61
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Ilahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada: 1. Pak Surya Hadikusuma, ST, MT, selaku dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir 2 “Review RZWP3K Kabupaten Bangkalan” 2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat. 3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Makalah dengan judul “Review RZWP3K Kabupaten Bangkalan” ini disusun sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk memaparkan gambaran umum dan mengevaluasi potensi dan masalah RZWP3K Kabupaten Bangkalan. Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini. Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada i

perencanaan kawasan pesisir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Kata PengantarPuji syukur kehadirat Ilahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada: 1. Pak Surya Hadikusuma, ST, MT, selaku dosen pembimbing mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir 2 Review RZWP3K Kabupaten Bangkalan2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat. 3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Makalah dengan judul Review RZWP3K Kabupaten Bangkalan ini disusun sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir dalam Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya untuk memaparkan gambaran umum dan mengevaluasi potensi dan masalah RZWP3K Kabupaten Bangkalan. Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini. Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Perencanaan Kawasan Pesisir. Surabaya, Januari 2014

Penyusun

Daftar Isi Kata PengantariDaftar IsiiiDaftar TabeliiiDaftar GambariiiBAB I Pendahuluan11.1. Latar Belakang11.2. Rumusan Masalah21.3. Tujuan21.4. Metode21.5. Sistematika Pembahasan2BAB II Tinjauan Pustaka42.1. Analisis Aspek Hukum dan Perundangan42.2. Analisis Aspek Ekosistem42.3. Analisis Aspek Oseanografi dan Geomorfologi52.4. Analisis Aspek Lingkungan62.5. Analisis Kriteria Ekonomi72.6. Analisis Kriteria Sosial82.7. Review Pedoman Umum Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota92.7.1. Konsep Substansi Penyusunan RZWP3K92.7.2. Tahapan Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota92.7.3. Jangka Waktu Penyusunan RZWP3K112.7.4. Pengumpulan Data RZWP3K11BAB III Pembahasan173.1. Review Gambaran Umum Eksisting Wilayah Studi17 3.1.1. Kondisi Fisik Wilayah17 3.1.2. Kondisi Kependudukan183.1.3. Kondisi Perekonomian193.1.4. Infrastruktur Dasar203.1.5. Kondisi Wilayah Pesisir213.1.6. Sumberdaya Pesisir243.2. Review Analisis263.2.1. Analisis Aspek Hukum dan Perundangan263.2.2. Analisis Aspek Ekosistem263.2.3. Analisis Aspek Oseanografi dan Geomorfologi283.2.4. Analisis Aspek Lingkungan293.2.5. Analisis Aspek Ekonomi303.2.6. Analisis Aspek Sosial313.3. Kekurangan dan Kelebihan Dokumen Perencanaan32BAB IV Penutup334.1. Kesimpulan334.2. Rekomendasi34Daftar Pustaka35

Daftar TabelTabel 2.1. Baku Mutu Lingkungan7Tabel 2.2. Pembagian Kawasan menjadi Zona dan Sub Zona12Tabel 3.1. Kelebihan dan Kekurangan Dokumen RZWP3K Kabupaten Bangkalan32

Daftar GambarGambar 2.1. Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP3K10

i

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangWilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya dan beragam. Kekayaan ini melahirkan minat bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk memanfaatkannya. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Guna mengintegrasi berbagai perencanaan sektoral, mengatasi tumpang tindih perencanaan, konflik pengelolaan dan degradasi biofisik untuk kepentingan pengelolaan, maka dilakukan penyusunan dokumen rencana kawasan strategis agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memanfaatkan berbagai potensi dan kekurangan atas ketersediaan wilayah perencanaan tersebut. Indonesia adalah negarakepulauan yang terdiri dari 17.984 pulau. Dengan wilayah perairanyang mencapai 7,9 juta km2, Indonesia mampu menyediakan potensi alamyang sangat besar. Salah satu potensi tersebut terdapat pada kawasan pesisir Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Keberadaannya terdapat disepanjang garis pantai yang berbatasan langsung dengan kecamatan Labang, Kamal, Kwanyar, dan Modung. Ketersediaan potensi ini memiliki keragaman mulai dari ekosistem, oseanografi dan geomorfologi, hingga pemanfaatan lingkungan, sosial, dan ekonomi khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan kawasan dan masyarakat sekitar. Kondisinya yang khas menjadikan kawasan pesisir ini memiliki karakteristik yang berbeda daripada wilayah pesisir lainnya. Untuk mengatasi terjadinya konflik dan tumpang tindih kepentingan para perencana, maka telah dilakukan penyusunan dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Bangkalan untuk dijadikan sebagai pedoman pemanfaatan wilayah pesisir ini.Adapun dokumen RZWP3K menjelaskan potensi serta kekurangan atas wilayah pesisir di Kabupaten Bangkalan. Penyusunan dokumen ini dilakukan berdasarkan proses penggalian informasi dari kondisi eksisting secara faktual dalam rangka mendukung kegiatan pembangunan di Kabupaten Bangkalan. Proses penggalian informasi tersebut selanjutnya dituangkan dalam analisis untuk mengetahui seberapa sesuaikah ketersediaan potensi pesisir pada wilayah ini terhadap syarat serta ketentuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan sebuah evaluasi atas ketersediaan dokumen RZWP3K Kabupaten Bangkalan dengan maksud memverifikasi atau memastikan kembali apakah potensi yang tersedia telah sesuai dengan syarat dan kriteria sebuah kawasan pesisir yang berlaku. Selain itu, dengan adanya evaluasi diharapkan dapat mengetahui apakah segala informasi yang terdapat pada dokumen RZWP3K Kabupaten Bangkalan ini telah dirangkum dengan baik dan benar serta sesuai dengan pedoman yang ada. Adanya kekurangan yang dijumpai pada dokumen ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan pengembangan kawasan pada umumnya serta saran perbaikan untuk penyempurnaan penyusunan dokumen berikutnya pada khusunya.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah kondisi eksisting atas ketersediaan wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan?2. Apakah identifikasi dan analisis pada dokumen RZWP3K Kabupaten Bangkalan telah sesuai dengan kondisi eksisting?3. Apakah penyusunan dokumen RZWP3K Kabupaten Bangkalan telah sesuai dengan pedoman penyusunan RZWP3K yang ada?

1.3. TujuanBerdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:3 Memaparkan gambaran umum atas ketersediaan wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan.4 Melakukan evaluasi atas ketersediaan potensi serta permasalahan kawasan pesisir Kabupaten Bangkalan.5 Melakukan evaluasi serta masukan atas penyusunan dokumen RZWP3K Kabupaten Bangkalan sesuai dengan pedoman penyusunan yang ada serta memberikan saran perbaikan untuk penyusunan dokumen selanjutnya.

1.4. Metode Adapun metode yang digunakan dalam pembahasan makalah ini adalah:1. Metode analisis deskriptif, yaitu analisis untuk mengelola dan menafsirkan data yang diperoleh sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada obyek yang dikaji.2. Metode analisa komparatif, yaitu analisis untuk melihat perbandingan gagasan yang ditawarkan dengan beberapa teori yang relevan dengan gagasan.

1.5. Sistematika PembahasanAdapun sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:BAB I Pendahuluan: Berisi latar belakang dan urgensi pembahasan makalah maupun rumusan masalah serta tujuan penulisan,BAB II Tinjauan Pustaka: Berisi mengenai tinjauan dan literatur review yang digunakan dalam mengkaji dokumen RZWP3K,BAB III Pembahasan : Berisi gambaran umum mengenai wilayah penelitian, review dan kajia terhadap dokumen, serta kekurangan dan kelebihan dokumen RZWP3K,BAB IV Penutup : Berisi kesimpulan dan hasil review serta rekomendasi dalam rangka perbaikan penyusunan dokumen kedepannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1.Analisis Aspek Hukum dan PerundanganAdapun ketersediaan berbagai kebijakan yang mengatur khususnya dalam pengelolaan wilayah pesisir, masih dijumpai permasalahan yang diantaranya:1. Manajemen pengelolaan laut masuh terlambat jauh dengan wilayah daratan2. Perencanaan pengelolaan, pemanfaatan dan pengawasan serta pengandalian WP3K masih jauh dari kenyataan.3. Seluruh manajemen WP3K selama 3 tahun terakhir belum sepenuhnya dapat dioperasikan pada tingkat implementasinya di daerah (UU No. 27 2007).4. Belum adanya sinkronisasi UU yang mengatur (UU 27 2007, UU 25 2004) yang mengakibatkan program-program pengelolaan WP3K yang dilakukan Pemerintah Provinsi belum mengarah kepada penjabaran program nasional, begitu pula pada tingkat Kabupaten/Kota.Oleh karena itu, dalam penyusunan indikasi program RZWP3K Kabupaten Bangkalan harus mengalirkan program-program nasional, provinsi, dan kepentingan Kabupaten Bangkalan sendiri. Demikian pula halnya Kabupaten Bangkalan dapat menjabarkan Rencana dan Program-program strategis provinsi Jawa Timur yang diletakkan di wilayah Kabupaten Bangkalan serta kebijakan strategis yang bersifat lintas sektoral dan terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 2.2.Analisis Aspek EkosistemSecara umum, ekosistem wilayah pesisir yang terdapat pada Kabupaten Bangkalan terdiri atas:1. Ekosistem MangroveDitemukan pada daerah berlumpur seperti pada rataan pusat, lumpur pasut dan eustaria. Tumbuhan mangrove yang tumbuh pada wilayah ini terdiri atas pohon dan semak dengan ketinggian dapat mencapai 30 meter. Spesiesnya terdiri antara 20-30 jenis pada satu area dan dapat tumbuh pada air payau dan air tawar yang berfungsi sebagai perangkap sedimen dan mengurangi abrasi yang mungkin timbul pada kawasan barat laut pulau Madura ini. Kegiatan perikanan tangkap di perairan sekitar mangrove ini memanfaatkan kondisi pasang surut, ikan-ikan tersebut terperangkap karena mengikuti arus pasang surut. 2. Ekosistem Terumbu KarangBerupa batuan sedimen kapur meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan tersebut. Terdapat pada perairan dengan suhu hangat (lebih dari 22 C), memiliki kadar CaCO3 (kalsium karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras. Jenis ikan yang terperangkap di daerah terumbu karang diantaranya sekartaji/butana, damselfish, triggerfish, rabbitfish, blenid, gobi, parrofish, dan klupid. Pada wilayah Kabupaten Bangkalan dijumpai di sepanjang pesisirnya dengan tujuan untuk menahan gaya gelombang yang datang. Untuk melakukan pelestarian akan dilakukan pengelolaan lebih lanjut secara efisien dan bijaksana.3. Ekosistem Estuaria dan LagunaTerdapat pada lembah-lembah sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut yang naik ataupun karena turunnya sebagian daratan sebab-sebab tektonis. Dijumpai berupa muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut dimana pada bagian ini merupakan bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, percampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. Berfungsi sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut, penyedia habitat bagi seumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan mencari makanan serta bereproduksi. Untuk daerah penangkapan di teluk yang besar bisa menggunakan bagan tancap, alat pengumpul karang, dan set net. Adapun pemanfaatannya sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumber ikan, areal hutan, dan tempat perkebunan bagi masyarakat setempat.4. Ekosistem Pulau-pulau sangat kecilMerupakan entitas daratan yang memiliki karakteristik dan kerentanan khusus yang berbeda dengan wilayah daratan lainnya dimana terpisah dari habitat pulau induk. Ketersediaannya memiliki sumber daya air yang terbatas, baik air permukaan maupun air tanah, dengan daerah tangkapan air yang relatif kecil atau sangat terbatas sehingga sebagian aliran air permukaan dan sedimen akan diteruskan ke laut. Oleh karena itu akan dilakukan pengelolaan secara terencana, sistematis, dan terpadu, sehingga dapat memenuhi keutuhan sumber daya tersebut untuk keberlanjutan pada Kabupaten Bangkalan dan masyarakat setempat khususnya.2.3.Analisis Aspek Oseanografi dan GeomorfologiHal yang perlu dilakukan dalam melakukan analisis terhadap kriteria oseanografi, menurut KPP (2009b) adalah sebagai berikut:1. Berjarak aman dari sumber kegiatan/aktivitas manusia (ditentukan oleh pasang surut dan kecepatan arus)2. Berjarak aman dari muara sungai yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan3. Sirkulasi massa air laut yang baik4. Lokasi kawasan lindung yang sesuai dengan peruntukannya5. Batimetri dan keadaan geografis yang sesuai dengan peruntukan kawasan lindungnya6. Karakteristik fisik perairan yang sesuai untuk peruntukannyaKondisi oseanografi perairan akan menentukan keberadaan ikan di dalam perairan tersebut, dimana setiap kelompok ikan mempunyai kesenangan/toleransi yang berbeda-beda. Faktor oseanografi yang diperhatikan dalam penentuan waktu dan daerah penangkapan ikan antara lain adalah suhu permukaan laut, salinitas, arah dan kecepatan arus, kedalaman perairan, dasar perairan, dan kondisi cuaca. Ada beberapa daerah yang menjadi area penangkapan ikan sesuai dengan karakteristik Kabupaten Bangkalan, yaitu:a. Perairan Laut Lepas, Daerah upwelling yang melimpah dengan jenis-jenis ikan pelagis neritik dan oseanik.b. Perairan Pantai, banyak terdapat jenis ikan tembang, japuh, lemuru, dan lain sebagainya.c. Daerah Estuaria dan Mongrove, kegiatan perikanan berupa perikanan tangkap pada perairan sekitar mangrove dengan memanfaatkan kondisi pasang-surut. Alat tangkap yang digunakan adalah alat tangkap pasif (belat, began, rengge, pancing, rakkang, tenang, anco) dan alat tangkap aktif (jala dan dogol). Perlu penyesuaian frekuensi, jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan dalam pelaksanaannya.d. Padang Lamun, beberapa biota yang terdapat didalamnya diantaranya ikan beronang, ikan kerapu, penyu hijau, dugong, krusteca, dan beberapa molusca. Alat tangkap yang digunakan adalah set net, jaring angkat, alat pengumpul kerang, dan alat pengumpul rumput laut.e. Terumbu Karang, jenis ikan yang tertangkap diantaranya sekartaji/butana, betok, mendut, barinang, blenid, injel, ikan buntel, dan sebagainya. Selain itu juga terdapat kima, kerang, udang, udang barong, kepiting, teripang, dan sebagainya. Dibutuhkan ruang untuk dapat memanfaatkan berbagai potensi ini, diantaranya sebagai alur pelayaran, penempatan rambu-rambu navigasi, tempat tambat labuh, tempat alih, dan daerah penangkapan ikan. Dalam menentukan daerah perikanan tangkap, KPP (2009d) memberikan kriteria pemilihan lokasi diantaranya adalah kriteria perikanan, kriteria historis, kriteria akses, kriteria perkiraan kebutuhan lahan, kriteria keberadaan kawasan konservasi, kriteria kepentingan ekonomi, serta kriteria syarat teknis lokasi.

2.4.Analisis Aspek LingkunganKriteria lingkungan menjadi salah satu aspek yang saangat penting dalam RZWP3K ini karena kondisi yang diharapkan harus memenuhi baku mutu lingkungan yang terdiri dari parameter fisika, kimia, dan biologi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1. Baku Mutu LingkunganParameter IdealDiinginkan

FISIKATermperatur (C)26-3028-30

Kekeruhan (m)305

Kecerahan (m)35

Gelombang (m)0,5

Arus (m/dt)0,75

KIMIApH6-96,5 5,5

DO46

BOD4525

Nitrit0,1Nihil

H2S0,030,01

Mercuri0,0030,00001

Kadmium0,010,00002

Seng0,10,002

Timbel0,010,00002

Kromium0,010,00004

Selenium0,0050,00045

Tembaga0,060,001

Perak0,050,003

Arsen0,010,0006

Nikel0,10,002

Senyawa Phenol0,003Nihil

DDT0,0030,001

BIOLOGIOrganisme PenempelSedikitNihil

Limbah Sampah500-1000m1000m

PemangsaTidak AdaTidak Ada

Sumber : KKP, 2009b2.5.Analisis Kriteria EkonomiKriteria ekonomi ditinjau dari : Spesies penting : Didasarkan pada tingkat dimana spesies dengan nilai ekonomis penting bergantung pada satu lokasi Kepentingan Perikanan : Didasarkan pada jumlah nelayan yang menggantungkan hidupnya pada lokasi penangkapanserta banyaknya hasil tangkapan Bentuk ancaman : Didasarkan pada luasnya perubahan pola pemanfaatan ruang yang mengancam keseluruhan nilai lokasi bagi manusia Manfaat Ekonomi : Didasarkan pada tingkat dimana perlindungan suatu lokasi akan berpengaruh pada nilai ekonomi lokal jangka panjang. Pariwisata : Didasarkan pada nilai lokasi atau potensi lokasi bagi pengembangan pariwisata.dengan mengacu pada kriteria di atas , terdapat beberapa kawasan yang dijadikan kawasan lindung pesisir, yaitu :a. Kawasan sempadan pantai selebar 100 m yang harus dikembalikan ke fungsi semula pada seluruh pantai sepanjang 125 Km dengan menjadikannya sebagai green belt yang mengacu pada Keppres No.32 Tahun 1990b. Kawasan sempadan sungai yang berjarak 50 100 meter yang mengacu pada Keppres No.32 Tahun 1990c. Mengembalikan area hutan mangrove dan harus ditetapkan sebagai kawasan konservasi untuk menjaga keutuhannya dimana dalam penetapannya harus melibatkan pemerintah dan masyarakat.

2.6.Analisis Kriteria SosialKriteria sosial lebih banyak melihat dari sisi masyarakat seperti apa yang diperbuat masyarakat serta apa dampaknya bagi masyarakat. Hal ini ditandai dengan adanya tingkat dukungan masyarakat sekitar yaitu sejauh mana masyarakat lokal mendukung keberadaan kawasan lindung serta sejauh mana keberadaan kawasan lindung dapat mengurangi dampak polusi atau faktor penyakit yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Selain itu , kriteria yang ditinjau adalah seberapa jauh keberadaan kawasan lindung dapat mempengaruhi kegiatan masyarakat lokal.Kriteria sosial ini juga melihat dari sejauh mana kawasan lindung dapat digunakan sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat dan dapat dilihat dari nilai-nilai religi, sejarah , seni dan budayanya. Selain itu kriteria ini mencakup nilai estetika , keamanan dari kawasan lindung yang dilihat dari seberapa tinggi bahaya yang ditimbulkan yang dapat membahayakan masyarakat.Kriteria lainnya adalah aksesibilitas dimana tingkat kemudahan akses baik melalui daratan dan lautan. Penelitian dan pendidikian juga menjadi kriteria yang penting karena dilihat dari seberapa jauh kawasan lindung dapat menjadi sumber penelitian maupun pembelajaran ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir adalah kesadaran publik, betapa pentingnya tingkat kesadaran masyarakat dimana monitoring, penelitian, pendidikan atau pelatihan dapat berkontribusi pada pengetahuan dan apresiasi nilai-nilai lingkungan dan tujuan konservasi

2.7.Review Pedoman Umum Penyusunan RZWP3K Kabupaten/Kota2.7.1.Konsep Substansi Penyusunan RZWP3KSebagaimana diamanatkan Undang-undang No 27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (PWP-3-K), pengelolaan wilayah pesisir dan laut merupakan sebuah rangkaian kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Untuk mewujudkan tata kelola pesisir dan laut yang baik (good coastal and small islands governance), pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki hierarki perencanaan yang terkait satu sama lain. Adanya dokumen Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini merupakan salah satu dokumen perencanaann yang menjadi pondasi bagi dokumen hirarki lainnya dalam tinjauan waktu selama 20 tahun dan sekurang-kurangnya 5 tahun. Untuk menghasilkan konsep rencana yang baik berdasarkan tinjauan-tinjauan dan analisa yang dilakukan.Dalam konsepsi rencana strategis wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, apa yang diinginkan oleh stakeholders selama 20 tahun ke depan merupakan basis bagi penentuan respon berupa strategi dan program yang kemudian diimplementasikan, dimonitoring, dan dievauasi selama perjalanan strategi itu sendiri. Tinjauan kondisi P3K yang dilakukan harus meliputi nilai penting, masyarakat, serta potensi ekonomi yang dimilikinya. Melalui resiko dan tantangan serta isu yang ditimbulkan maka harus dapat menciptkan strategi penyusunan RZWP3K dengan tetap memperhatikan keinginan masyarakat dan kebijakan yang ada.

2.7.2.Tahapan Penyusunan RZWP3K Kabupaten/KotaArahan pengelolaan RZWP3K memperhatikan prosedur-prosedur yang ada agar dapat tercapai keterpaduan, keberlanjutan, kepastian hukum, dan akuntbilitas wilayah perencanaan didalam penyusunan RZWP3K. Prosedur-prosedur tersebut terdiri dari tahap penyusunan yang menghasilkan input dan proses yang dilakukan kemudian menghasilkan output.1. Tahap penyusunanMemperhatikan Permen 16 Tahun 2008, merupakan sekumpulan kegiatan penyusunan dokumen, mulai dari pembentukan kerja, pengumpulan data, survey lapangan, hingga penyusunan dokumen laporan. Dalam proses peyusunannya harus memperhatikan potensi wilayah perencanaan serta kebutuhan masyarakatnya sehingga dibutuhkan kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi, pendalaman isu strategis, dan konsolidasi dalam menunjang tahap penyusunan ini. Selain itu, teknik yang digunakan juga harus sesuai dan dapat menjawab permasalahan serta data yang akan dicari. Pada akhir tahapan ini dilakukan penetapan untuk diajukan kepada lembaga/instansi pemerintah yang berwenang.2. Tahap ProsesMerupakan langkah-langkah yang harus dilakukan guna mendukung dan mencapai kegiatan pada tahap penyusunan. Pada tahap ini dilakukan kegiatan mulai dari sosialisasi, penyusunan renstra awal, konsultasi, hingga penyempurnaan draft dan pengeluaran surat penetapan. Masing-masing menghasilkan output dari awal hingga proses selesai. Adapun pada kegiatan penetapan harus dilakukan secara berurutan dalam dua minggu setelah pertemuan Poja pembahasan dokumen final RZWP3K hingga pengiriman surat permohonan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untu ditetapkan dengan peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.

Gambar 2.1. Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP3K

2.7.3. Jangka Waktu Penyusunan RZWP3KJangka waktu penyusunan rencana zonasi Kabupaten/Kota sampai dengan penetapannya menjadi Peraturan Daerah adalah selama 3 tahun, dimana proses penyusunan rencana zonasi yang diawali dari pembentukan kelompok kerja sampai ke penyusunan dokumen awal dan konsutasi publik membutuhkan waktu selama 1 tahun. Proses penyusunan draft final sampai dengan draft Perda membutuhkan waktu 1 tahun berikutnya, sedangkan proses penetapan rencana zonasi menjadi Peraturan Daerah membutuhkan waktu selama 1 tahun. Waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan RZWP3K kurang lebih selama 5 bulan yang terdiri dari tahap-tahap pembentukan kelompok kerja, penyusunan dokumen awal, konsultasi publik, penyusunan dokumen antara, konsultasi publik, perumusan dokumen final, dan penetapan. Sedangkan dibutuhkan waktu 4 hingga 12 bulan untuk proses legalisasi RZWP3K ini.

2.7.4. Pengumpulan Data RZWP3KPengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh gambaran awal tentang isu, permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan pemanfaatan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil di lokasi perencanan. Jenis data dasar yang digunakan berupa peta-peta yang bersumber dari beberapa instansi, diantaranya Peta Rupa Bumu Indonesia (RPBI), Peta Sistem Lahan dan Kesesuaian Lahan, Citra Satelit, RTRW Kabupaten/Kota, Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Lingkungan Perairan Indonesia (LPI), Peta Laut, dan Peta RZWP3K Provinsi.Dalam pengumpulan data untuk penyusunan dokumen dilakukan survey sehingga dihasilkan data sekunder dan data primer. Dari hasil survey yang dilakukan tersebut, selanjutnya akan dilakukan identifikasi potensi wilayah yang meliputi identifikasi jenis dan jumlah sumberdaya, identifikasi pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, dan identifikasi potensi perkembangan. Tahap selanjutnya adalah penyusunan dokumen awal yang berisikan tentang:1. Analisis Data, terdiri atas:a. Analisis Kebijakan, yang digunakan untuk melihat kedudukan wilayah perencanaan terhadap kebijakan rencana tata ruang yang ada.b. Analisis Kewilayahan, yang digunakan untuk melihat kecederungan perkembangan kawasan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi fisik wilayah dan kondisi ekonomi, sosial-budaya yang ada.c. Analisis Sosial Ekonomi, yang digunakan untuk melihat kondisi sosial-ekonomi dan strukturnya di wilayah perencanaan. Analisis sosial-ekonomi menyangkut sebaran dan jumlah penduduk, budaya dan adat istiadat, sejarah sosial dan issue permasalahan sosial budaya, sebaran potensi ekonomi, basis ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi (produksi pemasaran).d. Analisis Daya Dukung, yang meliputi daya dukung fisik lingkungan (geografi, geo-morfologi, hidrologi, eko-biologis dan hidro-oseanografi) dan daya dukung sosial, ekonomi, budaya, dan politik.e. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang, yang digunakan untuk melihat potensi wilayah pesisir berdasarkan kriteria-kriteria teknis. Analisis ini menggunakan metode overlay peta untuk masing-masing variabel fisik, sosial, ekonomi, dan budaya berdasarkan kriteria kegiatan. 2. Matriks Keterkaitan Antar Zona, yang menguraikan hubungan antar zona/sub zona dalam suatu wilayah perencanaan untuk melihat harmonisasi antar zona/sub zona. Matriks ini berisi susunan aktivitas/nilai untuk tujuan komersil, industrial, lingkungan, tempat tinggal, dan tempat rekreasi umum dan menjelaskan susunan aktivitas yang dapat diterapkan di dalam masing-masing peruntukan zona/sub zona.Untuk tahap selanjutnya adalah penyusunan draft awal rencana zonasi, yang memuat jenis kawasan, zona dan sub zona yang diusulkan. Adapun pembagian masing-masing kawasan, zona/sub zona adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Pembagian Kawasan menadi Zona dan Sub ZonaKawasanArahan Pemanfaatan

ZonaSub Zona

Pemanfaatan UmumPerikanan Budidaya1. Rumput Laut2. Mutiara3. Keramba Jaring Apung4. Keramba Lainnya5. Bagan6. Pertambakan7. Pembenihan

Permukiman1. Desa/Kampung Nelayan2. Desa/Kampung Non Nelayan3. Permukiman Diatas Air4. Perkotaan

Industri1. Pengelolaan Hasil Perikanan2. Industri Kapal Tradisional3. Bengkel/Docking4. Pergudangan5. Industri Berbasis Non Kelautan Perikanan

Pariwisata1. Hotel/Resort/Penginapan2. Pantai Wisata Umum3. Wisata Penyelaman4. Hotel/Resort/Penginapan5. Pantai Wisata Umum6. Wisata Penyelaman7. Wisata Budaya

Pelabuhan1. Perhubungan Laut Umum2. Perhubungan Laut Khusus (mis: Pertambangan, Pertamina, dll)3. Perikanan Nusantara4. Perikanan Pantai5. Pelabuhan Tradisional

Pertanian1. Pertanian Sawah2. Pertanian Non Sawah

Hutan1. Hutan Produksi2. Hutan Non Produksi

Pertambangan1. Pertambangan Klas C2. Pertambangan Klas B3. Pertambangan Lepas Pantai

KoservasiKonservasi Perairan

Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Konservasi Maritim

Sempadan Pantai

Mitigasi Bencana Alam

AlurAlur Pipa dan Kabel1. Kabel Listrik2. Pipa Air Bersih3. Jaringan Kabel Komunikasi4. Pipa Gas

Alur Pelayaran1. Pelayaran Internasional2. Pelayaran Nasional3. Pelayaran Regional4. Pelayaran Lokal5. Pelayaran Industri Tambang6. Pelayaran Wisata

Alur Migrasi Biota1. Migrasi Tuna2. Migrasi Penyu3. Migrasi Paus

KSNTInstalasi Militer

Perbatasan dan PPK Terluar

Situs Warisan Dunia

Habitat Biota Endemik

Tabe 2.3. Kesesuaian Pemanfaatan PesisirA. Kesesuaian Pesisir untuk MangroveNoVariabel DataKriteria Kesesuaian

BaikSedangBuruk

1Kelerengan Pantai dan Pasang

a. Frekuensi Rendaman (hr/km)>155-1510

B. Kesesuaian Pesisir untuk Terumbu KarangNoVariabel DataKriteria Kesesuaian

BaikSedangBuruk

1Kedalaman (m)4-1530

2Kecepatan Arus (m/dt)0,2-0,30,3-0,40,4

3Salinitas31-3328-3030

4Kecerahan90-10080-890,4

3Jumlah Hari Hujan (hari/thn)150-180110-1500,4

3Jumlah Hari Hujan (hari/thn)150-180110-1500,4

3Jumlah Hari Hujan (hari/thn)150-180110-150105-10 1 meter, kecuali pada musim barat, terjadi gelombang dengan tinggi antara 1-2 meter lebih sering terjadi. Pada bulan tertentu, yaitu Januari, Februari, Juli, Agustus, dan September, sering terjadi gelombang dengan ketinggian lebih dari 2 meter. Bulan-bulan tersebut merupakan puncak musim barat dan musim timur di mana angin berhembus lebih kencang dari normal. Sedangkan pada sisi Selat Madura siss barat dan selatan gelombang lebih kecil karena adanya Selat Madura. Kecuali pada musim timur, sehingga angin bertiup dari timur ke barat yang menyebabkan arus kuat ke sisi barat Selat Madura yang juga menimbulkan gelombang tidak lebih dari 1,5 meter. Suhu PerairanKisaran suhu permukaan laur perairan Bangkalan rata-rata 30,29 derajat Celcius. Terdapat perbedaan kisaran suhu rata-rata antara lokasi yang dipengaruhi daerah industri Surabaya dan Gresik. SalinitasNilai rata-rata salinitas di perairan Bangkalan adalah 22,58 0/0 . nilai tersebut dipengaruhi oleh aliran sungai. Nilai salinitas cenderung menurun ke arah barat sesuai dengan pengaruh arah aliran Sungai Brantas yang masuk ke laut Selat Madura. KecerahanKondisi kecerahan perairan Kabupaten Bangkalan rata-rata adalah 2,05 m dengan kondisi yang bervariasi antar perairan antara 0,2 m sebagai tingkat kecerahan terendah sampai 4 m sebagai tingkat kecerahan tertinggi. Kecerahan rendah ditemukan di Selat Madura, sedangkan kecerahan yang cukup didaptkan di perairan Laut Jawa pada pantai utara Bangkalan. Kecerahan ini belum sesuai dengan keinginan yaitu 5. KedalamanDasar perairan Kabupaten Bangkalan pada umumnya merupakan daerah perairan yang sebagian besar merupakan subtrat lumpur dengan tekstur utama liat dengan bervariasi mulai liat berdebu sampai lempung liat berpasir.

c. Kualitas airParameter kunci yang paling berpengaruh dalam penentuan kualitas air adalah: Derajat KeasamanPerairan Bangkalan memiliki ph netral yakni berkisar 7,1-8,2. Namun, yang diinginkan adalah memiliki ph 6,5 Oksigen TerlarutKisaran konsentrasi oksigen terlaut berkisar 4,11 8,15 mg/L pada wilayah Pesisir Bangkalan. Kisaran ini sudah sesuai dengan keinginan yakni 6 BODNilai rata-rata BOD sebesar 11,75 mg/L. Secara keseluruhan nilai tersebut masih berada di bawah baku mutu air laut yaitu 20 mg/L, sedangkan BOD yang diinginkan adalah 25 NitrogenSecara umum kandungan nitrat dalam air di perairan Bangkalan memang lebih rendah bahkan ada wilayah yang tidak ditemukan nitratnya. FosfatTerdapat beberapa titik yang kandungan fosfatnya cukup tinggi dan berada di atas baku mutu air laut sehingga cukup riskan untuk kehidupan biota laut. Namun, terdapat beberapa titik yang masih di bawah baku mutu, sehingga masih aman. Logam BeratTimah hitam, cadmium, dan raksa telah melebihi baku mutu air laut dengan konsentrasi logam berat yang terlarut dalam air telah melebihi baku mutu air laut sehingga telah membahayakan kehidupan organisme laut.

d. Ekosistem Pesisir MangroveFormasi dominan terdapat di Kecamatan Socah yang membentuk zonasi Aicennia spp, Rhizophora spp, dan Sonneratia spp., di mana susunannya berutuan dari arah darat ke laut dengan indeks keanekaragaman sebesar 1,469 Terumbu KarangTerumbu Karang ditemukan di Pulau Karang Jamuang dan perairan bagian utara Bangkalan, sebab tingkat kecerahannya relative bagus. Sedangkan di perairan sebelah selatan tidak ditemukan terumbu karang LamunHamparan lamun ditemukan tersebar hampir seluruh Kepulauan Derawan dengan kondisi yang berbeda-beda dengan rata-rata kerapatan 10-20% Pulau-pulau KecilKabupaten Bangkalan hanya memiliki 1 buah pulau kecil yaitu Pulau Karang Jamuan. Karena ukurannya yang kecil dianggap kurang mempunyai potensi yang strategis. Biota AirTerdapat plankton, benthos, dan nekton

3.1.6. Sumberdaya Pesisira. Kegiatan Perikanan TangkapKegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Bangkalan masih menggunakan cara tradisional. Hal ini dilihat dari jenis alat penangkapannya. Oleh karena itu, daya jangkau, jumlah, dan volume tangkapan snagat terbatas dan belum bisa berkembang dengan baik. Adapun jenis tangkapan nelayan antara lain: udang putih, rajungan, tongkol, cumi-cumi, teripang, layang, pari, manyung, bawal hitam/dorang, kembung, tengin, dan layur. Perikanan merupakan salah satu kunci kegiatan ekonomi di wilayah ini. Hal ini terlihat dari dominannya jenis transaksi hasil produk laut di pasar yang terdapat di wilayah ini. Namun, skala ekonominya masih jauh dari optimum.

b. Kegiatan Perikanan BudidayaKegiatan budidya ikan di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan mencakup budidaya laut dan budidaya air payau. Luas potensi budidaya ikan di kawasan ini adalah 2.254 ha dengan potensi produksi 1.500 ton. Jenis utama yang diutamakan adalah badeng dan udang. Selain itu mulai tumbuh budidaya rumput laut di Kecamatan Tanjung Bumi seluas 10 ha. Kegiatan budidaya ikan lainnya adalah tambak garam, namun produksi garam di Kabupaten Bangkalan termasuk sedikit yaitu 6.681 ton per tahun dengan luas tambak 94 ha.

c. PenggaramanTidak seperti daerah Madura lainnya, Kabupaten Bangkalan termasuk yang produksi garamnya rendah, hal ini terkait dengan minimnya lahan untuk garam. Oleh sebab itu, perlu adanya dorongan produksi garam seperti peningkatan sarana prasana.

d. Sarana dan Prasaran PerikananSecara umum infrastruktur dasar menuju lokasi sentra-sentra perikanan cukup bagus, tetapi infrastruktur pendukung perikanan kurang memadai. Dukungan produksi secara tidak langsung dilakukan pemerintah melalui pemasangan FAD (fish aggregating device) atau semacam terumbu buatan yaitu alat untuk berlindung ikan sehingga dapat berkembang biak di FAD tersebut. Untuk meningkatkan hasil tangkapan, nelayan biasanya membuat rumpon di tengah kaut untuk mengumpulkan ikan.

e. Pengolahan dan Pemasaran Hasil PerikananIndustri hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan adalah pengolahan hasil perikanan berupa penggaraman ikan. Penggaraman ikan meliputi: ikan kering, ikan asap, ikan pidnang, terasi, dan kerupuk ikan/udang. Pemasaran hasil perikanan didistribusikan ke Surabay dan kota-kota besar di Jawa.

f. Wisata BahariKegiatan pariwisata terutama wisata bahari belum berkembang. Hal tersebut disebabkan belum memadainya fasilitas pendukung pariwisata yang diperlukan. Fasilitas penginapan di Kabupaten Bangkalan dilayani oleh Hotel Ningrat dan Hotel Surya Purnama. Jembatan Suramadu berpengaruh terhadap tingkat hunian hotel di WP3 Bangkalan. Wisatawan lebih memilih pulang-pergi ke Pulau Madura dan memilih menginap di Surabaya.

g. Lokasi Sentra PermukimanSebagian besar masyarakatnya mendiami wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan, baik di wilayah pesisir utara mapun wilayah pesisir selatan.

h. Lokasi Sentra IndustriIndustri kecil dan kerajinan rakyat memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian rakyat. pengembanga dilakukan melalui pembinaan dan perkuatan modal, sehingga nilai produksi dan investasi dapat meningkat.

i. PertambanganPotensi pertambangan di kawasan ini adalah minyak dan gas (migas) yang dioperasikan oleh PT Codeco dan PT SPE Petroleum. Sarana dan prasarana kegiatan di laut masih terkiat langsung dengan kegiatan ekonomi masyarakat Bangkalan, namun masih dibawah kendali kantor pusat operasional di Jakarta atau Surabaya.

j. Alur Pipa Bawah LautJalur penyaluran minyak dan gas melalui jaringan pipa bawah laut ini merupakan kegiatan kelautan utama di Kabupaten Bangkalan.

k. Penggunaan LahanKabupaten Bangkalan memiliki luas total mencapai 1.260,14 km2. Sekitar 6,2% lahan disuahakan untuk kegiatan agraris produktif yang terdiri dari pertanian tanaman pangan, hutan, tambak ikan, tambak garam, sedangkan sebagian besar penggunaan lahan daratan lainnya tidak ada data dan penjelasan pemanfaatannya.

3.2. Review Analisis 3.2.1.Analisis Aspek Hukum dan PerundanganDalam proses penyusunannya, dokumen RZWP3 K ini memperhatikan beberapa regulasi yang dijadikan sebagai pedoman baik untuk mengevaluasi serta dijadikan sebagai petunjuk penyusunan dokumen ini. Namun belum dijabarkan secara jelas apakah penyusunan dokumen ini telah meninjau kebijakan yang ada secara sistematis, yaitu dengan meninjau program-progam nasional, kemudian provinsi, dan turun kepada kepentingan Kabupaten Bangkalan sendiri sehingga dapat mengurangi terjadinya ketimpangan kepentingan antar penelolah kawasan.Dalam pemanfaatan ruang, penyusunan dokumen ini mengacu kepada Permen Nomor 0225 K/11/Mem/2010-2025 wilayah Bangkalan (Kecamatan Socah dan Bangkalan) yang mengatur tentang pemipaan gas. Hal ini sangat sesuai, dimana pengaturan pemipaan sangat rawan dalam pemanfaatannya terhadap masyarakat yang kurang bertanggung jawab sehingga diperlukan perlindungan hukum yang kuat. Selain itu, pemanfaatan daerah-daerah penting seperti daerah pengangkapan ikan, daerah budidaya, daerah perbaikan, daerah konservasi tidak dijelaskan mengenai kebijakan atau regulasi mana yang melindungi dan menjaga kawasan ini dalam pemanfaatannya, karena dikhawatirkan dapat mempercepat terjadinya kesalahan dalam pemanfaatannya. Saat ini kawasan pesisir di Kabupaten Bangkalan sedang dilakukan pembangunan untuk pemanfaatan pariwisata. Adapun pemenuhannya harus meninjau dan memenuhi beberapa kriteria, hukum kebijakan, dan perundangan diantaranya: Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi UU Perikanan (UU No. 45 Tahun 2009) UU Penataan Ruang (UU No. 26 Tahun 2007) UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (UU No. 27 Tahun 2007) UU Otonomi Daerah (UU No. 12 Tahun 2008) UU Konservasi (UU No. 5 Tahun 1990) UU Pariwisata (UU No. 9 Tahun 1990)

3.2.2. Analisis Aspek EkosistemPada wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan, terdapat empat jenis ekosistem yang turut berperan dalam menjaga keberlangsungan kelestarian potensi pesisir ini. Masing-masing ekosistem tersebut memiliki peranan serta fungsinya sendiri. Letaknya juga telah tersebar di sepanjang pesisir guna mendukung keberadaannya. Adapaun ekosistem tersebut diantaranya:1. Ekosistem MangroveTidak dijelaskan mengenai kebijakan yang mengatur keberadaannya seperti Surat Keputusan Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian Nomor 60/Kpts/DJ/I/1978 yang menjelaskan tipe-tipe mangrove beserta pemanfaaatannya. Dengan jenisnya yang beragam pada pesisir di Kabupaten Bangkalan ini hendaknya perlu dilakukan adanya zonasi mangrove, sehingga masing-masing jenis mangrove dapat berperan optimal dalam mendukung keberadaan pesisir ini. Secara ekonomi, mangrove dapat memberikan manfaat terutama bagi masyarakat sekitar sehingga perlu adanya strategi pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem ini dengan tetap bijaksana. Selain itu belum berapa tingkat kepadatan mangrove yang mengacu pada KepMen LH No. 201 Tahun 2004.2. Ekosistem Terumbu KarangBelum dijelaskan mengenai kebijakan yang mengatur keberadaannya seperti KepMen LH No. 04 Tahun 2001 mengenai pengertian dan pemanfaatannya. Dalam pemanfaatannya akan dijumpai potensi serta ancaman dari terumbu karang itu sendiri. Terumbu karang akan memberikan keuntungan diantaranya tempat tinggal ikan, sebagai sarana edukasi, wisata , serta beberapa jenis terumbu karang dapat dijadikan sebagai obat bagi penyakit tertentu. Disamping itu atas besarnya manfaat yang dimiliki menjadikan timbulnya ancaman oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab diantaranya adalah eksploitasi terumbu karang secara berlebihan, dan kerusakan akibat pengeboman manusia yang hendak mencari ikan. Untuk itu pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu melakukan strategi berupa konservasi serta rehabilitasi atas potensi terumbu karang yang dimilikinya kemudian disajikan pada dokumen RZWP3K ini. 3. Ekosistem Estuaria dan LagunaKeberadaan ekosistem ini secara garis besar memiliki manfaat secara ekonomis dan ekologis. Masing-masing keberadaannya memiliki tipe dan perannya sendiri dalam mendukung potensi pesisir di Kabupaten Bangkalan ini. Secara ekologis merupakan area penting dalam siklus hidup biota laut. Dalam hal ini harusnya dapat dijelaskan pada dokumen RZWP3K mengenai jenis-jenis biota yang berperan didalamnya yang nantinya juga dapat memberikan manfaat secara ekonomis. 4. Ekosistem Pulau-pulau sangat kecilMerupakan entitas daratan yang memiliki karakteristik dan kerentanan khusus yang berbeda dengan wilayah daratan lainnya dimana terpisah dari habitat pulau induk. Ketersediaannya memiliki sumber daya air yangterbatas, baik air permukaan maupun air tana, dengan daerah tangkapan air yang relatif kecil atau sangat terbatas sehingga sebagian aliran air permukaan dan sedimen akan diteruskan ke laut. Pada dokumen belum dijumpai mengenai strategi pengelolaan ekosistem ini secara terencana, sistematis, dan terpadu, sehingga dapat memenuhi keutuhan sumber daya tersebut untuk keberlanjutan pada Kabupaten Bangkalan dan masyarakat setempat khususnya.

Secara keseluruhan keempat ekosistem ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan potensi wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan. Dalam dokumen tidak dijelaskan identifikasi keseuaian wilayah pesisir untuk masing-masing ekosistem diatas apakah terletak pada kriteria baik, sedang, atau buruk. Masing-masing kesesuaian pada masing-masing ekosistem memiliki variabel tersendiri untuk dilakukan penilaian, sehingga dapat diidentifikasi kebutuhan pengelolaan yang tepat untuk ekosistem pada pesisir Kabupaten Bangkalan. Hendaknya dapat diciptakan strategi pengelolaan sehingga dapat saling mendukung secara terintegras terutama dalam mendukung pariwisata yang sedang dikembangkan saat ini pada wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan.

3.2.3 Analisis Aspek Oseanografi dan Geomorfologi Hal yang perlu dilakukan dalam melakukan analisis terhadap kriteria oseanografi, menurut KPP (2009b) adalah sebagai berikut:1. Berjarak aman dari sumber kegiatan/aktivitas manusia (ditentukan oleh pasang surut dan kecepatan arus) pada dokumen perencanaan disebutkan bahwa tipe pasang surut di Kabupaten Bangkalan adalah tipe campuran cenderung/condong ke harian ganda dengan jarak 100 meter dari garis pantai kedalaman laut masih kurang dari 5 meter. Jarak dari pantai yang baik adalah 0-10 km. Dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas masyarakat masih berjarak aman jika dilihat dari tipe pasang surut dan jarak garis pantainya. Kelerengan Pantai dan pasang pada pedoman RZWP yang baik adalah >15 hr/km. Selain itu pasang surut diperlukan untuk memasukan dan mengeluarkan air pemeliharaan ke dalam tambak dibantu teknologi modern. Sedangkan jika dilihat dari kecepatan arusnya yang berkisar 0,05-0,58 m/detik maka aktivitas penduduk masih aman karena kecepatan arus yang baik adalah 0,2-0,4 m/detik2. Berjarak aman dari muara sungai yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungansecara umum pola aliran saluran-saluran sungai DAS Madura yang berbentuk cabang-ranting-pohon dapat mempercepat terjadinya erosi tanah pada DAS Madura sehingga menyebabkan sedimentasi yang tinggi dan kekeruhan. Sungai-sungai tersebut meliputi seluruh pulau Madura dan mengikuti arah pantai sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas penduduk masih kurang aman karena dekat dengan muara sungai yang berpotensi menurunkan kualitas lingkungan. 3. Sirkulasi massa air laut yang baik pada dokumen perencanaan tidak dijelaskan seperti apa kondisi sirkulasi massa air laut di Kabupaten Bangkalan4. Lokasi kawasan lindung yang sesuai dengan peruntukannya untuk kawasan lindung jenis ekosistem pesisir sudah terletak di lokasi yang kecerahannya relative bagus, sedangkan untuk morfologi dan situs bersejarah tidak dijelaskan pada dokumen perencanaan. Morfologi wilayah pesisir antara lain : pantai tebing, gumuk pasir dan mata air. Untuk situs bersejarah terdiri dari : bangunan bersejarah, pelabuhan-pelabuhan bersejarah dan kapal karam bersejarah. 5. Batimetri dan keadaan geografis yang sesuai dengan peruntukan kawasan lindungnya Batimetri dan keadaan geografis yang sesuai dengan peruntukan kawasan lindungnya yaitu untuk kawasan terumbu karang batimetrinya cukup dalam dan curam, sedangkan untuk hutan mangrove dangkal dan landai;6. Karakteristik fisik perairan yang sesuai untuk peruntukannya Suhu rata-rata pada kawasan perencanaan sudah sesuai dengan standar suhu yang ideal yaitu berkisar 28-30 C sedangkan kondisi eksistingnya 21-34 C. Sedangkan dilihat dari topografinya kawasan perencanaan sudah memenuhi kriteria dengan batimetri relative dangkal, kedalaman laut kurang dari 5 meter dan topografinya relatif landai.

3.2.4 Analisis Aspek Lingkungan Beberapa kriteria lingkungan yang mempengaruhi kehidupan pesisir adalah : Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Suhu yang baik untuk kawasan pesisir adalah 26-28. Suhu habitat beberapa jenis ikan di wilayah perencanaan sudah cukup ideal yaitu berkisar 20-32 C. Kecerahan yang baik untuk usaha budidaya ikan adalah 30-40 cm. Bila kecerahan kurang dari 25 cm maka pergantian air harus segera dilakukan. Sedangkan kecerahan secara umum untuk kawasan pesisir adalah 90-100. Bila air terlampau cerah, air biasanya kekurangan nitrogen sehingga untuk pertumbuhan plankton perlu ditambahkan pupuk urea atau ZA. Kecerahan habitat beberapa jenis ikan sudah cukup ideal yaitu berkisar 20-32 Kecepatan arus berkisar 0,05-0,58 m/detik maka aktivitas penduduk masih aman karena kecepatan arus yang baik adalah