41
PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi Tentang Penafsiran Abdurrahman Wahid Dan Taqi> Al-Di> n Al-Nabha> ni> ) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) dalam Ilmu Tafsir dan Hadits Oleh: MOH. TARIB NIM. 08530068 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013

PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

  • Upload
    haanh

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA

(Studi Tentang Penafsiran Abdurrahman Wahid

Dan Taqi > Al-Di>n Al-Nabha>ni>)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)

dalam Ilmu Tafsir dan Hadits

Oleh:

MOH. TARIB

NIM. 08530068

JURUSAN TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN

STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

ii

Page 3: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

iii

Page 4: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

iv

Page 5: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

v

MOTTO

Jika diinginkan pemahaman lengkap terhadap kitab suci al-Qurân

Kitab suci itu janganlah hanya dipahami sebagai dokumen politik

melainkan sebuah penggambaran kehidupan yang lengkap

termasuk pemahaman sejarah masa lampau.

Gus Dur (1940-2009)

Kebahagiaan dari setiap negara lebih bergantung pada watak penduduknya

daripada bentuk pemerintahannya (Thomas Chandler Haliburton 1796-1865)

Page 6: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

vi

Persembahan

Skripsi ini ku persembahkhan

Kepada Ibu Bapak tercinta

Kakak (Muahammad Ali) dan

Adik (Masamah & Nur Hasanah) tersayang

Someone (EISM*)

Page 7: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam

semoga selalu tercurah-limpahkan kepada baginda Muhammad Saw. Yang telah mengajari

manusia dengan penuh keteladanan dan cinta-kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak, melalui proses panjang di kampus putih ini telah meyakinkan penulis untuk

menyelesaikan amanah akademik ini. Karena itu, penulis menyampaikan banyak

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Musa Asy‟arie. Selaku Rektor kampus putih kampus

perjuangan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Syaifan Nur, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Studi Agama

dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Suryadi, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadits.

4. Bapak Dr. H. Mahfudz Masduki, MA., selaku Pembimbing Akademik dan

Bapak Drs. Muhammad Mansur, M. Ag. selaku pembimbing.

5. Kepada para dosen yang telah membuka paradigma berpikir kritis kepada

penulis, diantaranya: Bapak Drs. Muhammad Yusuf, M.A., Bapak Dr. Phil.

Sahiron Syamsuddin, Bapak Dr. Abdul Mustaqim, M. Ag., Bapak Dr. M.

Alfatih Suryadilaga, M. Ag., M. Ag, Bapak Dr. Ahmad Baidowi, M.Si., Ibu

Inayah Rohmaniyah, M. Hum., Ibu Dr. Nurun Najwah, M. Ag., Ibu Adib

Sofia, Ibu Dr. Syafa‟atun al-Mirzanah, Bapak Dr. Agung Danarta, M. Ag.,

Bapak Dadi Nurhaedi, M. Ag., Bapak Prof. Bapak Dr. Fauzan Naif, M.A.,

Page 8: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

viii

Bapak Drs. Indal Abror, M. Ag., Bapak Afda Waiza, M.Ag., Bapak

Fachruddin Faiz, Bapak Ali Imron, M.SI., Bapak Ahmad Rofiq,

6. Pimpinan dan staff Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, terimakasih

atas pelayanan dan peminjaman buku-bukunya.

7. Seluruh staff TU Fakultas dan jurusan TH, terimaksih atas semua

pelayanannya.

8. Teman-teman TH‟08 diantaranya: Hanif Mudzoffar-Muhtadin, Hasan, Jalal,

Rofi, Mahadi, Kholiq, Apriyadi, Said, Paul, Ruli, Gus Dur, Iwan, Ilham, Imam

Asyrofi, Inayah, Afi, Ulfa, Uli, Ela, Fauziyah, Musa, mohon maaf jika ada

yang belum disebut. Akhirnya aku bisa mengejar kalian juga.

9. Para sahabat PMII Korp Pahlawan yang telah banyak mewarnai perjuangan

ini, diantaranya: Muhammad Mahrus, Irul, Kekal, Faqih, Arif, Fajar, Iddiens,

Arif Kusuma, Acing, Junaidi, Bukron, Zulkranaen, Faiz, Shodiq, Dwi, Uli,

Lia, Ela, Sodiq, Azizi, Dian. Eksistensiku karena kalian.

10. Semua pengurus dan anggota BEM-J TH periode 2010-2012, diantaranya:

Anang, Umamah, Ilzam, Unun, Samsul, Taufik, Anis, Barir, Rosi, Iva, Miranti,

Feni, Risa, Imam, Pangeran, Susilo, Devri, Ubed, David, Yafik, Didik, Aji,

Mila, Yuyun, Faza. Fuad. Terimakasih atas partisapisasi dan solidaritasnya.

11. Sahabat pengurus LKM FUSAP seperjuangan, diantaranya: Muhammad Arif,

Rahmat Fajar, Muhyiddin, Rofiuddin, Subaidi, dan Ulum. Terimakasih atas

kerjasamanya selama ini.

12. Keluarga besar Masjid Al-Huda Gedongkuning, terimaksih telah menerima

dan memberikan semua fasilitas hidup kepada seorang „JamesBon‟ ini.

13. Teman-teman RIMASDA Gedongkuning yang selama ini telah menerimaku

menjadi bagian dari kalian.

Page 9: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

ix

14. Sataretanan FSKMMY dan KMPY, wadah persaudaraan yang tidak akan

pernah lekang. Kalian perantau yang siap membangun desa.

15. Adik-adik santri TPQ Miftahul Ulum, terimakasih dan mohon maaf belum

bisa memberikan yang terbaik kepada kalian.

16. Kedua orangtua tercinta yang selalu memberi keyakinan, semangat, dan modal

hidup yang tak ternilai harganya. Kedua Bibi tercinta yang turut mengasuh dan

turut memberi kehidupan. Kakak dan Adik tercinta mohon maaf selama ini aku

mendapat bagian biaya hidup yang lebih dari kalian. Kepada mereka yang

tidak sempat penulis sebut satu persatu, mohon maaf yang sedalam-dalamnya.

Semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang terbaik kepada mereka. Amin.

Yogyakarta, 24 Januari 2013

Moh. Tarib

NIM. 08530068

Page 10: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

x

ABSTRAK

Konsep negara dalam peradaban umat Islam hingga saat ini masih menjadi isu

yang aktual di tengah-tengah kehidupan. Bahkan masih menjadi perdebatan yang tidak

kunjung selesai. Dalam konteks Indonesia khususnya perdebatan seputar relasi agama dan

negara telah banyak menguras energi bangsa ini, sejak masa-masa persiapan kemerdekaan

hingga setengah abad lebih setelah merdeka. Di satu sisi ada kelompok legal-formalistik

yang berusaha menerapkan sistem Islam dengan wujud negara Islam, dengan dalih Islam

sebagai agama yang lengkap dan serba sempurna termasuk masalah tata negara. Pada sisi

yang lain ada kelompok substantif-inklusif yang menolak formalisasi Islam ke dalam

bentuk negara Islam, dengan alasan al-Qur‟an tidak berbicara masalah bagaimana negara

itu didirikan. Adanya kedua paradigma kelompok yang saling bertentangan ini tidak

terlepas dari penafsiran dan pemahaman terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang menjadi

landasan berpikir mereka masing-masing.

Dari wacana tersebut menarik perhatian penulis untuk meneliti dua tokoh besar

muslim modern yang cukup berpengaruh dalam konteks perpolitikan dan kenegaraan.

Kedua tokoh tersebut adalah Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni. Dalam

penelitian ini mengkaji penafsiran terhadap ayat-ayat yang menjadi landasan konsep

negara kedua tokoh tersebut. Kemudian mencari akar perbedaan penafsirannya. Perbedaan

setting historis kedua tokoh ini banyak mempengaruhi pemahamannya ketika

menafasirkan ayat al-Qur‟an tentang asas negara. Abdurrahman Wahid mewakili

kelompok dengan paradigma substantif-inklusif, sedangkan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> dari

kelompok legal-formalistik.

Peneletian ini merupakan penelitiaan kepustakaan (library research). Untuk

mengkaji penafsiran Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> terhadap ayat-ayat

tentang asas negara, maka penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu mengurai secara

teratur konsepsi kedua tokoh. Untuk memahami dan menyelami data yang terkumpul serta

untuk menangkap arti dan nuansa yang dimaksud kedua tokoh secara khas dalam hal ini

menggunakan metode eksplanatif. Kemudian memperbandingkan penafsiran Abdurrahman

Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni>, sehingga dapat diketahui perbedaan dan

persamaannya.

Abdurrahman Wahid menafsirkan lafadz al-silmi dalam (QS. Al-Baqarah[2]: 208)

dengan „kedamaian‟ kedamaian menurutnya adalah kata sifat yang menunjuk pada entitas

yang universal, yang tidak perlu dijabarkan oleh sistem tertentu, termasuk sistem Islami.

Kemudian ia menafsirkan (QS.Al-Maidah [5]: 3) bahwa Islam tidak harus mendirikan

negara agama, melainkan berbicara tentang kemanusiaan secara umum, yang sama sekali

tidak memiliki sifat memaksa. Pemaksaan penafsiran untuk menjadikan Islam sebagai

ideologi negara menurut Abdurrahman Wahid sangat tidak demokratis dan harus ditolak.

Berbeda dengan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> yang menfasirkan (QS.Al-Maidah[5]:48-49). Al-

Nabha>ni> mengeneralisir kedua ayat ini sebagai seruan yang bersifat umum akan wajibnya

mengangkat seorang khalifah dan mendirikan negara Islam. Dalam menafsirkan ayat

tersebut al-Nabha>ni> cenderung tekstualis, sehingga ayat tersebut tampak digeneralisir

sebagai perintah untuk mendirikan khilafah. Perbedaan penafsiran kedua tokoh ini tidak

lepas dari latar historis yang meliputi pendidikan yang ditempuh, sumber bacaan dan

kondisi politik di mana kedua tokoh itu berada.

Page 11: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi huruf Arab ke dalam huruf Latin yang dipakai dalam penyusunan

skripsi ini berpedoman kepada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan

0543b/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf

Arab

Nama

Huruflatin

Nama

ا

alif

tidak dilambangkan

Tidak dilambangkan

ب

ba‟

B

Be

ت

ta‟

T

Te

ث

sa‟

es(dengan titik di atas)

ج

jim

J

Je

ح

ha‟ Ḥ

ha(dengan titik di bawah)

خ

kha‟

Kh

Ka dan ha

د

dal

D

De

ذ

zal

Ż

ze(dengan titik di atas)

ر

ra‟

R

Er

ز

zai

Z

Zet

س

sin

S

Es

ش

syin

Sy

Es dan ye

ص

sad

es(dengan titik di bawah)

ض

dad

de(dengan titik di bawah)

ط

ta‟

te(dengan titik di bawah)

ظ

za‟

zet(dengan titik di bawah)

ع

„ain

Koma terbalik di atas

غ

gain

G

Ge

ف

fa‟

F

Ef

Page 12: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

xii

II. Konsonan Rangkap karenaSyaddah Ditulis Rangkap

Ditulis Sunnah ةنس

Ditulis ‘illah ةلع

III. Ta’ Marbūtah di Akhir Kata

a. Bila dimatikan ditulis dengan h

Ditulis al-Mā’idah ملائاةد

Ditulis Islāmiyyah ةيمالسا

(Ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata arab yang sudah terserap ke dalam bahasa

Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).

b. Biladiikutidengankatasandang“al”sertabacaankeduaituterpisah, maka ditulis denganh.

ditulis Muqāranahal-ma zāhibةنراقم بهاذملا

IV. Vokal Pendek

1. -------- Fathah ditulis A

2. -------- Kasrah ditulis I

3. -------- Dammah ditulis U

V. Vokal Panjang

ق

qaf

Q

Qi

ك

kaf

K

Ka

ل

lam

L

„el

م

mim

M

„em

ن

nun

N

„en

و

waw

W

W

ه

ha‟

H

Ha

ء

hamzah

Apostrof

ي

ya‟

Y

Ye

Page 13: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

xiii

1. Fathah + alif

ناسحتسإ

ditulis

ditulis

ā

Istihsân

2. Fathah+ya‟ mati

ىثنأ

ditulis

ditulis

ā

UnṠā

ā 3.

Kasrah+ yā‟ mati

اولعلاينditulis

ditulis í

al-‘Ālwānī

4. Dammah+wāwumati

مولعditulis

ditulis

ū „Ulum

VI. Vokal Rangkap

1. Fathah+ya‟ mati

مهريغ

ditulis

ditulis

ai

Gairihim

2. Fathah+wawu mati

لوق

ditulis

ditulis

au

Qaul

VII. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

متنأأDitulis a’antum

تدعأDitulis u„iddat

نئلكشـمترDitulis la’insyakartum

VIII. Kata Sandang Alif +Lam

a. Bila diikuti huruf al-Qamariyyah

نأرقلاDitulis al-Qur‟an

سايقلاDitulis al-Qiyas>

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang

mengikutinya, serta menghilangkan hurufl (el)nya.

Ditulis ar-Risālah ةلاسرلا

’Ditulis an-Nisā ءاسنلا

IX. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

لهأيأرلاditulis Ahlal-Ra’yi

لهأةنسلاditulis Ahlus-Sunnah

Page 14: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN KEASLIAN .......................................................................................... ii

HALAMAN NOTA DINAS ..................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii

ABSTRAK..................................................................................................................x

PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................................8

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................8

E. Metode Penelitian ..................................................................................... 12

F. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 13

BAB II: KONSEPSI TENTANG ASAS NEGARA

A. Relasi Islam dan Negara ........................................................................... 15

1. Paradigma Integralistik (Unified Paradigm) ...........................................15

2. Paradigma Simbiotik (Symbiotic Paradigm)...................................17

3. Paridigma Sekularistik (Secularistic Paradigm).............................18

B. Diskursus Pemikiran Negara.................................................................... 19

1. Karakteristik Pemikiran .....................................................................20

2. Geneologi Pemikiran Negara ........................................................22

C. Asas Negara dalam Wacana Tafsir .......................................................... 32

BAB III: BIOGRAFI ABDURRAHMAN WAHID DAN TAQI AL-DIN AL- NABHANI

A. Biografi Intelektual Abdurrahman Wahid ................................................. 36

1. Biografi Abdurrahman Wahid ............................................................36

Page 15: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

xv

2. Latar Belakang Pemikiran Abdurrahman Wahid .................................40

3. Karya Intelektual Abdurrahman Wahid ..............................................41

B. Biografi Intelektual Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> .............................................. 43

1. Biografi Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> ........................................................43

2. Latar Belakang Pemikiran Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> ..............................49

3. Karya Intelektual Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> ...........................................51

BAB IV: PERBANDINGAN PENAFSIRAN ABDURRAHMAN WAHID DAN TAQI AL-

DIN AL-NABHANI TENTANG ASAS NEGARA

A. Penafsiran Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> Tentang Asas Negara

................................................................................................................. 54

1. Penafsiran Asas Negara Abdurrahman Wahid ...................................54

2. Penafsiran Asas Negara Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> .................................68

B. Konstruksi Penafsiran .............................................................................. 82

1. Konstruksi Penafsiran Abdurrahman Wahid .......................................82

2. Konstruksi Penafsir Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> ........................................87

C. Akar Perbedaan Penafsiran ..................................................................90

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 101

B. Saran-saran ........................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 106

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 16: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep negara dalam peradaban umat Islam hingga saat ini masih menjadi

isu yang aktual di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan

masih menjadi perdebatan yang tidak kunjung selesai. Dalam konteks Indonesia

khususnya perdebatan seputar relasi agama dan negara telah banyak menguras

energi bangsa ini, sejak masa-masa persiapan kemerdekaan hingga setengah abad

lebih setelah merdeka.1

Pada periode klasik dan pertengahan (1250-1800 M) pemikiran politik

ketatanegaraan Islam bersifat khalifah sentries. Kepala negara atau khalifah

memegang peranan sangat penting dan memiliki kekuasaan yang sangat luas,

rakyat sepenuhnya dituntut untuk taat kepada kepala negara. Biasanya mereka

(baca penguasa) mencari dasar legitimasi keistimewaan penguasa atas rakyatnya

pada al-Qur’an dan hadis Nabi Saw.2 Landasan normatif yang dijadikan klaim

oleh penguasa pasca khulafa>’ al-Rasyidu>n yaitu teks suci yang berbicara tentang

ulil amr, khalifah, dan ima>m dalam al-Qur’an maupun hadis.3 Sehingga pemimpin

1 Marzuki Wahid dan Rumadi, Fiqh Madzhab Negara: Kritik atas Politik Hukum Islam di

Indonesia, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. 22. 2 Muhammad Iqbal, Pemikiran Politik Islam; Dari Masa Klasik Hingga Indonesia

Kontemporer, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hlm. 1. 3 Diantara ayat yang dijadikan pijakan adalah surah al-Nisa’ ayat 59 yang memerintahkan

umat mentaati Allah, Rasul dan para pemimpin. Serta surat al-An’am ayat 165 yang menyatakan

Page 17: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

2

model ini mengklaim dirinya sebagai bayang-bayang Tuhan di muka bumi (Z}hil

Allah fi al-ard}) bukan lagi sebagai pelayan umat (khadim al-ummah).

Pemikiran politik atau negara Islam pada era modern tampaknya semakin

populer untuk diperbincangkan oleh tokoh-tokoh muslim reformis seperti

Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935), Muhammad Iqbal (1877-1938), Mustafa

Kemal Ataturk (1881-1938) dan tokoh-tokoh lainnya. Pemikiran kenegaraan umat

Islam menurut Muhammad Iqbal hingga kini masih ada pada dua sisi yang

berbeda, yaitu pertama, kelompok yang bersih kukuh (pelegal formalan Islam)

bahwa negara harus ditegakkan dengan syariat Islam, karena dalam Islam segala

aspek kehidupan sudah ada aturannya. Kelompok ini juga berasumsi, bahwa Islam

merupakan agama yang terintegrasi dengan seluruh aspek kehidupan termasuk

didalamnya politik.4 Kelompok kedua adalah menentang pelegal formalan agama

dalam politik kenegaraan, kelompok ini berasumsi bahwa pencampuradukan

antara agama dan politik tidak saja mencemarkan kesucian agama, tapi

membahayakan eksistensi agama. Kelompok kedua ini memperkuat asumsinya

bahwa konsep negara itu sendiri tidak diatur dalam Islam (al-Qur’an dan sunnah).5

Menurut Munawir Sjadzali di kalangan umat Islam terdapat tiga aliran

tentang hubungan antara Islam dan ketatanegaraan. Aliran pertama berpendirian

bahwa Islam bukanlah semata-mata agama yang menyangkut hubungan manusia

dan Tuhan, tetapi sebaliknya Islam adalah satu agama yang sempurna termasuk

bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi dan bagi manusia yang lainnya. Lihat

Muhammad Iqbal, Pemikiran Politik Islam, hlm. 2. 4 Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008), hlm. 20. 5 Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, hlm. 21.

Page 18: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

3

kehidupan bernegara. Tokoh-tokoh dari aliran ini antara lain Syekh Hasan al-

Banna, Sayyid Quth}b, Rasyid Ridha>, dan Abul A’la Al-Maududi. Aliran kedua

berpendirian bahwa Islam adalah agama yang tidak ada hubungannya dengan

urusan kenegaraan, ada pemisahan antara agama dan negara (baca: sekular).

Tokoh-tokoh terkemuka dari aliran ini adalah ‘Ali ‘Abd al-Razi>q dan Dr. Thaha

Husein. Kemudian aliran ketiga menolak pendapat bahwa Islam adalah agama

yang serba lengkap dan bahwa Islam terdapat sistem ketatanegaraan.Tetapi aliran

ini juga menolak anggapan bahwa Islam agama yang hanya mengatur hubungan

manusia dan Penciptanya. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak

terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi

kehidupan bernegara. Dintara tokoh-tokoh dari aliran ketiga ini adalah Dr.

Mohammad Husein Haikal.6

Dalam penelitian ini mengangkat dua tokoh besar muslim yang cukup

berpengaruh dalam konteks politik dan negara. Kedua tokoh tersebut adalah

Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni>. Dalam Pergolakan politik di

mana kondisi masing-masing negara dari kedua tokoh tersebut mempunyai

tekanan politik yang berbeda pada zamannya sehingga banyak mempengaruhi

keduanya dalam hal pemikiran dan gerakan politik keduanya.

Al-Nabha>ni> melihat kondisi keterpurukan umat Islam dan kegagalan

gerakan Islam di bawah tekanan imperialisme Barat. Di mana gerakan Islam pada

6 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI-Press, 1993), hlm. 1-2.

Page 19: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

4

saat itu hanya menambah labirin keterpurukan umat Islam.7 Taqi> al-Di>n al-

Nabha>ni> berupaya untuk mengembalikan kejayaan Islam serta berusaha melawan

dominasi Barat atas umat Islam dengan cara mendirikan partai politik Hizb al-

Tahrir atau partai pembebasan. Hizb al-Tahrir (HT) berpandangan bahwa

kekuatan Islam harus membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan

dalam berbagai dimensi kehidupan, membebaskan umat dari pemikiran-

pemikiran, dan sistem perundang-undangan yang tidak Islami, serta membebaskan

mereka dari cengkeraman dominasi negara-negara sekuler. Negara-negara di

dunia, termasuk Islam, tengah mempraktikkan proses penyelenggaraan

pemerintahan yang menurut pandangan HT sudah jauh dari misi Islam, artinya

negara-negara muslim sudah banyak meniru pola kehidupan masyarakat Barat

yang tidak Islami, mengadopsi hukum yang tidak bersumber dari Islam. Kondisi

semacam inilah yang menurut HT harus diperhatikan oleh kekuatan-kekuatan

Islam agar pemerintahan dikendalikan dengan sistem hukum Islam, dan

menentang segala bentuk perundang-undangan serta pikiran-pikiran yang kufur.8

Untuk memperjuangkan umat Islam dari kemunduran itulah al-Nabha>ni>

merumuskan kembali akan tegaknya Daulah Islamiyah. Menurut al-Nabha>ni>

kaidah-kaidah pemerintahan dalam Daulah Islam ada empat yaitu: pengangkatan

seorang khalifah, kekuasaan adalah milik umat, kedaulatan berada di tangan

syara’ dan hanya khalifah yang berwewenang untuk mentabani (mengadopsi)

hukum-hukum syara’ dengan kata lain menjadikannya sebagai perundang-

7 Ainur Rofiq al-Amin, Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir Indonesia,

(Yogyakarta: LKiS, 2012), hlm. 21. 8 Syarifuddin Jurdi, Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,

2008), hlm. 385.

Page 20: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

5

undangan.9 Bahkan mengangkat seorang khalifah adalah kewajiban seluruh kaum

muslim dan tidak halal bagi umat Islam hidup tiga hari tanpa adanya bai’at.

Pernyataan al-Nabha>ni> tersebut mengacu pada al-Qur’an surat Al-Ma>idah : 48-49.

Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan

janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran

yang Telah datang kepadamu. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di

antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu

mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,

supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah

diturunkan Allah kepadamu.(QS. Al-Maidah: 48-49).

Menurutnya mengangkat seorang khalifah adalah ditetapkan berdasarkan

al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’ sahabat. Berdasarkan argumentasi al-Nabha>ni>

tersebut, ia lebih tepat diposisikan sebagaimana kelompok pertama, yaitu

kelompok yang mendukung pelegal-formalan Islam sebagai ideologi negara atau

tegaknya negara harus berlandaskan syari’at Islam dan khilafah. Kemudian di

Indonesia Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan Gus Dur hadir dengan

wacana pemikiran yang bertolak belakang dengan al-Nabha>ni>. Sebagaimana al-

Nabha>ni>, Abdurrahman Wahid adalah tokoh Ormas Islam terbesar di Indonesia,

yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB), serta pernah menjabat sebagai presiden RI ke-4.

Dalam wacana negara Islam, Abdurrahman Wahid termasuk kelompok

kedua diatas, yaitu kelompok yang tidak mengharuskan penegakan negara Islam

9 Taqi al-Din al-Nabhani, Daulah Islam, (Jakarta: HTI-Press, 2002), hlm. 273.

Page 21: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

6

apalagi dengan sistem khilafah. Bahkan Abdurrahman Wahid dengan sangat

berani dan tegas mengatakan bahwa Islam sebagai jalan hidup (syari’ah) tidak

memiliki konsep yang jelas tentang negara. Alasan Abdurrahman Wahid

berasumsi demikian, karena sepanjang hidupnya telah mencari makhluk yang

dinamakan negara Islam, akan tetapi sampai saat ini pun ia belum

menemukannya, jadi tidak salah jika disimpulkan memang Islam tidak memiliki

konsep bagaimana negara harus dibuat dan dipertahankan.10

Greg Barton dalam

pengantar tulisan Abdurrahman Wahid, mengatakan bahwa Abdurrahman Wahid

seperti intelektual progresif lainnya bahwa kekhususan formasi negara,

pemerintahan, dan juga hukum modern tidak ditegaskan secara jelas dalam al-

Qur’an dan hadis. Berbicara tentang pendirian negara Islam bagi Abdurrahman

Wahid adalah nonsense.11

Lebih lanjut Abdurrahman Wahid memaparkan tentang hasil muktamar

NU di Banjarmasin tahun 1935 yang tidak mengaharuskan pendirian negara Islam

(NI) disebabkan oleh heterogenitas yang sangat tinggi di antara para warga

negara, di samping kenyataan ajaran Islam menjadi tanggung jawab masyarakat,

dan bukannya negara. Pandangan NU ini bertolak bahwa Islam tidak memiliki

ajaran formal yang baku tentang negara, yang jelas ada adalah mengenai tanggung

jawab masyarakat untuk melaksanakan syari’at Islam.12

Abdurrahman Wahid kemudian mengutip beberapa ayat al-Qur’an untuk

memperkuat argumentasi tentang ketidakharusan mendidirikan negara agama

10 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, (Jakarta: The Wahid Institute,

2006), hlm. 81. 11 Lihat Pengantar Greg Barton dalam Prisma Pemikiran Gusdur, hlm.xxxii 12 Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita, hlm. 102.

Page 22: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

7

د يا الد ل م م ام ت ت م م د ت د ل م د م م ل ت ل م م لم ل ت د يم ت ل ام ت ل م ل م ل ت ال يم ل م

Hari ini telah Ku-sempurnakan agama kalian, Kusempurnakan bagi kalian

(pemberian) nikmatKu dan Kurelakan Islam “sebagai” agama (QS. Al-Maidah

[5]:3).

Berdasarkan ayat tersebut, bagi Abdurrahman Wahid Islam tidak harus

mendirikan negara agama, melainkan ia berbicara tentang kemanusiaan secara

umum, yang sama sekali tidak memiliki sifat memaksa, yang jelas terdapat dalam

tiap konsep negara.

Melihat kapasitas dan kapabilitas Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> dan

Abdurrahman Wahid dalam konteks keagamaan, kenegaraan dan politik praktis

yang telah keduanya jajaki tentu memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap

perkembangan pemikiran dan gerakan Islam saat ini. Dua arus pemikiran yang

saling berlawanan tentang wacana asas negara dalam al-Qur’an serta

penafsirannya inilah yang menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas dapat difokuskan dalam rumusan

masalah berikut:

1. Di mana letak perbedaan penafsiran Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n

al-Nabha>ni> tentang asas negara dalam al-Qur’an?

2. Mengapa penafsiran Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni>

berbeda?

Page 23: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui letak perbedaan penafsiran Abdurrahman Wahid dan Taqi >

al-Di>n al-Nabha>ni> tentang asas negara dalam al-Qur’an.

b. Mengetahui latar historis yang membedakan penafsiran Abdurrahman

Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> tentang asas Negara dalam al-

Qur’an.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk menambah wawasan pembaca tentang penafsiran Abdurrahman

Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> terhadap ayat-ayat al-Qur’an

tentang asas negara dan implikasi penafsirannya.

b. Kajian ini merupakan salah satu bentuk karya ilmiah dengan maksud

dapat memberi kontribusi kepada pembaca mengenai perdebatan

tentang asas negara dan pendirian negara Islam. Penelitian ini

diharapkan juga dapat menambah khasanah keilmuan, khususnya

dalam bidang tafsir.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, penelitian yang membahas pemikiran

Abdurrahman Wahid jumlahnya cukup banyak, baik yang berupa buku atau

skripsi. Adapun hasil penelitian yang membahas tema ini, diantaranya adalah :

Buku yang membahas cukup detail pemikiran Abdurrahman Wahid

adalah Membaca Pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang Demokrasi yang

ditulis oleh Umaruddin Masdar. Buku ini membicarakan gagasan demokrasi

Page 24: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

9

Abdurrahman Wahid dan Amien Rais, beserta latar belakang dan karektiristik

pemikiran deokrasi keduanya. Kemudian buku Munawar Ahmad, Ijtihad

Politik Gus Dur Analisis Wacana Kritis. Buku ini hanya menganilisis karir

dan perkembangan wacana politik Gus Dur dengan metode critical discourse

analysis (CDA), belum masuk pada pembahasan penafsiran Abdurrahman

Wahid. Skripsi Arif Yudianto, mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Studi Agama

dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Agama

Dan Negara: Studi Pemikiran Abdurrahman Wahid. Skripsi ini membahas

tentang konsep negara dan hubungannya dengan agama menurut pandangan

Abdurrahman Wahid. Serta bagaimana Abdurrahman Wahid menempatkan

posisi agama dan negara. Dalam skripsi ini Indonesia harus menjadi negara

sekuler yang menolak tegas formalisasi hukum Islam dalam peraturan

perundang-undangan atau konstitusi.13

Skripsi Agus Reynaldi, mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Studi Agama

dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Konsep

Negara Menurut Ayatullah Khomeini Dan Abdurrahman Wahid. Skripsi ini

merupakan studi komparatif antara Ayatullah Khomeini dan Abdurrahman

Wahid. Kedua tokoh ini sependapat bahwa keberadaan negara harus menjamin

adanya keadilan dan persamaan kedudukan tanpa menindas atau merugikan

pihak lain terutama kalangan minoritas bawah. Namun Khomeini berpendapat

bahwa menjadi suatu keharusan dan diperlukan sebuah negara Islam dengan

13 Arif Yudianto, Agama dan Negara: Studi Pemikiran Abdurrahman Wahid,

(Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Jurusan Aqidah Filsafat,

2007)

Page 25: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

10

faqih atau ulama sebagai pemegang kekuasaan. Berbeda dengan Abdurrahman

Wahid yang berpandangan bahwa negara dan agama tidak dapat disatukan.

Jika agama dijadikan sebuah ideologi negara, maka akan menimbulkan

disintegrasi bangsa.14

Kajian yang sudah membahas tentang Hizbut Tahrir dan Taqi al-Din

al-Nabhani, diantaranya adalah Buku Ainur Rofiq al-Amin, Membongkar

Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir di Indonesia. Fokus kajian dalam buku ini

membahas Hizbut Tahrir dari akar historis, normatif dan filosofis, meskipun

dari aspek normatif buku ini menjelaskan ayat dan penafsiran tentang

wajibnya mendirikan khilafah, namun belum menjelaskan secara khusus

konstruksi dan latar belakang penafsiran al-Nabhani. Buku yang kedua ditulis

oleh Muhammad Idrus Ramli yang berjudul Hizbut Tahrir dalam Sorotan.

Buku ini mengungkapkan beberapa penyimpangan ideologi, fatwa dan hukum

Hizbut Tahrir yang dinilai tidak sesuai dengan ajaran Islam yang lurus seperti

yang diajarkan Rasulullah Saw. Sama sekali belum menyinggung penafsiran

al-Nabhani tentang asas negara.

Skripsi Mulhendri mahasiswa Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang berjudul Perbandingan Sistem Khilafah Antara Taqiyuddin

An-Nabhani dan Abu A’la Al-Maududi. Mulhendri berkesimpulan bahwa

kedua tokoh ini sepakat dengan sistem khilafah, namun keduanya berbeda

tentang jumlah dari negara khilafah. Al-Maududi membolehkan banyaknya

14 Agus Reynaldi, Konsep Negara Menurut Ayatullah Khomeini dan Abdurrahman

Wahid, (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Jurusan Aqidah

Filsafat, 2003)

Page 26: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

11

negara khilafah sedangkan al-Nabhani mengharamkannya.15

Skripsi Siti

Zulaichah Pemikiran Politik Taqiyuddin An-Nabhani, skripsi ini membahas

secara umum konsepsi politik al-Nabhani, menurutnya politik adalah

pengaturan urusan umat baik didalam maupun diluar negeri, segala

problemetika umat adalah permaslahan politik oleh karena itu setiap muslim

wajib terjun ke dunia politik dengan wadah partai politik yang didirikannya,

yakni Hizbut Tahrir yang mempunyai tujuan, visi misi, landasan, metode

fikrah dan gerak da’wah yang jelas.16

Skripsi tersebut tidak membahas

penafsiran al-Nabhani tentang ayat al-Qur’an yang menjadi landasan asas

negara.

Skripsi Abd. Rokhim tentang Hak dan Kewajiban Politik Non Muslim

dalam Konsep Khilafah Menurut Taqiyuddin An-Nabhani17

. Bahwa non

Muslim tidak berhak memilih dan mencalonkan sebagai pejabat dalam

struktur pemerintahan, akan tetapi mereka berhak mendapatkan pelayanan

publik secara sama dengan warga negara Muslim. Kajian Abd. Rokhim hanya

fokus pada gagasan al-Nabhani tentang hak dan kewajiban warga negara

Muslim dan non Muslim, belum menyentuh pada penafsiran al-Nabhani

tentang asas negara. Pahruroji, skripsinya yag berjudul Suku Quraisy Sebagai

Salah Satu Syarat Calon Kahlifah (Kajian Komparasi Antara Pendapat Al-

Mawardi dan Taqiyy Ad-Din An-Nabhani). Skripsi ini hanya

15Mulhendri, Perbandingan Sistem Khilafah Antara Taqiyuddin An-Nabhani dan Abu

A’la Al-Maududi, (Yogyakarta: Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, 2009) 16 Siti Zulaichah, Pemikiran Politik Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, (Yogyakarta:

Fakultas Adab Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, 2008) 17 Abd. Rokhim, Hak dan Kewajiban Politik Non Muslim dalam Konsep Khilafah

Menurut Taqiyuddin An-Nabhani, (Yogyakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Jinayah

Siyasah, 2010)

Page 27: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

12

mengkomparasikan tentang istinbat hukum dalam menetapkan suku Quraisy

sebagai syarat calon khalifah antara al-Nabha>ni> dan Mawardi.18

Berdasarkan telaah pustaka di atas, maka penelitian tentang penafsiran

ayat-ayat asas negara khususnya komparasi pemikiran Abdurrahman Wahid dan

Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> masih layak untuk dilanjutkan. Dengan alasan itulah

penulis menganggap penting mengkaji tema dalam skripsi ini yang kemudian

dapat menambah khazanah pemikiran tafsir bagi masyarakat akademik.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kajian dua tokoh yaitu Abdurrahman

Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> tentang penafsiran asas negara.

Dengan demikian, penelitian ini dikategorikan penelitian historis.

Sedangkan materi penelitian ini adalah karya-karya Abdurrahman

Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> tentang penafsiran asas negara

dalam al-Qur’an.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini mengacu pada sumber-sumber

primer yang mencakup karya-karya Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-

Di>n al-Nabha>ni> serta data pendukung (sekunder) yang berkaitan

dengan objek penelitian, seperti buku, majalah dan lain-lain.

18 Pahruroji, Suku Quraisy Sebagai Salah Satu Syarat Calon Kahlifah (Kajian Komparasi

Antara Pendapat Al-Mawardi dan Taqiyy Ad-Din An-Nabhani), (Yogyakarta: Fakultas Syariah

Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, 2004)

Page 28: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

13

3. Teknik Pengolahan Data

Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif, maka penelitian

ini menggunakan metode berikut :

Pertama deskriptif, yang dimaksud dengan deskriptif adalah penulis

menguraikan secara teratur seluruh konsepsi tokoh.19

Dalam hal ini

adalah Abdurrahman Wahid dan Taqi > al-Di>n al-Nabha>ni>. Kemudian

memaparkan lebih mendalam historisitas tokoh yang mempengaruhi

pemikirannya. Dalam hal ini penafsiran kedua tokoh tentang asas

negara sehingga dapat diketahui konstruksi pemikirannya.

Selanjutnya menggunakan metode komparatif, yaitu usaha

memperbandingkan sifat hakiki dari dua obyek penelitian yang

berbeda, sehingga secara lebih jelas dan tajam dapat diketahui

perbedaan dan persamaan sesuatu sehingga hakikat obyek dapat

dipahami secara lebih murni.20

Disini penulis akan

memperbandingkan penafsiran asas negara dalam al-Qur’an menurut

Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni>. Kemudian mencari

sisi persamaan dan perbedaannya.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam skripsi ini pembahasan disajikan bab per bab, dimulai dari bab I

sampai bab V.

19 Anton Baker dan Ahmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:

Kanisius, 1990), hlm. 65. 20 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),

hlm. 47.

Page 29: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

14

Bab I menjelaskan latar belakang penelitian judul skripsi, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka dan metode

penelitian.

Bab II memaparkan konsepsi negara Islam dari abad klasik, pertengahan

dan kontemporer.

Bab III berisi biografi singkat Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-

Nabha>ni>, yang meliputi latar belakang pendidikan, sosial, politik dan

karya-karya keduanya.

Bab IV mengupas pemikiran dan penafsiran asas negara perspektif

Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> dengan menelusuri

ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan pijakan dan metodologi penafsiran

kedua tokoh. Kemudian dilakukan analisis perbandingan dari segi

metodologi dengan menelusuri sisi persamaan dan perbedaan keduanya

serta kelemahan dan kelebihan masing-masing tokoh dalam menafsirkan

ayat-ayat tentang asas negara.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.

Page 30: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, yaitu

Pergulatan Pemikiran Tentang Asas Negara; Studi Tentang Penafsiran

Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni>, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penafsiran Asas Negara Abdurrahman Wahid dan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni>

a. Ideologi Negara

Abdurrahman Wahid menolak pandangan Islam sebagai ideologi

dan sebagai sistem yang sempurna. Ia menafsirkan lafadz al-silmi

dalam (QS. Al-Baqarah[2]: 208) dengan „kedamaian‟ kedamaian

menurutnya adalah kata sifat yang menunjuk pada entitas yang

universal, yang tidak perlu dijabarkan oleh sistem tertentu, termasuk

sistem Islami. Kemudian ia menafsirkan (QS.Al-Maidah: 3) bahwa

Islam tidak harus mendirikan negara agama, melainkan berbicara

tentang kemanusiaan secara umum, yang sama sekali tidak memiliki

sifat memaksa. Pemaksaan penafsiran untuk menjadikan Islam sebagai

ideologi negara menurut Abdurrahman Wahid sangat tidak demokratis

dan harus ditolak.

Page 31: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

102

Bagi Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> mendirikan Daulah Islamiyah atau

khilafah merupakan kewajiban seluruh umat Islam. Tujuan dari

Daulah Islamiyah tidak lain untuk menegakkan sistem kehidupan yang

Islami. Pernyataan ini berdasarkan pemahamannya terhadap ayat yang

berbicara tentang „memutuskan suatu perkara atas dasar apa yang

Allah turunkan‟ (QS.Al-Maidah[5]:48-49). Al- Nabha>ni>

mengeneralisir kedua ayat ini sebagai seruan yang bersifat umum akan

wajibnya mengangkat seorang khilafah dan mendirikan negara Islam.

b. Demokrasi Pancasila dan Negara Kesatuan

Abdurrahman Wahid menolak negara Islam di Indonesia, karena

bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang homogen, pada dasarnya Islam

dan nasionalisme mempunyai fungsi yang sama. Oleh sebab itu negara

tidak hanya melayani mereka yang berpandangan negara Islam saja, tetapi

seluruhnya. Namun ia menghargai pendapat yang mau mengubah asas

Pancasila dengan asas Islam. Karena perbedaan pendapat merupakan

konsekuensi dari demokrasi.Walaupun demikian Abdurrahman Wahid

tetap menolak pemaksaan penafsiran yang mau menjadikan Islam sebagai

ideologi negara. Karena Islam sendiri telah memerintahkan untuk

menghargai agama lain dan supaya umat Islam menggunakan akalnya

untuk mencapai kebenaran (QS. al-Baqarah [2]: 256); (QS. al-

Kafirun[109]: 6).

Page 32: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

103

Al- Nabha>ni> menolak segala bentuk sistem negara seperti

demokrasi, monarki, federasi dan yang lainnya. Sistem negara khilafah

adalah kesatuan. Alasan al- Nabha>ni> memilih negara kesatuan adalah

untuk menghormati semua warga negara, karena Islam sendiri

menganggap semua warga negara adalah sama. Dalam pandangannya ini,

ia menafsirkan al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 8. Ayat ini melarang umat

Islam membenci kelompok-kelompok yang lain sehingga mereka tidak

berlaku adil.

c. Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Tuhan

Kedaulatan negara menurut al- Nabha>ni> ada di tangan Allah bukan

ada ditangan rakyat seperti dalam negara demokrasi. Kedaulatan tidak

lain adalah ideologi (mabda’) itu sendiri, oleh karenanya kedaulatan

selain Islam adalah kufur. Dalam konteks ini al- Nabha>ni> mengutip al-

Qur‟an surat Ali Imron ayat 19 “Sesungguhnya agama (yang sah)

disisi Allah hanyalah Islam.” Berdasarkan ayat ini ia menafsirkan

bahwa segala bentuk kedaulatn negara selain kedaulatan itu Ada di

tangan Allah, maka sistem negara tersebut adalah kufur.

2. Latar Belakang Perbedaan Penafsiran

Dalam penafsiran tentang asas negara Abdurrahman Wahid

cenderung lebih humanis, kritis dan berwasasan kebangsaan. Berbeda

dengan Taqi> al-Di>n al- Nabha>ni> yang utopis, ideologis-fundamentalis.

Abdurrahman Wahid dibesarkan dalam keluarga pesantren telah

menjadikannya sebagai seorang intelektual tradisionalis dengan kajian

Page 33: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

104

Islam klasik yang sangat kaya. Pertualangan intelektualnya di Kairo turut

memberikan wawasan tentang sosialisme yang ia peroleh dari bacaan

literatur maupun dari kenyataan politik di Mesir saat itu. Kemudian di

Baghdad Abdurrahman Wahid lebih banyak belajar tentang sufisme,

sejarah, kebudayaan serta pergaulannya dengan tokoh liberal seperti

Ramin, seorang komunitas kecil Yahudi di Irak, membuat seorang

Abdurrahman Wahid memiliki tipikal pemikir yang liberal, kritis dan

inklusif Dalam pergaulannya dengan NU membuat Abdurrahman Wahid

lebih menghargai tradisi dan bersikap moderat, NU sendiri menjadikan

Pancasila sebagai dasar negara yang sudah final. Dengan modal itulah

Abdurrahman Wahid oleh Greg Barton dikelompokkan sebagai tokoh neo-

modernis. Semua pengalaman Abdurrahman Wahid tersebut

mempengaruhi cara berpikirnya (weltanschauung) khususunya ketika

berbicara tentang relasi Islam dan negara serta penafsirannya terhadap ayat

al-Qur‟an.

Berbeda dengan Taqi> al-Di>n al-Nabha>ni> yang lahir di Palestina,

dimana kondisi politik Palestina pada saat itu terjajah oleh Prancis

kemudian Israel dapat menguasi sebagian wilayah Palestina. Situasi politik

inilah membuat al- Nabha>ni> anti terhadap Barat. Sehingga ritme

akademisnya terfokus pada satu kajian Islam klasik saja. Ideologi khilafah

terinspirasi oleh Hasan Al-Banna pimpinan Ikhwanul Muslimin, sehingga

al- Nabha>ni> terobsesi untuk menegakkan khilafah Islamiyah dengan

diawali mendirikan partai pembebasan atau Hizbut Tahrir. Latar belakang

Page 34: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

105

tersebut mengindikasikan penafsirannya cenderung ideologis-dogmatis,

baginya mendirikan khilafah adalah kewajiban seluruh umat Islam.

Al- Nabha>ni> menolak kontekstualisasi penafsiran, ia pun menolak

tafsir kontemporer seperti Tafsir al-Maraghi karya Muhammad Abduh

dan Rasyid Rida, Tafsir al-Jawahir karya Tanthawi Jauhari serta karya

tafsir kontemporer lainnya.

B. Saran-saran

Sebagai upaya pengembangan kajian Tafsir selanjutnya, sebagaimana

topik pembahasan pada karya ini, perlu kiranya diajukan beberapa saran

seperti berikut:

1. Banyaknya Islam transnasional yang masuk ke Indonesia dengan upaya

melakukan ideologisasi Islam untuk merubah konstitusi Negara Kesatuan

Rebuplik Indonesia menjadi negara Islam. Maka penting untuk melakukan

kajian mendalam terhadap legitimasi ayat al-Qur‟an yang dijadikan

landasan normatif wajibnya mendirikan negara Islam. Hal ini perlu

dilakukan reinterpretasi atas doktrin yang mereka pahami dengan

pendekatan-pendakatan yang relevan.

2. Perlu untuk melakukan penelitian terhadap tokoh-tokoh sentral di dunia

Islam yang belum diangkat kedalam kajian studi Tafsir. Khususnya dalam

ranah politik dan negara Islam yang sampai saat ini masih debateble.

Dengan harapan penelitian study Qur’an tidak hanya terfokus pada

penelitian mufassir dan karyanya-karyanya saja.

Page 35: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

106

DAFTAR PUSTAKA

Abdurraziq, Ali. Al-Islam wa Ushul al-Hukm. Kairo: tp, 1925.

Abdurrahman, Hafidz. Islam Politik dan Spiritual. Jakarta: Wadi Press, 2002.

Ahmad, Munawar. Ijtihad Politik Gus Dur. Yogyakarta: LKiS, 2010.

Al-Maududi, Abul al-„Ala. Islamic law and Constitution. Lahore: 1967.

__________. Hukum Dan Konstitusi Sistem Politik Islam. Terj. Asep Hikmat.

Bandung: Mizan, 1995.

Al-Zastrow Ng, Cf. Gus Dur Siapa Sih Sampeyan? Tafsir Teoritik atas Tindakan

dan Pernyataan Gus Dur. Jakarta: Erlangga, 1999.

Al-Mawardi. Al-Ahkam as-Sultaniyyah. t.t.p: Dar al-Fikr, 1966.

Al-Nabhani, Taqi al-Din. Al- Daulah al-Islamiyah. Beirut:Dar al-Ummag, 2002.

__________. Al-Shakhsiyyah al-Islamiyyah. Juz 3. T.tp: Hizb al-Tahrir, 1953.

__________. Al-Takattul Hizbi. T.tp: Hizb al-Tahrir, 1953.

__________. Mafahim Hizb al-Tahrir. T.tp: Hizb al-Tahrir, 1953.

__________. Muqaddimat al-Dustur. Ttp: Hizb al-Tahrir, 1963.

__________. Mafahim Hizb al-Tahrir (Al-Quds: Hizbut Tahrir, 2001)

__________. Pembentukan Partai Politik Islam. Jakarta: HTI-Press, 2007.

Page 36: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

107

__________. Sistem Pemerintahan Islam dan Realitas Doktrin, Sejarah Empirik.

Bangil: Al-Izzah, 1997.

__________. Strategi Dakwah Hizbut Tahrir, terj. Nurkhalish. Ttp: Thariqul

Izzah, 2000.

__________. Al-Syakhshiyah al-Islamiyah, terj. Zakia Ahmad. Jakarta: HTI,

2007.

Al-Qaththan, Manna‟. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. Aunur Rofiq El-

Mazni. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.

Anwar, M. Syafi‟i. Pemikiran dan Aksi Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina,

1995.

Amiruddin, M. Hasbi. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman.

Yogyakarta: UII Press, 2000.

Assyaukanie, Luthfie. Ideologi dan Utopia Tiga Model Negara Demokrasi di

Indonesia. Jakarta: Freedom Institue, 2011.

__________. Islam Benar Versus Islam Salah. Depok: Kata Kita, 2007.

Bibit Suprapto, H.M. Ensiklopedi Ulama Nusantara Riwayat Hidup, Karya dan

Sejarah Perjuangan 157 Ulama Nusantara. Jakarta: Gelegar Media

Indonesia, 2009.

Baker , Anton Baker dan Ahmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat,

Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Page 37: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

108

Dhakhiri, M. Hanif. 41 Warisan Kebesaran Gus Dur. Yogyakarta: LKiS, 2010.

Efendi, Djohan. Pembaruan Tanpa Membongkar Tradisi. Jakarta: Kompas, 2010.

Eugene Smith, Donald. Agama dan Modernisasi politik Suatu Kajian Analisis.

Terj. Machnun Husein. Jakarta: Rajawali Press, 1985.

Hasan, Noorhadi. Islam Politik Dunia Kontemporer, Konsep, Genealogi, Dan

Teori. Yogyakarta: Suka Press, 2012.

Hanafi, Hassan. “Asal Usul Konservatisme dan Fundamentalisme Islam” dalam

Jurnal Ulumul Quran, No.7, vol. II, 1990.

Feillard, Andree. NU Vis-a-Vis Negara; Pencarian Isi, Bentuk dan Makna.

Yogyakarta: LKiS, 2009.

Iqbal, Muhammad. Pemikiran Politik Islam; Dari Masa Klasik Hingga Indonesia

Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010.

Idrus Ramli, Muhammad. Hizbut Tahrir dalam Sorotan. Surabaya: Bina Aswaja,

2011.

Jurdi, Syarifuddin. Pemikiran Politik Islam Indonesia. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2008.

Iqbal, Muhammad. The Reconstruction of Religious Thought in Islam. New Delhi:

Kitab Bhavan, 1981

INCReS. Beyond The Simbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus

Dur. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Page 38: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

109

Labib, Rohkmat S. “Membangun Negara Islam dan Negara Sekular”, dalam Al-

Waie, No. 43, Th. IV Maret, 2004.

Masdar, Umaruddin. Membaca Pikiran Gus Dur dan Amien Rais Tentang

Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

Masroer. “Empat Teori Sosial Relasi Islam-Negara: Pengantar Analisis Sosiologi

Tentang Negara” dalam Ustadi Hamsah, dkk. Kontribusi keilmuan

Ushuluddin Dalam Menjawab Problematika Bangsa. Yogyakarta: SEMA-

FUSAP dan Aura Pustaka, 2012.

Mustaqim, Abdul. Pergeseran Epistemologi Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2008.

__________. Epistemologi Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: LKiS, 2011.

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid 3, terj. As‟ad Yasin. Jakarta:

Gema Insani, 2008.

Rifai, Muhammad. Gus Dur :Biografi Singkat 1940-2009. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media Group, 2010.

Rofiq al-Amin, Ainur. Membongkar Proyek Khilafah Ala Hizbut Tahrir

Indonesia. Yogyakarta: LKiS, 2012

Samarah, Ihsan. Biografi Singkat Syekh Taqiyuddin An-Nabhani. Terj.

Muhammad Shiddiq Al Jawi. Bogor: Al Azhar Press, 2000.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, vol. 1. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

__________. Tafsir Al-Misbah, vol. 3. Jakarta: Lentera Hati, 2005.

Page 39: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

110

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI-Press, 1993.

Suhelmi, Ahmad. Polemik Negara Islam Soekarno Vs Natsir, edisi revisi. Jakarta:

UI-Press, 2012.

Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996.

Taimiyah, Ibnu. As-Siyasah asy-Syar ‘iyah fi Islah ar-Ra’i wa ar-Ri’ayah, cet.

IV. Kairo: Dar al-Kitab al-„Arabi, 1969.

T{haba>ri, Ibnu Jari>r. Jami’ al-Bayan fi Takwil al-Qur’an, jilid 2. Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah, 2009.

__________ Jami’ al-Bayan fi Takwil al-Qur’an, jilid 4. Beirut: Dar al- Kutub

al-Ilmiyah, 2009.

Vaezi, Ahmed. Agama Politik, Nalar Politik Islam. Terj. Ali Syahab. Jakarta:

Citra, 2006.

Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta: The Wahid

Institute, 2006.

__________. (kata pengantar) “Musuh dalam Selimut”, dalam Ilusi Negara Islam.

Jakarta: The Wahid Institue, 2009.

__________. Islam Kosmopolitan; Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi

Kebudayaan. Jakarta: The WAHID Institute, 2007.

__________. Prisma Pemikiran Gus Dur. Yogyakarta: LKiS, 2011.

Page 40: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

111

Wahid , Marzuki dan Rumadi. Fiqh Madzhab Negara: Kritik atas Politik

Hukum Islam di Indonesia. Yogyakarta: LKiS, 2001.

Wijaya, Aksin. Menusantarakan Islam. Yogyakarta: Nadi Pustaka, 2011.

Yasin Muthahhar, M. “Lingkungan Pemikiran dan Politik Syaikh Taqiyuddin an-

Nabhani” dalam http://hizbut-tahrir.or.id, diakses tanggal 13 Januari 2012.

www.gusdur.net

http://www.wahidinstitute.org/

Page 41: PERGULATAN PEMIKIRAN TENTANG ASAS NEGARA (Studi …digilib.uin-suka.ac.id/7669/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · Dalam menafsirkan ayat tersebut al-Nabha>ni > cenderung tekstualis,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Moh. Tarib

Tempat/Tgl. Lahir : Pamekasan, 29 Juli 1988

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat Asal : Dsn. Pancor, Dempo Timur, Pasean, Pamekasan

Alamat di Yogyakarta : Jl. Gedongkuning No. 24 Yogyakarta RT /RW

07/02 Gedongkuning, Rejowinangun.

Nama Orang Tua :

Ayah : Muddin

Ibu : Suma

Pekerjaan Orang Tua : Petani

Riwayat Pendidikan:

1. SDN Lebeng Barat 2 Pasongsongan, 1997-2002

2. MI Al-Misbah Lebeng Barat Pasongsongan, 1998-2003

3. SMP Negeri 2 Pasongsongan, 2003-2005

4. SMA Negeri 2 Sumenep, 2005-2008

5. Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Kolor Sumenep, 2005-2008

6. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008-2013

Pengalaman Organisasi:

1. Pengurus Rayon PMII Fakultas Ushuluddin

2. Ketua BEM-J Tafsir Hadits Periode 2010-2012

3. Reporter LPM HumaniusH, 2009-2010.

4. Koordinator Intelektual Keluarga Mahasiswa Pamekasan (KMPY),

2011-2012.

5. Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis Se-

Indonesia (FKMTHI) periode 2012-2014.

6. Anggota Centre of Information and Data for Anti Corruption

(CIDAC).