22
Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105 Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019 Misnan LPPM 121 IBI-K57 PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR DALAM MENGANTISIPASI HASIL PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2019 (STUDI SIGMOITISME DALAM MEMPERTAHANKAN HIGH BARGAINING POSITION ) Misnan Email: [email protected] Program Studi Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957 ABSTRAK Tujuan penelitian ingin mengetahui perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam mengantisipasi hasil pemilihan presiden tahun 2019 untuk mempertahankan high bargaining position. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Kasus yang dimaksud karena penelitian berkaitan dengan problematika temporal dan khas, yakni dalam high bargaining position Partai Golkar, khususnya menghadapi Pemilihan Umum Presiden 2019, serta peneguhan organisasional politis yang tetap mendukung pemerintahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam mengantisipasi hasil Pilpres 2019, adalah sebuah diskursus baru dalam manajemen komunikasi perubahan, yakni manajemen pengetahuan, membuat investasi pengetahuan, bahwa siapa pun presidennya, Partai Golkar akan tetap berada di pemerintahan. Dengan demikian, sigmoitisme Partai Golkar akan selalu berada pada high bargaining position, karena posisi parlemen yang sanggup dan konsisten mengamankan program-program pemerintah, sekaligus pola politik yang kritis, konstruktivis namun tetap rasional. Hal ini dibuktikan dari dukungan terhadap Makruf Amin, yang menunjukkan sisi rasionalitas tinggi dari politisi Partai Golkar. Kata Kunci: Perencanaan Komunikasi Strategis, Partai Golkar, Pemilu 2019 ABSTRACT The aim of study is to know the strategic communication plan of the Golkar Party in anticipating the results of the 2019 presidential election to maintain high bargaining position. The method used is case study. The case is related to the object of research that has temporary and typical problems, namely the high bargaining position of Golkar Party, especially in facing the 2019 Presidential Election, as well as political organizational reinforcement that always supports the government. The results showed that the strategic communication plan of the Golkar Party in anticipating the results of the 2019 Presidential Election, was a new discourse in change communication management, namely “knowledge management”, making knowledge investment, that whoever the president was, the Golkar Party would remain in government. Thus, sigmoitism of Golkar Party will always be in a high bargaining position, because the parliamentary position is capable and consistent in securing government programs, as well as political communication patterns, that will always stand in critical, constructive, and rationality. This claim had been evidenced by their support for Makruf Amin as the vice president 2019, which shows the high rationality of Golkar Party politicians. Keywords: Strategic Communication Planning, Golkar Party, 2019 Election

PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 121 IBI-K57

PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR DALAM MENGANTISIPASI HASIL PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2019

(STUDI SIGMOITISME DALAM MEMPERTAHANKAN

HIGH BARGAINING POSITION)

Misnan

Email: [email protected] Program Studi Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Institut Bisnis Dan Informatika Kosgoro 1957

ABSTRAK Tujuan penelitian ingin mengetahui perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam mengantisipasi hasil pemilihan presiden tahun 2019 untuk mempertahankan high bargaining position. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Kasus yang dimaksud karena penelitian berkaitan dengan problematika temporal dan khas, yakni dalam high bargaining position Partai Golkar, khususnya menghadapi Pemilihan Umum Presiden 2019, serta peneguhan organisasional politis yang tetap mendukung pemerintahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam mengantisipasi hasil Pilpres 2019, adalah sebuah diskursus baru dalam manajemen komunikasi perubahan, yakni manajemen pengetahuan, membuat investasi pengetahuan, bahwa siapa pun presidennya, Partai Golkar akan tetap berada di pemerintahan. Dengan demikian, sigmoitisme Partai Golkar akan selalu berada pada high bargaining position, karena posisi parlemen yang sanggup dan konsisten mengamankan program-program pemerintah, sekaligus pola politik yang kritis, konstruktivis namun tetap rasional. Hal ini dibuktikan dari dukungan terhadap Makruf Amin, yang menunjukkan sisi rasionalitas tinggi dari politisi Partai Golkar. Kata Kunci: Perencanaan Komunikasi Strategis, Partai Golkar, Pemilu 2019

ABSTRACT The aim of study is to know the strategic communication plan of the Golkar Party in anticipating the results of the 2019 presidential election to maintain high bargaining position. The method used is case study. The case is related to the object of research that has temporary and typical problems, namely the high bargaining position of Golkar Party, especially in facing the 2019 Presidential Election, as well as political organizational reinforcement that always supports the government. The results showed that the strategic communication plan of the Golkar Party in anticipating the results of the 2019 Presidential Election, was a new discourse in change communication management, namely “knowledge management”, making knowledge investment, that whoever the president was, the Golkar Party would remain in government. Thus, sigmoitism of Golkar Party will always be in a high bargaining position, because the parliamentary position is capable and consistent in securing government programs, as well as political communication patterns, that will always stand in critical, constructive, and rationality. This claim had been evidenced by their support for Makruf Amin as the vice president 2019, which shows the high rationality of Golkar Party politicians. Keywords: Strategic Communication Planning, Golkar Party, 2019 Election

Page 2: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 122 IBI-K57

I. PENDAHULKUAN

1.1. Latar Belakang

Semua lapisan kini memandang prospek masa depan berdasarkan

kriteria perubahan. Tidak ada kemapanan yang patut dipertahankan, tetapi

prospek masa depan justru digantungkan dari masing-masing individu

pemerannya, utamanya kemampuan adaptif mereka dalam menghadapi

dan mengelola perubahan.

Demikian pula Partai Golkar yang sudah demikian lama menikmati

masa kejayaannya. Prospek partai berlambang beringin ini di masa yang

akan datang tergantung dari strategi mereka dalam mengatasi masalah.

Sebagai organisasi besar dan berpengalaman, strategi mengatasi krisis

tentu akan mengutamakan konstruksi internal, yakni konsensus

keorganisasian dibanding suara-suara kecil atau sporadifitas simpul-simpul

komunikasi, apalagi sejauh ini Golkar tetap konsisten sebagai partai yang

tidak figure sentris. Oleh karena itu, tiap-tiap solusi yang diambil Partai

Golkar tentunya akan terus mengembangkan pola penstrukturan adaptif.

Dalam sejarah dinamisnya, Partai Golkar terkenal dengan organisasi

yang “pemegang saham”nya bukan tunggal, barangkali menjadi satu-

satunya partai politik yang karakternya demikian. Wacana “kubu” selalu saja

menyeruak di setiap momentum suksesi. Seiring dengan perpencaran para

figur besar di dalamnya, soal kepemilikan para kubu ini berangsur hilang.

Berbagai suasana formal politis seperti itulah yang terjadi. Namun

demikian, patut diakui bahwa itulah “wajah kesempurnaan” demokrasi

dalam tubuh Partai Golkar. Oleh karena itu, Partai Golkar berani tanding,

berani banding, termasuk dengan partai yang dirujuk oleh kalangan

millenials sebagai partai yang aspiratif, akomodatif dan akrobatik.

Terlepas dari fenomena-fenomena tersebut, tidak salah juga jika

dikatakan bahwa yang menyelamatkan Golkar sebenarnya adalah habitus

kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dari haluan politik periode pendukung dan

pengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

menjadi bagian kekuasaan, dengan memasukkan Airlangga Hartarto di

Page 3: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 123 IBI-K57

dalam Kabinet Kerja. Dukungan pada Jokowi di Pemilu 2019 menjadi

peneguh posisi Golkar di habitus kekuasaan. Momentum inilah yang penulis

sebut sebagai puncak “kurva sigmoid”, sebagai puncak bargaining position

politik.

Sementara proses “sigmoitisme” itu berlanjut, sebagai partai besar,

tidaklah mungkin Partai Golkar hanya memiliki Plan A atau Plan B, tetapi

lebih kompleks dari itu, sebuah keniscayaan politik. Dari pemahaman inilah

penulis memilih topik perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar

dalam mengantisipasi hasil pemilihan presiden 2019.

1.2. Tujuan Dan Rumusan

Tujuan hasil penelitian adalah ingin mengetahui perencanaan

komunikasi strategis Partai Golkar dalam mengantisipasi hasil pemilihan

presiden tahun 2019 untuk mempertahankan high bargaining position.

Dengan demikian, rumusan masalah penelitian adalah “Bagaimana

perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam mengantisipasi

hasil pemilihan presiden tahun 2019 untuk mempertahankan high

bargaining position?”

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

a. Keluasan hasil penelitian hanya terbatas pada kapabilitas

narasumber, yakni para pengurus organisasi Kosgoro 1957 yang

mayoritas juga aktif sebagai tenaga pengajar di tempat penelitian.

b. Perencanaan strategis yang dibahas tentu hanya didasarkan oleh

narasumber, dan belum tentu merepresentasikan perencanaan

strategis keseluruhan yang benar-benar sudah menjadi road map

politik Partai Golkar.

c. Kedalaman pembahasan penelitian hanya sebatas kedalaman

pemahaman dan penggalian pustaka peneliti, sehingga belum tentu

merepresentasikan detil-detil fakta politik yang dilakukan dan akan

dilakukan oleh para politisi Partai Golkar.

Page 4: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 124 IBI-K57

d. Perspektif yang disampaikan oleh narasumber penelitian tidak

mencapai para aktor tim sukses di tingkat pusat tetapi hanya sampai

para pengurus organisasi Kosgoro 1957.

II. KERANGKA TEORITIS

2.1. Manajemen Perubahan

Dalam konteks partai politik, secara sederhana, manajemen

perubahan merupakan tahapan (langkah-langkah) sebagai berikut:

a. Menyadarkan seluruh warga partai politik jika ada sesuatu atau hal

yang tidak dapat dihindari kecuali dengan melakukan perubahan,

demi kelangsungan organisasi (unfreezing).

b. Meyakinkan anggota bahwa perubahan harus diselesaikan dengan

cepat dan hasilnya merupakan hal baru yang menjanjikan harapan,

perbaikan ataupun keberhasilan (driving force dalam changing).

c. Menetralisir kekawatiran, menciptakan optimisme berkelanjutan,

bahwa apa yang telah dilakukan adalah hal terbaik dan harus

diperkuat untuk lebih baik (refreezing).

Jika sudah ada kesadaran tinggi pada masing-masing anggota partai,

program inti perubahan barulah dilaksanakan. Akibat dari sebuah

perubahan tentu ada yang sederhana, tetapi harus bersiap juga jika jatuh

dalam penolakan yang rumit. Dalam beberapa kasus, di masa transisi

sering antar anggota partai saling berkonflik, akibat hal-hal yang lama dan

sudah stabil serta banyak orang merasa nyaman di posisi yang dimaksud

harus tergantikan oleh sistem atau program yang baru. Jadi harus disadari

dan diantisipasi, bahwa penerapan sesuatu yang baru, dapat saja diikuti

dengan perubahan sikap dan tingkah-laku warga partai politik dalam

berbagai ekspresi.

Tahapan berikutnya ialah mengembalikan partai politik kepada situasi

yang normal kembali. Sesudah perubahan dilaksanakan, berbagai

ketentuan baru diberlakukan secara penuh, demikian juga para anggota

Page 5: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 125 IBI-K57

diharapkan bersikap dan bertingkah-laku sesuai kondisi organisasi yang

baru. Kembali kepada tahap awal perubahan, bahwa unfreezing diciptakan

suasana ”terbuka” untuk mengondisikan perubahan, sebaliknya pada akhir

perubahan, yakni refreezing dikondisikan ”tertutupnya” proses, istilahnya

semua diajak untuk ”merayakan” perubahan, sampai stabilitas benar-benar

terjadi.

Bagaimanapun juga, perubahan sangat ditentukan oleh

”manusianya”. Jadi, faktor individu sangat berdampak pada proses

perubahan. Jika karakter anggota lebih terbuka, maka akan terbuka juga

jalan perubahan, jika sebaliknya akan sulit menembus dominasi kekerasan

personal, apalagi jika ada anggota yang mampu mempengaruhi anggota

lain dalam penolakan.

2.2. Disruption

Renald Kasali dalam bukunya berjudul Disruption (2014),

menjelaskan; Perubahan yang terjadi diawali dengan hal kecil, sedemikian

kecil sehingga terabaikan oleh mereka yang besar. Perubahan itu lebih dari

itu tidak terlihat, dan tiba-tiba begitu besar. Inilah karakter perubahan pada

abad ke-21: cepat, mengejutkan, memindahkan.

a) Disruption dalam Komunikasi Politik

Era baru dalam politik dan berpolitik di dunia sudah terjadi seiring

dengan semakin berkembangnya infrastruktur komunikasi digital. Ada dua

kekuatan utama komunikasi di era disruption technology.

Pertama, informasi apa pun secara virtual akan dengan mudah

tersebar dengan cepat dan menjangkau banyak orang. Ini bisa menjadi

senjata ampuh sekaligus mematikan untuk meraih dan kehilangan simpati

dan dukungan masyarakat luas terhadap isu-isu politik. Secara praktis, ini

akan mempengaruhi keakuratan polling yang dilakukan oleh lembaga-

lembaga polling baik terkait kepopuleran maupun elektabilitas seseorang

atau partai tertentu. Hasil polling yang bersifat dinamis dan terikat dengan

dimensi masa dan metodologi, lebih dinisbikan lagi oleh mudahnya

Page 6: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 126 IBI-K57

dukungan, vote, dan opini masyarakat berubah oleh pengaruh informasi

melalui komunikasi digital, salah satunya melalui media sosial. Kontestasi

dan perang opini di media sosial begitu intens, baik yang berdasarkan

fakta maupun hoax. Perang opini di media sosial ini akan sangat

mempengaruhi sentimen masyarakat terlebih jika isu dan topik yang

diangkat terkait masalah SARA.

Kedua, komunikasi di era disruption technology memungkinkan

peningkatan partisipasi politik masyarakat terhadap isu-isu politik yang

sedang ramai diperbincangkan. Diperkirakan tahun 2018 ini pengguna

smartphone di Indonesia akan meningkat melebihi 100 juta orang,

membuat Indonesia menjadi salah satu raksasa digital dunia. Dan angka

ini diperkirakan akan terus bertambah di tahun-tahun yang akan datang.

Penggunaan media komunikasi digital, media sosial melalui smartphone

tentunya akan membuat masyarakat lebih partisipatif sekaligus reaksioner

terhadap isu-isu politik aktual yang sedang terjadi baik itu akurat maupun

hoax.

b) Berpolitik di Era Disruption Technology

Di era dimana “everyone goes digital”, “everyone goes online” maka

politisi dan institusi politik juga mau tidak mau harus berubah

budaya. Budaya yang saya maksud adalah budaya melek informasi.

Politisi harus lebih antisipatif. Politisi harus memiliki kepekaan akan ide,

isu, dan kepentingan arus bawah (grass root) konstituen mereka. Tidak

ada alasan lagi bagi politisi yang gaptek. Mereka harus mampu

menggunakan fasilitas digital, sehingga komunikasi konvensional

seyogianya sudah tidak lagi menjadi orientasi utama tetapi harus

digantikan oleh komunikasi politik digital. Keterampilan

mengoperasikannya juga tidak ada pilihan lagi bagi politisi, kecuali harus

menggunakannya. Media sosial bukan hanya dipahami sebagai media

memperkenalkan diri, tetapi bagian dari strategi, persuasi, kompetisi yang

juga sama seperti mereka berkampanye dalam dunia nyata.

Page 7: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 127 IBI-K57

2.3. Pemahaman Konsep Kurva Sigmoid

Dari sisi manajemen,

S-Curve menjadi tantangan

besar dan sangat serius

apabila suatu saat menemui

titik ini. Mereka akan

menukik dan berada dalam

kerugian total. Oleh karena itu, cara manajerial yang proporsional adalah

management of change dengan aware dan care bahwa segalanya mungkin

terjadi. Sementara itu, jika sebuah organisasi ingin menjaga top

positioningnya, tetap harus ada perubahan. Sistem yang sudah lama

meskipun stabil dan terkesan solid perlu dikaji untuk berubah, strategi baru

dengan pola kebijakan baru perlu ditemukan, tradisi dan iklim organisasi,

meskipun terkesan kokoh, tetap dibutuhkan terobosan agar tidak “menua”

seperti halnya manusia, tetapi di refresh, sehingga muncul hal-hal baru dan

lebih berkualitas serta semangat-semangat baru ataupun motivasi-motivasi

baru dalam tantangan-tantangan yang baru. Inilah antisipasi perubahan.

Mengubah menjadi relevant dan up to date, dari sisi S-curve, maka aktor

yang bersangkutan harus melompat, dari jalur kurva S yang lama menuju

kurva S yang baru. Semakin mudah mengatasi tanjakan maka semakin

cepat pula menemui penurunan. Disinilah Sigmoid menghampiri. Melompat

ke Sigmoid yang lain merupakan cara cepat mempertahankan diri di posisi

strategis!

III. HASIL PENELITIAN

3.1. Golkar Meneguhkan Diri Sebagai Kekuatan Nasional, Dengan

Karakter Nasionalis Kebangsaan

Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul sebagai jawaban atas

kolonialisme. Pengalaman dan penderitaan bersama sebagai kaum terjajah

melahirkan semangat solidaritas sebagai satu komunitas yang mesti

Page 8: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 128 IBI-K57

bangkit dan hidup menjadi bangsa merdeka. Partai Golkar lebih memilih

posisi sebagai partai tengah, yang tidak sekuler sekaligus bukan partai

agama. Sebagai kekuatan nasional partai Golkar akan memosisikan diri

dalam pemerintahan, meskipun hal tersebut tidak tercantum dalam AD dan

ART.

Makna “berkarya” bagi Partai Golkar adalah berperan dalam

pemerintahan. Bukan berarti Partai Golkar akan kembali menguasai

pemerintahan seperti dalam sejarah Orde Baru, tetapi akan mendukung

siapa saja Presiden terpilih. Strategi untuk bisa diterima, dan pemerintahan

baru tetap membutuhkan koalisi dengan Partai Golkar, maka Partai Golkar

harus memiliki bargaining position di parlemen.

Kekuatan Partai Golkar saat ini untuk mendukung visi dan misi

tersebut adalah loyalitas dan kekuatan yang merata di semua daerah.

Dengan sosialisasi politik terhadap pengetahuan bahwa Partai Golkar akan

selalu mendukung pemerintahan, maka siapa pun presidennya akan

memiliki posisi yang kuat yang sekaligus pula akan berdampak pada

stabilitas pemerintahan. Hal ini sangat penting bagi ketahanan nasional

serta Partai Golkar sendiri.

Dari sisi ketahanan nasional, dengan konsistensi Golkar sebagai

partai kader tidak akan mampu didikte pihak mana pun serta tetap fleksibel

dalam percaturan kebangsaan karena ideologi Pancasila akan menjadi

pegangan operasional dalam segala tindakan dan kebijakan politis. Adapun

dari sisi internal Partai Golkar sendiri akan memiliki modal berharga dalam

strategi politik, karena secara luas sudah diketahui arah dan rencana

strategis Partai Golkar dalam dinamika dan suksesi pemerintahan. Inilah

manajemen pengetahuan politik, yang sangat berharga bagi kelangsungan

“berkarya” Partai Golkar.

Karakter kebangsaan Partai Golkar akan menjaga kelestarian dan

ketahanan identitas nasional yang antara lain selalu mendasarkan

politiknya pada 4 pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan

Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian, selama Indonesia berdiri, maka

Page 9: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 129 IBI-K57

karakter politik Partai Golkar akan selalu dibutuhkan dan adaptif terhadap

segala bentuk perubahan.

3.2. Manajemen Transisi Bukan Beban, Kuncinya Ada di Parlemen

Golkar di bawah Airlangga melakukan kerja cepat, strategis, dan

berorientasi penyelesaian krisis secara sistemis. Ada empat langkah yang

sementara dinilai berhasil.

Pertama, strategi perubahan adaptif terkait dengan konsolidasi

internal. Struktur partai diisi orang-orang yang selain kompeten juga tidak

bermasalah. Perombakan di jajaran pengurus pusat Golkar dibutuhkan

dalam konteks manajemen reputasi organisasi. Golkar beruntung surplus

dengan politisi berpengalaman.

Kedua, manajemen reputasi politik yang dimulai dengan pengisian

jabatan Ketua DPR yang berasal dari Golkar secepatnya. Airlangga tegas

dan berani memilih orang yang relatif tidak bermasalah untuk mengisi

jabatan Ketua DPR. Di saat Ketua DPR dipegang dan dikendalikan

Novanto, banyak pemberitaan negatif yang tidak hanya merugikan DPR

tetapi juga merugikan Golkar.

Ketiga, fokus pada pengelolaan kontestasi elektoral di pilkada

serentak 2018 dan Pileg serta Pilpres 2019. Ada 171 daerah yang

berpilkada dan di antara mereka terdapat daerah-daerah kunci pertarungan

(battleground) nasional seperti Jabar, Jateng, dan Jatim.

Keempat, bekerja di publik. Golkar sebagai partai kekaryaan sudah

cukup lama berkurang jauh kiprahnya dalam hal-hal yang dirasakan

kehadiran di publik. Banyak isu dan tuntutan menyangkut kepentingan

publik yang perlu diagregasi dan diperjuangkan Golkar. Misalnya, Golkar

bisa mulai dengan menghentikan manuver politisi mereka di DPR yang

berpotensi melemahkan KPK.

Page 10: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 130 IBI-K57

3.3. Gaya Komunikasi Golkar: Rasional, Kritis, Konstruktivis.

Dari Merdeka.com, Fadel Muhammad menyebut suara Partai Golkar

tak utuh setelah Joko Widodo memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres.

Pernyataan itu kemudian membuat banyak pihak bereaksi. Namun Fadel

meyakini ucapannya tidak akan menimbulkan gejolak di internal. Dia yakin

Golkar tetap solid dan utuh. Fadel kemudian meluruskan pernyataan

sebelumnya bahwa Partai Golkar bukan dalam posisi dua suara. "Bukan

dua suara, tetapi ada beberapa orang yang kecewa kenapa Jokowi tidak

mengambil Golkar sebagai wakil presiden. Wajar itu pilihan, hak perogratif

Presiden, kita tetap utuh, cuma kecewa, mau bilang apa, namanya politik."

(Fadel Muhammad)

Keputusan Presiden Joko Widodo memilih Ketua Majelis Ulama

Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres)

dalam pemilu presiden 2019 sebenarnya mengejutkan berbagai pihak.

Tidak terkecuali analis dan para pengamat politik. Beberapa analis yang

dikutip media Singapura The Straits Times mengatakan Jokowi saat ini

memerlukan figur Islami yang kuat sebagai pasangannya di pilpres

mendatang. Hal ini diperlukan tidak hanya untuk menghalau saingannya

yang mungkin saja menyerangnya dengan isu-isu agama namun juga untuk

menarik suara pemilih konservatif di Pulau Jawa.

Dalam hal ini, Partai Golkar menyadari bahwa, "Kekurangan terbesar

Jokowi adalah persepsi bahwa ia seorang anti-Islam." (Achmad Sukarsono,

analis control risks di Bloomberg.com.) "Dengan memilih Amin, Jokowi

sedang menunjukkan bahwa ia seorang muslim dan berjuang demi

kepentingan kaum muslim. Dengan demikian, ia berharap dapat

mengamankan suara pemilih muslim." Selain itu, "Investor mungkin

mengapresiasi Ma'ruf jika ia mampu menyelesaikan isu agama dan etnis

yang telah membuat mereka khawatir selama ini. Ini akan menciptakan

stabilitas, sesuatu yang dinantikan investor."

Partai Golkar menerima Makruf Amin, karena merupakan alternatif

win-win solution dengan memilih calon yang tidak berasal dari partai politik.

Page 11: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 131 IBI-K57

Partai Golkar menunjukkan sikap kritisnya, dengan tetap menyampaikan

syarat-syarat jika calon yang dipilih Jokowi bukan berasal dari Partai Golkar,

hal itu terimplementasi dari posisi menteri-menteri strategis dalam Kabinet

Kerja. Sementara itu Golkar juga menunjukkan sifat rasionalitasnya,

dengan mempertimbangkan secara mendalam untung rugi terpilihnya

Makruf Amin. Dengan sikap rasional tersebut Golkar dapat menerima

keputusan Jokowi. Di sisi lain, Golkar tetap konstruktivis, konsisten dalam

memberikan dukungan untuk Pilpres 2019 kepada pasangan Jokowi dan

Amin.

IV. PEMBAHASAN

4.1. Sigmoitisme Politik

Dilihat dari kurva sigmoid (sigmoid curve) manajemen perubahan

yang diilustrasikan oleh Charles Handy, maka bargaining Partai Golkar

tampak sebagai berikut:

Posisi Partai

Golkar berada pada

titik koordinat X – Y.

Posisi X – Y dalam

garis warna ungu

merepresentasikan

Partai Golkar

merupakan posisi saat ini. Lengkungan kurva yang agak turun itu

disebabkan dari high bargaining position Partai Golkar yang “gagal”

mengajukan Airlangga Hartarto menjadi Calon Wakil Presiden 2019. Yang

patut dicermati adalah ketika kurva ungu (start-up) sedikit turun sampai

pada posisi Y, terdapat kurva kuning yang naik, itu artinya Partai Golkar

sudah merencanakan strategi baru untuk mereposisikan kembali high

bargaining position Partai Golkar dalam pemerintahan. Inilah perencanaan

Page 12: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 132 IBI-K57

strategis yang menandakan bahwa Partai Golkar tidak dalam comfort zone

meskipun potensi high bargaining position tetap dominan.

4.2. Analisis Re-Code DNA

Dari bawaan naturalnya, Golkar mampu hidup dalam cladeogenesis

bukan anagenesis. Anagenesis: sebuah fenomena evolusi yang

menggeser sifat masa lalu pada inovasi baru, sedangkan claeogenesis:

pada kategori besar yang serupa muncul sub-sub kategori yang berbeda,

namun memiliki kemiripan kode-kode yang sama. Dengan demikian, DNA

(sifat bawaan) Golkar, dalam berpolitik akan selalu memosisikan diri untuk

sepakat dengan pemerintah, tidak mengekspos konflik, serta

mengemukakan solusi ofensif (memperbarui diri bahkan bertransformasi)

bukan defensif (membentuk opini publik).

Sejarah adanya golongan fungsional yang sangat dominan

menguasai sistem pemerintahan sudah tergantikan oleh sistem baru, yang

menuntut mereka untuk lebih aktif dalam kontestasi politik. Sayangnya

aspek kebebasan dan keterbukaan yang begitu cepat, membuat Golkar

terjebak dalam pragmatisme, dan banyak mengakomodasi para

pengusaha.

Banyak yang mengatakan bahwa Partai Golkar selalu pragmatis

dalam berpolitik, atau istilah lainnya adalah main “dua kaki”. Sebenarnya

sudah jelas gambaran hasil pandangan: konseptor dan manajerial.

Konseptor Partai Golkar adalah Ketua Umum-nya dan selalu disetujui oleh

Jokowi yang memang tidak terbebani sebagai pemimpin partai.

Dalam konteks “mengawasi dan diawasi” sebagaimana dinyatakan

filsuf Perancis (Michael Foucault) tentang panopticon. Panopticon adalah

istilah yang menjelaskan sebuah mekanisme pengawasan, yaitu relasi

orang mengawasi dan yang diawasi, yang dapat menimbulkan kesadaran

dikontrol secara terus-menerus bagi yang diawasi, dan cara

memperlihatkan berfungsinya kekuasaan bagi yang mengawasi, Jokowi

tentu tetap melihat pandangan induk partainya, yakni PDI-Perjuangan. Satu

Page 13: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 133 IBI-K57

gaya komunikasi para petinggi Partai Golkar yang terlihat membumi adalah

bahwa mereka tidak terlihat pinter tapi lebih tepatnya juga tidak keminter.

Soal konsep demokrasi yang digaungkan Partai Golkar, bahwa Golkar

adalah suara rakyat, yang tentunya akan selalu “mendengarkan suara

rakyat”, sebenarnya tidak lebih dari sudut pandang sangat pragmatis yang

melihat rakyat “didengar” dalam arti sangat general. Dengan tagline Suara

Golkar Suara Rakyat dengan gaya politik yang terkesan tidak ambisius dan

oposisi, Partai Golkar sudah “menginvestasi” pengetahuan politik, tentang

rencana strategis Partai Golkar yang akan selalu diterima bahkan

“dibutuhkan” oleh Presiden baru.

4.3. Disrupsi Komunikasi Politik

Disrupsi politik akan menjadi berkah bagi Partai Golkar apabila partai

dan para caleg dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang

sedemikian pesatnya ini untuk menyuarakan nilai-nilai karya-kekaryaan dan

membangun kebangsaan, menyentuh nilai-nilai yang relevan di

masyarakat. Maka, pertarungan politik di era kini, tidak lagi ditentukan oleh

fasilitas fisik, tetapi fasilitas informasi. Manajemen jejaring lebih berdampak

dan lebih efisien dalam membangun simpati publik.

Jokowi adalah sosok pemimpin yang berada pada arus pemikiran

Frankl (filsuf eksistensialis). Frankl mengatakan bahwa penderitaan dan

ketidakbahagiaan manusia disebabkan oleh ragam disfungsi diri. Hal ini

karena berlakunya paradoks: semakin seseorang mengejar sesuatu,

semakin jauh sesuatu itu lari darinya. “Sesuatu tidak dapat dikejar, tapi

harus dialami”. Keinginan mencapai sesuatu secara ekstrim disebut Frankl

sebagai gejala hiper-intensi. Hiper-intensi sering kali diikuti oleh hiper-

refleksi, yaitu “pengolahan” (pemeriksaan, observasi, kontemplasi) diri

secara berlebihan.

Jokowi adalah gambaran tokoh yang tidak membersitkan antusiasme

kekuasaan. Tidak ada yang dikejar, melainkan hanya dialami. Blusukan

menjadi sangat jitu melejitkan nama Jokowi, karena di saat pemimpin lain

Page 14: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 134 IBI-K57

mendeklarasikan “atas nama rakyat” eksistensinya justru dipertanyakan:

rakyat mana? Jokowi jelas bisa menjawab, karena Jokowi ‘mengalami’ atau

setidaknya Jokowi masuk dalam ranah pengalaman rakyatnya. Rakyat bagi

Jokowi bukan diletakkan dalam pustaka teori dan pengetahuan, seperti

kebanyakan pemimpin lain. Kebutuhan rakyat, keinginan rakyat, aspirasi

dan inspirasi rakyat bukan didalami kemudian menjadi teori dan

pengetahuan belaka, tetapi dijadikan khasanah pengalaman oleh Jokowi.

Dalam teori komunikasi efektif, secara jelas disebutkan bahwa komunikasi

paling efektif adalah jika antara komunikator dan komunikan berada dalam

pengalaman yang sama.

Blusukan tidak saja mematahkan kesan hiper-tensi dan hiper-refleksi

(Frankl) karena komunikasi “membumi” dalam konteks interpersonal antara

rakyat dan pimpinan, tetapi juga mematahkan teori politik cities without

maps Ian Chamber. Apa yang diklaim Jokowi sudah menjadi representasi

warga yang diblusukinnya. Peta keterwakilan sangat jelas. Bahkan banyak

yang berucap kenapa Jokowi dari PDI yah? Pertanyaan ini secara tersirat

performa Jokowi yang idealnya sebagai kader Golkar. Dari konteks ini,

Partai Golkar sudah cukup berhasil menanamkan pengetahuan di

masyarakat luas, bagaimana figur Golkar, yang sesungguhnya sangat

membumi dan sederhana. Gaya ini adalah disrupsi yang diyakini akan

sangat strategis bagi Partai Golkar dalam menghadapi berbagai

perubahan.

4.4. Manajemen Perubahan Komunikasi Politik

Oleh karena selama sekian waktu menjadi oposisi terbukti tidak

didapatkan gagasan yang dapat “dijual” maka manajemen perubahan jika

Jokowi – Amin kalah adalah mengganti Ketua Umum, diganti dengan figur

yang dapat diterima oleh kalangan koalisi dari presiden baru. Hal ini tidak

sulit bagi Partai Golkar, karena sejak Pilpres belum terlaksana, calon

penggantinyapun sudah disiapkan meskipun tidak dipublikasikan.

Page 15: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 135 IBI-K57

Dalam pandangan politisi Golkar, historisitas bangsa Indonesia

sesungguhnya banyak diwarnai oleh manajemen komunikasi politik yang

sangat bercorak:

a. Era Sukarno, Republik Cinta Manajemen (RCM) sungguh

membahana. “Cinta” di masa itu adalah cinta terhadap tanah air dan

rela berkorban yang tinggi.

b. Era Suharto, RCM berubah menjadi RRM (Republik Rekayasa

Manajemen). Dengan manajemen rekayasa, Suharto sanggup

memimpikan bangsa ini kepada cita-cita yang direkayasa pula, adil

dan makmur. RRM yang sangat superior itu ternyata harus berevolusi

pula, dipaksa menjadi:

c. “Republik Cendekia Manajemen”. Sebuah manajemen yang

segalanya dikelabui oleh kecendekiaan. Meski tertekan, namun cukup

terbanggakan dengan kelahiran ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim

Indonesia) yang keren dan beken, namun sayang kurang paten.

(istilah narasumber)

d. Tanpa diduga, manajemen komunikasi politik bangsa besar ini sampai

juga pada “Republik Canda Manajemen”. Komunikasi politik yang

biasanya pada konteks “serius” karena dijiwai oleh “kuasa” (pendapat

Foucault) dan kekuasaan, cukup diselesaikan dengan gitu aja kok

repot.

e. Sejarah pun masih terus bergulir dengan keunikannya. Kebesaran

bangsa ini ternyata sungguh diuji, ketika kebesaran itu akhirnya harus

ditandai dengan “menerima” presiden wanita pertama, yang tentu saja

corak komunikasinya menjadi keibuan. Dapatlah dikatakan era itu

sebagai Republik Sensi (sensitif-red) Manajemen. Aspek politis

ditampilkan dengan main jual dan main ngambeg. Maklumlah, konon

Allah menciptakan wanita dengan 9 nafsu dengan 1 akal. (istilah/gaya

bahasa narasumber)

f. Era yang cepat berganti itu akhirnya menemui momentumnya juga,

ketika manajemen komunikasi sanggup memanfaatkan judgement

Page 16: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 136 IBI-K57

realitas yang dideklarasikan oleh Filsuf Jerman, Jean Baudrillard.

Realitas yang semula hanya dipahami dalam satu dikotomis, yakni

fisika dan metafisika, ternyata ada realitas lain yang berada pada

ranah sangat strategis, yakni “patafisika”, sebuah realitas yang tidak

terjangkau secara fisis namun tampak dan nyata secara visual, yang

terbahasakan sebagai image atau “citra”. Lahirlah Republik Citra

Manajemen. Manajemen komunikasi politik difokuskan ke dalam

manajemen pencitraan politik. Setidaknya awal kelahirannya dipicu

oleh dua hal: dzolimisme dan altruisme. Sebuah paradigma publik

bahwa mereka yang terdzolimi harus dibela. Pola pikir Bangsa Timur

yang altruis memang sangat strategis untuk dieksploitasi menjadi

komunikan politik. (narasumber)

g. Comfort Zone politik itu ternyata tidak cukup ampuh menegakkan

bangsa ini ke dalam tataran “disegani” bahkan manajemen pencitraan

lebih terkesan tidak tegas, datar, formal dan jual tampang saja.

Meskipun demikian, perhatian komunikator politik bangsa ini agaknya

masih banyak percaya bahwa manajemen pencitraan tidak

sepenuhnya harus dihapuskan. Wacana terdzolimi dan altruisme

rakyat Indonesia masih cukup menjanjikan untuk dikelola. Setidaknya

kepercayaan ini didasarkan pada aspek historis Megawati yang

terdzolimi Suharto dan SBY yang terdzolimi Megawati. Sementara itu,

pengelolaan unsur altruisme tidak hanya digunakan pada momentum

kompetisi kekuasaan saja tetapi juga pada ranah-ranah hukum.

Koruptor, cukong, pengemplang sampai pengembang, semua

menunjukkan gaya komunikasi yang mencitrakan bahwa mereka ter-

dzolim-i dan mereka percaya bahwa “rakyat Indonesia adalah rakyat

altruis”.

Setidaknya Pilpres 2019 masih sangat dominan janji altruis para caleg

dan capres dengan berbagai model, sayangnya sangat banyak pula yang

intangible. Tetapi, rakyat memang dituntut arif, memandang janji sebagai

Page 17: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 137 IBI-K57

hal biasa, yang selalu terjadi dan berulang, bahkan sudah menjadi

kewajaran. Rakyat juga sudah sangat paham, tahapan menjadi pemimpin

yang selalu begitu dan itu-itu, hadir dengan gaya altruis kemudian pergi

dengan gaya super egois. Mungkin manajemen pencitraan yang kemudian

berkembang menjadi manajemen pembohongan itu yang kemudian sedikit

terkuak publik, hingga pencitraan itu kini bukan lagi “mempengaruhi” tetapi

dianggap “mengelabuhi”.

Terlepas dari wacana yang telah terlampaui itu, kini Pilpres 2019 yang

akan tiba, mencipta RCM versi baru. Republik Cinta dan Citra Manajemen

itu kini dikolaborasikan dalam konteksnya yang baru, atau lebih tepatnya

telah terjadi transkontekstualisasi RCM. Teks-teks cinta dan citra masa lalu

dibuatkan teks-teksnya yang baru yang lebih sesuai dengan gairah politis

kekinian. Citra pemimpin masa lalu, yang secara fisiologis harus

berwibawa, gagah dan ksatria, kini disodorkan dalam bentuk kurus, sangat

sederhana dan apa adanya. Dari sisi sosiologisnya, jika di masa lalu harus

dari kalangan elit negarawan kini disodorkan dalam konsep wong ndeso

yang bejo. Adapun dari sisi psikologis, yang semula gaya verbalnya tertata,

terstruktur dan terpelajar, kini disodorkan dalam gaya semau gue, spontan

dan acuh tetapi butuh.

Setidaknya inilah representasi Jokowi, di bawah manajemen politik

baru, Republik Cerpen Manajemen (RCM juga). Ceritanya pendek-pendek,

di Solo sebentar pindah ke Jakarta, di Jakarta sebentar pindah ke istana.

Blusukan sebentar, tangani banjir sebentar, penertiban pedagang sebentar,

penanganan transportasi sebentar, dan kini sebentar lagi ‘percaya diri’

sebagai RI-1 seri dua. Pimpinan RCM agaknya lupa bahwa kesadaran

rakyat hanya bisa ‘dikelabui’ sebentar, buktinya kini peta politis sudah

terbelah, Jokowi bukan satu-satunya. Kasat mata publik yang dengan

gamblang melihat Jokowi di bawah kendali Mega, analisis kemudian

bergeser kepada sebuah kesadaran:

1) Bukan seperti ini yang rakyat butuhkan.

2) Bukan figur sekapasitas ini yang Indonesia perlukan.

Page 18: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 138 IBI-K57

3) Bukan negarawan sekaliber ini yang Nusantara harapkan.

Sekali lagi menghadapi tudingan yang syarat dengan nuansa politis

itu RCM ternyata masih mengorek-orek strategi citra, dengan efek

terdzolimi, melawan berbagai tudingan dengan dalih “semakin dituding

semakin diuntungkan”. Yang kemudian timbul persoalan, apa yang terjadi

jika Indonesia dipimpin oleh tokoh yang proses politisnya hanya karena efek

“terkelabuinya” publik dalam periode yang sangat sebentar itu. Tidakkah

menjadi pelajaran bagi bangsa ini akibat terkelabui sebentar kemudian

kecewa berkepanjangan dan secara berulang pula rakyat menjadi biang

kesalahan. Kenapa dulu dipilih?

Secara empiris, sebenarnya fenomena Jokowi tidaklah spektakuler.

Media terlalu berpihak pada Jokowi. Efek kebosanan terhadap performa

pencitraan yang tidak to the point membuat rakyat frustasi, yang ujung

pelariannya mengarah pada sensasi baru, pada sosok polos nan tampil

beda. Aspek inilah yang mengarahkan wacana ketertarikan media terhadap

sosok Jokowi. Sebaliknya, fenomenal itu sebenarnya terjadi pada sosok

Prabowo. Kenaikan persentase perolehan suara dari seluruh konstituen

peserta Pemilu 2014, tidak ada sespektakuler Partai Gerindra. Hanya saja,

media kurang tertarik memblow up Prabowo, karena sensasi Prabowo

bukanlah sensasi yang sama sekali baru.

Inilah fenomena rakyat, yang sangat mudah terkelabui dengan

sensasi. Mereka seperti kehilangan ruang berpikir, terpaan media menjejali

mereka dengan informasi citra banal yang berjalin kelindan. Informasi

diterima tanpa menyisakan proses dipikirkan, demikian cepat berganti,

hingga akhirnya informasi tidak lebih hanya berfungsi sebagai informasi.

Untuk menjawab premis-premis itu, pencitraan yang sudah meng-

indonesia itu harus dikuliti selubung-selubungnya. Pertama, soal ideologi,

selama ini citra Pancasilais dicetak, digandakan, kopi atas kopi sehingga

keaslian Pancasila itu sudah sulit sekali ditemukan. Kedua, soal politik,

selama ini komunikasi politik tidak pernah dimaknai sebagai sinergitas,

Page 19: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 139 IBI-K57

yang bertujuan kemaslahatan, tetapi dalam kenyataannya komunikasi

politik tak lebih sebagai cara mengelabui, sehingga keberadaan pemimpin

hanya menambah beban rakyat yang dipimpin. Ketiga, soal ekonomi, yang

selama ini misi ekonomi ditujukan untuk memberantas kemiskinan, ternyata

yang timbul adalah pemberantasan orang miskin. Hutang luar negeri

Indonesia 2014 sudah mencapai 3000 triliun lebih, sedangkan devisa yang

ada, masih dalam tahap penafsiran, sudah dikorupsi. Keempat, soal sosial,

yang selama ini segala kebijakan dikatakan demi peningkatan strata rakyat

miskin, realitasnya justru semakin jauh dan terus berproses semakin

memperlebar antara kaya dan miskin. Kelima, soal budaya, selama ini

seluruh elemen publik, banyak dicontohkan oleh para pemimpinnya yang

hedonis, serakah, mewah, pamer, dan sekuler. Pendidikan dan agama

hanya melahirkan generasi yang cerdas namun tanpa jiwa kebijaksanaan

yang mendalam, akibatnya korupsi bukan lagi kasus tetapi sudah menjadi

bagian dari budaya yang terus beranak pinak.

Inilah efek tragis dari citra, yang hanya mempunyai makna pada ranah

virtual tanpa ujud substansial. Kini Indonesia sudah di dasar jurang dalam,

akibat dituntut perlahan, pimpinan demi pimpinan, pemerintahan demi

pemerintahan. Dari sisi ini, Partai Golkar akan mengambil bagian dalam

edukasi politik. Partai Golkar tidak akan reaktif terhadap berbagai

fenomena, tetapi akan tetap pro aktif turut serta memberikan solusi-solusi.

4.5. Mempertahankan High Bargaining Position

Bagaimanapun high bargaining position bagi Partai Golkar tetap

penting. Di sisi lain, problem politik di negara berkembang adalah

“bebalisme”, minimnya kreativitas dalam berpolitik, acuh tak acuh terhadap

kehormatan politik, bahkan problem “malu” merosot sampai titik nadir. Yang

menjadi mind set sosial masyarakat dewasa ini adalah tingkat kepercayaan

kepada partai politik yang sangat rendah, selalu mengaitkan program

sosialisasi partai dengan “uang”, maka kegiatan politik selalu ditanggapi

dengan potensi keuangan dari politisi. Partai Golkar tentu menganggap ini

Page 20: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 140 IBI-K57

sebagai hal serius yang harus diperbaiki. Karakter bangsa harus diperbaiki.

Gagasan ini juga merupakan strategi manajemen kesan Partai Golkar di

masa mendatang untuk lebih mendekatkan diri dengan publik.

Bagaimanapun Golkar meyakini, bahwa penampilan Golkar merupakan

penampilan yang paling bisa diterima oleh karakter pluralis rakyat

Indonesia. Ciri khas partai yang intelek, religious, humanis dan artistik akan

lebih ditingkatkan, dikontekskan sesuai dengan semangat kekinian.

V. KESIMPULAN

a. Perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam

mengantisipasi hasil Pilpres 2019, adalah sebuah diskursus baru

dalam manajemen komunikasi perubahan, yakni manajemen

pengetahuan, dengan merekontekstualisasi pengetahuan publik

bahwa Golkar selalu berada dalam lingkar pemerintahan.

b. Partai Golkar tidak mempersoalkan siapa presiden baru 2019, karena

siapa pun presidennya pasti membutuhkan Partai Golkar untuk

melegitimasi roda pemerintahannya.

c. Kekuatan Partai Golkar, tidak hanya loyalitas konstituennya, tetapi

juga merata di semua daerah, serta daya tawar yang tinggi di

parlemen.

d. Partai Golkar telah menetapkan tanpa keraguan akan selalu berada

dalam pemerintahan, karena makna “berkarya” yang tidak efektif

diselenggarakan dalam posisi sebagai oposisi.

e. Sigmoitisme Partai Golkar akan selalu berada pada high bargaining

position, karena posisi parlemen yang sanggup dan konsisten

mengamankan program-program pemerintah, sekaligus pola politik

yang kritis, konstruktivis namun tetap rasional.

f. Perencanaan komunikasi strategis Partai Golkar dalam

mengantisipasi hasil Pilpres 2019, menyangkut:

1) Manajemen perubahan, yang sudah direncanakan jauh hari

tentang suksesi Ketua Umum.

Page 21: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 141 IBI-K57

2) Re-code DNA, mencanangkan gaya komunikasi yang membumi,

religious, intelek dan humanis yang mengedukasi masyarakat

dalam memaksimalkan perannya dalam pembangunan demokrasi

Indonesia. Partai Golkar juga akan konsisten secara menyeluruh

akan tampil sebagai partai ideal yang sesuai dengan karakter

kebangsaan: Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal

Ika.

3) Disruption, memaksimalkan pendampingan program ketahanan

ekonomik-ideologis, yang mampu memberikan big data tentang

dampak perkembangan ekonomi global, serta kemampuan

demokrat-netokrat pemenang presiden 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Coleman, John J. , Vol. 93, No. 4, Desember 1999, “Unified Government, Divided Government, and Party Responsiveness”, The American Political Science Review.

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.

Firmanzah. 2007. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Hidayat, Syarif, “Mencari Terapi Pilkada Terbaik”, Batam Pos, 26 Agustus, 2006.

Inu Kencana Syafiie. 2005. Filsafat Politik. Bandung: Mandar Maju.

James G. Kellas, The Politics of Nationalism and Ethnicity, USA: St. Martin’s Press, Inc, 2008 edition.

Kompas.com dengan judul "Meluruskan Pemahaman soal "Disruption"", https://money.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemahaman.soal.disruption. dan “Berpolitik di Era Disruption Technology: Tanggung Jawab Komunikasi Politik Digital”, 2 Januari 2018.

Littlejohn, Stephen W., 1996, Theories Human Communication, Bandung: Universitas Padjajaran (hasil terjemahan dan buku pegangan untuk kalangan terbatas)

Page 22: PERENCANAAN KOMUNIKASI STRATEGIS PARTAI GOLKAR …lppm-ibik57.ac.id/public/jurnal/20191029142223Misnan.pdfpengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, kemudian “putar haluan”

Jurnal Mediastima ISSN 0852-7105

Volume 25, No. 2 Okt-Mar 2019

Misnan

LPPM 142 IBI-K57

Manurung, Pappilon H., Juli 2007, Komunikasi & Kekuasaan, Yogyakarta: Forum Studi Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Merdeka.com. “Hanya PDIP, PKB dan Gerindra yang Diuntungkan di Pilpres 2019” https://www.merdeka.com/politik/hanya-pdip-pkb-dan-gerindra-yang-diuntungkan-di-pilpres-2019.html umat, 7 Desember 2018 05:15

Niskanen, William, A Case for Divided Government, dalam http://www. cato.org/dailys/05-07-03.html

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS.

Slivinski, Stephen, Would Divided Government Be Better?, dalam http://www. cato.org/pub_display.php?pub_id=6650.

Yasraf Amir Piliang, 2003, Hantu-hantu Politik dan Matinya Sosial, Solo: Tiga Serangkai.

Yasraf Amir Piliang, 2004, Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan, Yogyakarta: Jalasutra