Upload
lamhanh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
87
PERENCANAAN LANSKAP
Konsep Dasar Pengembangan Kawasan
Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis
adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata
budaya. Konsep tersebut bertujuan untuk melestarikan lanskap situs Candi Muara
Takus, meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar candi, serta memberi
kepuasan bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke
Candi Muara Takus.
Tata Ruang Wisata Budaya
Konsep Ruang Wisata
Konsep ruang merupakan gagasan dalam mengalokasikan dan menata
fungsi yang dikembangkan dalam tapak. Dalam kegiatan ini berdasarkan konsep
dasar pelestarian melalui pengembangannya sebagai objek wisata maka kawasan
Candi Muara Takus akan dibagi menjadi 2 ruang utama, yaitu ruang wisata
budaya dan ruang pendukung wisata. Rincian dari ruang-ruang tersebut,
diantaranya yaitu :
1. Ruang Wisata Budaya
Ruang wisata budaya luasnya 9.32 Ha atau 9.86% dari luas total kawasan
Candi Muara Takus. Ruang ini merupakan ruang tempat elemen objek dan
atraksi utama. Dalam tapak diidentifikasi sebagai kompleks bangunan utama
Candi Muara Takus dan bangunan pendukung candi dalam radius 100 meter.
Ruang wisata budaya terdiri dari ruang wisata umum yang dapat diakses oleh
pengunjung serta ruang wisata khusus yang hanya dapat diakses para biksu
saat melaksanakan ritual keagamaan. Pada ruang wisata budaya, intensitas
penggunaan tapak tidak terlalu tinggi. Aktivitas wisata utama adalah ritual
keagamaan bagi komunitas Budhis, menikmati keindahan arsitektural situs
Candi Muara Takus serta viewing atraksi-atraksi budaya dan ritual keagamaan
Budhis yang bersifat temporal.
88
2. Ruang Pendukung Wisata
Merupakan ruang yang menyediakan fasilitas pendukung wisata dan
pengelolaan tapak. Luasan dari ruang ini adalah 85.18 Ha (90.14%) dari luas
total kawasan Candi Muara Takus. Ruang ini ditujukan untuk mengakomodasi
kebutuhan pengunjung dan masyarakat sekitar tapak. Ruang ini terdiri dari
pintu masuk kawasan, ruang penerimaan, ruang pelayanan wisata, dan ruang
transisi yang berfungsi sebagai pembatas fisik dan visual pada tapak serta
sebagai pelindung ruang-ruang wisata yang ada didalam kawasan. Ruang
transisi memberi efek psikologis bagi pengunjung sebagai ruang peralihan
sebelum dan sesudah memasuki ruang wisata. Diagram konsep pembagian
ruang dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 35.
Gambar 35. Diagram Konsep Pembagian Ruang
Rencana Tata Ruang
Berdasarkan hasil analisis sintesis dan konsep yang telah dikembangkan
maka kawasan Candi Muara Takus akan terbagi menjadi ruang wisata budaya dan
ruang pendukung wisata budaya. Ruang wisata budaya terbagi menjadi wisata
budaya khusus dan wisata budaya umum. Sementara ruang pendukung wisata
terbagi menjadi ruang penerimaan, ruang transisi, dan ruang pelayanan wisata
89
(Gambar 36). Pengembangan fisik yang dilakukan pada tiap ruang berbeda
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Rincian perencanaan tiap ruang,
diantaranya yaitu:
1. Ruang Wisata Budaya Khusus
Ruang wisata budaya khusus (0.97 Ha atau 1.02%) adalah area tempat
bangunan utama candi dan bangunan lain yang terkait secara langsung dengan
ritual keagamaan yang dilaksanakan dalam tapak. Ruang ini tidak mengalami
tambahan atau pengurangan elemen dari situs yang sudah ada. Kondisinya
dijaga sesuai dengan aslinya saat ditemukan. Ruang wisata budaya khusus
hanya dapat diakses para biksu dan umat Budha saat melaksanakan ritual
keagamaan. Pada ruang ini akan disediakan papan informasi yang memuat
latar belakang sejarah dan budaya masing-masing bangunan candi serta
korelasi fungsinya dalam ritual agama yang dilakukan pada tiap bangunan.
2. Ruang Wisata Budaya Umum
Ruang wisata budaya umum (6.62 Ha atau 7.00%) terdiri kawasan sekitar
bangunan utama candi (batas 74x74 meter) dan bangunan pendukung candi
dalam radius 100 meter. Ruang tersebut merupakan ruang yang
mengakomodasi pengunjung untuk menikmati keindahan arsitektur Candi
Muara Takus, atraksi-atraksi budaya serta ritual keagamaan Budhis yang
bersifat temporal. Pada ruang wisata umum disediakan fasilitas wisata berupa
panggung gelar budaya, shelter, tempat duduk dan site museum.
3. Ruang Penerimaan
Merupakan bagian dari ruang pendukung wisata budaya. Ruang
penerimaan (3.81 Ha atau 4.03%) berfungsi sebagai pintu masuk utama untuk
memasuki kawasan wisata budaya Candi Muara Takus atau sebagai
penyambut bagi para wisatawan yang datang ke kawasan ini. Penetapan ruang
ini ditujukan sebagai identitas awal memasuki kawasan wisata sehingga
memudahkan pengunjung untuk masuk dan keluar dari kawasan. Selain itu
dengan adanya ruang penerimaan, pengunjung yang datang ke kawasan dapat
teridentifikasi dengan baik.
90
4. Ruang Transisi
Ruang transisi berfungsi sebagai perlindungan dan pengendalian
pengunjung agar tidak terkonsentrasi pada halaman utama candi. Ruang
transisi (29.90 Ha atau 31.64%) terdiri dari jalur sirkulasi dan penyangga.
Penataan pada ruang transisi bertujuan untuk memulihkan lingkungan hijau
kawasan yang mendukung kegiatan pelestarian lingkungan. Penataan
dilakukan dengan penanaman kembali pohon-pohon asli kawasan, tanaman
historik, tanaman penahan angin serta tanaman penghias. Jenis tanaman (Tabel
16) yang dapat digunakan untuk kegiatan penghijauan adalah tanaman yang
memiliki makna religi dan filosofi bagi agama Budha. Selain tata hijau juga
dilakukan pengembangan fasilitas pendukung yang memberikan kenyamanan
bagi pengunjung. Fasilitas yang akan dibangun harus memperhatikan estetika,
karakter situs dan bersifat edukatif. Fasilitas pendukung yang ada pada zona
penyangga diantaranya yaitu papan informasi, papan petunjuk arah, shelter
dan bangku sebagai tempat istirahat dengan orientasi visual ke arah
pemandangan candi.
Tabel 16. Tanaman yang memiliki makna religi dan filosofi Agama Budha.
No Nama Tanaman
1. Asam (Tamarindus Indica) 7. Kemuning (Aglaia odorata)
2. Asoka (Polyathia logofolia var. pendulata) 8. Lontar (Borassus flabelifer)
3. Bambu (Bambusa bamboos) 9. Maja (Aegle marmelos)
4. Beringin (Ficus benjamina) 10. Sawo kecik (Manikara kauki)
5. Bodhi (Ficus religiosa) 11. Sawo manila (Achras zapotaf)
6. Jati (Tectona grandis) 12. Tanjung (Mimusops elengi)
Sumber : Suwito dalam Wulandari, 2004
5. Ruang Pelayanan Wisata
Ruang pelayanan wisata (53.20 Ha atau 56.30%) merupakan ruang yang
menyediakan fasilitas pendukung wisata dan pengelolaan tapak. Pada zona
pengembangan akan dibangun fasilitas-fasilitas yang direlokasi dari zona
penyangga. Selain itu, pada zona pengembangan juga disiapkan fasilitas
pendukung wisata tambahan sehingga menjadi tempat yang menarik sebagai
pusat sejarah budaya dan rekreasi.
92
Jalur Wisata Budaya
Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi berperan menggambarkan pergerakan yang direncanakan
dalam kawasan wisata. Dalam pengembangannya sirkulasi yang direncanakan
akan menggunakan dasar alur sirkulasi dengan melihat peringkat keutamaan dari
tiap bangunan. Perjalanan dimulai dengan mengunjungi bangunan yang peringkat
keutamaannya paling rendah kemudian meningkat sampai ke bangunan utama.
Diagram konsep sirkulasi dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 37.
Gambar 37. Diagram Konsep Sirkulasi Kawasan
Rencana Jalur Wisata
Berdasarkan konsep jalur wisata yaitu melihat peringkat keutamaan dari
tiap-tiap bangunan, perjalanan akan dimulai dengan mengunjungi bangunan yang
peringkat keutamaannya paling rendah kemudian meningkat sampai ke bangunan
utama (daerah sakral). Jalur ini merupakan suatu jalur interpretasi yang
menghubungkan objek dan atraksi dalam satu jalur perjalanan. Jalur wisata akan
ditunjang dengan adanya media informasi sejarah budaya. Jalur wisata (Gambar
38) ditata senyaman mungkin dengan memaksimalkan view kearah struktur candi
dan pemandangan disekitarnya yang potensial. Pengunjung akan mendapat
klimaks diakhir perjalanan yaitu kemegahan kompleks bangunan utama Candi
Muara Takus.
94
Rencana Aktifitas dan Fasilitas Kawasan Wisata Budaya
Berdasarkan alokasi ruang dan sirkulasinya, direncanakan kegiatan atau
aktivitas pada ruang-ruang yang terbentuk serta fasilitas pendukung yang
dibutuhkan untuk tiap aktifitas dan pengelolaannya. Aktivitas pada ruang akan
berbeda tergantung fungsi dari tiap ruang. Sementara, fasilitas pendukung wisata
yang dikembangkan disesuaikan dengan aktivitas pada tiap-tiap ruang. Rincian
fasilitas dan aktifitas wisata yang akan dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rencana Pengembangan Wisata Candi Muara Takus
Ruang Aktifitas Wisata Fasilitas Pendukung Wisata
Penerimaan
(3.81 Ha/4.03%)
Interpretasi
Parkir
Istirahat
Gerbang masuk, Pos jaga
Loket tiket, Papan informasi
Area parkir, Kantor Pengelola
Toko Souvenir
Transisi
(29.90 Ha/31.64%)
Mengamati dan menikmati
kaindahan candi
Fotografi
Menyaksikan pertunjukan
Ritual Ibadah
Tur interpretasi kesejarahan
Papan informasi
Jalur interpretasi
Gazebo/Shelter
Tempat & bangku duduk
Wisata Budaya
Khusus
(0.97 Ha/1.02%)
Mengamati dan menikmati
keindahan candi
Tur interpretasi kesejarahan
Ritual Ibadah
Papan informasi
Signed Candi
Jalur interpretasi
Wisata Budaya
Umum
(6.62 Ha/7.00%)
Menyaksikan pertunjukan budaya
Istirahat
Fotografi
Tempat & bangku duduk
Lapangan terbuka
Gazebo/Shelter
Pelayanan Wisata
Dan Rekreasi
(53.20 Ha/56.30%)
Bersampan
Memancing,
Bersampan
Berkemah
Rekreasi
Restoran (darat, apung)
Darmaga/dek,
Pelampung pembatas
Dermaga Wisata, Perahu wisata
Camping Ground dan Mess
Menara pandang, Playground area
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Rencana Lanskap Kawasan Wisata
Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini. Rencana lanskap
dikembangkan berdasarkan rencana tata ruang dan rencana jalur wisata yang
menghasilkan blockplan kawasan wisata (Gambar 39) yang diintegrasikan dalam
bentuk rencana lanskap (Gambar 40).