13
PENGARUH BINAAN LSM TERHADAP PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010 Seri Asnawati Munthe* ABSTRAK Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara untuk mencegah hama pertanian, namun berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Setiap hari petani di Tanah Karo mempergunakan pestisida untuk pertanian lebih kurang 10 ton sehingga para petani selalu berpeluang untuk terpapar pestisida. Pihak LSM membantu masyarakat untuk menghindari keracunan pestisida dengan memberikan penyuluhan tentang pengelolaan pestisida kepada petani, namun demikian masih ditemukan petani melakukan penyemprotan tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam panduan sehingga dikawatirkan berpeluang untuk menimbulkan keracunan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Binaan LSM terhadap perilaku dan kadar cholinesterase pada petani di Kecamatan Kabanjahe Tanah Karo tahun 2010. Jenis penelitian ini observasi analitik dengan desain cross-sectional. Populasi adalah seluruh penyemprot petani yang dianalisa dengan uji statistik yaitu uji Chisquare dan regresi logistik ganda pada α = 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh Binaan LSM terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) penyemprot pestisida dan ada pengaruh perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan tindakan) terhadap kadar cholinesterase pada petani di Kecamatan Kabanjahe Tanah Karo tahun 2010. Dengan adanya pembinaan LSM maka pengetahuan, sikap dan tidakan petani tentang pestisida semakin baik sehingga kadar cholinesterase dalam tubuh petani juga semakin baik .

PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pestisida Jurnal Kesmas 2012 Seri Asnawati Munthe

Citation preview

Page 1: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

PENGARUH BINAAN LSM TERHADAP PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE

TANAH KARO TAHUN 2010

Seri Asnawati Munthe*

ABSTRAK Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara untuk mencegah hama

pertanian, namun berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Setiap hari petani di Tanah Karo mempergunakan pestisida untuk pertanian lebih kurang 10 ton sehingga para petani selalu berpeluang untuk terpapar pestisida. Pihak LSM membantu masyarakat untuk menghindari keracunan pestisida dengan memberikan penyuluhan tentang pengelolaan pestisida kepada petani, namun demikian masih ditemukan petani melakukan penyemprotan tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam panduan sehingga dikawatirkan berpeluang untuk menimbulkan keracunan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh Binaan LSM terhadap perilaku dan kadar cholinesterase pada petani di Kecamatan Kabanjahe Tanah Karo tahun 2010. Jenis penelitian ini observasi analitik dengan desain cross-sectional. Populasi adalah seluruh penyemprot petani yang dianalisa dengan uji statistik yaitu uji Chisquare dan regresi logistik ganda pada α = 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh Binaan LSM terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) penyemprot pestisida dan ada pengaruh perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan tindakan) terhadap kadar cholinesterase pada petani di Kecamatan Kabanjahe Tanah Karo tahun 2010. Dengan adanya pembinaan LSM maka pengetahuan, sikap dan tidakan petani tentang pestisida semakin baik sehingga kadar cholinesterase dalam tubuh petani juga semakin baik . Sesuai dengan hasil penelitian maka diisarankan kepada pihak LSM dalam melakukan penyuluhan atau ceramah tentang pestisida menggunakan berbagai metode seperti LCD,CD, Leaflet dan petani sebaiknya melaksanakan aturan yang dianjurkan oleh pihak LSM serta yang tertera dalam kotak pestisida untuk mengurangi keracunan pestisida.

Kata kunci : LSM , Perilaku,Kadar Cholinesterase

PENDAHULUANPestisida merupakan suatu

substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Pada umumnya pestisida yang digunakan bukan hanya dalam pertanian saja namun juga diperlukan dalam bidang kesehatan

dan rumah tangga yaitu untuk mengendalikan vektor penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Pestisida tersebut walau sangat berguna namun dipihak lain tanpa disadari akan menimbulkan

Page 2: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

dampak negatif seperti timbulnya keracunan pestisida (Subyiakto S,1990).

Untuk mengurangi keracunan pestisida maka hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis, dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, disamping merusak lingkungan dosis terlalu rendah juga dapat menyebabkan hama sasaran tidak mati disamping berakibat mempercepat timbulnya resistensi (Subyakto S, 1990).  

Memperhatikan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh binaan LSM ( United States Agency for International Develoment) terhadap perilaku dan kadar cholinesterase pada petani di Kecamatan Kabanjahe Tanah Karo.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Peranan PestisidaPestisida adalah substansi

kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1. Memberantas atau mencegah hama

2. Memberantas rerumputan3. Mematikan daun dan

mencegah pertumbuhan daun yang tidak diinginkan

4. Mengatur atau meransang pertumbuhan daun

5. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan piaraan

6. Memberantas hama air

7. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga

8. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia (Dep.kes,2004)

Penggolongan PestisidaBerdasarkan atas kepentingan

dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, berdasarkan sasarannya, berdasarkan cara kerjanya atau efek keracunannya dan berdasarkan struktur kimianya (Soemirat,2003) .1. Berdasarkan atas sifat pestisida

dapat digolongkan menjadi :a) Bentuk padatb) Bentuk cairc) Bentuk gas (fumigan)d) Bentuk asap ( aerosol)2. Berdasarkan atas sasarannya dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut :a) Insektisida : sasarannya adalah

seranggab) Herbisida : sasarannya adalah

tanaman pengganggu (gulma)c) Rodensia : sasarannya adalah

tikusd) Fungisida : sasarannya adalah

cendawan atau jamure) Molusida : sasarannya adalah

siputf) Arkarisida : sasarannya adalah

caplakg) Bakterisida : sasarannya adalah

bakteri3. Berdasarkan atas cara kerjanya

atau efek keracunannya dapat digolongkan sebagai berikut:

Page 3: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

a) Racun perut : membunuh sasarannya bila pestisida tersebut termakan oleh hewan yang bersangkutan

b) Racun kontak : adalah membunuh sasarannya bila pestisida mengenai kulit hewan sasarannya

c) Fumigan : adalah senyawa kimia yang membunuh sasarannya melalui saluran pernapasan

d) Racun sistemik : pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi tidak merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu dapat membunuh serangga yang menghisap atau memakan tanaman tersebut.

4. Berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi:a) Golongan Organoklorinb) Golongan Organofosfatc) Golongan Karbamat

Dampak Pestisida terhadap Kesehatan

Pestisida masuk ke dalam tubuh melalui kulit, absorpsi melalui kulit berlangsung terus selama pestisida masih ada di kulit, melalui mulut (tertelan) karena kecelakaan, kecerobohan atau sengaja (bunuh diri) akan mengakibatkan keracunan berat hingga kematian, melalui pernapasan dapat berupa bubuk, droplet atau uap dapat menyebabkan kerusakan serius pada hidung, melalui tenggorokan jika terhisap cukup banyak. Kemudian melalui peredaran darah akhirnya

dapat masuk ke organ-organ tubuh secara sistematik. Organ-organ tubuh yang biasanya terkena racun adalah paru-paru, hati (hepar), susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), sumsum tulang, ginjal, kulit, susunan saraf tepi, dan darah. Efek racun pada tubuh juga akan memberikan efek lokal seperti iritasi, reaksi alergi, dermatitis, ulcus, acne, dan gejala lain (Ekti, 2007).

Keracunan terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai dan/atau masuk kedalam tubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor pestisida yang dapat mempengaruhi keracunan antara lain : 1. Jenis pestisida2. Tehnik aplikasi/penggunaan pestisida3. I

klim dan cuaca

4. Dosis Pestisida

5. Toksisitas senyawa pestisida. 6. Frekuensi penyemprotan.

7. Jalan masuk pestisida ke dalam tubuh

8. Waktu penyemprotan

9. Tempat penyimpanan

10. Faktor Lingkungan

Page 4: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

Lingkungan berperan dalam mempengaruhi keracunan pestisida. Beberapa faktor lingkungan yang berperan antara lain : a. Tempratur

Tempratur yang aman dalam menyemprot pestisida pada 24 - 30 C dan waktu penyemprotan pagi hari antara pukul 06.00 - 08.00 dan sore pukul 16.00 – 18.00. Jika suhu lingkungan tinggi akan mempermudah penyerapan pestisida ke dalam tubuh melalui kulit.

b. Arah angin dan kecepatan anginArah angin dan kecepatan angin penting diperhatikan pada saat penyemprotan. Apabila penyemprotan dilakukan pada saat kecepatan angin tinggi dan melawan arah angin, justru yang terjadi pestisida akan lebih banyak terpapar saat menyemprot, sehingga pestisida masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan kulit.

11. Perilaku Kesehatan

Kebiasaan memakai alat pelindung diri pada waktu bekerja dengan organophosphat dan carbamat (aplikasi, penyemprotan) dan penangan pestisida akan mempengaruhi tingkat pemaparan. Tingkat pengetahuan , sikap, dan perilaku petani mengenai bahaya pestisida akan mempengaruhi kesediaan petani untuk memakai Alat Pelindung Diri, serta melakukan penangan serta pengelolaan pestisida dengan baik .

Program Kerja LSM

  LSM adalah sebuah lembaga pemerintah federal Amerika Serikat yang bersifat independen, yang diresmikan oleh John F.Kennedy, sebagai bagian dari Undang-Undang tentang Bantuan Luar Negeri tahun 1961. isinya adalah mengelola bantuan kemanusiaan dan ekonomi bagi negara-negara asing. Lembaga ini memberikan bantuan kemanusiaan berupa bahan makanan dan barang-barang lain, termasuk bantuan bagi korban bencana alam. Lembaga ini juga memberikan bantuan untuk program pemeliharaan kesehatan, seperti vaksinasi, imunisasi, perlindungan dari AIDS, gizi untuk ibu dan anak, dan pelayanan program Keluarga Berencana.

LSM juga mempromosikan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya yang ada di tingkat lokal. LSM mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan, dan mencegah timbulnya berbagai masalah sebagai akibat dari polusi udara, penebangan hutan, pemanasan global, polusi air tanah, dan pembuangan limbah ke laut, pencegahan masalah pertanian seperti keracunan pestisida.

LSM beraktifitas di Tanah Karo sejak tahun 2008 yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabanjahe. Adapun kegiatan dari LSM tersebut ádalah mengadakan kegiatan penyuluhan atau pembinaan secara langsung kelapangan untuk memperhatikan penyemprotan pestisida. Pembinaan kelompok

Page 5: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

tersebut memberikan materi tentang penggunaan pestisida secara benar dan baik. Kegiatan pembinaan dibentuk dalam kelompok yang jumlahnya masing masing 35-40 orang. Adapun program program LSM tersebut sebagai berikut (Usaha B,2009).

a. Penggunaan obat pestisidab. Praktek pengukuran tanah,c. Pemakaian APDd. Waktu penyemprotane. Dampak pestisida f. Evaluasig. Cara penyimpananh. Frekuensi penyemprotani. Cara pencampuran dosis Dalam pemakaian pestisida yang benar dan tepat pihak penyuluh menekankan 5 T (lima tepat) yaitu:a. Tepat waktuBahwa pestisida disemprot sebaiknya tepat waktu yaitu pukul 08.00 -11.00 atau pukul 15.00 – 18.00 sehingga mengurangi dampak negatif kepada penyemprot sendiri.b. Tepat jenisUuntuk mempergunakan pestisida harus sesuai jenis dari pestisida itu sendiri karena penggunaan organophospat dan karbamat berbeda . Penggunaan jenis tergantung pada fungsi dan sasaran dari pada pestisida itu sendiri dengan tidak mengabaikan resisten terhadap lingkunganc. Tepat sasaranDalam mempergunakan pestisida akan lebih efektif dan efisien apabila di sesuaikan dengan sasaran seperti Herbisida untuk daun, fungisida untuk jamur dan lain sebagainya.

E. Tepat Cara`

METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan desain crossectional yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh binaan LSM terhadap perilaku dan kadar cholinesterase petani di Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo Tahun 2010 . Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kabanjahe. Populasi adalah seluruh petani penyemprot pestisida baik kelompok yang dibina maupun yang tidak dibina LSM di Kecamatan Kabanjahe Tanah Karo.Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi . Adapun jumlah sampel sebanyak 100 orang yang diperoleh melalui rumus: (M.Sopiyudin D, 2006)

N =

(Zα √2 PQ+Zβ√ P1Q1+P2Q2)2

( P1−P2)2

Zα = Deviat baku alpha(5%)Zβ = Deviat baku beta (80%)P2 = Proporsi pada kelompok yang beresiko (0,5)Q2 = 1-P2P1 = Proporsi pada kelompok uji atau kasus (0,7)Q1 = 1 – P1P1 – P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermaknaP = Proporsi totalQ = 1 – PN = Jumlah sampel

Page 6: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

Tehnik Pengambilan Sampel

Untuk menentukan besar sampel masing masing desa dilakukan secara sampel berimbang (proportional sampling).

. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dan memakai kuisioner dan data cholinesterasi diperoleh setelah adanya pemeriksaan darah respondenData sekunder diperoleh dari Kantor Camat Kecamatan Kabanjahe, Kantor Statistik Kabanjahe Tanah Karo

Alat pengumpul data Alat pengumpul data dalam

penelitian ini adalah kuesioner dan tingkat keracunan diperoleh dari hasil pengukuran darah yang menggunakan Tintometer kitMetode Analisa Data

Analisa Univariat digunakan utuk menyajikan sebaran frekuensi binaan LSM, prilaku petani , karakteristik responden, dan frekuensi keracunan pestisida. Untuk melihat pengaruh masing masing variabel bebas terhadap variable terikat maka data dianalisa secara statistik yaitu uji chisquare. Dalam penelitian ini ada dua tahap analisa bivariat yaitu pengaruh binaan terhadap perilaku dan yang kedua variabel perilaku terhadap kadar cholinesterase.

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh maka

data dianalisa secara multivariat yaitu uji regresi.

PEMBAHASAN

Pengaruh Pembinaan terhadap Perilaku

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pembinaan terhadap pengetahuan (p=0,004) . Hal ini berarti bahwa pengetahuan kelompok petani yang dibina lebih baik dari pada kelompok petani yang tidak dibina. Pengetahuan kelompok petani yang dibina ada dalam posisi “baik” sebanyak 52 %. Namun demikian pengetahuan petani yang dibina masih ada yang kurang yaitu(48%).

Pengaruh Pembinaan terhadap sikap Hasil analisa pengaruh pembinaan terhadap sikap menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (p=0,009) artinya bahwa dengan pembinaan yang diberikan kepada kelompok petani dapat memberikan sikap yang” positif “ tentang pestisida.

Pengaruh Pembinaan terhadap tindakan

Pembinaan mempengaruhi tindakan petani dalam pemakaian pestisida (P=0,000) yang artinya dengan adanya pemberian binaan kepada kelompok petani maka semakin baiklah tindakan petani dalam pemakaian pestisida. Hal ini juga terbukti bahwa kelompok petani yang dibina memiliki tindakan yang “baik’ sebanyak 54 % dan memiliki tindakan

Page 7: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

yang ‘kurang baik’ 46 %, sementara kelompok petani yang tidak dibina memiliki tindakan yang “baik” hanya 16 %.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan mayoritas berpendidikan SD (42%), berjenis kelamin laki-laki (54%), dan berumur 44 tahun keatas (58%).

2. Pembinaan LSM tentang Pestisida berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan dengan p =0,004 3. Pembinaan LSM tentang pestisida berpengaruh secara signifikan terhadap sikap dengan p = 0.009 4.Pembinaan LSM tentang pestisida berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan petani dengan p = 0,000 5.Pengetahuan petani tentang pestisida berpengaruh secara signifikan terhadap kadar cholinesterase pada petani dengan p= 0,025 6.Sikap petani tentang pestisida berpengaruh secara signifikan terhadap kadar cholinesterase pada petanidengan p = 0,034 7.Tindakan petani tentang pemakaian pestisida berpengaruh secara signifikan terhadap kadar cholinesterase pada petani dengan p =0,015 8.Faktor yang paling dominan mempengaruhi kadar

cholinesterase petani adalah tindakan petani dalam pemakaian pestisida.

Saran

1. Disarankan kepada pihak LSM memberikan ceramah dengan berbagai metode penyuluhan dan menjalin hubungan kerja sama dengan pihak penjual pestisida karena pihak penjual pestisida lebih dekat dengan petani serta meningkatkan evaluasi terhadap materi yang disampaikan kepada petani khususnya pada saat penyemprotan berlangsung

2. Disrankan kepada petani supaya melaksanakan aturan aturan yang dianjurkan oleh pihak LSM dan menjalankan sesuai panduan dalam kotak pestisida supaya terhindar dari keracunan pestisida

DAFTAR PUSTAKAAmes R.G., Brown SK, Mengle D.C.,

Kahn E., Stratton J.W., Jackson R.J., 1989, ”Cholinesterase Activity Depression Among California Agricultural Pesticide Applicators”, Industr. Med ;15:143 – 150

Anonim.2008. Pestisida Untuk Pertanian dan Kehutanan.Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Direktotarat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan.Jakarta. 2008

Page 8: PERILAKU DAN KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI DI KECAMATAN KABANJAHE TANAH KARO TAHUN 2010

Azwar, A.,2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Cetakan VII, Edisi 2, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, p 5.

Boston. M.A.2008, Report Finds Risks of Developing Alzheimer’s and Parkinson’s Diseases Can Be Dramatically Reduced.

Cancer Research UK (http://www.cancerresearchuk.org/), diakses tanggal 15 April 2009

Coye M.J., Barnett P.G., Midtling J.E., Velasco A.R., Romero P., Clements C.L.,

Danim, Sudarman., 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku, Jakarta :Bumi Aksara

Departemen Kesehatan RI., 1992, Pemeriksaan Cholinesterase Darah dengan Tintometer Kit Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Departemen Kesehatan R.I, Jakarta

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, 2008. Laporan Tahunan Subdin P2P & PL Tahun 200,7Subdin P2P & PL Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Kabanjahe.

Environmental Research Foundation (http://www.rachel.org/) diakses tanggal 15 April 2009.

Paparan Pestisida Picu Keguguran dalam http://www.kompas.com-Paparan-Pestisida-Picu Keguguran.htm. diakses tanggal 30 Maret 2009.

Risiko Abortus Spontan pada Perempuan di Sentra Pertanian dalam http://www.majalah-farmacia.com . diakes tanggal 30 Maret 2009

Sulistomo A.W.,2008, Paparan Pestisida Picu Keguguran , Kesimpulan Disertasi Sidang Terbuka FK Univeritas Indonesia.