Perencanaan Pelabuhan

Embed Size (px)

Citation preview

LAY-OUT

2.1. Pelabuhan2.1.1. Definisi Pelabuhan

Pelabuhan didefinisikan sebagai berikut : Menurut Quinn, A.D

Pelabuhan adalah suatu perairan yang sebagian tertutup dan terlindung terhadap angin dan gelombang, serta aman bagi kapal untuk berlabuh, mengisi bahan bakar, mengadakan perbaikan dan pemindahan barang.

Menurut UU No.21 Tahun 1992

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan pantai di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik-turun penumpang, dan atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan, serta sebagai tempat pemindahan intra dan antar moda transportasi.

Sehingga secara umum pelabuhan (port) didefinisikan sebagai daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas terminal laut meliputi dermaga, kran-kran untuk untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan alam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api, jalan raya atau saluran pelayaran darat. Daerah pengaruh pelabuhan bisa sangat jauh dari pelabuhan tersebut.

Pelabuhan memerlukan keadaan yang tenang terhadap gangguan gelombang, arus maupun kombinasi dari arus dan gelombang, sehingga pada awalnya sebagian besar pelabuhan berada di tepi sungai, teluk ataupun pantai yang secara alami terlindung terhadap gangguan gelombang (misal : pantai yang berada di belakang suatu pulau-pulau yang berfungsi sebagai pemecah gelombang atau breakwater alami).

Perkembangan kebutuhan terhadap prasarana transportasi menuntut dibangunnya konstruksi pelabuhan yang berkembang pula. Misalnya, untuk perdagangan sandang, pangan, hasil produksi suatu daerah, maupun untuk keperluan yang spesifik sifatnya. Kapal yang semula sederhana dan berukuran kecil, meningkat menjadi kapal berukuran besar dengan teknologi moderen. Bahkan kemudian berkembang pula kapal-kapal khusus, seperti kapal barang yang bisa berupa kapal barang umum (general cargo ship), kapal barang curah, kapal peti kemas, kapal pengangkut gas alam cair (LNG tanker), kapal penumpang, kapal ferry, kapal ikan, kapal keruk, kapal perang dan lain sebagainya.

Pelabuhan tidak lagi harus berada di daerah terlindung secara alami, tetapi bisa berada di laut terbuka, untuk medapatkan perairan yang luas dan dalam. Sangat sulit untuk mendapatkan areal yang relatif dalam yang berada di dekat pantai, terlebih lagi jika pantainya merupakan jenis pantai lumpur. Sehingga kapal tanker yang mempunyai draft yang sangat besar merapat jauh di lepas pantai. Di samping itu, kebutuhan pemecah gelombang untuk melindungi daerah perairan semakin meningkat pula. Tipe pelabuhan juga disesuaikan dengan jenis dan ukuran kapal-kapal yang menggunakannya.2.1.2. Fungsi Pelabuhan

Fungsi pelabuhan antara lain sebagai : Interface : fasilitas dan pelayanan untuk transportasi barang dari kapal ke moda transportasi lain dan sebaliknya.

Link : mata rantai dalam sistem transportasi.

Gateway : pintu gerbang dari daerah atau negara.

Industry entity : terdapat industri estate/industrial lengkap dengan jaringan dan jasa transportasi.

2.1.3. Peran pelabuhan

Sedangkan peran pelabuhan adalah sebagai berikut : Transportasi : penunjang dan dinamisator sistem antar moda transportasi, baik angkutan laut maupun darat.

Perdagangan : akses perdagangan internasional dan domestik, serta memberi kesempatan yang lebih luas dalam menentukan hubungan perdagangan.

Industri : industri transportasi, industri yang berorientasi ekspor atau bahan bakunya impor, dan industri lain.

2.1.4. Komponen Pelabuhan

Pelabuhan memiliki beberapa komponen atau fasilitas yang mendukung pengoperasiannya.A. Fasilitas Laut

1. Fasilitas Pelabuhan

Struktur pelindung : breakwater, seawalls, bulkheads, groins

Breakwater, penahan gelombang, dari tumpukan batu kali, betontidak bertulang, beton bertulang

Seawalls, dinding penahan tanah, dari batu kali atau beton bertulang Bulkhead, dinding penahan tanah, dari baja

Groin, dinding penahan tanah, berfungsi untuk menahan gerusan

2. Fasilitas sandar/dermaga, sebagai tempat bersandar dan melakukan aktivitas bongkar muat. Ada beberapa tipe : memanjang (marginal type), bentuk jari (finger type), terbuka (open type).

3. Fasilitas Tambatan, berth penambat kapal, tetap tidak melakukan aktivitas bongkar muat, terdiri dari :

Anchorage basin, kolam penjangkaran

Dolphin, tambatan kapal yg terletak diluar bangunan dermaga

Turning basin, kolam perputaran, tempat berputarnya kapal

4. Fasilitas Navigasi

Ship Channel, jalan kapal yang ditandai rambu-rambu dan Entrance channel, jalan masuk pelabuhan

Alat Bantu Navigasi

Light buoy, lampu-lampu pelabuhan, sebagai rambu pelayaran

Mercusuar, menara dengan lampu untuk memandu kapal dan tanda letak pelabuhan.

Pelampung dengan lampu buoy, sebagai rambu pelayaran

Day beacons, rambu tanda terjadinya pendangkalan, bekas kapal tenggelam

Harbor light, lampu pada pelabuhan berfungsi untuk memberikan penerangan pada alur pelabuhan pada malam hari

5. Fasilitas Pemeliharaan

Shipyards, lapangan penumpukan kapal yang diperbaiki

Drydocks, yaitu dermaga tempat perbaikan kapal

B. Fasilitas Darat

1. Terminal Pelabuhan, terdiri dari : fasilitas penanganan penumpang, fasilitas pengaturan/pengoperasian perlengkapan, fasilitas pelayanan kapal (supplai air/bbm, bengkel, gudang, dll), fasilitas transportasi (jalan dan pelataran parkir).

2. Terminal penumpang, tempat penampungan, pemrosesan dan penerusan kegiatan penumpang dan barang ke berbagai jalur yang ditentukan.

2.2. Aspek Teknis Perencanaan Pelabuhan1. Pemilihan Lokasi Pelabuhan

Hinterland, didefinisikan sebagai daerah penyangga, yang masih dipengaruhi pelabuhan.

Kegiatan pelabuhan banyak dipengaruhi berbagai kegiatan ekonomi daerah penyangga. Potensi daerah penyangga : penduduk dan pertumbuhannya, industri dan kemungkinan perkembangannya, sumber daya alamnya : pertanian, kehutanan, batu bara, minyak, semen; kebutuhan konsumsi masa depan.

Areal, dapat untuk pengembangan yang datang, mudah dicapai dengan sistim transportasi yang ada.

Kondisi alam, keadaan akan tanah menentukan konstruksi dermaga, kedalaman perairan, alur pelayaran, kolam pelabuhan, harus dipertimbangkan untuk keselamatan, keadaan hidrografi : gelombang, pasut dan sedimentasi mempengaruhi konstruksi pemecah gelombang dan elevasi dermaga.

Navigasi, untuk keselamatan pelayaran meliputi : alur pelayaran,kolam pelabuhan, ruang gerak untuk manuver kapal.

Transportasi, terhubung dengan jaringan transportasi jalan raya, jalan kereta api dengan daerah hinterlandnya.

2. Persyaratan Teknis :

Standar kapal, untuk menentukan letak dan posisi dermaga pada kedalaman yang memenuhi syarat.

Hidrografi, menentukan pada tata letak dermaga, perlu bangunan maritim tambahan/ tidak?.

Manuver kapal, perlu ruang gerak cukup sesuai dengan syarat teknis kapal.

Keadaan tanah, mempengaruhi pemilihan tipe dan bentuk konstruksi dermaga, maupun fasilitas lainnya.

3. Persyaratan Operasional

Fungsi dermaga, mempengaruhi cara kerja/operasional, contoh dermaga Cargo berbeda dengan dermaga curah.

Daerah penunjang dermaga, harus cukup luas untuk fasilitas gudang, lapangan penumpukan, peralatan bongkar muat, jalan penghubung, dll

Ukuran dermaga, ditentukan oleh: tipe/ukuran kapal, jumlah kunjungan kapal, kelayakan ekonomis.

Syarat-syarat pelabuhan : Ada hubungan dengan moda angkutan yang lain

Kedalaman air dan lebar alur cukup

Kapal mampu membuang sauh dan merapat

Mempunyai fasilitas bongkar muat, gudang, dsb

Mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal

2.3. Klasifikasi PelabuhanKlasifikasi pelabuhan ditinjau dari segi penyelenggaraannya :1. Pelabuhan UmumPelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut. Di Indonesia dibentuk empat badan usaha milik negara yang diberi wewenang mengelola pelabuhan umum diusahakan. Keempat badan usaha tersebut adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan di Medan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan di Jakarta, Pelabuhan Indonesia III berkedudukan di Surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV berkedudukan di Ujung Pandang.

2. Pelabuhan Khusus

Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin Pemerintah. Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun swasta, yang berfungsi untuk prasarana mendukung operasional, produksi maupun distribusi perusahaan tersebut. Ditinjau dari segi pengusahaannya, diklasifikasikan menjadi, 1. Pelabuhan yang diusahakan

Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitasfasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, menaikturunkan penumpang serta kegiatan lainnya. Pemakaian pelabuhan ini dikenakan biayabiaya, seperti biaya jasa labuh, jasa tambat, jasa pemanduan, jasa penundaan, jasa pelayanan air bersih, jasa dermaga, jasa, penumpukan, bongkarmuat, dan sebagainya.2. Pelabuhan yang tidak diusahakan

Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgahan kapal/perahu, tanpa fasilitas bongkarmuat, bea cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan kecil yang disubsidi oleh Pemerintah, dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut.

Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan lokal, nasional dan internasional, pelabuhan diklasifikasikan sebagai berikut,1. Pelabuhan Laut

Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal kapal berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai dikunjungi oleh kapalkapal samudra.

2. Pelabuhan Pantai

Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera asing. Kapal asing dapat masuk ke pelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih dulu.

Ditinjau dari segi penggunaannya, pelabuhan diklasifikasikan sebagai berikut, 1. Pelabuhan Ikan

Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman air yang besar, karena kapalkapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar. Di Indonesia pengusahaan ikan relatif masih sederhana yang dilakukan oleh nelayannelayan dengan menggunakan perahu kecil. Jenis kapal ikan ini bervariasi, dari yang sederhana berupa jukung sampai kapal motor. Pelabuhan ikan dibuat di sekitar daerah perkampungan nelayan. Pelabuhan ini harus dilengkapi dengan pasar lelang, pabrik/gudang es, persediaan bahan bakar, dan juga tempat cukup luas untuk perawatan alatalat penangkap ikan.Fasilitasfasilitas yang ada pada pelabuhan ini adalah kantor pelabuhan, kantor syahbandar, pemecah gelombang, dermaga (pier1jetty), tempat pelelangan ikan, penyediaan air tawar, persediaan bahan bakar minyak, pabrik es, tempat pelayanan/reparasi kapal (slipway), rambu suar, tempat penjemuran ikan dan perawatan jala.

2. Pelabuhan Minyak

Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan perancah atau tambatan yang dibuat menjorok ke laut untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Bongkar muat dilakukan dengan pipapipa dan pompapompa, adalah contoh pelabuhan minyak. Pipapipa penyalur diletakkan di bawah jembatan agar lalu lintas di atas jembatan tidak terganggu. Tetapi pada tempattempat di dekat kapal yang merapat, pipapipa dinaikkan ke atas jembatan guna memudahkan penyambungan pipapipa. Biasanya di jembatan tersebut juga ditempatkan pipa uap untuk membersihkan tangki kapal dan pipa air untuk suplai air tawar. Karena jembatan tidak panjang maka pada ujung kapal harus diadakan penambatan dengan bolder atau pelampung pengikat agar kapal tidak bergerak.

Perkembangan ukuran kapal tangker yang cukup pesat mempunyai konsekuensi draft kapal melampaui kedalaman air pelabuhan sehingga kapal tidak bisa berlabuh. Untuk itu kapal tangker membuang sauh di laut dalam dan mengeluarkan minyak dengan menggunakan pipa bawah laut, atau memindahkan minyak ke kapal yang lebih kecil dan mengangkutnya ke pelabuhan. Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum.3. Pelabuhan Barang

Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada di pantai atau estuari dari sungai besar. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat barang. Pelabuhan barang ini bisa dibuat oleh pemerintah sebagai pelabuhan niaga atau perusahaan swasta untuk keperluan transpor hasil produksinya seperti baja, aluminium, pupuk, batu bara, minyak dan sebagainya.

Pada dasarnya pelabuhan barang harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan antara lain, Dermaga harus panjang dan harus dapat menampung seluruh panjang kapal atau setidaktidaknya 80 % dari panjang kapal. Hal ini disebabkan karena muatan dibongkar muat melalui bagian muka, belakang dan di tengah kapal. Mempunyai halaman dermaga yang cukup lebar untuk keperluan bongkar muat barang. Barang yang akan dimuat disiapkan di atas dermaga dan kemudian diangkat dengan kran masuk kapal. Demikian pula pembongkarannya dilakukan dengan kran dan barang diletakkan di atas dermaga yang kemudian diangkut ke gudang. Mempunyai gudang transito/penyimpanan di belakang halaman dermaga. Tersedia jalan dan halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari dan ke gudang serta mempunyai fasilitas untuk reparasi. Sebelum barang dimuat dalam kapal atau setelah diturunkan dari kapal maka barang muatan tersebut ditempatkan pada halaman dermaga. Bentuk halaman dermaga tergantung pada jenis muatan berupa : Barangbarang potongan (general cargo) yaitu barangbarang yang dikirim dalam bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang dibungkus dalam peti, karung, drum, dan sebagainya. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti batu bara, bijibijian, minyak, dan sebagainya. Peti kemas (container), yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi sebagai pembungkus barangbarang yang dikirim. Karena ukurannya teratur dan sama maka penempatannya akan lebih dapat diatur dan pengangkutannyapun dapat dilakukan dengan alat tersendiri yang lebih efisien.

4. Pelabuhan Penumpang

Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang. Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudanggudang, sedang untuk pelabuhan penumpang dibangun terminal penumpang yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang yang bepergian, seperti kantor imigrasi, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran, dan sebagainya. Barangbarang yang perlu dibongkar muat tidak begitu banyak, sehingga gudang barang tidak perlu besar. Untuk kelancaran masuk keluarnya penumpang dan barang, sebaiknya jalan masuk/keluar dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan langsung ke kapal, sedang barangbarang melalui dermaga adalah pelabuhan penumpang.

5. Pelabuhan Campuran

Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang, sedang untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap terpisah. Tetapi bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga menggunakan dermaga atau jembatan yang sama guna keperluan barang dan penumpang. Pada dermaga dan jembatan juga diletakkan pipapipa untuk mengalirkan minyak.

6. Pelabuhan Militer

Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapalkapal perang dan agar letak bangunan cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada pelabuhan barang letak/kegunaan bangunan harus efisien mungkin, sedang pada pelabuhan militer bangunanbangunan pelabuhan harus dipisahpisah yang letaknya agak berjauhan.

Ditinjau berdasarkan letak geografisnya, pelabuhan dapat dibedakan menjadi pelabuhan alam, semi alam atau buatan,

1. Pelabuhan alam

Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang secara alam, misainya oleh suatu pulau, terletak di teluk, estuari dan muara sungai. Di daerah ini pengaruh gelombang sangat kecil. Pelabuhan Cilacap yang terletak di selat antara daratan Cilacap dan Pulau Nusakambangan merupakan contoh pelabuhan alam yang daerah perairannya terlindung dari pengaruh gelombang, yaitu oleh Pulau Nusakambangan. Contoh dari pelabuhan alam lainnya adalah pelabuhan Palembang, Belawan, Pontianak, dsb, yang terletak di muara sungai (estuari). Estuari adalah bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada waktu pasang air laut masuk ke hulu sungai. Saat pasang tersebut air sungai dari hulu terhalang dan tidak bisa langsung dibuang ke laut. Dengan demikian di estuari terjadi penampungan air dalam jumlah sangat besar. Pada waktu surut, air tersebut akan ke luar ke laut. Karena volume air yang dikeluarkan sangat besar maka kecepatan aliran cukup besar yang dapat mengerosi endapan di dasar sungai. Lama periode air pasang dan surut tergantung pada tipe pasang surut. Untuk pasang surut tipe diurne periode air pasang dan surut masingmasing adalah sekitar 12 jam. Sedang tipe semi diurne periode adalah 6 jam. Karena adanya pasang surut tersebut maka kedalaman air di estuari cukup besar, baik pada waktu air pasang maupun surut, sehingga memungkinkan kapalkapal untuk masuk ke daerah perairan tersebut. Di estuari ini tidak dipengaruhi oleh gelombang, tetapi pengaruh arus dan sedimentasi cukup besar.

2. Pelabuhan Buatan

Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater). Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluarmasuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat. Bangunan ini dibuat mulai dari pantai dan menjorok ke laut sehingga gelombang yang menjalar ke pantai terhalang oleh bangunan tersebut. Contoh dari pelabuhan ini adalah pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Mas.3. Pelabuhan Semi Alam

Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe di atas. Misalnya suatu pelabuhan yang terlindungi oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada alur masuk. Pelabuhan Bengkulu adalah contoh dari pelabuhan ini. Pelabuhan Bengkulu memanfaatkan teluk yang terlindung oleh lidah pantai untuk kolam pelabuhan. Pengerukan dilakukan pada lidah pantai untuk membentuk saluran sebagai jalan masuk/keluar kapal. Contoh lainnya adalah muara sungai yang kedua sisinya dilindungi oleh jetty. Jetty tersebut berfungsi untuk menahan masuknya transpor pasir sepanjang pantai ke muara sungai, yang dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan.

Ditinjau menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran Jenis pelabuhan terdiri atas pelabuhan laut dan pelabuhan sungai dan danau.

Pelabuhan laut sebagaimana dimaksud mempunyai hierarki terdiri atas : Pelabuhan Utama; pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar Propinsi.

Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antar Propinsi;

Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam Propinsi.

2.4. Sarana dan Prasarana Pelabuhan

Sebagai penunjang kegiatan bongkar muat dan pelayanan kapal dalam suatu pelabuhan diperlukan beberapa sarana dan prasarana. Sarana pelabuhan adalah alat angkutan laut yang dapat memuat barang-barang dan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan, alat angkut yang dimaksud adalah kapal. Adapun jenis kapal tersebut antara lain kapal-kapal barang, kapal penumpang dan kapal-kapal kerja (kapal tunda dan kapal keruk).

Prasarana pelabuhan adalah fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan-kegiatan di pelabuhan khususnya untuk melayani kapal dan pelaksanaan bongkar muat barang yang terdiri dari :1. Peralatan bongkar muat barang, transtrainer, chassis and head truck fork lift, gantry crane dan lain-lain

2. Pergudangan

3. Lapangan penimbunan (untuk barang umum dan peti kemas)

4. Dermaga atau tempat bertambatnya kapal

5. Perkantoran, terdiri dari perusahaan pelayaran, perusahaan ekspor-impor, bea dan cukai, karantina, imigrasi, dan lain-lain

6. Sistem komunikasi

7. Sistem jaringan jalan

Fungsi pelabuhan adalah melayani konsumen/pengguna jasa pelabuhan, sehingga suatu pelabuhan harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Peningkatan daya muat, kualitas angkut, dan efisiensi penggunaan peralatan, baik di kapal maupun di darat dapat dicapai dengan cara memperbesar dan mempercepat alat angkutan yang berakibat bahwa fasilitas prasarana yang melayaninya harus mampu menampungnya. Dengan demikian yang dimaksud dengan meningkatkan pelayanan adalah kemampuan pelabuhan dalam menangani kapal dan barang tanpa memakan waktu yang lama, seperti waktu tunggu kapal dan waktu kegiatan bongkar muat barang. Penanganan bongkar muat dilakukan dengan menggunakan alat-alat bongkar muat dan disesuaikan dengan jenis barang yang dilayaninya. Jenis barang tersebut dapat berbentuk cair, gas, dan padat. Untuk barang cair dan gas menggunakan alat khusus berupa pipa yang disalurkan langsung dari kapal ke tempat penampungannya berupa tanki-tanki. Barang jenis cair meliputi minyak hasil penyulingan, minyak mentah maupun hasil kegiatan industri seperti gula tetes dan minyak kelapa sawit. Sedangkan penanganan terhadap barang dalam bentuk padat (curah kering) bisa dengan pipa-pipa ataupun alat-alat bongkar muat pada kapal jika bentuk kemasannya berupa kantong-kantong ataupun peti-peti.

Pelayanan fasilitas merupakan bentuk nyata dari jasa yang diberikan pelabuhan kepada konsumennya. Pelabuhan yang baik adalah pelabuhan yang memiliki fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan di pelabuhan baik itu dermaga, gudang, lapangan penumpukan, alat-alat kerja untuk bongkar muat barang, perkantoran dan lain-lain. Pelayanan fasilitas di pelabuhan dikhususkan untuk kapal yang berlabuh beserta awak kapalnya, namun untuk beberapa fasilitas lain seperti mushola atau Puskesmas (Rumah Sakit) dapat pula digunakan untuk melayani masyarakat umum.

Kegiatan di pelabuhan yang menentukan terjadinya lalu-lintas barang adalah :8. Kegiatan ekspor impor (internasional/luar negeri)

9. Kegiatan bongkar muat (interinsulair/dalam negeri)

Arus barang tersebut masing-masing dibagi dua menurut perlakuan terhadap barang dan jenis barang yaitu :10. Melalui gudang

11. Melalui lapangan penumpukan

Lapangan penumpukan untuk barang umum

Lapangan penumpukan untuk peti kemas

Dalam melaksanakan keseluruhan kegiatan diatas, maka perlu diperhatikan pula jumlah kapal yang bersandar dan jumlah muatan yang dibawanya menurut jenis barang dan kemasannya. Untuk itu perlu pengadaan tempat bertambat bagi kapal atau biasanya disebut dermaga. Ukuran dermaga dihitung berdasarkan perkiraan jenis dan jumlah kapal yang akan berlabuh. Penggunaan dermaga disesuaikan dengan jenis muatan yang diangkut kapal, misalnya dermaga untuk muatan umum, dermaga untuk muatan cair (curah cair), dermaga untuk muatan padat (curah kering), dan dermaga khusus untuk peti kemas.Dari uraian diatas maka diperoleh beberapa variabel yang dapat digunakan untuk menganalisa kegiatan yang ada di pelabuhan dalam upaya untuk memberikan gambaran terhadap upaya untuk pengembangan pelabuhan selanjutnya. Variabel-variabel tersebut antara lain :

12. Jumlah volume arus barang yang melalui pelabuhan/dermaga yang dibagi dalam :

Volume arus barang menurut jenis barang

Volume arus barang menurut perlakuan terhadap barang atau kemasannya13. Kunjungan kapal yang dibagi menjadi:

Jumlah kapal

Jumlah muatan kapal14. Waktu tambat kapal, tergantung kepada:

Jumlah barang yang masuk atau keluar

Jenis barang yang dibongkar

Alat-alat bongkar muat yang dimiliki masing-masing kapal

Sistem penanganan muatan; melalui gudang, lapangan penumpukan, atau diangkut langsung dengan truk

Kemampuan/keadaan gudang dan lapangan penimbunan penerimaan barang

Perbedaan jam kerja antara pelabuhan dan gudang/lapangan penumpukan2.5. Sistem Pengelolaan Teknis Pelabuhan2.5.1. Sistem Sandar Kapal

Ada dua macam sistem sandar kapal yaitu Sistem Dermaga Menerus dan Sistem Susun Sirih. Periksa gambar-gambar dibawah ini.2.5.2. Penanganan Muatan

Secara garis besar sistem penanganan muatan atau pelaksanaan bongkar muat ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :15. Bongkar muat secara langsung ke truk

Barang-barang yang dibongkar langsung dari kapal ke dalam truk tanpa melalui penyimpanan disebut truck lossing, sedangkan barang-barang yang dimuat langsung dari truk ke dalam kapal disebut truck loading.

Gambar 2.1 : Sistem Dermaga Menerus

Gambar 2.1. : Sistem Dermaga Tender

Gambar 2.3. : Sistem Dermaga Susun Sirih

Contoh barang yang dibongkar muat dengan cara ini adalah garam dan gaple, karena kedua barang ini kalau ditumpuk akan menjadi cair, dan besi-besi yang diimpor, karena kalau ditumpuk akan memakan tempat yang sangat besar.16. Bongkar muat melalui penimbunanBarang-barang sebelum dimuat, ditumpuk terlebih dahulu di gudang atau lapangan penumpukan dan disusun sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana urutan pemuatan. Urutan pemuatan diperlukan untuk memudahkan pembongkaran di pelabuhan. Cara bongkar muat (B/M) pada dasarnya masih mengikuti gerakan-gerakan vertikal yang biasa disebut Lo/Lo (Lift on/ Lift off). Gerakan ini biasanya masih menggunakan tenaga manusia, Derek kapal, keran di tambatan (wharfs crane) ataupun keran mobil (mobile crane). Pengembangan teknologi penanganan muatan ditujukan untuk mempercepat alih muat sehingga waktu putar kapal (ships turn around time) diperpendek agar biaya angkut dapat ditekan dan meningkat produktifitas B/M dermaga.

Secara garis besar, teknologi peralatan bongkar muat dapat dibagi sebagai berikut :

Lo/Lo, yaitu penanganan muatan dengan pergerakan perpindahan muatan dilakukan secara vertikal. Karena besar muatan yang berat, maka gerakan ini hanya dimungkinkan dengan menyediakan keran-keran khusus. Pada umumnya peralatan ini diimpor dan nilai investasinya tinggi. Pelayanan muatan ini dapat digolongkan pada jenis kapal-kapal : kapal konvensional (conventional ship)

kapal peti kemas (container Ship)

kapal LASH (lighter aboard ship).

Ro/Ro, atau biasa disebut Roll on/ Roll off, yaitu jenis kapal dengan pergerakan pemindahan muatan secara mendatar (horizontal). Tenaga pemindahan ini dapat dilakukan dengan tenaga manusia atau mesin menyatu diri, misalnya truk atau lepas, misalnya dengan LuF (Lift up Frame). Jenis-jenis kapal Ro/Ro ini di klasifikasikan sebagai berikut :

kapal feri jarak pendek (short distance ferry vessel)

kapal feri jarak menengah (intermediate distance ferry vessel)

kapal feri jarak jauh (long distance ferry vessel).

Hisap (suction), yaitu jenis kapal curah yang penanganan muatannya dilakukan dengan cara menghisap/memompa melalui pipa. Pada jenis muatan benda padat (butiran, tepung) selain menghisap, biasanya dikombinasikan dengan peralatan ban berjalan (conveyor belt). Termasuk pada jenis ini, yaitu kapal-kapal curah yang menangani muatan cair/kapal-kapal tanki (liquid bulk ship) untuk minyak nabati, minyak bumi, LNG, dan lain sebagainya; muatan butiran (non-liquid bulk ship) untuk padi, jagung, gamdum, semen, dan lain sebagainya

Khusus, yaitu jenis kapal curah lain yang menangani satu jenis muatan, biasanya dikaitkan dengan sebuah industri, misalnya kapal kayu gelondongan (logs carrier), peti kemas (container ship), kapal bijih besi (bulk ore ship).selain itu, terdapat pula jenis kapal ikan (fishing boat, stern trowler), kapal penumpang, dan kapal kerja, yaitu kapal-kapal yang menunjang pelaksanaan fungsi kapal-kapal yang disebutkan diatas.

2.5.3. Sistem Penyimpanan

Maksud sistem penyimpanan adalah penyediaan fasilitas penumpukan barang-barang bongkar muat di pelabuhan, yang tujuannya antara lain : Untuk memperlancar kerja bongkar muat dari atau ke kapal

Khususnya untuk muatan yang memerlukan penyusunan terlebih dahulu sesuai pelabuhan tujuan

Untuk pemeriksaan oleh Bea dan Cukai (khususnya terhadap barang ekspor-impor)

Untuk menyeleksi barang-barang yang rusak, tidak cocok dengan dokumen, ukuran, dan lain-lain

Berdasrkan jenis dan macam barang dapat dibedakan tempat penumpukannya, misalnya barang-barang besar, berat (mesin, pipa, dll), yang tidak mudah hilang maupun rusak akibat cuaca (hujan), maka barang-barang tersebut bisa ditumpuk di lapangan. Berbeda dengan barang-barang yang mudah rusak, mudah hilang dan barang berharga yang memerlukan perlindungan, perlu ditumpuk dalam gudang tertutup. Ada dua macam tempat penyimpanan yaitu gudang dan lapangan penumpukan. Gudang adalah tempat penumpukan tertutup, ada dua jenis diantaranya : Gudang Lini - I adalah gudang-gudang yang dibangun ditepi laut dimana gudang tersebut memiliki pintu yang menghadap ke laut dan ke darat.

Gudang Lini - II adalah gudang-gudang yang dibangun diluar pelabuhan ataupun jika didalam pelabuhan dibangun tidak ditepi laut, misalnya didaerah tengah.

Lapangan penumpukan adalah tempat penumpukan terbuka, ada dua jenis diantaranya :

Lapangan Lini - I adalah lapangan yang dibangun jauh dari pantai dan barang-barang yang ditumpuk disitu adalah barang-barang yang tidak bisa atau tidak boleh masuk ke gudang Lini - I, yaitu barang-barang berat, besar, tidak mudah hilang atau tahan terhadap cuaca.

Lapangan Lini - II sama dengan lapangan Lini - I namun khusus untuk barang yang sudah selesai dokumennya dari Bea & Cukai, sehingga fungsinya untuk barang bebas serta hanya untuk penimbunan saja atau stock (bukan untuk transit).

2.5.4. Aspek Perencanaan dan Pengelolaan Perencanaan lokasi pelabuhan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran. Penggunaan wilayah daratan dan perairan tertentu sebagai lokasi pelabuhan ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. Lokasi pelabuhan disertai dengan Rencana Induk Pelabuhan serta DaerahLingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan.

Setiap pelabuhan wajib memiliki Rencana Induk Pelabuhan.

Rencana Induk Pelabuhan disusun dengan memperhatikan : Rencana Induk Pelabuhan meliputi rencana peruntukan wilayah daratan dan rencana peruntukan wilayah perairan.

Rencana peruntukan wilayah daratan berdasar pada kriteria kebutuhan :

1. fasilitas pokok; dan

2. fasilitas penunjang. Rencana peruntukan wilayah perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasar pada kriteria kebutuhan:

3. fasilitas pokok; dan

4. fasilitas penunjang.

Rencana Induk Pelabuhan dilengkapi dengan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan.

Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan ditetapkan dengan koordinat geografis untuk menjamin kegiatan kepelabuhanan.

Daerah Lingkungan Kerja pelabuhan, terdiri atas :5. wilayah daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang; dan

6. wilayah perairan yang digunakan untuk kegiatan alurpelayaran, tempat labuh, tempat alih muat antarkapal,kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan merupakan perairan pelabuhan di luar Daerah Lingkungan Kerja perairan yang digunakan untuk alur-pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan pemanduan, fasilitas pembangunan, dan pemeliharaan kapal.

Daratan dan/atau perairan yang ditetapkan sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan dikuasai oleh negara dan diatur oleh penyelenggara pelabuhan.

Pada Daerah Lingkungan Kerja pelabuhan yang telah ditetapkan, diberikan hak pengelolaan atas tanah dan/atau pemanfaatan perairan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan untuk pelabuhan laut ditetapkan oleh:

7. Menteri untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul setelah mendapat rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota akan kesesuaian dengan tata ruang wilayah Propinsi dankabupaten/kota; dan

8. Gubernur atau bupati/walikota untuk pelabuhan pengumpan.

Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan untuk pelabuhan sungai dan danau ditetapkan oleh bupati/walikota.

2.6. Kapal

8.6.1. Jenis Kapal

Selain dimensi kapal, karakteristik kapal seperti tipe dan fungsinya, juga berpengaruh terhadap perencanaan pelabuhan. Tipe kapal berpengaruh pada tipe pelabuhan yang akan direncanakan. Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut ini.

8.6.2. Kapal penumpang

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan taraf hidup sebagian penduduknya relatif masih rendah, kapal penumpang masih mempunyai peran yang cukup besar. Jarak antara pulau yang relatif dekat masih bisa dilayani oleh kapalkapal penumpang. Selain itu dengan semakin mudahnya hubungan antara pulau (SumatraJawaBali), Semakin banyak beroperasi ferriferri yang memungkinkan mengangkut mobil, bis, dan truk bersamasama dengan penumpangnya. Pada umumnya kapal penumpang mempunyai ukuran relatif kecil.

Di negara maju, kapalkapal besar antar lautan menjadi semakin jarang. Orang lebih memilih pesawat terbang untuk menempuli jarak yang jauh. Sebaliknya muncul kapal pesiar dan juga ferri.8.6.3. Kapal Barang

Kapal barang khusus dibuat untuk mengangkut barang. Pada umumnya kapal barang mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada kapal penumpang. Bongkar muat barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertikal atau horisontal. Bongkar muat secara vertikal yang biasa disebut lift on / lift off (LolLo) dilakukan dengan keran kapal, keran mobil dan/atau keran tetap yang ada di dermaga. Pada bongkar muat secara horisontal yang juga disebut Roll onlRoll Off (RolRo) barangbarang diangkut dengan menggunakan truk. Kapal ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan barang yang diangkut, seperti bijibijian, barangbarang yang dimasukkan dalam peti kemas (container), benda cair (minyak, bahan kimia, gas alam, gas alam cair dsb).

8.6.4. Kapal barang umum (general cargo ship)

Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan umum (general cargo). Muatan tersebut bisa terdiri dari bermacammacam barang yarig dibungkus dalam peti, karung dan sebagainya yang dikapalkan oleh banyak pengirim untuk banyak penerima di beberapa pelabuhan tujuan. Kapal jenis ini antara lain :9. Kapal yang membawa peti kemas yang mempunyai ukuran yang telah distandarisasi. Berat masingmasing peti kemas antara 5 ton sampai 40 ton. Kapal peti kemas yang paling besar mempunyai panjang 300 m untuk 3600 peti kemas berukuran 20ft (6 m).

10. Kapal dengan bongkar muat secara horisontal (rollonlrolloff) untuk transpor truk, mobil dsb.

11. Kapal barang curah (bulk cargo ship)Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan curah yang dikapalkan dalam jumlah banyak sekaligus. Muatan curah ini bisa berupa beras, gandum, batu bara, bijih besi, dan sebagainya. Kapal jenis ini yang terbesar mempunyai kapasitas 175.000 DWT dengan panjang 330 m, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 m. Sejak beberapa tahun ini telah muncul kapal campuran OBO (OreBulkOil) yang dapat memuat barang curah dan barang cair secara bersamasama. Kapal jenis ini berkembang dengan pesat, dan yang terbesar mempunyai kapasitas 260.000 DWT.

11.6.1. Kapal Tanker

Kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak, yang umumnya mempunyai ukuran sangat besar. Berat yang bisa diangkut bervariasi antara beberapa ribu ton sampai ratusan ribu ton. Kapal terbesar bisa mencapai 555.000 DRT (kapal P. Guillaumat yang mempunyai panjang 414 m, lebar 63 m dan sarat 28,5 m). Karena barang cair yang berada di dalam ruangan kapal dapat bergerak secara horisontal (memanjang dan melintang), sehingga dapat membahayakan stabilitas kapal, maka ruangan kapal dibagi menjadi beberapa kompartemen (bagian ruangan) yang berupa tangkitangki. Dengan pembagian ini maka tekanan zat cair dapat dipecah sehingga tidak membahayakan stabilitas kapal. Tetapi dengan demikian diperlukan lebih banyak pompa dan pipapipa untuk menyalurkan minyak masuk dan keluar kapal. Kapal khusus (special designed ship)

Kapal ini dibuat khusus untuk mengangkut barang tertentu seperti daging yang harus diangkut dalam keadaan beku, kapal pengangkut gas alam cair (liquifted natural gas, LNG), dan sebagainya.Di samping kapalkapal yang telah disebutkan di atas, masih ada jenisjenis kapal lainnya seperti kapal penangkap ikan, kapal kerja (misalnya kapal tunda, kapal suplai, kapal keran apung, kapal pemancang tiang, kapal keruk dsb), kapal pesiar, kapal perang.

Karakteristik KapalDaerah yang diperlukan untuk pelabuhan tergantung pada karakteristik kapal yang akan berlabuh. Pengembangan pelabuhan di masa mendatang harus meninjau daerah perairan untuk alur, kolam putar, penambatan, dermaga, tempat pembuangan bahan pengerukan, daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan, penyimpanan dan pengangkutan barangbarang. Kedalaman dan lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan pelabuhan.2.7. PERENCANAAN PELABUHAN2.7.1. Analisa Lalu-Lintas Kapal Proyeksi Lalu Lintas Barang

Secara umum kebutuhan suatu rencana pengembangan pelabuhan laut dipengaruhi oleh berbagai perkembangan sosial-ekonomi dari daerah layanannya, baik daerah layanan belakang (hinterland) maupun daerah layanan depan (foreland). Yang menjadi daerah belakang dari pelabuhan yang direncanakan paling tidak mencakup wilayah satu kabupaten atau bahkan bisa satu Propinsi, sedangkan daerah layanan depannya adalah daerah-daerah lain di seluruh Indonesia yang menjadi asal dan tujuan para penumpang/barang angkutan laut. Potensi pengguna dari pelabuhan yang direncanakan terutama berkaitan dengan fungsi pelabuhan ini apakah akan berfungsi sebagai pelabuhan internasional, pelabuhan regional, atau pelabuhan lokal.2.7.2. Analisa Kebutuhan Prasarana Darat1. Lapangan Penumpukan

Lapangan Penumpukan Barang Umum (General Cargo)

Untuk menentukan luas areal penumpakan barang umum digunakan perhitungan sebagai berikut (Venlsink, 1993) :

O ts=

EMBED Equation.3

EMBED Equation.3Dimana :

Ots=kebutuhan area penumpukan (m2)

Tts=jumlah bongkar muat per tahun yang melalui area penumpukan (TEU)

Tav=waktu tunggu cargo rata-rata (hari)

=berat jenis cargo rata-rata

h=tinggi permukaan rata-rata

f1=faktor penggali yang mengakomodasikan kebutuhan area untuk lalulintas alat

f2=faktor penggali untuk area penumpukan barang khusus, barang rusak, dan sebagainya

mts=tingkat okupasi rata-rata area penumpukan

Areal Penumpukan Container

Untuk menentukan luas areal penumpukan kontainer digunakan perhitungan sebagai berikut (Velsink, 1993) :O =

Dimana :

O=kebutuhan area penumpukan (m2)

Ci=jumlah lalu lintas container per tahun (TEU)

=waktu tunggu rata-rata (hari)

F=kebutuhan area per TEU termasuk area lalu lintas alat (m2)

r=tinggi permukaan rata-rata

mi=tinggi okupasi area penumpukan rata-rata2. Gudang dan Kantor

Penyimpanan di gudang diperlukan bilamana : Aliran muatan maksimum melebihi kapasitas penyimpanan. Digunakan dalam bisnis perdagangan untuk muatan yang disimpan agak lama, sebagai contoh ; muatan yang harus diperam, harus disortir dan muatan yang harus dibungkus. Bangunan perkantoran di kawasan pelabuhan berupa bangunan kantor pelabuhan dan kantor administrasi.

2.7.3. Bengkel Pemeliharaan dan Perbaikan (M&R Workshop)

Bengkel perbaikan dan pemeliharaan akan berupa gedung beton bertulang. Fasilitas di dalam gedung akan mampu memperbaiki dan memelihara dari tiap peralatan yang digunakan di terminal termasuk mobile crane, forklift, traktor dan peti kemas. Berbagai stock dari suku cadang juga akan tersedia di sini. Lapangan terbuka di depan gedung akan mengakomodasikan berbagai keperluan perbaikan dan perawatan.2.7.4. Area Parkir (Parking Area)

Parkir merupakan tempat pemberhentian kendaraan untuk jangka waktu yang lama atau sebentar sesuai dengan kebutuhan. Lokasi parkir diusahakan sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan dan tidak menyebabkan konflik pada ruas jalan di lokasi parkir tersebut. Masalah yang berkaitan dengan fasilitas parkir adalah jika kebutuhan parkir tidak sesuai atau melebihi kapasitas parkir yang disediakan, sehingga kendaraan yang tidak tertampung akan mengganggu lalu lintas jalan atau menyebabkan konflik di ruas jalan tersebut. Karakteristik kebutuhan parkir yang perlu diperhatikan mencakup hal-hal di bawah ini :Akumulasi : jumlah total kendaraan yang parkir dalam satuan waktu tertentu. Akumulasi maksimum merupakan demand tertinggi.

Durasi : lamanya kendaraan parkir.

Tujuan akhir pergerakan, maksud pergerakan dan waktu berjalan. Lokasi tujuan akhir pergerakan serta waktu berjalan kaki dari daerah parkir penting untuk pemakai. Makin sedikit waktu berjalan, makin dekat tempat parkir dengan tempat tujuan pergerakan.

Beberapa lahan parkir di pelabuhan yang perlu direncanakan secara terpisah adalah lahan untuk parkir :

Kendaraan Mobil

Berikut ini merupakan dimensi petak parkir dan lebar untuk manuver kendaraan.

2.7.5. Analisis Kebutuhan Prasarana LautAlur Pelayaran

Alur pelayaran adalah bagian perairan pelabuhan yang berfungsi sebagai jalan masuk atau keluar yang menghubungkan antara daerah alur pelayaran laut bebas ke lokasi dermaga tempat kapal berlabuh.

Dasar pertimbangan dalam perencanaan alur pelayaran adalah sebagai berikut : Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan bagi kapal-kapal yang melakukan gerak manuver. Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, sarat).

Mode operasional alur pelayaran ; satu arah atau dua arah.

Bathymetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai / laut, jaringan pipa, kabel bawah laut, dan lain-lain).

Kondisi hidro-oceanografi ; arus, gelombang, pasang surut.

Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin.

Tingkat pelayanan yang diisyaratkan ; kapal dapat melewati alur pelayaran setiap saat, meskipun pada saat air laut surut. Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran. Parameter-parameter kapal yang akan dilayani harus ditentukan lebih dahulu, agar fasilitas pelabuhan yang dibangun termasuk alur pelayaran dapat berfungsi dengan baik. Parameter-paramater kapal yang biasa dipakai adalah : Gross Tonnage (GT), besaran ini menyatakan jumlah isi (volume) ruang kapal secara keseluruhan dalam satuan Registere Ton. 1 GT = 100 ft3.

Dead Weight Tonnage (DWT), besaran ini menyatakan daya angkut kapal dalam satuan metrik ton.

Light Weight Tonnage (LWT), besaran ini menyatakan bobot kapal tanpa muatan (dalam keadaan kosong) dalam satuan metrik ton.

Length Overall (LOA), panjang keseluruhan kapal.

Length Between Perpendicular (LBP), panjang kapal diukur dari titik perpotongan badan kapal dengan permukaan air.

Beam, lebar kapal diukur dari bagian luar badan kapal atau dapat juga diartikan sebagai lebar terbesar yang dimiliki kapal.

Draft / Draught, jarak ke titik terendah dari keel di bawah muka air.

Tabel 2.1 : Sketsa Dimensi Kapal Peti KemasNo.YearGenerationCapacity

TEULength

mBeam

mDraft

m

1.1968750180259.9

2.197215002102911.5

3.198030002753212.5

4.198745002753913.5

5.199750003254114.1

6.199980003454314.5

Future90003705015.9

Future on Sketch Board118004205516.0

Sumber : Simonsen, H.D.:Mit dem Jade-Weser Port die Zukunft gewinnen (Accomplishing the Future with the Jade-Weser Port). Varel, CCV Centrum Cartogrphie Verlag GmbH, 2001)

Gambar 2.4 : Sketsa Dimensi Kapal Peti Kemas

Kriteria Perencanaan Alur Pelayaran : Kecepatan kapal:maksimum 8 knots.

Kecepatan arus: maksimum 4 knots sejajar sumbu alur pelayaran.

Kecepatan angin:moderate crosswind (menurut skala Beaufort).

Bank Clearence: 1.5 x B,

dimana :B=lebar kapal (m)

A= lebar lintasan manuver kapal = 1,8 x B.

C= ruang bebas antara lintasan manuver (A) = B, dan tidak boleh kurang dari 30 m.

D= ruang bebas mimimum di bawah lunas kapal (keel).

Gambar 2.5 : Sketsa Tipikal Alur Pelayaran

Dasar perhitungan alur pelayaran disajikan sebagai berikut :

A= W x L

dimana :

A= luas areal alur

W= 9 B + 30 meter

B =lebar kapal maksimum

L= panjang alur pemanduan dan penundaan

Kolam Pelabuhan

Kolam pelabuhan adalah lokasi perairan tempat kapal berlabuh, mengisi perbekalan, atau melakukan aktivitas bongkar-muat. Pada umumnya yang menjadi batas-batas kolam pelabuhan adalah bangunan pemecah gelombang, batas galian/pengerukan kolam dermaga, atau batas yang ditentukan sesuai tanda Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP).

Dasar pertimbangan perencanaan kolam pelabuhan :

Perairan harus cukup tenang. Lebar dan kedalaman kolam pelabuhan disesuaikan dengan kebutuhan.

Kemudahan olah gerak (manuver) kapal.

Syarat-syarat untuk perencanaan kolam pelabuhan adalah :

Kedalaman Kolam

Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar-masuk dengan aman pada saat Air Surut Terendah (LLWL). Kedalaman kolam dihitung dengan persamaan di bawah ini.D=d + 1/2H + S+ C

dimana :

D=kedalaman kolam pelabuhan pada saat surut terendah.

d=draft kapal terbesar yang direncanakan akan menggunakan pelabuhan tersebut pada saat muatan penuh.

H=tinggi gelombang rencana dalam kolam pelabuhan.

S=Squat = pertambahan draft akibat ayunan vertikal ketika kapal memasuki perairan dangkal.

C=Clearence sebagai pengaman, diambil nilai-nilai 25 100 cm tergantung kondisi dasar kolam.

Untuk perencanaan kolam pelabuhan dihitung berdasarkan draft kapal yang terbesar.

Kolam Putar (Turning Basin)

Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan. Diameter kolam putar (turning basin) yang disyaratkan adalah : D= 2 x L O A

dimana :

D= diameter kolam putar (turning basin).

LOA=length overall= panjang total kapal.

Dermaga

Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar-muat (loading-unloading) dan sandar kapal (berthing). Di pelabuhan modern, biasanya ketiga fungsi ini dipisahkan sehingga dikenal istilah dermaga bongkar, dermaga muat dan dermaga sandar. Namun, tidak demikian dengan pelabuhan sederhana yang biasanya kapal datang, sandar, membongkar dan berangkat menggunakan dermaga yang sama.

Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga : Arah angin, arah arus, dan perilaku kestabilan pantai.

Panjang dan lebar dermaga disesuaikan dengan kapasitas/jumlah kapal sandar.

Letak dermaga dipilih sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan terhadap fasilitas darat yang tersedia dengan mempertimbangkan kedalaman perairan.

Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat gelombang air pasang tidak melimpas ke permukaan dermaga.

Penentuan elevasi lantai dermaga sesuai dengan kondisi pasang surut yaitu :E

= HHWL + H + F

dimana;

HHWL= highest high water level = elevasi pasang surut tertinggi.

H= tinggi gelombang.

F

= free board = tinggi jagaan ( biasanya diambil = 0,5 m ).

Struktur Dermaga direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya lateral akibat tumbukan kapal sandar dan mampu menahan gaya vertikal/aksial akibat beban timbunan barang dan peralatan bongkar muat yang berada di atas dermaga. Panjang Dermaga ditentukan berdasarkan jumlah kapal yang akan sandar. Kapasitas sebuah dermaga cargo dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut : (Velsink, 1993) :

dimana ;

T= kapasitas dermaga per tahun (ton).

p= produktivitas gang rata-rata per jam (ton/gang/jam).

n= jumlah gang rata-rata per dermaga.

teff= jam kerja efektif per tahun.

mb= tingkat okupasi dermaga rata-rata.

Untuk memperoleh jumlah dermaga yang dibutuhkan, jumlah bongkar muat barang di pelabuhan yang ditinjau dibagi dengan kapasitas satu buah dermaga. Sedangkan kapasitas sebuah dermaga kontainer dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Velsink, 1993) :

dimana :

Tc= kapasitas dermaga per tahun (TEU)

p= produktivitas crane kontainer per jam (TEU/jam)

teff= jam kerja efektif per tahun

mb= tingkat okupasi dermaga rata-rata

Alat Penambat (Mooring Post)

Penambatan kapal yang sandar di dermaga dilakukan dengan menggunakan tali yang diikatkan pada Bollard/Mooring Post. Bollard terbuat dari besi/baja yang ditanam dalam blok beton pada lantai dermaga. Peralatan penambatan didesain dengan memperhitungkan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal yang sandar yang besarannya dipengaruhi oleh bobot kapal, gelombang, angin, dan arus.

Sarana Bantu Navigasi Pelayaran

Sistem rambu yang digunakan sebagai Sarana Bantu Navigasi Pelayaran berbentuk pelampung suar (Lighted Buoy) maupun menara suar (Lighted Beacon).2.7.6. Analisa tapak pelabuhan

Analisa tapak pelabuhan dapat ditinjau dari kondisi eksisting lingkungan kawasan diantaranya yaitu kondisi kemiringan tanah, hidrologi, orientasi matahari dan arah angin, serta kondisi lingkungan pelabuhan.

DERMAGA

MASUK

KELUAR

DERMAGA

MASUK

KELUAR

MASUK

DERMAGA

KELUAR

- 1

_1316121654.unknown

_1316121656.unknown

_1316129611.unknown

_1316129682.unknown

_1316121655.unknown

_1316121652.unknown

_1316121653.unknown

_1316121651.unknown