16
5.1 Hasil Pengamatan 5.1.1 Tabel pH No pH 3 pH 4 pH 5 pH 3,00 3,99 4,99 5.1.2 Tabel Hasil Titrasi Asam Salisilat dengan larutan NaOH 0,01 N pH Menit ke- Volume Larutan Uji Asam Salisilat (mL) Volume NaOH (mL) Perubahan Warna Sebelum Sesudah 3 0’ 5 0,1 Bening Ungu 3 0’ 5 0,1 Bening Ungu Rata-rata volume NaOH 0,1 Bening Ungu 3 15’ 5 0,1 Bening Ungu muda 3 15’ 5 0,1 Bening Ungu muda Rata-rata volume NaOH 0,1 Bening Ungu muda 3, 99 0’ 5 0,1 Bening Ungu 3, 99 0’ 5 0,05 Bening Ungu Rata-rata volume NaOH 0,075 Bening Ungu 3, 99 15’ 5 0,05 Bening Ungu Muda 3, 99 15’ 5 0,05 Bening Ungu Muda Rata-rata volume NaOH 0,05 Bening Ungu Muda 4, 0’ 5 0,1 Bening Ungu

Perhitungan Dan Pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pembahasan

Citation preview

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Tabel pHNopH 3pH 4pH 5

pH3,003,994,99

5.1.2 Tabel Hasil Titrasi Asam Salisilat dengan larutan NaOH 0,01 N

pHMenit ke-Volume Larutan Uji Asam Salisilat (mL)Volume NaOH (mL)Perubahan Warna

SebelumSesudah

305 0,1BeningUngu

3050,1BeningUngu

Rata-rata volume NaOH0,1BeningUngu

3155 0,1BeningUngu muda

31550,1BeningUngu muda

Rata-rata volume NaOH0,1BeningUngu muda

3,9905 0,1BeningUngu

3,99050,05BeningUngu

Rata-rata volume NaOH0,075BeningUngu

3,99155 0,05BeningUngu Muda

3,991550,05BeningUngu Muda

Rata-rata volume NaOH0,05BeningUngu Muda

4,9905 0,1BeningUngu

4,99050,1BeningUngu

Rata-rata volume NaOH0,1BeningUngu

4,99155 0,1BeningUngu muda

4,991550,1BeningUngu muda

Rata-rata volume NaOH0,1BeningUngu muda

5.2 Analisis Data

Konsentrasi Asam Salisilat pada pH 3, 4, dan 5a. Konsentrasi Asam Salisilat pada pH 3

Diketahui: pH asam salisilat = 3

Ka = 1,06 x 10-3Ditanya: Konsentrasi asam salisilat?

Jawab:

pH = -log [H+]

3= -log [H+]

[H+] = 1 x 10-3 Jika [asam] = x ( [garam] = 0,01- x

x = 0,943 (0,01 x)

1,943x = 9,43.10-3

x = 4,85.10-3 M

Jadi, konsesntrasi asam salisilat pada pH 3,00 = 4,85.10-3 M

b. Konsentrasi Asam Salisilat pada pH 4

Diketahui: pH asam salisilat = 3,99

Ka = 1,06 x 10-3Ditanya: Konsentrasi asam salisilat?

Jawab:

pH = -log [H+]

3,99 = -log [H+]

[H+] = 1 x 10-3,99 Jika [asam] = x ( [garam] = 0,01- x

x = 0,0965 (0,01 x)

1,0965 x = 9,65.10-4

x = 8,8.10-4 M

Jadi, konsesntrasi asam salisilat pada pH 3,99 = 8,8.10-4 M

c. Konsentrasi Asam Salisilat pada pH 5

Diketahui: pH asam salisilat = 4,99

Ka = 1,06 x 10-3Ditanya: Konsentrasi asam salisilat?

Jawab:

pH = -log [H+]

4,99 = -log [H+]

[H+] = 1 x 10-4,99 Jika [asam] = x ( [garam] = 0,01- x

x = 0,00965 (0,01 x)

1,00965 x = 9,65.10-5

x = 9,56.10-5 M

Jadi, konsesntrasi asam salisilat pada pH 4,99 = 9,56.10-5 M

Konsentrasi Asam Salisilat Pada Fase Air (setelah mencapai kesetimbangan):Reaksi:

C7H5O2OH + NaOH C7H5O2ONa + H2O

a. Konsentrasi Asam Salisilat pH 3 pada Fase Air

Diketahui:pH buffer asam salisilat = 3,00Volume fase air yang diambil 5 mL

Volume NaOH yang digunakan pada titrasi (I) = 0,1 mL

titrasi (II) = 0,1 mL

Normalitas NaOH = 0,1 N, ekivalen = 1 grek/mol

Ditanya: Molaritas (M) asam salisilat.?

Jawab:

N NaOH = M.ek

Titrasi pada menit ke 0(I):

M[asam] x V[asam] x valensi [asam] = M[NaOH] x V[NaOH] x valensi [NaOH]

M[asam] x 5 mL x 1 = 0,1 M x 0,1 mL x 1

M[asam] = M[asam] = 2 x 10-2 M

Titrasi pada menit ke 15 (II):

M[asam] x V[asam] x valensi [asam] = M[NaOH] x V[NaOH] x valensi [NaOH]

M[asam] x 5 mL x 1 = 0,1 M x 0,1 mL x 1

M[asam] = M[asam] = 2 x 10-2 M

Molaritas rata-rata asam salisilat :

M = M = M = 2 x 10-2 M

Jadi molaritas rata-rata asam salisilat di fase air pada pH 3 adalah 2 x 10-2 M

Konsentrasi Asam Salisilat pH 4 pada Fase Air

Diketahui:pH buffer asam salisilat = 3,99Volume fase air yang diambil 5 mL

Volume NaOH yang digunakan pada titrasi (I) = 0,075 mL

titrasi (II) = 0,05 mL

Normalitas NaOH = 0,1 N, ekivalen = 1 grek/mol

Ditanya: Molaritas (M) asam salisilat.?

Jawab:

N NaOH = M.ek

Titrasi pada menit ke 0(I):

M[asam] x V[asam] x valensi [asam] = M[NaOH] x V[NaOH] x valensi [NaOH]

M[asam] x 5 mL x 1 = 0,1 M x 0,075 mL x 1

M[asam] = M[asam] = 1,5 x 10-3 M

Titrasi pada menit ke 15 (II):

M[asam] x V[asam] x valensi [asam] = M[NaOH] x V[NaOH] x valensi [NaOH]

M[asam] x 5 mL x 1 = 0,1 M x 0,05 mL x 1

M[asam] = M[asam] = 1 x 10-3 M

Molaritas rata-rata asam salisilat :

M = M = M = 1,25 x 10-3 M

Jadi molaritas rata-rata asam salisilat pada pH 3,99 adalah 1,25 x 10-3 M

Konsentrasi Asam Salisilat pH 5 pada Fase Air

Diketahui:pH buffer asam salisilat = 4,99Volume fase air yang diambil 5 mL

Volume NaOH yang digunakan pada titrasi (I) = 0,1 mL

titrasi (II) = 0,1 mL

Normalitas NaOH = 0,1 N, ekivalen = 1 grek/mol

Ditanya: Molaritas (M) asam salisilat.?

Jawab:

N NaOH = M.ek

Titrasi pada menit ke 0(I):

M[asam] x V[asam] x valensi [asam] = M[NaOH] x V[NaOH] x valensi [NaOH]

M[asam] x 5 mL x 1 = 0,1 M x 0,1 mL x 1

M[asam] = M[asam] = 2 x 10-2 M

Titrasi pada menit ke 15 (II):

M[asam] x V[asam] x valensi [asam] = M[NaOH] x V[NaOH] x valensi [NaOH]

M[asam] x 5 mL x 1 = 0,1 M x 0,1 mL x 1

M[asam] = M[asam] = 2 x 10-2 M

Molaritas rata-rata asam salisilat :

M = M = M = 2 x 10-2 M

Jadi molaritas rata-rata asam salisilat pada pH 4,99 adalah 2 x 10-2 MKurva Konsentrasi Terhadap Waktu

1. Pada pH 3Tabel 1. Konsentrasi asam salisilat pada fase air

Waktu (menit)Konsentrasi pada fase air

02 x 10-2 M

152 x 10-2 M

2. Pada pH 3,99Tabel 2. Konsentrasi asam salisilat pada fase air

Waktu (menit)Konsentrasi pada fase air

01,5 x 10-3 M

151 x 10-3 M

3. Pada pH 4,99Tabel 3. Konsentrasi asam salisilat pada fase air

Waktu (menit)Konsentrasi pada fase air

02 x 10-2 M

152 x 10-2 M

5. Kurva perbandingan konsentrasi terhadap berbagai pH

Tabel 4. Konsentrasi asam salisilat pada fase air dalam berbagai vairasi pH

pHKonsentrasi pada fase air

3,002 x 10-2 M

3,991,25 x 10-3 M

4,992 x 10-2 M

C. Koefisien Partisi Semu (APC)

Pada pH 3

APC=

=

= - 0,47575 Pada pH 3,99APC=

=

= -4,296 x 10-5

= -0,000043 Pada pH 4,99APC=

=

= -0,4995d. Kurva APC dengan fungsi pHI. PEMBAHASANPada praktikum kali ini dilakukan percobaan penetapan koefisien partisi suatu senyawa obat dalam campuran pelarut kloroform-air dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air. Koefisien partisi didasarkan pada prinsip partisi yaitu suatu senyawa tertentu pada suhu dan tekanan tertentu akan terpartisi dengan sendirinya diantara dua pelarut yang tidak saling campur dengan perbandingan konsentrasi yang konstan atau tetap. Suatu senyawa obat umumnya bersifat asam lemah atau basa lemah. Sehingga untuk praktikum ini sampel yang digunakan adalah asam salisilat yang merupakan senyawa yang bersifat asam lemah. Untuk melihat pengaruh pH terhadap koefisien partisi asam salisilat maka dibuat satu seri buffer asam salisilat yaitu pH 3, 4 dan 5. Pembuatan buffer asam salisilat dilakukan secara langsung yaitu dengan menambahkan Natrium Hidroksida (NaOH) pada asam salisilat sampai pH yang dikehendak tercapai, untuk memudahkan penetapan pH buffer digunakan larutan NaOH dengan konsentrasi yang 0,1 N. Pada setiap pembuatan buffer, pH larutan asam salisilat diukur dengan pH meter sehingga diketahui berapa pH yang telah dicapai tiap penambahan sejumlah NaOH. Dari pembuatan buffer selanjutnya diperoleh pH larutan asam salisilat dengan pH 3 ; pH 3,99 ; dan pH 4,99.Penetapan koefisien partisi dilakukan dengan menggunakan dua fase pelarut yang tidak saling campur, Sehingga masing-masing seri pH tersebut ditambahkan dengan kloroform. Sehingga nantinya dalam tabung tersebut akan terdapat tiga bahan yaitu air, kloroform, dan asam salisilat. Dalam percobaan penetapan koefisien partisi sebenarnya harus menggunakan corong pisah dengan tujuan untuk menghindari menguapnya kloroform dimana diketahui kloroform merupakan senyawa yang bersifat volatile, tetapi dalam percobaan ini digunakan beker glass untuk pengganti corong pisah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya beberapa kesalahan yang dapat dikatagorikan sebagai kesalahan gamblang (gross error). Kesalahan tersebut diantranya adalah penguapan kloroform pada saat dilakuakan pengadukan, dimana pengadukan sendiri harus dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat distribusi analit kedalam dua fase tersebut. Untuk meminimaliser kesalaahn maka setelah dilakuakn pengadukan wadah yang digunakan (Beaker glass) segera ditutup rapat dengan plastik ikan.

Dari dua fase pelarut yang tidak saling campur tersebut dapat dipastikan bahwa kloroform akan berada pada bagian bawah dan air akan berada pada bagian atas. Hal ini dikarenakan berat jenis klroform sebesar 1,47 gr/mL lebih besar dibandingkan massa jenis fase air 1 gr/mL. Setelah kedua fase terpisah sempurna ( selama 1 jam), dilakukan penetapan kadar asam salisilat. Untuk penetapan kadar asam salisilat dapat diambil salah satu fase, pada percobaan ini diambi fase air karena penetapan kadar dilakuakn secara titrasi asam basa langsung.

Dari hasil perhitungan maka dapat ditetapkan nilai koefisien partisi asam salisilat dalam dua fase pelarut (Kloroform dan Air). Nilai koefisien yang digunaakn merupakn nilai koefisien partisi semu (APC) karena dari sampel dan pelarut yang digunakan tidak dapat memenuhi persyaratan Koefisin partisi (TPC). Persyratan yang tidak dapat dipenuhi adalah kadar obat yang digunakan lebih besar dari 0,01 M dan kelarutan solut dalam pelarut cukup besar tergantung pH. Dari Hasil perhitungan didapat nilai koefisien partisi (APC) dari masing-masing seri pelarut sebagai berikut pH 3 sebesar 0,084; pH 4 sebesar 0,05 dan pH 5 sebesar 0,10. Berikut kurva hubunagn APC dengan fungsi pH.

Dari kurva diatas terlihat bahwa nilai APC tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana seharusnya semakin tinggi nilai pH nilai APC akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya hal ini mungkin disebabkan penentuan titik akhir titrasi yang sulit dilakuakn karena skala pada buret yang terbatas. Nilai koefisien partisi dapat dijelaskan secara sederhana, dimana diketahui bahwa jika suatu asam lemah dilarutkan dalam pelarut asam maka akan berada pada kondisi takterionkan, dan semakin terionkan jika dilakuakn peningkatan pH. Suatu senyawa pada kondisi takterionkan relatif bersifat nonpolar dan senyawa yang terionkan relatif bersifat polar. Dimana dikatahui bahwa asam salisilat merupakan senyawa asam lemah sehingga dari kedaan tersebut dengan dilakuakan peningkatan pH, asam salisilat akan semakin relatif bersifat lebih polar. Denagan teori umum kelarutan like dissolves like, semakin polar asam salisilat maka distribusinya akan semakin tinggi pada fae air (fase polar) sehingga nilai koefisien partinya akan kecil, begitu juga sebliknya semakin realtif non polar maka asam salisilat akan terdistribusi lebih bannyak ke fase organic (fase nonpolar), sehingga nilai koefisien partisinya akan besar. Koefisien partisi semu dapat digambarkan sebagi berikut:

Fase organikFase air

Tidak terionisasiTidak terionisasi

Terionisasi

(Gandjar dan Rohman, 2013)

Dari bagan diatas dapat terlihat bahwa nilai koefisien partisi semu akan lebih kecil dari nilai koefisien partisi (TPC), karena adanya pengaruh pH yang akan mempengaruhi ionisasi dari molekul obat, maka pada fase air terlebih dahulu akan terjadi dua jenis kesetimbangan yaitu takterionisasi dan terionisasi. Pada saat asam lemah yaitu asam salisilat berada pada kondisi pH rendah seperti dijelaskan diatas akan berada pada kondisi takterionkan, sehingga dapat langsung terdistribusi kedalam fase organik dengan menembus lapisan difusi, sehingga kadar asam salisilat akan lebih tinggi pada fae organik dibanding fase air. Tetapi pada saat kondisi pH tinggi asam salisilat akan berada pada konsisi kesetimbangan (terionisasi dan takterionisasi) dan hannya kondisi yang takterionisasi yang terdistribusi kefase organik, sehingga kadar asam salisilat dalam fase organik rendah karena pada fase air terdapat kadar obat dalam bentuk terionisasi dan kadar obat dalam bentuk takterionisasi.

II. KESIMPULAN

_1487576159.xlsChart1

0.084

0.05

0.1

APC

APC vs Fungsi pH

Sheet1

PhAPC

30.084

40.05

50.1

Sheet1

APC

APC vs Fungsi pH

Sheet2

Sheet3