannya sebagai istri Nabi, sum- bangsihnya bagi kemanusiaan dan peradaban hingga kini masih bisa kita rasakan,” paparnya. “Aisyah sangat terkenal di bidang agama dan sanad Hadits. Sedangkan Khadijah adalah sosok pengusaha sukses yang de- ngan penuh mendukung perjuangan Nabi,” urainya. Kedua istri Nabi tersebut, tutur doktor jebolan Universitas Brawijaya Malang Jurusan IESP ini, dengan bi- jak mengatur keseimbangan peran sebagai istri dan pengembangan diri- nya. Itulah pasalnya, setiap Muslim- ah harus sanggup membuktikan bah- wa dirinya mampu menyeimbangkan antara peran publik dan peran do- mestik. Mereka harus membuktikan diri untuk berprestasi dalam bidang- nya masing-masing. “Di era modern peran perempuan menjadi lebih luas. Dan tak jarang yang berkiprah di luar rumah. Itu sah-sah saja, sepanjang tidak mengurangi kewajiban perem- puan kepada suami dan anak-anak- nya,” ujarnya. Peran perempuan di dalam dan di luar rumah tidak bisa dihilangkan. Selain peran sebagai istri dan ibu, pe- rempuan adalah bagian dari masya- rakat. Mereka juga mempunyai ke- wajiban untuk memberikan kontribusi pada masyarakatnya. “Peran perem- puan di masyarakat adalah pengem- bangan dari peran perempuan dalam rumah tangga,” tegas dosen Sekolah Tinggi Teknik Raden Wijaya dan STIT Raden Wijaya ini menjelaskan. “Perempuan harus berprestasi mem- berikan kontribusi dan sumbangsih bagi peradaban dan kemanuasiaan,” tambahnya. Namun demikian, sambung ibu dua anak ini, jangan sampai peran pu- blik mengalahkan peran inti sebagai istri dan ibu. Sebab itu merupakan pe- ran vital yang tak tergantikan. Lahir- nya generasi yang akan datang tidak lepas dari peran ibu. “Peran ibulah yang menjawabnya, apakah anaknya menjadi generasi unggul atau justru sebaliknya,” tegasnya. “Salah satu kunci sukses pemberdayaan perem- puan, adalah jika mengurus anak be- res dan kewajiban sebagai istri juga beres,” tandasnya. Pemberdayaan perempuan akan optimal, kata pengurus Dewan Pen- didikan Kota Mojokerto ini, kalau semua perempuan menyadari hak dan kewajiban, serta peran dan fung- sinya masing-masing. Untuk me- Perempuan Ideal Menyeimbangkan Peran Domestik dan Publik DR. H. Hanifah, MM Dra. Hj. Sutiyah Nova Irawati, M.Pd.I

Perempuan Ideal Menyeimbangkan Peran Domestik dan Publik · 6 MPA 319 / April 2013 Perempuan pernah punya sejarah yang muram. Di masa jahiliyah, posisi perempuan teramat memilukan

  • Upload
    lamlien

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perempuan Ideal Menyeimbangkan Peran Domestik dan Publik · 6 MPA 319 / April 2013 Perempuan pernah punya sejarah yang muram. Di masa jahiliyah, posisi perempuan teramat memilukan

6 MPA 319 / April 2013

Perempuan pernah punyasejarah yang muram. Di masa

jahiliyah, posisi perempuanteramat memilukan. Harkat

kewanitaannya dicabik-cabik.Martabat mereka dijatuhkan.

Perempuan hidup di tempat yangtak semestinya. Setiap lelaki

berhak merendahkan denganserendah-rendahnya. Diskriminasi

kerap sekali terjadi. Perilakuketidakadilan sudah menjadi

menu sehari-hari.

Setiap orangtua menanggungrasa malu tak tertahankan jika punyaanak perempuan. Sebab perempuandipandang sebagai komoditi untukdiperjual-belikan. Jika suaminya me-ninggal, dirinya diwariskan padaanak-anaknya. Bahkan tradisi jahili-yah dengan keji mengubur setiap bayiperempuan yang lahir. “Pendek kata,saat itu perempuan tidak diperhitung-kan sama sekali,” tukas DR. Hj. Ha-nifah, MM geram.

Ketika Islam datang, tutur Ke-pala MAN Mojosari Kabupaten Mo-jokerto ini, perubahan pun dimulai.Pola pikir masyarakat dibenahi. Ke-adaan pun berubah dengan cepat.Kebiasaan yang menghancurkan pe-rempuan, diganti dengan moralitas-akhlaq yang menempatkan wanita ditempat yang tinggi dan agung. Tra-disi jahiliyah diubah dengan per-

adaban luhur yang lebih manusiawi.“Islam mengatur peran perempuandengan sangat baik dan sangat je-las,” terangnya.

Yang menawan, lanjut perempu-an kelahiran Mojokerto 17 Juli 1955ini, Khadijah r.a. dan Aisyah r.a. tampilmenjadi ikon ideal perempuan. Ke-duanya memiliki peran yang sangatbesar pada sejarah perjuangan NabiMuhammad SAW. “Disamping pe-ranannya sebagai istri Nabi, sum-bangsihnya bagi kemanusiaan danperadaban hingga kini masih bisa kitarasakan,” paparnya. “Aisyah sangatterkenal di bidang agama dan sanadHadits. Sedangkan Khadijah adalahsosok pengusaha sukses yang de-ngan penuh mendukung perjuanganNabi,” urainya.

Kedua istri Nabi tersebut, tuturdoktor jebolan Universitas BrawijayaMalang Jurusan IESP ini, dengan bi-jak mengatur keseimbangan peransebagai istri dan pengembangan diri-nya. Itulah pasalnya, setiap Muslim-ah harus sanggup membuktikan bah-wa dirinya mampu menyeimbangkanantara peran publik dan peran do-mestik. Mereka harus membuktikandiri untuk berprestasi dalam bidang-nya masing-masing. “Di era modernperan perempuan menjadi lebih luas.Dan tak jarang yang berkiprah di luarrumah. Itu sah-sah saja, sepanjangtidak mengurangi kewajiban perem-puan kepada suami dan anak-anak-

nya,” ujarnya.Peran perempuan di dalam dan

di luar rumah tidak bisa dihilangkan.Selain peran sebagai istri dan ibu, pe-rempuan adalah bagian dari masya-rakat. Mereka juga mempunyai ke-wajiban untuk memberikan kontribusipada masyarakatnya. “Peran perem-puan di masyarakat adalah pengem-bangan dari peran perempuan dalamrumah tangga,” tegas dosen SekolahTinggi Teknik Raden Wijaya danSTIT Raden Wijaya ini menjelaskan.“Perempuan harus berprestasi mem-berikan kontribusi dan sumbangsihbagi peradaban dan kemanuasiaan,”tambahnya.

Namun demikian, sambung ibudua anak ini, jangan sampai peran pu-blik mengalahkan peran inti sebagaiistri dan ibu. Sebab itu merupakan pe-ran vital yang tak tergantikan. Lahir-nya generasi yang akan datang tidaklepas dari peran ibu. “Peran ibulahyang menjawabnya, apakah anaknyamenjadi generasi unggul atau justrusebaliknya,” tegasnya. “Salah satukunci sukses pemberdayaan perem-puan, adalah jika mengurus anak be-res dan kewajiban sebagai istri jugaberes,” tandasnya.

Pemberdayaan perempuan akanoptimal, kata pengurus Dewan Pen-didikan Kota Mojokerto ini, kalausemua perempuan menyadari hakdan kewajiban, serta peran dan fung-sinya masing-masing. Untuk me-

Perempuan IdealMenyeimbangkan Peran Domestik dan Publik

DR. H. Hanifah, MM Dra. Hj. Sutiyah Nova Irawati, M.Pd.I

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - APRIL 2013.pmd 3/27/2013, 12:03 PM6

Page 2: Perempuan Ideal Menyeimbangkan Peran Domestik dan Publik · 6 MPA 319 / April 2013 Perempuan pernah punya sejarah yang muram. Di masa jahiliyah, posisi perempuan teramat memilukan

7MPA 319 / April 2013

menejnya diperlukan pengaturankeseimbangan pembagian waktu an-tara kegiatan di dalam dan di luar ru-mah. “Perempuan juga harus sang-gup memotivasi dirinya untuk majudan berprestasi. Jangan hanya me-nyerah pada keadaan,” pinta perem-puan yang pernah mengikuti ShortCourse di Leeds University Inggristahun 2004 ini serius.

Semangat untuk maju dalam ber-prestasi itulah, yang ada pada diriDra. Hj. Sutiyah Nova Irawati, M.PdI.Dirinya senantiasa memiliki semangatjuang yang tinggi. Kesetaraan antaralaki-laki dan perempuan, telah mem-buka kesempatan perempuan untukberkarya dan berkreasi secara luas.Mereka dapat turutserta membangunbangsa tercinta ini sesuai denganilmu, keahlian dan kemampuanyang dimiliki. “Kita harus me-neruskan cita-cita Kartini,” tu-kasnya singkat.

Kepala RA “Insan Ce-merlang” desa TanjungsprehKec. Maospati Kab. Magetanini, telah merasakan nikmatnyakesetaraan tersebut. Namundemikian, perempuan haruspintar membagi waktu dalamberkreasi dan berkarya. De-ngan begitu akan punya cu-kup waktu buat suami dananak-anaknya. Ketika dirumah, seorang ibu merupakansahabat bagi suami dan figurpembimbing bagi putra-putri-nya. Tapi ketika di luar rumah menjadimilik masyarakat atau ibunya umat.

Menurut wanita kelahiran Pon-tianak 25 Mei 1961 ini, dengan ada-nya kesetaraan perempuan dan laki-laki telah banyak memunculkan pe-rempuan-perempuan tangguh. Sosokperempuan yang mampu bekerjaguna membantu nafkah keluarga. Itu-lah yang mendorong perempuan me-miliki keahlian di berbagai bidang. Se-hingga dengan keahlian dan ilmu pe-ngetahuan yang dimiliki, banyak me-reka yang berhasil menduduki jabat-an-jabatan penting di berbagai peru-sahaan maupun instansi. “Ada yangjadi dokter, TNI/Polri, Menteri, bah-kan Presiden RI yang kelima pun jugaseorang perempuan,” tuturnyamencontohkan.

Kaum perempuan, lanjut alum-nus S2 Unisma Malang ini, hendak-

nya bangkit untuk menghapus imejbahwa perempuan cuma becus me-nyelesaikan “urusan belakang” se-mata. Kini perempuan harus maju de-ngan meningkatkan pengetahuan diberbagai bidang. Mereka harus be-rani melangkah dengan penuh opti-misme, agar sanggup berkiprah demimembangun dan memajukan keluar-ga, masyarakat dan bangsa.

Tapi apapun keberadaannya,sambung wanita yang kini tengah me-nempuh S3 di UIN Sunan KalijagaYogyakarta ini, hal tersebut hendak-lah disyukuri kaum perempuan. Na-mun yang perlu diingat, janganlahkesetaraan ini justru membuat lupaakan jati diri seorang perempuan –apapun kedudukan dan jabatannya.Bagaimanapun juga, setiap perem-

puan haruslah menjadi pendampingsuami dan anak-anaknya. “Perempu-an hendaklah pintar-pintar mengelolakeuangan keluarga dan mengontrolserta membimbing anak-anaknya, se-hingga mereka memiliki akhlaq danbudi pekerti yang baik,” katanya me-ngingatkan.

Oleh karenanya, lanjut dosenSTAI Surabaya ini, tugas ganda pe-rempuan hendaklah dapat dimainkansecara apik. Untuk itulah, wawasanmereka haruslah terus bertambah.Dengan begitu dirinya akan bisamembangun kepercayaan dalam ke-luarga, saling kerja sama, saling bahumembahu, saling asah, asih dan asuh.“Utamanya, anak-anak sejak sedinimungkin perlu ditanamkan kedisi-plinan; misalnya kapan saat bermain,kapan saat belajar, kapan saat ber-ibadah dan seterusnya,” pintanya.

Dengan demikian semua urusanatau tugas-tugas dalam keluargaakan dapat berjalan dengan baik,karena masing-masing telah mengertiakan tugasnya masing-masing. JuaraI lomba Alat Peraga Edukatif tingkatNasional 2005 ini menyarankan, agarketika mengalami permasalahan ha-ruslah tetap diselesaikan dengan ke-pala dingin. “Kita bicarakan dan pe-cahkan bersama setiap permasalah-an yang dihadapi. Jangan sampai per-masalahan tersebut membawa dam-pak negatif terhadap keutuhan ke-luarga,” tandasnya.

Juara I Guru/Kepala RA ber-prestasi tingkat Provinsi ini berharap,agar kesetaraan laki-perempuan dapatdimanfaatkan sebaik mungkin untukmengisi waktu dengan berbagai kar-

ya nyata. Jangan menyerahsebelum melangkah. Tun-tutlah ilmu setinggi langitdan amalkan ilmu itu untukanak didik, keluarga dan ma-syarakat. Agar kita semuabisa maju bersama dalammembangun masyarakatatau bangsa yang berkuali-tas, yang berakhlaq, dan se-jahtera dibawah naungandan ridho Allah SWT.

Bagi Khoiro Ummah,S.Ag, MA, memang takmungkin dalam kondisi se-perti ini perempuan tak turutberkiprah. Sebab tuntutankebutuhan kehidupan ma-

syarakat modern telah membuat ka-um perempuan perlu membantu su-ami dalam mencari nafkah. Toh itudemi mensejahterakan keluarga. Ke-wajiban inilah yang menjadikan pe-rempuan keluar rumah, baik pada sek-tor formal maupun nonformal.

Sebagai akibatnya, tutur wanitakelahiran Gresik 9 Agustus 1971 ini,tentu saja itu akan menyita waktu bagikeluarga. Tapi hal demikian itu bisadigantikan dengan waktu pertemuanyang berkualitas. Artinya denganwaktu yang pendek bisa menghasil-kan manfaat yang besar. Misalnyadengan bersama-sama menata ren-cana, proses, pelaksanaan, dan meng-evaluasi kinerja.

Yang pasti, tegas guru agamaMTs/MA Muhammadiyah I Lamo-ngan ini, dalam konteks sosio-kultur-al kini peran wanita tak hanya sebatas

Khoiro Ummah, S.Ag, MA

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - APRIL 2013.pmd 3/27/2013, 12:03 PM7

Page 3: Perempuan Ideal Menyeimbangkan Peran Domestik dan Publik · 6 MPA 319 / April 2013 Perempuan pernah punya sejarah yang muram. Di masa jahiliyah, posisi perempuan teramat memilukan

8 MPA 319 / April 2013

dapur, sumur dan kasur semata. Di-samping tugas sebagai istri dan ibudi rumah, juga tugas beraktivitas diluar. Mulai dari lingkungan tetanggakiri-kanan, dasa wisma, RT, RW,kelurahan dan seterusnya. Dalamurusan itu, tentu komunitasnya juga

beragam. Mulai perkumpulan PKK,perkumpulan hobi, organisasi wanitahigga ke ranah politik.

Menurut istri Moh. Hasyim,S.Ag ini, kiprah tersebut tak lepasdari kran regulasi yang menantangperan ganda perempuan untuk meng-

aktualisasikan kompetensi dirinya diberbagai bidang. Namun untuk me-menuhi kewajiban keluar, kewajibankeluarga harus lebih diutamakan.Sebab tuntutan pekerjaan terkadangmengharuskan perempuan mening-galkan anak-suami dalam jangka

waktu tertentu.Perempuan sejati, kata ibu 7

anak ini, adalah mereka yang mampumengerjakan aktivitas rumah tanggatanpa meminta bantuan pihak lain.Pekerjaan privat atau domestik yangsangat padat, seharusnya dilaksa-

nakan bersama seluruh anggota ke-luarga. Dengan prinsip kebersamaan,seberat apapun pekerjaan akan terasamudah dan ringan. “Sampai peker-jaan yang kecil-kecil perlu ada pen-jelasan. Sebab kalau seluruh tugasrumahtangganya sudah beres, pe-

rempuan akan mengisi kegiatan luarrumah dengan senang hati,” ulasnya.

Bagi alumnus S2 UniversitasIslam Lamongan (Unisla) ini, tum-buhnya generasi unggul tak bisa di-lepaskan dari peran utama perempu-an dalam mengelola rumahtangga-

Penjual bunga. Tuntutan pekerjaan terkadang mengharuskan perempuan meninggalkan anak-suamidalam jangka waktu tertentu.

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - APRIL 2013.pmd 3/27/2013, 12:03 PM8

Page 4: Perempuan Ideal Menyeimbangkan Peran Domestik dan Publik · 6 MPA 319 / April 2013 Perempuan pernah punya sejarah yang muram. Di masa jahiliyah, posisi perempuan teramat memilukan

9MPA 319 / April 2013

Hidup laksana air yang mengalir.Meski kadang harus melewati berbagairintangan dan hambatan, air tetap bisamengalir ke lautan. Itulah prinsip yangselalu dipegang teguh Dra. Hj. Syam-siyah. Namun pada awal Januari 2002silam, hidupnya mengalirkan airmata.Suami tercinta yang menjadi sandaranhidupnya berpulang kepadaNya untukselama-lamanya. Meski jiwanya ber-kabut duka, tapi owner katering ‘NitaJaya’ ini tak mau larut terlalu lama ber-sama luka. “Saya akan buktikan, bahwaseorang janda pun bisa sukses,” te-kadnya.

Berbekal keyakinan itulah, istri(alm.) Ieswani Saptoyugo ini menjalaniroda kehidupan sebagai seorang singleparent. Sebatangkara dia meneruskanperjuangan hidup, karena anak sematawayangnya telah disibukkan profesidokter yang digeluti. Meski demiki-an, nyatanya dia mampu mengelolausaha. Tentu saja dibutuhkan tenagaekstra untuk mengelola bidang usahayang lebih dari satu.

Diantara jenis usaha yang dige-luti Bu Syam – panggilan karib Dra.Hj. Syamsiyah, adalah kursus me-ngemudi dengan label ‘Pintar’ yangberkantor di Dinoyo, persewaan alat-alat pesta Sakura, dan katering ‘NitaJaya’ yang dipusatkan di Sakura Re-gency. “Untuk semua itu saya mema-kai manajemen qalbu. Artinya sayabermodal percaya pada karyawan,”tutur wanita asal Pulau Kangean Su-menep ini. “Jika tidak, bisa-bisa pu-sing sendiri. Ruginya lagi, saya takpunya kesempatan mengembangkanusaha yang lebih besar,” ujarnya.

Semula, sebenarnya Bu Syam me-gawali usahanya dengan membuka pe-racangan kecil-kecilan di depan rumah-nya daerah Dinoyo Surabaya. Itu terjadisekitar tahun 1985, atau empat tahunsebelum diterima sebagai PNS tahun1989 di lingkungan Kanwil KemenagProv. Jatim. “Saat itu masih berupa be-

dak kecil,” ungkapnya menerawang jauh.Usaha itupun berkembang pesat,

sehingga harus membagi rumahnya men-jadi dua bagian. Separoh sebagai toko pe-racangan dan sisanya sebagai tempat ting-gal. Saat itulah mulai dirintis usaha antar-jemput sekolah. Sedangkan ide untukmembuka kursus mengemudi baru terce-tus tahun 1990-an. “Kala itu masih sa-ngat jarang tempat kursus mengemudi,”ucapnya serius.

Awalnya usaha tersebut masih me-rupakan kerjasama dengan kursus menge-mudi yang telah ada. Setelah melihat pe-luangnya cukup bagus, lalu dikreditlahmobil Suzuki Katana. Meski harus rela“berpuasa hasil” selama tiga tahun karenauntuk cicilan, bisnis inipun bersinar te-rang. Hingga akhirnya pada tahun 1995bertekad membuka kurus mengemudidengan brand sendiri. “Saya hanya ber-

modal bismillah menjalankan bisnis ini,”tukas perempuan kelahiran Sumenep 12November 1957 ini bersahaja. “Alham-dulillah, hanya beberapa tahun berselang‘Pintar’ memiliki 20 armada mobil kalaitu,” ungkapnya bangga.

Bersamaan dengan itu, dirinya jugamembuka Warung Padang. Rumah punterbagi tiga; separoh untuk toko peraca-ngan, separohnya lagi warung padang,dan bagian belakang sebagai kantor kursus

“Pintar.” Meski Warung Padang ini “takmenuai” hasil, tapi justru mendatangkanberkah. Lantaran warung inilah, alum-nus Fak. Syariah IAIN Sunan AmpelSurabaya ini memperoleh tawaran me-nyiapkan menu bagi tamu Kanwil Ke-menag Prov. Jatim.

Tentu saja tawaran itupun tak di-tampik. Walau sebenarnya pengetahu-annya masih sebatas masakan Padang.Tapi nyatanya semuanya berjalan lan-car-lancar saja dan tak mengecewakan.“Saya selalu mencari tahu menu apayang paling digemari bapak-bapak pe-jabat,” kiatnya. “Kalau saya tak me-ngerti masakan tersebut, ya langsungminta bantuan teman. Yang pentingpeluang itu tidak hilang,” imbuhnya.

Kiranya takdir senantiasa berpi-hak pada sulung dari tiga bersaudara pa-sangan (alm.) H. Abu Bakar dan Hj. Ro-diyah ini. Selain tetap melayani menutamu Kanwil Kemenag, dia juga banyakmenerima order nasi kotak. Bahkan pa-da tahun 1999 datang tawaran untuk

mengikuti tander katering jamaah ha-ji. Saat itulah baru muncul nama ka-tering ‘Nita Jaya’, lantaran harus me-ngurus perizinan sebagai persyaratanadministrasi mengikuti lelang tander.“Alhamdulillah saya berhasil meme-nangkan tander tersebut,” paparnyadengan wajah ceria.

Meski tak selalu menang tan-der katering jamaah haji di AsramaHaji Sukolilo, itu tak membuatnyapatah semangat. Sebab baginya kega-galan merupakan sarana ampuh untukevaluasi diri. Hasilnya, beberapa ta-hun belakangan, hidangan Nita Jayaselalu menyertai jamaah haji di asra-ma haji. “Kuncinya memang kesabar-

an dan tawakkal. Sebab semua ada yangngatur,” ucap nenek dua cucu ini.

Kini telah terbukti, meski jandatapi dirinya mampu membuktikan danmensejahterakan kehidupan keluar-ganya. Sekaligus membantu orang laindengan penyediaan lapangan pekerjaanbaru. “Ada sekitar 50-an orang yangbekerja di sini. Saya patut bersyukurkarena bisa berdaya guna bagi oranglain,” pungkasnya lirih. Pri

nya. Demiikian pula suksesnya su-ami, juga tak lepas dari tangan di-nginnya. “Jikapun perempuan suksesberkarir di luar rumah hingga melebihisuami, maka suami harus tetap dipo-sisikan sebagai kepala keluarga,”tuturnya mengingatkan. “Itulah yangdicontohkan Khadijah r.a. yang dalambeberapa sektor lebih unggul dariNabi Muhammad SAW,” tambahnya.

Bagi staf pegawai KUA Lamo-ngan ini, meski wanita sibuk bekerjadi luar rumah, namun kewajiban se-bagai ibu haruslah bisa dijalankandengan baik. Termasuk kewajibanmenyusui anak bagi yang memilikibayi. Jangan sampai begitu sajadigantikan dengan susu sapi. Sebabitu akan berhubungan erat saat me-reka besar nanti. Ketika masih bocah,

anak hendaknya memperoleh pendi-dikan agama yang cukup. “Anak takcukup diberi pelajaran agama di se-kolah. Mereka hendaknya dima-sukkan ke Madrasah Diniyah, TPQ,atau majlis taklim bagi yang sudahremaja,” harapnya.

Laporan: Ferry Machendra(Mojokerto), Kurdi (Magetan),Nashir (Lamongan).

Dra. Hj. Syamsiyah

Jurus Manajemen Qalbu Janda Pengusaha

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - APRIL 2013.pmd 3/27/2013, 12:03 PM9