14
PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata budaya. Konsep tersebut bertujuan untuk melestarikan lanskap situs Candi Muara Takus, meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar candi, serta memberi kepuasan bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Candi Muara Takus. Tata Ruang Wisata Budaya Konsep Ruang Wisata Konsep ruang merupakan gagasan dalam mengalokasikan dan menata fungsi yang dikembangkan dalam tapak. Dalam kegiatan ini berdasarkan konsep dasar pelestarian melalui pengembangannya sebagai objek wisata maka kawasan Candi Muara Takus akan dibagi menjadi 2 ruang utama, yaitu ruang wisata budaya dan ruang pendukung wisata. Rincian dari ruang-ruang tersebut, diantaranya yaitu : 1. Ruang Wisata Budaya Ruang wisata budaya luasnya 9.32 Ha atau 9.86% dari luas total kawasan Candi Muara Takus. Ruang ini merupakan ruang tempat elemen objek dan atraksi utama. Dalam tapak diidentifikasi sebagai kompleks bangunan utama Candi Muara Takus dan bangunan pendukung candi dalam radius 100 meter. Ruang wisata budaya terdiri dari ruang wisata umum yang dapat diakses oleh pengunjung serta ruang wisata khusus yang hanya dapat diakses para biksu saat melaksanakan ritual keagamaan. Pada ruang wisata budaya, intensitas penggunaan tapak tidak terlalu tinggi. Aktivitas wisata utama adalah ritual keagamaan bagi komunitas Budhis, menikmati keindahan arsitektural situs Candi Muara Takus serta viewing atraksi-atraksi budaya dan ritual keagamaan Budhis yang bersifat temporal.

PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan … · dijaga sesuai dengan aslinya saat ditemukan. Ruang ... latar belakang sejarah dan budaya masing-masing bangunan candi serta

  • Upload
    lamhanh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

87

PERENCANAAN LANSKAP

Konsep Dasar Pengembangan Kawasan

Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis

adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

budaya. Konsep tersebut bertujuan untuk melestarikan lanskap situs Candi Muara

Takus, meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar candi, serta memberi

kepuasan bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke

Candi Muara Takus.

Tata Ruang Wisata Budaya

Konsep Ruang Wisata

Konsep ruang merupakan gagasan dalam mengalokasikan dan menata

fungsi yang dikembangkan dalam tapak. Dalam kegiatan ini berdasarkan konsep

dasar pelestarian melalui pengembangannya sebagai objek wisata maka kawasan

Candi Muara Takus akan dibagi menjadi 2 ruang utama, yaitu ruang wisata

budaya dan ruang pendukung wisata. Rincian dari ruang-ruang tersebut,

diantaranya yaitu :

1. Ruang Wisata Budaya

Ruang wisata budaya luasnya 9.32 Ha atau 9.86% dari luas total kawasan

Candi Muara Takus. Ruang ini merupakan ruang tempat elemen objek dan

atraksi utama. Dalam tapak diidentifikasi sebagai kompleks bangunan utama

Candi Muara Takus dan bangunan pendukung candi dalam radius 100 meter.

Ruang wisata budaya terdiri dari ruang wisata umum yang dapat diakses oleh

pengunjung serta ruang wisata khusus yang hanya dapat diakses para biksu

saat melaksanakan ritual keagamaan. Pada ruang wisata budaya, intensitas

penggunaan tapak tidak terlalu tinggi. Aktivitas wisata utama adalah ritual

keagamaan bagi komunitas Budhis, menikmati keindahan arsitektural situs

Candi Muara Takus serta viewing atraksi-atraksi budaya dan ritual keagamaan

Budhis yang bersifat temporal.

88

2. Ruang Pendukung Wisata

Merupakan ruang yang menyediakan fasilitas pendukung wisata dan

pengelolaan tapak. Luasan dari ruang ini adalah 85.18 Ha (90.14%) dari luas

total kawasan Candi Muara Takus. Ruang ini ditujukan untuk mengakomodasi

kebutuhan pengunjung dan masyarakat sekitar tapak. Ruang ini terdiri dari

pintu masuk kawasan, ruang penerimaan, ruang pelayanan wisata, dan ruang

transisi yang berfungsi sebagai pembatas fisik dan visual pada tapak serta

sebagai pelindung ruang-ruang wisata yang ada didalam kawasan. Ruang

transisi memberi efek psikologis bagi pengunjung sebagai ruang peralihan

sebelum dan sesudah memasuki ruang wisata. Diagram konsep pembagian

ruang dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35. Diagram Konsep Pembagian Ruang

Rencana Tata Ruang

Berdasarkan hasil analisis sintesis dan konsep yang telah dikembangkan

maka kawasan Candi Muara Takus akan terbagi menjadi ruang wisata budaya dan

ruang pendukung wisata budaya. Ruang wisata budaya terbagi menjadi wisata

budaya khusus dan wisata budaya umum. Sementara ruang pendukung wisata

terbagi menjadi ruang penerimaan, ruang transisi, dan ruang pelayanan wisata

89

(Gambar 36). Pengembangan fisik yang dilakukan pada tiap ruang berbeda

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Rincian perencanaan tiap ruang,

diantaranya yaitu:

1. Ruang Wisata Budaya Khusus

Ruang wisata budaya khusus (0.97 Ha atau 1.02%) adalah area tempat

bangunan utama candi dan bangunan lain yang terkait secara langsung dengan

ritual keagamaan yang dilaksanakan dalam tapak. Ruang ini tidak mengalami

tambahan atau pengurangan elemen dari situs yang sudah ada. Kondisinya

dijaga sesuai dengan aslinya saat ditemukan. Ruang wisata budaya khusus

hanya dapat diakses para biksu dan umat Budha saat melaksanakan ritual

keagamaan. Pada ruang ini akan disediakan papan informasi yang memuat

latar belakang sejarah dan budaya masing-masing bangunan candi serta

korelasi fungsinya dalam ritual agama yang dilakukan pada tiap bangunan.

2. Ruang Wisata Budaya Umum

Ruang wisata budaya umum (6.62 Ha atau 7.00%) terdiri kawasan sekitar

bangunan utama candi (batas 74x74 meter) dan bangunan pendukung candi

dalam radius 100 meter. Ruang tersebut merupakan ruang yang

mengakomodasi pengunjung untuk menikmati keindahan arsitektur Candi

Muara Takus, atraksi-atraksi budaya serta ritual keagamaan Budhis yang

bersifat temporal. Pada ruang wisata umum disediakan fasilitas wisata berupa

panggung gelar budaya, shelter, tempat duduk dan site museum.

3. Ruang Penerimaan

Merupakan bagian dari ruang pendukung wisata budaya. Ruang

penerimaan (3.81 Ha atau 4.03%) berfungsi sebagai pintu masuk utama untuk

memasuki kawasan wisata budaya Candi Muara Takus atau sebagai

penyambut bagi para wisatawan yang datang ke kawasan ini. Penetapan ruang

ini ditujukan sebagai identitas awal memasuki kawasan wisata sehingga

memudahkan pengunjung untuk masuk dan keluar dari kawasan. Selain itu

dengan adanya ruang penerimaan, pengunjung yang datang ke kawasan dapat

teridentifikasi dengan baik.

90

4. Ruang Transisi

Ruang transisi berfungsi sebagai perlindungan dan pengendalian

pengunjung agar tidak terkonsentrasi pada halaman utama candi. Ruang

transisi (29.90 Ha atau 31.64%) terdiri dari jalur sirkulasi dan penyangga.

Penataan pada ruang transisi bertujuan untuk memulihkan lingkungan hijau

kawasan yang mendukung kegiatan pelestarian lingkungan. Penataan

dilakukan dengan penanaman kembali pohon-pohon asli kawasan, tanaman

historik, tanaman penahan angin serta tanaman penghias. Jenis tanaman (Tabel

16) yang dapat digunakan untuk kegiatan penghijauan adalah tanaman yang

memiliki makna religi dan filosofi bagi agama Budha. Selain tata hijau juga

dilakukan pengembangan fasilitas pendukung yang memberikan kenyamanan

bagi pengunjung. Fasilitas yang akan dibangun harus memperhatikan estetika,

karakter situs dan bersifat edukatif. Fasilitas pendukung yang ada pada zona

penyangga diantaranya yaitu papan informasi, papan petunjuk arah, shelter

dan bangku sebagai tempat istirahat dengan orientasi visual ke arah

pemandangan candi.

Tabel 16. Tanaman yang memiliki makna religi dan filosofi Agama Budha.

No Nama Tanaman

1. Asam (Tamarindus Indica) 7. Kemuning (Aglaia odorata)

2. Asoka (Polyathia logofolia var. pendulata) 8. Lontar (Borassus flabelifer)

3. Bambu (Bambusa bamboos) 9. Maja (Aegle marmelos)

4. Beringin (Ficus benjamina) 10. Sawo kecik (Manikara kauki)

5. Bodhi (Ficus religiosa) 11. Sawo manila (Achras zapotaf)

6. Jati (Tectona grandis) 12. Tanjung (Mimusops elengi)

Sumber : Suwito dalam Wulandari, 2004

5. Ruang Pelayanan Wisata

Ruang pelayanan wisata (53.20 Ha atau 56.30%) merupakan ruang yang

menyediakan fasilitas pendukung wisata dan pengelolaan tapak. Pada zona

pengembangan akan dibangun fasilitas-fasilitas yang direlokasi dari zona

penyangga. Selain itu, pada zona pengembangan juga disiapkan fasilitas

pendukung wisata tambahan sehingga menjadi tempat yang menarik sebagai

pusat sejarah budaya dan rekreasi.

91

92

Jalur Wisata Budaya

Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi berperan menggambarkan pergerakan yang direncanakan

dalam kawasan wisata. Dalam pengembangannya sirkulasi yang direncanakan

akan menggunakan dasar alur sirkulasi dengan melihat peringkat keutamaan dari

tiap bangunan. Perjalanan dimulai dengan mengunjungi bangunan yang peringkat

keutamaannya paling rendah kemudian meningkat sampai ke bangunan utama.

Diagram konsep sirkulasi dalam kawasan dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37. Diagram Konsep Sirkulasi Kawasan

Rencana Jalur Wisata

Berdasarkan konsep jalur wisata yaitu melihat peringkat keutamaan dari

tiap-tiap bangunan, perjalanan akan dimulai dengan mengunjungi bangunan yang

peringkat keutamaannya paling rendah kemudian meningkat sampai ke bangunan

utama (daerah sakral). Jalur ini merupakan suatu jalur interpretasi yang

menghubungkan objek dan atraksi dalam satu jalur perjalanan. Jalur wisata akan

ditunjang dengan adanya media informasi sejarah budaya. Jalur wisata (Gambar

38) ditata senyaman mungkin dengan memaksimalkan view kearah struktur candi

dan pemandangan disekitarnya yang potensial. Pengunjung akan mendapat

klimaks diakhir perjalanan yaitu kemegahan kompleks bangunan utama Candi

Muara Takus.

93

94

Rencana Aktifitas dan Fasilitas Kawasan Wisata Budaya

Berdasarkan alokasi ruang dan sirkulasinya, direncanakan kegiatan atau

aktivitas pada ruang-ruang yang terbentuk serta fasilitas pendukung yang

dibutuhkan untuk tiap aktifitas dan pengelolaannya. Aktivitas pada ruang akan

berbeda tergantung fungsi dari tiap ruang. Sementara, fasilitas pendukung wisata

yang dikembangkan disesuaikan dengan aktivitas pada tiap-tiap ruang. Rincian

fasilitas dan aktifitas wisata yang akan dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Rencana Pengembangan Wisata Candi Muara Takus

Ruang Aktifitas Wisata Fasilitas Pendukung Wisata

Penerimaan

(3.81 Ha/4.03%)

Interpretasi

Parkir

Istirahat

Gerbang masuk, Pos jaga

Loket tiket, Papan informasi

Area parkir, Kantor Pengelola

Toko Souvenir

Transisi

(29.90 Ha/31.64%)

Mengamati dan menikmati

kaindahan candi

Fotografi

Menyaksikan pertunjukan

Ritual Ibadah

Tur interpretasi kesejarahan

Papan informasi

Jalur interpretasi

Gazebo/Shelter

Tempat & bangku duduk

Wisata Budaya

Khusus

(0.97 Ha/1.02%)

Mengamati dan menikmati

keindahan candi

Tur interpretasi kesejarahan

Ritual Ibadah

Papan informasi

Signed Candi

Jalur interpretasi

Wisata Budaya

Umum

(6.62 Ha/7.00%)

Menyaksikan pertunjukan budaya

Istirahat

Fotografi

Tempat & bangku duduk

Lapangan terbuka

Gazebo/Shelter

Pelayanan Wisata

Dan Rekreasi

(53.20 Ha/56.30%)

Bersampan

Memancing,

Bersampan

Berkemah

Rekreasi

Restoran (darat, apung)

Darmaga/dek,

Pelampung pembatas

Dermaga Wisata, Perahu wisata

Camping Ground dan Mess

Menara pandang, Playground area

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Rencana Lanskap Kawasan Wisata

Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini. Rencana lanskap

dikembangkan berdasarkan rencana tata ruang dan rencana jalur wisata yang

menghasilkan blockplan kawasan wisata (Gambar 39) yang diintegrasikan dalam

bentuk rencana lanskap (Gambar 40).

95

96

97

98

Gambar 42. Ilustrasi Gerbang Masuk Kawasan

Gambar 43. Ilustrasi Children Playground

99

Gambar 44. Ilustrasi Aktivitas Bersampan

Gambar 45. Ilustrasi Dermaga Wisata

100

Gambar 46. Ilustrasi Camping Ground

Gambar 47. Ilustrasi Site Furniture