Upload
asep-ridwan-syahrani
View
75
Download
19
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah Pada Daerah Oncoran SDMJ 571 Kabupaten Mojokerto Dengan Sistem Looping Terbuka Program EPANET 2.0 Mona Shinta Safitri
Citation preview
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI AIR TANAH
PADA DAERAH ONCORAN SDMJ 571 KABUPATEN MOJOKERTO
DENGAN SISTEM LOOPING TERBUKA (PROGRAM EPANET 2.0)
JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)
Disusun Oleh :
Mona Shinta Safitri
NIM. 105060403111004
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2014
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI AIR TANAH
PADA DAERAH ONCORAN SDMJ 571 KABUPATEN MOJOKERTO
DENGAN SISTEM LOOPING TERBUKA (PROGRAM EPANET 2.0)
JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)
Disusun Oleh :
Mona Shinta Safitri
NIM. 105060403111004
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing I
Hari Siswoyo, ST, MT
NIP. 19751212 200012 1 001
Pembimbing II
Ir. Rini Wahyu Sayekti, MS
NIP. 19600907 198603 2 002
PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI AIR TANAH PADA DAERAH
ONCORAN SDMJ 571 KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN
SISTEM LOOPING TERBUKA (PROGRAM EPANET 2.0)
Planning of Groundwater Irrigation Network in SDMJ 571 Mojokerto
Regency with Open Looping System Using Program EPANET 2.0
Mona Shinta Safitri1)
Hari Siswoyo,ST.,MT.2)
Ir. Rini Wahyu Sayekti, MS.3)
1Mahasiswa Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Pemenuhan air irigasi untuk areal sawah seluas 33 ha. Areal sawah tersebut
menggunakan dua kali pola tata tanam yaitu padi dan palawija. P2AT membuat sumur
produksi yang berkapasitas 30,14 liter/detik dan diharapkan dengan adanya sumur tersebut
dapat mengaliri sawah tersebut .
Studi ini akan mengkaji tentang perencanaan sistem irigasi airtanah dengan
mengambil daerah lokasi studi SDMJ 571. Perencanaan jaringan irigasi airtanah
menggunakan metode sistem looping terbuka dan analisis sistem jaringan perpipaan
menggunakan paket program EPANET 2.0. Pada studi ini pula penulis menghitung
kebutuhan air irigasi, dimensi jaringan, RAB, dan pembagian air irigasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebutuhan air irigasi sebesar 1,792 liter/detik/ha pada bulan
November periode III. Jaringan irigasi airtanah seluas 33 ha pada daerah oncoran SDMJ
571 terdiri dari 7 blok dan 7 outlet dengan panjang pipa PVC 1370 meter, berdiameter 6”,
menggunakan pompa submersible. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan jaringan
irigasi tersebut sebesar Rp. 330.481.700,00. Sistem pembagian air diberikan secara bergilir
dengan pola jam-jaman 10 jam, 15 jam dan maksimal 18 jam dalam 1 hari.
Kata kunci : Jaringan, Irigasi, Airtanah
ABSRTRACT
Irrigation water supply for 33 ha field. That field was using 2times pattern of
planting, namely rice and pulses. P2AT was making production wells with a capacity 30,14
litre/seconds and hopfully with these well can to irrigate that field.
This study will learn about planning of groundwater irrigation network that
choosen in SDMJ 571. Planning of groundwater irrigation network using open looping
system and pipe network analysis with the help of program EPANET 2.0. In this study
writer also calculate the irrigation water requirement, network dimension, budget plan,
and distribution of irrigation water. The result showed that the water demand for
irrigation is 1,792 litre/second/ha in third period of November. Groundwater irrigation
network covering area 33 ha on SDMJ 571 with 7 bloks and 7 water outlets and length of
PVC pipe 1370 m with diameter 6 inches and using a submersible pump. The budget
required for construction of irrigation was Rp. 330.481.700,00. The distribution of water
irrigation system is given in rotation with hourly 10 hours, 15 hours, and maximum 18
hours in 1 day.
Key words : Network, irrigation, groundwater
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengelolaan irigasi sumur pompa
adalah cara dan teknik penanganan sumur
pompa agar dapat meningkatkan hasil
produksi pertanian serta dapat menjaga
kelestarian mesin dan pompa. Sasaran
utama di bidang pengelolaan antara lain
meningkatkan produksi pertanian dan
menjaga kelestarian mesin pompa beserta
perlengkapannya. Sumur pompa
dititikberatkan pada pada daerah – daerah
yang tidak memperoleh atau kekurangan
irigasi permukaan terutaman pada musim
kemarau atau daerah yang masih
mengandalkan sumber air tadah hujan
walaupun jumlah ketersediaan air sangat
banyak.
Areal sawah seluas 33 Ha yang
membutuhkan air irigasi. Dan selama ini
menggunakan dua kali pola tata tanam
yaitu padi dan palawija dan hasil yang
diperoleh pun tidak optimal. Palawija
yang ditanam merupakan palawija yang
tidak memerlukan banyak air yaitu
kacang tanah atau jagung. Dengan adanya
masalah tersebut maka P2AT membuat
sumur produksi dengan melakukan
pengeboran di daerah Desa Wonodadi
Kecamatan Kutorejo yang berkapasitas
30,14 liter/detik dan diharapkan dengan
adanya sumur tersebut dapat mengaliri
daerah oncoran seluas 33 Ha. Namun di
daerah tersebut belum tersedia jaringan
irigasi untuk mendistribusikan air
irigasinya.
Pada penelitian ini yang akan
dibahas antara lain :
- Berapakah kebutuhan air tanaman di
daerah oncoran SDMJ 571?
- Bagaimana perencanaan jaringan
irigasi airtanah jaringan perpipaan
dengan sistem looping terbuka di
daerah oncoran SDMJ 571?
- Berapakan biaya yang dibutuhkan
untuk pembuatan jaringan irigasi
perpipaan di daerah oncoran SDMJ
571?
- Bagaimana sistem pembagian air pada
irigasi airtanah di SDMJ 571?
2. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Mengetahui kebutuhan air tanaman
pada daerah studi.
Merencanakan jaringan irigasi
airtanah.
Menghitung biaya pembangunannya.
Merencanakan pembagian air irigasi
pada jaringan irigasi air tanah yang
telah direncanakan.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi pada tanah
pertanian untuk satu unit luasan
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
NFR = Cu + Pd + P + PLA – Re
Dengan :
NFR = Kebutuhan air bersih tanaman
(mm)
Cu = Penggunaan konsumtif tanaman
(mm)
P = Kehilangan akibat perkolasi
(mm/hari)
Pd = Kebutuhan air untuk
pengolahan tanah (mm)
PLA = Kebutuhan air untuk pergantian
lapisan air (mm)
Re = curah hujan efektif (mm)
Dengan :
IRpadi = Kebutuhan air irigasi
untuk tanaman padi
IRpalawija = Kebutuhan air irigasi
untuk tanaman palawija
A = Luas lahan (ha)
NFR = Kebutuhan air bersih
CT = Kebutuhan air untuk
tanaman (mm/hari)
Reff = curah hujan efektif
(mm/hari)
Jaringan Irigasi Air Tanah
Menggunakan Sistem Jaringan
Perpipaan
Pipe Materials CHW
Asbestos Cement 140
Brass 130 – 140
Brick sewer 100
Cast – iron
New unlimited
10 year old
20 year old
30 year old
40 year old
130
107 – 113
89 – 100
75 – 90
64 – 83
Concrete or concrete lined
Steel forms
Wooden forms
Centrifugally spun
140
120
135
Copper 130 – 140
Galvanized iron 120
Glass 140
Lead 130 – 140
Plastic 140 – 150
Steel
Coal-tarenamel lined
New unlined
Riveted
145 – 150
140 – 150
110
Tin 130
Vitrified clay (good condition) 110 – 140
Wood stave (average condition) 120
Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)
adalah sistem jaringan yang direncanakan
untuk memanfaatkan air tanah dalam
Cekungan Air Tanah (CAT) melalui
sumur bor untuk keperluan air baku
sehari hari dan pertanian/usahatani.
Secara umum barngunan Jaringan Irigasi
Air Tanah terdari dari sumur bor, mesin
pompa, rumah pompa, saluran
pembawa/saluran distribusi, dan
bangunan pelengkap lainnya.
Keterlibatan ahli irigasi/pengairan dalam
perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah
(JIAT) adalah pada saat studi awal
bersama sama dengan bidang lain,
Hidrogeologi, pertanian, dan Sosial
Ekonomi untuk menentukan layak atau
tidaknya wilayah tersebut untuk
pengembangan airtanah dan pada akhir
saat pelaksanaan pemboran dan telah
mendapat rekomendasi dari hasil
pengeboran untuk mengerjakan detail
desain. Sistem detail desain diarahkan
pada bentuk tipikal untuk masing –
masing sumur bor. (Emmawan dkk, 2009
: V-1).
Pada irigasi pompa daerah yang
dialiri disebut dengan daerah oncoran.
Yang dimaksud daerah oncoran adalah
wilayah persawahan yang dapat dioncori
(dialiri) air irigasi sumur pompa.
Penentuan luas oncoran daerah oncoran
sangat bergantung dari berbagai faktor
antara lain :
Kapasitas pemompaan (debit air
pompa)
Jenis tanah
Jenis tanaman
Kondisi topografi
Aliran melalui Pipa
Hidraulika aliran melalui pipa
selalu didasarkan pada kondisi pengaliran
penuh pada suatu tampang melintang
yang dipengaruhi oleh “pressure
gradient”. Untuk memperoleh debit pada
setiap tampang pipa ditentukan
berdasarkan tampang melintang,
ketinggian pipa, tekanan aliran di dalam
pipa, kecepatan aliran di dalam pipa.
Ketinggian h pada suatu tampang
tertentu di dalam pipa selalu diukur dari
garis horizontal (datum line) misalnya
terhadap muka air laut rerata (MSL).
Tekanan di dalam pipa mempunyai
keragaman di setiap titik, tetapi umumnya
dianggap mempunyai nilai rerata. Teknik
komputasi kecepatan rerata V (m/detik)
pada suatu tampang ditentukan
berdasarkan debit aliran Q (m3/detik) di
setiap luas penampang A (m2) yang
dinyatakan dalam persamaan berikut
(Triatmodjo, 1993 : 33) :
Dalam persamaan kontinuitas
dinyatakan bahwa banyaknya cairan yang
mengalir tiap detik pada tiap penampang
adalah sama. Pernyataan tersebut
dinyatakan dengan persamaan
(Triadmodjo, 1993 : 74) :
Q1 = Q2 = Q3
A1.V1 = A2.V2 = A3.V3
Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)
- Mayor Head Loss
Persamaan empirik yang sering
digunakan untuk merencanakan sistem
perpipaan adalah persamaan Hazen-
Williams. Persamaannya adalah :
Dengan :
v = Kecepatan rerata aliran (m/s)
S = hf / L = Garis kemiringan energi
EGL (m/m)
R = Jari – jari hidraulik
( )
P = Keliling basah
D = Diameter pipa
CHW = Koefisien Hazen – Williams
Tabel 1. Koefisien Hazen – Williams
Pipa Koefisien kehilangan
energi minor
Pipa Koefisien kehilangan
energi minor
Awal masuk kepipa Bell
Melengkung
Membelok tajam
Projecting
Kontraksi tiba-tiba D2/D1=0,8
D2/D1=0,5
D2/D1=0,2
Kontraksi konis D2/D1=0,8
D2/D1=0,5
D2/D1=0,2
Ekspansi tiba-tiba
D2/D1=0,8
D2/D1=0,5
D2/D1=0,2
Ekspansi konis
D2/D1=0,8
D2/D1=0,5
D2/D1=0,2
0,03-0,05
0,12-0,25
0,5
0,8
0,18
0,37
0,49
0,05
0,07
0,08
0,16
0,57
0,92
0,03
0,08
0,13
Belokan halus
Radius belokan/D=4
Radius belokan/D=2
Radius belokan/D=1
Belokan tiba-tiba
ϴ = 15°
ϴ = 30°
ϴ = 45°
ϴ = 60°
ϴ = 90°
Te (tee)
Aliran searah
Aliran bercabang
Persilangan
Aliran searah
Aliran bercabang
45°Wye
Aliran searah
Aliran bercabang
0,16-0,18
0,19-0,25
0,35-0,40
0,05
0,1
0,2
0,35
0,8
0,3-0,4
0,75
0,5
0,75
0,3
0,5
- Minor Head Loss
Kehilangan tinggi minor yang terjadi
pada suatu sistem perpipaan yang penting
untuk diketahui diantaranya adalah :
Kehilangan tinggi akibat pengecilan
Kehilangan tinggi akibat pembesaran
Kehilangan tinggi akibat pembelokan
Kehilangan tinggi pada katup
Kehilangan Energi ditempat-tempet
tersebut disebut sebagai kehilangan
energi minor. Tidak menutup
kemungkinan kehilangan energi minor
dapat berpengaruh lebih besar daripada
mayor. Dengan demikian kehilangan
energi minor juga harus diperhatikan dan
dapat ditulis sebagai berikut (Triatmodjo,
1993 :109)
Atau
Dengan :
hf = kehilangan energi minor (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
k = koefisien kehilangan energi minor
Koefisien k sangan bervariasi
tergantung dari bentuk fisik saluran, bisa
dikarenakan belokan, pengecilan, katup,
dan sebagainya. Oleh karena itu
Triadmojo (1993:110) sudah memberikan
range dari setiap parameter k itu tentu
saja angka yang ditunjukkan masih
berupa pendekatan dikarenakan harga k
masih bergantung juga dari bahan, umur,
pembuatan fitting, dan faktor manusia.
Tabel 2. Koefisien Kehilangan Energi
Minor pada Fitting
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana adalah himpunan
planning, termasuk detail atau penjelas
dan tata cara pelaksanaan pembuatan
sebuah bangunan atau proyek. Anggaran
adalah perkiraan atau perhitungan biaya
suatu bangunan. Biaya adalah besar
pengeluaran yang berhubungan dengan
borongan yang tercantum dalam
persyaratan yang terlampir.
Jadi Rencana Anggaran Biaya adalah :
Merencanakan bentuk
bangunan yang memenuhi
syarat
Menentukan biaya
Menyusun tata cara
pelaksanaan teknis dan
administrasi
Tujuan pembuatan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) adalah untuk
memberikan gambaran yang pasti
mengenai bentuk atau konstruksi, besar
biaya dan pelaksanaan serta
penyelesaiannya. Dimana Anggaran
Biaya merupakan bagian terpenting
dalam penyelenggaraan proyek.
Anggaran Biaya harus direncanakan
terlebih dahulu supaya proyek tersebut
dapat berjalan dengan lancar.
Sistem Pembagian Air Irigasi Airtanah
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pembagian air irigasi air
tanah, yaitu :
1. Debit yang dikeluarkan oleh sumur
produksi
2. Kebutuhan air irigasi
3. Kehilangan air
4. Pola tata tanam
4. METODE PENELITIAN
1. Menghitung kebutuhan air
menggunakan pola tata tanam PU
rangkap.
2. Perencanaan jaringan pipa
- Menentukan titik outlet
- Perencanaan jaringan perpiaan
menggunakan program bantu
EPANET 2.0
3. Rencana Anggaran Biaya
4. Pembagian Air irigasi di lokasi studi
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebutuhan Air Tanaman
Perhitungan curah hujan efektif
tahunan sebagai awal untuk
menghitung pola tata tanam.
Perhitungan curah hujan 10 tahunan
menggunakan metode Basic Month.
Tabel 3. Curah Hujan Efektif untuk
Padi dan Palawija
Tabel 4. Tabel Evapotranspirasi
menggunakan Metode Blanney Cridle
Tabel 5. Tabel Kebutuhan Air untuk
Penyiapan Lahan
Tabel 6. Tabel Pola Tata Tanam
Metode PU rangkap
Luas daerah oncoran ditentukan
agar dapat ditentukan luas daerah
oncoran yang dapat terairi dengan debit
yang dikeluarkan sesuai dengan kapasitas
sumur pompa dan kebutuhan air tanaman.
Kebutuhan air irigasi maksimum padi :
1,792 liter/detik/ha
Kebutuhan air irigasi maksimum
palawija: 0,965 liter/detik/ha
Luas daerah oncoran yang direncanakan
oleh Desa Wonodadi adalah 33 ha. Luas
daerah oncoran untuk tanaman padi
adalah 16,819 ha, sedangkan luas daerah
oncoran untuk palawija adalah 31,233 ha.
Luas daerah oncoran tersebut masih
memungkinkan untuk ditingkatkan
menggunakan sistem pembagian air
giliran.
Perencanaan Jaringan Perpipaan
Gambar 1. Gambar Perletakan Pipa,
Outlet dan Pompa.
Bulan Periode Curah
Hujan
Curah Hujan
Efektif
Palawija Padi
Januari
I 51 26 36
II 15 8 11
III 51 26 36
Februari
I 74 37 52
II 38 19 27
III 56 28 39
Maret
I 61 31 43
II 40 20 28
III 0 0 0
April
I 21 11 15
II 10 5 7
III 0 0 0
Mei
I 0 0 0
II 0 0 0
III 0 0 0
Juni
I 0 0 0
II 0 0 0
III 0 0 0
Juli
I 0 0 0
II 0 0 0
III 0 0 0
Agustus
I 0 0 0
II 0 0 0
III 0 0 0
September
I 0 0 0
II 0 0 0
III 0 0 0
Oktober
I 0 0 0
II 0 0 0
III 0 0 0
November
I 0 0 0
II 0 0 0
III 9 5 6
Desember
I 31 16 22
II 20 10 14
III 47 24 33
Eto Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1995
3,9723 3,9118 3,9982 4,0894 4,6260 4,7796 4,6362 4,7912
1996 4,7382 4,8512 4,3561 4,0836 3,9032 3,9032 3,8600 4,1635 4,6055 4,6055 4,6772 4,7700
1997 4,7382 4,5748 4,3945 4,0836 3,9205 3,8600 3,7650 4,0617 4,7898 4,4622 4,8103 4,8866
1998 4,8866 4,6772 4,3945 4,1732 4,0241 3,8946 3,8773 4,2190 4,6362 4,6772 4,6977 4,8124
1999 4,7170 4,6055 4,2793 4,0478 3,8341 3,8773 3,7304 4,0617 4,5953 4,5748 4,6567 4,6322
2000 4,5686 4,4110 4,2025 3,9492 3,7650 3,7477 3,8427 3,9506 4,3087 4,4110 4,5339 4,6534
2001 4,6004 4,4315 4,1449 3,8955 3,7304 3,7823 3,7304 4,0709 4,6260 4,7693 4,6158 4,5368
2002 4,8230
4,4041 4,1194 3,9377 3,8859 3,8255 4,1172 4,6362 4,7181 4,8614 4,9184
2003 4,8442 4,7181 4,4041 4,1284 3,9464 3,9291 3,8427 4,0339 4,5646 4,6465 4,8205 4,9078
2004 4,9184 4,6772 4,3849 4,1194 3,9377 3,9982 3,9205 4,1727 4,6055 4,6260 4,7284 4,8124
Jumlah 42,8347 36,9466 38,9647 36,6000 38,9714 38,7901 38,3927 40,9407 45,9939 46,2703 47,0380 47,7213
Rata2 4,7594 4,6183 4,3294 4,0667 3,8971 3,8790 3,8393 4,0941 4,5994 4,6270 4,7038 4,7721
T 30
Hari Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des
P 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Eto 4,759 4,618 4,329 4,067 3,897 3,879 3,839 4,094 4,599 4,627 4,704 4,772
Eo+P 6,959 6,818 6,529 6,267 6,097 6,079 6,039 6,294 6,799 6,827 6,904 6,972
300 mm 13,876 13,791 13,618 13,460 13,358 13,347 13,324 13,476 13,780 13,796 13,842 13,883
250 mm 12,276 12,191 12,018 11,860 11,758 11,747 11,724 11,876 12,180 12,196 12,242 12,283
Bulan
Periode I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127 1,030 0,930 0,830 0,200 0,323 0,470 0,640 0,783 0,873 0,910 0,827 0,723 0,120 0,233 0,340 0,440 0,523 0,590 0,640 0,627 0,567 1,05 1,110 1,187
1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127 1,030 0,930 0,830 0,200 0,323 0,470 0,640 0,783 0,873 0,910 0,827 0,723 0,120 0,233 0,340 0,440 0,523 0,590 0,640 0,627 0,567 1,050 1,110
1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127 1,030 0,930 0,830 0,200 0,323 0,470 0,640 0,783 0,873 0,910 0,827 0,723 0,120 0,233 0,340 0,440 0,523 0,590 0,640 0,627 0,567 1,050
1,050 1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127 1,030 0,930 0,830 0,200 0,323 0,470 0,640 0,783 0,873 0,910 0,827 0,723 1,050 1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127
1,127 1,050 1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127 1,030 0,930 0,830 0,200 0,323 0,470 0,640 0,783 0,873 0,910 0,827 0,723 1,050 1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233
1,233 1,127 1,050 1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350 1,233 1,127 1,030 0,930 0,830 0,200 0,323 0,470 0,640 0,783 0,873 0,910 0,827 0,723 1,050 1,110 1,187 1,280 1,353 1,377 1,350
Rerata Koefisien Tanaman I 1,192 1,273 1,337 1,360 1,320 1,237 1,130 1,029 0,930 0,653 0,451 0,331 0,478 0,631 0,766 0,856 0,870 0,820 0,775 0,723 0,000 0,120 0,177 0,231 0,338 0,434 0,518 0,584 0,619 0,611 0,597 0,567 0,000 1,050 1,080 1,116
Rerata Koefisien Tanaman II 1,180 1,127 0,000 1,050 1,080 1,116 1,192 1,273 1,337 1,360 1,320 1,237 1,130 1,029 0,930 0,653 0,451 0,331 0,478 0,631 0,766 0,856 0,870 0,820 0,775 0,723 0,000 1,050 1,080 1,116 1,192 1,273 1,337 1,360 1,320 1,237
4 Evaporasi Potensial mm/hr 4,759 4,759 4,759 4,618 4,618 4,618 4,329 4,329 4,329 4,067 4,067 4,067 3,897 3,897 3,897 3,879 3,879 3,879 3,839 3,839 3,839 4,094 4,094 4,094 4,599 4,599 4,599 4,627 4,627 4,627 4,704 4,704 4,704 4,772 4,772 4,772
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) I mm/hr 5,674 6,060 6,362 6,281 6,096 5,711 4,892 4,454 4,026 2,657 1,835 1,347 1,862 2,460 2,983 3,319 3,375 3,181 2,975 2,777 0,000 0,491 0,723 0,946 1,554 1,998 2,381 2,704 2,864 2,828 2,807 2,665 0,000 5,011 5,154 5,324
Penggunaan Air Konsumtif (PAK) II mm/hr 5,616 5,362 0,000 4,849 4,988 5,152 5,162 5,513 5,787 5,531 5,368 5,029 4,404 4,010 3,624 2,534 1,750 1,284 1,834 2,423 2,939 3,503 3,562 3,357 3,565 3,327 0,000 4,858 4,997 5,162 5,608 5,990 6,287 6,490 6,299 5,902
Rasio Luas PAK I 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,417 0,250 0,000 0,083 0,250 0,417 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,417 0,250 0,083 0,083 0,250 0,417
Rasio Luas PAK II 0,417 0,250 0,083 0,083 0,250 0,417 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,417 0,250 0,083 0,083 0,250 0,417 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500
Rasio Luas PAK Total 0,917 0,750 0,583 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,917 0,750 0,500 0,583 0,750 0,917 0,917 0,750 0,583 0,583 0,750 0,917 0,917 0,750 0,583 0,583 0,750 0,917
7 Perkolasi mm/hr 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000 2,000
PAK I + Perkolasi mm/hr 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,417 2,250 2,083 2,083 2,250 2,417
PAK II + Perkolasi mm/hr 2,417 2,250 2,083 2,083 2,250 2,417 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,417 2,250 2,083 2,083 2,250 2,417 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500
PAK dengan Rasio Luas I mm/hr 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,007 0,563 0,174 0,174 0,563 1,007
PAK dengan Rasio Luas II mm/hr 1,007 0,563 0,174 0,174 0,563 1,007 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,007 0,563 0,174 0,174 0,563 1,007 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250 1,250
10 Penyiapan Lahan mm/hr 12,276 12,276 12,276 12,191 12,191 12,191 12,180 12,180 12,180 12,196 12,196 12,196 12,242 12,242 12,242 12,283 12,283 12,283
11 Rasio Luas Penyiapan Lahan 0,083 0,250 0,417 0,417 0,250 0,083 0,083 0,250 0,417 0,417 0,250 0,083 0,083 0,250 0,417 0,417 0,250 0,083
12 Penyiapan Lahan dengan Rasio Luas mm/hr 1,023 3,069 5,115 5,080 3,048 1,016 1,015 3,045 5,075 5,082 3,049 1,016 1,020 3,061 5,101 5,118 3,071 1,024
13 Rasio Luas Total mm/hr 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,917 0,750 0,500 0,583 0,750 0,917 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
WLR I mm/hr 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667
WLR II 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667 1,667
Rasio Luas WLR I 0,083 0,250 0,417 0,500 0,417 0,250 0,083
Rasio Luas WLR II 0,083 0,250 0,417 0,500 0,417 0,250 0,083 0,083 0,250 0,417 0,417 0,250 0,083
WLR I*Rasio Luas 0,139 0,417 0,694 0,833 0,694 0,417 0,139
WLR II*Rasio Luas mm/hr 0,139 0,417 0,694 0,833 0,694 0,417 0,139 0,139 0,417 0,694 0,694 0,417 0,139
WLR Total 0,139 0,417 0,694 0,833 0,694 0,417 0,278 0,417 0,694 0,833 0,694 0,417 0,139 0,139 0,417 0,694 0,694 0,417 0,139
Kebutuhan Air Kotor I mm/hr 3,662 5,986 8,309 8,413 6,242 3,933 2,639 2,500 2,500 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,015 3,045 5,075 5,082 3,049 1,016 3,437 5,311 7,184 7,201 5,321 3,440
Kebutuhan Air Kotor II mm/hr 3,440 5,319 7,198 7,163 5,298 3,433 2,639 2,917 3,194 3,333 3,194 2,917 2,639 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 0,000 0,000 0,000 2,500 2,500 2,500 3,432 5,295 7,158 7,165 5,299 3,433 3,659 5,977 8,295 8,312 5,987 3,662
Kebutuhan Air Kotor Total mm/hr 7,101 11,304 15,507 15,576 11,540 7,365 5,278 5,417 5,694 3,333 3,194 2,917 2,639 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 0,000 0,000 0,000 2,500 2,500 2,500 4,447 8,340 12,233 12,247 8,348 4,449 7,096 11,288 15,480 15,514 11,308 7,103
Curah Hujan Efektif Metode PU I mm/hr 35,700 10,500 35,700 51,800 26,600 39,200 42,700 28,000 0,000 10,500 5,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 21,700 14,000 32,900
Curah Hujan Efektif Metode PU II mm/hr 35,700 10,500 35,700 51,800 26,600 39,200 42,700 28,000 0,000 14,700 7,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 21,700 14,000 32,900
Curah Hujan Efektif Metode PU Total mm/hr 71,400 21,000 71,400 103,600 53,200 78,400 85,400 56,000 0,000 25,200 12,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 43,400 28,000 65,800
Kebutuhan Air Bersih di Sawah mm/hr -64,299 -9,696 -55,893 -88,024 -41,660 -71,035 -80,122 -50,583 5,694 -21,867 -8,806 2,917 2,639 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 0,000 0,000 0,000 2,500 2,500 2,500 4,447 8,340 12,233 12,247 8,348 4,449 7,096 11,288 15,480 -27,886 -16,692 -58,697
Kebutuhan Air Bersih di Sawah l/dt/ha 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,338 0,305 0,289 0,289 0,289 0,289 0,289 0,000 0,000 0,000 0,289 0,289 0,289 0,515 0,965 1,416 1,417 0,966 0,515 0,821 1,306 1,792 0,000 0,000 0,000
20 Efisiensi Irigasi % 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Keb. Air Irigasi l/dt/ha 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,338 0,305 0,289 0,289 0,289 0,289 0,289 0,000 0,000 0,000 0,289 0,289 0,289 0,515 0,965 1,416 1,417 0,966 0,515 0,821 1,306 1,792 0,000 0,000 0,000
Keb. Air Irigasi m3/dt 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,011 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,010 0,000 0,000 0,000 0,010 0,010 0,010 0,017 0,032 0,047 0,047 0,032 0,017 0,027 0,043 0,059 0,000 0,000 0,000
Koefisien Tanaman I
18
5
6
8
9
14
15
16
17
DesemberJanuari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
19
21
September Oktober November
1
Pola Tata Tanam II
Pola Tata Tanam I
No Satuan
Koefisien Tanaman II
2
3
PADI 120 HARI
WLR Jagung 90 HARI PADI 120 HARI Kacang Tanah 90 HARIBERO PL
PADI 120 HARIWLR Jagung 90 HARI PL PADI 120 HARI
Padi 90 HARI WLRPL
1 3
A RUMAH POMPA
I PEKERJAAN TANAH 3.238.380,00
II PEKERJAAN BETON BERTULANG 10.380.518,00
III PEKERJAAN PASANGAN 16.067.318,00
IV PEKERJAAN KAYU 4.461.500,00
V PEKERJAAN KUNCI DAN KACA 237.700,00
VI PEKERJAAN PENGECATAN 3.895.520,00
VII PEKERJAAN BESI 9.590.014,00
B PAGAR DAN PINTU PAGAR
I PEKERJAAN TANAH 552.089,00
II PEKERJAAN PASANGAN 1.173.376,00
III PEKERJAAN BETON BERTULANG 1.428.700,00
IV PEKERJAAN BESI 3.370.235,00
V PEKERJAAN PENGECATAN 154.114,00
C JARINGAN IRIGASI 245.888.394,60
Jumlah Harga 300.437.858,60
PPn 10 % 30.043.785,86
Total Harga 330.481.644,46
Total Harga (dibulatkan) 330.481.700,00
Terbilang : Tiga Ratus Tiga Puluh Juta Empat Ratus Delapan Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Rupiah
Sumber : Hasil Perhitungan
2
Tabel 4.18 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
HARGANOMOR URAIAN PEKERJAAN
Tabel 7. Data dan Luasan Blok
Gambar 2. Gambar Hasil Running
EPANET 2.0
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Tabel 8. Rekapitulasi Rencana Anggaran
Biaya
Pembagian Air Irigasi Airtanah
Dengan debit 30,14 liter/detik luas
daerah oncoran untuk tanaman padi
sebesar 16,819 ha, sedangkan untuk
tanaman palawija adalah 31,233 ha.
Dapat dilihat bahwa pada waktu
penanaman palawija dan padi debit 30,14
liter/detik dapat mengairi lebih dari 33
ha. Sistem giliran dapat menjaga kualitas
pompa dan umur pompa dapat bertahan
lama. Pada sistem giliran ini daerah
oncorn dibagi menjadi 7 blok dengan
masing-masing luas berkisar antara 2-7
ha dan pemberian airnya bergilir sesuai
dengan urutan bloknya, diharapkan
dengan sistem demikian maka produksi
tanaman dapat mencapai titik optimum.
Untuk menghemat air irigasi serta guna
menjaga pemerataan dan pembagian air
yang adil, sebaiknya blok persawahan
yang diairi yang pertama adalah blok
persawahan paling hilir dan bertahap
hingga yang dekat dengan pompa (hulu).
Sesuai dengan pompa maka pada
musim kemarau pengoperasiannya
memerlukan 7-18 jam selama 1 hari.
Sedangkan untuk musim hujan
pengoperasiannya jika sewaktu-waktu
diperlukan seperti tanaman memang
memerlukan air atau untuk pemanasan
mesin.
Air yang seharusnya tersedia di
sawah (padi) : 1,792 liter/detik/ha (dari
perhitungan tabel 4.9). Jadwal waktu
yang digunakan adalah 7 hari, dalam 1
hari lama pengoperasian pompa 18 jam,
sehingga lama waktu yang digunakan
adalah 7 x 18 = 126 jam.
Pengaturan pengoperasian sebagai
berikut :
Banyaknya air yang dibutuhkan dalam
tiap blok untuk tanaman padi :
Maka jumlah air yang dibutuhkan dalam
seluruh blok adalah 18,4 liter/detik.
Untuk menentukan pembagian air secara
jam-jaman dalam 7 hari :
Nama Elevasi Beda tinggi (m) Luas Daerah (ha)
OL 1 73,83
5,4
OL 2 74,28 0,45 7,8
OL 3 71,00 3,28 4,1
OL 4 71,48 0,48 2,3
OL 5 71,36 0,12 71,36
OL 6 69,22 2,14 69,22
OL 7 68,76 0,46 68,76
Tabel 9. Pembagian air selama 18 jam 1
hari
Tabel 10. Pembagian Air Selama 15 Jam
1 hari
Tabel 11. Pembagian Air Selama 10 Jam
1 Hari
6. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kebutuhan air tanaman untuk daerah
oncoran SDMJ 571 adalah sebesar
1,792 liter/detik/ha pada bulan
November periode III.
2. Jaringan irigasi airtanah di daerah
oncoran SDMJ 571 direncanakan
dengan luas baku sawah 33 ha yang
terdiri dari 7 blok, 7 outlet dengan
sisitem looping terbuka. Pipa tersebut
menggunakan pipa PVC dengan
rincian sebagai berikut :
Panjang total : 1370 meter
Diameter : 6”
Jenis pipa : PVC
Head tertinggi : 88,89 m
Tekanan tertinggi : 17,89 m
kolom air
Terletak pada : OL 3
Kebutuhan air : 7,346
liter/detik
Elevasi OL 3 : +71,00
Spesikasi pompa yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Merk : Grounfos Tipe SP – 7
inch Submersible Pump
Model : SP 95 – 8
Kapasitas : 95 m3/hari = 26,39
lt/detik
Max Head : 93 m
Spesifikasi penggerak yang digunakan
adalah :
Merk : IWATA
No. Blok 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan Luas Lahan 5,4 7,8 4,1 2,3 5,3 4,3 3,8
Lama Pemberian air 21 30 15 9 20 17 14
Hari
Jam
Pemberian
Air
Mengairi pada pukul
Senin
04.00-13.00 3 4 2
Blok 3 mulai pukul 04.00-07.00
Blok 4 mulai pukul 07.00-11.00
Blok 6 mulai pukul 11.00-13.00
13.00-22.00 5 4 Blok 1 mulai pukul 13.00-18.00
Blok 2 mulai pukul 18.00-22.00
Selasa
04.00-13.00 2 2 5
Blok 3 mulai pukul 04.00-06.00
Blok 4 mulai pukul 06.00-08.00
Blok 5 mulai pukul 08.00-13.00
13.00-22.00
5
4
Blok 1 mulai pukul 13.00-18.00
Blok 2 mulai pukul 18.00-22.00
Rabu
04.00-13.00 5 4 Blok 6 mulai pukul 04.00-09.00
Blok 7 mulai pukul 09.00-13.00
13.00-22.00
4
5
Blok 1 mulai pukul 13.00-17.00
Blok 2 mulai pukul 17.00-22.00
Kamis
04.00-13.00 4 3 2
Blok 3 mulai pukul 04.00-08.00
Blok 4 mulai pukul 08.00-11.00
Blok 6 mulai pukul 11.00-13.00
13.00-22.00 4 5 Blok 1 mulai pukul 13.00-17.00
Blok 2 mulai pukul 17.00-22.00
Jumat
04.00-13.00 4 5 Blok 2 mulai pukul 04.00-08.00
Blok 5 mulai pukul 08.00-13.00
13.00-22.00
3
6
Blok 1 mulai pukul 13.00-16.00
Blok 2 mulai pukul 16.00-22.00
Sabtu
04.00-13.00 4 5 Blok 2 mulai pukul 04.00-08.00
Blok 5 mulai pukul 08.00-13.00
13.00-22.00
5
4
Blok 6 mulai pukul 13.00-18.00
Blok 7 mulai pukul 18.00-22.00
Minggu
04.00-13.00 4 5 Blok 2 mulai pukul 04.00-09.00
Blok 5 mulai pukul 09.00-13.00
13.00-22.00 3 6 Blok 6 mulai pukul 13.00-16.00
Blok 7 mulai pukul 16.00-22.00
No. Blok 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan Luas Lahan 5,4 7,8 4,1 2,3 5,3 4,3 3,8
Lama Pemberian air 17 25 13 7 17 14 12
Hari Jam Pemberian
Air
Mengairi pada pukul
Senin
05.00-12.00 4 3 Blok 3 mulai pukul 05.00-09.00
Blok 4 mulai pukul 09.00-12.00
12.00-20.00 4 4 Blok 1 mulai pukul 12.00-16.00
Blok 2 mulai pukul 16.00-20.00
Selasa
05.00-12.00 4 3 Blok 5 mulai pukul 05.00-09.00
Blok 7 mulai pukul 09.00-12.00
12.00-20.00 4 4 Blok 1 mulai pukul 12.00-16.00
Blok 2 mulai pukul 16.00-20.00
Rabu
05.00-12.00 4 3 Blok 6 mulai pukul 05.00-09.00
Blok 7 mulai pukul 09.00-12.00
12.00-20.00 4 4 Blok 1 mulai pukul 12.00-16.00
Blok 2 mulai pukul 16.00-20.00
Kamis
05.00-12.00 3 4 Blok 3 mulai pukul 05.00-08.00
Blok 4 mulai pukul 08.00-12.00
12.00-20.00 3 5 Blok 1 mulai pukul 12.00-15.00
Blok 2 mulai pukul 15.00-20.00
Jumat
05.00-12.00 3 4 Blok 2 mulai pukul 05.00-08.00
Blok 5 mulai pukul 08.00-12.00
12.00-20.00 2 6 Blok 1 mulai pukul 12.00-14.00
Blok 3 mulai pukul 14.00-20.00
Sabtu
05.00-12.00 2 5 Blok 2 mulai pukul 05.00-07.00
Blok 5 mulai pukul 07.00-12.00
12.00-20.00 5 3 Blok 6 mulai pukul 12.00-17.00
Blok 7 mulai pukul 17.00-20.00
Minggu
05.00-12.00 3 4 Blok 2 mulai pukul 05.00-08.00
Blok 5 mulai pukul 08.00-12.00
12.00-20.00 5 3 Blok 6 mulai pukul 12.00-17.00
Blok 7 mulai pukul 17.00-20.00
No. Blok 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan Luas Lahan 5,4 7,8 4,1 2,3 5,3 4,3 3,8
Lama Pemberian air 11 17 9 5 11 9 8
Hari Jam Pemberian
Air
Mengairi pada pukul
Senin
05.00-10.00 5 Blok 5 mulai pukul 05.00-10.00
10.00-15.00 4 1 Blok 1 mulai pukul 10.00-11.00
Blok 3 mulai pukul 11.00-15.00
Selasa 05.00-10.00 5 Blok 6 mulai pukul 05.00-10.00
10.00-15.00 5 Blok 2 mulai pukul 10.00-15.00
Rabu 05.00-10.00 2 3
Blok 4 mulai pukul 05.00-07.00
Blok 5 mulai pukul 07.00-10.00
10.00-15.00 5 Blok 7 mulai pukul 10.00-15.00
Kamis
05.00-10.00 5 Blok 2 mulai pukul 05.00-10.00
10.00-15.00 4 1 Blok 1 mulai pukul 10.00-14.00
Blok 3 mulai pukul 14.00-15.00
Jumat 05.00-10.00 4 1
Blok 6 mulai pukul 05.00-09.00
Blok 7 mulai pukul 09.00-10.00
10.00-15.00 5 Blok 3 mulai pukul 10.00-15.00
Sabtu
05.00-10.00 3 2 Blok 5 mulai pukul 05.00-08.00
Blok 7 mulai pukul 08.00-10.00
10.00-15.00 3 2 Blok 1 mulai pukul 10.00-13.00
Blok 2 mulai pukul 13.00-15.00
Minggu 05.00-10.00 2 3
Blok 3 mulai pukul 05.00-07.00
Blok 4 mulai pukul 07.00-10.00
10.00-15.00 5 Blok 2 mulai pukul 10.00-15.00
Model : SDG-C30
Frekuensi : 50 Hz
Kapasitas : 30 kW / 37,5 Kva
Voltase : 400 Volt
Berat : 95 kg
Dimensi : 2100 mm x 940 mm x
1310 mm (P x Lx T)
Bahan bakar : Solar
Konsumsi B. Bakar : 7,9 lt/jam
Konsumsi Oli : 0,07 lt/jam
3. Biaya pembangunan jaringan irigasi
airtanah di daerah tersebut sebesar Rp.
330.481.700,00 (Tiga Ratus Tiga
Puluh Juta Empat Ratus Delapan
Puluh Satu Ribu Tujuh Ratus Rupiah).
4. Sistem pembagian air irigasi untuk
tanaman padi dilakukan dengan sistem
bergilir dengan pola jam – jaman 10
jam, 15 jam dan maksimal 18 jam
dalam 1 hari, sedangkan untuk
tanaman palawija menggunakan
sistem terus menerus karena
kebutuhan air yang diperlukan
palawija tidak sebesar yang
dibutuhkan oleh padi.
Saran
1. Bagi petani setempat diharapkan hasil
studi terkait dengan pola tata tanam
dijadikan pertimbangan agar dapat
menghasilkan hasil pertanian yang
optimum.
2. Dalam menentukan kebijakan, instansi
terkait dapat menjadikan hasil
perencanaan irigasi diperoleh dari
studi sebagai bahan pertimbangan.
3. Dalam menentukan kebijakan, instansi
terkait dapat menjadikan hasil
perhitungan biaya yang diperoleh dari
studi sebagai bahan pertimbangan.
4. Bagi HIPPA setempat diharapkan
hasil studi yang terkait dengan
pembagian air untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam menggunakan
sistem irigasi airtanah di wilayah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Kriteria Perencanaan
Irigasi Bagian Jaringan Irigasi
(KP01). Bandung: Galang Persada.
Anonim. 2012. Pemanfaatan Pompa
Irigasi Sederhana.
http://www.google.co.id/sumbarpro
v.go.id/Pemanfaatan+Pompa+Irigas
i+sederhana/ diakses pada 28 Juli
2013.
Anonim. www.mojokertokota.go.id
diakses pada 28 Juli 2013.
Anonim . 2008. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 43 Tahun
2008.
Anonim. 1995. EPANET User Manual.
Anonim. 2013. Rencana Anggaran Biaya
(RAB) Pekerjaan Pembuatan
Rumah Pompa. Surabaya : UPT
Pengelolaan Sumberdaya Air
Wilayah Sungai Butung Peketingan
Bisri, M. 1991. Aliran Airtanah. Malang :
UPT. Penerbit Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
Djennoedin, S. 1982. Diktat Hidrolika I
& Hidrolika II. Surabaya : Teknik
Sipil ITS.
Emmawan H, D. Santoso, H. Sumarni,
dan H. Istanto. 2009. Kriteria
Pengembangan & Pengelolaan
Irigasi Air Tanah. Jakarta :
Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jendral Sumber Daya
Air Direktorat Irigasi.
Kodoatie, R.J. 2001. Hidrolika Terapan
Aliran pada Saluran Terbuka dan
Pipa Edisi Revisi. Semarang :
ANDI.
Pabundu, M. 1990. Pengelolaan Irigasi
Sumur Pompa. Jakarta : Yayasan
Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Priantoro D. 1991. Hidraulika Saluran
Tertutup. Malang : Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
Sayekti, R.W. 2011. Modul IV Bahan
Ajar Teknik Irigasi Lanjut. Malang
: Program Magister Teknik
Pengairan Sistem Modular
Universitas Brawijaya.
Sosrodarsono, dan S. K. Takeda. 1980.
Hirologi untuk Pengairan. Jakarta :
Pradnya Pramitha.
Suharyadi. 1984. Geohidrologi.
Yogyakarta : Fakultas Teknik
Universitas Gajah Mada.
Triatmodjo, B. 1993. Hidraulika II.
Yogyakarta : Beta offset.
Wiratama & Associates, PT. 2010.
Laporan Akhir Inventarisasi
Potensi Air Tanah di Wilayah
Sungai Brantas. Surabaya.